BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sedang air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kebutuhan air bersih di kota Medan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi dengan menggunakan 4 (empat) Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang terletak di Sunggal, Desa Pamah Deli Tua, Desa Limau Manis-Tanjung Morawa, dan Sibolangit. Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dibangun oleh Tirtanadi merupakan perwujudan dari upaya peningkatan kualitas air bersih atau air minum. Tahapan pengolahan pada IPA secara garis besar dimulai dari unit sedimentasi pertama yang berfungsi untuk mendapatkan partikel-partikel kasar secara gravitasi, unit klarifikasi yang berfungsi untuk menggumpalkan padatan tersuspensi dalam air dengan menggunakan koagulan sehingga terbentuk flok. Unit filtrasi yang berfungsi untuk memisahkan flok dan koagulan yang masih terikut dan unit klorinasi untuk membunuh kuman (desinfektan) agar syarat air minum terpenuhi. Air yang dihasilkan harus memenuhi syarat kualitas yang mencakup fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sebagaimana standar yang diberlakukan Kementerian Kesehatan RI yang tertuang dalam Permenkes RI tentang Persyaratan Kualitas Air Minum No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Di Indonesia, dari beberapa sumber air baku yang tersedia, air permukaan terutama air sungai adalah yang paling banyak digunakan untuk mensuplai air baku ke instalasi pengolahan air bersih. Mengingat saat ini air sungai telah banyak tercemar akibat berbagai aktifitas manusia, maka metode pengolahan air bersih yang memenuhi standar dari segi kualitas dan kuantitas. Dengan demikian Penulis terdorong untuk membuat Karya Tulis yang berjudul “ Kualitas dan Kuantitas Air PDAM ” 1.2 Rumusan Masalah Dari pemaparan latar belakang di atas timbulah pertanyaan, sebagai berikut : 1. Apakah yang menjadi penyebab perubahan kualitas air dari tahun ke tahun ? 2. Apakah yang menjadi penyebab perubahan kuantitas air dari tahun ke tahun ? 3. Apakah dampak yang ditimbulkan apabila terus menerus terjadi penurunan kualitas air? 1 1.3 Tujuan Penulis Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memenuhi tugas akhir kimia 2. Mengetahui kualitas air di wilayah penelitian agar menambah wawasan warga sekolah 3. Untuk mengevaluasi proses pengolahan air PDAM Tirtanadi kota Medan, apakah sudah memenuhi kriteria kebutuhan air baik dari segi kualitas, kuantitas,kontinuitas maupun pendistribusiannya. 1.4 Metode Penulisan Wawancara dan studi pustaka dengan cara mengumpulkan informasi yang relevan dengan topik/maslah yang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah,laporan penelitian,karangan-karangan ilmiah,tesis dan disertasi serta sumber-sumber tertulis baik dalam media cetak maupun media elektronik lainnya. 2 Bab II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Air Bersih Air bersih menurut Permenkes RI no. 416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari–hari yang kualitasnya memenuhi syarat syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air minum menurut Kepmenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010.adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik) dan dapat langsung diminum.Air baku adalah air yang digunakan sebagai bahan baku dalam penyediaan air bersih. 2.2 Sumber – sumber Air Minum Air yang diperuntukkan untuk minum dapat diambil dari berbagai sumber.Untuk dapat digunakan sebagai air minum, air yang berasal dari sumber – sumber yang tersedia tersebut harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan dan meningkatkan beberapa unsur yang dikandungnya.Sumber – sumber air tersebut diantaranya air laut, air meteriologik (hujan), air permukaan dan air tanah. 2.2.1 Air Laut Air laut adalah air yang terdapat di laut atau berada di permukan laut.Air laut memiliki rasa asin karena mengandung garam (NaCl) hingga 3%, hal ini membuat air laut tidak bisa dikonsumsi secara langsung sebagai air minum. 2.2.2 Air Meteriologik (Hujan) Air meteriologik lebih dikenal dengan nama air hujan. Air hujan dihasilkanoleh penguapan air laut dan air permukaan diakibatkan oleh panas sinar mataharidan pada kondisi tertentu turun sebagai air hujan. Pada dasarnya air hujan adalahair murni namun akibat adanya pengotoran udara akibat industri, gas buangankendaraan bermotor, debu dan lain sebagainya telah menyebabkan air hujanterkontaminasi sehingga membutuhkan pengolahan khusus untuk dapatdipergunakan sebagai air minum. 2.2.3 Air Permukaan Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Karena mengalir di permukaan bumi maka pada umumnya air permukaan akan mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh lumpur, batang–batang kayu, daun–daun limbah industri kota dan lain sebagainya. Pencemaran yang terjadi berbeda–beda tergantung pada daerah pengaliran air permukaan tersebut.Air permukaan ini ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. 2.2.4 Air Tanah Air tanah adalah air yang terdapat di dalam tanah. Air tanah berasal dari salju, hujan atau bentuk curahan lain yang meresap ke dalam tanah dan tertampung pada lapisan kedap air. Air tanah biasa disebut dengan air sumur.Air tanah dapat dibagi ke dalam 2 jenis yaitu air tanah dalam dan air tanah dangkal. 3 2.3 Sistem Pengolahan Air Bersih Sumber–sumber air seperti air laut, air tanah, air hujan dan air permukaan merupakan sumber air baku bagi air minum. Karena adanya kandungan dan sifat dari masing–masing sumber air tersebut maka diperlukan suatu upaya tersendiri untuk menjadikan air baku tersebut menjadi air bersih dan layak untuk dikonsumsi. Pengolahan air pada dasarnya adalah upaya membuang atau mengurangi dan meningkatkan kandungan tertentu pada air sehingga aman untuk dikonsumsi.Beberapa metode yang umum digunakan adalah: 1.Sedimentasi Sedimtasi adalah upaya mengurangi kandungan zat berbahaya pada air dalam bentuk partikel dengan jalan mengendapkan partikel – partikel tersebut. Ketika partikel telah mengendap di dasar wadah air, selanjutnya air pada permukaan dapat digunakan untuk dikonsumsi. 2. Aerasi Aerasi adalah salah satu proses pengolahan air dengan cara mencampur air dengan udara (oksigen) untuk mengikat (mengoksidasi) unsur Fe dan Mn yang terlarut dalam konsentrasi tinggi di dalam air. 3.Koagulasi Koagulasi adalah upaya merubah partikel – partikel koloid yang terdispersi pada air menjadi partikel non koloid sehingga terjadi proses flokulasi yaitu saling mengikatnya partikel – partikel non koloid membentuk flok – flok. Untuk proses koagulasi digunakan zat koagulan seperti Aluminium Sulphate (tawas). 4.Filtrasi Filtrasi adalah upaya mengurangi kandungan unsur yang terdapat di dalam air melalui proses penyaringan. Terdapat dua jenis filter yang umum digunakan dalam pengolahan air skala besar yaitu Saringan Pasir Lambat (Slow Sand Filter) untuk air baku yang tanpa memerlukan proses pengolahan awal dan Saringan Pasir Cepat (Rapid Sand Filter). 5.Desinfeksi Desinfeksi adalah upaya untuk membunuh mikroorganisme berbahaya dengan menambahkan desinfektan. Pemilihan metode pengolahan air sangat bergantung pada kondisi air baku. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing – masing sehingga untuk mendapatkan kualitas air yang optimal, umumnya metode–metode pengolahan air tersebut dikolaborasikan antara satu metode dengan metode yang lain. 4 2.3.1 Metode Pengolahan Mata Air Air dari mata air yang terletak didaerah Sibolangit digunakan untuk air baku dari IPA Sibolangit dan disadap dari beberapa mata air sebagai berikut : Lau Kaban/Puang Aja sebanyak 15 bangunan penangkap air dengan kapasitas setiap unit 283 liter/detik. Bau Bangklewang sebanyak 12 bangunan penangkap air dengan kapasitas setiap unit sebesar 204 liter/detik. Rumah Sumbul sebanyak 3 bangunan penangkap air dengan kapasitas setiap unit 186 liter/detik. 2.3.2 Metode Pengolahan Air Permukaan Air permukaan yang saat ini diambil sebagai air baku untuk pengadaan air bersih di pelayanan 1 (kota Medan dan sekitarnya) berasal dari : Sungai Belawan, Sungai Deli dan Sungai Belumai. Sungai Belawan Air sungai Belawan merupakan air baku untuk IPA Sunggal yang terletak di Kecamatan Sunggal. Berdasarkan studi MUDP II, sungai Belawan mempunyai catchment area 200 km2 dan debit aliran minimum 8,6 m3/detik. Bila mengacu pada hasil studi tersebut, , maka penyadapan air sungai sebesar 1.5 – 1.7 m3/detik dapat dilakukan secara baik, namun pernah terjadi kapasitas penyadapan harus diturunkan bahkan dihentikan karena debit air Sungai Belawan tidak mencukupi, walaupun dalam 1 tahun hanya terjadi selama beberapa jam. Hal tersebut menunjukkan adanya penurunan kuantitas yang drastis dari Sungai Belawan yang kemungkinan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi di hulu sungai. Sungai Deli Air sungai Deli merupakan air baku untuk IPA Deli yang terletak di kecamatan Deli Tua. Sungai Deli yang mengalir melalui tengah kota Medan adalah merupakan gabungan beberapa anak sungai dan dan bermuara di Selat Malaka. Catchment area sungai Deli adalah seluas 160 km2. Saat ini debit yang disadap untuk IPA Deli Tua antara 1,5-1,8 m3/detik dan berdasarkan informasi lapangan yang ada, diperkirakan kapasitas pengambilan air baku dari sungai ini sudah tidak bisa ditingkatkan lagi karena kapasitasnya yang terbatas. Sungai Belumai Memiliki “catchment area” di Limau Manis (IPA BOT) seluas 244 km2. Berdasarkan studi yang ada, semula air sungai ini yang akan dimanfatkan sebagai sumber air baku untuk penyediaan air bersih di daerah pelayanan 1 (kota Medan dan sekitarnya) adalah 3 m3/detik. Namun dari peninjauan lapangan serta informasi dari PDAM Tirtanadi Medan, maka saat ini debit air baku yang mungkin bisa dimanfaatkan dari sungai ini hanya 1 m3/detik., dan ini sudah dimanfaatkan untuk IPA Belumai 1 dan 2. Ini menunjukkan adanya penurunan kuantitas air Sungai Belumai. 2.3.3 Metode Pengolahan Air Tanah Dalam Air tanah dalam diwilayah kota Medan dan sekitarnya pada umumnya Memiliki kadar Fe dan Mn yang tinggi, sehingga bila air tanah dalam ini akan dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk sistem penyediaan air bersih 5 kota Medan dansekitarnya, perlu dilengkapi instalasi pengolahan air untuk menurunkan kadar Fe.PDAM Tirtanadi sebagai pengelola sistem penyediaan air bersih telah memanfaatkan air tanah dengan membuat sumur bor pada kedalaman rata-rata 200 m dengan kapasitas 10 – 20 liter/detik. Sumur-sumur bor yang telah dibangun oleh PDAM Tirtanadi sejak tahun 1984 sampai dengan tahun 2004 sebanyak 26 unit. Untuk mengatasi kekurangan air di daerah Medan dan sekitarnya akibat pertambahan pelanggan saat ini sedang dibangun 4 unit sumur bor dengan kapasitas masing-masing 25 liter/detik sedangkan 1 unit sumur bor telah dioperasikan dengan kapasitas 10 liter/detik. 2.4 Standar Kualitas Air Minum Air minum yang baik dan layak dikonsumsi memiliki standar baku yang harus dipenuhi. Berikut adalah pendapat ahli mengenai kriteria air minum yang layak untuk dikonsumsi 2.4.1 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 416/MENKES/PER/IX/1999 tanggal 30 September 1999 Air minum yang berkualitas, harus memenuhi syarat-syarat baku kualitas air di Indonesia: Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum 2.4.1.1 Syarat fisik 2.4.1.1.1 Suhu dan temperatur (standar : 3o Celcius) Suhu air yang baik haruslah sama dengan ruangan luar air, jika terpaksa tidak sama paling tidak hanya terpaut . Tidak boleh terlalu tinggi atau rendah, air yang baik akan memberikan efek kesegaran setelah diminum. Temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan virus. Oleh karena itu, suhu menjadi salah satu standar kualitas air dengan tujuan untuk menjaga penerimaan masyarakat terhadap air minum yang dibutuhkannya, menjaga derajat toksisitas dan kelarutan bahan-bahan pencemar yang mungkin terdapat dalam air, serendah mungkin dan menjaga adanya temperatur air yang sedapat mungkin tidak menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme dan virus dalam air (Agnesa,2011). 2.4.1.1.2 Rasa dan Bau (standar : tidak berasa dan tidak berbau) Rasa dapat ditimbulkan karena adanya zat organik atau bakteri / unsur lain yang masuk ke badan air. Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik (Agnesa,2011). Air yang beraroma mengindikasikan di dalam air tersebut terdapat aktifitas organisme di dalamnya. 2.4.1.1.3 Warna (standar : tidak berwarna; 15 TCU) Warna air adalah ciri yang dipakai untuk mengkaji kondisi umum dari air limbah. Warna pada air menunjukkan kekuatannya, semakin pekat warna air berarti semakin jelek pula kondisi airnya. Warna ini dipengaruhi oleh pembusukan limbah organik maupun anorganik. Air yang mengandung bahan-bahan pewarna alamiah 6 yang berasal dari rawa dan hutan, dianggap tidak mempunyai sifat-sifat yang membahayakan atau toksis. Meskipun demikian, adanya bahan-bahan tersebut memberikan warna kuning-kecoklatan pada air, yang menjadikan air tersebut tidak disukai oleh sebagian konsumen air (Matahelumual, 2008). 2.4.1.1.4 Kekeruhan (standar : 5 NTU (Nepelometric Turbidity Unit)) Kekeruhan (turbiditas) adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan– bahan yang terdapat dalam air (Matahelumual, 2008). Kekeruhan terjadi disebabkan oleh adanya zat-zat koloid, yaitu zat yang terapung serta terurai secara halus sekali. Hal itu disebabkan oleh kehadiran zat organik, jasad renik, lumpur, tanah liat dan benda terapung yang tidak mengendap dengan segera. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan dan warna air tergantung pada warna buangan yang memasuki badan air, menyulitkan dalam usaha penyaringan dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi. Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter (Wulan, 2005). 2.4.1.1.5 TDS atau Jumlah Zat Padat Terlarut (total dissolved solids) standar : 1000 mg/literAir yang baik dan layak untuk diminum tidak mengandung padatan terapung dalam jumlah yang melebihi batas maksimal yang diperbolehkan yaitu 1000 mg/liter. Padatan yang terlarut di dalam air berupa bahanbahan kimia anorganik dan gas-gas yang terlarut. Air yang mengandung jumlah padatan melebihi batas menyebabkan rasa yang tidak enak, menyebabkan mual, rasa tidak enak pada lidah, penyebab serangan jantung (cardiac disease) dan tixaemia pada wanita hamil (Agnesa, 2011). 2.4.1.2Radioaktivasi 2.4.1.2.1 Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity) Standar : 0,1 Bq/liter (Beguere/liter).Sinar ini merupakan sinar radioaktif yang tidak mempunyai daya tembus, efek yang terjadi lokal. Apabila terdapat sinar ini di lingkungan sekitar, maka dapat menimbulkan kontaminasi radioaktif pada lingkungan, yang dapat mengakibatkan rusaknya sel-sel tubuh manusia yang terkena. Batuan dasar bumi mengandung jumlah unsur radioaktif yang bervariasi, jumlah radiasi alfa di dalam air juga bervariasi. Sebagai peluruhan unsur radioaktif, radiasi alfa terus dilepaskan ke air tanah. Air tanah merupakan sumber air minum umum, radiasi alfa dalam air minum dapat berupa mineral terlarut atau dalam kasus radon, sebagai gas. 2.4.1.2.2 Aktivitas Beta (Gross Beta Activity) Standar : 1 Bq/liter.Sinar beta dapat menembus kulit, dalamnya tergantung pada aktifitasnya. Kerusakan yang terjadi dapat lebih luas dan lebih mendalam daripada sinar alpha. Besar sinar ini paling tinggi di dalam air adalah sebesar 1,0 mg/liter. Apabila melebihi kadar tersebut efeknya tidak berbeda dengan sinar alfa yaitu menimbulkan kerusakan pada sel-sel tubuh. Jika tubuh banyak menerima sinar beta maka akan menyebabkan luka bakar yang parah. Sinar beta juga menimbulkan 7 kerusakan pada jaringan atau organ tubuh jika unsur yang memancarkan sinar beta berada dalam tubuh dalam waktu yang cukup lama (Agnesa, 2011). 2.4.1.3 Mikrobiologik 2.4.1.3.1 Koliform tinja Koliform Tinja Belum Diperiksa (Bukan air pipa) Standar : Setiap 100 ml sampel air, total koliform harus nol.Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) bukan merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri pathogen. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli. Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Bakteri pathogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah : Bakteri typoid, Vibrio colerae, Bakteri dysentriae, Bakteri anteritis (penyakit perut). 2.4.2 Menurut M. Latief pada Kompas.com tanggal 16 Juni 2012 Air yang jernih dan bersih adalah air yang menyehatkan manusia, salah satu kegunaan air bersih adalah sebagai air minum. Berikut beberapa syarat yang harus terpenuhi air bersih sebagai air minum: 2.4.2.1 Syarat fisik Syarat fisik air minum adalah syarat yang dapat diterima oleh indera kita, indera pengelihatan, penciuman, dan perasa. Antara lain sebagai berikut: 1. Tidak berbau, tidak berasa 2. Jernih, bersih, dan tidak berwarna 3. Suhu air sesuai dengan suhu ruangan, sehingga menimbulkan efek segar ketika diminum 2.4.2.2 Syarat kimiawi Syarat kimia adalah syarat yang menyangkut kadar dan kandungan zat kimia dalam air. Air tidak boleh mengandung zat timah (Pb), oleh karena itu tidak dianjurkan menggunakan paralon dari timah.Mineral yang diperlukan oleh tubuh antara lain magnesium (Mg), natrium (Na), kalsium (Cl), dan fluor, dengan konsumsi sesuai yang dibutuhkan tubuh (Agnesa, 2011). 2.4.2.3 Syarat Bakteriologis 1. Jumlah kuman dalam 1 cc air, harus kurang dari 100 kuman 2. Tidak mengandung bakteri E.Coli yang dapat mengganggu pencernaan 8 Akibat daur hidrologi dan aktifitas manusia, air mengandung zat – zat dan mikro organisme yang sering disebut dengan pencemar. Zat dan mikro organisme pencemar ini dalam takaran tertentu dapat membahayakan kesehatan.Untuk menghindari berbagai kondisi yang tidak diinginkan maka air minum memerlukan parameter yang dapat dijadikan sebagai acuan agar air tersebut layak dikonsumsi. Air untuk minum harus memenuhi kriteria dari segi fisik, kimia, biologi dan radioaktif. Adapun kriteria air yang layak dikonsumsi adalah sebagai mana ditunjukan oleh tabel berikut: 9 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tahapan Proses Pengolahan Air PDAM Tirtanadi Instalasi pengolahan Sunggal merupakan salah satu unit pengolahan air milik PDAM Tirtanadi dengan sumber air baku dari sungai belawan dan merupakan instalasi yang kedua dibangun setelah instalasi mata air Sibolangit Sumber energi yang digunakan adalah energi listrik dari PLN tarif 1- 3 dengan nominal daya 2770 KVA yang menghasilkan energi sekitar 1,5 juta KWH setiap bulannya. Selain itu juga menggunakan genset dengan daya 4.025 KVA. Proses produksi air bersih pada PDAM Tirtanadi melalui tahapan/tempat sebagai berikut : 3.1.1 Bendungan Gambar 3.1 Sumber air baku adalah air permukaan Sungai Belawan yang diambil melalui bendungan dengan panjang 25 meter dan tinggi 4 meter. Pada sisi kanan bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 meter dilengkapi opintu pengatur ketinggian masuk ke intake. 10 3.1.2 Intake Gambar 3.2 Bendungan ini adalah saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknnya kotoran yang terbawa arus sungai. Masing masing saluran dilengkapi dengan pintu (sluice gate) pengatur ketinggian air dan penggerak electromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodic untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk. 3.1.3 Raw Water Tank ( RWT ) Gambar 3.3 Bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah intakeyang terdiri dari 2 unit (4 sel) setiap unit berdimensi 23,3 meter x 20 meter x 5 meter yang dilengkapi dengan sluice gate dan pintu bias 2 buah, berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur, pasir dan lain-lain yang bersifat sedimen. 11 3.1.4 Raw Water Pump(RWP) Gambar 3.4 RWP (pompa air baku) berfungsi untuk memompakan air dari RWT ke clearator terdiri dari 18 unit pompa air baku dengan kapasitas setiap pompa 110 liter/detik dengan rata-rata head 18 meter memakai motor AC nominal daya 75 KVA 3.1.5 Clearator Gambar 3.5 Bangunan clearator (proses penjerniaan air) terdiri dari 5 unit, dengan kapasitas masing-masing 350 liter/detik berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai hasil olahan. Dilengkapi dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalan secara otomatis. 12 3.1.6 Filter Gambar 3.6 Clearator air dialirkan untuk menyaring kekeruhan berupa flokflok halus dan kotoran lain yang lolos dari clerator melalui pelekatan pada media filter yang berjumlah 32 unit menggunakan jenis saringan cepat masingmasing menggunakan motor AC nominal dengan daya 0,75 KW. Dimensi tiap filter yaitu 8,25 m x 4 m x 6,25 m. Tinggi maksimum permukaan air adalah 5,05 m dan tebal media filter 120 m dengan susunan lapisan sebagai berikut : Pasir kwarsa, diameter 0,5 mm – 1,5 mm dengan ketebalan 60 cm Pasir kwarsa, diameter 1,8 mm – 2,0 mm dengan ketebalan 10 cm Kerikil halus, diameter 4,75 mm – 6,3 mm dengan ketebalan 10 cm Kerikil sedang, diameter 6,3 mm – 10 mm dengan ketebalan 10 cm 13 Kerikil sedang, diameter 10 mm – 20 mm dengan ketebalan 10 cm Kerikil kasar, diameter 20 mm – 40 mm dengan ketebalan 20 cm Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok yang masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air di atas media filter sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan (clogging) media filter oleh flokflok. Selanjutnya dilakukan proses backwash, yaitu pencucian media filter dengan menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air yang disuplai dari pompa reservoir. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan kembali fungsi filter (Fauzan, 2007).Banyaknya air yang dibutuhkan untuk pencucian kembali satu buah filter adalah 200 – 300 m3 dan pencucian dilakukan 1 x 24 – 72 jam, tergantung pada lancar tidaknya penyaringan. 3.1.7 Reservoir Gambar 3.7 Reservoir adalah bangunan beton dengan dimensi panjang 50 m x 40 m x 7 m yang berfungsi untuk menampung air minum/ air olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas 12000 m3 . Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor untuk proses netralisasi dan dibubuhi larutan kapur jenuh atau soda. 3.1.8 Finish Water Pump FWP berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir distribusi cabang melalui pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur Q1 sampai Q5 dengan kapasitas masing-masing 150 liter/detik dan total head 50 meter yang menggunakan motor AC dengan rata-rata nominal daya 132 KW. 14 3.1.9 Sludge Lagoon Gambar 3.8 Daur ulang adalah paling tepat dan aman dalam mengatasi dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak 2002 diunit instalasi pengolahan Air Sunggal yaitu dengan membangun unit pengendapan berupa Lagoon dengan kapasitas terpasang 10.800 m3 15 3.1.10 Bahan-bahan Proses pengolahan ini menggunakan beberapa bahan kimia yaitu : - PAC Liquid (Poly Alumunium Chloride) Gambar 3.9.1 Berfungsi untuk mengikat partikel-partikel halus yang melayang dan membentuk flok.PAC Liquid ini dibubuhkan dengan pompa electromotor di spliter box dengan rata-rata kebutuhan 40-45 gram/m3 dengan konsentrasi 15% kelebihan bila dibandingkan dengan tawas/kapur yaitu tidak meninggalkan residu dan tidak mencemari udara dan dari segi ekonomis lebih hemat. - Gas Chlorine G ambar 3.9.2 Berfungsi untuk mengoksidasi logam Fe,Mg,mengahmabr pertumbuhan lumut dan desinfektan (pembunuh,bakteri).Pembunuhan dilakukan anatar 1-4 gram/m3 dengan menggunakan popa padaspliter box (pre chlorinasi) dan reservoir(post chlorinasi). 16 - Soda as. Gambar 3.9.3 Berfungsi untuk menetralisasikan pH air olahan berkisar anatara 6,87,5 dibubuhkan dengan electromotor sebelum masuk ke reservoir sebanyak 810 gram/m3 air. 3.1.11 Monitoring Sistem (SCADA) Gambar 3.10 Monitoring dilakukan baik oleh petugas maupun dengan menggunakan system SCADA.Fasilitas ini dapat memperlihatkan secara langsung kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap kuantitas,kualitas maupun kontiniutas olahan. Fasilitas ini di desain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan `air menurut standard an ketentuan yang berlaku 17 3.2 Sistem Transmisi dan Distribusi Sistem pengaliran pada jaringan transmisi/distribusi di daerah pelayanan 1(kota Medan dan sekitarnya) dilakukan dengan sistem pemompaan, baik langsung dari IPA maupun dari reservoir distribusi. Sistem pemompaan ini dilakukan karena daerah pelayanan 1 ini merupakan daerah yang datar dan lokasi IPA berada pada elevasi yang relative sama dengan daerah pelayanan tersebut, kecuali pengaliran air mata air/IPA Sibolangit (dengan elevasi + 400 m) dilakukan secara gravitasi langsung ke pelanggan. Panjang total jaringan pipa transmisi dan distribusi adalah sekitar 2.617 km, dan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu ; Pipa transmisi/distribusi utama meliputi jaringan perpipaan dengan diameter 200 – 1.000 mm, sepanjang ± 430,7 km. Pipa distribusi sekunder/tersier meliputi pemipaan dengan diameter < 200 mm sepanjang 2.186,5 km. Penyambungan jaringan air ke pelanggan dilakukan dari jaringan pipa sekunder/tersier ini. 3.2.1 Sistem Transmisi Pipa transmisi di daerah pelayanan 1 (Kota Medan dan sekitarnya) adalah untuk mengalirkan air dari reservoir produksi IPA ke reservoir distribusi/reservoir booster. Adanya penyadapan dari pipa transmisi ke jaringan pipa distribusi menyebabkan air mengalir langsung ke konsumen dan pengaliran air ke reservoir distribusi menjadi berkurang dan reservoir tidak pernah penuh. Hal ini mengakibatkan tidak dapat melayani kebutuhan air pada jam puncak. Losses air akibat penyadapan dan kebocoran air adalah sekitar 23%. 3.2.2 Sistem Distribusi Distribusi air bersih ke konsumen di daerah pelayanan 1(kota Medan dan sekitarnya) dilakukan selama 24 jam/hari. Pendistribusian ini dilakukan secara pemompaan, baik langsung dari reservoir produksi maupun melalui reservoir distribusi/booster, kecuali pendistribusian air dari IPA Sibolangit yang terletak pada elevasi + 400 m diatas permukaan laut, dilakukan secara gravitasi. Pada insatalasi pengolahan air dan jaringan distribusi ini terdapat 17 reservoir dengan total kapasitas design 94.000 m3. Namun kapasitas efektif dari reservoir tersebut hanya 61.700 m3 atau kurang lebih 66% dari kapasitas design. Salah satu penyebab tidak maksimalnya kapasitas tersebut karena adanya penyadapan dan kebocoran air pada jaringan pipa distribusi. Hal ini diduga sebagai salah satu penyebab tidak baiknya pelayanan air ke konsumen. Dalam rangka pembangunan IPA Hamparan Perak dan IPA Belumai 2, juga dibangun reservoir distribusi Cemara asri dengan kapasitas 4,000 m3. Secara garis besar, reservoir ini dapat dibagi menjadi 2 jenis reservoir, yaitu : Reservoir produksi, 2 unit di IPA Sunggal dan IPA Deli Tua. Reservoir distribusi,15 unit. Reservoir produksi ini tidak hanya menampung air hasil produksi dan mengalirkannya ke reservoir distribusi, tapi juga ada yang langsung 18 dipompakan ke jaringan distribusi. Reservoir produksi/distribusi ini dilengkapi dengan pompa distribusi sebagai berikut: Total pompa pada seluruh reservoir produksi adalah 17 unit pompa distribusi. Total pompa pada seluruh reservoir distribusi adalah 56 unit pompa distribusi. 3.3 Kualitas Air Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan Kepmenkes RI No 416/MENKES/PER/IX/1990tentang Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum. Kualitas air harus mencakup fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. 3.3.1 Parameter Fisika Parameter fisika untuk menentukan kualitas air bersih dan air minum adalah kekeruhan (Turbidity), pH (Derajat keasaman), Conductivity, Temperatur, TDS (Total dissolved solid), warna dan bau. Dari semua analisa diatas, yang paling berpengaruh dalam pengolahan air adalah tingkat kekeruhan air. Dari Tabel Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum pada lampiran dapat dilihat kadar kekeruhan maksimum yang diperbolehkan untuk air bersih adalah 25 NTUdan untuk air minum adalah 5 NTU, sedangkan kadar kekeruhan air yang dihasilkan di PDAM Tirta Daroy pada tanggal 31 Agustus adalah 0.41 NTU.Dari hasil analisa tersebut disimpulkan bahwa kualitas air minum yang dihasilkan oleh PDAM Tirtanadi memenuhi Parameter fisika dalam Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum yang dipersyaratkan dalam Kepmenkes RI No 416/MENKES/PER/IX/1990. Selain kekeruhan, parameter fisika lainnya juga memenuhi standar kualitas air bersih dan air minum.Secara terinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran Pemeriksaan Sumber Air (Air Produksi/Distribusi PDAM Tirta Daroy). 3.3.2 Parameter Kimia Parameter kimia untuk menentukan kualitas air bersih dan air minum adalah analisa terhadap zat-zat kimia yang terkandung di dalam air sebelum pengolahan atau zat-zat kimia yang digunakan pada saat pengolahan air. Parameter kimia yang sering diuji pada pengolahan air adalah Mangan, Aluminium, Besi Nitrit, Nitrat, Sulfat, Tingkat kesadahan air, Kalsium, Magnesium dan sisa chlor. Dari hasil analisa di PDAM Tirtanadi pada tanggal 31 Agustus, parameter kimia yang terdapat didalam air berada jauh dibawah kadar maksimum yang diperbolehkan. Untuk kandungan Mangan (Mn) di dalam Air PDAM Tirtanadi adalah 0,012 mg/l, sementara kadar maksimun yang diperbolehkan adalah 0,4 Mg/l.. Dari hasil analisa tersebut disimpulkan bahwa kualitas air minum yang dihasilkan oleh PDAM Tirtanadi memenuhi Parameter Kimia dalam Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum yang dipersyaratkan dalam Kepmenkes RI No 416/MENKES/PER/IX/1990. Selain Mangan (Mn), parameter kimia lainnya juga memenuhi standar kualitas air bersih dan air minum. Secara terinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran Pemeriksaan Sumber Air (Air Produksi/Distribusi PDAM Tirtanadi). 19 3.3.3 Parameter Mikrobiologi Parameter mikrobiologi untuk menentukan kualitas air bersih dan air minum adalah analisa terhadap bakteri di dalam air. Parameter mikrobiologi yang sering diuji pada pengolahan air adalah Total Coliform dan E. Coli. Dalam standar ditetapkan bahwa air minum harus memenuhi kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0/100 ml, dan air yang dihasilkan oleh PDAM Tirtanadi dengan analisa Total Coliform dan E. Coli adalah 0,00. Dari hasil analisa tersebut disimpulkan bahwa kualitas air minum yang dihasilkan oleh PDAM Tirtanadi memenuhi Parameter Mikrobiolgi dalam Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum yang dipersyaratkan dalam Kepmenkes RI No 416/MENKES/PER/IX/1990. 3.3.4 Chemical Oxygen Demand (COD) COD (Chemical Oxygen Demand) yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air. Mengenai baku mutu air minum golongan B (air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu pengolahan) maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk. 3.3.5 Biochemical Oxygen Demand (BOD) BOD (Biochemical Oxygen Demand) Adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah bahan – bahan buangan didalam air.Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan.Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik.Makin rendah BOD maka kualitas air minum tersebut semakin baik. Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l. Banyaknya limbah rumah tangga dan industri kecil dapat mencemarkan air di sungai Belawan, sungai Deli, dan sungai Belumai yang merupakan air bakudi PDAM. Untuk saat ini limbah tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikanbagi pencemaran terhadap air di sungai Belawan, sungai Deli, dan sungai Belumai. PDAM menyediakan alat pengolahan limbah yang berfungsi untuk menetralisir limbah- limbah sehingga air baku tersebut dapat terpelihara. 3.4 Penyebab dari perubahan Kualitas air Definisi pencemaran air menurut surat Keputusan Mentri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/1/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah: masuk atau dimasukkan makhluk hidup, zat,energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1). Sedangkan menurut KBBI Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Dalam pasal 2, air pada sumber menurut kegunaan/peruntukannya digolongkan menjadi: 1) Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung 20 tanpa pengolahan terlebih dahulu. 2) Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga. 3) Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. 4) Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan milik Negara Secara garis besar, ada dua tipe polutan yang masuk ke dalam perairan yaitu: pertama, zat yang memperkaya perairan sehingga merangsang pertumbuhan mikroorganisme dan alga, dan yang kedua adalah materi-materi yang bersifat racun sehingga dapat membunuh mikroorganisme yang hidup dalam air. Zat yang memperkaya perairan pada umumnya sampah organik yang dibuang oleh manusia dan terbawa ke perairan, kotoran dan deterjen. Pencemaran air dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu; 1) Pencemaran kimia berupa senyawa karbon dan senyawa anorganik. 2) Pencemaran fisika yang dapat berupa materi terapung dan materi tersuspensi, 3) Pencemaran biologi yang dapat berupa mikroba phatogen, lumut dan tumbuhtumbuhan air 3.4.1 Penyebab Pencemaran Air Secara Umum Pencemaran air saat ini sudah semakin meresahkan, bahkan banyak menimbulkan kelangkaan air bersih. Ada beberapa penyebab pencemaran air, yakni: 3.4.1.1 Limbah Salah satu penyebab pencemaran air adalah pembuangan limbah dari hasil industri dan limbah rumah tangga . Limbah pabrik mengandung zat beracun mencakup unsurunsur seperti timbal, merkuri, nitrat dan sulfat. Zat kimia ini cukup berbahaya bagi manusia maupun hewan air. Limbah pemukiman mengandung limbah domestik yang berupa sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen. Air yang terkontaminasi limbah pemukiman membuatnya tidak layak untuk dikonsumsi lagi, selain itu air yang terkontaminasi juga akan meningkatkan suhu pada air sehingga membuat flora dan fauna air susdah untuk bertahan hidup. 3.4.1.2 Sampah dan Kotoran Inilah yang seringkali menjadi penyebab utama pencemaran air. Kurangnya kesadaran masyarakat serta pemukiman manusia yang memenuhi sepanjang tepi sungai mengakibatkan sungai menjadi tempat pembuangan sampah dan kotoran. 3.4.1.3 Kendaraan Bermotor Jutaan kendaraan bermotor berjalan dan melepaskan asap beracun setiap hari. Ketika dilepaskan ke udara, hal ini mengakibatkan kontak dengan uap air di udara dan menjadi asam korosif ringan seperti asam klorida dan asam sulfat. Setelah itu hal ini kembali lagi sebagi hujan asam. Asam diserap oleh tanah dan bercampur dengan air tanah yang mengakibatkan pencemaran air. 3.4.1.4 Tumpahan Minyak 21 Seiring dengan ramainya lalu lintas di lautan, tumpahan minyak telah menjadi hal yang sangat umum. Ada banyak contoh kapal tanker besar yang menumpahkan jutaan galon minyak di laut. Minyak yang tumpah dan menyebar membuat kehidupan laut dan taman susah mendapatkan sinar matahari dan udara yang tepat. Hal ini menyebabkan beberapa spesies air yang terancam kepunahannya. 3.4.1.5 Batu Bara Ketika batu bara dibakar, hal itu mengarah pada pelepasan merkuri ke atmosfer. Merkuri ini beralih kembali ke permukaan bumi dan memasuki sungai, danau dan air dalam tanah. Pada akhirnya, ha ini dapat mencemari air dan tidak layak untuk digunakan bahkan dapat sangat berbahaya jika dikonsumsi ibu hamil dan bayi. 3.4.1.6 Limbah Pertanian Pupuk dan pestisida biasa digunakan para petani untuk merawat tanamannya. Namun pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pestisida mempunyai aktifitas dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air keluar dari daerah pertanian, dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan, udang dan hewan air lainnya. 3.4.2 Penyebab Pencemaran Air Disekitar PDAM Tirtanadi Delitua 3.4.2.1 Sampah dan Kotoran Tepat disebelah PDAM Tirtanadi Delitua terdapat sebuah perumahaan.Dimana masyarakat kurang peduli terhadap kepedulian lingkungan disekitar mereka. Padahal, tanpa mereka sadari itu akan mengurangi kualitas air minum mereka dan apabila terjadi banjir maka perumahan mereka akan terendam,karena perumahan mereka dekat sekali dengan sungai. 3.4.2.2 Limbah Pertanian Adanya banyak pertanian disekitar PDAM Tirtanadi Delitua yang berjarak sekitar ±500 m.Mempunyai dampak negatif terhadap kualitas air. Penggunaan pupuk serta pestisida yang berlebihan akan menyebabkan penurunan kualitas sumber air menjadi menurun sehingga kualitas air yang diproduksi pun menurun. 3.5 Dampak dan Bahaya Air yang Tercemar Tercemarnya air memberikan banyak dampak merugikan bagi lingkungan, kesehatan manusia, dan berbagai makhluk hidup di bumi. Dampak pencemaran air yaitu: 3.5.1 Dampak pencemaran air terhadap kehidupan biota air 22 Banyaknya zat pada pencemaran air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam air membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Seiring dengan pencemaran air, hal ini akan mematikan kehidupan makhluk hidup yang berada disana. Banyaknya limbah industri seperti pabrik, rumah sakit, limbah logam berat membuat sungai yang dulunya menjadi tempat tinggal ikan menjadi tercemat dan membuat ikan-ikan tersebut mati. Selain itu populasi fitoplankton yang menjadi dasar utama kehidupan perairan lama-kelamaan akan punah, ini dapat berakibat buruk bagi ekosistem di lautan. 3.5.2 Dampak negatif pencemaran air terhadap kualitas air tanah 3.5.2.1 Timbulnya endapan, koloid dan Bahan Terlarut : Endapan, koloid dan bahan terlarut berasal dari bahan-bahan buangan industri, obatobatan, dan pupuk pertanian. Bahan tersebut dapat menghalangi cahaya matahari ke perairan sehingga proses fotosintesis tumbuhan air terganggu. Jika bahan industri berupa logam berat, seperti air raksa, kadmium, dan timbel, maka logam tersebut dapat diserap oleh tumbuhan air. Di dalam tubuh tumbuhan, logam tersebut tidak dapat diuraikan dan menumpuk di dalam jaringan lemak tubuh. 3.5.2.2 Perubahan tingkat keasaman (pH) : Tingkat keasaman (pH) optimal untuk kehidupan organisme antara 6,5-7,5. Limbah industri, rumah tangga, dan pertanian di perairan akan memengaruhi konsentrasi ion-ion hidrogen sehingga pH air akan berubah. Mungkin di atas 7,5 atau dibawah 6,5. Hal ini akan mengganggu kehidupan organisme akuatik. 3.5.2.3 Perubahan warna, bau, dan rasa : Syarat air yang dapat dimanfaatkan manusia adalah tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Dengan adanya buangan limbah industri yang terlarut dalam air maka air di perairan menjadi berwarna, berbau, dan berasa. Sering kali limbah industri yang berwarna dan berbau itu mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi organisme akuatik. Selain itu, bau juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang yang tinggal 3.5.2.4 Dampak pencemaran air terhadap kesehatan Penyakit yang ditimbulkan dari pencemaran air tersebut beraneka ragam. Tak jarang karena sulitnya air bersih menimbulkan sebagian orang terpaksa mengkonsumsi air yang telah tercemar limbah pabrik dan logam berat. Ini akan menimbulkan penyakit dan kerusakan organ-organ tubuh khususnya organ pencernaan. Selain itu air digunakan sebagai media untuk mandi dan mencuci. Ini juga akan menimbulkan penyakit kulit akibat menggunakan air yang tercemar tersebut. 3.6 Cara Mencegah Pencemaran Air Agar terhindar dari krisis air dan pencemaran air, maka kita perlu mencegah terjadinya hal itu, yaitu: 3.6.1 Gunakan air dengan bijaksana. 23 Kurangi penggunaan air untuk kegiatan yang kurang berguna dan gunakan dalam jumlah yang tepat. Dengan menggunakan air seperlunya maka kita tidak akan membuangbuang air sehingga tidak terjadi krisis air. 3.6.2 Kurangi penggunaan detergen. Gunakanlah detergen dengan secukupnya dan jangan membuang limbah detergen sembarangan yang mengarah ke sungai, danau, dsb. Sebisa mungkin pilihlah detergen yang ramah lingkungan dan dapat terurai di alam secara cepat. 3.6.3 Kurangi konsumsi obat-obatan kimia berbahaya. Obat-obatan kimia yang berbahaya seperti pestisida (yang digunakan para petani), dan obat nyamuk cair merupakan salah satu penyebab rusaknya ekosistem air. 3.6.4 Tidak menggunakan sungai untuk mencuci mobil, truk, dan sepeda motor. Dengan menggunakan sungai untuk mencuci otomatis bahan-bahan kimia dari sabun pencuci akan mengalir ke sungai dan menyebabkan pencemaran air. 3.6.5 Jangan membuang sampah rumah tangga di sungai/danau. Dengan membuang sampah rumah tangga di sungai/danau hal itu akan menyebabkan sampah tertumpuk di sungai dan dapat menyebabkan pencemaran air bahakan banjir dan erosi. Sebaiknya kelola sampah rumah tangga dengan baik dan usahakan menanam pohon di pinggiran sungai/danau. 3.6.6 Tidak buang air di sungai Buang air kecil dan air besar sembarangan adalah perbuatan yang salah. Kesan pertama dari tinja atau urin yang dibuan sembarangan adalah bau dan menjijikan. Tinja juga merupakan medium yang paliang baik untuk perekembangan bibit penyakit dari yang ringan sampai yang berat, oleh karena itu janganlah buang air besar sembarangan khususnya di sungai. 24 Bab IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa, kualitas air PDAM memenuhi syarat standar air minum apabila ada terjadi perubahan kualitas itu disebabkan oleh pipa penyaluran air yang tertanam didalam tanah sehingga sulit untuk dibersihkan. Kualitas air PDAM juga tergantung pada kondisi air sungai. Sedangkan kuantitas air PDAM sedikit mengalami penurunan karena semakin banyak pembangunan sehingga sedikitnya lahan untuk penampungan. 4.2 Saran Berdasarkan masalah dari penelitian dan study literature yang dilakukan, sebaiknya masyarakat harus lebih peduli terhadap menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kelestarian alam, Seperti tidak membuang sampah sembarangan,menebang pohon secara liar,dan mengurangi polusi udara.Sehingga kualitas dan kuantitas air minum kita dapat terjamin bersih. 25 Daftar Pustaka Agnesa, Adnan.2011. Makalah Pengelolaan Air Minum.http://kesmasunsoed.blogspot.com/2011/07/makalah-pengelolaan-air-minum.html.Diakses tanggal 28 Februari 2018 Awaluddin. 2007. Teknologi Pengolahan Air Tanah sebagai Sumber Air Minum pada Skala Rumah Tangga.http://unlastnoel.files.wordpress.com/2009/04/awaluddin-in-teknologi-airminum-pam-ftsp-uii1.pdf.Diakses tanggal 28 Februari 2018 Tim Penulis.2014.Studi Pustaka PDAM Tirtanadi Medan. https://www.slideshare.net/ariejulianda3/studi-kasus-pdam-tirtanadi-medannew?from.Diakses pada tanggal 28 Februari 2018 https://keluhkesahilmu.blogspot.co.id/2016/06/karya-ilmiah-tentang-pencemaran-air.html Diakses pada tanggal 28 Februari 2018 26 27