return pasar - Universitas Sebelas Maret

advertisement
REAKSI PASAR TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
(INISIASI DAN OMISI DIVIDEN) DAN PENGARUHNYA PADA
KINERJA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
RETNO ANDYISETYORINI
NIM. F0398013
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2003
i
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
REAKSI PASAR TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
(INISIASI DAN OMISI) DAN PENGARUHNYA PADA
KINERJA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK JAKARTA
Telah diterima dan disetujui dengan baik
untuk diajukan ke hadapan tim penguji skripsi
Surakarta, 27 Maret 2003
Pembimbing
Christiyaningsih Budiwati, SE, Msi, Ak
NIP. 132 288 620
ii
PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Surakarta, 12 April 2003
Tim Penguji Skripsi
1.
Tanda Tangan
Drs Sri Sularso, M.Si, Ak
Penguji I
2.
NIP. 130 786 662
Drs Hasan Fauzi, MBA, Ak
Penguji II
3.
NIP. 131 792 944
Christiyaningsih Budiwati, SE, Msi,
Pembimbing
NIP. 132 288 620
iii
MOTTO
Hai
orang-orang
tunjukkan
suatu
yang
beriman,
perniagaan
yang
sukakah
dapat
kamu
aku
menyelamatkan
kamu dari azab yang pedih?
(yaitu) kamu berjihad kepada Allah dan Rasul-Nya dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah
yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan
memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan)
kamu ke tempat tinggal yang baik di dalam
syurga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.
(QS. Ash Shaff :10 –12)
“Tujuan adalah sesuatu yang ditentukan di awal,
diwujudkan di akhir, tempat memulai pemikiran
dan akhir dari sebuah perjalanan”.
(Ibnu Qayyim Al-Jauziyah)
“Jika
perjalanan
begitu
panjang.
Sedang
pertolongan
Allah belum juga datang. Maka ujian dan fitnah akan
lebih keras dan lebih liat. Cobaan akan lebih ganas dan
lebih berat. Tidak ada yang tegar kecuali mereka yang
dilindungi Allah. Merekalah, orang-orang yang bisa
menancapkan
iman
di
dalam
jiwa.
Yang
bisa
menjaga
sebuah amanah besar: amanah langit untuk dijalankan di
bumi. Amanah Allah di setiap mata hati manusia”.
(Sayyid Qutb)
iv
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini
kupersembahkan ‘tuk yang
teristimewa di hatiku:
Papa dan Mama tercinta
Adik-adikku tersayang; Puput, Sari,
Erul
Ikhwahfillah
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang ditangan-Nya semua
urusan diletakkan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat
serta salam senantiasa terlimpah curahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
sang revolusioner sejati pembawa perbaikan umat di seluruh jaman.
Skripsi yang berjudul Reaksi Pasar terhadap Kebijakan Dividen (Inisiasi dan
Omisi Dividen) dan Pengaruhnya pada Kinerja Perusahaan Go Publik di
Bursa Efek Jakarta ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi. Skripsi
ini bertujuan untuk mengetahui reaksi pasar terhadap kebijakan dividen (inisiasi
dan omisi dividen) dan untuk mengetahui pengaruhnya pada kinerja perusahaan.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan pihak-pihak yang mendukung,
karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Salamah Wahyuni selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNS
2. Bapak Drs. Eko Arief S, Msi, Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan Bapak
Drs. Bandi, Msi, Ak. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
UNS.
3. Ibu Dra. Palikhatun, SE, Ak. selaku Pembimbing Akademis, yang telah
membimbing penulis selama masa perkuliahan sampai selesai.
vi
4. Ibu Christiyaningsih Budiwati, SE, Msi, Ak. selaku pembimbing skripsi, yang
penuh dengan kesabaran memberi bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan
penulisan skripsi.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi, atas
segala ilmu dan fasilitas yang penulis terima selama masa perkuliahan.
6. Papa dan Mama tercinta, yang penuh kasih sayang dan kesabaran mendidikku
untuk
menjalani
kehidupan
ini.
Semoga
Allah
SWT
membalas
pengorbananmu.
7. Puput, Sari, Erul , adanya kalian menjadikanku untuk selalu melakukan
perbaikan. Jangan kecewakan Papa & Mama ya …. (jadilah anak yang sholeh
dan sholehah).
8.
Ikhwahfillah di BPPI FE UNS, bertemu antum dan antuna adalah anugerah
yang tak ternilai. Perjuangan untuk dien Islam tidak akan pernah berhenti
sampai Allah menjemput diri kita. Istiqomahlah !
9. Konco-koncoku yang pernah sama-sama di BEM FE, Partai Jembatan, Partai
Gerbang, (masyarakat terus menanti karya nyata kita, Teruslah ukir kehidupan
ini ).
10. Komunitas Pengusung Revolusi Sejati di KAMMI (Jangan berhenti bergerak
‘tuk hancurkan kebatilan ! Yakinlah akan datangnya pertolongan Allah).
11. “Temen-temenku” & “mba’ku”, bersama kalian hidup ini semakin indah dan
banyak “tarbiyah” yang aku dapatkan.
12. The Samuri’s Kost Family, mudah-mudahan ikatan ukhuwah kita akan
semakin erat. Kenangan bersama kalian tak akan terlupakan.
vii
13. Temen-temen seperjuangan ’98: Ayu, Ulfa, Frida, Atik, Sulis, Tuti (akhirnya
aku menyusul kalian). Hanif & Ami (ayo kita wisuda bareng ya…).
14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satuper satu atas bantuan moril
maupun materi.
Karya kecil ini masih jauh dari sempurna karena penulis hanyalah
manusia biasa yang mempunyai kelemahan. Semoga Allah SWT mengampuni
segala kealpaan hamba-Nya ini. Atas semua kebaikan dan bantuan yang telah
penulis terima semoga Allah membalas dengan yang lebih baik.
Surakarta, Maret 2003
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI
JUDUL……………………………………………………………………………i
PERSETUJUAN…………………………………………………………………ii
PENGESAHAN…………………………………………………………………iii
MOTTO………………………………………………………………………….iv
PERSEMBAHAN………………………………………………………………..v
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………vii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………viii
BAB
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………..1
B. Perumusahan Masalah……………………………………………………..3
C. Pembatasan Masalah………………………………………………………4
D. TujuanPenelitian…………………………………………………………..5
E. Manfaat Penelitian………………………………………………………...5
F. Sistematika Penulisan……………………………………………………..6
II.
LANDASAN TEORI
A. Kebijakan Dividen………………………………………………………...7
B. Teori-Teori Kebijakan Dividen…………………………………………...8
C. Pengujian Empiris………………………………………………………..11
D. Kebijakan Dividen dalam Praktik………………………………………..13
ix
E. Pengembangan Hipotesis………………………………………………...15
F. Abnormal Return…………………………………………………………17
G. Efisiensi Pasar Modal…………………………………………………….19
H. Beta………………………………………………………………………21
I. Kinerja Keuangan Perusahaan…………………………………………...25
J. Tinjauan Laporan Keuangan………………………………………….….28
K. Analisa Rasio…………………………………………………………….31
L. Review Penelitian Terdahulu…………………………………………... .36
M. Kerangka Pemikiran...……………………………………………………39
N. Hipotesis…………………………………………………………………40
III.
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………..41
B. Populasi, Sampel dan Kriteria Data……………………………………...41
C. Jenis dan Sumber Data…………………………………………………...42
D. Metode Analisis Data…..………………………………………………...43
IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data…………………………………………………50
B. Pengolahan Data………………………………………………………….51
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan……………………………………52
V.
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………64
B. Keterbatasan dan Saran…………………………………………………..66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1. Daftar Perusahaan inisiasi dividen…………………………………50
Tabel IV.2. Daftar Perusahaan omisi dividen…………………………………...51
Tabel IV.3. Hasil Koreksi Beta untuk Perusahaan inisiasi dividen……………..53
Tabel IV.4. Hasil Koreksi Beta untuk Perusahaan omisi dividen……………….53
Tabel IV.5. Perhitungan AAR, SAAR untuk inisiasi dividen…………………...57
Tabel IV.6. Perhitungan AAR, SAAR untuk omisi dividen…………………….57
Tabel IV.7. Hasil Pengujian Normalitas Data ……………………………….….58
Tabel IV.8. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis 3…………………………….63
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu informasi yang menjadi sinyal bagi investor dalam
berinvestasi adalah informasi dividen. Informasi ini menjadi sinyal berkaitan
dengan prospek masa depan perusahaan. Informasi yang penting sebagai
sinyal tersebut adalah laba per lembar saham dan dividen per lembar saham.
Dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang akan dibagikan kepada
pemegang saham. Oleh karena itu kebijakan dividen menjadi hal yang penting
bagi para investor dalam menilai perusahaan dimana investor menanamkan
sahamnya.
Kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya. Kebijakan dividen yang dibuat oleh perusahaan
cenderung menghilangkan atau mengurangi ketidakpastian. Perusahaan
membuat perubahan kebijakan yang sangat jelas dan penting ketika
perusahaan membayar dividen pertama kalinya (dividend initiation) atau
menghapus dividen pertama kalinya (dividend omission) (Michaely, et. al
(1995)).
Harga saham untuk perusahaan yang menghapus dividen tunai
pertama kalinya akan menyimpang menurun (drift down), dan harga saham
untuk perusahaan yang membayar dividen tunai pertama kalinya akan
menyimpang ke atas (drift up) (Michaely,et. al (1995)). Kebijakan perusahaan
untuk membayar pertama kalinya (dividend initiation) merupakan sinyal yang
xii
baik. Manajer perusahaan tidak akan membayar dividen kalau mereka tidak
yakin mengenai pertumbuhan laba dan arus kas perusahaan dimasa
mendatang. Arus kas dan laba perusahaan merupakan informasi akuntansi
yang digunakan oleh pasar.
Kebijakan perusahaan untuk menghapus dividen pertama kalinya
(dividend omission) merupakan sinyal yang buruk. Studi empiris menemukan
bahwa pasar bereaksi positif terhadap dividend initiation dan pasar bereaksi
negatif terhadap dividend omission.(Healy dan Palepu (1988) dan Michaely,
et.al. (1995)).
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Rina Br. Bukit (2000)
yang menemukan bahwa pasar bereaksi positif terhadap pengumuman inisiasi
dividen, tetapi pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman omisi dividen.
Penelitian tersebut merekomendasikan agar penelitian selanjutnya menguji
reaksi jangka panjang (kinerja return jangka panjang) setelah event dividend
initiations dan dividend omissions.
Adanya kebijakan dividen yang dikeluarkan perusahaan akan
berpengaruh pada karakteristik finansialnya yang menunjukkan bagaimana
kinerja perusahaan. Ambarish, John dan Williams (1987) menyatakan bahwa
pengumuman dividen dapat memberikan informasi kepada pemilik perusahaan
tentang cash flow masa depan perusahaan melalui asset atau kesempatan
investasi baru. Aigbe Akhigbe dan Jeff Madura (1996) melakukan penelitian
untuk mengetahui reaksi pasar terhadap pengumuman inisiasi dan omisi
dividen dan melihat pengaruhnya pada karakteristik finansial perusahaan.
Berdasarkan penelitian tersebut, maka penelitian ini selain mengetahui reaksi
xiii
pasar akibat pengumuman dividen (inisiasi dan omisi) juga melihat
pengaruhnya pada kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio-rasio
keuangan.
B. Perumusan Masalah
Kandungan informasi dalam pengumuman dividen akan memancing
reaksi pasar. Reaksi pasar dapat diukur dengan menggunakan return sebagai
nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika
digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman
yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return
kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan
abnormal return kepada pasar. Pengujian kandungan informasi hanya menguji
reaksi pasar, tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi.
Kebijakan perusahaan selalu menarik perhatian investor yang
menjadi sinyal kondisi perusahaan. Salah satu kebijakan perusahaan yang
mempengaruhi investor adalah pembayaran dividen oleh perusahaan tersebut.
Pengumuman dividen menjadi sinyal tentang kondisi laba dan prospek
perusahaan dimasa mendatang. Adanya kebijakan pengumuman dividen
secara rasional pasti berpengaruh juga terhadap kinerja perusahaan. Hal ini
bisa kita lihat ketika ada reaksi pasar terhadap pengumuman dividen.
Penelitian ini bermaksud mengetahui reaksi pasar terhadap kebijakan dividen
(inisiasi dan omisi dividen) dan pengaruhnya pada kinerja perusahaan. Kinerja
perusahaan diproksikan dengan rasio-rasio
keuangan yang dibandingkan
antara satu tahun sebelum dengan satu tahun setelah event itu. Permasalahan
yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
xiv
1. Apakah pasar bereaksi positif terhadap pengumuman inisiasi dividen
2. Apakah pasar bereaksi negatif terhadap pengumuman omisi dividen
3. Bagaimana pengaruh pengumuman inisiasi dan omisi dividen terhadap
kinerja perusahaan
C. Pembatasan Masalah
Informasi tentang kebijakan dividen yang dikeluarkan oleh
perusahaan
menjadi
sinyal
bagi
para
investor
dalam
pengambilan
keputusannya. Kebijakan dividen dalam hal ini adalah pengumuman inisiasi
dividen (perusahaan membayar dividen pertama kalinya) dan pengumuman
omisi dividen (perusahaan menghapus dividen pertama kalinya ).
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh pengumuman
dividen (inisiasi dan omisi) terhadap pasar dan mengetahui pengaruhnya pada
kinerja perusahaan. Peneliti membatasi penelitian pada pengaruh kebijakan
dividen dalam hal ini pengumuman dividen yang dikeluarkan perusahaan
manufaktur yang go publik di BEJ, karena dianggap telah mewakili
dinamisasi pasar modal di Indonesia. Perusahaan yang menjadi sampel telah
terdaftar di BEJ sebelum pertengahan 1997 (sebelum krisis moneter). Peneliti
hanya mengamati perusahaan yang melakukan pengumuman inisiasi dan
omisi dividen mulai saat krisis moneter yaitu pertengahan 1997 sampai
dengan tahun 2001.
Dalam pengukuran kinerja perusahaan manufaktur yang melakukan
pengumuman inisiasi dan omisi dividen akan digunakan rasio-rasio keuangan
yaitu rasio net sales/ total asset (penilaian penggunaan asset), rasio total debt/
total asset (rasio leverage), rasio ROA dan ROE (rasio profitabilitas), rasio
xv
PER (rasio nilai pasar). Peneliti melihat kinerja keuangan perusahaan hanya
pada saat 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah pengumuman dividen. Dengan
melihat rasio-rasio keuangan sebagai alat untuk mengetahui kondisi
perusahaan, apakah 1 tahun sebelum pengumuman dividen, perusahaan
tersebut dalam kondisi yang baik (menguntungkan) atau
sebaliknya dan
bagaimana 1 tahun setelah pengumuman dividen.
C. Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui apakah terdapat reaksi pasar yang positif terhadap
pengumuman inisiasi dividen
2. Untuk mengetahui apakah terdapat reaksi pasar yang negatif terhadap
pengumuman omisi dividen
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengumuman dividen
terhadap pasar dan kinerja perusahaan
4. Memberi bukti empiris pengaruh pengumuman dividen terhadap pasar
dan kinerja perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat menjadi pertimbangan bagi para investor dalam pengambilan
keputusan berkaitan dengan pengumuman dividen (inisiasi dan omisi
dividen) yang dilakukan perusahaan
2. Dapat memberikan kontribusi keilmuan yang diharapkan mampu
memberikan manfaatnya dalam dunia pendidikan atau akademis
maupun dalam dunia praktis
3. Dapat menjadi perhatian bagi perusahaan go publik di Indonesia dalam
mengeluarkan kebijakan dividen.
xvi
E. Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian dan sistematika
penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
Penjelasan teori yang menjadi acuan utama penelitian, review
penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian ini dan
hipotesis penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas metode penelitian, ukuran dan pengambilan
sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengujian data dan teknik
analisis data dalam penelitian ini
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam babini akan diuraikan pengujian hipotesis dan analisa hasil
penelitian
BAB V KESIMPULAN KETERBATASAN DAN SARAN
Bab ini akan menjelaskan tentang hasil akhir penelitian yang
berupa kesimpulan dan implikasi bagi penelitian selanjutnya.
xvii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan penting yang
dihadapi oleh pihak manajemen, khususnya bagi manajemen keuangan.
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang bertujuan untuk menentukan
besarnya bagian earnings after tax (EAT) yang diperoleh perusahaan yang
harus diberikan kepada para pemegang saham. Karena laba merupakan
sumber dana yang penting bagi pertumbuhan perusahaan, maka laba yang
tidak dibagikan kepada para pemegang saham digunakan oleh perusahaan
untuk tujuan perkembangan perusahaan atau investasi.
Investor yang tujuan pemilikan saham bermotif spekulasi, mereka
sangat mengharapkan pembagian laba dari perusahaan yang menjadi
pendapatan para pemegang saham, meskipun dalam prakteknya tidak ada
jaminan kepastian. Ada dua alternatif manajemen dalam melakukan kebijakan
dividen: (1) Membagi dividen dalam jumlah besar dan laba ditahan sedikit
sehinggga perusahaan harus mencari dana eksternal dalam jumlah yang besar,
(2) Membagi dividen dalam jumlah sedikit dan laba ditahan dalam jumlah
banyak sehingga perusahaan tidak perlu mencari dana eksternal.
Besar kecilnya laba yang dibagikan akan mempengaruhi posisi
likuiditas perusahaan, laba dan risiko yang dihadapi oleh para pemegang
saham dan akhirnya berpengaruh terhadap harga saham di bursa. Perusahaan
yang selalu menjaga rutinitas pembagian dividen akan mendapat persepsi yang
xviii
baik dari investor sehingga meningkatkan kredibilitas, secara psikologis akan
mampu meningkatkan harga saham di bursa. Kebijakan dividen tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan khususnya kondisi finansial tapi
juga faktor eksternal seperti peraturan atau Undang-Undang Perpajakan,
harapan pihak manajemen terhadap perkembangan dan pertumbuhan
perusahaan dimasa mendatang yang mana hal ini tidak dapat dilihat dari
laporan keuangan yang ada, serta faktor-faktor lain yang sifatnya non teknis.
B. Teori-teori kebijakan dividen:
1. Teori Ketidakrelevanan Dividen
Teori Ketidakrelevanan Dividen (dividend irrelevance theory) adalah
teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak
mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya
modalnya. Penganjur utama teori ini adalah Merton Miller dan Franco
Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan
hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba
serta risiko bisnisnya; dengan kata lain, MM berpendapat bahwa nilai
suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang
dihasilkan oleh aktivanya bukan pada bagaimana pendapatan tersebut
dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan (atau pertumbuhan). MM
mengasumsikan (1) bahwa tidak terdapat pajak pendapatan perseorangan
atau perusahaan, (2) bahwa tidak terdapat biaya emisi atas jual-beli saham,
(3) bahwa leverage keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya
modal (4) bahwa para investor dan manajer mempunyai informasi yang
sama tentang prospek (masa depan) perusahaan, (5) bahwa distribusi
xix
pendapatan diantara dividen dan laba yang ditahan tidak mempunyai
pengaruh terhadap biaya ekuitas perusahaan, dan (6) bahwa kebijakan
penganggaran
modal
perusahaan
adalah
terlepas
dari
kebijakan
dividennya.
2. Teori Bird in The Hand
Asumsi kelima dalam teori ketidakrelevanan dividen MM adalah
bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat pengembalian yang
dipersyaratkan atas sekuritas investor, ks. Asumsi khusus ini telah
diperdebatkan dengan hangat dikalangan akademik. Sebagai contoh
Myron Gordon dan John Lintner berpendapat bahwa ks akan naik apabila
pembagian dividen dikurangi, karena investor lebih yakin terhadap
penerimaan dari pembagian dividen ketimbang kenaikan nilai modal
(capital gains) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan. Gordon dan
Lintner mengatakan bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai
uang yang diharapkan dari dividen daripada uang yang diharapkan dari
kenaikan nilai modal karena komponen hasil dividen, D1/ P0 , risikonya
lebih kecil daripada komponen g dalam persamaan total laba yang
diharapkan, ks = D1/ P0 + g. MM tidak setuju dengan pernyataan diatas.
Mereka berpendapat bahwa ks terlepas dari kebijakan dividen, yang
menunjukkan bahwa investor tidak peduli antara D1/ P0 dengan g dan
karena itu, antara dividen dengan kenaikan modal. Mereka menamakan
pendapat Gordon –Lintner sebagai kekeliruan bird in the hand karena,
menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk
menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan
xx
bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan bagaimanapun juga, risiko dari
arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang ditentukan hanya
oleh risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang
ditentukan hanya oleh risiko dari arus kas operasinya dan bukan oleh
kebijakan pembagian dividennya.
3. Information Content
Information Content adalah teori yang menyatakan bahwa investor
menganggap perubahan dividen sebagai pertanda bagi perkiraan
manajemen atas laba. Kenyataan bahwa kenaikan dividen yang besar
biasanya menyebabkan kenaikan harga saham memberi kesan bagi
sementara orang bahwa investor secara keseluruhan lebih menyukai
dividen ketimbang kenaikan nilai modal. Akan tetapi, MM berpendapat
lain. Mereka memperhatikan adanya fakta yang cukup kuat bahwa
perusahaan selalu enggan menurunkan dividen, dan akibatnya, manajer
tidak akan menaikkan dividen kecuali kalau mereka mengantisipasi laba
yang lebih tinggi, atau sekurang-kurangnya laba yang stabil, dimasa
mendatang. Oleh karena itu, menurut MM (dan banyak pengamat lain), hal
ini berarti bahwa suatu kenaikan dividen yang lebih besar daripada yang
diperkirakan merupakan “sinyal” bagi investor bahwa manajemen
perusahaan
memperkirakan
peningkatan
laba
dimasa
mendatang,
sedangkan penurunan dividen menandakan perkiraan laba yang rendah
atau buruk. Jadi, MM menegaskan bahwa reaksi investor terhadap
perubahan dalam pembagian dividen tidak menunjukkan bahwa investor
lebih suka dividen daripada laba yang ditahan; perubahan harga saham
xxi
hanya menunjukkan bahwa informasi penting terkandung di dalam
pengumuman dividen. Teori ini dinamakan information content.
4. Clientele Effect
Clientele Effect adalah kecenderungan perusahaan untuk menarik jenis
investor yang menyukai kebijakan dividennya. MM mengemukakan
bahwa clientele effect dapat terjadi dan dapat membantu untuk
menjelaskan mengapa harga saham berubah sesudah diumumkannya
perubahan kebijakan dividen. Mereka beralasan bahwa suatu perusahaan
menetapkan kebijakan pembagian dividen khusus, yang selanjutnya
menarik sekumpulan peminat atau “clientele” yang terdiri dari para
investor yang menyukai kebijakan dividen khusus tersebut. Pemegang
saham lainnya tidak membutuhkan pendapatan dari investasi dalam
periode berjalan mereka akan menginvestasikan kembali pendapatan
dividen yang diterima setelah terlebih dahulu membayar pajak penghasilan
atasnya sehingga mereka mendapatkan rasio pembagian dividen yang
rendah. Apabila perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali
pendapatan (tidak membagi dividen), para pemegang saham yang
membutuhkan pendapatan saat ini akan dirugikan . Dengan ini maka
perusahaan seharusnya menetapkan kebijakan khusus yang dianggap
paling tepat dan mengijinkan pemegang saham yang tidak menyukai
kebijakan ini untuk menjual sahamnya kepada investor lainnya.
C. Pengujian Empiris
Modligiani dan Miller berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak
relevan artinya kebijakan dividen tersebut tidak mempengaruhi nilai
xxii
perusahaan atau biaya modalnya. Jadi menurut MM tidak ada kebijakan
dividen yang optimal, dengan demikian kebijakan dividen yang satu sama
baik dengan kebijakan dividen yang lain. Sedangkan Gordon Lintner tidak
setuju pendapat yang diungkapkan MM.
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa risiko dividen tidak sebesar
risiko kenaikan nilai modal, sehingga suatu perusahaan dapat menetapkan
suatu rasio pembagian dividen (dividend payout ratio) yang tinggi dan
menawarkan hasil dividen yang tinggi untuk meminimalkan biaya modal. Dua
teori tersebut saling bertentangan, sehingga perlu kajian empiris.
Beberapa penelitian empiris: Brighman (1990) dalam Jones (1998),
pengujian-pengujian empiris menunjukkan bahwa salah satu dari teori-teori
tersebut bisa benar atau keduanya salah. Ada dua alasan mengapa terjadi hal
yang demikian : (1) untuk tes-tes statistika yang absah, hal-hal lain dari
kebijakan dividen harus dalam keadaan konstan, jadi perusahaan–perusahaan
yang dijadikan sampel harus beda hanya dalam kebijakan dividen, (2) peneliti
harus mampu melakukan pengukuran dengan akurat tingkat pertumbuhan
yang diharapkan untuk perusahaan yang dijadikan sampel. Tak satupun dari
dua kondisi tersebut benar-benar diperoleh, tidak dapat ditemukan perusahaanperusahaan yang go publik tapi kebijakan dividen berbeda satu sama lain dan
juga tidak dapat ditemukan estimasi yang tepat atas tingkat pertumbuhan yang
diharapkan investor. Oleh karena itu, tidak dapat ditemukan dengan cukup
efek apa yang ditimbulkan kebijakan dividen terhadap biaya ekuitas.
Para peneliti dari kalangan akademis melakukan penelitian terhadap
efek hasil dividen dari perspektif CAPM. Hipotesisnya menyatakan bahwa
xxiii
tingkat pengembalian yang dikehendaki merupakan suatu fungsi dari risiko
pasar, sebagaimana diukur dengan beta dan hasil dividen. Hasil kajian tersebut
tidak didukung bukti empiris yang kuat. Biasanya masalahnya menggunakan
tingkat pengembalian yang diperoleh dimasa lalu sebagai taksiran yang lemah
dan hasilnya rancu. Pengujian empiris tersebut tidak mampu mengarah pada
kesimpulan definitif tentang teori kebijakan dividen mana yang lebih baik. Isu
tersebut belum terpecahkan, peneliti tidak dapat membantu para pengambil
keputusan perusahaan untuk mengambil kebijakan dividen terhadap harga
saham serta biaya modal.
D. Kebijakan dividen dalam praktik
a.
Kebijakan Dividen Residual
Kebijakan dividen residual adalah kebijakan yang menetapkan bahwa
suatu perusahaan seyogyanya mengikuti empat langkah ketika mengambil
keputusan atas rasio pembagian dividennya : (1) menentukan anggaran
barang modal yang optimal; (2) menentukan jumlah modal yang
dibutuhkan untuk membiayai anggaran tersebut; (3) sedapat mungkin
menggunakan laba yang ditahan untuk memenuhi komponen penyertaan
modal (ekuitas); dan (4) membayar dividen hanya jika lebih banyak laba
yang tersedia daripada yang dibutuhkan untuk mendukung anggaran
modal yang optimal.
b. Dividen yang konstan, atau yang naik secara mantap
Dalam kebijakan ini perusahaan menetapkan suatu target tingkat
pertumbuhan untuk dividen (misalnya, 6% per tahun, yang mendekati
tingkat inflasi jangka panjang) dan berusaha untuk menaikkan dividen
xxiv
sebesar jumlah ini setiap tahun. Ada dua alasan yang mendorong
perusahaan untuk membagikan dividen yang mantap dan dapat
diperkirakan. Pertama, dengan adanya gagasan bahwa dividen merupakan
pertanda dari profitabilitas perusahaan dimasa mendatang (information
content), maka kebijakan pembagian dividen yang berubah-ubah akan
mengakibatkan ketidaktentuan yang lebih besar, dan mengakibatkan ks
yang lebih tinggi dan harga saham yang lebih rendah, ketimbang yang
akan timbul pada kebijakan yang mantap. Kedua, kebanyakan pemegang
saham menggunakan dividen untuk konsumsi saat ini, dan mereka akan
dipersulit dan dirugikan apabila mereka harus menjual sebagian sahamnya
untuk memperoleh uang tunai jika perusahaan mengurangi dividen, dan
mereka akan merasa cemas jika terjadi pengurangan dividen.
c. Rasio pembagian dividen yang konstan
Perusahaan membagikan suatu persentase laba yang konstan sebagai
dividen. Tapi karena laba pasti akan berubah-ubah, maka kebijakan
dividen perlu memperhitungkan bahwa jumlah dividen akan berubah-ubah
pula. Jika perusahaan mengurangi dividen untuk mempertahankan rasio
pembagian dividen agar tetap konstan, harga saham akan jatuh, karena
investor akan mengartikan pengurangan dividen tersebut sebagai suatu
syarat pemikiran manajemen bahwa penurunan laba itu tersebut bersifat
permanen. Tapi sebetulnya kondisi itu bisa berubah-ubah. Oleh karena itu
perusahaan harus menetapkan suatu target pembagian rasio pembagian
dividen berdasarkan seperangkat persyaratan yang paling memungkinkan.
xxv
Target tersebut tidak mencapai sukses dalam setiap tahun, tapi dari waktu
ke waktu pembagian dividen rata-rata mendekati tingkat yang ditargetkan.
d. Dividen yang tetap kecil tetapi ditambah pembayaran ekstra
Kebijakan yang menetapkan pembagian dividen yang tetap kecil tetapi
ditambah dengan pembayaran ekstra akhir tahun pada tahun yang cerah
adalah kompromi antara dividen yang mantap dan tingkat pertumbuhan
yang konstan. Kebijakan yang demikian memberikan keluwesan bagi
perusahaan, sementara investor dapat tetap mengharapkan penerimaan
setidaknya suatu jumlah dividen minimum.
E. Pengembangan hipotesis
Issue penting yang menjadi pusat kajian dari penelitian-penelitian
tersebut pada umumnya berkisar pada pertanyaan, apakah kebijakan dividen
mengandung informasi yang berguna bagi para pelaku pasar. Hasil penelitianpenelitian tersebut belum menunjukkan kekompakkan. Beberapa penelitian
yang menemukan bukti empiris bahwa kebijakan dividen mengandung
informasi yang berguna antara lain Laub (1976), Charest (1978), Aharony dan
Swary (1980), Woolridge (1982), Asquith dan Mullins (1983), Venkatesh dan
Chiang (1986), Healy dan Palepu (1988), Chang dan Chen (1991), Eddy dan
Seifert (1992) dan Mande (1994).
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk menguji kandungan
informasi dari dividen. Pendekatan pertama yang digunakan adalah
memasukkan variabel dividen ke model laba untuk memprediksi laba masa
depan (misalnya Laub, 1976, dalam Hartono (2000). Dividen mempunyai
informasi jika kekuatan prediksi model laba menjadi meningkat. Pendekatan
xxvi
yang kedua adalah menguji hubungan antara variabel dividen dan variabel
laba, apakah dividen menyebabkan laba atau laba menyebabkan dividen
(misalnya adalah Ang, 1975; Olson dan McCann, 1994 dalam Hartono, 2000).
Dividen dianggap membawa informasi jika dividen menyebabkan laba.
Pendekatan yang ketiga dilakukan dengan mengamati pergerakan harga
sekuritas sekitar pengumuman dari perubahan dividen yang tidak diekspektasi.
Pendekatan ketiga ini dilakukan dengan melakukan studi peristiwa (event
study). Penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan ini misalnya
adalah Aharony dan Swary (1980), Asquith dan Mullins (1983), Healy dan
Palepu (1988).
Aharony
dan
Swary
(1980)
melakukan
penelitian
dengan
menggunakan 149 perusahaan industri yang tercatat di NYSE untuk periode
1963-1976. Melalui pengamatan abnormal return selama 10 hari di sekitar (10 hari sebelum dan +10 hari setelah) pengumuman dividen. Hasil penelitian
tersebut bahwa kebijakan dividen mengandung informasi yang berguna bagi
pelaku pasar.
Asquith dan Mullins (1983) menggunakan sampel perusahaanperusahaan yang tidak pernah membayar dividen selama paling sedikit 10
tahun. Argumentasi yang melandasi penelitian bahwa jika perusahaan yang
telah lama tidak melakukan pembayaran dividen lalu melakukan pembayaran
dividen untuk pertama kalinya (dividen initiation), maka pembayaran dividen
ini akan menjadi suatu kejutan dan akan mengakibatkan respon yang kuat
dipasar. Dalam penelitian ini jumlah sampel 168 perusahaan dari tahun 1954
sampai dengan 1980. Hasil penelitian menyatakan bahwa inisiasi ini dapat
xxvii
meningkatkan kekayaan pemegang saham selama dua hari sebesar 3,7%.
Hasilnya menunjukkan bahwa kebijakan dividen mengandung informasi yang
berguna bagi pelaku pasar.
Healy dan Palepu (1988) melakukan penelitian untuk mempelajari
reaksi pasar terhadap kebijakan dividen. Penelitian menggunakan 131
perusahaan yang melakukan inisiasi dan 172 perusahaan yang melakukan
omisi dividen. Perubahan kebijakan yang diteliti tersebut seluruhnya terjadi
antara 1969 dan 1980.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan atau penurunan
yang signifikan dari earning selama satu tahun sebelum pengumuman inisiasi
atau omisi dividen. Ditemukan pula bahwa perusahaan-perusahaan yang
melakukan inisiasi dividen menunjukkan peningkatan earning selama satu
dan dua tahun setelah pengumuman, sedangkan perusahaan yang melakukan
omisi dividen menunjukkan penurunan earning selama satu tahun setelah
pengumuman dividen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
membawa
informasi
yang
dapat
dimanfaatkan oleh para investor di pasar.
F. Abnormal Return
Studi peristiwa menganalisis return tidak normal (abnormal return)
dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu
peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan selisih antara return
yang sesungguhnya terjadi dengan return normal. Return normal merupakan
return ekspektasi (return yang diharapkan investor) (Hartono, 2000). Return
sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke t yang merupakan
xxviii
selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Sedang return
ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Brown dan Warner
(1985) dalam Hartono (2000) menyatakan ada tiga model untuk mengestimasi
return ekspektasi, yaitu:
1. Mean Adjusted Model (Model disesuaikan rata-rata)
Model ini menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang
sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi.
Periode estimasi umumnya berkisar dari 100 hari sampai dengan 250 hari
untuk data harian dan 24 bulan sampai dengan 60 bulan untuk data
bulanan. Periode estimasi merupakan periode sebelum periode peristiwa.
Periode peristiwa (periode jendela) berkisar dari 3 hari sampai dengan 121
hari untuk data harian dan 3 bulan sampai dengan 121 bulan untuk data
bulanan. Penentuan periode peritiwa tergantung nilai ekonomis dari
peristiwa tersebut.
2. Market Model (Model pasar)
Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar dilakukan dua tahap
yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi
selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi ini untuk
mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Model ekspektasi
dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square)
dengan persamaan:
Rij = I + I (Rmj + ij)
Rij = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
Rmj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j
xxix
i = intersep untuk sekuritas ke-i
i = koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i
ij = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
3. Market Adjusted Model (Model disesuaikan pasar)
Model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi
return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut.
Model ini tidak menggunakan periode estimasi karena return sekuritas
yang diestimasi adalah sama dengan return pasar.
G. Efisiensi Pasar Modal
Bentuk efisiensi pasar modal dapat dilihat dari segi ketersediaan
informasi atau dari kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil keputusan
berdasarkan analisis informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari
sudut informasi saja disebut efisiensi pasar secara informasi (informationally
efficient market). Sedang pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan
pelaku pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang
tersedia disebut efisiensi pasar secara keputusan (deficisionally efficient
market) (Hartono, 2000).
I. Efisiensi Pasar secara Informasi
Fama (1970) dalam Hartono (2000) menyajikan tiga bentuk utama
efisiensi pasar berdasarkan tiga bentuk informasi yaitu informasi masa
lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat
sebagai berikut:
xxx
a.
Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (Weak Form)
Pasar yang harga sekuritasnya mencerminkan secara penuh
informasi masa lalu. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan
dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan
bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Nilainilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga
sekarang. Investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk
mendapatkan keuntungan tidak normal.
b.
Efisiensi Pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua
informasi yang dipublikasikan (all publicly available information)
termasuk informasi yang berada dalam laporan keuangan perusahaan
emiten. Informasi yang dipublikasikan meliputi informasi yang dapat
mempengaruhi harga saham hanya pada sekuritas perusahaan yang
mempublikasikan informasi tersebut, beberapa perusahaan serta
seluruh perusahaan yang terdaftar di bursa. Tidak ada investor yang
dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan
keuntungan tidak normal dalam jangka waktu lama.
c.
Efisiensi Pasar bentuk kuat
Harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua
informasi yang tersedia termasuk informasi privat. Tidak ada investor
yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal karena mempunyai
informasi privat.
xxxi
Ketiga bentuk pasar ini berhubungan dalam bentuk tingkatan
yang kumulatif yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk
setengah kuat, dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk
kuat.
II. Efisiensi Pasar secara Keputusan
Efisiensi pasar secara keputusan terjadi jika semua informasi tersedia
dan semua pelaku pasar dapat mengambil keputusan dengan canggih.
Efisiensi pasar ini merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat menurut
versi Fama yang didasarkan pada informasi yang didistribusikan.
H. BETA
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas
atau return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur
volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur
volatilitas return portofolio dengan return pasar. Dengan demikian beta
merupakan pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio
relatif terhadap risiko pasar (Hartono, 2000).
Beta sebagai pengukur risiko sistematis juga banyak digunakan oleh
praktisi pasar modal dan investor
sebagai salah satu dasar pengambilan
keputusan. Sekuritas dengan beta =1 berarti bahwa excess return untuk saham
berubah secara proporsional dengan excess return portofolio pasar. Saham
mempunyai risiko sistematik sama dengan pasar (Van Horne dan Wachowicz
Jr, 1995 dalam Hartono (2000)). Sekuritas dengan beta >1 (secara teoritis beta
pasar =1). Sekuritas dengan beta>1 dikatakan sebagai sekuritas yang agresif
artinya sangat peka terhadap perubahan pasar dan mempunyai risiko diatas
xxxii
pasar. Sekuritas agresif memberi tingkat keuntungan yang lebih besar
daripada rata-rata tingkat keuntungan pasar kalau kondisi pasar membaik.
Sebaliknya jika kondisi pasar melemah, keuntungan yang diberikan akan lebih
rendah. Sekuritas dengan beta<1 dikatakan sebagai sekuritas yang konservatif
(defensive), artinya kurang peka terhadap perubahan harga pasar dan
memberikan risiko dibawah rata-rata pasar (Hartono dan Surianto,1999).
Bagi investor yang risk averse, beta memberi informasi mengenai
return minimal yang seharusnya diharapkan. Untuk tujuan-tujuan financial
perusahaan, beta menjadi panduan yang membantu untuk mengalokasikan
modal dalam investasi (Van Horne dan Wach Jr,1995 dalam Hartono (2000)).
Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang
menggunakan data historis. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan
data historis berupa data pasar, data akuntansi atau data fundamental
(Hartono, 2000).
1. Beta Pasar
Beta pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai
historis return dari sekuritas dan return pasar selama periode tertentu,
misalnya selama 60 bulan untuk return bulanan atau 200 hari untuk return
harian. Dengan asumsi bahwa hubungan antara return-return pasar adalah
linear, maka beta dapat diestimasi secara manual dengan memplot garis
antara titik–titik return atau dengan teknik regresi.
2.
Beta Akuntansi
Beta akuntansi dapat dihitung dengan menggunakan data akuntansi
misalnya laba akuntansi. Pertama kali digunakan oleh Brown dan Ball
xxxiii
(1969) yang menggunakan persamaan regresi untuk mengestimasi beta
akuntansi. Data yang digunakan adalah perubahan laba akuntansi, bukan
tingkat laba akuntansinya.
3.
Beta Fundamental
Beaver, Ketler dan Scholer (1970) mengembangkan penelitian Ball
dan Brown dengan menyajikan perhitungan beta menggunakan beberapa
variabel fundamental yang dianggap berhubungan dengan risiko.
Variabel tersebut adalah dividen pay out, asset growth, leverage,
liquidity, asset size, earnings variability dan beta akuntansi.
Beta untuk pasar modal yang berkembang perlu disesuaikan.
Alasannya adalah bahwa beta yang belum disesuaikan masih merupakan beta
yang bias disebabkan oleh perdagangan yang tidak sinkron ini terjadi di pasar
yang transaksi perdagangannya jarang terjadi atau disebut dengan pasar tipis
(thin market) (Hartono, 2000).
Bursa Efek Jakarta termasuk bursa yang mengalami bias beta
sekuritas. Perdagangan yang tidak sinkron terjadi dipasar yang transaksi
perdagangannya jarang terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya hari
perdagangan yang tidak aktif. Untuk tahun 1996, 249 hari perdagangan yang
ada, rata-rata jumlah hari perdagangan yang terjadi hanya sekitar 148, 27 hari
atau sekitar 59,55% (Hartono dan Surianto, 1999).
Terdapat beberapa metode untuk mengoreksi bias yang terjadi untuk
beta sekuritas akibat perdagangan tidak sinkron. Metode tersebut antara lain
yang diusulkan oleh Scholes dan Williams (1977), Dimson (1979) dan
Fowler & Rorke (1983).
xxxiv
a. Metode Scholes &Williams
Hasil dari koreksi metode ini membuat beta koreksian lebih mengarah ke
nilai satu. Hal ini konsisten dengan karakteristik beta menurut Blume
(1971) dalam Hartono (2000) yang menunjukkan bahwa beta cenderung
mengarah ke nilai satu. Perhitungan koreksi beta menurut metode Scholes
& Williams dengan periode lag (waktu mundur) dan lead (waktu maju)
adalah sebagai berikut:
Βi –n + … + Βi-1 + Βi0 + … + Βi+1 + … + Βi+n
Βi =
1+ 2.p1 + … + 2 p
Βi –n diperoleh dengan mengoperasikan persamaan regresi
Rij = i + i (Rmj + ij)
pn diperoleh dari koreksi serial antara Rmj dengan Rmj-n
b. Metode Dimson
Dimson
menyederhanakan
metode
Scholes
&
Williams
yang
membutuhkan beberapa pengoperasian regresi untuk menghitung beta
masing-masing periode lag dan lead. Dimson menggunakan regresi
berganda sehingga hanya satu kali pengoperasian regresi untuk berapapun
banyaknya periode lag dan lead. Hasil beta koreksian menurut Dimson
adalah penjumlahan dari koefisien-koefisien regresi berganda sehingga
metode ini dikenal sebagai metode penjumlahan koefisien (aggregate
coefficient method). Rumus yang digunakan dalam menghitung ini adalah
sebagai berikut:
xxxv
Rit = αi + Βi –n Rmj-n + … Βi0 Rmj + Βi+n Rmj+n +ij
Besarnya beta yang dikoreksi adalah
Βi = Βi –n + … + Βi0 + …+ Βi+n
c. Metode Fowler & Rorke
Fowler dan Rorke menganggap metode Dimson terlalu sederhana karena
hanya menggunakan sebuah pengoperasian regresi berganda saja dan
memperoleh beta koreksian hanya dengan menjumlahkan koefisien
tersebut. Menurut Fowler dan Rorke, perlu adanya pembobotan untuk
mengoreksi bias yang terjadi. Rumus yang digunakan untuk tiga lead dan
lag adalah sebagai berikut:
Rit = αi +βi-2 Rmj-2 + βi-1 Rmj-1 + βi0 Rmj + βi+1 Rmj+1 +
βi+2Rmj+2 + εit
Rmj = αi +ρi Rmj-1+ρi Rmj-2+ εit
1+2 . ρ1 + ρ2
w1 =
1+2 . ρ1 +2 . ρ2
1+ρ1 + ρ2
w2 =
1+2 . ρ1 +2 .ρ2
βi = w2 . βi-2+w1 . βi-1+ βi0 + w1 . βi+1+ w2 . βi+2
Kinerja Keuangan Perusahaan
Pengertian kinerja keuangan perusahaan menurut Helfert (1996: 67)
adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus
menerus oleh manajemen. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja
xxxvi
keuangan perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal
perusahaan. Faktor-faktor tersebut ada yang berada dalam kendali pihak
manajemen ada pula yang berada diluar kendalinya. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja perusahaan yaitu (Hardjosoemarto, 1994):
4.
Faktor Internal
a. Manajemen Personalis
Berkaitan dengan SDM agar dapat didayagunakan seoptimal
mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan secara manusiawi
b. Manajemen Pemasaran
Berkaitan dengan program-program yang ditujukan untuk mencapai
tujuan perusahaan
c. Manajemen Produksi
Berkaitan dengan faktor-faktor produksi agar barang dan jasa yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan
d. Manajemen Keuangan
Berkaitan dengan perencana, mencari dan memanfaatkan dana untuk
memaksimumkan efisiensi perusahaan
5. Faktor Eksternal
a. Kondisi Perekonomian
Kondisi yang dipengaruhi kebijakan pemerintah, keadaan dan
stabilitas politik ekonomi dan sosial
b. Kondisi Industri
Meliputi tingkat persaingan, jumlah perusahaan dan lain-lain.
xxxvii
Penilaian kinerja perusahaan dimaksudkan untuk menilai keberhasilan
sebagai badan usaha. Penilaian indikator penilaian sebagai proksi kinerja
keuangan perusahaan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
karena menyangkut ketepatan hasil penilaian itu sendiri. Menurut Meisel dalam
Wijaya (1997) untuk melakukan penilaian kinerja perusahaan dapat dilihat
melalui sudut pandang yaitu:
1. Sudut pandang finansial
Pengukuran kinerja perusahaan dari aspek finansial seperti likuiditas,
rentabilitas dan solvabilitas
2. Sudut pandang non finansial
Pengukuran kinerja dari aspek nonfinansial seperti kepuasan pelanggan,
inovasi produk dan lain-lain.
Dari dua aspek diatas pengukuran kinerja perusahaan dari aspek
keuangan adalah lebih penting dilakukan. Untuk mengukur kinerja perusahaan
dapat digunakan analisa terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh
pihak manajemen. Laporan keuangan mempunyai beberapa keunggulan yang
membuatnya sering digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan antar lain:
a. Lebih berhubungan dengan variabel yang diperlukan
b. Sumber informasi yang cukup dapat diandalkan
c. Tersedia untuk publik dengan harga rendah
Jadi pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan analisa
terhadap laporan keuangan adalah yang paling sering dilakukan. Meskipun
dewasa ini banyak tuntutan mengenai keterbatasan penggunaan kinerja
xxxviii
keuangan sehingga memerlukan alat ukur kinerja lainnya tetapi penggunaan
kinerja keuangan tetap tidak bias diabaikan.
I.
Tinjauan Laporan Keuangan
Dunia bisnis membutuhkan informasi karena adanya pemisahan
antara pemilik (investor/ pemegang saham ) dengan pihak manajemen. Pada
perusahaan
yang
berbentuk
perseroan
pihak
manajemen
akan
mempertanggungjawabkan hasil operasi kepada pemegang saham. Hasil
operasi selama periode tertentu umumnya dilaporkan dalam informasi
keuangan. Informasi keuangan ini dalam laporan keuangan. Informasi yang
disampaikan
oleh
laporan
keuangan
adalah
mengenai
kondisi
dan
perkembangan keuangan perusahaan. Hal ini akan berdampak pada
pengambilan keputusan ekonomi oleh para pengguna (Hariyanto, et. al, 1998).
1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan
Akuntansi merupakan kegiatan pencatatan, penggolongan, peringkasan
dan pelaporan data keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan dapat
didefinisikan sebagai hasil akhir dari proses pencatatan, penggolongan
dan peringkasan dari peristiwa-peristiwa keuangan yang dikuantitaskan
dalam
satuan
uang.
Laporan
keuangan
ini
merupakan
alat
pertanggungjawaban pihak manajemen kepada pihak pemilik perusahaan
(para pemegang saham). Informasi keuangan yang dalam hal ini adalah
laporan keuangan harus dapat dianalisa dan diinterpretasikan oleh
berbagai pihak yang membutuhkan. Tujuan utama laporan keuangan
adalah bagi investor dan kreditur sebab dengan terpenuhinya tujuan bagi
investor dan kreditur maka tujuan yang lain akan dapat terpenuhi atau
xxxix
dapat diketemukan karena mereka sebenarnya juga berkepentingan pada
aspek keuangan yang sama. Jadi laporan keuangan suatu perusahaan
disajikan untuk membuat keputusan yang bersifat finansial. Pada
umumnya laporan keuangan yang disajikan akan terdiri dari beberapa
laporan utama yaitu:
a. Neraca
Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu
unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan
dengan penyajian aktiva (asset), kewajiban dan ekuitas pemilik.
Penyajian aktiva disajikan menurut likuiditasnya, sedangkan utang
yang paling cepat jatuh tempo disajikan lebih dahulu dan pos ekuitas
disajikan menurut sifat kekekalannya.
b. Laporan Rugi/Laba
Laporan Rugi/Laba melaporkan hasil kegiatan dalam meraih
keuntugan dalam periode tertentu. Laporan ini mengenai hasil operasi
perusahaan selama periode tertentu menunjukkan jumlah penghasilan,
biaya-biaya dan elemen lain pembentuk laba. Laba bersih merupakan
selisih lebih dari pendapatan diatas semua biaya dalam periode
tersebut.
c. Laporan Arus Kas
Tujuan utama dari laporan arus kas adalah untuk menyediakan
informasi keuangan mengenai penerimaan kas dan pengeluaran kas
dari sebuah perusahaan selama periode akuntansi. Jadi yang dimaksud
aliran kas adalah keluar masuknya kas dari atau ke sebuah perusahaan.
xl
Dengan demikian laporan aliran kas ini menyediakan informasi
keuangan mengenai seluruh aktivitas investasi dan pendanaan
perusahaan dalam suatu periode.
2. Analisis Laporan Keuangan
Dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan suatu perusahaan
diperlukan analisis terhadap laporan keuangan dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan. Analisis laporan keuangan menurut Munawir
(1999:35) terdiri dari penelaahan atau mempelajari hubunganhubungan dengan kecenderungan untuk menentukan posisi keuangan
dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan, untuk itu diperlukan
teknik analisa laporan keuangan. Teknik analisa laporan keuangan
dapat digolongkan menjadi:
a. Analisa persentase
Analisa persentase adalah teknik dimana rekening atau item tertentu
dilaporan keuangan dievaluasi sepanjang waktu dengan cara nilai
atau value tahun tertentu dari item tersebut dijadikan nilai dasar
(100%) dengan nilai-nilai tahun lainnya dibandingkan dengan nilai
dasar item tersebut.
b. Analisa rasio
Analisa rasio adalah teknik analisis untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu
atau kombinasi dari keduanya.
xli
c. Metode Du Pont
Metode Du Pont adalah suatu metode yang menggunakan berbagai
rasio dalam suatu sistem yang berhubungan.
d. Time Series Analysis
Time series analysis adalah teknik analisis naik turunnya berbagai
variabel dalam suatu kurun waktu tertentu. Teknik analisis ini dapat
diterapkan dalam rasio keuangan.
3. Cross Section Analysis
Cross section analysis adalah teknik yang membandingkan hasil operasi
atau kondisi keuangan suatu perusahaan dengan hasil operasi perusahaan
lain dalam industri yang sama atau dari perusahaan didalam industri
yang berbeda diperiode waktu yang sama.
K. Analisa Rasio
Untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan kita perlu
mengadakan analisa terhadap laporan keuangan dari perusahaan yang
bersangkutan. Laporan keuangan yang memberikan ikhtisar mengenai
keadaan keuangan suatu perusahaan dimana neraca mencerminkan nilai
aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu waktu tertentu dan laporan rugi
laba mencerminkan hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu.
Dalam mengadakan analisa seorang analis keuangan memerlukan
ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa keuangan adalah
rasio. Dengan analisa rasio ini dapat diperoleh gambaran mengenai baik
buruknya keadaan posisi keuangan perusahaan. Rasio dapat didefinisikan
xlii
sebagai suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara
suatu jumlah tertentu dengan jumalah lain (Munawir,1999 : 64).
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa rasio
merupakan dua angka yang biasanya diambil dari laporan laba rugi atau
neraca atau gabungan dari keduanya dan dihubungkan bersama-sama sebagai
suatu persentase, rasio atau fungsi. Pemanfaatan analisa rasio keuangan untuk
menilai kinerja perusahaan dan untuk memprediksi kinerja perusahaan telah
banyak dilakukan. Hal ini terlihat dari banyaknya penelitian mengenai
kemanfaatan rasio keuangan. Sebagaimana dinyatakan Machfoedz (1999)
bahwa penelitian Altman (1968) menemukan bahwa rasio keuangan dapat
digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan terutama rasio
likuiditas dan leverage. Macam rasio keuangan sangat banyak karena rasio
dapat dibuat menurut kebutuhan dari analis. Analisis keuangan dalam
mengadakan analisa laporan keuangan pada dasarnya dapat dilakukan dengan
dua macam perbandingan yaitu:
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio dari waktu ke
waktu (historis ratio) atau dengan rasio yang diperkirakan untuk waktu
yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara perbandingan
tersebut akan cepat diketahui perubahan rasio tersebut dari tahun ke tahun.
Jika menganalisa satu macam rasio itu saja tidak banyak artinya karena
tidak dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan perubahan
tersebut.
2. Membandingkan rasio dari suatu perusahaan dengan rasio semacam dari
perusahaan lain yang sejenis dalam waktu yang sama. Membandingkan
xliii
rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat diketahui apakah
perusahaan bersangkutan itu dalam aspek keuangan tertentu berada diatas
rata-rata, pada rata-rata, atau dibawah rata-rata. Jadi dengan analisa rasio
keuangan ini keadaan posisi keuangan perusahaan bisa diketahui bila
dibandingkan dengan angka rasio pembanding sebagai standar. Namun
demikian menurut Munawir (1999: 68) rasio keuangan dapat digolongkan
menjadi dua:
2.a. Berdasarkan Sumber Data
Jika dilihat dari sumber datanya maka rasio keuangannya dapat
dibedakan menjadi:
a.1.Rasio Neraca (balance sheet ratio) yaitu semua rasio datanya
bersumber pada neraca misalnya current ratio dan quick ratio.
a.2. Rasio Rugi/ Laba (Income Statement Ratio) yaitu angka rasio yang
datanya bersumber pada laporan rugi/laba misalnya gross profit
margin, net operating margin dan lain-lain.
a.3.Rasio antar laporan (Inter Statement Ratio) yaitu semua rasio datanya
bersumber pada neraca dan laporan rugi/laba misalnya inventory
turnover, account receivable turnover dan lain-lain.
2.b. Berdasarkan tujuan penganalisa
Analisa keuangan yang dilakukan oleh pihak intern dan maupun
ekstern
mempunyai
tujuan
yang
berbeda.
Jenis
analisa
keuangannya bervariasi sesuai dengan kepentingan pihak-pihak
yang melakukan analisa pada umumnya. Tujuan penganalisa
adalah untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas dan
xliv
rentabilitas. Dalam menggolongkan rasio keuangan berdasarkan
tujuan dari penganalisa, banyak penulis yang memberikan istilah/
pengelompokkan yang berbeda-beda. Menurut Suad Husnan
(1994:204) menggolongkan rasio keuangan menjadi (1) rasio
likuiditas, (2) rasio leverage (3) rasio aktivitas (4) rasio
profitabilitas. Sartono (1996:121) membagi rasio keuangan
menjadi (1) rasio likuiditas (2) rasio leverage (3) rasio aktivitas (4)
rasio profitabilitas. Rasio keuangan menurut Brigham dan
Gapenski (1999:61) membagi rasio keuangan menjadi (1) liquidity
ratio (2) asset management (3) debt management (4) profitability
ratio (5) market value ratio.
Berdasarkan uraian diatas, maka secara umum rasio dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan
utang lancar yang menunjukkan seberapa efisien perusahaan
mengelola kekayaan lancar perusahaan, sehingga mampu membayar
utang jangka pendeknya tepat pada waktu yang dibutuhkan. Rasio
Likuiditas ditunjukkan oleh current ratio dan quick ratio. Makin besar
tingkat
rasionya
maka
semakin
efisien
perusahaan
dalam
sumberdaya
telah
mendayagunakan kekayaan lancar perusahaan.
2. Rasio Aktivitas
Rasio
aktivitas
menunjukkan
bagaimana
dimanfaatkan secara optimal. Atau dengan kata lain rasio ini
xlv
menunjukkan seberapa efektif perusahaan pengelola asset-asetnya.
Rasio aktivitas ditunjukkan oleh rasio perputaran piutang, perputaran
persediaan dan perputaran piutang, perputaran persediaan dan
perputaran aktiva tetap.
3. Rasio Leverage (Solvabilitas)
Rasio leverage merupakan perbandingan antara aktiva total dan utang
serta perbandingan antara utang dan ekuitas. Rasio ini menunjukkan
proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasi dan operasi
perusahaan.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba perusahaan
dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba
tersebut. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, ,
total aktiva, maupun modal sendiri. Semakin tinggi rasio profitabilitas,
semakin efisien perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas
perusahaan.
5. Rasio Nilai Pasar
Rasio nilai pasar merupakan perbandingan antara harga saham
terhadap laba dan nilai buku saham. Rasio penilaian mengukur
kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat,
terutama pada pemegang saham dan investor karena rasio ini
merupakan indikasi bagi investor untuk melihat kinerja perusahaan
dimasa lalu dan prospeknya dimasa yang akan datang.
xlvi
L. Review Penelitian Terdahulu
Charest (1978) mempelajari reaksi pasar tehadap pengumuman
dividen perubahan kebijakan dividen. Dia menggunakan data bulanan untuk
periode waktu 1948-1968. Event penelitiannya mencakup semua perubahan
dalam pembayaran dividen 10 sen per lembar atau lebih, untuk kebijakan
membayar atau menghapus dividen pertama kalinya. Charest menemukan drift
yang kecil namun signifikan setelah perubahan kebijakan dividen. Abnormal
return positif terjadi pada saat pengumuman peningkatan dividen dan
abnormal return negatif terjadi pada saat pengumuman penurunan dividen.
Perusahaan yang membayar dividen pertama kalinya dianggap
membuat perubahan kebijakan dividen yang sangat jelas dan penting. Asquith
dan Mullins (1983) mempelajari dampak pembayaran dividen pertama kalinya
pada kesejahteraan pemegang saham. Mereka menemukan bahwa pembayaran
dividen pertama kalinya meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Hasil
penelitian mereka menyatakan adanya abnormal return positif dan signifikan
pada pengumuman pembayaran dividen pertama kalinya (Lakonishok &
Vermaelen, 1986).
Perusahaan yang menghapus dividen pertama kalinya dianggap
membuat perubahan kebijakan dividen yang sangat jelas dan penting. Christie
(1990) menguji zero dividend firm yang terdaftar di NYSE mulai tahun 1926
sampai dengan 1985. Setiap bulan perusahaan diklasifikasikan sebagai zero
dividen firm jika perusahaan tidak pernah mengumumkan dividen sejak listing
di NYSE atau perusahaan mengumumkan bahwa mereka tidak akan
xlvii
membayar dividen yang berikutnya. Perusahaan ini dibagi dalam tiga
kelompok yaitu:
a.
Perusahaan yang tidak pernah membayar dividen kas (non dividend
paying firms)
b.
Perusahaan yang membayar dividen pertama kalinya setelah lebih
dua bulan perusahaan listing di NYSE (dividend initiation firms)
c.
Perusahaan yang menghapus dividen pertama kalinya setelah
membayar dividen lebih dari dua bulan (dividend omition firms)
Christie
(1990)
melaporkan
bahwa
zero
dividend
firm
mendapatkan akses return rata-rata negatif relatif terhadap perusahaan
lainnya yang memiliki ukuran (size) sama. Walaupun dia tidak memisahkan
non dividend pasing firm dengan dividend omition firms, dia melaporkan
satu analisis untuk dividend omition firms yang menunjukkan return negatif
relatif terhadap sampel perusahaan yang membayar dividen.
Healy dan Palepu (1988) menguji reaksi pasar atas kebijakan
perusahaan untuk membayar dividen pertama kalinya (1970-1979) dan
menguji reaksi pasar atas kebijakan perusahaan yang menghapus dividen
pertama kalinya (1969-1980). Mereka menggunakan model pasar untuk
mendapatkan abnormal return 60 hari sebelum dan 20 hari sesudah
pengumuman. Rata-rata return pada hari –1 dan 0 untuk perusahaan yang
membayar dividen pertama kalinya adalah 3,9% (signifikan secara statistik
pada tingkat keyakinan 1%) Sedangkan rata-rata return dua hari untuk
perusahaan yang menghapus dividen pertama kalinya –9,5 % (signifikan
secara statistik pada tingkat keyakinan 1%).
xlviii
Michaely, et.al, (1995) mendukung Healy dan Palepu (1988).
Michaely menggunakan data perusahaan yang terdaftar di NYSE /AMEX
selama 64-88 sebagai sampel data untuk perusahaan yang membayar dan
menghapus dividen pertama kalinya. Mereka mengevaluasi kinerja
perusahaan sebelum, selama dan sesudah events. Return dihitung dengan
menggunakan buy and hold strategy. Hasil penelitian mereka mendukung
studi sebelumnya yaitu besarnya (magnitude) reaksi jangka pendek untuk
perusahaan yang menghapus dividen pertama kalinya (reaksi negatif) lebih
besar dibandingkan perusahaan yang membayar dividen pertama kalinya
(reaksi positif). Besarnya reaksi pasar untuk penghapusan dividen pertama
kalinya adalah dua kali dari reaksi pasar untuk pembayaran dividen pertama
kalinya. Perbedaan reaksi diduga penghapusan dividen pertama kalinya
lebih banyak mengandung informasi.
Namun reaksi
pasar untuk
penghapusan dividen tidak lebih besar dibandingkan dengan pembayaran
dividen pertama kalinya.
Penelitian di Indonesia oleh Rina Br. Bukit dan Hartono (2000)
menemukan bahwa pasar bereaksi positif dan signifikan terhadap
pengumuman
inisiasi
dividen
dan
pasar
tidak
bereaksi
terhadap
pengumuman omisi dividen.
Aigbe Akhibe dan Jeff Madura (1996) menguji perubahan
karakteristik finansial pada perusahaan (sebagai ukuran untuk melihat
perubahan kinerja perusahaan) yang melakukan inisiasi dividen dan omisi
dividen. Perubahan karakteristik finansial dibandingkan antara satu tahun
sebelum event dengan satu tahun setelah event dan beberapa tahun setelah
xlix
event. Hasilnya menunjukkan bahwa pada perusahaan yang melakukan
inisiasi dividen, kinerja perusahaannya terdapat perubahan yang signifikan
yaitu mengalami pertumbuhan yang tinggi. Pada perusahaan yang
melakukan omisi dividen, kinerja perusahaannya terdapat perubahan yang
signifikan yaitu mengalami pertumbuhan yang rendah.
D. Kerangka Pemikiran
Untuk mengetahui reaksi pasar terhadap pengumuman dividen,
dilakukan pengujian statistik t-test terhadap average abnormal return setelah
penghitungan-penghitungan
sebelumnya.
Setelah
reaksi
pasar
diketahui
dilanjutkan dengan melihat perubahan rasio-rasio keuangan pada satu tahun
sebelum dan satu tahun setelah pengumuman inisiasi dan omisi dividen untuk
membandingkan kinerja perusahaan sebelum dan setelah pengumuman dividen.
Perubahan rasio-rasio keuangan tersebut kemudian diuji statistik. Tahapantahapan yang dilakukan dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Reaksi pasar terhadap pengumuman inisiasi dividen
2. Reaksi pasar terhadap pengumuman omisi dividen
3. Kinerja perusahaan 1 tahun sebelum dengan 1 tahun setelah pengumuman
inisiasi dividen
4.
Kinerja perusahaan 1 tahun sebelum dengan 1 tahun setelah pengumuman
omisi dividen
l
HIPOTESIS
Pengertian hipotesis menurut Winarno Surachmad (1989) adalah
hipotesis secara etimologi diartikan sebagai sesuatu yang masih kurang dari
(hypo) sebuah kesimpulan pendapat (thesis). Dengan kata lain hipotesis adalah
1. Sebuah kesimpulan tetapi kesimpulan ini belum final, masih harus dibuktikan
kebenarannya
2. Suatu jawaban duga yang dianggap besar kemungkinan untuk menjadi
jawaban yang benar
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1993: 67) memberikan definisi
hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dari pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa hipotesis sebenarnya merupakan komponen informasi
dari suatu penelitian ilmiah yang sangat penting, dan sebagai jawaban dari
masalah yang dihadapi serta masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
Ha1
: Terdapat reaksi pasar yang positif terhadap pengumuman
pembayaran
dividen pertama kalinya (inisiasi dividen) di Bursa
Efek Jakarta
Ha2
:
Terdapat reaksi pasar yang negatif terhadap pengumuman
penghapusan
Ha3
dividen (omisi dividen) di Bursa Efek Jakarta
: Terdapat perbedaan yang signifikan kinerja perusahaan pada satu
tahun sebelum dengan satu tahun setelah pengumuman inisiasi dividen
Ha4
: Terdapat perbedaan yang signifikan kinerja perusahaan pada satu
tahun sebelum dengan satu tahun setelah pengumuman omisi dividen.
li
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah event study (studi
peristiwa) pada Bursa Efek Jakarta yang dianggap mewakili pasar modal
Indonesia. Event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap
suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman (Hartono, 2000). Peristiwa (event) yang dipilih adalah pengumuman
inisiasi dan omisi dividen yang dilihat bagaimana pengaruhnya pada reaksi pasar
dan juga kinerja perusahaan. Periode pengamatan (windows) ditentukan 11 hari
perdagangan yaitu pengujian berdasarkan pengamatan harga saham 5 hari
sebelum tanggal pengumuman, pada saat pengumuman dan 5 hari setelah tanggal
pengumuman. Periode estimasi dalam penelitian ini adalah 84 hari.
B. Populasi, Sampel dan Kriteria Data
Populasi dalam penelitian ini adalah semua saham perusahaan go public
di BEJ dalam sektor industri atau manufaktur. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan
tertentu,
sedangkan
pertimbangan
diambil
berdasarkan tujuan penelitian (Masri Singarimbun & Effendi, 1995).
Pemilihan sampel perusahaan yang membayar dividen pertama kalinya
(inisiasi dividen) mulai dari pertengahan tahun 1997 sampai dengan tahun 2001.
Tahun tersebut diambil untuk mengetahui reaksi pasar pada saat krisis moneter.
Peneliti mengamati perusahaan go publik pada tahun antara pertengahan 1997 –
lii
2001. Kriteria perusahaan yang melakukan kebijakan dividen bahwa perusahaan
itu terdaftar di Bursa Efek Jakarta sebelum terjadi krisis moneter atau sebelum
pertengahan tahun 1997.
Peneliti menetapkan yang termasuk dalam kriteria
sampel adalah perusahaan go publik yang membayar dividen pertama kalinya
pada tahun 2000, setelah krisis moneter tahun 1997, 1998, 1999 tidak membagi
dividen dan tahun 2000 perusahaan tersebut membayar dividen. Untuk kriteria
sampel yang melakukan omisi dividen, yaitu perusahaan yang menghapus atau
tidak membayar dividen sampai dengan akhir tahun buku 1999 setelah tahun
1997, 1998 perusahaan tersebut membayar dividen. Kriteria perusahaan yang
melakukan inisiasi dividen adalah bahwa perusahaan tersebut terdaftar di BEJ
selama 4 tahun sebelum membayar dividen tunai untuk pertama kalinya setelah
minimal tiga kali berturut-turut tidak membayar dividen tunai tahunan.
Pemilihan sampel perusahan yang menghapus dividen pertama kalinya
(omisi dividen) mulai dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001. Tahun tersebut
diambil juga untuk mengetahui reaksi pasar pada saat krisis moneter. Kriteria
perusahaan yang melakukan omisi dividen adalah perusahaan tersebut terdaftar di
BEJ lebih dari dua tahun, pada tahun ke-3 menghapus dividen tunai untuk pertama
kalinya setelah minimal tiga kali membayar dividen tunai tahunan.
C. Jenis dan Sumber Data
Menurut Emory dan Cooper (1995:72) yang dimaksud dengan data
adalah fakta-fakta yang diberikan kepada peneliti dari lingkungan studinya atau
dapat diartikan fakta-fakta yang diperoleh peneliti-peneliti berkenaan dengan yang
akan ditelitinya. Semua data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
liii
sekunder. Data sekunder adalah data yang dibuat atau ditertibkan oleh organisasi
yang bukan pengguna data tersebut (Arsyad,1997:29). Data yang diperlukan:
1. Tanggal pengumuman dividen
2. Harga saham harian
3. IHSG harian
4. Laporan keuangan perusahaan emiten yang melakukan inisiasi dan omisi
dividen
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari Pusat Data Pasar Modal
Perpustakaan Fakultas Ekonomi UGM.
E. Metode Analisis Data
Langkah-langkah dalam pengolahan data sebagai berikut:
a. Menghitung return saham harian individual untuk periode estimasi
Pit – Pit-1
Rit =
Pit-1
Peneliti tidak menggunakan rumus tersebut karena data return saham harian
ini sudah tersedia di Pusat Data Pasar Modal Perpustakaan Fakultas Ekonomi
UGM.
b. Menghitung return pasar harian untuk periode estimasi
IHSGt - IHSGt-1
Rmt =
IHSGt-1
Peneliti tidak menggunakan rumus tersebut karena data return pasar harian ini
sudah tersedia di Pusat Data Pasar Modal Perpustakaan Fakultas Ekonomi
UGM.
liv
c. Return saham harian dan return pasar harian diregresikan sehingga diperoleh α
dan β.
n[∑xy] – [∑x] [∑y]
β=
n[∑x2]- [∑x]2
∑x - β[∑x]
α=
n
Beta pasar untuk pasar modal yang perdagangannya tidak sinkron harus
disesuaikan karena mengandung bias. Hartono dan Surianto (1999) memberikan
bukti bahwa bias tersebut memang terjadi di BEJ. Oleh karena itu untuk
mengurangi bias beta tersebut harus dikoreksi. Metode koreksi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode Fowler dan Rorke (1983) dengan periode
koreksi yang cukup panjang yaitu empat periode mundur (lag) dan empat periode
maju (lead). Metode ini digunakan karena dianggap paling mampu untuk
mengoreksi bias terutama untuk data return yang tidak terdistribusi normal.
d. Menghitung expected return untuk periode estimasi
Perhitungan return ekspektasi dengan menggunakan model pasar
(market model). Perhitungan ini mencakup dua langkah (Hartono, 2000: 339) :
(1) Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama
periode estimasi, (2) menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi
return ekspektasi di periode jendela. Model ekspektasi dibentuk dengan
menggunakan teknik regresi Ordinary Least Square (OLS):
Rit = α 1+
β1. Rmt+ eit
Rit = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
lv
Rmt = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j
α1
= intersep untuk sekuritas ke-i
β1
= beta untuk sekuritas ke-i
eit
= kesalahan residu sekuritas ke-ipada periode estimasi ke-j
e. Menghitung average abnormal return untuk setiap hari selama periode
peristiwa
ARit = Rit - Rmt
AARit = 1/k ∑ ARit , jumlah sekuritas
f. Pengujian statistik (t-test) terhadap average abnormal return pada periode
peristiwa bertujuan untuk melihat signifikansi average abnormal return tersebut.
SARit (Standarized Abnormal Return) diartikan sebagai nilai t-hitung untuk
masing-masing abnormal return sekuritas i pada hari ke t. SAARit merupakan
nilai t-hitung untuk average abnormal return pada hari t hitung untuk average
abnormal return pada hari t selama periode peristiwa (Hartono, 2000). Uji t ini
menggunakan program SPSS 11.0 for windows. Untuk perusahaan yang
melakukan inisiasi dividen, dikatakan signifikan pada = 5%, jika AAR positif
dan SAAR (t-hitung) >1,645; signifikan pada = 10%, jika AAR positif dan
SAAR (t-hitung) >1,282 ; signifikan pada = 1%, jika AAR positif dan SAAR (thitung) >2,326. Untuk perusahaan yang melakukan omisi dividen, sama
ketentuannya hanya AAR-nya negatif.
ARit
SARi =
KSEi
lvi
t
∑ (Rit- Rit-1)
i=1
KSEi =
T-2
1
k
∑
SAARi =
√k
SARi
i=1
Untuk melihat bagaimana pengaruh kebijakan dividen (inisiasi/ omisi)
dividen terhadap kinerja perusahaan, peneliti akan meninjau perubahan rasio-rasio
keuangan yang dijadikan proksi dalam penilaian kinerja perusahaan. Rasio ini
dibandingkan antara satu tahun sebelum dengan satu tahun setelah pengumuman
dividen (inisiasi/ omisi).
Proses pengolahan data sebagai berikut:
a. Melihat rasio-rasio keuangannya
Rasio-rasio yang dipakai dalam penelitian ini:
1. Rasio yang mengukur penggunaan asset
Net sales
Total asset
2. Rasio Leverage
Total debt
Total asset
3. Rasio Profitabilitas
Net income
ROA =
Total asset
lvii
Net Income
ROE =
Total equity
4. Rasio Nilai Pasar
Harga per lembar saham
PER =
Laba per lembar saham
Perubahan rasio keuangan satu tahun sebelum dengan satu tahun
sesudah diuji statistik. Sebelum dilakukan uji pengujian statistik, perlu dilakukan
uji normalitas. Uji normalitas ini digunakan untuk menentukan apakah yang
dipakai uji statistik parametrik jika data normal atau uji statistik non parametrik
jika data tidak normal. Hal ini dilakukan dengan metode Kolmogorove-smirnov,
dengan cara membandingkan angka liliefors data hasil pengujian statistik Z-hitung
dengan Z-tabel.
Uji statistik parametrik menggunakan Paired Sample T Test (Uji t untuk
dua sampel yang berpasangan), jika terdistribusi normal. Uji t (uji beda dua mean)
ini untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan kinerja perusahaan
pada 1 tahun sebelum dengan 1 tahun setelah pengumuman inisiasi atau omisi
dividen. Langkah-langkah dalam penggunaan Paired Sample T Test sebagai
berikut:
1)
Menyusun hipotesis
Ho :
rasio keu.
sebelum event
=
Ha :
rasio keu.
sebelum event

rasio keu. setelah event
rasio keu. setelah event
2) Menentukan level of significance sebesar 5 %, = 0,05
lviii
3) Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
Ha diterima apabila, -t tabel > t hitung atau t hitung > t tabel jika nilai
signifikansinya < 0,05 artinya bahwa rasio keuangan yang dimaksud berbeda
secara signifikan antara satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah
pengumuman dividen.
Ha ditolak apabila, -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel atau jika nilai signifikansinya ≥
0,05 artinya bahwa rasio keuangan yang dimaksud tidak berbeda secara
signifikan antara satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman
dividen.
4) Menghitung nilai t hitung dari sampel
5) Membandingkan nilai t hitung dengan t tabel
Uji nonparametrik menggunakan uji Peringkat Bertanda Wilcoxon
(Wilcoxon Signed-Ranks Test), jika data tidak terdistribusi normal. Pemilihan alat
uji statistik non parametrik ini menurut Hidrebrand sebagaimana dikutip Payamta
(1998: 40) didasarkan kelebihan yang ada dibandingkan dengan uji t beda dua
sampel, karena alat uji statistik tersebut akan memberikan hasil tepat untuk dua
populasi yang berdistribusi kelanjutan, tidak memerlukan pengujian asumsi
normalitas, dan lebih konservatif untuk populasi yang berdistribusi diskrit.
Langkah-langkah dalam penggunaan Wilcoxon Signed-Ranks Test :
1) Menyusun hipotesis
Ho3 :
rasio keu.
sebelum event
=
Ha3 :
rasio keu.
sebelum event

rasio keu. setelah event
rasio keu. setelah event
2) Menentukan level of significance sebesar 5 %, = 0,05
3) Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
lix
Ha diterima apabila, -t tabel > t hitung atau t hitung > t tabel jika nilai
signifikansinya < 0,05 artinya bahwa rasio keuangan yang dimaksud berbeda
secara signifikan antara satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah
pengumuman dividen.
Ha ditolak apabila, -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel atau jika nilai signifikansinya ≥
0,05 artinya bahwa rasio keuangan yang dimaksud tidak berbeda secara
signifikan antara satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman
dividen.
4) Menghitung nilai t hitung dari sampel
5) Membandingkan nilai t hitung dengan t tabel
lx
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
harga saham harian, Indeks Harga Saham Gabungan Harian dan rasio-rasio
keuangan yaitu rasio penggunaan aktiva (net sales/total asset), rasio leverage
(total debt / total asset), Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA) dan
PER (Price Earnings Ratio) yang terdapat dalam laporan keuangan. Data tersebut
diperoleh dari Pusat Data Pasar Modal Perpustakaan Fakultas Ekonomi UGM dan
Pojok BEJ Fakultas Ekonomi UNS.
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan diperoleh 21
perusahaan yang membayar dividen pertama kalinya (inisiasi dividen) dan 7
perusahaan yang menghapus dividen pertama kalinya (omisi dividen).
Tabel IV. 1. Daftar Perusahaan yang membayar dividen pertama kalinya
(inisiasi dividen).
No
Kode
Nama Perusahaan
Tanggal
Pengumuman
20 Nopember 2000
1
BATA
Sepatu Bata Tbk
2
BATI
BAT Indonesia Tbk
22 Agustus 2000
3
BUDI
Budi Acid Jaya Tbk
21 Maret 2000
4
BYSB
Bayer Indonesia Tbk
20 April 2000
5
CPIN
Charoen Pokphand Tbk
6
DLTA
Delta Djakarta Tbk
5 Juni 2000
7
DNKS
Dankos Laboratories Tbk
30 Juni 2000
8
DYNA
Dynaplast Tbk
9
ESTI
Ever Shine Textile Tbk
21 Juni 2000
10
FASW
Fajar Suryawisesa Tbk
29 Juni 2000
28 Agustus 2000
15 Maret 2000
lxi
11
HMSP
HM Sampoerna Tbk
11 Juli 2000
12
INDR
Indo rama Synthetics Tbk
10 Juli 2000
13
KARW
Karwell Indonesia Tbk
24 Juli 2000
14
KLBF
Kalbe Farma Tbk
15
LPIN
Lippo Enteprises Tbk
29 Juni 2000
16
NIPS
Nipress Tbk
10 Juli 2000
17
SHDA
Sari Husada Tbk
29 Mei 2000
18
SRSN
Sarasa Nugraha Tbk
6 Juli 2000
19
SULI
Sumalindo Lestari Jaya Tbk
18 Juli 2000
20
TKIM
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
22 Juni 2000
21
ULTJ
Ultra Jaya Tbk
23 Oktober 2000
31 Oktober 2000
Tabel IV.2. Daftar Perusahaan yang menghapus dividen pertama kalinya
(omisi dividen)
No
Kode
Nama Perusahaan
1
ITMA
Itamaraya Gold Industri Tbk
Tanggal
Pengumuman
31Desember 1999
2
JECC
Jembo Cable Company Tbk
31Desember 1999
3
LMSH
Lionmesh Prima Tbk
31Desember 1999
4
MYRX
Hanson Industri Utama Tbk
31Desember 1999
5
SCPI
Schering Plough Indonesia Tbk
31Desember 1999
6
SQBI
Squibb Indonesia Tbk
31Desember 1999
7
SUDI
Surya Dumai Indonesia Tbk
31Desember 1999
B. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini data diolah dengan bantuan komputer menggunakan
program SPSS 11.0 for windows. Periode pengamatan (windows) ditentukan 11
hari perdagangan yaitu pengujian berdasarkan pengamatan harga saham 5 hari
sebelum tanggal pengumuman dividen, pada saat tanggal pengumuman dividen
dan 5 hari setelah tanggal pengumuman dividen. Periode estimasinya 84 hari.
lxii
Untuk melihat reaksi pasar terhadap pengumuman inisiasi dan omisi dividen,
digunakan uji t (t- test) yang dilihat dari SAAR-nya. Sedangkan untuk melihat
kinerja perusahaan yang diproksikan dari rasio-rasio keuangan, digunakan uji
statistik parametrik berupa Paired Sample t- test dan uji statistik nonparametrik
berupa Wilcoxon Signed Ranks Test.
C.Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Beta saham merupakan alat ukur yang menunjukkan kepekaan atau
volatilitas return suatu sekurita terhadap perubahan return pasar ( IHSG harian)
dan dihitung dengan Market Model. Beta saham diperoleh dari koefisien regresi
antara perubahan return saham individu (harga saham) dengan perubahan return
pasar (IHSG harian) selama periode estimasi dan periode jendela yang ditentukan.
Setelah beta diperoleh, dilakukan penyesuaian atau koreksi terhadap beta.
1. Koreksi Beta
Sebelum pengujian hipotesis 1 dan 2 dilakukan, terlebih dahulu dilakukan
koreksi terhadap beta untuk mengurangi bias beta yang disebabkan oleh
perdagangan yang tidak sinkron. Perdagangan tidak sinkron ini terjadi dipasar
yang transaksi perdagangannya jarang terjadi atau disebut dengan pasar yang tipis
(thin market). Pasar yang tipis merupakan ciri dari pasar modal yang sedang
berkembang. Metode koreksi yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah
metode Fowler & Rorke (1983) dengan periode koreksi yang cukup panjang yaitu
empat periode mundur (lag) dan empat periode maju (lead). Hasil koreksi beta
dapat dilihat dalam Tabel 4. 3 dan Tabel 4.4 berikut ini:
lxiii
Tabel IV.3 Hasil Koreksi Beta untuk Perusahaan yang membayar dividen
pertama kalinya (inisiasi dividen).
No
Kode
Beta sebelum koreksi
1
BATA
-0.0136
Beta setelah
koreksi
0.1232
2
BATI
0.0620
1.6836
3
BUDI
-0.0813
0.1601
4
BYSB
3,304 . 10-6
-0.0257
5
CPIN
0.0773
-0.0582
6
DLTA
0.1620
0.1546
7
DNKS
-0.0304
0.0312
8
DYNA
-0.1570
-0.2551
9
ESTI
-0.1090
-0.0032
10
FASW
-0.2290
0.3241
11
HMSP
-0.0250
0.2479
12
INDR
-0.0147
0.1736
13
KARW
0.0644
1.4261
14
KLBF
0.2180
1.8404
15
LPIN
-0.0198
0.9695
16
NIPS
-0.5520
0.9747
17
SHDA
0.0054
0.2405
18
SRSN
19
SULI
20
21
0.1096
2.4622
-0.2091
-0.0520
TKIM
0.1610
2.6050
ULTJ
0.1818
1.6692
Tabel IV.4 Hasil Koreksi Beta untuk perusahaan yang menghapus dividen
pertama kalinya (omisi dividen)
No
Kode
Beta sebelum koreksi
1
ITMA
-0.0654
Beta setelah
koreksi
1.9176
2
JECC
-0.0180
0.4429
3
LMSH
-0.0582
-0.1920
lxiv
4
MYRX
-0.0331
1.2084
5
SCPI
0.1599
0.4105
6
SQBI
0.0220
0.4494
7
SUDI
-0.2776
3.3597
Hasil pengkoreksian beta menunjukkan tidak semua memberikan hasil
yang lebih baik. Ada yang memberikan hasil yang baik walaupun tidak sama
dengan 1(satu), tapi ada juga yang semakin mendekati satu bahkan ada yang lebih
dari satu. Hal ini terjadi karena banyaknya periode lag dan lead yang digunakan
belum tentu memberikan hasil yang lebih baik terutama untuk kasus–kasus yang
frekuensi ketidaksinkronannya relatif jarang terjadi.
Jika perdagangan sudah sinkron, maka koreksi dengan lag lead bukannya
mengurangi sinkron yang terjadi, tetapi sebaliknya akan membuat tidak sinkron.
Koreksi dengan banyak lag lead akan memberikan hasil yang baik untuk kasuskasus pasar modal yang sebagian besar sahamnya sering tidak aktif dalam waktu
periode yang lama.
Beta>1, berarti sekuritas agresif, sangat peka terhadap perubahan pasar
dan mempunyai risiko diatas pasar. Sekuritas ini memberi tingkat keuntungan
yang lebih besar daripada rata-rata tingkat keuntungan pasar kalau kondisi pasar
membaik dan begitu sebaliknya. Beta<1, berarti sekuritas konservatif (defensive),
kurang peka terhadap perubahan harga pasar dan memberikan risiko dibawah ratarata pasar.
3.
Pengujian Hipotesis 1(Ha1)
Hipotesis pertama bertujuan untuk mengetahui apakah pasar bereaksi
positif terhadap pengumuman pembayaran dividen pertama kalinya (inisiasi
lxv
dividen). Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji distribusi one- tailed test
dengan tingkat signifikansi =1%, 5%, dan 10%. Hasil perhitungan untuk sampel
perusahaan yang membayar dividen pertama kalinya menunjukkan bahwa pada
tiga hari sebelum pengumuman (t-3), dua hari sebelum pengumuman (t-2), dua
hari setelah pengumuman (t+2) dan lima hari setelah pengumuman (t+5) signifikan
pada =5%. Sedangkan tiga hari setelah pengumuman (t+3) signifikan pada
=1%. Ada 9 hari dalam 11 hari event period yang memiliki AAR positif dan 5
hari yang signifikan. Hal ini berarti pasar bereaksi positif terhadap pengumuman
inisiasi dividen dan Ha1 diterima.
Adanya reaksi pasar membuktikan bahwa pengumuman inisiasi dividen
mengandung informasi yang bermanfaat bagi investor dalam pengambilan
kesimpulan. Pada dua hari dan tiga hari sebelum pengumuman inisiasi dividen
signifikan, menunjukkan bahwa investor memberikan reaksi positif terhadap
pengumuman inisiasi dividen.
Ini bisa disebabkan investor mendapatkan
informasi dari pihak dalam (intern perusahaan) atau terjadi kebocoran informasi,
perusahaan sudah mempublikasikan bahwa perusahaan akan membagi dividen.
Sedangkan pada dua hari, tiga hari dan lima hari setelah pengumuman inisiasi
dividen, menunjukkan bahwa investor mendapatkan informasi setelah ada
pengumuman inisiasi yang dipublikasikan di BEJ.
Adanya reaksi pasar positif terhadap pengumuman inisiasi dividen sesuai
dengan teori Information Content yang menyatakan bahwa investor menganggap
perubahan dividen sebagai pertanda bagi perkiraan manajemen atas laba.
Sehingga adanya pengumuman inisiasi dividen, investor bereaksi positif karena
menganggap kinerja perusahaan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
lxvi
dilakukan Healy dan Palepu (1988) yang menemukan adanya peningkatan yang
signifikan dari earnings selama 1 tahun sebelum pengumuman inisiasi dividen .
Ditemukan juga
bahwa perusahaan yang melakukan inisiasi dividen
menunjukkan peningkatan earnings selama satu dan dua tahun setelah
pengumuman. Kebijakan dividen merupakan informasi bagi pasar.
Charest (1978) menemukan drift yang kecil namun signifikan setelah
perubahan kebijakan dividen. Abnormal return positif terjadi pada saat
pengumuman peningkatan dividen. Asquith Mullins (1983) mempelajari dampak
pembayaran dividen pertama kalinya pada kesejahteraan pemegang saham.
Mereka menemukan bahwa pembayaran dividen pertama kalinya meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham . Ada abnormal positif dan signifikan pada
pengumuman inisiasi dividen (Lakonishok dan Vermaelen, 1986).
4.
Pengujian Hipotesis 2 (Ha2)
Hipotesis kedua bertujuan untuk mengetahui apakah pasar bereaksi
negatif terhadap pengumuman penghapusan dividen pertama kalinya (omisi
dividen). Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji distribusi one-tailed test
dengan tingkat signifikansi  = 10%, 5%, dan 1%. Hasil perhitungan untuk
sampel perusahaan yang menghapus dividen pertama kalinya menunjukkan bahwa
tidak menunjukkan adanya AAR negatif dan signifikan. Ada 8 hari dalam 11hari
event period yang memiliki AAR negatif namun tidak signifikan. Hipotesis
alternatif ke-2 (Ha2) ditolak karena pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman
omisi dividen. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Rina BR.
Bukit dan Hartono (2000) yang menemukan bahwa pasar tidak bereaksi terhadap
pengumuman omisi dividen.
lxvii
Tabel IV.5 Perhitungan AAR, SAAR untuk inisiasi dividen
Periode
AAR
SAAR
Kesimpulan
-5
0.006728
-1.041562
Tidak signifikan
-4
0.009258
-0.28622
Tidak signifikan
-3
0.014275**
2.285549
Signifikan
-2
0.014345**
2.286602
Signifikan
-1
0.008117
0.58594
Tidak signifikan
0
-0.000621
-0.760928
Tidak signifikan
+1
0.001704
-0.060259
Tidak signifikan
+2
0.019105**
2.286889
Signifikan
+3
0.019625*
2.41941
Signifikan
+4
-0.003134
-2.219029
Tidak signifikan
+5
0.015709**
1.783889
Signifikan
** signifikan pada =5%
*signifikan pada =1%
Tabel IV.6 Perhitungan AAR, SAAR untuk omisi dividen
Periode
AAR
SAAR
Kesimpulan
-5
0.07253
4.896152
Tidak signifikan
-4
-0.0428
-1.327411
Tidak signifikan
-3
-0.012683
-0.339072
Tidak signifikan
-2
0.025043
0.881262
Tidak signifikan
-1
-0.002467
-0.161391
Tidak signifikan
0
0.061069
2.054615
Tidak signifikan
+1
-5.447513
-299.0055
Tidak signifikan
+2
-0.028646
-1.082112
Tidak signifikan
+3
-0.006187
0.153076
Tidak signifikan
+4
-0.016166
0.937722
Tidak signifikan
+5
-0.019149
-0.836549
Tidak signifikan
Hasil pengujian terhadap hipotesis 1 dan 2 menunjukkan bahwa pasar
bereaksi positif terhadap pengumuman inisiasi dividen dan pasar tidak bereaksi
lxviii
terhadap pengumuman omisi dividen. Penelitian ini dilanjutkan dengan hipotesis
berikutnya (hipotesis 3 dan 4) yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan kinerja perusahaan pada satu tahun sebelum dengan
satu tahun sesudah pengumuman inisiasi dan omisi dividen.
Hipotesis 2 menyatakan bahwa pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman
omisi dividen, hal ini berarti pasar tidak mendapatkan informasi yang diperlukan
atau informasi tersebut tidak terlalu memberikan manfaat. Pasar lebih
memperhatikan faktor eksternal. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis 4 yang
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan kinerja
perusahaan satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman omisi
dividen tidak perlu untuk diuji karena jelas bahwa pasar tidak bereaksi terhadap
pengumuman omisi dividen.
5.
Pengujian Normalitas Data
Sebelum melakukan pengujian hipotesis 3 , akan diuji terlebih dahulu
distribusi datanya untuk menentukan alat uji statistik yang akan digunakan apakah
statistik parametrik
apabila data terdistribusi
normal,
ataukah
statistik
nonparametrik apabila data tersebut tidak terdistribusi normal. Normalitas data
diuji dengan menggunakan One Sample Kolmogorove Smirnov Test. Data
terdistribusi normal jika tingkat signifikansi atau probabilitasnya lebih besar dari
 = 0,05. Hasil pengujian normalitas data untuk rasio–rasio keuangan yang
melakukan inisiasi dividen menunjukkan bahwa data rasio ROA terdistribusi
normal, sehingga pengujian ROA menggunakan statistik parametrik yaitu Paired
Sample T Test (Uji t untuk dua sampel yang berpasangan). Sedangkan data PER
(Price Earnings Ratio), ROE (Return on Equity), rasio net sales/ total asset (rasio
lxix
untuk menilai penggunaan aktiva) dan rasio total debt/ total asset (rasio leverage)
tidak terdistribusi normal sehingga pengujiannya menggunakan statistik
nonparametrik yaitu Wilcoxon Signed Ranks Test (Uji Peringkat Bertanda
Wilcoxon).
Tabel IV. 7 Hasil Pengujian Normalitas Data menggunakan One Sample
Kolmogorove SmirnovTest
No
6.
Rasio
Sig.
Status data
1
ROA (Return On Assets)
0,085
Terdistribusi Normal
2
ROE (Return On Equity)
0,000
Tidak Terdistribusi Normal
3
PER (Price Earnings Ratio)
0,000
Tidak Terdistribusi Normal
4
Net Sales/Total Asset
0,000
Tidak Terdistribusi Normal
5
Total Debt/ Total Asset
0,000
Tidak Terdistribusi Normal
Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis 3 dibagi dalam beberapa hipotesis sesuai dengan rasio
keuangannya, yaitu:
Ha 3a : Terdapat perbedaan yang signifikan antara ROA (rasio profitabilitas)
satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman inisiasi
dividen
Ha 3b : Terdapat perbedaan yang signifikan antara ROE (rasio profitabilitas) satu
tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman inisiasi dividen
Ha 3c : Terdapat perbedaan yang signifikan antara PER (rasio nilai saham) satu
tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman inisiasi dividen
Ha 3d : Terdapat perbedaan yang signifikan antara net sales/ total asset (rasio
atas penggunaan aktiva) satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah
pengumuman inisiasi dividen
lxx
Ha 3e : Terdapat perbedaan yang signifikan antara total debt/ total asset (rasio
leverage) satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman
inisiasi dividen
Hipotesis 3a untuk membuktikan apakah rasio ROA berbeda secara
signifikan antara satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman
inisiasi dividen. ROA adalah perbandingan antara net income dengan total asset.
ROA
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
memperoleh
laba
dalam
hubungannya dengan asset yang dimiliki. Semakin tinggi rasio, semakin efisien
perusahaan dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan. Bisa dikatakan perusahaan
dalam kondisi baik. Perusahaan yang mengeluarkan kebijakan dividen dalam hal
ini pengumuman inisiasi dividen berarti asumsinya kinerja perusahaan mengalami
peningkatan dibandingkan sebelum melakukan pengumuman inisiasi dividen.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa t hitung = -1,216 dan tingkat
signifikansi atau probabilitasnya 0,238 lebih besar dari  = 5%, maka Ha3a
ditolak atau Ho diterima. Jadi kinerja perusahaan dilihat dari ROA menunjukkan
tidak ada perbedaan yang signifikan antara satu tahun sebelum dengan satu tahun
sesudah pengumuman inisiasi dividen.
Hipotesis 3b untuk membuktikan apakah rasio ROE berbeda secara
signifikan antara satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman
inisiasi dividen. ROE adalah perbandingan antara net income dengan total equity.
ROE menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan equity atau modal sendiri.
Semakin tinggi rasio, semakin efisien
perusahaan dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan. Bisa dikatakan perusahaan
dalam kondisi baik. Perusahaan yang mengeluarkan kebijakan dividen dalam hal
lxxi
ini pengumuman inisiasi dividen berarti asumsinya kinerja perusahaan mengalami
peningkatan dibandingkan sebelum melakukan pengumuman inisiasi dividen.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa Z hitung = -1,773 dan nilai Asymp.
Sig. = 0,076 lebih besar dari  = 5%, maka Ha 3b dtolak atau Ho diterima.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara ROE satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman inisiasi
dividen.
Hipotesis 3c untuk membuktikan apakah rasio PER berbeda secara
signifikan antara satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman
inisiasi dividen. PER adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menciptakan nilai pada masyarakat, terutama pada pemegang saham atau investor.
PER menjadi indikasi bagi investor untuk melihat kinerja perusahaan dimasa lalu
dan prospeknya dimasa yang akan datang. Perusahaan yang melakukan inisiasi
dividen menjadi indikasi bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik
dibandingkan sebelum mengeluarkan kebijakan dividen.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa Z hitung = -1,755 dan nilai Asymp.
Sig. = 0,079 lebih besar dari  = 5%, maka Ha 3c ditolak atau Ho diterima. Dapat
dikatakan bahwa rasio PER tidak berbeda secara signifikan antara satu tahun
sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman inisiasi dividen.
Hipotesis 3d untuk membuktikan apakah rasio net sales/total asset
berbeda secara signifikan antara satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah
pengumuman inisiasi dividen. Rasio net sales/total asset mengukur bagaimana
perusahaan dalam menggunakan asset untuk mencapai penjualannya. Semakin
tinggi rasio, dapat dikatakan perusahaan mampu menggunakan asset yang dimiliki
lxxii
untuk mencapai penjualannya. Perusahaan yang melakukan inisiasi dividen
diasumsikan memiliki tingkat rasio net sales/total asset yang tinggi dibandingkan
sebelum mengeluarkan kebijakan dividen tersebut.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa Z hitung = -1, 825 dan nilai Asymp.
Sig. = 0,068 lebih besar dari  = 5%, maka Ha3d ditolak atau Ho diterima. Dapat
dikatakan bahwa rasio net sales/total asset tidak berbeda secara signifikan antara
satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman inisiasi dividen.
Hipotesis 3e untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan yang
signifikan rasio total debt/ total asset (rasio leverage) antara satu tahun sebelum
dengan satu tahun setelah pengumuman inisiasi dividen. Rasio total debt/total
asset menunjukkan proporsi atas penggunaan utang membiayai investasi serta
biaya operasional perusahaan. Semakin rendah tingkat rasio, maka kinerja
keuangan perusahaan bisa dikatakan baik. Perusahaan yang melakukan inisiasi
dividen diasumsikan memiliki kinerja keuangan yang baik dibandingkan sebelum
mengeluarkan kebijakan dividen tersebut.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa Z hitung = -1,981 dan nilai Asymp.
Sig. = 0,048 lebih kecil dari 5%, maka Ha3e diterima atau Ho ditolak. Dapat
dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio total debt/total
asset antara satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman inisiasi
dividen. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Healy dan Palepu (1988)
yang menemukan adanya peningkatan atau penurunan yang signifikan dari
earnings selama satu tahun sebelum pengumuman inisiasi atau omisi dividen.
Ditemukan pula bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan inisiasi dividen
menunjukkan peningkatan earnings selama satu dan dua tahun setelah
lxxiii
pengumuman,
sedangkan
perusahaan
yang
melakukan
omisi
dividen
menunjukkan penurunan earnings selama satu tahun setelah pengumuman
dividen.
Tabel IV.8 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis 3
No
Hipotesis
Rasio
(Ha)
t-hitung / Z
Asymp.
hitung
Sig.
Kesimpulan
1
Ha 3a
ROA
-1,216
0,238
Ha 3a ditolak
2
Ha 3b
ROE
-1,773
0,076
Ha 3b ditolak
3
Ha 3c
PER
-1,755
0,079
Ha 3c ditolak
4
Ha 3d
Net Sales/Total
-1,825
0,068
Ha 3d ditolak
-1,981
0,048
Ha 3e diterima
Asset
5
Ha 3e
Total
Debt/Total
Asset
lxxiv
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui reaksi pasar terhadap
pengumuman inisiasi dan omisi dividen dan pengaruhnya pada kinerja perusahaan
yang go publik di Bursa Efek Jakarta, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat reaksi pasar positif dan signifikan terhadap pengumuman
pembayaran dividen pertama kalinya (inisiasi dividen). Dalam 11 hari periode
pengamatan di sekitar pengumuman dividen menunjukkan adanya AAR
positif dan signifikan pada hari ke-3 dan hari ke-2 sebelum pengumuman
inisiasi dividen. AAR positif dan signifikan muncul lagi pada hari ke-2, hari
ke-3 dan hari ke-5 setelah pengumuman inisiasi dividen. Reaksi pasar yang
timbul sebelum pengumuman inisiasi dividen menunjukkan bahwa mungkin
investor memperoleh informasi dari pihak dalam perusahaan atau telah terjadi
kebocoran informasi. Reaksi pasar positif dan signifikan tidak muncul pada
saat pengumuman inisiasi dividen menunjukkan bahwa informasi belum
tersebar merata pada sebagian besar investor. Reaksi pasar positif dan
signifikan baru muncul kembali pada hari ke-2, hari ke-3, dan hari ke-5
setelah pengumuman dividen dipublikasikan.
2. Tidak terdapat reaksi pasar negatif dan signifikan terhadap pengumuman
penghapusan dividen pertama kalinya (omisi dividen). Hal ini terbukti bahwa
dalam 11 hari periode pengamatan di sekitar pengumuman omisi dividen, ada
8 hari yang menunjukkan adanya AAR negatif, tapi tidak satupun yang
lxxv
signifikan. Dapat diartikan bahwa pengumuman omisi dividen tidak menjadi
informasi yang penting bagi investor.
3. Kinerja perusahaan dilihat dari ROA, ROE, rasio penggunaan aktiva (net
sales/ total aktiva), PER menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman inisiasi
dividen. Hal ini berarti dilihat dari rasio-rasio tersebut, perusahaan dalam
kondisi yang tidak berbeda satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah
pengumuman dividen. Tetapi perusahaan melakukan inisiasi dividen dan pasar
bereaksi positif dan signifikan terhadap pengumuman inisiasi dividen. Dapat
dikatakan bahwa investor tidak terlalu mempertimbangkan informasi dari
rasio-rasio keuangan. Perusahaan yang mengeluarkan kebijakan dividen
berupa pengumuman inisiasi dividen, tidak selalu dalam kondisi yang lebih
baik dibandingkan dengan satu tahun atau waktu sebelumnya. Bisa jadi
perusahaan berani melakukan inisiasi dividen untuk menumbuhkan atau
mempertahankan kepercayaan investor, bahwa perusahaan dalam kondisi baik.
4. Kinerja perusahaan dilihat dari rasio total debt/total asset (rasio leverage)
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara satu tahun sebelum
dengan satu tahun sesudah pengumuman inisiasi dividen. Hal ini berarti,
dilihat dari rasio net sales/total asset (rasio leverage), perusahaan
kondisi yang berbeda
dalam
satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah
pengumuman dividen. Tetapi perusahaan melakukan inisiasi dividen dan pasar
bereaksi positif terhadap pengumuman inisiasi dividen. Bisa jadi perusahaan
berani melakukan inisiasi dividen untuk menumbuhkan atau mempertahankan
kepercayaan investor, bahwa perusahaan dalam kondisi baik. Walaupun
lxxvi
dilihat dari rasio leveragenya kondisi perusahaan kurang baik. Kalau kondisi
perusahaan baik dilihat dari sisi rasio leveragenya dibandingkan sebelum
melakukan inisiasi dividen, memang sudah sewajarnya perusahaan melakukan
inisiasi dividen. Pasar bereaksi positif dan signifikan terhadap pengumuman
inisiasi dividen, jika perusahaan dalam kondisi baik berarti sudah sewajarnya
bereaksi positif. Tetapi jika kondisi perusahaan kurang baik dilihat dari rasio
leveragenya dan pasar bereaksi positif, mungkin investor tidak menjadikan
informasi tingkat leverage perusahaan sebagai satu-satunya pertimbangan
dalam menilai perusahaan.
B. KETERBATASAN DAN SARAN
Hasil penelitian ini bagaimanapun belum bisa dikatakan sempurna
mengingat keterbatasan-keterbatasan yang menyertai penelitian ini. Adapun
keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sampel dalam penelitian ini terlalu sedikit, sehingga menimbulkan masalah
kecukupan statistikal. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan bertambahnya
jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ.
2. Pengambilan sampel penelitian ini berdasarkan purposive sampling sehingga
hasil penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai dasar generalisasi. Penelitian
selanjutnya menggunakan sampel yang minimal 5 tahun berturut-turut tidak
membayar dividen kemudian membayar dividen untuk inisiasi dividen. Dan 5
kali berturut-turut membayar dividen tahunan, kemudian tahun selanjutnya
tidak membayar dividen. Hal ini akan mempengaruhi reaksi pasar yang lebih
signifikan terhadap pengumuman dividen.
lxxvii
3. Penelitian ini tidak mempertimbangkan informasi akuntansi lain di sekitar
tanggal pengumuman dividen untuk mengurangi faktor pengganggu.
Penelitian selanjutnya memperhatikan hal tersebut untuk menjernihkan hasil
penelitian.
4. Penelitian ini tidak menguji lebih lanjut mengenai pengaruh-pengaruh
variabel-variabel karakteristik perusahaan terhadap abnormal return yang
terjadi.
Penelitian
selanjutnya
menguji
variabel-variabel
karakteristik
perusahaan terhadap abnormal return.
5. Analisis terhadap rasio–rasio keuangan yang digunakan belum mengarah pada
rasio yang mendukung analisa terhadap dividen dan pengukuran kinerja
keuangan hanya satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah event tanpa
memperhatikan perubahan kinerja keuangan tersebut apakah mengalami
peningkatan atau penurunan. Penelitian selanjutnya menggunakan rasio-rasio
keuangan yang mendukung analisa terhadap dividen, memperluas periode
waktu pengamatan dan memperhatikan perbedaan sampel yang mengalami
peningkatan atau penurunan tingkat kinerja keuangan perusahaan.
6. Periode waktu yang digunakan terbatas dari tahun 1998 sampai dengan 2001
(selama krisis moneter). Penelitian selanjutnya lebih memperluas periode
waktunya dan bisa membandingkan antara sebelum krisis dengan sesudah
krisis.
lxxviii
DAFTAR PUSTAKA
Aharony, J. & I. Swary (1980), Quartely Dividend and Earning Announcement
and Stockholders Returns: An Empirical Analysis, Journal of Finance,
Vol.35, No.3 (Maret) hal. 1-12
Aigbe Akhibe dan Jeff Madura (1996), Dividend Policy and Corporate
Performance, Journal of Business Finance and Accounting, 23 (9) &
(10), Desember, hal. 1267-1285
Altman, E. I (1968). Financial Ratios, Discriminant Analysis and The Prediction
of Corporate Bankrupty, Journal of Financial. 589-609
Ambarish, R., K. John & J. Williams (1987), Efficient Signalling with Dividens
and Investment, Journal of Finance, Vol. 42, No. 2 (Juni), hal. 321-343
Arsyad, Lincolin (1997), Peramalan Bisnis, BPFE UGM, Yogyakarta: 29
Asquith, P. & D. Mullins (1983), The Impact of Initiating Dividend Payment on
Shareholders. Wealt, Journal of Business, Vol. 56, No. 1 (January), hal.
77-96
Ball, R. J & P. Brown, “Portfolio Theory & Accounting”, Journal of Accounting
Research 7 (Autumn, 1969), hal. 300-323
Beaver, W.H; P. Kettler & M. Scholer, “The Association Between Market
Determined Risk Measures”, Accounting Review 95, (Oktober, 1970),
hal. 654-682
Brigham, Eugene F, Louis C. Gapenski (1999), Intermediate Financial
Management, The Dryden Press, Orlando, USA
Brown, S.J, dan J.B. Warner, “Using Daily Stock Returns: The Case of Event
Studies”, Journal of Financial Economics 7 (1985), hal. 3-31
lxxix
Charest, G. (1978), “Dividend Information, Stock Returns, and Market
Efficiency”, Journal of Financial Economics, Vol. 6, No. 2 (June/
September), hal. 297-390
Chen,
Nai-Fu. (1991), “Financial Investment Opportunities
Macroeconomy”, Journal of Finance 46, 529-554
and
The
Christie, W. G. (1990), “Dividend Yield & Expected Returns: The Zero-Dividend
Puzzle”, Journal of Financial Economics 28 hal. 95-125
Dimson, E., “Risk Measurement When Sares are Subject to In Frequent Trading”,
Journal of Financial Economics 7 (1979), hal. 197-226
Emory & Cooper. W. (1995), Bussiness Research Methods, Revised ed. ,Sydney:
Richard D. Irwin
Fama, E. F, “Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical
Work”, Journal of Finance 25 (1970), hal. 383-417
Fowler, D. J dan c. H. Rorke, The Risk Measurement When Shares are Subjected
to In Frequent Trading”, Journal of Financial Economics 12 (1983),
hal.279-289
Hardjosoemarto, Sumarmo (1994), Analisa Rasio untuk Menilai Kinerja
Perusahaan Publik, Info Pasar Modal (September), Hal. 62-65
Harianto, Farid & Siswanto, Sudomo. (1998), Perangkat dan Teknik Analisis
Investasi di Pasar Modal Indonesia, Edisi Pertama, PT Bursa Efek
Jakarta, Jakarta
Hartono, Jogiyanto. (2000), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, edisi 2,
(Desember), Yogyakarta: BPFE UGM
& Surianto (1999), Bias di Beta Sekuritas & Koreksinya
untuk Pasar Modal yang sedang Berkembang: Bukti Empiris di BEJ,
Kertas Kerja UGM
lxxx
& Rina Br. Bukit (2000), Reaksi Pasar terhadap Dividend
Initiations dan Dividend Omissions: Studi Empiris di Bursa Efek
Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi
Healy, P. M & K.G. Palepu (1988), “Earning Information Conveyed by Dividend
Initiations & Omission”, Journal of Financial Economics 2, hal. 149175
Helfert, Erich A. (1996), Teknik Analisa Keuangan, Edisi Kedelapan, Erlangga,
Jakarta
Hellen, Wijaya. (1997), Analisis Efisiensi Kinerja Perbankan yang Go Publik dan
Non Publik serta sebelum dan sesudah menjadi Perusahaan Publik, Tesis
Fakultas Pasca Sarjana UGM Yogyakarta
Husnan, Suad (1994), Dasar-Dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas, Edisi
Kedua, UPP AMP YKPN Yogyakarta
Indonesian Capital Market Directory, (1997-2001), Bursa Efek Jakarta, edisi ke8, Jakarta
Jakarta Stock Exchange, JSX Statistics, 1998;1999; 2000; 2001
Jones, C. P. (1996), Investment Analysis and Management, Jhon Willey and Sons
Inc. New York
Lakonishok, J., dan T. Vermaelen, “Tax-Induced Trading Around Ex-Dividend
Days”, Journal of Financial Economics 16 (1986), hal. 287-319
Machfoedz, Mas’ud (1999), Pengaruh Krisis Moneter pada Efisiensi Perusahaan
Publik di BEJ, Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia, Vol. III, No. 1: 3749
Michaely, R., R. H. Thaler dan K. L. Womack, “Price Reactions to Dividend
Initiations and Omissions: Overaction or Drift?”, Journal of Finance 50
(1995), hal. 181-191
lxxxi
Miller, M. H & F. Modligiani, “Dividend Policy, Growth & the Valuation of
Shares”, Journal of Business (October, 1961), hal. 411-433
Munawir (1999), Analisa Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Liberty Yogyakarta
Payamta. (1998), Analisa Kinerja Perbankan Sebelum dan Sesudah Menjadi
Perusahaan Go Publik, Tesis tidak diterbitkan,Yogyakarta: Program
Pasca Sarjana FE UGM
Sartono, R,
Agus (1996), Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, BPFE,
Yogyakarta
Scholes, M & J. Williams (1997), “Estimating Betas from Nonsynchronous
Trading”, Journal of Financial Economics 5, hal. 309-327
Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi (1993), Metode Penelitian Survei,
LP3ES, Jakarta
Suharsini, Arikunto (1989), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Bina
Aksara, Jakarta
Surachmad, Winarno (1989), Pengantar Penelitian Alamiah Dasar Metode
Teknik, Bandung
Van Horne, James C. dan Jhon M. Machowicz (1995), Fundamentals of Financial
Management, Edisi IX, Juli, PT Bursa Efek Jakarta
Venkatesh, P. C. (1989), “The Impact of Dividend Initiation on the Information
Content of Earnings Announcements and Returns Volatility”, Journal of
Business, Vol. 46, No. 2 (April), hal. 191-211
lxxxii
lxxxiii
LAMPIRAN
84
RETURN SAHAM
&
RETURN PASAR
85
86
Download