Uploaded by rosidahs534

HIDROSPHERE

advertisement
HIDROSPHERE
PAPER
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan lingkungan
Dosen Pengampu : Bibit Nasrokhatun D,SKM.,MKes
Disusun oleh :
Nama : Siti Rosidah
NIM
: CMR0180058
KESEHATAN MASYARAKAT REGULER B TINGKAT 2
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
Jl. Lingkar Kadugede No.2 Kuningan Telp: (0232) 875847 Fax: 875123
www.stikku.ac.id
2018/2019
i
MATERI
A. Siklus hidrologi
1) Pengertian Siklus hidrologi
Siklus hidrologi adalah salah satu dari 6 siklus biogeokimia yang berlangsung di
bumi. Siklus hidrologi adalah suatu siklus atau sirkulasi air dari bumi ke atmosfer
dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus menerus. Siklus hidrologi
memegang peran penting bagi kelangsungan hidup organisme bumi. Melalui siklus
ini, ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga, mengingat teraturnya suhu
lingkungan, cuaca, hujan, dan keseimbangan ekosistem bumi dapat tercipta
karena proses siklus hidrologi ini.
2) Proses Siklus Hidrologi
Adapun pada praktiknya, dalam siklus hidrologi ini air melalui beberapa tahapan
seperti dijelaskan gambar di atas. Tahapan proses terjadinya siklus hidrologi
tersebut antara lain evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi,
adveksi, presipitasi, run off, dan infiltrasi. Berikut ini adalah penjelasan dari
masing-masing tahapan siklus tersebut.
1
a. Evaporasi atau penguapan seluruh air
Evaporasi ialah tahap pertama dalam siklus hidrologi yang mana pada tahap
ini air yang berada di sungai dan lainnya menguap. Sungai, danau dan laut
serta tempat lainnya dianggap sebagai badan air lalu air yang menguap akan
menjadi uap air. Air yang ada di seluruh badan air menguap karena panasnya
sinar matahari dan penguapannya disebut evaporasi.
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul cair menjadi
molekul gas, maka air berubah menjadi uap. Penguapan yang terjadi
menimbulkan efek naiknya air yang telah berubah menjadi gas ke atas atau
ke atmosfer. Sinar matahari ialah pendukung utama dalam tahap evaporasi
sehingga semakin teri sinarnya, semakin besar molekul air yang terangkat.
b. Transpirasi atau penguapan air di jaringan makhluk hidup
Transpirasi juga merupakan proses penguapan, namun penguapan yang
terjadi bukan pada air yang tertampung dalam badan air. Transpirasi adalah
penguapan
yang terjadi pada bagian tubuh makhluk hidup khususnya tumbuhan dan
hewan dan prosesnya sama dengan tahap evaporasi. Molekul cair pada tubuh
tumbuhan dan hewan akan berubah menjadi uap atau molekul gas.
Setelah molekul cair menguap, selanjutnya akan naik ke atas atau ke
atmosfer sama seperti proses yang ada saat tahap evaporasi. Transpirasi
khususnya terjadi pada jaringan yang ada di tumbuhan dan hewan, namun
dari tahap ini air yang dihasilkan tidak banyak. Pada proses transpirasi,
molekul cair yang menguap tak sebanyak saat proses evaporasi.
c. Evapotranspirasi
2
Evotranspirasi adalah proses gabungan dari tahap evaporasi dan tahap
transpirasi sehingga pada tahap ini air yang menguap banyak. Evotranspirasi
ialah suatu tahap penguapan yang mana molekul cair yang menguap ialah
seluruh air dan jaringan makhluk hidup. Tahap ini ialah tahap yang paling
memengaruhi siklus hidrologi atau jumlah air yang terangkut.
d. Sublimasi
Selain ketiga proses yang telah dijelaskan di atas, ada pula proses penguapan
yang lain yaitu sublimasi. Sublimasi memiliki makna yang sama ialah
perubahan molekul cair menjadi molekul gas ke arah atas yaitu arah
atmosfer. Namun, penguapan yang terjadi ialah perubahan es yang ada di
kutub dan di gunung yang tidak melewati proses cair.
Hasil air yang terangkat pada saat tahap sublimasi memang tak sebanyak
hasil dari tahap evaporasi dan yang lainnya. Namun, tahap sublimasi tetap
berpengaruh terhadap berjalannya siklus hidrologi sehingga tak dapat
dilewatkan atau bahkan dihilangkan. Hal yang membedakan tahap sublimasi
dari tahap evaporasi, tahap ini memerlukan waktu yang lebih lama atau
lambat.
e. Kondensasi
Setelah melalui empat tahap di atas, selanjutnya yaitu tahap kondensasi yang
mana air yang telah menguap berubah menjadi partikel es. Partikel es yang
dihasilkan sangat kecil dan terjadi karena suhu dingin pada ketinggian yang
ada di atmosfer bagian atas. Lalu partikel es tersebut akan berubah menjadi
awan dan semakin banyak partikel es, awan semakin berwarna hitam.
3
f. Adveksi
Adveksi adalah tahap yang hanya berada di siklus hidrologi panjang atau
dengan kata lain tidak terjadi di siklus hidrologi pendek. Pada tahap ini yang
terjadi ialah perpindahan awan dari satu titik ke titik lainnya atau dikatakan
awan di langit menyebar. Perpindahan awan ini terjadi karena adanya angin
dan akan berpindah dari lautan ke daratan begitu pula sebaliknya.
g. Presipitasi
Proses yang ketujuh ialah presipitasi yaitu tahap mencairnya awan karena
tidak mampu lagi menahan suhu yang semakin meningkat. Pada tahap inilah
akan terjadi salah satu gejala alam yang dinamakan hujan dengan ciri
jatuhnya butiran air ke permukaan bumi. Bila suhu yang ada di sekitar
kurang dari 0 derajat celcius, kemungkinan akan terjadi hujan salju atau
bahkan es.
h. Run off
Tahap run off juga mempunyai nama lain limpasan yang mana pada tahap
ini air hujan yang telah turun akan bergerak. Pergerakan yang terjadi yaitu
dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan bumi yang lebih rendah
melalui berbagai saluran. Saluran yag dimaksud sebagai contoh saluran got,
sungai dan danau atau laut bahkan samudera
i. Infiltrasi
Infiltrasi menjadi tahap terakhir dalam siklus hidrologi yang terjadi, tahap ini
merupakan tahap dimana air hujan menjadi air tanah. Air hujan yang turun
ke bumi tak seluruhnya akan mengalir seperti pada tahap limpasan, namun
akan mengalir pula ke tanah. Merembesnya air hujan ke pori tanah inilah
yang disebut dengan infiltrasi lalu seluruhnya.
4
3) Macam-macam siklus hidrologi
1. Siklus Pendek : Air laut menguap kemudian melalui proses kondensasi
berubah menjadi butir-butir air yang halus atau awan dan selanjutnya hujan
langsung jatuh ke laut dan akan kembali berulang.
2. Siklus Sedang : Air laut menguap lalu dibawa oleh angin menuju daratan dan
melalui proses kondensasi berubah menjadi awan lalu jatuh sebagai hujan di daratan
dan selanjutnya meresap ke dalam tanah lalu kembali ke laut melalui sungai-sungai
atau saluran-saluran air.
3. Siklus Panjang : Air laut menguap, setelah menjadi awan melalui proses
kondensasi, lalu terbawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi di daratan dan
terjadilah hujan salju atau es di pegunungan-pegunungan yang tinggi. Bongkahbongkah es mengendap di puncak gunung dan karena gaya beratnya meluncur ke
tempat yang lebih rendah, mencair terbentuk gletser lalu mengalir melalui sungaisungai kembali kelaut.
5
B. Mekanisme terjadinya pencemaran air
pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas
air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan air tanah adalah, sumber air yang terletak
di bawah tanah pada kedalaman tertentu. Karena terdapat gua dan sungai bawah
tanah, sehingga air tanah sangat bersih dan terjaga kemurniannya. Atau air tanah
adalah air yang tersimpan / terperangkap di dalam lapisan batuan pada kedalaman
tertentu yang mengalami pengisian / penambahan secara terus menerus oleh alam
sehingga tak tersentuh oleh zat kimia apapun. Namun pada air tanah, campur tangan
dari manusia mempunyai peranan besar untuk menyebabkan terjadinya pencemaran.
Misalnya, pembuangan limbah yang sembarangan, baik itu limbah industri seperti
zat kimia sisa produksi dan limbah rumah tangga seperti detergen atau zat kimia
pertanian seperti pestisida, insektisida dan kotoran lainnya. Ataupun sampah yang
dibuang ke sungai atau di biarkan menggunung dapat mempengaruhi produktifitas
dari air tanah.
Mekanisme dari pencemaran air tanah adalah, limbah yang mengendap atau
dibuang ke sungai dan akhirnya meresap ke dalam tanah sehingga ikut tercampur ke
dalam sungai bawah tanah kemudian terjadi pencemaran terhadap air tersebut.
Akhirnya air yang telah tercemar terkonsumsi oleh masyarakat yang mengambil air
6
dari sumber air yang tercemar tersebut melalui sumur atau pompa air. Tentu saja ini
sangat membahayakan bagi masyarakat yang mengkonsumsi air yang telah tercemar
tersebut, karena dampak dari pencemaran air adalah air tidak dapat dimanfaatkan
sesuai peruntukkannya, dan jika dimanfaatkan maka diperlukan pengolahan khusus
yang menyebabkan peningkatan biaya pengoperasian & pemeliharaan sungai, air
menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
Agar dapat membedakan air yang tercemar maka kita harus mengetahui cirri-ciri
dari air yang telah tercemar. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah
tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat
digolongkan menjadi :
1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya
perubahan warna, bau dan rasa
2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
zat kimia yang terlarut.
3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri
pathogen.
C. Penyakit water borne disease
1. Pengertian Water Borne Disease
Water borne disease penyakit yang ditransmisikan bila organisme penyebab
penyakitnya (patogen) yang berada di dalam air terminum oleh orang atau hewan
sehingga menimbulkan infeksi. Water borne disease ini dalam kenyataannya dapat
disebarkan tidak hanya lewat air, tetapi juga melewati setiap sarana yang
memungkinkan bahan tinja untuk memasuki mulut (jalur fekal-oral), misalnya lewat
makanan yang terkontaminasi.
7
2. Penyakit yang Tergolong Water Borne Disease
Macam-macam Water Borne Disease menurut Agen Penyebab
Agen
Virus
Bakteri
Protozoa
Penyakit
Hepatitis virus, poliomielitis
Kolera, disentri, tifus, diare
Amubiasis, giardiasis
Helmintik
Askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hidatid
Leptospira
Penyakit Weil
1.
Tifus
Penyakit tifus merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Penyakit ini disebabkan oleh kurang memelihara kebersihan
lingkungan dan mengkonsumsi makanan yang tidak higienis.
Penyakit tifus menular melalui air dan makanan yang tercemar oleh air seni dan
tinja penderita penyakit ini. Penyakit tifus dapat juga ditularkan oleh kotoran yang
dibawa oleh lalat dan kecoa, yang menempel di tempat - tempat yang dihinggapinya.
Penularan kuman terjadi melalui mulut, masuk ke dalam lambung, menuju kelenjar
limfoid usus kecil, kemudian masuk ke dalam peredaran darah.
Pada umumnya, mereka yang terinfeksi penyakit ini akan mengalami keluhan
dan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun,
sakit perut, diare atau sembelit (sulit buang air besar). Suhu tubuh meningkat
terutama pada sore dan malam hari.
Pencegahan penyakit tifus dapat dilakukan dengan membiasakan melindungi
makanan dari hewan pembawa penyakit, seperti lalat, kecoa, dan tikus; mencuci
tangan dengan sabun setelah buang air dan sebelum makan; serta menghindari
membeli jajanan di tempat-tempat yang kurang bersih.
2. Kolera
Kolera adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Vibrio
Cholerae yang menyerang usus kecil. Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh
melalui air minum yang terkontaminasi akibat sanitasi yang buruk.
Di dalam tubuh manusia, bakteri Vibrio cholerae akan menghasilkan racun yang
menyebabkan usus halus melepaskan sejumlah besar cairan garam dan mineral dari
8
dalam tubuh. Bakteri ini amat sensitif terhadap asam lambung, sehingga penderita
yang kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit ini.
Penderita kolera akan mengalami gejala mulai dari diare hebat, keram perut,
mual, muntah, hingga dehidrasi. Kolera dapat menyebar luas dengan sangat cepat,
terutama di lingkungan yang tidak bersih.
3. Disentri
Penyakit disentri merupakan peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini
ditandai dengan sakit perut dan buang air besar encer secara terus menerus (diare)
yang bercampur dengan lendir, nanah, dan darah.
Berdasarkan penyebabnya, disentri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu disentri
amuba dan disentri basiler. Disentri amuba disebabkan oleh infeksi parasit
Entamoeba histolytica dan disentri basiler disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella.
Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah
terkontaminasi kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga
yang hidup di tempat yang kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel
di tubuhnya dan menyebar di setiap tempat yang dihinggapi.
Bakteri masuk ke dalam organ pencernaan mengakibatkan pembengkakan hingga
menimbulkan luka dan peradangan pada dinding usus besar. Inilah yang
menyebabkan kotoran penderita seringkali tercampur nanah dan darah. Gejala yang
akan dialami penderita disentri biasanya berupa mencret dan perut mulas, bahkan
seringkali penderita merasakan perih di anus akibat terlalu sering buang air.
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penyakit
disentri adalah dengan memperhatikan pola hidup sehat dan bersih; menjaga
kebersihan makanan dan minuman dari kontaminasi kotoran dan serangga pembawa
bakteri; dan membiasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum makan.
4 .Hepatitis E
Virus hepatitis E (HEV) memiliki diameter partikel 32-34 nm, dan sangat labil.
Berdasarkan sifat fisika-kimiawinya, virus ini diduga termasuk golongan virus calici.
Gejalanya meliputi rasa lemas, tidak enak badan, hilangnya nafsu makan, sakit
perut, sakit pada persendian, dan demam. Dosis infektif belum diketahui.
Masa inkubasi untuk hepatitis E bervariasi antara 2-9 minggu. Penyakit ini
biasanya ringan dan sembuh dalam 2 minggu. Tingkat kematian 0,1 – 1%, kecuali
pada wanita hamil dimana tingkat kematian mendekati 20%.
Hepatitis E ternyata menjadi beberapa wabah (epidemi) hepatitis di Asia, Afrika,
Amerika latin. Hepatitis E ditularkan melalui kontaminasi air sumur yang dapat
9
menyebabkan sakit yang mendadak yang tidak terlalu berat kecuali pada ibu hamil
dimana mortalitasnya cukup tinggi.
Beberapa virus lain dapat menyebabkan hepatitis walaupun jenis virus tersebut
lebih dikaitkan dengan penyakit lain. Misalnya, Mononucleosisn infeksiosa, Herpes
simplex. Pada beberapa kasus hepatitis penyebabnya tidak dapat dideteksi.
Penyakit ini dapat dicegah dengan penanganan makanan secara higienis dan
pemanasan yang merata (di atas 80ºC).
5. Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan
dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). disertai beberapa gejala saraf
serta pembesaran hati dan limpa. Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat
ditularkan melalui air (water borne disease) Urin (air kencing) dari individu yang
terserang penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia
maupun pada hewan.
Leptospirosis terjadi di seluruh dunia,baik di daerah pedesaan maupun perkotaan,
di daerah tropis maupun subtropis . Penyakit ini terutama beresiko terhadap orang
yang bekerja di luar ruangan bersama hewan, misalnya perternak, petani, penjahit,
dokter hewan, dan personel militer . Selain itu, Leptospirosis juga beresiko terhadap
individu yang terpapar air yang terkontaminasi. Di daerah endemis, puncak kejadian
Leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan banjir.
Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 – 26 hari. Infeksi
Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa
gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa. Perjalanan penyakit Leptospira
terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemik dan fase imun. Pada periode peralihan fase
selama 1-3 hari kondisi penderita membaik. Selain itu ada Sindrom Weil yang
merupakan bentuk infeksi Leptospirosis yang berat.
Gejala dini Leptospirosis umumnya adalah demam, sakit kepala parah, nyeri otot,
merah, muntah dan mata merah. Aneka gejala ini bisa meniru gejala penyakit lain
seperti selesma, jadi menyulitkan diagnosa. Malah ada penderita yang tidak mendapat
semua gejala itu. Ada penderita Leptospirosis yang lebih lanjut mendapat penyakit
parah, termasuk penyakit Weil yakni kegagalan ginjal, sakit kuning (menguningnya
kulit yang menandakan penyakit hati) dan perdarahan masuk ke kulit dan selaput
lendir. Pembengkakan selaput otak atau Meningitis dan perdarahan di paru-paru pun
10
dapat terjadi. Kebanyakan penderita yang sakit parah memerlukan rawat inap dan
Leptospirosis yang parah malah ada kalanya merenggut nyawa.
6. Poliomielitis
Poliomyelitis (polio) adalah penyakit virus yang sangat menular, yang terutama
mempengaruhi anak-ana. Virus ini ditularkan melalui makanan dan air yang
terkontaminasi, dan berkembang dalam usus, ia dapat menyerang sistem saraf.
Banyak orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala, tetapi mengeluarkan virus
dalam kotoran mereka, maka penularan kepada orang lain.
Gejala awal polio termasuk demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di
leher, dan nyeri pada tungkai. Dalam sebagian kecil kasus, penyakit ini menyebabkan
kelumpuhan, yang sering permanen. Polio hanya dapat dicegah dengan imunisasi.
Poliomyelitis, atau polio, adalah penyakit yang melumpuhkan, yang disebabkan
oleh salah satu dari tiga virus yang berhubungan, jenis virus polio 1, 2 atau 3. Satusatunya cara untuk menyebarkan virus polio adalah melalui rute fekal / oral. Virus
memasuki tubuh melalui mulut ketika orang makan makanan atau minum air yang
terkontaminasi dengan kotoran. Virus ini kemudian berkembang biak di usus,
memasuki aliran darah, dan dapat menyerang beberapa jenis sel saraf, yang dapat
merusak atau menghancurkan. Polioviruses sangat mudah menyebar di daerah-daerah
dengan kebersihan yang buruk.
Polio menular melalui kontak orang-ke-orang. Bila seorang anak terinfeksi virus
polio liar, virus memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang biak dalam usus. Hal
ini kemudian ditumpahkan ke lingkungan melalui tinja mana ia dapat menyebar
dengan cepat melalui masyarakat, terutama dalam situasi kebersihan yang buruk dan
sanitasi. Jika jumlah yang memadai anak-anak diimunisasi lengkap polio, virus tidak
dapat menemukan anak-anak rentan terhadap menginfeksi, dan mati keluar.
Anak-anak kecil yang belum terlatih toilet merupakan sumber penularan siap,
terlepas dari lingkungan mereka. Polio dapat menyebar ketika makanan atau
minuman terkontaminasi oleh kotoran. Ada juga bukti bahwa lalat secara pasif dapat
mentransfer virus polio dari feses ke makanan.
Kebanyakan orang terinfeksi virus polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit dan
tidak pernah sadar mereka telah terinfeksi. Orang-orang ini tanpa gejala membawa
virus dalam usus mereka dan bisa "diam-diam" menyebarkan infeksi ke ribuan orang
lain sebelum kasus kelumpuhan polio pertama muncul.
Virus polio (poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa disembuhkan. Virus ini
menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan sistem saraf) dan bisa menyebabkan
11
a.
b.
a.
b.
c.
d.
kelemahan otot yang sifatnya permanen dan kelumpuhan total dalam hitungan jam
saja. Bahkan sekitar 10-15 persen mereka yang terkena polio akhirnya meninggal
karena yang diserang adalah otot pernapasannya. Virus masuk melalui mulut dan
hidung lalu berkembang biak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau
usus. Selanjutnya, diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan
pembuluh getah bening.
Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:
Fekal-oral (dari tinja ke mulut)
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal
dari tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
Oral-oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat
lainnya.
Polio dapat dicegah melalui imunisasi. Vaksin Polio, diberikan beberapa kali,
hampir selalu melindungi anak seumur hidup. Ada dua jenis vaksin polio yang
digunakan: vaksin polio oral (OPV) dan vaksin polio tidak aktif (IPV).
Cara pencegahan
Eradikasi Polio
Pemerintah mencanangkan Indonesia bebas polio dengan memberikan imunisasi
kepada seluruh balita di Indonesia.
PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai dengan rekomendasi WHO yaitu
diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang
pada saat usia 1,5 tahun; 5 tahun; dan usia 15 tahun. Upaya imunisasi yang berulang
ini tentu takkan menimbulkan dampak negatif. Bahkan merupakan satu-satunya
program yang efisien dan efektif dalam pencegahan penyakit polio.
Survailance Acute Flaccid Paralysis
Yaitu mencari penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun.
Mereka harus diperiksa tinjanya untuk memastikan apakah karena polio atau bukan.
Berbagai kasus yang diduga infeksi polio harus benar-benar diperiksa di laboratorium
karena bisa saja kelumpuhan yang terjadi bukan karena polio.
Mopping Up
Artinya tindakan vaksinasi massal terhadap anak usia di bawah 5 tahun di daerah
ditemukannya penderita polio tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya..
12
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
https://thegorbalsla.com/siklus-hidrologi/#Pengertian_Siklus_Hidrologi
https://www.scribd.com/document/331595536/Pengertian-Siklus-Hidrologi
http://alfarisyi15.blogspot.com/2013/12/mekanisme-pencemaran-air-tanah.htm
https://bagipencerahan.blogspot.com/2017/01/water-borne-disease.html
14
Download