Uploaded by User21800

Peran Politik Pemuda dalam Pembangunan Desa

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
PERAN POLITIK PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN PEDESAAN
NOVAN AJI IMRON
I34150132
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASIDAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
ii
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka berjudul Peran Politik
Pemuda dalam Pembangunan Pedesaana dalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Studi Pustaka ini. Demikian pernyataan ini saya
tulis dengan sesungguh-sungguhnya dan saya bersedia bertanggung jawab atas
pernyataan ini.
Bogor, 20 Desember 2018
Novan Aji Imron
NIM. I34150132
ii
ABSTRAK
NOVAN AJI IMRON. Peran Politik Pemuda dalam Pembangunan Pedesaan.
Dibimbing oleh SOFYAN SJAF.
Era disrupsi membuat kesempatan berpolitik masyarakat desa semakin luas.
Perluasan ini menyebabkan partisipasi politik masyarakat khusunya pemuda meningkat,
sehingga peran dari pemuda dalam pembangunan pedesaan seharusnya bertambah.
Pemuda dalam pembangunan pedesaan memiliki peran yang massif dalam
pembangunan. Penelitian ini ingin membedah peran politik pemuda dalam kaitanya
dengan pembangunan pedesaan. Peran ini akan dilihat dari aspek perluasan kesempatan
berpolitik yang berhubungan dengan penignkatan partisipasi politik dan peran pemuda
secara langsung daalm aspek-aspek pembangunan desa.
Kata kunci: Peran politik, Pemuda, Pembangunan desa
ABSTRACT
NOVAN AJI IMRON. The Role of Young politic in Rural Development. Supervised by
MAHMUDI SIWI.
Since 2014, precisely when regional autonomy was launched, Indonesia began
to be diverted towards the development of locality. In recent years Indonesia has been
intensifying the distribution of development to each village which is realized through
The Village Fund Program (DD). According to Law No. 6 of 2014 concerning Villages,
The Village Fund Program is prioritized for the implementation of development and
empowerment of village communities which will eventually lead to the welfare and
prosperity of the village and its people. This study wants to dissect the role of
development programs as input to development in each component which includes the
development process (process), development outcomes (output), development benefits
(outcomes), and development impacts (impact). The input here is focused on The
Village Fund Program, while welfare is the impact or long-term benefits to be achieved
through the program.
Keywords:Village Funds, Welfare, Infrastructure Development
iii
PERAN PROGRAM DANA DESA DALAM PEMBANGUNAN PEDESAAN
NOVAN AJI IMRON
I34150132
Laporan Studi Pustaka
Sebagai syarat kelulusan KPM 403
Pada
Mayor Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASIDAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
iv
Judul Studi Pustaka
Nama
NIM
: Peran Politik Pemuda dalam Pembangunan Pedesaan
: Novan Aji Imron
: I34150132
Disetujui oleh
Dr. Sofyan Sjaf, M.Si
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Arya Hadi Darmawan, MSc.Agr
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan :
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga studi pustaka ini dapat diselesaikan. Studi ini mengulas
mengenai peran dari Dana Desa terhadap pembangunan pedesaan yang ada di
Indonesia. Studi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Studi
Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat.
Selama proses studi ini berlangsung, penulis mendapatkan dukungan dan inspirasi
dari banyak pihak. Mengutip karya Izzuddin (2012), “Setiap orang yang mengajariku
satu huruf, satu ilmu, dia adalah guruku.” Maka, sudah sepatutnya penulis sampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua dan kedua saudara tersayang yang senantiasa memberikan
kasih sayang dan doa.
2. Bapak Dr. Sofyan Sjaf, MSi yang telah membimbing dan memberikan masukan
serta saran yang luar biasa dalam penyusunan Studi Pustaka.
3. Rekan-rekan SKPM 52 dan pejuang SKPM 52 3,5 tahun, serta rekan-rekan
Kepengurusan BEM FEMA 2018 dan BEM KM 2018-2019 yang telah
memberikan banyak pencerahan kepada penulis dalam menyelesaikan Studi
Pustaka.
4. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi, dukungan, dan doa kepada
penulis selama ini.
Bogor, 20 Desember 2018
Novan Aji Imron
vi
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
Latar Belakang .............................................................................................................. 1
Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 1
Metode Penulisan .......................................................................................................... 2
Kegunaan Penulisan ...................................................................................................... 2
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA................................................................... 3
Desentralisasi dan Oligarki Predator Di Wakatobi: Peran Oligarki Dan Elit Penentu
Dalam Pembangunan Perdesaan ................................................................................... 3
Elite Politik Dalam Kontenstasi Di Desa Dengan Menggunakan Studi Peran Blater
Dalam Pilkades Di Desa Banjar, Galis, Bangkalan Madura ......................................... 5
Politik Identitas Anak Muda Minoritas: Ekspresi Identitas Anak Muda Tionghoa
melalui Dua Organisasi Anak Muda Tionghoa di Surakarta Pasca Orde Baru ............ 7
Respon Publik Terhadap Model Penganggaran ............................................................ 9
Partisipatif Dalam Pembangunan Desa: Studi Tiga Provinsi Di Indonesia .................. 9
Tuan Tanah dan Lurah : Relasi Politik Lokal Patron-Client di Desa Sukorejo
Kecamatan Godanglegi Kabupaten Malang dalam Kurun Waktu 2007-2013............ 11
Demokrasi dalam Pemilihan Kepala Desa? Studi Kasus Desa Dengan Tipologi
Tradisional, Transisional, dan Modern di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 ..... 13
Partisipasi Pemuda Desa Dalam Perkembangan Usaha Bumdes “Tirta Mandiri”
(Studi di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Tengah) ....................................................................................................................... 15
Analisis Respon Masyarakat terhadap Pengelolaan Dana Desa untuk Pembangunan
Pedesaan (Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang) ................... 17
Partisipasi Politik Generasi Muda Dalam Pembangunan di Desa Sawangan
Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara..................................................... 19
Persepsi Dan Tindakan Politik Pemuda Terhadap Gerakan Jogja Independent
(JOINT) dalam Pelaksanaan Pilwalkot Kota Yogyakarta Tahun 2017 dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Politik Pemuda (Studi Pada Relawan Jogja
Independent (JOINT) di Kota Yogyakarta) ................................................................ 21
Hubungan Perencanaan dan Partisipasi Masyarakat dengan Keberhasilan
Pembangunan di Desa Lompad Kecamatan Ranoyapo .............................................. 23
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 25
Partisipasi Politik ........................................................................................................ 25
viii
Generasi Muda ............................................................................................................. 28
Peran Pemuda .............................................................................................................. 28
Pembangunan Desa...................................................................................................... 28
SIMPULAN .................................................................................................................... 30
Analisis dan Sintesis .................................................................................................... 30
Usulan Kerangka Baru................................................................................................. 31
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian .......................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 33
DAFTAR TABEL
1 Hasil evaluasi program pembangunan pada Pustaka 1 . Ошибка! Закладка не
определена.
2 Hasil evaluasi program pembangunan pada Pustaka 2 . Ошибка! Закладка не
определена.
3 Hasil evaluasi program pembangunan pada Pustaka 3 . Ошибка! Закладка не
определена.
DAFTAR GAMBAR
1 Usulan kerangka analisis baru ................ Ошибка! Закладка не определена.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan desa berdasarkan UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa
diberi mandat untuk menyelenggarakan pembangunannya sendiri sehingga pengelolaan
aset desa dapat dikelola secara mandiri oleh masyarakat desa. Prinsip yang
dikembangkan dalam hal ini adalah pembangunan yang dikelola secara partisipatif,
sebuah konsep yang disebut dengan Desa Membangun1. Desa menyertakan masyarakat
lokal untuk merancang, mengelola, memantau, dan mengevaluasi pembangunan di
desanya. Hal ini juga berlaku untuk kehidupan sosial politik di kawasan perdesaan.
Masyarakat desa diharapkan bisa memberikan partisipasi politik yang tinggi dalam
setiap pengambilan keputusan agar pembangunan bisa dijalankan dengan optimal.
Setiap warga mempunyai hak dan kewajiban dalam kehidupan politik yang
sudah diatur dalam undang-undang2. Dalam ranah desa, ruang politik seringkali
terbatasi oleh hal-hal subkultural. Partisipasi dalam kehidupan politik biasanya hanya
dimiliki oleh elit desa dan jajaranya. Padahal semua kegiatan pembangunan tidak
pernah lepas dari peran politik masyarakat. Bahkan mekanisme dalam Desa
Membangun mensyaratkan masyarakat harus aktif berperan serta dalam proses politik
pengambilan kebijakan pembangunan desa3. Meluasnya peluang partisipasi politik di
desa seharunya bisa diimbangi dengan kapasitas dan kapabilitas masyarakat Khususnya
adalah pemuda. Generasi muda adalah aset desa yang nantinya akan menjadi inti proses
pembangunan desa.
Peran generasi muda dalam pembangunan sangat penting mengingat Indonesia
akan mendapatkan bonus demografi di tahun 2045. Secara demografi dua puluh enam
tahun mendatang penduduk Indonesia akan dipenuhi oleh penduduk usia muda
produktif, hal ini juga akan terjadi di daerah pedesaan. Partisipasi pemuda mutlak
diperlukan dalam tiap aspek, khususnya dalam ranah pengambilan keputusan politik.
Pemuda memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi. Pun saat ini era sudah bergeser ke
dalam era revolusi Industri 4.0 dimana pemuda memiliki peran vital dalam proses
pembangunan. Pemuda harus diberikan kesempatan partisipasi yang seluas-luasnya
untuk kemajuan bangsa.
Dalam pembangunan desa jarang melibatkan pemuda desa dalam proses. Desa
masih jarang meilbatkan pemuda dalam perencanaan sampai pelaksanaan. Menginngat
hal itu penting untuk mengkaji bahwa pemuda harus andil dalam
Tujuan Penulisan
Peran dan partisipasi politik generasi muda merupakan modal penting dalam
pembangunan desa. Pemuda memiliki orisinalitas pemikiran era baru yang dibutuhkan
dalam pembangunan desa dan nasional. Oleh karena itu, tujuan penulisan studi pustaka
ini adalah untuk mengidentifikasi partisipasi politik pemuda dalam proses pembangunan
1
Buku Panduan Pengembangan Desa. 2015. Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa. dapat diakses di: https://ditjenppmd.kemendesa.go.id
2
Pasal 28 UUD 1945; Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
3
ibid
2
desa. Pun hasil analisis dan sintesis dari studi ini akan dijadikan acuan untuk proposal
penelitian skripsi selanjutnya.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka adalah analisis bahan
pustaka yang relevan dengan topik. Bahan pustaka yang digunakan dalam penulisan ini
adalah berbagai sumber hasil penelitian berupa buku, skripsi, tesis, jurnal, artikel ilmiah
serta berbagai jenis pustaka lainnya yang berkaitan dengan partisipasi politik pemuda
dalam pemabngunan desa. Selanjutnya, bahan pustaka yang sudah terkumpul dipelajari,
diringkas, disintesis, dianalisis serta disusun menjadi laporan studi pustaka yang relevan
terhadap partisipasi pemuda desa dalam proses pembangunan desa. Hasil akhir
penulisan studi pustaka ini berupa pertanyaan-pertanyaan penelitian dan kerangka
pemikiran baru berdasarkan teori dan konsep yang relevan.
Kegunaan Penulisan
Studi pustaka ini membantu penulis dalam memahami dan mendalami konsep
dan teori terkait kajian dana desa dan pembangunan desa. Studi ini juga membantu
penulis dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian baru dan merumuskan
alur pemikiran analitis baru yang akan dikaji pada penelitian selanjutnya.
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);hlm
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
:
:
:
:
:
:
:
Desentralisasi dan Oligarki Predator Di
Wakatobi: Peran Oligarki Dan Elit Penentu
Dalam Pembangunan Perdesaan
2016
Jurnal
Elektronik
La Husen Husen Zuada, Eka Suaib, Waode
Syifatu
Jurnal Penelitian Politik LIPI
Vol. 2 No. 13; hlm 167-191
https://doi.org/10.14203/jpp.v13i2.557
Selasa, 4 Desember 2018
Kebijakan otonomi daerah membuat praktik oligarki semakin langgeng. Hal ini
memicu munculnya ketimpangan ekonomi yang tinggi di daerah-daerah. Wakatobi
merupakan salah satu daerah yang memiliki rasio ketimpangan ekonomi yang tinggi
akibat praktik oligarki ekonomi. Peningkatan ekonomi yang tinggi (mendekati 10%)
tidak disertai dengan pemerataan ekonomi dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap
penurunan kemiskinan. Desentralisasi yang diharapkan dapat memwujudkan kesetaraan,
kesejaheraan, keadilan, dan partisipasi justru di beberapa daerah meminggirkan
masyarakat baik secara ekonomi maupun politik.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemunculan oligarki predator di
wakatobi dan menganalisis dampak yang ditimbulkan dari praktek oligarki terhadap
pembangunan perdesaan di Wakatobi. Pendekatan yang digunakan untuk penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif.
“Oligarki lokal” yang predator melakukan berbagai macam cara terutama politik
uang dan premanisme politik dalam rangka mempertahankan dan mengamankan posisi
mereka. Menurut Hutabarat (2015) cirri-ciri oligarki predator adalah: 1) Mengontrol
masyarakat melalui politik uang dan kekerasan, 2) Latar belakang ekonomi kelompok
tidak selalu kaya, 3) Proses pembentukan kelompok melalui warisan politik dan tidak
terorganisir secara sosial, 4) aktor kelompok predatoris terdiri dari mantan elit orde
baru, birokrat tua orde baru, pengusaha lokal, kelompok preman dan kelompok ormas
mahasiswa/pemuda, 5) kekuasaan di tingkat lokal terpusat kepada klik politik antara
pengusaha, birokrat dan politisi, 6) hubungan dengan pemerintah pusat bersekutu, 7)
Afiliasi partai politik, dan 8) Reproduksi kekuasaan adalah bagian dari klik politik
melalui mekanisme pemilihan umum.
Hasil penelitian menunjukan kemunculan oligarki di Wakatobi ke dalam dua
klasifikasi: 1) aktivis yang bertransformasi menjadi elit politik dan pengusaha dan 2)
4
Pengusaha yang bertransformasi menjadi elit politik. Kehadiran oligarki berdampak
postif dan negatif dalam pembangunan kawasan perdesaan yaitu: Pertama,
menggairakan perekonomian daerah. Kedua, peningkatan kunjungan wisata. Ketiga,
membuka lapangan pekerjaan baru. Keempat, kemudahan akses transportasi. Kelima,
mendorong gairah usaha baru. Keenam, memperlebar kesenjangan pendapatan
masyarakat. Ketujuh, mahalnya harga tanah dan keterbatasan jumlah lahan. Kedelapan,
kesulitan hidup nelayan. Kesembilan, konflik antara warga, pemerintah dan swasta.
Kesepuluh, oligarki berusaha mempertahankan kekayaan dengan membangun dinasti.
Analisis Pustaka
Penelitian ini berfokus pada analisis peran jejaring elit politik dan penguasa
terhadap pembangunan kawasan perdesaan di Wakatobi. Pada jurnal ini hasil olahan
dan analisis data dipaparkan secara detail dalam bentuk narasi deskriptif. Data olahan
kualitatif sanga
t didukung dengan data kuantitatif dan teori yang relevan. Penulis menggambarkan
profil relasi kekuasaan dan penguasaan sumberdaya dengan timeline sejarah
kemunuculan para tokoh oligarki, dan klasifikasi oligarki. Kaitanya dengan
pembangunan desa penulis menggunakan beberapa variable seperti: 1) peningkatan
bidang ekonomi lokal, 2) peningkatan kunjungan wisata, 3) lapangan pekerjaan, 4)
kemudahan akses transportasi, 5) peningkatan jenis usaha baru, 6) Kesenjangan
pendapatan, 7) harga tanah, 8) kesulitan hidup nelayan, 9) kemunculan konflik ant
Warga, pemerintah dan swasta dan 10) pembangunan dinasti kekuasaan oleh oligarki.
Analisis mendalam mampu membuktikan bahwa oligarki memberikan lebih banyak
dampak negatif dalam pembangunan pedesaan.
Hasil penelitian sudah mampu menjawab rumusan masalah dengan baik.
Kemunculan predator oligarki dipaparkan dari sudut pandang historis dan analisis
jaringjaring kekuasaan. Pun penulis sudah mengklasifikasikan jenis-jenis oligarki yang
ada di wakatobi. Dalam hubunganya dengan pembangunan desa sesuai dengan sepuluh
poin paragraph sebelumnya, penulis mampu membuat kesimpulan konkret dalam hal
dampak langsung terhadap masyarakat. Namun penelitian hanya membahas
pembangunan desa dari sisi yuridis dan undang-undang, sehingga pendapat ahli dan
teori belum dimasukan untuk menambah kekayaan pembahasan.
5
2.
Judul
:
Elite Politik Dalam Kontenstasi Di Desa
Dengan Menggunakan Studi Peran Blater
Dalam Pilkades Di Desa Banjar, Galis,
Bangkalan Madura
2016
Jurnal
Elektronik
Siti Rohmatul Ainillah
Jurnal Politik Muda
Vol. 5 No. 3; hlm 282-290
https://doi.org/10.14203/jpp.v13i2.557
Selasa, 4 Desember 2018
Tahun
:
Jenis Pustaka
:
Bentuk Pustaka
:
Nama Penulis
:
Nama Editor
:
Judul Buku
:
Kota dan Nama Penerbit :
Nama Jurnal
:
Volume (Edisi);hlm
:
Alamat URL/doi
:
Tanggal diunduh
:
‘
Pemilihan kepala desa dalam masyarakat Madura merupakan momen politik dan
peristiwa kultural untuk memperebutkan kekuasaan kepemimpinan. Selain itu momen
ini juga merupakan pengukuhan status sosial keluarga, sehingga tidak semua orang di
Madura bisa mendaftakan diri sebagai kepala desa. Hanya kalangan yang mempunyai
relasi politik, kekayaan materil, dan jaringan dengan Blater Madura. Blater merupakan
elite desa yang mempnyai wewenang untuk memutus suatu permasalahan di desa,
memberikan pengaruh kebijakan, dan mempunyai pengaruh kepada masyarakat unruk
menentukan kepala desa.
Keller (1995) menyebutkan bahwa elite adalah sekelompok orang dalam
masyarakat yang menempati kedudukan-kedudukan tertinggi dan memiliki kekuasaan
sosial di atas masyarakat yang lainya. Terdapat empat proses utama yang mendorong
perkembagnan para elite: 1) Pertumbuhan penduduk, 2) Pertumbuhan spesialisasi
jabatan, 3) Pertumbuhan organisasi formal atau birokrasi dan 4) perkembangan
keagamaan moral.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang didukung oleh teknik
pengumpulan data wawancara mendalam dan dokumentasi yang selanjutnya dianalisis
seraca deskriptif. Teknik pengambilan informan dilakukan secara purposiv sampling.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk struktur elite didesa Banjar,
kemudian peran yang dilakukan elite blater dalam kontestasi pemilihan ilkades 2015,
dan tujuan serta kepentingan elite blater dalam kontestasi Pilkades.
Hasil penelitian menyatakan bahwa struktur elit politik di Madura digolongkan
ke dalam empat lapisan elit, yaitu: 1) kyia atau tokoh agama, 2) Blater utama, 3) kepala
desa, dan 4) elit blater jagoanisme. Saat pemilihan kepala desa blater berperan untuk
memetakan suara, memperluas jaringan, dan pencarian dana dan keuangan. Pasca
Pilkades blater bertanggungjawab moral atas desanya baik segi keamanan, penyelsaian
masalah samapai
6
pembangunan desa.
Analisis Pustaka
Penelitian ini memiliki fokus untuk menganalisis bentuk struktur, peran dan
tujuan elit politik blater dengan teori utama teori elite penentu Suzanne Keller. Bentuk
struktur elit dirumuskan lebih berdasarkan peran dan fungsi blater dalam sistem sosial
masyarakat. Penulis berusaha menghubungkan struktur ini dengan jaringan kekuasaan
saat kontestasi politik untuk mendapatkan peranan masing-masing elit blater saat
kontestasi pemilihan kepala desa. Kemudian ditarik garis lurus setelah masa pilihan
kepala desa selesai untuk mendapatkan data analisis terhadap motif dan tujuan blater
ikut dalam kontestasi politik.
Hasil penelitian kurang mampu menjawab rumusan masalah, terutama bagian
tujuan dan kepentingan elit politik blater dalam pilkades. Analisis penelitian terbatas
kepada hasil wawancara dengan informan namun kurang kaya dengan data-data
pendukung lainya. Pun teori yang digunakan terbatas pada teori elite penentu Suzanne
Keller yang lebih menjelaskan proses kemunculan dan perkembangan elit politik. Perlu
tambahan referensi untuk menjalaskan jarring-jaring kekuasaan dan peran elite dalam
masyarakat khususnya pilkada. Metode yang digunakan kurang konsisten dan beragam
serta masih banyak sekali tulisan yang tidak sesuai ejaan yang baik dan benar. Selain itu
masih banyak kalimat tidak efektif yang digunakan oleh penulis.
7
3.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);hlm
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tanggal diunduh
:
Politik Identitas Anak Muda Minoritas:
Ekspresi Identitas Anak Muda Tionghoa
melalui Dua Organisasi Anak Muda Tionghoa
di Surakarta Pasca Orde Baru
2013
Jurnal
Elektronik
Yosafat Hermawan Trinugraha
Jurnal Studi Pemuda
Vol. 2 No. 2; hlm 172-186
http://jurnalpemuda.fisipol.ugm.ac.id/index.
php/JM/article/download/35/54
Minggu, 10 Desember 2018
Peristawa kekerasan terhadap etnis Tionghoa merupakan sejarah panjang konflik
rasial yang berujung politik identitas sosial. Kekerasan besar Mei 1998 adalah salah satu
puncak kekerasan yang bernuansa politik rasial. Kejadian ini terjadi di beberapa kota
besar salah satunya adalah kota Surakarta. Hal ini sangat berdampak pada identitas
sosial yang dibentuk oleh pemuda Tionghoa di Surakarta hingga saat ini. Organisasi
pemuda Tionghoa bermunculan pasca reformasi 1998, yang paling besar adalah Solo
Youth Club dan Hoo Hap Youth Club (HHYC). Kedua organisasi pemuda ini berusaha
memunculkan identitas lain yang selama ini dilabelkan oleh masyarakat dengan
menggunakan politik identitas.
Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Kualitatif. Data yang
digunakan adalah data primer dari lapang dan data sekunder dari pustaka yang relevan
dengan judul. Metode pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi lapang,
dan wawancara. Unit analisisnya adalah individu pemuda yang tergabung dalam Solo
Youth Club dan Hoo Hap Youth Club (HHYC). Selanjutnya data dianalisis secara
deskriptif oleh penulis untuk melihat dinamika proses pembentukan dan gerak identitas
anak muda Keturunan TIonghoa Pasca Reformasi.
Hasil penelitian mengungkap bahwa melalui organisasi sosial pemuda Tionghoa
berstrategi menghadirkan identitas yang lain sebagai kelompok tionghoa yang inklusif
dan berjiwa sosial. Selain itu organisasi kepemudaan berusaha menghadirkan eksistensi
anak muda TIonghoa beserta lingkup permasalahanya yang kompleks. Upaya ini
merupakan bentuk praktik politik identitas untuk menghadapi berbagai stereotype yang
ditujukan untuk etnis Tionghoa.
Analisis:
8
Secara khusus penulis berusaha menelusuri identitas seperti apa yang menjadi
pilihan anak muda keturunan etnis Tionghoa di Surakarta, mencari alasan mereka
memilih identitas tersebut, dan menganalisis cara pemuda ini mengekspresikan pilihan
identitasnya dalam kehidupan sehari-hari, serta menganalisis proses pembentukan
identitas tersebut yang berkaitan erat dengan konteks sosial dan budaya masyarakat
secara makro, khususnya pasca-peristiwa Mei 1998. Meskipun deskripsi hasil sangat
detail hasil penelitian belum menjawab permasalahan penelitian secara utuh. Khusunya
proses pembentukan identitas yang hanya dianalisis secara sederhana dengan
interpretasi penulis tanpa menyertakan teori yang relevan dengan topic pembahasan.
Penulis menggunakan pemaparan hasil wawancara mendalam dan menggunakan
peristiwa periodesasi paska reformasi hingga sekarang untuk menentukan acuan
analisis. Teori yang digunakan terbatas kepada perubahan identitas masyarakat
Tionghoa tetapi minim membahas terkait politik etnis. Hasilnya adalah penulis lebih
fokus kepada perubahan pola perilaku pemuda untuk emndapatkan identitas baru dalam
masyarakat namun sedikit menjelaskan proses dan dinamikan politik yang dijalankan
oleh gerakna pemuda ini.
9
4.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);hlm
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Respon Publik Terhadap Model Penganggaran
Partisipatif Dalam Pembangunan Desa: Studi
Tiga Provinsi Di Indonesia
2016
Jurnal
Elektronik
Kadek Dwita Apriyani, Irhamna Irhamna
Jurnal Penelitian Politik LIPI
Vol. 13 No. 2; hlm 172-186
https://doi.org/10.14203/jpp.v13i2.576
Minggu, 10 Desember 2018
Amanat UU No 6 Tahun 2016 membuat pemerintah harus memberikan 10
persen APBN untuk dana desa. Model yang diterapkan oleh dana desa adalah model
penganggaran partisipatif dimana masyarakat diberikan hak untuk ikut serta dalam
tahap perencanaan. Beberapa tahun berjalan program ini lebih banyak berkaitan dengan
hal teknis seperti perbedaan data jumlah des, rekrutmen pendamping desa, dan syarat
pencairan dana desa. Oleh sebab itu program ini dinilai kurang mendapat respon dari
publik dalam arti luas sehingga berdampak pada partisipasi masyarakat dalam program
yang dirancang dengan azas partisipasi dan pemberdayaan dari dana desa.
Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan dan memetakan respon publik
Indonesia mengenai program Dana Desa di wilayah Indonesia Barat yang diwakili oleh
provinsi Banten, wilayah Indonesia Tengah yang diwakili Gorontalo, dan Indonesia
Timur oleh Papua Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif
dengan tipe deskriptif. Sampel yang diambil di masing-masing provinsi berjumlah 800,
dengan MoEnya di kisaran 3%.
Studi dari Sherry Arnstein (1969) menjadi salah satu studi klasik dari partisipasi
masyarakat. Ia menjelaskan mengenai tipologi partisipasi yang kemudian dikenal
dengan istilah “tangga partisipasi masyarakat” atau “The Ladder of Citizen
Participation”. Konsep ini menjelaskan bagaimana sumber daya mengalami redistribusi
yang kemudian memungkinkan kelompok yang selama ini tidak memiliki kekuasaan
atas sumber daya (the have-not citizens) untuk dapat ikut menentukan bagaimana
sebuah kebijakan dibentuk, diimplementasikan, dan diawasi Arnstein (1969) membagi
partisipasi masyarakat dalam delapan tingkatan: Manipulation; Therapy, dua tingkatan
pertama ini dikelompokan kembali dalam derajat non-partisipasi; Information;
Consultation; Placation, tiga tingkatan ini disebut dengan degrees of tokenism;
Partnership; Delegated Power; dan Citizen Control, tiga tingkatan terakhir merupakan
derajat tertinggi yang disebut dengan citizen power.
10
Hasil penelitian Dana Desa di tiga provinsi ini menunjukkan derajat partisipasi
yang masih rendah baik, yakni pada tingkatan non partisipasi, tokenisme, dan
konsultasi. Selain itu hasil juga menunjukan bahwa lebih dari 50% responden tidak
mengetahui tentang program Dana Desa, sehingga jumlah mereka yang berpartisipasi
dalam program tersebut juga lebih rendah. Dari yang mengetahui perihal program Dana
Desa tersebut, hanya sekitar 53% yang menilai bahwa pemanfaatan Dana Desa di
lingkungan tempat tinggalnya tepat sasaran. Berikutnya adalah makin tinggi intensitas
warga mengikuti rembug warga, maka makin besar kecenderungan responden untuk
mengetahui perihal Dana Desa dan memberi penilaian positif terkait ketepatan
pemanfaatan Dana Desa di lingkungan sekitarnya.
Analisis Pustaka
Penelitian ini berfokus kepada respon publik terhadap penganggaran partisipatif
dana desa. Analisis yang digunakan adalah menggunkan variable delapan tangga
partisipasi oleh Arnstein dan penilaian ketepatan pemanfaatan dana desa. Hasil
penelitian menunjukan partisipasi pada derajat partisipasi yang masih rendah baik,
yakni pada tingkatan non partisipasi, tokenisme, dan konsultasi dengan persepsi tingkat
ketepatan penggunaan dana desa rata-rata 53 persen. Pertanyaan penelitian sudah
terjawab pada hasil dan pembahasan dengan sistematis dan kaya dengan data
pendukung yang memperjelas hasil dan analisis.
11
5.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);hlm
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
: Minggu, 10 Desember 2018
Tuan Tanah dan Lurah : Relasi Politik Lokal
Patron-Client di Desa Sukorejo Kecamatan
Godanglegi Kabupaten Malang dalam Kurun
Waktu 2007-2013
2016
Jurnal
Elektronik
Annise Sri Maftuchin
Jurnal Umbara (Antropologi)
Vol. 1 No.2; hlm 138-149
Pada wilayah pedesaan jawa lurah merupakan posisi strategis untuk
mendapatkan akses kelola sawah desa dan upah bulanan yang diberikan oleh
pemerintah pusat. Fenomena ini merupakan pola politik lokal yang terjadi hampir di
semua masyarakat Jawa. Praktek-praktek politik lokal ini ditandai dengan pola money
politik dan juga pola politik yang mempengaruhi relasi politik elit desa. Dalam pola
politik Desa Sukorejo, relasi sosial politik lebih menekankan pada kaitan budaya
pertanian untuk mendapatkan akses kelola sumberdaya alam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif.
Unit analisis yang digunakan adalah individu Data yang digunakan adalah data primer
dari lapang dan data sekunder dari pustaka yang relevan dengan judul. Metode
pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi lapang, dan wawancara.
Analis menggunakan teori patron clien Scott (1981) dan teori Galtung yang
mengemukakan bahwa sebuah kekuasaan dapat diperoleh jika memang kekuasaan itu
mutlak ada, kekuasan juga dapat di peroleh dengan sebuah kekayaan dan kekuasaan
diperoleh karena adanya posisi struktural.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat relasi politik yang dekat dengan
budaya subsisten kaum tani, dimana kuasa tuan tanah menjadi suatu kunci pemulusan
hajat atau niat yang diinginkan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya ikatan
resiprositas antara Lurah dengan pamongnya. Secara struktural Lurah memiliki kuasa
lebih tinggi sehingga pengambilan keputusan bisa didasarkan secara objektif maupun
subjektif.
Analisis Pustaka
Penelitian ini memiliki fokus untuk menganalisi model politik lokal hubunganya
dengan relasi kekuasaan antara kepala desa dengan tuan tanah. Case penelitian adalah
saat kontestasi pemilihan lurah yang kedua kalinya untuk tokoh yang menjadi informan
kunci. Analisis utama penelitian ini menggunakan konsep patron klien Scott (1981) dan
12
menggunakan model Miles dan Huberman yaitu analisis data interaktif. Relasi
kekuasaan lebih memperlihatkan kepentingan ekonomi dibandingakan hubungan lain
yang menyangkut moralitas. Relasi ini diperlihatkan telah menjadi suatu kultur yang
menstruktur dalam sebuah hubungan lintas kelas sosial.
Hasil penelitian belum menjawab secara utuh pertanyaan penelitian. Relasi
politik antar tokoh belum dijelaskan secara mendetail karena konsep analisis yang
digunakan lebih spesifik kepada relasi sosial antar kelas. Selain itu banyak ejaan kata
yang salah serta kalimat yang tidak efektif. Pada poin kesimpulan banyak menggunakan
pendapat para ahli dengan kutipan tidak langsung serta memunculkan pembahasan baru
yang tidak dibahas pada bab hasiil dan pembahasan. Padahal seharusnya poin
kesimpulan adalah sintesa dari hasil dan pembahasan yang tidak memunculkan
pembahasan baru.
13
6.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);hlm
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
Tanggal diunduh
:
Demokrasi dalam Pemilihan Kepala Desa?
Studi Kasus Desa Dengan Tipologi Tradisional,
Transisional, dan Modern di Provinsi Jawa
Barat Tahun 2008-2013
2016
Jurnal
Elektronik
Neneng Yani Yuningsih, Valina Singka
Subekti
Jurnal Politik
Vol. 1 No.2; hlm 232-261
http://www.jurnalpolitik.ui.ac.id
/index.php/jp/article/download/21/53
Minggu, 10 Desember 2018
Kegiatan pemilihan kepala desa merupakan fenomena politik lokal yang
menunjukkan bagaimana proses demokrasi terjadi di desa. Kegiatan ini bukan hanya
sebatas perebutan kekuasaan tateapi juga menyangkut gengsi, harga diri dan
kehormatan sehingga seringkali di berbagai daerah proses Pilkades ini menimbulkan
konflik di masyarakat. Sehingga bagi masyarakat desa Pilkades lebih emosional dan
rasional dibandingkan dengan pemilihan-pemilihan lainnya seperti Pilkada, Pileg
bahkan Pilpres.
Terry Christensen (1995) menyebutakn bahwa secara definisi, politik lokal
menekankan pada pengambilan keputusan, pengambilan suara, dan kebijakan publik
yang dilakukan di tingkat lokal ketika seorang individu atau sekelompok kecil
masyarakat dapat terlibat dan memengaruhi secara langsung. Sementara Sarundajang
(1999) sudut politik desentralisasi sebagai permainan kekuasaan dimaksudkan untuk
mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnya dapat
menimbulkan tirani. Penyelenggara desentralisasi dianggap sebagai tindakan
pendemokrasian untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri
dalam mempergunakan hak-hak demokrasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif.
Unit analisis yang digunakan adalah individu Data yang digunakan adalah data primer
dari lapang dan data sekunder dari pustaka yang relevan dengan judul. Metode
pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi lapang, dan wawancara.
Lokasi penelitian pada tiga desa di Jawa Barat dengan tipologi berbeda yaitu Desa
Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya (Desa Tradisional); Desa
Cimekar Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung (Desa Transisional); Desa Cipacing
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang (Desa Modern)
14
Penelitian ini menemukan bahwa fenomena praktek Pilkades di tiga desa itu
sebagian telah memenuhi kriteria ideal dari demokrasi, namun sebagian kriteria lainnya
masih belum terpenuhi. Dua kriteria yang berlaku sepenuhnya di tiga desa itu adalah
kriteria partisipasi efektif dan kontrol terhadap agenda. Sedangkan tiga kriteria lain
yaitu kesetaraan pilihan, pemahaman yang memadai, dan inklusif masih belum
sepenuhnya tercapai. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa praktik demokrasi dalam
Pilkades di tiga desa dalam perspektif kriteria ideal sebuah demokrasi
Analisis Pustaka
Penelitian ini berusaha menggambarkan dinamika politik di tingkat desa melalui
analisis terhadap proses pemilihan kepala desa di tiga desa tradisional Jawa. Hal yang
ingin dibuktikan oleh penulis adalah terkait proses demokrasi yang ideal di desa dalam
bentuk pemilihan kepala desa. Konsep yang digunakan adalah teori demokrasi ideal
oleh Dahl (1989) yang memiliki 5 variabel, yaitu: 1) Partisipasi efektif, 2) kesetaraan
pilihan, 3) Pemahaman yang memadai, 4) kontrol terhadap agenda, dan 5) inklusif.
Lima variabel ini digunakan penulis untuk menganalisis pemilihan kepala desa di tiga
desa dalam hal pemenuhan indikator demokrasi secara ideal. Faktanya penulis tidak
membandingkan hasil dari analisis hasil dari ketiga desa tetapi hanya membuktikan
keadaan demokrasi dengan tipologi desa tradional dan modern.
Hasil penelitian dijeaskan secara cermat dan mendalam serta mengmbangkan
hasil dan pembahasan bukan hanya berdasarkan dari teori yang sudah ditetapkan.
Penulis mampu menggambarkan bahwa kegiatan politik di desa bisa dinamis dan
berkembang melebihi aspek-aspek teoritis. Sayangnya masih banyak ejaan kata yang
kurang sesuai di beberapa bab selain itu ada ketidakkonsistenan penggunaan teori dalam
analisis yang dilakukan. Pun hasil analisis tidak didukung dengan data sekunder yang
beragam.
15
7.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);hlm
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Partisipasi Pemuda Desa Dalam
Perkembangan Usaha Bumdes “Tirta
Mandiri” (Studi di Desa Ponggok, Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Tengah)
2018
Jurnal
Elektronik
Morni Kasila, Lala M Kolopaking
Jurnal SKPM
Vol. 2 No.1; hlm 232-261
https://doi.org/10.29244/jskpm.2.1.43-58
Jum’at, 14 Desember 2018
Ketimpangan sosial dan kemiskinan adalah fenomena yang terus mewarnai desa.
Permasalahan lemahnya akses baik secara kualitas dan kuantitas membuat desa menjadi
lokus kemiskinan utama di Indonesia. Hal ini menyebabkan pemerintah menerapkan
beberapa kebijakan baru untuk meningkatkan perekonomian lokal desa. BUMDes
merupakan salah satu program pemerintah yang dibuat untuk memberikan akses seluasluasnya kepada masyarakat desa dalam bidang pembangunan ekonomi. Upaya ini tentu
tidak lepas dari keterlibatan para pemuda. Pemuda diharapkan sebagai generasi penerus,
generasi yang terus menerus melangsungkan pembangunan nasional, pun dalam
BUMDes.
Uphoff et al (1979) memaparkan bahwa akan lebih baik jika setiap partisipan
terlibat dalam setiap tahap partisipasi. Tahap partisipasi yang dimaksud tersebut adalah ;
1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan, pada tahap ini partisipan ikut serta dan
aktif dalam rapat, menyumbangkan pemikiran dan memberikan tanggapan ataupun
penolakan terhadap keputusan suatu program. 2) Partisipasi dalam pelaksanaan suatu
program, tahap ini merupakan salah satu tahap yang paling penting demi keberlanjutan
sebuah program pembangunan. Partisipasi yang diberikan oleh partisipan dapat
berwujud tenaga, uang, barang maupun informasi. 3) Partisipasi dalam menikmati hasil,
tahap ini merupakan bentuk keberhasilan dari tahap perencanaan dan pelaksanaan.
Partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat dari tiga aspek yaitu manfaat material,
manfaat sosial dan manfaat pribadi. 4) Partisipasi dalam penilaian atau evaluasi, pada
tahap ini partisipan dapat memberikan masukan demi perbaikan sebuah program
pembangunan yang sudah berjalan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung data kualitatif.
Penelitian dilakukan di Desa Ponggok, Kecamatan Polaharjo, klaten. Pendekatan
kuantitatif dengan metode sampel jenuh (sensus). Sedangkan data kualitatif didapat
melalui wawancara dengan menggunakan indepth interview kepada beberapa informan.
16
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anggota BUMDes yang memiliki usia antara
16-30 tahun yang berjumlah 32 orang. Unit analisis dalam penelitian ini adalah
individu. Informan dalam penelitian ini terdiri orang-orang yang mengetahui
keterlibatan pemuda desa dalam BUMDes “Tirta Mandiri”
Hasil penelitian pertama, partisipasi pemuda dalam BUMDes paling tinggi pada
tahap pelaksanaan. Kedua, tingkat komunikasi adalah faktor yang memiliki hubungan
terhadap tingkat partisipasi pemuda, sebab komunikasi yang baik antara pihak didalam
BUMDes memudahkan pemuda untuk bekerja sama. Ketiga, tingginya partisipasi
pemuda memberikan kemajuan terhadap perkembangan BUMDes “Tirta Mandiri” dari
segi kelembagaan, kemampuan anggota dan perluasan pasar produk.
Analisis
Pemuda ditempatkan dalam ranah yang khusus dalam banyak studi akhir-ahir
ini. Penelitian ini juga melakukan hal yang sama dengan berusaha mengekspos peran
dan partisipasi dari pemuda dalam praktik pemabangunan desa. Pada jurnal ini hasil
olahan dan analisis data dipaparkan secara jelas dan ringkas dan disajikan menggunakan
tabel frekuensi absolut maupun persentase. Dengan menghubungkan variabel pengaruh:
partsisipasi pemuda (pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikamati hasil, dan
penilaian) dengan variabel terpengaruh: tingkat kekuatan kelembagaan, kekuatan
kapasitas pengelola dan kekuatan perluasan produk usaha, jurnal ini mampu menjawab
seluruh pertanyaan penelitian. Selain itu peran pemuda juga dianalisis secara mendalam
terkait karakteristik individu dan pola kepemimpinan yang dilakukan dalam proses
pembangunan. Hasil penelitian sudah secara jelas dan sistematis menjawab pertanyaan
penelitian.
17
8.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);hlm
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Analisis Respon Masyarakat terhadap
Pengelolaan Dana Desa untuk Pembangunan
Pedesaan (Desa Pesantren, Kecamatan
Ulujami, Kabupaten Pemalang)
2018
Jurnal
Elektronik
Tisha Alya Arifiani, Sofyan Sjaf
Jurnal SKPM
Vol. 2 No.3; hlm 232-261
https://doi.org/10.29244/jskpm.2.3.317-332
Jum’at, 14Desember 2018
Pembangunan desa berdasarkan UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa
diberi mandat untuk menyelenggarakan pembangunannya sendiri. Sehingga
pengelolaan aset desa dapat dikelola secara mandiri oleh masyarakat desa. Prinsip yang
dikembangkan dalam hal ini adalah pembangunan yang dikelola secara partisipatif,
sebuah konsep yang disebut dengan Desa Membangun. Salah satu implementasi dari
desa membangun adalah dengan penerapan demokrasi deliberatif penggunaan dana
desa. Peganggaran pembangunan desa dilakukan secara partisipatif dan mandiri oleh
masyarakat desa. Hal ini menimbulkan sikap yang beragam dari masyarakat baik
postitif ataupun negatif.
Indeks Gini merupakan ukuran ketimpangan agregat yang angkanya berkisar
antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna) (Mopangga
2011). Distribusi pendapatan akan akan semakin merata jika nilai koefisien Gini
mendekati nol dan sebaliknya jika nilai koefisien Gini mendekati satu maka distribusi
pendapatan akan semakin tidak merata atau timpang. Koefisien gini dapat dihitung
dengan menggunakan data mengenai pengeluaran rumah tangga masyarakat.
Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan
gambaran mengenai tingkat pendapatan masyarakat di suatu wilayah atau daerah
(Syamsuddin 2011).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung data kualitatif.
Metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan survei menggunakan kuesioner dan
data kualitatif merupakan data hasil dari wawancara mendalam, observasi lapang, dan
penelusuran dokumen serta didukung oleh catatan harian lapang. Lokasi yang dipilih
untuk penelitian ini adalah Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang.
Pemilihan lokasi penelitian tersebut dilakukan secara purposive. Unit analisis yang
digunakan adalah tingkat individu.
Hasil penelitian menunjukkan sikap masyarakat yang mengikuti musyawarah
desa cenderung positif dan tingkat partisipasinya tinggi, sedangkan masyarakat yang
18
tidak mengikuti musyawarah cenderung memiliki sikap yang negatif dan tingkat
partisipasi yang rendah. Respon masyarakat tersebut mempengaruhi tingkat transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan dana desa.
Analisis
Pada jurnal ini hasil olahan dan analisis data dipaparkan secara jelas dan ringkas
dan disajikan menggunakan tabel frekuensi absolut maupun persentase. Dengan
menghubungkan variabel pengaruh: Sikap masyarakat (karakteristik lingkungan sosial,
pengelolaan program, dan karakteristik personal) dan
partsisipasi masyarakat
(pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikamati hasil, dan evaluasi) dengan variabel
terpengaruh: transpasransi dan akuntabilitas penggelolaan BUMDes, jurnal ini mampu
menjawab seluruh pertanyaan penelitian. Selain itu pengelolaan dana desa juga
dianalisis secara mendalam dengan menggunaan indeks gini untuk membuktikan
pemerataan penerima manfaat dan BUMDes.
19
9.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);hlm
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tanggal diunduh
:
Partisipasi Politik Generasi Muda Dalam
Pembangunan di Desa Sawangan Kecamatan
Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara
2015
Jurnal
Elektronik
Arlyn A. Karamoy
Jurnal Politico
Vol. 1 No.7; hlm 1-12
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php
/politico/article/download/11944/11533
Jum’at, 14 Desember 2018
Peranan generasi muda dalam pembangunan memiliki tempat yang sangat
penting. Selain pemuda sebagai lapisan masyarakat paling besar tetapi yang paling
penting adalah tanpa potensi dan kreativitas generasi muda, maka pembangunan akan
dapat kehilangan arah. Dewasa ini Arah pembangunan terbentuk dari pemikiran para
pemuda, oleh karena itu menjadi penting untuk melihat sejauh mana peran generasi
muda dalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan desa. Pun Partisipasi
pemuda harus sejalan dengan mandate UUD 1945 dan UU no 6 Tahun 2014 tentang
Desa. Hal ini agar pembangunan desa memiliki arah yang jelas untuk menyongsong
bonus demografi tahun 2045.
partisipasi politik ialah keterlibatan individu sampai bermacam-macam tingkatan
di dalam sistem politik. Merriam Budiardjo (1982:1) memberikan pengertian tentang
partisipasi politik adalah kegiatan seseorang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan
politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung
mempengaruhi kebijakan pemerintah (Publik Policy), kegiatan ini mencakup seperti
memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota
suatu partai atau kelompok kepentingan mengadakan hubungan (contacting) dengan
pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung data kualitatif.
Metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan survei menggunakan kuesioner dan
data kualitatif merupakan data hasil dari wawancara mendalam, observasi lapang, dan
penelusuran dokumen serta didukung oleh catatan harian lapang. Penelitian dilakukan di
Desa Sawangan, Kecamatan Airmadi, Kabupaten Minahasa Utara. Analisi data
mengguanakn teknik Analisa Data yang bersifat Deskriptif analisis untuk mendapatkan
data yang Sistematis, Faktual, dan Akurat mengenai Fakta-Fakta dan Sifat-Sifat
Populasi atau Daerah tertentu.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Kesadaran Masyarakat untuk
berpartisipasi politik secara aktif bukan hanya datang dan tumbuh begitu saja, tetapi ada
20
berbagai macam faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah dengan
memberikan pendidikan politik serta sosialisai politik kepada masyarakat. Dalam
Pembinan dan Pengembangan Generasi Muda ada 4 jalur yakni melalui jalur keluarga,
jalur organisasi kepemudaan, jalur pemerintah dan jalur organisasi kepemudaan.
Analisis Pustaka
Penelitian tentang peran pemuda dalam ranah politik desa masih terbatas.
Penelitian ini merupakan salah satu dari minoritas penelitian yang mengangkat pemuda
sebagai subyek dalam politik pedesaan. Fokus utama penelitian ini adalah menganalisis
sejauh mana peran dna partispasi pemuda dalam menjalankan fungsi pemabangunan di
Desa Sawangan, Minahasa Utara. Variabel yang digunakan untuk menganalisis
partisipasi pemuda adalah kerangka variable dari lima teori partisipasi politik yang
diseintesis oleh peneliti. Varibel tersebut dibuat dalam empat tahapan: 1) Keterlibatan
dalam tahap pengambilan keputusan, 2) keterlibatan dalam implementasi, 3)
keterlibatan dalam menikmati hasil, dan 4) keterlibatan dalam menikmati hasil. Peran
politik pemuda dalam pembangunan juga dijelaskan secara singkat dengan analisis
pembinaan dan pengembangan generasi pemuda. Peran yang dianalisis adalah peran: 1)
jalur keluarga, 2) jalur organisasi kepemudaan, 3) jalur masyarakat, dan 4) jalur
pemerintahan. Tujuan penelitian belum sepenuhnya terjawab dalam pembahasan
karena poin pembahasan terlalu banyak variabel yang analisisnya kurang mendalam.
Dengan variabel yang digunakan akan lebih baik peneliti menggunakan pendekatan
kuantutatif.
21
10.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);hlm
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
:
:
:
:
:
:
:
Persepsi Dan Tindakan Politik Pemuda
Terhadap Gerakan Jogja Independent
(JOINT) dalam Pelaksanaan Pilwalkot Kota
Yogyakarta Tahun 2017 dan Implikasinya
Terhadap Ketahanan Politik Pemuda (Studi
Pada Relawan Jogja Independent (JOINT) di
Kota Yogyakarta)
2018
Jurnal
Elektronik
Desiana Rizka Fimmastuti, Agus Pramusinto,
Djoko Soerjo.
Jurnal Ketahanan Nasional
Vol. 24 No.1; hlm 117-134
https://doi.org/10.22146/jkn.32373
Jum’at, 14 Desember 2018
Meluasnya peluang partisipasi politik paska reformasi telah mendudukkan
masyarakat sebagai aktor yang dapat berkontribusi dalam sistem politik. Tidak
ketinggalan pemuda juga menjadi subyek utama dalam kegiatan politik baik lokal
maupun nasional. Gerakan politik independen yang digagas pemuda juga terus meluas
akibat banyaknya stigma negatif di tubuh parpol. Salah satu alternatif berpolitik pemuda
adalah gerakan Jogja Independent (JOINT) dalam pelaksanaan Pilwalkot Kota
Yogyakarta tahun 2017. Gerakan ini memberikan pemuda untuk berpartisipasi dalam
perencanaan, implementasi, hingga evaluasi proses pencalonan wali kota.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
menggunakan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
mendalam, observasi, serta pengumpulan berbagai dokumen yang relevan dengan topik
penelitian. Wawancara dilakukan kepada para relawan JOINT yang masuk berdasarkan
open recruitment, serta para peneliti yang memiliki perhatian pada isu ini. Sedangkan
observasi dilakukan terhadap aktivitas para relawan selepas berproses dalam gerakan.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis lebih lanjut, direduksi, kemudian
dituangkan dalam naskah publikasi ilmiah.
Hasil penelitian adalah 1) Gerakan independen dengan semangat inklusivitas
publik di Kota Yogyakarta mampu membuka peluang bagi pemuda untuk ikut
berpartisipasi, 2) Gerakan Joint memeberikan alternatif langkah untuk menghadirkan
pemimpin yang independen utnuk masyarakat, 3) Pemuda yang ikut dalam gerakan
masih berlum berpartisipasi secara substansif, 4) Realitas Joint dapat menambah
22
ketahanan politik daalam diri pemuda, terutama dalam hal kepekaan merespon dinamika
politik.
Analisis bacaan:
Penelitian ini berfokus pada persepsi politik dan tindakan politik pemuda yang
tergabung dalam gerakan Jogja Independen (Joint). Analisis utama terfokus pada
tindakan pemuda yang mempunyai motivasi internal ataupun eksternal dalam kegiatan
Joint. Dalam menganalisis tindakan politik peneliti sudah cukup mendalam dengan
ditambahkanya motivasi tindakan dan implikasinya terhadap ketahanan politik pemuda.
Sedangkan persepsi politik belum terlalu dibahas secara mendalam. Meskipun
menggunakan analisis deskriptif persepsi politik seharusnya menggunakan data
sekunder dan menggunakan acuan teori yang jelas. Peneliti hanya memaparkan secara
deskriptif menggunakan data hasil wawancara. Akan jauh lebih baik saat persepsi
diukur secara kuantitatif di dukung data kualiatatif hasil wawancara mendalam.
23
11.
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi);hlm
Alamat URL/doi
:
:
:
:
:
:
Tanggal diunduh
:
Hubungan Perencanaan dan Partisipasi
Masyarakat dengan Keberhasilan
Pembangunan di Desa Lompad Kecamatan
Ranoyapo
2015
Jurnal
Elektronik
Rilia Lita Rantung, Johnny Hanny Posumah,
dan Martha Ogotan
Jurnal Administrasi Publik
Vol. 03 No.031; hlm 1-13
https://ejournal.unsrat.ac.id/
index.php/JAP/article/download/8747/8307
Jum’at, 14 Desember 2018
Banyak penelitian sudah menunjukan bahwa partispiasi berpengaruh besar
terhadap keberhasilan pembangunan. Penelitan ini berupaya untuk melihat hubungan
antara perancanaan dan partispasi masyarakat dengan keberhasilan pembangunan desa
dengan khusunya dalam case desa di luar Pulau Jawa. Pulau Jawa dikenal dengan
percepatan pembangunan yang tinggi dalam hal pembangunan pedesaan. Namun, hal ini
menimbulkan pembangunan yang bersifat jawasentris dimana pembangunan
memunculkan ketimpangan yang nyata, Ketimpangan pembangunan wilayah
merupakan salah satu masalah yang dihadapi di Indonesia. Dengan beragamnya latar
belakang suku dan budaya membuat tingkat partisipasi masyarakat sangat beragam pula
terhadap program-program pembangunan. Secara kultur hal ini pula yang menyebabkan
ketimpangan ketercapaian program antara daerah satu dengan daerah yang lainya.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan pendekatan
survei menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan di desa Desa Lompad.
Kecamatan Ranoyapo, Kabupaten Minahasa Selatan. Desa Lompad adalah salah satu
desa yang mata pencaharian penduduknya sebagian besar dari petani dan diikuti bekerja
wiraswasta, pegawai negeri sipil dan pekerjaan lainnya. Variabel pengaruh dalam
penelitian ini adalah perencanaan pembangunan dan partisipasi dari masyarakat
sedangkan variabel terpengaruhnya adalah pembanguna desa.
Hasil penelitian menunjuka perencanaan di Desa Lompad,
Kecamatan
Ranoyapo cukup efektif dilaksanakan. Musyawarah yang dilakukan pada tahap
perencanaan program memiliki andil yang besar dalam menarik partisipasi masyarakat.
Pun, perencanaan memiliki hubungan signifikan dengan keberhasilan pembangunan.
24
Kedua, Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan desa cukup memperlihatkan hasil
yang signifikan dan terdapat hubungan yang nyata antara partisipasi masyarakat dengan
Keberhasilan Pembangunan Di Desa Lompad Kecamatan Ranoyapo. Secara umum
partisipasi masyarakat yang tinggi mempengaruhi tingkat pembangunan secara positif.
Analisis Pustaka
Penelitian ini fokus untuk melihat perencanaan dan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa. Penelitia menggunakan variabel yang sangat terukur secara
kuantitatif. Pada konsep perencanaan peneliti menggunakan teori Safrizal (2014)
tentagn strategi perencanaan pembangunan desa dengan variabel tingkat kejelasan
tujuan atau sasaran dari program yang direncanakan, Tingkat kesesuaian
rencana/program dengan aspirasi ataupun kebutuhan dan keinginan masyarakat desa,
Tingkat kesesuaian rencana/program yang dibuat dengan situasi dan kondisi desa,
Tingkat kesesuaian rencana/program yang dibuat dengan potensi sumber daya alam di
desa dan sumber daya manusia atau kompetensi (kemampuan) masyarakat desa, Tingkat
keterpaduan rencana/program pembangunan desa yang ditetapkan (bottom up planning)
dengan program-program yang datang dari pemerintah (top down planning), Tingkat
kejelasan rincian kegiatan, serta waktu, dana, dan pelaksana program yang ditetapkan.
Partisipasi diukur dengan teori Theresia (2014) keterlibatan, tenaga, pikiran, materi dan
finansial dalam proses pelaksanaan pembangunan desa.
Jumlah responden yang diteliti sudah merepresentasikan total populasi. Tetapi
peneliti belum jelas membatasi unit analisis responden yang akan diambil informasinya.
Pun karakteristik responden belum ditentukan dengan spesifik, sehingga individu yang
tidak aktif dalam kegiatan pembangunan desa bisa masuk menjadi responden. Selain itu
belum dijelaskan cara pemilihan sampel apakah dengan acak ataupun pemilihan secara
sengaja. Pada poin pembahsan hasil olahan dan analisis data dipaparkan secara jelas dan
ringkas dan disajikan menggunakan tabel frekuensi absolut maupun persentase. Hasil
analisis sudah menjawab pertanyaan penelitian. Namun, analisis data yang dilakukan
masih kurang dalam dan tidak didukung dengan data kualitatif, pustaka yang relavan
maupun sumber-sumber konsep lain yang semestinya bisa mendukung hasil penelitian.
Rekomendasi yang bisa direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebuah
peneliaitan kuantitatif sebaiknay didukung penuh oleh pendeketan kualitatif agar lebih
kaya informasi dna analisis data bisa lebih mendalam.
25
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Partisipasi Politik
Uphoff et al (1979) memaparkan bahwa akan lebih baik jika setiap partisipan terlibat
dalam setiap tahap partisipasi. Tahap partisipasi yang dimaksud tersebut adalah ;
1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan, pada tahap ini partisipan ikut serta dan
aktif dalam rapat, menyumbangkan pemikiran dan memberikan tanggapan ataupun
penolakan terhadap keputusan suatu program.
2) Partisipasi dalam pelaksanaan suatu program, tahap ini merupakan salah satu tahap
yang paling penting demi keberlanjutan sebuah program pembangunan. Partisipasi
yang diberikan oleh partisipan dapat berwujud tenaga, uang, barang maupun
informasi.
3) Partisipasi dalam menikmati hasil, tahap ini merupakan bentuk keberhasilan dari
tahap perencanaan dan pelaksanaan. Partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat
dari tiga aspek yaitu manfaat material, manfaat sosial dan manfaat pribadi.
4) Partisipasi dalam penilaian atau evaluasi, pada tahap ini partisipan dapat memberikan
masukan demi perbaikan sebuah program pembangunan yang sudah berjalan.
Menurut Myron Weiner seperti dikutip oleh Mas’oed, paling tidak terdapat lima
hal yang menyebabkan timbulnya gerakan kearah partisipasi lebih luas dalam proses
politik:
a) Modernisasi
Ketika penduduk kota baru (yaitu buruh dan pedagang, kaum profesional)
melakukan komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi yang meningkat,
penyebaran kepandaian baca tulis, perbaikan pendidikan, dan pengembangan media
massa, mereka
merasa dapat mempengaruhi nasib mereka sendiri, makin banyak menuntut untuk
ikut dalam kekuasaan politik.
b) Pengaruh-pengaruh struktur kelas sosial
Begitu terbentuk suatu kelas pekerja baru dan kelas menengah yang meluas dan
berubah selama proses industrialisasi dan modernisasi, masalah tentang siapa yang
berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusan politik menjadi penting dan
mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pola partisipasi politik.
c) Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern
Kaum
intelektual
(sarjana,
filosof,
pengarang,
waartawan)
sering
mengemukakanide-ide seperti egaliterisme dan nasionalisme kepada masyarakat
untuk membangkitkan tuntutan akan partisipasi massa yang luas dalam pembuatan
keputusan politik. Sistem sistem transportasi dan komunikasi modern memudahkan
dan mempercepat penyebaran ide-ide baru.
d) Konflik diantara kelompok-kelompok pemimpin politik
Kalau timbul kompetisi memperebutkan kekuasaan, strategi yang biasa digunakan
oleh kelompok-kelompok yang saling berhadapan adalah mencari dukungan rakyat.
Dalam hal ini mereka tentu menganggap sah dan memperjuangkan ide-ide
26
partisipasi massa dan akibatnya menimbulkan gerakangerakan yang menuntut agar
”hak-hak” ini dipenuhi. Jadi kelas-kelas menengah dalam perjuangannya melawan
kaum buruh dan membantu memperluas hak pilih rakyat.
e) Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan
kebudayaan
Perluasan kegiatan pemerintah dalam bidang-bidang kebijaksanaan baru biasanya
berarti bahwa konsekuensi tindakan-tindakan pemerintah menjadi semakin
menyusup pada kehidupan sehari-hari rakyat. Tanpa hak-hak sah atas partisipasi
politik, individu-individu betul-betul tidak berdaya menghadapi dan dengan mudah
dapat dipengaruhi oleh tindakantindakan pemerintah yang mungkin dapat
merugikan kepentingannya. Maka dari itu, meluasnya ruang lingkup aktivitas
pemerintah sering merangsang timbulnya tuntutan- tuntutan yang terorganisir untuk
ikut serta dalam pembuatan keputusan politik.
Michael Rush dan Philip Altof (dalam Kartini Kartono, 1983) mengemukakan
bahwa partisipasi politik ialah keterlibatan individu sampai bermacam-macam tingkatan
di dalam sistem politik. Merriam Budiardjo (1982) memberikan pengertian tentang
partisipasi politik adalah kegiatan seseorang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan
politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung
mempengaruhi kebijakan pemerintah (Publik Policy), kegiatan ini mencakup seperti
memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota
suatu partai atau kelompok kepentingan mengadakan hubungan (contacting) dengan
pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya. Istilah partisipasi politik
telah dipergunakan dalam berbagai arti.Apakah partisipasi politik itu hanya perilaku
atau mencakup pula sikap-sikap dan persepsi- persepsi yang merupakan syarat mutlak
bagi perilaku partisipasi (umpamanya informasi politik, persepsi seorang tentang
toleransi, bagi urusannya sendiri suatu keyakinan bahwa orang dapat mempengaruhi
keputusan-keputusan dan tindakan- tindakan pemerintah).
Pengambilan bagian dalam kegiatan bersama, sedangkan Mubyarto (dalam
Ndraha,1990) juga menyebutkan bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu
berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan
kepentingan diri sendiri. Wahyudi Kumorotomo (1999) mengatakan bahwa partisipasi
adalah berbagai corak tindakan massa maupun individual yang memperlihatkan adanya
hubungan timbal balikantara pemerintah dengan warganya.
Miriam Budiarjo (1994) Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau
kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yakni dengan
cara memilih pimpinan Negara dan, secara langsung atau tidak langsung,
mempengaruhi kebijakan pemerintah (publicpolicy.) Ramlan Surbakti (1992: 140-1410)
Partisipasi politik ialah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala
keputusan menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Dapat disimpulkan bahwa
partisipasi politik adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan peran serta
masyarakat baik langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk memengaruhi
kebijakan pemerintah yang menyangkut kepentingan masyarakat.
27
28
Generasi Muda
Generasi muda secara umum dapat dipandang sebagai suatu fase siklus
pembentukan kepribadian manusia, sebagaimana juga dalam fase-fase lainnya, maka
generasi muda ini mempunyai ciri sendiri yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan sekitamya. (Simanjuntak 1980). Sedangkan Menurut N. Daljonie (1976)
bahwa generasi muda sebagai suatu gejala universal yang dapat dibedakan atas gejalagejala biologis dengan keanekaragaman struktur dan dapat dirumuskan kedalam gejala
cultural, generasi muda diartikan sebagai putra..putri yang berumur 12 - 30 tahun sesuai
dengan penetapan "Inter regional seminar the training of profesional voluntary youth
leader".Apabila konteks kepemudaan itu dilihat dari segi pembinaan dan
pengembangan.
Mengkaji pemuda di pedesaan, menurut Rohmad (1998) minimal dapat dilihat
dari aktualitas mereka dalam pembangunan masyarakat, secara sosial terdapat tiga
strata, yaitu: 1) Pemuda tokoh, 2) pemuda anggota, dan 3) pemuda yang tidak ikut
dalam kelompok atau organisasi. Pemuda diartikan juga sebagai periode tertentu atau
usia 17-30 tahun, dengan ketentuan: 1) belum menikah, 2) terlibat dalam kegiatan
kemasyarakatan di desanya, 3) secara umum diakui keberadaanya dan eksistensinya
dalam program pembangunan masyarakat.
Peran Pemuda
Secara sosiologis, kedudukan pemuda berada pada posisi subordinat, atau di
bawah keududukan orang dewasa. Pemuda adalah orang yang berada pada periode
transisi yang diharapkan aktif mempersiapkan diri, membekali diri dengan berbagai
ilmu dan keterampilan. Rohmad (1998) pemuda memilki tiga peran utama, yaitu: 1)
Komunikator yang menduduki strata sebagai masyarakat kelas tengah yang
menghubungkan masyarakat kelas atas dengan masyarakat kelas bawah 2) Inovator
yang memberikan pemikiran-pemikiran baru sesuai dengan perkembangan zaman dan
3) Emansipator yang berpartisipasi aktif belajar menegakan keadilan dalam proses
pematangan diri.
Pembangunan Desa
Pembangunan merupakan hal yang tidak bisa dihilangkan dalam rangka
perbaikan suatu kondisi. Pembangunan desa bukan merupakan hal yang baru lagi di
Indonesia. Pembangunan tidak dapat didefinisikan hanya dalam arti peningkatan akses
terhadap suatu sumber daya ataupun peningkatan kesejahteraan. Pembangunan juga
menyangkut pada bagaimana manfaat itu dirasakan oleh masyarakat. Menurut
Kartasasmita (1994) pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih
baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan dapat juga diartikan
sebagai suatu rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah (Siagian 1994).
Menurut Orcomna (2006) suatu proses pembangunan dan pengembangan masyarakat,
utamanya pembangunan desa sesungguhnya dapat dimulai secara sederhana yaitu
29
menyesuaikan dengan kebutuhan, kemauan dan kemampuan masyarakat itu sendiri.
Masyarakat secara alamiah mempunyai kemampuan dan pengetahuan untuk
memecahkan masalahnya sendiri dengan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya
sehingga setiap upaya pembangunan harus mempertimbangkan potensi lokal dan
dinamika masyarakat.
Menurut Muhi (2011) pembangunan desa dapat diartikan sebagai segala bentuk
aktivitas manusia yaitu masyarakat dan pemerintah di desa dalam upayanya
membangun diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan di wilayah desa baik yang
bersifat fisik, ekonomi, sosial, budaya, politik, ketertiban, pertahanan dan keamanan,
agama dan pemerintahan yang dilakukan secara terencana dan membawa dampak
positif dalam kemajuan desa. Dengan demikian, pembangunan desa sesungguhnya
merupakan upaya-upaya dari masyarakat dan pemerintah yang dilakukan secara sadar
baik dengan menggunakan sumber daya yang bersumber dari desa, bantuan pemerintah
maupun bantuan organisasi-organisasi/lembaga domestik maupun internasional untuk
menciptakan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik bagi desa dan bagi
masyarakat itu sendiri. Pembangunan desa memiliki dua aspek penting yang menjadi
objek pembangunan yaitu:
1) Pembangunan desa dalam aspek fisik, merupakan pembangunan yang objek
utamanya dalam aspek fisik desa seperti sarana, prasarana dan manusia di pedesaan
berupa jalan desa, bangunan rumah, pemukiman, jembatan, bendungan, irigasi,
sarana ibadah, pendidikan berupa perangkat keras seperti sarana dan prasarana
pendidikan, dan perangkat lunak seperti segala bentuk pengaturan, kurikulum dan
metode pembelajaran, keolahragaan, dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek
fisik ini selanjutnya disebut Pembangunan Desa.
2) Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani, merupakan pembangunan yang
objek utamanya dalah aspek pengembangan dan peningkatan kemampuan dan
memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan, seperti pendidikan dan pelatihan,
pembinaan usaha ekonomi, kesehatan, spiritual, dan sebagainya yang utamanya
bertujuan untuk membantu masyarakat yang masih tergolong marjinal agar dapat
melepaskan diri dari berbagai belenggu keterbelakangan sosial, ekonomi, politik dan
sebagainya. Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insane ini selanjutnya disebut
sebagai Pemberdayaan Masyarakat Desa.
30
SIMPULAN
Analisis dan Sintesis
Era disrupsi membawa banyak perubahan fundamental dalam pembangunan
masyarakat pedesaan. Dalam ranah politik, perubahan tersebut memberikan keluasan
akses yang mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam kegiatan politik desa.
Pemuda sebagai ujung tombak yang akan menggantikan incumbent dalam menentukan
arah pembangunan bangsa. Beberapa faktor yang meningkatkan partisipasi politik
pemuda menurut Weiner dalam Masoed (2014) adalah: 1) modernisasi, 2) perubahan
struktur kelas, 3) perkembangan komunikasi masa modern, 4) konflik dalam politik,
dan 5) perubahan peran negara dalam pembangunan. Kelima hal ini menyebabkan
masyarakat semakin aktif berpartisipasi dalam berpolitik baik dalam proses
perencanaan, pengambilan keputusan, menikmati hasil, hingga evaluasi (uphoff et al.)
Pemuda memiliki peran penting dalam pembangunan era industri 4.0. Hampir
semua pembangunan bergeser mengikuti perkembangan teknologi informasi hasil
rekayasa dari generasi muda. Hal ini mensyaratkan pemuda harus menjalankan peranya
dalam pembangunan nasional khususnya dalam masyarakat pedesaan yang memiliki
akses dan penguasaan teknologi informasi lebih rendah dibandingkan masyarakat urban.
Peran yang dimiliki pemuda menurut Rohmad (1998) yaitu: 1) Pemuda tokoh, 2)
pemuda anggota, dan 3) pemuda yang tidak ikut dalam kelompok atau organisasi.
Pemuda diartikan juga sebagai periode tertentu atau usia 17-30 tahun, dengan
ketentuan: 1) belum menikah, 2) terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan di desanya, 3)
secara umum diakui keberadaanya dan eksistensinya dalam program pembangunan
masyarakat.
Pembangunan desa bukan hanya fokus pada insfratruktur tetapi harus menyasar
ranah non fisik seperti pembangunan sumberdaya manusia. Pemuda dalam
pembangunan pedesaan lebih terfokus pada pemngembangan kapasitasnya sebagai
agent of chage. Pembagnunan yang paling relevan dengan peran generasi muda adalah
mendorong desa untuk: 1) Peningkatan kesadaran kegiatan pembangunan, 2)
Peningkatan capaian program, dan 3) peningkatan kemandirian masyarakat. Tujuan
pembangunan desa inilah yang seharusnya dimaksimalkan oleh generasi muda,
mengingat pada tahun 2045 Indonesia akan mengalami bonus demografi. Fenomena
kependudukan ini harus bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan bangsa
Indonesia.
31
Usulan Kerangka Baru
Proses dialektik yang dihasilkan dari proses pembuatan studi pustaka
menghasilkan kerangka analisis baru untuk diusulkan. Kerangka baru ini mengkaji
terkait peran pemuda dalam konteks partisipasi politik serta hubunganya dengan
pembangunan khususnya pembangunan non fisik desa. Seperti yang telah dibahas
bahwa pemuda memiliki peran yang vital dalam pembangunan. Arah gerak
pembangunan sangat dipengaruhi oleh pemuda tidak terkecuali dalam hal pembangunan
pedesaan. Pemuda memiliki tiga peran utama dalam pembangunan pedesaan, yaitu: 1)
Sebagai komunikator antara pihak elit desa, aparatur desa dan masyarakat desa secara
umum, 2) Sebagai innovator yang mampu membawa hal-hal baru dalam pembangunan
desa untuk menyesuaikan desa dengan perkembangan zaman, dan 3) sebaai emansipator
untuk menyuarakan kesetaraan hak-dan kewajiban setiap orang dalam hal pembangunan
desa. Ketiga peran ini tidak akan lepas dalam proses berpolitik di desa. Era disrupsi
membuat banyak hal fundamental yang ada di desa bergeser dan berubah dengan cepat.
Hal ini juga membuat ruang partipisi politik pemuda semakin meluas. Perubahan akibat
moderniasi dan perkembangan media masa membuat berbagai perubahan sosial. Hal ini
direspon dengan perubahan pola kepemimpinan dan arah gerak peran pemerintah yang
mengharuskan pemuda untuk berpartisipasi dalam politik desa.
Partisipasi aktif pemuda dalam setiap program pembangunan adalah pilar
penting untuk menjalankan peran pemuda sebagaimana mestinya. Partisipasi ini
diwujudkan pemuda dalam memberikan hak dan kewajiban politik dari proses
perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi. Pembangunan desa tidak
boleh hanya berfokus pada insfrastruktur. Pemuda sebagai penerus dan pengemban
pembangunan dipersiapkan utamanya dalam pembangunan non-fisik seperti
pembanungan sumber daya manusia. Keberhasilan pembangunan desa dalam jangan
panjang dilihat dari peningkatan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam
setiap fase dan program pembangunan yang ada di desa. Setelah itu peningkatan
capaian dari program-program yang dijalankan juga menjadi faktor penting dalam
pembangunan pedesaan. Muara akhir dari semuanya adalah kemandirian masyarakat
untuk mambangun desanya sendiri. Kemandirian ini diwujudkan dengan terputusnya
ketergantungan desa dengan pihak-pihak lain dari luar komunitas.
Peran pemuda adalah hal vital dalam pembangunan. Suatu kaharusan
mempertimbangkan pemuda dalam pembangunan pedesaaan mengingat pada tahun
2045 Indonesia akan mengalami bonus demografi. Pembangunan yang responsife dan
sesuai dengan perkembangan zaman adalah hal ideal yang harus dikejar.
32
X2 . Faktor yang
Memperluas Partisipasi
Politik (Weiner 1985)
1. Moderniasasi
2. Perubahan struktur sosial
3. Media masa modern
4. Konflik pemimpin politik
5. Keterlibatan Pemerintah
X1. Peran Pemuda dalam
Pembangunan Desa (Subjek)
1. Komunikator
2. Inovator
3. Emansipator
Y. Pembangunan Pedesaan
1. Peningkatan kesadaran kegiatan pembangunan
2. Peningkatan capaian program
3. peningkatan kemandirian masyarakat
X3. Tingkat Partisipasi
Politik Pemuda (Uphoff et al.
1979)
1. Pengambilan keputusan
2. Pelaksanaan
3. Menikmati Hasil
4. Penilaian
: Mempengaruhi
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Studi pustaka yang telah disusun oleh penulis memunculkan ketertarikan penulis
untuk melakukan penelitian mengenai peran politik pemuda dalam pembangunan
pedesaan. Adapun perumusan masalah dan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana partisipasi politik pemuda dalam pembangunan pedesaan?
2. Bagaimana hubungan tahapan-tahapan partisipasi politik desa dengan tahapantahapan peran pemuda dalam pembangunan pedesaan?
33
DAFTAR PUSTAKA
Ainilah SR. 2016. Elite Politik Dalam Kontenstasi Di Desa Dengan Menggunakan Studi
Peran Blater Dalam Pilkades Di Desa Banjar, Galis, Bangkalan Madura. Jurnal
Politik Muda. [internet] [diunduh pada 2018 Desember4]. 5(3): 282-290 Tersedia
pada: https://doi.org/10.14203/jpp.v13i2.557
Apriyani KD. 2016. Respon Publik Terhadap Model Penganggaran Partisipatif dalam
Pembangunan Desa: Studi Tiga Provinsi Di Indonesia. Jurnal Penelitian Politik
LIPI. [internet] [diunduh pada 2018 Desember 4]. 13 (2): 172-186 Tersedia pada:
https://doi.org/10.14203/jpp.v13i2.576
Arifiani TA, Sjaf Sofyan. 2018. Analisis Respon Masyarakat terhadap Pengelolaan
Dana Desa untuk Pembangunan Pedesaan (Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami,
Kabupaten Pemalang). Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.
[internet] [diunduh pada 2018 Desember 4]. 2(3): 317.332 Tersedia pada:
https://doi.org/10.29244/jskpm.2.3.317-332
Fimmastuti DR, Soerjo D,Pramusinto A. 2018. Persepsi Dan Tindakan Politik Pemuda
Terhadap Gerakan Jogja Independent (JOINT) dalam Pelaksanaan Pilwalkot Kota
Yogyakarta Tahun 2017 dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Politik Pemuda
(Studi Pada Relawan Jogja Independent (JOINT) di Kota Yogyakarta). Jurnal
Ketahanan Nasional. [Internet]. [diunduh pada 2018 Desember 4]. 24(1): 117-132
Tersedia pada: https://doi.org/10.22146/jkn.32373
Karamoy AA. 2015. Partisipasi Politik Generasi Muda Dalam Pembangunan di Desa
Sawangan Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Politico.
[Internet]. [diunduh pada 2018 Desember 4]. 1(7): 1.12 Tersedia pada:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/politico/article/download/11944/11533
Kasila M, Kolopaking LM. 2018. Partisipasi Pemuda Desa Dalam Perkembangan Usaha
Bumdes “Tirta Mandiri” (Studi di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo,
Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat. [internet] [diunduh pada 2018 Desember 4]. 2(1):
43.58 Tersedia pada: https://doi.org/10.29244/jskpm.2.1.43-58
Maftuchin AS. 2016. Tuan Tanah dan Lurah : Relasi Politik Lokal Patron-Client di
Desa Sukorejo Kecamatan Godanglegi Kabupaten Malang dalam Kurun Waktu
2007-2013. Jurnal Umbara (Antropologi). [internet] [diunduh pada 2018
Desember 4]. 1(2): 138-149 Tersedia pada:
Rantung RL, Posumah JH, Ogotan M. 2015. Hubungan Perencanaan dan Partisipasi
Masyarakat dengan Keberhasilan Pembangunan di Desa Lompad Kecamatan
Ranoyapo. Jurnal Administrasi Publik. [Internet]. [diunduh pada 2018 Desember
4].
3(31):
1-13
Tersedia
pada:
https://ejournal.unsrat.ac.id/
index.php/JAP/article/download/8747/8307
Trinugraha YH. 2013. Politik Identitas Anak Muda Minoritas: Ekspresi Identitas Anak
Muda Tionghoa melalui Dua Organisasi Anak Muda Tionghoa di Surakarta Pasca
Orde Baru. Jurnal Studi Pemuda. [internet] [diunduh pada 2018 Desember 4].
34
2(2): 172-186
Tersedia pada: http://jurnalpemuda.fisipol.ugm.ac.id
/index.php/JM/article/download/35/54
Yuningsih NY. 2016. Demokrasi dalam Pemilihan Kepala Desa: Studi Kasus Desa
Dengan Tipologi Tradisional, Transisional, dan Modern di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2008-2013. Jurnal Politik. [internet] [diunduh pada 2018 Desember 4].
1(2):
232-261
Tersedia
pada:
http://www.jurnalpolitik.ui.ac.id
/index.php/jp/article/download/21/53
Zuada LH, Suaib E, Syifatu. 2016. Desentralisasi dan Oligarki Predator Di Wakatobi:
Peran Oligarki Dan Elit Penentu Dalam Pembangunan Perdesaan. Jurnal
Penelitian Politik LIPI. [internet] [diunduh pada 2018 Desember 4]. 13 (2): 167191 Tersedia pada: https://doi.org/10.14203/jpp.v13i2.557
35
RIWAYAT HIDUP
Novan lahir di Ponorogo, 19 November 1996. Penulis merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara yagn lahir dari pasangan Setu Prastowo dan Supartin. Penulis memulai
pendidikanya di SD Neger 3 Wonodadi pada tahun 2002-2008. Lalu, Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Ngrayun pada tahun 2008-2011. Penulis
melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Ponorogo pada tahun 2011-2014. Tahun, 2015,
penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor melalui Jalur Seleksi Bersama
Msuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Fakultas Ekologi Manusia, Departemen
Sians Komunikasi dan Pemngembangan Masyarakat. Penulis juga sebagai salah satu
penerima Beasiswa Bidikmisi.
Selama penulis menimba ilmu di institute Pertanian Bogor, selain aktif dalam kegiatan
perkualiahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi baik tingkat IPB maupun
Nasional. Berbagai kegiatan tersebut adalah, Korrdinator Bidikmisi FEMA angkatan 52,
Wakil ketua Indonesia Ecology Expo 2016, Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang
Pengabdian Masyarakat dan Penelitian Sosial Humaniora tahun 2016, 2017, dan 2018,
Peraih medali perak Pimnas 29, Juara di beberapa lomba esai dan debat nasional. Selain
itu Penulis juga aktif di BEM FEMA IPB sebagai Staff Departemen Sosial dan
Kesejahteraan Mahasiswa, Kepala Departemen Sosial dan Pengabdian Masyarakat
2018, Kepala bagian pengembangan program di Departemen Riset dan Pengembangna
Masyarakat Forum Bidikmisi Nasional 2017-2019, Kepala Divisi Kajian dan
Pengembangan Masyarakat Asrama Kepemimpianna dan Kader Pejuang Pertanian. Saat
ini penulis aktif sebagai sekertaris Komisaris Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
(GMNI) Dewan Pengurus Komisariat IPB serta Menteri Pertanian dan Desa BEM KM
IPB.
Download