KUMPULAN TUGAS PELATIHAN APPLIED APPROACH (AA) HALAMAN JUDUL Diselenggarakan Oleh UNISSULA KERJASAMA DENGAN LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA TENGAH TANGGAL 18 – 21 NOVEMBER 2019 OLEH: LELI NISFI SETIANA, M.Pd NIDN 0616098702 UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA TENGAH 2019 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR LOKAKARYA APPLIED APPROACH Nama Peserta : Leli Nisfi Setiana, M.Pd NIDN : 0616098702 Asal PTS : Universitas Islam Sultan Agung Semarang Tugas akhir Lokakarya Applied Approach (AA) ini telah dinilai oleh Tim Fasilitator dan memenuhi syarat kelulusan Lokakarya AA yang diselenggarakan oleh Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah bekerjasama dengan Unissula Semarang pada tanggal 18 – 21 November 2019. Semarang, Januari 2019 a.n. Kepala LL Dikti Wilayah VI Jateng Ketua Tim Fasilitator Lokakarya AA LL Dikti Wilayah VI Jawa Tengah Prof. Dr. Sunandar, M.Pd. NIP. 196208151987031002 ii KATA PENGANTAR Keanugrahan insprirasi dari Tuhan Yang Maha Esa menjadikan kekuatan kepada penulis untuk dapaat segera menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, tiada kata yang terindah selain ucapan syukur karena penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat pada waktunya. Penyusunan laporan akhir merupakan penutup sekaligus melengkapi kegiatan. Dalam laporan ini terdapat kumpulan tugas-tugas antara lain: Usulan Penelitian Tindakan Kelas, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, Kontrak Perkuliahan, Media Pembelajaran Online, Penulisan Bahan Ajar (1 BAB), Rancangan Penilaian Alternatif, Evaluasi Proses Pembelajaran, Rekonstruksi Mata Kuliah, Rekonstruksi dan Pengembangan Kurikulum. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga, instansi FKIP dan Unissula, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VI Jawa Tengah yang telah memberikan kesempatan dan kerjasamanya sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Tak lupa juga saran dan kritik sangat penulis harapkan dari pembaca yang budiman untuk kesempurnaan laporan ini. Semarang, 1 Desember 2019 Leli Nisfi Setiana, S.Pd., M.Pd iii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR LOKAKARYA APPLIED APPROACH ........................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv TUGAS PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS .................................. 1 TUGAS KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN ........................... 1 TUGAS KONTRAK PERKULIAHAN ................................................................. 1 TUGAS BAHAN AJAR ......................................................................................... 1 TUGAS EVALUASI PROSES PEMBELAJARAN ............................................. 1 TUGAS REKONSTRUKSI MATA KULIAH ...................................................... 1 TUGAS RAGAM MEDIA PEMBELAJARAN ..................................................... 1 iv TUGAS PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS NAMA : Leli Nisfi Setiana (47) ASAL PTS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA TENGAH 2019 1 A. JUDUL Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Model Partisipatori Berbantu Media Sosial pada Mahasiswa PBSI Semester V Tahun Ajaran 2019/2020. B. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu keterampilan dalam berbahasa adalah keterampilan Berbicara. Sebagai suatu keterampilan, sudah sepatutnya dimiliki oleh seseorang atau bahkan dibudayakan. Sesuai dengan perintah Allah Swt. yang tertulis dalam kitab suci Al-Quran, bahwa manusia diperintahkan untuk membaca. “….dan berbicaralah kepada orang-orang dengan baik..” (QS AlBaqarah: 83). Melalui ayat tersebut Allah Swt secara jelas memerintahkan manusia untuk ucapan jujur, lembut dan yang mengandung ajakan untuk melakukan kebaikan dan menghindari keburukan Seperti halnya pepatah yang menunjukkan pentingnya berbicara, yakni “Ucapan lebih tajam daripada pedang.” Pernyataan seorang sahabat Rasul tersebut menunjukkan berbicara merupakan kegiatan penting dan memiliki dampak dari apa yang disampaikan. Dengan demikian, berbicara harus memiliki tujuan tertentu, sehingga apa yang disampaikan berdampak positif bagi pembicara maupun pendengar. Untuk itu, perlu ada pembinaan khusus untuk mengembangkan keterampilan berbicara seseorang. Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan suatu bunyi artikulasi (kata-kata) untuk menyampaikan, mengekspresikan atau menyatakan suatu gagasan, pikiran juga perasaan. Laporan penelitian Rankln (dalam Burhan, 1981:82 dan Fisher dan Terry, 1977:126) masih cukup relevan dijadikan acuan. Ia menujukkan bahwa kegiatan berbicara menduduki posisi kedua. dalam berbahasa setiap harinya, orang menghabiskan waktu rata-rata 45% untuk menyimak, 30% berbicara, 16 % membaca, dan 9% menulis. Keterampilan berbicara seseorang dapat dibina melalui lembaga pendidikan formal dan melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia. jika kita 2 mencermati kurikulum mengembangkan Bahasa keterampilan Indonesia berbicara saat ini, seseorang. peluang Jika untuk mencermati kurikulum Bahasa Indonesia saat ini, peluang untuk mengembangkan keterampilan tersebut sangat besar. Kurikulum Bahasa mencantumkan hakikat pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi (Puskur,2003). Keterampilan berbicara di kampus tersebut dibudayakan dengan cara mengadakan literasi sebelum pembelajaran dimulai. Hal ini berdampak terhadap sikap dan kebiasaan mahasiswa dalam berbicara. Tetapi untuk materi berpidato, keterampilan berbicara perlu ditingkatkan. Karena sebagian besar mahasiswa tidak antusias terhadap materi teks berpidato yang kemudian berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar mahasiswa. Oleh sebab itu, perlu adanya inovasi baru mengenai strategi, model, metode, teknik, atau media yang dapat digunakan dalam pembelajaran berpidato. Contoh media pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran berpidato adalah model partisipatori. Model tersebut merupakan salah satu model berpidato sekaligus model pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki ingatan dan pemahaman terhadap kegiatan berbicara. Partisipatori menitikberatkan peran siswa sebagai subjek aktif dalam pembelajaran. Tugas guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator dan mediator. Siswa diberikan kesempatan secara luas untuk mengonstruksi pengetahuan secara mandiri sesuai dengan pengetahuan awal yang dimiliki. Dalam hal ini, penelitian menggunakan model partisipatori yang memanfaatkan media jejaring sosial facebook dan you tube. C. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagaimana peningkatan hasil belajar Mahasiswa PBSI pada materi Keterampilan Berbicara Menggunakan Model Partisipatori Berbantu Media Sosial Semester I Tahun Ajaran 2019/2020? 3 b. Bagaimana peningkatan motivasi belajar Mahasiswa PBSI pada materi Keterampilan Berbicara Menggunakan Model Partisipatori Berbantu Media Sosial Semester I Tahun Akademik 2019/2020? c. Bagaimana peningkatan sikap belajar siswa Mahasiswa PBSI pada materi Keterampilan Berbicara Menggunakan Model Partisipatori Berbantu Media Sosial Semester I Tahun Ajaran 2019/2020? D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penggunaan model pembelajaran yang tepat, khususnya pembelajaran berpidato. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran nyata bagi Dosen, agar mampu mengoptimalkan dan memaksimalkan model pembelajaran dengan baik. Penelitian ini dapat menjadi referensi penggunaan model pembelajaran dalam materi berpidato, serta meningkatkan kreativitas dosen dalam merancang model pembelajaran yang tidak hanya menarik, tetapi juga tepat sasaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Bagi Mahasiswa: penelitian ini memberikan pengalaman belajar teks eksplanasi kompleks yang menyenangkan dengan model pembelajaran yang sesuai dengan materi, sehingga dapat meningkatkan minat berbicara mahasiswa dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar. Bagi peneliti lain: penelitian ini dapat menjadi referensi pada penelitian-penelitian berikutnya, memberikan pengetahuan, serta memperluas wawasan sehingga dapat mengembangkan model pembelajaran yang tepat bagi Mahasiswa. E. KAJIAN TEORI 1. Berbicara Kegiatan berbicara merupakan salah satu aspek kegiatan berbahasa, di samping kegiatan menyimak, membaca, dan menulis. Kegiatan berbicara pada prinsipnya sangat sederhana tetapi yang sulit justru pada masalah keterampilan 4 sebab menyangkut keruntutan ucapan dan kejelasan artikulasinya. Maksudnya, seseorang dikatakan terampil berbicara jika ia mampu mengatur ucapannya (runtut) dan artikulasinya (jelas). Jadi, bukan pada masalah kelancarannya. a. Pengertian Berbicara Pengertian berbicara dapat dibedakan atas dua macam, yaitu pengertian berbicara secara sempit dan secara luas. Pengertian berbicara secara sempit adalah kegiatan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Selanjutnya, pengertian berbicara secara luas adalah kegiatan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk menyampaikan pesan, mengekspresikan perasaan, dan menyatakan pikiran. Berdasarkan pengertian berbicara tersebut dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan kegiatan lisan yang melibatkan sebagian organ fisik, seperti gerakan bibir, tangan, mata, dan yang lainnya. Keterlibatan organ fisik dapat mengurangi ketegangan pada saat berbicara di hadapan orang banyak. Juga, merupakan gaya (style) bagi pembicara sehingga tidak menjemukan bagi para pendengar yang melihatnya (audience). Gerakan anggota badan (organ fisik) itu pada dasarnya merupakan gerak refleks (tidak disengaja). Gerak refleks bagi pembicara sangat bermanfaat dan terkesan tidak kaku. Namun, jika gerakan itu terlalu berlebihan (over acting) maka dapat mengganggu mitratutur atau audience. Kegiatan berbicara pada prinsipnya bersifat individual. Maksudnya, kegiatan berbicara berlangsung secara individu (perseorangan). Oleh karena itu, kegiatan berbicara tidak dapat dilangsungkan oleh banyak orang pada waktu yang bersamaan. Jadi, kegiatannya harus dilaksanakan secara bergiliran (satu-persatu). Hal seperti itu berbeda dengan kegiatan menyimak, membaca maupun menulis yang dapat dilangsungkan oleh banyak orang pada waktu yang bersamaan. Di samping bersifat individual, kegiatan berbicara bagi setiap orang bersifat nonhayati. Artinya, seseorang itu dapat berbicara tidak dengan sendirinya dan penguasaannya tidak secara alamiah. Dengan demikian, kegiatan berbicara memerlukan latihan dan seseorang yang tidak pernah dilatih dipastikan tidak dapat berbicara. Adapun, yang melatih kegiatan 5 berbicara adalah lingkungan. Yang disebut lingkungan dalam konteks ini adalah ibu, bapak, kakak, saudara-saudara, teman-temannya, atau para tetangga. Misalnya, jika seorang anak sejak dilahirkan sampai usia remaja tidak pernah berhubungan dengan orang lain maka dipastikan ia tidak dapat berbicara. Oleh karena itu, sangat mustahil seseorang dapat berbicara jika tidak pernah mendengar bahasa manusia. Contoh lain yang ekstrim, jika seorang anak sejak dilahirkan sudah tunarungu (tuli) maka ia pun akan tunawicara (bisu). Jadi, ada tiga syarat seorang anak (manusia) agar dapat berbicara, yaitu (1) sehat alat pendengarannya (tidak tunarungu) sejak lahir, (2) sehat alat ucapnya (tidak cacat), dan (3) hidup dengan orang lain (bermasyarakat). Ketiga syarat berbicara tersebut mutlak harus ada, jika salah satu syarat tidak dipenuhi maka dimungkinkan tidak dapat berbicara. Misalnya, seseorang sejak lahir tidak sehat alat pendengarannya (tunarungu), padahal ia sehat alat ucapnya dan hidup bermasyarakat maka anak itu tidak akan dapat berbicara. Juga, misalnya ia tidak tunarungu dan tidak cacat alat ucapnya tetapi tidak pernah berhubungan dengan orang lain sejak dilahirkan maka dapat dipastikan anak itu tidak dapat berbicara atau tidak berbahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa berbicara identik dengan berbahasa. Oleh karena itu, manusia adalah makhluk yang berbicara. Artinya, manusia adalah makhluk yang berbahasa. Manusia memang memiliki perangkat alat ucap yang memungkinkan untuk dapat berbicara dan akal yang mampu mengembangkan bahasa. Juga, otak manusia memuat lebih banyak neuron sehingga memiliki kemampuan ingatan yang lebih tajam. Itulah yang membedakan antara manusia dengan binatang sehingga binatang tidak dapat berbicara seperti halnya manusia. Maka, dapat diungkapkan paradigma bahwa “manusia berbicara dan binatang bersuara”. Kegiatan berbicara bagi manusia sudah ada sejak manusia pertama (Adam) diciptakan. Sejak dahulu sampai sekarang berbicara bagi manusia adalah sama, yaitu adanya sistem tanda yang dapat didengar (audible) dan melibatkan organ fisik yang dapat dilihat (visible). Jadi, pada dasarnya 6 berbicara merupakan sebuah sistem, yakni cara yang teratur untuk melakukan sesuatu. Adapun, yang dimaksudkan keteraturan di dalam berbicara adalah bahasanya, yaitu adanya keteraturan bidang makna (sistem semantik), bidang bunyi (sistem fonologi), bidang kata (sistem morfologi), dan bidang kalimat (sistem sintaksis). Maka, segala bentuk suara seperti bersin, batuk, mendesis, mendesah, mendengkur, dan mendehem bukan merupakan kegiatan berbicara sebab suara yang dimunculkannya itu tidak bersistem. b. Aspek Pendukung Keterampilan Berbicara Seseorang yang memiliki dan memenuhi tiga macam syarat berbicara dipastikan dapat berbicara tetapi belum tentu terampil berbicara. Keterampilan membutuhkan latihan yang intensif sebab keterampilan sudah mengarah kepada bidang keahlian. Keterampilan berbicara tidak hanya sekedar dapat mengucapkan kata-kata dan kalimat tetapi lebih menekankan kepada pengolahan bahasa secara teratur. Atas dasar itu, keterampilan berbicara didefinisikan sebagai “suatu aktivitas berbicara yang menekankan kepada pengolahan bahasa secara teratur dan pengucapan bunyi-bunyi artikulasi secara jelas”. Agar dapat tercapai tujuan dan maksud berbicara maka seseorang yang ingin terampil berbicara perlu memiliki empat aspek pendukung, yaitu (1) keterampilan sosial (social skills) adalah keterampilan untuk berperanan secara aktif dan efektif di dalam kehidupan bermasyarakat, (2) keterampilan semantik (semantic skills) adalah keterampilan untuk menggunakan kata-kata secara tepat, (3) keterampilan fonetik (phonetic skills) adalah keterampilan untuk membentuk unsur-unsur bunyi bahasa secara akurat, dan (4) keterampilan vokal (vocal skills) adalah keterampilan untuk menciptakan efek emosional dengan suaranya kepada pendengar atau mitratutur. c. Tujuan Umum Kegiatan Berbicara Berbicara sebagai kegiatan berkomunikasi lisan aktif mempunyai tujuan umum. Pertama, untuk menginformasikan (to inform). Pembicara bertugas menginformasikan isi pembicaraan kepada pendengar atau mitratutur. Tujuannya agar pendengar atau mitratutur memahami isi 7 pembicaraan. Misalnya, seorang guru menyampaikan materi pelajaran kepada para siswanya atau orang yang berpidato di hadapan orang banyak. Kedua, untuk menghibur (to entertain). Pembicara dapat menghibur pendengar atau mitratutur melalui ucapan-ucapannya. Misalnya, guru yang selalu menyampaikan ide-ide segar, menarik, dan mempesona pada saat mengajar. Artinya, pada saat mengajar guru jangan terlalu tegang yang menyebabkan siswa ikut tegang. Maka, para siswa akan merasa senang dan terhibur. Ketiga, untuk mempengaruhi (to persuade), yaitu pembicara dapat mempengaruhi atau meyakinkan pendengar atau mitratutur dengan argumentasi yang tepat. Seorang guru selalu mempunyai argumentasi setiap menyampaikan materi pelajarannya sehingga para siswa merasa yakin atas ucapan gurunya. Misalnya, saat menerangkan bahwa bahasa Melayu dipilih menjadi dasar bahasa nasional bukan bahasa Jawa. Maka, guru harus dapat menerangkan dengan argumentasi yang meyakinkan. 2. Partisipatori a. Pengertian Metode Partisipatori Metode Partisipatori merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa merupakan bentuk keberhasilan dari proses pembelajaran. Peserta didik ditempatkan sebagai subjek belajar. Dalam metode ini, guru berperan sebagai pemandu atau fasilitator. Metode Partisipatori diterapkan ketika guru mengharapkan peran siswa secara penuh. Adapun ciri-ciri yang menonjol dari metode ini adalah : 1. Belajar dari realitas atau pengalaman. 2. Tidak menggurui. 3. Dialogis (bersifat komunikatif baik secara lisan maupun tulisan). b. Prinsip Dasar Metode Partisipatori Berkaitan dengan penyikapan / sikap guru terhadap siswa, partisipatori beranggapan bahwa : 1. Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing. Siswa mempunyai kelebihan dan kelemahan yang berbeda dengan individu lain. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan 8 tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang. 2. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak. 3. Dunia anak adalah dunia bermain. 4. Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia. c. Syarat Metode RP (Riset Partisipatoris) Adapun untuk pelaksanaan dalam model penelitian partisipatoris ini, memiliki beberapa prasyarat. Antara lain adalah sebagai berikut; 1. Penelitian haruslah dilakukan dengan identifikasi pertanyaan-pertanyaan yang gayut/relevan 2. Terdapatnya perencanaan rancangan penelitian yang jelas 3. Terdapatnya pemilihan ukuran-ukuran dan metode pengumpulan data yang tepat 4. Adanya proses dalam teknik pengumpulan data dan analisis dalam penelitian 5. Terdapatnya pencapaian konsensus mengenai temuan, kesimpulan dan saran 6. Haruslah dilakukan dengan penyebar-luasan hasil dan penyiapan rencana tindakan untuk memperbaiki keadaan 3. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial Pengertian Media Sosial adalah media online (daring) yang dimanfaatkan sebagai sarana pergaulan sosial secara online di internet. Di media sosial, para penggunanya dapat saling berkomunikasi, berinteraksi, berbagi, networking, dan berbagai kegiatan lainnya. Media sosial mengunakan teknologi berbasis website atau aplikasi yang dapat mengubah suatu komunikasi ke dalam bentuk dialog interaktif. Beberapa contoh 9 media sosial yang banyak digunakan adalah YouTube, Facebook, Blog, Twitter, dan lain-lain. Menurut Philip dan Kevin Keller pengertian media sosial adalah sarana bagi konsumen untuk berbagai informasi teks, gambar, video, dan audio dengan satu sama lain dan dengan perusahaan dan sebaliknya. Menurut Marjorie Clayman pengertian media sosial adalah alat pemasaran baru yang memungkinkan untuk mengetahui pelanggan dan calon pelanggan dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin. Menurut Chris Brogan pengertian media sosial adalah seperangkat alat komunikasi dan kolaborasi baru yang memungkinkan terjadinya berbagai jenis interaksi yang sebelumnya tidak tersedia bagi orang awam. Menurut M. Terry definisi media sosial adalah suatu media komunikasi dimana pengguna dapat mengisi kontennya secara bersama dan menggunakan teknologi penyiaran berbasis internet yang berbeda dari media cetak dan media siaran tradisional. Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media sosial seperangkat alat berbasis internet yang mampu mengkolaborasikan jenis interaksi oleh orang awam secara lebih sederhana dan dimanapun berada tanpa batas. b. Media Sosial dalam Pembelajaran Beberapa media sosial yang dapat berperan dalam dunia pendidikan yang mampu memicu kualitas mahasiswa, diantaranya adalah Facebook, Twitter, Blog, dan Youtube. Kualitas pelajar bisa menjadi lebih baik saat memanfaatkan media sosial semaksimal mungkin, dengan cara meminimalisir dampak negatifnya. Melalui sebuah grup WA atau blog-blog yang lain, para pelajar dapat dengan mudah dan bebas berdiskusi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga berdiskusi disini lebih menarik dan efisien. Akhirnya mahasiswa dapat melakukan proses pembelajaran yang mandiri tanpa harus didampingi oleh seorang dosen. Akan tetapi lebih bagus lagi bila dosen ikut berpartisipasi dalam mengelola grup tersebut. Sehingga pembelajaran apapun dengan menggunakan beberapa metode dapat tersampaikaan dengan mudah. Dalam penelitian ini metode partisipatori berbantu media sosial menjadi alternatif baru dalam pembelajaran berbicara, 10 khususnya dalam mempublikasikan hasil praktik berbicara mahasiswa di depan khalayak umum. F. HIPOTESIS TINDAKAN Hipotesis dalam penelitian ini adalah jika permasalahan yang ada dalam pembelajaran berbicara telah di atasi dengan tepat, keterampilan mahasiswa dalam berbicara mengalami peningkatan dan perilaku mahasiswa berubah ke arah yang lebih positif. Peningkatan keterampilan membaca diharapkan mencapai nilai KKM 85. G. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Paizaluddin dan Ermalinda (2016:6) penelitian tindakan kelas diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Kemmis (dalam Huda, 2015:5) juga menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan salah satu bentuk penyelidikan refleksi diri yang dilaksanakan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dalam (a) praktik-praktik sosial dan pendidikan mereka sendiri, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi yang melengkapi pelaksanaan praktik-praktik tersebut. a. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Setiap siklus dirancang melalui fase perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Desain suatu penelitian sebenarnya banyak sekali macamnya. Kajian ini dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi-kondisi praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan. b. Setting Penelitian (Tempat dan Waktu) 11 a) Tempat penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra indonesia Unissula tahun akademik 2019/2020. b) Waktu penelitian Waktu penelitian ini direncanakan mulai dari pra siklus hingga siklus kedua. Sebagai tes awal, dilakukan prasiklus dengan tes awal materi berbicara mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unissula tahun akademik 2019/2020. Setelah dilanjutkan dengan pemberian tindakan dan berakhir setelah postes. c. Siklus Penelitian Model penelitian yang digunakan adalah model kemmis dan taggart, yaitu model spiral, dimana dalam model spiral ini terdiri dari 2 siklus dan dari setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi serta refleksi. Walaupun pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus namun bila ternyata dari dua siklus yang direncanakan masih terdapat masalah yang harus dipecahkan maka dapat dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Desain tersebut digambarkan sebagai berikut; Refleksi Perencanaan SIKLUS I Tindakan dan Pengamatan Refleksi Revisi Perencanaan SIKLUS II Tindakan dan Pengamatan dst 12 Pelaksanaan prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut; a) Proses Tindakan Siklus I 1.Perencanaan Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan pembelajaran berbicara dengan membuat rencana pembelajaran terlebih dahulu. Rencana pembelajaran ini merupakan program kerja dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Selain itu, dosen menyiapkan materi yang akan diujikan melalui lembar tes berbicara, kriteria penilaiannya adalah dosen menilai secara subjektif. 2. Tindakan Pada tahap ini dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dosen memberikan penjelasan kepada Mahasiswa tentang tujuan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan manfaat yang dapat diperoleh Mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada langkah ini dosen memberi penjelasan tentang berbicara. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh dosen, Dosen memberi tema yang akan dibaca oleh mahasiswa. Dosen memberikan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan tema tersebut dan mahasiswa harus menjawab dengan memberikan argumen tentang tema yang diberikan oleh Dosen, Mahasiswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dosen dengan cara berkelompok dan berdiskusi antara kelompok satu dengan kelompok lain saling berdebat. Materi pembelajarannya adalah berbicara dengan teknik memerikan dan ulang ucap. Setelah mahasiswa menerima penjelasan yang diberikan dosen, mahasiswa mencoba berbicara tema yang diberikan dengan teknik partisipatori berbantu media sosial. a. Observasi/Pengamatan Dalam observasi, peneliti mengambil data dengan cara mengamati dan menacatat kegiatan yang dilakukan mahasiswa selama penelitian 13 berlangsung. Peneliti meminta bantuan pada dosen kelas untuk ikut mengadakan pengamatan. Pengamat mengikuti kegiatan dari awal sampai kahir pembelajaran. Asek-aspek yang dinilai dalam pengamatan adalah perilaku dan sikap mahasiswa selama dalam menerima materi, mengikuti proses pembelajarn seperti sungguhan mahasiswa, memperhatikan penjelasan dosen tentang berbicara. Setelah terlaksana proses pembelajaran, lembar angket dan lembar jurnal dibagikan kepada Mahasiswa untuk mengetahui kesan, tanggapan dan saran terhadap materi, cara mengajar dan teknik yng digunakan oleh dosen dalam materi berbicara dengan teknik partisipatori. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan mahasiswa tentang pembelajaran mengenai berbicara. Dalam wawancara ini, dosen menanyakan tentang teknik yang digunakan oleh dosen dalam kegiatan pembelajaran yaitu dengan dengan menggunakan teknik partisipatori berbantu media sosial serta menanyakan kesulitan dan penyebab kesulitan yang dihadapi mahasiswa. b. Refleksi Setelah pelaksanaan tindakan, penulis melakukan analisis mengenai hasil observasi, hasil wawancara baik melalui tes maupun nontes. Hal ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik yang digunakan oleh dosen dalam proses pembelajaran. b) Proses Tindakan Siklus I Berdasarkan refleksi pada siklus I, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki rencana dan tindakan yang telah dilaksanakan, langkah-langkah pada siklus II pada dasarnya sama dengan langkahlangkah siklus I. perbedaannya terletak pada sasaran kegiatan dan melakukan perbaikan tindakan siklus sebelumnya. Langkah-langkah pada siklus II adalah perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. 1. Perencanaan 14 Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan pembelajaran berbicara yang sudah diperbaiki dan dipersiapkan. Dosen menyiapkan lembar observasi, lembar jurnal dan lembar angket lembar wawancara untuk memperoleh data nontes pada siklus II. 2. Tindakan Tindakan yang dilakukan pada siklus II berbeda dengan tindakan pada siklus I. ada beberapa perubahan tindakan yakni dengan memberikan umpan balik mengenai hasil yang diperoleh pada siklus I yaitu memebrikan arahan dan motivasi pada Mahasiswa agar lebih aktif dan sungguh-sungguh dalam membaca agar pada siklus II hasilnya lebih baik dsbanding siklus I. 3. Observasi/Pengamatan Observasi pada siklus II dilakukan mahasiswa selama proses pembelajaran menulis berlangsung pada siklus II dilihat dari beberapa aspek yang diamati dalam siklus II meliputi hal berikut ini. a. Peningkatan mahasiswa dalam pemahaman tentang berbicara b. Peningkatan tanggapan mahasiswa terhadap berbicara c. Penurunan tanggapan mahasiswa terhadap berbicara d. Keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran e. Peningkatan perilaku mahasiswa dalam proses pembelajaran 4. Refleksi Refleksi pada siklus II ini untuk merefleksikan hasil evaluasi belajar mahasiswa dan mengetahui keaktifan menggunakan teknik partisipatori berbantu media sosial dalam berbicara, mengetahui kemajuan-kemajuan yabg telah dicapai selama proses pembelajaran, mengetahui keterampilan mahasiswa dalam berbicara dan untuk mengetahui perubahan mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 15 d. Indikator Keberhasilan Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, keberhasilan tindakan ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan terkait dengan suasana pembelajaran maupun hasil belajar Mahasiswa. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut; a. Indikator keberhasilan proses Indikator keberhasilan proses dilihat dari perkembangan proses pembelajaran. Analisis ini dilakukan dengan mendeskripsikan hal-hal yang terjadi selama proses tindakan kelas pada setiap siklusnya. b. Indikator keberhasilan produk Indikator keberhasilan produk didasarkan atas keberhasilan kemampuan berpikir kreatif Mahasiswa melalui model matematisasi berjenjang. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil pembelajaran trigonometri sebelum dan sesudah dilakukan tindakan pada tiap siklusnya. e. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah Tes kemampuan berpikir kreatif. Tes digunakan untuk mengetahui kemapuan berpikir kreatif Mahasiswa terhadap materi trigonometri, dalam hal ini tes yang digunakan berupa essay yang terdiri atas lima butir soal. Sebelum diberikan sebagai instrument tes, tes kemampuan berpikir kreatif diujicobakan terbatas terlebih dahulu untuk menguji validitas butir soal dan reliabilitas. f. Teknik Analisis Data a. Data kualitatif Data kualitatif berupa peningkatan keterampilan berpikir kreatif, pengetahun dan pengalaman mahasiswa dalam pembelajaran trigonometri dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Analisis data secara kualitatif dilakukan melalui tahap-tahap reduksi data yang telah 16 dikumpulkan, paparan data, dan penyimpulan data seperti dikemukakan oleh pakar Miles dan Huberman (2006) dengan istilah reduksi data, display data, dan penarikan simpulan. Langkah reduksi data dilakukan dengan cara menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksi data mentah menjadi bermakna, mentransformasikan secara sistematik dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang digunakan sebagai dasar menyusun jawaban atas tujuan penelitian tindakan kelas ini. Paparan data dilakukan dengan cara menampilkan data penting secara lebih sederhana dan bermakna dalam bentuk narasi, table, grafik, atau bagan. Penyimpulan dilakukan dengan mengambil intisari dari sajian data yang telah terorganisasi dalam bentuk kalimat atau formula singkat, padat, namun mengandung pengertian yang luas. b. Data kuantitatif Data kuantitatif berupa peningkatan prestasi mhasiswa dalam penelitian tindakan kelas ini dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Data yang dianalisis meliputi hasil karya mahasiswa berupa jawaban yang dihasilkan pada tahap pratindakan, siklus I dan siklus II. Data kuantitatif diperoleh dengan member skor pada hasil mahasiswa sesuai dengan pedoman penskoran yang telah dibuat. Skor-skor yang diperoleh mahasiswa pada tahap diatas dianalisis sehingga dapat terlihat besarnya perubahan (peningkatan) yang telah terjadi dan pada aspek apa peningkatan tersebut terjadi. g. Jadwal Penelitian Bulan N o 1 Kegiatan Penyusunan I I I I I I V I * 17 proposal 2 3 4 5 6 7 Observasi awal Penyusunan Instrumen Pelaksanaan penelitian Pengolahan data Penyusunan Laporan * * * * * Seminar hasil * penelitian H. DAFTAR PUSTAKA Beebe, Steven & Susan. 1994. Public Speaking, An Audience – Confered Approach. Prentice Hall. New Yersey. Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Nusa Indah. Ende-Flores Hendrikus, DW. 2000. Retorika : terampil berpidato, berdiskusi, berargumentasi, bernegosiasi. Kanisius. Yogyakarta. Harry, King & Bill Gilbert. 2003. Seni Berbicara : kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja. Gramedia Pustaka Utama. Lucas, Stephen. E. 1989. The Art of Public Speaking. PR Donnelly & Sons Company, New York Amerika. Maidar C. Arsyad. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta. Airlangga. Rakmat, J. 1998. Retorika Modern : Pendekatan Praktis. Remaja. Rosdakarya. Bandung. Sudarmadji, dkk. 2010. Teknik Bercerita. Kurnia Kalam Semesta. Yogyakarta. Tarigan, HG & Djago. 1994. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa. Bandung. Tarigan, HG & Djago. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Angkasa. Bandung. Widyamartono. A. 1992. Kreatif Berwicara. Kanisius. Yogyakarta. https://islam.nu.or.id/post/read/75391/perintah-al-quran-ketika-berbicara. Diunduh pada tgl 25 November 2019 pukul 13.00 WIB www.islam.nu.or.id. Diunduh pada tgl 25 November 2019 pukul 12.30 WIB 18 TUGAS KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN NAMA : LELI NISFI SETIANA, M.Pd (47) NIK : 211313020 ASAL PTS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA TENGAH 2019 19 KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Mata Kuliah : Berbicara Kode Mata Kuliah : GB601015 Semester :I SKS :2 Dosen Pengampu : Leli Nisfi Setiana Pertemuan ke : 12 Alokasi Waktu : 2 x 50 menit Model Pembelajaran : Student Team Achievement Division (STAD) A. Kemmpuan Akhir yang Diharapkan Mahasiswa mempunyai keberanian berlatih dan berbicara. B. Materi Pokok 1. Teknik pengajaran keterampilan berbicara (lanjutan) 2. Latihan berbicara C. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Diskusi 4. Demonstrasi 5. Penugasan LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KEGIATAN N METODE PEMBELAJA O ALOKASI WAKTU RAN. 1 AWAL 1. Mahasis 20 1. Tanya jawab menit 20 wa melakukan 2. Ceramah apersepsi. 2. Mahasis wa dimotivasi dosen. 3. Mahasis wa menyimak penjelasan tentang tujuan perkuliahan. 4. Mahasis wa menyimak penjelasan tentang langkahlangkah perkuliahan. 2 150 INTI 1. Mahasis 1. Diskusi wa 2. Penugasan mensurv 3. Demonstrasi menit ai materi perkuliah an. 2. Mahasis wa membac a materi perkuliah an. 21 3. Secara klasikal, mahasis wa mendisk usikan isi materi perkuliah an. 4. Mahasis wa mencatat hasil diskusi. 5. Mahasis wa memilih teks bacaan yang diukur tingkat keterbaa nnya. 6. Mahasis wa memilih tema materi yang akan 22 digunaka n dalam kegiatan berbicara berdasar kan teori yang dijelaska n oleh dosen 7. Mahasis wa menentu kan judul yang akan digunaka n dalam kegiatan berbicara 8. Secara klasikal, mahasis wa mempers entasikan hasil penugasa n 9. Mahasis wa 23 menyam paikan kesulitan dalam menentu kan tema dan judul berbicara . (jika ada) 10. Secara klasikal, mahasis wa membah as solusi cara mengatas i kesulitan yang dihadapi. (jika ada) 11. Mahasis wa praktek berbicara di depan kelas sesuai 24 dengan tema dan judul yang dibuat. 3 30 AKH IR 1. Mahasis 1. Tanya jawab menit 2. Ceramah wa menyimp ulkan hasil pembelaj aran. 2. Mahasis wa mereflek si pembelaj aran. 3. Mahasis wa meninda klanjuti perkuliah an dengan membuat laporan hasil diskusi 25 dan mencari sumber lain. D. ALAT DAN SUMBER BELAJAR Alat : LCD, papan tulis, spidol. Sumber : buku referensi, hand out, video. E. PENILAIAN 1. Proses (keaktifan dan penguasaan materi) 2. Tugas (portofolio dalam bentuk buku) Dosen Pengampu, Leli Nisfi Setiana NIK 211313020 26 TUGAS KONTRAK PERKULIAHAN NAMA : LELI NISFI SETIANA, M.Pd (47) NIK : 211313020 ASAL PTS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA TENGAH NOVEMBER 2019 27 KOTRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah : Berbicara Kode Mata Kuliah : GB601015 Dosen : Leli Nisfi Setiana, M. Pd Semester : III/2019-2020 SKS :2 Hari Pertemuan/Jam : Rabu / 13.00-14.30 Tempat Pertemuan : Ruang R.302 MANFAAT MATA KULIAH Manfaat mempelajari mata kuliah ini agar mahasiswa memiliki pengetahuan dasar tentang teori dan teknik berbicara dan mengekspresikan pikiran, teori dan ide. dan menjadi dasar bagi mata kuliah lanjutannya yaitu Keterampilan Berbicara. Perkuliahan diisi dengan pembahasan tentang pengertian, manfaat berbicara, jenis-jenis berbicara di tempat umum, teknik membaca, faktor-faktor penunjang dan penghambat berbicara. DESKRIPSI MATA KULIAH Mata kuliah ini meliputi teori berbicara, pendekatan berbicara, teknik berbicara, metode berbicara, model berbicara, pelatihan berbagai macam berbicara (berpidato, khotbah, orasi dan MC) konsep membaca intensif dan ekstensif; teknik membaca intensif dan ekstensif; proses/prosedur membaca intensif dan ekstensif; problematika membaca intensif dan ekstensif dan pemecahannya. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu menguasi tentang teori dan teknik berbicara di depan umum (mengawali pembicaraan, selama berbicara – ekspresi wajah, suara, komunikasi mata, kinesik, dll. – mengakhiri 28 pembicaraan) sebagai bekal mahasiswa (calon guru) agar pembicara berhasil efektif dan maksimal. B. Kemampuan Akhir yang Diharapkan (KA) C. Keterampilan Khusus : 1) Mampu menjelaskan teori berbicara 2) Mampu menerapkan proses berbicara pada siswa di sekolah 3) Mampu menerapkan kecepatan berbicara efektif 4) Mampu menjelaskan problematika berbicara yang dihadapi di sekolah 29 TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN NAMA : LELI NISFI SETIANA, M.Pd (47) NIK : 211313020 ASAL PTS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA TENGAH NOVEMBER 2019 30 TUGAS RAGAM MEDIA PEMBELAJARAN NAMA DOSEN : Leli Nisfi Setiana, M.Pd NO URUT : 47 NAMA KELAS : IA MATA KULIAH : BERBICARA PTS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG ALAMAT : CLASSROOM https://classroom.google.com/c/NDc2MzkyODk1NzNa 31 32 33 TUGAS BAHAN AJAR NAMA : Leli Nisfi Setiana (47) NIK : 211313020 ASAL PTS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA TENGAH NOVEMBER 2019 34 Kata Pengantar Puji syukur kehadiran Allah Swt yang telah melimpahkan banyak rahmatnya sehingga penulis dapat menyusun buku ajar berjudul “Buku Ajar”. Penulis merasa memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan buku ajar ini, oleh karena itu sumbangsih saran dan kritik sangat penulis harapkan guna penyempurnaan buku ajar ini. Terima kasih kepada semua pihak yang turut serta dalam membantu penulis dalam penyusunan buku ajar tersebut. Demikian sepenggal dari penulis, semoga buku ajar Berbicara ini dapat memberikan manfaat dan utamanya membantu para mahasiswa dalam mempelajari materi perkuliahan Berbicara. Sekian dari penulis, terima kasih. Semarang, November 2019 Penulis 35 TINJAUAN UMUM MATA KULIAH BERBICARA A. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini berisi tentang teori dan teknik berbicara di depan umum (mengawali pembicaraan, selama berbicara – ekspresi wajah, suara, komunikasi mata, kinesik, dll. – mengakhiri pembicaraan) sebagai bekal mahasiswa (calon guru) agar pembicara berhasil efektif dan maksimal. B. Manfaat Mata Kuliah 1) Memberikan pengetahuan dasar tentang teori dan teknik berbicara 2) Melatih keberanian mengekspresikan pikiran, perasaan, dan ide C. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah 1. Sikap Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila; Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain; Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan; Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik; Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri. 2. Keterampilan Umum Mampu menjelaskan tentang teori dan teknik berbicara di depan umum (mengawali pembicaraan, selama berbicara – ekspresi wajah, suara, komunikasi mata, kinesik, dll. – mengakhiri pembicaraan) sebagai bekal mahasiswa (calon guru) agar pembicara berhasil efektif dan maksimal. 3. Keterampilan Khusus 5) Mampu menjelaskan teori berbicara 6) Mampu menerapkan teknik berbicara di depan umum (mengawali pembicaraan) 7) Mampu menerapkan ekspresi wajah, suara, komunikasi mata, kinesik 8) Mampu menjadi pembicara yang efektif dan maksimal 4. Pengetahuan 36 Mampu mempraktikkan berbicara di depan umum seperti di sekolah 37 BAB V SENI BERBICARA DAN ASPEK PENDUKUNG A. Seni Berbicara Seni berbicara (the specch arts) pada dasarnya berupa berbicara terapan. Berbicara sebagai seni ditekankan kepada penerapan bahasa sebagai alat komunikasi. Kegiatan berbahasa yang meliputi seni berbicara antara lain: (1) berpidato, (2) berdiskusi, (3) berdebat, (4) bersidang, (5) bermain drama, (6) bertelepon, dan (7) adu argumentasi. Berdasarkan macam-macam seni berbicara tersebut maka seni berbicara dapat dibagi atas dua macam ragam, yaitu berbicara pada masyarakat dan berbicara pada konferensi. 1. Berbicara pada Masyarakat Ragam berbicara pada masyarakat (Public Speaking) sangat penting untuk diketahui bagi pelajar yang ingin belajar tentang teori dan praktik keterampilan berbicara. Kegiatannya meliputi. a. Berbicara informatif (informative speaking) adalah kegiatan berbicara yang dilakukan di dalam situasi yang bertujuan memberitahukan sesuatu kepada masyarakat. Kegiatan berbicara itu bersifat informatif. b. Berbicara kekeluargaan (followship speaking) adalah kegiatan berbicara yang dilakukan di dalam situasi yang bertujuan mengakrabkan di dalam masyarakat. Kegiatan berbicara itu bersifat kekeluargaan. c. Berbicara meyakinkan (persuasive speaking) adalah kegiatan berbicara yang dilakukan di dalam situasi yang bertujuan meyakinkan kepada masyarakat sebagai pendengar. Kegiatan berbicara itu bersifat meyakinkan. d. Berbicara merundingkan (deliberative speaking) adalah kegiatan berbicara yang dilakukan dalam situasi yang bertujuan merundingkan sesuatu dengan masyarakat. Kegiatan berbicara itu bersifat merundingkan. 38 2. Berbicara pada Konferensi Ragam berbicara pada konferensi (conference speaking) merupakan kegiatan berbicara yang diatur dalam sidang. Kegiatan berbicara itu bersifat resmi, seperti sidang dan rapat-rapat dinas. Bahasa yang digunakan pun bersifat resmi, yaitu bahasa baku atau standar. Oleh karena itu, berbicara pada konferensi berbeda dengan berbicara pada masyarakat. Berbicara pada konferensi mementingkan hasilnya sedangkan berbicara pada masyarakat mementingkan tujuannya. B. Aspek Pendukung Aspek pendukung dalam seni berbicara dapat berupa keterampilan menjelaskan dan bertanya. Istilah menjelaskan adalah memberikan penjelasan tentang sesuatu hal atau permasalahan kepada seseorang atau masyarakat luas. Sedangkan bertanya sebagai bagian dari kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang berupa mengajukan pertanyaan kepada seseorang yang dianggap mengetahui permasalahan. Kegiatan berbicara yang berupa menjelaskan dan bertanya tidak semudah yang dibayangkan. Jadi, kegiatan menjelaskan dan bertanya secara lisan itu pada dasarnya untuk diterapkan agar lawan bicara atau mitratutur itu memahami terhadap sesuatu yang dijelaskan dan ditanyakan. Oleh karena itu, kegiatan menjelaskan dan bertanya memerlukan latihan yang baik karena kedua kegiatan itu merupakan keterampilan. 1. Keterampilan Menjelaskan Bentuk kata menjelaskan berbeda dengan menceritakan. Menjelaskan adalah kegiatan verbal yang menghubungkan antara satu fakta dengan fakta lainnya, peristiwa yang satu dengan peristiwa lainnya, baik secara induktif maupun deduktif. Tujuannya agar mitratutur lebih jelas (paham). Adapun, kegiatan menceritakan adalah kegiatan verbal yang menyampaikan pesan, amanat, dan informasi. Tujuannya agar mitratutur dapat mengetahui (mengerti). Jadi, dalam proses 39 pelaksanaan secara lisan maka kegiatan menjelaskan dan menceritakan sama-sama merupakan kegiatan verbal meskipun bobotnya tidak sama. Orang yang sudah jelas pasti sudah tahu tetapi orang yang sudah tahu belum tentu sudah jelas. Agar tujuan keterampilan menjelaskan dapat berhasil maka diperlukan persyaratan. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu. a. Bahasa yang digunakan tidak samar Apabila kita menjelaskan sesuatu kepada orang lain maka bahasa yang digunakan tidak samar, seperti makna kata, frase, dan kalimat harus jelas (tidak bermakna ganda). Juga, hindarilah ungkapan yang raguragu dan tidak pasti seperti ungkapan ... apa itu, ... bagaimana ya, ... yang penting begitulah. Di samping itu, jangan sering mendehem, mengucapkan ... des dan berhenti terlalu lama. Hal itu akan mengganggu mitratutur saat menerima penjelasan. b. Suka menggunakan contoh Apabila kita menjelaskan sesuatu kepada orang lain sebaiknya digunakan contoh yang baik dan konkret sehingga dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi mitratutur. Penggunaan contoh dapat dinyatakan dalam bentuk yang positif dan bisa negatif. Juga, bisa penggunaan contoh yang berupa perbandingan, perbedaan, dan peragaan. Contoh yang kurang baik atau negatif dapat mengenai dirinya sendiri. c. Adanya penekanan isi pembicaraan Penekanan dimaksudkan agar mitratutur dapat lebih memperhatikan inti pembicaraan. Penekanan sesuatu yang penting dapat dilakukan dengan cara pengulangan atau menekankan dengan ungkapan “perlu diperhatikan, ini sangat penting”. d. Adanya umpan balik Umpan balik merupakan cara evaluasi yang dilakukan di sela-sela pembicara sedang menjelaskan sesuatu. Cara evaluasi itu bukan untuk mengetes tetapi untuk melibatkan mitratutur agar merasa terlibat 40 berperan dalam situasi pembicaraan. Misalnya, evaluasi dalam bentuk retoris. “Pernahkan anda memikirkan tentang hancurnya peradaban kita”. Hindarilah cara evaluasi dalam bentuk pertanyaan, “Sudah paham belum?”. 2. Keterampilan Bertanya Cara bertanya secara lisan merupakan bagian dari aktivitas berbicara. Seorang yang terampil berbicara belum tentu pandai bertanya. Bertanya itu pada dasarnya memerlukan mental yang baik dan pertanyaan yang baik adalah yang tepat sasaran. Pertanyaan yang baik secara lisan ada beberapa persyaratan, yaitu (1) penanya harus pandai mengolah bahasa, (2) penanya harus memiliki daya ingat yang tinggi, dan (3) pertanyaannya harus mengarah pada sasaran dan tidak berbelitbelit. Hal ini sering dijumpai bahwa jawaban sering tidak sesuai dengan yang ditanyakannya. Kemungkinan bisa saja bahwa penanya kurang bisa mengatur bahasanya sehingga penanya merasa kurang puas. Jika seorang guru bertanya mengenai perbedaan antara A dengan B maka siswa akan menjawab definisi A dan B. Jawaban seperti itu salah. Misalnya, apa perbedaan antara becak dengan sepeda? Jawaban yang benar adalah becak beroda tiga dan sepeda beroda dua. Jadi, bukan becak adalah angkutan umum dan sepeda adalah angkutan pribadi. Pada kenyataannya bertanya memerlukan kerja pikir sehingga penanya harus memiliki kemampuan yang baik. Ada tiga macam cara kerja pikir dalam bentuk pertanyaan, yaitu. a. Berpikir Ingatan Berpikir ingatan adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban dengan cara mengingat-ingat, seperti mengingat -ingat fakta, kejadian, dan apa saja yang ditanyakan. Bertanya dengan berpikir ingatan merupakan jenis pertanyaan yang rendah dan kurang berbobot. 41 Pertanyaan seperti itu sangat baik untuk anak SD atau SMP. Misalnya: Apakah ibukota Inggris? Kapan Indonesia merdeka? Di kota apa R.A. Kartini dilahirkan? b. Berpikir Konvergen Berpikir konvergen adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban dengan cara menganalisis data dan fakta. Misalnya: Bagaimana tsunami bisa terjadi? Coba Anda kemukakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah. Mengapa bahasa Indonesia mudah menyerap bahasa asing? c. Berpikir Divergen Berpikir divergen adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kreatif, imajinatif, dan tidak dibutuhkan bukti empiris. Misalnya: Apa akibatnya jika narkoba dikonsumsi secara bebas? Mengapa Abu Jahal sangat membenci Nabi Muhammad padahal beliau keponakannya? Dalam kegiatan bertanya dikenal taksonomi bertanya atau tingkatan kesulitan pertanyaan. Jadi, taksonomi bertanya menggambarkan tingkat kesulitan bertanya dan jawabannya. Untuk mengetahui tingkat kesulitan di dalam taksonomi bertanya dapat diketahui klasifikasinya. Klasifikasi bertanya secara urut, yakni dari tingkat yang paling rendah (mudah) sampai ke tingkat yang paling tinggi (sulit) adalah. a. Mengingat-ingat Pertanyaan dengan jawaban mengingat-ingat adalah siswa hanya mengingat-ingat jawabannya dan tidak diperlukan argumentasi yang faktual. Contohnya: sebutkan ibukota Jepang? Siapakah Presiden pertama Republik Indonesia? Berasal dari bahasa apakah kata syukur itu? b. Menerjemahkan Pertanyaan dengan jawaban menerjemahkan adalah siswa menjawab dengan cara menerjemahkan ke bahasa lain atau mendefinisikan suatu 42 istilah. Contohnya: Apa makna kata insentif dan intensif? Apakah yang disebut kontaminasi? Apakah yang dimaksud interferensi? c. Menginterpretasikan Pertanyaan dengan jawaban menginterpretasikan adalah siswa menjawab dengan menentukan atau menemukan hubungan antara fakta dengan kejadian. Contohnya: Mengapa Nabi Muhammad disebut AlAmin? Mengapa bangsa Indonesia disebut bangsa yang ramah? Mengapa akhir-akhir ini banyak terjadi tanah longsor? d. Mengaplikasikan Pertanyaan dengan mengaplikasikan adalah siswa menjawab secara empirik dan argumentatif. Contohnya: Buktikan bahwa agama Islam itu bukan agama kekerasan? Buktikan bahwa bahasa itu merupakan budaya yang sangat unggul? e. Menganalisis Pertanyaan dengan menganalisis adalah siswa menjawab dengan cara menyelesaikan permasalahan dan pemikiran yang logis. Contohnya: Mengapa penulisan preposisi itu harus terpisah? Mengapa kata analisa itu salah? Mengapa ikan itu akan mati jika di darat? f. Mensintesis Pertanyaan dengan mensintesis adalah siswa menjawab dengan cara menyelesaikan permasalahan dan pemikiran yang logis serta kreatif. Contohnya: Jelaskan dengan beberapa contoh tentang penulisan preposisi! Jelaskan dengan contoh tentang morfem terikat! g. Mengevaluasi Pertanyaan dengan mengevaluasi adalah siswa menjawab dengan mempertimbangkan dan memberikan penilaian yang objektif. Contohnya: Bagaimana pendapat Anda tentang perkembangan bahasa Indonesia di media massa saat ini? Bagaimana tingkat kesulitan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa Inggris? Sebagai calon guru Bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) perlu memahami taksonomi bertanya. Perlu 43 diingat bahwa bertanya itu tidak perlu disuruh tetapi merupakan kebutuhan bagi orang yang memang ingin mengetahui tentang jawaban atas permasalahan yang dihadapinya. Jadi, biasakanlah bertanya jika belum mengetahui duduk permasalahannya saat pembelajaran. Evaluasi 1. Silahkan membaca buku Dasar-Dasar Derbicara Henry Guntur Tarigan 2. Buatlah resume materi dari buku Dasar-Dasar Derbicara Henry Guntur Tarigan Tes (Latihan) 1. Mengapa diperlukan seni berbicara? Jelaskan! 2. Jelaskan macam-macam seni berbicara! 3. Apakah yang dimaksudkan aspek pendukung seni berbicara? DAFTAR PUSTAKA Achmad HP dan Alex Abdullah. 2013. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga. Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hidajat, MS. 2006. Public Speaking dan Teknik Presentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif. Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah. Nazar D, Muhammad. 2011. “Air Sebagai Hakim Kehidupan”. Suara Muhammadiyah 03 / 96 | 1 - 15 Februari 2011. 44 Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbicara. Bandung: Angkasa. Widjaja, H.A.W. 2008. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara. SENARAI 1. Seni berbicara (the specch arts) pada dasarnya berupa berbicara terapan. Berbicara sebagai seni ditekankan kepada penerapan bahasa sebagai alat komunikasi. 2. Seni berbicara dapat dibagi atas dua macam ragam, yaitu berbicara pada masyarakat dan berbicara pada konferensi. 3. Aspek pendukung dalam seni berbicara dapat berupa keterampilan menjelaskan dan bertanya. Istilah menjelaskan adalah memberikan penjelasan tentang sesuatu hal atau permasalahan kepada seseorang atau masyarakat luas. Sedangkan bertanya sebagai bagian dari kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang berupa mengajukan pertanyaan kepada seseorang yang dianggap mengetahui permasalahan. 4. Tujuan kegiatan menjelaskan bahasa yang digunakan tidk samar, suka menggunakan contoh, adanya penekanan isi pembicaraan, adanya umpan balik. 5. Pada kenyataannya bertanya memerlukan kerja pikir sehingga penanya harus memiliki kemampuan yang baik. Ada tiga macam cara kerja pikir dalam bentuk pertanyaan, yaitu berpikir Ingatan, berpikir konvergen, dan berpikir divergen. 6. Klasifikasi bertanya secara urut, yakni dari tingkat yang paling rendah (mudah) sampai ke tingkat yang paling tinggi (sulit) adalah mengingatingat, menerjemahkan, menginterpretasikan, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi. 45 TUGAS ALTERNATIVE / AUTHENTIC ASSESMENT NAMA : Leli Nisfi Setiana (47) NIK : 211313020 ASAL PTS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA TENGAH NOVEMBER 2019 46 PENILAIAN PROYEK MataKuliah : Berbicara KodeMK/SKS : GB601015/ 2 SKS Dosen : Leli Nisfi Setiana Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester :3 I. Tujuan Untuk mengetahui teori dan teknik berpidato di depan umum (mengawali pembicaraan, selama berbicara ekspresi wajah, suara, komunikasi mata, kinesik, dll, mengakhiri pembicaraan) sebagai bekal mahasiswa (calon guru) agar pembicara berhasil efektif dan maksimal. II. Uraian Tugas a. Objek garapan Buatlah kegiatan berpidato dengan memperhatikan ketentuan berikut: 1. Kerjakan tugas secara individu 2. Carilah video berbicara dari you tube dan TV sejumlah lima belas. 3. Jangka waktu pembuatan adalah selama setengah semester (setelah UTS hingga sebelum UAS) 4. Aspek yang dinilai adalah a. Persiapan - Mencari referensi video berpidato - Melihat dan mempelajari video berpidato - Langkah-langkah dalam berpidato b. Proses pembacaan Kemajuan berpidato berdasarkan kriteria yang ditentukan c. Penilaian - Bentuk fisik praktik berpidato - Ketepatan waktu - Ketepatan tema dan isi pidato 47 b. Yang dikerjakan dan batasan 1) Persiapan - Mencari referensi video berpidato - Melihat dan mempelajari video berpidato - Langkah-langkah dalam berpidato 2) Proses pembacaan Kemajuan berpidato berdasarkan kriteria yang ditentukan 3) Penilaian - Bentuk fisik video berpidato - Ketepatan waktu - Ketepatan tema dan isi pidato c. Metode yang digunakan - Ceramah berariasi - Diskusi - Demonstrasi III Kriteria/Aspek/Dimensi Penilaian Tahap Deskripsi Persiapan Kelengkapan Skor jumlah 1-4 membuat 1–4 1–4 video pidato Pelaksanaan Kemajuan teks pidato Penilain Penilaian Akhir akhir membuat praktik berpidato Rubrik Pensekoran Analitik Tahap Aspek S Kriteri 48 Yang k a Dinilai o Pensek r oran Persiap Kelengka Melak an pan ukan 5 mencaku p: 4 1. Mengumpulk an anaan dengan tema, judul perenc benar dan Melak kerangka ukan 5 pidato perenc yang akan dibaca 3 2. Membaca tema, judul anaan namun hanya dan kerangka 3 yang pidato benar akan dibaca Melak 3. Langkah- ukan 5 langkah perenc dalam 2 berpidato 4. Cara berpidato anaan namun hanya di 1 yang depan umum benar 1 Melak ukan 5 perenc anaan namun 49 ke 5 nya salah Pelaks Pembuata 4 anaan n an membuat yang resensi dilakuk a. Penyedian Persiap an tema, judul dan menca kerangka kup ke pidato 3 b. Runtutan aspek. pembuatan Persiap sesuai an dengan langkah- yang langkah dilakuk an 3 menca kup 3 aspek namun hanya 2 yang benar. Persiap an 2 yang dilakuk an menca 50 kup 3 aspek namun hanya 1 yang benar. Persiap an yang dilakuk an menca 1 kup 3 aspek namun ketigan ya kurang sesuai. Penilai an akhir produk 5. Ketepatan Meme waktu nuhi 3 a. selesai tepat 4 waktu dengan b. menunjukkan usaha baik yang Meme maksimal c. mandiri aspek nuhi 3 3 aspek namun hanya 2 yang 51 dilakuk an dengan baik Meme nuhi 3 aspek namun hanya 2 1 aspek yang diakuk an dengan baik Meme nuhi 3 aspek namun ketigan 1 ya dilakuk an dengan tidak baik 52 TUGAS EVALUASI PROSES PEMBELAJARAN NAMA : Leli Nisfi Setiana (47) NIK : 211313020 ASAL PTS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA TENGAH NOVEMBER 2019 53 RANCANGAN EVALUASI ALTERNATIF Mata Kuliah : Berbicara Smt / SKS : I/2 Minggu ke : 12 Tugas ke :4 Nama mhs : Nurul Firdaus NIM : 34101900019 I. Tujuan Untuk mengetahui teori dan teknik berpidato di depan umum (mengawali pembicaraan, selama berbicara – ekspresi wajah, suara, komunikasi mata, kinesik, dll. – mengakhiri pembicaraan) sebagai bekal mahasiswa (calon guru) agar pembicara berhasil efektif dan maksimal. II. Uraian Tugas a. Objek garapan Objek garapan dalam tugas ini adalah berpidato. Mahasiswa menentukan tema pidato, jenis pidato, membuat teks pidato, mengetahui teknik-teknik berpidato yang baik di depan umum. b. Yang dikerjakan dan batasan 1) Persiapan - Mencari referensi video berpidato - Melihat dan mempelajari video berpidato - Langkah-langkah dalam berpidato 2) Proses pembacaan Kemajuan berpidato berdasarkan kriteria yang ditentukan 3) Penilaian - Bentuk fisik video berpidato - Ketepatan waktu - Ketepatan tema dan isi pidato c. Metode yang digunakan - Ceramah berariasi - Diskusi - Demonstrasi 54 III Kriteria/Aspek/Dimensi Penilaian Tahap Aspek Yang Dinilai Skor Persiapan Kelengkapan mencakup: 1. Mengumpulkan tema, judul dan kerangka pidato yang akan dibaca 2. Membaca tema, judul dan kerangka materi pidato yang akan dibaca 3. Langkah-langkah dalam berpidato 4. Cara berpidato di depan umum Pelaksanaan Praktik berpidato a. Penyedian tema, judul dan kerangka materi pidato b. Runtutan pembuatan sesuai dengan langkah-langkah 4 3 2 1 Kriteria Pensekoran Melakukan 5 perencanaan dengan benar Melakukan 5 perencanaan namun hanya 3 yang benar Melakukan 5 perencanaan namun hanya 1 yang benar Melakukan 5 perencanaan namun ke 5 nya salah 4 Persiapan yang dilakukan mencakup ke 3 aspek. Persiapan yang dilakukan 3 mencakup 3 aspek namun hanya 2 yang benar. Persiapan yang dilakukan 2 mencakup 3 aspek namun hanya 1 yang benar. Persiapan yang dilakukan 1 mencakup 3 aspek namun ketiganya kurang sesuai. Penilaian akhir produk 5. Ketepatan waktu d. selesai tepat waktu e. menunjukkan usaha maksimal f. mandiri 4 yang Memenuhi 3 aspek dengan baik Memenuhi 3 aspek namun 3 hanya 2 yang dilakukan dengan baik Memenuhi 3 aspek namun 2 hanya 1 aspek yang diakukan dengan baik 1 Memenuhi 3 aspek namun 55 ketiganya dilakukan dengan tidak baik 56 TUGAS REKONSTRUKSI MATA KULIAH NAMA : LELI NISFI SETIANA, M.Pd (47) NIK : 211313020 ASAL PTS :UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA TENGAH NOVEMBER 2019 57 TAHAP EVALUASI 1. Sasaran Evaluasi Evaluasi mata kuliah ini difokuskan pada unsur masukan dan proses. Unsur masukan mata kuliah ini khususnya ditekankan pada mata kuliah yang sesuai dengan kebahasaan. Sedangkan unsur proses menyangkut metode yang digunakan dosen dalam melaksanakan pembelajaran mata kuliah berbicara. Cara ini dilakukann oleh dosen dalam membuat mahasiswa menjadi lebih aktif. 2. Hasil Evaluasi Berdasarkan observasi dosen dan wawancara dengan mahasiswa ternyata terdapat materi perkuliahan yang telah disusun dalam dalam satu semester tidak sesuai dengan kemampuan mahasiswa pada saat ini. Mahasiswa kurang mahir dalam materi keefektifan membaca dan keterbacaan. Informasi selanjutnya adalah media yang digunakan selama pembelajaran perlu ditingkatkan. Mahasiswa dalam proses perkuliahan banyak yang tidak konsentrasi dan banyak bicara dengan temannya. Mahasiswa belum dapat menentukan kemampuan diri dalam memahami individu secara utuh dan mendalam. 3. Rencana Pemecahan Masalah Masalah di atas akan dipecahkan melalui pembahasan mendalam tentang cara menghitung keefektifan membaca dan keterbacaan. Pemberian tugas yang komprehensif mengenai masalah tersebut. penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa sehingga mahasiswa bisa lebih aktif dalam pembelajaran. 58 TAHAP REKONSTRUKSI 1. Capaian Pembelajaran Lama Mahasiswa mampu menjelaskan, memahami dan membuat teks pidato dengan memperhatikan tingkat berbicara mahasiswa. Baru 1) Sikap : Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila; Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain; Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan; Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik; Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri. 2) Keterampilan Umum : 5. Keterampilan Umum Mampu menjelaskan tentang teori dan teknik berbicara di depan umum (mengawali pembicaraan, selama berbicara – ekspresi wajah, suara, komunikasi mata, kinesik, dll. – mengakhiri pembicaraan) sebagai bekal mahasiswa (calon guru) agar pembicara berhasil efektif dan maksimal. 6. Keterampilan Khusus 9) Mampu menjelaskan teori berbicara 10) Mampu menerapkan teknik berbicara di depan umum (mengawali pembicaraan) 11) Mampu menerapkan ekspresi wajah, suara, komunikasi mata, kinesik 12) Mampu menjadi pembicara yang efektif dan maksimal 2. Kemampuan Akhir yang Diharapkan 3) Mampu menjelaskan pengetahuan dasar tentang teori dan teknik berbicara 59 4) Melatih keberanian mengekspresikan pikiran, perasaan, dan ide. 3. Materi Perkuliahan Materi atau Pokok pembahasan dalam mata kuliah ini meliputi: TOPIK BAHASAN BAHAN BACAAN 1 Hakikat berbicara 2 Tujuan, manfaat, Buku Ajar, PPT dan bentuk aspek Buku Ajar, PPT berbicara 3 Jenis berbicara Buku Ajar, PPT 4 Pendekatan, teori dan manfaat berbicara Buku Ajar, PPT 5 Menjelaskan proses dan jenis proses Buku Ajar, PPT berbicara 6 Hambatan berbicara Buku Ajar, PPT 7 Solusi dari hambatan berbicara Buku Ajar, PPT 8 Model membaca Buku Ajar, PPT 9 Pembelajaran memerikan Buku Ajar, PPT 1 Pembelajaran ulang ucap Buku Ajar, PPT 0 1 Fungsi dan keguanaan pembelajaran Buku Ajar, PPT 1 memerikan dan pembelajaran ulang ucap 1 Membuat wacana pembelajaran memerikan Buku Ajar, PPT 2 dan pembelajaran ulang ucap Sumber Materi: Achmad HP dan Alex Abdullah. 2013. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga. Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Djajasudarma, Fatimah. 2009. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT. Refika Aditama. 60 Hidajat, MS. 2006. Public Speaking dan Teknik Presentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif. Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah. Konsorsium Sertifikasi Guru. 2013. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Surabaya: Konsorsium Sertifikasi Guru. Nazar D, Muhammad. 2011. “Air Sebagai Hakim Kehidupan”. Suara Muhammadiyah 03 / 96 | 1 - 15 Februari 2011. Sastra, Gusdi. 2011. Neurolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: Alfabeta. Suhandang, Kustadi. 2009. Retorika: Strategi, Teknik, dan Taktik Berpidato. Bandung: Nuansa. Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbicara. Bandung: Angkasa. ------------------------------. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Widjaja, H.A.W. 2008. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara. Wijana, I Putu Dewa. 2010. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Program Studi S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya UGM Bekerja sama dengan Pustaka Pelajar. 4. Strategi Perkuliahan Strategi perkuliahan untuk mata kuliah berbicara, mahasiswa sebagai calon guru harus mampu menyampaikan materi yang telah dikuasai melalui presentasi 61 individu maupun kelompok. Mahasiswa dibiasakan membuat makalah dan lapoaran praktik berbicara di depan umum. Dosen pemangku menjelaskan materimateri dasar, selanjutnya mahasiswa lebih mendalami dengan pembuatan makalah dan presentasi. Mahasiswa yang tampil dipilih secara acak. Setelah mempelajari seluruh teori, langsung dilanjutkan dengan mempraktikkan secara tuntas, meliputi: a. Mendemonstrasikan kemampuan dan tipe-tipe pembicara yang baik b. Menerapkan dan mendemontrasikan teknik berbicara memerikan dan teknik ulang ucap c. Menerapkan dan mendemonstrasikan berbicara di tempat umum sesuai dengan tujuan berbicara d. Mengaplikasikan, mengimplementasikan manfaat berbicara sesuai dengan tujuan, pendekatan, strategi dan teknik berbicara. 5. Penilaian Hasil Belajar Komponen penilaian dan bobotnya untuk menentukan hasil belajara mahasiswa. Rekontruksi penilaian hasil belajar: 1) Soal-soal tes dan ujian disesuaikan dengan kompetensi yang dharapkan akan dicapai mahasiswa. 2) Menguji kompetensi kemampuan berpikir tingkat yang lebih tinggi yaitu penerapan, analisis, dan sintesis. 3) Komposisi persentase penilaian diubah yaitu keaktifan (25%); tugas (20%); ujian tengah semester (25%) dan ujian akhir semester (30%). 4) Nilai keaktifan diperoleh terutama didasarkan pada academic record selama proses perkuliahan berlangsung. 5) Nilai tidak akan dikeluarkan apabila kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan kurang dari 75%. 62 TUGAS RANCANGAN PENGEMBANGAN KURIKULUM NAMA : Leli Nisfi Setiana (47) NIK : 211313020 ASAL PTS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH VI JAWA TENGAH NOVEMBER 2019 63 RANCANGAN PENGEMBANGAN KURIKULUM A. IDENTITAS PROGRAM STUDI 1 Nama PENDIDIKAN Prodi PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2 3 Ijin Kepmendiknas RI Nomor: Operasio 110/E/O/2011 nal Tanggal 20 Mei 2011 Akredita Alhamdulillah “B” si 4 Gelar Sarjana Pendidikan (S,Pd.) 5 Deskrips Prodi Pendidikan Bahasa i dan Sastra Indonesia adalah salah satu yang ada Keguruan di Fakultas dan Pendidikan Islam prodi Ilmu Univeristas Sultan Agung Semarang. Program Studi ini menyelenggarakan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan tujuan menghasilkan lulusan bidang Pendidikan Bahasa dan Indonesia untuk Sastra tingkat 64 pendidikan dasar dan menengah, dengan kualifikasi sarjana Pendidikan Sastra Bahasa Indonesia unggul, dan yang profesional, berakhlak mulia tafaquh fiddin. dan Lulusan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia juga dibekali keterampilan berdakwah dan enterpreneurship serta manajerial di bidang kependidikan. 6 Visi Menjadi yang program studi unggul dalam pengembangan kepribadian, pengetahuan, profesionalitas secara manusia utuh melalui pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sehingga memiliki keunggulan akademik, profesional, berakhlak mulia, dan mampu menjadi generasi khaira ummah dalam 65 menghadapi tantangan dunia global pada tahun 2023. 7 Misi 1. Mendidik dan menghasilkan Pendidikan Sastra sarjana Bahasa yang memadukan dirinya dan mampu di dalam nilai-nilai islam dengan keunggulan penguasaan ilmu dan aplikasinya. 2. Mempelajari, mengembangkan, dan memanfaatkan bahasa dan sastra Indonesia secara aplikatif untuk meningkatkan keluhuran martabatnya dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. 3. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, dan pengajaran sastra bahasa Indonesia profesional dan secara untuk menghasilkan SDM yang berakhlak mulia, mampu mengembangkan Pendidikan Sastra Bahasa Indonesia ilmu dan dan 66 profesional dalam bidangnya. 4. Menyelenggarakan kegiatan penelitian untuk mengembangkan Pendidikan Sastra ilmu Bahasa Indonesia dengan dan sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 5. Mencetak bahasa guru/pendidik dan sastra Indonesia yang berkarakter islami, profesional, handal, dan memiliki kemampuan serta keterampilan untuk mengajarkannya. 6. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat temuan dari hasil penelitian di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang mampu menyelesaikan problematika masyarakat di Pendidikan bidang Bahasa dan Sastra Indonesia. 8 Tujuan 1. Menyelenggarakan proses pendidikan 67 secara konsisten berkelanjutan dan dalam mengupayakan keterpaduan ilmu pendidikan dan nilainilai islam kurikulum dalam program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2. Menyelenggarakan proses pendidikan yang konsisten dalam penyempurnaan kelembagaan, administrasi, dan sistem informasi manajemen untuk menunjang kualitas pembinaan dan pengembangan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Menghasilkan sarjana Bahasa lulusan pendidikan dan Sastra Indonesia yang mampu menjadi guru/pendidik di bidang Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra yang profesional dan berbudi luhur. 68 3. Menghasilkan guru/pendidik dan Sastra Bahasa Indonesia profesional yang memiliki wawasan, sikap ilmiah, keterampilan, mampu berpikir logis, sistematis, kritis, dan kreatif serta berkarakter islami. 4. Menghasilkan penelitian di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang mampu memecahkan masalah di masyarakat dan mempublikasikan hasil penelitian di nasional jurnal maupun internasional. 5. Terselenggaranya proses evaluasi diri dan penjaminan mutu secara teratur dan berkelanjutan pada Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 6. Terselenggaranya pengabdian kepada masyarakat di bidang 69 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari hasil penelitian bidang Bahasa di Pendidikan dan Sastra Indonesia yang mampu menyelesaikan problematika di masyarakat kepentingan guna bangsa, negara, dan umat. B. RUMPUN KEILMUAN 1. Body of knowledge program studi Body of knowledge atau keilmuan dan keahlian yang akan diselenggarakan oleh Prodi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unissula mencakup bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, bidang metodikpedagogik (ilmu pendidikan), dan bidang lain yang sesuai dengan pembelajaran Bahasa Indonesia. Keilmuan tersebut memiliki keterkaitan dengan bidang Pendidikan Bahasa Indonesia pada tingkat S-2 dan S-3, serta berkorelasi dengan bidang ilmu bahasa Indonesia. Bidang keilmuan yang diselenggarakan menjadi bekal yang memadai bagi lulusan untuk meneruskan studi ke strata yang lebih tinggi (S-2) atau Pendidikan Profesi Guru. Pada area yang lebih luas, keilmuan dan keahlian tersebut juga berkait dan berkonstelasi dengan bidang serumpun (psikolinguistik dan sosiolinguistik) dan aplikasinya IPTEKS (TIK dan Media) yang sesuai. Bidang kajian di Prodi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia diantranya Bahasa dan Sastra Indonesia, Sosiologi dan psikologi bahasa, dan manajemen pendidikan. 70 2. Perkembangan bidang ilmu atau bidang kajian saat ini dan 10 tahun ke depan Lulusan program studi PBSI FKIP Unissula diharapkan memiliki berbagai kompetensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang terefleksi dalam pola pikir dan perilaku atau perbuatan. Lulusan PBSI harus mampu mengimplikasikan atau implementasikan IPTEK sesuai dengan kaidah ilmiah dengan menerapkan nilai-nilai islam. Lulusan PBSI menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik, menyusun deskripsi saintifik dan hasil kajiannya serta mempublikasikannya di jurnal nasional dan internasional. Untuk itu dikembangkan penelitian-penelitian yang mengikuti tren penelitian pendidikan terkini terkait inovasi pembelajaran Bahasa Indonesia. C. RANCANGAN KURIKULUM Definisi kurikulum menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (19) berbunyi: kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Secara skematis tahapan penyusunan kurikulum dapat dikembangkan berdasar skema pada gambar 2 berikut. 71 Gambar 2. Alur penyusunan kurikulum program studi sesuai Standar Nasional Dikti D. PROFIL LULUSAN Profil Lulusan adalah indikasi apa yang dapat diperankan oleh seorang lulusan. a. Skema Penyusunan Profil Lulusan Gambar 3. Skema Penyusunan Profil Lulusan 72 b. Profil Lulusan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menjadi pendidik yang memiliki kekuatan iman dan taqwa, serta berkepribadian yang berakhlaqul karimah. Mampu menjadi guru bahasa dan sastra Indonesia yang profesional dan berbudi luhur. Mampu menjadi guru bahasa dan sastra Indonesia yang profesional dan memiliki wawasan, sikap ilmiah, keterampilan, mampu berpikir logis, sistematis, kritis, kreatif, serta berkarakter islami. Mempu menerapkan pengetahuan bahasa dan sastra Indonesia yang telah dikuasai sebagai acuan dalam memecahkan berbagai masalah yang berkembang di masyarakat, dengan memperhatikan keseimbangan antara kemampuan teknis dan kemampuan manajerial dalam kinerja profesional dengan jalan penelitian dan pengembangan. Mampu memanfaatkan pengetahuan bahasa dan sastra Indonesia yang dikuasai sebagai landasan bagi perkembangan ilmu di bidang bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. c. Deskripsi Profil Lulusan Berikut tabel yang menunjukkan profil lulusan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan deskripsinya; Tabel 1. Profil Lulusan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S1) Profil Pendidik Indonesia Deskripsi Profil Bahasa Pendidik Bahasa Indonesia (guru Bahasa Indonesia) pada satuan pendidikan dasar dan menengah yang professional, kekuatan iman dan taqwa, serta berkepribadian yang berakhlaqul karimah Profesional: Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta 73 memerlukan pendidikan profesi; Kekuatan Iman dan Takwa: percaya kepada Allah dan terpeliharanya diri untuk tetap melaksanakan perintah Allah Swt. Berakhlak Mulia: Akhlak (sifat-sifat atau tingkah laku) yang menggunakan ketentuan Allah sebagai tolak ukur dan tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan Allah. Peneliti Bahasa Pendidikan Peneliti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Sastra professional, Indonesia berkepribadian kekuatan yang iman dan berakhlaqul yang taqwa, serta karimah guna menyelesaikan permasalahan di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pengelolaan Sumber Pengelola sumber daya (lembaga, organisasi), dan atau Daya (berwirausaha) menciptakan lapangan usaha di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang professional, kekuatan iman dan taqwa, serta berkepribadian yang berakhlaqul karimah d. Analisis Profil Lulusan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Berdasar penelusuran data alumni, diketahui alumni S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unissula bekerja sesuai keahliannya di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu menjadi guru Bahasa Indonesia di SMP, SMA, dan Sederajat. Akan tetapi beberapa alumni ada juga yang bekerja di luar bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu menjadi tentor bimbingan belajar, menjadi karyawan di perusahaan Swasta dan BUMN, serta berwirausaha. Tantangan yang dihadapi dan dipersiapkan Prodi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ke depan adalah bagaimana alumni dapat bersaing untuk menjadi guru bahasa Indonesia di 74 sekolah interasional yang menuntut penguasaan bahasa Inggris, dimana kita telah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Hasil penelusuran pengguna (sekolah, perusahaan) terhadap lulusan prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari segi sikap atau akhlak, secara personal lulusan prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unissula memiliki akhlaq yang baik, sopan santun dan dapat menjadi tauladan bagi anak didik maupun teman sejawat serta memiliki semangat kerja yang tinggi. Berdasar ketersebaran alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di seluruh Indonesia, maka Prodi harus tetap mengedepankan kualitas lulusan. Mempersiapkan mereka dengan bekal yang cukup untuk melanjutkan pendidikan profesi guru atau ke jenjang S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Keseimbangan antara kedalaman penguasaan ilmu Bahasa Indonesia dan penguasaan metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang kreatif dan inovatif didukung keterampilan penggunaan TIK dan kemampuan bahasa Inggris. Hal tersebut juga diimbangi dengan pendalaman nilai-nilai Islam yang baik menjadi unggulan Prodi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unissula Semarang. e. Rumusan Sikap Capaian Pembelajaran Sikap (Permenristekdikti. No. 44 Tahun 2015) Setiap lulusan program pendidikan akademik, vokasi, dan profesi harus memiliki sikap sebagai berikut: 1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; 2) menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,moral, dan etika; 3) Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila; 4) Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa; 75 5) Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain; 6) Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan; 7) Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara; 8) Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik; 9) Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri; dan 10) Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan. f. Keterampilan Umum Capaian Pembelajaran Keterampilan Umum Lulusan Program Sarjana wajib memiliki keterampilan umum sebagai berikut: 1) Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya; 2) Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur; 3) Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni, menyusun deskripsi saintifik hasil kajiannya dalam bentuk skripsi atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi; 4) Menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk skripsi atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi; 76 5) Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data; 6) Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan pembimbing, kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya; 7) Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah tanggungjawabnya; 8) Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada di bawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri; dan 9) Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan kembali data untuk menjamin kasahihan dan mencegah plagiasi. g. Keterampilan Khusus Capaian Pembelajaran Keterampilan Khusus Lulusan Program Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia wajib memiliki keterampilan khusus sebagai berikut: 1) Mampu merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia secara inovatif dengan mengaplikasikan konsep pedagogik-didaktik Bahasa Indonesia dan keilmuan Bahasa Indonesia serta memanfaatkan berbagai sumber belajar dan IPTEKS yang berorientasi pada kecakapan hidup 2) Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara inovatif dan teruji 3) Mampu melakukan pendampingan terhadap siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia 4) Mampu merancang dan melaksanakan penelitian untuk menghasilkan alternatif penyelesaian masalah di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta mempublikasikan hasilnya 77 5) Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya dalam penyelenggaraan kelas yang menjadi tanggung jawabnya, dan mengevaluasi aktivitasnya secara komprehensif. 6) Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya dalam penyelenggaraan sekolah dan lembaga pendidikan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh tanggungjawab. 7) Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan informasi dan data dalam penyelenggaraan pendidikan yang relevan 8) Mampu mengkaji data dan informasi untuk menentukan pilihan terbaik dari solusi yang telah ada di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia secara mandiri dan kelompok sebagai dasar pengambilan keputusan 9) Mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan atau bahasa Arab untuk mencari referensi dan mengembangkan serta mempublikasikan hasil pemikiran dan hasil penelitian di bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 10) Mampu melakukan pengembangan ilmu pengetahuan (Bahasa Indonesia) sebagai bagian dari dakwah islamiah kepada masyarakat h. Pengetahuan Capaian Pembelajaran Pengetahuan Lulusan Program Sarjana Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia wajib memiliki pengetahuan sebagai berikut: 1) Menguasai konsep pedagogik-didaktik Bahasa Indonesia untuk melaksanakan pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah yang berorientasi pada kecakapan hidup 2) Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis, berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik dan konsep lainnya yang 78 mendukung pembelajaran Bahasa Indonesia di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi lanjut. 3) Menguasai prinsip dan teknik perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia 4) Menguasai pengetahuan faktual tentang fungsi dan manfaat teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang relevan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia. 5) Menguasai metodologi penelitian bahasa, pendidikan dan sastra untuk melaksanakan penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 79 DESKRIPSI GENERIK DAN SPESIFIK DESKRIPSI GENERIK KKNI LEVEL 6 Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan IPTEKS pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam serta SIKAP CAPAIAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN UMUM KETERAMPILAN KHUSUS PENGETAHUAN a. Bertaqwa kepada a. mampu menerapkan pemikiran a. Mampu merencanakan, a. Menguasai konsep Tuhan Yang Maha logis, kritis, sistematis, dan mengimplementasikan, dan pedagogik-didaktik Esa dan mampu inovatif dalam konteks mengevaluasi Bahasa Indonesia menunjukkan sikap pengembangan atau pembelajaran Bahasa untuk melaksanakan religius; implementasi ilmu Indonesia secara inovatif pembelajaran di pengetahuan dan teknologi dengan mengaplikasikan pendidikan dasar dan yang memperhatikan dan konsep pedagogik-didaktik menengah yang menerapkan nilai humaniora Bahasa Indonesia dan berorientasi pada yang sesuai den gan bidang keilmuan Bahasa Indonesia kecakapan hidup keahliannya; serta memanfaatkan berbagai sumber belajar dan IPTEKS yang berorientasi pada kecakapan hidup b. Menjunjung tinggi b. mampu menunjukkan kinerja b. Mampu mengkaji dan b. Menguasai konsep nilai kemanusiaan mandiri, bermutu, dan terukur; menerapkan berbagai teoretis Bahasa dalam menjalankan metode pembelajaran Indonesia meliputi tugas berdasarkan Bahasa Indonesia yang membaca, menulis, agama,moral, dan telah tersedia secara berbicara, menyimak, etika; inovatif dan teruji fonologi, morfologi, semantik, sintaksis, pragmatik, 80 mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok pembelajaran membaca, pembelajaran menulis, pembelajaran berbicara, pembelajaran menyimak, teori sastra, sejarah sastra, kajian sastra, dll. c. Berkontribusi dalam c. mampu mengkaji implikasi c. Mampu melakukan c. Menguasai prinsip peningkatan mutu pengembangan atau pendampingan terhadap dan teknik kehidupan implementasi ilmu siswa dalam pembelajaran perencanaan, bermasyarakat, pengetahuan teknologi yang Bahasa Indonesia pelaksanaan, dan berbangsa, memperhatikan dan evaluasi bernegara, dan menerapkan nilai humaniora pembelajaran Bahasa kemajuan peradaban sesuai dengan keahliannya Indonesia berdasarkan berdasarkan kaidah, tata cara Pancasila; dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni, menyusun deskripsi saintifik hasil kajiannya dalam bentuk skripsi atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi; d. Berperan sebagai d. menyusun deskripsi saintifik d. Mampu merancang dan d. Menguasai warga negara yang hasil kajian tersebut di atas melaksanakan penelitian pengetahuan faktual bangga dan cinta dalam bentuk skripsi atau untuk menghasilkan tentang fungsi dan tanah air, memiliki laporan tugas akhir, dan alternatif penyelesaian manfaat teknologi nasionalisme serta mengunggahnya dalam laman masalah di bidang khususnya teknologi rasa tanggung jawab perguruan tinggi; pendidikan Bahasa dan informasi dan pada negara dan Sastra Indonesia serta komunikasi yang 81 bangsa; e. Bertanggungjawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi f. g. h. mempublikasikan hasilnya relevan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia Menghargai e. mampu mengambil keputusan e. Mampu merencanakan dan e. Menguasai keanekaragaman secara tepat dalam konteks mengelola sumberdaya metodologi penelitian budaya, pandangan, penyelesaian masalah di dalam penyelenggaraan bahasa dan sastra agama, dan bidang keahliannya, kelas yang menjadi untuk melaksanakan kepercayaan, serta berdasarkan hasil analisis tanggung jawabnya, dan penelitian pendidikan pendapat atau informasi dan data; mengevaluasi aktivitasnya bahasa dan sastra temuan orisinal secara komprehensif. orang lain; Bekerja sama dan f. mampu memelihara dan f. Mampu merencanakan dan memiliki kepekaan mengembangkan jaringan mengelola sumberdaya sosial serta kerja dengan pembimbing, dalam penyelenggaraan kepedulian terhadap kolega, sejawat baik di dalam sekolah dan lembaga masyarakat dan maupun di luar lembaganya; pendidikan yang lingkungan; dipercayakan kepadanya dengan penuh tanggungjawab. taat hukum dan g. mampu bertanggungjawab atas g. Mampu mengambil disiplin dalam pencapaian hasil kerja keputusan yang tepat kehidupan kelompok dan melakukan berdasarkan informasi dan bermasyarakat dan supervisi dan evaluasi data dalam bernegara; terhadap penyelesaian penyelenggaraan pekerjaan yang ditugaskan pendidikan yang relevan kepada pekerja yang berada di bawah tanggungjawabnya menginternalisasi h. Mampu melakukan proses h. Mampu mengkaji data dan nilai, norma, dan evaluasi diri terhadap informasi untuk etika akademik; kelompok kerja yang berada di menentukan pilihan terbaik bawah tanggung jawabnya, dari solusi yang telah ada 82 dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri; di bidang pendidikan secara mandiri dan kelompok sebagai dasar pengambilan keputusan i. menunjukkan sikap i. Mampu mendokumentasikan, i. Mampu bertanggungjawab menyimpan, mengamankan, mengimplemetasikan atas pekerjaan di dan menemukan kembali data prinsip-prinsip dan nilaibidang keahliannya untuk menjamin kasahihan nilai agama dalam secara mandiri; dan mencegah plagiasi. kehidupan bermasyarakat j. menginternalisasi j. Mampu berkomunikasi semangat dalam bahasa Inggris dan kemandirian, atau bahasa Arab untuk kejuangan, dan mencari referensi dan kewirausahaan. mengembangkan serta mempublikasikan hasil pemikiran dan hasil penelitian di bidang pendidikan Bahasa Indonesia k. Menunjukkan sikap peka terhadap perkembangan Iptek di era global, 83 TABEL CONTOH MATRIKS KETERKAITAN CAPAIAN PEMBELAJARAN DAN BAHAN KAJIAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA CAPAIAN PEMBELAJARAN URAIAN CP ASPEK SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN UMUM KETERAMPILAN KHUSUS Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; Menguasai konsep pedagogik-didaktik Bahasa Indonesia untuk melaksanakan pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah yang berorientasi pada kecakapan hidup Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya; Mampu merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia secara inovatif dengan mengaplikasikan konsep pedagogik-didaktik Bahasa Indonesia dan keilmuan Bahasa Indonesia serta memanfaatkan berbagai sumber belajar dan IPTEKS yang berorientasi pada kecakapan hidup MK 1 √ MK 2 MK 3 SEMESTER 1 MK MK MK 5 6 7 MK 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ MK 8 √ MK 9 √ KETERANGAN: SEMESTER 1 = 19 SKS NO. KODE MK NAMA MATA KULIAH MK 1 MK 2 WK601001 WK601010 Pendidikan Agama Islam 1 Pancasila BOBOT SKS 3 2 NO. KODE MK NAMA MATA KULIAH MK 6 MK 7 GB601015 GB601016 Berbicara Sejarah Sastra BOBOT SKS 2 2 84 MK 10 MK 3 MK 4 MK 5 ASPEK SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN UMUM KETERAMPILAN KHUSUS GB601012 GB601013 GB601014 Menyimak Membaca Menulis 3 2 2 MK 8 MK 9 GB601017 GB601021 CAPAIAN PEMBELAJARAN URAIAN CP MK 1 menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas √ berdasarkan agama,moral, dan etika; Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis, berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik dan konsep lainnya yang mendukung pembelajaran Bahasa Indonesia di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi lanjut. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur; Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara inovatif dan teruji 2 2 Teori Sastra Linguistik Umum MK 2 √ MK 3 MK 4 SEMESTER 1 MK MK MK 5 6 7 √ √ √ MK 8 MK 9 √ √ √ √ √ √ KETERANGAN: SEMESTER 2 = 21 SKS NO. KODE MK NAMA MATA KULIAH MK 1 MK 2 MK 3 MK 4 MK 5 WK601002 WK601005 WK601006 GB601022 GB601023 Pendidikan Agama Islam 2 Bahasa Inggris ICT for Academic Purpose Fonologi Morfologi BOBOT SKS 3 2 2 2 2 NO. KODE MK NAMA MATA KULIAH MK 6 MK 7 MK 8 MK 9 Mk 10 GB601024 GB601025 GB601033 GB601034 GB601037 Sintaksis Semantik Analisis Kesalahan Berbahasa Kajian Puisi Pengantar Pendidikan 85 MK 10 BOBOT SKS 2 2 2 2 2 ASPEK SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN UMUM KETERAMPILAN KHUSUS CAPAIAN PEMBELAJARAN URAIAN CP MK 1 menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas √ berdasarkan agama,moral, dan etika; Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis, berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik dan konsep lainnya yang mendukung pembelajaran Bahasa Indonesia di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi lanjut. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur; Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara inovatif dan teruji MK 2 MK 3 √ √ SEMESTER 1 MK MK MK 5 6 7 MK 4 MK 8 MK 9 √ √ √ √ √ √ KODE MK NAMA MATA KULIAH MK 1 MK 2 MK 3 MK 4 MK 5 WK601003 GB601026 GB601028 GB601029 GB601030 Pendidikan Agama Islam 3 Pragmatik Psikolinguistik Sosiolinguistik Membaca Estetik BOBOT SKS 3 2 2 2 2 NO. KODE MK NAMA MATA KULIAH MK 6 MK 7 MK 8 MK 9 Mk 10 MK 11 GB601031 GB601032 GB601035 GB601036 GB601039 GB602069 Penulisan Kreatif Kepewaraan dan Kepenyiaran Kajian Prosa Kajian Drama Perkembangan Peserta Didik Korespondensi * 86 √ √ KETERANGAN: SEMESTER 3 = 23 SKS NO. MK 10 BOBOT SKS 2 2 2 2 2 2 CAPAIAN PEMBELAJARAN URAIAN CP ASPEK SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN UMUM KETERAMPILAN KHUSUS menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,moral, dan etika; Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis, berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik dan konsep lainnya yang mendukung pembelajaran Bahasa Indonesia di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi lanjut. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur; MK 1 √ MK 2 √ MK 3 MK 4 SEMESTER 1 MK MK MK 5 6 7 MK 8 MK 9 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ KETERANGAN: SEMESTER 4= 24 SKS KODE MK NAMA MATA KULIAH MK 1 MK 2 MK 3 WK601004 WK601008 Pendidikan Agama Islam 4 Critical Thinking & Problem Solving BOBOT SKS 3 2 GB601019 GB601027 GB601040 Pementasan Drama Wacana Telaah Kurikulum Bahasa Indonesia 3 2 2 MK 4 MK 5 NO. KODE MK NAMA MATA KULIAH MK 6 MK 7 MK 8 GB601041 GB601043 Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Perenc. Pembelj. Bhs. & Sastra Indonesia Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Menulis Karya Ilmiah Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Jurnalistik * MK 9 Mk 10 MK 11 MK 11 √ Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara inovatif dan teruji NO. MK 10 GB601044 GB601054 GB601061 GB602065 87 BOBOT SKS 2 2 2 2 2 2 √ CAPAIAN PEMBELAJARAN URAIAN CP ASPEK SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN UMUM KETERAMPILAN KHUSUS MK 1 menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,moral, dan etika; Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis, berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik dan konsep lainnya yang mendukung pembelajaran Bahasa Indonesia di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi lanjut. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur; √ MK 2 √ MK 3 MK 4 SEMESTER 1 MK MK MK 5 6 7 MK 8 MK 9 √ Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara inovatif dan teruji KODE MK MK 1 MK 2 MK 3 MK 4 MK 5 WK601007 WK601011 GB601018 GB601038 GB601042 NAMA MATA KULIAH Kewirausahaan, Kepemimpinan, dan Dakwah Kewarganegaraan Kritik Sastra Profesi Kependidikan Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia BOBOT SKS NO. √ √ √ √ √ √ √ √ √ KODE MK NAMA MATA KULIAH BOBOT SKS GB601045 GB601046 GB601047 GB601050 Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia Pembelajaran Berbicara Pembelajaran Membaca Pembelajaran Sastra Indonesia 3 2 2 2 GB601051 GB602066 Evaluasi Pembelajaran Stilistika* 2 2 MK 6 3 2 2 2 MK 7 MK 8 MK 9 Mk 10 2 MK 11 MK 11 √ KETERANGAN: SEMESTER 5= 24 SKS NO. MK 10 88 √ ASPEK SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN UMUM KETERAMPILAN KHUSUS CAPAIAN PEMBELAJARAN URAIAN CP MK 1 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas √ MK 2 MK 3 berdasarkan agama,moral, dan etika; Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi, √ morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis, berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik dan konsep lainnya yang mendukung pembelajaran Bahasa Indonesia di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi lanjut. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur; Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara inovatif dan teruji SEMESTER 1 MK MK MK 5 6 7 MK 4 MK 8 MK 9 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ KETERANGAN: SEMESTER 6= 21 SKS NO. KODE MK NAMA MATA KULIAH MK 1 MK 2 MK 3 MK 4 GB601020 GB601048 GB601049 Sastra Profetik Pembelajaran Menyimak Pembelajaran Menulis Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pembelajaran Mikro MK 5 GB601052 GB601053 BOBOT SKS 2 2 2 2 3 NO. KODE MK NAMA MATA KULIAH MK 6 MK 7 MK 8 MK 9 GB601055 GB601056 GB601057 Penelitian Pendidikan Penelitian Bahasa Penelitian Sastra Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) * Filsafat Pendidikan* Mk 10 GB602067 GB602068 MK 10 √ 89 BOBOT SKS 2 2 2 2 2 CAPAIAN PEMBELAJARAN URAIAN CP ASPEK SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN UMUM KETERAMPILAN KHUSUS MK 1 MK 2 MK 3 MK 4 SEMESTER 1 MK MK MK 5 6 7 √ √ √ √ MK 8 MK 9 menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,moral, dan etika; Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis, berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik dan konsep lainnya yang mendukung pembelajaran Bahasa Indonesia di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi lanjut. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur; Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara inovatif dan teruji √ KETERANGAN: SEMESTER 6= 21 SKS NO. KODE MK NAMA MATA KULIAH WK601009 Pengembangan Diri (Co-Curicular Activities) MK 1 BOBOT SKS NO. KODE MK NAMA MATA KULIAH GB601062 Magang 3 BOBOT SKS MK 4 0 2 90 MK 10 MK 2 MK 3 GB601058 GB601060 Seminar Proposal Penelitian Kuliah Kerja Nyata (KKN) 3 3 MK 5 MK 6 GB601063 GB601064 CAPAIAN PEMBELAJARAN URAIAN CP ASPEK SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN UMUM KETERAMPILAN KHUSUS MK 1 Magang 1 Magang 2 MK 2 MK 3 1 1 MK 4 SEMESTER 1 MK MK MK 5 6 7 menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,moral, dan etika; Menguasai konsep teoretis Bahasa Indonesia meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana, membaca, menulis, berbicara, menyimak, psikolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik dan konsep lainnya yang mendukung pembelajaran Bahasa Indonesia di pendidikan dasar dan menengah serta untuk studi lanjut. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur; Mampu mengkaji dan menerapkan berbagai metode √ pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah tersedia secara inovatif dan teruji Semester 8 No 59 Kode GB601059 Mata Kuliah Skripsi SKS 6 JUMLAH 6 91 MK 8 MK 9 MK 10 STATUS MK KURIKULUM PT SN DIKTI – PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 1. Mata kuliah Wajib a. Mata kuliah wajib universitas untuk mahasiswa program studi jenjang Sarjana (S1) terdiri atas: No. MK 1 2 3 4 5 6 7 Kode MK WK601001 WK601002 WK601003 WK601004 WK601005 WK601006 WK601007 8 10 11 WK601008 WK601010 WK601011 Nama Mata Kuliah Bobot SKS Pendidikan Agama Islam 1 Pendidikan Agama Islam 2 Pendidikan Agama Islam 3 Pendidikan Agama Islam 4 Bahasa Inggris ICT for Academic Purpose Kewirausahaan, Kepemimpinan, dan Dakwah Critical Thinking & Problem Solving Pancasila Kewarganegaraan 3 3 3 3 2 2 Jumlah 25 3 2 2 2 b. Mata kuliah wajib untuk mahasiswa program studi kependidikan jenjang Sarjana (S1) terdiri atas: No. MK 11 12 13 Kode MK GB601037 GB601038 GB601039 14 GB601043 15 16 GB601044 GB601051 17 18 19 20 21 22 GB601052 GB601053 GB601059 GB601060 GB601061 GB601062 GB601063 GB601064 Nama Mata Kuliah Bobot SKS Pengantar Pendidikan Profesi Kependidikan Perkembangan Peserta Didik Perenc. Pembelj. Bhs. & Sastra Indonesia Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Evaluasi Pembelajaran Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pembelajaran Mikro Skripsi Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Magang 3 Magang 1 Magang 2 2 2 2 Jumlah 32 2 2 2 2 3 6 3 2 2 1 1 92 c. Mata kuliah wajib untuk mahasiswa program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia jenjang Sarjana (S1) terdiri atas: No. MK 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 Kode MK GB601012 GB601013 GB601014 GB601015 GB601016 GB601017 GB601018 GB601019 GB601020 GB601021 GB601022 GB601023 GB601024 GB601025 GB601026 GB601027 GB601028 GB601029 GB601030 GB601031 GB601032 GB601033 GB601034 GB601035 GB601036 GB601040 GB601041 GB601042 GB601046 GB601047 GB601048 GB601049 GB601050 GB601045 GB601054 GB601055 GB601056 GB601057 GB601058 Nama Mata Kuliah Bobot SKS Menyimak Membaca Menulis Berbicara Sejarah Sastra Teori Sastra Kritik Sastra Pementasan Drama Sastra Profetik Linguistik Umum Fonologi Morfologi Sintaksis Semantik Pragmatik Wacana Psikolinguistik Sosiolinguistik Membaca Estetik Penulisan Kreatif Kepewaraan dan Kepenyiaran Analisis Kesalahan Berbahasa Kajian Puisi Kajian Prosa Kajian Drama Telaah Kurikulum Bahasa Indonesia Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia Pembelajaran Berbicara Pembelajaran Membaca Pembelajaran Menyimak Pembelajaran Menulis Pembelajaran Sastra Indonesia Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia Menulis Karya Ilmiah Penelitian Pendidikan Penelitian Bahasa Penelitian Sastra Seminar Proposal Penelitian 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 Jumlah 63 93 d. Mata pilihan untuk mahasiswa program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia jenjang Sarjana (S1) terdiri atas: No. MK 55 56 57 58 59 60 61 Kode MK Nama Mata Kuliah Bobot SKS MKP.2301 MKP.2302 MKP.2303 MKP.2204 MKP.2205 MKP.2206 MKP.2207 2 2 2 2 2 2 2 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 MKP.2208 MKP.2209 MKP.2210 MKP.2211 MKP.2212 MKP.2301 MKP.2302 MKP.2303 MKP.2204 MKP.2205 MKP.2206 MKP.2207 74 MKP.2208 Penulisan dan Publikasi Puisi* Penulisan dan Publikasi Prosa* Sinematografi * Jurnalistik * Stilistika* Antropologi Sastra* Sastra Bandingan* Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) * Bahasa Jawa* Statistik Pendidikan* Filsafat Pendidikan* Korespondensi * Penulisan dan Publikasi Puisi* Penulisan dan Publikasi Prosa* Sinematografi * Jurnalistik * Stilistika* Antropologi Sastra* Sastra Bandingan* Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) * 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 94 D. STRATEGI PERKULIAHAN Strategi perkuliahan untuk mata kuliah membaca, mahasiswa sebagai calon guru harus mampu menyampaikan materi yang telah dikuasai melalui presentasi individu maupun kelompok. Mahasiswa dibiasakan membuat makalah dan lapoaran bacaan dengan aturan penulisan yang benar. Dosen pemangku menjelaskan materi-materi dasar, selanjutnya mahasiswa lebih mendalami dengan pembuatan makalah dan presentasi. Mahasiswa yang tampil dipilih secara acak. Setelah mempelajari seluruh teori, langsung dilanjutkan dengan mempraktikkan secara tuntas, meliputi: e. Mendemonstrasikan kemampuan dan tipe-tipe pembaca yang baik f. Menerapkan dan mendemontrasikan membaca cepat pada bacaan skuensi dan bacaan klosur g. Menerapkan dan mendemonstrasikan membaca diperpustakaan serta kualitas buku sesuai dengan tujuan membaca h. Mengaplikasikan, mengimplementasikan manfaat membaca buku sesuai dengan tujuan, pendekatan, strategi dan teknik membaca buku. Aturan Dalam perkuliahan, diberikan beberapa Aturan sebagai berikut: a. Perkuliahan dimulai sesuai jadwal yang disepakati. Toleransi waktu 15 menit. Jika mahasiswa masuk lebih dari 15 menit maka tidak diperkenankan untuk mengikuti kuliah. b. Dilarang mengaktifkan HP di waktu perkuliahan, kecuali diperkenankan oleh Dosen. c. Membaca Al Qur’an sebelum perkuliahan secara bergiliran sesuai surat yang ditayangkan. d. Presensi dan keaktifan sangat diperhatikan pada mata kuliah ini. e. Dosen menyampaikan materi dan disertai diskusi, Tanya jawab, kuis dan penugasan. 95 f. Tugas individu sesuai dengan materi dan penugasan dari dosen. Tugas bersifat terstruktur dan tidak ada susulan. Jika pengumpulan melampaui waktu yang telah disepakati maka tidak di anggap. E. MATERI/BAHAN BACAAN 1. Leech, Geoffrey. 1983. The Principles of Pragmatics. New York: Longman. 2. Rustono. 2000. Implikatur Tuturan Humor. Semarang: CV IKIP Semarang Press. 3. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. 4. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. F. TUGAS-TUGAS Setiap mahasiswa mempunyai tugas membaca materi kuliah sebelum materi tersebut dibahas. 1. Mahasiswa diwajibkan membuat laporan bacaan buku yang berhungan dengan mata kuliah membaca yang akan ditentukan kemudian. Struktur Laporan Bacaan: a. Pendahuluan: berisi identitas buku yang dilaporkan secara rinci, yaitu; judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, cetakan, kota dan lembaga penerbit, tebal buku, garis besar isi buku,dll. b. Bagian buku (bab/subbab yang dilaporkan) disampaikan intisarinya dengan menggunakan bahasa sendiri. c. Komentar penulis tentang isi buku yang dilaporkan. Pada bagian ini pelapor dapat menggunakan rujukan lain sebagai pembanding dan atau penjelasan lebih lanjut. d. Penutup, pandangan penulis tentang buku yang dilaporkan, manfaat dan kritik. 2. Tugas presentasi tiap minggu: mahasiswa diharuskan membuat makalah sederhana dengan membentuk kelompok kecil minimal 4 orang untuk membahas dan mempresentasikan materi perkuliahan sesuai yang ditentukan. 96 3. Evaluasi tengah semester dilakukan pada saat jadwal kuliah minggu kedelapan, dan evaluasi akhir semester mahasiswa diuji dengan soal-soal esai. 4. Mahasiswa membuat makalah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan dikumpulkan saat mengikuti ujian akhir. Topik ditentuakan oleh dosen pembimbing. 5. Diakhir perkuliahan mahasiswa ditugaskan membuat rangkuman materi perkuliahan. G. KRITERIA PENILAIAN Nilai akhir mahasiswa diperoleh dengan pembobotan sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kehadiran Nilai Proses (keaktifan di kelas) Nilai Kelompok Nilai Tugas Nilai UTS Nilai UAS = 10 % = 20 % = 10 % = 10 % = 25 % = 25 % Kriteria penilaian merujuk pada peraturan akademik UNISSULA yaitu sebagai berikut : NILAI HURUF A AB B BC C CD D E NILAI BOBOT 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0 RENTANG NILAI ANGKA 85-100 75-84 65-74 60-64 50-59 40-49 30-39 0-29 H. JADWAL KULIAH PERTE MUAN 1 2 3 TOPIK BAHASAN Hakikat membaca Tujuan, manfaat, dan aspek membaca. Jenis membaca BAHAN BACAAN Buku Ajar, PPT Buku Ajar, PPT Buku Ajar, PPT 97 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16. Pendekatan, teori dan manfaat membaca Menjelaskan proses dan jenis proses membaca Membaca ekstensif Membaca intensif Ujian Mid Semester Model membaca Keterbacaan, formula keterbacaan, dan tingkat keterbacaan formula keterbacaan, dan tingkat keterbacaan Teknik uji rumpang, fungsi dan kegunaan teknik uji rumpang, dan Membuat wacana teknik uji rumpang Membuat wacana teknik uji rumpang pengertian KEM dan faktor yang mempengaruhi KEM Mengukur KEM Ujian Akhir Semester Buku Ajar, PPT Buku Ajar, PPT Buku Ajar, PPT Buku Ajar, PPT Buku Ajar, PPT Buku Ajar, PPT Buku Ajar, PPT Buku Ajar, PPT Buku Ajar, PPT Buku Ajar, PPT Buku Ajar, PPT Demikianlah perjanjian kontrak perkuliahan ini dibuat dan mengikat kedua belah pihak, dan untuk ditaati bersama-sama. Perwakilan Mahasiswa ( ___________________ ) M. Pd NIM .................................. Dosen Pengampu, Oktarina Puspita Wardani, NIDN 211313019 98 99 RELEVANSI BAB Pada pembelajaran membaca bab sebelumnya, telah dipejari mengenai konsep keterbacaan. Pada bahasan ini kita akan menentukan bagaimana cara membuat wacana uji rumpang. Teknik uji rumpang dapat diaplikasikan dalam mata kuliah pembelajaran memaca, perencanaan dan pembelajaran mikro. Manfaat teknik Membaca Mahasiswa mampu memilih bahan bacaan yang sesuai dengan tujuan dan tingkat perkembangan siswa. Hal tersebut mencakup dari segi kebahasaan, minat siswa dan tingkat keterbacaan. Isian rumpang juga digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan dan metode dalam pembelajaran. TEKNIK MEMBACA Kemampuan Akhir yang diharapkan 1. Menjelaskan teknik membaca PENDAHULUAN 2. Menjelaskan kegunaan Deskripsi Singkat Cakupan Bab dengan memperhatikan dan teknik teknik wacana untuk membaca Pada bab ini, akan membahas mengenai teknik membaca fungsi fungsi dan 3. Membuat teknik dalam membaca kegunaannya lebih lanjut mampu membuat teknik isian rumpang, scrambel, dan membaca cepat dengan mengaplikasikan pada pembelajaran Bahasa Indonesia. 100 TEKNIK MEMBACA Keterampilan membaca yang perlu dilatihkan kepada siswa antara lain: latihan membaca dengan kecepatan tertentu, latihan mengukur kecepatan membaca, latihan menempatkan secara tepat titik pandang mata, latihan memperluas jangkauan pandang mata. Berikut ini beberapa teknik membaca dan penjelasannya A. SQ3R Sebagai guru kita sering memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang harus diselesaikan siswa agar pelajaran yang telah diberikan di dalam kelas lebih mantap serta lebih dipahami mereka. Agar para siswa dapat menyelesaikan serta menelaah tugas itu dengan baik, maka seyogianyalah mereka dibiasakan dengan cara studi SQ3R. Dengan terbiasa mempergunakan atau mempraktikkan metode ini diharapkan mereka akan mudah menyelesaikan tugas dalam waktu singkat sekaligus memperoleh hasil yang lebih baik. Apakah yang dimaksud SQ3R itu? SQ3R atau metode telaah tugas merupakan salah satu metode pengajaran membaca yang digunakan dalam kelas-kelas tingkat lanjut. S adalah singkatan dari Survey, Q adalah singkatan dari question, Rl adalah read, R2 adalah recite dan R3 adalah review. Tampubolon memberi singkatan SQ3R dalam bahasa Indonesia sebagai survei, tanya, baca, katakan, dan ulang. 101 Sesuai dengan jumlah butir yang ada pada SQ3R itu, maka dalam metode ini terdapat lima tahap kegiatan, yakni melakukan survei, membuat pertanyaanpertanyaan tentang perkiraan isi bacaan, melakukan kegiatan membaca, menceritakan kembali apa yang telah dibaca, dan meninjau ulang hasil kegiatan membaca tersebut. Lima tahap kegiatan dalam metode SQ3R berikut: 1. Survey, artinya meninjau, meneliti, menjajaki, yakni membaca bagian-bagian permulaan buku, seperti halaman judul, kata pengantar, daftar isi, judul bab/subbab, indeks, glosari, dan lain-lain. Bagianbagin tersebut dibaca dengan teknik membaca sekilas (skimming), yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui gambaran umum isi buku atau bagian buku secara menyeluruh dan bersifat umum. Dengan demikian, dalam waktu yang relatif singkat, pembaca akan segera mengetahui apakah buku itu cocok dengan tujuannya, apakah buku tersebut berisi informasi-informasi yang diperlukannya atau tidak. Jika ya, pembaca akan meneruskan kegiatannya untuk memhaca dan mempelajari buku tersebut. Jika tidak, dia akan segera berhenti dan menggantinya dengan buku lain yang lebih relevan. 2. Question (bertanya), yakni mempertanyakan hal-hal sekaitan dengan apa yang diperkirakan muncul dalam bacaan. Pembaca harus merumuskan pertanyaan-pertanyaan sebagai informasi fokus sebelum memulai kegiatan membaca. Pertanyaan-pertanyaan ini akan memandu pembaca pada saat dia melakukan aktifitas baca yang sesungguhnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sebelum kegiatan membaca dapat digali dari prediksi-prediksi pembaca pada saat melakukan survey. Pertanyaan dapat juga muncul karena dorongan/hasrat ingin tahu tentang sesuatu hal yang diduga jawabannya akan diperoleh melalui bacaan tersebut. Membaca dengan maksud untuk dapat 102 menjawab pertanyaan-pertanyaan biasanya lebih sungguh-sungguh dan cermat ketimbang membaca hanya sekedar untuk membaca. 3. Read (membaca). Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan pada tahap Question, selanjutnya pembaca melakukan kegiatan membaca yang sesungguhnya. Membaca dilakukan dengan fleksibel, tidak harus membaca dengan kecepatan yang sama. Hal ini disesuaikan dengan tujuan membaca dan karakteristik bahan bacaan yang dihadapinya. Inilah yang oleh para ahli membaca disebut sebagai "fleksibilitas baca". 4. Recite (menceritakan kembali). Setelah pembaca merasa yakin bahwa sejumlah pertanyaan yang dirumuskan sebelum kegiatan membaca dilakukan telah terpenuhi dan informasi-informasi yang diperlukan telah diperoleh, tahap selanjutnya adalah menceritakan kembali isi bacaan yang telah dibaca. Kegiatan menceritakan kembali isi bacaan ini biasanya disertai dengan pembuatan ikhtisar. Ikhtisar bacaan dapat dibuat dengan ketentuan: (a) ikhtisar dibuat dengan menggunakan kata-kata sendiri; (b) ikhtisar dibuat secara singkat, padat dan jelas, yang mencakup butir-butir penting isi bacaan (c) kegiatan ini dilakukan tidak berbarengan dengan kegiatan lain, misalnya mencatat sambil membaca atau mencatat sambil membuka-buka kembali halaman bacaan. 5. Review (meninjau kembali). Kegiatan meninjau kembali dimaksudkan untuk memeriksa ulang bagian-bagian yang telah dibaca dan dipahami pembaca sebelum meneruskan kegiatan bacanya pada bacaan atau mungkin bab lain. Meninjau ulang dapat dilakukan dengan melihat-lihat bagian-bagian tertentu yang dianggap perlu untuk sekedar menyegarkan kembali ingatan terhadap bacaan yang telah dibaca. Bagian-bagian tersebut dapat berupa judul-judul dan sub judul, diagram-diagram, grafik-grafik, gambar-gambar, dan memeriksa kembali pertanyaan-pertanyaan baik yang telah tersedia dalam bacaan tersebut atau pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan pada tahap Question. Melalui kegiatan peninjauan ulang ini, pembaca harus merasa yakin bahwa 103 apa yang dibacanya itu telah dikuasai dan dipahaminya, memikirkan tingkat keberterimaan gagasan penulisnya, dan meninjau kelemahan dan kebaikan sajian buku tersebut, bila perlu memikirkan kritik dan saran untuk penyempurnaan buku tersebut. Hasil-hasil baca itu dapat ditulis dan dirangkum dalam kartu-kartu baca. Tampubolon menyebutnya sebagai "Kartu Rangkuman Pokok Bacaan Studi". Halhal yang perlu dicatat dalam kartu baca tersebut adalah hal-hal berikut: (a) judul buku, nama pengarang, penerbit, dan tahun terbit; (b) topik/tema bacaan; (c) catatan ringkas mengenai pokok-pokok penting isi bacaan dan ditulis dengan menggunakan bahasa sendiri; (d) kutipan selengkapnya bagian informasi atau pernyataan yang dipandang penting disertai keterangan sumber otentik (tahun terbit dan halamannya). Metode SQ3R ini sangat penting diajarkan kepada siswa. Dengan terbiasa menggunakan metode ini, siswa akan dapat menentukan apakah materi yang dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak, memberi kesempatan kepada mereka untuk membaca dengan pengaturan kecepatan membaca yang fleksibel, membekali mereka dengan suatu metode studi (belajar) yang sistematis. B. MEMBACA SKIMMING Skimming merupakan tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari suatu hal. Oleh karena itu, skimming merupakan cara membaca hanya untuk mendapatkan ide pokok, yang dalam hal ini tidak selalu di awal paragraf, karena kadang ada di tengah, ataupun di akhir paragraf. Pada kegiatan skimming ini, kita dapat melompati bagian-bagian, fakta-fakta, dan detail-detail yang tidak terlalu dibutuhkan, sehingga kita hanya memusatkan perhatian dan cepat menguasai ide pokoknya. Kegiatan skimming ini sering kita lakukan meskipun tanpa kita sadari. Kegiatan itu untuk sekadar mengetahui apakah sebuah buku yang akan dibaca itu sesuai dengan yang dibutuhkan. Skimming seperti itu juga lazim disebut sebagai browsing buku. Skimming merupakan suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai tujuan. Tujuan skimming adalah untuk mendapatkan informasi sebanyakbanyaknya. SelaiN itu, skimming juga bertujuan untuk: 104 a. mengenali topik bacaan; b. mengetahui pendapat (opini) orang; c. mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca keseluruhan; d. mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, kesatuan pikiran, dan hubungan antarbagian dari bacaan tersebut; dan e. penyegaran apa yang telah dibaca. Gerakan mata saat membaca dengan cara skimming ini hampir seperti jika membaca lengkap, kecuali jika kita akan melompati bagian-bagian tertentu. Cara yang efektif adalah menelusuri awal paragraf yang memuat ide pokok. Lalu cepat bergerak (melompat atau skipping) ke bagian lain paragraf itu dan berhenti (fixate) di sana-sini jika menemukan detail memahami, kemudian bergerak cepat lagi dan berhenti lagi untuk memungut detail atau gagasan yang penting. Detail penting dapat ditunjukkan oleh tipografi atau tanda-tanda rincian yang biasanya dengan mudah kita kenali. Skimming juga disebut sebagai review atau tinjauan balik. C. MEMBACA SKANNING Skanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang dicari, yaitu fakta khusus dan informasi tertentu. Skanning sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk mencari: nomor telepon, arti kata pada kamus, entri pada indeks, angka-angka statistik, acara siaran TV, dan melihat daftar perjalanan. Gerakan mata dalam skanning tidak jauh berbeda dengan skimming. Untuk mengetahui tempat informasi tertentu, bantuan yang baik adalah judul-judul bab dan subjudulnya. Jika yang dicari itu suatu angka, gerakan mata dengan cepat dan berhentilah pada setiap angka yang kiranya mirip, jika kiranya bukan, jangan ditunda lagi, teruskan bergerak ke bawah. Demikian juga untuk mencari suatu nama. Jadi, kegiatan skanning adalah untuk mencari informasi khusus. Karena itu 105 kita perlu terlebih dahulu mengetahui apa yang akan kita cari. Selain itu, skanning juga dapat dilakukan pada bacaan yang berupa prosa. Yang dimaksud dengan skanning prosa adalah mencari informasi topik tertentu dalam suatu bacaan, yaitu dengan mencari letak di bagian mana dari tulisan itu memuat informasi yang dibutuhkan. Caranya adalah: 1) mengetahui kata-kata kunci yang menjadi petunjuk, 2) mengenali organisasi tulisan dan sturuktur tulisan, untuk memperkirakan letak jawaban, 3) gerakkan mata secara sistematik dan cepat seperti anak panah meluncur ke bawah atau dengan pola “S” atau zigzag, dan 4) setelah menemukan tempatnya, lambatkan kecepatan membaca untuk meyakinkan kebenaran yang kita cari. Seorang penulis, jika ingin hasil tulisannya lebih baik tidak dan hanya mengacu pada satu sumber saja, melainkan pada beberapa sumber. Untuk itu, diperlukan cara cepat untuk memperoleh informasi topik tertentu pada beberapa sumber. Penulis tidak perlu membaca keseluruhan tetapi cukup dengan skanning melalui daftar isi dan indeks, serta alat-alat visual, seperti grafik. Dalam sebuah buku, mungkin topik yang dicari tersebut menyebar di berbagai bab buku dan harus segera ditemukan dengan mengantisipasi beberapa kemungkinan. Pencarian tersebut harus cepat agar segera dapat beralih dari satu buku ke buku lainnya agar informasi tersebut dapat segera kita kuasai atau dipahami. Pada saat membaca mungkin kita menemukan beberapa kata sulit. Hal itu jangan membuat kita memperlambat cara membaca kita. Arti kata sulit tersebut dapat kita sesuaikan dengan konteks kalimat yang ada. Bila memang kata tersebut terlalu sulit dan tidak kita pahami maknanya, barulah kita melakukan skanning kata di kamus. Dalam melakukan kegiatan tersebut, kita perlu memperhatikan: 1) ejaan kata itu dengan seksama; 2) cara pengucapan, panjang pendeknya, dan aksen (tekanannya); 3) etimologinya; 4) pengertian yang sesuai dengan konteks kalimatnya; 5) contoh kalimatnya; dan 6) petunjuk halaman yang ada di setiap halaman. Untuk menemukan nomor telepon dengan cepat, kita juga perlu 106 melakukan skanning nomor telepon. Terlebih dahulu memperhatikan halaman pertama dari buku telepon tersebut yang sangat membantu dalam mencari nomor yang kita butuhkan. Selain itu, kita juga sering harus melakukan skanning terhadap acara televisi. Hal ini dilakukan agar tidak duduk bengong di depan televisi, sementara banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kita harus dapat secara cepat menemukan acara televisi mana yang benar-benar ingin ditonton. D. MEMBACA CEPAT Membaca cepat artinya membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya. Biasanya kecepatan itu dikaitkan dengan tujuan membaca, keperluan (aspek bacaan yang digali), dan berat ringannya bahan bacaan. Artinya seorang pembaca cepat yang baik, tidak menerapkan kecepatan membacanya secara konstan di berbagai cuaca dan keadaan membaca (Nurhadi, 1787:39). Tarigan (1987) memberi pengertian membaca cepat sebagai membaca segala sesuatu secara cepat dengan teliti dengan maksud untuk menemukan informasi khusus, informasi tertentu yang dia inginkan dari bahan bacaan. Membaca cepat yang baik rata-rata 800- 1000 kata dalam satu menit. Dia tidak akan dapat lulus ujian berdasarkan apa yang telah dibacanya dengan cepat, tetapi dia akan mendapatkan apa yang dicarinya. Sedangkan Harjasujana dan Mulyati menjelaskan hakikat membaca cepat sebagai kegiatan merespon lambanglambang cetak atau lambang tulis dengan pengertian yang tepat dalam waktu yang relatif singkat. Pembaca yang mahir akan memberikan respon terhadap pernyataan penulis dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat memahami maksud penulis dengan setepat-tepatnya. Untuk menjadi pembaca yang mahir, memerlukan keuletan dan latihan yang berulang-ulang, terus-menerus sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. 107 Metode membaca cepat tergantung pada beberapa tujuan atau pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memahami intisari bacaan, bukan bagian-bagian rinciannya yang detil-detil. Metode membaca cepat menuntut kecepatan yang paling tinggi. Pembaca harus menggerakkan matanya secara cepat pada seluruh halaman, siap siaga menyaring, atau menyedot informasi tertentu, pengertian tertentu yang dapat memenuhi tujuan semula membaca. Seorang pembaca hendaklah melakukan lompatanlompatan dalam membaca. Maksudnya, melompati bagian-bagian bacaan tertentu yang tidak penting sehingga panjang bacaan menjadi berkurang hingga 30-40%. Bagian-bagian yang boleh dilompati antara lain bagian yang tidak informatif atau bagian yang dianggapnya tidak perlu mendapat respon, Bagian-bagian yang sudah diketahui, dan bagian-bagian kalimat yang tidak berpengaruh jika dihilangkan. Yang perlu dibaca hanyalah kata kunci, ialah kata-kata atau frase-frase yang jika dihilangkan dapat menimbulkan salah paham atau menyebabkan bahan bacaan itu tidak bisa dipahami. Kemampuan membaca cepat ini tentu sangat bermanfaat, oleh karena itu, guru harus mengajarkan keterampilan ini kepada anak didiknya. Guru harus memberi latihan yang cukup efisien. Dengan demikian anak-anak dapat terampil membaca cepat. Dengan memiliki kemampuan membaca cepat, siswa dapat meninjau kembali secara cepat materi yang pernah dibacanya dan bisa memperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya. E. SCRAMBEL Para mahasiswa, apakah Anda pernah mendengar istilah "scrambel"? "scrambel" merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang berarti perebutan, pertarungan, perjuangan. Scrambel adalah sejenis permainan anak-anak, yang pada dasarnya merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemilikan kosakata mereka, dengan jalan berlomba membentuk kosakatakosakata dari huruf-huruf yang tersedia. Konsep scrambel selanjutnya dipinjam untuk kepentingan pengajaran membaca. Sasaran utamanya pada dasarnya sama, yaitu mengajak anak untuk berlatih menyusun sesuatu agar sesuatu itu menjadi 108 bermakna. Dalam pengajaran membaca, biasanya anak diajak untuk berlatih menyusun suatu organisasi tulisan yang secara sengaja dikacaukan, untuk kemudian anak diminta untuk menataulang susunan tulisan yang kacau menjadi tulisan yang utuh dan bermakna. Melalui metode ini, siswa dapat dilatih berkreasi dengan susunan baru yang mungkin lebih baik dari susunan aslinya. Metode pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain. Mereka dapat berrekreasi sekaligus belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan. Pada prinsipnya, metode ini menghendaki siswa untuk melakukan penyusunan atau pengurutan suatu struktur bahasa yang sebelumnya dengan sengaja telah diacak susunannya. Sesuai dengan sifat jawabannya, scramble terdiri atas beberapa bentuk, yaitu: a. Scramble kata; yaitu sebuah permainan menyusun kata-kata dari huruf-huruf yang telah diacak letak huruf-hurufnya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna. Misalnya dari huruf-huruf : selhako -- sekolah rgamase -- seragam b. Scramble kalimat; yaitu sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata acak sehingga membentuk kalimat logis, bermakna, tepat, dan benar. c. Scramble wacana; yaitu sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak, sehingga membentuk wacana logis dan bermakna. Secara umum Harjasudjana dan Mulyati membagi rambu-rambu pembelajaran membaca dengan teknik scramble ke dalam tiga kegiatan, yakni persiapan, kegiatan inti, dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan (1) Persiapan Dalam persiapan ini, guru dapat melakukan hal berikut : 1. Menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat. Idealnya, guru menyiapkan kartu-kartu kalimat tersebut sebanyak kelompok siswa yang ada. 109 jika hal ini tidak memungkinkan, guru dapat menyiapkan kartu-kartu kalimat sebanyak satu set. 2. Selanjutnya setiap kelompok siswa diminta untuk membuat kartu-kartu kalimat sejenis dalam kertas karton. Setiap kartu hanya mengandung satu kalimat. Kartu-kartu kalimat diberi nomor urut yang susunan pengurutan nomornya secara sengaja dikacaukan. Sebagai contoh, jika kartu pertama berisi salinan kalimat pertama dari wacana semula, maka kartu tersebut jangan diberi nomor urut (1). Berilah nomor lain yang tidak sama urutannya dengan urutan nomor kalimat pada wacana aslinya. 3. Membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 orang siswa dalam satu kelompok. Mengatur posisi tempat duduk, agar kelompok yang satu dengan kelompok lainnya tidak saling mengganggu dan tidak saling terganggu. Jika memungkinkan, kegiatan belajar ini dapat dilakukan di luar kelas, misalnya di taman sekolah atau tempat-tempat terbuka lainnya. Hal ini akan memberi dampak yang lebih baik, karena anak-anak akan merasa berada dalam suasana bermain yang sesungguhnya. 4. Merencanakan langkah-langkah kegiatan serta menentukan jatah waktu yang dibutuhkan untuk setiap fase kegiatan yang akan dilalui dalam kegaiatan inti nanti. Kegiatan (1) Kegiatan Inti Terdapat sejumlah kegiatan yang harus dilalui anak dalam kegiatan inti ini. Secara umum, dalam kegiatan inti Anda dapat melakukan langkah-langkah kerja berikut: 1. Mengkondisikan setiap kelompok siswa dalam keadaan siap dengan perangkat kartu kalimat yang telah dibagikan guru (atau yang direproduksi sendiri oleh kelompok tersebut) untuk didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing. 2. Meminta setiap kelompok siswa mengurutkan kartu-kartu kalimat tersebut menjadi sebuah susunan yang baik dan mudah ditangkap maksudnya. Setiap kelompok siswa melakukan diskusi kecil dalam kelompoknya untuk mencari susunan kartu-kartu kalimat yang dianggap baik dan logis oleh kelompok yang 110 bersangkutan. Alasan-alasan pemilihan susunan kartu-kartu kalimat juga harus dibicarakan dalam kelompok kecil tersebut. Proses kerja kelompok kecil disarankan sebagai berikut : a. Setiap kelompok menunjuk pasangan-pasangan kerja yang terdiri atas dua orang. b. Setiap pasangan kerja mendiskusikan dan menetapkan hasil kerja mereka untuk dibawa ke forum diskusi intern. c. Setiap kelompok mendiskusikan hasil kerja setiap pasangan kerja dalam kelompoknya dan memilih urutan wacana yang dianggapnya paling logis berdasarkan kesepakatan kelompok. d. Hasil keputusan kelompok, kemudian dibawa ke forum diskusi kelompok besar (kelas) di bawah pimpinan guru. 3. Guru memimpin diskusi kelompok besar untuk menganalisis dan mendengarkan pertanggungjawaban setiap kelompok kecil atas hasil kerja masing-masing kelompok yang telah disepakati dalam kelompok itu. Pada kegiatan ini, setiap kelompok diminta untuk: a. Membacakan teks hasil susunan versi kelompoknya. Jika teks tersebut berbentuk/berisi dialog-dialog, mereka dapat membacakan teks tersebut disertai dramatisasinya. Peragaan dramatisasi dimaksudkan untuk lebih meyakinkan dan menguatkan kelogisan susunan teks yang telah mereka pilih. b. Menjelaskan argumen-argumen tentang mengapa mereka memilih susunan seperti itu. c. Membuka forum perbincangan bagi kelompok-kelompok lain, baik dalam bentuk tanya jawab atau komentar dan tanggapan. Demikian seterusnya, sehingga setiap kelompok berkesempatan untuk menampilkan, dan mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompoknya. 4. Setelah seluruh kelompok tainpil, selanjutnya kegiatan diskusi dilanjutkan dengan perbincangan tentang pendapat dan komentar perseorangan. Kegiatan diskusi ini langsung dipimpin oleh guru. Secara individual, siswa dimintai komentar dan tanggapannya tentang susunan mana yang berterima dan mana 111 yang tidak berterima berikut alasan-alasan dan bukti-bukti yang memperkuat pendapatnya itu. Pada kegiatan ini, guru menggiring dan mengarahkan siswa agar mereka melakukan uji-banding atas hasil kerja setiap kelompok kecil tadi serta mengkaji kelogisan setiap alasan dan bukti yang dikemukakannya. Pada akhirnya, diharapkan mereka dapat menentukan sikap/ pilihara sendiri atas susunan wacana yang berterima/logis dan susunan wacana yang tidak berterima atas dasar kerja nalarnya sendiri. 5. Setelah diskusi kelompok besar menghasilkan kesepakatan bersama tentang susunan wacana yang dianggapnya paling logis, kemudian guru mempertunjukkan teks/wacana aslinya. 6. Satu-dua orang siswa diminta untuk membacakan teks asli tersebut secara bergantian. Selanjutnya, melalui kegiatan diskusi kelompok besar, siswa akan memperbandingkan, mengkaji, menilai, dan memutuskan susunan teks yang mana yang paling baik clan logis. 7. Pada akhir kegiatan inti ini, satu-dua orang siswa diminta untuk menceritakan kembali isi wacana tadi dengan menggunakan kata-kata sendiri. Demikian uraian mengenai salah satu model pembelajaran membaca buku dengan teknik Scrambel, mudah-mudahan Anda dapat menerapkannya dengan kreasi yang bagus saat mengajarkan membaca dengan teknik Scrambel kepada siswa. F. ISIAN RUMPANG Para mahasiswa, Anda tentu telah mengetahui bahwa dalam pembelajaran membaca, guru semestinya membina dan meningkatkan keterampilan baca siswa. Guru dituntut untuk mampu memilihkan bahan bacaan yang sesuai dengan tujuan dan tingkat perkembangan siswa yang mencakup kompetensi bahasa, minat, dan tingkat kesukaran baca. Dalam praktiknya, tentu harus pandai menerapkan berbagai metode pembelajaran membaca. Metode isian rumpang, selain dapat dipergunakan sebagai alat untuk menguji keterbacaan, juga dapat dipergunakan sebagai metode pengajaran membaca. Dalam fungsinya sebagai alat ajar membaca, prosedur isian rumpang ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan 112 keterampilan membaca siswa. Fungsi utama dari prosedur isian rumpang adalah sebagai alat ukur dan sebagai alat ajar. Sebagai alat ukur tingkat keterbacaan wacana, bermanfaat untuk menguji tingkat kesukaran dan kemudahan bahan bacaan, mengklasifikasikan tingkat baca siswa (pembaca), dan mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan peringkat siswa. Sebagai alat ajar, isian rumpang dipergunakan untuk melatih kemampuan dan keterampilan membaca siswa dalam hal penggunaan isyarat sintaksis, penggunaan isyarat semantik, pengunaan isyarat skematik, peningkatan kosakata, dan peningkatan daya nalar dan sikap kritis siswa terhadap bahan bacaan. Dengan manfaat tersebut, guru dalam waktu relatif singkat akan mengetahui tingkat keterbacaan wacana, tingkat keterpahaman siswa, dan latar belakang pengalaman, minat, dan bahasa siswa. Proses kerja dari metode isian rumpang adalah berupa penyajian suatu wacana yang secara sengaja dirumpangkan. Perumpangan itu dilakukan dengan cara melesapkan kata-kata tertentu sesuai dengan kriteria untuk masing-masing fungsi. Pelesapan untuk wacana rumpang dalam fungsinya sebagai alat ukur hendaknya memperhatikan kesistematisan jarak lesap. Jarak lesapan yang dimaksud berkisar antara kata ke-5 hingga kata ke-7. Untuk kepentingan ajar, lesapan yang dibuat tidak perlu demikian, namun dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan guru mengenai tingkat kebutuhan yang perlu dilatihkan kepada siswa, misalnya kata kerja, kata benda, kata penghubung, atau kata-kata tertentu yang dianggap penting. Tugas pembaca adalah mengisi bagianbagian yang dilesapkan itu dengan kata yang dianggap tepat dan sesuai dengan tuntutan maksud wacana. Harjasujana dan Mulyati (1997) menjabarkan kriteria pembuatan wacana rumpang sebagai berikut: KARAKTERISTIK SEBAGAI ALAT UKUR SEBAGAI ALAT AJAR Panjang Wacana Antara 250-350 perkataan dari wacana terpilih Setiap kata ke-n hingga berjumlah lebih kurang Wacana yang terdiri dari atas maksimal 150 perkataan Delisi secara selektif bergantung pada Delisi (Lesapan) 113 50 buah kebutuhan siswa dan pertimbangan guru Jawaban berupa kata, Jawaban boleh berupa Evaluasi persis sesuai dengan sinonim atau kata yang kunci/teks aslinya secara struktur dan makna dapat menggantikan kedudukan kata yang dihilangkan Lakukan diskusi untuk Tindak Lanjut membahas jawabanjawaban siswa Taylor (1953) dan Cheek (1983:132) menganjurkan kepada siapa pun yang akan menyusun instrumen teknik uji rumpang, agar mengikuti langkah-langkah berikut ini: 1. Memilih wacana yang tingkat keterbacaannya selaras dengan daya baca siswa yang akan diuji, dengan panjang wacana kurang lebih 250 s.d. 300 kata; 2. Melesapkan setiap kata ke-n (jika mengikuti pola yang sistematis) atau kata tertentu sesuai target ujian; 3. Mengganti kata yang dilesapkan itu dengan garis mendatar sepanjang kata yang dilesapkan. Harap diingat! Pelesapan kata harus dimulai pada kalimat kedua karena kalimat pertama perlu dibiarkan utuh guna mengikat makna. Seandainya kita sudah menyelesaikan ketiga langkah pokok di atas, pekerjaan selanjutnya adalah melengkapi instrumen tersebut sehingga layak dipakai untuk mengumpulkan data. Kelengkapan dimaksud adalah : 1. memberi nomor secara berurutan pada setiap garis yang berfungsi sebagai pengganti kata yang dilesapkan itu; 2. menyediakan ruang untuk identitas testi; 3. membaca ulang instrumen yang sudah disusun dan merevisinya (jika ternyata Anda menemukan adanya kesalahan dalam pengetikan); 4. menetapkan alokasi waktu dan menuangkannya dalam lembar instrumen teknik uji rumpang atau dapat pula hanya diinformasikan pada siswa di saat pelaksanaan; 114 5. membuat petunjuk pengerjaan instrumen yang diharapkan dapat membimbing testi selama proses pengisian wacana rumpang itu; 6. membuat kunci jawaban, boleh berupa “kata lepas” atau wacana utuh dari teknik uji rumpang. Untuk menghasilkan instrumen teknik uji rumpang yang baik maka setiap calon pengguna instrumen ini dituntut agar secara bersungguh-sungguh mengikuti prosedur kerja yang dijelaskan sebelumnya. Walaupun proses kerjanya kelihatannya sederhana, namun tetap memerlukan keseriusan dalam memilih bahan dan menuntut ketelitian dalam melesapkannya sesuai pilihan teknik kita. CONTOH Wacana 1 Motinggo Busye Motinggo Busye lahir di Kupangkota, Lampung, 21 November 1937. Pendidikan akhir Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tetapi ...(1)… tamat karena lebih aktif ....(2)… diri dengan para sastrawan ...(3)… Yogyakarta. Naskah dramanya Malam Jahannam ...(4)… ia tulis saat menginjak ...(5)… 21 tahun dinobatkan oleh Dewan Kesenian jakarta …(5)… naskah terbaik dalam Sayembara Drama Indonesia. ...(7)…juga dikenal sebagai penulis ...(8)…, novel, dan sutradara panggung. ...(9)… ini juga terjun sebagai ...(10)… film. Sebagai penyair, karya-karyanya masuk dalam antologi penyair dunia (1998) dan sebelumnya masuk dalam antologi penyair Asia (1986). Wacana 2 Pada tahap pertama, benda-benda pencemar ... (1)... kasar dipisahkan ... (2)....arus air limbah ...(3)... dimaksudkan. Air ...(4)... tercemar mengalir melalui penyaring, ...(5)... masuk ke dalam ruang besar ...(6)... lazim disebut bak penampung. Benda-benda pencemar ...(7)... masih kasar ...(8)... terbawa mengendap dalam bak penampung. Air ....(9)... tersebar itu kemudian mengalir 115 terus ke dalam tangki khusus, ...(10)... lumpur ...(11)... bercampur minyak mengendap dalam tangki itu ...(12)... dicerna oleh alat ...(13)... terdapat pada tangki pencerna. Para mahasiswa, apakah Anda telah memperhatikan jika pembuatan wacana rumpang pada wacana 1 dan wacana 2 berbeda? Pelesapan kata pada wacana 1 dilakukan pada setiap kata ke lima dengan tingkat keteraturan yang konsisten. Selain itu, kalimat pertama dibiarkan utuh. Kata-kata yang dilesapkan pada wacana 2 adalah kata-kata penghubung dengan jarak lesapan yang tidak teratur. Silakan Anda bandingkan dengan teks aslinya. 116 Wacana 1 Motinggo Busye lahir di Kupangkota, Lampung, 21 November 1937. Pendidikan akhir Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tetapi tidak tamat karena lebih aktif melibatkan diri dengan para sastrawan di Yogyakarta. Naskah dramanya Malam Jahannam yang ia tulis saat menginjak usia 21 tahun dinobatkan oleh Dewan Kesenian jakarta sebagai naskah terbaik dalam Sayembara Drama Indonesia. Motinggo juga dikenal sebagai penulis cerpen, novel, dan sutradara panggung. Belakangan ini, ia terjun sebagai sutradara film. Sebagai penyair, karya-karyanya masuk dalam antologi penyair dunia (1998) dan sebelumnya masuk dalam antologi penyair Asia (1986). Wacana 2 Pada tahap pertama, benda-benda pencemar yang kasar dipisahkan dari arus air limbah yang dimaksudkan. Air yang tercemar mengalir melalui penyaring, kemudian masuk ke dalam ruang besar atau lazim disebut bak penampung. Benda-benda pencemar yang masih kasar yang terbawa mengendap dalam bak penampung. Air yang tersebar itu kemudian mengalir terus ke dalam tangki khusus, dan lumpur yang bercampur minyak mengendap dalam tangki itu dan dicerna oleh alat yang terdapat pada tangki pencerna. Jawaban siswa untuk mengisi metode uji rumpang dalam fungsinya sebagai alat ukur, hendaknya tepat dengan kata yang persis sama dengan teks aslinya. Sedangkan dalam pembelajaran membaca, tidak harus persis teks aslinya. Kata-kata bersinonim atau kata-kata yang dapat menggantikan kedudukan kata asli, baik dilihat dari sudut makna atau struktur kalimatnya, dapat juga diterima sebagai jawaban yang benar. Hal ini dimaksudkan karena tujuan pembelajaran membaca untuk melatih keterampilan membaca siswa. LATIHAN Untuk memantapkan pemahaman Anda pada bahasan kerjakan latihan berikut ini! Petunjuk Jawaban Latihan 1. Anda baca kembali uraian tentang metode pembelajaran membaca. 2. Anda baca kembali tentang metode pembelajaran SQ3R, Membaca Cepat, Scramble, dan Metode Isian Rumpang. 117 Rambu-rambu jawaban latihan 1. SQ3R atau metode telaah tugas merupakan salah satu metode pengajaran membaca yang digunakan dalam kelas-kelas tingkat lanjut. S adalah singkatan dari Survey, Q adalah singkatan dari question, Rl adalah read, R2 adalah recite dan R3 adalah review. Atau dalam bahasa Indonesia, SQ3R adalah singkatan dari survei, tanya, baca, katakan, dan ulang. 2. Membaca Cepat adalah membaca segala sesuatu secara cepat dengan teliti dengan maksud untuk menemukan informasi khusus, informasi tertentu yang dia inginkan dari bahan bacaan. 3. Scramble merupakan metode pembelajaran membaca yang menghendaki siswa untuk melakukan penyusunan atau pengurutan suatu struktur bahasa yang sebelumnya dengan sengaja telah diacak susunannya dengan cara belajar sambil bermain. Mereka dapat berrekreasi sekaligus belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan. 4. Isian Rumpang adalah metode pembelajaran membaca berupa penyajian suatu wacana yang secara sengaja dirumpangkan. Perumpangan itu dilakukan dengan cara melesapkan kata-kata tertentu sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan guru mengenai tingkat kebutuhan yang perlu dilatihkan kepada siswa. 118 RANGKUMAN Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukan hanya kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata, tetapi berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambanglambang yang bermakna baginya. Banyak metode yang dapat merangsang siswa dalam kegiatan membaca khususnya berkaitan dengan pembelajaran membaca. Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca, antara lain: 1. SQ3R 2. Membaca Cepat 3. Scramble 4. Isian Rumpang Banyak manfaat yang dapat diambil dari mempelajari metodemetode membaca tersebut. Melalui metode SQ3R, siswa akan dapat menentukan apakah materi yang dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak, memberi kesempatan kepada mereka untuk membaca dengan pengaturan kecepatan membaca yang fleksibel, membekali mereka dengan suatu metode studi (belajar) yang sistematis. Melalui metode membaca cepat, siswa dapat meninjau kembali secara cepat materi yang pernah dibacanya dan bisa memperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya. Melalui metode Scrambel, siswa dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat, atau wacana yang acak susunannya dengan susunan baru yang bermakna dan mungkin lebih baik dari susunan aslinya. Metode pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain. Mereka dapat berrekreasi sekaligus belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan. Metode isian rumpang sangat bermanfaat untuk melatih kemampuan dan keterampilan membaca siswa dalam hal penggunaan isyarat sintaksis, penggunaan isyarat semantik, pengunaan isyarat skematik, peningkatan kosakata, dan peningkatan daya nalar dan sikap 119 kritis siswa terhadap bahan bacaan. 120 Tes Formatif Kerjakanlah tes formatif nomor 1-10 dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang paling tepat! 1. Jika kita meneliti suatu bacaan dengan cara meninjau, meneliti, menjajaki, yakni membaca bagian-bagian permulaan buku, seperti halaman judul, kata pengantar, daftar isi, judul bab/subbab, indeks, glosari, maka kita melakukan kegiatan … a. Survey b. Read c. Recite d. Review 2. Berikut ini cara membuat ikhtisar yang dapat dilakukan dalam langkah recite. kecuali …. a. Ikhtisar dibuat dengan menggunakan kata-kata sendiri. b. Ikhtisar dibuat secara singkat, padat dan jelas, yang mencakup butir-butir penting isi bacaan. c. Kegiatan ini dilakukan tidak berbarengan dengan kegiatan lain, misalnya mencatat sambil membaca atau mencatat sambil membuka-buka kembali halaman bacaan. d. Kegiatan membaca yang sesungguhnya. 3. Metode pembelajaran membaca yang sering digunakan dalam kelaskelas tingkat lanjut adalah …. a. Isian rumpang b. Membaca cepat c. SQ3R d. Sramble 4. Yang bukan merupakan manfaat dari mempelajari metode SQ3R adalah …. a. Siswa dapat menentukan apakah materi yang dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak. 121 b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca dengan pengaturan kecepatan membaca yang fleksibel. c. Membekali siswa dengan suatu metode studi (belajar) yang sistematis. d. Menambah masukan pikiran pembaca dalam mengelola tulisan. 5. Metode pembelajaran membaca dengan prinsip belajar sambil bermain merupakan metode …. a. Isian rumpang b. Srambel c. Membaca cepat d. SQ3R 6. Dalam sebuah pembelajaran seorang guru menggunakan permainan menyusun huruf-huruf yang diacak menjadi sebuah kata yang bermakna, maka guru tersebut menggunakan metode …. a. Srambel kata b. Scrambel kalimat c. Srambel paragraf d. Scrambel wacana 7. Bagian-bagian di bawah ini dapat dilompati ketika membaca cepat, kecuali …. a. bagian yang tidak informatif b. bagian yang dianggap tidak perlu mendapat respon c. bagian yang sudah diketahui d. bagian yang merupakan kata kunci 8. Seorang pembaca tingkat mahir memiliki kriteria …. a. mampu menemukan informasi khusus b. mampu mendapatkan apa yang dicarinya c. mampu memberikan respon terhadap pernyataan penulis dengan sebaik-baiknya dan dapat mencapai hasil yang optimal d. mampu memberikan manfaat yang berguna dalam menemukan informasi 122 9. Langkah yang tepat dilakukan seorang guru dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa adalah … a. Guru harus memberi latihan yang cukup efisien b. Guru memberikan materi membaca c. Guru mendorong siswa untuk terus melakukan kegiatan membaca d. Guru menyuruh siswa membeli buku bacaan 10. Berikut adalah manfaat dari metode isian rumpang, kecuali …. a. guru dapat mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan peringkat siswa b. dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan tugas rumah c. dapat melatih kemampuan dan keterampilan membaca siswa dalam hal peningkatan daya nalar dan sikap kritis terhadap bahan bacaan d. guru dapat mengetahui tingkat keterpahaman siswa, latar belakang pengalaman, minat, dan bahasa siswa. 123 Kunci Jawaban Tes Formatif Jawaban tes formatif 1 1. A (cukup jelas) 2. D Cara melakukan ikhtisar dengan cara recite yang salah yaitu kegiatan membaca yang sesungguhnya. 3. C Membaca tingkat lanjut menggunakan metode SQ3R. 4. D Manfaat dari mempelajari metode SQ3R, yaitu a. siswa dapat menentukan apakah materi yang dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak. b. memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca dengan pengaturan kecepatan membaca yang fleksibel. c. membekali siswa dengan suatu metode studi (belajar) yang sistematis. 5. B (cukup jelas) 6. A Seorang guru untuk menarik siswa agar mekukan kegiatan membaca menggunakan metode scrambel kata (bermain sambil membaca). 7. D Bagian yang tidak perlu dilompati ketika membaca cepat yaitu bagian yang merupakan kata kunci. 8. C (cukup jelas) 9. A Pemberian latihan-latihan yang efisien dan optimal dalam kegiatan membaca sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan membaca. 10. B memudahkan siswa dalam menyelesaikan tugas rumah merupakan salah satu manfaat metode SQ3R 124 TUGAS RAGAM MEDIA PEMBELAJARAN NAMA : Oktarina Puspita Wardani (43) ASAL PTS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG 125