BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh (Palmer & Williams, 2007). Sirkulasi darah dalam tubuh akan terganggu jika mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi, kolestroldan garam yang berlebihan. Faktor tersebut dapat meningkatkan tekanan aliran darah atau disebut jua dengan hipertensi. Hipertensi adalah penigkatkan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan ischameic Heart Disease (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut sebagai the silent killer (pembunuh diam-diam) karena penderita tidak tahu bahwa dirinya menderita hipertensi. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneous group disease Karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial, dan ekonomi. Hipertensi juga merupakan faktpr resiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini karena dapat memicu terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit cerebrovaskuler (Widyanto, triwibowo 2013). Hipertensi pada lansia adalah kondisi dimana tekanan sistolik 160 mmHg ke atas dan tekanan darah diastolik 90 mmHg keatas. Hipertensi pada lansia ditandai dengan pembesaran pada pembuluh darah arteri dan perifer, kecenderungan penurunan curah jantung, meningkatnya fluktuasi tekanan darah yang dapat mengakibatkan disfungsi organ, seperti otak, jantung dan ginjal (Syaifudin, 2013). Selain itu, Black (2014) mengemukakan bahwa hipertensi adalah elevasi persisten dari tekanan darah sistolik (TDS) pada level 140 mmHg atau lebih dari tekanan darah diastolic (TDD) pada level 90mmHg atau lebih. Menurut World Health organization (WHO) tahun 2011, menunjukan diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan menigkat menjadi 29,%di tahun 2025. Dari 927 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang termasuk Indonesia (Sinaga, 2012). Riskesdas (2013) mengatakan prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan lebih tinggi di bandingkan laki-laki yaitu dengan perbandingan 2:1. Berdasarkan prevalensi usia, prevalensi penduduk dengan usia ≥18 tahun sebesar 25,8%. Berdasarkan provinsi, prevalensi tertinggi di Bangka Belitung sebesar 300,9% dan provinsi terendah di Papua sebesar 16,8%. Sedangkan prevalensi hipertensi di provinsi Jawa Barat sebesar 29,4%. Prevalensi hipertensi penduduk Kota Bogor kelompok umur diatas 18 tahun sebesar 28,4 persen, Seorang ditakatakan lanjut usia apabila usianya 65 tahun keatas (Efendi dan mskhfudli, 2009). WHO (2010), menetapkan bahwa seseorang yang disebut penduduk lanjut usia yang berumur 60 tahun keatas. Masdani (2007), juga mengemukakan lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa antara 65 tahun hingga tutup usia. Bila dilihat dari pembagian umur menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa yang disebut lansia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas. Namun di Indonesia batasan lanjut usia adalah usia 60 tahun keatas. Pada lanjut usia kekuatan mesin pompa jantung berkurang. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Tekanan darah akan meningkat setelah umur 45-55 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit menjadi kaku (Setiawan, Yunani & Kusyati, 2014). Berbagai pembuluh darah penting khusus di jantung dan otak mengalami kekakuan. Dengan latihan fisik atau senam dapat membantu kekuatan pompa jantung agar bertambah sehingga aliran darah bisa kembali lancar. Jika dilakukan secara teratur akan memberikan dampak yang baik bagi lansia terhadap tekanan darahnya. Faktor resiko terjadinya hipertensi yaitu kurang olahraga. Kurangnya aktivitas fisik karena bertambahnya resiko untuk menjadi gemuk, orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri. Salah satu terapi non farmakologi pada penderita hipertensi yaitu dengan berolahraga teratur. Penelitian menunjukan bahwa melakukan olahraga secara rutin sangat berhubungan dengan penurunan tekanan darah, olaharaga atau aktivitas fisik selama 30 menit setiap hari sudah cukup untuk menurunkan tekanan darah, namun pada orang orang lanjut usia tidak boleh melakukan olahraga yang terlalu berat,pilihan olahraga yang dapat dinikmati seperti berjalan kaki, jogging, bersepeda atau senam. Untuk mempertahankan kesehatan lansia maka perlu ada berbagai upaya, baik yang bersifat perawatan, pengobatan, pola hidup sehat, dan juga upaya lain seperti latihan fisik yaitu senam. Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia antara lain adalah senam Tera. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Senam tera merupakan suatu latihan yang melatih fisik dan mental, yang memadukan gerakan-gerakan anggita tubuh dengan suatu teknik irama pernafasan melalui pemusatan pemikiran dan dilakukan secara beraturan, serasi, benar da berkesinambungan. Senam tera juga dapat memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta fungsi jantung dan peredaran darah, serta mengontrol hipertensi (Komunitas Senam Tera Indonesia Jakarta Barat, 2014). Penurunan tekanan darah ini terjadi karena pada saat melakukan senam tera terdapat latihan pernafasan. Pernapasan yang lambat membuat tubuh menjadi rileks dan melebarkan pembuluh darah kapiler, sehingga meningkatkan sirkulasi darah. Hal ini terjadi karena pada saat mengambil napas dalam dan menghembuskan napas sepenuhnya akan meningkatkan sirkulasi O2 dan CO2. Selain itu menarik serta menghembuskan nafas secara teratur juga dapat meningkatkan efisiensi kerja jantung. Dengan melakukan gerakkan-gerakkan senam tera secara benar, tubuh akan merasa rileks dan terjadi puncak relaksasi tubuh, sehingga dapat mengurangi ketegangan fisik dan mental (Pudjiastuti, 2012). Penelitian tentang senam tera yaitu Pengaruh senam tera terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di posyandu lansia Kelurahan Pabelan Kartasura adalah penelitian yang dilakukan oleh Eriyanti Etty, dkk (2016). Hasil penelitian tersebut bahwa senam tera berpengaruh terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Hal ini dibuktikan dengan nilai tengah (median) tekanan darah pada kelompok perlakuan yaitu tekanan darah sistolik pretest 146,00 mmHg, sistolik posttest 143,00 mmHg dan tekanan darah diastolik pretest 96,50 mmHg, diastolik posttest 91,50 mmHg. Pasien yang memiliki tekanan darah tinggi di GPIB Kartika Sejahtera Bogor biasanya memeriksakan tekanan darahnya di Posyandu terdekat atau pada kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis di GPIB Kartika Sejahtera Bogor. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di GPIB Kartika Sejahtera didapatkan data jumlah kunjungan pasien hipertensi sebanyak 32 pasien. Peneliti melakukan wawancara terhadap 5 orang mengatakan sering mengalami pusing, lemas dan tengkuk leher terasa tegang. Saat dilakukan pengukuran tekanan darah oleh peneliti, didapatkan hasil rata-rata tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Tiga dari lima orang mengatakan jika merasa pusing dan lemas saat tekanan darah meningkat maka mengkonsumsi obat antihipertensi seperti captopril dan amlodipine. Dua dari tiga orang pasien hipertensi yang mengkonsumsi obat antihipertensi mengatakan merasa bosan dengan penggunaan obat-obatan. Satu dari tiga orang mengatakan tidak rutin mengkonsumsi obat antihipertensi, obat antihipertensi dikonsumsi jika dirasa pusing saja. Selain itu, sisanya dua dari lima orang mengatakan tidak mengkonsumsi obat antihipertensi tapi menggunakan terapi non farmakologi seperti obat-obatan tradisional yaitu jus mentimun. Mereka mengatakan tidak mengkonsumsi obat antihipertensi karena takut dapat menimbulkan efek samping. Satu dari dua mengatakan tidak melakukan aktifitas lain, yaitu hanya dengan istirahat atau tidur yang cukup jika dirasa gejala pusing dan lemas, selain mengkonsumsi jus mentimun. Pada kegiatan olahraga rutin di GPIB Kartika Sejahtera melakukan senam setiap bulannya. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian senam tera agar dapat menjadi inovasi senam pada kegiatan rutin untuk lansia dengan hipertensi. Berdasarkan data-data di atas serta beberapa penelitian sebelumnya mengenai pengaruh senam tera terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pijat refleksi terhadap pasien hipertensi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Efektivitas Senam Tera Terhadap Pengontrolan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di GPIB Kartika Sejahtera Bogor”. Hal ini ditunjukan agar kejadian Hipertensi dapat berkurang dan mencegah komplikasi lebih lanjut akibat hipertensi. I.2 Rumusan Masalah Hipertensi pada lansia adalah kondisi dimana tekanan sistolik 160 mmHg ke atas dan tekanan darah diastolik 90 mmHg keatas. Menurut World Health organization (WHO) tahun 2011, menunjukan diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan menigkat menjadi 29,%di tahun 2025. Dari 927 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang termasuk Indonesia (Sinaga, 2012). Riskesdas (2013) mengatakan prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan lebih tinggi di bandingkan laki-laki yaitu dengan perbandingan 2:1. Berdasarkan prevalensi usia, prevalensi penduduk dengan usia ≥18 tahun sebesar 25,8%. Berdasarkan provinsi, prevalensi tertinggi di Bangka Belitung sebesar 300,9% dan provinsi terendah di Papua sebesar 16,8%. Sedangkan prevalensi hipertensi di provinsi Jawa Barat sebesar 29,4%. Prevalensi hipertensi penduduk Kota Bogor kelompok umur diatas 18 tahun sebesar 28,4 persen, Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di dapatkan data sebanyak 32 orang yang terbukti memiliki tekanan darah tinggi di GPIB Kartika Sejahtera Bogor. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 5 orang hipertensi mengatakan sering mengalami pusing, lemas dan tengkuk leher terasa tegang. Untuk mengatasi gejala tersebut, tiga dari lima orang mengkonsumsi obat antihipertensi, namun merasa bosan dengan penggunaan obat-obatan. Sisanya dua dari lima mengatakan tidak mengkonsumsi obat antihipertensi karena takut dapat menimbulkan efek samping. Untuk megurangi gejala hipertensi, mereka hanya dengan istirahat atau tidur yang cukup dan mengkonsumsi jus mentimun. Melihat kurangnya penatalaksanaan hipertensi secara farmakologi karena khawatir menimbulkan efek samping maka perlu dilakukannya penatalaksanaan dari segi non farmakologi, sehingga perlu diteliti dan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :“Apakah Efektivitas Senam Tera Terhadap Pengontrolan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di GPIB Kartika Sejahtera Bogor?” I.3 Tujuan Penelitian I.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini berrtujuan untuk mengetahui Efektivitas Senam Tera Terhadap Pengontrolan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di GPIB Kartika Sejahtera Bogor I.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan) pada lansia b. Mengetahui gambaran tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam tera pada kelompok intervensi pada pasien hipertensi c. Mengetahui pengaruh usia terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi d. Mengetahui pegaruh jenis kelamin terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi e. Mengetahui pengaruh pendidikan terhadap tekana darah pada pasien hipertensi f. Mengetahui perbedaan rata-rata perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam tera pada kelompok intervensi g. Mengetahui perbedaan rata-rata selisih perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam tera pada kelompok intervensi pada pasien hipertensi I.4 Manfaat Penelitian I.4.1 Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami tentang efektifitas senam tera terhadap pengontrolan tekanan darah pada lansia hipertensi I.4.2 Bagi Profesi Keperawatan Sebagai masukan dalam pengembangan ilmu, khususnya ilmu keperawatan tentang intervensi non farmakologi berupa senam tera pada lansia hipertensi untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah penyakit-penyakit lain I.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan Penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk penelitian selanjutnya dan diharapkan untuk mempertimbagkan penambahan karakteristik responden dan variabel-variabelnya. Serta dapat di jadikan evidence based dan tambahan informasi untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang manfaat lain dari senam tera I.4.4 Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat dapat menggunakan senam ini sebagai terapi non farmakologi untuk menurunkan tekana darah dan masyarakat diharapkan mencoba pengobatan komplementer dalam mengontrol maupun mengatasi hipertensi dan membantu menurunkan angka morbiditas maupun mortalitas prevalensi hipertensi