AHMAD ADIN TAHARA X – TKJ 1 / 09 SMK NEGERI 1 SURABAYA TAHUN PELAJARAN 2019 – 2020 Pengertian Sistem Politik Menurut Ramlan Surbakti, sistem politik adalah proses interaksi antara pemerintah dan masyarakat untuk Berdasarkan menentukan kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam satu wilayah tertentu. pengertian yang dikemukakan oleh Ramlan Surbakti tersebut, maka secara sederhana sistem politik merupakan interaksi antara masyarakat dengan pemerintah yang berkaitan dengan proses pengambilan suatu kebijakan yang dirumuskan atas asas kepentingan bersama. SISTEM POLITIK MENURUT PARA AHLI Menurut mereka, sistem politik terbagi menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut: 1. Sistem-sistem primitif yang intermitten (bekerja dengan sebentarbentar istirahat) 2. Sistem tradisional dengan stuktur bersifat pemerintahan politik yang berbeda 3. Sistem modern di mana struktur politik yang berbeda berkembang dan mencerminkan aktivitas budaya politik “partisipan” Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Sistem Politik di Berbagai Negara 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Paham atau ideologi yang dianut Latar belakang sejarah Kondisi sosiologis Kondisi kultural atau budaya Kondisi kejiwaan masyarakat Pedoman filsafat Pedoman konstitusi dan hokum Sistem Politik Liberal Sistem politik liberal adalah suatu bentuk sistem perwakilan demokrasi bekerja atas prinsip liberalisme, yaitu melindungi hak individu dengan menuangkannya pada aturan. Salah satu ciri utama dari sistem politik liberal adalah kekuasaan negara yang terletak pada parlemen. Adapun kelebihan dari sistem politik liberal ini yaitu kecil kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, hal ini karena kekuasaan tidak berada pada satu pemegang kekuasaan saja. Sedangkan kekurangan dari sistem politik liberal adalah memicu adanya monopoli kekuasaan oleh sekelompok pemangku kekuasaan yang bekerja sama. Negara yang menganut sistem liberal adalah: AmerikaSerikat Argentina Bolivia Brasil Chili Kuba Kolombia Honduras Kanada Meksiko Panama Paraguay Peru Uruguay Venezuela Republik Dominika Greenland Grenada Puerto Riko Suriname. Ciri ciri sistem politik liberal Semua sumber produksi adalah milik masyarakat individu. Masyarakat diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi. Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan ekonomi. Masyarakat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan pemilik sumber daya produksi dan masyarakat pekerja (buruh). Timbul persaingan dalam masyarakat, terutama dalam mencari keuntungan. Kegiatan selalu mempertimbangkan keadaan pasar. Pasar merupakan dasar setiap tindakan ekonomi. Biasanya barang-barang produksi yang dihasilkan bermutu tinggi. Keuntungan dan kelemahan Keuntungan Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonomi, karena masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah/komando dari pemerintah. Setiap individu bebas memiliki untuk sumber-sumber daya produksi, yang nantinya akan mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian. Timbul persaingan semangat untuk maju dari masyarakat. Menghasilkan barang-barang bermutu tinggi, karena adanya persaingan semangat antar masyarakat. Efisiensi dan efektivitas tinggi, karena setiap tindakan ekonomi didasarkan motif mencari keuntungan. Kelemahan Selain ada keuntungan, ada juga beberapa kelemahan daripada sistem ekonomi liberal, adalah: Terjadinya persaingan bebas yang tidak sehat bilamana birokratnya korup. Masyarakat yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Banyak terjadinya monopoli masyarakat. Banyak terjadinya gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi sumber daya oleh individu. Pemerataan pendapatan sulit dilakukan karena persaingan bebas tersebut. Sistem Politik Komunis Sistem politik komunis adalah sistem politik yang memposisikan negara sebagai pengatur dan penguasa penuh atas segala aspek kehidupan bernegara. Dalam sistem politik ini negara tidak hanya menguasai dan mengatur aspek ekonomi dan politik saja, tapi juga kepercayaan/paham warga negaranya serta hal-hal yang dinilai baik buruk dalam kehidupan sosial masyarakat. Hal yang mencolok dalam sistem politik komunis adalah keadaan dimana masyarakat merupakan pelayan negara. Bentuk pelayanan ini merujuk kepada rakyat yang bekerja di lembaga pemerintahan, mereka diberikan berbagai tugas yang melebihi kapasitasnya. Negara-negara komunis yang masih ada hingga kini adalah : Republik Rakyat Tiongkok. Transnistia. Kuba. Korea Utara. Laos. Vietnam. Ciri-ciri Sistem Politik Negara Komunis : Tidak ada ketentuan politik bagi rakyat. Kekuasaan terpusat pada negara (elit politik). Menolak keyakinan atau agama. Hukum ditegakkan demi kepentingan negara (elit politik). Pemerintahan dijalankan secara tertutup. Partisipasi rakyat dipaksakan. Kekurangan dan Kelebihan sistem politik Komunis Kelebihan: Mewujudkan kesetaraan Membuat perawatan kesehatan, pendidikan dan pekerjaan dapat diakses oleh warga negara tidak memungkinkan adanya monopoli bisnis Kekurangan: menghambat pertumbuhan pribadi Mendikte orang-orang Tidak memberi kebebasan finansial Sistem Politik Parlementer Sistem politik parlementer adalah sistem politik yang menjadikan parlemen sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Dalam sistem politik terdapat seorang presiden sebagai kepala negara, dan seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Adapun kelebihan sistem politik parlementer yaitu memiliki fleksibilitas yang tinggi terhadap pendapat publik. Sedangkan kelemahan dari sistem politik ini adalah proses pelaksaaan pemerintahan yang tidak stabil serta tidak ada perbedaan yang jelas antara kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif. Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu: Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala negara dikepalai oleh presiden/raja. Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan undang-undang. Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen. Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif. Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif. parlemen sebagai pemegang kekuasaan di negara tersebut Negara yang menganut sistem parlementer yaitu: Kanada Jamaika Irak Israel Jepang Kamboja Malaysia Singapura Thailand Sistem Politik Presidensial Sistem politik presidensial adalah sistem politik yang memisahkan antara kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif. Sistem politik presidensial memiliki nama lain yaitu sistem kongresional. Dalam sistem politik presidensial, presiden merupakan kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden menduduki kekuasaan terkuat yang tidak dapat dijatuhkan oleh lembaga lainnya yang berada dalam pemerintahan negara tersebut. Presiden dapat dilengserkan dari kursi kekuasaannya hanya jika ia terlibat dalam pelanggaran berat seperti : pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara dan terlibat masalah kriminal. Untuk disebut sebagai sistem presidensial, bentuk pemerintahan ini harus memiliki tiga unsur yaitu: Presiden yang dipilih rakyat Presiden secara bersamaan menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan dan dalam jabatannya ini mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait. Presiden harus dijamin memiliki kewenangan legislatif oleh UUD atau konstitusi. Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu: Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara. Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat. Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen. Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif (bukan kepada kekuasaan legislatif). Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif. Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif. Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial: Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Filipina adalah enam tahun dan Presiden Indonesia adalah lima tahun. Masa pemilihan umum lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri. Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial: Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan kekuasaan mutlak. Sistem pertanggungjawaban kurang jelas. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas Pembuatan keputusan memakan waktu yang lama. Negara dengan sistem pemerintahan presidensial Afghanistan. Argentina. Bolivia. Brazil. Burundi. Chili. Sistem Politik Otoriter/Totaliter Sistem politik otoriter adalah sistem politik dimana segala bentuk peraturan dan kebijakan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara berasal dari satu sumber, yakni dari pemangku kekuasaan tertinggi. Sistem politik otoriter dikenal juga dengan sistem politik diktator karena pada sistem politik ini dipimpin oleh seseorang yang diktator. Sistem politik otoriter memiliki satu ciri khas yakni kekuasaan politik tak terbatas oleh sang pemimpin atau partai politik yang berkuasa. Menurut Theodore M. Vestal dalam bukunya berjudul Ethiopia: A Post-Cold War African State, mengemukakan bahwa sistem politik otoriter memiliki 6 ciri-ciri, yaitu sebagai berikut : 1. infrastruktur dan fasilitas pemerintahan dikendalikan secara terpusat 2. mengikuti 4 prinsip : 1. aturan datang dari seseorang, bukan dari hukum 2. pemilihan umum bersifat kaku 3. semua keputusan politis ditentukan oleh satu pihak dan berlangsung tertutup 4. penggunaan kekuatan politik yang seolah-olah tidak terbatas 3. pemimpin dipilih sendiri atau menyatakan diri 4. tidak ada jaminan kebebasan sipil maupun toleransi untuk oposisi 5. tidak ada kebebasan membentuk suatu kelompok, organisasi atau partai politik selain dari partai politik yang incumbent 6. kestabilan politik dipertahankan melalui : 1. kontrol penuh terhadap dukungan pihak militer untuk mempertahankan keamanan sistem dan kontrol terhadap masyarakat 2. birokrasi dikuasai oleh orang-orang yang mendukung rezim 3. kendali terhadap oposisi dari internal negara 4. pemaksaan kepatuhan kepada publik melalui berbagai cara sosialisasi Negara yang menganut sistem otoriter: Irak, Jerman, Italia, Kamboja, Kongo, Arab Saudi, Brunei Darussalam, Korea Utara. Sistem Politik Anarki Sistem politik anarki adalah sistem politik yang merujuk pada konsep anarki yakni tidak memiliki pemimpin dan tidak memiliki pemerintahan yang berdaulat. Dalam sistem politik anarki ini tidak ada kekuatan dan kekuasaan koersif secara hierarki yang bertugas menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi, memberlakukan hukum, dan menata sistem pemerintahan seperti halnya yang terjadi di negara-negara lain. Konsep anarki merupakan fondasi teori hubungan internasional realis, liberal, neorealis, dan neoliberal. Teori konstruktivis meragukan bahwa anarki adalah keadaan dasar sistem internasional; Alexander Wendt, pemikir konstruktivis modern yang paling berpengaruh, sering dikutip mengatakan, "Anarki adalah segala hal yang dilakukan oleh negara".[1] Artinya, anarki tidak inheren di dalam sistem internasional, melainkan hanya ciptaan negara di dalam sistem. Sistem Politik Demokrasi Sistem politik demokrasi merupakan sistem politik yang memberikan hak setara kepada seluruh warga negara atau rakyatnya dalam proses pengambilan suatu kebijakan atau keputusan yang menyangkut kepentingan bersama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Suatu negara yang menerapkan konsep sistem politik demokrasi, rakyat mendapatkan hak untuk berpartisipasi dalam merumuskan, mengembangkan, membuat, dan menentukan suatu hukum baik secara langsung ataupun perwakilan. Salah satu ciri utama dari sistem politik demokrasi ini adalah adanya wakil-wakil rakyat dalam lembaga pemerintahan. Wakil rakyat ini merupakan perpanjangan tangan dari rakyat, yang bertugas mengawasi jalannya pemerintahan serta menyampaikan aspirasi rakyat dalam berbagai kegiatan pemerintahan baik bidang politik, ekonomi, sosial maupun hukum. Ciri-Ciri Sistem Politik Demokrasi Warga negara ikut terlibat dalam pengambilan keputusan politik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat pengakuan, penghargaan dan perlindungan terhadap hak asasi rakyat. Terdapat lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman independen sebagai bagian dari alat penegakan hukum. Persamaan hak bagi seluruh rakyat di segala bidang (pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya). Terdapat kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara. Pers yang bebas dalam menyampaikan informasi dan juga mengontrol perilaku kebijakan pemerintah. Terselenggaranya pemilihan umum yang bebas, adil, jujur dalam menentukan pilihan pemimpin dan pemerintahan serta anggota perwakilan rakyat. Terdapat pengakuan dari perbedaan keragaman suku, agama, budaya, bahasa dan lain sebagainya Prinsip-prinsip demokrasi Kedaulatan rakyat; Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah; Kekuasaan mayoritas; Hak-hak minoritas; Jaminan hak asasi manusia; Pemilihan yang bebas, adil dan jujur; Persamaan di depan hukum; Proses hukum yang wajar; Pembatasan pemerintah secara konstitusional; Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik; Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat. Negara – Negara Penganut Sistem Demokrasi 1. 2. 3. 4. Indonesia Amerika Serikat India Jepang 5. Filipina 6. Brazil Sistem Politik Demokrasi Transisi Sistem politik demokrasi transisi adalah sistem politik yang belum stabil, dimana sistem ini diberlakukan pada masa transisi antara satu orde pemerintahan ke orde pemerintahan selanjutnya. Tidak jelasnya orde pemerintahan yang akan berlaku di masa yang akan datang disebut sebagai suatu rangkaian berbagai kemungkinan. Masa politik transisi ini dapat mengarah kepada terjadinya penciptaan sejenis demokrasi, kembali pada masa rezim otoriter yang pernah terjadi sebelumnya maupun munculnya suatu sistem politik alternatif yang lebih revolusioner. Menurut Rustow, masa demokrasi transisi ini melalui tiga tahapan, yakni : 1. terjadinya polarisasi antar pemain-pemain politik baru 2. terjadinya kompromi dan negosiasi 3. habituasi (pembiasaan) terhadap aturan-aturan main demokratis