Bab 3 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN 3.1. UMUM Agar pelaksanaan Pekerjaan Survey, Investigasi dan Desain (SID) Daerah Rawa Sei Kepayang di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi ini dapat mencapai hasil yang optimal, Konsultan akan melakukan pendekatan teknis berupa Evaluasi Hasil Guna Program daerah yang akan direncanakan. Evaluasi ini merupakan peninjauan terpadu mengenai Survey, Investigasi dan Desain (SID) Daerah Rawa Sei Kepayang di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi , yang menyangkut aspek-aspek: Teknis Sosio Ekonomi , dan Lingkungan Dengan demikian secara garis besarnya, Evaluasi yang akan dilaksanakan merupakan suatu proses tinjauan kembali Kelayakan Proyek yang apabila ternyata program tersebut dapat diterima akan dituangkan dalam suatu rencana yang detail (detailed design) untuk dapat dilaksanakan. Pada dasarnya pendekatan teknis yang akan dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut : WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 1 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Potensi Alamiah Peningkatan Produksi/Hektar Program Intensifikasi Peningkatan Intensitas Tanam Peningkatan Kesejahteraan Petani Peningkatan Produksi Total Menunjang Swasembada Pangan Program Pengembangan Reklamasi Rawa Peningkatan Pola Tanam Gambar 3.1. Skema Pendekatan Teknis Berdasarkan pendekatan teknis sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Konsultan telah menyusun program Pekerjaan Survey, Investigasi dan Desain (SID) Daerah Rawa Sei Kepayang di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, sesuai dengan logik diagram pada Gambar 3.1 yang menggambarkan urut-urutan logis metodologi pelaksanaan, dan dapat diuraikan sebagai berikut : 3.2. PEKERJAAN PERSIAPAN DAN REVIEW HASIL IDENTIFIKASI Setelah diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), maka Konsultan akan menelaah dan menganalisa lebih detail mengenai pelaksanaan pekerjaan. Pada tahap ini, Konsultan akan menyusun rencana kerja yang lebih terinci dan mulai memberikan penugasan kepada personil-personil yang akan ditugaskan dalam proyek ini. Rincian aktivitas di dalamnya, antara lain : 3.2.1. PROSES ADMINISTRASI DAN KEGIATAN KOORDINASI PROYEK Penyiapan surat-surat tugas untuk instansi-instansi yang berwenang di daerah proyek (Kantor Proyek, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi, Dinas Pekerjaan WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 2 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Umum Kabupaten Tanjung Jabung Barat, BAPPEDA Tanjung Jabung Barat dan lain-lain) serta surat-surat lain yang diperlukan untuk memudahkan kelancaran pekerjaan terutama didaerah proyek . 3.2.2. INVENTARISASI & PENGUMPULAN DATA Pada tahap ini Konsultan mengumpulkan hasil studi, perencanaan, data-data maupun laporan-laporan yang berhubungan dengan pekerjaan ini yang akan digunakan sebagai data sekunder. Data ini akan diusahakan diperoleh dari instansi atau badan yang terkait yang berhubungan dengan proyek ini misalnya : Badan Pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Badan Pertanahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Pusat Penelitian Masalah Air, untuk memperoleh data-data sungai atau parit di daerah proyek. Badan Meteorologi dan Geofisika, untuk mendapatkan data-data Curah Hujan dan Klimatologi. Jawatan Oceanografi TNI Angkatan Laut, untuk mendapatkan ramalan pasang surut (Buku Hidral). Biro Statistik Pusat dan daerah, untuk mendapatkan struktur populasi, kebudayaan dan pendapatan didaerah proyek. Pusat Penelitian Tanah, untuk mendapatkan data-data peruntukan tanah. BAPPEDA Tingkat I dan II, untuk memperoleh data-data program pengembangan daerah, populasi, pendapatan dan kebudayaan. Kantor Kecamatan, Kepala Desa Sungai Rambai untuk mendapatkan data – data dan aspirasi masyarakat petani sekitar proyek serta rencana pengembangannya. Instansi-instansi lain yang diperlukan. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 3 LAPORAN INTERIM 3.2.3. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT PENYUSUNAN & PERSETUJUAN RENCANA KERJA Konsultan akan membuat Rencana Kerja terinci yang disusun berdasarkan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja umum yang ada untuk didiskusikan dan mendapat persetujuan Direksi. 3.2.4. PERSIAPAN SURVEY LAPANGAN 1. Menyiapkan peta lokasi dan menyusun peta rencana pelaksanaan survey lapangan untuk disetujui Direksi. 2. Menyiapkan formulir survey yang dibutuhkan untuk di konsultasikan kepada Direksi. 3. Menyiapkan surat-surat ijin yang diperlukan. 4. Menyiapkan personil dan peralatan survey untuk diperiksa dan di wawancarai oleh Direksi. 5. Mobilisasi personil & peralatan ke lokasi proyek (teruntuk penyiapan base camp dan perlengkapannya). 3.3. KEGIATAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN (SURVEY TOPOGRAFI) Survey ini dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi detail, detail saluran dan bangunan yang ada pada lahan/daerah yang akan dikembangkan sebagai bahan masukan memanfaatkan untuk penyusunan keadaan/kondisi perencanaan kontur yang tanah/daerah. efisien Alur dengan pelaksanaan pekerjaan survey topografi dapat di lihat pada Gambar 3.3. Hal ini dilakukan untuk menunjang sistim tata air nantinya, dimana ukuran luas areal dan kondisi alam yang ada akan berpengaruh sekali terhadap sistim jaringan. Kegiatan ini dilakukan sebagai dasar untuk tahapan pekerjaan selanjutnya. Pekerjaan pemetaan dan pengukuran meliputi : a) Inventarisasi dan pemasangan patok Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) serta penentuan titik-titik-titik-titik referensi pengukuran. b) Pemetaan situasi detail Daerah Rawa pasang Surut, skala 1 : 5000 c) Pengukuran situasi trase saluran (jaringan utama) Skala 1 : 2000 WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 4 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT d) Pengukuran profil melintang dan memanjang saluran dengan jarak maksimum 50 meter pada bagian lurus dan 25 meter pada bagian tikungan. e) Pengukuran situasi tapak bangunan setiap rencana bangunan air, goronggorong, talang. Skala 1 : 100 Adapun tujuan kegiatan ini dilakukan dimaksudkan untuk menyiapkan data topografi yang rinci. Lingkup pekerjaan ini secara garis besar terdiri dari: Penentuan Titik-titik referensi Inventarisasi /Pemasangan Bench Mark (BM) Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan Pengukuran Situasi Detail Pengukuran Trase berikut penampang-penampang Pengukuran situasi untuk lokasi tapak bangunan. Perhitungan dan penggambaran draft sementara di lapangan Pelaksanaan kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut : 3.3.1. PEKERJAAN LAPANGAN 3.3.1.1. PENENTUAN TITIK REFERENSI Titik referensi untuk awal pengukuran adalah titik-titik yang sudah diketahui koordinatnya dan tingginya seperti titik Triangulasi atau titik Dopler atau titik- titik yang telah dipasang pada studi terdahulu sebagai acuan titik awal dari pengukuran, atau titik lainnya yang disetujui oleh Direksi. 3.3.1.2. ORIENTASI LAPANGAN & INVENTARISASI BM Kegiatan di lokasi dimulai dengan persiapan pengukuran, berupa: Koordinasi dengan instansi daerah terkait mengenai rencana areal pengukuran, dan metode kerja pengukuran yang akan dilaksanakan; Meninjau areal yang akan diukur. Menyiapkan base camp, tenaga lokal dan sarana transportasi lapangan; WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 5 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Bersama-sama dengan pengawas/Direksi Lapangan menentukan titik awal pengukuran, batas pengukuran dan lokasi BM. 3.3.1.3. PEMBUATAN KERANGKA DASAR PEMETAAN Kerangka dasar merupakan jalur patok dasar pengukuran (BM) yang akan digunakan sebagai pengikatan titik awal atau akhir pengukuran selanjutnya, seperti ray situasi, trace saluran. Kerangka ini ditempatkan pada batas areal pengukuran agar dapat berfungsi sebagai batas areal pengukuran. START PEKERJAAN PENGUKURAN - PERSIAPAN PERALATAN Theodolite T.2 - Waterpass Theodolite T.0 - Rambu Ukur Meteran - Formulir GPS - Nivo Orientasi Peta, Lokasi Pengukuran Dan Evaluasi Data INVENTARISASI & PEMASANGAN PATOK - Bench Mark (BM) - Control Point (CP) - Patok Kayu PENGUKURAN SITUASI D. RAWA KERANGKA HORISONTAL & KERANGKA VERTIKAL PENGUKURAN SITUASI DETAIL & TRASE SAL SITUASI TAPAK BANGUNAN (Bangunan Air, dll) Pengolahan Data, Penggambaran Situsi Detail, Penggambaran Profil Memanjang dan Melintang PENGGAMBARAN SITUASI RENCANA DAERAH RAWA SKALA 1 : 5000, DAN TRASE SALURAN PERSETUJUAN PETA DAN DOKUMEN Gambar 3.2 : Alur pelaksanaan pekerjaan survey topografi WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 6 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT A. Pengukuran dan Penentuan Arah/Azimuth Matahari Arah/azimuth ditentukan dengan pengamatan astronomi atau menentukan azimuth metode gyro dengan memakai alat theodolite, T0 dan gyro. Attachman atau sederajat Pengamatan astrinomi dilakukan pagi hari dan sore hari pada satu stasiun pengamatan ketelitian relatif sama sesuai dengan persyaratan ketelitian yaitu 15” Sebagai kontrol hitungan akan dilakukan pengamatan matahari dengan jarak setiap 5 km atau pada titik tertentu yang dianggap perlu. Pengamatan akan menggunakan alat Theodolite T2 dilengkapi dengan prisma roeloef dimana untuk perhitungan dipakai tabel deklinasi matahari untuk tahun yang bersangkutan, untuk menggelimir kesalahan akibat kekasaran dalam penentuan lintang tempat, maka pengukuran pengamatan matahari dilakukan pada pagi dan sore hari. Apabila pada awal pengukuran hanya ada 1 titik ikat (tidak ada sudut jurusan awal), maka harus dilakukan pengamatan matahari. Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu: Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon. Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat satu dengan yang lainnya. Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal. Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan alat ukur yang digunakan Theodolite T2 Jumlah seri pengamatan 2 seri (pagi dan sore hari) Tempat pengamatan, salah satu titik sepanjang jalur poligon utama, cabang atau titik simpul. Ketelitian azimuth 20” WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 7 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis, Azimuth Target (aT) adalah: T = M + atau T = M + ( T - M ) dimana: T = Azimuth ke target M = Azimuth pusat matahari (T) = Bacaan jurusan mendatar ke target (M) = Bacaan jurusan mendatar ke matahari = Sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target B. Pengukuran Polygon 1. Sistem dan Referensi Sistem pengukuran sudut dilakukan dengan cara centering tidak paksaan. Titik referensi koordinat diambil dari BM yang ada berdekatan dengan lokasi pekerjaan/atas petunjuk Direksi. Setiap 25 kali berdiri alat ukur, harus dilakukan pengamatan Azimuth Matahari dengan persyaratan ketelitian 15”. Orientasi arah awal dengan cara pengamatan matahari yang memakai prisma Reoulof atau yang setara. Cara perhitungan yang digunakan adalah dengan proyeksi UTM dengan referensi Ellepsiode Bessel 1841. Alat untuk mengukur sudut harus menggunakan Theodolith T2 Wild atau yang setara. Alat untuk mengukur jarak akan menggunakan mettban baja. 2. Ketelitian Yang Harus Dicapai Salah penutup sudut polygon adalah 10 detik N, dimana N adalah jumlah sudut yang terukur dalam rangkaian polygon tersebut. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 8 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Kesalahan penutup jarak linier setelah dilakukan perataan harus lebih kecil 1 : 7.500 dengan pengukuran dua kali (kemuka dan kebelakang) Hasil perhitungan koordinat diperoleh dari analisa kwadrat terkecil. Pembacaan sudut setiap titik polygon harus dilakukan sedikitnya 4 kali, sedangkan pembacaan jarak untuk setiap sisi polygon sedikitnya 3 kali. 3. Polygon Utama Pengukuran Jarak Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter. Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah. Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi. Pengukuran Sudut Jurusan Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horizontal alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon. = Sudut mendatar AB = Bacaan skala horizontal ke target kiri AC = Bacaan skala horizontal ke target kanan Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan luar biasa (LB). Spesifikasi teknis dari poligon utama adalah sebagai berikut: Pengukuran poligon harus diikatkan ke titik tetap yang telah ada (titik triangulasi, bencmark yang sudah ada). WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 9 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Jarak antara titik-titik poligon adalah maksimal 100 m dan diukur dengan pita ukur baja) yang dikontrol secara optis dengan teodolit T2 dan dilakukan pulang pergi masing-masing 2 kali bacaan untuk muka dan belakang. Sudut vertikal dibaca dalam satu seri dengan ketelitian sudut 10” (dua kali bacaan). Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2. Jumlah seri pengukuran sudut 2 seri (B1, B2, LB1, LB2). Selisih sudut antara dua pembacaan 5” (lima detik). Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut. KI f 2 x fy d 2 1 : 5.000 Salah penutup sudut yang diperbolehkan yaitu 10”n, dimana n adalah jumlah titik polygon Poligon utama diukur dengan metode kring dimana harus dipenuhi syarat geometrisnya (pada batas toleransi yang diberikan), dan dikontrol dengan pengamatan matahari. Pemberian koreksi. Untuk mengoreksi sudut digunakan - Metode Dell (perataan biasa) - Metode Bersyarat Koreksi setiap sudut : f.a(N-1), dimana : f.a = salah penutup sudut N = jumlah titik poligon Untuk mengoreksi absis dan ordinat digunakan jarak sebanding dengan jarak yang bersangkutan atau : WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 10 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Koreksi = f. x / D x (Dij), dimana : f.x. = salah penutup absis/ordinat D = jumlah jarak Di = jarak yang ke i - Koreksi sudut antara dua kontrol azimuth 20 " - Koreksi setiap titik poligon maksimum 8 " - Salah penutup koordinat maksimum 1 : 2.000 - Jarak tiap sisi poligon diukur dengan ketelitian 1 : 5.000 Sedangkan Spesifikasi teknis dari poligon cabang adalah sebagai berikut: Pengukuran poligon cabang harus dimulai dari salah satu titik poligon utama dan diakhiri pada salah satu titik poligon utama. Poligon cabang dibagi atas seksi dengan luas kring/loop tertutup mencakup 200 Ha. Pengukuran sudut poligon dilakukan satu seri dengan ketelitian sudut 20”. Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite TO. Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur baja yang dikontrol secara optis, dilakukan pulang pergi masing-masing minimal 1 (satu) kali bacaan. Salah penutup sudut yang diperbolehkan yaitu 20” n, dimana n adalah jumlah titik polygon. C. Pengukuran Sipat Datar ( Water Pass ). Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 11 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM). 1. Sistem dan Referensi Semua titik poligon utama dan cabang akan dilakukan pengukuran sifat datar. Pengukurannya dilakukan secara pulang pergi dan kontrol ukuran beda tinggi diambil dari data double stand. Pembacaan benang akan dibaca tiga benang dengan urutan pembacaan benang adalah (bt-ba-bb) dan memenuhi 2 bt = ba+bb. Jumlah jarak kemuka diusahakan sama dengan jumlah jarak kebelakang. Jumlah slaag harus genap. Toleransi kesalahan penutup max. 10 jarak sifat datar dalam Km. Bentuk rangkaian pengukuran sifat datar (water pass) adalah tertutup. Untuk mendapatkan data vertikal harus dilakukan pengukuran beda tinggi pergi-pulang pada setiap seksi. Jarak tiap seksi maksimum 1- 2 Km. Pembacaan rambu harus lengkap yaitu benang atas, tengah dam bawah, dan setiap slag harus dilakukan dua kali berdiri posisi alat Jarak antara instrument terhadap rambu muka dan belakang maksimum 100 m. Rambu harus dilengkapi dengan nivo dengan landasan dari plat besi yang mempunyai permukaan lengkung setengah lingkaran. Titik referensi tinggi diambil dari BM yang telah diukur sebelumnya dan sebagai titik awalnya. BM tersebut adalah BM yang juga digunakan sebagai titik awal pengukuran poligon. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 12 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT 2. Ketelitian yang harus dicapai Salah penutup tinggi dari hasil pengukuran pulang-pergi harus lebih kecil dari 8,4 mm D, dimana D adalah jarak optis dalam Km. Hasil perhitungan tinggi diperoleh dari analisa kwadrat terkecil. Pencatatan data yang salah harus dicoret tidak boleh didobel atau di Tip Ex, kemudian bacaan yang benar ditulis diatasnya dengan ballpoint warna hitam. Pada formulir data harus ditulis dengan lengkap : nomor halaman, jenis & nomor alat, nama surveyor, tanggal pengukuran, lokasi dan sebagainya. Penentuan BM sebagai referensi tinggi akan ditunjukkan oleh Direksi kemudian. Pengukuran kerangka vertikal mengikuti ketentuan sebagai berikut : Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap. Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sampai longgar. Sambungan rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo. Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur. Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi. Bidikan rambu harus dintara interval 0,5 m dan 2,75 m (untuk rambu yang 3 m). Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah. Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB), yaitu : 2 BT = BA + BB. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 13 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm. Jarak rambu ke alat maksimum 50 m Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik. 3.3.1.4. PENGUKURAN SITUASI DETAIL Pengukuran dilakukan dengan metode trigonometri / tachimetri dimana ujung dan pangkal jalur pengukuran terikat / terkontrol terhadap kerangka dasar pengukuran/pemetaan. Dari titik-titik tersebut diukur detail-detail lapangan dengan rincian. Pengukuran detail situasi dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan pada Standar Perencanaan Irigasi PT - 02. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi area daerah irigasi dengan sasaran tinggi dan posisi detail lapangan. Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan oleh beberapa team pengukuran yang akan bekerja secara simultan sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan yang tersedia. Titik detail ditentukan dengan pengukuran ray dan rincikan, dimana ujungujung ray diikatkan pada kerangka dasar (BM) Route pengukuran akan disesuaikan dengan rencana trase saluran yang ada sesuai dengan pengukuran yang telah pernah dilakukan. Alat yang akan digunakan adalah Theodolit TO dan Waterpass N12, NAK1, NAK2, atau sejenis dan sederajat dengan ketelitian detail pengukuran 10 cm di atas kontrol rangka pemetaan yang diratakan kesetiap titik-titik. Menetapkan dan memasang BM baru dari beton apabila jarak antara BM lebih dari 2000 m. Untuk bangunan-bangunan yang telah ada, cukup dengan memasang baut pada as bangunan dipuncak tembok pengiring atau sayap, atau patok paralon yang dicor semen. Mengukur kembali ketinggian semua patok BM yang ada dan dipasang baru dan koordinat (x,y,z). Pelaksanaan pengukuran BM sebagai berikut : WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 14 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT BM baru dipasang jika BM yang ada tidak memenuhi syarat per 500 Ha untuk skala 1 : 5000 dan 250 Ha untuk skala 1 : 2000. Sistem penomoran BM mengikuti penomoran yang sudah ada. Ukuran, bentuk dan type BM yang dipasang harus mengikuti standard irigasi. Membuat daftar (register) BM lama baru yang menunjukan letak dan koordinat (x,y,z) pada peta. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi, yaitu : Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri Ketelitian alat yang dipakai adalah 10”. Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode Raai dan Vorstraal. Ketelitian poligon raai untuk sudut 10” n, dimana n = banyaknya titik sudut. Ketelitian linier poligon raai yaitu 1 : 5000 Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk topografi dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan keadaan lapangan. Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta. Pengukuran sungai di sekitar lokasi rencana bangunan pengatur harus diambil detail selengkap mungkin, misalnya elevasi as, tepi dan lebar sungai di sekitar rencana bangunan tersebut. Sudut poligon raai dibaca satu seri. Ketelitian tinggi poligon raai 10 cm D (D dalam km). Dengan cara tachymetri ini diperoleh data-data sebagai berikut: Azimuth magnetis Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah) Sudut zenith atau sudut miring Tinggi alat ukur Berdasarkan besaran-besaran tersebut diatas selanjutnya melalui proses hitungan, diperoleh Jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah diketahui koordinatnya (X, Y, Z). WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 15 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y, Z), digunakan rumus sebagai berikut: Untuk menghitung jarak datar (Dd) TB TA H 1 H 100Ba Bb Sin 2m TA Bt 2 Dd = DOCos2m Dd = 100( Ba - Bb )Cos 2 m Dimana: TA = Titik tinggi A yang telah diketahui TB = Titik tinggi B yang akan ditentukan H = Beda tinggi antara titik A dan B Ba = Bacaan benang diafragma atas Bb = Bacaan benang diafragma bawah Bt = Bacaan benang diafragma tengah TA = Tinggi alat Do = Jarak optis [100(Ba-Bb)] m = sudut miring Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna. Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis. Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah : C=g-m WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 16 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT dimana: G = Azimuth geografis M = Azimuth Magnetis Pada pelaksanaannya kerapatan titik detail akan sangat tergantung pada skala peta yang akan dibuat, selain itu keadaan tanah yang mempunyai perbedaan tinggi yang ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat. 3.3.1.5. PENGUKURAN TRASE BERIKUT PENAMPANG A. Pengukuran Situasi Trase Saluran dan Tanggul . Pengukuran detail situasi dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan pada Standar Perencanaan Irigasi PT - 02. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi daerah saluran dengan sasaran tinggi dan posisi detail lapangan. Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan oleh beberapa team pengukuran yang akan bekerja secara simultan sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan yang tersedia. Titik detail ditentukan dengan pengukuran ray dan rincikan, dimana ujungujung ray diikatkan pada kerangka dasar (BM). Pengukuran polygon terikat terhadap titik-titik kontrol (x.y) kerangka pemetaan dengan ketelitian sudut dalam satuan menit dimana ketelitian antara dua kontrol kerangka pemetaan 10 N dimana N = jumlah titik-titik polygon. Route pengukuran akan disesuaikan dengan rencana trase saluran yang ada sesuai dengan pengukuran yang telah pernah dilakukan. Alat yang akan digunakan adalah Theodolit TO dan Waterpass N12, NAK1, NAK2, atau sejenis dan sederajat dengan interval jarak atau sisi polygon maksimum 100 m pada trase lurus 50 s/d 25 meter pada tikungan, dimana jarak diukur 2 kali (kemuka dan belakang) dengan ketelitian ukuran jarak 1 : 2500 yang diukur dengan pita ukur (kapasitas 100 meter). Diukur dengan metode trigonometri/tachimetri memakai peralatan theodolith T0 dengan ketelitian 10 cm. Detail yang diambil sama dengan detail - detail yang tercantum dalam detail pengukuran situasi. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 17 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT B. Pengukuran Tampang Memanjang . Alat yang dipergunakan untuk survey pengukuran ini adalah Theodolite TO dan Level Pengukuran tampang panjang meliputi pada pekerjaan di Saluran Induk, Saluran Sekunder, Saluran Pembuang dan trace sal tersier di areal rawa. Tampang memanjang saluran harus dibuat pada interval maksimal 100 m dan dimulai dan pintu pangkal salunan induk / sekunder. Setiap 50 m disepanjang saluran dipasang patok dari kayu dengan ukuran 5 x 7 x 60 cm atau kayu bundar dengan garis tengah 7 cm. Pengukuran tampang memanjang harus diikat dengan BM (terkoreksi) yang ada di sepanjang saluran. Pengukuran sifat datar yang berfungsi sebagai dasar penampang memanjang trase terikat terhadap (z) kerangka pemetaan dengan Elevasi Lahan tertinggi pada setiap rencana bangunan di jalur saluran yang diukur, harus diukur guna untuk menentukan elevasi muka air yang tepat pada pekerjaan desain hidraulik. Leveling harus diakhiri pada bangunan terakhir di saluran sedang untuk saluran pembuang diakhiri dititik tempat masuknya pembuang tersebut kedalam pembuang induk atau sungai. Semua tanda tanda muka air pada bangunan atau saluran (biasanya berwarna coklat) agar diidentifikasikan untuk memberikan informasi dalam menentukan muka air yang tepat untuk pekerjaan desain hidraulik. C. Pengukuran Profil Melintang Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk penampang memanjang dan melintang saluran dengan sasaran tinggi dan detil lapangan. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 18 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan oleh beberapa tim pengukuran yang dilakukan secara simultan sesuai dengan jangka waktu yang tersedia. Alat ukur yang akan digunakan adalah sipat datar otomatis untuk profil memanjang dan melintang sedang To digunakan untuk mengukur profil melintang saluran apabila keadaan medannya curam. Pengambilan titik detail untuk profil memanjang setiap interval 100 m pada saluruan yang lurus dan 50-25 m pada saluran menikung (akan dikoordinasikan dilapangan); Pengukuran profil melintang dilakukan setiap 100 m jarak memanjang pada bagian yang lurus dan diperbanyak pada bagian tikungan setiap 2550 m dengan kerapatan titik maksimum 2 m dengan metode tachimetri/trigonometri dengan ketelitian 10 cm. Jika terdapat patahan, kerusakan lain ataupun penyadapan/bobolan yang di legalkan maka harus ditambah profil khusus untuk kepentingan volume pekerjaan. Khusus untuk saluran drainase gendong sepanjang saluran harus diperlakukan sebagai bagian dan tampang melintang saluran dan levelnya diplot bersama sama dengan tampang saluran dalam gambar yang sama. Penentuan trace sungai/saluran dilakukan dengan pengukuran poligon terikat sempurna (diikat pada Poligon Utama). Batas pengukuran profil melintang adalah 10 m dari tepi talud luar baik saluran pembawa maupun saluran pembuang terkecuali yang diminta pada poin 6) diatas. Sket dari pengukuran harus dibuat dengan rapi dan jelas untuk memudahkan penggambaran. 3.3.1.6. PENGUKURAN SITUASI UNTUK TAPAK BANGUNAN Setiap bentuk perubahan bangunan harus diukur pada titik detail terkecil dan digambar pada skala 1: 200. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 19 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Pengukuran situasi tapak bangunan diukur dengan metode trigonometri /tachimetri dengan dasar pengikatan kerangka pemetaan, dimana detaildetailnya diambil dengan teliti kalau perlu pengukuran jarak memakai metband dan ketinggian yang penting memakai waterpass dengan ketelitian 1 cm. Pengukuran situasi ini dianggap penting dilakukan pada bangunan bangunan yang kanena hal tersebut diperlukan untuk dihitung volumenya yang nantinya dipergunakan sebagai back-up data pada pekerjaan usulan nantinya Batasan pengukuran situasi ditentukan 150 m x 100 m untuk bangunan besar di Saluran Induk dan 25m x 25 m untuk bangunan kecil di Saluran Sekunder yang diukur dari as bangunan/saluran. Detail-detail yang diambil adalah setiap perubahan permukaan tanah dengan kerapatan ± 2 s/d 10 meter. 3.3.1.7. PEMASANGAN BENCH MARK (BM) Secara umum kegiatan ini meliputi pekerjaan : Pemasangan patok beton tambahan apabila BM (Bench Mark) yang ada pada setiap bangunan rusak/hilang (setiap bangunan yang ada mempunyai BM). Mengukur kembali semua ketinggian patok BM yang ada dan mengikatkan pada BM yang baru (x,y,z). Pelaksanaan pengukuran harus mengikuti Standar Perencanaan Irigasi PT - 02 (lihat bagian “Pengukuran Trace Saluran “) Membuat daftar(register) BM lama dan baru serta membuat peta lokasi posisi ketinggiannya (x,y,z) serta sket peta lokasinya. Lokasi dan elevasi BM sebagai titik referensi, harus dicantumkan dalam daftar BM. Setiap perbedaan dalam elevasi dan koordinat BM lama dan baru harus dijelaskan dalam Bab laporan mengenai survey dalam laporan akhir. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 20 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Pemasangan Bench Mark (BM) besar/kecil dan patok kayu, mengikuti ketetapan sebagai berikut : Ukuran BM besar adalah 20 x 20 x 100 cm dan ditimbun tanah, dengan tinggi patok yang muncul di atas permukaan adalah 20 cm Ukuran BM kecil tanda azimuth, adalah 10 x 10 x 100 cm BM besar dipasang pada setiap jarak 500 meter sepanjang jalur poligon utama dan cabang, atau setiap luas areal ± 500 ha serta di setiap titik simpul BM kecil dipasang diantara 2 buah BM besar dan juga pada setiap bangunan BM dipasang sebelum pelaksanaan pengukuran detail, dan ditempatkan pada lokasi yang aman, tanah dasar yang kokoh dan stabil, serta mudah dicari Setiap Bench Mark (BM) dan patok diberi nomor yang teratur, dibuat deskripsinya, yang dilengkapi dengan foto berwarna serta sketsa lokasi. Patok CP dibuat dari kayu dengan ukuran 5 x 7 x 60 cm, dan ditanam 30 cm kedalam tanah. KONSTRUKSI BENCH MARK (BM) KONSTRUKSI CONTROL PONIT (CP) Gambar 3.3 : Konstruksi BM dan CP WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 21 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT 3.3.1.8. PENCATATAN, REDUKSI DAN PEMROSESAN HASIL PENGAMATAN DI LAPANGAN Keseluruhan pelaksanaan tatacara pengukuran mengacu pada Standar Perencanaan Irigasi PT - 02 . Pencatatan, reduksi dan proses hasil (Gambar) harus memperhatikan berbagai hal sebagai berikut : Perhitungan harus disertai sketsa arah pengukuran agar memudahkan pemeriksaan. Station pengamat matahari harus tercantum pada sketsa. Hitungan poligon dan waterpass kerangka utama harus dilakukan dengan perataan Bowditch, Metode Dell atau perataan kwadrat kecil. Pada gambar sketsa kerangka utama harus dicantumkan hasil hitungan. Salah penutup sudut poligon. Salah linier poligon beserta harga toleransinya. Salah penutup waterpass beserta harga toleransinya. Perhitungan dilakukan dalam sistem proyeksi yang sudah ada sesuai dengan data referensi / awal pengukuran. Perhitungan dilakukan dengan sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) atau sistem proyeksi yang sudah ada, sesuai dengan data referensi/awal pengukuran. Ketelitian peta / gambar. Semua tanda silang untuk grid koordinat tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,3 mm diukur dari titik kontrol horizontal terdekat. Ttitk kontrol vertikal, posisi horizontalnya tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,6 mm diukur dari garis atau titik kontrol horizontal terdekat. 90 % (sembilan puluh persen) dari bangunan penting seperti bendung, dam, jembatan, saluran, dan sungai tidak mempunyai kesalahan lebih dari 0,6 mm diukur dari garis grid atau titik kontrol horizontal terdekat. Sisanya 5 % tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 1,2 mm. Pada sambungan lebar peta satu dengan yang lain, garis kontur, bangunan, saluran sungai harus tepat tersambung. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 22 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT 3.3.1.9. PENGGAMBARAN. Pengambaran diatas kertas kalkir ukuran A-1 (594 x 841 mm) 80/85 gram. Peta Ikhitisar digambar dengan skala 1 : 20.000 Peta Situasi Detail dibuat dengan skala 1 : 5.000 interval kontur 0.25 m Pengambanan tampang memanjang dan situasi trace saluran digambar dalam satu lembar kalkir dengan ketentuan: a. Situasi trace saluran skala 1: 5.000. b. Potongan memanjang: Horisontal : Skala 1 : 5.000 Vertikal Skala 1: 100 (untuk daerah datar) : Skala 1: 200 (untuk daerah curam atau bervariasi) Draft pengambaran harus dilakukan diatas kertas milimeter yang diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan dinyatakan secara tertulis. Semua penggambaran harus mengacu pada Standar Perencanaan Irigasi KP-07. A. Bentuk Hasil Penggambaran Gambar draft dilakukan di atas kertas milimeter yang telah disetujui oleh pihak Direksi, dengan garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm Semua Bench Mark (BM) dan titik referensi harus digambar pada peta, dan dilengkapi dengan data elevasi dan koordinat Pemberian angka kontur harus jelas terlihat, dengan interval kontur 1.00 meter digambar lebih tebal Legenda pada gambar harus sesuai dengan apa yang ada di lapangan, dan penarikan kontur/jalur data sadei bukit harus ada data elevasinya. Titik pengikat/referensi peta harus tercantum pada peta, dan ditulis dibawah legenda. Garis sambungan (overlap) pada peta sebesar 5 cm WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 23 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Gambar peta topografi skala 1:5.000 dan 1:2000 digambar di atas kertas kalkir , dengan ukuran A1 Lembar peta harus diberi nomor urut yang jelas dan teratur, serta format gambar peta harus sesuai dengan ketentuan dari Direksi Pekerjaan Sehubungan dengan ketelitian peta, ditetapkan batasan sebagai berikut : Semua tanda silang untuk grid koordinat tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,3 mm, diukur dari titik kontrol horisontal terdekat Titik kontrol vertikal, posisi horisontalnya tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,60 mm, diukur dari garis atau titik kontrol horisontal terdekat 95% dari bangunan penting, seperti bendung, dam, jembatan, saluran, dan sungai, tidak mempunyai kesalahan lebih dari 0,60 mm, diukur dari grid atau titik kontrol horisontal terdekat. Sisanya 5%, tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 1,20 mm B. Produk Kegiatan Survey Topografi Laporan disajikan dalam bentuk naskah ataupun gambar peta dan laporan ini harus disampaikan secara terpisah (volume penunjang) dengan laporan akhir. Buku sketsa lapangan untuk bangunan dan saluran usulan (untuk rehabilitasi) Gambar inventarisasi kondisi saluran dan bangunan usulan (untuk rehabilitasi) + foto lapangan (beserta negatipnya). Buku pengukuran tampang memanjang,tampang melintang poligon dan situasi trace serta situasi bangunan Buku diskripsi BM Pengambaran hasil pengukuran: Tampang memanjang saluran dengan denah situasi trace saluran Tampang melintang WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 24 LAPORAN INTERIM 3.4. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT SURVEY DAN INVENTARISASI JARINGAN Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang ada dilapangan berkaitan dengan jaringan yang telah ada meliputi saluran, bangunan pengatur air, dan bangunan pelengkap lainnya. Secara rinci pekerjaan ini meliputi : Survey dan inventarisasi saluran existing yang meliputi panjang, lebar ratarata, kedalaman rata-rata (dimensi rata-rata) dan kondisi saluran sekarang lengkap dengan foto-fotonya. Survey dan inventarisasi bangunan pengatur air existing yang melipoti dimensi dan kondisi maupun fungsinya lengkap dengan foto-fotonya. Survey dan inventarisasi bangunan pelengkap existing lainnya yang meliputi dimensi dan kondisi bangunan tersebut meliputi jembatan,gorong-gorong,dll. Survey sumber/suplai air dan sistem drainase lainnya,seperti penggunaan pompa lengkap dengan spesifikasinya dan sistem operasi beserta fotofotonya. 3.5. SURVEY HIDROLOGI & HIDROMETRI Kegiatan ini adalah bertujuan untuk memperoleh data yang lebih lengkap lagi dalam mendukung kegiatan penyusunan Laporan System Planning . Pekerjaan survey Hidrologi & Hidrometri ini mencakup kegiatan sebagai berikut : 1. Pengumpulan Data Hidrologi & Hidrometri 2. Pekerjaan Persiapan 3. Pekerjaan Lapangan 4. Analisis dan evaluasi data dan penyusunan laporan. 3.5.1. PENGUMPULAN DATA HIDROLOGI Pengumpulan data hidrologi dimaksudkan untuk mendapatkan data-data hidrologi dan klimatologi sebagai masukkan di dalam menentukan besaran perencanaan seperti curah hujan maksimum dengan periode ulang tertentu, hidrograf banjir dan modul drainase serta penentuan parameter-parameter WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 25 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT lainnya yang dapat menunjang desain hidrolik serta neraca air untuk keperluan pola tanam. Pengumpulan Data meliputi : Pengumpulan data curah hujan diambil dari stasiun yang terdekat selama 10 tahun dengan catatan pengamatan selama 10 tahun berturut-turut merupakan data hujan minimum terbaru. Pengumpulan data temperatur selama minimum 5 tahun berturut-turut dari stasiun iklim yang terdekat. Pengumpulan data kelembaban relatif selama minimum 5 tahun berturutturut dari stasiun klimatologi terdekat. Pengumpulan data Lama Penyinaran Matahari minimum selama 5 tahun dari stasiun pengamat terdekat. Pengumpulan data kecepatan angin minimum selama 5 tahun berturutturut dari stasiun pengamat terdekat. Pengumpulan data informasi banjir (tinggi, lamanya dan luas genangan serta saat terjadinya) baik dengan pengamatan langsung ataupun memperhatikan bekas-bekas dan tanda-tanda banjir di pohon maupun melalui wawancara dengan penduduk setempat. Pengumpulan Data Pasang surut yang ada di sekitar lokasi pekerjaan. Data Hidrologi dan Hidrometri diperoleh dengan cara : Menghubungi mengumpulkan stasiun-stasiun data pengamat pencatatan yang cuaca diperlukan terdekat dan sebagaimana dijelaskan pada Laporan Pendahuluan ini. Menghubungi Kantor Meteorologi & Geofisika Propinsi dan mengumpulkan data-data yang diperlukan. Jawatan Oceanografi TNI Angkatan Laut, untuk mendapatkan ramalan pasang surut (Buku Hidral). WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 26 LAPORAN INTERIM 3.5.2. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT PEKERJAAN PERSIAPAN Sebelum melakukan pekerjaaan lapangan, tim survey akan melakukan persiapan yatiu : Mempelajari laporan dan data yang tersedia dan menyusun rencana dan jadwal kegiatan survey. Menyiapkan peta lokasi rencana pengukuran dan penempatan titik pengukuran yang sudah disesuaikan dengan rencana skematisasi dari model matematik untuk keperluan kalibrasi model serta menetapkan jumlah volume pekerjaan. Menyiapkan formulir pengukuran, bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan serta penyiapan team yang akan berangkat ke lapangan. Menyiapkan team survey yang akan berangkat. Semua kegiatan di atas akan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan Direksi atau Supervisor sebelum berangkat ke lapangan. 3.5.3. PEKERJAAN LAPANGAN A. Orientasi Lapangan Menyiapkan sarana seperti speedboat dan klotok (kapal pengukur) baik untuk pengukuran muka air maupun kecepatan air. Pengenalan lapangan dan pemasangan tanda-tanda pengukuran sesuai dengan peta pengukuran. Mendiskusikan rencana pengukuran dengan Direksi Lapangan untuk mendapat persetujuan. Penandaan tempat-tempat pengukuran (marking inspection). Memasang alat-alat ukur (peilschaal) di tempat-tempat yang sudah ditentukan sesuai dengan rencana pengukuran. Pengukuran lapangan antara lain seperti bekas tinggi muka air maksimum, yang pernah terjadi, tanggul, jembatan atau pintu- pintu air/goronggorong yang ada dicatat di peta. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 27 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT B. Survey Hidrometri Survey hidrometri dimaksudkan untuk mendapatkan data aktual di lapangan sebagai data masukkan untuk keperluan model matematik jaringan sungai ataupun jaringan drainase, sehingga diharapkan akan dapat diketahui tingkah laku (karakteristik) hidrolik dari daerah kajian (sistem), jaringan sungai atau jaringan drainase untuk keperluan perencanaan dan pengembangan daerah tersebut. Data yang didapat ini akan berupa karakteristik sungai, anak sungai/cabang sungai dan saluran-saluran yang ada, yang sangat berpengaruh terhadap kondisi lahan proyek/unit pada umumnya serta sistim tata saluran pada khususnya. Secara ringkas cakupan pelaksanaan pekerjaan hidrometri yang dilakukan meliputi : Tinggi muka air pasang surut Pengamatan pasang surut akan dilakukan di sekitar muara sungai pada lokasi yang aman. Pengamatan pasang surut dilakukan dalam waktu 15 hari, dengan selang waktu pengamatan 0,5 jam. Periode pengamatan mencakup periode bulan terang (Spring Tide) dan bulan mati (Neap Tide). Kecepatan arus Pengamatan arus akan dilakukan di sungai pada 3 - 4 penampang melintang sungai pada tiap lokasi sungai yang mungkin akan menjadi sumber air tawar ataupun menjadi titik utama dalam proses masuk dan kelluar debit aktual.. Jumlah lokasi pengamatan ini akan disesuaikan dengan kebutuhan data untuk evaluasi sistem tata air yang ada. Pengamatan arus pada masingmasing penampang melintang sungai dilakukan secara selama 30 jam dengan interval waktu 1 jam. Pengamatan dilakukan pada pasang purnama (bersamaan dengan pengamatan pasang surut). Pembacaan kecepatan dilakukan pada tiap interval kedalaman 0.5 m. Bersamaan dengan pengamatan muka air, dilakukan pula pengukuran salinitas pada beberapa kedalaman air. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 28 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Pengukuran Salinitas & PH di Daerah Rawa dan Sungai Pengukuran salinitas ini dilakukan di sepanjang sungai dan di areal daerah daerah rawa di beberapa tempat yang dianggap penting. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran salinitas di laut akibat pengaruh sungai. Pengukuran salinitas dan pH dilakukan saat pasang purnama dan saat pasang perbani. Hasil pengukuran ini akan digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menetapkan lokasi saluran pemberi dan pembuang, serta dapat digunakan untuk memperkirakan distribusi pengendapan. Pengambilan Sample Air dan Sedimen Pengambilan sample air dan sedimen dilakukan pada lokasi pengukuran kecepatan arus, muara sungai, dan pada saluran-saluran yang ada di daerah rawa yang dianggap perlu mewakili kualitas air di lokasi proyek. Pengukuran profil sungai/saluran (sounding) Levelling antara papan duga (peilschaal) dan Bench Marks pada patok terdekat dari lokasi pengukuran tinggi muka air. 3.5.4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Data masukan tersebut setelah dianalisa dan dievaluasi, akan digunakan untuk mengidentifikasi serta mencari alternatif banjir pada musim penghujan dan intrusi air asin pada pada musim kemarau serta kekeringan pada lahan pertanian waktu musim kemarau. Hal ini merupakan masukan yang sangat penting dalam perencanaan jaringan pengairan nantinya. Pengolahan data hidrometri meliputi, yaitu : Penghitungan kecepatan air pada tiap-tiap lokasi pengukuran. Penghitungan penampang melintang (cross section) dari saluran pada lokasi pengukuran. Penghitungan debit pada saluran – saluran Membuat Grafik - grafik : WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 29 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Grafik hubungan antara tinggi muka air dan waktu. Grafik hubungan antara kecepatan simultan dengan waktu. Grafik hubungan antara debit simultan dan debit distribusi dengan waktu. Perhitungan MSL di muara saluran primer dan sungai. Perhitungan run – off (debit hulu) – simultan. Levelling bench marks dengan papan ukur. Lokasi bench marks. Selanjutnya untuk keperluan data guna prarencana system planning, maka diperlukan suatu pengikatan 0 peilschaal terhadap titik referensi (BM). Pekerjaan ini dimaksudkan agar datum line (bidang persamaan antara) titik pengamatan muka air sama menjadi satu sistem. 3.6. SURVEY MEKANIKA TANAH Lingkup pekerjaan penyelidikan mekanika tanah ini meliputi pengeboran dangkal, Ducth Cone Penetrometer (Sondir) dan sumur uji (test pit), Vane Shear Test dan Hydraulic Conductivity Test. Pengambilan contoh tanah asli (disturbed Sample) dan contoh tanah tidak asli (undisturbed Sample) serta analisa laboratorium guna mengetahui sifat-sifat tanah dasar tersebut. Jumlah titik-titik sordir dan boring keseluruhan dalam paket pekerjaan ini juga sesuai kebutuhan di lapangan atas persetujuan Direksi. Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi karakteritik mekanika tanah sebagai bahan masukan perencanaan bangunan-bangunan dan saluran yang efisien, berupa : Analisa kestabilan lereng dan tanggul. Besaran konsolidasi dan settlement. Sifat-sifat pemadatan. Daya dukung tanah. Pelaksanaan pekerjaan investigasi Mekanika Tanah ini mengikuti tahapantahapan sebagai berikut yang dapat dilihat pada bagan alir pelaksanaan Investigasi Mekanika Tanah pada Gambar-3.4. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 30 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT SURVEY MEKANIKA TANAH PERSIAPAN - Personil Pelaksana - Peralatan dan Bahan Survey - Peta distribusi titik penyelidikan MOBILISASI - Personil Pelaksana - Peralatan dan Bahan Survey ORIENTASI - Penentuan Titik-titik Penyelidikan di Lapangan - Pengikatan titik penyelidikan terhadap BM PEMBORAN - Deskripsi - Undisturbed Sampel PENETRATION TEST - Tekanan Conus - Hambatan lekat TEST PIT - Disturbed Sample - Lokasi Bahan Bangunan VANE SHEAR TEST & HYDRAULIC CONDUCTIVITY TEST UJI LABORATORIUM Analisa Data & Rekomendasi - Parameter Mekanis Tanah - Rekomendasi Daya Dukung - Bahan-bahan Bangunan LAPORAN PENUNJANG MEKANIKA TANAH Gambar 3.4. : Diagram Alur Pekerjaan Survey Mekanika Tanah WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 31 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Pekerjaan survey Mekanika Tanah ini lebih diutamakan pada hasil kegiatan pengamatan lapangan, sedangkan hasil analisis laboratorium merupakan pendukung. Pekerjaan survey tanah Mekanika Tanah mencakup kegiatankegiatan sebagai berikut : 1. Pekerjaan Persiapan, 2. Survey Lapangan, 3. Analisis laboratorium, 4. Analisis dan evaluasi data dan penyusunan laporan. 3.6.1. PEKERJAAN PERSIAPAN Tenaga/personil pelaksana dipilih sesuai dengan profesi yang dimiliki dan berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan sejenis, yang meliputi Ahli Mekanika Tanah dan Juru Bor. Peralatan yang akan dibawa untuk melaksanakan pekerjaan akan dipilih dan disesuaikan dengan jenis pekerjaan seperti yang tercantum dalam TOR, diantaranya yaitu unit peralatan bor tanah, Roll meter, Kamera foto untuk dokumentasi dan unit peralatan/perlengkapan tenaga pelaksana. Selain berbagai peralatan seperti tersebut diatas, maka dipersiapkan pula bahan-bahan dan perlengkapan lain berupa blanko formulir lapangan, peta geologi, peta topografi dan data lain (literature) yang akan dipakai guna menunjang kelancaran pekerjaan. 3.6.2. SURVEY LAPANGAN A. Orientasi Lapangan Mengadakan diskusi dengan Direksi Lapangan mengenai rencana pelaksanaan survey dan penyebaran titik-titik pengamat serta persiapan tenaga lokal dan peralatan penunjang. B. Pekerjaan Lapangan Untuk mempercepat pelaksanaan survey dibagi atas beberapa tim yang bekerja dilapangan secara simultan. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 32 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT 1) Pemboran Dangkal Pemboran dilakukan dengan menggunakan mata bor Iwan biasa (Iwan Auger) dengan diameter 10 cm dan diputar dengan tangan sampai mencapai kedalaman 8.00 meter sampai kedalaman suatu lapisan keras dimana pemboran tidak dapat diperdalam lagi. Dari pemboran ini diambil contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) yang selanjutnya akan dianalisa dilaboratorium mekanika tanah. Tahapan kegiatan pemboran dangkal ini adalah sebagai berikut : Pembuatan rencana kerja secara detail termasuk daftar personil dan schedule pelaksanaan. Mobilisasi dan penyiapan medan kerja untuk mendapatkan jalan hantar yang tepat dan pembuatan jalan setapak jika perlu. Transportasi, penyetelan dan penempatan peralatan, perlengkapan serta material. Penyusunan core sample hasil pemboran pada core box, pengambilan photo dari core sample serta mencatat pengujian di lubang bor. Pemilihan sample dari core pemboran dan mengirimkannya ke laboratorium sesuai dengan instruksi Engineer. Demobilisasi dan pembersihan bekas lokasi pekerja. Pelaporan. Tenaga Pelaksana : Untuk melaksanakan seluruh pekerjaan yang dikontrakan, Konsultan harus menyediakan tenaga pelaksana pekerjaan yang terdiri dari berbagai berikut: Ahli Mekanika Tanah Tukang boring Tenaga Lokal Peralatan : Hand Auger Bor (Iwan Auger) diameter 10 cm Tabung Sampel (Tube Sampling) WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 33 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Deskripsi : Ahli geoteknik dari pihak Pelaksana Pekerjaan harus memeriksa semua inti yang telah diperoleh, mencatat jenis-jenis bantuan dan tanah pada setiap bagian yang berbeda, ketinggian muka air tanah, elevasi dan hal-hal lain yang dianggap perlu, membuat deskripsi mengenai sifat-sifat litologi dan mekanika dari contoh tersebut, serta membuat log bor yang dihimpun dari hasil-hasil uji di tempat & menyerahkan semua informasi yang diperoleh selama pemboran. 2) Uji Penetrasi (Penetration Test). Pengamatan dilakukan pada semua titik pengeboran tanah, ditambah dengan daerah-daerah lain yang pada waktu survei secara visual membutuhkan pengamatan tambahan. Penyelidikan Sondir ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran daya dukung tanah dasar rencana banding dari harga conus dan jumlah harga pelekat. Peralatan : Duct Cone Penetrometer (Iwan Auger) diameter 10 cm, min berat 2 ton dan tekanan conus ³ 100 kg/cm Deskripsi : Pelaksanaan penetration test dilakukan dengan kecepatan penetrasi 1 cm/sec dengan interval pengetasan antara 20 cm. Hasil dari sondir harus menunjukkan hubungan antara tekanan conus, jumlah hambatan pelekat dengan kedalaman pembacaaan dengan interval 20 cm s/d 25 cm dimana kedalaman total minimum 12 m. 3) Sumuran Uji (Test Pit) Deskripsi : Pekerjaan sumuran uji (lest pit) adalah untuk mengetahui jenis dan tebal lapisan di bawah lapisan tanah atas dengan lebih jelas. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 34 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Prosedur : Posisi titik-titik pengamatan disebar menurut perkiraan pada daerah borrow pit atau rencana pembuatan saluran atau tanggul keliling. Ukuran lubang uji (test pits) adalah 1,25 m x 1,25 m dengan kedalaman penggalian tanah maksimum lk. 5,00 meter. Pada keadaan muka air tanah dangkal, lubang uji diganti dengan percobaan pemboran dengan menggunakan bor tangan sampai kedalaman lk. 5,00 meter. Pada setiap lubang uji diambil contoh tanah terganggu (disturbed sample) pada perubahan lapisan seberat lk. 20, kg untuk diuji sifat-sifat pemadatannya (compaction test) di laboratorium untuk mengetahui karakteristik tanah yang akan digunakan sebagai timbunan. Agar pengambilan contoh dan klasifikasi tanah dapat dilakukan dengan baik, dasar sumuran uji harus dibuat horisontal. Tiap lapisan perlu dicatat tentang uraian jenis dan warna tanah, kedalaman dan elevasinya. Dilakukan pengambilan contoh tanah tes permeabilitas dan pencatatan diskripsi visual tanah. Bahan yang dikeluarkan dari galian harus dikumpulkan di sekitar sumuran uji untuk mengetahui bahan lain setiap kedalamaan tertentu. Setelah masing-masing sumuran selesai, ahli mekanika tanah dari pihak Pelaksana Pekerjaan harus membuat catatan mengenai : hasilhasil penemuannya, mengambil foto-foto berwarna, serta menyerahkannya kepada Pemberi Pekerjaan. Pada waktu membuat sumuran uji, harus dilakukan uji berat volume di lapangan pada setiap kedalaman 2,0 m dengan metode berat volume pasir atau metode volume air menurut JIS A 121 H/1971 atau ASTM D 2937-71. Jumlah dan lokasi sumuran uji akan diputuskan oleh Pemberi Pekerjaan. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 35 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT 4) Vane Shear Test. Tujuan dari uji ini adalah untuk menentukan kekuatan geser tanah pada kedalaman tertentu baik dalam kondisi asli maupun remoulded. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat vane borer dengan kapasitas maksimum 20 ton/m² sampai pada kedalaman 10 meter. Pembacaan kekuatan geser dilakukan pada setiap interval kedalaman 0,50 meter. Posisi titik pengamatan disesuaikan dengan posisi test pit. Hasil pekerjaan lapangan disusun untuk segera disampaikan kepada team perencana agar segera dapat digunakan sebagai penyusunan pra-rencana. 5) Hydraulic Conductivity Test. Pengujian Hydraulic Conductivity dilakukan dengan menggunakan metode Auger Hole atau Penetrometer. Penempatan pekerjaan ini disesuaikan dengan pekerjaan perboran dengan maksud sebagai pembanding/rechek terhadap hasil laboratorium. 6) Pencarian lokasi bahan bangunan dan timbunan. Pencarian lokasi bahan bangunan ini hanya bersifat peninjauan lapangan dan kualitas bahan bangunan pun hanya bersifat visual tampa adanya penelitian. Jenis bahan bangunan yang akan ditinjau adalah batu belah, koral, pasir, batu muka dan tanah timbunan. Bahan bangunan untuk tanah timbunan tanggul akan digunakan sedapat mungkin bahan setempat (sistim cut and fill) yang digali dan ditimbunkan untuk tanggul, kalau hal ini tidak mungkin baru akan dicarikan tempat lainnya yang terdekat dengan lokasi timbunan tanggul. 3.6.3. UJI LABORATORIUM Contoh-contoh tanah yang diambil dari lapangan dibawa ke laboratorium untuk diuji guna mendapatkan besaran-besaran sifat karakteristik fisik dan mekanika tanah. Pengujian tanah harus dilakukan untuk dua jenis sample tanah yang diperoleh dan sesuai dengan standar berikut : WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 36 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Pengujian Contoh Tanah Tidak Terganggu a) Penyelidikan sifat fisik tanah Berat jenis (ASTM D.3456) Berat volume (ASTM D. 854) Ruang pori total (ASTM D2216) Atterberg limit (ASTM D 4318) Gradasi butiran (ASTM D.42) Permeabilitas (Constant head test/Falling head test) b) Penyelidikan Sifat Mekanika Tanah Konsolidasi (ASTM D. 2435) Triaxial Test ( ASTM D.565) Pengujian Contoh Tanah Terganggu a) Penyelidikan Sifat Fisik Tanah Berat jenis Atterberg limits Gradasi butiran b) Penyelidikan Sifat Mekanis Percobaan pemadatan (Compaction test Modified ASSHO) 3.6.4. ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN Data-data yang diperoleh dari pengamatan lapang serta hasil analisis laboratorium, kemudian dianalisis dan dievaluasi secara sistematis untuk memperoleh gambaran kualitas tanah yang ada di daerah survey. Berdasarkan data sifat-sifat dan karakteristik mekanika tanah, maka tanah diklasifikasikan dalam satuan jenis/macam tanah. Selanjutnya untuk memperoleh deskripsi kondisi tanah yang khas daerah pasang-surut sebagai masukan dalam perencanaan system jaringan dan desain bangunan air yang akan direncanakan. Hasil penyelidikan harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Penyelidikan Mekanika Tanah, yang mencakup : WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 37 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Lokasi dan waktu penyelidikan. Metode penyelidikan. Hasil penyelidikan tanah / analisa laboratorium. Gambar deskripsi tanah/Statigrafi hasil bor dan Peta titik penyeldikan. Dokumentasi penyelidikan lapangan dan lain-lain. 3.7. SURVEY TANAH PERTANIAN Pekerjaan survei tanah pertanian akan mengacu pada petunjuk teknis dalam Term of References (TOR) yang dikeluarkan oleh Satuan Kerja Balai WIlayah Sungai SUmatera VI dan pedoman survei lainnya yang relevan (PPT, FAO, USDA). Pekerjaan survey tanah ini lebih diutamakan pada hasil kegiatan pengamatan lapangan, sedangkan hasil analisis laboratorium merupakan pendukung. Pekerjaan survey tanah pertanian mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Pekerjaan Persiapan, 2. Survey Lapangan, 3. Analisis laboratorium, 4. Analisis dan evaluasi data, serta 5. Pembuatan peta dan penyusunan laporan. 3.7.1. PERSIAPAN Persiapan merupakan kegiatan tahap awal sebelum pekerjaan survey lapangan mulai dilakukan. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah : Studi literatur : pengumpulan dan analisis peta/data sekunder. Penyiapan rencana kerja dan peta pengamatan tanah. Pengadaan bahan-bahan dan peralatan survey. 3.7.2. SURVEY LAPANGAN Survey lapangan dilakukan oleh Soil Scientist/Ahli Tanah Pertanian dibantu dengan 2 surveyor tanah serta beberapa tenaga lokal. Survey dilaksanakan WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 38 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT dengan menjelajahi seluruh daerah survey serta melakukan pengamatan tanah. Kegiatan lapangan dapat dirinci sebagai berikut : A. Orientasi Lapangan Orientasi lapangan atau pra-survey dilakukan sebelum pelaksanaan survey detil. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum tentang kondisi daerah survey. Hasil orientasi lapangan sangat diperlukan dalam menentukan metoda dan program kerja, sehingga pelaksanaan survey lebih terarah, efektif dan efisien. Kegiatan orientasi lapangan dilakukan dengan menjelajahi seluruh daerah survey dan mengidentifikasi lokasi-lokasi yang dianggap penting. B. Pengamatan Boring Tanah Pengamatan dilakukan dengan cara pemboran tanah di seluruh daerah survey untuk memperoleh deskripsi penyebaran macam, sifat, dan karakteristik tanah. Untuk tanah-tanah mineral, pemboran dilakukan hingga kedalaman ± 120 cm ; sedangkan untuk tanah gambut (organosol), pemboran dilakukan sampai batas lapisan tanah mineral di bawahnya. Pengamatan dilakukan pada tanah asli (bukan timbunan) di sepanjang rintisan atau sejajar terhadap saluran-saluran yang ada, pada setiap jarak 200500 m. jika dijumpai kendala tanah yang khusus seperti gambut tebal, pirit dangkal, tekstur berpasir, dan lain-lain, maka kerapatan pengamatan perlu ditambah, agar areal tersebut dapat didelinasi batasnya secara lebih tepat/teliti. Pengamatan sifat morfologi tanah dengan bor mengikuti pedoman Panduan Survei Tanah (Puslitanak, 1994); Giudeline for Soil Profile Description (FAO, 1977); Soil Survey Manual (Soil Conservation Cervice, 1993 dan Metode Survei Tanah Sulfat Masam (AARD dan LAWOO, 1993). Dengan mengacu pedoman tersebut di atas, lingkungannya. setiap Karakteristik pemboran tanah dilakukan yang diamati terhadap antara tanah lain dan adalah, kedalaman tanah, horzonisasi, warna matrik tanah dan karatan, tekstur, struktur, tingkat kematangan (ripening), konsistensi, reaksi tanah (pH), ketebalan gambut dan tingkat kematangannya, serta keberadaan pirit. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 39 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Identifikasi senyawa sulfida/pirit dilakukan dengan oksidasi cepat pada contoh tanah sedar dengan hidrogen peroksida (H2O2 30%). Sedangkan pengamatan lingkungan meliputi, kedalaman air tanah, tinggi genangan, tipe luapan/banjir, pengaruh pasang-surut vegetasi, penggunaan lahan, fisiografi lahan, bahan induk, bentuk wilayah dan lereng. C. Pengambilan Contoh Tanah Disamping pengamatan pemboran, dalam survey ini juga dilakukan pengambilan contoh tanah untuk analisis di laboratorium. Lokasi pengambilan contoh tanah akan disesuaikan dengan kondisi penyebaran tanah. Contoh tanah diambil sebanyak 2-4 lapisan, atau minimal dapat mewakili kondisi lapisan tanah atas (topsoil) dan lapisan bawah (subsoil). Contoh tanah dikemas dan diberi notasi, kemudian dikirim ke laboratorium untuk analisis lebih lanjut. Parameter yang perlu dianalisis antara lain : tekstur tanah, kematangan, kemasaman (pH), kadar bahan organik dan kesuburan tanah (kandungan N, P, K, KTK, basa-basa), sulfur/pirit, salinitas (DHL), serta kadar abu (khusus untuk tanah gambut). Dalam survey ini, contoh tanah yang diambil untuk analisis di laboratorium adalah sebanyak 6 titik ( 24 contoh ). 3.7.3. ANALISIS DAN EVALUASI DATA Data-data yang diperoleh dari pengamatan lapang serta hasil analisis laboratorium, kemudian dianalisis dan dievaluasi secara sistematis untuk memperoleh gambaran kualitas tanah yang ada di daerah survey. Berdasarkan data sifat-sifat dan karakteristiknya yang seragam, maka tanah diklasifikasikan dalam satuan jenis/macam tanah. Klasifikasi tanah tersebut dilakukan dengan berpedoman pada “Keys to Soil Taxonomy” (USDA, 1998) dengan pembagian sampai tingkat sub-grup. Selanjutnya untuk memperoleh deskripsi kendala tanah yang khas daerah pasang-surut dan pola pengelolaannya, lahan diklasifikasikan dalam satuan lahan (land-unit) yang mencerminkan sifat-sifat kendala dan potensi pengembangannya. Dalam hal ini, lahan-lahan tersebut dikelompokkan berdasarkan konsep “Land-Unit dan Zona Pengelolaan Air” seperti diuraikan dalam diskusi ISDP-IBRD loan 3755-IND “Land Unit & Water Management Zones in Tidal Lands of Indonesia” (EUROCONSULT & associated, Revised Edition, 1996). WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 40 LAPORAN INTERIM 3.7.4. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT PEMBUATAN PETA DAN PENYUSUNAN LAPORAN Hasil pengolahan data tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk peta-peta dan laporan. Peta dibuat dengan skala 1 : 10.000 atau 1 : 20.000 (disesuaikan dengan luas areal survey) serta mencakup jenis peta-peta sebagai berikut : Peta penyebaran macam tanah Peta ketebalan gambut Peta kedalaman lapisan pirit Peta kedalaman air tanah dan tinggi genangan Peta satuan lahan (land-unit) dan kesesuaian lahan Peta rekomendasi penggunaan lahan (zona pengelolaan air) 3.8. SURVEY SOSIAL EKONOMI Pekerjaan Survei Sosial Ekonomi mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Pekerjaan Persiapan, 2. Survey Lapangan, 3. Analisis dan evaluasi data dan penyusunan laporan. 3.8.1. PERSIAPAN Persiapan merupakan kegiatan tahap awal sebelum pekerjaan survey lapangan mulai dilakukan. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah : Studi literatur : pengumpulan dan analisis data sekunder. Penyiapan rencana kerja dan peta pengamatan lapangan. Pengadaan bahan-bahan dan peralatan survey. 3.8.2. SURVEY LAPANGAN Survey lapangan dilakukan oleh Agronomist/Agro-socioeconomist dengan dibantu oleh surveyor. Survey dilaksanakan dengan menjelajahi seluruh daerah survey serta melakukan pengamatan tanah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagal berikut: WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 41 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Wawancara secara tertutup dan terbuka Pengamatan langsung & dari informasi/penjelasan pejabat terkait. Pengumpulan informasi tercatat yang diterbitkan oleh badan/lembaga terkait yang berwenang (data sekunder) Kegiatan lapangan dapat dirinci sebagai berikut : A. Orientasi Lapangan Orientasi lapangan atau pra-survey dilakukan sebelum pelaksanaan survey. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum tentang kondisi daerah survey. Hasil orientasi lapangan sangat diperlukan dalam menentukan metoda dan program kerja, sehingga pelaksanaan survey lebih terarah, efektif dan efisien. B. Inventarisasi data sekunder Inventarisasi data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang ada di Kantor Desa, Kecamatan, Kabupaten, dan Propinsi. Inventarisasi data dan diskusi juga dilakukan dengan berbagai instansi terkait seperti Bappeda, Dinas Pengairan, Pertanian, Dinas Perkebunan, dan sebagainya untuk memperoleh data-data dan masukan mengenai program-program sektoral dan daerah. Data yang dikumpulkan meliputi : kondisi demografi, perekonomian, prasarana/sarana, produksi pertanian, organisasi sosial, sosialbudaya masyarakat di daerah survey. C. Inventarisasi data primer. Inventarisasi data primer dilakukan dengan cara melakukan observasi lapangan, wawancara dengan tokoh masyarakat, dan wawancara dengan petani responden. Wawancara dengan tokoh masyarakat dilakukan terhadap para pemimpin formal (Kepala Desa, Camat, petugas lapangan) maupun pemimpin informal setempat. Sedangkan wawancara terhadap petani responden dilakukan dengan cara memilih sejumlah petani sampel (responden) secara acak proporsional dari populasi petani pemilik lahan/penggarap yang tinggal di Daerah Rawa Sei Cemara. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan system blok random (random block sampling). Dimana setiap petak tersier mempunyai sampel pewakil minimal 1 WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 42 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT (satu) orang responden. Untuk petak tersier yang luasnya 25 ha atau kurang diambil 1 orang sampel pewakil, sedangkan yang lebih dari 25 ha setiap kelipatan 25 ha diambil 1 orang responden. Wawancara dilakukan secara non-formal dengan berpedoman pada kuestionair yang telah disusun. Data yang diinventarisasi mencakup kondisi penggunaan lahan saat ini, jenis tanaman, produksi pertanian dan pola tanam, kendala usahatani, masalah tata air, kondisi ekonomi keluarga petani, kelembagaan, serta persepsi petani terhadap proyek. 3.8.3. ANALISIS DAN EVALUASI DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN Data-data yang diperoleh dari pengamatan lapang dari hasil pengumpulan data primer dan sekunder, kemudian dianalisis dan dievaluasi secara sistematis untuk memperoleh gambaran kondisi agro-sosioekonomi yang ada di daerah survey. Hasil pengolahan data tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk peta-peta dan laporan. Peta tataguna lahan saat ini dibuat dengan skala 1 : 20.000 (disesuaikan dengan luas areal survey) . Laporan berisi tentang maksud dan tujuan survey, kondisi daerah survey, metoda kegiatan survey kemungkinan lapangan, uraian pengelolaannya, hasil kesesuaian survey, lahan masalah-masalah dan saran-saran dan yang disampaikan untuk memperbaiki kondisi sekarang, khususnya dihubungkan dengan pengembangan daerah rawa. 3.9. SURVEY AGRONOMI Pekerjaan Survei agronomii untuk Survey, Investigasi dan Desain (SID) Daerah Rawa Sei Kepayang di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi ini dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis dalam Term of References (TOR) yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Pekerjaan Persiapan, 2. Survey Lapangan, 3. Analisis dan evaluasi data dan penyusunan laporan. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 43 LAPORAN INTERIM 3.9.1. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT PERSIAPAN Persiapan merupakan kegiatan tahap awal sebelum pekerjaan survey lapangan mulai dilakukan. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah : Studi literatur : pengumpulan dan analisis data sekunder. Penyiapan rencana kerja dan peta pengamatan lapangan. Pengadaan bahan-bahan dan peralatan survey. 3.9.2. SURVEY LAPANGAN Survey lapangan dilakukan oleh Lingkungan dengan dibantu oleh surveyor. Survey dilaksanakan dengan menjelajahi seluruh daerah survey serta melakukan pengamatan kondisi lingkungan di lokasi proyek. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagal berikut: Wawancara secara terbuka Pengamatan langsung & dari informasi/penjelasan pejabat terkait. Pengumpulan informasi tercatat yang diterbitkan oleh badan/lembaga terkait yang berwenang (data sekunder) Pelaksanaan pengumpulan data lapangan di lakukan dengan wawancara secara terbuka dilakukan melalui sejumlah pertanyaan terbuka kepada responden dan identifikasi dan pengamatan langsung. Kegiatan lapangan dapat dirinci sebagai berikut : A. Inventarisasi data sekunder Inventarisasi data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang ada di Kantor Desa, Kecamatan, Kabupaten, dan Propinsi. Inventarisasi data dan diskusi juga dilakukan dengan berbagai instansi terkait seperti Bappeda, Dinas Pengairan, Pertanian, Dinas Perkebunan dan Kehutanan, dan sebagainya untuk memperoleh data-data dan masukan mengenai programprogram sektoral dan daerah. WAHANA REKA TEKINDO pt. Data yang dikumpulkan meliputi : kondisi Hal. 3 - 44 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT lingkungan, prasarana/sarana lingkungan, sosial-budaya masyarakat di daerah survey. B. Inventarisasi data primer. Inventarisasi data primer dilakukan dengan cara melakukan observasi lapangan. Survey yang dilakukan mencakup : Kondisi fisik dan kimia termasuk segala perubahannya dari unsur iklim, hidrologi, hutan, tata guna lahan, tata ruang, sungai, kondisi tanah dan lain-lain. Kondisi hayati termasuk flora dan fauna Kondisi sosial termasuk sosial eonomi dan sosial budaya masyarakat Identifikasi keterkaitan proyek dengan kegiatan lain yang sudah ada. Identifikasi batas wilayah proyek yang meliputi ; batas proyek, batas ekologis dan batas administrasi. 3.9.3. ANALISIS DAN EVALUASI DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN Data-data yang diperoleh dari pengamatan lapang dari hasil pengumpulan data primer dan sekunder, kemudian dianalisis dan dievaluasi secara sistematis untuk memperoleh gambaran kondisi lingkungan yang ada di daerah survey. Hasil pengolahan data tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk peta-peta dan laporan. Peta tataguna lahan dan kondisi lingkungan saat ini dibuat dengan skala 1 : 20.000 (disesuaikan dengan luas areal survey) . Adapun Analisa kondisi lingkungan di lokasi proyek yang akan dilakukan adalah : Kondisi Umum lokasi Proyek Masalah-masalah lingkungan yang ada dan kemungkinan penanggulangannya, Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), Kajian Lingkungan terhadap tahapan kegiatan proyek yang akan dilaksanakan secara keseluruhan dari proyek meliputi : pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 45 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Pendugaan dan evaluasi dampak yang dapat disajikan secara matriks yang meliputi : komponen kegiatan, macam dampak, penanganandampak, pihak yang berperan serta termasuk tanggung jawab dan kepentingannya. Hasil analisa dan evaluasi kondisi lingkungan di lokasi proyek dituangkan dalam laporan opendukung lingkungan yang berisikan maksud dan tujuan pekerjaan, metoda survey, hasil survey dan analisa data serta saran-saran yang disampaikan untuk memperbaiki kondisi sekarang, khususnya dihubungkan dengan pengembangan daerah rawa. 3.10. ANALISA DATA DAN PEMETAAN 3.10.1. ANALISA DATA TOPOGRAFI & PEMETAAN 3.10.1.1. PERHITUNGAN & ANALISA DATA A. Hitungan Kerangka Horizontal Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini Kerangka Dasar Horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu Jarak dan Sudut Jurusan yang akan diuraikan berikut ini: Perhitungan Koordinat Titik Poligon Prinsip dasar hitungan koordinat titik-titik poligon dapat dilihat pada uraian di bawah. Koordinat titik B dihitung dari Koordinat A yang telah diketahui: Hitungan Koordinat XP X A dAP Sin AP YP YA dAP Cos AP Dalam Hal ini: XA, YA = Koordinat titik yang akan ditentukan dAP SinAP = Selisih absis (D XAP) definitif (telah diberi koreksi) dAP CosAP = Selisih ordinat (D YAP) definitif (telah diberi koreksi) WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 46 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT dAP = Jarak datar AP definitif aAP = Azimuth AP definitif Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus sebagai berikut: 12 1A 1 AP A 1 1 180 23 21 1 12 2 180 AP A 1 2 2 180 34 32 3 23 3 180 AP A 1 2 3 3 180 4B 43 4 34 4 180 43 A 1 2 3 4 4 180 Secara garis besar bentuk geometri poligon dibagi menjadi Poligon Tertutup (loop) dan Poligon Terbuka, apabila dalam hitungan syarat geometri tidak terpenuhi maka akan timbul kesalahan penutup sudut yang harus dikoreksikan ke masing-masing sudut yang akan diuraikan sebagai berikut. Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith. Rumus-rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai berikut: a. Sarat Geometriks Sudut Akhir - Awal - + n.180o = f dimana: = Sudut Jurusan = Sudut Ukuran n = Bilangan Kelipatan f = Salah penutup sudut WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 47 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT b. Syarat Geometriks Absis m X Akhir X Awal X i 0 i 1 dimana: i = Jarak vektor antara dua titik yang berurutan di = Jumlah jarak X = Absis X = Elemen vektor pada sumbu absis m = Banyak titik ukur c. Koreksi Ordinat KY di fY di dimana: dI = Jarak vektor antara dua titik yang berurutan di = Jumlah jarak Y = Ordinat Y = Elemen vektor pada sumbu ordinat m = Banyak titik ukur Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan besarnya kesalahan linier jarak (KL) SL KL fX 2 fX 2 fY 2 fY 2 1 : 5.000 D Pengamatan Azimuth Astronomis Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai berikut WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 48 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Cos M Sin Sin.Sinm Cos.Cos.m dimana: M = azimuth matahari = deklinasi matahari dari almanak matahari m = sudut miring ke matahari = lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi) Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut Zenith (Z) yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut: dimana: Z d Z u r 1 d p i atau 2 m d mu r 1 d p i 2 Zd = sudut zenith definitif md = sudut miring definitif Zu = sudut zenith hasil ukuran mu = sudut zenith hasil ukuran r = koreksi refraksi 1/2d = koreksi semidiameter p = koreksi paralax I = salah indeks alat ukur B. Hitungan Kerangka Vertikal Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM). Syarat geometris H Akhir H Awal H FH T 8 D mm WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 49 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Hitungan Beda Tinggi H12 Btb Btm Hitungan Tinggi Titik H 2 H1 H12 KH dimana: H = Tinggi titik H = Beda tinggi Btb = Benang tengah belakang Btm = Benang tengah muka FH = Salah penutup beda tinggi KH = Koreksi beda tinggi d d FH T = Toleransi kesalahan penutup sudut D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter) C. Perhitungan Situasi Detail Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri dengan menggunakan alat ukur theodolite kompas (TO). Dengan cara ini diperoleh data-data sebagai berikut: Azimuth magnetis Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah) Sudut zenith atau sudut miring Tinggi alat ukur Berdasarkan besaran-besaran tersebut diatas selanjutnya melalui proses hitungan, diperoleh Jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah diketahui koordinatnya (X, Y, Z). WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 50 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y, Z), digunakan rumus sebagai berikut: Untuk menghitung jarak datar (Dd) TB TA H 1 H 100Ba Bb Sin 2m TA Bt 2 Dd = DOCos2m Dd = 100(Ba-Bb)Cos 2 m Dimana: TA = Titik tinggi A yang telah diketahui TB = Titik tinggi B yang akan ditentukan H = Beda tinggi antara titik A dan B Ba = Bacaan benang diafragma atas Bb = Bacaan benang diafragma bawah Bt = Bacaan benang diafragma tengah TA = Tinggi alat Dd = Jarak optis [100(Ba-Bb)] m = sudut miring Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna. Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis. Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah: C=g-m WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 51 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT dimana: G = Azimuth geografis M = Azimuth Magnetis Pada pelaksanaannya kerapatan titik detail akan sangat tergantung pada skala peta yang akan dibuat, selain itu keadaan tanah yang mempunyai perbedaan tinggi yang ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat. 3.10.1.2. PENGGAMBARAN Pengambaran diatas kertas kalkir ukuran A-1 (594 x 841 mm) Pengambanan tampang memanjang dan situasi trace saluran digambar dalam satu lembar kalkir dengan ketentuan: a) Situasi trace saluran skala 1: 2.000. b) Potongan memanjang: Horisontal : Skala I : 2.000 Vertikal : Skala 1: 100 (untuk daerah datar) Skala 1: 200 (untuk daerah curam atau bervariasi) Draft pengambanan harus dilakukan diatas kertas milimeter yang diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan dinyatakan secara tertulis. Semua penggambaran harus mengacu pada Standar Perencanaan Irigasi KP-07. Bentuk Hasil Penggambaran Gambar draft dilakukan di atas kertas milimeter yang telah disetujui oleh pihak Direksi, dengan garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm Semua Bench Mark (BM) dan titik referensi harus digambar pada peta, dan dilengkapi dengan data elevasi dan koordinat Pemberian angka kontur harus jelas terlihat, dengan interval 2,5 meter digambar lebih tebal Legenda pada gambar harus sesuai dengan apa yang ada di lapangan, dan penarikan kontur/jalur data sadei bukit harus ada data elevasinya. Titik WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 52 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT pengikat/referensi peta harus tercantum pada peta, dan ditulis dibawah legenda. Garis sambungan (overlap) pada peta sebesar 5 cm Gambar peta topografi skala 1:5.000 dan 1:2000 digambar di atas kertas kalkir , dengan ukuran A1 Lembar peta harus diberi nomor urut yang jelas dan teratur, serta format gambar peta harus sesuai dengan ketentuan dari Direksi Pekerjaan Sehubungan dengan ketelitian peta, ditetapkan batasan sebagai berikut : Semua tanda silang untuk grid koordinat tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,3 mm, diukur dari titik kontrol horisontal terdekat. Titik kontrol vertikal, posisi horisontalnya tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,60 mm, diukur dari garis atau titik kontrol horisontal terdekat 95% dari bangunan penting, seperti bendung, dam, jembatan, saluran, dan sungai, tidak mempunyai kesalahan lebih dari 0,60 mm, diukur dari grid atau titik kontrol horisontal terdekat. Sisanya 5%, tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 1,20 mm Pada sambungan gambar, lebar peta satu dengan yang lain, garis kontour, bangunan, saluran, dan sungai, harus tepat tersambung. Produk Kegiatan Survey Topografi Laporan disajikan dalam bentuk naskah ataupun gambar peta dan laporan ini harus disampaikan secara terpisah (volume penunjang) dengan laporan akhir. Buku sketsa lapangan untuk bangunan dan saluran usulan (untuk rehabilitasi) Gambar inventarisasi kondisi saluran dan bangunan usulan (untuk rehabilitasi) + foto lapangan (beserta negatipnya). Buku pengukuran tampang memanjang,tampang melintang poligon dan situasi trace serta situasi bangunan Buku diskripsi BM WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 53 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Pengambaran hasil pengukuran: Tampang memanjang saluran dengan denah situasi trace saluran. Tampang melintang. 3.10.2. ANALISA DATA HIDROLOGI Analisa dan Evaluasi Data Hidrologi terdiri dari: 3.10.2.1. CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM RENCANA Berdasarkan data hidrologi yang berhasil dikumpulkan, dilakukan analisis data hujan untuk mendapatkan data curah hujan rencana. Data hujan yang berhasil dikumpulkan adalah data hujan harian maksimum pada stasiun wilayah DPS yang distudi. Dari data hujan harian maximum dilakukan analisa curah hujan rencana maximum. Data ini selanjutnya akan digunakan untuk perhitungan debit banjir rencana. Curah hujan rencana diambil untuk periode ulang 5, 10, 20, 50 dan 100 tahun. Data curah hujan harian maksimum yamg dipergunakan dapat dilihat pada tabel di bawah. Perhitungan curah hujan maksimum dilakukan dengan menggunakan Metoda Gumbel, Metoda Log Pearson III, dan Log Normal 2 Parameter untuk masingmasing stasiun. Dalam perhitungannya konsultan menggunakan program paket yang telah biasa digunakan yaitu program SMADA. Cara perhitungan dari ketiga metoda diatas adalah sebagai berikut: A. Metoda Gumbell Untuk curah hujan rencana yang dihitung dengan menggunakan Distribusi Gumbel, persamaan yang digunakan adalah: X T X KT .S X SX X xi n 1 WAHANA REKA TEKINDO pt. 2 Hal. 3 - 54 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT 6 T 0.5772 ln ln T 1 KT dimana : XT = = = = = X KT Sx T curah hujan maksimum dalam periode ulang T curah hujan rata-rata Koefisien dispersi Standar Deviasi Periode Ulang Dengan memasukkan nilai-nilai tersebut, maka didapat harga curah hujan maksimum untuk beberapa periode ulang yang diperlukan. B. Metoda Log Pearson III Untuk curah hujan rencana yang dihitung dengan menggunakan Distribusi Log Pearson III, yang formulanya adalah sebagai berikut: LogX TR LogX k * log X Sedangkan untuk mencari besarnya masing-masing koefisien diatas adalah sebagai berikut: LogX LogX n LogX LogX n 1 S log X G n LogX LogX 2 3 n 1. n 2.S LogX 3 dimana: X = Curah hujan (mm) X = Curah hujan rata-rata TR = Perioda ulang k = faktor frekuensi tertentu f(G,TR) lihat tabel G = Koefisien kemencengan n = Jumlah data WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 55 LAPORAN INTERIM Dengan SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT memasukkan data-data curah hujan yang ada ke dalam persamaan-persamaan tersebut akan diperoleh data curah hujan rencana untuk periode ulang yang dicari. C. Metoda Log Normal 2 Parameter Untuk curah hujan rencana yang dihitung dengan menggunakan Persamaan Log Normal 2 Parameter yang digunakan adalah: log XTR = log x + k.Slogx Cv Slog x log x (log x log x ) Slogx = log x = 2 i (n 1) log x i n Dimana: XTR = besarnya curah hujan dengan periode ulang t n = jumlah data log = curah hujan harian maksimum rata-rata dalam harga logaritmik k = faktor frekuensi dari Log Normal 2 parameter, sebagai fungsi dari koefisien variasi, Cv dan periode ulang t Slogx = standard deviasi dari rangkaian data dalam harga logaritmiknya Cv = koefisien variasi dari log normal 2 parameter D. Uji Kesesuaian Uji kesesuaian Smirnov-Kolmogorof ini digunakan untuk menguji simpangan secara mendatar. Uji ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Data curah hujan harian diurutkan dari kecil ke besar. Menghitung besarnya harga probabilitas dengan persamaan Weibull. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 56 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT 2. Dari hasil output program SMADA didapat perbedaan maksimum antara distribusi teoritis dan empiris untuk tiap data yang disebut dengan Dhit, Harga Dhit tersebut kemudian dibandingkan dengan Dcr yang didapat dari Tabel-3.1 untuk suatu derajat tertentu (a), dimana untuk bangunanbangunan air harga a diambil 5%. 3. Bila harga Dhit < Dcr , maka dapat disimpulkan bahwa penyimpangan yang terjadi masih dalam batas-batas yang diijinkan. Pengujian dilakukan pada masing-masing stasiun. Tabel-3.1 : Nilai kritis (Dcr) dari Smirnov-Kolmogorov n 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 n > 50 0.20 0.45 0.32 0.27 0.23 0.21 0.19 0.18 0.17 0.16 0.15 1,07 n 0.10 0.51 0.37 0.30 0.26 0.24 0.22 0.20 0.19 0.18 0.17 1,22 n 0.05 0.56 0.41 0.34 0.29 0.27 0.24 0.23 0.21 0.20 0.19 1,36 n 0.01 0.67 0.49 0.40 0.36 0.32 0.29 0.27 0.25 0.24 0.23 1,63 n 3.10.2.2. DEBIT BANJIR RENCANA Perhitungan debit banjir dimaksudkan untuk perhitungan elevasi tanggul penutup daerah genangan. Metoda perhitungan yang umum dipakai dalam menghitung debit banjir dari data curah hujan maksimum harian, kemudian dihitung debit banjirnya. Perioda ulang dari banjir yang akan dihitung adalah banjir dengan perioda ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun. Dari hasil yang didapat dari analisis curah hujan maximum, kemudian dihitung debitnya. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: A. Metoda Melchior Dalam Metoda Melchior koefisien runoff (a) telah dianjurkan untuk memakai 0,52. Koefisien reduksi (b) : 1,5518 N-0,2725 x A-0,1491 x SIM-0,0259 x S-0,0733 WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 57 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Dimana : b A N SIM S = = = = = koefisien reduksi luas DAS (km2) Jumlah stasiun hujan yang tersedia faktor simetri landai rata-rata Dalam Metoda ini, koefisien reduksi dihitung dengan menggunakan rumus: 1970 2240 0.12 dimana: F = Luas Suatu ellips yang meliputi seluruh DPS sungai a,b = Panjang jari-jari sumbu ellips Waktu konsentrasi t Waktu konsentrasi dihitung dengan menggunakan rumus: t L 3.6v v 1.31 q f i 2 i 1 5 H 0.9 L dimana: L = panjang sungai (km) v = kecepatan rata-rata air (m/det) t = waktu konsentrasi (jam) q = hujan maksimum (m3/km2/detik) = hujan dengan periode tertentu hanya sekali disamai atau melampaui f = luas daerah aliran sungai i = kemiringan rata-rata sungai H = beda elevasi hulu sungai dengan mulut DPS WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 58 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Hujan maksimum Hujan maksimum dihitung dengan menggunakan rumus: q RT 3. 6 t dimana: RT = peride ulang (mm) t = lamanya hujan (jam) q = debit rata-rata (m3/km2/detik) Debit Banjir Debit banjir dihitung dengan menggunakan rumus: Q q f RT m3 / det 200 B. Syntetic unit Hidrograph menurut Snyder Perhitungan banjir rencana dengan menggunakan metoda ‘Hidrograph Satuan’ dapat dilakukan jika ‘Time of rise to peak’ dan ‘peak discharge’ diketahui. Perhitungan yang digunakan dalam studi ini adalah perhitungan hidrograf satuan cara Snyder yang digabungkan dengan pembuatan kurva hidrograf menurut cara Alexeseyev. Metoda Hidrograph Satuan Sintetis menurut Snyder WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 59 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Menentukan log-time tp = 1.1 – 1.4(L.Lg)0.3 dalam jam dimana : tp = log-time dan titik berat hujan efektif selaman tr ke puncak Hidrograph Satuan dalam jam L = jarak dari stasiun ke batas teratas dari daerah pengaliran dalam km Lg = jarak dari stasiun ke titik berat daerah pengaliran dalam km Lama hujan efektif Tp1 = tp + 0.25(tr – te) Rise to peak Tp = tp +0.5.tr Peak discharge (l/det), untuk hujan efektif 1 mm pada 1 km2 qp 275.C p tp Peak discharge untuk hujan efektif 1 inci (25.4 mm) pada daerah seluas A km2, dalam m2/det Qp q p . 25.4 .A. (m 2 / det) 1000 Dari harga-harga tersebut di atas dapat di bentuk hidrograf satuan sintetis yang diperlukan. Setelah didapat bentuk hidrograph satuannya, maka dilakukan perhitungan debit banjir akibat hujan rencana yang dihitung dengan metoda Gumbel. Untuk perencanaan, maka hujan rencana yang dihitung didistribusikan selama 6 jam dengan distribusi seperti yang disarankan oleh Dr. Boerema di beberapa tempat di Indonesia. Dengan distribusi hujan WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 60 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT tersebut maka dengan melakukan superposisi terhadap pengaruh dari hujanhujan tiap jam diperoleh hidrograph banjirnya. Bentuk Unit Hydrograph : Pembuatan lengkung hidrograph menurut cara Alexseyev didasarkan pada funsi sebagai berikut : Y 10 a 1 x 2 x (1) Dimana Y Q t …..(1a) , Y …..(1b), QP tP a f x …..(1c) Sedangkan : QP TP , W = 1000h.A W dimana : h = excess rain (run-off) dalam mm. A = luas daerah pengaliran dalam km2. Tp = rise to peak dalam detik. 3.10.2.3. ANALISA HIDROTOPOGRAFI WILAYAH SURVEY Hidro topografi bertujuan untuk mengetahui level air bajir atau pasang terhadap lahan dan luasan lahan yang tergenang. Proses pembuatan hidro topografi adalah sebagai berikut: 1. Daerah lokasi kajian bisa dibagai dalam beberapa sub lokasi yang dipengaruhi oleh saluran/ sungai tempat pembuangan atau sungai yang menimbulkan banjir. 2. Masing-masing sub lokasi tersebut luasan konture dengan antara 0.25 atau 0.5 m. dan dihitung luasan komulatifnya. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 61 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT 3. Masing masing kontur tersebut diprosentasekan luasannya terhadap luasan total per sub lokasi. 4. Dibuatkan grafik hubungan antara elevasi dengan prosentase luasan tersebut. 5. Untuk lokasi keseluruhan tinggal dilakukan penjumlahan luasan setiap konture dan dibuatkan prosentasenya dan dibuatkan grafiknya untuk lokasi keseluruhan. 6. Untuk daerah banjir yang dipengaruhi oleh pasang surut harus dilakukan perhitungan stokastik dari fluktuasi muka air dari hasil penelitian hidrometri selama 15 hari yaitu: Menentukan rage level pasut dengan perbedaan 0.25 atau 0.5 m. Dihitung jumlah kejadiannya untuk setiap batasan level serta dihitung komulatif kejadian terluapinya (perhitungan awal dari level paling tinggi). Dihitung prosentase kejadian terhadap total kejadian (per jam). Digambarkan grafiknya antara level air dan prosentase kejadian disamping grafik topografi. 7. Untuk daerah yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut harus dilakukan perhitungan lengkung debit pada setiap sungai/ saluran dan digambarkan disamping lengkung topografi. 3.10.2.4. ANALISA BEBAN DRAINASE Beban air limpasan ditetapkan atas keinginan tanaman untuk bisa tetap hidup dengan baik supaya produksi tetap besar. Untuk itu kriteria hujan yang digunakan dalam perhitungan adalah seperti berikut ini: Data hujan harian selama 10 tahun (jika tersedia) Hujan 1,2,3,4,5, dan 6 harian maksimum setiap tahun. Distribusi hujan harian selama 6 hari hujan maksimum. Hujan rencana dengan menggunakan periode ulang 5 tahunan. Data yang digunakan adalah data harian untuk pencatatan minimum selama 10 tahun berturut-turut sepanjang tersedia. Apabila tidak diperoleh data harian, WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 62 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT dapat digunakan data hujan bulanan dengan mengubah hujan Bulanan menjadi Harian menggunakan Rumus Haspers: Untuk hujan selama: 19 jam < t < 30 hari R24 = Rt / (0,707 (t-1) Notasi: R24 = hujan harian maksimum Rt = hujan dengan jujuh t hari t = jujuh hujan (hari) (R1)tr dihitung dengan Sebaran Peluang Gumbel: Rtr = R * (Ytr - Yn)/Sn x Sx Notasi: (R1)tr = hujan harian maksimum dengan masa ulang tr tahun R = rata-rata hujan harian maksimum Yn = rata-rata peubah tereduksi Sn = simpangan baku tereduksi Ytr = peubah tereduksi Sx = simpangan baku 3.10.2.5. MODUL DRAINASE Beban air limpasan ditetapkan atas keinginan tanaman untuk bisa tetap hidup dengan baik supaya produksi tetap besar. Untuk itu kriteria beban drainase untuk masing-masing tanaman yang digunakan dalam perhitungan adalah seperti berikut ini: 1. Drainage module untuk palawija dan lahan pekarangan. Aliran permukaan harus habis di drain selama 2 hari (hari ke 1-2). Base flow harus dibuang selama 2 hari (hari ke 3 - 4) sampai mencapai rencana muka air 50 cm dibawah muka tanah (rencana air tanah di lahan). WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 63 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Infiltrasi terjadi selama aliran permukaan terjadi. (tergantung tanahnya, + 25 mm/hari). Tidak ada evaporasi karena waktu pendek dan keadaan hujan Rencana muka air di saluran ialah 10 cm dibawah rencana air tanah di lahan. 2. Drainage module untuk padi basah. Aliran permukaan harus habis di drain selama 3 hari (hari ke 1-3). tidak ada base flow yang harus dibuang Ada genangan air 50 mm diatas muka tanah . Infiltrasi tidak terjadi, kareana air di saluran tinggi. Tidak ada evaporasi karena waktu pendek dan keadaan hujan Rencana muka air di saluran ialah 10 cm dibawah muka tanah di lahan. 3. Drainage module untuk treecrops. Aliran permukaan harus habis di drain selama 3 hari (hari ke 1-3). Rencana muka air tanah di lahan 50 cm dari muka tanah. Base flow harus dibuang selama 3 hari (hari ke 4 - 6) sampai mencapai rencana ka air 50 cm dibawah muka tanah. Infiltrasi terjadi selama aliran permukaan terjadi. (tergantung tanahnya, + 25 mm/hari). Tidak ada evaporasi karena waktu pendek dan keadaan hujan Rencana muka air di saluran ialah 10 cm dibawah rencana air tanah di lahan. 4. Drainage module untuk greenbelt. Aliran permukaan maksimum habis di drain selama 6 hari (hari ke 1-6). Tidak ada base flow yang harus dibuang. Diperbolehkan ada genangan air 50 mm diatas muka tanah . Infiltrasi tidak terjadi, karena air di saluran tinggi. Tidak ada evaporasi karena waktu pendek dan keadaan hujan. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 64 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Rencana muka air di saluran ialah 10 cm dibawah muka tanah di lahan. Gambar 3.5 : Contoh Hasil Perhitungan Drainage Modul untuk Padi dan Greenbelt 3.10.2.6. KEDALAMAN PONTENSIAL DRAINASE Perhitungan potensial drainase berdasarkan pada elevasi lahan serta fluktuasi muka air baik pasut ataupun daerah non pasang surut. Potensial drainage terbagi menjadi 3 kelas yaitu 0 - 30 cm, 31 - 60 cm, > 60 cm. Gambaran potensial drainage dan hubungan dengan permukaan air pasang surut bisa dilihat pada gambar grafik dibawah ini. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 65 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT KATEGORI HIDROTOPOGRAFI RAWA PASANG-SURUT Gambar-3.6 : Kategori Hidrotopografi Rawa Pasang Surut KATEGORI LAHAN RAWA NON PASANG SURUT (LEBAK) Gambar-3.7 : Kategori Lahan Rawa Non Pasang Surut WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 66 LAPORAN INTERIM 3.10.2.7. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT KETERSEDIAAN AIR Ketersediaan air dihitung berdasarkan curah hujan andalan yang diperoleh berdasarkan analisis statistik peluang terjadi menurut Weibull untuk penentuan tahun rencananya, yakni; P = m/(n-1) * 100 % Notasi : P = peluang terjadi disamai atau dilampaui. m = urutan kejadian curah hujan tahunan dari besar ke kecil. n = jumlah data Perhitungan selanjutnya dengan menggunakan hujan andalan maka dapat dihitung debit andalan dengan menggunakan paket program (WATBAL Versi 95) yang dibuat oleh Jurusan Sipil ITB Sub jurusan Teknik Sumber Daya Air atas dasar rumus water balance. Ketersediaan air tersebut berdasarkan aliran air dari DAS sungai, sedangkan ketersediaan air yang berasal dari adanya energi pasang surut tergantung dari karakteristik topografi lahan terhadap pasut dan intrusi air asin, yaitu sebagai berikut: 1. Potensial Irigasi pasang surut terbagi menjadi 2 kelas yaitu : <= 4 kali terluapi oleh pasang surut selama periode 15 hari. > 4 kali terluapi pasang surut selama periode 15 hari 2. Intrusi air asin yang akan masuk ke lokasi terbagi menjadi 2 kelas yaitu: <= 1 bulan kena intrusi air asin dengan kadar = > 5 ms/cm > 1 bulan kena intrusi air asin dengan kadar = > 5 ms/cm 3.10.2.8. BANJIR RENCANA Evaluasi mengenai banjir maksimum yang pernah terjadi yang akan digunakan untuk mengkontrol sistim tata air yang direncanakan. Pengontrolan mengenai elevasi banjir ini dapat dilakukan dengan mengamati AWLR yang ada ataupun data lainnya yang dapat digunakan untuk menaksir catatan elevasi banjir yang pernah terjadi. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 67 LAPORAN INTERIM 3.10.3. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT ANALISA PASANG SURUT Analisis pasang surut dimaksudkan untuk mendapatkan parameter-parameter yang diperlukan bagi desain perencanaan bangunan air yang terkena pengaruh pasang-surut . Parameter-parameter yang dimaksud: a) Komponen pasang surut b) Elevasi muka air acuan dan elevasi-elevasi penting Metoda penguraian pasang surut yang digunakan adalah Metode Admiralty. Setelah mendapatkan komponen pasang surut, dapat dilakukan peramalan elevasi muka air di waktu-waktu mendatang, untuk selanjutnya berdasarkan elevasi ramalan ini ditentukan elevasi-elevasi penting yang merupakan tabiat pasang surut secara statistik di lokasi pekerjaan. Metode Admiralty Pergerakan vertikal muka air laut yang diakibatkan proses pasang surut dapat dinyatakan sebagai superposisi harmonik dari komponen pasang surut (tidak constituent), yaitu : N Y( t ) S0 Fn A n Cos n t Vn g n n 1 dimana Y(t) = Elevasi muka air S0 = Muka Air Rata-rata M = Jumlah Data Observasi Fn = Faktor koreksi untuk komponen ke-n An = Amplitudo komponen ke-n pasang surut n = Frekuensi sudut dari komponen ke-n Vn = Astronomical argument untuk komponen ke-n 3.10.4. ANALISA DATA MEKANIKA TANAH Pekerjaan analisa data geologi/mekanika tanah dilakukan untuk mendapatkan suatu gambaran tentang kondisi geologi/mekanika tanah di lokasi studi dan WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 68 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT memberikan suatu rekomendasi dalam melakukan perencanaan bangunan dan jaringan irigasi. Berdasarkan digambarkan ciri litologinya kemudian penyebarannya dalam setiap batuan dikelompokan peta geologi. Selanjutnya dan untuk mengetahui penyebaran batuan dibawah permukaan dibuat penampang statigrafinya. 3.11. PENYUSUNAN RENCANA LAY-OUT JARINGAN Kegiatan penyusunan lay-out jaringan dilakukan dengan mengikuti standar perencanaan jaringan daerah rawa sesuati yang ada. Lay-out yang disusun dengan membuat beberapa alternatif skema jaringan dengan pertimbangan dari segi teknis operasi dan pemeliharaan dan efesiensi pengelolaan air dan kesesuian lahan. Dari beberapa alternatif yang di keluarkan akan di ajukan suatu alternatif yang baik dan sesuai, tidak mempengaruhi dan harus mendukung kondisi jaringan lama bila ada. Pelaksanaan lay out tata air ini akan dilaksanakan dengan berpedoman pada: Memanfaatkan semaksimal mungkin tata air yang ada. Cost efective dalam arti memanfaatkan semaksimal mungkin keadaan alam yang ada sehingga tata air yang dibangun dapat berfungsi dengan baik. Mudah melaksanakan pembangunannya di daerah tersebut. Mudah pengoperasian dan pemeliharaannya. Untuk mencapai sasaran di atas, dalam tahapan ini akan disusun secara jelas mengenai Kriteria Desain dan Metode Perhitungan yang akan digunakan untuk Detail Desain Pelaksanaan pekerjaan ini yang dilakukan dalam 2 sub tahapan, yaitu: 3.11.1. PENYUSUNAN KONSEP DESAIN Adalah tahapan berupa penyusunan Tetapan-tetapan atau Standart dan Rumus yang akan digunakan dalam perencanaan, berupa suatu Kriteria Perencanaan WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 69 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT ini merupakan tetapan yang dianggap paling sesuai untuk daerah yang akan direncanakan berdasarkan masukkan-masukkan yang diterima dari pekerjaan survey lapangan.Aspek-aspek yang akan ditinjau dalam tahapan ini meliputi: A. Kriteria Hidrologi Kriteria ini diperoleh berdasarkan masukkan dari survey hidrologi dan hidrometri, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian proposal ini. Kriteria yang diterima berupa : Hidrotopografi Beban Drainase, terdiri dari: Hujan Rencana; Modul Drainase; Ketinggian Banjir; Sedimen Parameters; Beban suplai. B. Kriteria Hidrolika 1. Kecepatan Aliran Kecepatan aliran di dalam saluran ditentukan sedemikian, sehingga tidak terjadi pengendapan maupun penggerusan. Dengan demikian aliran akan berkisar diantara kecepatan minimum dan kecepatan maksimum yang diperbolehkan, sesuai dengan bahan saluran yang ada. Akan tetapi apabila ada keterbatasan dari energi yang tersedia (head, perbedaan tinggi atau drainage potensial) dan kriteria tersebut tidak bisa dipenuhi selamanya, maka akan diberikan cara pemeliharaannya. Mengingat pada kawasan pengembangan dipengaruhi pasang surut masih dominan, maka untuk pelaksanaan perhitungan hidrolika perencanaan peningkatan tata reklamasi rawa ini akan dilakukan dengan model matematis berdasarkan pada program yang umum digunakan. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 70 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Model matematis yang diusulkan adalah PENPAS ataupun DU-FLOW. Pada prinsipnya DU-FLOW adalah suatu model aliran yang tidak tunak (unsteady) satu dimensi. Persamaan dasar pada program ini diselesaikan dengan persamaan pendekatan numerik selisih hingga (Finite Difference), persamaan tersebut dapat menyelesaikan aliran tidak tunak dan gerak garam (saltmovement) pada sungai estuary dan saluran. Persamaan yang digunakan adalah : Gerak Air : Persamaan gerak : u Vv gh gV |V | l.ga 2 0 t x x C R 2lx Persamaan Kesinambungan : h q 0 t x Gerak Garam : Persamaan Pengangkutan : T Q.S AD c x Persamaan Kesinambungan : T (a.s) b 0 x t Sementara hubungan nilai salinitas dan massa jenis adalah : 10000,75s dimana : V = Kecepatan aliran (m/det) h,a = Kedalaman aliran (m) C = Konstanta Chezy WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 71 LAPORAN INTERIM R = Jari-jari hidrolis saluran (m) q = Debit persatuan lebar (m3/det/m) x = Jarak (m) t = Waktu (det) SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT = Percepatan Gravitasi (m/det2) = Massa Jenis (kg/m3) T = Angkutan Q = Debit (m3/s) A = Luas Penampang Basah S = Salinity b = Lebar Permukaan D = Koefisien dispersif C = Konsentrasi Untuk solusi numerik diperlukan skematisasi pada sistem sungai ke dalam suatu jaringan (Network) yang terdiri dari ruas (branch) dan titik (nodes). Pada proses nodes muka air dan salinitas dihitung dengan persamaan kesinambungan dan pada ruas (cabang) debit, kecepatan dan angkutan garam yang dihitung dengan persamaan gerak kemudian angkutan sedimen. 2. Penyusunan Model Matematis Pembuatan model matematis dengan menggunakan program DU-FLOW, dapat dilihat pada Gambar 3.9. Dengan skema tersebut pada Gambar 3.10, tahapan penyusunan model dapat dijelaskan sebagai berikut : Definisi Masalah Yang dimaksud dengan definisi masalah adalah daerah yang akan dikaji dipengaruhi oleh pasang surut sehingga suatu metode komputer model matematis yang dapat dipergunakan di daerah pasang surut. Dalam hal ini kita pergunakan DU-FLOW. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 72 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Penyederhanaan Masalah Sejauh mana daerah kajian dapat kita sederhanakan, tetapi masih dalam batas-batas teknis yang memenuhi. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses perhitungan DU-FLOW, dapat dilakukan lebih efektif yaitu lebih cepat dan hasilnya dapat diterima. Kalibrasi Adalah mencari/mensimulasi keadaan eksisting dengan suatu model matematis. Dari hasil kalibrasi akan nilai kekasaran dan karakteristik tampungan di sepanjang sungai yang sedang dikaji. Metode Komputasi Adalah proses perhitungan hidrolika yang dilakukan oleh program DUFLOW Verifikasi Adalah proses untuk memeriksa keluaran hasil kalibrasi. Contohnya apabila terjadi perbedaan dalam pengambilan bidang persamaan, maka kejadian ini dapat dicek dari keluaran hasil kalibrasi terhadap hasil pengamatan lapangan. Analisis Sensitivitas Analisis ini dilakukan untuk memeriksa kepekaan model terhadap parameter-parameter hidrolik ataupun saluran-saluran eksisting yang kecil di daerah studi. Setelah model yang disusun melampaui tahapan-tahapan yang telah dijelaskan di atas, maka diperoleh model hidrolik yang siap untuk digunakan dalam perhitungan hidrolika. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 73 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT MASALAH PENYEDERHANAAN MASALAH PEMBUATAN STRUKTUR MODEL METODA KOMPUTASI KALIBRASI MODEL Tidak Ya SENSITIVITAS MODEL VERIFIKASI MODEL MODEL SIAP PAKAI UNTUK DESAIN Gambar 3.8. Bagan Alir Penyusunan Model Matematis Potongan Melintang Saluran Geometri Saluran dapat dibuat dengan macam-macam bentuk. Dasar pemilihan bentuk saluran adalah untuk mendapatkan penampang yang paling efisien, baik hidrolis maupun ekonomis. Tetapi penampang tersebut tidak terlalu praktis, karena kemungkinan adanya kesulitan dalam konstruksi serta penggunaan material. Pada umumnya untuk saluran irigasi/drainase, digunakan saluran terbuka dengan bentuk penampang trapesium. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 74 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Kemiringan Talud Harga-harga minimum talud untuk saluran pada berbagai bahan tanah, merupakan fungsi dari kedalam galian, umumnya diambil antara 1 : 1 sampai 1 : 2. Tinggi Jagaan Tinggi jagaan pada saluran adalah jarak vertikal dari permukaan air di dalam saluran pada kondisi perencanaan sampai permukaan puncak saluran. Tinggi jagaan merupakan fungsi dari debit, umumnya diambil 0,30 - 0,75 meter tergantung pada debit rencana dan fungsi saluran. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 75 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT DEFINISI MASALAH PENYEDERHANAAN MASALAH STRUKTUR MODEL UTAMA STRUKTUR MODEL BLACK BOX LAHAN REKLAMASI KALIBRRASI MODEL BLAK BOX MODEL BLACK BOX OK STRUKTUR MODEL UTAMA + BLACK BOX OK KALIBRASI MODEL UTAMA Tidak METODE KOMPUTASI Ya VERIFIKASI MODEL UTAMA SENSITIVITAS MODEL UTAMA MODEL SIAP PAKAI UNTUK DESAIN Gambar 3.9 : Bagan Alir Kalibrasi Model 3. Kriteria Tata Letak dan Komponen Sistem Batas-batas wilayah pengembangan dan tata letak perwilayahan. Komponen-komponen sistem yang terdiri dari: Daerah tadah/penampungan berupa petak-petak tersier . Jaringan pembuangan/drainase terdiri: WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 76 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Saluran tersier yang mengeringkan petak-petak tersier ; Saluran-saluran pengangkut yakni sekunder dan saluran primer, dilengkapi dengan bangunan pengendali berupa pintu sekat, saluran yang berkumpul dan dilepas melalui pintu klep ke sungai. 4. Kriteria Keadaan sistem Keadaan di tempat penampungan/daerah tadah, yakni di tambak. Keadaan jaringan saluran pembawa dan pembuang/drainase sebagai pengangkut di tempat pelepasan melalui pintu klep ke sungai. Keadaan fisik bangunan tanggul keliling dan bangunan pengendali. Tanggul Keliling. Tanggul keliling direncanakan sebagai pelindung terhadap kemungkinan adanya banjir dari sungai dan wilayah sekelilingnya. Tanggul umumnya dibuat dari timbunan tanah yang seragam (homogen) yang diambil dari tempat sekelilingnya. Selama masa operasi adanya pengaruh penurunan, rembesan, longsor dan lain-lain diperhitungkan terhadap kestabilan lereng, artinya keadaan tanggul perlu dikaji ulang terhadap kriteria timbunan mantap. Pengaruh penurunan pada badan tanggul perlu diperhatikan pula, mengingat bahwa tinggi tanggul ditetapkan berdasarkan tinggi luapan air banjir musiman yang datang dari hulu, tinggi muka air setempat dan ditambah dengan tinggi jagaan. Bangunan Pengendali/Pintu Bangunan air akan direncanakan sesuai dengan kebutuhan sebagai berikut : Sebagai bangunan penahan banjir atau bangunan pengendali air asin Untuk menjaga agar tinggi muka air didalam system sesuai dengan rencana pengelolaan air (water management plan) WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 77 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Perhitungan bangunan air ini meliputi factor-faktor berikut : Ukuran bangunan yang diperlukan Bahan yang dipakai Kekuatan Stabilitas Sistem pengendali tata air harus memenuhi persyaratan, antara lain dari segi pelayanan, pemeliharaan dan penggantian: Pintu-pintu pengendali harus bekerja sesuai dengan fungsinya yang berarti pelayanan harus sederhana dan mudah. Pemeliharaan harus mudah dan murah sistim pengendali harus dibuat secara praktis, mudah, kuat dan jika terjadi kerusakan serta kemacetan harus dapat diganti oleh tenaga setempat. Pada tata air tradisional, umumnya bangunan pengendali berupa : Balok sekat pada pertemuan saluran drainase sekunder dan primer, diperlukan untuk mengatur paras muka air tanah. 5. Kriteria Geoteknik & Struktur Kekuatan dan kestabilan tanah; Penggunaan material yang mudah diperoleh di lokasi; Menggunakan metode pembangunan yang sederhana; Membutuhkan pemeliharaan yang sederhana; Mempunyai umur pemakaian efektif yang memadai dibandingkan investasi; Sepanjang memungkinkan harus menggunakan standar-standar bangunan air yang ada; Memenuhi persyaratan keamanan minimal; WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 78 LAPORAN INTERIM 3.11.2. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT PRA-DESAIN DAN RENCANA LAY-OUT Setelah seluruh konsep desain disusun, dilakukan perencanaan awal/pra-desain dan Rencana Lay Out. Langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Skematisasi Rencana Peningkatan Jaringan Tata Air 2. Penentuan dimensi-dimensi saluran 3. Perhitungan hidrolika sistem jaringan . 4. Dilakukan pemeriksaan apakah perlu perubahan dimensi saluran/bangunan yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila diperlukan perubahan, dilaksanakan perhitungan kembali dan prosedur ini diulangi sampai diperoleh dimensi saluran yang optimum. 5. Dilakukan perhitungan awal biaya pembangunan. 6. Perhitungan ini akan diperlukan untuk menganalisa apakah sistem jaringan yang direncanakan feasible (economic analysis) dan untuk menentukan pembagian paket pekerjaan, apabila anggaran yang tersedia tidak mencukupi. Apabila hasil Evaluasi Ekonomi menunjukkan bahwa skema jaringan yang direncanakan tidak feasible, maka dilakukan penyusunan skema baru sampai diperoleh skema jaringan yang feasible dan pekerjaan dapat dilanjutkan ke perencanaan Detail Produk Pra-desain, secara keseluruhan, berupa: Knsep desain; Skema jaringan irigasi/drainase; Rencana trace jaringan reklamasi; Dimensi-dimensi dan jenis saluran & bangunan (Prarencana) ; Perhitungan awal biaya pembangunan; Pembagian paket/jenis pekerjaan untuk penyusunan Dokumen Tender (apabila diperlukan) WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 79 LAPORAN INTERIM 3.11.3. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT PENYUSUNAN SYSTEM PLANNING Tujuan system planning yang diterapkan dalam pekerjaan ini adalah : Menilai status Daerah Rawa Pasang Surut Sei Cemara saat ini, menemukan kendalakendala yang menghambat pemantapan masalah Operasi dan Pemelihanaan serta mengembangkan pemecahan permasalahan tensebut diatas dengan tepat. System planning ini pada intinya merupakan alternatif- alternatif lay-out dengan mempertimbangkan segi postif dan negatifnya, secara ringkas kegiatan system planning ini meliputi : Elaborasi dan analisa data lapangan Perumusan rencana pengembangan lokasi, menghadapi permasalahan yang ada baik aspek teknis maupun non teknis atau sosio agro ekonomi. Merencanakan lay-out jaringan untuk kegiatan pengembangan yang menunjang hasil/rumusan pada butir 2. Perencanaan lay-out juga mempertimbangkan masalah pembebasan tanah yang timbul , kebutuhan jalur hijau dan aspek sosial lainnya. 3.12. PROSEDUR PERENCAAAN Proyek perencanaan pengembangan rawa secara terpadu haruslah melibatkan semua unsur yang nantinya akan terlibat secara langsung pada tahap implementasi dan operasi. Keterlibatan itu menyangkut dua hal pokok, yaitu perencanaan tata ruang penggunaan lahan dan penetapan zona pengelolaan air. Keterlibatan ini hendaklah sudah dimulai sejak tahap perencanaan dalam memutuskan dua hal pokok tersebut, sehingga pada tahap implementasi dan operasi kelak tidak lagi terdapat perbedaan pandangan atau keputusan yang akan membingungkan pihak yang langsung berkepentingan terhadap pemanfaatan lahan dan air, terutama pada para petani. Prosedur perencanaan untuk pengembangan jaringan rawa pasang surut sebaiknya mengikuti prosedur, seperti terlihat pada Gambar 3.10. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 80 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Berangkat dari kondisi saat ini, potensi yang dapat dikembangkan, serta dengan mempertimbangkan batasan dan permasalahan yang ada, maka disusunlah rencana pengembangan dan peningkatan sistim tata air yang telah ada dengan tujuan untuk meningkatkan fungsinya secara lebih maksimal, dan dengan sasaran mengatasi masalah genangan, dan kekeringan yang menjadi hal paling dominan di jumpai di daerah studi. Masalah pertama dan utama yang harus diatasi adalah masalah genangan. Masalah kedua yang juga mendominasi daerah ini adalah masalah kekeringan dimusim kemarau. SURVEY INVESTIGASI - Existing Land Use - Hidrotopografi - Drainabilitas - Intrusi air Asin - Keasaman - Kedalaman Pirit - Kedalaman Gambut ZONA KESESUAIAN LAHAN PERENCANAAN SISTEM DAN TATA GUNA LAHAN - Recana Tata Ruang - Lay-Out Sistem - KEPUTUSAN BERSAMA Kebijaksanaan Pemerintah Aspirasi Petani Masukan dari Instansi Terkait Batasan-batasan lain DESAIN - Saluran dan Tanggul - Infrastruktur - Zona Pengelolaan Air Konstruksi , Operasi dan Pemeliharaan Gambar 3.10 : Prosedur Perencanaan Pengembangan Rawa Pasang Surut WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 81 LAPORAN INTERIM 3.13. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT PENYUSUNAN ZONA KESESUAIAN LAHAN (LAND UNIT) Land-unit adalah batas satuan lahan yang mempunyai kualitas/kharakteristik tertentu dan diperkirakan dapat mempengaruhi pengembangannya. Terdapat empat parameter kualitas lahan yang dianggap relevan dalam menentukan tipe land-unit di daerah rawa pasang-surut dan kesesuaiannya untuk penggunaan tertentu, yakni meliputi : 1. POTENSI IRIGASI PASANG-SURUT (TIDAL IRRIGATION POTENTIAL) Perbedaan elevasi air pasang dibandingkan permukaan lahan rata-rata (hidrotopografi) dan jarak terhadap sumber pasang-surut (sungai, saluran) merupakan faktor penentu kapabilitas irigasi pasang-surut. Topografi lahan yang rendah dan berdekatan dengan sungai/saluran biasanya paling berpeluang teririgasi ketika terjadi pasang, baik di saat musim hujan maupun di musim kemarau. Sebaliknya, lahan yang relatif tinggi dan jauh letaknya merupakan areal yang kurang potensial untuk diirigasi. Ditinjau dari potensi irigasi pasang-surut, areal lahan dapat digolongkan atas dua kelas, meliputi : (1) terluapi pasang ³ 4 kali per-siklus pasang, (2) terluapi pasang < 4 kali per-siklus pasang (tidak pernah terluapi pasang atau hanya dapat terluapi di musim hujan). Berdasarkan hasil analisis, sebagian besar lahan di daerah proyek umumnya termasuk terluapi pasang < 4 kali/siklus pasang atau hanya terluapi di saat musim hujan. 2. KEDALAMAN DRAINASE (DRAINAGE DEPTH ) Potensi kedalaman drainase (drainabilitas) merupakan faktor yang menentukan untuk mengatasi masalah genangan, termasuk keperluan untuk pembilasan unsur toksik yang terakumulasi dan dapat merugikan tanaman. Ditinjau dari potensi kedalaman drainase, areal lahan digolongkan atas tiga kelas, yakni : (1) kurang dari 30 cm, (2) 30-60 cm, dan (3) lebih dari 60 cm. Lahan di daerah proyek umumnya mempunyai kelas kedalaman drainase 3060 cm. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 82 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT 3. INTRUSI SALIN (SALINITY CLASSES ) Hal ini menunjukkan jangka waktu intrusi salin (DHL ³ 5 mS/cm) yang diperhitungkan dalam sistem tata saluran. Pengaruh intrusi salin dapat dikategorikan atas dua kelas, yakni : (1) intrusi salin lebih dari satu bulan, dan (2) intrusi salin kurang dari satu bulan. Berdasarkan hasil analisis, sebagian besar areal di daerah proyek hanya terpengaruh intrusi salin < 1 bulan atau non-salin. 4. TIPE TANAH (SOIL TYPE) Berdasarkan tipe tanahnya (soil type), terdapat lima tipe tanah utama di daerah pasang- surut meliputi : Tanah mineral dengan lapisan sulfidik/pirit pada kedalaman < 100 cm dari batas permukaan tanah mineral (<15% C). Mineral soil, Pyritic. Tanah mineral dengan lapisan sulfidik/pirit pada kedalaman > 100 cm dari batas permukaan tanah mineral (<15% C). Mineral soil, Non-pyritic. Tanah organik/gambut (lapisan organik > 40 cm dan ³15% C) dengan kandungan abu total > 25% berdasarkan berat. Muck soil. Tanah organik/gambut (lapisan organik > 40 cm dan ³15% C) dengan kandungan abu total 25% berdasarkan berat. Peat soil. Tanah mineral dengan kapasitas tukar kation (KTK) £ 5 me/100 g serta biasanya dengan kejenuhan aluminium yang tinggi (kejenuhan Al > 50%), dengan atau tanpa ada lapisan pirit di bagian tanah bawah (sub-soil). Whitish, Low fertility soil. Berdasarkan pertimbangan berbagai kharakteristik lahan yang dikemukakan di atas, maka dapat disusun kategori land-unit yang dapat dikembangkan di daerah pasang-surut untuk penilaian kelayakannya dalam rangka menunjang budidaya pertanian maupun pengelolaan tata air. Diagram analisis untuk penentuan land-unit diperlihatkan pada Gambar 3.11. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 83 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT POLA PIKIR PENETAPAN LAND UNIT DI DAERAH SURVEY Lahan rendah, datar, drainase terhambat Agroklimat A1, B1, B2 & C2 Penetapan Memerlukan studi khusus bagaimana drainabilitas dapat diperbaiki secara ekonomis Ya Kedalaman Drainase < 30 cm Tidak Ya LAND UNIT VI Peat Soil < 25 % Abu Tidak Ya LAND UNIT VII Whitish, Kesuburan tanah rendah KTK < 5 me/100 g Tidak Ya LAND UNIT I Irigasi Pasut Non Salin Tidak Berpirit atau muck Ya Tidak Ya Kedalaman Drainase >60 cm Ya Tidak Tidak Ya LAND UNIT X LAND UNIT III LAND UNIT II Salin ? Tidak Ya Kedalaman Drainase >60 cm LAND UNIT IX LAND UNIT VIII Salin ? Tidak Kedalaman Drainase >60 cm Ya Tidak LAND UNIT V LAND UNIT IV : Land Unit yang dijumpai di Lokasi Survey Gambar-3.11. Diagram analisis untuk penentuan land-unit WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 84 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Tabel 3.2 : Satuan Lahan Rawa Pasang Surut Secara Umum Satuan Lahan [ Land Unit ] KETERANGAN Land Unit I Area irigasi pasang surut (Tidal irrigated area). Lahan ini merupakan tanah mineral (KTK > 5 me/100 g) atau tanah organik dengan kadar abu > 25 % dan intrusi air asin kurang dari 1 bulan, irigasi pasang empat kali atau lebih per siklus pasang. Land Unit II Tanah gambut dan berpirit, salin, kedalaman drainase 30-60 cm (Pyritic-and Muck soils, Saline, drainase depth 30-60 cm). Lahan sebagai tanah mineral (KTK > 5 me/100g) dan bahan sulfidik (pirit) terdapat pada kedal;aman <100 cm dari permukaan tanah mineral (<15 % C) atau tahan organik dengan kadar abu (>25 %) dan intrusi air asin lebih dari satu bulan selama musim tanam serta potensi drainasenya 30-60 cm. Daerah ini kemungkinan berpotensi atau tidak berpotensi untuk pengembangan irigasi pasang surut. Land Unit III Tanah gambut dan berpirit, salin, kedalaman drainase >60 cm (Pyritic-and Muck soils, Saline, drainage depth >60 cm). Lahan sebagai tanah mineral (KTK > 5 me/100 g) dan bahan sulfidik (pirit) terdapat pada kedalaman < 100 cm dari permukaan tanah mineral (<15 % C), atau tanah organik dengan kadar abu (>25 %) dan intrusi air asin lebih dari satu bulan selama musim tanam serta potensi drainasenya >60 cm. Daerah ini kemungkinasn berpotensi atau tidak berpotensi untuk pengembangan irigasi pasang surut. Land Unit IV Tanah gambut dan berpirit, non-salin, kedalaman drainase 30-60 cm (Pyritic and Muck soils, Non-saline, drainage depth 30-60). Lahan sebagai tanah mineral (KTK > 5 me/100 g) dan bahan sulfidik (pirit) terdapat pada kedalaman <100 cm dari permukaan tanah mineral (<15 % C), atau tanah organik dengan kadar abu >25 % dan intrusi air asin lebih dari satu bulan selama musim tanam serta potensi drainasenya >60 cm. Daerah ini hanya dapat diirigasi selama musim hujan. Land Unit V Tanah gambut dan berpirit, non-salin, kedalaman drainase >60 cm (Pyritic and Muck Soils, Nonsaline, drainage depth >60 cm). Lahan sebagai tanah mineral (KTK >5 me/100 g) dan bahan sulfidik (pirit) terdapat pada kedalaman < 100 cm dari permukaan tanah mineral (<15 % C), atau tanah organik dengan kadar abu (>25 %) dan intrusi air asin lebih dari satu bulan selama musim tanam serta potensi drainasenya >60 cm. Irigasi pasang surut hanya dapat digunakan selama musim hujan. Land Unit VI Tanah gambut (Peat soils). Tanah organik (total kandungan abu atau kadar abu 25 %) dan potensi drainasenya > 30 cm. Land Unit VII Tanah yang mempunyai kesuburan rendah (Whitis, low fertility soils) sebagai tanah mineral (KTK <5 me/100 g dan kejenuhan aluminium >50 %). Mempunyai atau tidak mengandung bahan sulfidik (pirit) pada lapisan bawah (subsoil), potensi drainase >30 cm. Land Unit VIII Tanah tidak berpirit, non-salin, dan kedalaman drainase 30-60 cm (Non Pyritic, non-saline, drainage potential depth 30-60 cm). Sebagai tanah mineral (KTK > 5 me/100 g) tanpa bahan sulfidik (pirit) atau dengan bahan sulfidik pada kedalaman > 100 cm dari permukaan tanah lapisan atas (<15 C %), dan potensi drainase 30-60 cm. Daerah ini tidak dapat diirigasi dengan pasang surut atau irigasi hanya selama musim hujan. Land Unit IX Tanah tidak berpirit, non-salin, dan kedalaman drainase >60 cm (Non pyritic, non salin, drainage potential depth >60 cm). Sebagai tanah mineral (KTK > 5 me/100 g) tanpa bahan sulfidik (pirit) atau dengan bahan sulfidik pada kedalaman > 100 cm dari permukaan tanah lapisan atas (<15 C%), dan potensi drainase > 60 cm. Daerah ini tidak dapat diirigasi dengan pasang surut atau hanya selama musim hujan. Land Unit X Tanah tidak berpirit, salin atau bergaram (Non pyritic, saline). Sebagai tanah mineral (KTK > 5 me/100 g) tanpa bahan sulfidik (pirit) atau dengan bahan sulfidik pada kedalaman >100 cm dari permukaan tanah dan intrusi air asin satu bulan atau lebih selama musim tanam, potensi drainase >30 cm. Daerah berpotensi atau tidak berpotensi untuk pengembangan irigasi pasang surut. Catatan : Kedalaman potensi drainase untuk tanah gambut ditentukan dengan mengurangi kedalaman gambut (berdasarkan tanah mineral setelah gambut seluruhnya dimineralisasi). WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 85 LAPORAN INTERIM 3.14. 3.14.1. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT PERECANAAN SYSTEM DAN TATA GUNA LAHAN DAERAH PENGELOLAAN AIR ( WATER MANAGEMEN ZONE ) Zona pengelolaan air adalah satuan perencanaan penggunaan lahan yang merupakan kombinasi karakteristik fisik (kualitas lahan) dan tipe penggunaan lahan yang diusulkan. Penetapan zona pengelolaan air ini perlu ditentukan, karena akan membawa konsekuensi terhadap bentuk pengelolaan air yang diharus direncanakan, termasuk juga pemilihan jenis infra struktur pengelolaan air dan prosedur untuk mengoperasikannya. Didaerah pasang surut, secara garis besar penggunaan lahannya dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu : padi sawah irigasi pasang surut padi tadah hujan tanaman keras dan padi sawah irigasi pompa Secara umum pengelolaan air di lahan pasang surut dibagi dalam beberapa jenis : Retensi Air atau penahanan air untuk menghindari air masuk saluran terutama saat pasang dan ini disesuaikan dengan jadwal pola tanam. Drainase maksimum atau terkendali,dimana pintu dibuka penuh atau sebagaian saat surut dan disesuaikan dengan jadwal pola tanam. Pencucian tanah dan pengelontoran. Irigasi pasang surut dimana pintu terbuka penuh agar air pasang masuk saluran atau terkendali saat drainase. Irigasi pompa yaitu pemasangan pompa yang berfungsi sebagai supali air.Ini dipilih jika kondisi saluran baik. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 86 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Zona pengelolaan air dikelompokan dalam 8 kategori : 1. Tanah Gambut dengan tanaman perkebunan Mengatur muka air tanah 70 cm dibbawah permukaan tanah dengan pengendaliaan drainasse,periksa kemungkinan drainase setelah turunnya tanah pada masa mendatang.Salurkan kembali air selama musim kemarau dengan irigasi rawa (sering memungkinkan ).Penutup tanah permanen sangat diperlukan Tanah gambut ini tidak cocok untuk jenis tanaman lain selain perkebunan 2. Tanah keputih-putihan,kurang subur,untuk tanaman perkebunan Mengatur muka air tanah 1.00 m dibawah permukaan tanah dengan pengendaliaan drainase.Untuk mencukupi drainase pada daerah akar tanaman pohon-pohon harus selalu ditanami dengan surjan Jenis tanaman ini tidak cocok untuk jenis tanaman lain selain perkebunan 3. Daerah Irigasi pasang surur untuk padi sawah (sedikitnya terlupai) Pengaliran air maksimum ke salu ran selama air pasang maksimum.Diperlukan sistem saluran yang lebar dan penuh untuk pengairan air yang optimum selama jangka waktu yang singkat dari masa pasang maksimum Tanaman perkebunan dan tanaman lahan kering biasanya dikombinasikan dengan padi sawah dan harus ditanam pada lokasi surjan,selanjutnya rencana pengelolaan air yang sama untuk tanaman padi dapat digunakan. 4. Tanah pirit, tanah gambut campur mineral dengan irigasi pompa untuk pada sawah. Pengaliran maksimum kesaluran selama proses pemompaan.Pengendalian drainase setelah tahap penngolahan tanah.Genangkan kembali seolama persiapan lahan Tanaman dengan lahan kering (palawija)beririgasi harus ditanam pada lokasi surjan WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 87 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT 5. Tanah non pyrit, dengan irigasi pompa untuk padiu sawah. Pengaliran air maksimum kesaluran selama proses pemompaan.Retensi maksimum selama musim hujan.Genangkan air selama persiapan lahan Tanaman dengan lahan kering beririgai harus ditanami pada lokasi surjan. 6. Tanah pyrit/gambut campur mineral dan tanah non pyrit dengan kedalaman drainase > 60 cm,tanaman perkebunan. Usahakan muka air tanah 60 cm dibawah permukaan tanah dengan pengendalian drainase. Tanah pyrit / tanah kotor (muck soil) : lihat WMZ VIII dan untuk non pyrit lihat WMZ VII. 7. Tanah non pyrit dengan padi tadah hujan. Retensi air maksimum. Buang kelebihan air hujan selama curah hujan tinggi. Lakukan puding selama penyiapan lahan Tanaman perkebunan dan lahan kering,biasanya dikombinasikan dengan padi sawah harus ditanam dilokasi surjan.Dapat diterapkan rencana pengolaan air yang sama seperti padi 8. Tanah pyrit, tanah gambut campur mineral dengan padi tadah hujan Pengendalian drainase setelah tahap tillering dan ketika tanaman padi secara fisik tertekan (kekuning-kuningan). Pembilasan saluran selama pasang maksimum. Pembajakan dan pengendangan air selama drainase,pembilasan saluran penyiapan lahan. Tanaman untuk selama pasang lahan kering,pengatur maksimum. Tanaman perkebunan biasanya dikombinasikan dengan padi atau tanaman lahan kering harus ditnam pada lokasi surjan. Rencana pengolaan air yang sama seperti untuk padi atau tanaman untuk lahan keing dapat diterapkan. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 88 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Secara terperinci terdapat 8 zona pengelolaan air di daerah pasang surut, seperti dalam tabel berikut : Tabel -3.3. : Zona pengelolaan air di daerah pasang surut No Zona Pengelolaan Air Land Unit Rekomendasi Peruntukan 1 I. (Tanah gambut,Tanaman keras) VI Tanaman keras 2 II. (tanah VII Tanaman keras berwarna kesuburan keputihan, rendah, tanaman keras) 3 III. (Irigasi pasang surut, padi I sawah) Padi sawah,tanaman keras dapat diusahakan pada guludan(sorjan) 4 IV. (Padi sawah,irigasi pompa, IV & V tanah berpirit) Padi sawah, tanaman keras dapat diusahakan pada guludan(sorjan) 5 V. (padi sawah, irigasi pompa, VIII & IX tanah non-pirit) Padi sawah, tanaman keras dapat diusahakan pada guludan(sorjan) 6 VI. (Kedalaman drainse > 60 cm, III, V & IX Tanaman Keras tanaman keras 7 VII. (tanah non-pirit, hujan) 8 padi tadah VIII, IX & Padi tadah hujan X VIII. (Tanah berpirit,tanah gambut, II, III, IV & padi tadah hujan) V Padi tadah tanaman diusahakan hujan, keras dapat pada guludan WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 89 LAPORAN INTERIM 3.15. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT PERENCANAAN DETAIL SISTEM TATA AIR Sistem tata air disusun bedasarkan konsep-konsep perencanaan tata air yang ada, berdasarkan beberapa parameter desain yaitu : System Operasi dan pemeliharaan Pola Tanam yang ada Kondisi Topografi dan Mekanika tanah Rencana Pengembangan Disamping itu perlu memperhatikan kondisi yang ada dilapangan dan berpedoman pada : Memanfaatkan semaksimal mungkin jaringan reklamasi yang ada Cost Efective, dalam arti memanfaatkan semaksimal mungkin keadaan alam yang ada dengan menggunakan bahan dan teknologi yang tepat. Dapat berfungasi dengan baik Mudah melaksanakan pembangunannya di daerah tersebut Mudah pengoperasian dan pemeliharaannya Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, maka pelaksanaan perencanaan detail ini akan dibagi atas dua tahapan yang saling berurutan yang terdiri dari : a. Tahap Pra Desain b. Tahap Detail Desain 3.15.1. TAHAP PRA DESAIN Pada Tahap Pra desain ini, disusun suatu alternatif system dengan kajian dari berbagai aspek, baik aspek teknis, operasi dan pemeliharaan, sosial ekomomi dan biaya. Aspek-aspek yang dikaji menyangkut hal-hal seperti : 3.15.1.1. DEBIT RENCANA Debit rencana pada saluran dihitung dengan rumus yang umum atau biasa digunakan, yaitu : WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 90 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Qt = NFR x A /et dimana : Qt : debit rencana (liter/detik) NFR : kebutuhan bersih air irigasi (liter/detik/ha) A : luas daerah irigasi (ha) et : efisiensi irigasi di unit petak tersier Kebutuhan air irigasi untuk padi ataupun tanaman lainnya akan ditentukan dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Persiapan Tanah 2. Penggunaan Kompsumtive (Compsumtive use) 3. Perkolasi 4. Pergantian lapisan air 5. Hujan Effektif 3.15.1.2. KECEPATAN IJIN Perencanaan saluran dilakukan sedemikian rupa sehingga aliran dalam keadaan stabil, artinya saluran tidak mengalami sedimentasi dan erosi. Untuk maksud tersebut maka diupayakan sehingga batas kecepatan tidak melebihi kecepatan maksimum yang diijinkan dengan maksud menghindari terjadinya erosi dan tidak boleh lebih kecil dari kecepatan minimum yang diijinkan dengan maksud menghindari sedimentasi. Untuk semua saluran induk dan sekunder , kecepatan minimum pada debit rencana adalah 0,30 m3/dt. Berikut ini disarikan pada Tabel 3.4. Kriteria saluran WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 91 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Tabel -3.4.: Kriteria saluran Debit rencana Kemiringan K Q(m3/detik) talud minimum tinggi jagaan minimum (m) Lebar Kecepatan tanggul ijin (m) (m/detik) 0.5 35 1.0 0.40 1.0 0.6 0.5 – 1.0 35 1.0 0.50 1.0 0.6 1.5 – 5.0 40 1.0 – 1.5 0.60 1.5 – 2.0 0.7 Sumber : Standar irigasi KP-03 (Perencanaan saluran) 3.15.1.3. KOEFISIEN KEKASARAN SALURAN PEMBUANG Koefisien kekasaran saluran (Koefisien Strickler) K sangat bergantung pada faktorfaktor seperti kekasaran dasar saluran dan talud, vegetasi dan ketidak teraturan trase. Harga k yang digunakan untuk mendesain saluran disarikan pada Tabel 3.5. Tabel-3.5. Kriteria Koefisien Kekasaran Strickler (K) tanpa pasangan Nama Saluran Koefisien (K) Strickler Saluran pembuang 33 Saluran-saluran tersier 35 Saluran induk dan sekunder Qp < 1 m3/det 35 Saluran induk dan sekunder 1 < Qp < 5 m3/det 40 Saluran induk dan sekunder 5 < Qp < 10 m3/det 42.5 Saluran induk dan sekunder Qp > 10 m3/det 45 3.15.1.4. KEMIRINGAN SISI SALURAN Akan ditentukan dari analisa mengenai stabilitas lereng tanah pada beberapa kedalaman, baik pada saluran primer, saluran sekunder maupun saluran tersier. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 92 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Tabel 3.6: Kemiringan sisi saluran ( 1,0 tegak : m datar) Jenis tanah Kemirigan Talud (m) Batuan 3.15.1.5. 0.25 Batuan lunak 0.50 – 0.70 Lempung kaku 0.50 – 1.10 Geluh , D <1,0 m 1.00 Geluh, D >1,0 m 1.50 Geluh pasiran 1.50 Pasir lepas 2.00 TINGGI JAGAAN (FREE BOARD) Tinggi jagaan adalah ruang bebas yang terletak di atas muka air maksimum pada saluran. Tinggi jagaan berkaitan dengan debit yang mengalir pada ruas saluran yang ditinjau. Untuk saluran induk dan sekunder, tinggi jagaan di atas elevasi muka air rencana mengikuti KP-03, Standar Irigasi. Tabel 3.7. Tinggi Jagaan saluran 3.15.1.6. Debit (m3/detik) Tinggi Jagaan (m) < 0.5 0.40 0.50 - 1.50 0.50 1.50 - 5.0 0.60 5.0 - 10.0 0.75 KECEPATAN ALIRAN Kecepatan aliran yang terjadi harus berada di bawah kecepatan maksimum yang diijinkan dan bergantung pada jenis tanah pada dasar maupun tepi saluran. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 93 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Tabel 3.8. Kecepatan maksimum yang diijinkan pada saluran Jenis tanah asli yang dilewati Kecepatan Maks yang saluran diijinkan (m/detik). Pasir halus (koloidal) < 0.45 Geluh pasiran(non-koloidal) < 0.53 Geluh halus (non koloidal) < 0.60 Lanau alluvial < 0.60 Geluh padat biasa < 0.75 Abu vulkanik < 0.75 Lempung kaku (sangat koloidal) < 1.13 Sumber : referensi 10 ( Dari Fortier dan Scobey, 1925). 3.15.1.7. LEBAR DASAR SALURAN Lebar dasar saluran pemberi dan saluran pembuang akan ditetapkan berdasarkan beban debit pada ruas saluran yang direncanakan, dengan menggunakan persamaan analisa Steady Flow. (analisa dimensi dengan konsep analisa gerak air non-statis). 3.15.1.8. TANGGUL BANJIR Ketinggian tanggul banjir ditentukan dengan melakukan perhitungan debit banjir dengan periode ulang 25 tahun. Ukuran minimum tanggul akan memenuhi kriteria stabilitas (factor keamanan SF 2) sesuai dengan data tanah . Penentuan periode ulang juga akan dicek dengan periode ulang banjir yang pernah terjadi dilapangan atas informasi penduduk dan perhitungan hidrolis level air banjir. Periode uang banjir rencana akan didiskusikan dengan pihak direksi atas dasar hasil perhitungan periode ulang yang terjadi dilapangan dan periode ulang usulan yang sudah dihitung level banjirnya. Hasil keputusan bersama tersebut akan dilanjutkan untuk perhitungan perencanaan selanjutnya. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 94 LAPORAN INTERIM 3.15.1.9. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT PERENCANAAN TATA LETAK PRASARANA JALAN PERTANIAN (FARM ROAD) Penggunaan data yang berhubungan dengan denah jalan yang diusulkan Berdsasarkan saran-saran Direksi, membuat desain tata letak (lay-out) jaringan jalan pertanian (farm road) 3.15.1.10. DAERAH MILIK SALURAN (DMS) Daerah milik saluran (DMS) adalah daerah bebas yang termasuk dalam penguasaan dan kepentingan saluran, DMS harus mengingat tempat kerja untuk pemeliharaan dan tempat penimbunan galian saluran (pemeliharaan atau peningkatan) pada masa depan. Daerah Milik Saluran mempunyai batasan dari tepi tanggul saluran yang terluar sampai dengan tepi saluran tanggul terluar di sisi lawannya. Tetapi DMS tersebut tidak bisa diterapkan pada saluran yang sudah dibuat dan pemukiman yang sudah dikapling dan dihuni, pada kondisi seperti tersebut terpaksa tidak akan menggunakan kriteria DMS. 3.15.1.11. PERENCANAAN BANGUNAN AIR Untuk menuntukan lokasi bangunan air, perlu dibuat skema jaringan tata air, yang meperlihatkan dengan jelas dan lokasi bangunan-bangunan (lama dan rencana baru). Skema tersebut harus dibuat berdasarkan skema irigasi yang lengkap dengan luas petak-petak tersier serta luas layanan tiap ruas saluran induk/ sekunder. Penambahan bangunan baru dan penyempurnaan jaringan serta fasilitas lainnya seperti linning saluran pengatur/pengukur debit, kantor/rumah dinas dan sebagainya harus dalam batas-batas biaya rehabilitasi dan harus dibuktikan bahwa hal tersebut memang benar-benar dibutuhkan. Dalam daerah rawa system pengelolaan tata air diatur dengan menggunakan bangunan pengatur, beberapa jenis pengatur yang ada adalah sebgai berikut : WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 95 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Skot Balok Skot Balok adalah pintu/susunan kayu yang satu sama lain terlepas dan disusun bertingkat ke atas. Dilihat dari segi konstruksi, pintu Schot Balk merupakan peralatan yang sederhana. Dibuat dari susunan balok-balok persegi yang terlepat satu sama lain. Balok-balok profil segi empat itu ditempatkan tegak lurus terhadap potongan segi empat saluran. Balok-balok tersebut disangga dalam sponeng/alur yang lebih lebar 0,03 - 0,05 m dari tebal balok-balok itu sendiri. Pengalirannya merupakan pengaliran tidak sempurna dan susunannya dibuat sesuai dengan kebutuhan. Lebar Schot Balk ditetapkan dengan mengambil kehilangan energi z = 0.15 m. Pemilihan lebar Schot Balk diambil lebih kecil atau sama dengan 1,5 m dan pemilihannya disesuaikan dengan besarnya debit saluran. Pintu Kayu atau Besi dengan Stang Pengangkat Penyalurannya dibuat lewat lubang. Pintu dapat dibuat dari kayu atau besi, dengan kriteria : Pintu besi, bila b < 1,0 m Pintu kayu, bila 1,0 < b < 2,0 m agar tidak terlalu berat mengangkatnya. Pintu Sorong Pintu sorong seperti juga pintu schot balk adalah merupakan bangunan yang cocok untuk mengatur tinggi muka air di saluran. Kelemahan utamanya adalah bahwa pintu ini kurang peka terhadap perubahan-perubahan tinggi muka air dan jika dipakai bersama-sama dengan bangunan pelimpah(alat ukur Romijn), bangunan ini memiliki kepekaan yang sama terhadap perubahan muka air. Jika dikombinasi demikian, bangunan ini sering memerlukan penyesuaian. Sebagai bangunan pengatur, tipe bangunan ini dianjurkan pemakaiannya karena tahan lama dan eksploitasinya mudah, walaupun punya kelemahan-kelemahan seperti yang telah disebutkan. Untuk menghitung dimensi Pintu Sorong dapat digunakan rumus : WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 96 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT 1 Q m. a. b. 2. g. z 2 Dimana : Q = debit yang dibutuhkan melalui pintu sorong m = koefisien aliran = 0.85 b = lebar pintu g = gaya gravitasi = 0.98 z = kehilangan tinggi tekan muka air di hulu dengan di hilir pintu ditetapkan 3.15.1.12. BANGUNAN PENDUKUNG LAINNYA Menghitung dimensi bangunan serta pembuatan gambar-gambar desain bangunan sistem jaringan irigasi, diantaranya yang umum diperlukan ; A. Jembatan/Gorong-gorong Jembatan/ gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran aliran air (saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan atau bawah jalan air lainnya (biasanya saluran). Jembatan-jembatan di jalan raya direncana menurut Standar Perencanaan Jembatan yang ditetapkan oleh Bina Marga. Gorong-gorong dibangun pada titik-titik persilangan sebagai berikut : Saluran dengan jalan Saluran dengan alur alam ( cross drain) Saluran drainase dengan jalan, dan Tipe gorong-gorong yang dipakai sesuai dengan diameter/ ketinggian yang diperlukan ditunjukkan pada Tabel 3.9. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 97 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Tabel 3.9 : Tipe Gorong-gorong Tipe Bentuk Diameter/ Tinggi Bulat 0,60 - 1,00 m Segi empat 1,00 - 2,50 m Segi empat lebih besar dari 1,5 m - Beton pracetak - Pasangan batu dengan plat beton bertulang - Beton cetak di tempat Kecepatan maksimum dalam gorong-gorong direncanakan 1,50 m/det untuk saluran irigasi dan 3 m/det untuk drainase. Tinggi ruang bebas pada goronggorong dihitung dari h/D = 0,80 dimana: h : kedalaman air D : diameter dalam atau tinggi potongan Perhitungan Dimensi gorong-gorong menggunakan rumus Strickler Q = V.A V = k .R 2/3 . I 1/2 (Rumus STRICKLER) Di mana : Q = debit pada gorong-gorong V = kecepatan air k = koefisien Strickler R = jari-jari hidrolis I = kemiringan gorong-gorong B. Jembatan pejalan kaki Bagi petani pejalan kaki untuk lewat diatas saluran irigasi atau drainase diperlukan Jembatan pejalan kaki dengan lebar 1,50 m. Jembatan ini dibangun pada beberapa tempat yang dianggap dibutuhkan sebagai jalan dari perkampungan menuju Jalan raya. Jembatan-jembatan di jalan raya direncana menurut Standar Perencanaan Jembatan yang ditetapkan oleh Bina Marga. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 98 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT C. Jalan Inspeksi & Jalan Masuk Jalan inspeksi dan jalan masuk yang direncanakan digolongkan sebagai jalan kelas III atau IV menurut standar Bina Marga, dengan perkerasan batu. Berikut ini adalah kriteria perencanaan yang dipakai untuk perencanaan jalan inspeksi dan jalan masuk. Lebar jalan Pengambilan lebar jalan inspeksi ditentukan berdasarkan lebar tanggul minimum tanggul yang berhubungan dengan debit rencana saluran irigasi yang di inspeksi. Lebar jalan yang diambil, ditunjukkan pada Tabel-3.10. Tabel-3.10: Pemakaian lebar jalan inspeksi Type jalan Lebar Lebar jalan (m) perkerasan (m) Jalan inspeksi sepanjang saluran, Qi > 1 m3/det 5,00 3,00 Jalan inspeksi sepanjang saluran,Qi < 1 m3/det 3,00 tanpa perkerasan Jalan masuk (access road) 5,00 3,00 Tinggi muka jalan Perencanaan elevasi permukaan jalan tergantung kepada permukaan sawah sekitar untuk keperluan drainase. Untuk rencana jalan inspeksi dan jalan masuk, ketinggian permukaan jalan diambil minimum 0,50 m lebih tinggi dari permukaan sawah. Ketentuan parit di sisi jalan Parit di sisi jalan direncana sesuai dengan debit kebutuhan yang akan dialirkan. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 99 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Kemiringan sisi jalan Kemiringan sisi tanggul jalan yang diambil untuk perencanaan ditunjukkan pada Tabel 3.11. Tabel 3.11: Kemiringan sisi tanggul jalan Ketinggian potongan lereng kurang dari 10 m Ketinggian potongan lereng lebih dari 10 m Ketinggian puncak lereng kurang dari 10 m Tanah biasa 1 : 1,5 - 1 : 1,5 Batuan lapuk 1 : 1,0 1 : 1,2 - Bahan tanggul dan pondasi Pengamanan sisi lereng Sisi lereng tanggul jalan dilindungi terhadap erosi dengan penanaman rumput, dengan memakai lempengan rumput 3.15.2. TAHAP DETAIL DESAIN Setelah analisa Ekonomi menunjukkan bahwa Pra-rencana Program Peningkatan Jaringan Pengairan teknis terpadu, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan perencanaan Detil (Detail Desain) yang terdiri dari : 3.15.2.1. PERHITUNGAN DETAIL Meliputi perhitungan konstruksi saluran, talud saluran dan bangunan-bangunan air yang meliputi: Perhitungan kekuatan bangunan; Perhitungan pondasi; Kestabilan lereng; Settlement. A. Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal Daya dukung pondasi yang dibahas disini berkisar pada daya dukung pondasi dangkal atau daya dukung tanah dekat ke permukaan tanah yaitu berkisar pada kedalaman 0.5 dan 1 m saja. Sedang daya dukung pondasi tiang tidak dibahas karena disamping kondisi tanahnya cukup baik/stabil juga WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 100 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT beban rencana yang akan dipikul cukup kecil (berupa pondasi-pondasi menerus yang memikul dinding tidak lebih dari 3 m. Daya dukung pondasi dangkal yang diperhitungkan adalah berdasarkan data yang tersedia yaitu berdasarkan data sondir dan data uji laboratorium. Daya dukung ultimate pondasi dangkal pada kedalaman Df di bawah permukaan tanah dapat digunakan rumus Meyerhoff (1963) sebagai berikut di bawah ini. Berdasarkan data test laboratorium : 1 qult cN c Fcs Fcd Fci qN q Fqs Fqd Fqi BN Fs Fd Fi 2 …………………(3.1) Dimana : qult = daya dukung ultimate tanah pondasi dangkal. c = kohesi tanah q = tegangan efektif pada level alas pondasi = g . Df = berat isi tanah Df = kedalaman alas pondasi. B = lebar atau diameter pondasi Fcs, Fqs, Fgs = faktor bentuk, Fcd, Fqd, Fgd = faktor kedalaman, Fci, Fqi, FgI = faktor kemiringan beban, Nq, Nc, Ng = faktor daya dukung, dihitung berdasarkan Persamaan (3.2), (3.3) dan (3.4). Nq yang diusulkan oleh Reissner (1924) : N q tan 2 45 e tan …………………………………… (3.2) 2 Nq yang diusulkan oleh Prandtl (1921) : N c ( N q 1) cot …………..…………………………..……. (3.3) Ng yang diusulkan oleh Caquot & Kerisel (1953) dan Vesic (1973) : WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 101 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT N 2( N q 1) tan ….…………………..………………….. (3.4) Daya dukung ijin tanah pondasi dangkal : qall = qult / SF ..…………………………………………………. (3.5) dimana : qall = daya dukung ijin tanah pondasi dangkal. SF = faktor keamanan = 3 Berdasarkan data penetration test : Meyerhof menyarankan formulasi untuk menentukan tegangan ijin (qall) dari tahanan konus (qc) agar tidak melebihi settlement ijin 25 mm. Rumus ini berdasarkan pada kurva Terzaghi dan Peck. a) Untuk pondasi setempat atau menerus dengan lebar dasar B > 1.2 m : qall qc 1 (1 ) 50 B (kg/cm2) ………………………….… (3.6) dimana qc = tahanan konus Hand Sondir dalam satuan kg/cm2. b) Untuk pondasi setempat atau menerus dengan lebar dasar B < 1.2 m : qall qc 30 (kg/cm2) ……………………………………. (3.7) dimana qc = tahanan konus Hand Sondir dalam satuan kg/cm2 dan B dalam meter. Dimana : qall qall SF qult qc c z B = daya dukung yang diijinkan = qult / SF = daya dukung yang diijinkan = (qult / SF) x 2 à Pondasi yang luas. = faktor keamanan = daya dukung tanah ultimate di permukaan tanah (Df = 0) = tahanan ujung conus = kohesi = kedalaman pondasi = lebar pondasi WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 102 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT B. Settlement (Penurunan Pondasi) Settlement pondasi bangunan air yang diperhitungkan terdiri dari penurunan elastis dan penurunan konsolidasi. Penurunan elastis dihitung dengan menggunakan rumus Janbu (1956) sebagai berikut : Si ui .uo .q.B …………………………………………………………….… (3.8) E dimana : Si = penurunan elastis ui, uo = dapat dilihat pada grafik (Bjerrum, Kjaernsli’s). q = tekanan uniform B = lebar pondasi E = modulus elastisitas tanah Kemudian penurunan konsolidasi (= Sc) pada tanah lempung Normally Consolidation yang kompresibel berdasarkan data uji laboratorium dihitung dengan rumus : Cc.H i po pi ……………………………………... (3.9) log i poi i 1 1 eo n Sc Penurunan konsolidasi berdasarkan data Sondir dihitung menurut rumus Thomlinson sebagai berikut : 2.H i . poi poi pi ………………………………………….(3.10) ln 3.qc poi i 1 n Sc dimana : Cc = indeks kompresi. eo = angka pori natural. qc = tahanan konus sondir. Hi = tinggi lapisan tanah yang ke-i poi = tekanan tanah awal yang ke-i WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 103 LAPORAN INTERIM pi SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT = tegangan tambahan akibat beban pondasi/beban pada lapisan yang ke-I yang dihitung dengan Persamaan (3.11) berikut ini. pi q sin .………………………….…..………(3.11) q = tegangan kontak pada dasar pondasi. = sudut yang dibentuk oleh B/2 dan z menurut gambar 3.12 berikut ini. B q(gaya/luas) z pi Gambar-3.12. : Perhitungan tegangan dalam tanah akibat beban strip. Total penurunan (St) dapat dihitung dengan : St = Si +Sc ………………………………………….. (3.12) C. Perhitungan Stabilitas Tanggul Metoda yang digunakan untuk menghitung kestabilan lereng/tanggul banjir adalah dengan metoda modifikasi Bishop (Simplified Bishop Methode). Penggunaan metoda ini memberikan safety faktor (SF) yang lebih tepat dibandingkan metoda Flennius. Persamaan yang digunakan pada metoda Bishop sebagai berikut: WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 104 LAPORAN INTERIM SF SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT 1 c' l w uB tg ' sec tg .tg ' W sin 1 SF dimana : B, SF = Faktor keamanan W = berat slice c’ = kohesi efektif f’ = sudut geser dalam efektif B = lebar slice W, c’, f‘ adalah parameter-parameter yang digunakan pada program “PC-Stable”, faktor tekanan hidrostatis (pore water pressure) pada daerah zona kapiler dan rembesan (seepage) dapat langsung diantisipasi oleh program ini. o B Uraian Gaya : Pada Segmen Tanah u b r B m Xn En+1 W 1 En s = u l tg Xn+1 p' = u l a l p Sketsa Deskripsi Parameter Stabilitas Lereng Gambar 3.13. : Skema deskripsi parameter stabilitas lereng. “Program Stable” yang digunakan dalam perhitungan kestabilan lereng dibuat oleh Verrujit, 1986 Lab. Coor Geotechniek Technische Unversiteit Delft, Belanda. Data masukkan berupa geometeri tanggul, sifat fisik dan keteknikan dari tanah asli dan timbunan untuk running program PC-Stable . WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 105 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT 3.15.2.2. PENGGAMBARAN Penggambaran seluruh rencana pengembangan, terdiri dari: Gambar Peta Orientasi; Skala 1 : 20.000 Gambar trase Saluran; skala 1 : 2000 Potongan Memanjang dan Melintang Saluran Denah Bangunan Air; Skala 1 : 100 Detail bangunan; Skala 1 : 50 Pembuatan dan Penyusunan Gambar mengikuti hasil daftar rencana bangunan yang diusulkan. Adapun persayaratan yang akan dipenuhi adalah : 1. Dari hasil perhitungan hidrolis tinggi muka air yang direncanakan harus digambarkan pada gambar penampang memanjang dan melintang. 2. Usulan pekerjaan perbaikan ataupun penyempurnaan harus dicantumkan secara jelas mengenai jenis usulan,dimensi dan volumenya dan harus dicantumkan pada gambar rencana sehingga memudahkan kelak pada tahap pelaksanaan konstruksi nantinya. 3. Desain bangunan baru harus digambar lengkap termasuk detail pondasi dan bagian lainnya. 4. Kriteria pengambaran harus mengikuti: Standar Perencanaan Irigasi (KP),DITJEN AIR, 1986 Semua gambar diatas kertas kalkir ukuran Al Title block (judul gambar) harus diajukan terlebih dahulu kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan. 3.15.2.3. PEMBUATAN DESAIN NOTE (NOTA DESAIN) Desain note berisikan hal-hal sebagai benikut: Perhitungan desain struktur bangunan. Perhitungan desain hidrolik saluran dan bangunan Desain hidrolis dan properties setiap bangunan dan saluran WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 106 LAPORAN INTERIM 3.15.2.4. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT PENYUSUNAN SPESIFIKASI TEKNIS Berdasarkan pembangunan informasi yang perhitungan telah dilakukan pendahuluan pada biaya tahap pelaksanaan pra-rencana dan dikonfirmasikan dengan perhitungan biaya akhir pada tahap detail desain, apabila diperlukan disusun pembagian paket/tahap pelaksanaan pekerjaan. Pembagian paket/tahap pekerjaan dilakukan dengan memperhatikan kriteriakriteria sebagai berikut: 1. Merupakan kesatuan hidrologi 2. Merupakan kesatuan pekerjaan (galian saluran, tanggul ataupun struktur bangunan air). 3. Penyediaan Dana. Setiap Dokumen Tender akan disusun berdasarkan standard dari Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Irigasi dan Rawa JAMBI dan juga berdasarkan peraturan perundangan tentang pelelang pekerjaan yang terbaru tentang peleyang terdiri dari : 1. Tender Dokumen, yang berisikan: a. Jilid I : ketentuan Pelelangan b. Jilid II : Spesifikasi Teknis c. Jilid III : Syarat-syarat Kontrak 2. Perincian Volume dan Biaya 3. Estimasi biaya, berdasarkan data-data harga terakhir dari daerah. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 107 LAPORAN INTERIM 3.15.2.5. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT PEDOMAN OPERASI & PEMELIHARAAN Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menyusun pedoman pengoperasian dan pemeliharaan sistim tata reklamasi yang akan dibangun beserta alat bantu lainnya yang diperlukan untuk pengoperasian dan pemeliharaannya. Penyusunan pedoman O & P ini akan dilakukan dengan meninjau aspek-aspek sebagai berikut : 1. Fungsi Operasi dan Pemeliharaan, yang dibedakan menjadi : a. Organisasi b. Koordinasi c. Perencanaan d. Penyempurnaan e. Pengarahan 2. Sumber Daya O & P, terdiri dari: a. Tata air b. Personalia yang diperlukan c. Peralatan yang dibutuhkan d. Pembiayaan 3.15.2.6. PERHITUNGAN VOLUME PEKERJAAN (BILL OF QUANTITY) Daftar volume pekenjaan agar dininci untuk seluruh usulan pekerjaan, kemudian dibuat daftar rekapitulasi pada masing masing perincian yaitu antara lain volume galian dan timbunan (m3), volume pasangan batu(m3), lining saluran(m2) dan sebagainya. Prosedur yang sistimatis dan sederhana akan memudahkan cara perhitungan dan pengontrolan terhadap volume pekerjaan, khususnya untuk perhitungan volume bangunan gambar sket yang jelas akan sangat membantu pada saat Mutual Check pada tahap pelaksanaan nantinya. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 108 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Dalam penghitungan biaya konstruksi pekerjaan perlu dilakukan perhitungan besaran volume pekerjaan yang akan dilakukan. Volume dpekerjaan dihitung menurut jenis pekerjaannya seperti : Pekerjaan Persiapan Administrasi/Perijinan Kantor Proyek Mobilisasi Peralatan Barak Pekerja Gudang Alat dan Bahan, dll Pekerjaan Pembersihan (land clearing) Pekerjaan Pembuatan Saluran Galian tanah Timbunan Tanah Pasangan Batu Plesteran Pembersihan, dll Pekerjaan Pembuatan Bangunan Air Galian tanah Timbunan Tanah Pasangan Batu Pas. Beton Plesteran Pas. Pintu air Pembersihan, Pengecatan, dll 3.15.3. ANALISA KELAYAKAN EKONOMI Dalam suatu perencanaan pembangunan suatu konstruksi yang berkaitan dengan kepentingan umum, sebelum pembangunan tersebut dilaksanakan perlu dianalisa terlebih dahulu kelayakan pembangunannya. Analisa kelayakan perlu dilaksanakan agar konstruksi yang dibangun dapat berfungsi dengan optimal dan biaya yang dikeluarkan tidak terbuang secara percuma. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 109 LAPORAN INTERIM 3.15.3.1. SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT ESTIMASI BIAYA PROYEK Biaya proyek pembangunan system jaringan rawa Sei Cemara Kabupaten Tanjung Jabung Timur Propinsi JAMBI merupakan biaya yang diperlukan untuk seluruh pekerjaan secara keseluruhan dilaksanakan dengan sistem kontraktual. Biaya proyek dihitung dengan menggunakan harga finansial atau harga berlaku (Current Price.) sesuai dengan program pelaksanaan pekerjaan dan dalam mata uang lokal (Local Currency). Biaya tersebut juga disebut sebagai Biaya Finansial (Financial Cost). Susunan biaya proyek terdiri dari komponen-komponen biaya sebagai berikut: Biaya Dasar Konstruksi Biaya pemeliharaan Fasilitas dan Peralatan O&P Biaya dasar penggantian Biaya Jasa Layanan Rekayasa Biaya Administrasi Biaya Tak Terduga WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 110 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT GAMBAR RENCANA Daftar Jenis-Jenis Pekerjaan Daftar Volume Pekerjaan Daftar Bahan Daftar Koefisien Daftar Upah Harga Bahan Tabel Koefisien Daftar Alat Harga Upah Tabel Koefisien Harga Sewa /Beli Alat Harga Satuan Tiap Jenis Pekerjaan Rencana Anggaran Biaya perkelompok Pekerjaan RAB TOTAL Gambar 3.14 : Proses perhitungan Anggaran Biaya 3.15.3.2. ARUS MANFAAT PROYEK Penelaahan secara ekonomis atas usulan proyek dimaksudkan untuk menentukan sumbangan proyek tersebut kepada kesejahteraan nasional mengenai biaya secara keseluruhan yang dibebankan kepada negara. Analisis seperti ini memperhitungkan semua biaya dan manfaat (cost and benefits), baik yang bersifat langsung maupun tidak. Pengurangan antara arus manfaat brutto dengan investasi kapital dan seluruh biaya operasi proyek akan merupakan arus manfaat netto keadaan saat ini (tanpa proyek) dengan arus manfaat netto tambahan (cash flow) yang berlangsung selama umur ekonomis proyek. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 111 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT Perangkat yang digunakan dalam tinjauan ekonomis alternatif penanganan adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), dan B/C (Benefit Cost Ratio). NPV digunakan untuk melihat selisih manfaat (benefit) dan biaya (cost) yang dihitung pada saat kini. NPV sangat bermanfaat karena dapat menunjukan ukuran relatif proyek. NPV dapat bernilai positif atau negatif, namun untuk melihat kelayakan proyek nilai NPV haruslah positif untuk tingkat bunga yang ditentukan. IRR, jika diaplikasikan pada aliran manfaat dan biaya, adalah suatu nilai bunga dimana besarnya NPV adalah sama dengan nol. Untuk kelayakan proyek nilai IRR harus sama dengan atau lebih besar dari pada biaya kesempatan mendapatkan modal atau tingkat bunga B/C, diterapkan untuk melihat besarnya perbandingan antara manfaat yang akan diperoleh dan besarna biaya yang harus dikeluarkan. Nilai BCR lebih besar dari 1.0 merupakan persyaratan untuk kelayakan suatu proyek. Untuk dapat membandingkan keuntungan dan biaya tersebut diperlukan keseragaman nilai harga pada tahun yang sama, dapat berupa nilai uang saat ini (Present Value) ataupun nilai uang akan datang (Future Value). Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai uang sekarang (Present Value) adalah : P = F / (1 + i ) n Dimana : P = Nilai uang sekarang F = Nilai uang tahun yang akan datang I = Besarnya bunga uang N = Jangka waktu (tahun) Net Present Value (NPV) NPV merupakan selisih antara “present value benefit” dan “present value” dari biaya, yang dinyatakan dengan rumus : WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 112 LAPORAN INTERIM n NPV t i SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT ( Bt Ct 1 i t dimana : t = umur proyek i = tingkat bunga Bt = benefit (manfaat proyek) pada tahun t Ct = cost ratio (biaya) pada tahun t Bila nilai NPV > 0 dan positif berarti proyek dapat dilaksanakan, karena akan memberikan manfaat. NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar biaya (cost) yang dilakukan, sedangkan apabila nilai NPV < 0, maka proyek tidak akan memberi manfaat sehingga tidak layak untuk dilaksanakan. IRR IRR atau metode tingkat pengembalian adalah metode untuk analisis ekonomi yang paling terkenal. Secara ekivalen, IRR dapat dihitung dengan mempersamakan cashflow A.W.s (Annual Worths) ataupun cashflow P.W.s sama dengan nol dan memberikan pemecahan untuk tingkat suku bunga (IRR) yang memberikan kesamaan. Nilai IRR adalah nilai discount rate ( i ) sehingga NPV proyek sama dengan nol. NPV dapat dinyatakan dengan persamaan : n NPV t i ( Bt Ct 1 IRR t 0 Bila nilai IRR > social discount rate, maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan bila IRR < social discount rate, maka proyek proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Suatu investasi dikatakan memberikan keuntungan jika tingkat IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang dijadikan standar. Pada perhitungan tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga standar Bappenas yaitu sebesar 12 % per tahun. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 113 LAPORAN INTERIM SID DR. SEI KEPAYANG – TANJAB BARAT BCR BCR atau dalam bahasa Indonesia adalah perbandingan Untung-Biaya dapat ditentukan sebagai perbandingan dari nilai keuntungan ekivalen terhadap nilai biaya ekivalen. Nilai-nilai ekivalen biasanya dinyatakan sebagai A.W.s (Annual Worths)/Nilai Tahunan atau P.W.s (Present Worths)/Nilai Sekarang, tetapi bisa juga F.W.s (Future Worths)/Nilai Mendatang . Pada perhitungan ini digunakan nilai ekivalen P.W.s. Sehingga rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut : n B/C Bt 1 i t t i n Ct 1 i t i t Suatu investasi dikatakan bermanfaat/menguntungkan secara finansial, jika nilai BCR > 1. NPV > 0 EIRR > suku bunga bank. Dari sini dapat disimpulkan bahwa besar keuntungan (B) dikurangi biaya (C) memberikan hasil yang lebih besar dari nol, dan nilai ini dinayatakan sebagai NPV (Net Present Value). 3.15.4. PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR Hasil-hasil studi yang telah dilakukan akan dituliskan dalam Laporan akhir. Sebelum dibuat laporan akhir, akan dibuat laporan akhir sementara. Laporan ini memuat laporan semua hasil analisis dan studi serta hasil evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi sementara. Jenis dan jumlah laporan yang akan dibuat dapat dilihat pada Bab Pelaporan. WAHANA REKA TEKINDO pt. Hal. 3 - 114