HIDROSPHERE PAPER Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan lingkungan Dosen Pengampu : Bibit Nasrokhatun D,SKM.,MKes Disusun oleh : Nama : Siti Rosidah NIM : CMR0180058 KESEHATAN MASYARAKAT REGULER B TINGKAT 2 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN Jl. Lingkar Kadugede No.2 Kuningan Telp: (0232) 875847 Fax: 875123 www.stikku.ac.id 2018/2019 i MATERI A. Siklus hidrologi 1) Pengertian Siklus hidrologi Siklus hidrologi adalah salah satu dari 6 siklus biogeokimia yang berlangsung di bumi. Siklus hidrologi adalah suatu siklus atau sirkulasi air dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus menerus. Siklus hidrologi memegang peran penting bagi kelangsungan hidup organisme bumi. Melalui siklus ini, ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga, mengingat teraturnya suhu lingkungan, cuaca, hujan, dan keseimbangan ekosistem bumi dapat tercipta karena proses siklus hidrologi ini. 2) Proses Siklus Hidrologi Adapun pada praktiknya, dalam siklus hidrologi ini air melalui beberapa tahapan seperti dijelaskan gambar di atas. Tahapan proses terjadinya siklus hidrologi tersebut antara lain evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run off, dan infiltrasi. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing tahapan siklus tersebut. 1 a. Evaporasi atau penguapan seluruh air Evaporasi ialah tahap pertama dalam siklus hidrologi yang mana pada tahap ini air yang berada di sungai dan lainnya menguap. Sungai, danau dan laut serta tempat lainnya dianggap sebagai badan air lalu air yang menguap akan menjadi uap air. Air yang ada di seluruh badan air menguap karena panasnya sinar matahari dan penguapannya disebut evaporasi. Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul cair menjadi molekul gas, maka air berubah menjadi uap. Penguapan yang terjadi menimbulkan efek naiknya air yang telah berubah menjadi gas ke atas atau ke atmosfer. Sinar matahari ialah pendukung utama dalam tahap evaporasi sehingga semakin teri sinarnya, semakin besar molekul air yang terangkat. b. Transpirasi atau penguapan air di jaringan makhluk hidup Transpirasi juga merupakan proses penguapan, namun penguapan yang terjadi bukan pada air yang tertampung dalam badan air. Transpirasi adalah penguapan yang terjadi pada bagian tubuh makhluk hidup khususnya tumbuhan dan hewan dan prosesnya sama dengan tahap evaporasi. Molekul cair pada tubuh tumbuhan dan hewan akan berubah menjadi uap atau molekul gas. Setelah molekul cair menguap, selanjutnya akan naik ke atas atau ke atmosfer sama seperti proses yang ada saat tahap evaporasi. Transpirasi khususnya terjadi pada jaringan yang ada di tumbuhan dan hewan, namun dari tahap ini air yang dihasilkan tidak banyak. Pada proses transpirasi, molekul cair yang menguap tak sebanyak saat proses evaporasi. c. Evapotranspirasi 2 Evotranspirasi adalah proses gabungan dari tahap evaporasi dan tahap transpirasi sehingga pada tahap ini air yang menguap banyak. Evotranspirasi ialah suatu tahap penguapan yang mana molekul cair yang menguap ialah seluruh air dan jaringan makhluk hidup. Tahap ini ialah tahap yang paling memengaruhi siklus hidrologi atau jumlah air yang terangkut. d. Sublimasi Selain ketiga proses yang telah dijelaskan di atas, ada pula proses penguapan yang lain yaitu sublimasi. Sublimasi memiliki makna yang sama ialah perubahan molekul cair menjadi molekul gas ke arah atas yaitu arah atmosfer. Namun, penguapan yang terjadi ialah perubahan es yang ada di kutub dan di gunung yang tidak melewati proses cair. Hasil air yang terangkat pada saat tahap sublimasi memang tak sebanyak hasil dari tahap evaporasi dan yang lainnya. Namun, tahap sublimasi tetap berpengaruh terhadap berjalannya siklus hidrologi sehingga tak dapat dilewatkan atau bahkan dihilangkan. Hal yang membedakan tahap sublimasi dari tahap evaporasi, tahap ini memerlukan waktu yang lebih lama atau lambat. e. Kondensasi Setelah melalui empat tahap di atas, selanjutnya yaitu tahap kondensasi yang mana air yang telah menguap berubah menjadi partikel es. Partikel es yang dihasilkan sangat kecil dan terjadi karena suhu dingin pada ketinggian yang ada di atmosfer bagian atas. Lalu partikel es tersebut akan berubah menjadi awan dan semakin banyak partikel es, awan semakin berwarna hitam. 3 f. Adveksi Adveksi adalah tahap yang hanya berada di siklus hidrologi panjang atau dengan kata lain tidak terjadi di siklus hidrologi pendek. Pada tahap ini yang terjadi ialah perpindahan awan dari satu titik ke titik lainnya atau dikatakan awan di langit menyebar. Perpindahan awan ini terjadi karena adanya angin dan akan berpindah dari lautan ke daratan begitu pula sebaliknya. g. Presipitasi Proses yang ketujuh ialah presipitasi yaitu tahap mencairnya awan karena tidak mampu lagi menahan suhu yang semakin meningkat. Pada tahap inilah akan terjadi salah satu gejala alam yang dinamakan hujan dengan ciri jatuhnya butiran air ke permukaan bumi. Bila suhu yang ada di sekitar kurang dari 0 derajat celcius, kemungkinan akan terjadi hujan salju atau bahkan es. h. Run off Tahap run off juga mempunyai nama lain limpasan yang mana pada tahap ini air hujan yang telah turun akan bergerak. Pergerakan yang terjadi yaitu dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan bumi yang lebih rendah melalui berbagai saluran. Saluran yag dimaksud sebagai contoh saluran got, sungai dan danau atau laut bahkan samudera i. Infiltrasi Infiltrasi menjadi tahap terakhir dalam siklus hidrologi yang terjadi, tahap ini merupakan tahap dimana air hujan menjadi air tanah. Air hujan yang turun ke bumi tak seluruhnya akan mengalir seperti pada tahap limpasan, namun akan mengalir pula ke tanah. Merembesnya air hujan ke pori tanah inilah yang disebut dengan infiltrasi lalu seluruhnya. 4 3) Macam-macam siklus hidrologi 1. Siklus Pendek : Air laut menguap kemudian melalui proses kondensasi berubah menjadi butir-butir air yang halus atau awan dan selanjutnya hujan langsung jatuh ke laut dan akan kembali berulang. 2. Siklus Sedang : Air laut menguap lalu dibawa oleh angin menuju daratan dan melalui proses kondensasi berubah menjadi awan lalu jatuh sebagai hujan di daratan dan selanjutnya meresap ke dalam tanah lalu kembali ke laut melalui sungai-sungai atau saluran-saluran air. 3. Siklus Panjang : Air laut menguap, setelah menjadi awan melalui proses kondensasi, lalu terbawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi di daratan dan terjadilah hujan salju atau es di pegunungan-pegunungan yang tinggi. Bongkahbongkah es mengendap di puncak gunung dan karena gaya beratnya meluncur ke tempat yang lebih rendah, mencair terbentuk gletser lalu mengalir melalui sungaisungai kembali kelaut. 5 B. Mekanisme terjadinya pencemaran air pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan air tanah adalah, sumber air yang terletak di bawah tanah pada kedalaman tertentu. Karena terdapat gua dan sungai bawah tanah, sehingga air tanah sangat bersih dan terjaga kemurniannya. Atau air tanah adalah air yang tersimpan / terperangkap di dalam lapisan batuan pada kedalaman tertentu yang mengalami pengisian / penambahan secara terus menerus oleh alam sehingga tak tersentuh oleh zat kimia apapun. Namun pada air tanah, campur tangan dari manusia mempunyai peranan besar untuk menyebabkan terjadinya pencemaran. Misalnya, pembuangan limbah yang sembarangan, baik itu limbah industri seperti zat kimia sisa produksi dan limbah rumah tangga seperti detergen atau zat kimia pertanian seperti pestisida, insektisida dan kotoran lainnya. Ataupun sampah yang dibuang ke sungai atau di biarkan menggunung dapat mempengaruhi produktifitas dari air tanah. Mekanisme dari pencemaran air tanah adalah, limbah yang mengendap atau dibuang ke sungai dan akhirnya meresap ke dalam tanah sehingga ikut tercampur ke dalam sungai bawah tanah kemudian terjadi pencemaran terhadap air tersebut. Akhirnya air yang telah tercemar terkonsumsi oleh masyarakat yang mengambil air 6 dari sumber air yang tercemar tersebut melalui sumur atau pompa air. Tentu saja ini sangat membahayakan bagi masyarakat yang mengkonsumsi air yang telah tercemar tersebut, karena dampak dari pencemaran air adalah air tidak dapat dimanfaatkan sesuai peruntukkannya, dan jika dimanfaatkan maka diperlukan pengolahan khusus yang menyebabkan peningkatan biaya pengoperasian & pemeliharaan sungai, air menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Agar dapat membedakan air yang tercemar maka kita harus mengetahui cirri-ciri dari air yang telah tercemar. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi : 1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa 2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut. 3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen. C. Penyakit water borne disease 1. Pengertian Water Borne Disease Water borne disease penyakit yang ditransmisikan bila organisme penyebab penyakitnya (patogen) yang berada di dalam air terminum oleh orang atau hewan sehingga menimbulkan infeksi. Water borne disease ini dalam kenyataannya dapat disebarkan tidak hanya lewat air, tetapi juga melewati setiap sarana yang memungkinkan bahan tinja untuk memasuki mulut (jalur fekal-oral), misalnya lewat makanan yang terkontaminasi. 7 2. Penyakit yang Tergolong Water Borne Disease Macam-macam Water Borne Disease menurut Agen Penyebab Agen Virus Bakteri Protozoa Penyakit Hepatitis virus, poliomielitis Kolera, disentri, tifus, diare Amubiasis, giardiasis Helmintik Askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hidatid Leptospira Penyakit Weil 1. Tifus Penyakit tifus merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini disebabkan oleh kurang memelihara kebersihan lingkungan dan mengkonsumsi makanan yang tidak higienis. Penyakit tifus menular melalui air dan makanan yang tercemar oleh air seni dan tinja penderita penyakit ini. Penyakit tifus dapat juga ditularkan oleh kotoran yang dibawa oleh lalat dan kecoa, yang menempel di tempat - tempat yang dihinggapinya. Penularan kuman terjadi melalui mulut, masuk ke dalam lambung, menuju kelenjar limfoid usus kecil, kemudian masuk ke dalam peredaran darah. Pada umumnya, mereka yang terinfeksi penyakit ini akan mengalami keluhan dan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau sembelit (sulit buang air besar). Suhu tubuh meningkat terutama pada sore dan malam hari. Pencegahan penyakit tifus dapat dilakukan dengan membiasakan melindungi makanan dari hewan pembawa penyakit, seperti lalat, kecoa, dan tikus; mencuci tangan dengan sabun setelah buang air dan sebelum makan; serta menghindari membeli jajanan di tempat-tempat yang kurang bersih. 2. Kolera Kolera adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae yang menyerang usus kecil. Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui air minum yang terkontaminasi akibat sanitasi yang buruk. Di dalam tubuh manusia, bakteri Vibrio cholerae akan menghasilkan racun yang menyebabkan usus halus melepaskan sejumlah besar cairan garam dan mineral dari 8 dalam tubuh. Bakteri ini amat sensitif terhadap asam lambung, sehingga penderita yang kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit ini. Penderita kolera akan mengalami gejala mulai dari diare hebat, keram perut, mual, muntah, hingga dehidrasi. Kolera dapat menyebar luas dengan sangat cepat, terutama di lingkungan yang tidak bersih. 3. Disentri Penyakit disentri merupakan peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini ditandai dengan sakit perut dan buang air besar encer secara terus menerus (diare) yang bercampur dengan lendir, nanah, dan darah. Berdasarkan penyebabnya, disentri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Disentri amuba disebabkan oleh infeksi parasit Entamoeba histolytica dan disentri basiler disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella. Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga yang hidup di tempat yang kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan menyebar di setiap tempat yang dihinggapi. Bakteri masuk ke dalam organ pencernaan mengakibatkan pembengkakan hingga menimbulkan luka dan peradangan pada dinding usus besar. Inilah yang menyebabkan kotoran penderita seringkali tercampur nanah dan darah. Gejala yang akan dialami penderita disentri biasanya berupa mencret dan perut mulas, bahkan seringkali penderita merasakan perih di anus akibat terlalu sering buang air. Langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penyakit disentri adalah dengan memperhatikan pola hidup sehat dan bersih; menjaga kebersihan makanan dan minuman dari kontaminasi kotoran dan serangga pembawa bakteri; dan membiasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum makan. 4 .Hepatitis E Virus hepatitis E (HEV) memiliki diameter partikel 32-34 nm, dan sangat labil. Berdasarkan sifat fisika-kimiawinya, virus ini diduga termasuk golongan virus calici. Gejalanya meliputi rasa lemas, tidak enak badan, hilangnya nafsu makan, sakit perut, sakit pada persendian, dan demam. Dosis infektif belum diketahui. Masa inkubasi untuk hepatitis E bervariasi antara 2-9 minggu. Penyakit ini biasanya ringan dan sembuh dalam 2 minggu. Tingkat kematian 0,1 – 1%, kecuali pada wanita hamil dimana tingkat kematian mendekati 20%. Hepatitis E ternyata menjadi beberapa wabah (epidemi) hepatitis di Asia, Afrika, Amerika latin. Hepatitis E ditularkan melalui kontaminasi air sumur yang dapat 9 menyebabkan sakit yang mendadak yang tidak terlalu berat kecuali pada ibu hamil dimana mortalitasnya cukup tinggi. Beberapa virus lain dapat menyebabkan hepatitis walaupun jenis virus tersebut lebih dikaitkan dengan penyakit lain. Misalnya, Mononucleosisn infeksiosa, Herpes simplex. Pada beberapa kasus hepatitis penyebabnya tidak dapat dideteksi. Penyakit ini dapat dicegah dengan penanganan makanan secara higienis dan pemanasan yang merata (di atas 80ºC). 5. Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water borne disease) Urin (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan. Leptospirosis terjadi di seluruh dunia,baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, di daerah tropis maupun subtropis . Penyakit ini terutama beresiko terhadap orang yang bekerja di luar ruangan bersama hewan, misalnya perternak, petani, penjahit, dokter hewan, dan personel militer . Selain itu, Leptospirosis juga beresiko terhadap individu yang terpapar air yang terkontaminasi. Di daerah endemis, puncak kejadian Leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan banjir. Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 – 26 hari. Infeksi Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa. Perjalanan penyakit Leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemik dan fase imun. Pada periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik. Selain itu ada Sindrom Weil yang merupakan bentuk infeksi Leptospirosis yang berat. Gejala dini Leptospirosis umumnya adalah demam, sakit kepala parah, nyeri otot, merah, muntah dan mata merah. Aneka gejala ini bisa meniru gejala penyakit lain seperti selesma, jadi menyulitkan diagnosa. Malah ada penderita yang tidak mendapat semua gejala itu. Ada penderita Leptospirosis yang lebih lanjut mendapat penyakit parah, termasuk penyakit Weil yakni kegagalan ginjal, sakit kuning (menguningnya kulit yang menandakan penyakit hati) dan perdarahan masuk ke kulit dan selaput lendir. Pembengkakan selaput otak atau Meningitis dan perdarahan di paru-paru pun 10 dapat terjadi. Kebanyakan penderita yang sakit parah memerlukan rawat inap dan Leptospirosis yang parah malah ada kalanya merenggut nyawa. 6. Poliomielitis Poliomyelitis (polio) adalah penyakit virus yang sangat menular, yang terutama mempengaruhi anak-ana. Virus ini ditularkan melalui makanan dan air yang terkontaminasi, dan berkembang dalam usus, ia dapat menyerang sistem saraf. Banyak orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala, tetapi mengeluarkan virus dalam kotoran mereka, maka penularan kepada orang lain. Gejala awal polio termasuk demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher, dan nyeri pada tungkai. Dalam sebagian kecil kasus, penyakit ini menyebabkan kelumpuhan, yang sering permanen. Polio hanya dapat dicegah dengan imunisasi. Poliomyelitis, atau polio, adalah penyakit yang melumpuhkan, yang disebabkan oleh salah satu dari tiga virus yang berhubungan, jenis virus polio 1, 2 atau 3. Satusatunya cara untuk menyebarkan virus polio adalah melalui rute fekal / oral. Virus memasuki tubuh melalui mulut ketika orang makan makanan atau minum air yang terkontaminasi dengan kotoran. Virus ini kemudian berkembang biak di usus, memasuki aliran darah, dan dapat menyerang beberapa jenis sel saraf, yang dapat merusak atau menghancurkan. Polioviruses sangat mudah menyebar di daerah-daerah dengan kebersihan yang buruk. Polio menular melalui kontak orang-ke-orang. Bila seorang anak terinfeksi virus polio liar, virus memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang biak dalam usus. Hal ini kemudian ditumpahkan ke lingkungan melalui tinja mana ia dapat menyebar dengan cepat melalui masyarakat, terutama dalam situasi kebersihan yang buruk dan sanitasi. Jika jumlah yang memadai anak-anak diimunisasi lengkap polio, virus tidak dapat menemukan anak-anak rentan terhadap menginfeksi, dan mati keluar. Anak-anak kecil yang belum terlatih toilet merupakan sumber penularan siap, terlepas dari lingkungan mereka. Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh kotoran. Ada juga bukti bahwa lalat secara pasif dapat mentransfer virus polio dari feses ke makanan. Kebanyakan orang terinfeksi virus polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar mereka telah terinfeksi. Orang-orang ini tanpa gejala membawa virus dalam usus mereka dan bisa "diam-diam" menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain sebelum kasus kelumpuhan polio pertama muncul. Virus polio (poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa disembuhkan. Virus ini menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan sistem saraf) dan bisa menyebabkan 11 a. b. a. b. c. d. kelemahan otot yang sifatnya permanen dan kelumpuhan total dalam hitungan jam saja. Bahkan sekitar 10-15 persen mereka yang terkena polio akhirnya meninggal karena yang diserang adalah otot pernapasannya. Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu: Fekal-oral (dari tinja ke mulut) Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat. Oral-oral (dari mulut ke mulut) Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat lainnya. Polio dapat dicegah melalui imunisasi. Vaksin Polio, diberikan beberapa kali, hampir selalu melindungi anak seumur hidup. Ada dua jenis vaksin polio yang digunakan: vaksin polio oral (OPV) dan vaksin polio tidak aktif (IPV). Cara pencegahan Eradikasi Polio Pemerintah mencanangkan Indonesia bebas polio dengan memberikan imunisasi kepada seluruh balita di Indonesia. PIN (Pekan Imunisasi Nasional) Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai dengan rekomendasi WHO yaitu diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang pada saat usia 1,5 tahun; 5 tahun; dan usia 15 tahun. Upaya imunisasi yang berulang ini tentu takkan menimbulkan dampak negatif. Bahkan merupakan satu-satunya program yang efisien dan efektif dalam pencegahan penyakit polio. Survailance Acute Flaccid Paralysis Yaitu mencari penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk memastikan apakah karena polio atau bukan. Berbagai kasus yang diduga infeksi polio harus benar-benar diperiksa di laboratorium karena bisa saja kelumpuhan yang terjadi bukan karena polio. Mopping Up Artinya tindakan vaksinasi massal terhadap anak usia di bawah 5 tahun di daerah ditemukannya penderita polio tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.. 12 KESIMPULAN 13 DAFTAR PUSTAKA https://thegorbalsla.com/siklus-hidrologi/#Pengertian_Siklus_Hidrologi https://www.scribd.com/document/331595536/Pengertian-Siklus-Hidrologi http://alfarisyi15.blogspot.com/2013/12/mekanisme-pencemaran-air-tanah.htm https://bagipencerahan.blogspot.com/2017/01/water-borne-disease.html 14