Uploaded by User38849

revisi 2

advertisement
PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO DAN NON PERFOMING LOAN
TERHADAP PROFITABILITAS DENGAN KECUKUPAN PEMENUHAN
MODAL MINIMUM SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
PADA BPR DI PROVINSI JAWA TENGAH
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan.
Dunia perbankan memegang peranan dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal
ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami penurunan maka salah satu
cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah menata sektor perbankan
(Y.L.Sukma,2013). Dengan demikian bank memiliki peran yang sangat strategis
dalam kegiatan perekonomian. Peran strategis ini disebabkan fungsi utama
perbankan sebagai financial intermediary, yaitu sebagai suatu wahana yang dapat
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efesien.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
BPR merupakan salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha
mikro, kecil dan menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan
tempat masyarakat yang membutuhkan. BPR sudah ada sejak jaman sebelum
kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan Lumbung Desa, Bank Desa, Bank
Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank Pasar. BPR merupakan lembaga
1
perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang – undang No.7 Tahun 1992
tentang Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang No.10
Tahun 1998. Dalam undang – undang tersebut secara jelas disebutkan bahwa ada
dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR.
Bank memainkan peran penting dalam
mekanisme pembayaran,
mobilisasi, intermediasi juga alokasi modal (Keovongvichith,2012). CAMEL
seringkali digunakan dalam penilaian kinerja keuangan pada lembaga keuangan
terutama bank (Mohieldin dan Nasr, 2007). Mengikuti aturan dari Bank Indonesia
maka, penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai proksi
profitabilitas. Penelitian ini menggunakan beberapa rasio yang mempengaruhi
profitabilitas suatu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu rasio kredit bermasalah
dan rasio penyaluran kredit, serta menggunakan mediasikecukupan pemenuhan
modal minimum.
Likuiditas adalah kemampuan untuk menyediakan dana yang cukup dalam
memenuhi kewajiban dan komitmen (Suhardjono dan Kuncoro, 2002:279).
Semakin besar jumlah dana yang disalurkan, maka risiko yang harus
ditanggungnya semakin besar (Alhaq,dkk.,2012). Likuiditas ini diproksikan
dengan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu seberapa besar dana bank
dilepaskan ke perkreditan. Ketentuan Bank Indonesia tentang Loan to Deposit
Ratio (LDR) antara 80% hingga 110%. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio
(LDR), maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu
menyalurkan kredit dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka
2
kinerja bank juga meningkat sehingga akan mempengaruhi kecukupan pemenuhan
modal minimum bank.
Pemberian kredit mengandung risiko tidak lancarnya pembayaran kredit
atau kredit bermasalah atau Non Perfoming Loan (Mubarok, 2010).Semakin
tinggi rasio kecukupan modal, maka bank akan semakin kuat menanggung risiko
setiap kredit dan mampu membiayai operasi bank, sehingga memberikan
kontribusi yang besar bagi profitabilitas (Suhardjono dan Kuncoro, 2002).
Modal
merupakan faktor utama bagi
suatu
bank untuk
dapat
mengembangkan pertumbuhan usahanya. Pemenuhan kebutuhan Rasio Modal
Minimal Bank atau dikenal CAR ditentukan oleh BIS (Bank for International
Setlement) sebesar 8%. Rasio CAR diperoleh dengan menggunakan rumus :
(Modal : ATMR) x 100%. Modal terdiri dari Modal Inti dan Modal Pelengkap,
dimana besarnya Modal Pelengkap yang diperhitungkan maksimal 100% dari
besarnya Modal Inti. Jika dimasukkan risiko pasar dan risiko operasional, maka
kedua risiko ini akan menambah ATMR.
Awal ketentuan yang dibuat oleh BIS ini tidak mengikat, tetapi akhirnya
hampir seluruh Bank Sentral di dunia mengadopsi ketentuan BIS. Di Indonesia
menerapkan ketentuan ini melalui PBI menjadi KPMM (Kewajiban Pemenuhan
Modal Minimum) sebesar 8%, yang secara bertahap akan disesuaikan dengan
kondisi perbankan di Indonesia dan perbankan Internasional.
Penting bagi pihak manajemen untuk memperhatikan besarnya KPMM
yang dimiliki agar bank tidak kekurangan dana dan juga tidak kelebihan dana.
Modal merupakan sumber utama pembiayaan kegiatan operasional bank dan juga
3
berperan sebagai penyangga kemungkinan terjadinya risiko kerugian. Semakin
besar modal yang dimiliki maka semakin kuat bank tersebut dalam menghadapi
risiko – risiko yang tidak terduga sehingga bank dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat (Anjani dan Purnawati, 2014). Namun bank yang memiliki KPMM
terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya idle fund, yaitu terdapat banyaknya
dana yang menganggur yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manajemen bank
tersebut. Modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap (Idroes, 2008).
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/POJK.03/2015 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Pemenuhan Modal Inti Minimum
BPR, BPR wajib menyediakan modal minimum yang dihitung dengan
menggunakan rasio KPMM paling rendah 12% dari ATMR.
KPMM sebagai variabel mediasi pengaruh NPL dan LDR terhadap
profitabilitas, hal ini dikarenakan KPMM yang merupakan rasio permodalan
menjadi
faktor
penentu
berjalannya
kegiatan
operasional
bank
dalam
menghimpun dana dan menyalurkan kembali.
Fakta menunjukkan bahwa BPR selama ini dikenal sebagai bank yang
mampu bertahan dari krisis ekonomi. Hal ini dikarenakan ruang lingkup BPR
yang lebih fokus melayani pengusaha mikro, kecil dan menengah sehingga tidak
terlalu terpengaruh saat terjadi krisis ekonomi.
Namun berdasarkan data dari Bank Indonesia menunjukkan sebuah fakta
bahwa selama periode 2014 – 2017 kinerja BPR di Indonesia mengalami
penurunan profitabilitas. Hal ini ditunjukkan dari tabel kinerja BPR sebagai
berikut.
4
Tabel 1.1. Kinerja BPR tahun 2011 - 2017
Indikator
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
LDR (%)
Total Kredit
Penghimpunan Dana
Modal Inti
78,54
41.144
44.836
7.551
78,63
49.866
54.535
8.880
84,34
59.176
60.024
10.137
79,79
68.391
72.914
12.801
77,81
74.807
81.908
14.232
76,24
81.684
90.997
16.147
75,36
89.482
100.632
18.105
NPL (%)
Kredit Non Lancar
Total Kredit
5,22
2.146
41.100
4,75
2.369
49.818
4,41
2.610
59.176
4,75
3.252
68.391
5,37
4.018
74.807
5,83
4.765
81.684
6,15
5.500
89.482
ROA (%)
3,32
3,46
L/R Tahun Berjalan
1.853
2.328
Total Aktiva
55.799
67.397
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia tahun 2017
3,44
2.661
77.376
2,98
2.682
89.878
2,71
2.755
101.713
2,59
2.936
113.501
2,55
3.210
125.945
Fenomena di atas menunjukkan bahwa terdapat hal yang menarik dikaji
berkaitan dengan penurunan kinerja BPR yang terjadi selama 5 tahun berturut turut. Di samping fenomena yang menarik tersebut, hasil penelitian terdahulu
belum dapat menunjukkan simpulan umum mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi profitabilitas BPR.
Hasil penelitian masih menunjukkan
pertentangan antara variabel – variabel yang mempengaruhi profitabilitas BPR. Di
satu sisi hasil penelitian menunjukkan beberapa variabel memiliki pengaruh
signifikan terhadap profitabiltas BPR , namun penelitian lainnya menunjukkan
bahwa beberapa variabel tersebut tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
profitabilitas bank.
5
Tabel 1.2. Ringkasan Riset Gap
Riset Gap
Pengaruh
Peneliti
Sudarno, et al (2017)
NonPerfoming
Hasil
Negatif tidak
signifikan
Loan terhadap
Sukma (2013)
Negatif signifikan
ROA
Kazumi, et al(2015),Lestari, et al (2016)
Tidak berpengaruh
Kunarsih, et al (2018), Wityasari (2014)
Tidak berpengaruh
siginifkan
Nugraha (2014)
Positif
Pengaruh Loan to
Kazumi, et al (2015), Rita Septian dan
Tidak berpengaruh,
Deposit Ratio
Putu Vivi Lestari (2016)
terhadap ROA
Nusantara (2009), Sudarno, et al (2017)
Positif signifikan
Atas dasar fenomena gap dan riset gap seperti diuraikan di atas, maka
menarik dilakukan penelitian ulang. Penelitian ulang ini dilakukan dengan dasar
pemikiran bahwa pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga
yang melakukan pengawasan bank telah menetapkan rasio minimal untuk
kecukupan modal (KPMM) melalui POJK nomor 5/POJK.03/2015 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Pemenuhan Modal Inti Minimum
BPR. Ketentuan ini memberikan dasar bahwa bank harus memiliki modal yang
cukup agar menjadi bank yang lebih sehat, kuat dan produktif.
Siamat (2001) mengungkapkan bahwa kredit bermasalah atau sering disebut
juga Non Perfoming Loan (NPL) yaitu kualitas aktiva kredit yang bermasalah
6
akibat pinjaman oleh debitur yang gagal melakukan pelunasan karena adanya
faktor eksternal. Batas minimum NPL yaitu 5 persen. Peningkatan NPL akan
mencermikan risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Apabila semakin tinggi
NPL maka tunggakan bunga kredit semakin tinggi sehingga menurunkan
pendapatan bunga dan CAR akan turun pula. Beberapa hasil penelitian empiris
mengenai pengaruh NPL terhadap CAR dilakukan oleh Margaretha (2011)
dengan penelitian yang dilakukan pada bank – bank umum periode 2003 – 2008
menyimpulkan bahwa NPL memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
CAR.
Sudirman (2013) mengungkapkan bahwa rasio likuiditas yang umum
digunakan dalam dunia perbankan diukur melalui Loan to Deposit Ratio (LDR).
LDR merupakan pengukuran terhadap seluruh kredit yang diberikan dengan dana
pihak ketiga sebagai upaya penilaian terhadap kinerja bank. LDR berfungsi
sebagai faktor penentu besar kecilnya giro wajib minimum (GWM) serta indikator
intermediasi bank. Rasio antara 90 persen – 94,75 persen ialah kisaran bank yang
sehat dari sisi LDR. Pertumbuhan kredit yang diberikan lebih tinggi dari jumlah
dana yang dihimpun menyebabkan peningkatan nilai LDR namun menurunkan
nilai CAR. Penelitian mengenai pengaruh LDR terhadap CAR dilakukan oleh
Fitrianto (2006) pada bank – bank yang telah go public periode 2000 – 2004
mengutarakan bahwa LDR memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
CAR. Hal yang berlainan dikemukakan oleh Al-Tamimi, Abdala dan Obeidat
(2013) bahwa LDR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.
7
Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko,
misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat
kemampuan bank tersebut menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva
produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai
operasional bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan
Dendawijaya (2003). Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR) terhadap Return On Asset (ROA) dilakukan oleh Werdaningtyas (2002)
menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif
signifkan terhadap Return On Asset (ROA).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh NPL dan LDR terhadap Profitabilitas BPR
dengan Rasio KPMM sebagai Variabel Mediasi di BPR Provinsi Jawa Tengah.
1.2.Perumusan Masalah
Pada latar belakang terdapat fenomena bisnis di BPR yang menarik dan
hasil penelitian terdahulu yang berbeda hasilnya mengenai pengaruh LDR dan
NPL terhadap profitabilitas. Disamping itu akan dipecahkan masalah hal tersebut
dengan mediasi CAR, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah Non Perfoming Loan (NPL) berpengaruh terhadap Return On
Asset(ROA) pada BPR di Jawa Tengah ?
8
2. ApakahLoan To Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Return On
Asset (ROA) pada BPR di Jawa Tengah ?
3. Apakah Non Perfoming Loan (NPL) berpengaruh terhadap Kecukupan
Pemenuhan Modal Minimum(KPMM) pada BPR di Jawa Tengah ?
4. Apakah Loan Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Kecukupan
Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) pada BPR di Jawa Tengah ?
5. Apakah Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) berpengaruh
terhadap Return On Asset (ROA) pada BPR di Jawa Tengah ?
6. Apakah Non Perfoming Loan (NPL) berpengaruh terhadap Return On
Asset (ROA) berpengaruh dengan Kecukupan Modal Minimum sebagai
variabel mediasi pada BPR di Jawa Tengah ?
7. Apakah Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Return On
Asset (ROA) dengan Kecukupan Modal Minimum sebagai variabel
mediasi pada BPR di Jawa Tengah ?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis
pengaruh Non Perfoming Loan (NPL) terhadap
Return On Asset(ROA) pada BPR di Jawa Tengah ?
2. Untuk menganalisis pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap
Return On Asset (ROA) pada BPR di Jawa Tengah ?
9
3. Untuk menganalisis pengaruh Non Perfoming Loan (NPL) terhadap
Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum(KPMM) pada BPR di Jawa
Tengah ?
4. Untuk menganalisis pengaruh Loan Deposit Ratio (LDR) terhadap
Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) pada BPR di Jawa
Tengah ?
5. Untuk menganalisis pengaruh Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum
(KPMM) terhadap Return On Asset (ROA) pada BPR di Jawa Tengah ?
6. Untuk menganalisis pengaruh Non Perfoming Loan (NPL) terhadap
Return On Asset (ROA) dengan Kecukupan Modal Minimum sebagai
variabel mediasi pada BPR di Jawa Tengah ?
7. Untuk menganalisis pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap
Return On Asset (ROA) dengan Kecukupan Modal Minimum sebagai
variabel mediasi pada BPR di Jawa Tengah ?
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam wawasan dan menambah
pengetahuan penulis dan pihak lain mengenai pengaruh Loan To Deposit
Ratio(LDR)dan Non Perfoming Loan (NPL) terhadap Profitabilitas dengan
Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum sebagai Variabel Mediasi
10
2. Penelitian ini akan membuka wawasan baru berkenaan dengan analisisLoan To
Deposit Ratio(LDR)dan Non Perfoming Loan (NPL) terhadap Profitabilitas
dengan Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum sebagai Variabel Mediasi
sehingga dapat memberikan kontribusi praktis bagi para stakeholder di dunia
perbankan khususnya BPR. Selain itu memberikan masukan bagi manajemen
perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangan dan modal bank dengan
mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhinya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan
Teori keagenan secara mendetail pertama kali dinyatakan oleh Jensen dan
Meckling (1976).Jensen dan Meckling (1976) menyebut manajer suatu
perusahaan sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Pemegang
saham merupakan prinsipal yang mendelagasikan kewenangan menjalankan
perusahaan dan melakukan pembuatan keputusan bisnis kepada manajer yang
merupakan agen
Dalam teori keagenan muncul permasalahan yang dikenal sebagai konflik
kepentingan.Konflik kepentingan terjadi karena manajer cenderung mengambil
keputusan bisnis untuk mengejar tujuan pribadi seperti optimalisasi bonus.Hal ini
dapat mengakibatkan manajer cenderung untuk mengoptimalisasi laba jangka
pendek guna mensejahterakan diri sendiri daripada memaksimalkan kesejahteraan
11
para pemegang saham melalui investasi dan proyek yang menguntungkan dalam
jangka panjang.
Pemilik usaha disebut sebagai pihak yang melakukan evaluasi terhadap
informasi sedangkan agen adalah pihak yang mengambil keputusan. Dalam teori
keagenan menjelaskan berbagai konflik kepentingan yang dalam perusahaan baik
antara manajer dengan pemegang saham, manajer dengan kreditur atau antara
pemegang saham, kreditur, dan manajer yang disebabkan adanya hubungan
keagenan (Septriana, 2010).
Penelitian ini menguji faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja
perbankan, dari penjabaran teori agensi diatas, hubungan kinerja dengan teori
agensi adalah perbedaan kepentingan antara investor dan manajemen. Dengan
profitabilitas yang tinggi, investor berharap deviden yang tinggi dari penerimaan
laba ditambah dengan faktor modal yang telah disetor, sehingga menekan
manajemen untuk meningkatkan kinerjanya. Di sisi lain, pihak pengelola
(manajemen) sudah menunjukkan kinerja dan kemampuannya semaksimal
mungkin untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Sama seperti halnya
investor, manajemen berharap bonus yang diperolehnya tinggi. Dari penjabaran
tersebut terlihat bahwa ada perbedaan kepentingan antara investor dan manajemen
terkait peningkatan kinerja perusahaan. Perbedaan kepentingan antara manajemen
dengan investor dapat mempengaruhi kinerja perusahaan yang pada akhirnya
dapat mempengaruhi profitabiltas perusahaan.
12
2.1.2. Bank
Lembaga perantara keuangan dapat dibedakan menjadi dua yaitu lembaga
perantara keuangan bank dan bukan bank. Menurut UU No. 10 tahun 1998
tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. Menurut UU ini
bank didefinisikan sebagai “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak”. Sedangkan dalam pasal 29 dikatakan bahwa “Mengingat bank
terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas
dasar kepercayaan, setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara
kepercayaan masyarakat padanya” (Sukarno dan Syaichu, 2006)
2.1.3Return On Asset
Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur
kinerja suatu bank. Pada umumya ukuran profitabilitas yang digunakan adalah
ROA. ROA memfokuskan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan
laba dari pengelolaan aset perusahaan yang dimiliki (Margaretha dan Zai, 2013).
ROA merupakan rasio antara laba setelah pajak terhadap total asset.
Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena
tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti
profitabilitas
perusahaan
meningkat,
sehingga
dampak
akhirnya
adalah
peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan,1998
dalam Hutagalung dkk, 2011).
13
Laba bank adalah jika jumlah penghasilan yang diterima lebih besar
daripada jumlah pengeluaran (biaya) yang dikeluarkan. Laba bank berasal dari
hasil operasi bunga pemberian kredit, agio saham, dan lain – lain. Laba bank sama
dengan price credit dikurangi cost of money (cost of fund ditambah overhead cost)
atau total revenue dikurangi dengan total cost yang dinyatakan dengan satuan
kartal (rupiah). Jadi, tidak mencerminkan apakah laba bank rasional atau tidak
karena tidak dapat dibandingkan dengan tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI). Oleh karena itu laba bank harus dinyatakan dengan rentabilitas
(Melayu S.P Hasibuan, 1996:99).
Aset bank adalah kekayaan yang dimiliki oleh bank. Nilai aset yang
semakin tinggi menunjukkan bahwa kekayaan yang dimiliki bank juga tinggi.
Nilai aset yang tinggi dapat dimanfaatkan oleh bank untuk membuka peluang
memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan cara mengubahnya menjadi
aktiva produktif melalui pemberian kredit.
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio
ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total
aset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional
bank sebelum pajak. Total aset yang digunakan untuk mengukur ROA adalah
jumlah keseluruhan dari aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin
besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat
kembalian (return) semakin besar. Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas
perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan
aset yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat
(Siamat, 2005).
14
Gilbert (Syofyan, 2003) menyatakan ukuran kinerja perbankan yang
paling tepat adalah dengan mengukur kemampuan perbankan dalam menghasilkan
laba atau profit dari berbagai kegiatan yang dilakukannya, sebagaimana umumnya
tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk mencapai nilai (value) yang
tinggi, dimana untuk mencapai value tersebut perusahaan harus dapat secara
efisien dan efektif dalam mengelola berbagai macam kegiatannya. Salah satu
ukuran untuk mengetahui seberapa jauh keefisienan dan keefektifan yang dicapai
adalah dengan melihat profitabilitas perusahaan, semakin tinggi profitabilitas
maka semakin efektif dan efisien juga pengelolaan kegiatan perusahaan (Sukarno
dan Syaichu,2006).
2.1.4.Non Perfoming Loan
Pengertian kredit menurut Undang – undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan
kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai imbalan. Dalam
usaha bank kredit merupakan usaha utama bank dalam menghasilkan laba, dan dalam
setiap penyalurannya mengandung risiko.Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 5
Tahun 2003 risiko adalah potensi terjadinya peristiwa (event) yang menimbulkan
kerugian.Seperti diketahui bahwa perbankan di Indonesia mengalami perkembangan
yang pesat.Seiring dengan perkembangan pesat tersebut juga diiringi dengan risiko
tinggi
yang
harus
dihadapi
oleh
bank.Salah
satu
risiko
yang
dapat
mempengaruhiprofitabilitas atau tingkat keuntungan yang diraih oleh bank yaitu risiko
kredit.Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian yang dikaitkan dengan
15
kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana debitur tidak
dapat melunasi hutangnya (Imam Ghozali, 2007).Rasio keuangan yang digunakan
sebagai proxy dari risiko kredit adalah rasio Non Perfoming Loan (NPL). Rasio ini
menunjukkan kemampuan dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank
(Herdiningtyas, 2005). Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/19/PBI/2006
tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif Bank Perkreditan Rakyat dalam pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa kualitas
aktiva produktif dalam bentuk kredit ditetapkan dalam 4 (empat) golongan yaitu lancar,
kurang lancar, diragukan dan macet. Penilaian terhadap golongan aktiva produktif
tersebut berdasarkan ketepatan membayar dan/atau kemampuan membayar kewajiban
oleh debitur.Adapun yang dimaksud dengan kredit bermasalah yaitu kelompok debitur
yang termasuk dalam golongan 2,3 dan 4 untuk kategori BPR. Golongan tersebut adalah
debitur yang kurang lancar, diragukan dan macet.Salah satu risiko yang muncul akibat
semakin kompleksnya kegiatan perbankan adalah munculnya non perfoming loan (NPL)
yang semakin besar.Semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang
ditanggung bank. Bank dengan NPL yang tinggi akan memperbesar biaya baik
pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap
kerugian bank (Wisnu Mawardi, 2005).
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan naik turunnya NPL suatu bank,
diantaranya sebagai berikut :
a. Kemauan dan itikad baik debitur:
Kemampuan debitur dari sisi finansial untuk melunasi pokok dan bunga
pinjaman tidak akan ada artinya tanpa kemauan atau itikadi baik dari debitur
sendiri.
16
b. Kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia
Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi tinggi rendahnya NPL suatu
bank, misalnya kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga BBM akan
menyebabkan perusahaan yang menggunakan BBM akan membutuhkan dana
tambahan yang diambil dari laba yang dianggarkan untuk pembayaran cicilan
utang untuk memenuhi biaya produksi yang tinggi, sehingga perusahaan
tersebut akan mengalami kesulitan dalam membayar utang – utangnya kepada
bank. Demikian juga halnya dengan kebijakan Bank Indonesia mempunyai
pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap NPL suatu bank. Jika BI
menaikkan BI Rate maka akan berakibat ada kenaikkan bunga kredit,
sehingga akan mengurangi kemampuan debitur dalam membayar angsuran
pokok dan bunga pinjaman.
c. Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan
debitur dalam melunasi utang – utangya. Indikator – indikator ekonomi makro
diantaranya adalah inflasi dan kurs rupiah.
Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan rasio
kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%. Menurut Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No.6/10/PBI/204 semakin tinggi NPl (diatas 5%) maka bank
tersebut tidak sehat.Semakin tinggi nilai NPL maka bank tersebut tidak sehat.
NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh
bank. Menurut perhitungan rasio keuangan Bank Indonesia, NPL didapat dari
pebandingan antara kredit bermasalah dengan total kredit.Kredit bermasalah
meliputi kredit kurang lancar, diragukan dan macet.
17
Kredit Bermasalah
NPL = ------------------------ x 100%
Total Kredit
2.1.5 KecukupanPemenuhan Modal Minimum
Modal bank sebagai cadangan atau back up dana jika bank mengalami kesulitan.
Modal bank dapat berupa modal inti, yaitu modal yang disetor oleh pemilik bank, laba
tahun berjalan, laba ditahan, cadangan umum atau cadangan tujuan dan modal
pelengkap seperti agio saham, revaluasi aktiva, dan goodwill (Sudirman, 2013:91).
Modal juga berfungsi untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan
bannk dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi (Idroes, 2011:68).
Tingkat kecukupan modal bagi perbankan diproksikan sebagai dengan rasio
Capital Adequacy Ratio (CAR).CAR memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh
aktiva bank yang mengandung risiko, yang dibiayai dari modal sendiri (Sianturi,
2012).Perbandingan rasio tersebut adalah perbandingan modal terhadap aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR) (Martono, 2002:88).Berdasarkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum dan Pemenuhan Modal Inti Minimum BPR, BPR wajib
menyediakan modal minimum yang dihitung dengan menggunakan rasio KPMM
paling rendah 12% dari ATMR.
Modal pada bank memiliki peran yang sangat penting. Kecukupan modal
dapat dikur dengan menggunakan rasio CAR. Penting bagi pihak manajemen
untuk memperhatikan besarnya CAR yang dimiliki agar bank tidak kekurangan
dana dan juga tidak kelebihan dana. Modal merupakan sumber utama pembiayaan
18
kegiatan operasional bank dan juga berperan sebagai penyangga kemungkinan
terjadinya risiko kerugian. Semakin besar modal yang dimiliki maka akan
semakin kuat bank tersebut dalam menghadapi risiko – risiko yang tidak terduga
sehingga bank dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat (Anjani dan
Purnawati, 2014). CAR sebagai variabel mediasi pengaruh NPL dan LDR
terhadap profitabilitas, hal ini dikarenakan CAR merupakan rasio permodalan
menjadi
faktor
penentu
berjalannya
kegiatan
operasional
bank
dalam
menghimpun dana dan menyalurkannya kembali. Menurut ketentuan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 5/POJK.03/2015 sebagai peraturan
pengganti PBI Nomor 8/18/PBI/2006 tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum BPR dan SE no.8/28/DPBPR perihal Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum BPR maka perhitungan rasio KPMM adalah sebagai berikut :
ModalInti dan Modal Pelengkap
KPMM = ---------------------------------------------------x 100%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
2.1.6. Loan to Deposit Ratio
Likuiditas adalah suatu kemampuan bank dalam membayar kewajiban –
kewajiban jangka pendeknya.Sedangkan rasio likuiditas merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendek. Rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban
kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan (Kasmir, 2012:129)
Rasio likuiditas dapat diukur menggunakan loan to deposit ratio (LDR). LRD
adalah perbandingan antara total kredit yang telah diberikan oleh bank dengan total dana
19
pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh bank (Riyadi, 2006:165). LDR menyatakan
kemampuan suatu bank untuk membayar kembali dana milik nasabah yang tertanam
dalam bank tersebut dengan mengandalkan kredit yang disalurkan sebagai sumber
likuiditasnya (Pauzi, 2010).
2.2.Penelitian Terdahulu
Penelitian Winda Ariana dan Sudarno (2017) bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dari variabel NPL dan LDR terhadap ROA. Obyek penilitian yang
digunakan adalah 21 BPR di Propinsi Riau yang tercatat dalam Bank Indonesia
dengan periode 2011 – 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NPL
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA, sementara variabel LDR
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, dan secara simultan NPL
dan LDR berpengaruh terhadap ROA. Menurut Winda Ariana dan Sudarno (2017)
walaupun nilai NPL semakin tinggi pada BPR di Propinsi Riau, tetapi hal itu
kemungkinan tidak memberikan dampak menurunnya tingkat ROA pada BPR
tersebut, hal ini disebabkan nilai Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP) masih dapat menutupi kredit bermasalah. Laba perbankan masih dapat
meningkat dengan NPL yang tinggi karena bank masih dapat memperoleh
sumberlaba tidak hanya dari bunga tetapi juga dari sumber lain seperti fee based
income yang juga memberikan pengaruh relatif tinggi terhadap tingkat ROA, dan
semakin tinggi bank memberikan kredit, maka semakin meningkat profitabilitas
yang diperoleh oleh bank.
Yoli Lara Sukma (2013) meneliti pengaruh Dana Pihak Ketiga, Kecukupan
Modal dan Risiko Kredit terhadap Profitabilitas dengan obyek Perusahaan
20
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Risiko Kredit (NPL) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA),
sedangkan Kecukupan Modal (CAR) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
dan Dana Pihak Ketiga juga tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.
Penelitian Trias Hawa, Sri Lestari dan Najmudin (2015) bertujuan untuk
mengetahui pengaruh likuiditas, efeisiensi operasional, NPL, NIM dan DER
terhadap profitabilitas bank. Penelitian dilakukan pada 17 BPR yang terdaftar di
OJK wilayah kerja Purwokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Likuiditas
(LDR) dan NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank (ROA).
Dalam penelitian ini LDR tidak berpengaruh terhadap ROA diakibatkan adanya
kredit macet sehingga besarnya kredit yang diberikan kurang berdampak pada
profitabilitas bank. Adanya kredit macet membuat kualitas kredit kurang baik
sehingga kemampuan bank dalam menyalurkan kredit tidak berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan atau laba bank. Sedangkan NPL tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas bank karena proporsi kredit bermasalah pada bank tidak begitu besar
sehingga tidak mempengaruhi ROA.
Ni Luh Sri Septiarini dan I Wayan Ramantha (2014) meneliti pengaruh rasio
kecukupan modal dan rasio penyaluran kredit terhadap profitabilitas dengan
moderasi rasio kredit bermasalah. Obyek penelitian dilakukan pada BPR di
Kabupaten Badung untuk periode 2010 – 2012 menggunakan purposive sampling
dengan beberapa kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial
rasio kecukupan modal berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Namun
pengaruh yang ditunjukkan adalah tidak signifikan karena persentase rasio
21
kecukupan modal yang tinggi dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam
melakukan ekspansi usahanya karena besarnya cadangan modal yang dimiliki
oleh perusahaan digunakan untuk menutupi risiko kerugian yang dalam hal ini
adalah rasio kredit bermasalah. Terhambatnya ekspansi usaha akibat tingginya
rasio kecukupan modal pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan
perbankan. Hasil kedua menunjukkan bahwa rasio penyaluran kredit berpengaruh
positif namun tidak siginifkan terhadap profitabilitas. Pengaruh yang tidak
signifikan ini karena timbulnya kredit bermasalah, akan mengurangi laba yang
seharusnya diterima oleh bank dalam bentuk pendapatan bunga pinjaman,
sehingga peningkatan yang terjadi pada rasio penyaluran kredit tidak sebanding
dengan
pengaruhnya
terhadap
peningkatan
profitabilitas.
Hasil
ketiga
menunjukkan bahwa rasio kredit bermasalah berpengaruh negatif terhadap
profitabilitas (ROA). Sedangkan hasil keempat menyatakan bahwa rasio kredit
bermasalah berpengaruh negatif terhadap hubungan antara rasio kecukupan modal
dengan profitabilitas. Dan hasil kelima menyatakan bahwa rasio kredit bermasalah
berpengaruh negatif terhadap hubungan antara rasio penyaluran kredit dengan
profitabilitas.
Penelitian Rita Septian dan Putu Vivi Lestari (2016) yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh NPL dan LDR terhadap profitabilitas (ROA) dengan CAR
sebagai variabel mediasi. Penelitian dilakukan pada PT. BPR Pasarraya Kuta
periode 2010 – 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPL dan LDR
berpengaruh tidak signifkan terhadap ROA serta CAR berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA. NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR dan
22
LDR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap CAR serta CAR hanya
memediasi hubungan antara NPL dan ROA.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
dan Metode Analisis dan Variabel
Hasil
No. Nama
Tahun
1.
Sudarno, S., & Variabel Penelitian:
Ariana,
W. 1. Non Perfoming Loan
(2017)
2. Loan to Deposit Ratio
3. Return On Asset
Metode Analisis: Regresi linier
berganda
2.
Lestari
(2016)
P.V. Variabel Penelitian:
1. Non Perfoming Loan
2. Loan to Deposit Ratio
3. Capital Adequacy Ratio
4. Return On Asset
Metode Analis : Analisis jalur
3.
Fitrianto, H., Variabel Penelitian:
&
Mawardi, 1. Non Perfoming Loan
W. (2006)
2. Risiko Aset (NPA)
3. Profitabilitas (ROA),(ROE)
1. NPL berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap
ROA
dan
LDR
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
ROA.
2. Secara simultan NPL
dan LDR berpengaruh
terhadap ROA.
1. NPL
dan
LDR
berpengaruh
tidak
signfikan terhadap ROA.
2. CAR berpengaruh positif
terhadap ROA
3. NPL berpengaruh negatif
signifikan terhadap CAR
4. LDR berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap
CAR
5. CAR hanya memediasi
hubungan antara NPL
terhadap ROA.
1. NPL,NPA, ROE dan
BOPO tidak berpengaruh
signifikan terhadap CAR.
2. ROA dan LDR
Dilanjutkan……
23
Lanjutan……
No. Nama
Tahun
4.
5.
6.
7.
dan Metode Analisis dan Variabel
Hasil
4. Loan to Deposit Ratio
berpengaruh
signfikan
5. BOPO
terhadap CAR
6. Capital Adequacy Ratio
Metode Analisis : Regresi
linier berganda
Puspitasari, D. Variabel Penelitian:
1. PDN dan Suku Bunga
(2009)
1. Non Perfoming Loan
SBI tidak menunjukkan
2. Likuiditas
pengaruh
signifikan
3. Posisi Devisa Netto (PDN)
terhadap ROA.
4. Net Interest Margin
2. CAR, NIM dan LDR
5. Suku Bunga SBI
berpengaruh
positif
6. Return On Asset
signifikan terhadap ROA
Metode Analisis: Regresi linier 3. NPL
dan
BOPO
berganda
berpengaruh
negatif
signifikan terhadap ROA
Kazumi, T. H., Variabel Penelitian:
1. NIM berpengaruh positif
& Lestari, S. 1. Non Perfoming Loan
terhadap ROA
(2015)
2. Loan to Deposit Ratio
2. BOPO
dan
DER
3. Net Interest Margin
berpengaruh
negatif
4. Debt Equity Ratio
terhadap ROA
5. Return On Asset
3. LDR dan NPL tidak
Metode Analisis: Regresi linier
berpengaruh signifikan
berganda
terhadap ROA.
Sukma, Y. L. Variabel Penelitian :
1. DPK dan CAR tidak
(2013)
1. Dana Pihak Ketiga
berpengaruh
terhadap
2. Capital Adequacy Ratio
profitabilitas
3. Non Perfoming Loan
2. NPL
berpengaruh
4. Return On Asset
terhadap profitabilitas.
Metode Analisis : Regresi
Berganda
Wityasari, M., Variabel Penelitian :
1. NPL berpengaruh positif
& Pangestuti, 1. Capital Adequacy Ratio
signifikan terhadap LDR
I. R. D. (2014
2. Dana Piihak Ketiga
2. CAR
dan
DPK
3. Non Perfoming Loan
berengaruh positif dan
4. Loan to Deposit Ratio
signifikan terhadap ROA.
5. Return On Asset
3. NPL berpengaruh negatif
Metode Analisis : Analisis
signifikan terhadap ROA
Jalur
4. Tidak ada variabel yang
signifikan
yang
dimediasi oleh LDR
sebagai
variabel
intervening
Dilanjutkan……
24
Lanjutan……
No. Nama
Tahun
8.
Zulfikar,
(2014)
dan Metode Analisis dan Variabel
Hasil
T. Variabel Penelitian :
1. CAR, NPL dan LDR
1. Capital Adequacy Ratio
tidak
berpengaruh
2. Loan to Deposit Ratio
signifikan terhadap ROA
3. Non Perfoming Loan
2. BOPO
berpengaruh
4. BOPO
positif dan signifikan
5. Net Interest Margin
terhadap ROA.
6. Return On Asset
3. NIM
berpengaruuh
Metode Penelitian : Regresi
negatif dan signifikan
Berganda
terhadap ROA
Sumber: berbagai jurnal penelitian
3. Kerangka Pemikiran
3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis
Kondisi perekonomian saat ini membutuhkan bank – bank yang sehat
sebagai salah satu lembaga yang berperan penting dalam stabilitas ekonomi.
Indikator kesehatan bank dapat dilihat dari kinerja keuangan salah satunya adalah
tingkat profitabilitas dan modal yang tercermin dalam rasio KPMM. Dalam upaya
menciptakan bank – bank yang sehat pemerintah melalui otoritasnya
mengeluarkan kebijakan yang mendorong bank – bank untuk meningkatkan
modalnya. Pada BPR khususnya pemerintah pada tahun 2015 telah mengeluarkan
kebijakan yakni Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/POJK.03/2015
tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Pemenuhan Modal Inti
Minimum BPR, BPR wajib menyediakan modal minimum yang dihitung dengan
menggunakan rasio KPMM paling rendah 12% dari ATMR, dengan demikian
BPR wajib meningkatkan modalnya dimana pada ketentuan sebelumnya hanya
diwajibkan sebesar 8%. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Keovongvichith,2012
25
dan Buchory, 2006) bahwa bank memainkan peran penting dalam mekanisme
pembayaran, mobilisasi, intermediasi juga alokasi modal. Fungsi tersebut dapat
dilaksanakan dengan optimal, jika didukung dengan permodalan yang memadai
(Buchory, 2006).
Penelitian yang mengkaji hubungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
profitabilitas perbankan telah dilakukan beberapa peneliti sebelumnya. Variabel
yang mempengaruhi profitabilitasdan KPMM adalah Loan To Deposit
Ratio(LDR), dan Non Perfoming Loan (NPL). Atas dasar penelitian terdahulu
tersebut maka model yang dikembangkan seperti disajikan pada gambar berikut :
Gambar 3.1
Kerangka Pemikiran
Loan To Deposit
Ratio(X1)
H3
H6
H1
KPMM
H5
(Y1)
ROA
(Y2)
Non Perfoming Loan
(X2)
H2
H4
H7
Peningkatan Loan to Deposit Ratio berarti penyaluran dana ke pinjaman
semakin besar besar sehingga laba akan meningkat. Peningkatan laba tersebut
mengakibatkan kinerja bank yang diukur dengan ROA semakin tinggi. Penyaluran
kredit yang sehat ditunjukkan dengan rendahnya tingkat Non Perfoming Loan
26
maka akan menunjukkan risiko yang rendah yang dihadapi bank dari penyaluran
kredit. Rendahnya risiko tersebut akan menghindarkan bank dari pengeluaran
biaya untuk menutupi kerugian dari kredit yang bermasalah, sehingga rendahnya
Non Perfoming Loan akan meningkatkan profitabilitas bank. Rasio LDR dan NPL
yang baik disertai dengan tingkat permodalan yang tinggi yang diwakili dengan
rasio KPMM akan meningkatkan profitabilitas yang tinggi pula bagi bank.
Pengukuran kinerja perbankan di atas ditunjukkan dalam laporan
keuangan bank dalam suatu periode. Kinerja bank yang menunjukkan peningkatan
profitabilitas maka akan menggambarkan bahwa manajemen bank berhasil dalam
mengembangkan asset bank dan mengemban amanah dari para pemilik
(shareholder) dan para pemangku kepentingan perusahaan lainnya (stakeholder).
Namun perusahaan perbankan merupakan perusahaan yang mempunyai regulasi
ketat bila dibandingkan dengan jenis perusahaan lainnya, misalnya suatu bank
harus memenuhi criteria capital adequacy ratio (CAR) minimum. Laporan
keuangan perusahaan perbankan digunakan oleh Bank Indonesia untuk meniai
apakah bank tersebut termasuk dalam perusahaan yang sehat atau tidak. Keadaan
yang seperti ini banyak dimanfaatkan oleh para manajer untuk melakukan
manipulasi data dalam laporan keuangan perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar
perusahaan yang berada di bawah tanggung jawab manajer tersebut masuk dalam
kriteria yang disyaratkan oleh Bank Indonesia.
Hubungan antara kemampuan manajerial untuk mencapai profitabilitas
yang tinggi sesuai dengan keinginan pemilik bank dan para pemangku
kepentingan lainnya dapat dijelaskan dari teori keagenan (agency theory). Di
27
dalam teori ini berisi tentang penjelasan mengenai hubungan antara agent
(manajer) dan principal (pemilik). Menurut Jensen dan Meckling (1976) daam
Sari (2010), hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara principal dan
agent. Inti dari hubungan keagenan ini adalah terdapat pemisahan antara
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Tujuan utama teori keagenan (agency
theory) adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak – pihak yang melakukan
hubungan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir
cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi yang
mengalami ketidakpastian. Teori keagenan (agency theory) juga berusaha untuk
menjawab masalah keagenan yang disebabkan karena pihak – pihak yang
menjalin kerja sama dalam suatu perusahaan memunyai tujuan yang berbeda,
dalam menjalankan tanggung jawabnya dalam mengelola suatu perusahaan.
Menurut Eisenhardt (1989) dalam Sam’ani (2008) terdapat tiga asumsi
sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi yaitu : (1) manusia
pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki
data pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan
(3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Haris (2004) menyatakan
bahwa berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia
kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic, yaitu
mengutamakan kepentingan pribadinya.
28
3.2.Hipotesis
3.2.1. Pengaruh Loan To Deposit Ratio terhadap Kecukupan Pemenuhan
Modal Minimum (KPMM)
Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu menunjukkan kemampuan suatu bank
di dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh
bank maupun dana yang dapat dikumpulkan oleh masyarakat (Kusuno, 2003).
Loan to Deposit Ratio (LDR) mencerminkan kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, dengan kata lain seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank
untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya
yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit yang diberikan dengan
total dana pihak ketiga (Arimi dan Mahfud, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitrianto, H., & Mawardi, W. (2006)
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan antara LDR terhadap
CAR. Pengaruh tersebut menunjukkan arah negatif, artinya jika LDR meningkat
maka CAR akan menurun dan sebaliknya. Penurunan nilai CAR tersebut
disebabkan karena bank harus mengeluarkan modal yang lebih besar akibat dari
meningkatknya
aktiva
produktif
yang
ditunjukkan
oleh
meningkatnya
LDR.Karakter bank biasanya memiliki banyak aktiva produktif, dan hanya
memiliki alat – alat liquid yang sangat terbatas, dengan demikian akan ada
kemungkinan penyediaan likuiditas bank akan diambil dari permodalannya bila
bank tersebut mengalami kerugian dan kemungkinan besar modal bank akan
29
terkikis sedikit demi sedikit untuk menutupi kerugian yang dialami, bank dengan
demikian rasio kecukupan modal akan mengalami penurunan.
Dengan demikian, maka hipotesis pertama yang akan diuji adalah
H1
: Loan To Deposit Ratio berpengaruh negatif terhadap
Kecukupan Pemenuhan Modal Minumum (KPMM)
3.2.2. Pengaruh
Non Perfoming Loan terhadap Kecukupan Pemenuhan
Modal Minimum (KPMM)
Pemberian kredit mengandung risiko tidak lancarnya pembayaran kredit
atau kredit bermasalah atau Non Perfoming Loan (Mubarok,2010). Untuk
menghindari tingginya kredit bermasalah dari ketidakefesienan dalam penyaluran
kredit, dilakukan pertimbangan mengenai pengalokasian dana yang efesien,
sehingga kredit bermasalah tidak terlalu tinggi (Utomo, 2008). Banyaknya kredit
bermasalah menyebabkan permodalan bank berkurang yang dapat dilihat dari
rasio kecukupan modalnya. Menurunnya rasio kecukupan modal, dapat
menurunkan penyaluran kredit perbankan, sehingga kemampuan bank dalam
menghasilkan laba yang optimal akan hilang dan kemampuan untuk bangkit
kembali pada saat merugi juga rendah, serta turunnya kepercayaan nasabah
(Mubarok, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan Lestari P.V. (2016) menunjukkan bahwa
NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR. Arah negatif tersebut
menunjukkan bahwa jika NPL meningkat maka CAR akan menurun dan begitu
sebaliknya. Penurunan nilai CAR tersebut disebabkan karena bank harus
30
membentuk PPAP yang lebih besar akibat dari meningkatknya risio kredit yang
ditunjukkan
oleh
meningkatnya
rasio
NPL.
Pembentukan
PPAP
akan
menyebabkan berkurangnya ekuitas yang merupakan bagian dari komponen
kecukupan modal (Maheswari dan Surya, 2014).
Dengan demikian, maka hipotesis kedua yang akan diuji adalah
H2
: Non Perfoming Loan berpengaruh negatif terhadap
Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM)
3.2.3. Pengaruh Loan To Deposit Ratio terhadap Profitabilitas
Peningkatan LDR berarti penyaluran dana ke pinjaman semakin besar
sehingga laba akan meningkat (Banik dan Das 2013). Peningkatan laba tersebut
mengakibatkan kinerja bank yang diukur dengan ROA semakin tinggi. Oleh
karena itu pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang dihimpun dari
masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Hal ini
berarti bahwa semakin tinggi LDR sampai dengan batas tertentu maka akan
semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk kredit maka akan
meningkatkan pendapatan bunga sehingga ROA semakin tinggi (Margaretha dan
Zai, 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nusantara,A.B. (2009) menunjukkan
bahwa LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.
H3
:
Loan
To
Deposit
Ratio
berpengaruh
positif
terhadapProfitabilitas
31
3.2.4. Pengaruh Non Perfoming Loan terhadap Profitabilitas
NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam mengukur risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur
(Mabruhoh, 2004). NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin
kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan
kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar
kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan bank wajib melakukan
pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur
dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan
pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit (Masyhud Ali, 2004)
Non Perfoming Loan (NPL) merupakan salah satu pengukuran dari rasio
risiko usaha bank yang menunjukkan besarnya risiko kredit bermasalah yang ada
pada suatu bank. Hasil penelitian Sukma, Y. L. (2013) yang menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh negatif signifikan antara rasio NPL dengan tingkat protibilitas
bank.
Dengan demikian, maka hipotesis keempat yang akan diuji adalah
H4
:
Non Perfoming Loan (NPL) berpengaruh negatif
terhadap Profitabilitas
3.2.5. Kecukupan
Pemenuhan
Modal
Minimum(KPMM)terhadap
Profitabilitas
32
KPMM mencerminkan modal sendiri perusahaan, semakin besar KPMM
maka semakin besar kesempatan bank dalam menghasilkan laba, karena dengan
modal yang besar, manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan dananya
kedalam aktivitas invesati yang sangat menguntungkan. Rasio kecukupan modal
adalah rasio yang memperlihatkan seberaa jauh seluruh aktiva yang mengandung
risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari modal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber di luar bank
seperti dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain – lain. CAR merupakan indikator
terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat
dari kerugian – kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko.Semakin
tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut menanggung risikko
dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank
tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang
cukup besar bagi profitabilitas (Dendawijaya,2001). Sehingga CAR memiliki
pengaruh yang positif terhadap profitabililtas.
Hasil penelitian Ni Luh Sri Septiarini dan I Wayan Ramantha (2014) dan
Meryta Wityasari (2014) menunjukkan bahwa rasio kecukupan modal
berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Dengan demikian, maka hipotesis kelima yang akan diuji adalah
H5
: Kecukupan Pemenuhan Modal Minimumberpengaruh
positif terhadapProfitabilitas
3.2.6. Pengaruh Loan To Deposit Ratio terhadap Profitabilitas dengan
Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum sebagai variabel mediasi
33
LDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur besarnya dana yang
ditempatkan dalam bentuk kredit yang berasalh dari dana yang dikumpulkan oleh
bank (terutama dana masyarakat). Semakin tinggi LDR menunjukkan bahwa
semakin riskan kondisi likuditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR
menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Semakin
tinggi LDR maka semakin tinggi dana yang disalurkan ke dana pihak ketiga.
Dengan penyaluran dana pihak ketiga yang besar maka pendapatan bank (ROA)
akan semakin meningkat. Kecukupan Modal bank yang tinggi dapat pula
memberikan profitabiltas yang tinggi bagi bank. Maka penyaluran kredit yang
efektif dengan didukung permodalan bank yang kuat akan meningkatkan
profitabilitas bank. Peningkatan volume kredit yang disalurkan maka bank
memiliki kemampuan yang lebih besar untuk membayar kembali dana yang
dihimpun dari nasabah, sehingga bank tidak perlu menggunakan modalnya
sebagai sumber pembiayaan (Pastory dan Marobhe, 2013).
Hasil penelitian Rita Septian dan Putu Vivi Lestari (2016) menunjukkan
bahwa CAR mampu memediasi pengaruh LDR terhadap ROA.Dengan demikian,
maka hipotesis keenam yang akan diuji adalah
H6
:
Loan
To
Deposit
Ratio
berpengaruh
terhadapProfitabilitas dengan Kecukupan Pemenuhan
Modal Minimum sebagai variabel mediasi
3.2.7. Pengaruh Non Perfoming Loan terhadap Profitabilitas dengan
Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum sebagai variabel mediasi
34
Bank yang memiliki rasio CAR yang tinggi dapat melindungi bank
tersebut dari berbagai macam risiko usaha seperti tingkat kredit bermasalah yang
tinggi. Bank yang dapat mengantisipasi segala bentuk risiko usaha akan
berdampak pada kepercayaan masyarakat, sehingga akan meningkatkan
keuntungan bagi bank tersebut (Astohar, 2009).
Hasil penelitian Rita Septian dan Putu Vivi Lestari (2016) menunjukkan
bahwa CAR mampu memediasi pengaruh NPL terhadap ROA.Dengan demikian,
maka hipotesis ketujuh yang akan diuji adalah
H7
: Non Perfoming Loan berpengaruh terhadapProfitabilitas
dengan Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum sebagai
variabel mediasi.
4. Metode Penelitian
4.1.1. Populasi dan Penentuan Sampel
4.1.2. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek yang tidak seluruhnya diobservasi,
tetapi merupakan obyek penelitian. Populasi merupakan keseluruhan unsur-unsur
yang memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama
(Sugiyono,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah BPR yang ada di Provinsi
Jawa Tengah tahun berjumlah 251 bank.
4.1.3. Sampel
35
Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti dalam populasi.
(Arikunto,2002). Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
Purposive Sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai
dengan variabel penelitian. Kriteria pemilihan sampel penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
BPR yang digunakan dalam penelitian ini adalah BPR yang terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan tahun 2017.
2.
BPR mempublikasikan laporan tahunan (annual report) selama periode
pengamatan dan memiliki data lengkap.
3.
BPR tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan.
Dari kriteria di atas ditentukan jumlah sampel dari penelitian ini adalah
170 BPR yang ada di Provinsi Jawa Tengah.
4.2.Jenis dan Sumber Data
Menurut Indriantoro dan Bambang (2002) terdapat 2 sumber data yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian
yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya (tidak melalui media
perantara). Sedangkan data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh secara tidak langsung dari sumber aslinya (melalui media perantara).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang diolah terlebih dahulu, baik berupa laporan maupun tulisan yang dijadikan
landasan teori.
36
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun
dalam arsip yang dipublikasikan dan laporan keuangan yang berasal dari Publikasi
Laporan Keuangan BPR melalui www.ojk.go.id. Sumber data penelitian ini dari
laporan keuangan dari BPR yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun
2017.
4.3.Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data penelitian ini adalah dengan metode
dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan dokumen mengenai laporan
keuangan BPR di web Otoritas Jasa Keuangan.
4.4.Variabel dan Definisi Operasional Variabel
4.4.1. Variabel Penelitian
Sumarni dan Salamah (2005) menyatakan bahwa variabel adalah bentuk
konsepsi atau sifat yang akan dipelajari. variabel dapat dikatakan sebagai suatu
sifat yang akan diambil dari suatu nilai yang berbeda sehingga variabel
merupakan suatu yang bervariasi. Variabel pun merupakan suatu kualitas dari
variabel, peneliti dapat menganalisis serta menarik kesimpulan. Variabel-variabel
dalam penelitian ini adalah:
37
1.
Variabel Terikat (Dependen) yaitu merupakan tipe variabel yang dijelaskan
atau dipengaruhi oleh variabel independen (Sugiyono, 2010). Variabel
Terikat (Dependen) dalam penelitian ini adalah Profitabiltas.
2.
Variabel Variabel bebas (Independen) merupakan tipe variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Sugiyono, 2010). Yang
menjadi variabel bebas (Independen) dalam penelitian ini adalah Loan To
Deposit Ratio, dan Non Perfoming Loan .
3.
Variabel Mediasi merupakan variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel
ini merupakan variabel penyela atau antara variabel independen dengan
variabel
dependen,
sehingga
variabel
independen
tidak
langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Yang menjadi
variabel mediasi dalam penelitian ini adalah Kecukupan Pemenuhan Modal
Minimum
4.4.2. Definisi Operasional Variabel
1.
KPMM (Y1)
Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum memperlihatkan seberapa besar
jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko, yang dibiayai dari modal
sendiri (Sianturim 2012). Perbandingan rasio tersebut adalah perhitungan modal
terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Berdasarkan peraturan
Otoritas Jasa Keuangan nomor 5/POJK.03/2015, permodalan minimum yang
38
harus dimiliki suatu bank adalah 12%.Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum
(KPMM) diukur dengan menggunakan rumus:
Modal Inti dan Modal Pelengkap
KPMM= ---------------------------------------x 100%
ATMR
2.
Profitabilitas (Y2)
Profitabilitas merupakan hasil yang dicapai bank dalam mengelola sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai tujuannya. Adapun rasio yang digunakan
adalah Return on Asset (ROA). ROA merupakan rasio antara earning after
tax(EAT) terhadap total aset (Sabir dkk, 2012). Rumus Return On Assetyaitu
(Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001):
Laba Bersih Setelah Pajak
Return On Asset = -----------------------------------Total Aset
3.
Loan To Deposit Ratio (X1)
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan antara total kredit yang
telah diberikan oleh bank dengan total dana pihak ketiga yang dapat dihimpun
oleh bank. LDR diukur dengan skala rasio dan besarnya dinyatakan dalam persen
(%). Rumus LDR yaitu (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal
14 Desember 2001):
Total Kredit Yang Diberikan
LDR = ----------------------------------- x 100%
39
Total DPK
4.
Non Performing Loan (X2)
NPL adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajamen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.
Risiko kredit bermasalah yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko
usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan
oleh pihak bank kepada debitur. Menurut Surat Edaran BI No.3/30 DPNP tanggal
14 Desember 2001, NPL diukur dari perbandingan antara kredit bermasalah
terhadap total kredit:
Kredit Bermasalah
NPL = ------------------------ x 100%
Total Kredit
4.5.Metode Analisis Data
4.5.1. Uji Asumsi Klasik
4.5.1.1. Uji Normalitas
Uji Normalitas ini memiliki tujuan untuk menguji apakah di dalam suatu
model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pada
dasarnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat titik-titik (penyebaran data)
pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan cara melihat histogram dari
residualnya. Dari hasil pengamatan dapat diambil dua keputusan (Ghozali, 2011):
40
1.
Bila data menyebar pada sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas.
2.
Bila data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histograrn tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji normalitas dengan menggunakan grafik dapat menyesatkan bila tidak
hati-hati, secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya
(Ghozali, 2011). Oleh sebab itu selain uji grafik dianjurkan untuk melengkapinya
dengan uji statistik. Salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji
normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov
(Ghozali, 2011).
4.5.1.2. Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu
periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Secara sederhana adalah bahwa
analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap
variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data
observasi sebelumnya (Ghozali, 2011). Uji autokorelasi hanya dilakukan pada
data time series (runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section
seperti pada kuesioner yang pengukuran semua variabelnya dilakukan secara
serempak pada saat yang bersamaan. Model regresi pada penelitian yang
periodenya lebih dari satu tahun biasanya memerlukan uji autokorelasi.
41
Salah satu cara untuk menguji ada atau tidak autokorelasi adalah dengan
uji Durbin Watson (Ghozali, 2011). Pengambilan keputusan ada atau tidaknya
autokorelasi menggunakan kriteria sebagai berikut:
1.
Bila nilai DW terletak antara batas bebas atas (du) dan (4-du), maka koefisien
autokorelasi sama dengan nol atau tidak ada autokorelasi
2.
Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah (dl), maka koefisien autokorelasi
lebih besar dari nol atau autokorelasi positif
3.
Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi lebih kecil
dari nol atau autokorelasi negatif
4.
Bila nilai DW terletak antara batas bebas atas (du) dan batas bawah (dl) serta
terletak antara 4-du dan 4-dl, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Bila ternyata didalam model regresi diketahui terdapat autokorelasi, maka
harus diobati dengan menambah variabel lagi.
4.5.1.3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen, maka uji jenis ini
hanya diperuntukkan untuk penelitian yang memiliki variabel independen lebih
dari satu. Untuk mendeteksi adanya multikolonieritas di dalam regresi dapat
dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance
mengukur variabel bebas yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
Jika VIF < 10 dan nilai tolerance> 0.10 maka tidak terjadi gejala
multikolinearitas. (Ghozali, 2011)
4.5.1.4. Uji Heteroskedastisitas
42
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2011). Cara
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan Uji Glejser. Uji
Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel
independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2011). Jika variabel independen
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi
terjadi heteroskedastisitas. Pendektesian heteroskedastisitas dengan uji glejser
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Apabila probabilitas signifikansinya di atas 0,05%, dapat disimpulkan model
regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas
b. Apabila probabilitas signifikansinya di atas dibawah ,05%, dapat disimpulkan
model regresi mengandung adanya heteroskedastisitas.
4.5.2. Analisis Regresi Linier
Penelitian ini mengguanakan metode analisis regresi linier berganda. Ada
dua persamaan regresi dalam penelitian ini yaitu:
1. Pengaruh Loan Deposit Ratio (LDR), Non Perfoming Loan (NPL) terhadap
KPMM
KPMM
= a + b1LDR + b2 NPL + e1
2. Pengaruh Loan Deposit Ratio (LDR), Non Perfoming Loan (NPL), dan
KPMM terhadap Profitabilitas
43
ROA
= a + b3LDR + b4NPL + b5KPMM + e2
4.5.3. Goodness Of Fit Model (Uji kelayakan Model)
4.5.3.1. Uji F
Uji statistic F pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen secara simultan dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Dengan kriteria pengujian:
 F hitung> F table, maka model dikatakan layak (fit)
 F hitung< F table, maka model dikatakan tidak layak (fit)
Selain itu, dapat pula dilihat dari besarnya probabilitas dibandingkan dengan
0,05 (Taraf signifikansi α = 5%). Kriteria pengujian yang digunakan adalah :
 Jika probabilitas < 0,05 maka model dikatakan layak (fit)
 Jika probabilitas> 0,05 maka model dikatakan tidak layak (fit)
4.5.3.2. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada dasarnya untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan veriabel dependen sangat terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua
informasi
yang
dibutuhkan
dalam
memprediksi
variabel
dependen
(Ghozali,2011).
Ada kelemahan yang mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi
yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
44
model. Setiap ada tambahan satu variabel maka R² pasti akan meningkat tanpa
peduli apakah veriabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen atau tidak.
Maka dari itu banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan
nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Nilai
Adjusted R² dapat naik atau turun sesuai kondisi bila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model (Ghozali,2011).
4.5.4. Pengujian Hipotesis (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat). Pembuktian dilakukan
dengan cara membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Kriteria pengujian yang
digunakan (Sugiyono 2010 :230)adalah :
 Jika t hitung< t tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima
 Jika t hitung> t tabel, maka hipotesis nol (Ho) ditolak
Selain itu Uji t dapat pula dilihat dari besarnya probabilitas dibandingkan
dengan 0,05 (Taraf signifikansi α = 5%). Kriteria pengujian yang digunakan
(Ghozali 2012 :98) adalah :
 Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
 Jika probabilitas> 0,05 maka Ho diterima
4.5.5. Pengujian Variabel Mediasi
Pengujian variabel mediasi dilakukan sebagai berikut:
45
Gambar 3.2
Model Penelitian Variabel Mediasi
Loan Deposit
Ratio(X1)
P6
P4
P1
KPMM(Y1)
P3
ROA(Y2)
P2
Non Perfoming
Loan(X2)
P5
1.
Pengaruh langsung X1→Y2 = P4
2.
Pengaruh tidak langsung :
X1→Y1
= P1
Y1→Y2
= P3___x
P7
= P6
3.
Membandingkan P4 dengan P6
4.
Pengaruh langsung X2→Y2 = P5
5.
Pengaruh tidak langsung :
X2→Y1
= P2
Y1→Y2
= P3___x
= P7
Membandingkan P5 dengan P7
Pengujian hipotesi mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang
dikembangkan oleh Sobel (Ghozali, 2011:248) dan dikenal dengan uji Sobel
46
(Sobel tes).Uji Sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak
langsung X ke Y lewat I. Rumus uji Sobel adalah sebagai berikut :
sab =√𝑏2𝑠𝑎2 + 𝑎2𝑠𝑏2 + 𝑠𝑎2 + 𝑠𝑏2
Dengan keterangan :
sab : besarnya standar eror pengaruh tidak langsung
a
: jalur variabel independen (X) dengan variable intervening (I)
b
: jalur variabel intervening (I) dengan variable dependen (Y)
sa
: standar eror koefesien a
sb
: standar eror koefesien b
Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka perlu
menghitung nilai t dari keofesien ab dengan rumus sebagai berikut :
𝑎𝑏
t= 𝑠𝑎𝑏
nilai t hitung ini dibandingkan dengan nilai t table, jika t hitung > nilai t
tabel maka dapat disimpulkan pengaruh mediasi. Asumsi uji Sobel memerlukan
jumlah sampel yang besar, jika jumlah sampel kecil, maka uji sobel menjadi
kurang konservatif.
47
DAFTAR PUSTAKA
Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Penerbit Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Fitrianto, Hendra, and Wisnu Mawardi. "Analisis pengaruh kualitas aset,
likuiditas, rentabilitas, dan efisiensi terhadap rasio kecukupan modal
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta." Jurnal Studi Manajemen
Organisasi 3.1 (2006): 1-11.
Hapsari, Tiara Kusuma, and Prasetiono PRASETIONO. "Analisis Pengaruh CAR,
NPL, BOPO, LDR, GWM, Dan Rasio Konsentrasi Terhadap ROA (Studi
Empiris Pada Bank Umum Yang Listing Di Bei 2005-2009)." (2011).
Imam Ghozali,2012. Aplikasi Analisisi Multivariate dengan program IBM SPSS
20, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
48
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers.
Kazumi, Tri Hawa, and Sri Lestari. "ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS,
EFISIENSI OPERASIONAL, NPL, NIM DAN DER TERHADAP
PROFITABILITAS
BANK
PERKREDITAN
RAKYAT
YANG
TERDAFTAR DI OJK (Studi pada BPR di Wilayah Kerja OJK
Purwokerto)." Sustainable Competitive Advantage (SCA) 5.1 (2015).
Lestari,
Putu
Vivi.
"PENGARUH
NPL
DAN
LDR
TERHADAP
PROFITABILITAS DENGAN CAR SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
PADA PT BPR PASARRAYA KUTA Rita Septiani."
Maheswari, Kadek Indah, and I. Made Surya Negara Sudirman. "Pengaruh NPL
terhadap ROA dengan Mediasi CAR dan BOPO pada Perbankan
Indonesia." E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana 3.4 (2014).
Margaretha, Farah, and Diana Setiyaningrum. "Pengaruh Resiko, Kualitas
Manajemen, Ukuran dan Likuiditas Bank terhadap Capital Adequacy Ratio
Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia." Jurnal Akuntansi dan
Keuangan 13.1 (2011): 47-56.
Melayu S.P Hasibuan, Dasar – dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 1996.
Moh'd Al-Tamimi, Khaled Abdalla, and Samer Fakhri Obeidat. "Determinants of
capital
adequacy
in
commercial
banks
of
Jordan
an
empirical
study." International Journal of Academic research in Economics and
management sciences 2.4 (2013): 44.
Nugraha, Romadhoni Eka. "Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car), Non
Performing Loan (Npl), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (Bopo),
49
Return On Asset (Roa) Dan Net Interest Margin (Nim) Terhadap Loan To
Deposit Ratio (Ldr)(Studi Empiris Pada Perbankan Syariah Di Indonesia
Periode 2010-2012)." (2015).
Nusantara, Ahmad Buyung. "Analisis pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO
terhadap profitabilitas bank (perbandingan bank umum go publik dan bank
umum non go publik di Indonesia periode tahun 2005-2007)." (2009).
Nofrita, Ria. "Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kebijakan Deviden sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)." Jurnal Akuntansi 1.1
(2013).
Onaolapo, A. A., and A. E. Olufemi. "Effect of capital adequacy on the
profitability of the Nigerian banking sector." Journal of Money, Investment
and Banking 24 (2012): 62-72.
Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
5/POJK.03/2015. Otoritas Jasa Keuangan.
Pastory, Dickson, and Marobhe Mutaju. "The influence of capital adequacy on
asset quality position of banks in Tanzania." International Journal of
Economics and Finance 5.2 (2013): 179
Puspitasari, Diana. "Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, Dan
Suku Bunga Sbi Terhadap ROA (Studi Pada Bank Devisa Di Indonesia
Perioda 2003-2007)." (2009).
50
ROA, BOPO. "Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan
Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia." Jurnal Analisis
1.1 (2012): 79-86.
Septiarini, Ni Luh Sri, and I. Wayan Ramantha. "Pengaruh Rasio Kecukupan
Modal Dan Rasio Penyaluran Kredit Terhadap Profitabilitas Dengan
Moderasi Rasio Kredit Bermasalah." E-Jurnal Akuntansi (2014): 192-206.
Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan (Edisi Ketiga) :
dilengkapi UU No.7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No.10
Tahun 1998. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Sudirman, I Wayan.2013. Manajemen Perbankan Menuju Bankir Konvensional
yang Profesional (Edisi Pertama). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukma, Yoli Lara. "Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal Dan Risiko
Kredit Terhadap Profitabilitas (Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
BEI)." Jurnal Akuntansi 1.2 (2013).
Wityasari, Meryta, and Irene Rini Demi Pangestuti. "ANALISIS PENGARUH
CAR, DANA PIHAK KETIGA (DPK), NPL, dan LDR TERHADAP
PROFITABILITAS
PERBANKAN
DENGAN
LDR
SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING." Diponegoro Journal of Management
(2014).
51
Zulfikar, Taufik. "Pengaruh CAR, LDR, NPL, BOPO dan NIM Terhadap Kinerja
Profitabilitas (ROA) Bank Perkreditan Rakyat Di Indonesia." E-Journal
Graduate Unpar 1.2 (2014): 131-140.
52
Download