Laporan Studi Pustaka (KPM 403) PERAN POLITIK PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN PEDESAAN NOVAN AJI IMRON I34150132 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASIDAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2018 ii i PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka berjudul Peran Politik Pemuda dalam Pembangunan Pedesaana dalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Studi Pustaka ini. Demikian pernyataan ini saya tulis dengan sesungguh-sungguhnya dan saya bersedia bertanggung jawab atas pernyataan ini. Bogor, 20 Desember 2018 Novan Aji Imron NIM. I34150132 ii ABSTRAK NOVAN AJI IMRON. Peran Politik Pemuda dalam Pembangunan Pedesaan. Dibimbing oleh SOFYAN SJAF. Era disrupsi membuat kesempatan berpolitik masyarakat desa semakin luas. Perluasan ini menyebabkan partisipasi politik masyarakat khusunya pemuda meningkat, sehingga peran dari pemuda dalam pembangunan pedesaan seharusnya bertambah. Pemuda dalam pembangunan pedesaan memiliki peran yang massif dalam pembangunan. Penelitian ini ingin membedah peran politik pemuda dalam kaitanya dengan pembangunan pedesaan. Peran ini akan dilihat dari aspek perluasan kesempatan berpolitik yang berhubungan dengan penignkatan partisipasi politik dan peran pemuda secara langsung daalm aspek-aspek pembangunan desa. Kata kunci: Peran politik, Pemuda, Pembangunan desa ABSTRACT NOVAN AJI IMRON. The Role of Young politic in Rural Development. Supervised by MAHMUDI SIWI. Since 2014, precisely when regional autonomy was launched, Indonesia began to be diverted towards the development of locality. In recent years Indonesia has been intensifying the distribution of development to each village which is realized through The Village Fund Program (DD). According to Law No. 6 of 2014 concerning Villages, The Village Fund Program is prioritized for the implementation of development and empowerment of village communities which will eventually lead to the welfare and prosperity of the village and its people. This study wants to dissect the role of development programs as input to development in each component which includes the development process (process), development outcomes (output), development benefits (outcomes), and development impacts (impact). The input here is focused on The Village Fund Program, while welfare is the impact or long-term benefits to be achieved through the program. Keywords:Village Funds, Welfare, Infrastructure Development iii PERAN PROGRAM DANA DESA DALAM PEMBANGUNAN PEDESAAN NOVAN AJI IMRON I34150132 Laporan Studi Pustaka Sebagai syarat kelulusan KPM 403 Pada Mayor Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASIDAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2018 iv Judul Studi Pustaka Nama NIM : Peran Politik Pemuda dalam Pembangunan Pedesaan : Novan Aji Imron : I34150132 Disetujui oleh Dr. Sofyan Sjaf, M.Si Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Arya Hadi Darmawan, MSc.Agr Ketua Departemen Tanggal Pengesahan : v PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga studi pustaka ini dapat diselesaikan. Studi ini mengulas mengenai peran dari Dana Desa terhadap pembangunan pedesaan yang ada di Indonesia. Studi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Selama proses studi ini berlangsung, penulis mendapatkan dukungan dan inspirasi dari banyak pihak. Mengutip karya Izzuddin (2012), “Setiap orang yang mengajariku satu huruf, satu ilmu, dia adalah guruku.” Maka, sudah sepatutnya penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua dan kedua saudara tersayang yang senantiasa memberikan kasih sayang dan doa. 2. Bapak Dr. Sofyan Sjaf, MSi yang telah membimbing dan memberikan masukan serta saran yang luar biasa dalam penyusunan Studi Pustaka. 3. Rekan-rekan SKPM 52 dan pejuang SKPM 52 3,5 tahun, serta rekan-rekan Kepengurusan BEM FEMA 2018 dan BEM KM 2018-2019 yang telah memberikan banyak pencerahan kepada penulis dalam menyelesaikan Studi Pustaka. 4. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi, dukungan, dan doa kepada penulis selama ini. Bogor, 20 Desember 2018 Novan Aji Imron vi vii DAFTAR ISI DAFTAR ISI................................................................................................................... vii DAFTAR TABEL.......................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 1 Metode Penulisan .......................................................................................................... 2 Kegunaan Penulisan ...................................................................................................... 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA................................................................... 3 Desentralisasi dan Oligarki Predator Di Wakatobi: Peran Oligarki Dan Elit Penentu Dalam Pembangunan Perdesaan ................................................................................... 3 Elite Politik Dalam Kontenstasi Di Desa Dengan Menggunakan Studi Peran Blater Dalam Pilkades Di Desa Banjar, Galis, Bangkalan Madura ......................................... 5 Politik Identitas Anak Muda Minoritas: Ekspresi Identitas Anak Muda Tionghoa melalui Dua Organisasi Anak Muda Tionghoa di Surakarta Pasca Orde Baru ............ 7 Respon Publik Terhadap Model Penganggaran ............................................................ 9 Partisipatif Dalam Pembangunan Desa: Studi Tiga Provinsi Di Indonesia .................. 9 Tuan Tanah dan Lurah : Relasi Politik Lokal Patron-Client di Desa Sukorejo Kecamatan Godanglegi Kabupaten Malang dalam Kurun Waktu 2007-2013............ 11 Demokrasi dalam Pemilihan Kepala Desa? Studi Kasus Desa Dengan Tipologi Tradisional, Transisional, dan Modern di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 ..... 13 Partisipasi Pemuda Desa Dalam Perkembangan Usaha Bumdes “Tirta Mandiri” (Studi di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah) ....................................................................................................................... 15 Analisis Respon Masyarakat terhadap Pengelolaan Dana Desa untuk Pembangunan Pedesaan (Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang) ................... 17 Partisipasi Politik Generasi Muda Dalam Pembangunan di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara..................................................... 19 Persepsi Dan Tindakan Politik Pemuda Terhadap Gerakan Jogja Independent (JOINT) dalam Pelaksanaan Pilwalkot Kota Yogyakarta Tahun 2017 dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Politik Pemuda (Studi Pada Relawan Jogja Independent (JOINT) di Kota Yogyakarta) ................................................................ 21 Hubungan Perencanaan dan Partisipasi Masyarakat dengan Keberhasilan Pembangunan di Desa Lompad Kecamatan Ranoyapo .............................................. 23 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 25 Partisipasi Politik ........................................................................................................ 25 viii Generasi Muda ............................................................................................................. 28 Peran Pemuda .............................................................................................................. 28 Pembangunan Desa...................................................................................................... 28 SIMPULAN .................................................................................................................... 30 Analisis dan Sintesis .................................................................................................... 30 Usulan Kerangka Baru................................................................................................. 31 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian .......................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 33 DAFTAR TABEL 1 Hasil evaluasi program pembangunan pada Pustaka 1 . Ошибка! Закладка не определена. 2 Hasil evaluasi program pembangunan pada Pustaka 2 . Ошибка! Закладка не определена. 3 Hasil evaluasi program pembangunan pada Pustaka 3 . Ошибка! Закладка не определена. DAFTAR GAMBAR 1 Usulan kerangka analisis baru ................ Ошибка! Закладка не определена. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan desa berdasarkan UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa diberi mandat untuk menyelenggarakan pembangunannya sendiri sehingga pengelolaan aset desa dapat dikelola secara mandiri oleh masyarakat desa. Prinsip yang dikembangkan dalam hal ini adalah pembangunan yang dikelola secara partisipatif, sebuah konsep yang disebut dengan Desa Membangun1. Desa menyertakan masyarakat lokal untuk merancang, mengelola, memantau, dan mengevaluasi pembangunan di desanya. Hal ini juga berlaku untuk kehidupan sosial politik di kawasan perdesaan. Masyarakat desa diharapkan bisa memberikan partisipasi politik yang tinggi dalam setiap pengambilan keputusan agar pembangunan bisa dijalankan dengan optimal. Setiap warga mempunyai hak dan kewajiban dalam kehidupan politik yang sudah diatur dalam undang-undang2. Dalam ranah desa, ruang politik seringkali terbatasi oleh hal-hal subkultural. Partisipasi dalam kehidupan politik biasanya hanya dimiliki oleh elit desa dan jajaranya. Padahal semua kegiatan pembangunan tidak pernah lepas dari peran politik masyarakat. Bahkan mekanisme dalam Desa Membangun mensyaratkan masyarakat harus aktif berperan serta dalam proses politik pengambilan kebijakan pembangunan desa3. Meluasnya peluang partisipasi politik di desa seharunya bisa diimbangi dengan kapasitas dan kapabilitas masyarakat Khususnya adalah pemuda. Generasi muda adalah aset desa yang nantinya akan menjadi inti proses pembangunan desa. Peran generasi muda dalam pembangunan sangat penting mengingat Indonesia akan mendapatkan bonus demografi di tahun 2045. Secara demografi dua puluh enam tahun mendatang penduduk Indonesia akan dipenuhi oleh penduduk usia muda produktif, hal ini juga akan terjadi di daerah pedesaan. Partisipasi pemuda mutlak diperlukan dalam tiap aspek, khususnya dalam ranah pengambilan keputusan politik. Pemuda memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi. Pun saat ini era sudah bergeser ke dalam era revolusi Industri 4.0 dimana pemuda memiliki peran vital dalam proses pembangunan. Pemuda harus diberikan kesempatan partisipasi yang seluas-luasnya untuk kemajuan bangsa. Dalam pembangunan desa jarang melibatkan pemuda desa dalam proses. Desa masih jarang meilbatkan pemuda dalam perencanaan sampai pelaksanaan. Menginngat hal itu penting untuk mengkaji bahwa pemuda harus andil dalam Tujuan Penulisan Peran dan partisipasi politik generasi muda merupakan modal penting dalam pembangunan desa. Pemuda memiliki orisinalitas pemikiran era baru yang dibutuhkan dalam pembangunan desa dan nasional. Oleh karena itu, tujuan penulisan studi pustaka ini adalah untuk mengidentifikasi partisipasi politik pemuda dalam proses pembangunan 1 Buku Panduan Pengembangan Desa. 2015. Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. dapat diakses di: https://ditjenppmd.kemendesa.go.id 2 Pasal 28 UUD 1945; Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. 3 ibid 2 desa. Pun hasil analisis dan sintesis dari studi ini akan dijadikan acuan untuk proposal penelitian skripsi selanjutnya. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka adalah analisis bahan pustaka yang relevan dengan topik. Bahan pustaka yang digunakan dalam penulisan ini adalah berbagai sumber hasil penelitian berupa buku, skripsi, tesis, jurnal, artikel ilmiah serta berbagai jenis pustaka lainnya yang berkaitan dengan partisipasi politik pemuda dalam pemabngunan desa. Selanjutnya, bahan pustaka yang sudah terkumpul dipelajari, diringkas, disintesis, dianalisis serta disusun menjadi laporan studi pustaka yang relevan terhadap partisipasi pemuda desa dalam proses pembangunan desa. Hasil akhir penulisan studi pustaka ini berupa pertanyaan-pertanyaan penelitian dan kerangka pemikiran baru berdasarkan teori dan konsep yang relevan. Kegunaan Penulisan Studi pustaka ini membantu penulis dalam memahami dan mendalami konsep dan teori terkait kajian dana desa dan pembangunan desa. Studi ini juga membantu penulis dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian baru dan merumuskan alur pemikiran analitis baru yang akan dikaji pada penelitian selanjutnya. RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi);hlm Alamat URL/doi Tanggal diunduh : : : : : : : Desentralisasi dan Oligarki Predator Di Wakatobi: Peran Oligarki Dan Elit Penentu Dalam Pembangunan Perdesaan 2016 Jurnal Elektronik La Husen Husen Zuada, Eka Suaib, Waode Syifatu Jurnal Penelitian Politik LIPI Vol. 2 No. 13; hlm 167-191 https://doi.org/10.14203/jpp.v13i2.557 Selasa, 4 Desember 2018 Kebijakan otonomi daerah membuat praktik oligarki semakin langgeng. Hal ini memicu munculnya ketimpangan ekonomi yang tinggi di daerah-daerah. Wakatobi merupakan salah satu daerah yang memiliki rasio ketimpangan ekonomi yang tinggi akibat praktik oligarki ekonomi. Peningkatan ekonomi yang tinggi (mendekati 10%) tidak disertai dengan pemerataan ekonomi dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap penurunan kemiskinan. Desentralisasi yang diharapkan dapat memwujudkan kesetaraan, kesejaheraan, keadilan, dan partisipasi justru di beberapa daerah meminggirkan masyarakat baik secara ekonomi maupun politik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemunculan oligarki predator di wakatobi dan menganalisis dampak yang ditimbulkan dari praktek oligarki terhadap pembangunan perdesaan di Wakatobi. Pendekatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. “Oligarki lokal” yang predator melakukan berbagai macam cara terutama politik uang dan premanisme politik dalam rangka mempertahankan dan mengamankan posisi mereka. Menurut Hutabarat (2015) cirri-ciri oligarki predator adalah: 1) Mengontrol masyarakat melalui politik uang dan kekerasan, 2) Latar belakang ekonomi kelompok tidak selalu kaya, 3) Proses pembentukan kelompok melalui warisan politik dan tidak terorganisir secara sosial, 4) aktor kelompok predatoris terdiri dari mantan elit orde baru, birokrat tua orde baru, pengusaha lokal, kelompok preman dan kelompok ormas mahasiswa/pemuda, 5) kekuasaan di tingkat lokal terpusat kepada klik politik antara pengusaha, birokrat dan politisi, 6) hubungan dengan pemerintah pusat bersekutu, 7) Afiliasi partai politik, dan 8) Reproduksi kekuasaan adalah bagian dari klik politik melalui mekanisme pemilihan umum. Hasil penelitian menunjukan kemunculan oligarki di Wakatobi ke dalam dua klasifikasi: 1) aktivis yang bertransformasi menjadi elit politik dan pengusaha dan 2) 4 Pengusaha yang bertransformasi menjadi elit politik. Kehadiran oligarki berdampak postif dan negatif dalam pembangunan kawasan perdesaan yaitu: Pertama, menggairakan perekonomian daerah. Kedua, peningkatan kunjungan wisata. Ketiga, membuka lapangan pekerjaan baru. Keempat, kemudahan akses transportasi. Kelima, mendorong gairah usaha baru. Keenam, memperlebar kesenjangan pendapatan masyarakat. Ketujuh, mahalnya harga tanah dan keterbatasan jumlah lahan. Kedelapan, kesulitan hidup nelayan. Kesembilan, konflik antara warga, pemerintah dan swasta. Kesepuluh, oligarki berusaha mempertahankan kekayaan dengan membangun dinasti. Analisis Pustaka Penelitian ini berfokus pada analisis peran jejaring elit politik dan penguasa terhadap pembangunan kawasan perdesaan di Wakatobi. Pada jurnal ini hasil olahan dan analisis data dipaparkan secara detail dalam bentuk narasi deskriptif. Data olahan kualitatif sanga t didukung dengan data kuantitatif dan teori yang relevan. Penulis menggambarkan profil relasi kekuasaan dan penguasaan sumberdaya dengan timeline sejarah kemunuculan para tokoh oligarki, dan klasifikasi oligarki. Kaitanya dengan pembangunan desa penulis menggunakan beberapa variable seperti: 1) peningkatan bidang ekonomi lokal, 2) peningkatan kunjungan wisata, 3) lapangan pekerjaan, 4) kemudahan akses transportasi, 5) peningkatan jenis usaha baru, 6) Kesenjangan pendapatan, 7) harga tanah, 8) kesulitan hidup nelayan, 9) kemunculan konflik ant Warga, pemerintah dan swasta dan 10) pembangunan dinasti kekuasaan oleh oligarki. Analisis mendalam mampu membuktikan bahwa oligarki memberikan lebih banyak dampak negatif dalam pembangunan pedesaan. Hasil penelitian sudah mampu menjawab rumusan masalah dengan baik. Kemunculan predator oligarki dipaparkan dari sudut pandang historis dan analisis jaringjaring kekuasaan. Pun penulis sudah mengklasifikasikan jenis-jenis oligarki yang ada di wakatobi. Dalam hubunganya dengan pembangunan desa sesuai dengan sepuluh poin paragraph sebelumnya, penulis mampu membuat kesimpulan konkret dalam hal dampak langsung terhadap masyarakat. Namun penelitian hanya membahas pembangunan desa dari sisi yuridis dan undang-undang, sehingga pendapat ahli dan teori belum dimasukan untuk menambah kekayaan pembahasan. 5 2. Judul : Elite Politik Dalam Kontenstasi Di Desa Dengan Menggunakan Studi Peran Blater Dalam Pilkades Di Desa Banjar, Galis, Bangkalan Madura 2016 Jurnal Elektronik Siti Rohmatul Ainillah Jurnal Politik Muda Vol. 5 No. 3; hlm 282-290 https://doi.org/10.14203/jpp.v13i2.557 Selasa, 4 Desember 2018 Tahun : Jenis Pustaka : Bentuk Pustaka : Nama Penulis : Nama Editor : Judul Buku : Kota dan Nama Penerbit : Nama Jurnal : Volume (Edisi);hlm : Alamat URL/doi : Tanggal diunduh : ‘ Pemilihan kepala desa dalam masyarakat Madura merupakan momen politik dan peristiwa kultural untuk memperebutkan kekuasaan kepemimpinan. Selain itu momen ini juga merupakan pengukuhan status sosial keluarga, sehingga tidak semua orang di Madura bisa mendaftakan diri sebagai kepala desa. Hanya kalangan yang mempunyai relasi politik, kekayaan materil, dan jaringan dengan Blater Madura. Blater merupakan elite desa yang mempnyai wewenang untuk memutus suatu permasalahan di desa, memberikan pengaruh kebijakan, dan mempunyai pengaruh kepada masyarakat unruk menentukan kepala desa. Keller (1995) menyebutkan bahwa elite adalah sekelompok orang dalam masyarakat yang menempati kedudukan-kedudukan tertinggi dan memiliki kekuasaan sosial di atas masyarakat yang lainya. Terdapat empat proses utama yang mendorong perkembagnan para elite: 1) Pertumbuhan penduduk, 2) Pertumbuhan spesialisasi jabatan, 3) Pertumbuhan organisasi formal atau birokrasi dan 4) perkembangan keagamaan moral. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang didukung oleh teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan dokumentasi yang selanjutnya dianalisis seraca deskriptif. Teknik pengambilan informan dilakukan secara purposiv sampling. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk struktur elite didesa Banjar, kemudian peran yang dilakukan elite blater dalam kontestasi pemilihan ilkades 2015, dan tujuan serta kepentingan elite blater dalam kontestasi Pilkades. Hasil penelitian menyatakan bahwa struktur elit politik di Madura digolongkan ke dalam empat lapisan elit, yaitu: 1) kyia atau tokoh agama, 2) Blater utama, 3) kepala desa, dan 4) elit blater jagoanisme. Saat pemilihan kepala desa blater berperan untuk memetakan suara, memperluas jaringan, dan pencarian dana dan keuangan. Pasca Pilkades blater bertanggungjawab moral atas desanya baik segi keamanan, penyelsaian masalah samapai 6 pembangunan desa. Analisis Pustaka Penelitian ini memiliki fokus untuk menganalisis bentuk struktur, peran dan tujuan elit politik blater dengan teori utama teori elite penentu Suzanne Keller. Bentuk struktur elit dirumuskan lebih berdasarkan peran dan fungsi blater dalam sistem sosial masyarakat. Penulis berusaha menghubungkan struktur ini dengan jaringan kekuasaan saat kontestasi politik untuk mendapatkan peranan masing-masing elit blater saat kontestasi pemilihan kepala desa. Kemudian ditarik garis lurus setelah masa pilihan kepala desa selesai untuk mendapatkan data analisis terhadap motif dan tujuan blater ikut dalam kontestasi politik. Hasil penelitian kurang mampu menjawab rumusan masalah, terutama bagian tujuan dan kepentingan elit politik blater dalam pilkades. Analisis penelitian terbatas kepada hasil wawancara dengan informan namun kurang kaya dengan data-data pendukung lainya. Pun teori yang digunakan terbatas pada teori elite penentu Suzanne Keller yang lebih menjelaskan proses kemunculan dan perkembangan elit politik. Perlu tambahan referensi untuk menjalaskan jarring-jaring kekuasaan dan peran elite dalam masyarakat khususnya pilkada. Metode yang digunakan kurang konsisten dan beragam serta masih banyak sekali tulisan yang tidak sesuai ejaan yang baik dan benar. Selain itu masih banyak kalimat tidak efektif yang digunakan oleh penulis. 7 3. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi);hlm Alamat URL/doi : : : : : : : : : : Tanggal diunduh : Politik Identitas Anak Muda Minoritas: Ekspresi Identitas Anak Muda Tionghoa melalui Dua Organisasi Anak Muda Tionghoa di Surakarta Pasca Orde Baru 2013 Jurnal Elektronik Yosafat Hermawan Trinugraha Jurnal Studi Pemuda Vol. 2 No. 2; hlm 172-186 http://jurnalpemuda.fisipol.ugm.ac.id/index. php/JM/article/download/35/54 Minggu, 10 Desember 2018 Peristawa kekerasan terhadap etnis Tionghoa merupakan sejarah panjang konflik rasial yang berujung politik identitas sosial. Kekerasan besar Mei 1998 adalah salah satu puncak kekerasan yang bernuansa politik rasial. Kejadian ini terjadi di beberapa kota besar salah satunya adalah kota Surakarta. Hal ini sangat berdampak pada identitas sosial yang dibentuk oleh pemuda Tionghoa di Surakarta hingga saat ini. Organisasi pemuda Tionghoa bermunculan pasca reformasi 1998, yang paling besar adalah Solo Youth Club dan Hoo Hap Youth Club (HHYC). Kedua organisasi pemuda ini berusaha memunculkan identitas lain yang selama ini dilabelkan oleh masyarakat dengan menggunakan politik identitas. Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer dari lapang dan data sekunder dari pustaka yang relevan dengan judul. Metode pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi lapang, dan wawancara. Unit analisisnya adalah individu pemuda yang tergabung dalam Solo Youth Club dan Hoo Hap Youth Club (HHYC). Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif oleh penulis untuk melihat dinamika proses pembentukan dan gerak identitas anak muda Keturunan TIonghoa Pasca Reformasi. Hasil penelitian mengungkap bahwa melalui organisasi sosial pemuda Tionghoa berstrategi menghadirkan identitas yang lain sebagai kelompok tionghoa yang inklusif dan berjiwa sosial. Selain itu organisasi kepemudaan berusaha menghadirkan eksistensi anak muda TIonghoa beserta lingkup permasalahanya yang kompleks. Upaya ini merupakan bentuk praktik politik identitas untuk menghadapi berbagai stereotype yang ditujukan untuk etnis Tionghoa. Analisis: 8 Secara khusus penulis berusaha menelusuri identitas seperti apa yang menjadi pilihan anak muda keturunan etnis Tionghoa di Surakarta, mencari alasan mereka memilih identitas tersebut, dan menganalisis cara pemuda ini mengekspresikan pilihan identitasnya dalam kehidupan sehari-hari, serta menganalisis proses pembentukan identitas tersebut yang berkaitan erat dengan konteks sosial dan budaya masyarakat secara makro, khususnya pasca-peristiwa Mei 1998. Meskipun deskripsi hasil sangat detail hasil penelitian belum menjawab permasalahan penelitian secara utuh. Khusunya proses pembentukan identitas yang hanya dianalisis secara sederhana dengan interpretasi penulis tanpa menyertakan teori yang relevan dengan topic pembahasan. Penulis menggunakan pemaparan hasil wawancara mendalam dan menggunakan peristiwa periodesasi paska reformasi hingga sekarang untuk menentukan acuan analisis. Teori yang digunakan terbatas kepada perubahan identitas masyarakat Tionghoa tetapi minim membahas terkait politik etnis. Hasilnya adalah penulis lebih fokus kepada perubahan pola perilaku pemuda untuk emndapatkan identitas baru dalam masyarakat namun sedikit menjelaskan proses dan dinamikan politik yang dijalankan oleh gerakna pemuda ini. 9 4. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi);hlm Alamat URL/doi Tanggal diunduh : : : : : : : : : : : : Respon Publik Terhadap Model Penganggaran Partisipatif Dalam Pembangunan Desa: Studi Tiga Provinsi Di Indonesia 2016 Jurnal Elektronik Kadek Dwita Apriyani, Irhamna Irhamna Jurnal Penelitian Politik LIPI Vol. 13 No. 2; hlm 172-186 https://doi.org/10.14203/jpp.v13i2.576 Minggu, 10 Desember 2018 Amanat UU No 6 Tahun 2016 membuat pemerintah harus memberikan 10 persen APBN untuk dana desa. Model yang diterapkan oleh dana desa adalah model penganggaran partisipatif dimana masyarakat diberikan hak untuk ikut serta dalam tahap perencanaan. Beberapa tahun berjalan program ini lebih banyak berkaitan dengan hal teknis seperti perbedaan data jumlah des, rekrutmen pendamping desa, dan syarat pencairan dana desa. Oleh sebab itu program ini dinilai kurang mendapat respon dari publik dalam arti luas sehingga berdampak pada partisipasi masyarakat dalam program yang dirancang dengan azas partisipasi dan pemberdayaan dari dana desa. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan dan memetakan respon publik Indonesia mengenai program Dana Desa di wilayah Indonesia Barat yang diwakili oleh provinsi Banten, wilayah Indonesia Tengah yang diwakili Gorontalo, dan Indonesia Timur oleh Papua Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan tipe deskriptif. Sampel yang diambil di masing-masing provinsi berjumlah 800, dengan MoEnya di kisaran 3%. Studi dari Sherry Arnstein (1969) menjadi salah satu studi klasik dari partisipasi masyarakat. Ia menjelaskan mengenai tipologi partisipasi yang kemudian dikenal dengan istilah “tangga partisipasi masyarakat” atau “The Ladder of Citizen Participation”. Konsep ini menjelaskan bagaimana sumber daya mengalami redistribusi yang kemudian memungkinkan kelompok yang selama ini tidak memiliki kekuasaan atas sumber daya (the have-not citizens) untuk dapat ikut menentukan bagaimana sebuah kebijakan dibentuk, diimplementasikan, dan diawasi Arnstein (1969) membagi partisipasi masyarakat dalam delapan tingkatan: Manipulation; Therapy, dua tingkatan pertama ini dikelompokan kembali dalam derajat non-partisipasi; Information; Consultation; Placation, tiga tingkatan ini disebut dengan degrees of tokenism; Partnership; Delegated Power; dan Citizen Control, tiga tingkatan terakhir merupakan derajat tertinggi yang disebut dengan citizen power. 10 Hasil penelitian Dana Desa di tiga provinsi ini menunjukkan derajat partisipasi yang masih rendah baik, yakni pada tingkatan non partisipasi, tokenisme, dan konsultasi. Selain itu hasil juga menunjukan bahwa lebih dari 50% responden tidak mengetahui tentang program Dana Desa, sehingga jumlah mereka yang berpartisipasi dalam program tersebut juga lebih rendah. Dari yang mengetahui perihal program Dana Desa tersebut, hanya sekitar 53% yang menilai bahwa pemanfaatan Dana Desa di lingkungan tempat tinggalnya tepat sasaran. Berikutnya adalah makin tinggi intensitas warga mengikuti rembug warga, maka makin besar kecenderungan responden untuk mengetahui perihal Dana Desa dan memberi penilaian positif terkait ketepatan pemanfaatan Dana Desa di lingkungan sekitarnya. Analisis Pustaka Penelitian ini berfokus kepada respon publik terhadap penganggaran partisipatif dana desa. Analisis yang digunakan adalah menggunkan variable delapan tangga partisipasi oleh Arnstein dan penilaian ketepatan pemanfaatan dana desa. Hasil penelitian menunjukan partisipasi pada derajat partisipasi yang masih rendah baik, yakni pada tingkatan non partisipasi, tokenisme, dan konsultasi dengan persepsi tingkat ketepatan penggunaan dana desa rata-rata 53 persen. Pertanyaan penelitian sudah terjawab pada hasil dan pembahasan dengan sistematis dan kaya dengan data pendukung yang memperjelas hasil dan analisis. 11 5. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi);hlm Alamat URL/doi Tanggal diunduh : : : : : : : : : : : Minggu, 10 Desember 2018 Tuan Tanah dan Lurah : Relasi Politik Lokal Patron-Client di Desa Sukorejo Kecamatan Godanglegi Kabupaten Malang dalam Kurun Waktu 2007-2013 2016 Jurnal Elektronik Annise Sri Maftuchin Jurnal Umbara (Antropologi) Vol. 1 No.2; hlm 138-149 Pada wilayah pedesaan jawa lurah merupakan posisi strategis untuk mendapatkan akses kelola sawah desa dan upah bulanan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Fenomena ini merupakan pola politik lokal yang terjadi hampir di semua masyarakat Jawa. Praktek-praktek politik lokal ini ditandai dengan pola money politik dan juga pola politik yang mempengaruhi relasi politik elit desa. Dalam pola politik Desa Sukorejo, relasi sosial politik lebih menekankan pada kaitan budaya pertanian untuk mendapatkan akses kelola sumberdaya alam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif. Unit analisis yang digunakan adalah individu Data yang digunakan adalah data primer dari lapang dan data sekunder dari pustaka yang relevan dengan judul. Metode pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi lapang, dan wawancara. Analis menggunakan teori patron clien Scott (1981) dan teori Galtung yang mengemukakan bahwa sebuah kekuasaan dapat diperoleh jika memang kekuasaan itu mutlak ada, kekuasan juga dapat di peroleh dengan sebuah kekayaan dan kekuasaan diperoleh karena adanya posisi struktural. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat relasi politik yang dekat dengan budaya subsisten kaum tani, dimana kuasa tuan tanah menjadi suatu kunci pemulusan hajat atau niat yang diinginkan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya ikatan resiprositas antara Lurah dengan pamongnya. Secara struktural Lurah memiliki kuasa lebih tinggi sehingga pengambilan keputusan bisa didasarkan secara objektif maupun subjektif. Analisis Pustaka Penelitian ini memiliki fokus untuk menganalisi model politik lokal hubunganya dengan relasi kekuasaan antara kepala desa dengan tuan tanah. Case penelitian adalah saat kontestasi pemilihan lurah yang kedua kalinya untuk tokoh yang menjadi informan kunci. Analisis utama penelitian ini menggunakan konsep patron klien Scott (1981) dan 12 menggunakan model Miles dan Huberman yaitu analisis data interaktif. Relasi kekuasaan lebih memperlihatkan kepentingan ekonomi dibandingakan hubungan lain yang menyangkut moralitas. Relasi ini diperlihatkan telah menjadi suatu kultur yang menstruktur dalam sebuah hubungan lintas kelas sosial. Hasil penelitian belum menjawab secara utuh pertanyaan penelitian. Relasi politik antar tokoh belum dijelaskan secara mendetail karena konsep analisis yang digunakan lebih spesifik kepada relasi sosial antar kelas. Selain itu banyak ejaan kata yang salah serta kalimat yang tidak efektif. Pada poin kesimpulan banyak menggunakan pendapat para ahli dengan kutipan tidak langsung serta memunculkan pembahasan baru yang tidak dibahas pada bab hasiil dan pembahasan. Padahal seharusnya poin kesimpulan adalah sintesa dari hasil dan pembahasan yang tidak memunculkan pembahasan baru. 13 6. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi);hlm Alamat URL/doi : : : : : : Tanggal diunduh : Demokrasi dalam Pemilihan Kepala Desa? Studi Kasus Desa Dengan Tipologi Tradisional, Transisional, dan Modern di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 2016 Jurnal Elektronik Neneng Yani Yuningsih, Valina Singka Subekti Jurnal Politik Vol. 1 No.2; hlm 232-261 http://www.jurnalpolitik.ui.ac.id /index.php/jp/article/download/21/53 Minggu, 10 Desember 2018 Kegiatan pemilihan kepala desa merupakan fenomena politik lokal yang menunjukkan bagaimana proses demokrasi terjadi di desa. Kegiatan ini bukan hanya sebatas perebutan kekuasaan tateapi juga menyangkut gengsi, harga diri dan kehormatan sehingga seringkali di berbagai daerah proses Pilkades ini menimbulkan konflik di masyarakat. Sehingga bagi masyarakat desa Pilkades lebih emosional dan rasional dibandingkan dengan pemilihan-pemilihan lainnya seperti Pilkada, Pileg bahkan Pilpres. Terry Christensen (1995) menyebutakn bahwa secara definisi, politik lokal menekankan pada pengambilan keputusan, pengambilan suara, dan kebijakan publik yang dilakukan di tingkat lokal ketika seorang individu atau sekelompok kecil masyarakat dapat terlibat dan memengaruhi secara langsung. Sementara Sarundajang (1999) sudut politik desentralisasi sebagai permainan kekuasaan dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnya dapat menimbulkan tirani. Penyelenggara desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif. Unit analisis yang digunakan adalah individu Data yang digunakan adalah data primer dari lapang dan data sekunder dari pustaka yang relevan dengan judul. Metode pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi lapang, dan wawancara. Lokasi penelitian pada tiga desa di Jawa Barat dengan tipologi berbeda yaitu Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya (Desa Tradisional); Desa Cimekar Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung (Desa Transisional); Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang (Desa Modern) 14 Penelitian ini menemukan bahwa fenomena praktek Pilkades di tiga desa itu sebagian telah memenuhi kriteria ideal dari demokrasi, namun sebagian kriteria lainnya masih belum terpenuhi. Dua kriteria yang berlaku sepenuhnya di tiga desa itu adalah kriteria partisipasi efektif dan kontrol terhadap agenda. Sedangkan tiga kriteria lain yaitu kesetaraan pilihan, pemahaman yang memadai, dan inklusif masih belum sepenuhnya tercapai. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa praktik demokrasi dalam Pilkades di tiga desa dalam perspektif kriteria ideal sebuah demokrasi Analisis Pustaka Penelitian ini berusaha menggambarkan dinamika politik di tingkat desa melalui analisis terhadap proses pemilihan kepala desa di tiga desa tradisional Jawa. Hal yang ingin dibuktikan oleh penulis adalah terkait proses demokrasi yang ideal di desa dalam bentuk pemilihan kepala desa. Konsep yang digunakan adalah teori demokrasi ideal oleh Dahl (1989) yang memiliki 5 variabel, yaitu: 1) Partisipasi efektif, 2) kesetaraan pilihan, 3) Pemahaman yang memadai, 4) kontrol terhadap agenda, dan 5) inklusif. Lima variabel ini digunakan penulis untuk menganalisis pemilihan kepala desa di tiga desa dalam hal pemenuhan indikator demokrasi secara ideal. Faktanya penulis tidak membandingkan hasil dari analisis hasil dari ketiga desa tetapi hanya membuktikan keadaan demokrasi dengan tipologi desa tradional dan modern. Hasil penelitian dijeaskan secara cermat dan mendalam serta mengmbangkan hasil dan pembahasan bukan hanya berdasarkan dari teori yang sudah ditetapkan. Penulis mampu menggambarkan bahwa kegiatan politik di desa bisa dinamis dan berkembang melebihi aspek-aspek teoritis. Sayangnya masih banyak ejaan kata yang kurang sesuai di beberapa bab selain itu ada ketidakkonsistenan penggunaan teori dalam analisis yang dilakukan. Pun hasil analisis tidak didukung dengan data sekunder yang beragam. 15 7. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi);hlm Alamat URL/doi Tanggal diunduh : : : : : : : : : : : Partisipasi Pemuda Desa Dalam Perkembangan Usaha Bumdes “Tirta Mandiri” (Studi di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah) 2018 Jurnal Elektronik Morni Kasila, Lala M Kolopaking Jurnal SKPM Vol. 2 No.1; hlm 232-261 https://doi.org/10.29244/jskpm.2.1.43-58 Jum’at, 14 Desember 2018 Ketimpangan sosial dan kemiskinan adalah fenomena yang terus mewarnai desa. Permasalahan lemahnya akses baik secara kualitas dan kuantitas membuat desa menjadi lokus kemiskinan utama di Indonesia. Hal ini menyebabkan pemerintah menerapkan beberapa kebijakan baru untuk meningkatkan perekonomian lokal desa. BUMDes merupakan salah satu program pemerintah yang dibuat untuk memberikan akses seluasluasnya kepada masyarakat desa dalam bidang pembangunan ekonomi. Upaya ini tentu tidak lepas dari keterlibatan para pemuda. Pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang terus menerus melangsungkan pembangunan nasional, pun dalam BUMDes. Uphoff et al (1979) memaparkan bahwa akan lebih baik jika setiap partisipan terlibat dalam setiap tahap partisipasi. Tahap partisipasi yang dimaksud tersebut adalah ; 1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan, pada tahap ini partisipan ikut serta dan aktif dalam rapat, menyumbangkan pemikiran dan memberikan tanggapan ataupun penolakan terhadap keputusan suatu program. 2) Partisipasi dalam pelaksanaan suatu program, tahap ini merupakan salah satu tahap yang paling penting demi keberlanjutan sebuah program pembangunan. Partisipasi yang diberikan oleh partisipan dapat berwujud tenaga, uang, barang maupun informasi. 3) Partisipasi dalam menikmati hasil, tahap ini merupakan bentuk keberhasilan dari tahap perencanaan dan pelaksanaan. Partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat dari tiga aspek yaitu manfaat material, manfaat sosial dan manfaat pribadi. 4) Partisipasi dalam penilaian atau evaluasi, pada tahap ini partisipan dapat memberikan masukan demi perbaikan sebuah program pembangunan yang sudah berjalan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung data kualitatif. Penelitian dilakukan di Desa Ponggok, Kecamatan Polaharjo, klaten. Pendekatan kuantitatif dengan metode sampel jenuh (sensus). Sedangkan data kualitatif didapat melalui wawancara dengan menggunakan indepth interview kepada beberapa informan. 16 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anggota BUMDes yang memiliki usia antara 16-30 tahun yang berjumlah 32 orang. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu. Informan dalam penelitian ini terdiri orang-orang yang mengetahui keterlibatan pemuda desa dalam BUMDes “Tirta Mandiri” Hasil penelitian pertama, partisipasi pemuda dalam BUMDes paling tinggi pada tahap pelaksanaan. Kedua, tingkat komunikasi adalah faktor yang memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi pemuda, sebab komunikasi yang baik antara pihak didalam BUMDes memudahkan pemuda untuk bekerja sama. Ketiga, tingginya partisipasi pemuda memberikan kemajuan terhadap perkembangan BUMDes “Tirta Mandiri” dari segi kelembagaan, kemampuan anggota dan perluasan pasar produk. Analisis Pemuda ditempatkan dalam ranah yang khusus dalam banyak studi akhir-ahir ini. Penelitian ini juga melakukan hal yang sama dengan berusaha mengekspos peran dan partisipasi dari pemuda dalam praktik pemabangunan desa. Pada jurnal ini hasil olahan dan analisis data dipaparkan secara jelas dan ringkas dan disajikan menggunakan tabel frekuensi absolut maupun persentase. Dengan menghubungkan variabel pengaruh: partsisipasi pemuda (pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikamati hasil, dan penilaian) dengan variabel terpengaruh: tingkat kekuatan kelembagaan, kekuatan kapasitas pengelola dan kekuatan perluasan produk usaha, jurnal ini mampu menjawab seluruh pertanyaan penelitian. Selain itu peran pemuda juga dianalisis secara mendalam terkait karakteristik individu dan pola kepemimpinan yang dilakukan dalam proses pembangunan. Hasil penelitian sudah secara jelas dan sistematis menjawab pertanyaan penelitian. 17 8. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi);hlm Alamat URL/doi Tanggal diunduh : : : : : : : : : : : Analisis Respon Masyarakat terhadap Pengelolaan Dana Desa untuk Pembangunan Pedesaan (Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang) 2018 Jurnal Elektronik Tisha Alya Arifiani, Sofyan Sjaf Jurnal SKPM Vol. 2 No.3; hlm 232-261 https://doi.org/10.29244/jskpm.2.3.317-332 Jum’at, 14Desember 2018 Pembangunan desa berdasarkan UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa diberi mandat untuk menyelenggarakan pembangunannya sendiri. Sehingga pengelolaan aset desa dapat dikelola secara mandiri oleh masyarakat desa. Prinsip yang dikembangkan dalam hal ini adalah pembangunan yang dikelola secara partisipatif, sebuah konsep yang disebut dengan Desa Membangun. Salah satu implementasi dari desa membangun adalah dengan penerapan demokrasi deliberatif penggunaan dana desa. Peganggaran pembangunan desa dilakukan secara partisipatif dan mandiri oleh masyarakat desa. Hal ini menimbulkan sikap yang beragam dari masyarakat baik postitif ataupun negatif. Indeks Gini merupakan ukuran ketimpangan agregat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna) (Mopangga 2011). Distribusi pendapatan akan akan semakin merata jika nilai koefisien Gini mendekati nol dan sebaliknya jika nilai koefisien Gini mendekati satu maka distribusi pendapatan akan semakin tidak merata atau timpang. Koefisien gini dapat dihitung dengan menggunakan data mengenai pengeluaran rumah tangga masyarakat. Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran mengenai tingkat pendapatan masyarakat di suatu wilayah atau daerah (Syamsuddin 2011). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung data kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan survei menggunakan kuesioner dan data kualitatif merupakan data hasil dari wawancara mendalam, observasi lapang, dan penelusuran dokumen serta didukung oleh catatan harian lapang. Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang. Pemilihan lokasi penelitian tersebut dilakukan secara purposive. Unit analisis yang digunakan adalah tingkat individu. Hasil penelitian menunjukkan sikap masyarakat yang mengikuti musyawarah desa cenderung positif dan tingkat partisipasinya tinggi, sedangkan masyarakat yang 18 tidak mengikuti musyawarah cenderung memiliki sikap yang negatif dan tingkat partisipasi yang rendah. Respon masyarakat tersebut mempengaruhi tingkat transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana desa. Analisis Pada jurnal ini hasil olahan dan analisis data dipaparkan secara jelas dan ringkas dan disajikan menggunakan tabel frekuensi absolut maupun persentase. Dengan menghubungkan variabel pengaruh: Sikap masyarakat (karakteristik lingkungan sosial, pengelolaan program, dan karakteristik personal) dan partsisipasi masyarakat (pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikamati hasil, dan evaluasi) dengan variabel terpengaruh: transpasransi dan akuntabilitas penggelolaan BUMDes, jurnal ini mampu menjawab seluruh pertanyaan penelitian. Selain itu pengelolaan dana desa juga dianalisis secara mendalam dengan menggunaan indeks gini untuk membuktikan pemerataan penerima manfaat dan BUMDes. 19 9. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi);hlm Alamat URL/doi : : : : : : : : : : Tanggal diunduh : Partisipasi Politik Generasi Muda Dalam Pembangunan di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara 2015 Jurnal Elektronik Arlyn A. Karamoy Jurnal Politico Vol. 1 No.7; hlm 1-12 https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php /politico/article/download/11944/11533 Jum’at, 14 Desember 2018 Peranan generasi muda dalam pembangunan memiliki tempat yang sangat penting. Selain pemuda sebagai lapisan masyarakat paling besar tetapi yang paling penting adalah tanpa potensi dan kreativitas generasi muda, maka pembangunan akan dapat kehilangan arah. Dewasa ini Arah pembangunan terbentuk dari pemikiran para pemuda, oleh karena itu menjadi penting untuk melihat sejauh mana peran generasi muda dalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan desa. Pun Partisipasi pemuda harus sejalan dengan mandate UUD 1945 dan UU no 6 Tahun 2014 tentang Desa. Hal ini agar pembangunan desa memiliki arah yang jelas untuk menyongsong bonus demografi tahun 2045. partisipasi politik ialah keterlibatan individu sampai bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. Merriam Budiardjo (1982:1) memberikan pengertian tentang partisipasi politik adalah kegiatan seseorang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (Publik Policy), kegiatan ini mencakup seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung data kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan survei menggunakan kuesioner dan data kualitatif merupakan data hasil dari wawancara mendalam, observasi lapang, dan penelusuran dokumen serta didukung oleh catatan harian lapang. Penelitian dilakukan di Desa Sawangan, Kecamatan Airmadi, Kabupaten Minahasa Utara. Analisi data mengguanakn teknik Analisa Data yang bersifat Deskriptif analisis untuk mendapatkan data yang Sistematis, Faktual, dan Akurat mengenai Fakta-Fakta dan Sifat-Sifat Populasi atau Daerah tertentu. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Kesadaran Masyarakat untuk berpartisipasi politik secara aktif bukan hanya datang dan tumbuh begitu saja, tetapi ada 20 berbagai macam faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah dengan memberikan pendidikan politik serta sosialisai politik kepada masyarakat. Dalam Pembinan dan Pengembangan Generasi Muda ada 4 jalur yakni melalui jalur keluarga, jalur organisasi kepemudaan, jalur pemerintah dan jalur organisasi kepemudaan. Analisis Pustaka Penelitian tentang peran pemuda dalam ranah politik desa masih terbatas. Penelitian ini merupakan salah satu dari minoritas penelitian yang mengangkat pemuda sebagai subyek dalam politik pedesaan. Fokus utama penelitian ini adalah menganalisis sejauh mana peran dna partispasi pemuda dalam menjalankan fungsi pemabangunan di Desa Sawangan, Minahasa Utara. Variabel yang digunakan untuk menganalisis partisipasi pemuda adalah kerangka variable dari lima teori partisipasi politik yang diseintesis oleh peneliti. Varibel tersebut dibuat dalam empat tahapan: 1) Keterlibatan dalam tahap pengambilan keputusan, 2) keterlibatan dalam implementasi, 3) keterlibatan dalam menikmati hasil, dan 4) keterlibatan dalam menikmati hasil. Peran politik pemuda dalam pembangunan juga dijelaskan secara singkat dengan analisis pembinaan dan pengembangan generasi pemuda. Peran yang dianalisis adalah peran: 1) jalur keluarga, 2) jalur organisasi kepemudaan, 3) jalur masyarakat, dan 4) jalur pemerintahan. Tujuan penelitian belum sepenuhnya terjawab dalam pembahasan karena poin pembahasan terlalu banyak variabel yang analisisnya kurang mendalam. Dengan variabel yang digunakan akan lebih baik peneliti menggunakan pendekatan kuantutatif. 21 10. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi);hlm Alamat URL/doi Tanggal diunduh : : : : : : : Persepsi Dan Tindakan Politik Pemuda Terhadap Gerakan Jogja Independent (JOINT) dalam Pelaksanaan Pilwalkot Kota Yogyakarta Tahun 2017 dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Politik Pemuda (Studi Pada Relawan Jogja Independent (JOINT) di Kota Yogyakarta) 2018 Jurnal Elektronik Desiana Rizka Fimmastuti, Agus Pramusinto, Djoko Soerjo. Jurnal Ketahanan Nasional Vol. 24 No.1; hlm 117-134 https://doi.org/10.22146/jkn.32373 Jum’at, 14 Desember 2018 Meluasnya peluang partisipasi politik paska reformasi telah mendudukkan masyarakat sebagai aktor yang dapat berkontribusi dalam sistem politik. Tidak ketinggalan pemuda juga menjadi subyek utama dalam kegiatan politik baik lokal maupun nasional. Gerakan politik independen yang digagas pemuda juga terus meluas akibat banyaknya stigma negatif di tubuh parpol. Salah satu alternatif berpolitik pemuda adalah gerakan Jogja Independent (JOINT) dalam pelaksanaan Pilwalkot Kota Yogyakarta tahun 2017. Gerakan ini memberikan pemuda untuk berpartisipasi dalam perencanaan, implementasi, hingga evaluasi proses pencalonan wali kota. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, serta pengumpulan berbagai dokumen yang relevan dengan topik penelitian. Wawancara dilakukan kepada para relawan JOINT yang masuk berdasarkan open recruitment, serta para peneliti yang memiliki perhatian pada isu ini. Sedangkan observasi dilakukan terhadap aktivitas para relawan selepas berproses dalam gerakan. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis lebih lanjut, direduksi, kemudian dituangkan dalam naskah publikasi ilmiah. Hasil penelitian adalah 1) Gerakan independen dengan semangat inklusivitas publik di Kota Yogyakarta mampu membuka peluang bagi pemuda untuk ikut berpartisipasi, 2) Gerakan Joint memeberikan alternatif langkah untuk menghadirkan pemimpin yang independen utnuk masyarakat, 3) Pemuda yang ikut dalam gerakan masih berlum berpartisipasi secara substansif, 4) Realitas Joint dapat menambah 22 ketahanan politik daalam diri pemuda, terutama dalam hal kepekaan merespon dinamika politik. Analisis bacaan: Penelitian ini berfokus pada persepsi politik dan tindakan politik pemuda yang tergabung dalam gerakan Jogja Independen (Joint). Analisis utama terfokus pada tindakan pemuda yang mempunyai motivasi internal ataupun eksternal dalam kegiatan Joint. Dalam menganalisis tindakan politik peneliti sudah cukup mendalam dengan ditambahkanya motivasi tindakan dan implikasinya terhadap ketahanan politik pemuda. Sedangkan persepsi politik belum terlalu dibahas secara mendalam. Meskipun menggunakan analisis deskriptif persepsi politik seharusnya menggunakan data sekunder dan menggunakan acuan teori yang jelas. Peneliti hanya memaparkan secara deskriptif menggunakan data hasil wawancara. Akan jauh lebih baik saat persepsi diukur secara kuantitatif di dukung data kualiatatif hasil wawancara mendalam. 23 11. Judul : Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis : : : : Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi);hlm Alamat URL/doi : : : : : : Tanggal diunduh : Hubungan Perencanaan dan Partisipasi Masyarakat dengan Keberhasilan Pembangunan di Desa Lompad Kecamatan Ranoyapo 2015 Jurnal Elektronik Rilia Lita Rantung, Johnny Hanny Posumah, dan Martha Ogotan Jurnal Administrasi Publik Vol. 03 No.031; hlm 1-13 https://ejournal.unsrat.ac.id/ index.php/JAP/article/download/8747/8307 Jum’at, 14 Desember 2018 Banyak penelitian sudah menunjukan bahwa partispiasi berpengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan. Penelitan ini berupaya untuk melihat hubungan antara perancanaan dan partispasi masyarakat dengan keberhasilan pembangunan desa dengan khusunya dalam case desa di luar Pulau Jawa. Pulau Jawa dikenal dengan percepatan pembangunan yang tinggi dalam hal pembangunan pedesaan. Namun, hal ini menimbulkan pembangunan yang bersifat jawasentris dimana pembangunan memunculkan ketimpangan yang nyata, Ketimpangan pembangunan wilayah merupakan salah satu masalah yang dihadapi di Indonesia. Dengan beragamnya latar belakang suku dan budaya membuat tingkat partisipasi masyarakat sangat beragam pula terhadap program-program pembangunan. Secara kultur hal ini pula yang menyebabkan ketimpangan ketercapaian program antara daerah satu dengan daerah yang lainya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan pendekatan survei menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan di desa Desa Lompad. Kecamatan Ranoyapo, Kabupaten Minahasa Selatan. Desa Lompad adalah salah satu desa yang mata pencaharian penduduknya sebagian besar dari petani dan diikuti bekerja wiraswasta, pegawai negeri sipil dan pekerjaan lainnya. Variabel pengaruh dalam penelitian ini adalah perencanaan pembangunan dan partisipasi dari masyarakat sedangkan variabel terpengaruhnya adalah pembanguna desa. Hasil penelitian menunjuka perencanaan di Desa Lompad, Kecamatan Ranoyapo cukup efektif dilaksanakan. Musyawarah yang dilakukan pada tahap perencanaan program memiliki andil yang besar dalam menarik partisipasi masyarakat. Pun, perencanaan memiliki hubungan signifikan dengan keberhasilan pembangunan. 24 Kedua, Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan desa cukup memperlihatkan hasil yang signifikan dan terdapat hubungan yang nyata antara partisipasi masyarakat dengan Keberhasilan Pembangunan Di Desa Lompad Kecamatan Ranoyapo. Secara umum partisipasi masyarakat yang tinggi mempengaruhi tingkat pembangunan secara positif. Analisis Pustaka Penelitian ini fokus untuk melihat perencanaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Penelitia menggunakan variabel yang sangat terukur secara kuantitatif. Pada konsep perencanaan peneliti menggunakan teori Safrizal (2014) tentagn strategi perencanaan pembangunan desa dengan variabel tingkat kejelasan tujuan atau sasaran dari program yang direncanakan, Tingkat kesesuaian rencana/program dengan aspirasi ataupun kebutuhan dan keinginan masyarakat desa, Tingkat kesesuaian rencana/program yang dibuat dengan situasi dan kondisi desa, Tingkat kesesuaian rencana/program yang dibuat dengan potensi sumber daya alam di desa dan sumber daya manusia atau kompetensi (kemampuan) masyarakat desa, Tingkat keterpaduan rencana/program pembangunan desa yang ditetapkan (bottom up planning) dengan program-program yang datang dari pemerintah (top down planning), Tingkat kejelasan rincian kegiatan, serta waktu, dana, dan pelaksana program yang ditetapkan. Partisipasi diukur dengan teori Theresia (2014) keterlibatan, tenaga, pikiran, materi dan finansial dalam proses pelaksanaan pembangunan desa. Jumlah responden yang diteliti sudah merepresentasikan total populasi. Tetapi peneliti belum jelas membatasi unit analisis responden yang akan diambil informasinya. Pun karakteristik responden belum ditentukan dengan spesifik, sehingga individu yang tidak aktif dalam kegiatan pembangunan desa bisa masuk menjadi responden. Selain itu belum dijelaskan cara pemilihan sampel apakah dengan acak ataupun pemilihan secara sengaja. Pada poin pembahsan hasil olahan dan analisis data dipaparkan secara jelas dan ringkas dan disajikan menggunakan tabel frekuensi absolut maupun persentase. Hasil analisis sudah menjawab pertanyaan penelitian. Namun, analisis data yang dilakukan masih kurang dalam dan tidak didukung dengan data kualitatif, pustaka yang relavan maupun sumber-sumber konsep lain yang semestinya bisa mendukung hasil penelitian. Rekomendasi yang bisa direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebuah peneliaitan kuantitatif sebaiknay didukung penuh oleh pendeketan kualitatif agar lebih kaya informasi dna analisis data bisa lebih mendalam. 25 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Partisipasi Politik Uphoff et al (1979) memaparkan bahwa akan lebih baik jika setiap partisipan terlibat dalam setiap tahap partisipasi. Tahap partisipasi yang dimaksud tersebut adalah ; 1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan, pada tahap ini partisipan ikut serta dan aktif dalam rapat, menyumbangkan pemikiran dan memberikan tanggapan ataupun penolakan terhadap keputusan suatu program. 2) Partisipasi dalam pelaksanaan suatu program, tahap ini merupakan salah satu tahap yang paling penting demi keberlanjutan sebuah program pembangunan. Partisipasi yang diberikan oleh partisipan dapat berwujud tenaga, uang, barang maupun informasi. 3) Partisipasi dalam menikmati hasil, tahap ini merupakan bentuk keberhasilan dari tahap perencanaan dan pelaksanaan. Partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat dari tiga aspek yaitu manfaat material, manfaat sosial dan manfaat pribadi. 4) Partisipasi dalam penilaian atau evaluasi, pada tahap ini partisipan dapat memberikan masukan demi perbaikan sebuah program pembangunan yang sudah berjalan. Menurut Myron Weiner seperti dikutip oleh Mas’oed, paling tidak terdapat lima hal yang menyebabkan timbulnya gerakan kearah partisipasi lebih luas dalam proses politik: a) Modernisasi Ketika penduduk kota baru (yaitu buruh dan pedagang, kaum profesional) melakukan komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi yang meningkat, penyebaran kepandaian baca tulis, perbaikan pendidikan, dan pengembangan media massa, mereka merasa dapat mempengaruhi nasib mereka sendiri, makin banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik. b) Pengaruh-pengaruh struktur kelas sosial Begitu terbentuk suatu kelas pekerja baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama proses industrialisasi dan modernisasi, masalah tentang siapa yang berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pola partisipasi politik. c) Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern Kaum intelektual (sarjana, filosof, pengarang, waartawan) sering mengemukakanide-ide seperti egaliterisme dan nasionalisme kepada masyarakat untuk membangkitkan tuntutan akan partisipasi massa yang luas dalam pembuatan keputusan politik. Sistem sistem transportasi dan komunikasi modern memudahkan dan mempercepat penyebaran ide-ide baru. d) Konflik diantara kelompok-kelompok pemimpin politik Kalau timbul kompetisi memperebutkan kekuasaan, strategi yang biasa digunakan oleh kelompok-kelompok yang saling berhadapan adalah mencari dukungan rakyat. Dalam hal ini mereka tentu menganggap sah dan memperjuangkan ide-ide 26 partisipasi massa dan akibatnya menimbulkan gerakangerakan yang menuntut agar ”hak-hak” ini dipenuhi. Jadi kelas-kelas menengah dalam perjuangannya melawan kaum buruh dan membantu memperluas hak pilih rakyat. e) Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan Perluasan kegiatan pemerintah dalam bidang-bidang kebijaksanaan baru biasanya berarti bahwa konsekuensi tindakan-tindakan pemerintah menjadi semakin menyusup pada kehidupan sehari-hari rakyat. Tanpa hak-hak sah atas partisipasi politik, individu-individu betul-betul tidak berdaya menghadapi dan dengan mudah dapat dipengaruhi oleh tindakantindakan pemerintah yang mungkin dapat merugikan kepentingannya. Maka dari itu, meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang timbulnya tuntutan- tuntutan yang terorganisir untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan politik. Michael Rush dan Philip Altof (dalam Kartini Kartono, 1983) mengemukakan bahwa partisipasi politik ialah keterlibatan individu sampai bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. Merriam Budiardjo (1982) memberikan pengertian tentang partisipasi politik adalah kegiatan seseorang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (Publik Policy), kegiatan ini mencakup seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya. Istilah partisipasi politik telah dipergunakan dalam berbagai arti.Apakah partisipasi politik itu hanya perilaku atau mencakup pula sikap-sikap dan persepsi- persepsi yang merupakan syarat mutlak bagi perilaku partisipasi (umpamanya informasi politik, persepsi seorang tentang toleransi, bagi urusannya sendiri suatu keyakinan bahwa orang dapat mempengaruhi keputusan-keputusan dan tindakan- tindakan pemerintah). Pengambilan bagian dalam kegiatan bersama, sedangkan Mubyarto (dalam Ndraha,1990) juga menyebutkan bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Wahyudi Kumorotomo (1999) mengatakan bahwa partisipasi adalah berbagai corak tindakan massa maupun individual yang memperlihatkan adanya hubungan timbal balikantara pemerintah dengan warganya. Miriam Budiarjo (1994) Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yakni dengan cara memilih pimpinan Negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (publicpolicy.) Ramlan Surbakti (1992: 140-1410) Partisipasi politik ialah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat baik langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk memengaruhi kebijakan pemerintah yang menyangkut kepentingan masyarakat. 27 28 Generasi Muda Generasi muda secara umum dapat dipandang sebagai suatu fase siklus pembentukan kepribadian manusia, sebagaimana juga dalam fase-fase lainnya, maka generasi muda ini mempunyai ciri sendiri yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitamya. (Simanjuntak 1980). Sedangkan Menurut N. Daljonie (1976) bahwa generasi muda sebagai suatu gejala universal yang dapat dibedakan atas gejalagejala biologis dengan keanekaragaman struktur dan dapat dirumuskan kedalam gejala cultural, generasi muda diartikan sebagai putra..putri yang berumur 12 - 30 tahun sesuai dengan penetapan "Inter regional seminar the training of profesional voluntary youth leader".Apabila konteks kepemudaan itu dilihat dari segi pembinaan dan pengembangan. Mengkaji pemuda di pedesaan, menurut Rohmad (1998) minimal dapat dilihat dari aktualitas mereka dalam pembangunan masyarakat, secara sosial terdapat tiga strata, yaitu: 1) Pemuda tokoh, 2) pemuda anggota, dan 3) pemuda yang tidak ikut dalam kelompok atau organisasi. Pemuda diartikan juga sebagai periode tertentu atau usia 17-30 tahun, dengan ketentuan: 1) belum menikah, 2) terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan di desanya, 3) secara umum diakui keberadaanya dan eksistensinya dalam program pembangunan masyarakat. Peran Pemuda Secara sosiologis, kedudukan pemuda berada pada posisi subordinat, atau di bawah keududukan orang dewasa. Pemuda adalah orang yang berada pada periode transisi yang diharapkan aktif mempersiapkan diri, membekali diri dengan berbagai ilmu dan keterampilan. Rohmad (1998) pemuda memilki tiga peran utama, yaitu: 1) Komunikator yang menduduki strata sebagai masyarakat kelas tengah yang menghubungkan masyarakat kelas atas dengan masyarakat kelas bawah 2) Inovator yang memberikan pemikiran-pemikiran baru sesuai dengan perkembangan zaman dan 3) Emansipator yang berpartisipasi aktif belajar menegakan keadilan dalam proses pematangan diri. Pembangunan Desa Pembangunan merupakan hal yang tidak bisa dihilangkan dalam rangka perbaikan suatu kondisi. Pembangunan desa bukan merupakan hal yang baru lagi di Indonesia. Pembangunan tidak dapat didefinisikan hanya dalam arti peningkatan akses terhadap suatu sumber daya ataupun peningkatan kesejahteraan. Pembangunan juga menyangkut pada bagaimana manfaat itu dirasakan oleh masyarakat. Menurut Kartasasmita (1994) pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan dapat juga diartikan sebagai suatu rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah (Siagian 1994). Menurut Orcomna (2006) suatu proses pembangunan dan pengembangan masyarakat, utamanya pembangunan desa sesungguhnya dapat dimulai secara sederhana yaitu 29 menyesuaikan dengan kebutuhan, kemauan dan kemampuan masyarakat itu sendiri. Masyarakat secara alamiah mempunyai kemampuan dan pengetahuan untuk memecahkan masalahnya sendiri dengan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya sehingga setiap upaya pembangunan harus mempertimbangkan potensi lokal dan dinamika masyarakat. Menurut Muhi (2011) pembangunan desa dapat diartikan sebagai segala bentuk aktivitas manusia yaitu masyarakat dan pemerintah di desa dalam upayanya membangun diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan di wilayah desa baik yang bersifat fisik, ekonomi, sosial, budaya, politik, ketertiban, pertahanan dan keamanan, agama dan pemerintahan yang dilakukan secara terencana dan membawa dampak positif dalam kemajuan desa. Dengan demikian, pembangunan desa sesungguhnya merupakan upaya-upaya dari masyarakat dan pemerintah yang dilakukan secara sadar baik dengan menggunakan sumber daya yang bersumber dari desa, bantuan pemerintah maupun bantuan organisasi-organisasi/lembaga domestik maupun internasional untuk menciptakan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik bagi desa dan bagi masyarakat itu sendiri. Pembangunan desa memiliki dua aspek penting yang menjadi objek pembangunan yaitu: 1) Pembangunan desa dalam aspek fisik, merupakan pembangunan yang objek utamanya dalam aspek fisik desa seperti sarana, prasarana dan manusia di pedesaan berupa jalan desa, bangunan rumah, pemukiman, jembatan, bendungan, irigasi, sarana ibadah, pendidikan berupa perangkat keras seperti sarana dan prasarana pendidikan, dan perangkat lunak seperti segala bentuk pengaturan, kurikulum dan metode pembelajaran, keolahragaan, dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek fisik ini selanjutnya disebut Pembangunan Desa. 2) Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani, merupakan pembangunan yang objek utamanya dalah aspek pengembangan dan peningkatan kemampuan dan memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan, seperti pendidikan dan pelatihan, pembinaan usaha ekonomi, kesehatan, spiritual, dan sebagainya yang utamanya bertujuan untuk membantu masyarakat yang masih tergolong marjinal agar dapat melepaskan diri dari berbagai belenggu keterbelakangan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insane ini selanjutnya disebut sebagai Pemberdayaan Masyarakat Desa. 30 SIMPULAN Analisis dan Sintesis Era disrupsi membawa banyak perubahan fundamental dalam pembangunan masyarakat pedesaan. Dalam ranah politik, perubahan tersebut memberikan keluasan akses yang mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam kegiatan politik desa. Pemuda sebagai ujung tombak yang akan menggantikan incumbent dalam menentukan arah pembangunan bangsa. Beberapa faktor yang meningkatkan partisipasi politik pemuda menurut Weiner dalam Masoed (2014) adalah: 1) modernisasi, 2) perubahan struktur kelas, 3) perkembangan komunikasi masa modern, 4) konflik dalam politik, dan 5) perubahan peran negara dalam pembangunan. Kelima hal ini menyebabkan masyarakat semakin aktif berpartisipasi dalam berpolitik baik dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan, menikmati hasil, hingga evaluasi (uphoff et al.) Pemuda memiliki peran penting dalam pembangunan era industri 4.0. Hampir semua pembangunan bergeser mengikuti perkembangan teknologi informasi hasil rekayasa dari generasi muda. Hal ini mensyaratkan pemuda harus menjalankan peranya dalam pembangunan nasional khususnya dalam masyarakat pedesaan yang memiliki akses dan penguasaan teknologi informasi lebih rendah dibandingkan masyarakat urban. Peran yang dimiliki pemuda menurut Rohmad (1998) yaitu: 1) Pemuda tokoh, 2) pemuda anggota, dan 3) pemuda yang tidak ikut dalam kelompok atau organisasi. Pemuda diartikan juga sebagai periode tertentu atau usia 17-30 tahun, dengan ketentuan: 1) belum menikah, 2) terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan di desanya, 3) secara umum diakui keberadaanya dan eksistensinya dalam program pembangunan masyarakat. Pembangunan desa bukan hanya fokus pada insfratruktur tetapi harus menyasar ranah non fisik seperti pembangunan sumberdaya manusia. Pemuda dalam pembangunan pedesaan lebih terfokus pada pemngembangan kapasitasnya sebagai agent of chage. Pembagnunan yang paling relevan dengan peran generasi muda adalah mendorong desa untuk: 1) Peningkatan kesadaran kegiatan pembangunan, 2) Peningkatan capaian program, dan 3) peningkatan kemandirian masyarakat. Tujuan pembangunan desa inilah yang seharusnya dimaksimalkan oleh generasi muda, mengingat pada tahun 2045 Indonesia akan mengalami bonus demografi. Fenomena kependudukan ini harus bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan bangsa Indonesia. 31 Usulan Kerangka Baru Proses dialektik yang dihasilkan dari proses pembuatan studi pustaka menghasilkan kerangka analisis baru untuk diusulkan. Kerangka baru ini mengkaji terkait peran pemuda dalam konteks partisipasi politik serta hubunganya dengan pembangunan khususnya pembangunan non fisik desa. Seperti yang telah dibahas bahwa pemuda memiliki peran yang vital dalam pembangunan. Arah gerak pembangunan sangat dipengaruhi oleh pemuda tidak terkecuali dalam hal pembangunan pedesaan. Pemuda memiliki tiga peran utama dalam pembangunan pedesaan, yaitu: 1) Sebagai komunikator antara pihak elit desa, aparatur desa dan masyarakat desa secara umum, 2) Sebagai innovator yang mampu membawa hal-hal baru dalam pembangunan desa untuk menyesuaikan desa dengan perkembangan zaman, dan 3) sebaai emansipator untuk menyuarakan kesetaraan hak-dan kewajiban setiap orang dalam hal pembangunan desa. Ketiga peran ini tidak akan lepas dalam proses berpolitik di desa. Era disrupsi membuat banyak hal fundamental yang ada di desa bergeser dan berubah dengan cepat. Hal ini juga membuat ruang partipisi politik pemuda semakin meluas. Perubahan akibat moderniasi dan perkembangan media masa membuat berbagai perubahan sosial. Hal ini direspon dengan perubahan pola kepemimpinan dan arah gerak peran pemerintah yang mengharuskan pemuda untuk berpartisipasi dalam politik desa. Partisipasi aktif pemuda dalam setiap program pembangunan adalah pilar penting untuk menjalankan peran pemuda sebagaimana mestinya. Partisipasi ini diwujudkan pemuda dalam memberikan hak dan kewajiban politik dari proses perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi. Pembangunan desa tidak boleh hanya berfokus pada insfrastruktur. Pemuda sebagai penerus dan pengemban pembangunan dipersiapkan utamanya dalam pembangunan non-fisik seperti pembanungan sumber daya manusia. Keberhasilan pembangunan desa dalam jangan panjang dilihat dari peningkatan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam setiap fase dan program pembangunan yang ada di desa. Setelah itu peningkatan capaian dari program-program yang dijalankan juga menjadi faktor penting dalam pembangunan pedesaan. Muara akhir dari semuanya adalah kemandirian masyarakat untuk mambangun desanya sendiri. Kemandirian ini diwujudkan dengan terputusnya ketergantungan desa dengan pihak-pihak lain dari luar komunitas. Peran pemuda adalah hal vital dalam pembangunan. Suatu kaharusan mempertimbangkan pemuda dalam pembangunan pedesaaan mengingat pada tahun 2045 Indonesia akan mengalami bonus demografi. Pembangunan yang responsife dan sesuai dengan perkembangan zaman adalah hal ideal yang harus dikejar. 32 X2 . Faktor yang Memperluas Partisipasi Politik (Weiner 1985) 1. Moderniasasi 2. Perubahan struktur sosial 3. Media masa modern 4. Konflik pemimpin politik 5. Keterlibatan Pemerintah X1. Peran Pemuda dalam Pembangunan Desa (Subjek) 1. Komunikator 2. Inovator 3. Emansipator Y. Pembangunan Pedesaan 1. Peningkatan kesadaran kegiatan pembangunan 2. Peningkatan capaian program 3. peningkatan kemandirian masyarakat X3. Tingkat Partisipasi Politik Pemuda (Uphoff et al. 1979) 1. Pengambilan keputusan 2. Pelaksanaan 3. Menikmati Hasil 4. Penilaian : Mempengaruhi Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Studi pustaka yang telah disusun oleh penulis memunculkan ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian mengenai peran politik pemuda dalam pembangunan pedesaan. Adapun perumusan masalah dan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana partisipasi politik pemuda dalam pembangunan pedesaan? 2. Bagaimana hubungan tahapan-tahapan partisipasi politik desa dengan tahapantahapan peran pemuda dalam pembangunan pedesaan? 33 DAFTAR PUSTAKA Ainilah SR. 2016. Elite Politik Dalam Kontenstasi Di Desa Dengan Menggunakan Studi Peran Blater Dalam Pilkades Di Desa Banjar, Galis, Bangkalan Madura. Jurnal Politik Muda. [internet] [diunduh pada 2018 Desember4]. 5(3): 282-290 Tersedia pada: https://doi.org/10.14203/jpp.v13i2.557 Apriyani KD. 2016. Respon Publik Terhadap Model Penganggaran Partisipatif dalam Pembangunan Desa: Studi Tiga Provinsi Di Indonesia. Jurnal Penelitian Politik LIPI. [internet] [diunduh pada 2018 Desember 4]. 13 (2): 172-186 Tersedia pada: https://doi.org/10.14203/jpp.v13i2.576 Arifiani TA, Sjaf Sofyan. 2018. Analisis Respon Masyarakat terhadap Pengelolaan Dana Desa untuk Pembangunan Pedesaan (Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang). Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. [internet] [diunduh pada 2018 Desember 4]. 2(3): 317.332 Tersedia pada: https://doi.org/10.29244/jskpm.2.3.317-332 Fimmastuti DR, Soerjo D,Pramusinto A. 2018. Persepsi Dan Tindakan Politik Pemuda Terhadap Gerakan Jogja Independent (JOINT) dalam Pelaksanaan Pilwalkot Kota Yogyakarta Tahun 2017 dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Politik Pemuda (Studi Pada Relawan Jogja Independent (JOINT) di Kota Yogyakarta). Jurnal Ketahanan Nasional. [Internet]. [diunduh pada 2018 Desember 4]. 24(1): 117-132 Tersedia pada: https://doi.org/10.22146/jkn.32373 Karamoy AA. 2015. Partisipasi Politik Generasi Muda Dalam Pembangunan di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Politico. [Internet]. [diunduh pada 2018 Desember 4]. 1(7): 1.12 Tersedia pada: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/politico/article/download/11944/11533 Kasila M, Kolopaking LM. 2018. Partisipasi Pemuda Desa Dalam Perkembangan Usaha Bumdes “Tirta Mandiri” (Studi di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. [internet] [diunduh pada 2018 Desember 4]. 2(1): 43.58 Tersedia pada: https://doi.org/10.29244/jskpm.2.1.43-58 Maftuchin AS. 2016. Tuan Tanah dan Lurah : Relasi Politik Lokal Patron-Client di Desa Sukorejo Kecamatan Godanglegi Kabupaten Malang dalam Kurun Waktu 2007-2013. Jurnal Umbara (Antropologi). [internet] [diunduh pada 2018 Desember 4]. 1(2): 138-149 Tersedia pada: Rantung RL, Posumah JH, Ogotan M. 2015. Hubungan Perencanaan dan Partisipasi Masyarakat dengan Keberhasilan Pembangunan di Desa Lompad Kecamatan Ranoyapo. Jurnal Administrasi Publik. [Internet]. [diunduh pada 2018 Desember 4]. 3(31): 1-13 Tersedia pada: https://ejournal.unsrat.ac.id/ index.php/JAP/article/download/8747/8307 Trinugraha YH. 2013. Politik Identitas Anak Muda Minoritas: Ekspresi Identitas Anak Muda Tionghoa melalui Dua Organisasi Anak Muda Tionghoa di Surakarta Pasca Orde Baru. Jurnal Studi Pemuda. [internet] [diunduh pada 2018 Desember 4]. 34 2(2): 172-186 Tersedia pada: http://jurnalpemuda.fisipol.ugm.ac.id /index.php/JM/article/download/35/54 Yuningsih NY. 2016. Demokrasi dalam Pemilihan Kepala Desa: Studi Kasus Desa Dengan Tipologi Tradisional, Transisional, dan Modern di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013. Jurnal Politik. [internet] [diunduh pada 2018 Desember 4]. 1(2): 232-261 Tersedia pada: http://www.jurnalpolitik.ui.ac.id /index.php/jp/article/download/21/53 Zuada LH, Suaib E, Syifatu. 2016. Desentralisasi dan Oligarki Predator Di Wakatobi: Peran Oligarki Dan Elit Penentu Dalam Pembangunan Perdesaan. Jurnal Penelitian Politik LIPI. [internet] [diunduh pada 2018 Desember 4]. 13 (2): 167191 Tersedia pada: https://doi.org/10.14203/jpp.v13i2.557 35 RIWAYAT HIDUP Novan lahir di Ponorogo, 19 November 1996. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yagn lahir dari pasangan Setu Prastowo dan Supartin. Penulis memulai pendidikanya di SD Neger 3 Wonodadi pada tahun 2002-2008. Lalu, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Ngrayun pada tahun 2008-2011. Penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Ponorogo pada tahun 2011-2014. Tahun, 2015, penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor melalui Jalur Seleksi Bersama Msuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sians Komunikasi dan Pemngembangan Masyarakat. Penulis juga sebagai salah satu penerima Beasiswa Bidikmisi. Selama penulis menimba ilmu di institute Pertanian Bogor, selain aktif dalam kegiatan perkualiahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi baik tingkat IPB maupun Nasional. Berbagai kegiatan tersebut adalah, Korrdinator Bidikmisi FEMA angkatan 52, Wakil ketua Indonesia Ecology Expo 2016, Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat dan Penelitian Sosial Humaniora tahun 2016, 2017, dan 2018, Peraih medali perak Pimnas 29, Juara di beberapa lomba esai dan debat nasional. Selain itu Penulis juga aktif di BEM FEMA IPB sebagai Staff Departemen Sosial dan Kesejahteraan Mahasiswa, Kepala Departemen Sosial dan Pengabdian Masyarakat 2018, Kepala bagian pengembangan program di Departemen Riset dan Pengembangna Masyarakat Forum Bidikmisi Nasional 2017-2019, Kepala Divisi Kajian dan Pengembangan Masyarakat Asrama Kepemimpianna dan Kader Pejuang Pertanian. Saat ini penulis aktif sebagai sekertaris Komisaris Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Dewan Pengurus Komisariat IPB serta Menteri Pertanian dan Desa BEM KM IPB.