Uploaded by Adibul Khoir

KUMPULAN TUGAS EDIT

advertisement
KUMPULAN TUGAS
PELATIHAN APPLIED APPROACH (AA)
HALAMAN JUDUL
Diselenggarakan Oleh
UNISSULA KERJASAMA DENGAN
LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI
JAWA TENGAH
TANGGAL 18 – 21 NOVEMBER 2019
OLEH:
LELI NISFI SETIANA, M.Pd
NIDN 0616098702
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI
LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI
JAWA TENGAH
2019
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
LOKAKARYA APPLIED APPROACH
Nama Peserta
: Leli Nisfi Setiana, M.Pd
NIDN
: 0616098702
Asal PTS
: Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Tugas akhir Lokakarya Applied Approach (AA) ini telah dinilai oleh Tim
Fasilitator dan memenuhi syarat kelulusan Lokakarya AA yang diselenggarakan
oleh Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah bekerjasama dengan Unissula Semarang
pada tanggal 18 – 21 November 2019.
Semarang,
Januari 2019
a.n. Kepala LL Dikti Wilayah VI Jateng
Ketua Tim Fasilitator Lokakarya AA
LL Dikti Wilayah VI Jawa Tengah
Prof. Dr. Sunandar, M.Pd.
NIP. 196208151987031002
ii
KATA PENGANTAR
Keanugrahan insprirasi dari Tuhan Yang Maha Esa menjadikan kekuatan
kepada penulis untuk dapaat segera menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu,
tiada kata yang terindah selain ucapan syukur karena penulis dapat menyelesaikan
tugas ini dengan tepat pada waktunya. Penyusunan laporan akhir merupakan
penutup sekaligus melengkapi kegiatan. Dalam laporan ini terdapat kumpulan
tugas-tugas antara lain: Usulan Penelitian Tindakan Kelas, Konstruktivisme
Dalam Pembelajaran, Kontrak Perkuliahan, Media Pembelajaran Online,
Penulisan Bahan Ajar (1 BAB), Rancangan Penilaian Alternatif, Evaluasi Proses
Pembelajaran, Rekonstruksi Mata Kuliah, Rekonstruksi dan Pengembangan
Kurikulum. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga, instansi FKIP
dan Unissula, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VI Jawa Tengah
yang telah memberikan kesempatan dan kerjasamanya sehingga laporan ini dapat
terselesaikan. Tak lupa juga saran dan kritik sangat penulis harapkan dari
pembaca yang budiman untuk kesempurnaan laporan ini.
Semarang, 1 Desember 2019
Leli Nisfi Setiana, S.Pd., M.Pd
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR LOKAKARYA APPLIED
APPROACH ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
TUGAS PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS .................................. 1
TUGAS KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN ........................... 1
TUGAS KONTRAK PERKULIAHAN ................................................................. 1
TUGAS BAHAN AJAR ......................................................................................... 1
TUGAS EVALUASI PROSES PEMBELAJARAN ............................................. 1
TUGAS REKONSTRUKSI MATA KULIAH ...................................................... 1
TUGAS RAGAM MEDIA PEMBELAJARAN ..................................................... 1
iv
TUGAS
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
NAMA
: Leli Nisfi Setiana
(47)
ASAL PTS
: UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI
LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI
JAWA TENGAH
2019
1
A. JUDUL
Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Model Partisipatori
Berbantu Media Sosial pada Mahasiswa PBSI Semester V Tahun Ajaran
2019/2020.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu keterampilan dalam berbahasa adalah keterampilan
Berbicara. Sebagai suatu keterampilan, sudah sepatutnya dimiliki oleh
seseorang atau bahkan dibudayakan. Sesuai dengan perintah Allah Swt. yang
tertulis dalam kitab suci Al-Quran, bahwa manusia diperintahkan untuk
membaca. “….dan berbicaralah kepada orang-orang dengan baik..” (QS AlBaqarah: 83).
Melalui ayat tersebut Allah Swt secara jelas memerintahkan manusia
untuk ucapan jujur, lembut dan yang mengandung ajakan untuk melakukan
kebaikan dan menghindari keburukan Seperti halnya pepatah yang
menunjukkan pentingnya berbicara, yakni “Ucapan lebih tajam daripada
pedang.” Pernyataan seorang sahabat Rasul tersebut menunjukkan berbicara
merupakan kegiatan penting dan memiliki dampak dari apa yang disampaikan.
Dengan demikian, berbicara harus memiliki tujuan tertentu, sehingga apa yang
disampaikan berdampak positif bagi pembicara maupun pendengar. Untuk itu,
perlu ada pembinaan khusus untuk mengembangkan keterampilan berbicara
seseorang.
Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan suatu bunyi artikulasi
(kata-kata) untuk menyampaikan, mengekspresikan atau menyatakan suatu
gagasan, pikiran juga perasaan. Laporan penelitian Rankln (dalam Burhan,
1981:82 dan Fisher dan Terry, 1977:126) masih cukup relevan dijadikan
acuan. Ia menujukkan bahwa kegiatan berbicara menduduki posisi kedua.
dalam berbahasa setiap harinya, orang menghabiskan waktu rata-rata 45%
untuk menyimak, 30% berbicara, 16 % membaca, dan 9% menulis.
Keterampilan berbicara seseorang dapat dibina melalui lembaga
pendidikan formal dan melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia. jika kita
2
mencermati
kurikulum
mengembangkan
Bahasa
keterampilan
Indonesia
berbicara
saat
ini,
seseorang.
peluang
Jika
untuk
mencermati
kurikulum Bahasa Indonesia saat ini, peluang untuk mengembangkan
keterampilan tersebut sangat besar. Kurikulum Bahasa mencantumkan hakikat
pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi (Puskur,2003).
Keterampilan berbicara di kampus tersebut dibudayakan dengan cara
mengadakan literasi sebelum pembelajaran dimulai. Hal ini berdampak
terhadap sikap dan kebiasaan mahasiswa dalam berbicara. Tetapi untuk materi
berpidato, keterampilan berbicara perlu ditingkatkan. Karena sebagian besar
mahasiswa tidak antusias terhadap materi teks berpidato yang kemudian
berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar mahasiswa. Oleh sebab itu,
perlu adanya inovasi baru mengenai strategi, model, metode, teknik, atau
media yang dapat digunakan dalam pembelajaran berpidato. Contoh media
pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran berpidato
adalah model partisipatori. Model tersebut merupakan salah satu model
berpidato sekaligus model pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki
ingatan
dan
pemahaman
terhadap
kegiatan
berbicara.
Partisipatori
menitikberatkan peran siswa sebagai subjek aktif dalam pembelajaran. Tugas
guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator dan mediator. Siswa
diberikan kesempatan secara luas untuk mengonstruksi pengetahuan secara
mandiri sesuai dengan pengetahuan awal yang dimiliki. Dalam hal ini,
penelitian menggunakan model partisipatori yang memanfaatkan media
jejaring sosial facebook dan you tube.
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana peningkatan hasil belajar Mahasiswa PBSI pada materi
Keterampilan Berbicara Menggunakan Model Partisipatori Berbantu
Media Sosial Semester I Tahun Ajaran 2019/2020?
3
b. Bagaimana peningkatan motivasi belajar Mahasiswa PBSI pada materi
Keterampilan Berbicara Menggunakan Model Partisipatori Berbantu
Media Sosial Semester I Tahun Akademik 2019/2020?
c. Bagaimana peningkatan sikap belajar siswa Mahasiswa PBSI pada materi
Keterampilan Berbicara Menggunakan Model Partisipatori Berbantu
Media Sosial Semester I Tahun Ajaran 2019/2020?
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat terhadap penggunaan model pembelajaran yang
tepat, khususnya pembelajaran berpidato. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi gambaran nyata bagi Dosen, agar mampu mengoptimalkan dan
memaksimalkan model pembelajaran dengan baik.
Penelitian ini dapat menjadi referensi penggunaan model pembelajaran
dalam materi berpidato, serta meningkatkan kreativitas dosen dalam
merancang model pembelajaran yang tidak hanya menarik, tetapi juga tepat
sasaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Bagi Mahasiswa: penelitian ini memberikan pengalaman belajar teks
eksplanasi kompleks yang menyenangkan dengan model pembelajaran yang
sesuai dengan materi, sehingga dapat meningkatkan minat berbicara
mahasiswa dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar.
Bagi peneliti lain: penelitian ini dapat menjadi referensi pada
penelitian-penelitian berikutnya, memberikan pengetahuan, serta memperluas
wawasan sehingga dapat mengembangkan model pembelajaran yang tepat
bagi Mahasiswa.
E. KAJIAN TEORI
1. Berbicara
Kegiatan berbicara merupakan salah satu aspek kegiatan berbahasa, di
samping kegiatan menyimak, membaca, dan menulis. Kegiatan berbicara pada
prinsipnya sangat sederhana tetapi yang sulit justru pada masalah keterampilan
4
sebab menyangkut keruntutan ucapan dan kejelasan artikulasinya. Maksudnya,
seseorang dikatakan terampil berbicara jika ia mampu mengatur ucapannya
(runtut) dan artikulasinya (jelas). Jadi, bukan pada masalah kelancarannya.
a. Pengertian Berbicara
Pengertian berbicara dapat dibedakan atas dua macam, yaitu
pengertian berbicara secara sempit dan secara luas. Pengertian berbicara
secara sempit adalah kegiatan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Selanjutnya,
pengertian berbicara secara luas adalah kegiatan mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa untuk menyampaikan pesan, mengekspresikan perasaan, dan
menyatakan pikiran.
Berdasarkan pengertian berbicara tersebut dapat dikatakan bahwa
berbicara merupakan kegiatan lisan yang melibatkan sebagian organ fisik,
seperti gerakan bibir, tangan, mata, dan yang lainnya. Keterlibatan organ fisik
dapat mengurangi ketegangan pada saat berbicara di hadapan orang banyak.
Juga, merupakan gaya (style) bagi pembicara sehingga tidak menjemukan bagi
para pendengar yang melihatnya (audience). Gerakan anggota badan (organ
fisik) itu pada dasarnya merupakan gerak refleks (tidak disengaja). Gerak
refleks bagi pembicara sangat bermanfaat dan terkesan tidak kaku. Namun,
jika gerakan itu terlalu berlebihan (over acting) maka dapat mengganggu
mitratutur atau audience.
Kegiatan berbicara pada prinsipnya bersifat individual. Maksudnya,
kegiatan berbicara berlangsung secara individu (perseorangan). Oleh karena
itu, kegiatan berbicara tidak dapat dilangsungkan oleh banyak orang pada
waktu yang bersamaan. Jadi, kegiatannya harus dilaksanakan secara bergiliran
(satu-persatu). Hal seperti itu berbeda dengan kegiatan menyimak, membaca
maupun menulis yang dapat dilangsungkan oleh banyak orang pada waktu
yang bersamaan. Di samping bersifat individual, kegiatan berbicara bagi setiap
orang bersifat nonhayati. Artinya, seseorang itu dapat berbicara tidak dengan
sendirinya dan penguasaannya tidak secara alamiah. Dengan demikian,
kegiatan berbicara memerlukan latihan dan seseorang yang tidak pernah
dilatih dipastikan tidak dapat berbicara. Adapun, yang melatih kegiatan
5
berbicara adalah lingkungan. Yang disebut lingkungan dalam konteks ini
adalah ibu, bapak, kakak, saudara-saudara, teman-temannya, atau para
tetangga. Misalnya, jika seorang anak sejak dilahirkan sampai usia remaja
tidak pernah berhubungan dengan orang lain maka dipastikan ia tidak dapat
berbicara. Oleh karena itu, sangat mustahil seseorang dapat berbicara jika
tidak pernah mendengar bahasa manusia. Contoh lain yang ekstrim, jika
seorang anak sejak dilahirkan sudah tunarungu (tuli) maka ia pun akan
tunawicara (bisu). Jadi, ada tiga syarat seorang anak (manusia) agar dapat
berbicara, yaitu (1) sehat alat pendengarannya (tidak tunarungu) sejak lahir,
(2) sehat alat ucapnya (tidak cacat), dan (3) hidup dengan orang lain
(bermasyarakat).
Ketiga syarat berbicara tersebut mutlak harus ada, jika salah satu syarat
tidak dipenuhi maka dimungkinkan tidak dapat berbicara. Misalnya, seseorang
sejak lahir tidak sehat alat pendengarannya (tunarungu), padahal ia sehat alat
ucapnya dan hidup bermasyarakat maka anak itu tidak akan dapat berbicara.
Juga, misalnya ia tidak tunarungu dan tidak cacat alat ucapnya tetapi tidak
pernah berhubungan dengan orang lain sejak dilahirkan maka dapat dipastikan
anak itu tidak dapat berbicara atau tidak berbahasa. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa berbicara identik dengan berbahasa. Oleh karena itu, manusia adalah
makhluk yang berbicara. Artinya, manusia adalah makhluk yang berbahasa.
Manusia memang memiliki perangkat alat ucap yang memungkinkan
untuk dapat berbicara dan akal yang mampu mengembangkan bahasa. Juga,
otak manusia memuat lebih banyak neuron sehingga memiliki kemampuan
ingatan yang lebih tajam. Itulah yang membedakan antara manusia dengan
binatang sehingga binatang tidak dapat berbicara seperti halnya manusia.
Maka, dapat diungkapkan paradigma bahwa “manusia berbicara dan binatang
bersuara”.
Kegiatan berbicara bagi manusia sudah ada sejak manusia pertama
(Adam) diciptakan. Sejak dahulu sampai sekarang berbicara bagi manusia
adalah sama, yaitu adanya sistem tanda yang dapat didengar (audible) dan
melibatkan organ fisik yang dapat dilihat (visible). Jadi, pada dasarnya
6
berbicara merupakan sebuah sistem, yakni cara yang teratur untuk melakukan
sesuatu. Adapun, yang dimaksudkan keteraturan di dalam berbicara adalah
bahasanya, yaitu adanya keteraturan bidang makna (sistem semantik), bidang
bunyi (sistem fonologi), bidang kata (sistem morfologi), dan bidang kalimat
(sistem sintaksis). Maka, segala bentuk suara seperti bersin, batuk, mendesis,
mendesah, mendengkur, dan mendehem bukan merupakan kegiatan berbicara
sebab suara yang dimunculkannya itu tidak bersistem.
b. Aspek Pendukung Keterampilan Berbicara
Seseorang yang memiliki dan memenuhi tiga macam syarat berbicara
dipastikan dapat berbicara tetapi belum tentu terampil berbicara. Keterampilan
membutuhkan latihan yang intensif sebab keterampilan sudah mengarah
kepada bidang keahlian. Keterampilan berbicara tidak hanya sekedar dapat
mengucapkan kata-kata dan kalimat tetapi lebih menekankan kepada
pengolahan bahasa secara teratur. Atas dasar itu, keterampilan berbicara
didefinisikan sebagai “suatu aktivitas berbicara yang menekankan kepada
pengolahan bahasa secara teratur dan pengucapan bunyi-bunyi artikulasi
secara jelas”.
Agar dapat tercapai tujuan dan maksud berbicara maka seseorang yang
ingin terampil berbicara perlu memiliki empat aspek pendukung, yaitu (1)
keterampilan sosial (social skills) adalah keterampilan untuk berperanan
secara aktif dan efektif di dalam kehidupan bermasyarakat, (2) keterampilan
semantik (semantic skills) adalah keterampilan untuk menggunakan kata-kata
secara tepat, (3) keterampilan fonetik (phonetic skills) adalah keterampilan
untuk membentuk unsur-unsur bunyi bahasa secara akurat, dan (4)
keterampilan vokal (vocal skills) adalah keterampilan untuk menciptakan efek
emosional dengan suaranya kepada pendengar atau mitratutur.
c. Tujuan Umum Kegiatan Berbicara
Berbicara sebagai kegiatan berkomunikasi lisan aktif mempunyai
tujuan umum. Pertama, untuk menginformasikan (to inform). Pembicara
bertugas
menginformasikan isi
pembicaraan
kepada pendengar atau
mitratutur. Tujuannya agar pendengar atau mitratutur memahami isi
7
pembicaraan. Misalnya, seorang guru menyampaikan materi pelajaran kepada
para siswanya atau orang yang berpidato di hadapan orang banyak.
Kedua, untuk menghibur (to entertain). Pembicara dapat menghibur
pendengar atau mitratutur melalui ucapan-ucapannya. Misalnya, guru yang
selalu menyampaikan ide-ide segar, menarik, dan mempesona pada saat
mengajar. Artinya, pada saat mengajar guru jangan terlalu tegang yang
menyebabkan siswa ikut tegang. Maka, para siswa akan merasa senang dan
terhibur. Ketiga, untuk mempengaruhi (to persuade), yaitu pembicara dapat
mempengaruhi
atau
meyakinkan
pendengar
atau
mitratutur
dengan
argumentasi yang tepat. Seorang guru selalu mempunyai argumentasi setiap
menyampaikan materi pelajarannya sehingga para siswa merasa yakin atas
ucapan gurunya. Misalnya, saat menerangkan bahwa bahasa Melayu dipilih
menjadi dasar bahasa nasional bukan bahasa Jawa. Maka, guru harus dapat
menerangkan dengan argumentasi yang meyakinkan.
2. Partisipatori
a. Pengertian Metode Partisipatori
Metode Partisipatori merupakan metode pembelajaran yang lebih
menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa merupakan bentuk
keberhasilan dari proses pembelajaran. Peserta didik ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dalam metode ini, guru berperan sebagai pemandu atau
fasilitator. Metode Partisipatori diterapkan ketika guru mengharapkan peran
siswa secara penuh. Adapun ciri-ciri yang menonjol dari metode ini adalah :
1. Belajar dari realitas atau pengalaman.
2. Tidak menggurui.
3. Dialogis (bersifat komunikatif baik secara lisan maupun tulisan).
b. Prinsip Dasar Metode Partisipatori
Berkaitan dengan penyikapan / sikap guru terhadap siswa, partisipatori
beranggapan bahwa :
1. Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing. Siswa mempunyai
kelebihan dan kelemahan yang berbeda dengan individu lain. Oleh karena
itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan
8
tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat
lebih berkembang.
2. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak
selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat
menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak.
3. Dunia anak adalah dunia bermain.
4. Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.
c. Syarat Metode RP (Riset Partisipatoris)
Adapun untuk pelaksanaan dalam model penelitian partisipatoris ini,
memiliki beberapa prasyarat. Antara lain adalah sebagai berikut;
1. Penelitian haruslah dilakukan dengan identifikasi pertanyaan-pertanyaan
yang gayut/relevan
2. Terdapatnya perencanaan rancangan penelitian yang jelas
3. Terdapatnya pemilihan ukuran-ukuran dan metode pengumpulan data yang
tepat
4. Adanya proses dalam teknik pengumpulan data dan analisis dalam
penelitian
5. Terdapatnya pencapaian konsensus mengenai temuan, kesimpulan dan
saran
6. Haruslah dilakukan dengan penyebar-luasan hasil dan penyiapan rencana
tindakan untuk memperbaiki keadaan
3. Media Sosial
a. Pengertian Media Sosial
Pengertian Media Sosial adalah media online (daring) yang dimanfaatkan sebagai
sarana pergaulan sosial secara online di internet. Di media sosial, para
penggunanya dapat saling berkomunikasi, berinteraksi, berbagi, networking, dan
berbagai kegiatan lainnya.
Media sosial mengunakan teknologi berbasis website atau aplikasi yang dapat
mengubah suatu komunikasi ke dalam bentuk dialog interaktif. Beberapa contoh
9
media sosial yang banyak digunakan adalah YouTube, Facebook, Blog, Twitter,
dan lain-lain.
Menurut Philip dan Kevin Keller pengertian media sosial adalah sarana
bagi konsumen untuk berbagai informasi teks, gambar, video, dan audio dengan
satu sama lain dan dengan perusahaan dan sebaliknya. Menurut Marjorie Clayman
pengertian media sosial adalah alat pemasaran baru yang memungkinkan untuk
mengetahui pelanggan dan calon pelanggan dengan cara yang sebelumnya tidak
mungkin. Menurut Chris Brogan pengertian media sosial adalah seperangkat alat
komunikasi dan kolaborasi baru yang memungkinkan terjadinya berbagai jenis
interaksi yang sebelumnya tidak tersedia bagi orang awam. Menurut M. Terry
definisi media sosial adalah suatu media komunikasi dimana pengguna dapat
mengisi kontennya secara bersama dan menggunakan teknologi penyiaran
berbasis internet yang berbeda dari media cetak dan media siaran tradisional.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media
sosial seperangkat alat berbasis internet yang mampu mengkolaborasikan jenis
interaksi oleh orang awam secara lebih sederhana dan dimanapun berada tanpa
batas.
b. Media Sosial dalam Pembelajaran
Beberapa media sosial yang dapat berperan dalam dunia pendidikan yang
mampu memicu kualitas mahasiswa, diantaranya adalah Facebook, Twitter, Blog,
dan Youtube. Kualitas pelajar bisa menjadi lebih baik saat memanfaatkan media
sosial semaksimal mungkin, dengan cara meminimalisir dampak negatifnya.
Melalui sebuah grup WA atau blog-blog yang lain, para pelajar dapat dengan
mudah dan bebas berdiskusi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga
berdiskusi disini lebih menarik dan efisien. Akhirnya mahasiswa dapat melakukan
proses pembelajaran yang mandiri tanpa harus didampingi oleh seorang dosen.
Akan tetapi lebih bagus lagi bila dosen ikut berpartisipasi dalam mengelola grup
tersebut. Sehingga pembelajaran apapun dengan menggunakan beberapa metode
dapat tersampaikaan dengan mudah. Dalam penelitian ini metode partisipatori
berbantu media sosial menjadi alternatif baru dalam pembelajaran berbicara,
10
khususnya dalam mempublikasikan hasil praktik berbicara mahasiswa di depan
khalayak umum.
F. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis dalam penelitian ini adalah jika permasalahan yang ada dalam
pembelajaran berbicara telah di atasi dengan tepat, keterampilan mahasiswa dalam
berbicara mengalami peningkatan dan perilaku mahasiswa berubah ke arah yang
lebih positif. Peningkatan keterampilan membaca diharapkan mencapai nilai
KKM 85.
G. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Paizaluddin dan Ermalinda (2016:6) penelitian tindakan kelas diartikan
sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan
meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subjek yang
diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk
kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau
penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Kemmis (dalam Huda, 2015:5) juga menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan salah satu bentuk penyelidikan refleksi diri yang dilaksanakan oleh
para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk
meningkatkan rasionalitas dan keadilan dalam (a) praktik-praktik sosial dan
pendidikan mereka sendiri, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik ini,
dan (c) situasi-situasi yang melengkapi pelaksanaan praktik-praktik tersebut.
a. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas (PTK) atau
Classroom Action Research. Setiap siklus dirancang melalui fase perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi. Desain suatu penelitian sebenarnya banyak sekali
macamnya. Kajian ini dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan serta memperbaiki
kondisi-kondisi praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan.
b. Setting Penelitian (Tempat dan Waktu)
11
a) Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra indonesia Unissula tahun akademik 2019/2020.
b) Waktu penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan mulai dari pra siklus hingga siklus
kedua. Sebagai tes awal, dilakukan prasiklus dengan tes awal materi
berbicara mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Unissula tahun akademik 2019/2020. Setelah dilanjutkan
dengan pemberian tindakan dan berakhir setelah postes.
c. Siklus Penelitian
Model penelitian yang digunakan adalah model kemmis dan taggart,
yaitu model spiral, dimana dalam model spiral ini terdiri dari 2 siklus
dan dari setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi serta refleksi. Walaupun pada penelitian tindakan kelas ini
dilakukan dalam 2 siklus namun bila ternyata dari dua siklus yang
direncanakan masih terdapat masalah yang harus dipecahkan maka
dapat
dilanjutkan
dengan
siklus
berikutnya.
Desain
tersebut
digambarkan sebagai berikut;
Refleksi
Perencanaan
SIKLUS I
Tindakan
dan
Pengamatan
Refleksi
Revisi Perencanaan
SIKLUS II
Tindakan
dan
Pengamatan
dst
12
Pelaksanaan prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut;
a) Proses Tindakan Siklus I
1.Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan pembelajaran
berbicara dengan membuat rencana pembelajaran terlebih dahulu.
Rencana pembelajaran ini merupakan program kerja dosen dalam
melaksanakan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran
akan tercapai. Selain itu, dosen menyiapkan materi yang akan diujikan
melalui lembar tes berbicara, kriteria penilaiannya adalah dosen
menilai secara subjektif.
2. Tindakan
Pada tahap ini dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Dosen memberikan penjelasan kepada Mahasiswa tentang tujuan
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan manfaat yang
dapat diperoleh Mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pada langkah ini dosen memberi penjelasan tentang berbicara. Dalam
proses pembelajaran yang dilakukan oleh dosen, Dosen memberi tema
yang akan dibaca oleh mahasiswa. Dosen memberikan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan tema tersebut dan mahasiswa harus
menjawab dengan memberikan argumen tentang tema yang diberikan
oleh Dosen, Mahasiswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh dosen dengan cara berkelompok dan berdiskusi antara kelompok
satu dengan kelompok lain saling berdebat. Materi pembelajarannya
adalah berbicara dengan teknik memerikan dan ulang ucap. Setelah
mahasiswa menerima penjelasan yang diberikan dosen, mahasiswa
mencoba berbicara tema yang diberikan dengan teknik partisipatori
berbantu media sosial.
a. Observasi/Pengamatan
Dalam observasi, peneliti mengambil data dengan cara mengamati dan
menacatat kegiatan yang dilakukan mahasiswa selama penelitian
13
berlangsung. Peneliti meminta bantuan pada dosen kelas untuk ikut
mengadakan pengamatan. Pengamat mengikuti kegiatan dari awal
sampai
kahir
pembelajaran.
Asek-aspek
yang
dinilai
dalam
pengamatan adalah perilaku dan sikap mahasiswa selama dalam
menerima materi, mengikuti proses pembelajarn seperti sungguhan
mahasiswa, memperhatikan penjelasan dosen tentang berbicara.
Setelah terlaksana proses pembelajaran, lembar angket dan lembar
jurnal dibagikan kepada Mahasiswa untuk mengetahui kesan,
tanggapan dan saran terhadap materi, cara mengajar dan teknik yng
digunakan oleh dosen dalam materi berbicara dengan teknik
partisipatori.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan mahasiswa tentang
pembelajaran mengenai berbicara. Dalam wawancara ini, dosen
menanyakan tentang teknik yang digunakan oleh dosen dalam kegiatan
pembelajaran yaitu dengan dengan menggunakan teknik partisipatori
berbantu media sosial serta menanyakan kesulitan dan penyebab
kesulitan yang dihadapi mahasiswa.
b. Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan, penulis melakukan analisis mengenai
hasil observasi, hasil wawancara baik melalui tes maupun nontes. Hal
ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik yang
digunakan oleh dosen dalam proses pembelajaran.
b) Proses Tindakan Siklus I
Berdasarkan refleksi pada siklus I, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan
untuk memperbaiki rencana dan tindakan yang telah dilaksanakan,
langkah-langkah pada siklus II pada dasarnya sama dengan langkahlangkah siklus I. perbedaannya terletak pada sasaran kegiatan dan
melakukan perbaikan tindakan siklus sebelumnya. Langkah-langkah
pada siklus II adalah perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
1. Perencanaan
14
Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan pembelajaran
berbicara yang sudah diperbaiki dan dipersiapkan. Dosen menyiapkan
lembar observasi, lembar jurnal dan lembar angket lembar wawancara
untuk memperoleh data nontes pada siklus II.
2. Tindakan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II berbeda dengan tindakan pada
siklus I. ada beberapa perubahan tindakan yakni dengan memberikan
umpan balik mengenai hasil yang diperoleh pada siklus I yaitu
memebrikan arahan dan motivasi pada Mahasiswa agar lebih aktif dan
sungguh-sungguh dalam membaca agar pada siklus II hasilnya lebih
baik dsbanding siklus I.
3. Observasi/Pengamatan
Observasi pada siklus II dilakukan mahasiswa selama proses
pembelajaran menulis berlangsung pada siklus II dilihat dari beberapa
aspek yang diamati dalam siklus II meliputi hal berikut ini.
a.
Peningkatan mahasiswa dalam pemahaman tentang berbicara
b.
Peningkatan tanggapan mahasiswa terhadap berbicara
c.
Penurunan tanggapan mahasiswa terhadap berbicara
d.
Keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran
e.
Peningkatan perilaku mahasiswa dalam proses pembelajaran
4. Refleksi
Refleksi pada siklus II ini untuk merefleksikan hasil evaluasi belajar
mahasiswa
dan
mengetahui
keaktifan
menggunakan
teknik
partisipatori berbantu media sosial dalam berbicara, mengetahui
kemajuan-kemajuan yabg telah dicapai selama proses pembelajaran,
mengetahui keterampilan mahasiswa dalam berbicara dan untuk
mengetahui
perubahan
mahasiswa
setelah
mengikuti
kegiatan
pembelajaran.
15
d. Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, keberhasilan
tindakan ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan
terkait dengan suasana pembelajaran maupun hasil belajar Mahasiswa.
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut;
a. Indikator keberhasilan proses
Indikator keberhasilan proses dilihat dari perkembangan proses
pembelajaran. Analisis ini dilakukan dengan mendeskripsikan hal-hal
yang terjadi selama proses tindakan kelas pada setiap siklusnya.
b. Indikator keberhasilan produk
Indikator
keberhasilan
produk
didasarkan
atas
keberhasilan
kemampuan berpikir kreatif Mahasiswa melalui model matematisasi
berjenjang. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil
pembelajaran trigonometri sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
pada tiap siklusnya.
e. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah Tes
kemampuan berpikir kreatif. Tes digunakan untuk mengetahui
kemapuan berpikir kreatif Mahasiswa terhadap materi trigonometri,
dalam hal ini tes yang digunakan berupa essay yang terdiri atas lima
butir soal. Sebelum diberikan sebagai instrument tes, tes kemampuan
berpikir kreatif diujicobakan terbatas terlebih dahulu untuk menguji
validitas butir soal dan reliabilitas.
f. Teknik Analisis Data
a. Data kualitatif
Data kualitatif berupa peningkatan keterampilan berpikir kreatif,
pengetahun
dan
pengalaman
mahasiswa
dalam
pembelajaran
trigonometri dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Analisis data
secara kualitatif dilakukan melalui tahap-tahap reduksi data yang telah
16
dikumpulkan,
paparan
data,
dan
penyimpulan
data
seperti
dikemukakan oleh pakar Miles dan Huberman (2006) dengan istilah
reduksi data, display data, dan penarikan simpulan. Langkah reduksi
data
dilakukan
dengan
cara
menyeleksi,
menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksi data mentah menjadi bermakna,
mentransformasikan secara sistematik dan rasional untuk menampilkan
bahan-bahan yang digunakan sebagai dasar menyusun jawaban atas
tujuan penelitian tindakan kelas ini. Paparan data dilakukan dengan
cara menampilkan data penting secara lebih sederhana dan bermakna
dalam bentuk narasi, table, grafik, atau bagan. Penyimpulan dilakukan
dengan mengambil intisari dari sajian data yang telah terorganisasi
dalam bentuk kalimat atau formula singkat, padat, namun mengandung
pengertian yang luas.
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif berupa peningkatan prestasi mhasiswa dalam
penelitian tindakan kelas ini dianalisis dengan teknik analisis deskriptif
kuantitatif. Data yang dianalisis meliputi hasil karya mahasiswa berupa
jawaban yang dihasilkan pada tahap pratindakan, siklus I dan siklus II.
Data kuantitatif diperoleh dengan member skor pada hasil mahasiswa
sesuai dengan pedoman penskoran yang telah dibuat. Skor-skor yang
diperoleh mahasiswa pada tahap diatas dianalisis sehingga dapat
terlihat besarnya perubahan (peningkatan) yang telah terjadi dan pada
aspek apa peningkatan tersebut terjadi.
g. Jadwal Penelitian
Bulan
N
o
1
Kegiatan
Penyusunan
I
I
I
I
I
I
V
I
*
17
proposal
2
3
4
5
6
7
Observasi awal
Penyusunan
Instrumen
Pelaksanaan
penelitian
Pengolahan data
Penyusunan
Laporan
*
*
*
*
*
Seminar hasil
*
penelitian
H. DAFTAR PUSTAKA
Beebe, Steven & Susan. 1994. Public Speaking, An Audience – Confered
Approach. Prentice Hall. New Yersey.
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Nusa Indah. Ende-Flores
Hendrikus, DW. 2000. Retorika : terampil berpidato, berdiskusi,
berargumentasi, bernegosiasi. Kanisius. Yogyakarta.
Harry, King & Bill Gilbert. 2003. Seni Berbicara : kepada siapa saja,
kapan saja, dimana saja. Gramedia Pustaka Utama.
Lucas, Stephen. E. 1989. The Art of Public Speaking. PR Donnelly &
Sons Company, New York Amerika.
Maidar C. Arsyad. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta. Airlangga.
Rakmat, J. 1998. Retorika Modern : Pendekatan Praktis. Remaja.
Rosdakarya. Bandung.
Sudarmadji, dkk. 2010. Teknik Bercerita. Kurnia Kalam Semesta.
Yogyakarta.
Tarigan, HG & Djago. 1994. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Angkasa. Bandung.
Tarigan, HG & Djago. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa.
Angkasa. Bandung.
Widyamartono. A. 1992. Kreatif Berwicara. Kanisius. Yogyakarta.
https://islam.nu.or.id/post/read/75391/perintah-al-quran-ketika-berbicara.
Diunduh pada tgl 25 November 2019 pukul 13.00 WIB
www.islam.nu.or.id. Diunduh pada tgl 25 November 2019 pukul 12.30
WIB
18
TUGAS
KONSTRUKTIVISME DALAM
PEMBELAJARAN
NAMA
: LELI NISFI SETIANA, M.Pd (47)
NIK
: 211313020
ASAL PTS
: UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI
LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA
TENGAH
2019
19
KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Program Studi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Kuliah
: Berbicara
Kode Mata Kuliah
: GB601015
Semester
:I
SKS
:2
Dosen Pengampu
: Leli Nisfi Setiana
Pertemuan ke
: 12
Alokasi Waktu
: 2 x 50 menit
Model Pembelajaran
:
Student
Team
Achievement
Division
(STAD)
A. Kemmpuan Akhir yang Diharapkan
Mahasiswa mempunyai keberanian berlatih dan berbicara.
B. Materi Pokok
1. Teknik pengajaran keterampilan berbicara (lanjutan)
2. Latihan berbicara
C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. Demonstrasi
5. Penugasan
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
KEGIATAN
N
METODE
PEMBELAJA
O
ALOKASI
WAKTU
RAN.
1
AWAL
1.
Mahasis
20
1. Tanya jawab
menit
20
wa
melakukan
2. Ceramah
apersepsi.
2.
Mahasis
wa
dimotivasi
dosen.
3.
Mahasis
wa
menyimak
penjelasan
tentang
tujuan
perkuliahan.
4.
Mahasis
wa
menyimak
penjelasan
tentang
langkahlangkah
perkuliahan.
2
150
INTI
1. Mahasis
1. Diskusi
wa
2. Penugasan
mensurv
3. Demonstrasi
menit
ai materi
perkuliah
an.
2. Mahasis
wa
membac
a materi
perkuliah
an.
21
3. Secara
klasikal,
mahasis
wa
mendisk
usikan
isi materi
perkuliah
an.
4. Mahasis
wa
mencatat
hasil
diskusi.
5. Mahasis
wa
memilih
teks
bacaan
yang
diukur
tingkat
keterbaa
nnya.
6. Mahasis
wa
memilih
tema
materi
yang
akan
22
digunaka
n dalam
kegiatan
berbicara
berdasar
kan teori
yang
dijelaska
n
oleh
dosen
7. Mahasis
wa
menentu
kan judul
yang
akan
digunaka
n dalam
kegiatan
berbicara
8. Secara
klasikal,
mahasis
wa
mempers
entasikan
hasil
penugasa
n
9. Mahasis
wa
23
menyam
paikan
kesulitan
dalam
menentu
kan tema
dan judul
berbicara
.
(jika
ada)
10. Secara
klasikal,
mahasis
wa
membah
as solusi
cara
mengatas
i
kesulitan
yang
dihadapi.
(jika
ada)
11. Mahasis
wa
praktek
berbicara
di depan
kelas
sesuai
24
dengan
tema dan
judul
yang
dibuat.
3
30
AKH
IR
1. Mahasis
1. Tanya jawab
menit
2. Ceramah
wa
menyimp
ulkan
hasil
pembelaj
aran.
2. Mahasis
wa
mereflek
si
pembelaj
aran.
3. Mahasis
wa
meninda
klanjuti
perkuliah
an
dengan
membuat
laporan
hasil
diskusi
25
dan
mencari
sumber
lain.
D. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
Alat
: LCD, papan tulis, spidol.
Sumber
: buku referensi, hand out, video.
E. PENILAIAN
1. Proses (keaktifan dan penguasaan materi)
2. Tugas (portofolio dalam bentuk buku)
Dosen Pengampu,
Leli Nisfi Setiana
NIK 211313020
26
TUGAS
KONTRAK PERKULIAHAN
NAMA
: LELI NISFI SETIANA, M.Pd (47)
NIK
: 211313020
ASAL PTS
: UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI
LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA
TENGAH
NOVEMBER 2019
27
KOTRAK PERKULIAHAN
Mata Kuliah
: Berbicara
Kode Mata Kuliah
: GB601015
Dosen
: Leli Nisfi Setiana, M. Pd
Semester
: III/2019-2020
SKS
:2
Hari Pertemuan/Jam : Rabu / 13.00-14.30
Tempat Pertemuan
: Ruang R.302
MANFAAT MATA KULIAH
Manfaat mempelajari mata kuliah ini agar mahasiswa memiliki pengetahuan dasar
tentang teori dan teknik berbicara dan mengekspresikan pikiran, teori dan ide. dan
menjadi dasar bagi mata kuliah lanjutannya yaitu Keterampilan Berbicara.
Perkuliahan
diisi
dengan
pembahasan
tentang pengertian, manfaat
berbicara, jenis-jenis berbicara di tempat umum, teknik membaca, faktor-faktor
penunjang dan penghambat berbicara.
DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah ini meliputi teori berbicara, pendekatan berbicara, teknik berbicara,
metode berbicara, model berbicara, pelatihan berbagai macam berbicara
(berpidato, khotbah, orasi dan MC) konsep membaca intensif dan ekstensif; teknik
membaca intensif dan ekstensif; proses/prosedur membaca intensif dan ekstensif;
problematika membaca intensif dan ekstensif dan pemecahannya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menguasi tentang teori dan teknik berbicara di
depan umum (mengawali pembicaraan, selama berbicara – ekspresi
wajah,
suara,
komunikasi
mata,
kinesik,
dll.
–
mengakhiri
28
pembicaraan) sebagai bekal mahasiswa (calon guru) agar pembicara
berhasil efektif dan maksimal.
B. Kemampuan Akhir yang Diharapkan (KA)
C. Keterampilan Khusus :
1) Mampu menjelaskan teori berbicara
2) Mampu menerapkan proses berbicara pada siswa di sekolah
3) Mampu menerapkan kecepatan berbicara efektif
4) Mampu menjelaskan problematika berbicara yang dihadapi di sekolah
29
TUGAS
MEDIA PEMBELAJARAN
NAMA
: LELI NISFI SETIANA, M.Pd (47)
NIK
: 211313020
ASAL PTS
: UNIVERSITAS
ISLAM
SULTAN
AGUNG
KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI
LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA
TENGAH
NOVEMBER 2019
30
TUGAS RAGAM MEDIA PEMBELAJARAN
NAMA DOSEN
: Leli Nisfi Setiana, M.Pd
NO URUT
: 47
NAMA KELAS
: IA
MATA KULIAH
: BERBICARA
PTS
: UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
ALAMAT
: CLASSROOM
https://classroom.google.com/c/NDc2MzkyODk1NzNa
31
32
33
TUGAS
BAHAN AJAR
NAMA
: Leli Nisfi Setiana
(47)
NIK
: 211313020
ASAL PTS
: UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI
LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA
TENGAH
NOVEMBER 2019
34
Kata Pengantar
Puji syukur kehadiran Allah Swt yang telah melimpahkan banyak
rahmatnya sehingga penulis dapat menyusun buku ajar berjudul “Buku Ajar”.
Penulis merasa memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan buku ajar ini,
oleh karena itu sumbangsih saran dan kritik sangat penulis harapkan guna
penyempurnaan buku ajar ini. Terima kasih kepada semua pihak yang turut serta
dalam membantu penulis dalam penyusunan buku ajar tersebut. Demikian
sepenggal dari penulis, semoga buku ajar Berbicara ini dapat memberikan manfaat
dan utamanya membantu para mahasiswa dalam mempelajari materi perkuliahan
Berbicara. Sekian dari penulis, terima kasih.
Semarang, November 2019
Penulis
35
TINJAUAN UMUM MATA KULIAH BERBICARA
A. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini berisi tentang teori dan teknik berbicara di depan umum
(mengawali pembicaraan, selama berbicara – ekspresi wajah, suara,
komunikasi mata, kinesik, dll. – mengakhiri pembicaraan) sebagai bekal
mahasiswa (calon guru) agar pembicara berhasil efektif dan maksimal.
B. Manfaat Mata Kuliah
1) Memberikan pengetahuan dasar tentang teori dan teknik berbicara
2) Melatih keberanian mengekspresikan pikiran, perasaan, dan ide
C. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
1. Sikap
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius; Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila; Menghargai
keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat
atau temuan orisinal orang lain; Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial
serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan; Menginternalisasi nilai,
norma, dan etika akademik; Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas
pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri.
2. Keterampilan Umum
Mampu menjelaskan tentang teori dan teknik berbicara di depan umum
(mengawali pembicaraan, selama berbicara – ekspresi wajah, suara,
komunikasi mata, kinesik, dll. – mengakhiri pembicaraan) sebagai bekal
mahasiswa (calon guru) agar pembicara berhasil efektif dan maksimal.
3. Keterampilan Khusus
5) Mampu menjelaskan teori berbicara
6) Mampu menerapkan teknik berbicara di depan umum (mengawali
pembicaraan)
7) Mampu menerapkan ekspresi wajah, suara, komunikasi mata, kinesik
8) Mampu menjadi pembicara yang efektif dan maksimal
4. Pengetahuan
36
Mampu mempraktikkan berbicara di depan umum seperti di sekolah
37
BAB V
SENI BERBICARA DAN ASPEK PENDUKUNG
A. Seni Berbicara
Seni berbicara (the specch arts) pada dasarnya berupa berbicara
terapan. Berbicara sebagai seni ditekankan kepada penerapan bahasa
sebagai alat komunikasi. Kegiatan berbahasa yang meliputi seni
berbicara antara lain: (1) berpidato, (2) berdiskusi, (3) berdebat, (4)
bersidang, (5) bermain drama, (6) bertelepon, dan (7) adu argumentasi.
Berdasarkan macam-macam seni berbicara tersebut maka seni
berbicara dapat dibagi atas dua macam ragam, yaitu berbicara pada
masyarakat dan berbicara pada konferensi.
1. Berbicara pada Masyarakat
Ragam berbicara pada masyarakat (Public Speaking) sangat penting
untuk diketahui bagi pelajar yang ingin belajar tentang teori dan
praktik keterampilan berbicara. Kegiatannya meliputi.
a. Berbicara informatif (informative speaking) adalah kegiatan berbicara
yang dilakukan di dalam situasi yang bertujuan memberitahukan sesuatu
kepada masyarakat. Kegiatan berbicara itu bersifat informatif.
b. Berbicara kekeluargaan (followship speaking) adalah kegiatan berbicara
yang dilakukan di dalam situasi yang bertujuan mengakrabkan di dalam
masyarakat. Kegiatan berbicara itu bersifat kekeluargaan.
c. Berbicara meyakinkan (persuasive speaking) adalah kegiatan berbicara
yang dilakukan di dalam situasi yang bertujuan meyakinkan kepada
masyarakat
sebagai
pendengar.
Kegiatan
berbicara
itu
bersifat
meyakinkan.
d. Berbicara merundingkan (deliberative speaking) adalah kegiatan berbicara
yang dilakukan dalam situasi yang bertujuan merundingkan sesuatu
dengan masyarakat. Kegiatan berbicara itu bersifat merundingkan.
38
2. Berbicara pada Konferensi
Ragam berbicara pada konferensi (conference speaking) merupakan
kegiatan berbicara yang diatur dalam sidang. Kegiatan berbicara itu
bersifat resmi, seperti sidang dan rapat-rapat dinas. Bahasa yang
digunakan pun bersifat resmi, yaitu bahasa baku atau standar. Oleh
karena itu, berbicara pada konferensi berbeda dengan berbicara pada
masyarakat. Berbicara pada konferensi mementingkan hasilnya
sedangkan berbicara pada masyarakat mementingkan tujuannya.
B. Aspek Pendukung
Aspek pendukung dalam seni berbicara dapat berupa keterampilan
menjelaskan dan bertanya. Istilah menjelaskan adalah memberikan
penjelasan tentang sesuatu hal atau permasalahan kepada seseorang
atau masyarakat luas. Sedangkan bertanya sebagai bagian dari kegiatan
berbicara merupakan kegiatan yang berupa mengajukan pertanyaan
kepada seseorang yang dianggap mengetahui permasalahan.
Kegiatan berbicara yang berupa menjelaskan dan bertanya tidak
semudah yang dibayangkan. Jadi, kegiatan menjelaskan dan bertanya
secara lisan itu pada dasarnya untuk diterapkan agar lawan bicara atau
mitratutur itu memahami terhadap sesuatu yang dijelaskan dan
ditanyakan. Oleh karena itu, kegiatan menjelaskan dan bertanya
memerlukan latihan yang baik karena kedua kegiatan itu merupakan
keterampilan.
1. Keterampilan Menjelaskan
Bentuk kata menjelaskan berbeda dengan menceritakan. Menjelaskan
adalah kegiatan verbal yang menghubungkan antara satu fakta dengan
fakta lainnya, peristiwa yang satu dengan peristiwa lainnya, baik
secara induktif maupun deduktif. Tujuannya agar mitratutur lebih jelas
(paham). Adapun, kegiatan menceritakan adalah kegiatan verbal yang
menyampaikan pesan, amanat, dan informasi. Tujuannya agar
mitratutur
dapat
mengetahui
(mengerti).
Jadi,
dalam
proses
39
pelaksanaan secara lisan maka kegiatan menjelaskan dan menceritakan
sama-sama merupakan kegiatan verbal meskipun bobotnya tidak sama.
Orang yang sudah jelas pasti sudah tahu tetapi orang yang sudah tahu
belum tentu sudah jelas.
Agar tujuan keterampilan menjelaskan dapat berhasil maka diperlukan
persyaratan. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu.
a. Bahasa yang digunakan tidak samar
Apabila kita menjelaskan sesuatu kepada orang lain maka bahasa yang
digunakan tidak samar, seperti makna kata, frase, dan kalimat harus
jelas (tidak bermakna ganda). Juga, hindarilah ungkapan yang raguragu dan tidak pasti seperti ungkapan ... apa itu, ... bagaimana ya, ...
yang penting begitulah. Di samping itu, jangan sering mendehem,
mengucapkan ... des dan berhenti terlalu lama. Hal itu akan
mengganggu mitratutur saat menerima penjelasan.
b. Suka menggunakan contoh
Apabila kita menjelaskan sesuatu kepada orang lain sebaiknya
digunakan contoh yang baik dan konkret sehingga dapat menambah
wawasan dan pengalaman bagi mitratutur. Penggunaan contoh dapat
dinyatakan dalam bentuk yang positif dan bisa negatif. Juga, bisa
penggunaan contoh yang berupa perbandingan, perbedaan, dan
peragaan. Contoh yang kurang baik atau negatif dapat mengenai
dirinya sendiri.
c. Adanya penekanan isi pembicaraan
Penekanan dimaksudkan agar mitratutur dapat lebih memperhatikan
inti pembicaraan. Penekanan sesuatu yang penting dapat dilakukan
dengan cara pengulangan atau menekankan dengan ungkapan “perlu
diperhatikan, ini sangat penting”.
d. Adanya umpan balik
Umpan balik merupakan cara evaluasi yang dilakukan di sela-sela
pembicara sedang menjelaskan sesuatu. Cara evaluasi itu bukan untuk
mengetes tetapi untuk melibatkan mitratutur agar merasa terlibat
40
berperan dalam situasi pembicaraan. Misalnya, evaluasi dalam bentuk
retoris. “Pernahkan anda memikirkan tentang hancurnya peradaban
kita”. Hindarilah cara evaluasi dalam bentuk pertanyaan, “Sudah
paham belum?”.
2. Keterampilan Bertanya
Cara bertanya secara lisan merupakan bagian dari aktivitas berbicara.
Seorang yang terampil berbicara belum tentu pandai bertanya.
Bertanya itu pada dasarnya memerlukan mental yang baik dan
pertanyaan yang baik adalah yang tepat sasaran. Pertanyaan yang baik
secara lisan ada beberapa persyaratan, yaitu (1) penanya harus pandai
mengolah bahasa, (2) penanya harus memiliki daya ingat yang tinggi,
dan (3) pertanyaannya harus mengarah pada sasaran dan tidak berbelitbelit. Hal ini sering dijumpai bahwa jawaban sering tidak sesuai
dengan yang ditanyakannya. Kemungkinan bisa saja bahwa penanya
kurang bisa mengatur bahasanya sehingga penanya merasa kurang
puas.
Jika seorang guru bertanya mengenai perbedaan antara A dengan B
maka siswa akan menjawab definisi A dan B. Jawaban seperti itu
salah. Misalnya, apa perbedaan antara becak dengan sepeda? Jawaban
yang benar adalah becak beroda tiga dan sepeda beroda dua. Jadi,
bukan becak adalah angkutan umum dan sepeda adalah angkutan
pribadi.
Pada kenyataannya bertanya memerlukan kerja pikir sehingga penanya
harus memiliki kemampuan yang baik. Ada tiga macam cara kerja
pikir dalam bentuk pertanyaan, yaitu.
a. Berpikir Ingatan
Berpikir ingatan adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban
dengan cara mengingat-ingat, seperti mengingat -ingat fakta, kejadian,
dan apa saja yang ditanyakan. Bertanya dengan berpikir ingatan
merupakan jenis pertanyaan yang rendah dan kurang berbobot.
41
Pertanyaan seperti itu sangat baik untuk anak SD atau SMP. Misalnya:
Apakah ibukota Inggris? Kapan Indonesia merdeka? Di kota apa R.A.
Kartini dilahirkan?
b. Berpikir Konvergen
Berpikir konvergen adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban
dengan cara menganalisis data dan fakta. Misalnya: Bagaimana
tsunami bisa terjadi? Coba Anda kemukakan bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang ramah. Mengapa bahasa Indonesia mudah
menyerap bahasa asing?
c. Berpikir Divergen
Berpikir divergen adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang
kreatif, imajinatif, dan tidak dibutuhkan bukti empiris. Misalnya: Apa
akibatnya jika narkoba dikonsumsi secara bebas? Mengapa Abu Jahal
sangat membenci Nabi Muhammad padahal beliau keponakannya?
Dalam kegiatan bertanya dikenal taksonomi bertanya atau tingkatan
kesulitan pertanyaan. Jadi, taksonomi bertanya menggambarkan
tingkat kesulitan bertanya dan jawabannya. Untuk mengetahui tingkat
kesulitan di dalam taksonomi bertanya dapat diketahui klasifikasinya.
Klasifikasi bertanya secara urut, yakni dari tingkat yang paling rendah
(mudah) sampai ke tingkat yang paling tinggi (sulit) adalah.
a. Mengingat-ingat
Pertanyaan dengan jawaban mengingat-ingat adalah siswa hanya
mengingat-ingat jawabannya dan tidak diperlukan argumentasi yang
faktual. Contohnya: sebutkan ibukota Jepang? Siapakah Presiden
pertama Republik Indonesia? Berasal dari bahasa apakah kata syukur
itu?
b. Menerjemahkan
Pertanyaan dengan jawaban menerjemahkan adalah siswa menjawab
dengan cara menerjemahkan ke bahasa lain atau mendefinisikan suatu
42
istilah. Contohnya: Apa makna kata insentif dan intensif? Apakah yang
disebut kontaminasi? Apakah yang dimaksud interferensi?
c. Menginterpretasikan
Pertanyaan dengan jawaban menginterpretasikan adalah siswa
menjawab dengan menentukan atau menemukan hubungan antara fakta
dengan kejadian. Contohnya: Mengapa Nabi Muhammad disebut AlAmin? Mengapa bangsa Indonesia disebut bangsa yang ramah?
Mengapa akhir-akhir ini banyak terjadi tanah longsor?
d. Mengaplikasikan
Pertanyaan dengan mengaplikasikan adalah siswa menjawab secara
empirik dan argumentatif. Contohnya: Buktikan bahwa agama Islam
itu bukan agama kekerasan? Buktikan bahwa bahasa itu merupakan
budaya yang sangat unggul?
e. Menganalisis
Pertanyaan dengan menganalisis adalah siswa menjawab dengan cara
menyelesaikan permasalahan dan pemikiran yang logis. Contohnya:
Mengapa penulisan preposisi itu harus terpisah? Mengapa kata analisa
itu salah? Mengapa ikan itu akan mati jika di darat?
f. Mensintesis
Pertanyaan dengan mensintesis adalah siswa menjawab dengan cara
menyelesaikan permasalahan dan pemikiran yang logis serta kreatif.
Contohnya: Jelaskan dengan beberapa contoh tentang penulisan
preposisi! Jelaskan dengan contoh tentang morfem terikat!
g. Mengevaluasi
Pertanyaan dengan mengevaluasi adalah siswa menjawab dengan
mempertimbangkan
dan
memberikan
penilaian
yang
objektif.
Contohnya: Bagaimana pendapat Anda tentang perkembangan bahasa
Indonesia di media massa saat ini? Bagaimana tingkat kesulitan bahasa
Indonesia dibandingkan bahasa Inggris?
Sebagai calon guru Bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan Pendidikan
Bahasa Indonesia (PBI) perlu memahami taksonomi bertanya. Perlu
43
diingat bahwa bertanya itu tidak perlu disuruh tetapi merupakan
kebutuhan bagi orang yang memang ingin mengetahui tentang jawaban
atas permasalahan yang dihadapinya. Jadi, biasakanlah bertanya jika
belum mengetahui duduk permasalahannya saat pembelajaran.
Evaluasi
1. Silahkan membaca buku Dasar-Dasar Derbicara Henry Guntur Tarigan
2. Buatlah resume materi dari buku Dasar-Dasar Derbicara Henry Guntur
Tarigan
Tes (Latihan)
1. Mengapa diperlukan seni berbicara? Jelaskan!
2. Jelaskan macam-macam seni berbicara!
3. Apakah yang dimaksudkan aspek pendukung seni berbicara?
DAFTAR PUSTAKA
Achmad HP dan Alex Abdullah. 2013. Linguistik Umum. Jakarta:
Erlangga.
Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Hidajat, MS. 2006. Public Speaking dan Teknik Presentasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah.
Nazar D, Muhammad. 2011. “Air Sebagai Hakim Kehidupan”. Suara
Muhammadiyah 03 / 96 | 1 - 15 Februari 2011.
44
Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan
Berbicara. Bandung: Angkasa.
Widjaja, H.A.W. 2008. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.
Jakarta: Bumi Aksara.
SENARAI
1. Seni berbicara (the specch arts) pada dasarnya berupa berbicara terapan.
Berbicara sebagai seni ditekankan kepada penerapan bahasa sebagai alat
komunikasi.
2. Seni berbicara dapat dibagi atas dua macam ragam, yaitu berbicara pada
masyarakat dan berbicara pada konferensi.
3. Aspek pendukung dalam seni berbicara dapat berupa keterampilan
menjelaskan dan bertanya. Istilah menjelaskan adalah memberikan
penjelasan tentang sesuatu hal atau permasalahan kepada seseorang atau
masyarakat luas. Sedangkan bertanya sebagai bagian dari kegiatan
berbicara merupakan kegiatan yang berupa mengajukan pertanyaan kepada
seseorang yang dianggap mengetahui permasalahan.
4. Tujuan kegiatan menjelaskan bahasa yang digunakan tidk samar, suka
menggunakan contoh, adanya penekanan isi pembicaraan, adanya umpan
balik.
5. Pada kenyataannya bertanya memerlukan kerja pikir sehingga penanya
harus memiliki kemampuan yang baik. Ada tiga macam cara kerja pikir
dalam bentuk pertanyaan, yaitu berpikir Ingatan, berpikir konvergen, dan
berpikir divergen.
6. Klasifikasi bertanya secara urut, yakni dari tingkat yang paling rendah
(mudah) sampai ke tingkat yang paling tinggi (sulit) adalah mengingatingat,
menerjemahkan,
menginterpretasikan,
mengaplikasikan,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi.
45
TUGAS
ALTERNATIVE / AUTHENTIC ASSESMENT
NAMA
: Leli Nisfi Setiana
(47)
NIK
: 211313020
ASAL PTS
: UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI
LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA
TENGAH
NOVEMBER 2019
46
PENILAIAN PROYEK
MataKuliah
: Berbicara
KodeMK/SKS
: GB601015/ 2 SKS
Dosen
: Leli Nisfi Setiana
Program Studi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Semester
:3
I.
Tujuan
Untuk mengetahui teori dan teknik berpidato di depan umum (mengawali
pembicaraan, selama berbicara ekspresi wajah, suara, komunikasi mata,
kinesik, dll, mengakhiri pembicaraan) sebagai bekal mahasiswa (calon
guru) agar pembicara berhasil efektif dan maksimal.
II.
Uraian Tugas
a. Objek garapan
Buatlah kegiatan berpidato dengan memperhatikan ketentuan berikut:
1. Kerjakan tugas secara individu
2. Carilah video berbicara dari you tube dan TV sejumlah lima belas.
3. Jangka waktu pembuatan adalah selama setengah semester (setelah
UTS hingga sebelum UAS)
4. Aspek yang dinilai adalah
a. Persiapan
-
Mencari referensi video berpidato
-
Melihat dan mempelajari video berpidato
-
Langkah-langkah dalam berpidato
b. Proses pembacaan
Kemajuan berpidato berdasarkan kriteria yang ditentukan
c. Penilaian
-
Bentuk fisik praktik berpidato
-
Ketepatan waktu
-
Ketepatan tema dan isi pidato
47
b. Yang dikerjakan dan batasan
1) Persiapan
-
Mencari referensi video berpidato
-
Melihat dan mempelajari video berpidato
-
Langkah-langkah dalam berpidato
2) Proses pembacaan
Kemajuan berpidato berdasarkan kriteria yang ditentukan
3) Penilaian
-
Bentuk fisik video berpidato
-
Ketepatan waktu
-
Ketepatan tema dan isi pidato
c. Metode yang digunakan
-
Ceramah berariasi
-
Diskusi
-
Demonstrasi
III Kriteria/Aspek/Dimensi Penilaian
Tahap
Deskripsi
Persiapan
Kelengkapan
Skor
jumlah
1-4
membuat
1–4
1–4
video pidato
Pelaksanaan
Kemajuan
teks pidato
Penilain
Penilaian
Akhir
akhir
membuat
praktik
berpidato
Rubrik Pensekoran Analitik
Tahap
Aspek
S
Kriteri
48
Yang
k
a
Dinilai
o
Pensek
r
oran
Persiap
Kelengka
Melak
an
pan
ukan 5
mencaku
p:
4
1. Mengumpulk
an
anaan
dengan
tema,
judul
perenc
benar
dan
Melak
kerangka
ukan 5
pidato
perenc
yang
akan dibaca
3
2. Membaca
tema,
judul
anaan
namun
hanya
dan kerangka
3 yang
pidato
benar
akan
dibaca
Melak
3. Langkah-
ukan 5
langkah
perenc
dalam
2
berpidato
4. Cara
berpidato
anaan
namun
hanya
di
1 yang
depan umum
benar
1
Melak
ukan 5
perenc
anaan
namun
49
ke
5
nya
salah
Pelaks
Pembuata
4
anaan
n
an
membuat
yang
resensi
dilakuk
a. Penyedian
Persiap
an
tema, judul dan
menca
kerangka
kup ke
pidato
3
b. Runtutan
aspek.
pembuatan
Persiap
sesuai
an
dengan
langkah-
yang
langkah
dilakuk
an
3
menca
kup
3
aspek
namun
hanya
2 yang
benar.
Persiap
an
2
yang
dilakuk
an
menca
50
kup
3
aspek
namun
hanya
1 yang
benar.
Persiap
an
yang
dilakuk
an
menca
1
kup
3
aspek
namun
ketigan
ya
kurang
sesuai.
Penilai
an
akhir
produk
5. Ketepatan
Meme
waktu
nuhi 3
a. selesai tepat
4
waktu
dengan
b. menunjukkan
usaha
baik
yang
Meme
maksimal
c. mandiri
aspek
nuhi 3
3
aspek
namun
hanya
2 yang
51
dilakuk
an
dengan
baik
Meme
nuhi 3
aspek
namun
hanya
2
1
aspek
yang
diakuk
an
dengan
baik
Meme
nuhi 3
aspek
namun
ketigan
1
ya
dilakuk
an
dengan
tidak
baik
52
TUGAS
EVALUASI PROSES
PEMBELAJARAN
NAMA
: Leli Nisfi Setiana
(47)
NIK
: 211313020
ASAL PTS
: UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI
LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA
TENGAH
NOVEMBER 2019
53
RANCANGAN EVALUASI ALTERNATIF
Mata Kuliah : Berbicara
Smt / SKS
: I/2
Minggu ke
: 12
Tugas ke
:4
Nama mhs
: Nurul Firdaus
NIM
: 34101900019
I.
Tujuan
Untuk mengetahui teori dan teknik berpidato di depan umum (mengawali
pembicaraan, selama berbicara – ekspresi wajah, suara, komunikasi mata,
kinesik, dll. – mengakhiri pembicaraan) sebagai bekal mahasiswa (calon
guru) agar pembicara berhasil efektif dan maksimal.
II. Uraian Tugas
a. Objek garapan
Objek garapan dalam tugas ini adalah berpidato. Mahasiswa menentukan
tema pidato, jenis pidato, membuat teks pidato, mengetahui teknik-teknik
berpidato yang baik di depan umum.
b. Yang dikerjakan dan batasan
1) Persiapan
-
Mencari referensi video berpidato
-
Melihat dan mempelajari video berpidato
-
Langkah-langkah dalam berpidato
2) Proses pembacaan
Kemajuan berpidato berdasarkan kriteria yang ditentukan
3) Penilaian
-
Bentuk fisik video berpidato
-
Ketepatan waktu
-
Ketepatan tema dan isi pidato
c. Metode yang digunakan
-
Ceramah berariasi
-
Diskusi
-
Demonstrasi
54
III Kriteria/Aspek/Dimensi Penilaian
Tahap
Aspek Yang Dinilai
Skor
Persiapan
Kelengkapan mencakup:
1. Mengumpulkan tema, judul
dan kerangka pidato yang
akan dibaca
2. Membaca tema, judul dan
kerangka materi pidato yang
akan dibaca
3. Langkah-langkah
dalam
berpidato
4. Cara berpidato di depan
umum
Pelaksanaan Praktik berpidato
a. Penyedian tema, judul dan
kerangka materi pidato
b. Runtutan pembuatan sesuai
dengan langkah-langkah
4
3
2
1
Kriteria Pensekoran
Melakukan 5 perencanaan
dengan benar
Melakukan 5 perencanaan
namun hanya 3 yang benar
Melakukan 5 perencanaan
namun hanya 1 yang benar
Melakukan 5 perencanaan
namun ke 5 nya salah
4
Persiapan yang dilakukan
mencakup ke 3 aspek.
Persiapan yang dilakukan
3
mencakup 3 aspek namun
hanya 2 yang benar.
Persiapan yang dilakukan
2
mencakup 3 aspek namun
hanya 1 yang benar.
Persiapan yang dilakukan
1
mencakup 3 aspek namun
ketiganya kurang sesuai.
Penilaian
akhir
produk
5. Ketepatan waktu
d. selesai tepat waktu
e. menunjukkan usaha
maksimal
f. mandiri
4
yang
Memenuhi 3 aspek dengan
baik
Memenuhi 3 aspek namun
3
hanya 2
yang dilakukan
dengan baik
Memenuhi 3 aspek namun
2
hanya
1
aspek
yang
diakukan dengan baik
1
Memenuhi 3 aspek namun
55
ketiganya dilakukan dengan
tidak baik
56
TUGAS
REKONSTRUKSI MATA KULIAH
NAMA
: LELI NISFI SETIANA, M.Pd (47)
NIK
: 211313020
ASAL PTS
:UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI
LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA
TENGAH
NOVEMBER 2019
57
TAHAP EVALUASI
1. Sasaran Evaluasi
Evaluasi mata kuliah ini difokuskan pada unsur masukan dan proses. Unsur
masukan mata kuliah ini khususnya ditekankan pada mata kuliah yang sesuai
dengan kebahasaan. Sedangkan unsur proses menyangkut metode yang
digunakan dosen dalam melaksanakan pembelajaran mata kuliah berbicara.
Cara ini dilakukann oleh dosen dalam membuat mahasiswa menjadi lebih
aktif.
2. Hasil Evaluasi
Berdasarkan observasi dosen dan wawancara dengan mahasiswa ternyata
terdapat materi perkuliahan yang telah disusun dalam dalam satu semester
tidak sesuai dengan kemampuan mahasiswa pada saat ini. Mahasiswa kurang
mahir dalam materi keefektifan membaca dan keterbacaan. Informasi
selanjutnya adalah media yang digunakan selama pembelajaran perlu
ditingkatkan. Mahasiswa dalam proses perkuliahan banyak yang tidak
konsentrasi dan banyak bicara dengan temannya. Mahasiswa belum dapat
menentukan kemampuan diri dalam memahami individu secara utuh dan
mendalam.
3. Rencana Pemecahan Masalah
Masalah di atas akan dipecahkan melalui pembahasan mendalam tentang cara
menghitung keefektifan membaca dan keterbacaan. Pemberian tugas yang
komprehensif mengenai masalah tersebut. penggunaan media pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa sehingga mahasiswa bisa lebih
aktif dalam pembelajaran.
58
TAHAP REKONSTRUKSI
1. Capaian Pembelajaran
Lama
Mahasiswa mampu menjelaskan, memahami dan membuat teks pidato dengan
memperhatikan tingkat berbicara mahasiswa.
Baru
1) Sikap :
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius; Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila; Menghargai
keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat
atau temuan orisinal orang lain; Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial
serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan; Menginternalisasi nilai,
norma, dan etika akademik; Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas
pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri.
2) Keterampilan Umum :
5. Keterampilan Umum
Mampu menjelaskan tentang teori dan teknik berbicara di depan umum
(mengawali pembicaraan, selama berbicara – ekspresi wajah, suara,
komunikasi mata, kinesik, dll. – mengakhiri pembicaraan) sebagai bekal
mahasiswa (calon guru) agar pembicara berhasil efektif dan maksimal.
6. Keterampilan Khusus
9) Mampu menjelaskan teori berbicara
10) Mampu menerapkan teknik berbicara di depan umum (mengawali
pembicaraan)
11) Mampu menerapkan ekspresi wajah, suara, komunikasi mata, kinesik
12) Mampu menjadi pembicara yang efektif dan maksimal
2. Kemampuan Akhir yang Diharapkan
3) Mampu menjelaskan pengetahuan dasar tentang teori dan teknik berbicara
59
4) Melatih keberanian mengekspresikan pikiran, perasaan, dan ide.
3. Materi Perkuliahan
Materi atau Pokok pembahasan dalam mata kuliah ini meliputi:
TOPIK BAHASAN
BAHAN BACAAN
1 Hakikat berbicara
2 Tujuan,
manfaat,
Buku Ajar, PPT
dan
bentuk
aspek Buku Ajar, PPT
berbicara
3 Jenis berbicara
Buku Ajar, PPT
4 Pendekatan, teori dan manfaat berbicara
Buku Ajar, PPT
5 Menjelaskan
proses
dan
jenis
proses Buku Ajar, PPT
berbicara
6 Hambatan berbicara
Buku Ajar, PPT
7 Solusi dari hambatan berbicara
Buku Ajar, PPT
8 Model membaca
Buku Ajar, PPT
9 Pembelajaran memerikan
Buku Ajar, PPT
1 Pembelajaran ulang ucap
Buku Ajar, PPT
0
1 Fungsi
dan
keguanaan
pembelajaran Buku Ajar, PPT
1 memerikan dan pembelajaran ulang ucap
1 Membuat wacana pembelajaran memerikan Buku Ajar, PPT
2 dan pembelajaran ulang ucap
Sumber Materi:
Achmad HP dan Alex Abdullah. 2013. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.
Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Djajasudarma, Fatimah. 2009. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung:
PT. Refika Aditama.
60
Hidajat, MS. 2006. Public Speaking dan Teknik Presentasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri
dan Akademik. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah.
Konsorsium Sertifikasi Guru. 2013. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru.
Surabaya: Konsorsium Sertifikasi Guru.
Nazar D, Muhammad. 2011. “Air Sebagai Hakim Kehidupan”. Suara
Muhammadiyah 03 / 96 | 1 - 15 Februari 2011.
Sastra, Gusdi. 2011. Neurolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: Alfabeta.
Suhandang, Kustadi. 2009. Retorika: Strategi, Teknik, dan Taktik Berpidato.
Bandung: Nuansa.
Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbicara.
Bandung: Angkasa.
------------------------------. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Widjaja, H.A.W. 2008. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wijana, I Putu Dewa. 2010. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Program Studi S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya UGM Bekerja sama dengan
Pustaka Pelajar.
4. Strategi Perkuliahan
Strategi perkuliahan untuk mata kuliah berbicara, mahasiswa sebagai calon guru
harus mampu menyampaikan materi yang telah dikuasai melalui presentasi
61
individu maupun kelompok. Mahasiswa dibiasakan membuat makalah dan
lapoaran praktik berbicara di depan umum. Dosen pemangku menjelaskan materimateri dasar, selanjutnya mahasiswa lebih mendalami dengan pembuatan makalah
dan presentasi. Mahasiswa yang tampil dipilih secara acak.
Setelah mempelajari seluruh teori, langsung dilanjutkan dengan mempraktikkan
secara tuntas, meliputi:
a. Mendemonstrasikan kemampuan dan tipe-tipe pembicara yang baik
b. Menerapkan dan mendemontrasikan teknik berbicara memerikan dan teknik
ulang ucap
c. Menerapkan dan mendemonstrasikan berbicara di tempat umum
sesuai
dengan tujuan berbicara
d. Mengaplikasikan, mengimplementasikan manfaat berbicara sesuai dengan
tujuan, pendekatan, strategi dan teknik berbicara.
5. Penilaian Hasil Belajar
Komponen penilaian dan bobotnya untuk menentukan hasil belajara mahasiswa.
Rekontruksi penilaian hasil belajar:
1) Soal-soal tes dan ujian disesuaikan dengan kompetensi yang dharapkan akan
dicapai mahasiswa.
2) Menguji kompetensi kemampuan berpikir tingkat yang lebih tinggi yaitu
penerapan, analisis, dan sintesis.
3) Komposisi persentase penilaian diubah yaitu keaktifan (25%); tugas (20%);
ujian tengah semester (25%) dan ujian akhir semester (30%).
4) Nilai keaktifan diperoleh terutama didasarkan pada academic record selama
proses perkuliahan berlangsung.
5) Nilai tidak akan dikeluarkan apabila kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan
kurang dari 75%.
62
TUGAS
RANCANGAN PENGEMBANGAN
KURIKULUM
NAMA
: Leli Nisfi Setiana
(47)
NIK
: 211313020
ASAL PTS
: UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI
LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI
JAWA TENGAH
NOVEMBER 2019
63
RANCANGAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. IDENTITAS PROGRAM STUDI
1
Nama
PENDIDIKAN
Prodi
PENDIDIKAN BAHASA
DAN
SASTRA
INDONESIA
2
3
Ijin
Kepmendiknas RI Nomor:
Operasio
110/E/O/2011
nal
Tanggal 20 Mei 2011
Akredita
Alhamdulillah “B”
si
4
Gelar
Sarjana Pendidikan (S,Pd.)
5
Deskrips
Prodi Pendidikan Bahasa
i
dan
Sastra
Indonesia
adalah salah satu
yang
ada
Keguruan
di
Fakultas
dan
Pendidikan
Islam
prodi
Ilmu
Univeristas
Sultan
Agung
Semarang. Program Studi
ini
menyelenggarakan
Pendidikan
Bahasa
dan
Sastra Indonesia dengan
tujuan
menghasilkan
lulusan bidang Pendidikan
Bahasa
dan
Indonesia
untuk
Sastra
tingkat
64
pendidikan
dasar
dan
menengah,
dengan
kualifikasi
sarjana
Pendidikan
Sastra
Bahasa
Indonesia
unggul,
dan
yang
profesional,
berakhlak
mulia
tafaquh
fiddin.
dan
Lulusan
Program Studi Pendidikan
Bahasa
dan
Sastra
Indonesia
juga
dibekali
keterampilan
berdakwah
dan enterpreneurship serta
manajerial
di
bidang
kependidikan.
6
Visi
Menjadi
yang
program
studi
unggul
dalam
pengembangan
kepribadian, pengetahuan,
profesionalitas
secara
manusia
utuh
melalui
pengajaran, penelitian, dan
pengabdian
kepada
masyarakat dalam bidang
Pendidikan
Bahasa
dan
Sastra Indonesia sehingga
memiliki
keunggulan
akademik,
profesional,
berakhlak
mulia,
dan
mampu menjadi generasi
khaira
ummah
dalam
65
menghadapi
tantangan
dunia global pada tahun
2023.
7
Misi
1. Mendidik
dan
menghasilkan
Pendidikan
Sastra
sarjana
Bahasa
yang
memadukan
dirinya
dan
mampu
di
dalam
nilai-nilai
islam
dengan
keunggulan
penguasaan
ilmu
dan
aplikasinya.
2. Mempelajari,
mengembangkan,
dan
memanfaatkan bahasa dan
sastra
Indonesia
secara
aplikatif
untuk
meningkatkan
keluhuran
martabatnya dalam rangka
pelayanan
kepada
masyarakat.
3. Menyelenggarakan
kegiatan pendidikan, dan
pengajaran
sastra
bahasa
Indonesia
profesional
dan
secara
untuk
menghasilkan SDM yang
berakhlak mulia, mampu
mengembangkan
Pendidikan
Sastra
Bahasa
Indonesia
ilmu
dan
dan
66
profesional
dalam
bidangnya.
4. Menyelenggarakan
kegiatan penelitian untuk
mengembangkan
Pendidikan
Sastra
ilmu
Bahasa
Indonesia
dengan
dan
sesuai
kemajuan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi.
5. Mencetak
bahasa
guru/pendidik
dan
sastra
Indonesia yang berkarakter
islami, profesional, handal,
dan memiliki kemampuan
serta keterampilan untuk
mengajarkannya.
6. Menyelenggarakan
pengabdian
kepada
masyarakat
temuan
dari
hasil
penelitian
di
bidang Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang
mampu
menyelesaikan
problematika
masyarakat
di
Pendidikan
bidang
Bahasa
dan
Sastra
Indonesia.
8
Tujuan
1. Menyelenggarakan
proses
pendidikan
67
secara
konsisten
berkelanjutan
dan
dalam
mengupayakan
keterpaduan
ilmu
pendidikan dan nilainilai
islam
kurikulum
dalam
program
studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia.
2. Menyelenggarakan
proses pendidikan yang
konsisten
dalam
penyempurnaan
kelembagaan,
administrasi, dan sistem
informasi
manajemen
untuk
menunjang
kualitas pembinaan dan
pengembangan program
studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia.
Menghasilkan
sarjana
Bahasa
lulusan
pendidikan
dan
Sastra
Indonesia yang mampu
menjadi
guru/pendidik
di bidang Pendidikan
Bahasa
Indonesia
dan
Sastra
yang
profesional dan berbudi
luhur.
68
3. Menghasilkan
guru/pendidik
dan
Sastra
Bahasa
Indonesia
profesional
yang
memiliki
wawasan,
sikap
ilmiah,
keterampilan,
mampu
berpikir
logis,
sistematis, kritis, dan
kreatif serta berkarakter
islami.
4. Menghasilkan penelitian
di bidang Pendidikan
Bahasa
dan
Sastra
Indonesia yang mampu
memecahkan masalah di
masyarakat
dan
mempublikasikan hasil
penelitian
di
nasional
jurnal
maupun
internasional.
5. Terselenggaranya
proses evaluasi diri dan
penjaminan mutu secara
teratur
dan
berkelanjutan
pada
Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
6. Terselenggaranya
pengabdian
kepada
masyarakat di bidang
69
Pendidikan Bahasa dan
Sastra
Indonesia dari
hasil
penelitian
bidang
Bahasa
di
Pendidikan
dan
Sastra
Indonesia yang mampu
menyelesaikan
problematika
di
masyarakat
kepentingan
guna
bangsa,
negara, dan umat.
B. RUMPUN KEILMUAN
1. Body of knowledge program studi
Body of knowledge atau keilmuan dan keahlian yang akan diselenggarakan
oleh Prodi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Unissula
mencakup bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, bidang metodikpedagogik (ilmu pendidikan), dan bidang lain yang sesuai dengan
pembelajaran Bahasa Indonesia. Keilmuan tersebut memiliki keterkaitan
dengan bidang Pendidikan Bahasa Indonesia pada tingkat S-2 dan S-3, serta
berkorelasi dengan bidang ilmu bahasa Indonesia. Bidang keilmuan yang
diselenggarakan menjadi bekal yang memadai bagi lulusan untuk meneruskan
studi ke strata yang lebih tinggi (S-2) atau Pendidikan Profesi Guru. Pada area
yang lebih luas, keilmuan dan keahlian tersebut juga berkait dan berkonstelasi
dengan bidang serumpun (psikolinguistik dan sosiolinguistik) dan aplikasinya
IPTEKS (TIK dan Media) yang sesuai. Bidang kajian di Prodi S-1 Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
diantranya Bahasa dan Sastra Indonesia,
Sosiologi dan psikologi bahasa, dan manajemen pendidikan.
70
2. Perkembangan bidang ilmu atau bidang kajian saat ini dan 10 tahun ke
depan
Lulusan program studi PBSI FKIP Unissula diharapkan memiliki berbagai
kompetensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang terefleksi dalam pola pikir dan perilaku atau perbuatan. Lulusan PBSI
harus mampu mengimplikasikan atau implementasikan IPTEK sesuai dengan
kaidah ilmiah dengan menerapkan nilai-nilai islam.
Lulusan PBSI
menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik, menyusun deskripsi saintifik
dan hasil kajiannya serta mempublikasikannya di jurnal nasional dan
internasional. Untuk itu dikembangkan penelitian-penelitian yang mengikuti
tren penelitian pendidikan terkini terkait inovasi pembelajaran Bahasa
Indonesia.
C. RANCANGAN KURIKULUM
Definisi kurikulum menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (19) berbunyi: kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Secara skematis
tahapan penyusunan kurikulum dapat dikembangkan berdasar skema pada
gambar 2 berikut.
71
Gambar 2. Alur penyusunan kurikulum program studi sesuai Standar
Nasional Dikti
D. PROFIL LULUSAN
Profil
Lulusan adalah indikasi apa yang dapat diperankan oleh seorang lulusan.
a. Skema Penyusunan Profil Lulusan
Gambar 3. Skema Penyusunan Profil Lulusan
72
b. Profil Lulusan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi pendidik
yang memiliki kekuatan iman dan taqwa, serta berkepribadian yang
berakhlaqul karimah. Mampu menjadi guru bahasa dan sastra Indonesia yang
profesional dan berbudi luhur. Mampu menjadi guru bahasa dan sastra
Indonesia
yang
profesional
dan
memiliki
wawasan,
sikap
ilmiah,
keterampilan, mampu berpikir logis, sistematis, kritis, kreatif, serta
berkarakter islami. Mempu menerapkan pengetahuan bahasa dan sastra
Indonesia yang telah dikuasai sebagai acuan dalam memecahkan berbagai
masalah
yang
berkembang
di
masyarakat,
dengan
memperhatikan
keseimbangan antara kemampuan teknis dan kemampuan manajerial dalam
kinerja profesional dengan jalan penelitian dan pengembangan. Mampu
memanfaatkan pengetahuan bahasa dan sastra Indonesia yang dikuasai sebagai
landasan bagi perkembangan ilmu di bidang bahasa dan sastra Indonesia
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
c. Deskripsi Profil Lulusan
Berikut tabel yang menunjukkan profil lulusan Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan deskripsinya;
Tabel 1. Profil Lulusan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S1)
Profil
Pendidik
Indonesia
Deskripsi Profil
Bahasa Pendidik Bahasa Indonesia (guru Bahasa Indonesia) pada
satuan pendidikan dasar dan menengah yang professional,
kekuatan iman dan taqwa, serta berkepribadian yang
berakhlaqul karimah
Profesional: Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan
yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
73
memerlukan pendidikan profesi;
Kekuatan Iman dan Takwa: percaya kepada Allah dan
terpeliharanya diri untuk tetap melaksanakan perintah
Allah Swt.
Berakhlak Mulia: Akhlak (sifat-sifat atau tingkah laku)
yang menggunakan ketentuan Allah sebagai tolak ukur dan
tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada
ketentuan Allah.
Peneliti
Bahasa
Pendidikan Peneliti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
dan
Sastra professional,
Indonesia
berkepribadian
kekuatan
yang
iman
dan
berakhlaqul
yang
taqwa,
serta
karimah
guna
menyelesaikan permasalahan di bidang Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia
Pengelolaan
Sumber Pengelola sumber daya (lembaga, organisasi), dan atau
Daya (berwirausaha)
menciptakan lapangan usaha di bidang Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang professional, kekuatan iman
dan taqwa, serta berkepribadian yang berakhlaqul karimah
d. Analisis Profil Lulusan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Berdasar penelusuran data alumni, diketahui alumni S-1 Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unissula bekerja sesuai keahliannya di
bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu menjadi guru Bahasa
Indonesia di SMP, SMA, dan Sederajat. Akan tetapi beberapa alumni ada juga
yang bekerja di luar bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu
menjadi tentor bimbingan belajar, menjadi karyawan di perusahaan Swasta
dan BUMN, serta berwirausaha. Tantangan yang dihadapi dan dipersiapkan
Prodi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ke depan adalah
bagaimana alumni dapat bersaing untuk menjadi guru bahasa Indonesia di
74
sekolah interasional yang menuntut penguasaan bahasa Inggris, dimana kita
telah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Hasil penelusuran pengguna (sekolah, perusahaan) terhadap lulusan
prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari segi sikap atau akhlak,
secara personal lulusan prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
Unissula memiliki akhlaq yang baik, sopan santun dan dapat menjadi tauladan
bagi anak didik maupun teman sejawat serta memiliki semangat kerja yang
tinggi.
Berdasar ketersebaran alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di seluruh Indonesia, maka Prodi harus tetap mengedepankan kualitas lulusan.
Mempersiapkan mereka dengan bekal yang cukup untuk melanjutkan
pendidikan profesi guru atau ke jenjang S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Keseimbangan antara kedalaman penguasaan ilmu Bahasa
Indonesia dan penguasaan metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang
kreatif dan inovatif didukung keterampilan penggunaan TIK dan kemampuan
bahasa Inggris. Hal tersebut juga diimbangi dengan pendalaman nilai-nilai
Islam yang baik menjadi unggulan Prodi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FKIP Unissula Semarang.
e. Rumusan Sikap
Capaian Pembelajaran Sikap (Permenristekdikti. No. 44 Tahun 2015)
Setiap lulusan program pendidikan akademik, vokasi, dan profesi
harus memiliki sikap sebagai berikut:
1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius;
2) menjunjung
tinggi
nilai
kemanusiaan
dalam
menjalankan
tugas
berdasarkan agama,moral, dan etika;
3) Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;
4) Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;
75
5) Menghargai
keanekaragaman
budaya,
pandangan,
agama,
dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;
6) Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;
7) Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
8) Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
9) Menunjukkan
sikap
bertanggungjawab
atas
pekerjaan
di
bidang
keahliannya secara mandiri; dan
10) Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan.
f. Keterampilan Umum
Capaian Pembelajaran Keterampilan Umum
Lulusan Program Sarjana wajib memiliki keterampilan umum sebagai
berikut:
1) Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang
sesuai dengan bidang keahliannya;
2) Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
3) Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan
etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik
seni, menyusun deskripsi saintifik hasil kajiannya dalam bentuk skripsi
atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman perguruan
tinggi;
4) Menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk
skripsi atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman
perguruan tinggi;
76
5) Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian
masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan
data;
6) Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan
pembimbing, kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya;
7) Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan
melakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang
ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah tanggungjawabnya;
8) Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang
berada di bawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran
secara mandiri; dan
9) Mampu
mendokumentasikan,
menyimpan,
mengamankan,
dan
menemukan kembali data untuk menjamin kasahihan dan mencegah
plagiasi.
g. Keterampilan Khusus
Capaian Pembelajaran Keterampilan Khusus
Lulusan Program Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
wajib memiliki keterampilan khusus sebagai berikut:
1) Mampu
merencanakan,
mengimplementasikan,
dan
mengevaluasi
pembelajaran Bahasa Indonesia secara inovatif dengan mengaplikasikan
konsep pedagogik-didaktik
Bahasa Indonesia dan keilmuan Bahasa
Indonesia serta memanfaatkan berbagai sumber belajar dan IPTEKS yang
berorientasi pada kecakapan hidup
2) Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode pembelajaran Bahasa
Indonesia yang telah tersedia secara inovatif dan teruji
3) Mampu melakukan pendampingan terhadap siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia
4) Mampu merancang dan melaksanakan penelitian untuk menghasilkan
alternatif penyelesaian masalah di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia serta mempublikasikan hasilnya
77
5) Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya dalam penyelenggaraan
kelas yang menjadi tanggung jawabnya, dan mengevaluasi aktivitasnya
secara komprehensif.
6) Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya dalam penyelenggaraan
sekolah dan lembaga pendidikan yang dipercayakan kepadanya dengan
penuh tanggungjawab.
7) Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan informasi dan data
dalam penyelenggaraan pendidikan yang relevan
8) Mampu mengkaji data dan informasi untuk menentukan pilihan terbaik
dari solusi yang telah ada di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
secara mandiri dan kelompok sebagai dasar pengambilan
keputusan
9) Mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan atau bahasa Arab untuk
mencari referensi dan mengembangkan serta mempublikasikan hasil
pemikiran dan hasil penelitian di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
10) Mampu melakukan pengembangan ilmu pengetahuan (Bahasa Indonesia)
sebagai bagian dari dakwah islamiah kepada masyarakat
h. Pengetahuan
Capaian Pembelajaran Pengetahuan
Lulusan Program Sarjana Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia wajib memiliki pengetahuan sebagai berikut:
1) Menguasai
konsep
pedagogik-didaktik
Bahasa
Indonesia
untuk
melaksanakan pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah yang
berorientasi pada kecakapan hidup
2) Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis, berbicara, menyimak,
psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik dan konsep lainnya yang
78
mendukung pembelajaran Bahasa Indonesia di pendidikan dasar dan
menengah serta untuk studi lanjut.
3) Menguasai prinsip dan teknik perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran Bahasa Indonesia
4) Menguasai pengetahuan faktual tentang fungsi dan manfaat teknologi
khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang relevan untuk
pembelajaran Bahasa Indonesia.
5) Menguasai metodologi penelitian bahasa, pendidikan dan sastra untuk
melaksanakan penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
79
DESKRIPSI GENERIK DAN SPESIFIK
DESKRIPSI
GENERIK KKNI
LEVEL 6
Mampu
mengaplikasikan
bidang keahliannya dan
memanfaatkan IPTEKS
pada bidangnya dalam
penyelesaian masalah
serta mampu
beradaptasi terhadap
situasi yang dihadapi
Menguasai konsep
teoritis bidang
pengetahuan tertentu
secara umum dan
konsep teoritis bagian
khusus dalam bidang
pengetahuan tersebut
secara mendalam serta
SIKAP
CAPAIAN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN UMUM
KETERAMPILAN
KHUSUS
PENGETAHUAN
a. Bertaqwa
kepada a. mampu menerapkan pemikiran a. Mampu
merencanakan, a. Menguasai
konsep
Tuhan Yang Maha
logis, kritis, sistematis, dan
mengimplementasikan, dan
pedagogik-didaktik
Esa dan mampu
inovatif
dalam
konteks
mengevaluasi
Bahasa
Indonesia
menunjukkan sikap
pengembangan
atau
pembelajaran
Bahasa
untuk melaksanakan
religius;
implementasi
ilmu
Indonesia secara inovatif
pembelajaran
di
pengetahuan dan teknologi
dengan mengaplikasikan
pendidikan dasar dan
yang
memperhatikan dan
konsep pedagogik-didaktik
menengah
yang
menerapkan nilai humaniora
Bahasa Indonesia dan
berorientasi
pada
yang sesuai den gan bidang
keilmuan Bahasa Indonesia
kecakapan hidup
keahliannya;
serta
memanfaatkan
berbagai sumber belajar
dan
IPTEKS
yang
berorientasi
pada
kecakapan hidup
b. Menjunjung tinggi b. mampu menunjukkan kinerja b. Mampu mengkaji dan b. Menguasai
konsep
nilai kemanusiaan
mandiri, bermutu, dan terukur;
menerapkan
berbagai
teoretis
Bahasa
dalam menjalankan
metode
pembelajaran
Indonesia
meliputi
tugas berdasarkan
Bahasa Indonesia yang
membaca,
menulis,
agama,moral, dan
telah
tersedia
secara
berbicara, menyimak,
etika;
inovatif dan teruji
fonologi,
morfologi,
semantik,
sintaksis,
pragmatik,
80
mampu
memformulasikan
penyelesaian masalah
prosedural
Mampu mengambil
keputusan yang tepat
berdasarkan analisis
informasi dan data dan
mampu memberikan
petunjuk dalam
memilih berbagai
alternatif solusi secara
mandiri dan kelompok
pembelajaran
membaca,
pembelajaran menulis,
pembelajaran berbicara,
pembelajaran
menyimak, teori sastra,
sejarah sastra, kajian
sastra, dll.
c. Berkontribusi dalam c. mampu mengkaji implikasi c. Mampu
melakukan c. Menguasai
prinsip
peningkatan mutu
pengembangan
atau
pendampingan
terhadap
dan
teknik
kehidupan
implementasi
ilmu
siswa dalam pembelajaran
perencanaan,
bermasyarakat,
pengetahuan teknologi yang
Bahasa Indonesia
pelaksanaan,
dan
berbangsa,
memperhatikan
dan
evaluasi
bernegara,
dan
menerapkan nilai humaniora
pembelajaran Bahasa
kemajuan peradaban
sesuai dengan keahliannya
Indonesia
berdasarkan
berdasarkan kaidah, tata cara
Pancasila;
dan etika ilmiah dalam rangka
menghasilkan solusi, gagasan,
desain atau kritik seni,
menyusun deskripsi saintifik
hasil kajiannya dalam bentuk
skripsi atau laporan tugas
akhir, dan mengunggahnya
dalam laman perguruan tinggi;
d. Berperan
sebagai d. menyusun deskripsi saintifik d. Mampu merancang dan d. Menguasai
warga negara yang
hasil kajian tersebut di atas
melaksanakan penelitian
pengetahuan faktual
bangga dan cinta
dalam bentuk skripsi atau
untuk
menghasilkan
tentang fungsi dan
tanah air, memiliki
laporan tugas akhir, dan
alternatif
penyelesaian
manfaat
teknologi
nasionalisme serta
mengunggahnya dalam laman
masalah
di
bidang
khususnya teknologi
rasa tanggung jawab
perguruan tinggi;
pendidikan Bahasa dan
informasi
dan
pada negara dan
Sastra Indonesia serta
komunikasi
yang
81
bangsa;
e.
Bertanggungjawab
pada pekerjaan sendiri
dan dapat diberi
tanggung jawab atas
pencapaian hasil kerja
organisasi
f.
g.
h.
mempublikasikan hasilnya
relevan
untuk
pembelajaran Bahasa
Indonesia
Menghargai
e. mampu mengambil keputusan e. Mampu merencanakan dan e. Menguasai
keanekaragaman
secara tepat dalam konteks
mengelola
sumberdaya
metodologi penelitian
budaya, pandangan,
penyelesaian
masalah
di
dalam
penyelenggaraan
bahasa dan sastra
agama,
dan
bidang
keahliannya,
kelas
yang
menjadi
untuk melaksanakan
kepercayaan, serta
berdasarkan hasil analisis
tanggung jawabnya, dan
penelitian pendidikan
pendapat
atau
informasi dan data;
mengevaluasi aktivitasnya
bahasa dan sastra
temuan
orisinal
secara komprehensif.
orang lain;
Bekerja sama dan
f. mampu
memelihara
dan f. Mampu merencanakan dan
memiliki kepekaan
mengembangkan
jaringan
mengelola
sumberdaya
sosial serta
kerja dengan pembimbing,
dalam
penyelenggaraan
kepedulian terhadap
kolega, sejawat baik di dalam
sekolah
dan
lembaga
masyarakat dan
maupun di luar lembaganya;
pendidikan
yang
lingkungan;
dipercayakan kepadanya
dengan
penuh
tanggungjawab.
taat hukum dan g. mampu bertanggungjawab atas g. Mampu
mengambil
disiplin
dalam
pencapaian
hasil
kerja
keputusan
yang
tepat
kehidupan
kelompok dan melakukan
berdasarkan informasi dan
bermasyarakat dan
supervisi
dan
evaluasi
data
dalam
bernegara;
terhadap
penyelesaian
penyelenggaraan
pekerjaan yang ditugaskan
pendidikan yang relevan
kepada pekerja yang berada di
bawah tanggungjawabnya
menginternalisasi
h. Mampu melakukan proses h. Mampu mengkaji data dan
nilai, norma, dan
evaluasi
diri
terhadap
informasi
untuk
etika akademik;
kelompok kerja yang berada di
menentukan pilihan terbaik
bawah tanggung jawabnya,
dari solusi yang telah ada
82
dan
mampu
mengelola
pembelajaran secara mandiri;
di
bidang
pendidikan
secara
mandiri
dan
kelompok sebagai dasar
pengambilan keputusan
i. menunjukkan sikap i. Mampu mendokumentasikan, i. Mampu
bertanggungjawab
menyimpan, mengamankan,
mengimplemetasikan
atas pekerjaan di
dan menemukan kembali data
prinsip-prinsip dan nilaibidang keahliannya
untuk menjamin kasahihan
nilai
agama
dalam
secara mandiri;
dan mencegah plagiasi.
kehidupan bermasyarakat
j. menginternalisasi
j. Mampu
berkomunikasi
semangat
dalam bahasa Inggris dan
kemandirian,
atau bahasa Arab untuk
kejuangan,
dan
mencari referensi dan
kewirausahaan.
mengembangkan
serta
mempublikasikan
hasil
pemikiran
dan
hasil
penelitian
di
bidang
pendidikan
Bahasa
Indonesia
k. Menunjukkan sikap
peka
terhadap
perkembangan Iptek
di era global,
83
TABEL CONTOH MATRIKS KETERKAITAN CAPAIAN PEMBELAJARAN DAN BAHAN KAJIAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
CAPAIAN PEMBELAJARAN
URAIAN CP
ASPEK
SIKAP
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
UMUM
KETERAMPILAN
KHUSUS
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu
menunjukkan sikap religius;
Menguasai konsep pedagogik-didaktik Bahasa Indonesia untuk
melaksanakan pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah
yang berorientasi pada kecakapan hidup
Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan
inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan dan
menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang
keahliannya;
Mampu
merencanakan,
mengimplementasikan,
dan
mengevaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia secara inovatif
dengan mengaplikasikan konsep pedagogik-didaktik Bahasa
Indonesia dan keilmuan Bahasa Indonesia serta memanfaatkan
berbagai sumber belajar dan IPTEKS yang berorientasi pada
kecakapan hidup
MK
1
√
MK
2
MK
3
SEMESTER 1
MK MK MK
5
6
7
MK
4
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
MK
8
√
MK
9
√
KETERANGAN: SEMESTER 1 = 19 SKS
NO.
KODE MK
NAMA MATA KULIAH
MK 1
MK 2
WK601001
WK601010
Pendidikan Agama Islam 1
Pancasila
BOBOT
SKS
3
2
NO.
KODE MK
NAMA MATA KULIAH
MK 6
MK 7
GB601015
GB601016
Berbicara
Sejarah Sastra
BOBOT
SKS
2
2
84
MK
10
MK 3
MK 4
MK 5
ASPEK
SIKAP
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
UMUM
KETERAMPILAN
KHUSUS
GB601012
GB601013
GB601014
Menyimak
Membaca
Menulis
3
2
2
MK 8
MK 9
GB601017
GB601021
CAPAIAN PEMBELAJARAN
URAIAN CP
MK
1
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas √
berdasarkan agama,moral, dan etika;
Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis,
berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik
dan konsep lainnya yang mendukung pembelajaran Bahasa
Indonesia di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi
lanjut.
Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode
pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara
inovatif dan teruji
2
2
Teori Sastra
Linguistik Umum
MK
2
√
MK
3
MK
4
SEMESTER 1
MK MK MK
5
6
7
√
√
√
MK
8
MK
9
√
√
√
√
√
√
KETERANGAN: SEMESTER 2 = 21 SKS
NO.
KODE MK
NAMA MATA KULIAH
MK 1
MK 2
MK 3
MK 4
MK 5
WK601002
WK601005
WK601006
GB601022
GB601023
Pendidikan Agama Islam 2
Bahasa Inggris
ICT for Academic Purpose
Fonologi
Morfologi
BOBOT
SKS
3
2
2
2
2
NO.
KODE MK
NAMA MATA KULIAH
MK 6
MK 7
MK 8
MK 9
Mk 10
GB601024
GB601025
GB601033
GB601034
GB601037
Sintaksis
Semantik
Analisis Kesalahan Berbahasa
Kajian Puisi
Pengantar Pendidikan
85
MK
10
BOBOT
SKS
2
2
2
2
2
ASPEK
SIKAP
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
UMUM
KETERAMPILAN
KHUSUS
CAPAIAN PEMBELAJARAN
URAIAN CP
MK
1
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas √
berdasarkan agama,moral, dan etika;
Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis,
berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik
dan konsep lainnya yang mendukung pembelajaran Bahasa
Indonesia di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi
lanjut.
Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode
pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara
inovatif dan teruji
MK
2
MK
3
√
√
SEMESTER 1
MK MK MK
5
6
7
MK
4
MK
8
MK
9
√
√
√
√
√
√
KODE MK
NAMA MATA KULIAH
MK 1
MK 2
MK 3
MK 4
MK 5
WK601003
GB601026
GB601028
GB601029
GB601030
Pendidikan Agama Islam 3
Pragmatik
Psikolinguistik
Sosiolinguistik
Membaca Estetik
BOBOT
SKS
3
2
2
2
2
NO.
KODE MK
NAMA MATA KULIAH
MK 6
MK 7
MK 8
MK 9
Mk 10
MK 11
GB601031
GB601032
GB601035
GB601036
GB601039
GB602069
Penulisan Kreatif
Kepewaraan dan Kepenyiaran
Kajian Prosa
Kajian Drama
Perkembangan Peserta Didik
Korespondensi *
86
√
√
KETERANGAN: SEMESTER 3 = 23 SKS
NO.
MK
10
BOBOT
SKS
2
2
2
2
2
2
CAPAIAN PEMBELAJARAN
URAIAN CP
ASPEK
SIKAP
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
UMUM
KETERAMPILAN
KHUSUS
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan
tugas berdasarkan agama,moral, dan etika;
Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca,
menulis, berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik,
sosiolinguistik dan konsep lainnya yang mendukung
pembelajaran Bahasa Indonesia di pendidikan dasar dan
menengah serta untuk studi lanjut.
Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
MK
1
√
MK
2
√
MK
3
MK
4
SEMESTER 1
MK MK MK
5
6
7
MK
8
MK
9
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
KETERANGAN: SEMESTER 4= 24 SKS
KODE MK
NAMA MATA KULIAH
MK 1
MK 2
MK 3
WK601004
WK601008
Pendidikan Agama Islam 4
Critical Thinking & Problem Solving
BOBOT
SKS
3
2
GB601019
GB601027
GB601040
Pementasan Drama
Wacana
Telaah Kurikulum Bahasa Indonesia
3
2
2
MK 4
MK 5
NO.
KODE MK
NAMA MATA KULIAH
MK 6
MK 7
MK 8
GB601041
GB601043
Media Pembelajaran Bahasa Indonesia
Perenc. Pembelj. Bhs. & Sastra Indonesia
Strategi Belajar Mengajar Bahasa
Indonesia
Menulis Karya Ilmiah
Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Jurnalistik *
MK 9
Mk 10
MK 11
MK
11
√
Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode
pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara
inovatif dan teruji
NO.
MK
10
GB601044
GB601054
GB601061
GB602065
87
BOBOT
SKS
2
2
2
2
2
2
√
CAPAIAN PEMBELAJARAN
URAIAN CP
ASPEK
SIKAP
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
UMUM
KETERAMPILAN
KHUSUS
MK
1
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan
tugas berdasarkan agama,moral, dan etika;
Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca,
menulis, berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik,
sosiolinguistik dan konsep lainnya yang mendukung
pembelajaran Bahasa Indonesia di pendidikan dasar dan
menengah serta untuk studi lanjut.
Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur; √
MK
2
√
MK
3
MK
4
SEMESTER 1
MK MK MK
5
6
7
MK
8
MK
9
√
Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode
pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara
inovatif dan teruji
KODE MK
MK 1
MK 2
MK 3
MK 4
MK 5
WK601007
WK601011
GB601018
GB601038
GB601042
NAMA MATA KULIAH
Kewirausahaan, Kepemimpinan, dan
Dakwah
Kewarganegaraan
Kritik Sastra
Profesi Kependidikan
Pengembangan Bahan Ajar Bahasa
Indonesia
BOBOT
SKS
NO.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
KODE MK
NAMA MATA KULIAH
BOBOT
SKS
GB601045
GB601046
GB601047
GB601050
Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia
Pembelajaran Berbicara
Pembelajaran Membaca
Pembelajaran Sastra Indonesia
3
2
2
2
GB601051
GB602066
Evaluasi Pembelajaran
Stilistika*
2
2
MK 6
3
2
2
2
MK 7
MK 8
MK 9
Mk 10
2
MK 11
MK
11
√
KETERANGAN: SEMESTER 5= 24 SKS
NO.
MK
10
88
√
ASPEK
SIKAP
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
UMUM
KETERAMPILAN
KHUSUS
CAPAIAN PEMBELAJARAN
URAIAN CP
MK
1
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas √
MK
2
MK
3
berdasarkan agama,moral, dan etika;
Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi, √
morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis,
berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik
dan konsep lainnya yang mendukung pembelajaran Bahasa
Indonesia di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi
lanjut.
Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode
pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara
inovatif dan teruji
SEMESTER 1
MK MK MK
5
6
7
MK
4
MK
8
MK
9
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
KETERANGAN: SEMESTER 6= 21 SKS
NO.
KODE MK
NAMA MATA KULIAH
MK 1
MK 2
MK 3
MK 4
GB601020
GB601048
GB601049
Sastra Profetik
Pembelajaran Menyimak
Pembelajaran Menulis
Problematika Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia
Pembelajaran Mikro
MK 5
GB601052
GB601053
BOBOT
SKS
2
2
2
2
3
NO.
KODE MK
NAMA MATA KULIAH
MK 6
MK 7
MK 8
MK 9
GB601055
GB601056
GB601057
Penelitian Pendidikan
Penelitian Bahasa
Penelitian Sastra
Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
(BIPA) *
Filsafat Pendidikan*
Mk 10
GB602067
GB602068
MK
10
√
89
BOBOT
SKS
2
2
2
2
2
CAPAIAN PEMBELAJARAN
URAIAN CP
ASPEK
SIKAP
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
UMUM
KETERAMPILAN
KHUSUS
MK
1
MK
2
MK
3
MK
4
SEMESTER 1
MK MK MK
5
6
7
√
√
√
√
MK
8
MK
9
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama,moral, dan etika;
Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis,
berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik
dan konsep lainnya yang mendukung pembelajaran Bahasa
Indonesia di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi
lanjut.
Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode
pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara
inovatif dan teruji
√
KETERANGAN: SEMESTER 6= 21 SKS
NO.
KODE MK
NAMA MATA KULIAH
WK601009
Pengembangan Diri (Co-Curicular
Activities)
MK 1
BOBOT
SKS
NO.
KODE MK
NAMA MATA KULIAH
GB601062
Magang 3
BOBOT
SKS
MK 4
0
2
90
MK
10
MK 2
MK 3
GB601058
GB601060
Seminar Proposal Penelitian
Kuliah Kerja Nyata (KKN)
3
3
MK 5
MK 6
GB601063
GB601064
CAPAIAN PEMBELAJARAN
URAIAN CP
ASPEK
SIKAP
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
UMUM
KETERAMPILAN
KHUSUS
MK
1
Magang 1
Magang 2
MK
2
MK
3
1
1
MK
4
SEMESTER 1
MK MK MK
5
6
7
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama,moral, dan etika;
Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis,
berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik
dan konsep lainnya yang mendukung pembelajaran Bahasa
Indonesia di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi
lanjut.
Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode √
pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara
inovatif dan teruji
Semester 8
No
59
Kode
GB601059
Mata Kuliah
Skripsi
SKS
6
JUMLAH
6
91
MK
8
MK
9
MK
10
STATUS MK KURIKULUM PT SN DIKTI – PRODI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
1.
Mata kuliah Wajib
a. Mata kuliah wajib universitas untuk mahasiswa program studi jenjang
Sarjana (S1) terdiri atas:
No.
MK
1
2
3
4
5
6
7
Kode MK
WK601001
WK601002
WK601003
WK601004
WK601005
WK601006
WK601007
8
10
11
WK601008
WK601010
WK601011
Nama Mata Kuliah
Bobot SKS
Pendidikan Agama Islam 1
Pendidikan Agama Islam 2
Pendidikan Agama Islam 3
Pendidikan Agama Islam 4
Bahasa Inggris
ICT for Academic Purpose
Kewirausahaan, Kepemimpinan,
dan Dakwah
Critical Thinking & Problem
Solving
Pancasila
Kewarganegaraan
3
3
3
3
2
2
Jumlah
25
3
2
2
2
b. Mata kuliah wajib untuk mahasiswa program studi kependidikan
jenjang Sarjana (S1) terdiri atas:
No.
MK
11
12
13
Kode MK
GB601037
GB601038
GB601039
14
GB601043
15
16
GB601044
GB601051
17
18
19
20
21
22
GB601052
GB601053
GB601059
GB601060
GB601061
GB601062
GB601063
GB601064
Nama Mata Kuliah
Bobot SKS
Pengantar Pendidikan
Profesi Kependidikan
Perkembangan Peserta Didik
Perenc. Pembelj. Bhs. & Sastra
Indonesia
Strategi Belajar Mengajar Bahasa
Indonesia
Evaluasi Pembelajaran
Problematika Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia
Pembelajaran Mikro
Skripsi
Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Magang 3
Magang 1
Magang 2
2
2
2
Jumlah
32
2
2
2
2
3
6
3
2
2
1
1
92
c. Mata kuliah wajib
untuk mahasiswa program studi pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia jenjang Sarjana (S1) terdiri atas:
No.
MK
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
Kode MK
GB601012
GB601013
GB601014
GB601015
GB601016
GB601017
GB601018
GB601019
GB601020
GB601021
GB601022
GB601023
GB601024
GB601025
GB601026
GB601027
GB601028
GB601029
GB601030
GB601031
GB601032
GB601033
GB601034
GB601035
GB601036
GB601040
GB601041
GB601042
GB601046
GB601047
GB601048
GB601049
GB601050
GB601045
GB601054
GB601055
GB601056
GB601057
GB601058
Nama Mata Kuliah
Bobot SKS
Menyimak
Membaca
Menulis
Berbicara
Sejarah Sastra
Teori Sastra
Kritik Sastra
Pementasan Drama
Sastra Profetik
Linguistik Umum
Fonologi
Morfologi
Sintaksis
Semantik
Pragmatik
Wacana
Psikolinguistik
Sosiolinguistik
Membaca Estetik
Penulisan Kreatif
Kepewaraan dan Kepenyiaran
Analisis Kesalahan Berbahasa
Kajian Puisi
Kajian Prosa
Kajian Drama
Telaah Kurikulum Bahasa Indonesia
Media Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia
Pembelajaran Berbicara
Pembelajaran Membaca
Pembelajaran Menyimak
Pembelajaran Menulis
Pembelajaran Sastra Indonesia
Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia
Menulis Karya Ilmiah
Penelitian Pendidikan
Penelitian Bahasa
Penelitian Sastra
Seminar Proposal Penelitian
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
Jumlah
63
93
d. Mata pilihan untuk mahasiswa program studi pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia jenjang Sarjana (S1) terdiri atas:
No.
MK
55
56
57
58
59
60
61
Kode MK
Nama Mata Kuliah
Bobot SKS
MKP.2301
MKP.2302
MKP.2303
MKP.2204
MKP.2205
MKP.2206
MKP.2207
2
2
2
2
2
2
2
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
MKP.2208
MKP.2209
MKP.2210
MKP.2211
MKP.2212
MKP.2301
MKP.2302
MKP.2303
MKP.2204
MKP.2205
MKP.2206
MKP.2207
74
MKP.2208
Penulisan dan Publikasi Puisi*
Penulisan dan Publikasi Prosa*
Sinematografi *
Jurnalistik *
Stilistika*
Antropologi Sastra*
Sastra Bandingan*
Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
(BIPA) *
Bahasa Jawa*
Statistik Pendidikan*
Filsafat Pendidikan*
Korespondensi *
Penulisan dan Publikasi Puisi*
Penulisan dan Publikasi Prosa*
Sinematografi *
Jurnalistik *
Stilistika*
Antropologi Sastra*
Sastra Bandingan*
Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
(BIPA) *
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
94
D. STRATEGI PERKULIAHAN
Strategi perkuliahan untuk mata kuliah membaca, mahasiswa sebagai calon
guru harus mampu menyampaikan materi yang telah dikuasai melalui presentasi
individu maupun kelompok. Mahasiswa dibiasakan membuat makalah dan
lapoaran bacaan dengan aturan penulisan yang benar. Dosen pemangku
menjelaskan materi-materi dasar, selanjutnya mahasiswa lebih mendalami dengan
pembuatan makalah dan presentasi. Mahasiswa yang tampil dipilih secara acak.
Setelah
mempelajari
seluruh
teori,
langsung
dilanjutkan
dengan
mempraktikkan secara tuntas, meliputi:
e. Mendemonstrasikan kemampuan dan tipe-tipe pembaca yang baik
f. Menerapkan dan mendemontrasikan membaca cepat pada bacaan skuensi dan
bacaan klosur
g. Menerapkan dan mendemonstrasikan membaca diperpustakaan serta kualitas
buku sesuai dengan tujuan membaca
h. Mengaplikasikan, mengimplementasikan manfaat membaca buku sesuai
dengan tujuan, pendekatan, strategi dan teknik membaca buku.
Aturan
Dalam perkuliahan, diberikan beberapa Aturan sebagai berikut:
a. Perkuliahan dimulai sesuai jadwal yang disepakati. Toleransi waktu 15 menit.
Jika mahasiswa masuk lebih dari 15 menit maka tidak diperkenankan untuk
mengikuti kuliah.
b. Dilarang mengaktifkan HP di waktu perkuliahan, kecuali diperkenankan oleh
Dosen.
c. Membaca Al Qur’an sebelum perkuliahan secara bergiliran sesuai surat yang
ditayangkan.
d. Presensi dan keaktifan sangat diperhatikan pada mata kuliah ini.
e. Dosen menyampaikan materi dan disertai diskusi, Tanya jawab, kuis dan
penugasan.
95
f. Tugas individu sesuai dengan materi dan penugasan dari dosen. Tugas
bersifat terstruktur dan tidak ada susulan. Jika pengumpulan melampaui
waktu yang telah disepakati maka tidak di anggap.
E. MATERI/BAHAN BACAAN
1. Leech, Geoffrey. 1983. The Principles of Pragmatics. New York:
Longman.
2. Rustono. 2000. Implikatur Tuturan Humor. Semarang: CV IKIP Semarang
Press.
3. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
4. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
F. TUGAS-TUGAS
Setiap mahasiswa mempunyai tugas membaca materi kuliah sebelum materi
tersebut dibahas.
1. Mahasiswa diwajibkan membuat laporan bacaan buku yang berhungan
dengan mata kuliah membaca yang akan ditentukan kemudian.
Struktur Laporan Bacaan:
a. Pendahuluan: berisi identitas buku yang dilaporkan secara rinci, yaitu;
judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, cetakan, kota dan lembaga
penerbit, tebal buku, garis besar isi buku,dll.
b. Bagian buku (bab/subbab yang dilaporkan) disampaikan intisarinya
dengan menggunakan bahasa sendiri.
c. Komentar penulis tentang isi buku yang dilaporkan. Pada bagian ini
pelapor dapat menggunakan rujukan lain sebagai pembanding dan atau
penjelasan lebih lanjut.
d. Penutup, pandangan penulis tentang buku yang dilaporkan, manfaat dan
kritik.
2. Tugas presentasi tiap minggu: mahasiswa diharuskan membuat makalah
sederhana dengan membentuk kelompok kecil minimal 4 orang untuk
membahas dan mempresentasikan materi perkuliahan sesuai yang ditentukan.
96
3. Evaluasi tengah semester dilakukan pada saat jadwal kuliah minggu
kedelapan, dan evaluasi akhir semester mahasiswa diuji dengan soal-soal esai.
4. Mahasiswa membuat makalah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dan dikumpulkan saat mengikuti ujian akhir. Topik
ditentuakan oleh dosen pembimbing.
5. Diakhir perkuliahan mahasiswa ditugaskan membuat rangkuman materi
perkuliahan.
G. KRITERIA PENILAIAN
Nilai akhir mahasiswa diperoleh dengan pembobotan sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kehadiran
Nilai Proses (keaktifan di kelas)
Nilai Kelompok
Nilai Tugas
Nilai UTS
Nilai UAS
= 10 %
= 20 %
= 10 %
= 10 %
= 25 %
= 25 %
Kriteria penilaian merujuk pada peraturan akademik UNISSULA yaitu
sebagai berikut :
NILAI
HURUF
A
AB
B
BC
C
CD
D
E
NILAI BOBOT
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0
RENTANG NILAI
ANGKA
85-100
75-84
65-74
60-64
50-59
40-49
30-39
0-29
H. JADWAL KULIAH
PERTE
MUAN
1
2
3
TOPIK BAHASAN
Hakikat membaca
Tujuan, manfaat, dan aspek membaca.
Jenis membaca
BAHAN BACAAN
Buku Ajar, PPT
Buku Ajar, PPT
Buku Ajar, PPT
97
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16.
Pendekatan, teori dan manfaat membaca
Menjelaskan proses dan jenis proses membaca
Membaca ekstensif
Membaca intensif
Ujian Mid Semester
Model membaca
Keterbacaan, formula keterbacaan, dan tingkat
keterbacaan
formula keterbacaan, dan tingkat keterbacaan
Teknik uji rumpang, fungsi dan kegunaan
teknik uji rumpang, dan Membuat wacana
teknik uji rumpang
Membuat wacana teknik uji rumpang
pengertian KEM dan faktor yang
mempengaruhi KEM
Mengukur KEM
Ujian Akhir Semester
Buku Ajar, PPT
Buku Ajar, PPT
Buku Ajar, PPT
Buku Ajar, PPT
Buku Ajar, PPT
Buku Ajar, PPT
Buku Ajar, PPT
Buku Ajar, PPT
Buku Ajar, PPT
Buku Ajar, PPT
Buku Ajar, PPT
Demikianlah perjanjian kontrak perkuliahan ini dibuat dan mengikat kedua
belah pihak, dan untuk ditaati bersama-sama.
Perwakilan Mahasiswa
( ___________________ )
M. Pd
NIM ..................................
Dosen Pengampu,
Oktarina Puspita Wardani,
NIDN 211313019
98
99
RELEVANSI BAB
Pada pembelajaran membaca
bab sebelumnya, telah dipejari
mengenai konsep keterbacaan.
Pada bahasan ini kita akan
menentukan bagaimana cara
membuat wacana uji rumpang.
Teknik uji rumpang dapat
diaplikasikan dalam mata kuliah
pembelajaran
memaca,
perencanaan dan pembelajaran
mikro.
Manfaat teknik Membaca
Mahasiswa mampu memilih
bahan bacaan yang sesuai
dengan tujuan dan tingkat
perkembangan
siswa.
Hal
tersebut mencakup dari segi
kebahasaan, minat siswa dan
tingkat
keterbacaan.
Isian
rumpang juga digunakan untuk
mengukur tingkat keterbacaan
dan
metode
dalam
pembelajaran.
TEKNIK
MEMBACA
Kemampuan Akhir yang
diharapkan
1. Menjelaskan
teknik
membaca
PENDAHULUAN
2. Menjelaskan
kegunaan
Deskripsi Singkat Cakupan Bab
dengan
memperhatikan
dan
teknik
teknik
wacana
untuk
membaca
Pada bab ini, akan membahas mengenai teknik
membaca
fungsi
fungsi
dan
3. Membuat
teknik dalam membaca
kegunaannya lebih lanjut mampu membuat teknik
isian rumpang, scrambel, dan membaca cepat
dengan mengaplikasikan pada pembelajaran Bahasa
Indonesia.
100
TEKNIK MEMBACA
Keterampilan membaca yang perlu dilatihkan kepada siswa antara
lain: latihan membaca dengan kecepatan tertentu, latihan mengukur
kecepatan membaca, latihan menempatkan secara tepat titik pandang
mata, latihan memperluas jangkauan pandang mata. Berikut ini beberapa
teknik membaca dan penjelasannya
A. SQ3R
Sebagai guru kita sering memberikan tugas atau pekerjaan rumah
yang harus diselesaikan siswa agar pelajaran yang telah diberikan di
dalam kelas lebih mantap serta lebih dipahami mereka. Agar para siswa
dapat menyelesaikan serta menelaah tugas itu dengan baik, maka
seyogianyalah mereka dibiasakan dengan cara studi SQ3R. Dengan
terbiasa mempergunakan atau mempraktikkan metode ini diharapkan
mereka akan mudah menyelesaikan tugas dalam waktu singkat sekaligus
memperoleh hasil yang lebih baik. Apakah yang dimaksud SQ3R itu?
SQ3R atau metode telaah tugas merupakan salah satu metode
pengajaran membaca yang digunakan dalam kelas-kelas tingkat lanjut. S
adalah singkatan dari Survey, Q adalah singkatan dari question, Rl adalah
read, R2 adalah recite dan R3 adalah review. Tampubolon memberi
singkatan SQ3R dalam bahasa Indonesia sebagai survei, tanya, baca,
katakan, dan ulang.
101
Sesuai dengan jumlah butir yang ada pada SQ3R itu, maka dalam metode
ini terdapat lima tahap kegiatan, yakni melakukan survei, membuat pertanyaanpertanyaan tentang perkiraan isi bacaan, melakukan kegiatan membaca,
menceritakan kembali apa yang telah dibaca, dan meninjau ulang hasil kegiatan
membaca tersebut.
Lima tahap kegiatan dalam metode SQ3R berikut:
1. Survey, artinya meninjau, meneliti, menjajaki, yakni
membaca bagian-bagian permulaan buku, seperti
halaman judul, kata pengantar, daftar isi, judul
bab/subbab, indeks, glosari, dan lain-lain. Bagianbagin tersebut dibaca dengan teknik membaca sekilas
(skimming), yaitu membaca dengan cepat untuk
mengetahui gambaran umum isi buku atau bagian
buku secara menyeluruh dan bersifat umum. Dengan
demikian, dalam waktu yang relatif singkat, pembaca
akan segera mengetahui apakah buku itu cocok
dengan tujuannya, apakah buku tersebut berisi
informasi-informasi yang diperlukannya atau tidak.
Jika ya, pembaca akan meneruskan kegiatannya untuk
memhaca dan mempelajari buku tersebut. Jika tidak,
dia akan segera berhenti dan menggantinya dengan
buku lain yang lebih relevan.
2. Question (bertanya), yakni mempertanyakan hal-hal sekaitan dengan apa
yang diperkirakan muncul dalam bacaan. Pembaca harus merumuskan
pertanyaan-pertanyaan sebagai informasi fokus sebelum memulai kegiatan
membaca. Pertanyaan-pertanyaan ini akan memandu pembaca pada saat dia
melakukan aktifitas baca yang sesungguhnya. Pertanyaan-pertanyaan yang
dibuat sebelum kegiatan membaca dapat digali dari prediksi-prediksi
pembaca pada saat melakukan survey. Pertanyaan dapat juga muncul karena
dorongan/hasrat ingin tahu tentang sesuatu hal yang diduga jawabannya akan
diperoleh melalui bacaan tersebut. Membaca dengan maksud untuk dapat
102
menjawab pertanyaan-pertanyaan biasanya lebih sungguh-sungguh dan
cermat ketimbang membaca hanya sekedar untuk membaca.
3. Read (membaca). Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan
pada tahap Question, selanjutnya pembaca melakukan kegiatan membaca
yang sesungguhnya. Membaca dilakukan dengan fleksibel, tidak harus
membaca dengan kecepatan yang sama. Hal ini disesuaikan dengan tujuan
membaca dan karakteristik bahan bacaan yang dihadapinya. Inilah yang oleh
para ahli membaca disebut sebagai "fleksibilitas baca".
4. Recite (menceritakan kembali). Setelah pembaca merasa yakin bahwa
sejumlah pertanyaan yang dirumuskan sebelum kegiatan membaca dilakukan
telah terpenuhi dan informasi-informasi yang diperlukan telah diperoleh,
tahap selanjutnya adalah menceritakan kembali isi bacaan yang telah dibaca.
Kegiatan menceritakan kembali isi bacaan ini biasanya disertai dengan
pembuatan ikhtisar. Ikhtisar bacaan dapat dibuat dengan ketentuan: (a)
ikhtisar dibuat dengan menggunakan kata-kata sendiri; (b) ikhtisar dibuat
secara singkat, padat dan jelas, yang mencakup butir-butir penting isi bacaan
(c) kegiatan ini dilakukan tidak berbarengan dengan kegiatan lain, misalnya
mencatat sambil membaca atau mencatat sambil membuka-buka kembali
halaman bacaan.
5. Review (meninjau kembali). Kegiatan meninjau kembali dimaksudkan untuk
memeriksa ulang bagian-bagian yang telah dibaca dan dipahami pembaca
sebelum meneruskan kegiatan bacanya pada bacaan atau mungkin bab lain.
Meninjau ulang dapat dilakukan dengan melihat-lihat bagian-bagian tertentu
yang dianggap perlu untuk sekedar menyegarkan kembali ingatan terhadap
bacaan yang telah dibaca. Bagian-bagian tersebut dapat berupa judul-judul
dan sub judul, diagram-diagram, grafik-grafik, gambar-gambar, dan
memeriksa kembali pertanyaan-pertanyaan baik yang telah tersedia dalam
bacaan tersebut atau pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan pada
tahap Question.
Melalui kegiatan peninjauan ulang ini, pembaca harus merasa yakin bahwa
103
apa yang dibacanya itu telah dikuasai dan dipahaminya, memikirkan tingkat
keberterimaan gagasan penulisnya, dan meninjau kelemahan dan kebaikan sajian
buku tersebut, bila perlu memikirkan kritik dan saran untuk penyempurnaan buku
tersebut. Hasil-hasil baca itu dapat ditulis dan dirangkum dalam kartu-kartu baca.
Tampubolon menyebutnya sebagai "Kartu Rangkuman Pokok Bacaan Studi". Halhal yang perlu dicatat dalam kartu baca tersebut adalah hal-hal berikut: (a) judul
buku, nama pengarang, penerbit, dan tahun terbit; (b) topik/tema bacaan; (c)
catatan ringkas mengenai pokok-pokok penting isi bacaan dan ditulis dengan
menggunakan bahasa sendiri; (d) kutipan selengkapnya bagian informasi atau
pernyataan yang dipandang penting disertai keterangan sumber otentik (tahun
terbit dan halamannya). Metode SQ3R ini sangat penting diajarkan kepada siswa.
Dengan terbiasa menggunakan metode ini, siswa akan dapat menentukan apakah
materi yang dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak, memberi
kesempatan kepada mereka untuk membaca dengan pengaturan kecepatan
membaca yang fleksibel, membekali mereka dengan suatu metode studi (belajar)
yang sistematis.
B. MEMBACA SKIMMING
Skimming merupakan tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari
suatu hal. Oleh karena itu, skimming merupakan cara membaca hanya untuk
mendapatkan ide pokok, yang dalam hal ini tidak selalu di awal paragraf, karena
kadang ada di tengah, ataupun di akhir paragraf. Pada kegiatan skimming ini, kita
dapat melompati bagian-bagian, fakta-fakta, dan detail-detail yang tidak terlalu
dibutuhkan, sehingga kita hanya memusatkan perhatian dan cepat menguasai ide
pokoknya. Kegiatan skimming ini sering kita lakukan meskipun tanpa kita sadari.
Kegiatan itu untuk sekadar mengetahui apakah sebuah buku yang akan dibaca itu
sesuai dengan yang dibutuhkan. Skimming seperti itu juga lazim disebut sebagai
browsing buku. Skimming merupakan suatu keterampilan membaca yang diatur
secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai tujuan.
Tujuan skimming adalah untuk mendapatkan informasi sebanyakbanyaknya. SelaiN itu, skimming juga bertujuan untuk:
104
a. mengenali topik bacaan;
b. mengetahui pendapat (opini) orang;
c. mendapatkan
bagian
penting
yang
kita
perlukan tanpa membaca keseluruhan;
d. mengetahui organisasi penulisan, urutan ide
pokok,
kesatuan
pikiran,
dan
hubungan
antarbagian dari bacaan tersebut; dan
e. penyegaran apa yang telah dibaca.
Gerakan mata saat membaca dengan cara skimming ini hampir seperti jika
membaca lengkap, kecuali jika kita akan melompati bagian-bagian tertentu. Cara
yang efektif adalah menelusuri awal paragraf yang memuat ide pokok. Lalu cepat
bergerak (melompat atau skipping) ke bagian lain paragraf itu dan berhenti
(fixate) di sana-sini jika menemukan detail memahami, kemudian bergerak cepat
lagi dan berhenti lagi untuk memungut detail atau gagasan yang penting. Detail
penting dapat ditunjukkan oleh tipografi atau tanda-tanda rincian yang biasanya
dengan mudah kita kenali. Skimming juga disebut sebagai review atau tinjauan
balik.
C. MEMBACA SKANNING
Skanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi
tanpa membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang dicari, yaitu fakta
khusus dan informasi tertentu. Skanning sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya untuk mencari: nomor telepon, arti kata pada kamus, entri
pada indeks, angka-angka statistik, acara siaran TV, dan melihat daftar perjalanan.
Gerakan mata dalam skanning tidak jauh berbeda dengan skimming. Untuk
mengetahui tempat informasi tertentu, bantuan yang baik adalah judul-judul bab
dan subjudulnya. Jika yang dicari itu suatu angka, gerakan mata dengan cepat dan
berhentilah pada setiap angka yang kiranya mirip, jika kiranya bukan, jangan
ditunda lagi, teruskan bergerak ke bawah. Demikian juga untuk mencari suatu
nama. Jadi, kegiatan skanning adalah untuk mencari informasi khusus. Karena itu
105
kita perlu terlebih dahulu mengetahui apa yang akan kita cari.
Selain itu, skanning juga dapat dilakukan pada bacaan
yang berupa prosa. Yang dimaksud dengan skanning prosa
adalah mencari informasi topik tertentu dalam suatu bacaan,
yaitu dengan mencari letak di bagian mana dari tulisan itu
memuat informasi yang dibutuhkan. Caranya adalah: 1)
mengetahui kata-kata kunci yang menjadi petunjuk, 2)
mengenali organisasi tulisan dan sturuktur tulisan, untuk
memperkirakan letak jawaban, 3) gerakkan mata secara
sistematik dan cepat seperti anak panah meluncur ke bawah
atau dengan pola “S” atau zigzag, dan 4) setelah
menemukan tempatnya, lambatkan kecepatan membaca
untuk meyakinkan kebenaran yang kita cari.
Seorang penulis, jika ingin hasil tulisannya lebih baik tidak dan hanya
mengacu pada satu sumber saja, melainkan pada beberapa sumber. Untuk itu,
diperlukan cara cepat untuk memperoleh informasi topik tertentu pada beberapa
sumber. Penulis tidak perlu membaca keseluruhan tetapi cukup dengan skanning
melalui daftar isi dan indeks, serta alat-alat visual, seperti grafik. Dalam sebuah
buku, mungkin topik yang dicari tersebut menyebar di berbagai bab buku dan
harus segera ditemukan dengan mengantisipasi beberapa kemungkinan. Pencarian
tersebut harus cepat agar segera dapat beralih dari satu buku ke buku lainnya agar
informasi tersebut dapat segera kita kuasai atau dipahami.
Pada saat membaca mungkin kita menemukan beberapa kata sulit. Hal itu
jangan membuat kita memperlambat cara membaca kita. Arti kata sulit tersebut
dapat kita sesuaikan dengan konteks kalimat yang ada. Bila memang kata tersebut
terlalu sulit dan tidak kita pahami maknanya, barulah kita melakukan skanning
kata di kamus. Dalam melakukan kegiatan tersebut, kita perlu memperhatikan: 1)
ejaan kata itu dengan seksama; 2) cara pengucapan, panjang pendeknya, dan
aksen (tekanannya); 3) etimologinya; 4) pengertian yang sesuai dengan konteks
kalimatnya; 5) contoh kalimatnya; dan 6) petunjuk halaman yang ada di setiap
halaman. Untuk menemukan nomor telepon dengan cepat, kita juga perlu
106
melakukan skanning nomor telepon. Terlebih dahulu memperhatikan halaman
pertama dari buku telepon tersebut yang sangat membantu dalam mencari nomor
yang kita butuhkan. Selain itu, kita juga sering harus melakukan skanning
terhadap acara televisi. Hal ini dilakukan agar tidak duduk bengong di depan
televisi, sementara banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kita harus dapat
secara cepat menemukan acara televisi mana yang benar-benar ingin ditonton.
D. MEMBACA CEPAT
Membaca
cepat
artinya
membaca
yang
mengutamakan kecepatan dengan tidak mengabaikan
pemahamannya. Biasanya kecepatan itu dikaitkan
dengan tujuan membaca, keperluan (aspek bacaan
yang digali), dan berat ringannya bahan bacaan.
Artinya seorang pembaca cepat yang baik, tidak
menerapkan kecepatan membacanya secara konstan di
berbagai cuaca dan keadaan membaca (Nurhadi,
1787:39).
Tarigan (1987) memberi pengertian membaca cepat sebagai membaca
segala sesuatu secara cepat dengan teliti dengan maksud untuk menemukan
informasi khusus, informasi tertentu yang dia inginkan dari bahan bacaan.
Membaca cepat yang baik rata-rata 800- 1000 kata dalam satu menit. Dia tidak
akan dapat lulus ujian berdasarkan apa yang telah dibacanya dengan cepat, tetapi
dia akan mendapatkan apa yang dicarinya. Sedangkan Harjasujana dan Mulyati
menjelaskan hakikat membaca cepat sebagai kegiatan merespon lambanglambang cetak atau lambang tulis dengan pengertian yang tepat dalam waktu yang
relatif singkat. Pembaca yang mahir akan memberikan respon terhadap pernyataan
penulis dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat memahami maksud penulis
dengan setepat-tepatnya. Untuk menjadi pembaca yang mahir, memerlukan
keuletan dan latihan yang berulang-ulang, terus-menerus sehingga dapat mencapai
hasil yang optimal.
107
Metode membaca cepat tergantung pada beberapa tujuan atau pertanyaan
yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
memahami intisari bacaan, bukan bagian-bagian rinciannya yang detil-detil.
Metode membaca cepat menuntut kecepatan yang paling tinggi. Pembaca harus
menggerakkan matanya secara cepat pada seluruh halaman, siap siaga menyaring,
atau menyedot informasi tertentu, pengertian tertentu yang dapat memenuhi
tujuan semula membaca. Seorang pembaca hendaklah melakukan lompatanlompatan dalam membaca. Maksudnya, melompati bagian-bagian bacaan tertentu
yang tidak penting sehingga panjang bacaan menjadi berkurang hingga 30-40%.
Bagian-bagian yang boleh dilompati antara lain bagian yang tidak informatif atau
bagian yang dianggapnya tidak perlu mendapat respon, Bagian-bagian yang sudah
diketahui, dan bagian-bagian kalimat yang tidak berpengaruh jika dihilangkan.
Yang perlu dibaca hanyalah kata kunci, ialah kata-kata atau frase-frase yang jika
dihilangkan dapat menimbulkan salah paham atau menyebabkan bahan bacaan itu
tidak bisa dipahami.
Kemampuan membaca cepat ini tentu sangat bermanfaat, oleh karena itu,
guru harus mengajarkan keterampilan ini kepada anak didiknya. Guru harus
memberi latihan yang cukup efisien. Dengan demikian anak-anak dapat terampil
membaca cepat. Dengan memiliki kemampuan membaca cepat, siswa dapat
meninjau kembali secara cepat materi yang pernah dibacanya dan bisa
memperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya.
E. SCRAMBEL
Para mahasiswa, apakah Anda pernah mendengar istilah "scrambel"?
"scrambel" merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang berarti perebutan,
pertarungan, perjuangan. Scrambel adalah sejenis permainan anak-anak, yang
pada dasarnya merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan
pemilikan kosakata mereka, dengan jalan berlomba membentuk kosakatakosakata dari huruf-huruf yang tersedia. Konsep scrambel selanjutnya dipinjam
untuk kepentingan pengajaran membaca. Sasaran utamanya pada dasarnya sama,
yaitu mengajak anak untuk berlatih menyusun sesuatu agar sesuatu itu menjadi
108
bermakna. Dalam pengajaran membaca, biasanya anak diajak untuk berlatih
menyusun suatu organisasi tulisan yang secara sengaja dikacaukan, untuk
kemudian anak diminta untuk menataulang susunan tulisan yang kacau menjadi
tulisan yang utuh dan bermakna. Melalui metode ini, siswa dapat dilatih berkreasi
dengan susunan baru yang mungkin lebih baik dari susunan aslinya. Metode
pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain.
Mereka dapat berrekreasi sekaligus belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu
secara santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan.
Pada prinsipnya, metode ini menghendaki siswa untuk melakukan
penyusunan atau pengurutan suatu struktur bahasa yang sebelumnya dengan
sengaja telah diacak susunannya. Sesuai dengan sifat jawabannya, scramble terdiri
atas beberapa bentuk, yaitu:
a. Scramble kata; yaitu sebuah permainan menyusun kata-kata dari huruf-huruf
yang telah diacak letak huruf-hurufnya sehingga membentuk suatu kata
tertentu yang bermakna.
Misalnya dari huruf-huruf : selhako -- sekolah rgamase -- seragam
b. Scramble kalimat; yaitu sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata
acak sehingga membentuk kalimat logis, bermakna, tepat, dan benar.
c. Scramble wacana; yaitu sebuah permainan menyusun wacana logis
berdasarkan kalimat-kalimat acak, sehingga membentuk wacana logis dan
bermakna.
Secara
umum
Harjasudjana
dan
Mulyati
membagi
rambu-rambu
pembelajaran membaca dengan teknik scramble ke dalam tiga kegiatan, yakni
persiapan, kegiatan inti, dan kegiatan tindak lanjut.
Kegiatan (1) Persiapan
Dalam persiapan ini, guru dapat melakukan hal berikut :
1. Menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang
terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat. Idealnya, guru
menyiapkan kartu-kartu kalimat tersebut sebanyak kelompok siswa yang ada.
109
jika hal ini tidak memungkinkan, guru dapat menyiapkan kartu-kartu kalimat
sebanyak satu set.
2. Selanjutnya setiap kelompok siswa diminta untuk membuat kartu-kartu
kalimat sejenis dalam kertas karton. Setiap kartu hanya mengandung satu
kalimat. Kartu-kartu kalimat diberi nomor urut yang susunan pengurutan
nomornya secara sengaja dikacaukan. Sebagai contoh, jika kartu pertama
berisi salinan kalimat pertama dari wacana semula, maka kartu tersebut
jangan diberi nomor urut (1). Berilah nomor lain yang tidak sama urutannya
dengan urutan nomor kalimat pada wacana aslinya.
3. Membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 orang
siswa dalam satu kelompok. Mengatur posisi tempat duduk, agar kelompok
yang satu dengan kelompok lainnya tidak saling mengganggu dan tidak saling
terganggu. Jika memungkinkan, kegiatan belajar ini dapat dilakukan di luar
kelas, misalnya di taman sekolah atau tempat-tempat terbuka lainnya. Hal ini
akan memberi dampak yang lebih baik, karena anak-anak akan merasa berada
dalam suasana bermain yang sesungguhnya.
4. Merencanakan langkah-langkah kegiatan serta menentukan jatah waktu yang
dibutuhkan untuk setiap fase kegiatan yang akan dilalui dalam kegaiatan inti
nanti.
Kegiatan (1) Kegiatan Inti
Terdapat sejumlah kegiatan yang harus dilalui anak dalam kegiatan inti ini.
Secara umum, dalam kegiatan inti Anda dapat melakukan langkah-langkah kerja
berikut:
1. Mengkondisikan setiap kelompok siswa dalam keadaan siap dengan perangkat
kartu kalimat yang telah dibagikan guru (atau yang direproduksi sendiri oleh
kelompok tersebut) untuk didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing.
2. Meminta setiap kelompok siswa mengurutkan kartu-kartu kalimat tersebut
menjadi sebuah susunan yang baik dan mudah ditangkap maksudnya. Setiap
kelompok siswa melakukan diskusi kecil dalam kelompoknya untuk mencari
susunan kartu-kartu kalimat yang dianggap baik dan logis oleh kelompok yang
110
bersangkutan. Alasan-alasan pemilihan susunan kartu-kartu kalimat juga harus
dibicarakan dalam kelompok kecil tersebut. Proses kerja kelompok kecil
disarankan sebagai berikut :
a. Setiap kelompok menunjuk pasangan-pasangan kerja yang terdiri atas dua
orang.
b. Setiap pasangan kerja mendiskusikan dan menetapkan hasil kerja mereka
untuk dibawa ke forum diskusi intern.
c. Setiap kelompok mendiskusikan hasil kerja setiap pasangan kerja dalam
kelompoknya dan memilih urutan wacana yang dianggapnya paling logis
berdasarkan kesepakatan kelompok.
d. Hasil keputusan kelompok, kemudian dibawa ke forum diskusi kelompok
besar (kelas) di bawah pimpinan guru.
3. Guru
memimpin
diskusi
kelompok
besar
untuk
menganalisis
dan
mendengarkan pertanggungjawaban setiap kelompok kecil atas hasil kerja
masing-masing kelompok yang telah disepakati dalam kelompok itu. Pada
kegiatan ini, setiap kelompok diminta untuk:
a. Membacakan teks hasil susunan versi kelompoknya. Jika teks tersebut
berbentuk/berisi dialog-dialog, mereka dapat membacakan teks tersebut
disertai dramatisasinya. Peragaan dramatisasi dimaksudkan untuk lebih
meyakinkan dan menguatkan kelogisan susunan teks yang telah mereka
pilih.
b. Menjelaskan argumen-argumen tentang mengapa mereka memilih susunan
seperti itu.
c. Membuka forum perbincangan bagi kelompok-kelompok lain, baik dalam
bentuk tanya jawab atau komentar dan tanggapan. Demikian seterusnya,
sehingga setiap kelompok berkesempatan untuk menampilkan, dan
mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompoknya.
4. Setelah seluruh kelompok tainpil, selanjutnya kegiatan diskusi dilanjutkan
dengan perbincangan tentang pendapat dan komentar perseorangan. Kegiatan
diskusi ini langsung dipimpin oleh guru. Secara individual, siswa dimintai
komentar dan tanggapannya tentang susunan mana yang berterima dan mana
111
yang tidak berterima berikut alasan-alasan dan bukti-bukti yang memperkuat
pendapatnya itu. Pada kegiatan ini, guru menggiring dan mengarahkan siswa
agar mereka melakukan uji-banding atas hasil kerja setiap kelompok kecil tadi
serta mengkaji kelogisan setiap alasan dan bukti yang dikemukakannya. Pada
akhirnya, diharapkan mereka dapat menentukan sikap/ pilihara sendiri atas
susunan wacana yang berterima/logis dan susunan wacana yang tidak
berterima atas dasar kerja nalarnya sendiri.
5. Setelah diskusi kelompok besar menghasilkan kesepakatan bersama tentang
susunan
wacana
yang
dianggapnya
paling
logis,
kemudian
guru
mempertunjukkan teks/wacana aslinya.
6. Satu-dua orang siswa diminta untuk membacakan teks asli tersebut secara
bergantian. Selanjutnya, melalui kegiatan diskusi kelompok besar, siswa akan
memperbandingkan, mengkaji, menilai, dan memutuskan susunan teks yang
mana yang paling baik clan logis.
7. Pada akhir kegiatan inti ini, satu-dua orang siswa diminta untuk menceritakan
kembali isi wacana tadi dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Demikian uraian mengenai salah satu model pembelajaran membaca buku
dengan teknik Scrambel, mudah-mudahan Anda dapat menerapkannya dengan
kreasi yang bagus saat mengajarkan membaca dengan teknik Scrambel kepada
siswa.
F. ISIAN RUMPANG
Para mahasiswa, Anda tentu telah mengetahui bahwa dalam pembelajaran
membaca, guru semestinya membina dan meningkatkan keterampilan baca siswa.
Guru dituntut untuk mampu memilihkan bahan bacaan yang sesuai dengan tujuan
dan tingkat perkembangan siswa yang mencakup kompetensi bahasa, minat, dan
tingkat kesukaran baca. Dalam praktiknya, tentu harus pandai menerapkan
berbagai metode pembelajaran membaca. Metode isian rumpang, selain dapat
dipergunakan sebagai alat untuk menguji keterbacaan, juga dapat dipergunakan
sebagai metode pengajaran membaca. Dalam fungsinya sebagai alat ajar
membaca, prosedur isian rumpang ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan
112
keterampilan membaca siswa.
Fungsi utama dari prosedur isian rumpang adalah sebagai alat ukur dan
sebagai alat ajar. Sebagai alat ukur tingkat keterbacaan wacana, bermanfaat untuk
menguji tingkat kesukaran dan kemudahan bahan bacaan, mengklasifikasikan
tingkat baca siswa (pembaca), dan mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan
peringkat siswa. Sebagai alat ajar, isian rumpang dipergunakan untuk melatih
kemampuan dan keterampilan membaca siswa dalam hal penggunaan isyarat
sintaksis, penggunaan isyarat semantik, pengunaan isyarat skematik, peningkatan
kosakata, dan peningkatan daya nalar dan sikap kritis siswa terhadap bahan
bacaan. Dengan manfaat tersebut, guru dalam waktu relatif singkat akan
mengetahui tingkat keterbacaan wacana, tingkat keterpahaman siswa, dan latar
belakang pengalaman, minat, dan bahasa siswa.
Proses kerja dari metode isian rumpang adalah berupa penyajian suatu
wacana yang secara sengaja dirumpangkan. Perumpangan itu dilakukan dengan
cara melesapkan kata-kata tertentu sesuai dengan kriteria untuk masing-masing
fungsi. Pelesapan untuk wacana rumpang dalam fungsinya sebagai alat ukur
hendaknya memperhatikan kesistematisan jarak lesap. Jarak lesapan yang
dimaksud berkisar antara kata ke-5 hingga kata ke-7. Untuk kepentingan ajar,
lesapan yang dibuat tidak perlu demikian, namun dapat dilakukan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan guru mengenai tingkat kebutuhan yang perlu
dilatihkan kepada siswa, misalnya kata kerja, kata benda, kata penghubung, atau
kata-kata tertentu yang dianggap penting. Tugas pembaca adalah mengisi bagianbagian yang dilesapkan itu dengan kata yang dianggap tepat dan sesuai dengan
tuntutan maksud wacana.
Harjasujana dan Mulyati (1997) menjabarkan kriteria pembuatan wacana
rumpang sebagai berikut:
KARAKTERISTIK
SEBAGAI ALAT UKUR
SEBAGAI ALAT AJAR
Panjang Wacana
Antara
250-350
perkataan dari wacana
terpilih
Setiap kata ke-n hingga
berjumlah lebih kurang
Wacana yang terdiri dari
atas
maksimal
150
perkataan
Delisi secara selektif
bergantung
pada
Delisi (Lesapan)
113
50 buah
kebutuhan siswa dan
pertimbangan guru
Jawaban berupa kata, Jawaban boleh berupa
Evaluasi
persis sesuai dengan sinonim atau kata yang
kunci/teks aslinya
secara struktur dan
makna
dapat
menggantikan
kedudukan kata yang
dihilangkan
Lakukan diskusi untuk
Tindak Lanjut
membahas
jawabanjawaban siswa
Taylor (1953) dan Cheek (1983:132) menganjurkan kepada siapa pun yang
akan menyusun instrumen teknik uji rumpang, agar mengikuti langkah-langkah
berikut ini:
1. Memilih wacana yang tingkat keterbacaannya selaras dengan daya baca siswa
yang akan diuji, dengan panjang wacana kurang lebih 250 s.d. 300 kata;
2. Melesapkan setiap kata ke-n (jika mengikuti pola yang sistematis) atau kata
tertentu sesuai target ujian;
3. Mengganti kata yang dilesapkan itu dengan garis mendatar sepanjang kata
yang dilesapkan. Harap diingat! Pelesapan kata harus dimulai pada kalimat
kedua karena kalimat pertama perlu dibiarkan utuh guna mengikat makna.
Seandainya kita sudah menyelesaikan ketiga langkah
pokok di atas, pekerjaan selanjutnya adalah melengkapi
instrumen
tersebut
sehingga
layak
dipakai
untuk
mengumpulkan data. Kelengkapan dimaksud adalah :
1. memberi nomor secara berurutan pada setiap garis yang
berfungsi sebagai pengganti kata yang dilesapkan itu;
2. menyediakan ruang untuk identitas testi;
3. membaca ulang instrumen yang sudah disusun dan merevisinya (jika ternyata
Anda menemukan adanya kesalahan dalam pengetikan);
4. menetapkan alokasi waktu dan menuangkannya dalam lembar instrumen teknik
uji rumpang atau dapat pula hanya diinformasikan pada siswa di saat
pelaksanaan;
114
5. membuat petunjuk pengerjaan instrumen yang diharapkan dapat membimbing
testi selama proses pengisian wacana rumpang itu;
6. membuat kunci jawaban, boleh berupa “kata lepas” atau wacana utuh dari
teknik uji rumpang.
Untuk menghasilkan instrumen teknik uji rumpang yang baik maka setiap
calon pengguna instrumen ini dituntut agar secara bersungguh-sungguh mengikuti
prosedur kerja yang dijelaskan sebelumnya. Walaupun proses kerjanya
kelihatannya sederhana, namun tetap memerlukan keseriusan dalam memilih
bahan dan menuntut ketelitian dalam melesapkannya sesuai pilihan teknik kita.
CONTOH
Wacana 1
Motinggo Busye
Motinggo Busye lahir di Kupangkota, Lampung, 21 November 1937.
Pendidikan akhir Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tetapi ...(1)… tamat
karena lebih aktif ....(2)… diri dengan para sastrawan ...(3)… Yogyakarta. Naskah
dramanya Malam Jahannam ...(4)… ia tulis saat menginjak ...(5)… 21 tahun
dinobatkan oleh Dewan Kesenian jakarta …(5)… naskah terbaik dalam
Sayembara Drama Indonesia. ...(7)…juga dikenal sebagai penulis ...(8)…, novel,
dan sutradara panggung. ...(9)… ini juga terjun sebagai ...(10)… film. Sebagai
penyair, karya-karyanya masuk dalam antologi penyair dunia (1998) dan
sebelumnya masuk dalam antologi penyair Asia (1986).
Wacana 2
Pada tahap pertama, benda-benda pencemar ... (1)... kasar dipisahkan ...
(2)....arus air limbah ...(3)... dimaksudkan. Air ...(4)... tercemar mengalir melalui
penyaring, ...(5)... masuk ke dalam ruang besar ...(6)... lazim disebut bak
penampung. Benda-benda pencemar ...(7)... masih kasar ...(8)... terbawa
mengendap dalam bak penampung. Air ....(9)... tersebar itu kemudian mengalir
115
terus ke dalam tangki khusus, ...(10)... lumpur ...(11)... bercampur minyak
mengendap dalam tangki itu ...(12)... dicerna oleh alat ...(13)... terdapat pada
tangki pencerna. Para mahasiswa, apakah Anda telah memperhatikan jika
pembuatan wacana rumpang pada wacana 1 dan wacana 2 berbeda? Pelesapan
kata pada wacana 1 dilakukan pada setiap kata ke lima dengan tingkat keteraturan
yang konsisten. Selain itu, kalimat pertama dibiarkan utuh. Kata-kata yang
dilesapkan pada wacana 2 adalah kata-kata penghubung dengan jarak lesapan
yang tidak teratur. Silakan Anda bandingkan dengan teks aslinya.
116
Wacana 1
Motinggo Busye lahir di Kupangkota, Lampung, 21 November 1937.
Pendidikan akhir Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tetapi tidak tamat
karena lebih aktif melibatkan diri dengan para sastrawan di Yogyakarta. Naskah
dramanya Malam Jahannam yang ia tulis saat menginjak usia 21 tahun
dinobatkan oleh Dewan Kesenian jakarta sebagai naskah terbaik dalam
Sayembara Drama Indonesia. Motinggo juga dikenal sebagai penulis cerpen,
novel, dan sutradara panggung. Belakangan ini, ia terjun sebagai sutradara film.
Sebagai penyair, karya-karyanya masuk dalam antologi penyair dunia (1998) dan
sebelumnya masuk dalam antologi penyair Asia (1986).
Wacana 2
Pada tahap pertama, benda-benda pencemar yang kasar dipisahkan dari arus air
limbah yang dimaksudkan. Air yang tercemar mengalir melalui penyaring,
kemudian masuk ke dalam ruang besar atau lazim disebut bak penampung.
Benda-benda pencemar yang masih kasar yang terbawa mengendap dalam bak
penampung. Air yang tersebar itu kemudian mengalir terus ke dalam tangki
khusus, dan lumpur yang bercampur minyak mengendap dalam tangki itu dan
dicerna oleh alat yang terdapat pada tangki pencerna. Jawaban siswa untuk
mengisi metode uji rumpang dalam fungsinya sebagai alat ukur, hendaknya tepat
dengan kata yang persis sama dengan teks aslinya. Sedangkan dalam
pembelajaran membaca, tidak harus persis teks aslinya. Kata-kata bersinonim atau
kata-kata yang dapat menggantikan kedudukan kata asli, baik dilihat dari sudut
makna atau struktur kalimatnya, dapat juga diterima sebagai jawaban yang benar.
Hal ini dimaksudkan karena tujuan pembelajaran membaca untuk melatih
keterampilan membaca siswa.
LATIHAN
Untuk memantapkan pemahaman Anda pada bahasan kerjakan latihan
berikut ini!
Petunjuk Jawaban Latihan
1. Anda baca kembali uraian tentang metode pembelajaran membaca.
2. Anda baca kembali tentang metode pembelajaran SQ3R, Membaca
Cepat, Scramble, dan Metode Isian Rumpang.
117
Rambu-rambu jawaban latihan
1. SQ3R atau metode telaah tugas merupakan salah satu metode
pengajaran membaca yang digunakan dalam kelas-kelas tingkat lanjut.
S adalah singkatan dari Survey, Q adalah singkatan dari question, Rl
adalah read, R2 adalah recite dan R3 adalah review. Atau dalam
bahasa Indonesia, SQ3R adalah singkatan dari survei, tanya, baca,
katakan, dan ulang.
2. Membaca Cepat adalah membaca segala sesuatu secara cepat
dengan teliti dengan maksud untuk menemukan informasi khusus,
informasi tertentu yang dia inginkan dari bahan bacaan.
3. Scramble
merupakan
metode
pembelajaran
membaca
yang
menghendaki siswa untuk melakukan penyusunan atau pengurutan
suatu struktur bahasa yang sebelumnya dengan sengaja telah diacak
susunannya dengan cara belajar sambil bermain. Mereka dapat
berrekreasi sekaligus belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara
santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan.
4. Isian Rumpang adalah metode pembelajaran membaca berupa
penyajian
suatu
wacana
yang
secara
sengaja
dirumpangkan.
Perumpangan itu dilakukan dengan cara melesapkan kata-kata
tertentu sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria tersebut
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan guru mengenai tingkat
kebutuhan yang perlu dilatihkan kepada siswa.
118
RANGKUMAN
Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukan
hanya kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata, tetapi
berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambanglambang
yang
bermakna
baginya.
Banyak
metode
yang
dapat
merangsang siswa dalam kegiatan membaca khususnya berkaitan
dengan pembelajaran membaca. Metode-metode yang dapat digunakan
dalam pembelajaran membaca, antara lain:
1. SQ3R
2. Membaca Cepat
3. Scramble
4. Isian Rumpang
Banyak manfaat yang dapat diambil dari mempelajari metodemetode membaca tersebut. Melalui metode SQ3R, siswa akan dapat
menentukan apakah materi yang dihadapinya itu sesuai dengan
keperluannya atau tidak, memberi kesempatan kepada mereka untuk
membaca dengan pengaturan kecepatan membaca yang fleksibel,
membekali mereka dengan suatu metode studi (belajar) yang sistematis.
Melalui metode membaca cepat, siswa dapat meninjau kembali secara
cepat materi yang pernah dibacanya dan bisa memperoleh pengetahuan
yang luas tentang apa yang dibacanya. Melalui metode Scrambel, siswa
dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat, atau wacana yang acak
susunannya dengan susunan baru yang bermakna dan mungkin lebih baik
dari susunan aslinya. Metode pembelajaran ini akan memungkinkan siswa
untuk belajar sambil bermain. Mereka dapat berrekreasi sekaligus belajar
dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya
stres atau tertekan.
Metode
isian
rumpang
sangat
bermanfaat
untuk
melatih
kemampuan dan keterampilan membaca siswa dalam hal penggunaan
isyarat sintaksis, penggunaan isyarat semantik, pengunaan isyarat
skematik, peningkatan kosakata, dan peningkatan daya nalar dan sikap
119
kritis siswa terhadap bahan bacaan.
120
Tes Formatif
Kerjakanlah tes formatif nomor 1-10 dengan memilih salah satu
alternatif jawaban yang paling tepat!
1. Jika kita meneliti suatu bacaan dengan cara meninjau, meneliti,
menjajaki, yakni membaca bagian-bagian permulaan buku, seperti
halaman judul, kata pengantar, daftar isi, judul bab/subbab, indeks,
glosari, maka kita melakukan kegiatan …
a. Survey
b. Read
c. Recite
d. Review
2. Berikut ini cara membuat ikhtisar yang dapat dilakukan dalam langkah
recite. kecuali ….
a. Ikhtisar dibuat dengan menggunakan kata-kata sendiri.
b. Ikhtisar dibuat secara singkat, padat dan jelas, yang mencakup
butir-butir penting isi bacaan.
c. Kegiatan ini dilakukan tidak berbarengan dengan kegiatan lain,
misalnya
mencatat sambil membaca
atau
mencatat
sambil
membuka-buka kembali halaman bacaan.
d. Kegiatan membaca yang sesungguhnya.
3. Metode pembelajaran membaca yang sering digunakan dalam kelaskelas tingkat lanjut adalah ….
a. Isian rumpang
b. Membaca cepat
c. SQ3R
d. Sramble
4. Yang bukan merupakan manfaat dari mempelajari metode SQ3R
adalah ….
a. Siswa dapat menentukan apakah materi yang dihadapinya itu sesuai
dengan keperluannya atau tidak.
121
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca dengan
pengaturan kecepatan membaca yang fleksibel.
c. Membekali siswa dengan suatu metode studi (belajar) yang
sistematis.
d. Menambah masukan pikiran pembaca dalam mengelola tulisan.
5. Metode pembelajaran membaca dengan prinsip belajar sambil bermain
merupakan metode ….
a. Isian rumpang
b. Srambel
c. Membaca cepat
d. SQ3R
6. Dalam sebuah pembelajaran seorang guru menggunakan permainan
menyusun huruf-huruf yang diacak menjadi sebuah kata yang
bermakna, maka guru tersebut menggunakan metode ….
a. Srambel kata
b. Scrambel kalimat
c. Srambel paragraf
d. Scrambel wacana
7. Bagian-bagian di bawah ini dapat dilompati ketika membaca cepat,
kecuali ….
a. bagian yang tidak informatif
b. bagian yang dianggap tidak perlu mendapat respon
c. bagian yang sudah diketahui
d. bagian yang merupakan kata kunci
8. Seorang pembaca tingkat mahir memiliki kriteria ….
a. mampu menemukan informasi khusus
b. mampu mendapatkan apa yang dicarinya
c. mampu memberikan respon terhadap pernyataan penulis dengan
sebaik-baiknya dan dapat mencapai hasil yang optimal
d. mampu memberikan manfaat yang berguna dalam menemukan
informasi
122
9. Langkah yang tepat dilakukan seorang guru dalam meningkatkan
kemampuan membaca siswa adalah …
a. Guru harus memberi latihan yang cukup efisien
b. Guru memberikan materi membaca
c. Guru mendorong siswa untuk terus melakukan kegiatan membaca
d. Guru menyuruh siswa membeli buku bacaan
10. Berikut adalah manfaat dari metode isian rumpang, kecuali ….
a. guru dapat mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan peringkat
siswa
b. dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan tugas rumah
c. dapat melatih kemampuan dan keterampilan membaca siswa dalam
hal peningkatan daya nalar dan sikap kritis terhadap bahan bacaan
d. guru dapat mengetahui tingkat keterpahaman siswa, latar belakang
pengalaman, minat, dan bahasa siswa.
123
Kunci Jawaban Tes Formatif
Jawaban tes formatif 1
1. A (cukup jelas)
2. D Cara melakukan ikhtisar dengan cara recite yang salah yaitu
kegiatan membaca yang sesungguhnya.
3. C Membaca tingkat lanjut menggunakan metode SQ3R.
4. D Manfaat dari mempelajari metode SQ3R, yaitu
a. siswa dapat menentukan apakah materi yang dihadapinya itu
sesuai dengan keperluannya atau tidak.
b. memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca dengan
pengaturan kecepatan membaca yang fleksibel.
c. membekali siswa dengan suatu metode studi (belajar) yang
sistematis.
5. B (cukup jelas)
6. A Seorang guru untuk menarik siswa agar mekukan kegiatan
membaca menggunakan metode scrambel kata (bermain sambil
membaca).
7. D Bagian yang tidak perlu dilompati ketika membaca cepat yaitu
bagian yang merupakan kata kunci.
8. C (cukup jelas)
9. A Pemberian latihan-latihan yang efisien dan optimal dalam kegiatan
membaca sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan
membaca.
10. B memudahkan siswa dalam menyelesaikan tugas rumah merupakan
salah satu manfaat metode SQ3R
124
TUGAS
RAGAM MEDIA PEMBELAJARAN
NAMA
: Oktarina Puspita Wardani (43)
ASAL PTS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
125
Download