PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO DAN NON PERFOMING LOAN TERHADAP PROFITABILITAS DENGAN KECUKUPAN PEMENUHAN MODAL MINIMUM SEBAGAI VARIABEL MEDIASI PADA BPR DI PROVINSI JAWA TENGAH 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami penurunan maka salah satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah menata sektor perbankan (Y.L.Sukma,2013). Dengan demikian bank memiliki peran yang sangat strategis dalam kegiatan perekonomian. Peran strategis ini disebabkan fungsi utama perbankan sebagai financial intermediary, yaitu sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efesien. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. BPR merupakan salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. BPR sudah ada sejak jaman sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank Pasar. BPR merupakan lembaga 1 perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang – undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang No.10 Tahun 1998. Dalam undang – undang tersebut secara jelas disebutkan bahwa ada dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR. Bank memainkan peran penting dalam mekanisme pembayaran, mobilisasi, intermediasi juga alokasi modal (Keovongvichith,2012). CAMEL seringkali digunakan dalam penilaian kinerja keuangan pada lembaga keuangan terutama bank (Mohieldin dan Nasr, 2007). Mengikuti aturan dari Bank Indonesia maka, penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai proksi profitabilitas. Penelitian ini menggunakan beberapa rasio yang mempengaruhi profitabilitas suatu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu rasio kredit bermasalah dan rasio penyaluran kredit, serta menggunakan mediasikecukupan pemenuhan modal minimum. Likuiditas adalah kemampuan untuk menyediakan dana yang cukup dalam memenuhi kewajiban dan komitmen (Suhardjono dan Kuncoro, 2002:279). Semakin besar jumlah dana yang disalurkan, maka risiko yang harus ditanggungnya semakin besar (Alhaq,dkk.,2012). Likuiditas ini diproksikan dengan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu seberapa besar dana bank dilepaskan ke perkreditan. Ketentuan Bank Indonesia tentang Loan to Deposit Ratio (LDR) antara 80% hingga 110%. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR), maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka 2 kinerja bank juga meningkat sehingga akan mempengaruhi kecukupan pemenuhan modal minimum bank. Pemberian kredit mengandung risiko tidak lancarnya pembayaran kredit atau kredit bermasalah atau Non Perfoming Loan (Mubarok, 2010).Semakin tinggi rasio kecukupan modal, maka bank akan semakin kuat menanggung risiko setiap kredit dan mampu membiayai operasi bank, sehingga memberikan kontribusi yang besar bagi profitabilitas (Suhardjono dan Kuncoro, 2002). Modal merupakan faktor utama bagi suatu bank untuk dapat mengembangkan pertumbuhan usahanya. Pemenuhan kebutuhan Rasio Modal Minimal Bank atau dikenal CAR ditentukan oleh BIS (Bank for International Setlement) sebesar 8%. Rasio CAR diperoleh dengan menggunakan rumus : (Modal : ATMR) x 100%. Modal terdiri dari Modal Inti dan Modal Pelengkap, dimana besarnya Modal Pelengkap yang diperhitungkan maksimal 100% dari besarnya Modal Inti. Jika dimasukkan risiko pasar dan risiko operasional, maka kedua risiko ini akan menambah ATMR. Awal ketentuan yang dibuat oleh BIS ini tidak mengikat, tetapi akhirnya hampir seluruh Bank Sentral di dunia mengadopsi ketentuan BIS. Di Indonesia menerapkan ketentuan ini melalui PBI menjadi KPMM (Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum) sebesar 8%, yang secara bertahap akan disesuaikan dengan kondisi perbankan di Indonesia dan perbankan Internasional. Penting bagi pihak manajemen untuk memperhatikan besarnya KPMM yang dimiliki agar bank tidak kekurangan dana dan juga tidak kelebihan dana. Modal merupakan sumber utama pembiayaan kegiatan operasional bank dan juga 3 berperan sebagai penyangga kemungkinan terjadinya risiko kerugian. Semakin besar modal yang dimiliki maka semakin kuat bank tersebut dalam menghadapi risiko – risiko yang tidak terduga sehingga bank dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat (Anjani dan Purnawati, 2014). Namun bank yang memiliki KPMM terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya idle fund, yaitu terdapat banyaknya dana yang menganggur yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manajemen bank tersebut. Modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap (Idroes, 2008). Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Pemenuhan Modal Inti Minimum BPR, BPR wajib menyediakan modal minimum yang dihitung dengan menggunakan rasio KPMM paling rendah 12% dari ATMR. KPMM sebagai variabel mediasi pengaruh NPL dan LDR terhadap profitabilitas, hal ini dikarenakan KPMM yang merupakan rasio permodalan menjadi faktor penentu berjalannya kegiatan operasional bank dalam menghimpun dana dan menyalurkan kembali. Fakta menunjukkan bahwa BPR selama ini dikenal sebagai bank yang mampu bertahan dari krisis ekonomi. Hal ini dikarenakan ruang lingkup BPR yang lebih fokus melayani pengusaha mikro, kecil dan menengah sehingga tidak terlalu terpengaruh saat terjadi krisis ekonomi. Namun berdasarkan data dari Bank Indonesia menunjukkan sebuah fakta bahwa selama periode 2014 – 2017 kinerja BPR di Indonesia mengalami penurunan profitabilitas. Hal ini ditunjukkan dari tabel kinerja BPR sebagai berikut. 4 Tabel 1.1. Kinerja BPR tahun 2011 - 2017 Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 LDR (%) Total Kredit Penghimpunan Dana Modal Inti 78,54 41.144 44.836 7.551 78,63 49.866 54.535 8.880 84,34 59.176 60.024 10.137 79,79 68.391 72.914 12.801 77,81 74.807 81.908 14.232 76,24 81.684 90.997 16.147 75,36 89.482 100.632 18.105 NPL (%) Kredit Non Lancar Total Kredit 5,22 2.146 41.100 4,75 2.369 49.818 4,41 2.610 59.176 4,75 3.252 68.391 5,37 4.018 74.807 5,83 4.765 81.684 6,15 5.500 89.482 ROA (%) 3,32 3,46 L/R Tahun Berjalan 1.853 2.328 Total Aktiva 55.799 67.397 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia tahun 2017 3,44 2.661 77.376 2,98 2.682 89.878 2,71 2.755 101.713 2,59 2.936 113.501 2,55 3.210 125.945 Fenomena di atas menunjukkan bahwa terdapat hal yang menarik dikaji berkaitan dengan penurunan kinerja BPR yang terjadi selama 5 tahun berturut turut. Di samping fenomena yang menarik tersebut, hasil penelitian terdahulu belum dapat menunjukkan simpulan umum mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi profitabilitas BPR. Hasil penelitian masih menunjukkan pertentangan antara variabel – variabel yang mempengaruhi profitabilitas BPR. Di satu sisi hasil penelitian menunjukkan beberapa variabel memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabiltas BPR , namun penelitian lainnya menunjukkan bahwa beberapa variabel tersebut tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank. 5 Tabel 1.2. Ringkasan Riset Gap Riset Gap Pengaruh Peneliti Sudarno, et al (2017) NonPerfoming Hasil Negatif tidak signifikan Loan terhadap Sukma (2013) Negatif signifikan ROA Kazumi, et al(2015),Lestari, et al (2016) Tidak berpengaruh Kunarsih, et al (2018), Wityasari (2014) Tidak berpengaruh siginifkan Nugraha (2014) Positif Pengaruh Loan to Kazumi, et al (2015), Rita Septian dan Tidak berpengaruh, Deposit Ratio Putu Vivi Lestari (2016) terhadap ROA Nusantara (2009), Sudarno, et al (2017) Positif signifikan Atas dasar fenomena gap dan riset gap seperti diuraikan di atas, maka menarik dilakukan penelitian ulang. Penelitian ulang ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang melakukan pengawasan bank telah menetapkan rasio minimal untuk kecukupan modal (KPMM) melalui POJK nomor 5/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Pemenuhan Modal Inti Minimum BPR. Ketentuan ini memberikan dasar bahwa bank harus memiliki modal yang cukup agar menjadi bank yang lebih sehat, kuat dan produktif. Siamat (2001) mengungkapkan bahwa kredit bermasalah atau sering disebut juga Non Perfoming Loan (NPL) yaitu kualitas aktiva kredit yang bermasalah 6 akibat pinjaman oleh debitur yang gagal melakukan pelunasan karena adanya faktor eksternal. Batas minimum NPL yaitu 5 persen. Peningkatan NPL akan mencermikan risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Apabila semakin tinggi NPL maka tunggakan bunga kredit semakin tinggi sehingga menurunkan pendapatan bunga dan CAR akan turun pula. Beberapa hasil penelitian empiris mengenai pengaruh NPL terhadap CAR dilakukan oleh Margaretha (2011) dengan penelitian yang dilakukan pada bank – bank umum periode 2003 – 2008 menyimpulkan bahwa NPL memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR. Sudirman (2013) mengungkapkan bahwa rasio likuiditas yang umum digunakan dalam dunia perbankan diukur melalui Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR merupakan pengukuran terhadap seluruh kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga sebagai upaya penilaian terhadap kinerja bank. LDR berfungsi sebagai faktor penentu besar kecilnya giro wajib minimum (GWM) serta indikator intermediasi bank. Rasio antara 90 persen – 94,75 persen ialah kisaran bank yang sehat dari sisi LDR. Pertumbuhan kredit yang diberikan lebih tinggi dari jumlah dana yang dihimpun menyebabkan peningkatan nilai LDR namun menurunkan nilai CAR. Penelitian mengenai pengaruh LDR terhadap CAR dilakukan oleh Fitrianto (2006) pada bank – bank yang telah go public periode 2000 – 2004 mengutarakan bahwa LDR memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR. Hal yang berlainan dikemukakan oleh Al-Tamimi, Abdala dan Obeidat (2013) bahwa LDR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. 7 Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasional bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan Dendawijaya (2003). Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA) dilakukan oleh Werdaningtyas (2002) menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifkan terhadap Return On Asset (ROA). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh NPL dan LDR terhadap Profitabilitas BPR dengan Rasio KPMM sebagai Variabel Mediasi di BPR Provinsi Jawa Tengah. 1.2.Perumusan Masalah Pada latar belakang terdapat fenomena bisnis di BPR yang menarik dan hasil penelitian terdahulu yang berbeda hasilnya mengenai pengaruh LDR dan NPL terhadap profitabilitas. Disamping itu akan dipecahkan masalah hal tersebut dengan mediasi CAR, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah Non Perfoming Loan (NPL) berpengaruh terhadap Return On Asset(ROA) pada BPR di Jawa Tengah ? 8 2. ApakahLoan To Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) pada BPR di Jawa Tengah ? 3. Apakah Non Perfoming Loan (NPL) berpengaruh terhadap Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum(KPMM) pada BPR di Jawa Tengah ? 4. Apakah Loan Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) pada BPR di Jawa Tengah ? 5. Apakah Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) pada BPR di Jawa Tengah ? 6. Apakah Non Perfoming Loan (NPL) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) berpengaruh dengan Kecukupan Modal Minimum sebagai variabel mediasi pada BPR di Jawa Tengah ? 7. Apakah Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) dengan Kecukupan Modal Minimum sebagai variabel mediasi pada BPR di Jawa Tengah ? 1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh Non Perfoming Loan (NPL) terhadap Return On Asset(ROA) pada BPR di Jawa Tengah ? 2. Untuk menganalisis pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Asset (ROA) pada BPR di Jawa Tengah ? 9 3. Untuk menganalisis pengaruh Non Perfoming Loan (NPL) terhadap Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum(KPMM) pada BPR di Jawa Tengah ? 4. Untuk menganalisis pengaruh Loan Deposit Ratio (LDR) terhadap Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) pada BPR di Jawa Tengah ? 5. Untuk menganalisis pengaruh Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) terhadap Return On Asset (ROA) pada BPR di Jawa Tengah ? 6. Untuk menganalisis pengaruh Non Perfoming Loan (NPL) terhadap Return On Asset (ROA) dengan Kecukupan Modal Minimum sebagai variabel mediasi pada BPR di Jawa Tengah ? 7. Untuk menganalisis pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Asset (ROA) dengan Kecukupan Modal Minimum sebagai variabel mediasi pada BPR di Jawa Tengah ? 1.4.Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya adalah : 1. Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam wawasan dan menambah pengetahuan penulis dan pihak lain mengenai pengaruh Loan To Deposit Ratio(LDR)dan Non Perfoming Loan (NPL) terhadap Profitabilitas dengan Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum sebagai Variabel Mediasi 10 2. Penelitian ini akan membuka wawasan baru berkenaan dengan analisisLoan To Deposit Ratio(LDR)dan Non Perfoming Loan (NPL) terhadap Profitabilitas dengan Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum sebagai Variabel Mediasi sehingga dapat memberikan kontribusi praktis bagi para stakeholder di dunia perbankan khususnya BPR. Selain itu memberikan masukan bagi manajemen perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangan dan modal bank dengan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhinya. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan secara mendetail pertama kali dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976).Jensen dan Meckling (1976) menyebut manajer suatu perusahaan sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Pemegang saham merupakan prinsipal yang mendelagasikan kewenangan menjalankan perusahaan dan melakukan pembuatan keputusan bisnis kepada manajer yang merupakan agen Dalam teori keagenan muncul permasalahan yang dikenal sebagai konflik kepentingan.Konflik kepentingan terjadi karena manajer cenderung mengambil keputusan bisnis untuk mengejar tujuan pribadi seperti optimalisasi bonus.Hal ini dapat mengakibatkan manajer cenderung untuk mengoptimalisasi laba jangka pendek guna mensejahterakan diri sendiri daripada memaksimalkan kesejahteraan 11 para pemegang saham melalui investasi dan proyek yang menguntungkan dalam jangka panjang. Pemilik usaha disebut sebagai pihak yang melakukan evaluasi terhadap informasi sedangkan agen adalah pihak yang mengambil keputusan. Dalam teori keagenan menjelaskan berbagai konflik kepentingan yang dalam perusahaan baik antara manajer dengan pemegang saham, manajer dengan kreditur atau antara pemegang saham, kreditur, dan manajer yang disebabkan adanya hubungan keagenan (Septriana, 2010). Penelitian ini menguji faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja perbankan, dari penjabaran teori agensi diatas, hubungan kinerja dengan teori agensi adalah perbedaan kepentingan antara investor dan manajemen. Dengan profitabilitas yang tinggi, investor berharap deviden yang tinggi dari penerimaan laba ditambah dengan faktor modal yang telah disetor, sehingga menekan manajemen untuk meningkatkan kinerjanya. Di sisi lain, pihak pengelola (manajemen) sudah menunjukkan kinerja dan kemampuannya semaksimal mungkin untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Sama seperti halnya investor, manajemen berharap bonus yang diperolehnya tinggi. Dari penjabaran tersebut terlihat bahwa ada perbedaan kepentingan antara investor dan manajemen terkait peningkatan kinerja perusahaan. Perbedaan kepentingan antara manajemen dengan investor dapat mempengaruhi kinerja perusahaan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi profitabiltas perusahaan. 12 2.1.2. Bank Lembaga perantara keuangan dapat dibedakan menjadi dua yaitu lembaga perantara keuangan bank dan bukan bank. Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. Menurut UU ini bank didefinisikan sebagai “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Sedangkan dalam pasal 29 dikatakan bahwa “Mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat padanya” (Sukarno dan Syaichu, 2006) 2.1.3Return On Asset Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Pada umumya ukuran profitabilitas yang digunakan adalah ROA. ROA memfokuskan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aset perusahaan yang dimiliki (Margaretha dan Zai, 2013). ROA merupakan rasio antara laba setelah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan,1998 dalam Hutagalung dkk, 2011). 13 Laba bank adalah jika jumlah penghasilan yang diterima lebih besar daripada jumlah pengeluaran (biaya) yang dikeluarkan. Laba bank berasal dari hasil operasi bunga pemberian kredit, agio saham, dan lain – lain. Laba bank sama dengan price credit dikurangi cost of money (cost of fund ditambah overhead cost) atau total revenue dikurangi dengan total cost yang dinyatakan dengan satuan kartal (rupiah). Jadi, tidak mencerminkan apakah laba bank rasional atau tidak karena tidak dapat dibandingkan dengan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Oleh karena itu laba bank harus dinyatakan dengan rentabilitas (Melayu S.P Hasibuan, 1996:99). Aset bank adalah kekayaan yang dimiliki oleh bank. Nilai aset yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kekayaan yang dimiliki bank juga tinggi. Nilai aset yang tinggi dapat dimanfaatkan oleh bank untuk membuka peluang memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan cara mengubahnya menjadi aktiva produktif melalui pemberian kredit. Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak. Total aset yang digunakan untuk mengukur ROA adalah jumlah keseluruhan dari aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat (Siamat, 2005). 14 Gilbert (Syofyan, 2003) menyatakan ukuran kinerja perbankan yang paling tepat adalah dengan mengukur kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai kegiatan yang dilakukannya, sebagaimana umumnya tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk mencapai nilai (value) yang tinggi, dimana untuk mencapai value tersebut perusahaan harus dapat secara efisien dan efektif dalam mengelola berbagai macam kegiatannya. Salah satu ukuran untuk mengetahui seberapa jauh keefisienan dan keefektifan yang dicapai adalah dengan melihat profitabilitas perusahaan, semakin tinggi profitabilitas maka semakin efektif dan efisien juga pengelolaan kegiatan perusahaan (Sukarno dan Syaichu,2006). 2.1.4.Non Perfoming Loan Pengertian kredit menurut Undang – undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai imbalan. Dalam usaha bank kredit merupakan usaha utama bank dalam menghasilkan laba, dan dalam setiap penyalurannya mengandung risiko.Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 5 Tahun 2003 risiko adalah potensi terjadinya peristiwa (event) yang menimbulkan kerugian.Seperti diketahui bahwa perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.Seiring dengan perkembangan pesat tersebut juga diiringi dengan risiko tinggi yang harus dihadapi oleh bank.Salah satu risiko yang dapat mempengaruhiprofitabilitas atau tingkat keuntungan yang diraih oleh bank yaitu risiko kredit.Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian yang dikaitkan dengan 15 kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya (Imam Ghozali, 2007).Rasio keuangan yang digunakan sebagai proxy dari risiko kredit adalah rasio Non Perfoming Loan (NPL). Rasio ini menunjukkan kemampuan dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank (Herdiningtyas, 2005). Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bank Perkreditan Rakyat dalam pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa kualitas aktiva produktif dalam bentuk kredit ditetapkan dalam 4 (empat) golongan yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Penilaian terhadap golongan aktiva produktif tersebut berdasarkan ketepatan membayar dan/atau kemampuan membayar kewajiban oleh debitur.Adapun yang dimaksud dengan kredit bermasalah yaitu kelompok debitur yang termasuk dalam golongan 2,3 dan 4 untuk kategori BPR. Golongan tersebut adalah debitur yang kurang lancar, diragukan dan macet.Salah satu risiko yang muncul akibat semakin kompleksnya kegiatan perbankan adalah munculnya non perfoming loan (NPL) yang semakin besar.Semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung bank. Bank dengan NPL yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank (Wisnu Mawardi, 2005). Terdapat beberapa hal yang menyebabkan naik turunnya NPL suatu bank, diantaranya sebagai berikut : a. Kemauan dan itikad baik debitur: Kemampuan debitur dari sisi finansial untuk melunasi pokok dan bunga pinjaman tidak akan ada artinya tanpa kemauan atau itikadi baik dari debitur sendiri. 16 b. Kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi tinggi rendahnya NPL suatu bank, misalnya kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga BBM akan menyebabkan perusahaan yang menggunakan BBM akan membutuhkan dana tambahan yang diambil dari laba yang dianggarkan untuk pembayaran cicilan utang untuk memenuhi biaya produksi yang tinggi, sehingga perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam membayar utang – utangnya kepada bank. Demikian juga halnya dengan kebijakan Bank Indonesia mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap NPL suatu bank. Jika BI menaikkan BI Rate maka akan berakibat ada kenaikkan bunga kredit, sehingga akan mengurangi kemampuan debitur dalam membayar angsuran pokok dan bunga pinjaman. c. Kondisi Perekonomian Kondisi perekonomian mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan debitur dalam melunasi utang – utangya. Indikator – indikator ekonomi makro diantaranya adalah inflasi dan kurs rupiah. Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%. Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.6/10/PBI/204 semakin tinggi NPl (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat.Semakin tinggi nilai NPL maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Menurut perhitungan rasio keuangan Bank Indonesia, NPL didapat dari pebandingan antara kredit bermasalah dengan total kredit.Kredit bermasalah meliputi kredit kurang lancar, diragukan dan macet. 17 Kredit Bermasalah NPL = ------------------------ x 100% Total Kredit 2.1.5 KecukupanPemenuhan Modal Minimum Modal bank sebagai cadangan atau back up dana jika bank mengalami kesulitan. Modal bank dapat berupa modal inti, yaitu modal yang disetor oleh pemilik bank, laba tahun berjalan, laba ditahan, cadangan umum atau cadangan tujuan dan modal pelengkap seperti agio saham, revaluasi aktiva, dan goodwill (Sudirman, 2013:91). Modal juga berfungsi untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan bannk dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi (Idroes, 2011:68). Tingkat kecukupan modal bagi perbankan diproksikan sebagai dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR).CAR memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko, yang dibiayai dari modal sendiri (Sianturi, 2012).Perbandingan rasio tersebut adalah perbandingan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) (Martono, 2002:88).Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Pemenuhan Modal Inti Minimum BPR, BPR wajib menyediakan modal minimum yang dihitung dengan menggunakan rasio KPMM paling rendah 12% dari ATMR. Modal pada bank memiliki peran yang sangat penting. Kecukupan modal dapat dikur dengan menggunakan rasio CAR. Penting bagi pihak manajemen untuk memperhatikan besarnya CAR yang dimiliki agar bank tidak kekurangan dana dan juga tidak kelebihan dana. Modal merupakan sumber utama pembiayaan 18 kegiatan operasional bank dan juga berperan sebagai penyangga kemungkinan terjadinya risiko kerugian. Semakin besar modal yang dimiliki maka akan semakin kuat bank tersebut dalam menghadapi risiko – risiko yang tidak terduga sehingga bank dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat (Anjani dan Purnawati, 2014). CAR sebagai variabel mediasi pengaruh NPL dan LDR terhadap profitabilitas, hal ini dikarenakan CAR merupakan rasio permodalan menjadi faktor penentu berjalannya kegiatan operasional bank dalam menghimpun dana dan menyalurkannya kembali. Menurut ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 5/POJK.03/2015 sebagai peraturan pengganti PBI Nomor 8/18/PBI/2006 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum BPR dan SE no.8/28/DPBPR perihal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum BPR maka perhitungan rasio KPMM adalah sebagai berikut : ModalInti dan Modal Pelengkap KPMM = ---------------------------------------------------x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) 2.1.6. Loan to Deposit Ratio Likuiditas adalah suatu kemampuan bank dalam membayar kewajiban – kewajiban jangka pendeknya.Sedangkan rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan (Kasmir, 2012:129) Rasio likuiditas dapat diukur menggunakan loan to deposit ratio (LDR). LRD adalah perbandingan antara total kredit yang telah diberikan oleh bank dengan total dana 19 pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh bank (Riyadi, 2006:165). LDR menyatakan kemampuan suatu bank untuk membayar kembali dana milik nasabah yang tertanam dalam bank tersebut dengan mengandalkan kredit yang disalurkan sebagai sumber likuiditasnya (Pauzi, 2010). 2.2.Penelitian Terdahulu Penelitian Winda Ariana dan Sudarno (2017) bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel NPL dan LDR terhadap ROA. Obyek penilitian yang digunakan adalah 21 BPR di Propinsi Riau yang tercatat dalam Bank Indonesia dengan periode 2011 – 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NPL berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA, sementara variabel LDR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, dan secara simultan NPL dan LDR berpengaruh terhadap ROA. Menurut Winda Ariana dan Sudarno (2017) walaupun nilai NPL semakin tinggi pada BPR di Propinsi Riau, tetapi hal itu kemungkinan tidak memberikan dampak menurunnya tingkat ROA pada BPR tersebut, hal ini disebabkan nilai Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) masih dapat menutupi kredit bermasalah. Laba perbankan masih dapat meningkat dengan NPL yang tinggi karena bank masih dapat memperoleh sumberlaba tidak hanya dari bunga tetapi juga dari sumber lain seperti fee based income yang juga memberikan pengaruh relatif tinggi terhadap tingkat ROA, dan semakin tinggi bank memberikan kredit, maka semakin meningkat profitabilitas yang diperoleh oleh bank. Yoli Lara Sukma (2013) meneliti pengaruh Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal dan Risiko Kredit terhadap Profitabilitas dengan obyek Perusahaan 20 Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Risiko Kredit (NPL) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA), sedangkan Kecukupan Modal (CAR) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dan Dana Pihak Ketiga juga tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Penelitian Trias Hawa, Sri Lestari dan Najmudin (2015) bertujuan untuk mengetahui pengaruh likuiditas, efeisiensi operasional, NPL, NIM dan DER terhadap profitabilitas bank. Penelitian dilakukan pada 17 BPR yang terdaftar di OJK wilayah kerja Purwokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Likuiditas (LDR) dan NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank (ROA). Dalam penelitian ini LDR tidak berpengaruh terhadap ROA diakibatkan adanya kredit macet sehingga besarnya kredit yang diberikan kurang berdampak pada profitabilitas bank. Adanya kredit macet membuat kualitas kredit kurang baik sehingga kemampuan bank dalam menyalurkan kredit tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan atau laba bank. Sedangkan NPL tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank karena proporsi kredit bermasalah pada bank tidak begitu besar sehingga tidak mempengaruhi ROA. Ni Luh Sri Septiarini dan I Wayan Ramantha (2014) meneliti pengaruh rasio kecukupan modal dan rasio penyaluran kredit terhadap profitabilitas dengan moderasi rasio kredit bermasalah. Obyek penelitian dilakukan pada BPR di Kabupaten Badung untuk periode 2010 – 2012 menggunakan purposive sampling dengan beberapa kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial rasio kecukupan modal berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Namun pengaruh yang ditunjukkan adalah tidak signifikan karena persentase rasio 21 kecukupan modal yang tinggi dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam melakukan ekspansi usahanya karena besarnya cadangan modal yang dimiliki oleh perusahaan digunakan untuk menutupi risiko kerugian yang dalam hal ini adalah rasio kredit bermasalah. Terhambatnya ekspansi usaha akibat tingginya rasio kecukupan modal pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan perbankan. Hasil kedua menunjukkan bahwa rasio penyaluran kredit berpengaruh positif namun tidak siginifkan terhadap profitabilitas. Pengaruh yang tidak signifikan ini karena timbulnya kredit bermasalah, akan mengurangi laba yang seharusnya diterima oleh bank dalam bentuk pendapatan bunga pinjaman, sehingga peningkatan yang terjadi pada rasio penyaluran kredit tidak sebanding dengan pengaruhnya terhadap peningkatan profitabilitas. Hasil ketiga menunjukkan bahwa rasio kredit bermasalah berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA). Sedangkan hasil keempat menyatakan bahwa rasio kredit bermasalah berpengaruh negatif terhadap hubungan antara rasio kecukupan modal dengan profitabilitas. Dan hasil kelima menyatakan bahwa rasio kredit bermasalah berpengaruh negatif terhadap hubungan antara rasio penyaluran kredit dengan profitabilitas. Penelitian Rita Septian dan Putu Vivi Lestari (2016) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh NPL dan LDR terhadap profitabilitas (ROA) dengan CAR sebagai variabel mediasi. Penelitian dilakukan pada PT. BPR Pasarraya Kuta periode 2010 – 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPL dan LDR berpengaruh tidak signifkan terhadap ROA serta CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR dan 22 LDR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap CAR serta CAR hanya memediasi hubungan antara NPL dan ROA. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu dan Metode Analisis dan Variabel Hasil No. Nama Tahun 1. Sudarno, S., & Variabel Penelitian: Ariana, W. 1. Non Perfoming Loan (2017) 2. Loan to Deposit Ratio 3. Return On Asset Metode Analisis: Regresi linier berganda 2. Lestari (2016) P.V. Variabel Penelitian: 1. Non Perfoming Loan 2. Loan to Deposit Ratio 3. Capital Adequacy Ratio 4. Return On Asset Metode Analis : Analisis jalur 3. Fitrianto, H., Variabel Penelitian: & Mawardi, 1. Non Perfoming Loan W. (2006) 2. Risiko Aset (NPA) 3. Profitabilitas (ROA),(ROE) 1. NPL berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. 2. Secara simultan NPL dan LDR berpengaruh terhadap ROA. 1. NPL dan LDR berpengaruh tidak signfikan terhadap ROA. 2. CAR berpengaruh positif terhadap ROA 3. NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR 4. LDR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap CAR 5. CAR hanya memediasi hubungan antara NPL terhadap ROA. 1. NPL,NPA, ROE dan BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR. 2. ROA dan LDR Dilanjutkan…… 23 Lanjutan…… No. Nama Tahun 4. 5. 6. 7. dan Metode Analisis dan Variabel Hasil 4. Loan to Deposit Ratio berpengaruh signfikan 5. BOPO terhadap CAR 6. Capital Adequacy Ratio Metode Analisis : Regresi linier berganda Puspitasari, D. Variabel Penelitian: 1. PDN dan Suku Bunga (2009) 1. Non Perfoming Loan SBI tidak menunjukkan 2. Likuiditas pengaruh signifikan 3. Posisi Devisa Netto (PDN) terhadap ROA. 4. Net Interest Margin 2. CAR, NIM dan LDR 5. Suku Bunga SBI berpengaruh positif 6. Return On Asset signifikan terhadap ROA Metode Analisis: Regresi linier 3. NPL dan BOPO berganda berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA Kazumi, T. H., Variabel Penelitian: 1. NIM berpengaruh positif & Lestari, S. 1. Non Perfoming Loan terhadap ROA (2015) 2. Loan to Deposit Ratio 2. BOPO dan DER 3. Net Interest Margin berpengaruh negatif 4. Debt Equity Ratio terhadap ROA 5. Return On Asset 3. LDR dan NPL tidak Metode Analisis: Regresi linier berpengaruh signifikan berganda terhadap ROA. Sukma, Y. L. Variabel Penelitian : 1. DPK dan CAR tidak (2013) 1. Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap 2. Capital Adequacy Ratio profitabilitas 3. Non Perfoming Loan 2. NPL berpengaruh 4. Return On Asset terhadap profitabilitas. Metode Analisis : Regresi Berganda Wityasari, M., Variabel Penelitian : 1. NPL berpengaruh positif & Pangestuti, 1. Capital Adequacy Ratio signifikan terhadap LDR I. R. D. (2014 2. Dana Piihak Ketiga 2. CAR dan DPK 3. Non Perfoming Loan berengaruh positif dan 4. Loan to Deposit Ratio signifikan terhadap ROA. 5. Return On Asset 3. NPL berpengaruh negatif Metode Analisis : Analisis signifikan terhadap ROA Jalur 4. Tidak ada variabel yang signifikan yang dimediasi oleh LDR sebagai variabel intervening Dilanjutkan…… 24 Lanjutan…… No. Nama Tahun 8. Zulfikar, (2014) dan Metode Analisis dan Variabel Hasil T. Variabel Penelitian : 1. CAR, NPL dan LDR 1. Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh 2. Loan to Deposit Ratio signifikan terhadap ROA 3. Non Perfoming Loan 2. BOPO berpengaruh 4. BOPO positif dan signifikan 5. Net Interest Margin terhadap ROA. 6. Return On Asset 3. NIM berpengaruuh Metode Penelitian : Regresi negatif dan signifikan Berganda terhadap ROA Sumber: berbagai jurnal penelitian 3. Kerangka Pemikiran 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis Kondisi perekonomian saat ini membutuhkan bank – bank yang sehat sebagai salah satu lembaga yang berperan penting dalam stabilitas ekonomi. Indikator kesehatan bank dapat dilihat dari kinerja keuangan salah satunya adalah tingkat profitabilitas dan modal yang tercermin dalam rasio KPMM. Dalam upaya menciptakan bank – bank yang sehat pemerintah melalui otoritasnya mengeluarkan kebijakan yang mendorong bank – bank untuk meningkatkan modalnya. Pada BPR khususnya pemerintah pada tahun 2015 telah mengeluarkan kebijakan yakni Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Pemenuhan Modal Inti Minimum BPR, BPR wajib menyediakan modal minimum yang dihitung dengan menggunakan rasio KPMM paling rendah 12% dari ATMR, dengan demikian BPR wajib meningkatkan modalnya dimana pada ketentuan sebelumnya hanya diwajibkan sebesar 8%. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Keovongvichith,2012 25 dan Buchory, 2006) bahwa bank memainkan peran penting dalam mekanisme pembayaran, mobilisasi, intermediasi juga alokasi modal. Fungsi tersebut dapat dilaksanakan dengan optimal, jika didukung dengan permodalan yang memadai (Buchory, 2006). Penelitian yang mengkaji hubungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan telah dilakukan beberapa peneliti sebelumnya. Variabel yang mempengaruhi profitabilitasdan KPMM adalah Loan To Deposit Ratio(LDR), dan Non Perfoming Loan (NPL). Atas dasar penelitian terdahulu tersebut maka model yang dikembangkan seperti disajikan pada gambar berikut : Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Loan To Deposit Ratio(X1) H3 H6 H1 KPMM H5 (Y1) ROA (Y2) Non Perfoming Loan (X2) H2 H4 H7 Peningkatan Loan to Deposit Ratio berarti penyaluran dana ke pinjaman semakin besar besar sehingga laba akan meningkat. Peningkatan laba tersebut mengakibatkan kinerja bank yang diukur dengan ROA semakin tinggi. Penyaluran kredit yang sehat ditunjukkan dengan rendahnya tingkat Non Perfoming Loan 26 maka akan menunjukkan risiko yang rendah yang dihadapi bank dari penyaluran kredit. Rendahnya risiko tersebut akan menghindarkan bank dari pengeluaran biaya untuk menutupi kerugian dari kredit yang bermasalah, sehingga rendahnya Non Perfoming Loan akan meningkatkan profitabilitas bank. Rasio LDR dan NPL yang baik disertai dengan tingkat permodalan yang tinggi yang diwakili dengan rasio KPMM akan meningkatkan profitabilitas yang tinggi pula bagi bank. Pengukuran kinerja perbankan di atas ditunjukkan dalam laporan keuangan bank dalam suatu periode. Kinerja bank yang menunjukkan peningkatan profitabilitas maka akan menggambarkan bahwa manajemen bank berhasil dalam mengembangkan asset bank dan mengemban amanah dari para pemilik (shareholder) dan para pemangku kepentingan perusahaan lainnya (stakeholder). Namun perusahaan perbankan merupakan perusahaan yang mempunyai regulasi ketat bila dibandingkan dengan jenis perusahaan lainnya, misalnya suatu bank harus memenuhi criteria capital adequacy ratio (CAR) minimum. Laporan keuangan perusahaan perbankan digunakan oleh Bank Indonesia untuk meniai apakah bank tersebut termasuk dalam perusahaan yang sehat atau tidak. Keadaan yang seperti ini banyak dimanfaatkan oleh para manajer untuk melakukan manipulasi data dalam laporan keuangan perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan yang berada di bawah tanggung jawab manajer tersebut masuk dalam kriteria yang disyaratkan oleh Bank Indonesia. Hubungan antara kemampuan manajerial untuk mencapai profitabilitas yang tinggi sesuai dengan keinginan pemilik bank dan para pemangku kepentingan lainnya dapat dijelaskan dari teori keagenan (agency theory). Di 27 dalam teori ini berisi tentang penjelasan mengenai hubungan antara agent (manajer) dan principal (pemilik). Menurut Jensen dan Meckling (1976) daam Sari (2010), hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara principal dan agent. Inti dari hubungan keagenan ini adalah terdapat pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Tujuan utama teori keagenan (agency theory) adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak – pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi yang mengalami ketidakpastian. Teori keagenan (agency theory) juga berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang disebabkan karena pihak – pihak yang menjalin kerja sama dalam suatu perusahaan memunyai tujuan yang berbeda, dalam menjalankan tanggung jawabnya dalam mengelola suatu perusahaan. Menurut Eisenhardt (1989) dalam Sam’ani (2008) terdapat tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi yaitu : (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki data pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Haris (2004) menyatakan bahwa berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. 28 3.2.Hipotesis 3.2.1. Pengaruh Loan To Deposit Ratio terhadap Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu menunjukkan kemampuan suatu bank di dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan oleh masyarakat (Kusuno, 2003). Loan to Deposit Ratio (LDR) mencerminkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, dengan kata lain seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (Arimi dan Mahfud, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitrianto, H., & Mawardi, W. (2006) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan antara LDR terhadap CAR. Pengaruh tersebut menunjukkan arah negatif, artinya jika LDR meningkat maka CAR akan menurun dan sebaliknya. Penurunan nilai CAR tersebut disebabkan karena bank harus mengeluarkan modal yang lebih besar akibat dari meningkatknya aktiva produktif yang ditunjukkan oleh meningkatnya LDR.Karakter bank biasanya memiliki banyak aktiva produktif, dan hanya memiliki alat – alat liquid yang sangat terbatas, dengan demikian akan ada kemungkinan penyediaan likuiditas bank akan diambil dari permodalannya bila bank tersebut mengalami kerugian dan kemungkinan besar modal bank akan 29 terkikis sedikit demi sedikit untuk menutupi kerugian yang dialami, bank dengan demikian rasio kecukupan modal akan mengalami penurunan. Dengan demikian, maka hipotesis pertama yang akan diuji adalah H1 : Loan To Deposit Ratio berpengaruh negatif terhadap Kecukupan Pemenuhan Modal Minumum (KPMM) 3.2.2. Pengaruh Non Perfoming Loan terhadap Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) Pemberian kredit mengandung risiko tidak lancarnya pembayaran kredit atau kredit bermasalah atau Non Perfoming Loan (Mubarok,2010). Untuk menghindari tingginya kredit bermasalah dari ketidakefesienan dalam penyaluran kredit, dilakukan pertimbangan mengenai pengalokasian dana yang efesien, sehingga kredit bermasalah tidak terlalu tinggi (Utomo, 2008). Banyaknya kredit bermasalah menyebabkan permodalan bank berkurang yang dapat dilihat dari rasio kecukupan modalnya. Menurunnya rasio kecukupan modal, dapat menurunkan penyaluran kredit perbankan, sehingga kemampuan bank dalam menghasilkan laba yang optimal akan hilang dan kemampuan untuk bangkit kembali pada saat merugi juga rendah, serta turunnya kepercayaan nasabah (Mubarok, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan Lestari P.V. (2016) menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR. Arah negatif tersebut menunjukkan bahwa jika NPL meningkat maka CAR akan menurun dan begitu sebaliknya. Penurunan nilai CAR tersebut disebabkan karena bank harus 30 membentuk PPAP yang lebih besar akibat dari meningkatknya risio kredit yang ditunjukkan oleh meningkatnya rasio NPL. Pembentukan PPAP akan menyebabkan berkurangnya ekuitas yang merupakan bagian dari komponen kecukupan modal (Maheswari dan Surya, 2014). Dengan demikian, maka hipotesis kedua yang akan diuji adalah H2 : Non Perfoming Loan berpengaruh negatif terhadap Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) 3.2.3. Pengaruh Loan To Deposit Ratio terhadap Profitabilitas Peningkatan LDR berarti penyaluran dana ke pinjaman semakin besar sehingga laba akan meningkat (Banik dan Das 2013). Peningkatan laba tersebut mengakibatkan kinerja bank yang diukur dengan ROA semakin tinggi. Oleh karena itu pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi LDR sampai dengan batas tertentu maka akan semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk kredit maka akan meningkatkan pendapatan bunga sehingga ROA semakin tinggi (Margaretha dan Zai, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nusantara,A.B. (2009) menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. H3 : Loan To Deposit Ratio berpengaruh positif terhadapProfitabilitas 31 3.2.4. Pengaruh Non Perfoming Loan terhadap Profitabilitas NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengukur risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Mabruhoh, 2004). NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit (Masyhud Ali, 2004) Non Perfoming Loan (NPL) merupakan salah satu pengukuran dari rasio risiko usaha bank yang menunjukkan besarnya risiko kredit bermasalah yang ada pada suatu bank. Hasil penelitian Sukma, Y. L. (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan antara rasio NPL dengan tingkat protibilitas bank. Dengan demikian, maka hipotesis keempat yang akan diuji adalah H4 : Non Perfoming Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas 3.2.5. Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum(KPMM)terhadap Profitabilitas 32 KPMM mencerminkan modal sendiri perusahaan, semakin besar KPMM maka semakin besar kesempatan bank dalam menghasilkan laba, karena dengan modal yang besar, manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan dananya kedalam aktivitas invesati yang sangat menguntungkan. Rasio kecukupan modal adalah rasio yang memperlihatkan seberaa jauh seluruh aktiva yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber di luar bank seperti dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain – lain. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko.Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut menanggung risikko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (Dendawijaya,2001). Sehingga CAR memiliki pengaruh yang positif terhadap profitabililtas. Hasil penelitian Ni Luh Sri Septiarini dan I Wayan Ramantha (2014) dan Meryta Wityasari (2014) menunjukkan bahwa rasio kecukupan modal berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Dengan demikian, maka hipotesis kelima yang akan diuji adalah H5 : Kecukupan Pemenuhan Modal Minimumberpengaruh positif terhadapProfitabilitas 3.2.6. Pengaruh Loan To Deposit Ratio terhadap Profitabilitas dengan Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum sebagai variabel mediasi 33 LDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur besarnya dana yang ditempatkan dalam bentuk kredit yang berasalh dari dana yang dikumpulkan oleh bank (terutama dana masyarakat). Semakin tinggi LDR menunjukkan bahwa semakin riskan kondisi likuditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Semakin tinggi LDR maka semakin tinggi dana yang disalurkan ke dana pihak ketiga. Dengan penyaluran dana pihak ketiga yang besar maka pendapatan bank (ROA) akan semakin meningkat. Kecukupan Modal bank yang tinggi dapat pula memberikan profitabiltas yang tinggi bagi bank. Maka penyaluran kredit yang efektif dengan didukung permodalan bank yang kuat akan meningkatkan profitabilitas bank. Peningkatan volume kredit yang disalurkan maka bank memiliki kemampuan yang lebih besar untuk membayar kembali dana yang dihimpun dari nasabah, sehingga bank tidak perlu menggunakan modalnya sebagai sumber pembiayaan (Pastory dan Marobhe, 2013). Hasil penelitian Rita Septian dan Putu Vivi Lestari (2016) menunjukkan bahwa CAR mampu memediasi pengaruh LDR terhadap ROA.Dengan demikian, maka hipotesis keenam yang akan diuji adalah H6 : Loan To Deposit Ratio berpengaruh terhadapProfitabilitas dengan Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum sebagai variabel mediasi 3.2.7. Pengaruh Non Perfoming Loan terhadap Profitabilitas dengan Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum sebagai variabel mediasi 34 Bank yang memiliki rasio CAR yang tinggi dapat melindungi bank tersebut dari berbagai macam risiko usaha seperti tingkat kredit bermasalah yang tinggi. Bank yang dapat mengantisipasi segala bentuk risiko usaha akan berdampak pada kepercayaan masyarakat, sehingga akan meningkatkan keuntungan bagi bank tersebut (Astohar, 2009). Hasil penelitian Rita Septian dan Putu Vivi Lestari (2016) menunjukkan bahwa CAR mampu memediasi pengaruh NPL terhadap ROA.Dengan demikian, maka hipotesis ketujuh yang akan diuji adalah H7 : Non Perfoming Loan berpengaruh terhadapProfitabilitas dengan Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum sebagai variabel mediasi. 4. Metode Penelitian 4.1.1. Populasi dan Penentuan Sampel 4.1.2. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan obyek yang tidak seluruhnya diobservasi, tetapi merupakan obyek penelitian. Populasi merupakan keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama (Sugiyono,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah BPR yang ada di Provinsi Jawa Tengah tahun berjumlah 251 bank. 4.1.3. Sampel 35 Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti dalam populasi. (Arikunto,2002). Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan variabel penelitian. Kriteria pemilihan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. BPR yang digunakan dalam penelitian ini adalah BPR yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan tahun 2017. 2. BPR mempublikasikan laporan tahunan (annual report) selama periode pengamatan dan memiliki data lengkap. 3. BPR tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan. Dari kriteria di atas ditentukan jumlah sampel dari penelitian ini adalah 170 BPR yang ada di Provinsi Jawa Tengah. 4.2.Jenis dan Sumber Data Menurut Indriantoro dan Bambang (2002) terdapat 2 sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya (tidak melalui media perantara). Sedangkan data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber aslinya (melalui media perantara). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diolah terlebih dahulu, baik berupa laporan maupun tulisan yang dijadikan landasan teori. 36 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan laporan keuangan yang berasal dari Publikasi Laporan Keuangan BPR melalui www.ojk.go.id. Sumber data penelitian ini dari laporan keuangan dari BPR yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2017. 4.3.Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan dokumen mengenai laporan keuangan BPR di web Otoritas Jasa Keuangan. 4.4.Variabel dan Definisi Operasional Variabel 4.4.1. Variabel Penelitian Sumarni dan Salamah (2005) menyatakan bahwa variabel adalah bentuk konsepsi atau sifat yang akan dipelajari. variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang akan diambil dari suatu nilai yang berbeda sehingga variabel merupakan suatu yang bervariasi. Variabel pun merupakan suatu kualitas dari variabel, peneliti dapat menganalisis serta menarik kesimpulan. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 37 1. Variabel Terikat (Dependen) yaitu merupakan tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Sugiyono, 2010). Variabel Terikat (Dependen) dalam penelitian ini adalah Profitabiltas. 2. Variabel Variabel bebas (Independen) merupakan tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Sugiyono, 2010). Yang menjadi variabel bebas (Independen) dalam penelitian ini adalah Loan To Deposit Ratio, dan Non Perfoming Loan . 3. Variabel Mediasi merupakan variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela atau antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Yang menjadi variabel mediasi dalam penelitian ini adalah Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum 4.4.2. Definisi Operasional Variabel 1. KPMM (Y1) Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko, yang dibiayai dari modal sendiri (Sianturim 2012). Perbandingan rasio tersebut adalah perhitungan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 5/POJK.03/2015, permodalan minimum yang 38 harus dimiliki suatu bank adalah 12%.Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) diukur dengan menggunakan rumus: Modal Inti dan Modal Pelengkap KPMM= ---------------------------------------x 100% ATMR 2. Profitabilitas (Y2) Profitabilitas merupakan hasil yang dicapai bank dalam mengelola sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuannya. Adapun rasio yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). ROA merupakan rasio antara earning after tax(EAT) terhadap total aset (Sabir dkk, 2012). Rumus Return On Assetyaitu (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001): Laba Bersih Setelah Pajak Return On Asset = -----------------------------------Total Aset 3. Loan To Deposit Ratio (X1) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah perbandingan antara total kredit yang telah diberikan oleh bank dengan total dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh bank. LDR diukur dengan skala rasio dan besarnya dinyatakan dalam persen (%). Rumus LDR yaitu (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001): Total Kredit Yang Diberikan LDR = ----------------------------------- x 100% 39 Total DPK 4. Non Performing Loan (X2) NPL adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajamen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Risiko kredit bermasalah yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur. Menurut Surat Edaran BI No.3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001, NPL diukur dari perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit: Kredit Bermasalah NPL = ------------------------ x 100% Total Kredit 4.5.Metode Analisis Data 4.5.1. Uji Asumsi Klasik 4.5.1.1. Uji Normalitas Uji Normalitas ini memiliki tujuan untuk menguji apakah di dalam suatu model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pada dasarnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat titik-titik (penyebaran data) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan cara melihat histogram dari residualnya. Dari hasil pengamatan dapat diambil dua keputusan (Ghozali, 2011): 40 1. Bila data menyebar pada sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas. 2. Bila data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histograrn tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas dengan menggunakan grafik dapat menyesatkan bila tidak hati-hati, secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya (Ghozali, 2011). Oleh sebab itu selain uji grafik dianjurkan untuk melengkapinya dengan uji statistik. Salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2011). 4.5.1.2. Uji Autokolerasi Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya (Ghozali, 2011). Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner yang pengukuran semua variabelnya dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan. Model regresi pada penelitian yang periodenya lebih dari satu tahun biasanya memerlukan uji autokorelasi. 41 Salah satu cara untuk menguji ada atau tidak autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (Ghozali, 2011). Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan kriteria sebagai berikut: 1. Bila nilai DW terletak antara batas bebas atas (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol atau tidak ada autokorelasi 2. Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol atau autokorelasi positif 3. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol atau autokorelasi negatif 4. Bila nilai DW terletak antara batas bebas atas (du) dan batas bawah (dl) serta terletak antara 4-du dan 4-dl, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Bila ternyata didalam model regresi diketahui terdapat autokorelasi, maka harus diobati dengan menambah variabel lagi. 4.5.1.3. Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen, maka uji jenis ini hanya diperuntukkan untuk penelitian yang memiliki variabel independen lebih dari satu. Untuk mendeteksi adanya multikolonieritas di dalam regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabel bebas yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jika VIF < 10 dan nilai tolerance> 0.10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas. (Ghozali, 2011) 4.5.1.4. Uji Heteroskedastisitas 42 Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2011). Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2011). Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Pendektesian heteroskedastisitas dengan uji glejser dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: a. Apabila probabilitas signifikansinya di atas 0,05%, dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas b. Apabila probabilitas signifikansinya di atas dibawah ,05%, dapat disimpulkan model regresi mengandung adanya heteroskedastisitas. 4.5.2. Analisis Regresi Linier Penelitian ini mengguanakan metode analisis regresi linier berganda. Ada dua persamaan regresi dalam penelitian ini yaitu: 1. Pengaruh Loan Deposit Ratio (LDR), Non Perfoming Loan (NPL) terhadap KPMM KPMM = a + b1LDR + b2 NPL + e1 2. Pengaruh Loan Deposit Ratio (LDR), Non Perfoming Loan (NPL), dan KPMM terhadap Profitabilitas 43 ROA = a + b3LDR + b4NPL + b5KPMM + e2 4.5.3. Goodness Of Fit Model (Uji kelayakan Model) 4.5.3.1. Uji F Uji statistic F pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara simultan dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dengan kriteria pengujian: F hitung> F table, maka model dikatakan layak (fit) F hitung< F table, maka model dikatakan tidak layak (fit) Selain itu, dapat pula dilihat dari besarnya probabilitas dibandingkan dengan 0,05 (Taraf signifikansi α = 5%). Kriteria pengujian yang digunakan adalah : Jika probabilitas < 0,05 maka model dikatakan layak (fit) Jika probabilitas> 0,05 maka model dikatakan tidak layak (fit) 4.5.3.2. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi pada dasarnya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan veriabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan dalam memprediksi variabel dependen (Ghozali,2011). Ada kelemahan yang mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam 44 model. Setiap ada tambahan satu variabel maka R² pasti akan meningkat tanpa peduli apakah veriabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Maka dari itu banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Nilai Adjusted R² dapat naik atau turun sesuai kondisi bila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali,2011). 4.5.4. Pengujian Hipotesis (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat). Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Kriteria pengujian yang digunakan (Sugiyono 2010 :230)adalah : Jika t hitung< t tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima Jika t hitung> t tabel, maka hipotesis nol (Ho) ditolak Selain itu Uji t dapat pula dilihat dari besarnya probabilitas dibandingkan dengan 0,05 (Taraf signifikansi α = 5%). Kriteria pengujian yang digunakan (Ghozali 2012 :98) adalah : Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Jika probabilitas> 0,05 maka Ho diterima 4.5.5. Pengujian Variabel Mediasi Pengujian variabel mediasi dilakukan sebagai berikut: 45 Gambar 3.2 Model Penelitian Variabel Mediasi Loan Deposit Ratio(X1) P6 P4 P1 KPMM(Y1) P3 ROA(Y2) P2 Non Perfoming Loan(X2) P5 1. Pengaruh langsung X1→Y2 = P4 2. Pengaruh tidak langsung : X1→Y1 = P1 Y1→Y2 = P3___x P7 = P6 3. Membandingkan P4 dengan P6 4. Pengaruh langsung X2→Y2 = P5 5. Pengaruh tidak langsung : X2→Y1 = P2 Y1→Y2 = P3___x = P7 Membandingkan P5 dengan P7 Pengujian hipotesi mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel (Ghozali, 2011:248) dan dikenal dengan uji Sobel 46 (Sobel tes).Uji Sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung X ke Y lewat I. Rumus uji Sobel adalah sebagai berikut : sab =√𝑏2𝑠𝑎2 + 𝑎2𝑠𝑏2 + 𝑠𝑎2 + 𝑠𝑏2 Dengan keterangan : sab : besarnya standar eror pengaruh tidak langsung a : jalur variabel independen (X) dengan variable intervening (I) b : jalur variabel intervening (I) dengan variable dependen (Y) sa : standar eror koefesien a sb : standar eror koefesien b Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka perlu menghitung nilai t dari keofesien ab dengan rumus sebagai berikut : 𝑎𝑏 t= 𝑠𝑎𝑏 nilai t hitung ini dibandingkan dengan nilai t table, jika t hitung > nilai t tabel maka dapat disimpulkan pengaruh mediasi. Asumsi uji Sobel memerlukan jumlah sampel yang besar, jika jumlah sampel kecil, maka uji sobel menjadi kurang konservatif. 47 DAFTAR PUSTAKA Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Fitrianto, Hendra, and Wisnu Mawardi. "Analisis pengaruh kualitas aset, likuiditas, rentabilitas, dan efisiensi terhadap rasio kecukupan modal perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta." Jurnal Studi Manajemen Organisasi 3.1 (2006): 1-11. Hapsari, Tiara Kusuma, and Prasetiono PRASETIONO. "Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR, GWM, Dan Rasio Konsentrasi Terhadap ROA (Studi Empiris Pada Bank Umum Yang Listing Di Bei 2005-2009)." (2011). Imam Ghozali,2012. Aplikasi Analisisi Multivariate dengan program IBM SPSS 20, Badan Penerbit UNDIP, Semarang. 48 Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers. Kazumi, Tri Hawa, and Sri Lestari. "ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS, EFISIENSI OPERASIONAL, NPL, NIM DAN DER TERHADAP PROFITABILITAS BANK PERKREDITAN RAKYAT YANG TERDAFTAR DI OJK (Studi pada BPR di Wilayah Kerja OJK Purwokerto)." Sustainable Competitive Advantage (SCA) 5.1 (2015). Lestari, Putu Vivi. "PENGARUH NPL DAN LDR TERHADAP PROFITABILITAS DENGAN CAR SEBAGAI VARIABEL MEDIASI PADA PT BPR PASARRAYA KUTA Rita Septiani." Maheswari, Kadek Indah, and I. Made Surya Negara Sudirman. "Pengaruh NPL terhadap ROA dengan Mediasi CAR dan BOPO pada Perbankan Indonesia." E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana 3.4 (2014). Margaretha, Farah, and Diana Setiyaningrum. "Pengaruh Resiko, Kualitas Manajemen, Ukuran dan Likuiditas Bank terhadap Capital Adequacy Ratio Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia." Jurnal Akuntansi dan Keuangan 13.1 (2011): 47-56. Melayu S.P Hasibuan, Dasar – dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 1996. Moh'd Al-Tamimi, Khaled Abdalla, and Samer Fakhri Obeidat. "Determinants of capital adequacy in commercial banks of Jordan an empirical study." International Journal of Academic research in Economics and management sciences 2.4 (2013): 44. Nugraha, Romadhoni Eka. "Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car), Non Performing Loan (Npl), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (Bopo), 49 Return On Asset (Roa) Dan Net Interest Margin (Nim) Terhadap Loan To Deposit Ratio (Ldr)(Studi Empiris Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 2010-2012)." (2015). Nusantara, Ahmad Buyung. "Analisis pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO terhadap profitabilitas bank (perbandingan bank umum go publik dan bank umum non go publik di Indonesia periode tahun 2005-2007)." (2009). Nofrita, Ria. "Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Deviden sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)." Jurnal Akuntansi 1.1 (2013). Onaolapo, A. A., and A. E. Olufemi. "Effect of capital adequacy on the profitability of the Nigerian banking sector." Journal of Money, Investment and Banking 24 (2012): 62-72. Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/POJK.03/2015. Otoritas Jasa Keuangan. Pastory, Dickson, and Marobhe Mutaju. "The influence of capital adequacy on asset quality position of banks in Tanzania." International Journal of Economics and Finance 5.2 (2013): 179 Puspitasari, Diana. "Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, Dan Suku Bunga Sbi Terhadap ROA (Studi Pada Bank Devisa Di Indonesia Perioda 2003-2007)." (2009). 50 ROA, BOPO. "Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia." Jurnal Analisis 1.1 (2012): 79-86. Septiarini, Ni Luh Sri, and I. Wayan Ramantha. "Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Dan Rasio Penyaluran Kredit Terhadap Profitabilitas Dengan Moderasi Rasio Kredit Bermasalah." E-Jurnal Akuntansi (2014): 192-206. Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan (Edisi Ketiga) : dilengkapi UU No.7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No.10 Tahun 1998. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sudirman, I Wayan.2013. Manajemen Perbankan Menuju Bankir Konvensional yang Profesional (Edisi Pertama). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sukma, Yoli Lara. "Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal Dan Risiko Kredit Terhadap Profitabilitas (Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI)." Jurnal Akuntansi 1.2 (2013). Wityasari, Meryta, and Irene Rini Demi Pangestuti. "ANALISIS PENGARUH CAR, DANA PIHAK KETIGA (DPK), NPL, dan LDR TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN DENGAN LDR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING." Diponegoro Journal of Management (2014). 51 Zulfikar, Taufik. "Pengaruh CAR, LDR, NPL, BOPO dan NIM Terhadap Kinerja Profitabilitas (ROA) Bank Perkreditan Rakyat Di Indonesia." E-Journal Graduate Unpar 1.2 (2014): 131-140. 52