Uploaded by User36997

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah

advertisement
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN
MODUL
AKUNTANSI KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH DAN SKPD
KURSUS KEUANGAN DAERAH KHUSUS
PENATAUSAHAAN/AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
(KKDK)
TAHUN ANGGARAN 2014
Tim Penyusun Modul
Andy P. Hamzah
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Arief Surya Irawan
Universitas Gadjah Mada
Eko Wisnu
Universitas Indonesia
Dra. Husna Roza
Universitas Andalas
Lilik Purwanti
Universitas Brawijaya
Rahmawati
Universitas HasanuDdin
Lintje Kalangi
Universitas Sam Ratulangi
Didin Solahudin
DJPK, Kementerian Keuangan RI
Agus Solihin
DJPK, Kementerian Keuangan RI
Dian Yulia Sari
DJPK, Kementerian Keuangan RI
Handbook of Local Government Financial Accounting
i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Sang Pencipta atas perkenanNya, Modul
Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik
oleh tim penyusun.
Modul ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian paket materi
pembelajaran yang akan digunakan dalam Kursus Keuangan Daerah (KKD) Khusus
Penatausahaan/Akuntansi Keuangan Daerah tahun 2014 bagi pejabat/staf di lingkungan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD), yang penyelenggaraannya merupakan hasil kerjasama antara 7 Center dan
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Modul dalam paket tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian besar; bagian pertama
berisi materi-materi tinjauan pengelolaan keuangan daerah untuk menjelaskan
lingkungan akuntansi pemerintah daerah, bagian kedua berisi materi-materi sistem dan
prosedur penatausahaan dan akuntansi keuangan daerah, dan bagian ketiga berisi
materi akuntansi keuangan pemerintah daerah.
Kami berharap, Modul yang telah disusun dengan mempertimbangkan aspek
kemudahan untuk dipahami ini, menjadi materi yang bermanfaat bagi peserta Kursus
Keuangan Daerah,
terutama dalam meningkatkan kualitas transparansi dan
akuntabilitas keuangan publik. Semoga keseluruhan proses pembelajaran keuangan
daerah ini menjadi proses yang berkelanjutan untuk mencapai kondisi yang lebih baik.
Akhirnya, kepada para penulis dan editor Modul ini, kami ucapkan terima kasih
tak terhingga dan semoga karya ini akan menjadi bagian amal saudara sekalian. Tak ada
gading yang tak retak, tak ada karya yang sempurna, kecuali karya dari Yang Maha
Berkarya. Kritik dan saran yang membangun dari peserta kursus, sesama pengajar dan
seluruh pembaca Modul sangat kami harapkan demi peningkatan kualitas Modul. Setiap
karya haruslah dipandang sebagai produk dinamis yang selalu punya peluang untuk
ditingkatkan mutunya. Wallahu’alam bissawab.
Direktur PKD,
Adriansyah
NIP 195606071984031001
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
ii
Daftar Singkatan
Istilah
(Singkatan)
Penjelasan
LO
Laporan Operasional
LRA
Laporan Realisasi Anggaran
LPE
Laporan Perubahan Ekuitas
LPSAL
Laporan Perubahan Sisa Anggaran Lebih
SAP
Standar Akuntansi Pemerintahan
SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah
SKPKD
Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah
PPKD
Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah
BUD
Bendahara Umum Daerah
ALK
Analisis Laporan Keuangan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
iii
Daftar Tabel
TABEL 1 PERKEMBANGAN PEMBERIAN OPINI BPK 2006 – 2012……………………………………40
TABEL 2 CONTOH BENTUK AKUN 4 (EMPAT) KOLOM……………………………………………………45
TABEL 3 PERBANDINGAN LAK BERBASIS CTA DENGAN LAK BERBASIS AKRUAL……………158
TABEL 4 FORMAT CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN……………………………………………163
TABEL 5 PERKEMBANGAN PEMBERIAN OPINI BPK………………………………………………………202
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
iv
Daftar Gambar
GAMBAR 1 KETERKAITAN ANTAR LAPORAN KEUANGAN………………………………………………39
GAMBAR 2 ALUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN……………………………………………….54
GAMBAR 3 METODLOGI PEMERIKSAAN ATAS LPKD……………………………………………………192
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
v
Daftar Lampiran
LAMPIRAN 1 BAGAN ALIR AKUNTANSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN.......................................................... 289
LAMPIRAN 2 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPD (1) ..................................................................................... 290
LAMPIRAN 3 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPD (2) ..................................................................................... 291
LAMPIRAN 4 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN SKPD (1) ....................................................................... 292
LAMPIRAN 5 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN SKPD (2) ....................................................................... 293
LAMPIRAN 6 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPKD (PPKD) (1) ....................................................................... 294
LAMPIRAN 7 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPKD (PPKD) (2) ....................................................................... 295
LAMPIRAN 8 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN PEMDA (2) ...................................................................... 296
LAMPIRAN 9 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN PEMDA (2) ...................................................................... 297
LAMPIRAN 10 BAGAN ALIR PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD (1) ............................................ 298
LAMPIRAN 11 BAGAN ALIR PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD (2) ............................................ 299
LAMPIRAN 12 BAGAN ALIR PEMBAHASAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA (1) ................................................ 300
LAMPIRAN 13 BAGAN ALIR PEMBAHASAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA (2) ................................................ 301
LAMPIRAN 14 ARTIKEL PENYIMPANGAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA ........................................................ 302
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
vi
PENDAHULUAN
a.
Abstraksi:
Modul Akuntansi Keuangan Pemda dan SKPD ini dapat dikatakan memiliki
empat bagian besar dan sifatnya adalah sekuensial, artinya topik-topik yang
disampaikan disini diuraikan berdasarkan urutan materi yang harus dikuasai oleh
peserta untuk dapat mencapai kompetensi dasar mampu menyusun laporan
keuangan pemerintah daerah.
Empat bagian besar dari isi Modul ini meliputi pengantar akuntansi
pemerintahan, siklus akuntansi pemerintah daerah, prinsip-prinsip akuntansi
keuangan daerah, dan proses penyusunan laporan keuangan daerah. Dalam materi
konsep dasar akuntansi keuangan daerah ditekankan pada pemahaman persamaan
dasar akuntansi pemerintah daerah dan aturan debit-kredit serta analisis transaksi
dan pencatatan transaksi. Hal ini sangat penting dan memberikan landasan
pemahaman untuk dapat memahami materi selanjutnya.
Setelah memahami pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus akuntansi,
materi berikutnya adalah peseta dikenalkan dengan prinsip dasar/kebijakan
akuntansi keuangan daerah yang meliputi item-item pos laporan keuangan
pemerintah daerah. Pengenalan prinsip/kebijakan akuntansi keuangan daerah
diuraikan dalam 5 aspek/atribut yaitu definisi, pengakuan, pengukuran, pencatatan,
penyajian dan pengungkapan.
Setelah pemahaman atas pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus
akuntansi dan prinsip/kebijakan akuntansi pemerintah daerah, kemudian
dilanjutkan dengan proses penyusunan laporan keuangan daerah (SKPD, PPKD dan
Konsolidasi), meliputi langkah analisis dan pencatatan transaksi, pencatatan
penyesuaian akhir tahun , posting ke buku besar, penyusunan neraca saldo setelah
penyesuaian, dan berakhir dengan penyusunan laporan keuangan. Yang perlu
diingat dan disampaikan kepada peserta adalah bahwa teknik untuk mencatat
transaksi menggunakan teknik double entry sesuai Permendagri 64 tahun 2013
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah.
Selain berisi materi, Modul ini juga dilengkapi dengan lembar kerja peserta
(LKP) per topik yang harus diisi oleh setiap peserta guna memperoleh sekaligus
mengecek/membuktikan bahwa pemahaman atas materi di setiap topik telah
diperoleh.
Dengan pola penyajian materi dengan disertai lembar kerja peserta tersebut
diharapkan peserta dapat mempraktekkan secara komprehensif proses penyusunan
laporan keuangan pemerintah daerah.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
vii
b.
Tujuan pelatihan
Setelah mempelajari Modul ini peserta pelatihan diharapkan mampu menyusun
laporan keuangan pemerintah daerah meliputi laporan keuangan SKPD, laporan
keuangan PPKD dan laporan keuangan konsolidasian (laporan keuangan
pemerintah daerah).
c.
Peserta pelatihan
Persyaratan peserta untuk mengikuti pelatihan Modul akuntansi keuangan daerah
ini:
1. Pegawai/calon pegawai Pemerintah daerah yang menangani akuntansi
keuangan daerah atau akan diproyeksikan menangani akuntansi keuangan
daerah.
2. Latar belakang pendidikan SMA/D3/S1 semua jurusan
d.
Materi Pelatihan
Topik-topik yang disajikan dalam Modul ini yaitu:
Topik I
: Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Topik II
: Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
Topik III : Akuntansi Keuangan Daerah
Topik IV : Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Topik V
: Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Topik VI : Penyusunan Laporan Keuangan Daerah (Konsolidasian)
Topik VII : Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Topik VIII : Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
e.
Metode Pelatihan
Metode dan pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam mencapai
kompetensi dasar materi ini adalah metode partisipatif dengan pendekatan
pembelajaran andragogi (pembelajaran orang dewasa) dimana pola penyampaian
materi dilandaskan pada golden rule yaitu 10-60-40 dimana 10% (pengantar
pelatihan/introduction), 60% (praktek/aktifitas) dan 30% (integrasi antara teori
dan praktek). Dalam proses pembelajaran, dijelaskan mengenai materi dan proses
penyusunan laporan keuangan dengan mempraktekkannya/mengerjakannya dalam
lembar kerja peserta di bagian akhir Modul ini bersama pengajar. Prinsip yang
harus dipegang adalah bahwa semua mengerjakan sama-sama baik tiap-tiap
peserta maupun pengajar, dan dicocokkan dan ketemu hasil yang sama. Sehingga
dengan demikian setiap peserta mampu menunjukkan/memberikan bukti
pemahaman setiap topik materi yang sudah dipelajari.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
viii
f.
Perlengkapan dan Fasilitas Pelatihan
Perlengkapan/Media Pembelajaran yang harus disiapkan untuk menyukseskan
proses pembelajaran materi ini yaitu:
1. LCD Proyektor
2. Kabel Roll (dengan jumlah colokan sebanyak jumlah peserta)
3. Laptop setiap Peserta
4. Whiteboard
5. Spidol
6. Penghapus
7. Lakban Kertas (untuk Pengenal Peserta)
8. Kalkulator untuk setiap peserta
g.
Evaluasi Pelatihan
Evaluasi yang dilakukan meliputi 3 hal yaitu:
1. Evaluasi terhadap peserta meliputi:
 Kehadiran:
o Minimum kehadiran peserta untuk dapat mengikuti ujian adalah
80% dari total hari pelatihan.
 Partisipasi di kelas
o Fasilitator memberikan penilaian atas keaktifan peserta dalam
presentasi, diskusi dan mengerjakan soal.
 Ujian
o Dilakukan dengan memberikan soal ujian proses penyusunan
laporan keuangan SKPD di akhir pertemuan.
o Nilai akhir meliputi nilai ujian, nilai partisipasi dan nilai kehadiran
dengan bobot masing-masing 60%, 30% dan 10%.
o Peserta yang dinyatakan tidak lulus akan diberikan sertifikat telah
mengikuti pelatihan.
2. Evaluasi terhadap fasilitator
 Dilakukan untuk setiap fasilitator per topik yang disampaikan.
 Meliputi aspek penilaian: kompetensi, teknik presentasi dan komunikasi,
serta sikap dan perilaku
3. Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan
 Dilaksanakan 2 kali yaitu di tengah waktu pelatihan dan di akhir pelatihan.
 Meliputi aspek penilaian: sarana dan prasarana, konsumsi , dan pelayanan
panitia.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..……………………………..…………. ii
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………………………….……………………………..……….. iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………………………………………………….... iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………….……………………………………….… v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................... VI
PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………………………………….….. vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................X
BAB I PENGANTAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN ..................................................................... 14
A.
B.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
D.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
E.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
F.
A.
1.
2.
3.
REFORMASI AKUNTANSI PEMERINTAHAN ....................................................................... 15
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN ........................................................................... 17
KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN.................................................................. 18
Pengertian Akuntansi Pemerintahan ............................................................................. 18
Lingkungan Akuntansi Pemerintahan ............................................................................ 18
Peranan Laporan Keuangan .......................................................................................... 18
Tujuan Pelaporan Keuangan.......................................................................................... 19
Pengguna dan Kebutuhan Informasi ............................................................................. 20
Entitas Akuntansi dan Pelaporan................................................................................... 21
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan .................................................................... 21
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN ......................................................... 22
Basis akuntansi; ............................................................................................................ 23
Prinsip Nilai Historis; ..................................................................................................... 23
Prinsip Realisasi; ........................................................................................................... 23
Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form) ..................... 24
Prinsip Periodisitas ........................................................................................................ 24
Prinsip Konsistensi......................................................................................................... 24
Prinsip Pengungkapan Lengkap ................................................................................... 24
Prinsip Penyajian Wajar................................................................................................ 24
JENIS DAN BENTUK LAPORAN KEUANGAN ....................................................................... 25
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) ................................................................................. 25
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL)....................................................... 27
Laporan Operasional (LO) .............................................................................................. 28
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) .................................................................................. 29
Neraca............................................................................................................................ 30
Laporan Arus Kas (LAK) .................................................................................................. 32
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) ....................................................................... 35
KETERKAITAN ANTAR LAPORAN KEUANGAN ................................................................... 36
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI DAN PENCATATAN TRANSAKSI ................................... 40
Persamaan Dasar Akuntansi .......................................................................................... 40
Aturan Debit dan Kredit ................................................................................................. 41
Pencatatan Dengan Akun .............................................................................................. 42
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
x
B.
A.
1.
2.
B.
1.
2.
3.
C.
1.
2.
D.
1.
2.
3.
E.
1.
2.
F.
1.
2.
3.
SIKLUS AKUNTANSI ............................................................................................................ 50
AKUNTANSI PENDAPATAN DAN PIUTANG ........................................................................ 64
Akuntansi Pendapatan ................................................................................................. 64
Akuntansi Piutang ......................................................................................................... 66
AKUNTANSI BELANJA BARANG DAN JASA, BEBAN DAN PERSEDIAAN ............................. 67
Akuntansi Belanja Barang dan Jasa ............................................................................. 67
Akuntansi Beban ........................................................................................................... 68
Akuntansi Persediaan ................................................................................................... 70
AKUNTANSI BELANJA MODAL DAN ASET TETAP ............................................................... 71
Akuntansi Belanja Modal ............................................................................................. 71
Akuntansi Aset Tetap .................................................................................................... 71
AKUNTANSI PEMBIAYAAN, INVESTASI DAN KEWAJIBAN ................................................. 74
Akuntansi Pembiayaan ................................................................................................. 74
Akuntansi Investasi ....................................................................................................... 75
Akuntansi Kewajiban .................................................................................................... 76
AKUNTANSI DANA CADANGAN DAN TRANSAKSI NON ANGGARAN ................................ 77
Akuntansi Dana Cadangan ........................................................................................... 77
Akuntansi Transaksi Non Anggaran ............................................................................. 77
AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN, JURNAL PENYESUAIAN DAN JURNAL PENUTUP ....... 78
Akuntansi Koreksi Kesalahan ....................................................................................... 78
Jurnal Penyesuaian ....................................................................................................... 81
Jurnal Penutup .............................................................................................................. 82
BAB IV PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD .................................................................. 83
A.
B.
C.
SISTEM AKUNTANSI SKPD ................................................................................................. 85
STRUKTUR ANGGARAN SKPD ............................................................................................ 86
PROSES AKUNTANSI SKPD – ILUSTRASI ............................................................................. 86
1. Ilustrasi Akuntansi SKPD ............................................................................................... 86
5. Penyelesaian soal .......................................................................................................... 91
BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD ................................................................. 120
A.
B.
SISTEM AKUNTANSI PPKD ............................................................................................... 121
PROSES AKUNTANSI PPKD – ILUSTRASI........................................................................... 122
1. Ilustrasi Akuntansi PPKD ............................................................................................. 122
2. Penyelesaian soal ........................................................................................................ 126
TOPIK VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (KONSOLIDASIAN) .... 149
A.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
C.
PENYUSUNAN LAPORAN PERUBAHAN SAL ..................................................................... 158
PENYUSUNAN LAPORAN ARUS KAS ................................................................................ 159
Aktivitas Operasi .......................................................................................................... 160
Aktivitas Investasi ........................................................................................................ 160
Aktivitas Pendanaan .................................................................................................... 161
Aktivitas Transitoris ..................................................................................................... 161
Ilustrasi Penyusunan LAK ............................................................................................. 162
PENYUSUNAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ................................................... 163
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
xi
BAB VII ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ............................................ 177
A.
B.
C.
D.
E.
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 178
PENGERTIAN .................................................................................................................... 178
TUJUAN DAN MANFAAT ................................................................................................. 179
METODE DAN TEKNIK ANALISIS ...................................................................................... 180
KETERBATASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ........................................................... 186
BAB VIII REVIU DAN PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ................ 188
A.
1.
2.
B.
1.
2.
3.
C.
D.
1.
2.
E.
1.
2.
F.
G.
H.
1.
2.
3.
I.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 190
Definisi Audit ............................................................................................................... 190
Jenis-Jenis Auditor Berdasarkan Organisasinya (Entitas):......................................... 191
DASAR-DASAR PEMERIKSAAN KEUANGAN .................................................................... 191
Pengertian, Tujuan dan Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan .................................. 191
Perbedaan Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan .............................................. 192
Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan....................................................................... 193
STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN............................................................................. 193
METODOLOGI DAN TAHAPAN PEMERIKSAAN KEUANGAN ............................................ 193
Metodologi Pemeriksaan ............................................................................................. 194
Asersi Manajemen ....................................................................................................... 195
TEKNIK PEMERIKSAAN DAN PENGENDALIAN INTERN .................................................... 197
Bukti dan Prosedur Pemeriksaan ................................................................................. 197
Pengendalian Intern Dalam Pemeriksaan Keuangan .................................................. 200
TEMUAN DAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN .............................................................. 201
TANGGAPAN MANAJEMEN ATAS TEMUAN .................................................................... 203
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK ............................................................................... 203
Jenis-jenis Laporan Hasil Pemeriksaan ........................................................................ 204
Langkah-langkah Penyusunan dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan .......... 207
Surat Representasi ....................................................................................................... 207
KOMUNIKASI DALAM PEMERIKSAAN ............................................................................. 210
Pengertian dan Tujuan Komunikasi Dalam Pemeriksaan ............................................ 211
Komunikasi Antara Pemeriksa dengan Auditi.............................................................. 212
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Pemeriksaan ......................... 213
Kiat-kiat Menghadapi Pemeriksa ................................................................................ 214
Pendekatan Dalam Menyelesaikan Temuan ............................................................... 215
Memenangkan Negosiasi Dengan Pemeriksa ............................................................. 217
LEMBAR KERJA PESERTA (LKP) ............................................................................................... 219
SOAL TOPIK II ............................................................................................................................ 220
1. Soal Latihan Persamaan Dasar akuntansi ................................................................... 220
2. Soal Latihan Siklus Akuntansi (Akuntansi SKPD) .......................................................... 221
SOAL TOPIK III ........................................................................................................................... 241
SOAL TOPIK IV ........................................................................................................................... 242
SOAL TOPIK V ............................................................................................................................ 262
SOAL TOPIK VII .......................................................................................................................... 282
SOAL TOPIK VIII......................................................................................................................... 285
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
xii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 286
LAMPIRAN - LAMPIRAN .......................................................................................................... 288
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
xiii
BAB I
PENGANTAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
[
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah mempelajari Topik ini, peserta:
1. Mampu menjelaskan reformasi keuangan negara
2. Mampu menjelaskan Standar Akuntansi Pemerintahan
3. Mampu menjelaskan konsep dasar akuntansi pemerintahan
4. Mampu menjelaskan prinsip akuntansi dan pelaporan
5. Mampu menjelaskan Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan
6. Mampu menjelaskan keterkaitan antar laporan keuangan
No.
1
Sub Topik
Reformasi Keuangan Negara
2
Standar Akuntansi
Pemerintahan
3
Konsep Dasar Akuntansi
Pemerintahan
4
Prinsip Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan
Jenis dan Bentuk Laporan
Keuangan
6
6
Keterkaitan antar Laporan
Keuangan
Kata Kunci
Reformasi Keuangan, Undang-Undang
Reformasi Keuangan
PP 71 Tahun 2010, Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP), Interpretasi
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(IPSAP)
Pengertian Akuntansi Pemerintahan,
Karakterisitik Akuntansi Pemerintahan, Prinsip
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Basis akuntansi, nilai historis, substance over
form
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus
Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus
Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, Catatan atas Laporan Keuangan
Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
4. Permendgri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
5. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 dan Permendagri 21
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
6. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
7. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No 2 dan 3
8. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Berdasar
SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
9. Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah –
SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
14
A. REFORMASI AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Era reformasi tahun 1998 telah membuka wacana perubahan manajemen keuangan
pemerintah. Terkait pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah mengeluarkan Undang
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang
Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Untuk mendukung pelaksanaan UU tersebut, pemerintah pusat
mengeluarkan:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah.
5. Surat Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tanggal 17 Nopember 2000
Nomor 903/2735/SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanaan
APBD Tahun Anggaran 2001.
6. Permendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, serta Tata Cara
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Cara
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan Daerah, serta Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
Selanjutnya pemerintah pusat mengeluarkan 2 (dua) UU yang berhubungan dengan
keuangan dan perbendaharaan negara yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Berdasarkan UU dan peraturan-peraturan tersebut, pengelolaan keuangan daerah di era
reformasi memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pengertian Daerah adalah provinsi dan kota atau kabupaten.
2. Pengertian pemda adalah kepala daerah beserta perangkat lainnya. Pemda yang
dimaksud di sini adalah badan eksekutif, sedangkan badan legislatif adalah DPRD
(UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah). Jadi terdapat
pemisahan yang antara legislatif dan eksekutif.
3. Perhitungan APBD menjadi satu dengan pertanggungjawaban kepala daerah (PP
Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Pertanggungjawaban Kepala Daerah)
4. Bentuk laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran terdiri atas:
a. Laporan Perhitungan APBD.
b. Nota Perhitungan APBD.
c. Laporan Arus Kas.
d. Neraca Daerah.
Dilengkapi dengan penilaian kinerja berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis
(Renstra) (Pasal 38 PP Nomor 105 Tahun 2000)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
15
5. Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam akun Pendapatan (yang menunjukkan
hak pemda), tetapi masuk dalam akun Penerimaan (yang belum tentu menjadi
hak pemda)
6. Masyarakat termasuk dalam unsur-unsur penyusun APBD, selain pemda yang
terdiri atas kepala daerah dan DPRD.
7. Indikator kinerja pemda mencakup;
a. Perbandingan antara anggaran dan realisasi;
b. Perbandingan antara standar biaya dengan realisasi;
c. Target dan persentase fisik;
d. Standar pelayanan yang diharapkan.
8. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah pada akhir tahun anggaran yang
bentuknya adalah Laporan Perhitungan APBD dibahas oleh DPRD dan
mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan kepala daerah apabila 2(dua)
kali mengalami penolakan dari DPRD.
9. Digunakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah.
Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut sebelumnya, peraturan yang
mengakibatkan adanya perubahan yang mendasar dalam pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah PP Nomor 105 Tahun 2000 dan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Perubahan mendasar tersebut adalah tuntutan
akan akuntabilitas dan transparansi yang lebih besar dalam pengelolaan anggaran. Salah
satu pergeseran pengelolaan APBD berdasarkan PP Nomor 105 Tahun 2000 dan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, serta aturan-aturan penerusnya (pengganti) adalah
timbulnya perubahan sistem akuntansi keuangan pemerintah.
Perkembangan selanjutnya, sejalan dengan diterbitkannya paket UU tentang
Keuangan Negara, yakni UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka sebagai
konsekuensinya adalah penyesuaian dan amandemen atas peraturan perundangan
sebelumnya. Dalam kaitan dengan pemerintahan daerah dan pengelolaan keuangan
daerah, maka diterbitkan UU Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 22
Tahun 1999,dan UU Nomor 33 Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 25 Tahun
1999. Selain itu muncul peraturan perundangan yang diamanatkan oleh UU terdahulu,
seperti PP 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
PP yang berpayung hukum dengan UU yang telah diamandemen tentu harus
menyesuaikan dan atau mengalami perubahan atau revisi. PP Nomor 105 Tahun 2000,
misalnya, diganti dengan PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Begitu juga dengan peraturan yang lebih teknis, seperti Kepmendagri Nomor 29
Tahun 2002, diganti dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. Kemudian dikeluarkan Permendagri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagai perubahan pertama.
Selanjutnya dikeluarkan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Sesuai amanat UU Nomor 1 Tahun2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang
mengatur penggunaan basis akrual dalam sistem akuntansi keuangan pemerintah, maka
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
16
saat ini dikeluarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) sebagai penganti PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang menggunakan basis kas menuju basis akrual(cash toward accrual).
Pada PP Nomor 71 Tahun 2010 diamanatkan bahwa penggunaan basis akrual dalam
sisten akuntansi keuangan pemerintah, dilaksanakan paling lambat tahun 2015. Untuk
mendukung pelaksanaan PP Nomor 71 Tahun 2010, telah dikeluarkan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintah (PUSAP).
B. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
menyatakan bahwa SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dalam PP 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan terdapat 3 (tiga) Lampiran yaitu: Lampiran I
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual; Lampiran II tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual; dan Lampiran III tentang Proses
Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.
Lampiran I Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual berisi;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan;
PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan;
PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas;
PSAP 03 Laporan Arus Kas;
PSAP 04 Catatan Atas Laporan Keuangan;
PSAP 05 Akuntansi Persediaan;
PSAP06 Akuntansi Investasi
PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Operasi yang tidak dilanjutkan.
12. PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
13. PSAP 12 Laporan Operasional
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dikembangkan oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP). Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah
konsep dasar penyusunan dan pengembangan SAP. SAP merupakan acuan bagi KSAP,
penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam
mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan,
yang selanjutnya disingkat IPSAP, adalah penjelasan, klarifikasi, dan uraian lebih lanjut
atas PSAP.
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan Daerah diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan. Sehingga Sistem Akuntansi Pemerintahan pada
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
17
pemerintah Daerah harus diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang
mengacu pada Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah tersebut.
C. KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
1. Pengertian Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi pemerintahan adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka
menyediakan informasi kuantitatif terutama bersifat keuangan dari entitas
pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak-pihak
berkepentingan atas berbagai alternatif tindakan (Halim, 2007). Menurut PP 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, sistem akuntansi
pemerintah merupakan serangkaian prosedur mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan pemerintah daerah.
2. Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap
karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Ciri-ciri penting
lingkungan pemerintah yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan
akuntansi dan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:
a) Ciri Utama Struktur Pemerintahan dan Pelayanan yang diberikan;
1) Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan
2) Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar
pemerintah;
3) Pengaruh proses politik
4) Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah.
b) Ciri Keuangan Pemerintah yang penting bagi pengendalian;
1) Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan
sebagai alat pengendalian;
2) Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan
pendapatan;
3) Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk pengendalian;
4) Penyusutan nilai aset sebagai sumber daya ekonomi karena
digunakan dalam operasional pemerintah.
3. Peranan Laporan Keuangan
Laporan keuangan Pemerintah Daerah disusun untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah selama satu periode pelaporan. Laporan
keuangan Pemerintah Daerah terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan,
menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi Pemerintah Daerah,
dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundangundangan.Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upayaModul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
18
upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk
kepentingan:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada Pemerintah Daerah dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
b. Manajemen
Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan Pemerintah Daerah dalam periode pelaporan
sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian
atas seluruh aset dan ekuitas dana Pemerintah Daerah untuk kepentingan
masyarakat.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban
Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
d. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational equity)
Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan
Pemerintah Daerah pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh
pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
4. Tujuan Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan Pemerintah Daerah menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan
membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan:
a. menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan
cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran.
b. menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan.
c. menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan Pemerintah Daerah serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
d. menyediakan informasi mengenai bagaimana Pemerintah Daerah mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
e. menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Pemerintah
Daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak
dan pinjaman.
f. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah
Daerah, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
19
5. Pengguna dan Kebutuhan Informasi
Terdapat kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah,
namun tidak terbatas pada:
a. Masyarakat;
b.
Wakil Rakyat, Lembaga Pengawas, dan Lembaga Pemeriksa;
c.
Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi,
investasi, dan pinjaman;
d.
Pemerintah.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum
untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna.
Mengingat laporan keuangan pemerintah berperan sebagai wujud akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan disajikan setidaktidaknya mencakup jenis laporan dan elemen informasi yang diharuskan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports). Selain itu, karena
pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuan
laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak
perlu mendapat perhatian.
Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional pemerintahan serta
posisi kekayaan dan kewajiban dapat dipenuhi dengan lebih baik dan memadai
apabila didasarkan pada basis akrual, namun apabila terdapat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengharuskan penyajian suatu laporan
keuangan dengan basis kas, maka laporan keuangan dimaksud wajib disajikan
demikian.
Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum
di dalam laporan keuangan, pemerintah wajib memeperhatikan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, pemerintah dapat menentukan
bentuk dan jenis informasi tambahan untuk kebutuhan sendiri di luar jenis
informasi yang diatur dalam kerangka konseptual ini maupun standar-standar
akuntansi lebih lanjut.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
20
6. Entitas Akuntansi dan Pelaporan
a.
Entitas Akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang
mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan
akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang
diselenggarakan.
b.
Entitas Pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari
satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban,
berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari;
1)
Pemerintah Pusat;
2)
Pemerintah Daerah;
3)
Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan
pemerintah pusat;
4)
Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau
organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud diwajib menyajikan laporan keuangan.
c.
Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat
pengelolaan, pengendalian, dam penguasaan suatu entitas pelaporan
terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk
pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan
lainnya.
7. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif
yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan Pemerintah Daerah dapat memenuhi kualitas
yang dikehendaki:
a. Relevan (Relevance)
Laporan keuangan Pemerintah Daerah dikatakan relevan apabila
informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan
pengguna laporan keuangan. Informasi yang relevan harus:
1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), artinya bahwa laporan
keuangan Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang
memungkinkan pengguna laporan untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasinya di masa lalu;
2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value), artinya bahwa laporan
keuangan harus memuat informasi yang dapat membantu pengguna
laporan untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil
masa lalu dan kejadian masa kini;
3) Tepat waktu (Timeliness), artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah
Daerah harus disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna untuk pembuatan keputusan pengguna laporan keuangan; dan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
21
4) Lengkap (Complete), artinya bahwa penyajian laporan keuangan
Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang selengkap mungkin,
yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pembuatan keputusan pengguna laporan.
Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang
termuat dalam laporan keuangan harus diungkapkan dengan jelas agar
kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
b. Andal (Reliable)
Informasi dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah harus bebas dari
pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap
kenyataan secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal harus
memenuhi karakteristik:
1) Jujur (Representational Faithfullness), artinya bahwa laporan keuangan
Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang menggambarkan
dengan jujur transaksi serta peristiwa yang seharusnya disajikan atau
yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan;
2) Dapat diverifikasi (verifiability), artinya bahwa laporan keuangan
Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang dapat diuji, dan
apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda,
hasilnya harus tetap menunjukkan simpulan yang tidak jauh berbeda;
3) Netralitas (Neutral), artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah
Daerah harus memuat informasi yang diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan umum dan bias pada kebutuhan pihak tertentu. Tidak boleh
ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan pihak
tertentu, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain.
c. Dapat Dibandingkan (Comparable)
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah
akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
periode sebelumnya atau laporan keuangan pemerintah daerah lain pada
umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila pemerintah daerah
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila pemerintah daerah yang
diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.
d. Dapat Dipahami (Understandable)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami
oleh pengguna laporan keuangan dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah
yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna laporan.
D. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
Menurut PP 71 tahun 2010, Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan
dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
22
standar dalam menyusunstandar, penyelenggara akuntansi dan pelaporan
keuangan dalam melakukankegiatannya, serta pengguna laporan keuangan
dalam memahami laporankeuangan yang disajikan. Delapan prinsip yang
digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah yaitu:
1. Basis akuntansi;
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah adalah basis akrual untuk pengakuan pendapatan-LO, beban,
aset, kewajiban, dan ekuitas. Basis akrual untuk LO berarti bahwa
pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah
terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada saat
kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah
terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan seperti bantuan
pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada LO.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka
LRA disusun berdasar basis kas, berarti pendapatan dan penerimaan
pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan; serta belanja, transfer
dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Namun demikian, jika anggaran
disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun
berdasarkan basis akrual. Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset,
kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau
pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan.
2. Prinsip Nilai Historis;
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebut.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yangakan datang dalam
pelaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai historis lebih dapat diandalkan
daripada penilaian lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal
tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban
terkait.
3. Prinsip Realisasi;
Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang telah diotorisasikan
melalui anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan digunakan
untuk
membayar
utang
dan
belanja
dalam
periode
tersebut.Mengingat LRA masih merupakan laporan yang wajib disusun, maka
pendapatan atau belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui
anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas.Prinsip penandingan
biaya-pendapatan (matching-cost with revenue principle) dalam
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
23
akuntansi
pemerintah
tidak
mendapat
dipraktekkan dalam akuntansi komersial.
penekanansebagaimana
4. Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)
Infomasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa
lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitas. Apabila substansi
transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek
formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas
dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).
5. Prinsip Periodisitas
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat
diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode
utama yang digunakan adalah tahunan, namun periode bulanan, triwulanan,
dan semesteran juga dianjurkan.
6. Prinsip Konsistensi
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari
periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal).
Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu
metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang
dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru
diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding
metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini
dungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
7. Prinsip Pengungkapan Lengkap
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan
keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.
8. Prinsip Penyajian Wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL),
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),Neraca,Laporan
Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
24
Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat
diperlukan bagi penyusun laporan keuangan ketika menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti
itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan
menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak
dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah.
Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan,
misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset
atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat
kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan
keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.
E. JENIS DAN BENTUK LAPORAN KEUANGAN
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat
keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik.
Untuk
memenuhi
tujuan-tujuan
tersebut,
laporan
keuangan
menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya
keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan
anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset,
kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Unsur yang dicakup dalam laporan realisasi anggaran terdiri dari Pendapatan,
Belanja, Transfer, dan Pembiayaan. Masing-masing unsur tersebut didefinisikan
sebagai berikut:
a. Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas
dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah
daerah. Pendapatan terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan
Transfer, Lain-Lain Pendapatan yang Sah
b. Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. Belanja terdiri dari
Belanja Operasi, Belanja Modal, dan Belanja Tidak Terduga.
c. Transfer penerimaan atau pengeluaran oleh suatu entitas pelaporan lain
termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil .
d. Pembiayaan adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh
pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun
anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran perintah terutama
dimaksudkan untuk menutup deficit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
25
Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil
divestasi.
Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk
pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas
lain, dan penyertaan modal pemerintah.
Format LRA sebagai berikut:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
26
Sumber : PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL)
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Laporan tersebut terdiri dari Saldo anggaran lebih, dikurangi
Penggunaan Saldo Anggaran Lebih sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun
Berjalan dijumlahkan dengan Sisa Lebih atau Kurang Pembiayaan Anggaran,
Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya, dan Lain-lain.
Format LPSAL sebagai berikut:
Sumber : PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
27
3. Laporan Operasional (LO)
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu
periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan
Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan akun-akun
luar biasa. Masing- masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
b. Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.
c. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang
dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain,
termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Akun Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa
yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi
biasa,
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
28
Format LO sebagai berikut:
Sumber: PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
29
Format LPE sebagai berikut:
Sumber: PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
5. Neraca
Unsur yang dicakup dalam neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dan
Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut:
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh
pemerintah daerah, sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumbersumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah.
c. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah daerah.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
30
Format neraca sebagai berikut:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
31
Sumber:PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
6. Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan Aktivitas
Operasi, Aktivitas Investasi, Aktivitas Pendanaan, dan Transitoris yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas
pemerintah daerah selama periode tertentu.
Unsur yang dicakup oleh laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan
pengeluaran kas daerah dari 4 aktivitas:
a.
Aktivitas Operasi
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
32
b.
Aktivitas Investasi
c.
Aktivitas Pendanaan
d.
Aktivitas Transitoris
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
33
Format LAK sebagai berikut:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
34
Sumber: PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
7. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
Catatan Atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a.
Menyajikan informasi tentang ekonomi makro, kebijakan fiskal/keuangan
dan pencapaian target perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian target;
b.
Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan;
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
35
c.
Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksiransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
d.
Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Sistematika Penyajian Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) sebagai berikut:
1) Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi
2) Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro
3) Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan kendalanya
4) Kebijakan akuntansi yang penting:
a) Entitas pelaporan
b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
d) Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
oleh suatu entitas pelaporan.
e) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami
laporan keuangan
5) Penjelasan pos-pos laporan keuangan:
a) Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan
b) Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
Laporan Keuangan
6) Informasi tambahan lainnya yang diperlukan.
F. KETERKAITAN ANTAR LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan yang disusun Pemerintah Daerah memiliki keterkaitan antara
laporan yang satu dengan laporan yang lainnya. Bentuk keterkaitan antar laporan
keuangan dapat dilihat pada Gambar 1.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
36
Gambar 1 Keterkaitan antar Laporan Keuangan
Sumber : diolah penulis
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
37
Info ....
Perkembangan Opini LKPD Tahun 2007-2012
BPK: Wajar Dengan Pengecualian atas LKPP Tahun 2012
Jakarta, Selasa (11 Juni 2013) –
Memenuhi Pasal 17 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK), Drs. Hadi Poernomo, Ak.menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) Tahun 2012 kepada DPR RI dalam Rapat
Paripurna di Gedung Nusantara II DPR RI, Jakarta pada hari ini (11/6). Dalam penyampaian LHP
LKPP tersebut, hadir pula Wakil Ketua dan Anggota BPK serta pejabat pelaksana BPK.
LKPP merupakan bentuk pertangungjawaban pelaksanaan APBN oleh Pemerintah Pusat. LKPP
Tahun 2012 meliputi dari Neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember 2012 dan 2011, Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan.
Sebelum LKPP Tahun 2012 dibahas DPR sebagai pertanggungjawaban APBN Tahun
2012, LKPP tersebut diperiksa BPK. Setelah BPK menerima LKPP tersebut dari Pemerintah, BPK
memeriksa LKPP tersebut dan menyampaikan LHP atas LKPP tersebut kepada DPR, DPD, dan
juga Pemerintah Pusat.
LHP LKPP Tahun 2012 terdiri dari enam buku, yaitu: (1) Ringkasan Eksekutif Hasil Pemeriksan
atas LKPP Tahun 2012; (2) LHP atas LKPP Tahun 2012; (3) LHP Sistem Pengendalian Intern (SPI)
LKPP Tahun 2012; (4) LHP atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan LKPP
Tahun 2012; (5) Laporan Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2007-
Tabel 1 Perkembangan Pemberian Opini BPK 2006-2012
OPINI
WTP
%
WDP
%
TW
%
TMP
%
JUMLA
H
2006
3
1
327
28
28
6
105
23
463
2007
4
1
283
59
59
13
123
26
469
2008
12
3
323
31
31
6
118
24
485
2009
15
3
330
65
48
10
111
22
504
2010
34
7
341
66
26
5
115
22
516
2011
67
13
349
67
8
2
96
18
520
2012
113
27
267
64
4
1
31
8
415
LKPD
Sumber: BPKRI
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
38
BAB II
SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Tujuan Intruksional Khusus:
Setelah mempelajari Topik ini:
1. Peserta mampu menjelaskan persamaan dasar akuntansi, aturan debit dan
kredit serta saldo normal akun, dan
2. Peserta mampu mempraktikkan proses penyusunan laporan keuangan
meliputi analisis transaksi dan pencatatan/penjurnalan, posting ke buku besar,
penyusunan neraca saldo sebelum penyesuaian, penyesuaian akhir tahun,
penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian dan penyusunan laporan
keuangan yang terdiri dari LRA, LPSAL, LO, LPE, dan Neraca.
No.
Sub Topik
Kata Kunci
1
Persamaan Dasar Akuntansi
dan Pencatatan Transaksi
Persamaan Dasar Akuntansi, Aset, Kewajiban,
Ekuitas, sisi kiri, sisi kanan, sisi debit, sisi kredit,
Saldo Normal, Balance, Akun, Buku Besar
2
Siklus Akuntansi
Bukti Transaksi, Jurnal, Posting, Buku Besar,
Neraca Saldo sebelum Penyesuaian,
Penyesuaian, Neraca Saldo setelah Penyesuaian,
Laporan Keuangan, Jurnal Penutup, Neraca
Saldo setelah Penutupan
Referensi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3
PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
Permendagri No. 64/2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah
Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual,
Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah –
SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
39
A. PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI DAN PENCATATAN TRANSAKSI
1. Persamaan Dasar Akuntansi
Konsep dasar yang digunakan dalam prinsip akuntansi adalah persamaan dasar
akuntansi, yaitu :
KEKAYAAN DAERAH
=
SUMBER - SUMBERNYA
ASET
=
KEWAJIBAN
Sisi kiri
=
Sisi kanan
Sisi debit
=
Sisi kredit
+
EKUITAS
Persamaan dasar ini akan mendasari seluruh proses dalam siklus akuntansi,
mulai dari pencatatan transaksi, pengklasifikasian, sampai pada penyusunan
laporan keuangan seperti neraca. Secara garis besar, laporan neraca menyajikan
informasi tentang posisi aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah daerah pada
tanggal tertentu. Struktur neraca tersebut bisa dibuat dalam bentuk berimbang
antara sisi kiri yaitu aset dengan sisi kanan yaitu kewajiban dan ekuitas.
CONTOH NERACA
PEMERINTAH KOTA ABC
NERACA
PER 31 DESEMBER 20XX
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Aset
Kewajiban
Kewajiban Jangka
Aset Lancar
10.601.661.888
11.506.643.910
Pendek
Investasi
Jangka
Kewajiban Jangka
3.648.306.899
4.138.819.678
Panjang
Panjang
Aset tetap
409.820.181.389 Ekuitas
Dana Cadangan
Ekuitas
409.622.859.318
Aset Lain-lain
1.198.172.729
Total Kewajiban
Total Aset
425.268.322.906
425.268.322.906
dan Ekuitas
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
40
Berdasarkan Neraca Pemerintah Kota ABC diatas dapat dilihat kekayaan
pemerintah daerah, sedangkan kewajiban dan ekuitas menunjukkan sumber
dana atas kepemilikan aset atau kekayaan tersebut. Kekayaan pemerintah
daerah bisa berupa aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan aset
lainnya. Dalam hal ini sumber dana untuk memperoleh aset tersebut
diklasifikasikan menjadi dua sumber utama, yaitu dari kewajiban pemerintah
daerah dan kekayaan bersih pemerintah daerah sendiri yang disebut ekuitas.
2. Aturan Debit dan Kredit
Aturan debit dan kredit akan membantu kita dalam mencatat informasi ke
dalam buku besar. Aturan ini dapat dipahami secara lebih mudah dengan
melihat penggunaannya pada akun-akun bentuk T yang tercakup dalam
persamaan akuntansi berikut ini:
Aturan Debit Kredit
Aktiva
Akun-akun Aktiva
Debit
untuk
penambahan
Kredit
untuk
pengurang
=
Kewajiban
Akun-Akun Kewajiban
Debit
Kredit
untuk
untuk
Pengurangan Penambahan
+
Ekuitas
Akun-akun Ekuitas
Debit
Kredit
untuk
untuk
Pengurangan Penambahan
Dalam akun-akun dari persamaan akuntansi di atas aturan debit dan kredit
untuk Aset berlawanan arah dengan kewajiban dan ekuitas. Apabila suatu akun
Aset bertambah, maka akun tersebut didebit dan jika berkurang, maka akun
yang bersangkutan dikredit, sebaliknya, untuk akun kewajiban dan ekuitas
dikredit untuk penambahan dan didebit untuk pengurangan.
Saldo normal (normal balance) dari suatu akun adalah posisi yang bertambah
menurut aturan debit dan kredit. Sebagai contoh adalah saldo normal dari akun
kas adalah saldo debit, karena suatu Aset bertambah dengan mencatat pada
posisi debit. Oleh karena itu, saldo normal adalah pada sisi yang positif, dimana
saldo normal dari Aset adalah pada sisi debit, sebaliknya kewajiban dan ekuitas
mempunyai saldo normal pada sisi kredit atau disebut akun-akun bersaldo
kredit. Saldo-saldo normal dari akun-akun neraca digambarkan sebagai berikut:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
41
Saldo Normal Akun-Akun Neraca
Aktiva
Akun-akun Aktiva
=
Kewajiban
Akun-Akun Kewajiban
Saldo
Normal
Debit
+
Saldo
Normal
Kredit
Ekuitas
Akun-akun Ekuitas
Saldo
Normal
Kredit
Ekuitas biasanya terdiri atas beberapa akun. Setiap akun ekuitas akan mempunyai
saldo normal pada sisi kredit, apabila akun tersebut merupakan unsur penambahan
dalam ekuitas contohnya yaitu pendapatan. Apabila suatu akun merupakan unsur
pengurangan dalam ekuitas, maka akun ini akan mempunyai saldo normal pada sisi
debit misalnya akun beban.
3. Pencatatan Dengan Akun
Akun dan Kegunaannya
Media atau formulir utama yang dipakai untuk tujuan pengikhtisaran transaksi
adalah akun (account). Media ini berguna untuk mencatat secara lengkap
perubahan-perubahan yang terjadi dalam aset, kewajiban atau ekuitas tertentu
selama sesuatu periode.
Kelompok akun-akun yang digunakan dalam suatu organisasi disebut buku besar
(ledger). Daftar dari akun-akun yang ada dalam entitas disebut daftar akun
(chart of account). Akun-akun ini biasanya disajikan dalam daftar tersebut
lengkap dengan nama dan nomor kode akunnya. Dengan menggunakan akun,
maka informasi dapat diperoleh pada saat dibutuhkan dan laporan keuangan
dapat disusun tepat waktu.
Bentuk Akun
Bentuk akun yang paling sederhana dan paling banyak digunakan adalah bentuk
huruf “T” (T-account). Bentuk akun ini terdiri atas tiga bagian yaitu: (1) Nama
akun dari masing-masing unsur aset, kewajiban dan ekuitas, diletakkan diatas
garis horizontal pada huruf T, (2) Sisi kiri, (3) Sisi kanan dari huruf T.
Sebagai contoh, akun kas dari suatu entitas dengan bentuk T:
Bentuk Akun Model T
Kas
Sisi Kiri
Sisi kanan
(Debit)
(Kredit)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
42
Sisi kiri dari akun disebut sisi debit dan sisi kanan disebut sisi kredit. Bentuk akun
yang lainnya yang lebih informatif dan lengkap adalah bentuk empat kolom yang
digunakan dalam praktik. Bentuk empat kolom ini merupakan pengembangan
dari akun bentuk T. Dua kolom tambahan diperlukan untuk menunjukkan saldo
jumlah debit dan saldo jumlah kredit dari setiap akun. Contoh dari akun bentuk
empat kolom dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1 Contoh Bentuk Akun 4 (Empat) Kolom
Nama Akun : Kas di Kasda
Tanggal
Ket
Nomor Akun: 1.1.1.01.01
Ref
Debit
Kredit
Debit
Saldo
Kredit
2014
Agust 7
......................
j.1
8.000.000
8.000.000
8
......................
j.1
6.000.000
14.000.000
10 ......................
j.1
2.500.000
11.500.000
13 ......................
j.1
3.000.000
8.500.000
Akun Kas pada Tabel 2 mempunyai saldo debit sebesar Rp8.000.000 setelah transaksi
pertama diposting dari jurnal ke buku besar (akun) kas di kasda, dan mempunyai saldo
debit sebesar Rp8.500.000 setelah posting transaksi keempat.
Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah pada Lampiran II mendesain bentuk akun 4
kolom sebagai berikut:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ……
BUKU BESAR
SKPD
KODE REKENING
NAMA REKENING
PAGU APBD
PAGU PERUBAHAN APBD
Tanggal
Uraian
: ………………………………
: ………………………………
: ………………………………
: ………………………………
: ………………………………
Ref
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Debit
Kredit
Saldo
43
Bagan Akun
Buku besar (Ledger) merupakan kumpulan dari akun-akun suatu organisasi yang saling
berhubungan, berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, akun dikelompok
kedalam tiga kelompok sebagai berikut :
a. Akun Neraca
: Aset, Kewajiban, dan ekuitas
b. Akun Realisasi Anggaran
: Pendapatan LRA, Belanja, Pembiayaan
c. Akun Laporan Operasional
: Pendapatan LO dan beban
Daftar dari akun-akun yang dipergunakan oleh pemerintahan daerah dengan
mencantumkan seluruh nama akun dan nomor kodenya disebut dengan bagan akun
(chart of account).
Kodefikasi Akun sebagai berikut:
Kode
1 ...
2 ...
3 ...
4 ...
5 ...
6 ...
7 ...
8 ...
9 ...
Uraian
Neraca
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan LRA
Belanja
Transfer
Pembiayaan
Laporan Operasional
Pendapatan LO
Beban
Bagan Akun Standar (BAS) untuk pemerintah pemerintah daerah sesuai Lampiran III
Pemendagri 64 tahun 2013 terdiri dari 5 level yang terdiri dari kode akun,
kelompok, jenis, obyek, hingga rincian obyeknya.
Panduan penyusunan BAS untuk pemerintah daerah
Pemendagri 64/2013 sebagaimana diuraikan berikut ini:
1.
sebagaimana diatur dalam
Akun Neraca
Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Klasifikasi akun aset dapat dilihat pada tabel berikut:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
44
Kodefikasi Aset
Kode Akun
1.0.0.00.00
1.1.0.00.00
1.1.1.00.00
1.1.2.00.00
1.1.3.00.00
1.1.4.00.00
1.1.5.00.00
1.1.6.00.00
1.1.7.00.00
1.1.8.00.00
1.2.0.00.00
1.2.1.00.00
1.2.2.00.00
1.3.0.00.00
1.3.1.00.00
1.3.2.00.00
1.3.3.00.00
1.3.4.00.00
1.3.5.00.00
1.3.6.00.00
1.3.7.00.00
1.4.0.00.00
1.4.1.00.00
1.5.0.00.00
1.5.1.00.00
1.5.2.00.00
1.5.3.00.00
1.5.4.00.00
Nama Akun
Aset
Aset Lancar
Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pendapatan
Piutang Lainnya
Penyisihan Piutang
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Aset Untuk Dikonsolidasikan
Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang Permanen
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainya
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Tagihan Jangka Panjang
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tidak Berwujud.
Aset Lain-lain
Kewajiban
Kewajiban adalah kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.
Klasifikasi dari akun Kewajiban sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
Kodefikasi Kewajiban
Kode Akun
2.0.0.00.00
2.1.0.00.00
2.1.1.00.00
2.1.2.00.00
2.1.3.00.00
2.1.4.00.00
Nama Akun
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek.
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
45
2.1.5.00.00
2.1.6.00.00
Utang Beban
Utang Jangka Pendek Lainnya
2.2.0.00.00
2.2.1.00.00
2.2.2.00.00
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Dalam Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Ekuitas
Ekuitas merupakan kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada tanggal laporan. Klasifikasi Akun Ekuitas
sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Ekuitas
Kode Akun
3.0.0.00.00
3.1.0.00.00
3.1.1.00.00
3.1.2.00.00
3.1.3.00.00
2.
Nama Akun
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas SAL
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Akun Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Akun Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah
daerah. Klasifikasi Akun Pendapatan-LRA sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai
berikut:
Kodefikasi Akun Pendapatan-LRA
Kode Akun
4.0.0.00.00
4.1.0.00.00
4.1.1.00.00
4.1.2.00.00
4.1.3.00.00
4.1.4.00.00
4.2.1.00.00
4.2.1.00.00
4.2.3.00.00
4.2.4.00.00
4.3.0.00.00
4.3.1.00.00
4.3.2.00.00
4.3.3.00.00
Nama Akun
PENDAPATAN – LRA
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) – LRA
Pendapatan Pajak Daerah – LRA
Pendapatan Retribusi Daerah – LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan –
LRA
Lain-lain PAD Yang Sah – LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan – LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan – LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya – LRA
Bantuan Keuangan – LRA
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH – LRA
Pendapatan Hibah – LRA
Dana Darurat – LRA
Pendapatan Lainnya – LRA
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
46
Akun Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. Klasifikasi Akun Belanja
sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Belanja
Kode Akun
5.0.0.00.00
5.1.0.00.00
5.1.1.00.00
5.1.2.00.00
5.1.3.00.00
5.1.4.00.00
5.1.5.00.00
5.1.6.00.00
5.2.0.00.00
5.2.1.00.00
5.2.2.00.00
5.2.3.00.00
5.2.4.00.00
5.2.5.00.00
Nama Akun
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
BELANJA MODAL
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Akun Transfer
Klasifikasi Akun Transfer sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Kodefikasi Akun Transfer
Kode Akun
6.0.0.00.00
6.1.0.00.00
6.1.1.00.00
6.1.2.00.00
6.2.0.00.00
6.2.1.00.00
6.2.2.00.00
6.2.3.00.00
6.2.4.00.00
Nama Akun
TRANSFER
TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN
Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
TRANSFER BANTUAN KEUANGAN
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Transfer Dana Otonomi Khusus
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
47
Akun Pembiayaan
Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Klasifikasi Akun Pembiayaan
sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Pembiayaan
Kode Akun
7.0.0.00.00
7.1.0.00.00
7.1.1.00.00
7.1.2.00.00
7.1.3.00.00
7.1.4.00.00
7.1.5.00.00
7.1.6.00.00
7.1.7.00.00
7.1.8.00.00
7.2.0.00.00
7.2.1.00.00
7.2.2.00.00
7.2.3.00.00
7.2.4.00.00
7.2.5.00.00
7.2.6.00.00
7.2.7.00.00
Nama Akun
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan SiLPA
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri
Penerimaan Kembali Piutang
Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen Lainnya
Pinjaman Luar Negeri
Penerimaan Utang Jangka Panjang Lainnya
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Pemberian Pinjaman Daerah
Pengeluaran Investasi Non Permanen Lainnya
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
Pembayaran Utang Jangka Panjang Lainnya
3. AKUN LAPORAN OPERASIONAL (LO)
LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
Akun Pendapatan LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Klasifikasi Akun Pendapatan LO sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Pendapatan LO
Kode Akun
8.0.0.00.00
8.1.0.00.00
8.1.1.00.00
8.1.2.00.00
8.1.3.00.00
8.1.4.00.00
Nama Akun
PENDAPATAN – LO
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) – LO
Pendapatan Pajak Daerah – LO
Pendapatan Retribusi Daerah – LO
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan – LO
Lain-lain PAD Yang Sah – LO
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
48
Kode Akun
8.2.0.00.00
8.2.1.00.00
8.2.2.00.00
8.2.3.00.00
8.2.4.00.00
8.3.0.00.00
8.3.1.00.00
8.3.2.00.00
8.3.3.00.00
8.4.0.00.00
8.4.1.00.00
8.4.2.00.00
8.4.3.00.00
8.5.0.00.00
8.5.1.00.00
Nama Akun
PENDAPATAN TRANSFER – LO
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat –LO
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya – LO
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya – LO
Bantuan Keuangan – LO
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH – LO
Pendapatan Hibah – LO
Dana Darurat – LO
Pendapatan Lainnya – LO
SURPLUS NON OPERASIONAL – LO
Surplus Penjualan Aset Non Lancar – LO
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang – LO
Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya – LO
PENDAPATAN LUAR BIASA – LO
Pendapatan Luar Biasa – LO
Akun Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban. Klasifikasi Akun Beban sebagaimana tercantum dalam tabel
sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Beban
Kode Akun
9.0.0.00.00
9.1.0.00.00
9.1.1.00.00
9.1.2.00.00
9.1.3.00.00
9.1.4.00.00
9.1.5.00.00
9.1.6.00.00
9.1.7.00.00
9.1.8.00.00
9.1.9.00.00
Nama Akun
BEBAN
BEBAN OPERASI – LO
Beban Pegawai – LO
Beban Barang dan Jasa
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan dan Amortisasi
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain.
Akun Beban Transfer-LO
Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Klasifikasi Beban Transfer-LO sebagai
berikut:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
49
Kodefikasi Beban Transfer - LO
Kode Akun
9.2.0.00.00
9.2.1.00.00
9.2.2.00.00
9.2.3.00.00
9.2.4.00.00
9.2.5.00.00
9.2.6.00.00
Nama Akun
BEBAN TRANSFER
Beban Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Beban Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Beban Transfer Dana Otonomi Khusus
Akun Beban Non Operasional
Beban Non Operasional merupakan beban yang sifatnya tidak rutin. Klasifikasi Beban
Non Operasional sebagai berikut
Kodefikasi Beban Non Operasional
Kodefikasi
9.3.0.00.00
9.3.1.00.00
9.3.2.00.00
9.3.3.00.00
Uraian Akun
DEFISIT NON OPERASIONAL
Defisit Penjualan Aset Non Lancar – LO
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang – LO
Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya – LO
Akun Beban Luar Biasa
Beban Luar Biasa adalah beban yang terjadi dari kejadian luar biasa. Klasifikasi Beban
Luar Biasa sebagai berikut
Kodefikasi Beban Luar Biasa
Kodefikasi
9.4.0.00.00
9.4.1.00.00
Beban Luar Biasa
Beban Luar Biasa
Uraian Akun
B. SIKLUS AKUNTANSI
Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh PPK SKPD dalam satu
rangkaian proses yang disebut siklus akuntansi pemerintah daerah. Sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 6 Permendagri 64 tahun 2013, Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Sistem akuntansi PPKD
2. Sistem akuntansi SKPD
Siklus akuntansi merupakan tahapan/langkah-langkah yang harus dilalui dalam
penyusunan laporan keuangan.
Langkah-langkah tersebut meliputi 8 Langkah, yaitu:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
50
1. Pencatatan Jurnal Anggaran dan Saldo Awal di Buku Jurnal
2. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
 Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka
digunakan daftar akun sesuai yang diatur di Permendagri 64 tahun 2014
yaitu di pasal 7 dan lampiran III mengenai Bagan Akun Standar (BAS),
yaitu dituliskan kode dan nama akun detil sampai level 5 yaitu rincian
objek.
 Penjurnalan dibedakan menjadi 2:
a. Jurnal Finansial:
Secara default seluruh transaksi dicatat/ dibuat jurnal finansialnya
dalam buku jurnal dengan melibatkan akun dengan kode awal 1Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
b. Jurnal Anggaran:
Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4-pendapatan LRA,
5-Belanja, 6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan secara
tunai/melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal finansial juga
mencatat jurnal anggaran.
3. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
Pencatatan penyesuaian dilakukan dengan membuat jurnal finansial saja
yaitu melibatkan akun dengan kode awal 1-Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas
serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
4. Posting ke Buku Besar
5. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
6. Penyusunan Laporan Keuangan:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
7. Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
8. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan
Adapun urutan langkah-langkah penyusunan laporan keuangan dapat dilihat pada
gambar berikut:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
51
Gambar 2 Alur Penyusunan Laporan Keuangan
Penjelasan
1. Mencatatat Jurnal Anggaran di Buku Jurnal
Pencatatan yang pertama kali dilakukan adalah melakukan pencatatan
jurnal anggaran di Buku Jurnal berdasarkan dokumen DPA SKPD/PPKD.
a. Jurnal anggaran PPKD
Tanggal
01/01/2014
Kode dan Nama Akun
Ref
Debit
3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan
XXX
3.1.2.02.01 Estimasi Penerimaan Pembiayaan
XXX
3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja
3.1.2.04.01
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
Kredit
XXX
XXX
XXX
b. Jurnal Anggaran SKPD
Tanggal
01/01/2014
Kode dan Nama Akun
3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Ref
A
Debit
Kredit
XXX
52
Tanggal
Kode dan Nama Akun
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja
Ref
Debit
A
Kredit
XXX
A
XXX
2. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal.
a. Menganalisis transaksi adalah proses untuk menentukan suatu transaksi
sebagai transaksi keuangan dan transaksi non keuangan, dan
menentukan suatu transaksi berpengaruh terhadap akun apa
berdasarkan bukti pembukuan.
b. Pada saat ini telah ada peraturan teknis yaitu Permendagri No.64 Tahun
2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual pada Pemerintah Daerah, dengan sistem pencatatan Double
Entry.
c. Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka
digunakan daftar akun sesuai yang diatur di Permendagri 64 tahun 2014
yaitu di pasal 7 dan lampiran III mengenai Bagan Akun Standar (BAS),
yaitu dituliskan kode dan nama akun detil sampai level 5 yaitu rincian
objek.
d. Penjurnalan dibedakan menjadi 2:
1). Jurnal Finansial:
Secara default seluruh transaksi dicatat/ dibuat jurnal finansialnya
dalam buku jurnal dengan melibatkan akun dengan kode awal 1Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
Contoh jurnal finansial SKPD:
a) Contoh jurnal untuk mencatat penerimaan pendapatan.
Tanggal
Kode dan Nama Akun
Ref
Debit
07/07/2014
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan
8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di
Puskesmas - LO
F
XXX
F
Kredit
XXX
b) Contoh jurnal untuk mencatat beban.
Tanggal
10/10/2014
Kode dan Nama Akun
9.1.2.25.03
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur
/Narasumber
9.1.2.01.01
Beban Persediaan alat tulis kantor
1.1.1.03.01
Kas di Bendahara Pengeluaran
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Ref
Debit
F
XXX
F
XXX
F
Kredit
XXX
53
c) Contoh jurnal untuk mencatat pembelian aset secara LS.
Tanggal
04/04/2014
Kode dan Nama Akun
1.3.2.04.01
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
3.1.3.01.01 RK PPKD
Ref
Debit
F
XXX
F
Kredit
XXX
2). Jurnal Anggaran:
Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4-pendapatan
LRA, 5-Belanja, 6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan secara
tunai/melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal finansial juga
mencatat jurnal anggaran.
Contoh jurnal anggaran SKPD:
a) Contoh jurnal untuk mencatat penerimaan pendapatan.
Tanggal
07/07/2014
Kode dan Nama Akun
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
4.1.2.01.01
Pelayanan kesehatan di
Puskesmas - LRA
Ref
Debit
A
XXX
A
Kredit
XXXX
b) Contoh jurnal untuk mencatat beban.
Tanggal
10/10/2014
10/10/2014
10/10/2014
Kode dan Nama Akun
5.1.2.24.01 Honorarium Tenaga Ahli/
Narasumber/ Instruktur
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor
3.1.2.05.01
Estimasi Perubahan SAL
Ref
Debit
A
XXX
A
XXX
A
Kredit
XXX
c) Contoh jurnal untuk mencatat pembelian aset secara LS.
Tanggal
04/04/2014
04/04/2014
Kode dan Nama Akun
5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
3.1.2.05.01
Estimasi Perubahan SAL
Ref
Debit
A
XXX
A
Kredit
XXX
3. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
Tahap selanjutnya dari siklus akuntansi di atas adalah membuat jurnal
penyesuaian. Jurnal penyesuaian perlu dibuat untuk meng-update saldo
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
54
akun agar memenuhi konsep matching cost againts revenue (penandingan
yang match antara pendapatan dan beban dalam satu periode akuntansi)
dan karena menganut basis akrual. Hal ini untuk memastikan bahwa
pendapatan diakui pada periode diperolehnya pendapatan itu dan beban
diakui pada periode terjadinya.
Penyesuaian memungkinkan untuk melaporkan posisi aset, kewajiban, dan
ekuitas di neraca pada tanggal neraca dan untuk melaporkan jumlah surplus
atau defisit yang wajar di laporan operasional. Neraca saldo di atas mungkin
belum memuat data laporan keuangan yang up-to-date, karena alasanalasan berikut.
a. Kejadian-kejadian tertentu, seperti pemakaian bahan pakai habis, tidak
dijurnal setiap hari karena alasan kepraktisan.
b. Beban yang terjadi karena berlalunya waktu, seperti berkurangnya
manfaat gedung, persekot sewa dan asuransi, tidak dijurnal selama
periode akuntansi.
c. Beberapa akun, seperti beban listrik, mungkin belum dicatat karena
tagihan dari PLN belum diterima.
Dengan demikian, jurnal penyesuaian disusun untuk tujuan-tujuan berikut.
a. Melaporkan semua pendapatan (revenues) yang diperoleh (earned)
selama periode akuntansi.
b. Melaporkan semua belanja atau beban yang terjadi selama periode
akuntansi.
c. Melaporkan dengan akurat nilai aset pada tanggal neraca.
d. Melaporkan secara akurat kewajiban pada tanggal neraca.
Jurnal penyesuaian hanya dilakukan dengan membuat jurnal finansial saja
sebagai implementasi basis akrual.
Contoh jurnal penyesuaian:
Tanggal
31/12/2014
31/12/2014
31/12/2014
Uraian
Ref
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor
F
9.1.2.01.01
Beban Persediaan alat tulis kantor
F
9.1.7.01.04 Beban Penyusutan Alat Angkutan
Darat Bermotor
1.3.7.01.04 Akumulasi Penyusutan Alat
Angkutan Darat Bermotor
9.1.2.03.03 Beban Jasa listrik
2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
F
Debit
XXX
XXX
XXX
F
F
F
Kredit
XXX
XXX
XXX
55
4. Posting ke Buku Besar
Buku besar (ledger) atau yang merupakan kumpulan akun-akun digunakan
untuk mencatat secara terpisah aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LO,
beban, pendapatan-LRA, belanja, dan pembiayaan.
Proses posting akun-akun dari jurnal ke buku besar disebut dengan posting.
Posting ke buku besar sekaligus merupakan penggolongan dan peringkasan
transaksi sebab tiap-tiap data transaksi dibawa ke masing-masing akun yang
sesuai. Posting dapat dilakukan secara kronologis sebagaimana halnya
penjurnalan, tetapi dapat juga secara periodik (mingguan atau bulanan).
Posting merupakan proses pemindahan informasi, minimal berupa tanggal
transaksi dan jumlah rupiah dalam buku jurnal ke buku besar yang berkaitan
untuk masing-masing ayat jurnal. Jumlah rupiah dalam akun yang dijurnal
atau dicatat di buku jurnal di posisi Debit, maka ketika dipindahkan ke buku
besar jumlah rupiah tersebut diletakkan di kolom Debit juga sebesar angka
yang sama.
Adakalanya satu nama akun di jurnal berkali-kali, baik di posisi debit
ataupun kredit. Meskipun dijurnal lebih dari satu kali, buku besar yang akan
menampung akun tersebut tetap hanya satu buku besar. Dengan demikian,
dalam buku besar Akun X misalnya, akan terlihat banyak transaksi untuk
Akun X jika di dalam jurnal akun X dijurnal/dicatat berkali-kali.
Ilustrasi proses posting sebagai berikut:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
56
5. Penyusunan Necara Saldo setelah Penyesuaian
Neraca saldo adalah daftar/kumpulan akun beserta saldonya.
Penyusunan Neraca saldo ini dilakukan dengan menuliskan kode dan nama
akun beserta saldonya dalam dalam Neraca saldo
dengan saldo debit atau kredit yang sesuai dengan saldo
buku besar. Selanjutnya total kolom debit dan kolom
kredit dihitung dan dituliskan di baris paling bawah
untuk menunjukkan kesamaan saldo kolom debit/kredit.
Contoh Neraca Saldo setelah Penyesuaian:
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN
per Tanggal 31 Desember 2014
SKPD Dinas Kesehatan
Kode Akun
Nama Akun
Saldo
Debit
Kredit
1.1.3.02.01
Piutang Retribusi Pelayanan Kesehatan
Rp1.500.000
Rp-
1.1.7.01.01
Persediaan Alat Tulis Kantor
Rp1.000.000
Rp-
1.3.1.11.04
Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa
Rp250.000.000
Rp-
1.3.2.04.01
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
Rp259.000.000
Rp-
1.3.3.01.01
Bangunan Gedung Kantor
Rp240.000.000
Rp-
1.3.7.01.04
Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
Rp-
Rp37.000.000
1.3.7.02.01
Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja
Rp-
Rp4.800.000
2.1.1.03.01
Utang PPh 21
Rp-
Rp5.235.000
2.1.1.04.01
Utang PPN Pusat
Rp-
Rp8.100.000
2.1.5.02.01
Utang Belanja Jasa
Rp-
Rp15.325.000
3.1.1.01.01
Ekuitas
Rp-
Rp639.500.000
3.1.2.05.01
Estimasi Perubahan SAL
Rp-
Rp1.781.750.000
3.1.3.01.01
RK PPKD
Rp-
Rp1.768.415.000
4.1.2.01.01
Pelayanan kesehatan di Puskesmas – LRA
Rp-
Rp25.500.000
5.1.1.01.01
Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi
Rp941.980.654
Rp-
5.1.1.01.02
Tunjangan Keluarga
Rp194.601.755
Rp-
5.1.1.01.03
Tunjangan Jabatan
Rp135.713.962
Rp-
5.1.1.01.04
Tunjangan Fungsional
Rp117.971.012
Rp-
5.1.1.01.06
Tunjangan Beras
Rp80.205.622
Rp-
5.1.1.01.07
Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
Rp17.026.995
Rp-
5.1.2.01.01
Belanja alat tulis kantor
5.1.2.24.01
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas
Perorangan
5.2.2.04.01
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Rp145.000.000
Rp-
Rp64.750.000
Rp-
Rp110.000.000
Rp-
57
Kode Akun
Nama Akun
Saldo
Debit
Kredit
8.1.2.01.01
Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LO
Rp-
Rp27.000.000
9.1.1.01.01
Gaji Pokok PNS / Uang Representasi - LO
Rp941.980.654
Rp-
9.1.1.01.02
Tunjangan Keluarga - LO
Rp194.601.755
Rp-
9.1.1.01.03
Tunjangan Jabatan - LO
Rp135.713.962
Rp-
9.1.1.01.04
Tunjangan Fungsional - LO
Rp117.971.012
Rp-
9.1.1.01.06
Tunjangan Beras - LO
Rp80.205.622
Rp-
9.1.1.01.07
Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus - LO
Rp17.026.995
Rp-
9.1.2.01.01
Beban Persediaan alat tulis kantor
Rp144.500.000
Rp-
9.1.2.03.03
Beban Jasa listrik
Rp15.325.000
Rp-
9.1.2.25.03
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
Rp64.750.000
Rp-
9.1.7.01.04
Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
Rp37.000.000
Rp-
9.1.7.02.01
Beban Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja
Rp4.800.000
Rp-
Rp4.312.625.000,00
Rp4.312.625.000,00
Jumlah
6. Menyusun Laporan Keuangan
Setelah neraca saldo setelah penyesuaian selesai dibuat, selanjutnya
disusun laporan keuangan. Laporan keuangan pokok terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
Laporan Operasional (LO);
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
Neraca;
Laporan Arus Kas (LAK);
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Contoh proses penyusunan laporan keuangan:
 Saldo Akun di neraca saldo setelah penyesuaian yang mempunyai
kode akun 3 digit depan yang sama dengan kode akun 3 digit di
laporan keuangan, dipindahkan ke laporan keuangan (dalam contoh:
neraca).
 Apabila terdapat lebih dari satu akun yang mempunyai kode akun
dengan 3 digit depan sama, maka jumlah saldonya dipindahkan ke
laporan keuangan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
58
7. Membuat Jurnal Penutup
a. Jurnal penutup dilakukan setelah Laporan Keuangan disusun. Jurnal
penutup dibuat untuk menihilkan semua akun nominal atau akun
sementara yang dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Operasional. Pada dasarnya jurnal ini dibuat agar akun-akun
sementara tersebut tidak muncul sebagai saldo awal pada tahun
berikutnya di buku besar. Hal ini karena akun akun tersebut memang
dimaksudkan hanya untuk mengakumulasi transaksi selama satu
periode saja.
b. Jurnal penutup meliputi:
1). Jurnal penutup LRA
Yaitu untuk menutup saldo akun-akun Laporan Realisasi
Anggaran.
2). Jurnal penutup LO
Yaitu untuk menutup saldo akun-akun Laporan Operasional.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
59
Contoh Jurnal Penutup di SKPD
Jurnal Penutup LRA
Tanggal
31/12/2014
31/12/2014
31/12/2014
Nama Akun
3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan
Ref
Debit
1.835.000.000
1.811.000.000
Kredit
24.000.000
4.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas – LRA
3.1.2.06.01 Surplus/Defisit - LRA
5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi
5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga
5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan
5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional
5.1.1.01.06 Tunjangan Beras
5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor
5.1.2.24.01 Honorarium Tenaga Ahli/
Narasumber/Instruktur
5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan
Kendaraan Dinas Perorangan
Rp25.500.000
1.781.750.000
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
3.1.2.06.01 Surplus/Defisit - LRA
1.781.750.000
Rp941.980.654
Rp194.601.755
Rp135.713.962
Rp117.971.012
Rp80.205.622
Rp17.026.995
Rp145.000.000
Rp64.750.000
Rp110.000.000
1.781.750.000
Jurnal Penutup LO
Tanggal
31/12/2014
31/12/2014
Nama Akun
Debit
8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LO
3.1.1.02.01 Surplus/Defisit - LO
9.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS / Uang Representasi - LO
9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga - LO
9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan - LO
9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional - LO
9.1.1.01.06 Tunjangan Beras - LO
9.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus – LO
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor
9.1.2.03.03 Beban Jasa listrik
9.1.2.25.03 Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/
Narasumber
9.1.7.01.04 Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat
Bermotor
9.1.7.02.01 Beban Penyusutan Bangunan
Gedung Tempat Kerja
Rp27.000.000
Rp1.726.875.000
3.1.1.01.01 Ekuitas
3.1.1.02.01 Surplus/Defisit - LO
Rp1.726.875.000
Kredit
Rp941.980.654
Rp194.601.755
Rp135.713.962
Rp117.971.012
Rp80.205.622
Rp17.026.995
Rp144.500.000
Rp15.325.000
Rp64.750.000
Rp37.000.000
Rp4.800.000
Rp1.726.875.000
8. Menyusun Neraca Saldo Setelah Jurnal Penutupan
Jurnal penutup kemudian diposting ke buku besar. Setelah diposting, saldo
di buku besar tersebut akan bernilai nol atau nihil. Dengan demikian, pada
awal tahun berikutnya tidak akan muncul saldo buku besar bersangkutan.
Sehingga dengan demikian, saldo yang ada hanya saldo akun-akun riil yaitu
akun-akun neraca atau persis seperti yang ditunjukkan di laporan keuangan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
60
berupa neraca. Format Neraca Saldo setelah Penutupan sama persis dengan
format Neraca Saldo setelah Penyesuaian, hanya judulnya diganti Neraca
Saldo setelah Penutupan dan angka di neraca saldo setelah penutupan
merupakan saldo terakhir setelah posting jurnal penutup.
Contoh Neraca Saldo setelah Penutupan
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN
Per Tanggal 31 Desember 2014
SKPD : Dinas Kesehatan
Kode dan Nama Akun
Saldo
Ref
Debit
Kredit
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan
Rp
Rp-
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
Rp
Rp1.500.000,00
1.1.3.02.01 Piutang Retribusi Pelayanan Kesehatan
Rp 1.500.000,00
Rp-
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor
Rp500.000,00
Rp-
1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
1.3.7.01.04
Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
1.3.7.02.01
Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja
Rp110.000.000,00
Rp-
Rp-
Rp37.000.000,00
Rp-
Rp4.800.000,00
2.1.1.03.01 Utang PPh 21
Rp-
Rp3.885.000,00
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat
Rp-
Rp7.950.000,00
2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa
Rp-
Rp15.325.000,00
3.1.1.02.01 Surplus/Defisit - LO
Rp1.726.875.000,00
Rp-
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
Rp-
Rp1.781.750.000,00
3.1.2.06.01 Surplus/Defisit - LRA
Rp1.781.750.000,00
Rp-
3.1.3.01.01 RK PPKD
Rp-
Rp1.768.415.000,00
Total
Rp3.620.625.000,00
Rp3.620.625.000,00
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
61
BAB III
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mempelajari Topik ini peserta diharapkan mampu menjelaskan serta
mampu menganalisis dan mencatat transaksi:
1. Akuntansi Pendapatan dan Piutang
2. Akuntansi Belanja Barang dan Jasa, Beban dan Persediaan
3. Akuntansi Belanja Modal dan Aset Tetap
4. Akuntansi Pembiayaan, Investasi dan Kewajiban
5. Akuntansi Dana Cadangan dan Transaksi Non Anggaran
6. Akuntansi Koreksi Kesalahan, Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Penutup.
No.
1
Sub Topik
Akuntansi Pendapatan dan
Piutang
2
Akuntansi Belanja Barang dan
Jasa, Beban dan Persediaan
3
Akuntansi Belanja Modal dan
Aset Tetap
4
Akuntansi Pembiayaan,
Investasi dan Kewajiban
5
Akuntansi Dana Cadangan dan
Transaksi Non Anggaran
6
Akuntansi Koreksi Kesalahan,
Jurnal Penyesuaian dan Jurnal
Penutup
Kata Kunci
Definisi, Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan
dan Piutang
Definisi, Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian dan Pengungkapan Belanja
Barang dan Jasa, Beban dan Persediaan
Definisi, Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian dan Pengungkapan Belanja
Modal, dan Aset Tetap
Definisi, Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian dan Pengungkapan Pembiayaan,
Investasi dan Kewajiban
Definisi, Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian dan Pengungkapan Dana
Cadangan dan Transaksi Non Anggaran
Definisi, Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian dan Pengungkapan, Koreksi
Kesalahan, Jurnal Penyesuaian, dan Jurnal
Penutup
Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan
4. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri
21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
5. Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
6. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
7. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No 2 dan 3
8. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual,
Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
62
9. Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah
– SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
63
A. AKUNTANSI PENDAPATAN DAN PIUTANG
1. Akuntansi Pendapatan
a. Definisi
Definisi Pendapatan menurut SAP adalah semua penerimaan Rekening
Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan
tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
b. Klasifikasi Pendapatan
Klasifikasi pendapatan menurut PP no 71 tahun 2010 dan Permendagri
64 tahun 2013 yaitu:
- Pendapatan Asli Daerah (PAD)
- Pendapatan Transfer
- Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
c. Prinsip Akuntansi Pendapatan Daerah-LRA
- Pendapatan (secara umum) diakui pada saat telah disetor ke
rekening Kas Umum Daerah.
- Koreksi atas pengembalian pendapatan yang sifatnya tidak berulang
(non recurring) atas pendapatan tahun berjalan, dicatat sebagai
pengurang pendapatan. Sedangkan koreksi atas pengembalian
pendapatan periode sebelumnya, dicatat sebagai belanja tidak
terduga yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih pada periode
ditemukannya koreksi.
- Pengembalian yang sifatnya normal (sistemik) dan berulang
(recurring) atas penerimaan pendapatan periode berjalan atau
sebelumnya dicatat sebagai pengurang pendapatan
- Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
d. Prinsip Akuntansi Pendapatan Daerah-LO
Berdasarkan SAP (PP No 71 tahun 2010) prinsip-prinsip akuntansi
pendapatan-LO adalah:
1. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
2. Klasifikasi pendapatan-LO menurut sumber pendapatan yaitu
a) Pendapatan Pajak-LO
b) Pendapatan Bukan Pajak –LO
c) Pendapatan Hibah-LO
d) Pendapatan Lainnya
3. Pendapatan-LO diakui saat:
a) Timbulnya hak atas pendapatan
Pendapatan-LO yang diakui saat timbulnya hak adalah:
 Pendapatan yang diperoleh berdasarkan peraturan
perundang-undangan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
64
Pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas
suatu pelayanan yang telah selesai diberikan
berdasarkan peraturan perundang-undangan
b) Pendapatan direalisasi (adanya aliran masuk sumber daya
ekonomi)
Untuk mengakui Pendapatan-LO yang berupa hak yang telah
diterima oleh pemerintah tanpa didahului adanya
penagihan
4. Akuntansi Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto

e. Pencatatan Pendapatan Daerah-LRA di Buku Anggaran
Jurnal atas Pendapatan-LRA dibuat dalam kaitannya pemerintah Daerah
sebagai entitas Akuntansi Anggaran. Pendapatan yang dicatat disini
adalah hanya pendapatan yang diterima secara tunai yang kode awalnya
4, 5, 6 dan 7. Perlu dicatat bahwa ketika ada transaksi terkait
pendapatan, maka kemungkinannya adalah tunai atau kredit. Semua
pendapatan selalu dicatat di buku jurnal finansial untuk menghasilkan
Laporan Operasional (LO), sedangkan hanya yang menyangkut
pendapatan tunai yang berkode 4, 5, 6 dan 7 yang juga dicatat sebagai
jurnal realisasi anggaran di buku jurnal.
Kode
4
5
6
7
Uraian
Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan LRA
Belanja
Transfer
Pembiayaan
Contoh pencatatan realisasi pendapatan di buku Jurnal:
Tanggal
2/2/2012
f.
Kode
Akun
3...
4...
Nama Akun
Estimasi Perubahan SAL
Pendapatan LRA...
Debit
Kredit
xxx
xxx
Pencatatan Pendapatan Daerah-LO
Pengakuan Pendapatan-LO dalam kaitannya pemda sebagai entias
akuntansi keuangan. Menurut Prof Halim dan Kusufi (2012), pencatatan
pendapatan LO dilakukan menggunakan buku jurnal finansial yang
meliputi kolom tanggal, kode dan nama akun, debit dan kredit serta
kolom keterangan. Semua pendapatan dengan kode 8 dan 9 dicatat
menggunakan mekanisme double entry untuk nantinya menghasilkan
Laporan Operasional.
Kode
8
9
Uraian
Laporan Operasional
Pendapatan LO
Beban
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
65
Contoh Jurnal penerimaan kas atas pajak dan langsung disetor ke kas
daerah di buku jurnal finansial:
Tanggal
2/2/2012
Kode
Akun
3...
8...
Nama Akun
RK PPKD
Pendapatan-LO
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
Contoh pencatatan di buku jurnal finansial atas diterbitkannya surat
ketetapan pajak tetapi kas belum diterima:
Tanggal
2/2/2012
Kode
Akun
1...
8...
Nama Akun
Piutang ...
Pendapatan-LO
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
g. Penyajian
Pendapatan LRA disajikan di Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
sedangkan Pendapatan LO disajikan di Laporan Operasional (LO).
2. Akuntansi Piutang
a. Definisi
Piutang adalah hak tagih pemerintah kepada pihak lain yang belum
diterima pembayarannya. Hak tagih tersebut bisa berasal dari
kewenangan pemda misalnya untuk memungut pajak daerah, retribusi
daerah, atau hak tagih karena memberikan pinjaman kepada pihak lain.
b. Jenis Piutang
Jenis Piutang adalah:
1) Piutang Pendapatan
Adalah piutang atas pendapatan pemerintah yang berupa
- Piutang Pajak
- Piutang restribusi
- Piutang hasil kekayaan daerah yang dipisahkan
- Piutang lain-lain PAD yang sah
- Piutang transfer pemerintah pusat
- Piutang bantuan kekayaan
- Piutang hibah
- Piutang pendapatan lainnya
2) Piutang Lainnya
Yang termasuk piutang lain-lain adalah:
- Bagian lancar tagihan jangka panjang
3) Pengakuan
 Telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau
 Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan
penagihan
c. Pencatatan Piutang
Contoh pencatatan jurnal di buku jurnal finansial saat timbulnya hak
tagih (piutang):
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
66
Tanggal
2/2/2012
Kode
Akun
1...
8...
Nama Akun
Piutang ...
Pendapatan-LO
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
d. Penyajian
 Disajikan sebagai aset lancar di Neraca sebesar nilai yang jatuh
tempo dalam tahun berjalan dan yang akan ditagih dalam 12 bulan
ke depan berdasarkan surat ketentuan penyelesaian yang telah
ditetapkan;
 Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang akan dilunasi di
atas 12 bulan berikutnya.
 Aset Lancar diungkapkan pula dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
B. AKUNTANSI BELANJA BARANG DAN JASA, BEBAN DAN PERSEDIAAN
1. Akuntansi Belanja Barang dan Jasa
a. Definisi
Belanja Daerah adalah Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah. (PP No 71 th 2010)
Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yg diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. (Permendagri 13/2006).
b. Klasifikasi Belanja
Menurut Permendagri No 64 tahun 2013, belanja dikelompokkan
sebagai belanja operasi, belanja Modal dan belanja tak terduga.
Berikut klasifikasi belanja menurut Permendagri 64 tahun 2013:
(Permendagri No. 64 tahun 2013)
1. Belanja Operasi
- Belanja pegawai
- Belanja barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan sosial
2. Belanja Modal
3. Belanja Tak Terduga
c. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
 Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
umum Daerah.
 Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanjanya
terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran yang
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
67
 Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode
dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode
berikutnya, koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain LRA.
d. Pencatatan Belanja Barang dan Jasa
 Jurnal atas belanja dibuat dalam kaitannya pemerintah Daerah
sebagai entitas Akuntansi, pencatatanya digunakan double entry
yang akan menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
 Contoh pencatatan belanja di buku jurnal:
Tanggal
2/2/2012
Kode
Akun
5...
3...
Nama Akun
Debit
Belanja ...
Estimasi Perubahan SAL
Kredit
Xxx
Xxx
e. Penyajian
Belanja akan dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) setelah
akun Pendapatan.
2. Akuntansi Beban
a. Definisi
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, dapat berupa pengeluaran
atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban (PP No 71 tahun 2010)
b. Klasifikasi Beban
1) Beban Operasi
 Beban Pegawai
 Beban Barang
 Beban Bunga
 Beban Subsidi
 Beban Hibah
 Beban Bantuan Sosial
 Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
 Beban Penyisihan Piutang
 Beban Lain-lain
2) Beban Transfer
 Beban Bagi Hasil Pajak
 Beban bagi Hasil Pendapatan lainnya
 Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah
Lainnya
 Beban Transfer Bantuan ke Desa
 Beban Transfer Bantuan Keuangan lainnya
3) Beban Non Operasional
Beban yang sifatnya tidak rutin, misalnya berasal dari:
◦ Defisit penjualan aset non lancar
◦ Defisit penyelesaian kewajiban jangka panjang
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
68
◦ Defisit dari kegiatan non operasional lainnya
4) Beban Luar Biasa
Untuk mencatan beban atas kejadian luar biasa.
Yang termasuk kejadian luar biasa adalah:
◦ Tidak bisa diramalkan pada awal tahun anggaran
◦ Tidak diharapkan terjadi berulang-ulang
◦ Kejadiannya diluar kendali pemerintah
c. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
Beban diakui saat:
 Timbulnya kewajiban
Adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah
tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah
 Terjadinya konsumsi aset
Adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului
timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam
kegiatan operasional pemerintah
 Terjadinya penurunan manaat ekonomi atau potensi jasa
Adalah saat terjadi penurunan nilai aset sehubungan dengan
penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu.
 Koreksi atas Beban (penerimaan kembali) yang terjadi pada periode
berjalan dicatat sebagai pengurang beban pada periode berjalan.
Penerimaan kembali atas beban tahun sebelumnya akan dicatat
sebagai pendapatan lain-lain pada periode berjalan.
d. Pencatatan Beban
Jurnal atas Beban dibuat dalam kaitannya pemerintah Daerah sebagai
entitas Keuangan, pencatatanya digunakan Double entry yang akan
menghasilkan Laporan Operasional (LO) dan Neraca Pemda
 Contoh pencatatan jurnal untuk mencatat beban di buku jurnal
finansial dengan mekanisme Pembayaran GU/TU di SKPD:
Tanggal
7/10/2012
Kode
Akun
9...
1...
1...
3...
Nama Akun
Beban ...
Kas di Bend. Pengeluaran
Kas di Bend. Pengeluaran
RK-PPKD
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
 Contoh pencatatan jurnal untuk mencatat beban di buku jurnal
finansial dengan mekanisme Pembayaran LS di SKPD:
Tanggal
7/10/2012
Kode
Akun
9...
3...
Nama Akun
Beban ...
RK-PPKD
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
e. Penyajian
Beban dilaporkan dalam Laporan Operasional (LO).
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
69
3. Akuntansi Persediaan
a. Definisi
Aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) yang diperoleh
dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah
atau barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam kurun waktu 12
bulan dari tanggal pelaporan.
Contoh persediaan:
 Persediaan ATK
 Persediaan Benda Akun
 Persediaan obat-obatan
 Persediaan bibit
 Persediaan pupuk
 Persediaan bahan pembersih
 Persediaan bahan bangunan
 Persediaan amunisi
b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
 Persediaan dinilai dengan perhitungan fisik pada akhir periode
 Persediaan yang berasal dari pembelian, maka di nilai berdasarkan
Biaya perolehan
 Persediaan yang diperoleh dengan memproduksi sendiri maka dinilai
berdasarkan biaya Standar
 Persediaan yang diperoleh dengan cara lain seperti hibah atu
rampasan dinilai sebesar Nilai wajar
 Saldo persediaan tersebut dihitung berdasarkan harga pembelian
terakhir
c. Pencatatan Persediaan
Contoh jurnal yang dibuat di buku jurnal finansial saat pembelian
persediaan menggunakan mekanisme UP:
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
1...
1...
Nama Akun
Persediaan ...
Kas di Bend.
Pengeluaran
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
d. Penyajian
Persediaan dilaporkan dalam Neraca dan diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
70
C. AKUNTANSI BELANJA MODAL DAN ASET TETAP
1. Akuntansi Belanja Modal
a. Definisi
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi.
Kriteria belanja modal:
• pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap
atau aset lainnya yang dengan demikian menambah aset
pemerintah;
• pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset
tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
• perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
 Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
umum Daerah.
 Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanjanya
terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran yang
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
 Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode
dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode
berikutnya, koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain.
c. Pencatatan Belanja Modal
 Jurnal atas belanja tunai dibuat pencatatanya digunakan single entry
di buku anggaran yang nantinya akan menghasilkan Laporan
Realisasi Anggaran (LRA).
Contoh pencatatan belanja modal pembelian Aset Tetap secara
tunai di buku Jurnal sebagai berikut:
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
5...
3 ...
Nama Akun
Belanja Modal...
Estimasi Perubahan
SAL
Debit
Xxx
Kredit
Xxx
Yang perlu diingat adalah bahwa jika transaksi yang terjadi secara kredit
(tidak tunai), maka TIDAK dicatat jurnal realisasi anggaran, melainkan
hanya pencatatan di buku jurnal finansial atas aset tetap yang diperoleh.
d. Penyajian
Belanja Modal dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
2. Akuntansi Aset Tetap
a. Definisi
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
b. Klasifikasi Aset Tetap
• Tanah
• Peralatan dan Mesin
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
71
• Gedung dan Bangunan
• Jalan, Irigasi, dan Jaringan
• Aset Tetap Lainnya
• Konstruksi dalam Pengerjaan
c. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
 Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur dengan andal.
 Sejalan dengan penerapan basis akrual, aset dalam bentuk piutang
atau beban dibayar di muka diakui ketika hak klaim untuk
mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari
entitas lain telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim
tersebut dapat diukur atau diestimasi.
 Aset tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat
ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah
periode akuntansi berjalan.
 Aset tetap dicatat sebesar Biaya Perolehan
 Aset Tetap dicatat sebesar nilai wajar apabila biaya perolehan tidak
memungkinkan digunakan
 Biaya perolehan atas pembelian Aset meliputi:
1) Harga beli aset tetap
2) Semua biaya yang dikeluarkan sampai Aset Tetap siap digunakan,
termasuk:
 biaya perjalanan dinas
 ongkos angkut
 biaya uji coba
 biaya konsultan, dll
 Pengeluaran belanja untuk aset tetap setelah perolehan dapat
dibedakan menjadi dua:
◦ belanja
untuk
pemeliharaan
yaitu
belanja
untuk
mempertahankan kondisi aset tetap tersebut sesuai dengan
kondisi awal.
◦ belanja untuk peningkatan yaitu belanja yang memberi manfaat
ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk
peningkatan kapasitas, masa manfaat, mutu produksi, atau
peningkatan standar kinerja. Belanja ini harus dikapitalisasi
dan manambah nilai aset.
d. Penyusutan
 Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan
penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset.
 Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap
dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
 Metode Penyusutan yang dapat dipilih dan digunakan: garis lurus,
saldo menurun berganda, unit produksi.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
72
e. Pencatatan Aset Tetap
Pencatatan aset tetap dilakukan di buku jurnal finansial bersamaan
dengan pencatatan belanja modal di buku anggaran jika belanja modal
ini dilakukan secara tunai.
Contoh pencatatan pembelian mobil Ambulan secara tunai di buku
jurnal finansial:
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
1...
3...
Nama Akun
Debit
Mobil Ambulan
RK-PPKD
Kredit
Xxx
Xxx
Contoh pencatatan jurnal anggaran atas belanja modal pembelian mobil
Ambulan secara tunai di buku jurnal:
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
5...
3...
Nama Akun
Debit
Belanja Modal...
Estimasi Perubahan
SAL
Xxx
Kredit
Xxx
Selanjutnya jika Aset Tetap tersebut telah digunakan, maka di setiap
akhir tahun harus dibuat jurnal penyusutan aset tetap di buku jurnal
finansial.
Contoh pencatatan penyusutan di buku jurnal finansial setiap akhir
tahun:
Tanggal
31/12/2012
f.
Kode
Akun
9...
1...
Nama Akun
Debit
Beban Penyusutan...
Akum. Penyusutan ..
Kredit
Xxx
xxx
Penyajian
Penyajian aset tetap dalam lembar muka neraca sebagai berikut:
Aset
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
xxx
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Akumulasi Penyusutan
(xxx)
Konstruksi dalam Pengerjaan
Total Aset Tetap
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
73
D. AKUNTANSI PEMBIAYAAN, INVESTASI DAN KEWAJIBAN
1. Akuntansi Pembiayaan
a. Definisi
Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.
Jenis Pembiayaan:
Penerimaan pembiayaan mencakup:
◦ Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya
(SiLPA);
◦ Pencairan dana cadangan;
◦ Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
◦ Penerimaan pinjaman daerah;
◦ Penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan
◦ penerimaan piutang daerah.
Pengeluaran pembiayaan mencakup:
◦
◦
◦
◦
pembentukan dana cadangan;
penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah;
pembayaran pokok utang; dan
pemberian pinjaman daerah.
b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
 Penerimaan pembiayaan akan diakui pada saat telah diterima di
rekening kas umum daerah.
 Pengeluaran pembiayaan akan diakui pada saat telah dibayarkan
dari rekening kas umum daerah.
c. Pencatatan Pembiayaan
 Jurnal pembiayaan pencatatanya digunakan single entry yang akan
menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
 Contoh pencatatan Penerimaan Pembiayaan di buku jurnal:
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
3...
7...
Nama Akun
Estimasi Perubahan SAL
Penerimaan Pembiayaan
Debit
Kredit
xxx
xxx
 Contoh pencatatan Pengeluaran Pembiayaan di buku jurnal:
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
7...
3...
Nama Akun
Pengeluaran Pembiayaan
Estimasi Perubahan SAL
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
d. Penyajian
Pembiayaan akan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
74
2. Akuntansi Investasi
a. Definisi
Investasi adalah Aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial
sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
b. Klasifikasi
Investasi diklasifikasikan menjadi:
 Investasi jangka Pendek
Diharapkan dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki
selama setahun atau kurang ditujukan dalam rangka manajemen kas
Berisiko rendah atau bebas dari perubahan atau pengurangan harga
yang signifikan
Contoh : investasi dalam saham dan investasi dalam obligasi

Investasi Jangka Panjang
Dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat
sosial yang dimiliki lebih dari dua belas bulan
Sifat penanaman:
•
•
permanen : Investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara berkelanjutan
contoh: Penyertaan modal Pemerintah daerah
non permanen : Investasi Jangka Panjang yang simaksudkan
untuk dimiliki tidak berkelanjutan
contoh: Pinjaman Jangka Panjang kepada Entitas Lain, Dana
Bergulir, Investasi dalam proyek pembangunan
c. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
 Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan
 Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk
biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh
kepemilikan yang sah atas investasi tersebut
d. Pencatatan Investasi
Pencatatan Investasi dilakukan di buku jurnal finansial. Adapun contoh
pencatatan investasi oleh Pemerintah Daerah di buku jurnal finansial
sebagai berikut:
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
1...
1...
Nama Akun
Investasi ...
Kas di Kasda
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
e. Penyajian
Investasi akan dilaporkan dalam Neraca dan diungkapkan dalan Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK) Pemerintah Daerah.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
75
3. Akuntansi Kewajiban
a. Definisi
Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah
b. Klasifikasi Kewajiban
Kewajiban diklasifikasikan manjadi
1) Kewajiban Jangka Pendek
Adalah Kewajiban yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan setelah
tanggal pelaporan.
Jenis Kewajiban Jangka Pendek:
o Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
o Utang Bunga
o Bagian Lancar utang jangka panjang
o Pendapatan diterima dimuka
o Utang Beban
o Utang jangka pendek lainnya
2) Kewajiban Jangka Panjang
Adalah Kewajiban yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah
tanggal pelaporan
Jenis Kewajiban Jangka Panjang:
o Utang Dalam negeri
o Utang Luar negei
o Utang jangka panjang lainnya
c. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
 Kewajiban diakui jika besar kemungkinan sumber daya ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai
saat pelaporan dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai
nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal
 Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada
saat kewajiban timbul
 Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.
 Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah. Menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada
tanggal neraca
d. Pencatatan Kewajiban
Transaksi kewajiban dicatat di buku jurnal finansial.
timbulnya kewajiban:
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
1...
2...
Nama Akun
Kas di Kasda ...
Utang ...
Debit
Contoh jurnal
Kredit
Xxx
Xxx
e. Penyajian dan Pelaporan
Kewajiban akan dilaporkan di Neraca dan diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
76
E. AKUNTANSI DANA CADANGAN DAN TRANSAKSI NON ANGGARAN
1. Akuntansi Dana Cadangan
a. Definisi
Merupakan dana yang disishkan untuk menampung kebutuhan yang
relatif besar yang tidak bisa dipenuhi dalam satu tahun anggaran
b. Pencatatan Dana Cadangan
Akun Pembentukan Dana Cadangan merupakan transaksi pembiayaan,
sehingga pencatatannya dilakukan di buku anggaran.
Berkaitan dengan transaksi pembentukan dana cadangan ini juga
mengakibatkan akun kas di Kasda bergeser ke akun Dana Cadangan,
sehingga atas transaksi ini juga dicatat di buku jurnal finansial.
 Contoh Pencatatan pengeluaran pembiayaan pembentukan dana
cadangan di buku Jurnal.
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
7...
3 ...
Nama Akun
Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan
Estimasi Perubahan SAL
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
 Contoh Pencatatan dana cadangan di buku jurnal finansial.
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
1...
1...
Nama Akun
Dana Cadangan
Kas di Kasda
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
c. Penyajian
Dana Cadangan perupakan akun yang dilaporkan di Neraca bagian aset.
2. Akuntansi Transaksi Non Anggaran
a. Definisi
 Adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, transfer dan
pembiayaan pemerintah.
Contohnya: Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan Kiriman Uang.
 Jenis Transaksi Non Anggaran
◦ Perhitungan Fihak Ketiga : kas yang berasal dari jumlah
dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar (SPM)
atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya
potongan Taspen dan Askes.
◦ Kiriman Uang : mutasi kas antar rekening kas
negara/daerah.
◦ Transaksi yang tidak tercantum dalam APBD
b. Pencatatan Transaksi Non Anggaran
Pencatatan transaksi non anggaran (transitoris) dilakukan di buku jurnal
finansial.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
77
 Contoh pencatatan Penerimaan PFK di buku jurnal finansial:
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
1...
2...
Nama Akun
Kas di Bend. Pengeluaran
Utang PFK
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
 Contoh pencatatan pembayaran utang PFK:
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
2...
1...
Nama Akun
Utang PFK
Kas di Bend. Pengeluaran
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
c. Penyajian
Tansaksi non Anggaran akan disajikan di Neraca dan dalam Laporan Arus
Kas.
F. AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN, JURNAL PENYESUAIAN DAN JURNAL
PENUTUP
1. Akuntansi Koreksi Kesalahan
 adalah merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam membuat jurnal
dan telah diakunting ke buku besar.
 Setiap kesalahan dikoreksi segera setelah diketahui/kesalahan
ditemukan.
 Contoh kesalahan: kesalahan pembebanan akun, kesalahan nominal,
dst.
 Kesalahan pencatatan dapat terjadi baik di buku jurnal finansial maupun
buku anggaran.
 Koreksi kesalahan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
 Berdasarkan PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, kesalahan menurut sifatnya dibedakan menjadi 2 (dua)
yaitu kesalahan tidak berulang dan kesalahan berulang dan sistemik
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kesalahan tidak berulang
Adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi lagi.
a) Kesalahan yang terjadi pada periode berjalan
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode
berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang
tidak, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang
bersangkutan dalam periode berjalan, baik pada akun
pendapatan-LRA atau akun Belanja, maupun pendapatan-LO
atau akun Beban.
b) Kesalahan yang terjadi pada periode sebelumnya
 Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut belum
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang
bersangkutan, baik pada akun pendapatan-LRA atau akun
Belanja, maupun akun pendapatan-LO dan akun Beban.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
78
 Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga
mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak
berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah posisi kas, apabila laporan keuangan periode
tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan
pada akun pendapatan lain-lain-LRA.
Dalam hal
mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan
pembetulan pada akun Saldo Anggaran Lebih.
Contoh kesalahan dan koreksi belanja:
Misalnya terjadi pengembalian belanja pegawai tahun lalu
karena salah perhitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan
jurnal sebagai berikut:
 Pencatatan koreksi kesalahan di buku jurnal finansial:
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
1...
9...
Nama Akun
Kas di Kasda
Beban Pegawai
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
 Pencatatan koreksi kesalahan di buku jurnal:
Tanggal
2/3/2012
Kode
Akun
3...
4...
Nama Akun
Estimasi Perubahan SAL
Pendapatan Lain-lain
LRA
Debit
Kredit
Xxx
Xxx
 Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas yang tidak
berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah maupun mengurangi posisi kas apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akun kas dan akun aset yang
bersangkutan.
Contoh : misalnya pengadaan aset tetap yang di-markup
dan setelah setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan nilai
aset tersebut harus dikembalikan, dikoreksi dengan
menambah saldo kas dan mengurangi akun terkait dalam
poos aset tetap.
 Koreksi kesalahan atas beban yang tidak berulang, sehingga
mengakibatkan pengurangan beban, yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas
dan tidak mempengaruhi ceraca material posisi aset selain
kas, apabaila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun
pendapatan lain-lain-LO.
Dalam hal mengakibatkan
penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada
akun ekuitas.
Contoh: terjadi pengembalian beban pegawai tahun lalu
karena salah perhitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
79





menambah saldo kas dan menambah pendapatan lain-lain
LO.
Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LRA yang
tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas
dan akun Saldo Anggaran Lebih.
Contoh: penyetoran bagian laba perusahaan daerah yang
belum masuk ke kas daerah dikoreksi dengan menambah
akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.
Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan LO yang
tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas
dan akun ekuitas.
Contoh : pengembalian pendapatan DAU karena kelebihan
transfer oleh pemda dikoreksi dengan mengurangi akun
Ekuitas dan mengurangi saldo kas.
Koreksi kesalahan atas penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan yang tidak berulang yang terjadi pada periodeperiode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi
posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas
dan akun Saldo Anggaran Lebih.
Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas pencatatan
kewajiban yang terjadi pada periode-periode sebelumnya
dan menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila
laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan,
dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun
kewajiban bersangkutan.
Koreksi kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periodeperiode sebelumnya dan tidak mempengaruhi posisi kas,
baik sebelum maupun setelah laporan keuangan periode
tersebut diterbitkan, pembetulan dilakukan pada akun-akun
neraca terkait pada periode kesalahan ditemukan.
Contoh : misalnya terjadi kesalahan pencatatan pembelian
peralatan dan mesin salah dicatat pada akun jalan, irigasi
dan jaringan, dibetulkan dengan jurnal koreksi dengan
membalik jurnal yang salah dan memunculkan jurnal yang
benar atau mengurangi akun jalan, irigasi dan jaringan dan
menambah akun peralatan dan mesin.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
80
2) Kesalahan berulang dan sistemik
 Adalah kesalahan yang disebabkan oleh sifat alamiah
(normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan
akan terjadi secara berulang.
 Kesalahan berulang dan sistemik tidak memerlukan koreksi,
melainkan dicatat pada saat terjadi pengeluaran kas untuk
mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi
pendapatan LRA maupun pendapatan LO yang
bersangkutan.
2. Jurnal Penyesuaian
 Jurnal penyesuaian dibuat setiap akhir tahun periode pelaporan di buku
jurnal finansial.
 Tujuannya yaitu untuk
mencatat
akun terhutang/accrual,
ditangguhkan/defferal, koreksi, dan ayat jurnal lain yang diperlukan
untuk memutakhirkan akun-akun neraca dan akun-akun pendapatan LO
dan Beban.
 Jurnal Penyesuaian
◦ Akun terhutang/accrual adalah untuk mengakui kewajiban yang
belum dibayar atau hak pemda yang belum diterima sampai dengan
akhir tahun anggaran
◦ Akun Tangguhan/ defferal adalah kas yang sudah diterima atau
dibayarkan tetapi sampai akhir tahun anggaran belum menjadi hak/
kewajiban Pemda
 Contoh pencatatan Jurnal Penyesuaian di buku jurnal finansial
◦ Contoh Penyesuaian atas akun akrual (terhutang):
Tanggal
31/12/2012
Kode
Akun
1...
8...
9...
2...
◦
Contoh Penyesuaian
pengakuannya):
Tanggal
31/12/2012
Kode
Akun
2...
Nama Akun
Debit
Piutang
Pendapatan LO
Xxx
Beban
Utang Beban
Xxx
atas
akun
Xxx
xxx
defferal
Nama Akun
(ditangguhkan
Debit
Xxx
8...
Pendapatan diterima
Dimuka
Pendapatan
9...
2...
Beban
Utang Beban
Xxx
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Kredit
Kredit
Xxx
xxx
81
3. Jurnal Penutup
 Adalah jurnal yang dibuat untuk tujuan mengenolkan seluruh saldo
akun-akun laporan operasional dan laporan realisasi anggaran.
 Jurnal penutup ada 2, yaitu jurnal penutup LRA dan Jurnal Penutup LO.
 Langkah pertama, membuat jurnal penutup LRA yaitu menutup jurnal
anggaran yang pertama kali dibuat, kemudian menutup akun akun
pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan ke akun surplus/defisit.
Kemudian saldo akun surplus/defisit ditutup ke akun Estimasi
perubahan SAL.
 Langkah kedua, menutup akun-akun pendapatan LO dan beban ke akun
surplus/defisit. Kemudian saldo akun surplus/defisit ditutup ke akun
Ekuitas.
Jurnal Penutup LRA
Tanggal
31/12/2012
31/12/2012
31/12/2012
Kode
Akun
3 ...
3 ...
3 ...
Nama Akun
Debit
Apropriasi Belanja
Estimasi Perubahan SAL
Estimasi Pendapatan
xxx
xxx
4...
5...
3 ...
Pendapatan-LRA ...
Belanja ...
Surplus/ Defisit LRA
Xxx
3 ...
3 ...
Surplus/ Defisit LRA
Estimasi Perubahan SAL
Xxx
Kredit
xxx
xxx
xxx
Xxx
Jurnal Penutup LO
Tanggal
31/12/2012
31/12/2012
Kode
Akun
8 ...
9 ...
3 ...
3 ...
3 ...
Nama Akun
Debit
Pendapatan LO
Beban
Surplus/ Defisit LO
Xxx
Surplus/ Defisit LO
Ekuitas
Xxx
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Kredit
Xxx
Xxx
xxx
82
BAB IV
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah mempelajari Topik ini peserta mampu menyusun Laporan Keuangan SKPD
meliputi LRA, LO, LPE dan Neraca, yang ditandai dengan:
1. mampu menjelaskan sistem akuntansi SKPD.
2. mampu menjelaskan struktur anggaran SKPD.
3. mampu mempraktekkan proses penyusunan laporan keuangan SKPD
No.
Sub Topik
Kata Kunci
1
Sistem Akuntansi SKPD
Dokumen Pelaksanaan Anggaran,
Pertanggungjawaban, Laporan Keuangan
2
Struktur Anggaran SKPD
Dokumen Pelaksanaan Anggaran,
Pendapatan, Belanja, Surplus/Defisit
3
Proses Akuntansi SKPD
Jurnal anggaran, saldo awal, Pencatatan
Transaksi, Posting ke Buku Besar,
Penyesuaian, Neraca Saldo setelah
penyesuaian, Laporan Keuangan SKPD,
jurnal penutup, neraca saldo setelah
penutupan
Referensi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3
PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
Mulyana, Budi, Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Berdasar SAP
Akrual (PP 71/2010), 2012
Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah –
SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
83
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
84
A. SISTEM AKUNTANSI SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unit pemerintahan di
lingkungan pemda selaku pengguna anggaran, yang dapat berbentuk dinas,
badan, dan kantor ataupun satuan. Sebagai pengguna anggaran, SKPD harus
menyelenggarakan sistem akuntansi guna menghasilkan laporan keuangan
sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang dikelolanya.
Di dalam sistem pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan
uang oleh SKPD disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran
dilakukan dari rekening Kas Umum Daerah. Istilah Kas Umum Daerah sering juga
disebut Kas Daerah atau sering disingkat Kasda. Pengelola Kasda adalah PPKD
yang secara otomatis adalah BUD.
Dengan demikian, walaupun SKPD telah memiliki dokumen pelaksanaan
anggaran (DPA), aliran kas masuk ke pengguna anggaran yang berasal dari
pendapatan daerah harus disetorkan ke Kas Daerah. Demikian juga untuk setiap
pembayaran belanja SKPD, uang yang digunakan adalah uang yang berasal dari
Kas Daerah yang dibayarkan baik dengan cara pembayaran langsung (LS) oleh
BUD ke pihak penerima pembayaran ataupun melalui bendahara pengeluaran
SKPD dengan mekanisme uang persediaan/tambah uang persediaan
(UP/GU/TU).
Mekanisme di atas akan menimbulkan hubungan antara SKPD dengan
PPKD (selaku BUD). Untuk tujuan akuntansi, hubungan antara berbagai SKPD
dan PPKD selaku BUD dapat dipandang dari dua aspek berikut :
a. Aspek hubungan keuangan; hubungan antara SKPD dan PPKD dapat
dipandang sebagai hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang.
PPKD diperlakukan sebagai kantor pusat, sementara itu SKPD-SKPD
diperlakukan sebagai kantor cabang.
b. Aspek pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran; hubungan antara
SKPD dan PPKD sebagai entitas yang mandiri, sehingga SKPD dan PPKD
masing-masing mempunyai tanggung jawab untuk menyusun laporan
keuangannya masing-masing.
Hubungan kantor pusat dan cabang yang diaplikasikan pada akuntansi di SKPD
dan PPKD ini dapat dilihat dengan digunakannya akun Rekening Koran PPKD
(RK-PPKD) pada setiap SKPD. Sementara itu, PPKD menggunakan akun Rekening
Koran SKPD (RK-SKPD). Dengan demikian, akun RK-SKPD dan akun RK-PPKD
merupakan akun resiprokal yang mencerminkan hubungan timbal-balik
keuangan antara PPKD (selaku BUD) dan SKPD (selaku pengguna anggaran).
Akuntansi SKPD dan PPKD di dalam bahan ajar ini menggunakan
pendekatan akuntansi kantor pusat dan kator cabang (Home Office-Branch
Accounting) sebagaimana mengacu kepada referensi yang diterbitkan oleh
Ditjen BAKD Kementerian Dalam Negeri. yaitu berdasarkan Surat Edaran Nomor
900/316/BAKD tanggal 5 April 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur
Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah, dan Surat Edaran Nomor
900/743/BAKD tanggal 4 September 2007 tentang Handbook Akuntansi
Keuangan Pemerintah Daerah, serta permendagri no 64 tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
85
Selanjutnya, sebagaimana telah dijelaskan topik/bahasan siklus
akuntansi pemerintah daerah, diingatkan kembali mekanisme pencatatan
transaksi double entry record system, yaitu pencatatan transaksi melalui
pembuatan jurnal di buku jurnal, baik untuk jurnal finansial maupun jurnal
anggaran.
B. STRUKTUR ANGGARAN SKPD
Transaksi anggaran apa saja yang akan terjadi di SKPD, hal itu sudah
tergambar di dalam anggaran (DPA) SKPD yang bersangkutan. Dengan adanya
pembagian kewenangan yang jelas dalam hal penganggaran dan
pelaksanaannya antara PPKD dan Kepala SKPD, maka tidak akan terjadi tumpang
tindih (overlap) penganggaran antara PPKD dan SKPD. Penganggaran
pendapatan dan belanja yang tidak dianggarkan di dalam DPA PPKD, akan
dianggarkan di dalam DPA SKPD. Sementara itu, penganggaran pembiayaan
seluruhnya merupakan kewenangan PPKD sehingga anggaran pembiayaan tidak
akan muncul di dalam DPA SKPD.
Dengan demikian struktur anggaran SKPD sebagaimana tertuang di
dalam DPA SKPD terdiri dari:
a. Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD);
b. Anggaran Belanja Tidak Langsung; dan
c. Anggaran Belanja Langsung
Perlu diingat bahwa tidak semua SKPD memiliki kewenangan untuk memungut
PAD. Kewenangan untuk memungut PAD berupa pajak daerah berada pada
SKPKD sedangkan SKPD tertentu memiliki kewenangan untuk memungut
retribusi.
C. PROSES AKUNTANSI SKPD – ILUSTRASI
Untuk memberikan pemahaman yang lebih efisien dan efektif tentang
penerapan akuntansi pemda berbasis akrual untuk SKPD, berikut ini akan
langsung diberikan ilustrasi soal dan jawabannya secara komprehensif mulai dari
jurnal, buku besar, neraca saldo sampai disusunnya laporan keuangan SKPD.
Adapun untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi akan dibuat secara
ringkas per jenis transaksi, bukan per tanggal transaksi karena penekanannya di
sini adalah pemahaman tentang bagaimana penjurnalan untuk setiap jenis
transaksi yang biasa terjadi pada SKPD, hingga akhirnya dihasilkan laporan
keuangan SKPD.
1. Ilustrasi Akuntansi SKPD
Pemkab Adil Makmur mulai menerapkan akuntansi berbasis akrual berdasarkan
PP No. 71 Tahun 2010 dan Permendagri 64 tahun 2013, yang mulai diterapkan
sejak Tahun Anggaran 2014. Berikut ini adalah data akuntansi pada Dinas
Kesehatan Pemerintah Kabupaten Adil Makmur.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
86
Pemkab Adil Makmur
Dinas Kesehatan
Neraca
Per 1 Januari 2014
ASET
KEWAJIBAN
Aset Lancar
Kewajiban Jangka Pendek
1.1.1.03.01
Kas di Bendahara Pengeluaran
1.1.7.01.01
Persediaan Alat Tulis Kantor
Total Aset Lancar
1.500.000
2.1.1.03.01
Utang PPh 21
500.000
2.1.1.04.01
Utang PPN Pusat
150.000
Total Kewajiban
1.500.000
2.000.000
Aset Tetap
EKUITAS
1.3.1.11.04
Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja
1.3.2.04.01
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
149.000.000
1.3.3.01.01
Bangunan Gedung Kantor
240.000.000
Total Aset Tetap
639.000.000
TOTAL ASET
1.350.000
250.000.000
641.000.000
3.1.1.01.01
Ekuitas
TOTAL KEWAJIBAN DAN
EKUITAS
639.500.000
641.000.000
*) Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan potongan PPh/PPN yang belum disetor ke
Kas Negara s.d. akhir tahun 2013.
Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Kesehatan untuk T.A. 2014
sebagai berikut :
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Retribusi Daerah
4.1.2.01.01
Pelayanan kesehatan di Puskesmas – LRA
TOTAL PENDAPATAN
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
5.1.1.01.01
Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi
5.1.1.01.02
Tunjangan Keluarga
5.1.1.01.03
Tunjangan Jabatan
5.1.1.01.04
Tunjangan Fungsional
5.1.1.01.05
Tunjangan Fungsional Umum
5.1.1.01.06
Tunjangan Beras
5.1.1.01.07
Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
Total Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
5.1.2.01.01
Belanja alat tulis kantor
5.1.2.24.01
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
Total Belanja Barang dan Jasa
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
24.000.000
24.000.000
941.980.654
194.601.755
135.713.962
117.971.012
12.500.000
80.205.622
17.026.995
1.500.000.000
150.000.000
65.000.000
215.000.000
87
BELANJA MODAL
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
Total Belanja Modal Peralatan dan Mesin
TOTAL BELANJA
SURPLUS (DEFISIT)
120.000.000
120.000.000
1.835.000.000
(1.811.000.000)
Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2014 di
Dinas Perhubungan diringkaskan sebagai berikut :
Tanggal
No Bukti
Transaksi
01/01/20
14
001/DINKES/2014
02/02/20
14
03/03/20
14
002/DINKES/2014
Bendahara pengeluaran menyetorkan potongan PPh 21 dan PPN Pusat
masing-masing sebesar Rp1.350.000,- dan Rp150.000,- ke rekening Kas
Negara, berdasarkan bukti transaksi berupa SSP (Surat Setoran Pajak Pusat)
Bendahara pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari BUD sebesar
Rp50.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D UP
Total realisasi belanja gaji dan tunjangan selama setahun sebesar
Rp1.500.000.000,- berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Gaji dan
Tunjangan.
Gaji Pokok PNS / Uang Representasi
Rp941.980.654,Tunjangan Keluarga
Rp194.601.755,Tunjangan Jabatan
Rp135.713.962,Tunjangan Fungsional
Rp117.971.012,Tunjangan Fungsional Umum
Rp12.500.000,Tunjangan Beras
Rp80.205.622,Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
Rp17.026.995,-
04/04/20
14
004/DINKES/2014
05/05/20
14
005/DINKES/2014
06/06/20
14
006/DINKES/2014
07/07/20
14
007/DINKES/2014
08/08/20
14
008/DINKES/2014
09/09/20
14
10/10/20
14
009/DINKES/2014
003/DINKES/2014
010/DINKES/2014
Total realisasi belanja modal yang seluruhnya untuk pengadaan Peralatan
dan Mesin berupa Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan sebesar
Rp110.000.000,- berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Belanja Modal.
Total realisasi belanja barang dan jasa untuk konsumsi yaitu pembelian alat
tulis kantor yang dibayar secara LS sebesar Rp55.000.000,- berdasarkan
SP2D-LS Belanja Barang dan Jasa
Menerima pendapatan pendapatan retribusi pelayanan kesehatan di
Puskesmas yang diterima bendahara penerimaan sebesar Rp25.500.000,-.
Pendapatan tsb telah disetor seluruhnya ke rekening Kas Daerah,
berdasarkan bukti transaksi berupa STS (Surat Tanda Setoran).
Total SP2D GU yang diterima selama tahun berjalan meliputi pengesahan
belanja yang dibayar dengan UP dan sekaligus pengisian kembali UP yang
terpakai dengan rincian sbb:
Honorarium Tenaga Ahli
Rp53.750.000,Pembelian Alat Tulis Kantor
Rp62.500.000,Belanja UP yang terakhir telah disahkan dengan diterimanya SP2D GU Nihil
(bukti transaksi pengesahan belanja UP tanpa pengisian UP yang terpakai)
untuk belanja sbb:
Honorarium Tenaga Ahli
Rp 11.000.000
Pembelian Alat Tulis Kantor
Rp 27.500.000
Sisa UP telah disetor seluruhnya pada akhir tahun ke rekening Kas Daerah
sebesar Rp 11.500.000,- berdasarkan bukti transaksi berupa STS.
PPh 21 dan PPN Pusat yang dipotong/dipungut oleh bendahara pengeluaran
selama tahun berjalan telah disetor seluruhnya ke rekening Kas Negara
masing-masing sebesar Rp5.235.000,- dan Rp8.100.000,- berdasarkan bukti
transaksi berupa SSP.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
88
Tanggal
No Bukti
Transaksi
31/12/20
14
31/12/20
14
011/DINKES/2014
Diketahui nilai persediaan alat tulis kantor yang masih tersisa pada akhir
tahun sebesar Rp1.000.000,Berdasarkan kebijakan akuntansi Pemkab Adil Makmur, penyusutan aset
tetap mulai diterapkan terhitung Tahun Anggaran 2014. Metode
penyusutan yang digunakan adalah garis lurus (straight line method) dengan
asumsi nilai residu nol (nihil). Diasumsikan penyusutan dilakukan setahun
penuh berdasarkan saldo akhir aset tetap akhir tahun.
Masa manfaat aset tetap ditetapkan sebagai berikut:
Bangunan Gedung Kantor
50 tahun
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
7 tahun
31/12/20
14
012/DINKES/2014
013/DINKES/2014
Berdasarkan perhitungan, diperoleh besarnya penyusutan:
Bangunan Gedung Kantor
4.800.000
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan 33.070.000
Tagihan belanja barang dan jasa berupa belanja langganan daya dan jasa
untuk bulan Desember 2014 sebesar Rp15.325.000,- belum terbayarkan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
89
Diminta:
1. Buatlah jurnal anggaran dan jurnal untuk mencatat saldo awal!
2. Lakukan analisis transaksi dan buatlah jurnal transaksi meliputi jurnal finansial
/dan jurnal anggaran!
3. Susunlah Laporan Keuangan Dinas Kesehatan Kabupaten Adil Makmur Tahun
2014 meliputi:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
4. Buatlah jurnal penutup dan susunlah Neraca Saldo setelah penutupan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
90
5. Penyelesaian soal
Dilakukan dengan 8 langkah sebagai berikut:
1. Pencatatan Jurnal Anggaran dan Saldo Awal di Buku Jurnal
2. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
 Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka
digunakan daftar akun sesuai yang diatur di Permendagri 64 tahun 2014
yaitu di pasal 7 dan lampiran III mengenai Bagan Akun Standar (BAS),
yaitu dituliskan kode dan nama akun detil sampai level 5 yaitu rincian
objek.
 Penjurnalan dibedakan menjadi 2:
a. Jurnal Finansial:
Secara default seluruh transaksi dicatat/ dibuat jurnal finansialnya
dalam buku jurnal dengan melibatkan akun dengan kode awal 1Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
b. Jurnal Anggaran:
Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4-pendapatan LRA,
5-Belanja, 6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan secara
tunai/melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal finansial juga
mencatat jurnal anggaran.
3. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
Pencatatan penyesuaian dilakukan dengan membuat jurnal finansial saja
yaitu melibatkan akun dengan kode awal 1-Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas
serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
4. Posting ke Buku Besar
5. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
6. Penyusunan Laporan Keuangan:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
7. Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
8. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
91
LANGKAH 1:
Pencatatan Jurnal Anggaran dan Saldo Awal di Buku Jurnal
BUKU JURNAL
Jurnal Anggaran
Tanggal
Kode dan Nama Akun
01/01/2014
Ref
Debit
3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan
A
24.000.000
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
A
1.811.000.000
3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja
A
Kredit
1.835.000.000
Jurnal Saldo Awal
Tanggal
Kode dan Nama Akun
01/01/2014
1.1.1.03.01
Kas di Bendahara Pengeluaran
Ref
Debit
F
1.500.000
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor
1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan
Tempat Kerja/Jasa
1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas
Bermotor Perorangan
F
500.000
F
250.000.000
F
149.000.000
1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor
F
240.000.000
Kredit
2.1.1.03.01 Utang PPh 21
F
1.350.000
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat
F
150.000
3.1.1.01.01 Ekuitas
F
639.500.000
LANGKAH 2:
Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
BUKU JURNAL
Tanggal
01/01/2014
Uraian
Ref
Debit
2.1.1.03.01 Utang PPh 21
F
1.350.000
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat
F
150.000
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
F
02/02/2014
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
F
02/02/2014
3.1.3.01.01 RK PPKD
F
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Kredit
1.500.000
50.000.000
50.000.000
92
Tanggal
Uraian
Ref
Debit
9.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS / Uang Representasi –
LO
9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga – LO
F
941.980.654
F
194.601.755
9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan - LO
F
135.713.962
9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional - LO
F
117.971.012
9.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum - LO
F
12.500.000
9.1.1.01.06 Tunjangan Beras - LO
F
80.205.622
9.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus - LO
F
17.026.995
3.1.3.01.01 RK PPKD
F
03/03/2014
5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi
A
941.980.654
03/03/2014
5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga
A
194.601.755
03/03/2014
5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan
A
135.713.962
03/03/2014
5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional
A
117.971.012
03/03/2014
5.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum
A
12.500.000
03/03/2014
5.1.1.01.06 Tunjangan Beras
A
80.205.622
03/03/2014
5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
A
17.026.995
03/03/2014
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
A
03/03/2014
04/04/2014
04/04/2014
1.3.2.04.01
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
3.1.3.01.01 RK PPKD
F
5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan Kendaraan
Dinas Bermotor Perorangan
A
04/04/2014
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
A
05/05/2014
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor
F
05/05/2014
3.1.3.01.01 RK PPKD
F
05/05/2014
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor
A
05/05/2014
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
A
06/06/2014
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan
8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas LO
F
06/06/2014
1.500.000.000
110.000.000
110.000.000
110.000.000
110.000.000
55.000.000
55.000.000
55.000.000
55.000.000
25.500.000
F
06/06/2014
3.1.3.01.01 RK PPKD
F
06/06/2014
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan
F
07/07/2014
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
A
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
1.500.000.000
F
04/04/2014
Kredit
25.500.000
25.500.000
25.500.000
25.500.000
93
Tanggal
07/07/2014
Uraian
4.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas LRA
Ref
Debit
A
25.500.000
F
53.750.000
08/08/2014
9.1.2.25.03
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor
F
62.500.000
08/08/2014
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
F
09/09/2014
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
F
09/09/2014
3.1.3.01.01 RK PPKD
F
08/08/2014
116.250.000
116.250.000
116.250.000
A
53.750.000
08/08/2014
5.1.2.24.01
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor
A
62.500.000
08/08/2014
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
A
08/08/2014
116.250.000
F
11.000.000
10/10/2014
9.1.2.25.03
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor
F
27.500.000
10/10/2014
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
F
10/10/2014
Kredit
38.500.000
A
11.000.000
10/10/2014
5.1.2.24.01
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor
A
27.500.000
10/10/2014
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
A
11/11/2014
3.1.3.01.01 RK PPKD
F
11/11/2014
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
F
12/12/2014
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
F
12/12/2014
2.1.1.03.01 Utang PPh 21
F
5.235.000
12/12/2014
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat
F
8.100.000
12/12/2014
2.1.1.03.01 Utang PPh 21
F
12/12/2014
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat
12/12/2014
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran
10/10/2014
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
38.500.000
11.500.000
11.500.000
13.335.000
5.235.000
8.100.000
F
13.335.000
94
LANGKAH 3:
Pencatatan Penyesuaian di Buku Jurnal
BUKU JURNAL
Tanggal
Uraian
Ref
31/12/2014
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor
F
31/12/2014
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor
F
31/12/2014
31/12/2014
31/12/2014
31/12/2014
9.1.7.01.04
Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
9.1.7.02.01
Beban Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja
1.3.7.01.04
Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
1.3.7.02.01 Akumulasi Penyusutan Bangunan
Gedung Tempat Kerja
Kredit
500.000
500.000
F
33.070.000
F
4.800.000
F
33.070.000
F
4.800.000
31/12/2014
9.1.2.03.03 Beban Jasa listrik
F
31/12/2014
2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa
F
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Debit
15.325.000
15.325.000
95
LANGKAH 4:
Posting ke Buku Besar
BUKU BESAR
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Dinas Kesehatan
1.1.1.02.01
Kas di Bendahara Penerimaan
Debit
Tanggal
Transaksi
Debit
Kredit
Saldo
01/01/2014
Saldo Awal
0
07/07/2014
Menerima pendapatan retribusi
25.500.000
0
25.500.000
07/07/2014
Menyetor pendapatan retribusi
0
25.500.000
0
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Dinas Kesehatan
1.1.1.03.01
Kas di Bendahara Pengeluaran
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
02/02/2014
Saldo Awal
Penyetoran Potongan PPh dan
PPN ke kas negara
Menerima UP
08/08/2014
Pengesahan SPJ Belanja UP
09/09/2014
Menerima SP2D GU
10/10/2014
Mencatat SPJ penggunaan UP
Menyetorkan sisa UP akhir
tahun
Menerima potongan PPh/PPN
Menyetorkan potongan
PPh/PPN
01/01/2014
11/11/2014
12/12/2014
12/12/2014
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Debit
Kredit
Saldo
1.500.000
0
1.500.000
0
50.000.000
0
50.000.000
0
116.250.000
-66.250.000
116.250.000
0
50.000.000
0
38.500.000
11.500.000
0
11.500.000
0
13.335.000
0
13.335.000
0
13.335.000
0
Dinas Kesehatan
1.1.7.01.01
Persediaan Alat Tulis Kantor
Debit
Tanggal
Transaksi
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Debit
Kredit
Saldo
96
01/01/2014
Saldo Awal
31/12/2014
Jurnal penyesuaian
500.000
500.000
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
0
1.000.000
Dinas Kesehatan
1.3.1.11.04
Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa
Debit
Tanggal
Transaksi
Debit
Kredit
01/01/2014 Saldo Awal
Saldo
250.000.000
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Dinas Kesehatan
1.3.2.04.01
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
Membeli peralatan dan mesin
secara LS
04/04/2014
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Debit
Kredit
Saldo
149.000.000
110.000.000
0
259.000.000
Dinas Kesehatan
1.3.3.01.01
Bangunan Gedung Kantor
Debit
Tanggal
01/01/2014
Transaksi
Debit
Kredit
Saldo Awal
Saldo
240.000.000
SKPD
Dinas Kesehatan
KODE AKUN
1.3.7.01.04
NAMA AKUN
Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
31/12/2014
Jurnal penyesuaian
Debit
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Kredit
Saldo
0
0
33.070.000
33.070.000
97
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Dinas Kesehatan
1.3.7.02.01
Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat
Kerja
Kredit
Tanggal
01/01/201
4
31/12/201
4
Transaksi
Debit
Kredit
Saldo
Saldo Awal
0
Jurnal penyesuaian
0
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
4.800.000
4.800.000
Dinas Kesehatan
2.1.1.03.01
Utang PPh 21
Kredit
Tanggal
01/01/2014
Transaksi
Debit
Kredit
Saldo
1.350.000
0
0
12/12/2014
Saldo Awal
Penyetoran Potongan PPh dan
PPN ke kas negara
Menerima potongan PPh/PPN
0
5.235.000
5.235.000
12/12/2014
Menyetor potongan PPh/PPN
5.235.000
0
0
Kredit
Saldo
01/01/2014
1.350.000
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Dinas Kesehatan
2.1.1.04.01
Utang PPN Pusat
Kredit
Tanggal
01/01/2014
Transaksi
12/12/2014
Saldo Awal
Penyetoran Potongan PPh dan
PPN ke kas negara
Menerima potongan PPh/PPN
12/12/2014
Menyetor potongan PPh/PPN
01/01/2014
SKPD
KODE AKUN
Debit
150.000
150.000
0
0
0
8.100.000
8.100.000
8.100.000
0
0
Dinas Kesehatan
2.1.5.02.01
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
98
NAMA AKUN
Utang Belanja Jasa
Kredit
Tanggal
Transaksi
Debit
01/01/2014 Saldo Awal
31/12/2014 Jurnal penyesuaian
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Kredit
Saldo
0
15.325.000 15.325.000
0
Dinas Kesehatan
3.1.1.01.01
Ekuitas
Kredit
Tanggal
Transaksi
Debit
Kredit
Saldo
01/01/2014 Saldo Awal
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
639.500.000
Dinas Kesehatan
3.1.2.05.01
Estimasi Perubahan SAL
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
08/08/2014
Saldo Awal
Membayar Gaji dan Tunjangan
Pegawai
Membeli peralatan dan mesin
secara LS
Membeli barang dan jasa
secara LS
Menyetor pendapatan
retribusi
Pengesahan SPJ Belanja UP
10/10/2014
Mencatat SPJ penggunaan UP
03/03/2014
04/04/2014
05/05/2014
07/07/2014
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Debit
Kredit
Saldo
0
0
1.487.500.000
1.487.500.000
0
110.000.000
1.597.500.000
0
55.000.000
1.652.500.000
25.500.000
0
1.627.000.000
0
116.250.000
1.743.250.000
0
38.500.000
1.781.750.000
Dinas Kesehatan
3.1.3.01.01
RK PPKD
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
02/02/2014
Menerima UP
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Debit
Kredit
Saldo
0
0
50.000.000
50.000.000
99
03/03/2014
04/04/2014
05/05/2014
07/07/2014
09/09/2014
11/11/2014
Membayar Gaji dan
Tunjangan Pegawai
Membeli peralatan dan mesin
secara LS
Membeli barang dan jasa
secara LS
Menyetor pendapatan
retribusi
Menerima SP2D GU
Menyetorkan sisa UP akhir
tahun
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
0
1.487.500.000
1.537.500.000
0
110.000.000
1.647.500.000
0
55.000.000
1.702.500.000
25.500.000
0
1.677.000.000
0
116.250.000
1.793.250.000
11.500.000
0
1.781.750.000
Dinas Kesehatan
4.1.2.01.01
Pelayanan kesehatan di Puskesmas LRA
Kredit
Tanggal
Transaksi
Debit
01/01/2014 Saldo Awal
Menyetor pendapatan
07/07/2014
retribusi
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Kredit
Saldo
0
0 25.500.000
25.500.000
Dinas Kesehatan
5.1.1.01.01
Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Debit
Kredit
Saldo
0
941.980.654
0
941.980.654
Dinas Kesehatan
5.1.1.01.02
Tunjangan Keluarga
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
Debit
Kredit
Saldo
0
194.601.755
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
0
194.601.755
100
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Dinas Kesehatan
5.1.1.01.03
Tunjangan Jabatan
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Debit
Kredit
Saldo
0
135.713.962
0
135.713.962
Dinas Kesehatan
5.1.1.01.04
Tunjangan Fungsional
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Debit
Kredit
Saldo
0
117.971.012
0 117.971.012
Dinas Kesehatan
5.1.1.01.05
Tunjangan Fungsional Umum
Debit
Tanggal
Transaksi
Debit
01/01/2014 Saldo Awal
Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Kredit
Saldo
0
12.500.000
0
12.500.000
Kredit
Saldo
Dinas Kesehatan
5.1.1.01.06
Tunjangan Beras
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Debit
0
80.205.622
0
80.205.622
101
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Dinas Kesehatan
5.1.1.01.07
Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
Debit
Tanggal
Transaksi
Debit
01/01/2014 Saldo Awal
Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Kredit
Saldo
0
17.026.995
0
17.026.995
Kredit
Saldo
Dinas Kesehatan
5.1.2.01.01
Belanja alat tulis kantor
Debit
Tanggal
Transaksi
Debit
01/01/2014 Saldo Awal
Membeli barang dan jasa
05/05/2014
secara LS
Pengesahan SPJ Belanja
08/08/2014
UP
Mencatat SPJ
10/10/2014
penggunaan UP
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
0
55.000.000
0
55.000.000
62.500.000
0 117.500.000
27.500.000
0 145.000.000
Dinas Kesehatan
5.1.2.24.01
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
Pengesahan SPJ Belanja
08/08/2014
UP
Mencatat SPJ
10/10/2014
penggunaan UP
SKPD
KODE
AKUN
NAMA
AKUN
Debit
Kredit
Saldo
0
53.750.000
0
53.750.000
11.000.000
0
64.750.000
Dinas Kesehatan
5.2.2.04.01
Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
102
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo
Awal
04/04/2014
Membeli
peralatan
dan mesin
secara LS
Debit
Kredit
Saldo
0
110.000.000
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
0
110.000.000
Dinas Kesehatan
8.1.2.01.01
Pelayanan kesehatan di Puskesmas LO
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
Pengakuan pendapatan
06/06/2014
retribusi
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Debit
Kredit
Saldo
0
0 25.500.000 25.500.000
Dinas Kesehatan
9.1.1.01.01
Gaji Pokok PNS / Uang Representasi - LO
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Debit
Kredit
Saldo
0
941.980.654
0 941.980.654
Dinas Kesehatan
9.1.1.01.02
Tunjangan Keluarga - LO
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Debit
Kredit
Saldo
0
103
03/03/2014
Membayar Gaji dan
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
194.601.755
0 194.601.755
Dinas Kesehatan
9.1.1.01.03
Tunjangan Jabatan - LO
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Debit
Kredit
Saldo
0
135.713.962
0 135.713.962
Dinas Kesehatan
9.1.1.01.04
Tunjangan Fungsional - LO
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Debit
Kredit
Saldo
0
117.971.012
0 117.971.012
Dinas Kesehatan
9.1.1.01.05
Tunjangan Fungsional Umum - LO
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Debit
Kredit
Saldo
0
12.500.000
0
12.500.000
Kredit
Saldo
0
0
80.205.622
Dinas Kesehatan
9.1.1.01.06
Tunjangan Beras - LO
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
03/03/2014 Membayar Gaji dan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Debit
80.205.622
104
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Dinas Kesehatan
9.1.1.01.07
Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus – LO
Debit
Tanggal
Transaksi
Debit
01/01/2014 Saldo Awal
Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
Kredit
Saldo
0
17.026.995
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
0
17.026.995
Dinas Kesehatan
9.1.2.01.01
Beban Persediaan alat tulis kantor
Debit
Tanggal
Transaksi
Debit
Kredit
01/01/2014 Saldo Awal
08/08/2014
Membeli barang dan jasa secara
LS
Pengesahan SPJ Belanja UP
10/10/2014
Mencatat SPJ penggunaan UP
31/12/2014
Jurnal penyesuaian
05/05/2014
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Saldo
0
55.000.000
0
55.000.000
62.500.000
0
117.500.000
27.500.000
0
145.000.000
0
500.000
144.500.000
Kredit
Saldo
0
0
15.325.000
Dinas Kesehatan
9.1.2.03.03
Beban Jasa listrik
Debit
Tanggal
Transaksi
Debit
01/01/2014 Saldo Awal
31/12/2014 Jurnal penyesuaian
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
15.325.000
Dinas Kesehatan
9.1.2.25.03
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014 Saldo Awal
Pengesahan SPJ Belanja
08/08/2014
UP
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Debit
Kredit
Saldo
0
53.750.000
0
53.750.000
105
10/10/2014
Mencatat SPJ penggunaan
UP
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
11.000.000
0
64.750.000
Dinas Kesehatan
9.1.7.01.04
Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
Debit
Tanggal
Transaksi
Debit
Kredit
Saldo
01/01/2014 Saldo Awal
31/12/2014
0
Jurnal penyesuaian
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
33.070.000
0
33.070.000
Dinas Kesehatan
9.1.7.02.01
Beban Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja
Debit
Tanggal
Transaksi
Debit
Kredit
Saldo
01/01/2014 Saldo Awal
31/12/2014
Jurnal penyesuaian
0
4.800.000
0
4.800.000
LANGKAH 5:
Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN
per Tanggal 31 Desember 2012
SKPD Dinas Kesehatan
Saldo
Kode dan Nama Akun
Debit
Kredit
1.1.7
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor
Rp
1.000.000
Rp
-
1.3.1
1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa
Rp
250.000.000
Rp
-
1.3.2
1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
Rp
259.000.000
Rp
-
1.3.3
1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor
Rp
240.000.000
Rp
-
1.3.7
1.3.7.01.04 Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
Rp
-
Rp33.070.000
1.3.7
1.3.7.02.01 Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja
Rp
-
Rp4.800.000
2.1.5
2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa
Rp
-
Rp15.325.000
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
106
Saldo
Kode dan Nama Akun
Debit
Kredit
3.1.1
3.1.1.01.01 Ekuitas
Rp
-
Rp639.500.000
3.1.2
3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan
Rp
24.000.000
3.1.2
3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja
Rp
-
Rp
Rp
1.835.000.000
3.1.2
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
Rp
16.750.000
Rp
-
3.1.3
3.1.3.01.01 RK PPKD
Rp
-
Rp
1.794.250.000
4.1.2
4.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LRA
Rp
-
Rp
25.500.000
5.1.1
5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi
Rp
941.980.654
5.1.1
5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga
Rp
194.601.755
5.1.1
5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan
Rp
135.713.962
5.1.1
5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional
Rp
117.971.012
5.1.1
5.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum
Rp
12.500.000
5.1.1
5.1.1.01.06 Tunjangan Beras
Rp
80.205.622
5.1.1
5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
Rp
17.026.995
5.1.2
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor
Rp
145.000.000
5.1.2
5.1.2.24.01 Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
Rp
64.750.000
5.2.2
5.2.2.04.01
Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
Rp
110.000.000
8.1.2
8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LO
Rp
-
9.1.1
9.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS / Uang Representasi - LO
Rp
941.980.654
9.1.1
9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga - LO
Rp
194.601.755
9.1.1
9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan - LO
Rp
135.713.962
9.1.1
9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional - LO
Rp
117.971.012
9.1.1
9.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum - LO
Rp
12.500.000
9.1.1
9.1.1.01.06 Tunjangan Beras - LO
Rp
80.205.622
9.1.1
9.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus - LO
Rp
17.026.995
9.1.2
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor
Rp
144.500.000
9.1.2
9.1.2.03.03 Beban Jasa listrik
Rp
15.325.000
9.1.2
9.1.2.25.03 Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
Rp
64.750.000
9.1.7
9.1.7.01.04 Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
Rp
33.070.000
9.1.7
9.1.7.02.01 Beban Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja
Rp
4.800.000
Jumlah
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
4.372.945.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
25.500.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
4.372.945.000
107
Ket: Jumlah kolom debit dan kredit pada Neraca Saldo di atas harus seimbang
(balance), apabila tidak, berarti ada kesalahan yang mungkin terjadi pada saat
mencatat jumlah pada jurnal, buku besar, atau pada saat memindahkan saldo
rekening buku besar ke neraca saldo, atau mungkin salah menempatkan posisi
saldo, misalnya yang seharusnya di debit tetapi ditempatkan di kredit, atau
sebaliknya.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
108
LANGKAH 6:
Penyusunan Laporan Keuangan
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
DINAS KESEHATAN
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 Desember 2014 DAN 2013
Nomor
Urut
Uraian
2014
1
2
3
8.0.0
1
8.1.0
2
8.1.1
3
8.1.2
4
8.1.3
5
8.1.4
6
PENDAPATAN - LO
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LO
Pendapatan Pajak Daerah - LO
Pendapatan Retribusi Daerah - LO
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan - LO
Lain-lain PAD Yang Sah - LO
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
7
RpRp25.500.000
RpRpRp25.500.000
8.2.0
8
PENDAPATAN TRANSFER - LO
8.2.1
9
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat -LO
Rp-
8.2.2
10
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya - LO
Rp-
8.2.3
11
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - LO
Rp-
12
Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 11)
8.3.0
13
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LO
8.3.1
14
8.3.3
15
Pendapatan Hibah - LO
17
Pendapatan Lainnya - LO
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (14
s.d. 15)
JUMLAH PENDAPATAN (7+12+16)
9.0.0
18
BEBAN
9.1.0
19
9.1.1
20
Beban Pegawai - LO
9.1.2
21
Beban Barang dan Jasa
9.1.3
22
Beban Bunga
16
RpRpRpRpRp25.500.000
BEBAN OPERASI - LO
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Rp
1.487.500.000
Rp
224.575.000
Rp
-
109
9.1.4
23
Beban Subsidi
9.1.5
24
Beban Hibah
9.1.6
25
Beban Bantuan Sosial
9.1.7
26
Beban Penyusutan dan Amortisasi
9.1.8
27
Beban Penyisihan Piutang
9.1.9
28
Beban Lain-lain
29
Jumlah Beban Operasi (20 s.d. 28)
9.2.0
30
9.2.1
31
Beban Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
9.2.2
32
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
9.2.3
33
9.2.4
34
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
9.2.5
35
Beban Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
36
37
BEBAN TRANSFER
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Da
erah Lainnya
Jumlah Beban Transfer (31 s.d. 35)
JUMLAH BEBAN (29+36)
38
SURPLUS (DEFISIT) DARI OPERASI (17-37)
39
SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
8.4.0
40
8.4.1
41
Surplus Penjualan Aset Non Lancar - LO
8.4.2
42
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO
8.4.3
43
Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO
44
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.762.445.000
Rp
(1.736.945.000)
SURPLUS NON OPERASIONAL - LO
Jumlah Surplus Non Operasional (41 s.d. 43)
9.3.0
45
9.3.1
46
Defisit Penjualan Aset Non Lancar - LO
9.3.2
47
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO
9.3.3
48
Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO
49
Rp
Rp
Rp
Rp
37.870.000
Rp
Rp
Rp
1.762.445.000
Rp
Rp
Rp
Rp
-
DEFISIT NON OPERASIONAL
Jumlah Defisit Non Operasional (46 s.d. 48)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Rp
Rp
Rp
Rp
-
110
50
JUMLAH SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL (44-49)
Rp
-
51
SURPLUS (DEFISIT) SEBELUM POS LUAR BIASA (38+50)
Rp
(1.736.945.000)
8.5.0
52
PENDAPATAN LUAR BIASA - LO
8.5.1
53
Pendapatan Luar Biasa - LO
Jumlah Pendapatan Luar Biasa (53)
54
9.4.0
55
BEBAN LUAR BIASA
9.4.1
56
Beban Luar Biasa
57
Jumlah Beban Luar Biasa (56)
58
POS LUAR BIASA (54-57)
59
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
(1.736.945.000)
SURPLUS (DEFISIT) - LO (51+58)
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
Dinas Kesehatan
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2014
3.1.1
0
0
0
Nomor
Urut
Uraian
2014
1
2
3
1
Ekuitas Awal
Rp
639.500.000
2
Surplus/Defisit – LO
Rp
(1.736.945.000)
3
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
4
Koreksi Nilai Persediaan
Rp
-
5
Selisih Revaluasi Aset Tetap
Rp
-
6
Lain-lain
Rp
-
Rp
(1.097.445.000)
7
Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
111
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
DINAS KESEHATAN
NERACA
PER 31 Desember 2014
No
Uraian
1
2
1.0.0
1
1.1.0
2
1.1.1
3
Kas dan Setara Kas
1.1.2
4
Investasi Jangka Pendek
1.1.3
5
Piutang Pendapatan
1.1.4
6
Piutang Lainnya
1.1.5
7
Penyisihan Piutang
1.1.6
8
Beban Dibayar Dimuka
1.1.7
9
Persediaan
1.1.8
10
Aset Untuk Dikonsolidasikan
Tahun 2014
Tahun 2013
3
4
ASET
ASET LANCAR
Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
11
1.2.0
12
1.2.1
13
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
1.2.2
14
Investasi Jangka Panjang Permanen
15
Jumlah
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.000.000,00
Rp
Rp
1.000.000,00
Rp
1.500.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
500.000,00
Rp
Rp
2.000.000,00
Rp
Rp
Rp
-
Rp
Rp
Rp
-
Rp
250.000.000,00
Rp
259.000.000,00
Rp
240.000.000,00
Rp
Rp
-
Rp
250.000.000,00
Rp
149.000.000,00
Rp
240.000.000,00
Rp
Rp
-
INVESTASI JANGKA PANJANG
14)
Jumlah Investasi Jangka Panjang (13 s.d.
1.3.0
16
ASET TETAP
1.3.1
17
Tanah
1.3.2
18
Peralatan dan Mesin
1.3.3
19
Gedung dan Bangunan
1.3.4
20
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
1.3.5
21
Aset Tetap Lainnya
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
112
1.3.6
22
Konstruksi Dalam Pengerjaan
1.3.7
23
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
24
1.4.0
25
DANA CADANGAN
1.4.1
26
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan (26)
27
1.5.0
28
1.5.1
29
Tagihan Jangka Panjang
1.5.2
30
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
1.5.3
31
Aset Tidak Berwujud
1.5.4
32
Aset Lain-lain
Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)
34
JUMLAH ASET (11+15+24+27+33)
2.0.0
35
KEWAJIBAN
2.1.0
36
2.1.1
37
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
2.1.2
38
Utang Bunga
2.1.3
39
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
2.1.4
40
Pendapatan Diterima Dimuka
2.1.5
41
Utang Belanja
2.1.6
42
Utang Jangka Pendek Lainnya
42)
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37 s.d.
44
2.2.1
45
Utang Dalam Negeri
2.2.2
46
Utang Jangka Panjang Lainnya
49
3.1.0
50
3.1.1
51
Rp
Rp
-
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-
Rp
712.130.000,00
Rp
641.000.000,00
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
15.325.000,00
Rp
Rp
15.325.000,00
Rp
1.500.000,00
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.500.000,00
Rp
Rp
Rp
Rp
15.325.000,00
Rp
Rp
Rp
Rp
1.500.000,00
Rp
(1.097.445.000,00)
Rp
639.500.000,00
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
46)
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45 s.d.
JUMLAH KEWAJIBAN (43+47)
48
3.0.0
Rp
Rp
-
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2.2.0
47
Rp
Rp
Rp
639.000.000,00
ASET LAINNYA
33
43
Rp
Rp
(37.870.000,00)
Rp
711.130.000,00
EKUITAS
EKUITAS
Ekuitas
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
113
3.1.3
52
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
53
Jumlah Ekuitas (51 s.d. 52)
54
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (48+53)
Rp
1.794.250.000,00
Rp
698.805.000,00
Rp
Rp
639.500.000,00
Rp
712.130.000,00
Rp
641.000.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
DINAS KESEHATAN
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 Desember 2014 DAN 2013
No
Uraian
Anggaran Setelah
Perubahan 2014
Realisasi 2014
%
1
2
3
4
5
4.0.0
1
PENDAPATAN - LRA
4.1.0
2
4.1.1
3
Pendapatan Pajak Daerah - LRA
4.1.2
4
Pendapatan Retribusi Daerah - LRA
4.1.3
5
4.1.4
6
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan D
aerah yang Dipisahkan - LRA
Lain-lain PAD Yang Sah - LRA
7
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
4.2.0
8
4.2.1
9
4.2.2
10
4.2.3
11
PENDAPATAN TRANSFER - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah PusatDana Perimbangan - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah L
ainnya - LRA
12
Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 11)
LAINLAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LRA
4.3.0
13
4.3.1
14
Pendapatan Hibah - LRA
4.3.2
15
Dana Darurat - LRA
4.3.3
16
Pendapatan Lainnya - LRA
17
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah (14 s.d. 16)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Rp
Rp
24.000.000
Rp
Rp
Rp
24.000.000
Rp
Rp
25.500.000
Rp
Rp
Rp
25.500.000
Rp
Rp
Rp
Rp
-
Rp
Rp
Rp
Rp
-
Rp
Rp
Rp
Rp
-
Rp
Rp
Rp
Rp
-
106%
114
JUMLAH PENDAPATAN (7+12+17)
18
5.0.0
19
5.1.0
20
5.1.1
21
Belanja Pegawai
5.1.2
22
Belanja Barang dan Jasa
5.1.3
23
Belanja Bunga
5.1.4
24
Belanja Subsidi
5.1.5
25
Belanja Hibah
5.1.6
26
Belanja Bantuan Sosial
27
Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)
5.2.1
29
Belanja Modal Tanah
5.2.2
30
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
5.2.3
31
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
5.2.4
32
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
5.2.5
33
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Rp
1.500.000.000
Rp
209.750.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.709.750.000
Rp
Rp
120.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
120.000.000
Rp
Rp
110.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
110.000.000
Rp
Rp
Rp
1.835.000.000
Rp
Rp
Rp
1.819.750.000
Rp
Rp
Rp
-
Rp
Rp
Rp
-
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
100%
98%
BELANJA MODAL
Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)
5.3.0
35
BELANJA TAK TERDUGA
5.3.1
36
Belanja Tak Terduga
37
Jumlah Belanja Tak Terduga (36)
38
JUMLAH BELANJA (27+34+37)
6.0.0
39
6.1.0
40
TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN
6.1.1
41
Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
6.1.2
42
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
92%
TRANSFER
Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan
(41 s.d. 42)
TRANSFER BANTUAN KEUANGAN
6.2.0
44
6.2.1
45
6.2.2
46
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
6.2.3
47
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
48
Rp
1.500.000.000
Rp
215.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.715.000.000
BELANJA OPERASI
28
43
Rp
25.500.000
BELANJA
5.2.0
34
Rp
24.000.000
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah
Daerah Lainnya
Jumlah Transfer Bantuan Keuangan (45
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
115
s.d. 47)
JUMLAH TRANSER (43+48)
49
50
(38+49)
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER
51
SURPLUS (DEFISIT) (18-50)
7.0.0
52
PEMBIAYAAN
7.1.0
53
7.1.1
54
Penggunaan SiLPA
7.1.2
55
Pencairan Dana Cadangan
7.1.3
56
7.1.4
57
Pinjaman Dalam Negeri
7.1.5
58
Penerimaan Kembali Piutang
59
-
Rp
Rp
1.835.000.000
Rp
Rp
1.819.750.000
Rp
(1.811.000.000)
Rp
(1.794.250.000)
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-
Rp
(1.811.000.000)
Rp
(1.794.250.000)
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipi
sahkan
Jumlah Penerimaan Pembiayaan (54 s.d.
58)
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
7.2.0
60
7.2.1
61
7.2.2
62
7.2.3
63
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
7.2.4
64
Pemberian Pinjaman Daerah
65
-
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah D
aerah
64)
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan (61 s.d.
66
JUMLAH PEMBIAYAAN NETO (59-65)
67
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (51+66)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
116
LANGKAH 7:
Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
Jurnal Penutup LRA
Tanggal
31/12/2014
31/12/2014
31/12/2014
Nama Akun
3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja
3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
4.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas –
LRA
3.1.2.06.01 Surplus/Defisit - LRA
5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi
5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga
5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan
5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional
5.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum
5.1.1.01.06 Tunjangan Beras
5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor
5.1.2.24.01
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
5.2.2.04.01
Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas
Perorangan
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
3.1.2.06.01 Surplus/Defisit - LRA
Ref
Debit
1.835.000.000
Kredit
24.000.000
1.811.000.000
Rp25.500.000
1.794.250.000
Rp941.980.654
Rp194.601.755
Rp135.713.962
Rp117.971.012
Rp12.500.000
Rp80.205.622
Rp17.026.995
Rp145.000.000
Rp64.750.000
Rp110.000.000
1.794.250.000
1.794.250.000
Jurnal Penutup LO
Tanggal
31/12/2014
Nama Akun
8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LO
3.1.1.02.01 Surplus/Defisit - LO
9.1.1.01.01
Gaji Pokok PNS / Uang Representasi - LO
9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga - LO
9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan - LO
LO
9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional - LO
9.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum - LO
9.1.1.01.06 Tunjangan Beras - LO
9.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus –
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Debit
Rp27.000.000
1.736.945.000
Kredit
Rp941.980.65
4
Rp194.601.75
5
Rp135.713.96
2
Rp117.971.01
2
Rp12.500.000
Rp80.205.622
Rp17.026.995
Rp144.500.00
117
0
Rp15.325.000
9.1.2.03.03 Beban Jasa listrik
9.1.2.25.03 Honorarium Tenaga Ahli/
Instruktur/Narasumber
9.1.7.01.04 Beban Penyusutan Alat
Angkutan Darat Bermotor
9.1.7.02.01 Beban Penyusutan Bangunan
Gedung Tempat Kerja
31/12/2014
Rp64.750.000
Rp33.070.000
Rp4.800.000
3.1.1.01.01 Ekuitas
3.1.1.02.01 Surplus/Defisit - LO
1.736.945.000
1.736.945.000
LANGKAH 8:
Penyusunan Neraca Saldo setelah Penutupan
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN
Per Tanggal 31 Desember 2014
SKPD : Dinas Kesehatan
Saldo
Kode dan Nama Akun
Debit
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor
Rp
1.000.000
1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa
Rp
250.000.000
1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
Rp
259.000.000
1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor
Rp
240.000.000
1.3.7.01.04
Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
1.3.7.02.01
Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja
Rp
Rp
Rp
-
2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa
3.1.1.01.01 Ekuitas
Rp 1.097.445.000
3.1.3.01.01 RK PPKD
Rp
Jumlah
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
1.847.445.000
Kredit
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
33.070.000
Rp
4.800.000
Rp
15.325.000
Rp
Rp
1.794.250.000
1.847.445.000
118
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
119
BAB V
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah mempelajari Topik ini:
1. Peserta mampu menjelaskan sistem akuntansi PPKD, dan
2. Peserta mampu mempraktekkan proses penyusunan laporan keuangan
PPKD yang terdiri dari LRA, LPSAL, LO, LPE, dan Neraca.
No.
Sub Topik
Kata Kunci
1
Sistem Akuntansi PPKD
Dokumen Pelaksanaan Anggaran,
Pertanggungjawaban, Laporan
Keuangan
2
Proses Akuntansi PPKD
Pencatatan Transaksi, Posting ke Buku
Besar, Penyesuaian, Neraca Saldo,
Laporan Keuangan PPKD
Referensi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3
PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan
Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo
Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah
SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
Mulyana, Budi, Modul Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual,
Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan
Daerah – SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta,
2012
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
120
A. SISTEM AKUNTANSI PPKD
Di dalam Pasal 98 Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
atas Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, dinyatakan sebagai berikut:
1. Pada SKPKD disusun RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) -SKPD dan RKAPPKD.
2. RKA-SKPD memuat program/kegiatan yang dilaksanakan oleh PPKD selaku
SKPD;
3. RKA-PPKD digunakan untuk menampung:
a) pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan
hibah;
b) belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial,
belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga;
dan penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah.
Berdasarkan aturan tersebut di atas, sistem akuntansi yang harus
diselenggarakan di SKPKD terdiri dari:
1. Sistem Akuntansi SKPD (SKPKD dalam kapasitas selaku SKPD), menghasilkan
laporan keuangan SKPD berupa LRA, LO, LPE dan Neraca serta CaLK selaku
SKPD pada umumnya.
2. Sistem Akuntansi PPKD terdiri dari:
a) Sistem Akuntansi PPKD sebagai BUD, menghasilkan laporan keuangan
PPKD berupa LRA, LO, LPE, dan Neraca, serta CaLK selaku PPKD.
b) Sistem Akuntansi Konsolidator Pemda, menghasilkan laporan keuangan
Pemda (laporan keuangan gabungan) secara lengkap berupa LRA,
Laporan Perubahan SAL, LO, LPE, Neraca, LAK, dan CaLK.
Akuntansi untuk SKPKD dalam kapasitasnya sebagai SKPD tidak ada
perbedaan dengan akuntansi pada SKPD lainnya, sebagaimana yang telah
dibahas pada Bab sebelumnya. Oleh karena itu, pembahasan di dalam bab ini
adalah akuntansi untuk PPKD dalam rangka pelaksanaan DPA-PPKD. Di samping
itu, sebagaimana telah dijelaskan di Bab IV, bahwa di dalam sistem pengelolaan
APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang oleh SKPD disetorkan ke
rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan dari rekening Kas Umum
Daerah (Kasda). Pengelola Kasda adalah PPKD yang secara otomatis adalah BUD.
Oleh karena itu, di dalam akuntansi PPKD meliputi juga akuntansi transaksi
resiprokal antara PPKD (selaku BUD) dengan SKPD (selaku pengguna anggaran).
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa transaksi
resiprokal (transaksi timbal-balik) antara PPKD dan SKPD tersebut
diselenggarakan dengan metode akuntansi “hubungan kantor pusat dan
cabang” (Home Office-Branch Accounting). Untuk mencatat transaksi resiprokal
tersebut, SKPD menggunakan akun RK-PPKD, sedangkan PPKD akan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
121
menggunakan akun RK-SKPD (ditulis sesuai dengan nama SKPD-nya masingmasing).
B. PROSES AKUNTANSI PPKD – ILUSTRASI
Untuk memberikan pemahaman yang lebih efisien dan efektif tentang
penerapan akuntansi pemda berbasis akrual untuk PPKD, berikut ini akan
langsung diberikan ilustrasi soal dan jawabannya. Adapun untuk
menyederhanakan ilustrasi, transaksi akan dibuat secara ringkas per jenis
transaksi, bukan per tanggal transaksi karena penekanannya di sini adalah
pemahaman tentang bagaimana penjurnalan untuk setiap jenis transaksi yang
biasa terjadi pada PPKD, hingga akhirnya dihasilkan laporan keuangan PPKD.
1. Ilustrasi Akuntansi PPKD
Data yang tersedia untuk pelaksanaan akuntansi PPKD sebagai berikut:
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
PPKD
Neraca Saldo
Per 1 Januari 2014
No. Rek
1.1.1.01.01
1.2.2.01.02
3.1.1.01.01
Nama Rek
Kas di Kas Daerah
Penyertaan Modal Kepada BUMD
Ekuitas
Jumlah
Debit
35.750.654.000
10.000.000.000
45.750.654.000
Kredit
45.750.654.000
45.750.654.000
Keterangan mengenai neraca saldo di atas:
 Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana Lancar,
Ekuitas Dana Diinvestasikan, dsb., karena akun Ekuitas di sini sudah merupakan
Ekuitas yg bersifat full accrual.
 PPKD selaku BUD tidak memilik utang jangka pendek, seperti utang PFK, karena
potongan pajak pusat maupun iuran taspen, askes, dsb, telah disetor seluruhnya ke
para fihak yang terkait.
 PPKD tidak memilik utang jangka panjang.
 Semua sisa UP di Bendahara Pengeluaran SKPD telah disetor sd. akhir tahun lalu (31
Des 2013).
 Semua pendapatan yang diterima bendahara penerimaan SKPD telah disetorkan ke
rek Kasda sd. akhir tahun lalu (31 Des 2013).
Informasi Tambahan:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
122
•
Saldo SiLPA awal tahun 2014 sebesar Rp35.750.654.000,Ringkasan DPA PPKD T.A. 2014 sebagai berikut :
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD
Tahun Anggaran 2014
No. Urut
(1)
1
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3
1.3.1
2
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
3.
3.1.
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
Uraian
(2)
PENDAPATAN
Pendapatan Dana Perimbangan
Pendapatan Dana Bagi Hasil
Pendapatan Dana Alokasi Umum
Pendapatan Dana Alokasi Khusus
Jumlah Dana Perimbangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pendapatan Hibah
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Daerah yang
Sah
Jumlah Pendapatan
BELANJA
Belanja Tidak Langsung
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja
Surplus /Defisit: [1]-[2]
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Anggaran
stlh Perubahan
(3)
54.350.000.000
255.000.000.000
45.500.000.000
354.850.000.000
354.850.000.000
3.500.000.000
2.000.000.000
2.500.000.000
8.000.000.000
346.850.000.000
35.750.654.000
25.000.000.000
60.750.654.000
5.000.000.000
2.500.000.000
7.500.000.000
123
No. Urut
Uraian
Pembiayaan Neto [3.1] –[3.2]
*)
SiLPA Tahun Anggaran Berkenaan
[Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto]
Anggaran
stlh Perubahan
53.250.654.000
400.100.650.00
0
*)
Perlu diingat bahwa SiLPA pada DPA PPKD belum mencerminkan SiLPA Pemda yang
sebenarnya, karena SiLPA di DPA PPKD bukan SiLPA dari APBD secara keseluruhan.
Ringkasan transaksi PPKD selama T.A. 2014 sebagai berikut.:
Tanggal
1/1/2014
2/2/2014
3/3/2014
4/4/2014
5/5/2014
6/6/2014
7/7/2014
8/8/2014
9/9/2014
31/12/2014
Transaksi
Jumlah total realisasi pendapatan dana perimbangan T.A. 2014
berdasarkan Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp dengan
rincian sbb.:
Pendapatan DBH 55.850.000.000
Pendapatan DAU 250.000.000.000
Pendapatan DAK 45.500.000.000
Jumlah
351.350.000.000
Jumlah total pendapatan SKPD yang telah disetorkan ke rekening
Kasda berdasarkan STS dan Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp
35.467.546.000
Jumlah total SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah Rp.
390.756.540.000
Jumlah potongan dan penyetoran PFK yang dilakukan oleh BUD atas
SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah sbb:
Jumlah dipungut Jumlah disetor
Potongan PPh dan PPN 32.650.386.000
32.540.654.000
Potongan Taspen
18.120.000.000
18.120.000.000
Potongan Askes
1.560.430.000
1.560.430.000
Jumlah
52.330.816.000
52.221.084.000
Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh
SKPD adalah Rp 3.576.000.000
Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh SKPD
ke rekening Kasda adalah Rp 124.760.000
Jumlah total SP2D LS realisasi belanja tidak langsung PPKD terdiri dari:
Belanja Bantuan Sosial
3.500.000.000
Belanja Bantuan Keuangan
2.000.000.000
Jumlah
5.500.000.000
Jumlah penerimaan pinjaman jangka panjang dari Pemerintah Pusat
berdasarkan bukti transfer dan/atau Nota Kredit Rekening Koran Bank
sebesar Rp 25.000.000.000
Jumlah SP2D LS untuk pembentukan dana cadangan sebesar Rp
5.000.000.000
Jumlah SP2D LS untuk penambahan penyertaan modal di perusahaan
daerah sebesar Rp2.500.000.000
DAU yang belum diterima sd akhir tahun 2012 sebesar Rp
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
124
Tanggal
31/12/2014
Transaksi
5.000.000.000
Beban bunga yang terutang atas pinjaman jangka panjang sebesar
Rp250.000.000
Diminta:
Susunlah Laporan Keuangan PPKD Kabupaten Adil Makmur Tahun 2014
meliputi:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan
Realisasi
Anggaran
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
125
2. Penyelesaian soal
Dilakukan dengan 8 langkah sebagai berikut:
1. Pencatatan Jurnal Anggaran dan Saldo Awal di Buku Jurnal
2. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
a. Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka
digunakan daftar akun sesuai yang diatur di Permendagri 64 tahun 2014
yaitu di pasal 7 dan lampiran III mengenai Bagan Akun Standar (BAS),
yaitu dituliskan kode dan nama akun detil sampai level 5 yaitu rincian
objek.
b. Penjurnalan dibedakan menjadi 2:
1). Jurnal Finansial:
Secara default seluruh transaksi dicatat/ dibuat jurnal finansialnya
dalam buku jurnal dengan melibatkan akun dengan kode awal 1Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
2). Jurnal Anggaran:
Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4-pendapatan LRA,
5-Belanja, 6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan secara
tunai/melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal finansial juga
mencatat jurnal anggaran.
3. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
Pencatatan penyesuaian dilakukan dengan membuat jurnal finansial saja
yaitu melibatkan akun dengan kode awal 1-Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas
serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
4. Posting ke Buku Besar
5. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
6. Penyusunan Laporan Keuangan:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
7. Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
8. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
126
LANGKAH 1:
Pencatatan Jurnal Anggaran di Buku Jurnal
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
BUKU JURNAL
PPKD
Tanggal
01/01/2014
Kode Akun
3.1.2.01.01
3.1.2.02.01
Nama Akun
Ref
Debit
Kredit
Rp
354.850.000.000
Rp
60.750.654.000
Estimasi Pendapatan
Estimasi Penerimaan Pembiayaan
3.1.2.03.01
Apropriasi Belanja
Rp
8.000.000.000
3.1.2.04.01
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan
Rp
7.500.000.000
3.1.2.05.01
Estimasi Perubahan SAL
Rp 400.100.654.000
LANGKAH 2:
Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
BUKU JURNAL
PPKD
Tanggal
01/01/2014
01/01/2014
01/01/2014
01/01/2014
Kode Akun
Nama Akun
1.1.1.01.01
8.2.1.02.08
Kas di Kas Daerah
Bagi Hasil dari Pertambangan Min
yak Bumi - LO
8.2.1.03.01
Dana Alokasi Umum - LO
8.2.1.04.18
DAK Bidang Pendidikan - LO
01/01/2014
3.1.2.05.01
01/01/2014
4.2.1.02.08
01/01/2014
4.2.1.03.01
01/01/2014
4.2.1.04.18
02/02/2014
1.1.1.01.01
Estimasi Perubahan SAL
Bagi Hasil dari Pertambangan Min
yak Bumi - LRA
Dana Alokasi Umum - LRA
DAK Bidang Pendidikan - LRA
Kas di Kas Daerah
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Ref
Debit
F
Rp351.350.000.000,0
0
Rp
55.850.000.000,00
Rp
250.000.000.000,00
Rp
45.500.000.000,00
F
F
F
A
Rp
351.350.000.000,00
Rp
55.850.000.000,00
Rp
250.000.000.000,00
Rp
45.500.000.000,00
A
A
A
F
Kredit
Rp
35.467.546.000,00
127
Tanggal
02/02/2014
03/03/2014
03/03/2014
04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014
05/05/2014
05/05/2014
06/06/2014
06/06/2014
07/07/2014
07/07/2014
07/07/2014
07/07/2014
07/07/2014
Kode Akun
Nama Akun
1.1.8.01.01
RK SKPD………….
1.1.8.01.01
RK SKPD………….
1.1.1.01.01
Kas di Kas Daerah
1.1.1.01.01
Kas di Kas Daerah
2.1.1.03.01
Utang PPh 21
2.1.1.04.01
Utang PPN Pusat
2.1.1.01.01
Utang Taspen
2.1.1.02.01
Utang Iuran Jaminan Kesehatan
2.1.1.03.01
Utang PPh 21
2.1.1.04.01
Utang PPN Pusat
2.1.1.01.01
Utang Taspen
2.1.1.02.01
Utang Iuran Jaminan Kesehatan
1.1.1.01.01
Kas di Kas Daerah
1.1.8.01.01
RK SKPD………….
1.1.1.01.01
Kas di Kas Daerah
1.1.1.01.01
Kas di Kas Daerah
1.1.8.01.01
RK SKPD………….
Ref
Debit
Rp
35.467.546.000,00
F
F
Rp
390.756.540.000,00
F
F
Rp
19.590.231.600,00
Rp
13.060.154.400,00
Rp
18.120.000.000,00
Rp
1.560.430.000,00
F
F
F
F
F
F
Rp
19.590.231.600,00
Rp
13.060.154.400,00
Rp
18.120.000.000,00
Rp
1.560.430.000,00
F
F
Rp
3.576.000.000,00
Rp
124.760.000,00
Rp
124.760.000,00
F
9.2.4.01.01
Beban Bantuan Sosial kepada Org
anisasi Sosial Kemasyarakatan …
Beban Transfer Bantuan Keuanga
n ke Desa….
1.1.1.01.01
Kas di Kas Daerah
5.1.6.01.01
Belanja Bantuan Sosial kepada Or
ganisasi Sosial Kemasyarakatan ...
.
A
Rp
3.500.000.000,00
6.2.2.01.01
Transfer Bantuan Keuangan ke D
A
Rp
9.1.6.01.01
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
F
F
Rp
52.330.816.000,00
Rp
3.576.000.000,00
F
F
Rp
390.756.540.000,00
Rp
52.330.816.000,00
F
F
Kredit
Rp
3.500.000.000,00
Rp
2.000.000.000,00
Rp
5.500.000.000,00
F
128
Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
Ref
esa ...........
07/07/2014
08/08/2014
08/08/2014
08/08/2014
08/08/2014
09/09/2014
09/09/2014
09/09/2014
09/09/2014
10/10/2014
10/10/2014
10/10/2014
10/10/2014
3.1.2.05.01
1.1.1.01.01
2.2.1.01.01
3.1.2.05.01
Estimasi Perubahan SAL
Kas di Kas Daerah
Utang Dalam Negeri Sektor Perba
nkan
7.1.4.01.01
1.4.1.01.01
Dana Cadangan ......
1.1.1.01.01
Kas di Kas Daerah
7.2.1.01.01
Pembentukan Dana Cadangan
Rp
5.500.000.000,00
A
F
Rp
25.000.000.000,00
Rp
25.000.000.000,00
F
A
Rp
25.000.000.000,00
A
F
Estimasi Perubahan SAL
Penyertaan Modal Kepada BUMD
1.1.1.01.01
Kas di Kas Daerah
7.2.2.02.01
Penyertaan Modal pada BUMD
A
Rp
5.000.000.000,00
Rp
5.000.000.000,00
Rp
5.000.000.000,00
A
F
Rp
2.500.000.000,00
F
Estimasi Perubahan SAL
A
Rp
25.000.000.000,00
Rp
5.000.000.000,00
F
1.2.2.01.02
3.1.2.05.01
Kredit
2.000.000.000,00
Estimasi Perubahan SAL
Pinjaman Dalam Negeri dari Bank
............
3.1.2.05.01
Debit
Rp
2.500.000.000,00
Rp
2.500.000.000,00
Rp
2.500.000.000,00
A
LANGKAH 3:
Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
BUKU JURNAL
PPKD
Tanggal
Nomor
Bukti
Kode
Akun
31/12/20
14
31/12/20
011/PPKD/2
013
011/PPKD/2
1.1.3.05.0
3
8.2.1.03.0
Nama Akun
Ref
Debit
Piutang Dana Alokasi
Umum
F
Rp
5.000.000.000,00
Dana Alokasi Umum - LO
F
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Kredit
Rp
129
14
013
31/12/20
14
012/PPKD/2
013
31/12/20
14
012/PPKD/2
013
1
9.1.3.01.0
3
2.1.2.04.0
1
5.000.000.000,00
Beban Bunga Utang Pinjam
an kepada Lembaga Keuang
an Bank
F
Rp
250.000.000,00
Rp
250.000.000,00
F
Utang Bunga kepada Bank
LANGKAH 4:
Posting ke Buku Besar
BUKU BESAR
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
:
:
:
PPKD
1.1.1.01.01
Kas di Kas Daerah
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
01/01/2014
Penerimaan Dana Perimbangan
02/02/2014
Penerimaan setoran pendapatan
03/03/2014
Penerbitan SP2D LS
04/04/2014
Potongan PFK
04/04/2014
Penyetoran PFK
05/05/2014
06/06/2014
07/07/2014
08/08/2014
Ref
Debit
Pembentukan Dana Cadangan
10/10/2014
Penyertaan Modal pada BUMD
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Saldo
35.750.654.000
351.350.000.000
-
387.100.654.000
35.467.546.000
-
422.568.200.000
-
390.756.540.000
31.811.660.000
52.330.816.000
-
84.142.476.000
-
52.330.816.000
31.811.660.000
-
3.576.000.000
28.235.660.000
124.760.000
-
28.360.420.000
-
5.500.000.000
22.860.420.000
25.000.000.000
-
47.860.420.000
-
5.000.000.000
42.860.420.000
-
2.500.000.000
40.360.420.000
Penerbitan SP2D UP/GU/TU
kepada SKPD
Penerimaan setoran sisa UP/TU
dari SKPD
Pemberian bantuan sosial dan
bantuan keuangan
Penerimaan pinjaman jangka
panjang dari Bank ...
09/09/2014
Kredit
:
:
:
PPKD
1.1.3.05.03
Piutang Dana Alokasi Umum
Debit
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
130
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
31/12/2014
Penyesuaian pendapatan DAU terhutang
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
5.000.000.000
:
:
:
-
5.000.000.000
PPKD
1.1.8.01.01
RK SKPD………….
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
02/02/2014
Penerimaan setoran pendapatan
03/03/2014
Penerbitan SP2D LS
05/05/2014
Penerbitan SP2D UP/GU/TU kepada SKPD
06/06/2014
Penerimaan setoran sisa UP/TU dari SKPD
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
:
:
:
-
35.467.546.000
(35.467.546.000)
390.756.540.000
-
355.288.994.000
3.576.000.000
-
358.864.994.000
-
124.760.000
358.740.234.000
PPKD
1.2.2.01.02
Penyertaan Modal Kepada BUMD
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
10/10/2014
Penyertaan Modal pada BUMD
Ref
Debit
Kredit
Saldo
10.000.000.000
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
2.500.000.000
:
:
:
-
12.500.000.000
Kredit
Saldo
PPKD
1.4.1.01.01
Dana Cadangan ......
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
09/09/2014
Pembentukan Dana Cadangan
Ref
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Debit
5.000.000.000
-
5.000.000.000
131
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
:
:
:
PPKD
2.1.1.01.01
Utang Taspen
Ref
Debit
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
04/04/2014
Potongan PFK
04/04/2014
Penyetoran PFK
Kredit
Saldo
-
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
:
:
:
-
18.120.000.000
18.120.000.000
-
18.120.000.000
-
PPKD
2.1.1.02.01
Utang Iuran Jaminan Kesehatan
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
04/04/2014
Potongan PFK
04/04/2014
Penyetoran PFK
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
:
:
:
-
1.560.430.000
1.560.430.000
-
1.560.430.000
-
PPKD
2.1.1.03.01
Utang PPh 21
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
04/04/2014
Potongan PFK
04/04/2014
Penyetoran PFK
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
-
19.590.231.600
19.590.231.600
-
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
19.590.231.600
-
132
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
:
:
:
PPKD
2.1.1.04.01
Utang PPN Pusat
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
04/04/2014
Potongan PFK
04/04/2014
Penyetoran PFK
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
:
:
:
-
13.060.154.400
13.060.154.400
-
13.060.154.400
-
PPKD
2.1.2.04.01
Utang Bunga kepada Bank
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
31/12/2014
Penyesuaian beban bunga
terutang
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
-
:
:
:
250.000.000
250.000.000
PPKD
2.2.1.01.01
Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
08/08/2014
Penerimaan pinjaman jangka
panjang dari Bank ...
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
-
:
:
:
25.000.000.000
25.000.000.000
PPKD
3.1.1.01.01
Ekuitas
Kredit
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
133
Tanggal
01/01/2014
Transaksi
Ref
Debit
Kredit
Saldo Awal
Saldo
45.750.654.000
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
:
:
:
PPKD
3.1.2.05.01
Estimasi Perubahan SAL
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
01/01/2014
Jurnal Anggaran
01/01/2014
Penerimaan Dana Perimbangan
07/07/2014
08/08/2014
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
Pembayaran belanja bantuan
sosial dan bantuan keuangan
Penerimaan pinjaman jangka
panjang dari Bank ...
09/09/2014
Pembentukan Dana Cadangan
10/10/2014
Penyertaan Modal pada BUMD
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
:
:
:
-
400.100.654.000
400.100.654.000
351.350.000.000
-
48.750.654.000
-
5.500.000.000
54.250.654.000
25.000.000.000
-
29.250.654.000
-
5.000.000.000
34.250.654.000
-
2.500.000.000
36.750.654.000
PPKD
4.2.1.02.08
Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi - LRA
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
01/01/2014
Penerimaan Dana Perimbangan
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
-
:
:
:
55.850.000.000
55.850.000.000
PPKD
4.2.1.03.01
Dana Alokasi Umum - LRA
Kredit
Tanggal
01/01/2014
Transaksi
Ref
Debit
Saldo Awal
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Kredit
Saldo
134
01/01/2014
Penerimaan Dana Perimbangan
250.000.000.000 250.000.000.000
-
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
:
:
:
PPKD
4.2.1.04.18
DAK Bidang Pendidikan - LRA
Kredit
Tanggal
Transaksi
Ref
01/01/2014
Saldo Awal
01/01/2014
Penerimaan Dana Perimbangan
Debit
Kredit
Saldo
-
-
SKPD
:
PPKD
KODE AKUN
:
5.1.6.01.01
NAMA AKUN
:
45.500.000.000
45.500.000.000
Belanja Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan ....
Debit
Tanggal
Transaksi
Ref
Kredit
Debit
Saldo
-
01/01/2014
Saldo Awal
07/07/2014
Pembayaran
belanja bantuan
sosial dan bantuan
keuangan
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
:
:
:
3.500.000.000
-
3.500.000.000
PPKD
6.2.2.01.01
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa ...........
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
07/07/2014
Pembayaran belanja bantuan
sosial dan bantuan keuangan
SKPD
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
2.000.000.000
:
-
2.000.000.000
PPKD
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
135
KODE AKUN
NAMA AKUN
:
:
7.1.4.01.01
Pinjaman Dalam Negeri dari Bank ............
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
08/08/2014
Penerimaan pinjaman jangka
panjang dari Bank ...
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
-
:
:
:
25.000.000.000
25.000.000.000
PPKD
7.2.1.01.01
Pembentukan Dana Cadangan
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
09/09/2014
Pembentukan Dana Cadangan
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
5.000.000.000
:
:
:
-
5.000.000.000
PPKD
7.2.2.02.01
Penyertaan Modal pada BUMD
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
10/10/2014
Penyertaan Modal pada BUMD
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
2.500.000.000
:
:
:
-
2.500.000.000
PPKD
8.2.1.02.08
Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi - LO
Kredit
Tanggal
01/01/2014
Transaksi
Ref
Debit
Saldo Awal
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Kredit
Saldo
136
01/01/2014
Penerimaan Dana Perimbangan
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
-
:
:
:
55.850.000.000
55.850.000.000
PPKD
8.2.1.03.01
Dana Alokasi Umum - LO
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
01/01/2014
Penerimaan Dana Perimbangan
31/12/2014
Penyesuaian pendapatan DAU
terhutang
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
-
:
:
:
250.000.000.000 250.000.000.000
5.000.000.000
255.000.000.000
PPKD
8.2.1.04.18
DAK Bidang Pendidikan - LO
Kredit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
01/01/2014
Penerimaan Dana Perimbangan
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
-
:
:
:
45.500.000.000
45.500.000.000
PPKD
9.2.4.01.01
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa….
Debit
Tanggal
Transaksi
01/01/2014
Saldo Awal
07/07/2014
Pemberian bantuan sosial dan
bantuan keuangan
Ref
Debit
Kredit
Saldo
-
2.000.000.000
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
-
2.000.000.000
137
LANGKAH 5:
Penyusunan Neraca Saldo setelah Penyesuaian
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN
PER TANGGAL 31 Desember 2014
PPKD
Kode
Akun
1.1.1.01.
01
1.1.3.05.
03
1.1.8.01.
01
1.2.2.01.
02
1.4.1.01.
01
2.1.2.04.
01
2.2.1.01.
01
3.1.1.01.
01
3.1.2.01.
01
3.1.2.02.
01
3.1.2.03.
01
3.1.2.04.
01
3.1.2.05.
01
4.2.1.02.
08
4.2.1.03.
01
4.2.1.04.
18
5.1.6.01.
01
Saldo Akhir
Nama Akun
Kas di Kas Daerah
Piutang Dana Alokasi Umum
RK SKPD………….
Penyertaan Modal Kepada BUMD
Dana Cadangan ......
Utang Bunga kepada Bank
Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
Ekuitas
Estimasi Pendapatan
Estimasi Penerimaan Pembiayaan
Apropriasi Belanja
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan
Estimasi Perubahan SAL
Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi - LRA
Dana Alokasi Umum - LRA
DAK Bidang Pendidikan - LRA
Belanja Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyara
katan ....
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Debit
Rp
40.360.420.000
Rp
5.000.000.000
Rp
358.740.234.000
Rp
12.500.000.000
Rp
5.000.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.500.000.000
Kredit
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
250.000.000
Rp
25.000.000.000
Rp
45.750.654.000
Rp
(354.850.000.000
)
Rp
(60.750.654.000)
Rp
8.000.000.000
Rp
7.500.000.000
Rp
36.750.654.000
Rp
55.850.000.000
Rp
250.000.000.000
Rp
45.500.000.000
Rp
-
138
6.2.2.01.
01
7.1.4.01.
01
7.2.1.01.
01
7.2.2.02.
01
8.2.1.02.
08
8.2.1.03.
01
8.2.1.04.
18
9.1.3.01.
03
9.1.6.01.
01
9.2.4.01.
01
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa ...........
Pinjaman Dalam Negeri dari Bank ............
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal pada BUMD
Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi - LO
Dana Alokasi Umum - LO
DAK Bidang Pendidikan - LO
Beban Bunga Utang Pinjaman kepada Lembaga Keuangan B
ank
Beban Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarak
atan …
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa….
Rp
2.000.000.000
Rp
Rp
5.000.000.000
Rp
2.500.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
250.000.000
Rp
3.500.000.000
Rp
2.000.000.000
Rp440.350.654.000
,00
Jumlah
Rp
Rp
25.000.000.000
Rp
Rp
Rp
55.850.000.000
Rp
255.000.000.000
Rp
45.500.000.000
Rp
Rp
Rp
-
Rp440.350.654.000
,00
LANGKAH 6:
Penyusunan Laporan Keuangan
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
DINAS KESEHATAN
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 Desember 2014
No
Uraian
2014
1
2
3
8.0.0
1
8.1.0
2
8.1.1
3
8.1.2
4
8.1.3
5
8.1.4
6
7
8.2.0
8
8.2.1
9
PENDAPATAN - LO
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LO
Pendapatan Pajak Daerah - LO
Pendapatan Retribusi Daerah - LO
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipi
sahkan - LO
Lain-lain PAD Yang Sah - LO
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
356.350.000.000
PENDAPATAN TRANSFER - LO
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat -LO
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
139
8.2.2
10
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya - LO
Rp
-
8.2.3
11
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - LO
Rp
-
Rp
356.350.000.000
12
Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 11)
8.3.0
13
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LO
8.3.1
14
Pendapatan Hibah - LO
Rp
-
8.3.3
15
Pendapatan Lainnya - LO
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (14 s.d.
Rp
-
Rp
-
Rp
356.350.000.000
16
15)
JUMLAH PENDAPATAN (7+12+16)
17
9.0.0
18
9.1.0
19
9.1.1
20
Beban Pegawai - LO
Rp
-
9.1.2
21
Beban Barang dan Jasa
Rp
-
9.1.3
22
Beban Bunga
Rp
250.000.000
9.1.4
23
Beban Subsidi
Rp
-
9.1.5
24
Beban Hibah
Rp
-
9.1.6
25
Beban Bantuan Sosial
Rp
9.1.7
26
Beban Penyusutan dan Amortisasi
Rp
-
9.1.8
27
Beban Penyisihan Piutang
Rp
-
9.1.9
28
Beban Lain-lain
Rp
-
29
BEBAN
BEBAN OPERASI - LO
Jumlah Beban Operasi (20 s.d. 28)
Rp
3.500.000.000
3.750.000.000
9.2.0
30
9.2.1
31
Beban Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
Rp
-
9.2.2
32
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Rp
-
9.2.3
33
Rp
-
9.2.4
34
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Rp
9.2.5
35
Beban Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Rp
36
37
BEBAN TRANSFER
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah
Lainnya
Jumlah Beban Transfer (31 s.d. 35)
JUMLAH BEBAN (29+36)
38
SURPLUS (DEFISIT) DARI OPERASI (17-37)
39
SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
2.000.000.000
-
Rp
2.000.000.000
Rp
5.750.000.000
Rp
350.600.000.000
8.4.0
40
8.4.1
41
Surplus Penjualan Aset Non Lancar - LO
Rp
-
8.4.2
42
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO
Rp
-
8.4.3
43
Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO
Rp
-
Rp
-
44
SURPLUS NON OPERASIONAL - LO
Jumlah Surplus Non Operasional (41 s.d. 43)
9.3.0
45
DEFISIT NON OPERASIONAL
9.3.1
46
Defisit Penjualan Aset Non Lancar - LO
Rp
-
9.3.2
47
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO
Rp
-
9.3.3
48
Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO
Rp
-
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
140
49
Jumlah Defisit Non Operasional (46 s.d. 48)
Rp
-
50
JUMLAH SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL (44-49)
Rp
-
51
SURPLUS (DEFISIT) SEBELUM POS LUAR BIASA (38+50)
Rp
350.600.000.000
Rp
-
Rp
-
Rp
-
8.5.0
52
PENDAPATAN LUAR BIASA - LO
8.5.1
53
Pendapatan Luar Biasa - LO
Jumlah Pendapatan Luar Biasa (53)
54
9.4.0
55
BEBAN LUAR BIASA
9.4.1
56
Beban Luar Biasa
57
Jumlah Beban Luar Biasa (56)
Rp
-
58
POS LUAR BIASA (54-57)
Rp
-
Rp
350.600.000.000
59
SURPLUS (DEFISIT) - LO (50+58)
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
PPKD
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 Desember 2014 DAN 2013
No
Uraian
2014
1
2
3
1
Ekuitas Awal
Rp
45.750.654.000
2
Surplus/Defisit – LO
Rp
350.600.000.000
3
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
4
Koreksi Nilai Persediaan
Rp
-
5
Selisih Revaluasi Aset Tetap
Rp
-
6
Lain-lain
Rp
-
Rp
396.350.654.000
7
Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
DINAS KESEHATAN
NERACA
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
141
PER 31 Desember 2014 DAN 2013
No
Uraian
2014
2013
1
2
3
4
1.0.0
1
1.1.0
2
1.1.1
3
Kas dan Setara Kas
Rp
40.360.420.000,00
Rp
35.750.654.000,00
1.1.2
4
Investasi Jangka Pendek
Rp
-
Rp
-
1.1.3
5
Piutang Pendapatan
Rp
5.000.000.000,00
Rp
-
1.1.4
6
Piutang Lainnya
Rp
-
Rp
-
1.1.5
7
Penyisihan Piutang
Rp
-
Rp
-
1.1.6
8
Beban Dibayar Dimuka
Rp
-
Rp
-
1.1.7
9
1.1.8
10
11
1.2.0
12
1.2.1
13
1.2.2
14
15
ASET
ASET LANCAR
Persediaan
Aset Untuk Dikonsolida
sikan
Jumlah Aset Lancar (3
s.d. 10)
INVESTASI JANGKA PANJA
NG
Investasi Jangka Panjan
g Non Permanen
Investasi Jangka Panjan
g Permanen
Jumlah Investasi
Jangka Panjang (13 s.d. 14)
ASET TETAP
Rp
-
Rp
-
Rp
358.740.234.000,00
Rp
-
Rp
404.100.654.000,00
Rp
35.750.654.000,00
Rp
-
Rp
-
Rp
12.500.000.000,00
Rp
10.000.000.000,00
Rp
12.500.000.000,00
Rp
10.000.000.000,00
1.3.0
16
1.3.1
17
Tanah
Rp
-
Rp
-
1.3.2
18
Peralatan dan Mesin
Rp
-
Rp
-
1.3.3
19
Rp
-
Rp
-
1.3.4
20
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaring
Rp
-
Rp
-
1.3.5
21
Aset Tetap Lainnya
Rp
-
Rp
-
1.3.6
22
Konstruksi Dalam Peng
erjaan
Rp
-
Rp
-
1.3.7
23
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
24
an
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap
(17 s.d. 23)
DANA CADANGAN
1.4.0
25
1.4.1
26
Dana Cadangan
Rp
5.000.000.000,00
Rp
-
27
Jumlah Dana
Cadangan (26)
Rp
5.000.000.000,00
Rp
-
1.5.0
28
ASET LAINNYA
1.5.1
29
Rp
-
Rp
-
1.5.2
30
Rp
-
Rp
-
1.5.3
31
Rp
-
Rp
-
Tagihan Jangka Panjang
Kemitraan dengan Piha
k Ketiga
Aset Tidak Berwujud
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
142
1.5.4
32
33
34
2.0.0
35
2.1.0
36
2.1.1
37
2.1.2
38
2.1.3
39
2.1.4
40
2.1.5
41
Aset Lain-lain
Jumlah Aset Lainnya
(29 s.d. 32)
JUMLAH ASET
(11+15+24+27+33)
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PEN
DEK
Utang Perhitungan Piha
k Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Ja
ngka Panjang
Pendapatan Diterima Di
muka
Utang Belanja
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
421.600.654.000,00
Rp
45.750.654.000,00
Rp
-
Rp
-
Rp
250.000.000,00
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
42
Utang Jangka Pendek La
innya
Rp
-
Rp
-
43
Jumlah Kewajiban
Jangka Pendek (37 s.d. 42)
Rp
250.000.000,00
Rp
-
KEWAJIBAN JANGKA PANJ
ANG
Utang Dalam Negeri
Utang Jangka Panjang L
ainnya
Rp
25.000.000.000,00
Rp
-
Rp
-
Rp
-
47
Jumlah Kewajiban
Jangka Panjang (45 s.d. 46)
Rp
25.000.000.000,00
Rp
-
48
JUMLAH
KEWAJIBAN (43+47)
Rp
25.250.000.000,00
Rp
-
3.0.0
49
EKUITAS
3.1.0
50
3.1.1
51
Rp
396.350.654.000,00
Rp
45.750.654.000,00
Rp
-
Rp
-
Rp
396.350.654.000,00
Rp
45.750.654.000,00
Rp
421.600.654.000,00
Rp
45.750.654.000,00
2.1.6
2.2.0
44
2.2.1
45
2.2.2
46
3.1.3
52
53
54
EKUITAS
Ekuitas
Ekuitas untuk Dikonsoli
dasikan
Jumlah Ekuitas (51
s.d. 52)
JUMLAH KEWAJIBAN DAN
EKUITAS (48+53)
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
DINAS KESEHATAN
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 Desember 2014
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
143
No
Uraian
Anggaran Setelah
Perubahan 2014
Realisasi 2014
%
1
2
3
4
5
99%
4.0.0
4.1.0
1
4.1.1
3
Pendapatan Pajak Daerah - LRA
4.1.2
4
Pendapatan Retribusi Daerah - LRA
4.1.3
5
4.1.4
6
2
7
4.2.0
8
4.2.1
9
4.2.2
10
4.2.3
11
12
PENDAPATAN - LRA
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekay
aan Daerah yang Dipisahkan - LRA
Lain-lain PAD Yang Sah - LRA
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3
s.d. 6)
PENDAPATAN TRANSFER - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pus
at-Dana Perimbangan - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pus
at - Lainnya - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Dae
rah Lainnya - LRA
Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d.
11)
LAINLAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH LRA
4.3.0
13
4.3.1
14
Pendapatan Hibah - LRA
4.3.2
15
Dana Darurat - LRA
4.3.3
16
Pendapatan Lainnya - LRA
17
Jumlah Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah (14 s.d. 16)
JUMLAH PENDAPATAN
(7+12+17)
18
5.0.0
5.1.0
19
20
5.1.1
21
Belanja Pegawai
5.1.2
22
Belanja Barang dan Jasa
5.1.3
23
Belanja Bunga
5.1.4
24
Belanja Subsidi
5.1.5
25
Belanja Hibah
5.1.6
26
Belanja Bantuan Sosial
27
Rp
Rp
-
Rp
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
Rp
-
Rp
Rp
-
Rp
354.850.000.000
Rp
Rp
Rp
354.850.000.000
Rp
351.350.000.000
Rp
Rp
Rp
351.350.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
354.850.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
351.350.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.500.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.500.000.000
Rp
Rp
BELANJA
BELANJA OPERASI
Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
100%
144
5.2.0
28
5.2.1
29
Belanja Modal Tanah
5.2.2
30
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
5.2.3
31
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
5.2.4
32
5.2.5
33
gan
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jarin
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)
5.3.0
35
BELANJA TAK TERDUGA
5.3.1
36
Belanja Tak Terduga
37
Jumlah Belanja Tak Terduga (36)
38
JUMLAH BELANJA (27+34+37)
6.0.0
6.1.0
39
40
6.1.1
41
6.1.2
42
ya
43
Jumlah Transfer Bagi Hasil
Pendapatan (41 s.d. 42)
6.2.0
44
6.2.1
45
TRANSFER BANTUAN KEUANGAN
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemer
intah Daerah Lainnya
6.2.2
46
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
6.2.3
47
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
49
3.500.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-
Rp
2.500.000.000
Rp
2.500.000.000
Rp
6.000.000.000
Rp
Rp
Rp
3.500.000.000
Rp
Rp
Rp
-
Rp
Rp
Rp
-
Rp
Rp
2.000.000.000
Rp
Rp
2.000.000.000
Rp
2.000.000.000
Rp
8.000.000.000
Rp
Rp
2.000.000.000
Rp
Rp
2.000.000.000
Rp
2.000.000.000
Rp
5.500.000.000
Rp
346.850.000.000
Rp
345.850.000.000
Rp
35.750.654.000
Rp
Rp
Rp
Rp
35.750.654.000
Rp
Rp
Rp
BELANJA MODAL
34
48
3.500.000.000
0%
TRANSFER
TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN
Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainn
Jumlah Transfer Bantuan
Keuangan (45 s.d. 47)
JUMLAH TRANSER (43+48)
50
JUMLAH BELANJA DAN
TRANSFER (38+49)
51
SURPLUS (DEFISIT) (18-50)
7.0.0
7.1.0
52
53
PEMBIAYAAN
7.1.1
54
Penggunaan SiLPA
7.1.2
55
Pencairan Dana Cadangan
7.1.3
56
7.1.4
57
100%
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yan
g Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
100%
100%
145
7.1.5
25.000.000.000
25.000.000.000
Rp
Rp
60.750.654.000
Rp
Rp
60.750.654.000
66
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
(61 s.d. 64)
JUMLAH PEMBIAYAAN NETO
(59-65)
Rp
5.000.000.000
Rp
2.500.000.000
Rp
Rp
Rp
7.500.000.000
Rp
53.250.654.000
Rp
5.000.000.000
Rp
2.500.000.000
Rp
Rp
Rp
7.500.000.000
Rp
53.250.654.000
67
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN
(51+66)
Rp
400.100.654.000
Rp
399.100.654.000
58
Penerimaan Kembali Piutang
59
7.2.0
60
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
(54 s.d. 58)
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
7.2.1
61
Pembentukan Dana Cadangan
7.2.2
62
7.2.3
63
7.2.4
64
65
Penyertaan Modal/Investasi Pemerin
tah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
Negeri
Pemberian Pinjaman Daerah
100%
100%
LANGKAH 7:
Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
Jurnal Penutup LRA
Tanggal
Kode Akun
31/12/2014
3.1.2.03.01
3.1.2.04.01
3.1.2.05.01
3.1.2.01.01
3.1.2.02.01
31/12/2014
Nama Akun
Ref
Apropriasi Belanja
Apropriasi Pengeluaran Pembia
yaan
Estimasi Perubahan SAL
Kredit
Debit
Rp
8.000.000.000
Rp
7.500.000.000
Rp 400.100.654.000
Rp
354.850.000.000
Rp
60.750.654.000
Estimasi Pendapatan
Estimasi Penerimaan Pembiaya
an
4.2.1.02.08
Bagi Hasil dari Pertambangan
Minyak Bumi - LRA
Rp
55.850.000.000
Rp
-
4.2.1.03.01
Dana Alokasi Umum - LRA
Rp 250.000.000.000
Rp
-
4.2.1.04.18
DAK Bidang Pendidikan - LRA
Rp
Rp
-
5.1.6.01.01
Belanja Bantuan Sosial kepada
Organisasi Sosial Kemasyarakat
an ....
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
45.500.000.000
Rp 3.500.000.000
146
31/12/2014
6.2.2.01.01
Transfer Bantuan Keuangan ke
Desa ...........
7.1.4.01.01
Pinjaman Dalam Negeri dari Ba
nk ............
7.2.1.01.01
Pembentukan Dana Cadangan
Rp 5.000.000.000
7.2.2.02.01
Penyertaan Modal pada BUMD
Rp 2.500.000.000
3.1.2.06.01
Surplus/Defisit - LRA
Rp
363.350.000.000
3.1.2.06.01
Surplus/Defisit - LRA
Rp 2.000.000.000
Rp
25.000.000.000
Rp
-
Rp 363.350.000.000
Rp
363.350.000.000
Estimasi Perubahan SAL
3.1.2.05.01
Jurnal Penutup LO
Tanggal
31/12/2014
31/12/2014
Kode Akun
Nama Akun
Ref
Kredit
Debit
8.2.1.02.08
Bagi Hasil dari Pertambangan
Minyak Bumi - LO
Rp
55.850.000.000
Rp
-
8.2.1.03.01
Dana Alokasi Umum - LO
Rp 255.000.000.000
Rp
-
8.2.1.04.18
DAK Bidang Pendidikan - LO
Rp
Rp
-
9.1.3.01.03
Beban Bunga Utang Pinjaman k
epada Lembaga Keuangan Bank
Rp
250.000.000
9.1.6.01.01
Beban Bantuan Sosial kepada O
rganisasi Sosial Kemasyarakata
n…
Rp
3.500.000.000
9.2.4.01.01
Beban Transfer Bantuan Keuan
gan ke Desa….
Rp
2.000.000.000
3.1.1.02.01
Surplus/Defisit - LO
Rp 350.600.000.000
3.1.1.02.01
Surplus/Defisit - LO
3.1.1.01.01
Ekuitas
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
45.500.000.000
Rp 350.600.000.000
Rp 350.600.000.000
147
LANGKAH 8:
Penyusunan Neraca Saldo setelah Penutupan
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN
Per Tanggal 31 Desember 2014
PPKD
Kode dan Nama Akun
Saldo Akhir
Ref
Debit
Kredit
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah
Rp
4.609.766.000,00
Rp
-
1.1.3.05.03 Piutang Dana Alokasi Umum
Rp
5.000.000.000,00
Rp
-
1.1.8.01.01 RK SKPD………….
Rp 358.740.234.000,00
Rp
-
1.2.2.01.02 Penyertaan Modal Kepada BUMD
Rp
2.500.000.000,00
Rp
-
1.4.1.01.01 Dana Cadangan ......
Rp
5.000.000.000,00
Rp
-
2.1.1.01.01 Utang Taspen
Rp
-
Rp
-
2.1.1.02.01 Utang Iuran Jaminan Kesehatan
Rp
-
Rp
-
2.1.1.03.01 Utang PPh 21
Rp
-
Rp
-
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat
Rp
-
Rp
-
2.1.2.04.01 Utang Bunga kepada Bank
2.2.1.01.01
Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
Rp
-
Rp
250.000.000,00
Rp
-
Rp
25.000.000.000,00
3.1.1.01.01 Ekuitas
Rp
-
Rp 350.600.000.000,00
TOTAL
Rp 375.850.000.000,00
Rp 375.850.000.000,00
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
148
TOPIK VI
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (KONSOLIDASIAN)
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah mempelajari Topik ini:
Peserta mampu menyusun laporan keuangan pemerintah daerah meliputi LO,
LPE, Neraca, LRA, LPSAL, LAK dan CaLK.
No.
1
Sub Topik
Laporan Keuangan
Konsolidasian
2
Laporan Perubahan SAL
3
Laporan Arus Kas
4
Catatan atas Laporan
Keuangan
Kata Kunci
Kertas Kerja Penyusunan LRA, LO, Neraca
dan
Laporan
Perubahan
Ekuitas
Konsolidasian
Penyusunan LPSAL , sistematika LPSAL
Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi,
Aktivitas Pen
danaan, Aktivitas Transitoris
Penyusunan CaLK, Format CaLK, Sistematika
CaLK
Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan
4. Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerahn
5. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
6. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
7. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual,
Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
8. Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah – SAP
berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
dagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
149
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
150
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (LKK)
Laporan Keuangan Konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang merupakan gabungan
keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan atau entitas akuntansi, sehingga tersaji sebagai
satu entitas tunggal. Laporan Keuangan Pemda disusun dengan melakukan proses konsolidasi dari
seluruh laporan keuangan entitas akuntansi yang terdapat pada Pemda.
Proses penyusunan laporan keuangan konsolidasian sesungguhnya merupakan
pekerjaan sederhana secara logika, karena pada dasarnya hanya menjumlahkan akunakun yang sifatnya sama di dalam laporan keuangan dari seluruh SKPD ditambah dengan
akun-akun yang ada dalam laporan keuangan PPKD. Khusus untuk penggabungan
neraca, ada akun yang harus dielimasi yaitu akun resiprokal yang hanya mencakup dua
akun, yaitu akun RK-PPKD lawan RK-SKPD. Problem dalam penyusunan laporan
keuangan konsolidasian lebih kepada volume pekerjaan yang relatif besar, sehingga
membutuhkan energi ekstra, kecermatan, ketelitian dan tentunya kesabaran dalam
melakukan verifikasi dan rekonsiliasi. Problem tersebut bisa diatasi secara signifikan
dengan menggunakan software aplikasi akuntansi, namun perlu diingat bahwa software
hanya sekedar tools atau alat bantu yang tidak sepenuhnya bisa menggantikan tugastugas tenaga akuntansi.
Adapun tahapan penyusunan laporan keuangan konsolidasian berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013
adalah sbb:
1. Menyiapkan kertas kerja (worksheet) dengan lajur sesuai dengan banyaknya SKPD dan PPKD sebagai
alat untuk menyusun Neraca Saldo Gabungan SKPD dan PPKD. Neraca Saldo SKPD dan Neraca Saldo
SKPD yang dimasukkan dalam kertas kerja konsolidasi adalah Neraca Saldo yang sudah
disesuaikan. Setelah memasukkan neraca saldo kedalam kertas kerja konsolidasi, fungsi akuntansi
PPKD membuat jurnal eliminasi untuk menghapus akun transitoris yaitu akun RK-PPKD lawan RKSKPD. Format kertas kerja untuk penyusunan neraca saldo Pemda adalah sebagai berikut:
KODE
REK
NAMA
REKENING
NS.S.PENY-PPKD
PENYESUAIAN
(ELIMINASI)
NS.S.PENY-SKPD A
NS.S.PENY-SKPD B
NS.S.PENYPEMDA
DEBET
KREDIT
DEBET
KREDIT
DEBET
KREDIT
DEBET
KREDIT
DEBIT
KREDIT
1...
Akun Asset
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
2...
Akun Kewajiban
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
3...
Akun Ekuitas
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
4...
Akun PendapatanLRA
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
5...
Akun Belanja
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
6...
Akun Transfer
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
7...
Akun Pembiayaan
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
8...
Akun PendapatanLO
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
9...
Akun Beban
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
151
2. Menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi
Berdasarkan Neraca saldo setelah eliminasi, fungsi Akuntansi Pemda kemudian mengidentifikasi
akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Operasional (LO) dan Neraca
Berikut adalah ilustrasi kertas kerja penyusunan LKK, dengan asumsi bahwa di dalam
setiap kertas kerja yang disajikan hanya terdiri dari dua entitas akuntansi yaitu,
entitas akuntansi PPKD dan entitas akuntansi gabungan seluruh SKPD.
Ilustrasi akan disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
 Kertas Kerja Penyusunan LRA Konsolidasian
 Kertas Kerja Penyusunan LO Konsolidasian
 Kertas Kerja Penyusunan LPE Konsolidasian
 Kertas Kerja Penyusunan Neraca Konsolidasian
PEMERINTAH KABUPATEN ABC
Kertas Kerja
Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian
Untuk TA yang Berakhir 31 Desember 20X1
(dalam ribuan Rupiah)
Kode
Rek
Uraian
4.
PENDAPATAN
4.1
Pendapatan Asli Daerah
PPKD
(Realisasi)
23.659.500
23.659.500
Pendapatan retribusi daerah
7.674.400
7.674.400
Pendapatan hasil pengelolaan Kekayaan
daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
Sah
Jumlah PAD
3.500.000
3.500.000
633.646
633.646
35.467.546
35.467.546
55.850.000
-
55.850.000
Dana Alokasi Umum
250.000.000
-
250.000.000
Dana Alokasi Khusus
45.500.000
-
45.500.000
351.350.000
-
351.350.000
-
-
-
351.350.000
35.467.546
386.817.546
Pendapatan pajak daerah
4.2
Saldo
Gabungan
(Pemda)
(Realisasi)
∑SKPD
(Realisasi)
Pendapatan Transfer
Dana Bagi Hasil
Jumlah Pendapatan Transfer
4.3
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
5.
JUMLAH PENDAPATAN
BELANJA
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
152
Kode
Rek
Uraian
PPKD
(Realisasi)
Saldo
Gabungan
(Pemda)
(Realisasi)
∑SKPD
(Realisasi)
Belanja Operasi
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan
-
215.567.500
215.567.500
Belanja Pegawai-Honor
-
1.576.000
1.576.000
Belanja Barang dan Jasa
-
12.064.280
12.064.280
Belanja Bunga
-
-
-
Belanja Bantuan Sosial
3.500.000
-
3.500.000
Belanja Bantuan Keuangan
2.000.000
-
2.000.000
45.750.000
45.750.000
Belanja Tak Terduga
-
Belanja Penyusutan
-
Belanja Modal
Belanja Modal
165.000.000
JUMLAH BELANJA
6
5.500.000
394.207.780
399.707.780
-
-
-
Transfer
Surplus/Defisit
7
165.000.000
345.850.000
(358.740.234)
(12.890.234)
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
Pinjaman – Pemerintah Pusat
25.000.000
-
25.000.000
Pembentukan Dana Cadangan
5.000.000
-
5.000.000
Penyertaan Modal pada BMD
2.500.000
-
2.500.000
17.500.000
-
17.500.000
Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Netto
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN
363.350.000
(358.740.234)
4.609.766
PEMERINTAH KABUPATEN ABC
Kertas Kerja
Penyusunan Laporan Operasional Konsolidasian
Untuk TA yang Berakhir 31 Desember 20X1
(dalam ribuan Rupiah)
Kode
Rek
Uraian
8.
PENDAPATAN
8.1
Pendapatan Asli Daerah
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
PPKD
(Realisasi)
∑SKPD
(Realisasi)
Saldo
Gabungan
(Pemda)
(Realisasi)
153
Kode
Rek
PPKD
(Realisasi)
Uraian
∑SKPD
(Realisasi)
1)
23.700.000
Pendapatan pajak daerah
2)
8.2
Saldo
Gabungan
(Pemda)
(Realisasi)
23.700.000
Pendapatan retribusi daerah
7.686.900
7.686.900
Pendapatan hasil pengelolaan Kekayaan
daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
Sah
Jumlah PAD
3.500.000
3.500.000
633.646
633.646
35.520.546
35.520.546
55.850.000
-
55.850.000
255.000.000
-
255.000.000
45.500.000
-
45.500.000
356.350.000
-
356.350.000
-
-
-
356.350.000
35.520.546
391.870.546
Beban Pegawai-Gaji dan Tunjangan
-
215.567.500
215.567.500
Beban Pegawai-Honor
-
1.576.000
1.576.000
-
12.139.690
12.139.690
Pendapatan Transfer
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
3)
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer
8.3
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
9.
JUMLAH PENDAPATAN
BEBAN
Beban Barang dan Jasa
Beban Bunga
4)
5)
250.000
250.000
Beban Bantuan Sosial
3.500.000
-
3.500.000
Beban Bantuan Keuangan
2.000.000
-
2.000.000
Beban Tak Terduga
-
6)
-
45.750.000
45.750.000
5.750.000
275.033.190
280.783.190
350.600.000
(239.512.644)
111.087.356
Belan Penyusutan
JUMLAH BEBAN
SURPLUS/(DEFISIT) KEGIATAN
7)
OPERASIONAL
Keterangan LO:
1) Pendapatan pajak daerah tahun berjalan yang telah diterima sebesar
Rp23.659.500.000. Jumlah tersebut seluruhnya berasal dari pajak daerah
yang diakui tahun berjalan, dalam arti tidak ada yang berasal dari
pembayaran piutang pajak daerah tahun lalu.
Untuk pengakuan
pendapatan-LO yg berbasis akrual, jumlah pajak daerah yang diterima
tersebut ditambah dengan piutang pendapatan pajak daerah tahun berjalan
yang belum diterima pembayarannya sebesar Rp 40.500.000, sehingga
jumlah pendapatan pajak daerah yang dilaporkan di LO seluruhnya
berjumlah Rp 23.700.000.000
2) Pendapatan retribusi daerah tahun berjalan yang ditelah diterima sebesar
Rp7.674.400.000. Jumlah tsb seluruhnya berasal dari retribusi daerah yang
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
154
diakui tahun berjalan, dalam arti tidak ada yang berasal dari pembayaran
piutang retriubsi tahun lalu. Untuk pengakuan pendapatan-LO yg berbasis
akrual, jumlah retribusi yang diterima tersebut ditambah dengan piutang
retribusi tahun berjalan yang belum diterima pembayarannya sebesar
Rp12.500.000, sehingga jumlah pendapatan retribusi yang dilaporkan di LO
seluruhnya berjumlah Rp7.686.900.000.
3) Jumlah pendapatan DAU yang dilaporkan di LRA adalah jumlah yang telah
diterima (basis kas). Sementara di dalam LO, jumlah pendapatan DAU yang
diakui adalah jumlah yang seharusnya diterima tahun berjalan yaitu sebesar
Rp255.000.000.000,- (basis akrual).
4) Belanja barang dan jasa yang dilaporkan di LRA sebesar Rp12.064.280.000,merupakan belanja yang telah dibayar (dipertanggungjawabkan) pada tahun
berjalan. Jumlah tsb seluruhnya merupakan beban tahun berjalan, dalam
arti tidak ada pembayaran untuk membayar utang belanja barang dan jasa
tahun lalu. Oleh karena itu, jumlah beban barang dan jasa yg dilaporkan di
LO (basis akrual) berasal dari jumlah belanja barang dan jasa yang telah
dilaporkan di LRA ditambah dengan belanja barang dan jasa tahun berjalan
yang sudah terjadi tetapi belum dibayar (utang belanja) yaitu sebesar
Rp110.410.000, dan dikurangi dengan kenaikan saldo persediaan akhir
sebesar Rp35.000.000,-, sehingga total beban barang dan jasa di LO sebesar
Rp12.139.690.000,- (Rp12.064.280.000 + Rp110.410.000 – Rp35.000.000).
5) Di LRA tidak terdapat belanja bunga, karena belum ada belanja bunga yang
sudah dibayar. Namun bunga yang terutang pada tahun berjalan atas
pinjaman jangka panjang kepada pemerintah pusat sebesar Rp250.000.000
sudah dapat diakui di LO sebagai beban bunga tahun berjalan.
6) Di dalam LO tidak ada belanja modal, karena belanja modal merupakan
belanja untuk memperoleh aset tetap dan aset lain-lain yang memiliki
manfaat lebih dari satu tahun, sehingga di dalam entitas akuntansi keuangan
pengaruh dari transaksi belanja modal langsung dicatat dengan mendebit
akun aset yang bersangkutan (bukan dengan jurnal korolari). Namun di sisi
lain, harus ada pengakuan penyusutan atas aset yang dikapitalisasi tersebut
sebagai beban penyusutan yang harus dilaporkan di LO. Di sisi lain,
akumulasi penyusutan dilaporkan di Neraca sebagai contra account atas
akun aset tetap. Beban penyusutan hanya ada di LO SKPD, karena di Neraca
PPKD tidak pernah ada akun aset tetap.
7) Dalam ilustrasi ini diasumsikan tidak ada transaksi surplus/defisit dari
kegiatan non operasional dan juga tidak ada transaksi luar biasa. Di samping
itu di LO tidak akan pernah disajikan akun transaksi pembiayaan, karena
pemibiayaan itu bukan pendapatan maupun beban. Sehingga LO dalam
ilustrasi di atas hanya disajikan sampai ‘Surplus/Defisit dari Kegiatan
Operasional.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
155
PEMERINTAH KABUPATEN ABC
Kertas Kerja Konsolidasi
Penyusunan Neraca Daerah Konsolidasian
Per 31 Desember 20X1
(dalam ribuan rupiah)
Kode
Rek
Nama Rekening
ASET
Aset Lancar
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang Pajak Daerah
Piutang Retribusi
Piutang DAU
Persediaan
Total Aset Lancar
Aset Non Lancar
Investasi Jangka Panjang
Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap2)
Nilai Buku Aset Tetap
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Total Aset Non Lancar
RK-∑SKPD1)
TOTAL ASET
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
PPKD
40.470.152
∑SKPD
Ayat Eliminasi
Debit
Kredit
Neraca
Konsolidasian
45.470.152
40.500
12.500
235.000
288.000
40.470.152
40.500
12.500
5.000.000
235.000
45.758.152
12.500.000
5.000.000
17.500.000
358.740.234
421.710.386
915.000.000
(45.750.000)
869.250.000
350.000
869.600.000
869.888.000
12.500.000
915.000.000
(45.750.000)
869.250.000
5.000.000
350.000
887.100.000
932.858.152
5.000.000
156
358.740.234
Kode
Rek
Nama Rekening
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang PFK3)
Utang Belanja
Utang Bunga
Total Kewajiban jangka Pendek
Kewajiban Jangka Panjang
Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
TOTAL KEWAJIBAN
PPKD
109.732
∑SKPD
Ayat Eliminasi
Debit
Kredit
Neraca
Konsolidasian
250.000
359.732
110.410
110.410
109.732
110.410
250.000
470.142
25.000.000
25.359.732
110.410
25.000.000
25.470.142
45.750.654
350.600.000
796.300.654
111.087.356
907.388.010
EKUITAS
Ekuitas Awal Tahun
Surplus (Defisit)-LO
RK-PPKD1)
TOTAL EKUITAS AKHIR TAHUN
396.350.654
750.550.000
(239.512.644)
358.740.234
869.777.590
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS
421.710.386
869.888.000
358.740.234
932.858.152
Keterangan:
1)
∑RK-SKPD = ∑RK-PPKD = Total SP2D LS SKPD (+) Total SP2D UP/GU/TU SKPD (-) Pengembalian Sisa UP/GU/TU dari SKPD (-) Pendapatan SKPD
yang telah disetor ke Kasda.
2)
Penyusutan aset tetap di asumsikan baru diakui tahun ini, sehingga jumlah akumulasi penyusutan sama dengan jumlah beban
penyusutan yang diakui tahun ini.
3)
Utang PFK adalah uang potongan PPh/PPN yang belum disetor ke Kas Negara.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
157
PEMERINTAH KABUPATEN ABC
Kertas Kerja Konsolidasi
Penyusunan LPE Konsolidasian
Per 31 Desember 20XX
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN
Ekuitas awal
Surplus/defisit LO
Dampak kumulatif Perubahan
Kebijakan/ Kesalahan mendasar
Koreksi Nilai Persediaan
Selisih Revaluasi Aset Tetap
Lain-lain
Ekuitas Akhir
PPKD
20X1
∑SKPD
45.750.654
350.600.000
750.550.000
(239.512.644)
LPE
Konsolidasian
796.300.654
111.087.356
396.350.654
511.037.356
907.388.010
A. PENYUSUNAN LAPORAN PERUBAHAN SAL
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Laporan tersebut terdiri dari Saldo anggaran lebih, dikurangi
Penggunaan Saldo Anggaran Lebih sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan
dijumlahkan dengan Sisa Lebih atau Kurang Pembiayaan Anggaran, Koreksi Kesalahan
Pembukuan Tahun Sebelumnya, dan Lain-lain.
Format LPSAL sebagai berikut:
Sumber : PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
158
B. PENYUSUNAN LAPORAN ARUS KAS
Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah
unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum. Unit organisasi yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang ditetapkan sebagai
bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan umum
negara/daerah.
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Terdapat sedikit
perbedaan pada klasifikasi dan unsur LAK versi SAP berbasis CTA (PP 24/2005) dan LAK
versi SAP berbasis akrual (PP 71/2010). Perbedaan itu secara ringkas dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 2 Perbandingan LAK berbasis CTA dengan LAK berbasis Akrual
Uraian
LAK (SAP berbasis CTA)
LAK (SAP berbasis Akrual)
Klasifikasi
1. Aktivitas Operasi
1. Aktivitas Operasi
2. Aktivitas Investasi Non2. Aktivitas Investasi
Keuangan
3. Aktivitas Pendanaan
3. Aktivitas Pembiayaan
4. Aktivitas Transitoris
4. Aktivitas Non-Anggaran
Aktivitas
Mencakup
penerimaan
Investasi
/pengeluaran kas dari transaksi
Nonpenjualan/pembelian aset
Keuangan
tetap.
Aktivitas
MencakupPenerimaan/pengeluar
Investasi
an kas
transaksipenjualan/pembelian
aset tetap,perolehan/penjualan
investasijangka
panjang,pembentukan/pencairan
dana
Cadangan
Aktivitas
Mencakup penerimaan/
Pembiayaan
pengeluaran kas dari transaksi
perolehan/penjualan investasi
jangka panjang,
penarikan/pembayaran
pinjaman,
pembentukan/pencairan dana
Aktivitas
Mencakup
transaksi
Pendanaan
penerimaan/pengeluaran kasdari
transaksipenarikan/pembayaran
pinjaman.
Aktivitas
Mencakuppenerimaan/pengelu
Substansi sama hanya beda
non
aran kas daritransaksi di luar
istilah, di sini menggunakan
APBD, sepertitransaksi PFK,
istilah Aktivitas Transitoris
Anggaran
contoh iuran
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
159
taspen, askes.
Sumber : diolah penulis dari PP 24/2005 dan PP 71/2010
1. Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukanuntuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
akuntansi.Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang
menunjukkankemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang
cukup untukmembiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang
tanpa mengandalkansumber pendanaan dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
a. Penerimaan Perpajakan
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)/Retribusi;
c. Penerimaan Hibah;
d. Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah danInvestasi Lainnya;
e. Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan
f. Penerimaan Transfer.
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
a. Pembayaran Pegawai;
b. Pembayaran Barang;
c. Pembayaran Bunga;
d. Pembayaran Subsidi;
e. Pembayaran Hibah;
f. Pembayaran Bantuan Sosial;
g. Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan
h. Pembayaran Transfer.
2. Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukanuntuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya
yang tidaktermasuk dalam setara kas.Arus kas dari aktivitas investasi
mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kasbruto dalam rangka perolehan
dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuanuntuk meningkatkan dan
mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat dimasa yang akan
datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
a. Penjualan Aset Tetap;
b. Penjualan Aset Lainnya;
c. Pencairan Dana Cadangan;
d. Penerimaan dari Divestasi;
e. Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
160
Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
a. Perolehan Aset Tetap;
b. Perolehan Aset Lainnya;
c. Pembentukan Dana Cadangan;
d. Penyertaan Modal Pemerintah;
e. Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.
3. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang yangberhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau
pelunasan utangjangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah
dan komposisi piutangjangka panjang dan utang jangka panjang.Arus kas dari
aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kasyang
berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
a. Penerimaan utang luar negeri;
b. Penerimaan dari utang obligasi
c. Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah;
d. Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara.
Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
a. Pembayaran pokok utang luar negeri;
b. Pembayaran pokok utang obligasi;
c. Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah;
d. Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara.
4. Aktivitas Transitoris
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang tidaktermasuk dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas
dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto
yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah.
Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi Perhitungan Fihak
Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari
bendahara pengeluaran, serta kiriman uang.PFK menggambarkan kas yang
berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau
diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potonganTaspen dan Askes.
Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum
negara/daerah.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan
penerimaan transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali
uang persediaan dari bendahara pengeluaran.
Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
161
pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang
persediaan kepada bendahara pengeluaran.
5. Ilustrasi Penyusunan LAK
Ilustrasi penyusunan LAK berikut ini menggunakan data LRA Konsolidasian yang
telah dibuat di atas, ditambah informasi lain yang relevan, sepert data mengenai
arus kas masuk/keluar dari transaksi transitoris (non anggaran).
PEMERINTAH KABUPATEN ABC
Kertas Kerja
Laporan Arus Kas Konsolidasian
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X1
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Arus Kas Masuk
Penerimaan Pajak Daerah
Penerimaan Retribusi daerah
Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah
Penerimaan Dana Bagi Hasil
Penerimaan Dana Alokasi Umum
Penerimaan Dana Alokasi Khusus
Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
Jumlah Arus Masuk
Arus Kas Keluar
Pembayaran Pegawai
Pembayaran Barang dan Jasa
Pembayaran Bunga
Pembayaran Bantuan Sosial
Pembayaran Bantuan Keuangan
Pembayaran Tidak Terduga
Jumlah Arus Keluar
Jumlah Arus Kas Bersih dari Aktlvitas Operasi
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Arus Kas Masuk
Penerimaan Penjualan Aset Tetap
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
20X1
20X0
23.659.500
7.674.400
3.500.000
Xxx
Xxx
Xxx
633.646
55.850.000
250.000.000
45.500.000
-
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
386.817.546
xxx
217.143.5
00
12.064.28
0
3.500.000
2.000.000
234.707.780
152.109.766
xxx
-
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
162
URAIAN
20X1
20X0
xxx
xxx
Jumlah Arus Masuk
Arus Kas Keluar
Pembayaran Perolehan Aset Tetap
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal pada BUMD
Jumlah Arus Keluar
Jumlah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Arus Kas Masuk
Penerimaan Pinjaman dari Pemerintah
Pusat
Jumlah Arus Masuk
Arus Kas Keluar
Jumlah Arus Keluar
Jumlah Arus Kas Bersih dart Aktivitas Pendanaan
ARUS KAS DARI AKTIVITAS TRANSITORIS
Arus Kas Masuk
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah Arus Masuk
Arus Kas Keluar
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah Arus Keluar
Jumlah Arus Kas Bersih dart Aktivitas Transitoris
Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode
Saldo Awal Kas
Saldo Akhir Kas
165.000.000
5.000.000
2.500.000
172.500.000
(172.500.000)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
25.000.000
xxx
xxx
xxx
25.000.000
xxx
52.330.816
52.330.816
xxx
Xxx
52.221.084
52.221.084
109.732
Xxx
Xxx
Xxx
4.719.498
35.750.654
40.470.152
Xxx
Xxx
35.750.654
C. PENYUSUNAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan merupakan informasi yang kompleks dan disusun
berdasarkan standar tertentu yang dapat berpotensi menimbulkan kesalahpahaman
antara penyusun dan pengguna laporan keuangan. Kesalahpahaman yang terjadi di
kalangan pengguna laporan keuangan dapat disebabkan oleh persepsi dari pembaca
laporan keuangan yang berbeda dengan penyusun laporan keuangan. Untuk
menghindari kesalahpahaman tersebut, laporan keuangan harus disertai dengan
Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna
dalam memahami Laporan Keuangan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
163
CaLK pada dasarnya harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: 1
1. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target
2. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan
3. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakankebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
4. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan
5. Mengungkapkan informasi untuk akun-akun aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas; dan
6. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan.
Format Catatan atas Laporan Keuangan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3 Format Catatan atas Laporan Keuangan
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
TAHUN ANGGARAN……..
Bab I
Pendahuluan
1.1 Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan
1.2 Landasan hukum penyusunan laporan keuangan
1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan
Bab II
Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD
2.1 Ekonomi makro
2.2 Kebijakan Keuangan
2.3 Indikator pencapaian target inerja APBD
Bab III
Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
3.1 Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan
3.2 Hambatan dan Kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan
Bab IV
Kebijakan Akuntansi
4.1 Entitas pelaporan keuangan daerah
4.2 Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan Pemda
4.3 Basis pengukuran yang mendasri penyusunan laporan keuangan Pemda
4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada
dalam standar akuntansi pemerintahan daerah
Bab V
Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
5.1 Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan pemda
5.1.1
Pendapatan-LRA
5.1.2
Belanja
5.1.3
Transfer
5.1.4
5.1.5
1
Pembiayaan
Pendapatan-LO
Merujuk pada PP nomor 71 tahun 2010 paragraf 75.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
164
Bab VI
Bab VII
5.1.6 Beban
5.1.7 Aset
5.1.8 Kewajiban
5.1.9 Ekuitas
5.2 Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk
entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual pada pemda
Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan pemda
Penutup
Sumber: Permendagri 64/2013
Sistematika penulisan CALK
Memuat penjelasan mengenai sistematika isi CALK dengan menggunakan
struktur CaLK seperti yang ditetapkan Permendagri 64/2013.
Adapun isi dari setiap bab dalam CaLK adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
1.1.
1.2.
Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Berisi maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan.
Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Memuat penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan SKPD. Landasan hukum
yang menjadi rujukan adalah yang paling mengikat sebagai dasar hukum
penyajian laporan keuangan, antara lain tetapi tidak terbatas pada:
1) Pasal 23 ayat (1) UUD 1945
2) Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara.
3) Pasal yang menyangkut pertanggungjawaban dari Undang-undang
tentang APBN dan Perda APBD.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
5) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013.
1.3. Sistematika penulisan CALK
Memuat penjelasan mengenai sistematika isi CALK dengan menggunakan
struktur CaLK seperti yang ditetapkan Permendagri 64/2013.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
165
Bab II. Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan, dan Pencapaian Target-Kinerja
APBD.
Bab ini memberikan penjelasan mengenai informasi tentang kebijakan
fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Perda APBD, berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
2.1 Ekonomi Makro
Untuk membantu pembaca Laporan Keuangan, Catatan atas Laporan
Keuangan harus menyajikan informasi yang dapat menjawab pertanyaanpertanyaan seperti bagaimana perkembangan posisi dan kondisi
keuangan/fiskal suatu entitas serta bagaimana hal tersebut tercapai.Oleh
karena itu, suatu entitas harus menyajikan informasi mengenai perbedaan
yang penting posisi dan kondisi keuangan/fiskal periode berjalan bila
dibandingkan dengan periode sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran,
dan dengan rencana lainnya sehubungan dengan realisasi anggaran.
Termasuk dalam penjelasan perbedaan adalah perbedaan asumsi ekonomi
makro yang digunakan dalam penyusunan anggaran dibandingkan dengan
realisasinya. Untuk dapat mengungkapkan perkembangan keadaan ekonomi
makro dan keuangan SKPD/Pemerintah Daerah, diperlukan suatu kriteria.
Kriteria ini dituangkan sebagai data mengenai kebijakan ekonomi makro dan
kebijakan keuangan. Kondisi ekonomi makro yang perlu diungkapkan dalam
CaLK adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan dalam
penyusunan APBD berikut tingkat capaiannya. Indikator ekonomi makro
tersebut antara lain Produk Domestik Bruto/Produk Domestik Regional
Bruto, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar, harga minyak,
tingkat suku bunga dan neraca pembayaran. Penjelasan mengenai asumsi
makro ekonomi yang mendasari laporan keuangan SKPD disesuaikan dengan
landasan penyusunan APBD, perkembangannya dalam Perubahan APBD,
hingga pelaksanaan APBD akhir tahun anggaran. Informasi yang disajikan
memuat tentang posisi dan kondisi ekonomi makro periode berjalan yang
dbandingkan dengan periode sebelumnya. dan penjelasan-penjelasan atas
perubahan anggaran yang dilakukan pada SKPD. Serta dijelaskan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan asumsi makro
ekonomi yang membawa dampak terhadap fluktuasi asumsi yang
ditetapkan. Misalnya, dapat diisi dengan berbagai penjelasan mengenai
faktor-faktor yang memengaruhi penyusunan APBD seperti asumsi makro
yang meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah dan suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan dan hal yang paling
memengaruhi anggaran pendapatan dan belanja secara material.
2.2 Kebijakan Keuangan
Memuat penjelasan mengenai kebijakan keuangan yang ditetapkan pemerintah
daerah sampai dengan akhir tahun anggaran yang berimplikasi terhadap
perubahan Neraca daerah SKPD. Informasi didalamnya memuat posisi dan
kondisi keuangan daerah selama periode berjalan yang dibandingkan dengan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
166
periode sebelumnya, membandingkan anggaran dengan realisasi anggaran
SKPD. Serta dijelaskan mengenai faktor yang melatarbelakangi adanya kebijakan
keuangan oleh pemerintah daerah sehingga terjadi perubahan posisi keuangan.
2.3 Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
Bagian ini berisi tentang penjelasan mengenai indikator pencapaian target
kinerja. Indikator tersebut dapat menyajikan informasi pencapaian yang
menyangkut efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang dilaksanakan
SKPD. Dua tabel di bawah ini dapat menjadi contoh bagi pengungkapan masingmasing indikator kinerja ekonomi makro dari sudut kebijakan moneter dan
indikator kinerja ekonomi dari sudut kebijakan fiskal.
Indikator pencapaian kinerja dapat dilihat melalui kinerja fiskal, seperti contoh
berikut:
(dalam jutaan rupiah)
APBD
(UU No/ tahun
Perda No/ tahun)
Uraian
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Tingkat Inflasi (persen)
Nilai Tukar rupiah (Rp/US$)
Suku Bunga SBI-3 Bulan (Persen)
Harga Minyak (US$ / barel)
Produksi Minyak (juta barel/hari)
Selanjutnya, CaLK sebisanya memuat ringkasan indikator kinerja program
hingga ke sasarannya.
Sebagai contoh, dapat ditampilkan sebagai berikut:
Instansi: Inspektorat
No
1
Program
- Kegiatan
Peningkatan Pengawasan
Aparatur Negara
udit Operasional
udit Kinerja
-
Indikator
Hasil
- Keluaran
Peningkatan nilai temuan dari
tahun lalu.
Satuan
Sasaran
%
2%
Jumlah Instansi yang Laporan
Keuangannya sesuai SAP
aporan Hasil Audit
aporan Hasil Audit
umlah Asistensi
Instansi
10
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan
Laporan
Kejadian
167
sistensi SAP
Bab III. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan.
Menyajikan ikhtisar keuangan selama setahun dimana informasi tersebut
terdiri atas ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan dan
hambatan serta kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan. Bagian ini juga harus dapat menjelaskan perubahan anggaran yang
penting selama periode berjalan dibandingkan dengan anggaran yang pertama
kali disahkan oleh DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian
target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap perlu oleh
manajemen entitas untuk diketahui pembaca laporan keuangan.
3.1 Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja fiskal dan moneter
Pada bagian ini perlu menjelaskan kinerja keuangan entitas dan mengikhtisarkan
indikator dan pencapaian kinerja kegiatan operasional yang berdimensi
keuangan dalam suatu periode pelaporan. Hal ini karena kebutuhan pengguna
laporan keuangan pemerintah tidak hanya melihat entitas dari sisi perubahan
aset bersih saja, namun lebih dari itu, pengguna laporan keuangan pemerintah
sangat tertarik dengan kinerja pemerintah bila dibandingkan dengan target yang
telah ditetapkan.
Keberhasilan pencapaian kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi
dan efektivitas suatu program. Efisiensi dapat diukur dengan membandingkan
keluaran (output) dengan masukan (input). Sedangkan efektivitas diukur dengan
membandingkan hasil (outcome) dengan target yang ditetapkan. Pembahasan
mengenai kinerja keuangan harus dihubungkan dengan tujuan dan sasaran dari
rencana strategis pemerintah dan indikator sesuai dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku. Ikhtisar pembahasan kinerja keuangan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus:
(a) Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk mencapai
tujuan;
(b) Memberikan gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana kinerja
keuangan dalam satu entitas pelaporan; dan
(c) Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh manajemen
untuk dapat memberikan keyakinan yang beralasan bahwa informasi kinerja
keuangan yang dilaporkan adalah relevan dan andal;
Keterkaitan pelaporan CaLK ini dengan Renstra pun harus tegas terlihat yang
menyatakan bahwa pembahasan mengenai kinerja keuangan harus
dihubungkan dengan tujuan dan sasaran dari rencana strategis pemerintah dan
indikator.
3.2 Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja
Dalam kondisi tertentu, entitas pelaporan belum dapat mencapai target yang
telah ditetapkan, misalnya jumlah unit pembangunan bangunan sekolah dasar.
Penjelasan mengenai hambatan dan kendala yang ada, misalnya kurangnya
ketersediaan lahan, perlu dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
168
Hambatan dan kendala yang dimaksud merupakan hambatan yang dapat
dikendalikan maupun yang tidak. Seluruh perbedaaan signifikan dari capaian per
program dapat diuraikan secara naratif untuk menjelaskan faktor pendukung
dan penghambat. ini dapat diisi dengan uraian mengenai faktor pendukung dan
penghambat pencapaian kinerja.
Atas realisasi belanja, misalnya, CaLK dapat menguraikan faktor penghambat
yang menyebabkan pencairan anggaran lambat. Sebagai contoh, dapat diuraikan
di sini bahwa pada tahun anggaran berjalan merupakan tahun anggaran
pertama pelaksanaan sistem anggaran terpadu (unified budget), di mana
belanja pemerintah kota tidak dibedakan lagi menjadi belanja rutin dan belanja
pembangunan. Pelaksanaan sistem baru ini memerlukan penyesuaianpenyesuaian, dan salah satu akibatnya adalah terlambatnya pengesahan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Terlambatnya pengesahan DIPA ini
mengakibatkan realisasi belanja jauh di bawah yang dianggarkan dalam APBD.
Contoh lain dari pengungkapan kendala adalah sebagai berikut. Dari target yang
telah ditentukan, ternyata tidak dapat tercapai yang disebabkan oleh, antara
lain: (berikut adalah contoh penyebab tidak tercapainya target penerimaan
pajak)
a. tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan
b. musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah
c. rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini
Tidak tercapainya target Pendapatan Bukan Pajak pada periode ini antara lain
disebabkan:
a. terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor angsuran tuntutan
ganti rugi sebagaimana seharusnya,
b. realisasi pada jenis pendapatan penjualan, sewa, jasa dan bunga pada
periode ini tidak sesuai dengan target pada anggarannya.
Hambatan dan Kendala mengenai realiasi belanja misalnya dapat diuraikan
dengan menjelaskan dan menguraikan penyebab realisasi belanja melebihi/jauh
dibawah anggaran dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan
realisasi belanja baik berupa hambatan dari internal maupun dari eksternal.
Misalnya, terlambatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan gedung disebabkan
proses lelang yang lama dan baru mulai dilaksanakan pada akhir tahun anggaran
sehingga dana yang terserap baru Rp. xxx.xxx.xxx atau xx% dari anggaran.
Bab IV. Kebijakan Akuntansi
Pada bagian ini dijelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh entitas
pelaporan dan metode-metode penerapannya yang secara material
mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
169
Kas. Pengungkapan juga harus meliputi pertimbangan-pertimbangan penting
yang diambil dalam memilih prinsip-prinsip yang sesuai. Kebijakan akuntansi
terdiri dari basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan, basis
pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan dan penerapan
kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam standar
akuntansi pemerintahan.
Adapun sub bab yang perlu untuk dibahas adalah sebagai berikut:
4.1 Entitas pelaporan
Berisi penjelasan mengenai organisasi sebagai entitas akuntansi dan entitas
pelaporan keuangan daerah. Hal ini karena pengungkapan entitas pelaporan yang
membentuk suatu laporan keuangan untuk tujuan umum akan sangat membantu
pembaca laporan untuk dapat memahami informasi keuangan yang disajikan pada
laporan keuangan. Pembaca laporan akan mempunyai kerangka dalam meng
informasi yang ada. Ketiadaan informasi mengenai entitas pelaporan dan
komponennya
mempunyai
potensi
kesalahpahaman
pembaca
dalam
mengidentifikasi permasalahan yang ada.
Walaupun sudah disinggung dalam Bagian I, uraian ringkas mengenai entitas
pelaporan dapat diulang pada Bagian awal dari Bab IV ini. Hal ini akan lebih
memperjelas domisili dan bentuk hukum suatu entitas dan jurisdiksi tempat entitas
tersebut berada serta seluruh unit kerja yang terkait dalam penyajian laporan
keuangan yang diuraikan dalam CaLK ini.
4.2 Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan SKPD.
Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan telah menyarankan
penggunaan basis akuntansi tertentu untuk penyusunan laporan keuangan
pemerintah, pernyataan penggunaan basis akuntansi yang mendasari laporan
keuangan pemerintah semestinya diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan. Pernyataan tersebut juga termasuk pernyataan kesesuaiannya dengan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Hal ini akan memudahkan pembaca
laporan tanpa harus melihat kembali basis akuntansi yang tertera pada Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
Mengingat pemakaian basis akuntansi kas menuju akrual, maka bagian ini akan
berisi uraian mengenai penerapan basis kas dan basis akrual. Akan tetapi, bagian ini
pun akan menjadi tempat bagi penjelasan tentang pemakaian basis akrual penuh,
jika memang hal itu sudah diterapkan. Sebagai contoh, penjelasan mengenai basis
akuntansi ini adalah sebagai berikut:
a) Basis akuntansi dalam pencatatan realisasi APBD yaitu basis kas,
b) Basis akuntansi dalam pencatatan dan penyajian Neraca, dalam hal ini aset,
kewajiban, dan ekuitas, yaitu basis akrual.
4.3 Basis Pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Berisi informasi tentang penerapan kebijakan basis pengukuran atas penyusunan
rekening laporan keuangan (aset, kewajiban dan ekuitas). Dalam bagian ini disajikan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
170
proses penetapan nilai setiap aset, kewajiban, dan ekuitas. Informasi pengukuran
yang dimaksud adalah menggambarkan nilai perolehan historis (yaitu aset dicatat
sebesar pengeluaran kas dan setara kas) atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk
memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal dan ekuitas
dicatat sebesar selisih antara aset dengan kewajiban. Hal ini karena pengguna
laporan keuangan perlu mengetahui basis–basis pengukuran yang digunakan
sebagai landasan dalam penyajian laporan keuangan. Apabila lebih dari satu basis
pengukuran digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, maka informasi yang
disajikan harus cukup memadai untuk dapat mengindikasikan aset dan kewajiban
yang menggunakan basis pengukuran tersebut.
4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam
Standar Akuntansi Pemerintah
Pada dasarnya seluruh kebijakan akuntansi dijelaskan dalam bagian 4.2 dari Bab IV.
Namun demikian, setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan- kegiatan
dan kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan pendapatan
pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib, Kurs. Kebijakan
akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai akun-akun yang disajikan dalam
periode berjalan dan sebelumnya tidak material. Selain itu, perlu pula diungkapkan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam Pernyataan
Standar ini.
Uraian mengenai kebijakan akuntansi yang penting, sedapat mungkin menjelaskan
berbagai kebijakan akuntansi atas elemen-elemen utama laporan keuangan seperti
pendapatan, belanja, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dimuat dalam bagian 4.4 dari
CaLK, kebijakan akuntansi yang hendak dijelaskan pada intinya adalah penjelasan
mengenai basis dan kebijakan akuntansi yang mendasari pelaksanaan akuntansi
pemerintahan yang menghasilkan Laporan Keuangan. Kebijakan akuntansi yang
perlu dijelaskan adalah kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam mengakui,
mencatat dan melaporkan seluruh hal yang terkait dalam Laporan Keuangan.
Contoh penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang mencakup pendapatan,
belanja, pembiayaan, aset, kewajiban dan ekuitas adalah sebagai berikut:
a) Pengakuan Pendapatan pada saat kas diterima pada Kas Umum Daerah
b) Pengakuan Belanja pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum Daerah
c) Pengakuan Pembiayaan pada saat kas diterima pada/keluar dari Kas Umum
Daerah
d) Jenis-jenis sumber daya/kekayaan yang dapat dikelompokkan sebagai aset
secara umum dan aset secara khusus yang terdiri dari aset lancar, investasi,
aset tetap, dana cadangan. Selain itu, dalam bagian ini pun diuraikan cara
penilaiannya.
Tentang Aset Tetap misalnya, bagian ini menguraikan bahwa Aset tetap
mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk
kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. JenisModul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
171
jenis kewajiban yang dapat dikelompokkan kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang. Mengingat instrumen keuangan yang berkaitan
dengan kewajiban jangka panjang mengandung kompleksitas yang masih belum
banyak diketahui awam, bagian ini perlu ditambahi dengan penjelasan
mengenai aspek-aspek khusus yang berkaitan dengan berbagai instrumen
hutang jangka panjang seperti obligasi dan lain-lain.
Penjelasan mengenai Kewajiban jangka panjang , misalnya, dapat mengulas
tentang Fixed rate Bonds (FR), atau Hedge bonds (HB), atau surat utang.
Fixed rate bonds-FR adalah obligasi yang memiliki tingkat kupon yang ditetapkan
pada saat penerbitan, dan dibayarkan secara periodik setiap enam bulan. Tingkat
kupon obligasi jenis FR berkisar antara, misalnya, 10 persen sampai 16,5 persen,
yang terdiri dari 23 seri, dengan masa jatuh tempo berkisar antara tahun 2005
sampai 2014 (posisi per akhir tahun 200x)
Hedge bonds (HB) adalah obligasi lindung nilai yang berbunga mengambang, dan
terdiri dari enam seri. Tingkat bunga per tahun obligasi jenis ini adalah sebesar
SIBOR (Singapore Interbank Offered rate) ditambah dua persen, dihitung atas
jumlah nominal yang telah disesuaikan terhadap perubahan kurs rupiah terhadap
USD, dan dibayarkan empat kali dalam setahun (quarterly). Pada saat jatuh tempo,
sebagimana terms and condition-nya, HB dapat diganti dengan obligasi lain.
Penjelasan mengenai Ekuitas harus meyakinkan bahwa ekuitas merupakan
kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dengan utang pemerintah.
BAB V. Penjelasan Akun-akun Laporan Keuangan SKPD
Mengungkapkan dan menjelaskan akun-akun akuntansi pada laporan keuangan
SKPD/entitas akuntansi. Apabila terdapat entitas pelaporan yang menyusun
laporan keuangan berbasis akrual atas pendapatan dan belanja harus
mengungkapkan akun-akun aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual dan menyajikan rekonsiliasinya dengan penerapan basis
kas.
Memuat penjelasan akun-akun laporan keuangan, terdiri atas pendapatan, belanja,
pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas, dan komponen-komponen laporan arus kas.
Bagian ini dapat menjawab tujuan khusus CaLK yaitu : Mengungkapkan informasi
yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan pada
lembar muka (on the face) laporan keuangan. Selain itu, pada bagian ini, CaLK perlu
menyajikan informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan lainnya serta pengungkapan-pengungkapan lain yang
diperlukan untuk penyajian wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban
kontinjensi dan komitmen-komitmen lain. Pengungkapan informasi dalam Catatan
atas Laporan Keuangan harus dapat memberikan informasi lain yang belum
disajikan dalam bagian lain laporan keuangan.
Sub bahasannya adalah :
5.1 Rincian dan penjelasan akun-akun Laporan Keuangan
5.1.1. Pendapatan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
172
Untuk CaLK SKPD, akun pendapatan hanya terdiri atas akun pendapatan asli
daerah.
5.1.2 Belanja.
Untuk CaLK SKPD, akun belanja hanya terdiri atas akun belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, belanja modal.
Contoh Tabel Rincian Realisasi Belanja Modal
Kode
MAK.
Anggaran
Setelah Revisi
3
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp
Uraian Belanja Modal (BM)
1
531111
532111
533111
534111
534112
534113
535111
2
BM Tanah
BM Peralatan dan Mesin
BM Gedung dan Bangunan
BM Jalan dan Jembatan
BM Irigasi
BM Jaringan
BM Fisik Lainnya
Jumlah
Realisasi
Belanja
4
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp
Persentase
5=(4/3)x100%
………….%
………….%
………….%
………….%
………….%
………….%
………….%
………….%
5.1.3 Aset
Berisi penjelasan akun aset seperti aset lancar, aset tetap, aset lain-lain.
Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum. Nilai aset tetap per <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai total aset tetap>
dengan perincian sebagai berikut:
Tabel Daftar Aset Tetap
Nama Aset Tetap
1
Tanah
- Peralatan dan Mesin
- Gedung dan Bangunan
- Jalan, Irigasi dan Jaringan
- Aset Tetap Lainnya
Jujumlah
Mutasi
Saldo
Awal
Tambah
Kurang
2
3
4
Mutasi tambah aset tetap terdiri dari:
• Pembelian
• Penyelesaian Pembangunan
Saldo
Akhir
5
Rp
Rp
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
173
• Transfer dari unit lain
Rp
• Hibah (masuk)
Rp
• dst
<ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>
Mutasi kurang aset tetap terdiri dari :
• Penghapusan
Rp
• Transfer ke unit lain
Rp
• Koreksi Pencatatan
Rp
• Hibah (keluar)
Rp
•
Dan seterusnya
Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang masih mengalami
permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan dalam Neraca. Contoh aset seperti
ini adalah tanah-tanah yang dikuasai pemerintah kota tetapi dalam status sengketa,
aset-aset yang secara faktual diperoleh dari hibah namun belum dapat dibukukan
karena belum ada berita acara serah terimanya, penambahan nilai gedung tempat
kerja bukan milik sendiri yang nilainya memenuhi syarat kapitalisasi.
5.1.4 Kewajiban
Berisi penjelasan akun kewajiban seperti kewajiban jangka panjang dan jangka
pendek
5.1.5 Ekuitas
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan akun ekuitas (SKPD), ekuitas
investasi (SKPKD) dan ekuitas cadangan (SKPKD).
5.2 Pengungkapan atas akun-akun aset dan kewajiban yang timbul sehubungan
dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya
dengan penerapan basis kas untuk entitas pelaporan yang menggunakan
akuntansi berbasis akrual penuh.
Bagian ini berisi kebijakan akuntansi yang diharuskan Standar Akuntansi
Pemerintah dan pengungkapan atas akun-akun aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual. Entitas pelaporan yang menyusun
laporan keuangan berbasis akrual atas pendapatan dan belanja harus
mengungkapkan akun-akun aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual dan menyajikan rekonsiliasinya dengan penerapan basis
kas.
Pada entitas pelaporan yang sudah menggunakan asas akrual murni, suatu proses
pengadaan yang belum tuntas sampai pada pengeluaran seluruh belanja dari kas
negara dan penerimaan Berita Acara Serah Terima Barang mungkin sudah
membukukan komitmen kontrak yang ditandatangani sebagai dasar pencatatan
aset tetap dengan nilai sebesar nilai kontrak. Di pihak lain, entitas yang
menggunakan asas kas menuju akrual mungkin baru mencatat aset tetap dalam
akun Konstruksi dalam Pengerjaan dengan nilai sebesar nilai yang tercantum dalam
Berita Acara Kemajuan Pekerjaan. Perbedaan ini akan dapat lebih dimaklumi jika
entitas yang menggunakan asas akrual murni menyajikan rekonsiliasinya dengan
basis kas menuju akrual.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
174
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan mengijinkan entitas pelaporan
menyusun laporan keuangannya dengan basis akrual untuk pendapatan dan
belanja. Entitas pelaporan tersebut harus menyediakan informasi tambahan
termasuk rincian mengenai output entitas dan outcome dalam bentuk indikator
kinerja keuangan, laporan kinerja keuangan, tinjauan program dan laporan lain
mengenai pencapaian kinerja keuangan entitas selama periode pelaporan. Hal ini
dimaksudkan agar pembaca laporan dapat memahami akun-akun aset dan
kewajiban yang timbul dikarenakan penerapan basis akrual pada akun-akun
pendapatan dan belanja, seperti pendapatan yang diterima di muka, biaya dibayar
di muka, dan biaya penyusutan/depresiasi. Akun-akun aset dan kewajiban tersebut
merupakan akibat dari penerapan basis akrual atas akun-akun pendapatan dan
belanja.
Dengan demikian maka rekonsiliasi yang diharapkan akan dapat menunjukkan
bahwa pengguna basis akrual murni akan mencatatkan kewajiban dan akumulasi
penyusutan yang lebih besar daripada yang menggunakan basis kas menuju akrual,
terutama jika rekonsiliasi terjadi pada tahun berjalan jika aset sudah dicatat sebagai
aset tetap. Tujuan dari rekonsiliasi adalah untuk menyajikan hubungan antara
Laporan Kinerja Keuangan dengan Laporan Realisasi Anggaran. Laporan rekonsiliasi
dimulai dari penambahan/penurunan ekuitas yang berasal dari Laporan Kinerja
Keuangan yang disusun berdasarkan basis akrual. Nilai tersebut selanjutnya
disesuaikan dengan transaksi penambahan dan pengurangan aset bersih
dikarenakan penggunaan basis akrual yang kemudian menghasilkan nilai yang sama
dengan nilai akhir pada Laporan Realisasi Anggaran.
Oleh karena pada akuntansi berbasis akrual penuh digunakan Laporan Kinerja
Keuangan sebagai laporan yang menunjukkan hasil operasi anggaran, maka
rekonsiliasi dapat dimulai dari catatan yang tercantum pada Laporan Kinerja
Keuangan. Sebagai contoh, rekonsiliasi dilakukan dengan menggunakan asumsi data
keuangan sebagai berikut:
Transaksi
Tanggal 31 Des:
Kontrak pengerjaan
bangunan
senilai
Rp3 milyar, menurut
Berita
Acara
Kemajuan Pekerjaan
baru selesai 60%
dan baru dibayar
Rp1,5 milyar
Catatan dengan Basis Akrual
Penuh
Laporan Kinerja Keuangan:
Catatan dengan Basis Kas
Menuju Akrual
Laporan Realisasi Anggaran:
(Db) Belanja Modal Rp3 M
(Db) Belanja Modal Rp1,5 M
Neraca:
Neraca:
(Kr) Kas Rp 1,5 M
(Kr) Hutang Rp1,5 M
(Db) Bangunan Rp 3 M
(Kr) Diinvestasikan dalam
Aset Tetap Rp3 M
(Kr) Kas Rp 1,5 M
(Db)
Konstruksi
dalam
Pengerjaan Rp1,8 M
(Kr) Hutang Rp300 juta
(Kr) Diinvestasikan dalam
Aset Tetap Rp1,5 M
Berdasarkan contoh di atas, maka rekonsiliasi antara kedua basis adalah
sebagaimana jurnal rekonsiliasi berikut:
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Rp 1,500 juta
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
175
Hutang
1,200 juta
Konstruksi dalam Pengerjaan
1,800 juta
Bangunan
Rp3,000 juta
Belanja Modal
1,500 juta
Dengan jurnal di atas, maka catatan di dalam Laporan Kinerja Keuangan dan neraca
entitas berbasis akrual penuh akan sama dengan catatan seandainya ia mencatat
dengan basis kas menuju akrual.
Bab VI Penjelasan atas Informasi-informasi Non-Keuangan SKPD
Penjelasan yang dimaksud adalah informasi-informasi yang belum disajikan dalam
bagian Laporan Keuangan seperti domisili, sifat entitas, penggantian manajemen,
pergantian undang-undang, kejadian yang mempunyai dampak sosial, dan lain-lain.
Dengan demikian, Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan
informasi yang bila tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca laporan.
Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila belum
diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu:
a. domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas tersebut
berada;
b. penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;
c. ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan
operasionalnya.
Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan kejadian-kejadian
penting selama tahun pelaporan, seperti:
a.
b.
c.
d.
e.
Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca; dan
Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang
harus ditanggulangi pemerintah.
Komitmen atau kejadian kontinjensi yang perlu disajikan adalah berbagai
kejadian, yang umumnya berkaitan dengan litigasi atau penuntutan atau
penggugatan yang menjadikan pemerintah sebagai pihak tergugat. Keberatan atas
ketetapan pajak, tuntutan restitusi pajak, atau aksi masal untuk menuntut ganti rugi,
adalah contoh-contoh populer untuk kejadian kontinjensi. Sepanjang tuntutan ini
belum mampu menghasilkan kemungkinan nilai restitusi atau ganti rugi yang harus
dibayar oleh negara secara meyakinkan maka kejadian ini cukup diungkapkan secara
naratif dengan atau tanpa menyebut potensi kerugian yang ditimbulkan. Kejadian
kontinjensi yang berkemungkinan mendatangkan keuntungan bagi pemerintah, atas
dasar kehati-hatian tidak perlu dicatatkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
BAB VII Penutup.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
176
Berisi simpulan-simpulan penting tentang Laporan Keuangan.
BAB VII
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah mempelajari topik ini diharapkan peserta mampu :
1. mendefinisikan pengertian analisis laporan keuangan Pemda
2. menjelaskan tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan Pemda
3. menguraikan bentuk bentuk dan teknik analisis Laporan keuangan Pemda
4. menerapkan teknik analisis laporan keuangan Pemda
5. menafsirkan hasil laporan keuangan Pemda
No.
Sub Topik
1.
Pendahuluan
2.
Metoda dan Teknik Analisis
3.
Keterbatasan Analisis Laporan
Keuangan
4.
Ilustrasi Analisis Laporan
Keuangan
Kata Kunci
Pengertian, Tujuan dan Manfaat
Analisis Laporan Keuangan
Analisis Horizontal, Analisis Vertikal,
Analisis Rasio
Data historis, bersifat umum,
kuantitatif dan taksiran
Ilustrasi, Analisis Laporan Keuangan
Referensi:
1.
2.
3.
4.
PP 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah;
PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
Tim Penyusun Handbook Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik,
Analisis Laporan Keuangan Daerah, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, 2007
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
177
A. PENDAHULUAN
Sejak berlakunya PP 71 tahun 2010, maka setiap pengelola keuangan daerah
harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan berupa
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan CaLK. Dengan bertambahnya
komponen laporan pemerintah daerah tersebut, seyogyanya terdapat pula
perkembangan teknik analisis laporan keuangan pemerintah daerah, agar pengguna
laporan keuangan memiliki dasar memadai dalam mengevaluasi kondisi dan kinerja
keuangan pemerintah daerah, yang pada akhirnya hasil analisis laporan keuangan
tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam perumusan kebijakan anggaran daerah
di masa mendatang.
Supaya laporan keuangan lebih berarti dan mudah dipahami oleh para pembaca
laporan keuangan, maka perlu dilakukan analisis atas laporan keuangan tersebut.
Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi akun-akun laporan
tersebut menjadi unit informasi yang lebih rinci dan melihat hubungan antara satu
dengan yang lainnya guna mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah tersebut
untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
B. PENGERTIAN
Secara singkat analisis laporan keuangan dapat diartikan sebagai upaya untuk
mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan suatu entitas
tertentu. Untuk itu, seseorang yang melakukan analisis atas laporan keuangan perlu
menguraikan pos-pos laporan tersebut menjadi unit informasi yang lebih rinci dan
melihat hubungan antara satu dengan yang lainnya guna mengetahui kondisi keuangan
entitas tersebut untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
Analisis laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan metode dan teknik
analisis tertentu dalam melihat ukuran dan hubungan unsur laporan keuangan. Hasil
analisis tersebut diharapkan dapat meminimalkan bahkan menghilangkan penilaian yang
bersifat dugaan, ketidakpastian, pertimbangan pribadi dan lain sebagainya. Analisis
laporan keuangan dapat menunjukkan adanya kesalahan proses akuntansi. Dengan
demikian akan menambah keyakinan pengguna laporan atas data atau informasi yang
tersedia sehingga pengambilan keputusannya menjadi lebih akurat.
Karakteristik dari analisis laporan keuangan dapat disusun sebagai berikut:
•
•
Fokus pada laporan keuangan utama
Fokus analisis ditujukan pada Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas
dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Memuat analisis hubungan
Dalam hal ini, analisis laporan keuangan menguraikan hubungan pos-pos dalam
satu laporan keuangan, hubungan pos-pos antar laporan keuangan, serta
perbandingan dan kecenderungan pos-pos tersebut.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
178
•
Memuat implikasi dan prediksi
Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak
kejadian atau transaksi masa lalu sekaligus untuk meramalkan prospek
keuangan di masa mendatang.
Dipengaruhi oleh kemampuan analis
Bila terdapat beberapa analis atas satu informasi yang sama, kemungkinan
masing-masing analis dapat memberikan hasil analisis yang berbeda, tergantung
pada kemampuan atau ketajaman masing-masing analis.
•
Arti Penting analisis laporan keuangan memberi informasi kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan. Analisis laporan
keuangan dapat digunakan untuk menilai kemampuan entitas memenuhi
kewajiban termasuk penyediaan dana, mengevaluasi prestasi manajemen
C. TUJUAN DAN MANFAAT
Secara umum telah kita peroleh pemahaman bahwa tujuan analisis laporan
keuangan adalah untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan dari suatu entitas. Adapun
tujuan dari analisis laporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk hal-hal berikut
ini.
•
•
•
•
Meyakini ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah
Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajibannya.
Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan dana
kegiatan.
• Mengevaluasi kinerja pemerintah daerah dalam pelaksanaan programprogramnya.
• Mengetahui potensi pemerintah daerah dalam menghasilkan sumber daya.
Adapun manfaat analisis laporan keuangan, antara lain sebagai berikut:
•
•
•
•
•
•
Menyediakan tambahan penjelasan atas data dan informasi keuangan termasuk
informasi yang tidak secara eksplisit disajikan di dalam laporan keuangan
Mengetahui kesalahan dan hal-hal yang bersifat tidak konsisten yang
terkandung dalam laporan keuangan.
Mengetahui sifat-sifat dari hubungan baik antar-pos maupun antar laporan,
yang dapat digunakan untuk prediksi, rating, dan lain sebagainya.
Menilai perkembangan dan pencapaian yang diperoleh oleh suatu entitas serta
membuat proyeksi keuangan di masa mendatang.
Dapat mengevaluasi kondisi keuangan pemerintah daerah masa lalu, saat ini,
dan perkiraan di masa yang akan datang.
Dapat mengetahui komposisi struktur keuangan pemerintah daerah, sehingga
dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu entitas.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
179
D. METODE DAN TEKNIK ANALISIS
Metode dan teknik analisis yang tepat diperlukan untuk melakukan analisis laporan
keuangan. Tujuannya agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan informasi
dengan maksimal dan para pemakai hasil analisis tersebut dapat menafsirkannya
dengan mudah.
Adapun tahapan melakukan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut adalah:
1. Memperoleh data keuangan dan pendukung yang diperlukan untuk periode yang
akan dianalisis;
2. Mengukur atau menghitung dengan menggunakan rumus-rumus tertentu, sesuai
dengan standar yang biasa digunakan secara cermat dan teliti, sehingga hasil yang
diperoleh benar-benar tepat;
3. Melaksanakan kalkulasi dengan memasukkan angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan ke dalam formula secara cermat;
4. Menafsirkan hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dibuat
5. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis
tersebut.
Dalam praktik, secara umum terdapat tiga macam metode analisis laporan keuangan
yang biasa dipakai, yaitu analisis horizontal, analisis vertikal dan analisis rasio.
a. Analisis Horizontal
Dalam analisis horizontal akan dilakukan perbandingan antara satu periode
dengan periode berikutnya. Oleh karena itu analisis ini juga dikenal dengan analisis
kecenderungan (trend analysis). Analisis trend merupakan suatu teknik analisis yang
mencoba untuk mengidentifikasi pola-pola dari trend (perubahan yang terjadi dalam
beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau
perubahan di masa datang. Secara umum dari hasil analisis ini akan terlihat antara lain:
Angka-angka dalam Rupiah; Angka-angka dalam persentase; Kenaikan atau penurunan
jumlah Rupiah; Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
Suatu perubahan tentunya dapat diakibatkan oleh adanya interaksi dari
sejumlah faktor. Apabila faktor-faktor tersebut diperkirakan dapat menyebabkan
perubahan terhadap data yang kita miliki, maka dalam hal ini dapat digunakan
hubungan sebab-akibat. Penggunaan regresi linear sederhana dan regresi berganda
merupakan contoh dari analisis hubungan sebab-akibat. Sementara itu, apabila hanya
disusun satu model dengan menggunakan hubungan antara variabel tanpa
memperhatikan apakah yang satu mempengaruhi yang lain atau tidak, maka kita
melakukan analisis kecenderungan sederhana.
Analisis kecenderungan sederhana dimaksudkan hanya untuk mengetahui
kecenderungan suatu akun (naik atau turun) dengan membandingkan angka-angka
untuk akun yang sama dari laporan beberapa tahun berurutan, tanpa mengidentifikasi
variabel-variabel yang mempengaruhi perubahan dari akun tersebut. Kelemahan dari
analisis kecenderungan dengan tahun dasar adalah tidak dapat diketahui secara
langsung berapa rata-rata kenaikan per tahun. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
180
kita dapat menggunakan analisis kecenderungan bergerak (dari tahun-ke-tahun) untuk
mengetahui rata-rata kenaikan per tahun.
Teknik analisis ini pada dasarnya sama dengan teknik analisis rasio komparatif
lainnya, hanya di sini melibatkan data beberapa tahun agar dapat diperoleh rata-rata
kenaikan pertahunnya. Selanjutnya, rata-rata kenaikan per tahun tersebut dapat
digunakan untuk mengestimasi kenaikan yang normal untuk tahun berikutnya.
Beberapa langkah yang dilakukan untuk menerapkan teknik Analisis Trend:
1. Buat sumbu vertikal Y (yang menunjukkan variabel dependen) dan sumbu horizontal
X merupakan variabel independen, misalnya periode tahun yang diamati.
2. Data yang tersedia dari contoh di atas, kemudian dibuat scatter plot, yaitu kumpulan
titik-titik koordinat (X,Y).
3. Dengan jalan observasi atau pengamatan langsung terhadap bentuk scatter plot,
dapat ditarik sebuah garis yang kira-kira mendekati pola dari titik koordinat yang ada.
Dari diagram di atas kemudian diprediksi kejadian untuk tahun-tahun yang akan
datang. Analisis ini juga dapat dipakai untuk mengidentifikasi adanya keanehan atau
ketidakteraturan yang terjadi. Dengan membandingkan garis kecenderungan dengan
sebaran titik-titik yang ‘tidak mengikuti aturan’ misalnya terlalu jauh dari garis
kecenderungan. Kemudian dapat diteliti penyebab terjadinya situasi tersebut.
Metode ini mempunyai kelemahan yaitu pembuatan garis kecenderungan
bersifat subyektif. Artinya, bila ada beberapa orang diminta untuk menarik garis
kecenderungan, maka kemungkinan akan diperoleh garis kecenderungan lebih dari satu,
sebab masing-masing orang mempunyai pilihan sendiri sesuai dengan anggapannya
garis mana yang mewakili diagram pencar (scatter plot). Oleh karena itu, metode ini
tidak dapat memberikan alasan yang kuat secara ilmiah untuk digunakan sebagai alat
analisis. Analisis selanjutnya akan menggunakan regresi sederhana maupun berganda
dengan memakai bantuan komputer.
Karakteristik analisis horizontal sebagai berikut:
1. Bertujuan untuk mengetahui arah atau kecenderungan suatu akun laporan
keuangan.
2. Membutuhkan data time series selama beberapa tahun.
3. Dilakukan dengan membandingkan (menghubungkan) angka-angka untuk akun yang
sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan.
4. Analisis kecenderungan sederhana, dengan tahun dasar atau bergerak,
membandingkan angka-angka untuk akun yang sama dari laporan beberapa tahun
yang berurutan, tanpa mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi perubahan
akun tersebut.
5. Analisis kecenderungan dengan diagram pencar dilakukan dengan penarikan garis
kecenderungan yang mendekati (mengikuti) pola dari sebaran titik-titik dalam grafik.
b. Analisis vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan hanya untuk satu periode laporan
keuangan, dengan cara melakukan antara akun-akun yang ada, dalam satu periode
pelaporan keuangan. Analisis vertikal yang dapat dilakukan atas unsur dalam laporan
keuangan, adalah sebagai berikut:
1. Analisis atas akun yang ada di neraca
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
181
2.
3.
4.
5.
Analisis atas akun yang ada di laporan realisasi anggaran (LRA)
Analisis atas akun yang ada di laporan arus kas (LAK)
Analisis atas akun yang ada di laporan operasional (LO)
Analisis rasio
Hubungan antar akun-akun di dalam neraca adalah sebagai berikut:
1. Total aset harus sama dengan total kewajiban ditambah ekuitas.
2. Ekuitas menunjukkan jumlah aset bersih pemerintah daerah. Oleh karena itu, total
ekuitas harus sama dengan selisih antara total aset dengan kewajiban.
3. Jumlah SiLPA di dalam ekuitas adalah jumlah total kas dikurangi utang perhitungan
pihak ketiga (potongan taspen, askes, PPh dan PPn) dan pendapatan yang
ditangguhkan.
Hubungan antar akun Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan APBD sebagai berikut:
1. Bila anggaran direncanakan defisit (negatif), maka jumlah pembiayaan neto harus
positif, dengan jumlah minimal sama dengan jumlah defisit tersebut. (Jumlah
pembiayaan neto positif berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih besar dari
jumlah pengeluaran pembiayaan).
2. Pembiayaan neto negatif hanya diijinkan bila anggaran direncanakan surplus, dan
jumlah surplus minimal sama dengan jumlah pembiayaan neto yang negatif tersebut.
(Jumlah pembiayaan neto negatif berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih kecil
dari jumlah pengeluaran pembiayaan).
3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) akan muncul dari beberapa kondisi berikut:
a. Bila jumlah pembiayaan neto positif lebih besar dari pada jumlah defisit, maka
selisihnya menjadi SiLPA.
b. Bila terjadi surplus dan pembiayaan neto positif.
c. Bila terjadi pembiayaan neto negatif tetapi surplusnya lebih besar.
Hubungan berikut dapat digunakan dalam menilai kebenaran angka dalam laporan arus
kas:
1. Saldo kas pada akhir tahun harus sama dengan jumlah kas pada akhir tahun di
Neraca.
2. Jumlah arus kas masuk bagi aktivitas operasi dapat sama dengan jumlah pendapatan
daerah dikurangi penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan
realisasi anggaran).
3. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total belanja
(dalam laporan realisasi anggaran) tetapi tidak termasuk belanja modal.
4. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan
jumlah pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan
realisasi anggaran).
5. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan
jumlah belanja modal di laporan realisasi anggaran.
6. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan jumlah
penerimaan pembiayaan selain dari penerimaan kembali investasi dan penyertaan
dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
182
7. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan jumlah
pengeluaran pembiayaan selain untuk investasi dan penyertaan dalam Laporan
Realisasi Anggaran.
Untuk mengetahui hubungan antara laporan realisasi anggaran dan neraca, dilakukan
analisis sebagai berikut:
1. Bila ada belanja modal dalam laporan realisasi anggaran, maka jumlah aset tetap di
dalam neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama kecuali jika terdapat
pelepasan aset tetap.
2. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penerimaan pinjaman dalam laporan
realisasi anggaran, maka jumlah kewajiban (utang) di dalam neraca harus bertambah
dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya, jika terjadi pengeluaran pembiayaan
berupa pembayaran pinjaman, jumlah kewajiban di dalam neraca harus berkurang
dengan jumlah yang sama.
3. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penggunaan dana cadangan dalam laporan
realisasi anggaran, maka jumlah dana cadangan (aset) di dalam neraca harus
berkurang dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya, jika terjadi pengeluaran
pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan, jumlah dana cadangan (aset) di
dalam neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama.
4. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penjualan investasi perusahaan daerah
dalam laporan realisasi anggaran, maka jumlah investasi jangka panjang (aset) di
dalam neraca harus berkurang dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya, jka
terjadi pengeluaran pembiayaan berupa penyertaan modal dalam perusahaan
daerah, jumlah investasi jangka panjang (aset) di dalam neraca harus bertambah
dengan jumlah yang sama.
5. SiLPA pada kelompok ekuitas di neraca harus sama dengan jumlah SiLPA (akhir
tahun) di laporan realisasi anggaran. SiLPA di neraca diperoleh dengan perhitungan:
jumlah total kas dikurangi kewajiban pada PFK (potongan taspen, askes, dan PPh dan
PPn yang belum disetor).
3. Analisis Rasio
Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan akunakun yang ada dalam satu laporan keuangan atau akun-akun antara laporan keuangan
neraca dan laporan realisasi anggaran. Analisis rasio dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis sebagai berikut:
1. Likuiditas, untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar
utang (kewajiban) jangka pendek. Rasio ini bisa diukur dengan rasio lancar dan rasio
kas.
2.
Solvabilitas, untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam
membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo. Rasio ini bisa diukur dengan
rasio uang terhadap aset atau rasio utang terhadap ekuitas.
3.
Leverage, untuk mengukur perbandingan antara ekuitas (kekayaan bersih
pemerintah daerah) dengan total utang.
4.
Kemandirian, untuk mengukur tingkat kemandirian pemerintah daerah
dalam mendanai aktivitas sebagai indikator tingkat partisipasi masyarakat lokal
terhadap pembangunan daerah, indikator perkembangan ekonomi daerah dan
kesejahteraan masyarakat. Rasio ini dapat diukur dengan membandingkan jumlah
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
183
PAD terhadap jumlah DAU ditambah jumlah pinjaman (selain utang PFK dan utang
pajak PPn/PPh).
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
184
Contoh Analisis Rasio

 Rasio kemandirian yang lebih tinggi menunjukkan ketergantungan daerah
yang lebih rendah terhadap pihak lain yang dapat memberikan dana
perimbangan dan pinjaman.
 semakin besar rasio kemandirian berarti kemandirian keuangan pemda
semakin baik

 Rasio pertumbuhan PAD yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan daerah
yang lebih baik dalam memperoleh PAD dibandingkan dengan periode
sebelumnya
 semakin besar rasio ini semakin baik

 Rasio pinjaman yang lebih rendah menunjukkan kemampuan pemerintah
daerah yang lebih baik dalam menghimpun penerimaan selain yang
bersumber dari utang

 Debt service coverage ratio (DSCR) yang lebih tinggi menunjukkan
kemampuan daerah yang lebih baik dalam memenuhi kewajibannya
membayar pokok, bunga dan biaya pinjaman lainnya

 Rasio keselarasan belanja yang lebih rendah menunjukkan bahwa anggaran
belanja semakin banyak dialokasikan untuk kegiatan yang berhubungan
langsung dengan program pemerintah daerah
 semakin kecil rasio ini semakin baik

 Rasio ini untuk mengukur jumlah beban utang yang menjadi tanggungan tiap
anggota masyarakat dalam satu wilayah. Makin besar rasio ini semakin
buruk.

 Rasio ini digunakan untuk mengukur persentase aset tetap yang dapat
dijadikan jaminan dalam pengambilan utang atau digunakan untuk melunasi
utangnya.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
185

 Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase PAD yang
dapat digunakan untuk membayar beban bunga utang jangka panjang. Makin
besar rasio ini semakin buruk.

 Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemda dalam membayar
utangnya menggunakan PAD. Makin besar rasio ini makin baik.
E. KETERBATASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Akurasi analisis laporan keuangan sangat tergantung pada akurasi dan validitas angkaangka yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Selain itu, pada
analisis laporan keuangan itu sendiri terdapat keterbatasan yang inheren, antara lain
sebagai berikut:
1. Sifat laporan keuangan adalah historis.
Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai transaksi dan kejadian pada
masa lalu bukan kondisi saat ini. Akuntansi bukan merupakan satu-satunya sumber
informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomis.
2. Informasi dalam laporan keuangan adalah bertujuan umum
Informasi dalam laporan keuangan tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan
informasi secara khusus bagi setiap kelompok pengguna laporan keuangan. Laporan
keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pengguna laporan
diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang
dilaporkan. Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman dasar akuntansi dan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
3. Penggunaan taksiran dalam laporan keuangan
Di dalam penyusunan laporan keuangan tidak dapat dihindari adanya penggunaan
estimasi akuntansi, yang cenderung bersifat subyektif, misal: estimasi atas
kemungkinan tidak tertagihnya piutang, estimasi masa manfaat atau umur ekonomis
aset tetap, dan lain sebagainya.
4. Hakikat laporan keuangan adalah informasi kuantitatif
Informasi laporan keuangan berupa informasi kuantitatif keuangan, sehingga hasil
analisis laporan keuangan juga bersifat kuantitatif. Sedangkan informasi yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja pemerintah bukan
hanya informasi kuantitatif, tetapi juga informasi kualitatif. Contoh informasi
kualitatif yang relevan dengan analisis laporan keuangan adalah opini auditor
independen mengenai laporan keuangan pemerintah daerah, alasan-alasan tidak
tercapainya target pajak daerah atau meningkatnya jumlah defisit anggaran.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
186
5. Laporan keuangan lebih menggambarkan kinerja keuangan
Laporan keuangan yang menjadi obyek analisis adalah laporan keuangan yang lebih
menggambarkan kinerja keuangan. Meskipun APBD disusun dengan pendekatan
kinerja, akan tetapi kinerja pelaksanaan program dan kegiatan tidak dapat dilihat
dalam laporan realisasi anggaran, melainkan dalam laporan kinerja instansi
pemerintah. Dengan demikian, analisis laporan keuangan dapat dikatakan lebih
cenderung pada analisis kinerja keuangan. Namun demikian, analisis dapat
dikembangkan sampai kepada analisis kinerja program/kegiatan dengan
mengumpulkan data-data mengenai rencana dan realisasi program/kegiatan berikut
target dan capaian kinerjanya.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
187
BAB VIII
REVIU DAN PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah mempelajari Topik ini, peserta:
1. Mampu menjelaskan dasar-dasar pemeriksaan keuangan
2. Mampu menjelaskan teknik pemeriksaan dan pengendalian intern
3. Mampu menjelaskan temuan dan hasil laporan pemeriksaan
4. Mampu menjelaskan komunikasi pemeriksaan
No.
Sub Topik
Kata Kunci
1
Dasar-Dasar Pemeriksaan
Keuangan
Pengertian, Perbedaan Reviu dan
Pemeriksaan Laporan Keuangan, Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara
2
Teknik Pemeriksaan dan
Pengendalian Intern
Bukti, Prosedur Pemeriksaan,
Pengendalian Intern
3
Temuan dan Hasil Laporan
Pemeriksaan
Temuan, Hasil Laporan Pemeriksaan
(LHP), Surat Representasi (Representation
Letter)
4
Komunikasi Pemeriksaan
Pengertian, Komunikasi Pemeriksa
dengan Auditan, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemeriksaan, Kiat-Kiat
Referensi:
1. Arens, Alvin A and James K Loebbecke, Auditing, An Integrated Approach.
Prentice Hall International, Englewood Cliffs, 5th edition, 2010
2. PP 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
3. Permendagri 4/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata
Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah jo Permendagri
Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Permendagri No 23 Tahun 2007
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma
Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah
6. BPK RI, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), 2007.
7. BPKP, Teknik Komunikasi Audit, Edisi 4, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
188
Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan, 2007
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
189
A. PENDAHULUAN
Saat ini audit dalam sektor pemerintahan digunakan istilah pemeriksaan,
merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan tata kelola organisasi yang baik
(good governance). Secara etimologi, istilah audit berasal dari bahasa latin ‘audire’ yang
berarti mendengar. Secara tradisional auditing dapat dipahami sebagai upaya
pemeriksaan atas informasi akuntansi untuk mendapat kayakinan bahwa informasi
tersebut telah disajikan secara wajar (true and fair). Tujuan
Jika mengacu kepada definisi audit, akan tampak perbedaan antara definisi audit
sektor privat/swasta dengan audit sektor pemerintahan. Pada sektor swasta terdapat
perbedaan makna untuk audit dengan pemeriksaan (examination), sedangkan pada
sektor pemerintahan penggunaan kata pemeriksaan dan pengauditan hingga saat ini
masih memiliki kata yang bermakna sama. Sebagai pengantar berikut adalah definisi
audit dari sektor privat atau swasta.
1. Definisi Audit
Audit adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti
secara obyektif yang berhubungan dengan asersi tentang
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan (Arens, et.al., 2010).
Beberapa ciri-ciri atau komponen audit didasarkan pada definisinya adalah:
a. Proses sistematis:
Rangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur dan terorganisasi.
b. Untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif:
Dengan dasar pemeriksaan / pengujian atas asersi dan menetapkan hasilnya tanpa
bias atau berprasangka (baik buruk maupun baik) terhadap pembuat asersi.
c. Pernyataan-pernyataan (asersi) tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi:
Asersi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian pernyataan secara
keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas penyataan tersebut untuk
digunakan oleh pihak lain. Perbedaan mendasar asersi dengan pernyataan biasa
adalah pada asersi adanya pertanggung jawaban atas pernyataan tersebut ketika
digunakan oleh pihak lain. Contoh asersi: laporan keuangan, SPT, dan lain-lain.
d. Tingkat kesesuaian:
Seberapa sesuai asersi-asersi tersebut dapat dicocokkan dengan kriteria yang telah
ditentukan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
190
e. Kriteria yang telah ditetapkan:
standar penilaian untuk asersi-asersi atau pernyataan-pernyataan. Kriteria dapat
berupa Standar Akuntansi Pemerintahan, atau peraturan khusus yang ditetapkan
oleh dewan legislatif, anggaran atau pengukur performa lain yang ditetapkan
management.
f.
Menyampaikan hasil:
hasil dilaporkan dalam laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian
antara asersi dan kriteria yang telah ditentukan. Tujuan pengauditan (pemeriksaan)
adalah untuk menambah kredibilitas pernyataan managemen sehingga pihak yang
berkepentingan dapat memakai informasi dengan penjaminan yang memadai
bahwa informasi tersebut bebas dari salah saji material.
g. Pihak yang berkepentingan:
pihak yang menggunakan laporan audit atau laporan hasil pemeriksaan.
2. Jenis-Jenis Auditor Berdasarkan Organisasinya (Entitas):
Berdasarkan pemberi kerja atau tempat auditor bekerja, auditor dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Akuntan Publik (External Auditor/Independent Auditor)
b. Pemeriksa Internal (Internal Auditor)
c. Auditor Pemerintah (Goverment Auditor): BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan), BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) atau Inspektorat di
Departemen Pemerintah.
B. DASAR-DASAR PEMERIKSAAN KEUANGAN
1. Pengertian, Tujuan dan Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan
Berdasarkan pasal 1 undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pemeriksaan (keuangan negara)
didefinisikan sebagai proses identifikasi masalah, dan evaluasi yang dilakukan secara
independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut ayat 1 pasal 4 Undang-Undang
tersebut, jenis-jenis pemeriksaan adalah Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja,
dan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu. Ayat 2 pasal 4 UU yang sama menyatakan
bahwa pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.
Selanjutnya Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa
pemeriksaan keuangan bertujuan untuk memberikan opini tentang kewajaran laporan
keuangan. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
191
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
(PABU) di Indonesia atau basis komprehensif selain prinsip akuntansi berterima umum
di Indonesia. Selain untuk memberikan opini, pemeriksaan keuangan juga ditujukan
untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kelemahan dalam sistem pengendalian
intern (SPI) serta mengidentifikasi kemungkinan adanya penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundangan, kecurangan (fraud), serta ketidakpatutan (abuse).
Dasar hukum pemeriksaan keuangan meliputi:
a. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
b. Undang Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
c. Undang Undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
d. Undang Undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
e. Undang Undang nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
2. Perbedaan Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan
Dalam praktik, pelaksanaan kegiatan reviu seringkali dianggap memiliki persamaan
dengan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan. Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu
diberikan batasan-batasan yang membedakan antara kegiatan reviu dengan kegiatan
pemeriksaan.
Perbedaan paling utama adalah tujuan pemeriksaan dengan reviu. Tujuan
pemeriksaan (laporan) keuangan yaitu untuk memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, PABU atau
basis akuntansi komprehensif selain PABU di Indonesia. Sedangkan tujuan reviu laporan
keuangan adalah untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa laporan keuangan telah
disusun berdasarkan SPI yang memadai dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan. Oleh karena itu, reviu tidak mencakup suatu pengujian atas validitas
substansi bukti/dokumen sumber seperti perjanjian kontrak pengadaan barang/jasa,
bukti pembayaran/kuitansi, serta berita acara fisik atas pengadaan barang/jasa, dan
prosedur lainnya yang biasanya dilaksanakan dalam sebuah pemeriksaan.
Berbeda dengan pemeriksaan, reviu tidak mencakup pengujian terhadap SPI,
catatan akuntansi, dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan melalui
perolehan bukti, serta prosedur lainnya seperti yang dilaksanakan dalam suatu
pemeriksaan. Sebagai contoh, dalam hal pengadaan barang modal yang nilainya
material, proses reviu hanya meyakinkan bahwa pengadaan barang telah dicatat dalam
Aset Tetap, sedang dalam pemeriksaan, harus dilakukan pengujian bahwa prosedur
pengadaan barang tersebut telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hal lain yang membedakan reviu dengan pemeriksaan adalah pelaksanaan aktivitas.
Reviu dilakukan secara internal, dalam hal ini oleh auditor pada Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP), sedangkan pemeriksaan dilakukan oleh auditor eksternal
yaitu pemeriksa pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI).
Berdasarkan ayat 1 pasal 49 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 60 tahun 2008, APIP
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
192
terdiri dari BPKP; Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern; Inspektorat Provinsi; dan Inspektorat
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, yang melaksanakan reviu atas laporan keuangan
pemerintah daerah adalah Inspektorat Provinsi untuk Laporan Keuangan Pemerintah
Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota untuk Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
3. Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan
Ruang lingkup pemeriksaan meliputi hal-hal berikut ini:

Anggaran dan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan

Posisi aset, kewajiban dan ekuitas

Arus kas dan saldo kas akhir sesuai dengan sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA)
dalam laporan realisasi anggaran dan ekuitas dalam neraca; dan

Pengungkapan informasi yang diharuskan seperti disebutkan dalam SAP.

Selain itu, pemeriksaan juga menguji efektivitas pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaporan keuangan
dalam Laporan Keuangan.
C. STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan
oleh BPK dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
sesuai Peraturan BPK RI nomor 01 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara. SPKN memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan
pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional. Tujuan Standar
Pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi
pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
SPKN ini berlaku bagi:
a.
Badan Pemeriksa Keuangan.
b.
Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan
dan tanggung jawab Keuangan Negara, untuk dan atas nama Badan Pemeriksa
Keuangan.
c.
Aparat Pengawas Internal Pemerintah, satuan pengawasan intern maupun pihak
lainnya dapat menggunakan SPKN sebagai acuan dalam menyusun standar
pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya.
D. METODOLOGI DAN TAHAPAN PEMERIKSAAN KEUANGAN
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
193
1. Metodologi Pemeriksaan
Metodologi pemeriksaan keuangan terdiri dari tiga tahap pemeriksaan, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pemeriksaan meliputi 10 langkah kegiatan, yaitu: (1)
Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan, (2) Pemenuhan
Kebutuhan Pemeriksa, (3) Pemahaman atas Entitas, (4) Pemantauan Tindak Lanjut
Hasil Pemeriksaan Sebelumnya, (5) Pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern,
(6) Pemahaman dan Penilaian Risiko, (7) Penetapan Materialitas Awal dan
Kesalahan Tertoleransi, (8) Penentuan Metode Uji Petik, (9) Pelaksanaan Prosedur
Analitis Awal, dan (10) Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kegiatan
Perseorangan.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pemeriksaan meliputi tujuh langkah kegiatan, yaitu: (1)
Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci, (2) Pengujian Sistem Pengendalian Intern,
(3) Pengujian Substantif Atas Transaksi dan Saldo Akun, (4) Penyelesaian
Penugasan, (5) Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan (TP), (6) Perolehan
Tanggapan Resmi dan Tertulis, dan (7) Penyampaian TP.
c. Tahap Pelaporan
Langkah pelaporan pemeriksaan meliputi lima langkah kegiatan, yaitu: (1)
Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan, (2) Penyampaian Konsep Laporan
Hasil Pemeriksaan kepada Pejabat Entitas Yang Berwenang, (3) Pembahasan
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Pejabat Entitas Yang Berwenang, (4)
Perolehan Surat Representasi, dan (5) Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian
Laporan Hasil Pemeriksaan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
194
Metodologi pemeriksaan tersebut digambarkan oleh BPK-RI dalam Gambar 3.
Gambar 2 Metodologi Pemeriksaan atas LKPD
Gambar: Metodologi Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
2. Asersi Manajemen
Kewajaran laporan keuangan sangat ditentukan kualitas berbagai asersi
manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan karena dalam pelaksanaan
pemeriksaan, tim pemeriksa BPK akan menguji asersi manajemen (Kepala Daerah dan
para Kepala SKPD/SKPKD/PPKD) atas laporan keuangan pemerintah daerah.
Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam
komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit.
Berdasarkan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/K/1III.2/5/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan Badan Pemeriksa
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
195
Keuangan Republik Indonesia, asersi yang diuji mencakup 5 aspek, yaitu: (1) keberadaan
dan keterjadian, (2) kelengkapan, (3) hak dan kewajiban, (4) penilaian dan
pengalokasian, dan (5) penyajian dan pengungkapan.
a. Asersi Keberadaan dan Keterjadian (existence or occurrence) berhubungan
dengan aspek:
•
•
•
Apakah Aset, kewajiban dan ekuitas yang tercantum dalam neraca dan
Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) memang benar-benar ada (exist)
per tanggal neraca
Apakah pendapatan serta belanja yang dilaporkan dalam Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan CaLK memang benar-benar telah terjadi (occurred)
selama periode pelaporan.
Apakah transaksi operasional, investasi, pembiayaan dan transaksi non
anggaran yang mempengaruhi kas yang dilaporkan dalam Laporan Arus
Kas (LAK) dan CaLK memang benar-benar telah terjadi (occurred) selama
periode pelaporan.
b. Asersi Kelengkapan (completeness) berhubungan dengan jaminan bahwa semua
transaksi dan rekening yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan
memang telah tercermin dalam laporan keuangan dan tidak ada hal-hal yang
material (signifikan) yang tertinggal dan tidak diungkapkan.
c. Asersi Hak dan Kewajiban (rights and obligation) berhubungan dengan
keyakinan bahwa Aset yang disajikan dalam laporan keuangan memang benarbenar hak entitas dan bahwaa hutan yang disajikan dalam laporan keuangan
memang benar-benar kewajiban entitas per tanggal laporan keuangan.
d. Asersi Penilaian (valuation) berhubungan dengan keyakinan bahwa akun-akun
yang disajikan dalam laporan keuangan telah mencerminkan nilai yang
semestinya.
e. Asersi Penyajian dan Pengungkapan (presentation and disclosure) berhubungan
dengan jaminan bahwa akun-akun yang disajikan dalam laporan keuangan telah
diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan secara semestinya.
Sebagai contoh, Neraca Kabupaten AAA tanggal 31 Desember 2011 mencantumkan
rekening kas sebesar Rp. 99.800.765.000. Pada hakikatnya manajemen membuat dua
asersi eksplisit (keberadaan dan penilaian), yaitu:
1) Bahwa kas tersebut benar-benar ada pada tanggal 31 Des 2012;
2) Bahwa jumlah kas tersebut yang benar adalah Rp 99.800.765.000.
f. Selain dua asersi eksplisit manajemen juga membuat tiga buah asersi implisit
(kelengkapan, hak dan kewajiban, serta penyajian/pengungkapan) sebagai
berikut:
1) Bahwa semua kas yang seharus dilaporkan memang telah dimasukkan
dalam jumlah tersebut secara lengkap
2) Bahwa semua kas yang dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2012 tersebut
adalah milik Kabupaten AAA
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
196
3) Bahwa tidak ada batasan apapun terhadap penggunaan kas yang dilaporkan
tersebut
E.
TEKNIK PEMERIKSAAN DAN PENGENDALIAN INTERN
Pemeriksaan pada dasarnya dapat diartikan sebagai proses sistematis yang
dikerjakan oeh orang yang independen dan kompeten, untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti, mencocokkan informasi yang terkandung dalam bukti dengan
kriteria yang telah ditetapkan dan melaporkan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Dengan demikian, dalam pemeriksaan diperlukan pengetahuan atas
bukti pemeriksaan, teknik/prosedur untuk mendapatkan bukti, serta jenis-jenis laporan
yang akan dihasilkan.
1. Bukti dan Prosedur Pemeriksaan
Bukti pemeriksaan adalah semua informasi yang digunakan pemeriksa untuk
menentukan apakah informasi yang sedang diperiksa telah dinyatakan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Standar pemeriksaan keuangan menyatakan bahwa bukti
audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diperiksa. Dengan demikian terdapat 2 (dua) sayarat bukti
pemeriksaan yaitu kecukupan dan kompetensi bukti.
Kompetensi bukti adalah tingkat keyakinan bahwa bukti tersebut dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Kompetensi suatu bukti tergantung dari relevansi, pengetahuan
langsung pemeriksa, keaslian bukti, independensi yang menyajikan, kualifikasi individu,
objektifitas, keefektivan pengendalian intern, dan ketepatan waktu.
Jenis-jenis bukti pemeriksaan yang dikumpulkan dan dievaluasi oleh pemeriksa meliputi:
a. Data Akuntansi yang mendasari (underlying accounting data)
yang terdiri atas: jurnal, buku besar, kebijakan akuntansi dan
catatan informal seperti kertas kerja.
b. Bukti atau informasi pendukung dan penguat (Corroborating
information) terdiri atas:
1. Struktur Pengendalian Intern (Internal Control Structure);
jika SPI yang diterapkan adalah baik maka dapat menjadi
bukti yang kuat mengenai keandalan informasi yang
dicantumkan dalam laporan keuangan sehingga jumlah
bukti yang harus dikumpulkan dapat dikurangi, sebaliknya
SPI yang lemah maka jumlah bukti yang dikumpulkan
diperbanyak.
2.
Bukti Analitis (Analytical Evidence): Bukti analitis mencakup
penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan
anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi
ekonomi umum. Bukti analitis menghasilkan dasar untuk
menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam laporan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
197
3.
4.
5.
6.
keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung
pada relevansi data pembanding
Bukti Fisik (Physical Evidence): bukti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan fisik atau inspeksi, misalnya: cashopname, stock-opname sediaan, dan lainnya.Bukti fisik
banyak dipakai dalam verifikasi saldo aset berwujud
terutama kas dan sediaan. Bukti fisik merupakan jenis
bukti yang paling bisa dipercaya.
Bukti Dokumentasi (Documentary Evidence); meliputi
berbagai macam dokumen sumber dan dokumen seperti
notulen rapat, rekening koran bank, kontrak-kontrak
perjanjian, maupun surat representasi. Reliabilitas bukti
dokumenter tergantung sumber dokumen, cara
memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat
dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya
kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan
dokumen.
Konfirmasi (Confirmation): merupakan bukti dokumen
yang termasuk dalam kelompok khusus yang tidak lain
adalah suatu jawaban langsung tertulis dari pihak ketiga
yang dipandang mengetahui atas permintaan tertentu
untuk memberikan informasi yang sesungguhnya. Ada tiga
jenis konfirmasi yaitu:
1. Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang
respondennya
diminta
untuk
menyatakan
persetujuan atau penolakan terhadap informasi
yang ditanyakan.
2. Konfirmasi kosong (Blank confirmation), merupakan
konfirmasi yang respondennya diminta untuk
mengisikan saldo atau informasi lain sebagai
jawaban atas suatu hal yang ditanyakan.
3. Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang
respondenya diminta untuk memberikan jawaban
hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya
terhadap informasi yang ditanyakan.
Pernyataan/Representasi Tertulis (Written Representation):
merupakan pernyataan yang ditandatangani individu yang
bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai
rekening, kondisi, atau kejadian tertentu. Bukti suatu
pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen atau
organisasi klien maupun sumber eksternal termasuk bukti
dari seorang ahli. Representasi tertulis yang dibuat oleh
Auditi merupakan bukti yang berasal dari internal auditan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
198
Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli teknik yang
berkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi
klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga.
7. Bukti Matematis (Mathematical Evidence); perhitungan ulang
secara matematis yang dilakukan auditor, misal
perhitungan kembali depresiasi, perhitungan kembali
taksiran kerugian piutang, dan sebagainya.
8. Bukti Lisan (Oral Evidence); Jawaban secara lisan diterima
oleh auditor pada saat pekerjaan lapangan audit yaitu
dengan mengajukan pertanyaan lisan kepada auditee.
Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi
kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan,
pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim,
kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang
yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban atas pertanyaan
yang dinyatakan merupakan bukti lisan.
9. Bukti Analitis (Analytical Evidence) (Analytical Evidence):
pembandingan antara data tahun ini dengan tahun
sebelumnya, misal menghitung kerugian piutang tahun ini
dan dibandingkan dengan piutang tahun lalu.
10.Bukti elektronik (Electronic Evidence): menyangkut semua
informasi yang dihasilkan atau diperoleh dengan peralatan
elektronik yang digunakan auditor untuk merumuskan
suatu pendapat mengenai suatu asersi.
Untuk mendapatkan bukti-bukti pemeriksaan tersebut diperlukan
prosedur dan teknik-teknik pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan
adalah langkah dan teknik yang diambil pemeriksa selama
pelaksanaan pemeriksaan. Teknik pengujian adalah teknik yang
digunakan auditor untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti audit yang kompeten dan cukup. Terdapat beberapa
prosedur audit yang harus dilaksanakan oleh auditor dalam
memperoleh bukti audit antara lain:
1. Prosedur analitis (analitical procedures): mempelajari dan
membandingkan hubungan antar data dengan
menggunakan rasio atau membandingkan data aktual
dengan tahun lalu (anggaran).
2. Inspeksi (inspecting): mengamati atau memeriksa secara
detil dokumen dan aset berwujud. Biasanya digunakan
dalam mengumoulkan dan mengevaluasi bukti bottomup maupun top-down. Inspeksi dokumen termasuk
menentukan ketelitian faktur atau dokumen kontrak
leasing.
3. Observasi (observing): mengamati suatu pelaksanaan
aktivitas atau proses, untuk melihat bahwa pegawai
telah melakukan tugas kewajibanya sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
4. Konfirmasi (confirming): kegiatan mengajukan pertanyaaan
untuk mendapat informasi kepada pihak ketiga terkait dengan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
199
suatu akun dan permintaan jawaban dikirim langsung ke
auditor.
5. Penelusuran (tracing) yaitu penelusuran secara
mendalam dari dokumen dasar ke catatan akuntansi
(jurnal, buku besar) untuk menentukan bahwa dokumen
dari setiap transaksi telah dicatat.
6. Vouching yaitu penelusuran secara mendalam dari
catatan ke dokumen dasar untuk menentukan validitas
dan akurasi pencatatan transaksi. Prosedur vouching
berlawanan dengan tracing.
7. Wawancara (inquiring): mengajukan pertanyaan baik secara
lisan maupun tertulis kepada auditi atau pihak luar
8. Perhitungan (counting) dilakukan dengan tujuan
mengecek ketelitian penghitungan auditee, misalnya
membuat kembali rekonsiliasi.
9. Pemindaian (scanning) melakukan penelaahan terhadap
dokumen, catatan dan daftar pendukung untuk
mendeteksi adanya elemen-elemen yang memerlukan
penyelidikan.
10. Pelaksanaan ulang (reperforming): melakukan kembali beberapa
aspek dalam proses transaksi tertentu untuk memastikan
kesesuaian dengan prosedur dan SPI yang telah ditetapkan
11. Computer-assisted audit techniques: teknik-teknik yang dapat
dikembangkan dengan bantuan komputer baik perangkat keras
maupun piranti lunak (hardware/software)
2. Pengendalian Intern Dalam Pemeriksaan Keuangan
Pengendalian merupakan proses yang dilakukan oleh manajemen pemerintahan yang
memberikan jaminan memadai bahwa tujuan pemerintahan dapat tercapai.
Pengendalian intern dalam kenyataannya terdiri dari prosedur standar, kebijaksanaan,
struktur organisasi, sistem informasi dan monitoring yang menjamin secara memadai
bahwa tujuan pemerintahan dapat berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis,
peraturan perundangan dipatuhi dan pelaporan disajikan secara handal.
Dalam pemeriksaan keuangan, agar suatu pemeriksaan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien, maka langkah pertama yang harus dilakukan pemeriksa dalam
pekerjaan pemeriksaannya adalah memahami dan menguji berjalannya SPI pada entitas
yang diperiksa. Pemerintah (auditan) harus menjamin SPI yang dibuat sudah efektif agar
opini yang diberikan baik. Pada konteks inilah terdapat hubungan antara pengendalian
intern dengan pemeriksaan. Jika pengendalian intern dianggap efektif oleh pemeriksa,
maka pemeriksa dapat mengurangi aktivitas pelaksanaan pengujian yang ekstensif.
Sebaliknya jika pengendalian intern dianggap lemah, maka pemeriksa harus melakukan
pengujian substantif dengan ekstensif. Dalam kondisi SPI sangat lemah, pemeriksa
dapat memberikan opini tidak memberikan pendapat (disclaimer).
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
200
Unsur-unsur SPI Pemerintah dijelaskan dalam pasal 3 PP 60 tahun 2008:
a. lingkungan pengendalian;
b. penilaian risiko;
c. kegiatan pengendalian;
d. informasi dan komunikasi; dan
e. pemantauan pengendalian intern.”
Walaupun dalam mengevaluasi SPIP, auditor harusnya mengevaluasi keseluruhan
unsur tersebut, namun dalam pelaksanaan pemeriksaannya, pemeriksa lebih banyak
mengevaluasi unsur kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan penilaian
risiko.
F.
TEMUAN DAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
Pada akhir tahap pelaksanaan pemeriksaan keuangan, pemeriksa menyusun
konsep temuan pemeriksaan yang kemudian akan disampaikan kepada pejabat yang
bertanggungjawab untuk mendapatkan tanggapan. Temuan pemeriksaan ini kemudian
akan dimasukkan dalam laporan hasil pemeriksaan.
Temuan Pemeriksaan (TP) atas laporan keuangan yang diperiksa merupakan
permasalahan yang ditemukan oleh pemeriksa yang perlu dikomunikasikan kepada
pihak yang terperiksa. Permasalahan tersebut meliputi:
a. Ikhtisar Koreksi
Ikhtisar Koreksi merupakan rekapitulasi koreksi atau penyesuaian
(adjustments) yang diusulkan tim pemeriksa kepada pemerintah
daerah. Koreksi pemeriksaan yang dimasukkan tersebut merupakan
koreksi terhadap LKPD yang di atas nilai TE dan secara keseluruhan di
atas nilai materialitas. Koreksi pemeriksaan tersebut menggambarkan
penyajian LKPD yang tidak sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan dan kecukupan pengungkapan. Jurnal koreksi hanya pada
akun utama pada LKPD. Penyesuaian pada buku dan sistem akuntansi
dilakukan kemudian. Selain itu, koreksi terhadap kecukupan
pengungkapan merupakan koreksi pada catatan atas laporan keuangan
LKPD.
b. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
Kelompok temuan kelemahan SPI dibagi dalam subkelompok temuan
berikut ini:
1. Temuan kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan
yang mengungkap kelemahan sistem pengendalian terkait kegiatan
pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan yang dapat
mempengaruhi keandalan pelaporan keuangan dan pengamanan
atas aset.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
201
2. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja mengungkap kelemahan pengendalian terkait dengan
pemungutan dan penyetoran penerimaan negara/daerah serta
pelaksanaan program/kegiatan pada entitas yang diperiksa dan
dapat mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan
serta membuka peluang terjadinya ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan
3. Kelemahan struktur pengendalian intern mengungkap kelemahan
yang terkait dengan ada/tidak adanya struktur pengendalian intern
atau efektivitas struktur pengendalian intern yang ada dalam entitas
yang diperiksa dan berpengaruh terhadap efektivitas sistem
pengendalian intern secara keseluruhan.
c. Ketidakpatuhan
undangan
Terhadap
Ketentuan
Peraturan
Perundangan-
Kelompok temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dibagi dalam subkelompok berikut ini:
1. Temuan kerugian negara/daerah atau kerugian negara/daerah yang
terjadi pada perusahaan milik negara/daerah yaitu mengungkap
permasalahan berkurangnya kekayaan negara/daerah atau
perusahaan milik negara/daerah berupa uang, surat berharga, dan
barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan
melawan hukum baik sengaja maupun lalai
2. Temuan potensi kerugian negara/daerah atau kerugian
negara/daerah yang terjadi pada perusahaan milik negara/daerah
yaitu mengungkap adanya suatu perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya
kerugian di masa datang berupa berkurangnya kas, surat berharga,
dan aset nyata dan pasti jumlahnya
3. Temuan kekurangan penerimaan negara/daerah atau perusahaan
milik negara/daerah yang mengungkap adanya penerimaan yang
sudah menjadi hak negara/daerah atau perusahaan milik
negara/daerah tetapi tidak atau belum masuk ke kas negara/daerah
atau perusahaan milik negara/daerah karena adanya unsur
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan
4. Temuan administrasi yang mengungkap adanya penyimpangan
terhadap ketentuan yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran
atau pengelolaan aset maupun operasional perusahaan, tetapi
penyimpangan tersebut tidak mengakibatkan kerugian atau potensi
kerugian negara/daerah atau perusahaan milik negara/daerah, tidak
mengurangi hak negara/daerah, (kekurangan penerimaan), tidak
menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi
tindak pidana.
5. Temuan Indikasi Tindak Pidana mengungkap adanya perbuatan yang
diduga memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang diatur dalam
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
202
peraturan perundang-undangan dan diancam dengan sanksi pidana
dalam peraturan perundang-undangan.
G. TANGGAPAN MANAJEMEN ATAS TEMUAN
Setelah draft Temuan Pemeriksaan disusun oleh pemeriksa, maka langkahlangkah berikutnya atas Temuan Pemeriksaan meliputi:
1. Pembahasan Konsep Temuan Pemeriksa dengan Pejabat Entitas yang Berwenang
Setelah Konsep Temuan Pemeriksaan disampaikan ketua tim pemeriksa kepada
pemerintah daerah, tim pemeriksa membahas temuan tersebut dengan pejabat
pemerintah daerah yang berwenang antara lain kepala daerah/sekretaris daerah
atau PPKD.
2. Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis
Pemeriksa memperoleh tanggapan resmi dan tertulis atas Konsep Temuan
Pemeriksaan dari pejabat pemerintah daerah yang berwenang dalam hal ini kepala
daerah/sekretaris daerah atas nama kepala daerah. Tanggapan tersebut akan
diungkapkan dalam Temuan Pemeriksaan atas LKPD.
3. Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas LKPD
Pemeriksa dalam hal ini Ketua Tim menyampaikan Temuan Pemeriksaan atas LKPD
kepada kepala daerah dan/atau sekretaris daerah. Penyampaian Temuan
Pemeriksaan atas LKPD tersebut merupakan akhir dari pekerjaan lapangan
pemeriksaan LKPD. Hal ini merupakan batas tanggung jawab pemeriksa terhadap
kondisi laporan keuangan yang diperiksa.
Pemeriksa tidak dibebani tanggung jawab atas suatu kondisi yang terjadi setelah
tanggal pekerjaan lapangan tersebut. Oleh karena itu, tanggal penyampaian temuan
pemeriksaan tersebut merupakan tanggal laporan hasil pemeriksaan atau tanggal surat
representasi pemerintah daerah.
H. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
Hasil pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa dituangkan
secara tertulis ke dalam suatu bentuk laporan yang disebut dengan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP). LHP merupakan bukti penyelesaian penugasan bagi pemeriksa yang
dibuat dan disampaikan kepada Pemberi Tugas, yakni BPK-RI.
Laporan tertulis berfungsi untuk: (1) Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan
kepada pejabat pemerintah, yang berwenang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku; (2) Membuat hasil pemeriksaan terhindar kesalah pahaman; (3)
Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi
terkait dan (4) Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan
perbaikan yang semestinya telah dilakukan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
203
1. Jenis-jenis Laporan Hasil Pemeriksaan
Dalam pemeriksaan tahunan atas laporan keuangan pemerintah daerah, Badan
Pemeriksa Keuangan akan menerbitkan laporan hasil pemeriksaan (LHP), yang terdiri
dari:
a. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
LHP menyatakan opini BPK-RI atas kewajaran Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD). Opini pemeriksaan BPK terhadap LKPD menggunakan opini standar
sesuai Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara, yaitu:
1) Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa,
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, realisasi
anggaran, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan
(SAK) di Indonesia.
2) Wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Pendapat wajar dengan
pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, realisasi
anggaran, dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia, kecuali dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan.
3) Pendapat tidak wajar (adverse opinion). Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa
laporan keuangan entitas yang diperiksa tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, realisasi anggaran, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia.
4) Menolak memberikan pendapat (disclaimer opinion). Pernyataan tidak
memberikan pendapat menyatakan bahwa pemeriksa tidak memberikan pendapat
atas laporan keuangan, jika bukti pemeriksaan tidak cukup untuk membuat
kesimpulan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
204
Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) terhadap laporan
keuangan Pemerintah
Kota/Kabupaten tidak menjamin
pejabat daerah itu bebas dari
kasus korupsi. Opini WTP hanya
penilaian atas baiknya tata kelola
keuangan yang dilakukan oleh
pemprov/pemkot/pemkab. WTP
tidak menjamin tidak ada
korupsi.
Sumber: http://inspektorat.purworejokab.go.id/wtp-bukan-berarti-bebas-korupsi/,
2012
Perkembangan opini pemeriksaan BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4 Perkembangan Pemberian Opini BPK 2006-2012
OPINI
LKPD
JUMLAH
WTP
%
WDP
%
TW
%
TMP
%
2006
3
1
327
28
28
6
105
23
463
2007
4
1
283
59
59
13
123
26
469
2008
12
3
323
31
31
6
118
24
485
2009
15
3
330
65
48
10
111
22
504
2010
34
7
341
66
26
5
115
22
516
2011
67
13
349
67
8
2
96
18
520
2012
113
27
267
64
4
1
31
8
415
Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK RI
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
205
Sesuai dengan hal di atas, maka selain kesesuaian dengan standar akuntansi
pemerintahan dan kecukupan pengungkapan, opini didasarkan pula kepada kepatuhan
perundang-undangan dan efektivitas sistem pengendalian intern yang berpengaruh
terhadap laporan keuangan. Laporan yang memuat kepatuhan dan sistem pengendalian
intern dapat dilaporkan terpisah.
b. Laporan Kepatuhan atas Pengendalian Intern
Pemeriksa harus melaporkan kelemahan pengendalian intern atas pelaporan
keuangan yang dianggap sebagai “kondisi yang dapat dilaporkan”. Beberapa contoh
“kondisi yang dapat dilaporkan” seperti yang dirumuskan dalam SPAP adalah sebagai
berikut:
1) Tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan pengendalian yang
layak.
2) Tidak ada reviu dan persetujuan yang memadai untuk transaksi, pencatatan
akuntansi atau output dari suatu sistem.
3) Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan Aset.
4) Bukti kelalaian yang mengakibatkan kerugian, kerusakan atau penggelapan Aset.
5) Bukti bahwa suatu sistem gagal menghasilkan output yang lengkap dan cermat
sesuai dengan tujuan pengendalian yang ditentukan oleh entitas yang diperiksa,
karena kesalahan penerapan prosedur pengendalian.
6) Bukti adanya kesengajaan mengabaikan pengendalian intern oleh orang-orang yang
mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan kegagalan tujuan menyeluruh
sistem tersebut.
7) Bukti kegagalan untuk menjalankan tugas yang menjadi bagian dari pengendalian
intern, seperti tidak dibuatnya rekonsiliasi atau pembuatan rekonsiliasi tidak tepat
waktu.
8) Kelemahan dalam lingkungan pengendalian, seperti tidak adanya tingkat kesadaran
yang memadai tentang pengendalian dalam organisasi tersebut.
9) Kelemahan yang signifikan dalam desain atau pelaksanaan pengendalian intern
yang dapat mengakibatkan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berdampak langsung dan material atas laporan keuangan.
10) Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk sistem informasi
pemantauan tindak lanjut untuk secara sistematis dan tepat waktu memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam pengendalian intern yang sebelumnya telah
diketahui.
Dalam melaporkan kelemahan pengendalian intern atas pelaporan keuangan,
pemeriksa harus mengidentifikasi “kondisi yang dapat dilaporkan” yang secara sendirisendiri atau secara kumulatif merupakan kelemahan yang material. Pemeriksa harus
menempatkan temuan tersebut dalam perspektif yang wajar.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
206
c. Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundangan, Kecurangan (fraud) dan
Ketidakpatutan (abuse)
Standar Pemeriksaan mengharuskan pemeriksa untuk melaporkan kecurangan dan
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan kepada pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BPK. Dalam hal pemeriksa
menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi, maka BPK harus
menanyakan kepada pihak yang berwenang tersebut dan atau kepada penasihat hukum
apakah laporan mengenai adanya informasi tertentu tentang penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut akan mengganggu suatu proses
penyidikan atau proses peradilan. Apabila laporan hasil pemeriksaan akan mengganggu
proses penyidikan atau peradilan tersebut, BPK harus membatasi laporannya, misalnya
pada hal-hal yang telah diketahui oleh umum (masyarakat).
Selain ketiga laporan tersebut di atas, BPK dapat menyampaikan laporan tambahan
sesuai dengan kebutuhan. Contoh: pemeriksa dapat menyampaikan hasil transparansi
fiskal pada pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
2. Langkah-langkah Penyusunan dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan
yaitu:
Pelaporan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan meliputi lima langkah,
1. Penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan. Konsep laporan hasil pemeriksaan
disusun oleh ketua tim pemeriksa dan disupervisi oleh pengendali teknis.
2. Penyampaian konsep laporan hasil pemeriksaan kepada Pejabat Entitas yang
Berwenang. Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab harus disampaikan
kepada pimpinan entitas sebelum batas akhir waktu penyampaian Laporan
keuangan yang telah diperiksa sesuai ketentuan yang berlaku bagi entitas.
3. Pembahasan konsep hasil pemeriksaan dengan Pejabat Entitas yang Berwenang.
Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab dibahas bersama dengan
pimpinan entitas yang diperiksa.
4.
Perolehan surat representasi, dan
5. Penyusunan konsep akhir dan penyampaian laporan hasil pemeriksaan. Langkah ini
terdiri dari dua kegiatan, yaitu: (1) Penyusunan konsep akhir LHP, dan (2)
Penyampaian LHP kepada pihak-pihak yang diwajibkan sebagaimana ditetapkan
dalam peraturan perundangan.
3. Surat Representasi
Sesuai SPAP SA Seksi 333 [PSA No.17] Representasi Manajemen, pemeriksa harus
memperoleh surat representasi yang dilampiri dengan LKPD yang akan disampaikan
Kepala Daerah kepada DPRD. Surat representasi tersebut menggambarkan representasi
resmi dan tertulis dari pemerintah daerah atas berbagai keterangan, data, informasi,
dan laporan keuangan yang disampaikan selama proses pemeriksaan berlangsung. Surat
tersebut merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah daerah.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
207
Hal tersebut akan mempengaruhi opini. Apabila surat representasi dan
lampirannya tidak diperoleh sampai dengan penerbitan laporan hasil pemeriksaan,
ketua tim pemeriksa dan atau pengendali teknis menyampaikan laporan hasil
pemeriksaan dengan opini tidak dapat menyatakan pendapat kepada penanggung
jawab untuk disetujui. Surat tersebut harus ditandatangani kepala daerah dan diberi
tanggal yang sama dengan tanggal pembahasan konsep LHP atau tanggal LHP.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
208
Contoh Surat Representasi dapat dilihat pada halaman berikut:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
209
I.
KOMUNIKASI DALAM PEMERIKSAAN
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
210
Interaksi antara auditor dengan auditan dan dengan pihak lain memerlukan
komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam
pemeriksaan. Komunikasi dalam pemeriksaan dimulai dari saat pertama kami
mendatangi auditan untuk memperkenalkan diri hingga auditor menyerahkan laporan
hasil pemeriksaan, bahkan diteruskan hingga pemantauan tindak lanjut hasil
pemeriksaan. Dengan demikian, sepanjang proses pemeriksaan yang dilakukannya,
seorang pemeriksa memerlukan keterampilan berkomunikasi untuk menghasilkan
pemeriksaan yang terbaik.
1. Pengertian dan Tujuan Komunikasi Dalam Pemeriksaan
Komunikasi adalah bagian integral dalam pemeriksaan yaitu mulai dari
perencanaan penugasan, pelaksanaan pengujian hingga pemantauan tindak lanjut.
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai transmisi informasi dan pemahaman melalui
penggunaan simbol-simbol biasa atau umum. Proses komunikasi merupakan tahaptahap antara komunikator dengan komunikan yang menghasilkan pentransferan dan
pemahaman makna. Proses komunikasi meliputi 5 (lima) bagian, yakni: sumber
komunikasi (komunikator); pesan; penerima (komunikan); media dan efek.
Penjelasan:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
211
Komunikator
Orang yang menyampaikan pesan
Pesan
Dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, himbauan dan
anjuran dengan bantuan bahasa, gerak-gerik, ekspresi wajah,
gambar, warna dan isyarat lainnya.
Komunikan
Orang yang menerima pesan
Media
Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh
tempatnya atau banyak jumlahnya.
Efek
Dampak sebagai pengaruh dari pesan.
Dengan menerapkan keterampilan berkomunikasi, pelaksanaan pemeriksaan akan
berjalan secara efektif (dapat mencapai hasil-hasil yang diinginkan) dan efisien (proses
pemeriksaan berlangsung lancar sehingga sumber daya benar-benar digunakan untuk
mencapai tujuan pemeriksaan itu). Komunikasi selama pelaksanaan pemeriksaan terjadi
antara tiga pihak, yaitu: komunikasi pemeriksa dengan rekan satu tim; komunikasi
pemeriksa dengan pihak auditi; dan komunikasi pemeriksa dengan pihak-pihak luar.
2. Komunikasi Antara Pemeriksa dengan Auditi
Interaksi antara pemeriksa dengan auditan, pada umumnya terjadi dalam
kegiatan-kegiatan tersebut:
a. Pada saat memperkenalkan diri dan menyerahkan surat tugas audit
b. Pada saat mengumpulkan informasi umum
c. Pada saat mengumpulkan bukti-bukti audit
d. Pada saat akan berhubungan dengan pihak ketiga
e. Pada saat membicarakan temuan hasil audit
f.
Pada saat pemantauan tindak lanjut.
Pemeriksa dituntut untuk mengadakan hubungan insani dengan auditan.
Hubungan insani tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya saling menyakiti tetapi
saling menghargai, tanpa saling merugikan tetapi berusaha untuk sama-sama
merasakan manfaat dari hasil kerjasamanya. Seorang pemeriksa harus berkomunikasi
secara etis, ramah, sopan, menghargai dan menghormati orang lain. Auditan janganlah
dipandang sebagai objek, melainkan sebagai subjek atau individu yang memiliki
kepribadian tersendiri. Dengan diciptakannya hubungan insani oleh pemeriksa,
diharapkan pemeriksa dan auditan merasa puas dengan pemeriksaan yang dilakukan
dan auditan percaya dengan fungsi pemeriksaan.
Salah satu persyaratan untuk dapat mempraktikan hubungan insani, adalah
mengetahui tentang psikologi, khususnya mengenai perilaku seseorang di dalam
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
212
lingkungannya. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam hubungan
psikologis antara pemeriksa dengan auditan adalah:
a.
Bahwa setiap manusia pada dasarnya selalu ingin diperlakukan secara terhormat
dan ingin selalu dihargai.
b.
Bahwa manusia itu satu sama lain berbeda.
c.
Bahwa setiap tingkah laku manusia mempunyai tujuan tertentu, misalnya untuk
dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhannya, walaupun kebutuhan itu tidak
selalu merupakan hal yang harus diperoleh, tetapi sesuatu yang mereka inginkan.
Dalam hal ini seorang pemeriksa yang baik akan selalu berusaha untuk
mengetahui kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diingini auditan, supaya dapat
memberikan motivasi yang tepat untuk bisa bekerjasama
d.
Bahwa setiap orang mempunyai keinginan untuk dapat memilih serta bekerja
sesuai dengan kehendaknya serta perasaannya.
Pemeriksa seyogyanya menempatkan auditi sebagai subjek atau rekan kerja
untuk membangun komunikasi dan suasana psikologis yang baik, sehingga
proses pemeriksaan dapat berjalan efektif dan efisien
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Pemeriksaan
Dalam praktik banyak faktor yang mempengaruhi hubungan (komunikasi) antara
pemeriksa dan auditi yang dapat dikelompokkan dalam:
a. Peran. Sesuai dengan fungsinya, pemeriksa mempunyai kewenangan untuk
melakukan verifikasi atas dokumen, wawancara, konfirmasi, inspeksi dan lain-lain
terhadap auditan. Oleh karena itu auditan mempunyai kewajiban untuk
memberikan informasi dan melayani pemeriksa sehingga situasi ini memberikan
keuntungan bagi auditor berupa “conformity pressure” kepada auditi.
b. Image. Image yang positif adalah bahwa seorang pemeriksa harus jujur, tegas dan
menjunjung tinggi kebenaran.
c. Atribut Pribadi. Pangkat/Jabatan, pendidikan, usia, penampilan, pengalaman dan
prestasi merupakan atribut-atribut pribadi yang dapat memberikan pengaruh positif
ataupun negatif dalam hubungan antara pemeriksa dan auditan.
d. Atribut Organisasi. Atribut organisasi pertama yang dapat memberikan pengaruh
adalah kedudukan hirarkis organisasi. Semakin tinggi kedudukan organisasi
pemeriksaan (unit pemeriksa), makin tinggi pula nilai yang diberikan oleh auditan.
e. Perilaku. Dalam mendapatkan informasi dari auditan maka pemeriksa harus
memperhatikan faktor perilaku seperti sopan, halus dalam tutur kata, hormat pada
orang lain, sikap rukun, tahu diri, simpatik dan mudah menolong.
f.
Jenis-jenis Pemeriksaan. General audit akan memberikan respon yang sewajarnya
dari auditan daripada pemeriksaan khusus yang diarahkan untuk menemukan
kecurangan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
213
g. Temuan Pemeriksaan. Apabila selama pemeriksaan pemeriksa menemukan sesuatu
yang dapat mengancam kedudukan auditan maka besar kemungkinan auditan akan
bersikap bermusuhan.
h. Kebijaksanaan Pemerintah. Dalam hal ini kebijakan yang menekankan pentingnya
pengawasan melekat dan pengawasan fungsional berdampak conformity pressure.
i.
Suasana Setempat. Pemeriksa yang menghadapi auditan di daerah (dimana
kepatuhan terhadap birokrasi masih sangat tinggi) umumnya akan diterima dan
dilayani dengan baik.
Penting untuk dicatat bahwa semua faktor-faktor diatas tidak terlepas dari
pengaruh budaya nasional, lokal dan budaya organisasi.
4. Kiat-kiat Menghadapi Pemeriksa
Menghadapi pemeriksa jangan menjadi beban, sebab mereka pun juga manusia,
seorang pekerja yang sedang menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa. Berikut ini
beberapa kiat menghadapi pemeriksa:
a. Pemeriksa adalah tamu organisasi, sambut seperti laiknya menyambut tamu.
Buatlah pemeriksa senyaman mungkin saat berkunjung. Image anda sebagai tuan
rumah yang baik akan membekas di benak pemeriksa, sehingga awal kebaikan inilah
yang akan membuka kebaikan-kebaikan lainnya.
b. Pemeriksa adalah manusia, jadi tidak perlu kita takut karenanya.
Saat berkenalan atau jeda tanyakan hal-hal kecil mengenai pemeriksa seperti tinggal
dimana, keluarganya, dan sebagainya untuk mencairkan suasana dan membuat
proses pemeriksaan berjalan dengan lebih santai.
c. Identifikasi kriteria yang akan dijadikan acuan pemeriksa sehingga wajib diketahui
oleh auditan.
Kriteria yang dijadikan acuan pemeriksa dalam pemeriksaan tergantung dari tujuan
pemeriksaan. Dalam pemeriksaan keuangan kriteria tersebut meliputi:
a. Standar akuntansi pemerintahan (SAP)
b. Sistem pengendalian intern pemerintahan (SPIP)
c. Peraturan-peraturan perundangan yang menaungi dan wajib ditaati oleh
entitas yang sedang diperiksa
Pahamilah dengan baik dokumen-dokumen di atas dan pastikan anda memahami
betul standar, prosedur dan peraturan yang tertuang.
d. Identifikasi/kuasai seluk-beluk proses operasional entitas.
Pahami dengan baik keseluruhan proses operasional organisasi anda. Bila perlu
gunakan diagram alir (flow chart) untuk membantu anda dalam memetakan input–
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
214
proses – output organisasi anda. Biasanya pemeriksa akan betul-betul menanyakan
anda tentang ketiga tahapan ini. Karena dari situ pemeriksa mengetahui apa yang
sebetulnya menjadi tugas dan wewenang anda serta dokumen atau prosedur serta
rekaman apa yang harusnya anda miliki. Ingat, pemeriksa adalah orang luar
organisasi yang tidak memahami tugas dan wewenang anda kecuali dari apa yang
anda utarakan.
e. Setiap proses memiliki bukti berupa kuitansi, catatan, laporan, sertifikat dan
sebagainya. Persiapkan semua sesuai dengan prosesnya.
Pastikan anda memiliki bukti pelaksanaan untuk setiap proses yang dilakukan. Susun
rekaman tersebut dan letakkan di tempat yang rapi dan mudah anda cari, karena
kemampuan telusur (traceability) merupakan salah satu tolok ukur dalm
pemeriksaan.
f.
Jawab pertanyaan pemeriksa dengan memberikan fakta dan data, sehingga bagi
pemeriksa fakta dan data tersebut dapat dijadikan dasar untuk memberikan saran
perbaikan dan penyempurnaan.
Biasakan untuk menjawab pertanyaan pemeriksa dengan bukti, bukan sekedar
jawaban lisan semata. Artinya, jika pemeriksa bertanya tentang tugas dan tanggung
jawab anda, sangat dianjurkan untuk menjelaskan hal tersebut sambil menunjukkan
uraian tugas (job description) anda. Hindari asumsi atau jawaban asal-asalan yang
membuat pemeriksa berpikiran Anda bukanlah orang yang jujur.
Meskipun demikian, rasanya tidak mungkin jika auditan diperiksa tanpa adanya
temuan. Temuan yang perlu anda hindari adalah temuan yang bersifat signifikan.
Adapun temuan minor sebisa mungkin Anda tekan dengan betul-betul memahami dan
menerapkan persyaratan yang diminta oleh SPIP. Anggaplah temuan minor dari
pemeriksa sebagai bahan perbaikan di masa mendatang.
5. Pendekatan Dalam Menyelesaikan Temuan
Selain kita-kiat umum dalam menghadapi pemeriksa sebagaimana tersebut
diatas, berikut ini kiat-kiat untuk menyelesaikan temuan. Perlu diketahui bahwa
walaupun seharusnya pemeriksa memiliki karakteristik kualitas yang tinggi, dalam
praktik tidak selalu demikian adanya. Berikut ini merupakan kondisi yang bisa saja
terjadi:
a)
Pemeriksa juga manusia yang bisa saja salah.
b)
Menurut auditan umumnya pemeriksa dianggap lebih ahli daripada auditan
walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian.
c)
Temuan kadang tidak didasarkan pada bukti yang kuat, lengkap dan relevan
serta argumentasi logis.
d)
Temuan terkadang tidak jelas kriteria yang digunakan.
e)
Temuan yang buktinya lemah bisa menjadi fitnah dan berpotensi menjadi
pembunuhan karakter pihak tertentu.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
215
f)
Pemeriksa terkadang memiliki kepentingan finansial kepada auditan. Misalnya
pemeriksa ingin menjual jasa tertentu kepada auditan dengan menggunakan
perusahaan lain.
g)
Pemeriksa memiliki kewenangan yang kuat sehingga pemeriksa terkadang
arogan dan tidak mau menerima kebenaran
Dengan demikian penyelesaian temuan sebaiknya harus berhati-hati jangan sampai
justru menimbulkan permasalahan lain yang lebih serius. Kelemahan mendasar dalam
sistem pemeriksaan keuangan oleh BPK adalah tidak terdapatnya mekanisme check and
balance. BPK yang membuat standar pemeriksaan, yang melaksanakan, dan mengawasi
pelaksanaan standar tersebut. Sehingga jika terjadi perbedaan pendapat antara
pemeriksa dengan auditan maka kemungkinan besar yang dianggap benar adalah
pemeriksa. Auditan dapat saja mengajukan keberatan kepada struktur internal BPK baik
kepada pengendali teknis, kepada penanggung jawab maupun Majelis Kehormatan
Dewan Etik. Seharusnya terdapat dewan kehormatan yang mengawasi pelaksanaan
standar ini berada di luar organisasi BPK yang merupakan organisasi independen untuk
mengawasi pelaksanaan standar dan menjadi organisasi yang dapat menyelesaikan
perbedaan antara pemeriksa dan auditan.
Beberapa pendekatan dan cara-cara praktis penyelesaian temuan adalah:
a. Penjelasan Sebagai Pembelaan
Temuan material dapat diselesaikan tanpa menjatuhkan sanksi kepada auditan
melalui penjelasan sebagai pembelaan. Misalnya pemeriksa mendapatkan temuan
sementara bahwa saat mobil dinas dicat di bengkel ternyata masih terdapat
pengeluaran BBM untuk kendaraan dinas tersebut. Setelah dilakukan wawancara
diperoleh penjelasan bahwa selama mobil dinas tersebut dikerjakan proses
pengecatannya di bengkel, ternyata oleh pihak bengkel, auditan diberi pinjaman mobil
untuk kelancaran operasi auditan yang bersangkutan. Oleh karena itu bukti pendukung
berupa surat dan catatan dari bengkel atau atasan langsungnya mengenai peminjaman
kendaraan pengganti tersebut dapat menjadi bukti tambahan bahwa pengeluaran BBM
pada masa pengecatan tidaklah mengada-ada.
Contoh lain misalnya kasus temuan berupa pembangunan gedung kantor ternyata
menggunakan atap dari kayu yang masih muda. Sehingga gedung tersebut baru setahun
dipakai atapnya sudah hampir patah. Akibatnya biaya pemeliharaan gedung pada tahun
kedua meningkat. Pemeriksa melihat hal tersebut sebagai kejanggalan sehingga meneliti
secara detil dan diketahui bahwa kayu untuk atap sebagian ternyata masih merupakan
kayu yang masih muda. Hal ini terjadi karena pengawas (supervisor) bangunan secara
tidak sengaja menerima kayu yang masih muda tersebut. Tanggung jawab ini tidak
hanya terkena pada supervisor yang bersangkutan saja tetapi secara tanggung renteng
juga mengenai atasannya kecuali jika atasan yang bersangkutan telah melakukan
pengendalian intern yang cukup. Jika atasan yang bersangkutan misalnya menunjukkan
bukti bahwa dia telah membuat kebijakan pencegahan melalui organisasi, prosedur,
pencatatan, otorisasi dan lain-lain bahwa kayu yang masih muda tidak boleh diterima
maka atasan yang bersangkutan dapat terbebas dari tanggung renteng.
b. Janji Auditi Melakukan Perbaikan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
216
Jika temuan yang diajukan oleh pemeriksa menyangkut perbaikan SPI maka jika
auditan meyakini bahwa pemeriksa memang benar dan beralasan kuat maka auditan
dapat berjanji melakukan perbaikan. Misalnya jika terdapat prosedur yang kurang baik
dalam pembayaran gaji anggota DPRD, maka auditan dapat berjanji bahwa kejadian
tersebut tidak akan diulangi di masa yang akan datang. Lebih lanjut, pada bulan
Desember tahun 2012 pemegang kas telah menerima SPM Gaji untuk bulan Januari
tahun 2013. SPM ini harusnya dicairkan pada tahun 2013. Akan tetapi pemegang kas
mencairkannya pada akhir Desember 2012 dengan alasan bahwa pada tanggal 1 Januari
merupakan tahun baru dan bank libur. Tidak ada kerugian negara, tetapi gaji ini harus di
bebankan pada laporan realisasi anggaran pada tahun 2012. Pemeriksa menemukan
kejadian ini dan membuat management letter bahwa hal tersebut tidak terjadi lagi di
masa yang akan datang.
Contoh lain, misal ditemukan oleh pemeriksa bahwa pemerintah daerah tidak
memiliki Kartu Aset Tetap sehingga semua aset tetap yang dimiliki tidak tercatat dengan
baik. Akibatnya aset tetap tersebut mudah sekali hilang atau digelapkan. Temuan seperti
ini dapat diselesaikan dengan janji melakukan perbaikan atas SPI.
c. Perbaikan Atas Temuan Administratif Pelaporan
Jika temuan pemeriksa merupakan temuan administratif misalnya terjadi kesalahan
pencatatan dan pelaporan yang tidak menimbulkan kerugian negara, maka auditan
dapat langsung menerima temuan tersebut jika memang demikian adanya. Temuan
seperti ini lazim sekali terjadi dalam pemeriksaan keuangan. Misalnya laporan realisasi
anggaran satker terjadi kesalahan pencatatan rekening. Biaya foto copy dibebankan ke
rekening biaya ATK. Koreksi semacam ini lazim dan tidak perlu dipermasalahkan selama
memang ini benar adanya.
d. Penyelesaian di Tempat
Jika terdapat kerugian negara misalnya jika kesalahan ini bukan kesengajaan maka
auditan dapat melakukan pembayaran ke kas daerah atau pemerintah pada saat proses
pemeriksaan dilakukan. Dengan demikian pemeriksa dapat mengeluarkan temuan
tersebut dari laporan hasil pemeriksaan. Akan tetapi jika kesalahan ini mengandung
unsur kecurangan maka pemeriksa dapat memandang kasus tersebut sebagai kasus
korupsi dan terdapat unsur tindak pidana. Hanya saja, beda kesalahan dengan
kecurangan adalah tipis. Kecurangan adalah kesalahan yang disengaja dan ada unsur
merugikan negara. Sedangkan kesalahan adalah hal yang tidak disengaja mungkin
karena auditan tidak memahami peraturan perundangan yang berlaku.
6. Memenangkan Negosiasi Dengan Pemeriksa
Setelah segala jenis bahan pembelaan telah disiapkan dan argumentasi yang kuat
telah disusun maka selebihnya adalah bagaimana auditan mampu memenangkan
negosiasi dengan pemeriksa. Berikut kiat-kiat memenangkan negosiasi dengan
pemeriksa:
a. Terlebih dahulu kenali:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
217

siapa saja yang akan menjadi lawan bicara, sifat dan kepribadian, ego,
bagaimana tingkat sensitifitas dan sebagainya.

posisi atau jabatan mereka dalam organisasi.

seberapa besar pengaruh masing-masing orang dalam masalah pokok yang
menjadi agenda pembahasan.

apakah hadirin merupakan pengambil keputusan atau bukan.
b. Kemampuan kita untuk memilih lingkungan yang tepat

Lokasi yang tepat

Suasana yang hangat

Posisi masing-masing pihak
c. Mulai dengan kalimat-kalimat hangat dan bersahabat untuk mencairkan suasana
sebelum negosiasi berlangsung.
d. Hindarkan negosiasi yang konfrontatif
Konfrontasi terkadang tidak menyelesaikan masalah. Pemeriksa kadang merasa
terhina jika auditan terlalu lugas dalam menyangkal temuan pemeriksa walaupun
yang disampaikan oleh auditan benar adanya.
e. Berpura-pura bodoh itu kadang pintar
Dengan beberapa pengecualian, manusia cenderung membantu orang yang mereka
anggap kurang pintar daripada mengambil keuntungan dari mereka. Kadang dengan
berpura-pura bodoh kita diberikan waktu untuk memikirkan kembali dan waktu itu
kita gunakan untuk mengumpulkan informasi dan meneliti lagi lebih mendalam.
f.
Jangan biarkan pihak pemeriksa menjadi notulis
Pada waktu berdiskusi dan bernegosiasi tidak semua hal dibicarakan dalam
komunikasi verbal. Karena itu ada baiknya auditan yang menulis notulen.
g. Pelajari dulu dengan seksama lingkup pekerjaan dan kontrak yang dibuat. Pekerjaan
yang tidak terdapat dalam kontrak tetapi dilaksanakan oleh pihak ketiga dalam
kenyataan, cenderung tidak dianggap sebagai penambah komponen biaya oleh
pemeriksa. Sebaliknya, pekerjaan yang ada dalam kontrak tetapi tidak dilaksanakan
oleh pihak ketiga akan menjadi kerugian negara.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
218
LEMBAR KERJA PESERTA
(LKP)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
219
SOAL TOPIK II
1. Soal Latihan Persamaan Dasar akuntansi
Berikut di bawah ini disajkan data Neraca Awal Pemerintah Kabupaten Mudah
Sekali:
Kode Akun
111
113
116
117
131
132
133
137
211
214
215
221
Nama Akun
Saldo
Kas
Piutang Pendapatan
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Akumulasi Penyusutan
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Beban
Utang Dalam Negeri
100
200
80
50
1.000
2.000
5.000
800
150
300
250
2.500
Saudara diminta:
Susunlah Neraca Awal Kabupaten Mudah Sekali dengan menuliskan kode dan nama
akun beserta saldonya ke dalam format Neraca sebagai berikut:
Kode
Akun
Nama Akun
Kode
Akun
Saldo
ASET
Nama Akun
Saldo
KEWAJIBAN
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
EKUITAS
...
...
220
Kode
Akun
Nama Akun
Kode
Akun
Saldo
Total Aset
...
Nama Akun
Saldo
Total Kewajiban
dan Ekuitas
...
2. Soal Latihan Siklus Akuntansi (Akuntansi SKPD)
Pemkab Aman Sentosa mulai menerapkan akuntansi berbasis akrual berdasarkan PP
No. 71 Tahun 2010 dan Permendagri 64 tahun 2013. Berikut ini adalah data
akuntansi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pemkab Aman Sentosa.
NERACA AWAL TAHUN
Pemkab Aman Sentosa
Dinas Kesehatan
Neraca
Per 1 Januari 2014
(dalam ribuah rupiah)
ASET
Aset Lancar
Kas *)
Persediaan
Total Aset Lancar
Aset Tetap
Tanah
Gedung dan Bangunan
Peralatan dan Mesin
Total Aset Tetap
Rp
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
1.500
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
500
2.000
EKUITAS
Ekuitas**
250.000
240.000
149.000
639.000
Rp
1.500
639.500
TOTAL ASET
641.000 TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS
641.000
*) Kas merupakan Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan potongan PPh/PPN yang
belum disetor ke Kas Negara s/d akhir tahun
**)Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana Lancar,
Ekuitas Dana Diinvestasikan, dsb., karena akun Ekuitas di sini sudah merupakan Ekuitas
yg bersifat full accrual.
RINGKASAN DPA
Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Kesehatan untuk T.A. 2014
adalah sbb.:
Uraian
Retribusi
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Jumlah
Rp 24.000.000
221
Belanja
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Total Belanja Langsung
Total Belanja
Rp 1.500.000.000
Rp 65.000.000
150.000.000
120.000.000
Rp 335.000.000
Rp 1.835.000.000
TRANSAKSI
Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2014 di
Dinas Kesehatan diringkaskan sbb:
a) Bendahara pengeluaran menyetorkan potongan PPh/PPN sebesar Rp1.500.000
ke rekening Kas Negara, berdasarkan bukti transaksi berupa SSP (Surat Setoran
Pajak Pusat).
b) Bendahara pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari BUD sebesar
Rp50.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D UP.
c) Total realisasi belanja gaji dan tunjangan selama setahun sebesar
Rp1.487.500.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Gaji dan Tunjangan.
d) Total realisasi belanja modal yang seluruhnya untuk pengadaan peralatan dan
mesin sebesar Rp110.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Belanja
Barang dan Jasa.
e) Total realisasi belanja barang dan jasa berupa ATK yang dibayar secara UP
sebesar Rp25.000.000 dan sudah diterbitkan SP2D-GU nya.
f) Surat Ketetapan Retribusi (SKR) yang diterbitkan selama T.A 2014 sebesar
Rp27.000.000. Dari jumlah tersebut, pendapatan retribusi yang diterima
bendahara penerimaan sebesar Rp25.500.000. Pendapatan tsb telah disetor
seluruhnya ke rekening Kas Daerah, berdasarkan bukti transaksi berupa STS (Surat
Tanda Setoran).
g) Sisa UP disetor seluruhnya pada akhir tahun ke rekening Kas Daerah berdasarkan
bukti transaksi berupa STS.
DATA PENYESUAIAN AKHIR TAHUN
h) Persediaan yang masih tersisa pada akhir tahun diestimasi sebesar Rp1.000.000.
i)
Penyusutan aset tetap Gedung dan Bangunan disusutkan sebesar Rp6.000.000,
sedangkan peralatan dan mesin disusutkan sebesar Rp31.900.000.
j)
Tagihan belanja barang dan jasa berupa belanja langganan daya dan jasa untuk
bulan Desember 2014 sebesar Rp15.325.000 belum terbayarkan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
222
DAFTAR AKUN (Chart of Accounts)
Kode Akun
1
11
111
112
113
114
115
116
117
199
12
121
122
13
131
132
133
134
135
136
137
14
141
15
151
152
153
154
2
21
211
212
213
214
215
216
22
Nama Akun
Aset
Aset Lancar
Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pendapatan
Piutang Lainnya
Penyisihan Piutang
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Aset Untuk Dikonsolidasikan (RK SKPD)
Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang Permanen
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainya
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Tagihan Jangka Panjang
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tidak Berwujud
Aset Lain-lain
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Beban
Utang Jangka Pendek Lainnya
Kewajiban Jangka Panjang
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
H/D
H
H
D
D
D
D
D
D
D
D
H
D
D
H
D
D
D
D
D
D
D
H
D
H
D
D
D
D
H
H
D
D
D
D
D
D
H
223
Kode Akun
221
223
224
3
31
311
312
313
4
41
411
412
413
414
42
421
422
423
424
43
431
432
5
51
511
512
513
514
515
516
52
521
522
523
524
525
53
6
61
611
612
Nama Akun
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas SAL
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK PPKD)
Pendapatan-LRA
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
Pendapatan Pajak Daerah-LRA
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LRA
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
Pendapatan Transfer – LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Modal
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Belanja Tak Terduga
Transfer
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
Transfer Bagi Hasil Pajak
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
H/D
D
D
D
H
H
D
D
D
H
H
D
D
D
D
H
D
D
D
D
H
D
D
H
H
D
D
D
D
D
D
H
D
D
D
D
D
H
H
H
D
D
224
Kode Akun
62
621
622
623
7
71
711
712
713
714
715
716
72
721
722
723
724
8
81
811
812
813
819
82
821
822
823
824
83
831
832
84
85
9
91
911
912
913
914
915
916
Nama Akun
Transfer Bantuan Keuangan
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan SILPA
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri
Penerimaan Kembali Piutang
Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Pemberian Pinjaman Daerah
Pendapatan-LO
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
Pendapatan Pajak Daerah-LO
Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO
Lain-Lain PAD yang Sah-LO
Pendapatan Transfer – LO
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Pendapatan Non Operasional-LO
Pos Luar Biasa Pos Luar Biasa
Beban
Beban Operasi
Beban Pegawai
Beban Barang
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
H/D
H
D
D
D
H
H
D
D
D
D
D
D
H
D
D
D
D
H
H
D
D
D
D
H
D
D
D
D
H
D
D
H
H
H
H
D
D
D
D
D
D
225
Kode Akun
917
918
919
92
921
922
923
924
925
93
94
Nama Akun
Beban Penyusutan
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain
Beban Transfer
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Beban Non Operasional
Beban Luar Biasa
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
H/D
D
D
D
H
D
D
D
D
D
H
H
226
FORM PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
227
BUKU JURNAL FINANSIAL
PEMERINTAH KAB/KOTA ........................................
JURNAL UMUM
SKPD
Tanggal
:
...................................
Nomor
Bukti
Kode dan Nama Akun
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Ref
Debit
Kredit
228
Tanggal
Nomor
Bukti
Kode dan Nama Akun
Ref
Debit
Kredit
Saldo
BUKU BESAR
111 Kas
113 Piutang Pendapatan
117 Persediaan
131 Tanah
132 Peralatan dan Mesin
133 Gedung dan Bangunan
137 Akumulasi Penyusutan
211 Utang PFK
215 Utang Beban
311 Ekuitas
313 Ekuitas untuk
Dikonsolidasikan (RK PPKD)
812 Pendapatan Retribusi
Daerah-LO
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
229
911 Beban Pegawai
912 Beban Barang
917 Beban Penyusutan
412 Pendapatan Retribusi
Daerah-LRA
511 Belanja Pegawai
512 Belanja Barang dan Jasa
522 Belanja Modal Peralatan
dan Mesin
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
230
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
231
NERACA SALDO
PEMERINTAH KAB/KOTA .........................................
NERACA SALDO
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2014
SKPD: ................................
Kode dan Nama Rekening
Ref
Saldo
Debit
Kredit
111 Kas
113 Piutang Pendapatan
117 Persediaan
131 Tanah
132 Peralatan dan Mesin
133 Gedung dan Bangunan
137 Akumulasi Penyusutan
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
215 Utang Beban
311 Ekuitas
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK
PPKD)
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
911 Beban Pegawai
912 Beban Barang
917 Beban Penyusutan
Saldo
Tanggal … …………………. ……..
PPK SKPD
…………………………
NIP ………………….
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
232
LAPORAN OPERASIONAL
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014
(dalam rupiah)
Kode
No
8
81
811
812
1
1
2
3
4
5
813
819
82
821
822
823
829
83
831
832
84
85
9
91
911
912
913
914
915
916
917
918
919
Uraian
Jumlah
2
3
Pendapatan-LO
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
Pendapatan Pajak Daerah-LO
Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan-LO
Lain-Lain PAD yang Sah-LO
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
Pendapatan Transfer – LO
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
Pendapatan Hibah
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16 Pendapatan Lainnya
17
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
18 Pendapatan Non Operasional-LO
19 Pos Luar Biasa
20 JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19)
21 Beban
22 Beban Operasi
23 Beban Pegawai
24 Beban Barang
25 Beban Bunga
26 Beban Subsidi
27 Beban Hibah
28 Beban Bantuan Sosial
29 Beban Penyusutan
30 Beban Penyisihan Piutang
31 Beban Lain-lain
32
Jumlah Beban Operasi (23 s.d. 31)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
233
Kode
No
92
921
922
923
924
925
33
34
35
36
37
38
39
40
41
43
93
94
Uraian
Jumlah
Beban Transfer
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Jumlah Beban Transfer (34 s.d. 38)
Beban Non Operasional
Beban Luar Biasa
JUMLAH BEBAN (32+39+40+41)
44 SURPLUS/DEFISIT (20 – 43)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
234
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
(dalam rupiah)
No
Uraian
1
2
1 Ekuitas Awal
2 Surplus/Defisit – LO
3 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan
Mendasar:
4
Koreksi Nilai Persediaan
5
Selisih Revaluasi Aset Tetap
6
Lain-lain
7 Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
2012
2011
3
4
235
NERACA
PEMERINTAH KAB/KOTA ..................................
SKPD ...............................
NERACA
PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
Kode No
1
11
111
112
113
114
115
116
117
199
12
121
122
13
131
132
133
134
135
136
137
14
141
15
151
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Uraian
(dalam rupiah)
Jumlah
Tahun 2014
Tahun 2013
Aset
Aset Lancar
Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pendapatan
Piutang Lainnya
Penyisihan Piutang
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Aset Untuk Dikonsolidasikan
Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang Permanen
Jumlah Investasi Jangka Panjang (1314)
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainya
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan (26)
Aset Lainnya
Tagihan Jangka Panjang
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
236
Kode No
152
153
154
2
21
211
212
213
214
215
216
22
221
223
224
3
31
311
312
313
Uraian
Jumlah
Tahun 2014
Tahun 2013
30 Kemitraan dengan Pihak Ketiga
31 Aset Tidak Berwujud
32 Aset Lain-lain
33
Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
JUMLAH ASET (11+15+24+27+33)
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Beban
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37
s.d. 42)
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45
s.d. 47)
JUMLAH KEWAJIBAN (43+48)
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas SAL
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
JUMLAH EKUITAS (52 s.d. 54)
56 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
(49+55)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
237
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014
(dalam rupiah)
Kode
No
Uraian
Anggaran
Setelah
Perubahan
2014
Realisasi
2013
%
2
3
4
5
1
4
1
Pendapatan-LRA
41
2
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
411
3
Pendapatan Pajak Daerah-LRA
412
4
5
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan-LRA
6
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
413
414
7
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
42
421
8
9
Pendapatan Transfer – LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat – Dana
Perimbangan
422
10
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya
423
11
424
12
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
13
Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)
43
14
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
431
15
Pendapatan Hibah
432
16
17
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
(15 s.d. 16)
18
JUMLAH PENDAPATAN (7 + 13 + 17)
5
19
Belanja
51
20
Belanja Operasi
511
21
Belanja Pegawai
512
22
Belanja Barang dan Jasa
513
23
514
24
Belanja Subsidi
515
516
25
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
26
Belanja Bunga
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
238
Kode
No
27
52
Uraian
Realisasi
2013
%
Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)
28 Belanja Modal
521
29
Belanja Modal Tanah
522
30
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
523
31
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
524
32
525
33
34
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)
53
35
Belanja Tak Terduga
531
36
Belanja Tak Terduga
37
38
Jumlah Belanja Tak Terduga (36)
Jumlah Belanja (27 + 34 + 37)
6
39
Transfer
61
40
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
611
41
Transfer Bagi Hasil Pajak
612
42
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
62
621
43
44
Transfer Bantuan Keuangan
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah
Lainnya
622
45
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
623
46
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
47
Jumlah Transfer (41 s.d. 46)
48
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (38 + 47)
49
SURPLUS/DEFISIT (18 – 48)
7
50
Pembiayaan
71
49
Penerimaan Pembiayaan
711
51
Penggunaan SILPA
712
52
Pencairan Dana Cadangan
713
53
714
54
Pinjaman Dalam Negeri
715
55
Penerimaan Kembali Piutang
716
56
Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir
57
72
Anggaran
Setelah
Perubahan
2014
58
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Jumlah Penerimaan Pembiayaan (51 s.d. 56)
Pengeluaran Pembiayaan
721
59
722
60
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
723
61
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
724
62
Pemberian Pinjaman Daerah
Pembentukan Dana Cadangan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
239
Kode
No
Uraian
63
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan (59 s.d. 62)
64
65
Anggaran
Setelah
Perubahan
2014
Realisasi
2013
%
PEMBIAYAAN NETO (57 – 63)
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (49 + 64)
LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH (SAL)
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
No
Uraian
1
2
1 Saldo Anggaran Lebih Awal
2 Penggunaan SAL sbg Penerimaan Pemb. Th
Berjalan
3 Subtotal (1-2)
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SiLPA/SiKPA)
5 Subtotal (3+4)
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
7 Lain-lain
8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5+6+7)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
(dalam rupiah)
2014
2013
3
4
240
SOAL TOPIK III
1. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi pendapatan dan piutang, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
2. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi belanja barang dan jasa, beban, dan
persediaan, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
3. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi belanja modal dan aset tetap, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
4. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi pembiayaan, investasi dan kewajiban,
meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
5. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi dana cadangan dan transaksi non
anggaran, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
6. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi koreksi kesalahan, jurnal penyesuaian,
dan jurnal penutup, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
241
SOAL TOPIK IV
Untuk meningkatkan pemahaman atas akuntansi SKPD, Silahkan Anda mengerkan soal
berikut ini !
Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Bahari menerima DPA T.A. 2014 dengan
ringkasan anggaran sbb.:
Pendapatan Retribusi
Rp
450.000.000
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan
Belanja Pegawai-Belanja Honor
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Total Anggaran Belanja
Rp
1.020.000.000
100.000.000
280.000.000
200.000.000
1.600.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Adapun Neraca awal Dinas Pariwisata per 1 Januari 2014 adalah sbb:
Dinas Pariwisata - Pemkab Bahari
NERACA
Per 1 Januari 2014
Uraian
ASET
Aset Lancar
Kas di Bendahara
Penerimaan
Kas di Bendahara
Pengeluaran
Piutang
Persediaan
Total Aset Lancar
Jumlah (Rp)
550.000
550.000
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung
dan
Bangunan
Total Aset Tetap
2.150.000.000
TOTAL ASET
2.150.550.000
Uraian
KEWAJIBAN
Kewajiban jk Pendek
Jumlah (Rp)
-
EKUITAS
Ekuitas
2.150.550.000
TOTAL KEWAJIBAN
DAN EKUITAS DANA
2.150.550.000
600.000.000
750.000.000
800.000.000
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
242
Transaksi realisasi anggaran selama T.A. 2014 sebagai berikut:
A. Ringkasan transaksi selama Triwulan I s.d. III (Jan s.d. Sept) T.A. 2014
1) Penerimaan Uang Persediaan (UP) pada awal Januari 2014 dengan bukti SP2D-UP
sebesar Rp. 10.000.000.
2) Ringkasan data mengenai belanja yang dibayar secara langsung (LS) dengan bukti
SP2D-LS dan belanja UP yang telah disahkan pertanggungjawabannya dengan bukti
SP2D-GU selama Januari s.d September 2014 sebagai berikut:
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan
Belanja Pegawai-Belanja Honor
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal-Gedung
Rp
Rp
Rp
Rp
747.000.000
13.000.000
243.000.000
150.000.000
Belanja gaji dan tunjangan dan belanja modal harus dibayar secara langsung (LS),
sedangkan belanja honor dan belanja barang dan jasa dapat dibayarkan dengan
UP/TU.
3) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 300.710.000
B. Transaksi selama triwulan IV (Oktober-Des) T.A. 2014 adalah sbb.:
Transaksi selama Oktober:
a) Diterima SP2D-LS Gaji dan Tunjangan sebesar Rp 83.000.000
b) Diterima SP2D-TU (Tambah Uang Persediaan) sebesar Rp 85.000.000. Dana TU
tersebut akan digunakan untuk membayar honor nara sumber kegiatan diklat
dan honor paniti.
c) Diterima SP2D-LS untuk pembelian 5 unit komputer dengan nilai total sebesar
Rp44.000.000.
d) Dibayar honor nara sumber sebesar Rp 75.000.000 dan honor panitia sebesar Rp
10.000.000. Dari pembayaran honor tersebut telah dipotong PPh sebesar
Rp11.750.000.
e) Potongan PPh sebesar Rp 11.750.000 (butir d) telah disetorkan ke rekening Kas
Negara.
f) Belanja honor di atas (butir d) telah disahkan pertanggungjawabannya dengan
menerima SP2D-TU Nihil. (Keterangan: SP2D TU Nihil bukan merupakan
pengisian kembali dana TU, tetapi hanya merupakan bukti pengesahan SPJ
pengguna dana TU).
g) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 45.500.000
Transaksi selama November:
a) Diterima SP2D-LS Gaji dan Tunjangan sebesar Rp 83.700.000
b) Dibayar ATK dan penggandaan sebesar Rp 8.800.000 (catat ke Belanja Barang
dan Jasa). Dari pembayaran belanja tsb dipotong PPh sebesar Rp120.000 dan
PPn sebesar Rp 800.000.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
243
c) Diterima SP2D-GU atas belanja barang dan jasa sebesar Rp8.800.000
d) Dibayar belanja listrik dan telepon masing-masing sebesar Rp 1.560.000 dan
2.500.000 (catat ke Belanja Barang dan Jasa).
e) Disetor ke rekening Kas Negara.PPh sebesar Rp120.000 dan PPn sebesar
Rp800.000.
f) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 55.650.000
Transaksi selama Desember:
a) Diterima SP2D-LS Gaji dan Tunjangan sebesar Rp 83.700.000
b) Dibayar biaya pemeliharaan kendaraan sebesar Rp850.000 (catat ke Belanja
Barang dan Jasa).
c) Dibayar belanja listrik dan telepon masing-masing sebesar Rp 1.450.000 dan
2.635.000 (catat ke Belanja Barang dan Jasa).
d) Diterima SP2D GU-Nihil atas pertanggungawaban penggunaan UP yang terakhir.
Adapun sisa UP yang ada telah disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Daerah.
(Keterangan: SP2D GU Nihil bukan merupakan pengisian kembali UP yang
terpakai, tetapi hanya merupakan bukti pengesahaan SPJ penggunaan UP yang
terakhir di bulan Desember.)
e) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 65.850.000
C. Data untuk penyesuaian akhir Tahun Anggaran 2014:
a) Persediaan yang masih ada pada akhir tahun yaitu ATK dan persediaan obatobatan dengan total sebesar Rp1.200.000. Adapun total pembelian persediaan
selama tahun berjalan sebesar Rp16.500.000
b) Pendapatan retribusi yang sudah menjadi hak pemda (telah diterbitkan Surat
Ketetapan Retribusi-nya) tetapi belum diterima pembayarannya dari wajib
retribusi sampai akhir tahun 2012 sebesar Rp2.500.000.
c) Beban penyusutan aset tetap, yang mulai diterapkan tahun ini, telah dihitung
berdasarkan metode garis lurus sebesar Rp53.750.000
DIMINTA:
1. Lakukan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal Finansial dan Buku Anggaran
2. Lakukan Pencatatan Penyesuaian di Buku Jurnal Finansial
3. Lakukan Posting ke buku besar
4. Susunlah Neraca Saldo setelah penyesuaian
5. Susunlah Laporan Keuangan meliputi :
a. Laporan Operasional (LO)
b. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
244
DAFTAR AKUN (Chart of Accounts)
Kode
Akun
1
11
111
112
113
114
115
116
117
199
12
121
122
13
131
132
133
134
135
136
137
14
141
15
151
152
153
154
2
21
211
212
213
214
215
216
Nama Akun
Aset
Aset Lancar
Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pendapatan
Piutang Lainnya
Penyisihan Piutang
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Aset Untuk Dikonsolidasikan (RK SKPD)
Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang Permanen
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainya
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Tagihan Jangka Panjang
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tidak Berwujud
Aset Lain-lain
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Beban
Utang Jangka Pendek Lainnya
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
H/D
H
H
D
D
D
D
D
D
D
D
H
D
D
H
D
D
D
D
D
D
D
H
D
H
D
D
D
D
H
H
D
D
D
D
D
D
245
Kode
Akun
22
221
223
224
3
31
311
312
313
4
41
411
412
413
414
42
421
422
423
424
43
431
432
5
51
511
512
513
514
515
516
52
521
522
523
524
525
53
6
Nama Akun
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas SAL
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK PPKD)
Pendapatan-LRA
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
Pendapatan Pajak Daerah-LRA
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanLRA
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
Pendapatan Transfer – LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Modal
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Belanja Tak Terduga
Transfer
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
H/D
H
D
D
D
H
H
D
D
D
H
H
D
D
D
D
H
D
D
D
D
H
D
D
H
H
D
D
D
D
D
D
H
D
D
D
D
D
H
H
246
Kode
Akun
61
611
612
62
621
622
623
7
71
711
712
713
714
715
716
72
721
722
723
724
8
81
811
812
813
819
82
821
822
823
824
83
831
832
84
85
9
91
911
Nama Akun
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
Transfer Bagi Hasil Pajak
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan SILPA
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri
Penerimaan Kembali Piutang
Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Pemberian Pinjaman Daerah
Pendapatan-LO
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
Pendapatan Pajak Daerah-LO
Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanLO
Lain-Lain PAD yang Sah-LO
Pendapatan Transfer – LO
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Pendapatan Non Operasional-LO
Pos Luar Biasa Pos Luar Biasa
Beban
Beban Operasi
Beban Pegawai
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
H/D
H
D
D
H
D
D
D
H
H
D
D
D
D
D
D
H
D
D
D
D
H
H
D
D
D
D
H
D
D
D
D
H
D
D
H
H
H
H
D
247
Kode
Akun
912
913
914
915
916
917
918
919
92
921
922
923
924
925
93
94
Nama Akun
Beban Barang
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain
Beban Transfer
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Beban Non Operasional
Beban Luar Biasa
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
H/D
D
D
D
D
D
D
D
D
H
D
D
D
D
D
H
H
248
FORM PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
249
BUKU JURNAL
PEMERINTAH KAB/KOTA ........................................
JURNAL UMUM
SKPD
:
...................................
Tanggal
Nomor
Bukti
Kode dan Nama Akun
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Ref
Debit
Kredit
250
Tanggal
Nomor
Bukti
Kode dan Nama Akun
Ref
Debit
Kredit
Saldo
BUKU BESAR
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
251
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
252
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
253
NERACA SALDO
PEMERINTAH KAB/KOTA .........................................
NERACA SALDO
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2014
SKPD: ................................
Kode dan Nama Rekening
Ref
Saldo
Debit
Kredit
111 Kas
113 Piutang Pendapatan
117 Persediaan
131 Tanah
132 Peralatan dan Mesin
133 Gedung dan Bangunan
137 Akumulasi Penyusutan
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
215 Utang Beban
311 Ekuitas
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK PPKD)
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
911 Beban Pegawai
912 Beban Barang
917 Beban Penyusutan
Saldo
Tanggal … …………………. ……..
PPK SKPD
…………………………
NIP ………………….
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
254
LAPORAN OPERASIONAL
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014
(dalam rupiah)
Kode
No
1
8
81
1
2
Uraian
Jumlah
2
3
Pendapatan-LO
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
811
3
812
4
Pendapatan Retribusi Daerah-LO
813
5
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO
819
6
Lain-Lain PAD yang Sah-LO
7
82
8
Pendapatan Pajak Daerah-LO
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
Pendapatan Transfer – LO
821
9
822
10
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya
823
11
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
829
12
Bantuan Keuangan
13
83
831
832
14
15
16
17
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
84
18
Pendapatan Non Operasional-LO
85
19
Pos Luar Biasa
20
JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19)
21
Beban
9
91
22
Beban Operasi
911
23
912
24
Beban Barang
913
25
Beban Bunga
914
26
Beban Subsidi
915
916
917
918
919
27
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain
28
29
30
31
Beban Pegawai
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
255
Kode
No
92
Jumlah Beban Operasi (23 s.d. 31)
Beban Transfer
921
32
33
34
922
35
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
923
36
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
924
37
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
925
38
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
93
40
Beban Non Operasional
94
41
Beban Luar Biasa
39
Uraian
Bagi Hasil Pajak
Jumlah Beban Transfer (34 s.d. 38)
43
44
Jumlah
JUMLAH BEBAN (32+39+40+41)
SURPLUS/DEFISIT (20 – 43)
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
(dalam rupiah)
No
Uraian
2014
2013
2
3
4
1
1
Ekuitas Awal
2
Surplus/Defisit – LO
3
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
4
Koreksi Nilai Persediaan
5
Selisih Revaluasi Aset Tetap
6
Lain-lain
7
Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
256
NERACA
PEMERINTAH KAB/KOTA ..................................
SKPD ...............................
NERACA
PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
Kode No
1
11
111
112
113
114
115
116
117
199
12
121
122
13
131
132
133
134
135
136
137
14
141
15
151
152
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Uraian
(dalam rupiah)
Jumlah
Tahun 2014
Tahun 2013
Aset
Aset Lancar
Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pendapatan
Piutang Lainnya
Penyisihan Piutang
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Aset Untuk Dikonsolidasikan
Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang Permanen
Jumlah Investasi Jangka Panjang (13-14)
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainya
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan (26)
Aset Lainnya
Tagihan Jangka Panjang
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
257
Kode No
153
154
Uraian
Tahun 2014
Tahun 2013
31 Aset Tidak Berwujud
32 Aset Lain-lain
33
Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)
34
JUMLAH ASET (11+15+24+27+33)
2
21
211
212
213
214
215
216
35
36
37
38
39
40
41
42
43
22
221
223
224
44
45
46
47
48
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Beban
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37
s.d. 42)
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45
s.d. 47)
JUMLAH KEWAJIBAN (43+48)
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas SAL
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
JUMLAH EKUITAS (52 s.d. 54)
3
31
311
312
313
Jumlah
49
50
51
52
53
54
55
56 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (49+55)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
258
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014
(dalam rupiah)
Kode
No
1
Uraian
Anggaran
Setelah
Perubahan
2014
Realisasi
2013
%
2
3
4
5
4
1
Pendapatan-LRA
41
2
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
411
3
Pendapatan Pajak Daerah-LRA
412
4
5
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan-LRA
6
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
413
414
7
42
421
422
423
424
8
9
10
11
12
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
Pendapatan Transfer – LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat –
Dana Perimbangan
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah
Lainnya
Bantuan Keuangan
13
Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)
43
14
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
431
15
Pendapatan Hibah
432
16
17
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah (15 s.d. 16)
18
JUMLAH PENDAPATAN (7 + 13 + 17)
5
19
Belanja
51
20
Belanja Operasi
511
21
Belanja Pegawai
512
22
Belanja Barang dan Jasa
513
23
Belanja Bunga
514
24
Belanja Subsidi
515
25
Belanja Hibah
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
259
Kode
No
516
Belanja Bantuan Sosial
Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)
Belanja Modal
521
26
27
28
29
522
30
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
523
31
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
524
32
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
525
33
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
52
34
Uraian
%
Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)
53
Belanja Tak Terduga
531
36
Belanja Tak Terduga
37
Jumlah Belanja Tak Terduga (36)
38
Jumlah Belanja (27 + 34 + 37)
6
39
Transfer
61
40
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
611
41
Transfer Bagi Hasil Pajak
612
42
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
62
621
43
44
Transfer Bantuan Keuangan
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah
Daerah Lainnya
622
45
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
623
46
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Jumlah Transfer (41 s.d. 46)
48
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (38 + 47)
49
SURPLUS/DEFISIT (18 – 48)
7
50
Pembiayaan
71
49
Penerimaan Pembiayaan
711
51
Penggunaan SILPA
712
52
53
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
714
54
Pinjaman Dalam Negeri
715
55
Penerimaan Kembali Piutang
716
56
57
Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir
Jumlah Penerimaan Pembiayaan (51 s.d.
56)
72
58
Pengeluaran Pembiayaan
721
59
Pembentukan Dana Cadangan
713
Realisasi
2013
Belanja Modal Tanah
35
47
Anggaran
Setelah
Perubahan
2014
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
260
Kode
No
Uraian
60
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah
Daerah
723
61
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
724
62
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan (59 s.d.
62)
722
63
64
65
Anggaran
Setelah
Perubahan
2014
Realisasi
2013
%
PEMBIAYAAN NETO (57 – 63)
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (49 +
64)
LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH (SAL)
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
No
1
1
2
3
4
5
6
7
8
(dalam rupiah)
Uraian
2014
2013
2
3
4
Saldo Anggaran Lebih Awal
Penggunaan SAL sbg Penerimaan Pemb. Th Berjalan
Subtotal (1-2)
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
Subtotal (3+4)
Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
Lain-lain
Saldo Anggaran Lebih Akhir (5+6+7)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
261
SOAL TOPIK V
TUGAS:
Untuk meningkatkan pemahaman akuntansi PPKD, silahkan Anda mengerjakan soal
berikut ini.
A. Neraca Saldo Awal Tahun Anggaran 2014
Pemerintah Kabupaten Langit Biru
PPKD
Neraca Saldo
Per 1 Januari 2014
Nama Rek
Debit
(Rp)
Kas di Kas Daerah
45.750.765.000
Piutang DAU
15.000.000.000
Penyertaan Modal pada Perusahaan
25.000.000.000
Daerah
Ekuitas
Jumlah
85.750.765.000
Kredit
(Rp)
85.750.765.000
85.750.765.000
B. Ringkasan DPA PPKD T.A. 2014
Pemerintah Kabupaten Langit Biru
Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD
Tahun Anggaran 2014
No. Urut
(1)
1
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3
1.3.1
Uraian
(2)
PENDAPATAN
Pendapatan Dana Perimbangan
Pendapatan Dana Bagi Hasil
Pendapatan Dana Alokasi Umum
Pendapatan Dana Alokasi Khusus
Jumlah Dana Perimbangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pendapatan Hibah
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Daerah
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Anggaran
stlh Perubahan
(3)
40.350.000.000
275.000.000.000
25.000.000.000
340.350.000.000
262
No. Urut
2
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
3.
3.1.
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
Uraian
Jumlah Pendapatan
BELANJA
Belanja Tidak Langsung
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja
Surplus /Defisit: [1]-[2]
yang Sah
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Neto [3.1] –[3.2]
SILPA PPKD Akhir Tahun Anggaran
[Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto]
Anggaran
stlh Perubahan
340.350.000.000
5.000.000.000
2.500.000.000
4.500.000.000
12.000.000.000
328.350.000.000
45.750.765.000
20.000.000.000
65.750.765.000
2.500.000.000
2.500.000.000
63.250.765.000
391.600.765.000
C. Ringkasan transaksi PPKD selama T.A. 2014
a) Jumlah total realisasi pendapatan dana perimbangan berdasarkan Nota Kredit
Rekening Koran Bank adalah sbb.:
Uraian
Jumlah
(Rp)
Pendapatan DBH
38.500.000.000
Pendapatan DAU*)
290.000.000.000
Pendapatan DAK
22.500.000.000
Jumlah
351.000.000.000
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
263
b)
c)
d)
e)
f)
g)
*) Keterangan: dari jumlah pendapatan DAU tersebut termasuk penerimaan
Piutang DAU sebesar Rp15.000.000.000.
Jumlah total pendapatan SKPD yang telah masuk ke rekening Kasda berdasarkan
STS dan Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp 145.430.875.000
Jumlah total SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah
Rp.445.765.190.000
Jumlah potongan PFK yang berasal dari realisasi anggaran 2014 adalah
Rp52.330.750.000. Uang PFK tersebut telah disetorkan seluruhnya kepada para
fihak ketiga terkait.
Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah
Rp45.000.000.000
Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh SKPD ke
rekening Kasda adalah Rp 250.760.000
Jumlah total SP2D LS untuk belanja tidak langsung PPKD terdiri dari:
Uraian
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Jumlah
Jumlah
(Rp)
5.000.000.000
2.500.000.000
1.500.000.000
9.000.000.000
h) Jumlah penerimaan pinjaman jk panjang dari Pemerintah Pusat berdasarkan
bukti transfer dan/atau Nota Kredit Rekening Koran Bank sebesar
Rp20.000.000.000
i) Jumlah SP2D LS untuk penambahan penyertaan modal di perusahaan daerah
sebesar Rp2.000.000.000
Keterangan tambahan untuk penyesuian akhir tahun:
j) Pada akhir tahun diakui piutang atas DBH yang masih harus diterima. Sementara
untuk sisa anggaran DAK tidak dapat diklaim lagi mengingat progres kegiatan
sampai akhir tahun tidak mencapai 100%.
Diminta:
1) Lakukan pencatatan transaksi pada buku jurnal finansial (termasuk penyesuaian)
atau dan buku anggaran atas transaksi di atas;
2) Lakukan Posting ke buku besar
3) Susunlah Neraca Saldo setelah penyesuaian
4) Susunlah LO-PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2014
5) Susunlah LPE PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2014
6) Susunlah Neraca PPKD per 31 Des 2014
7) Susunlah LRA PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2014.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
264
DAFTAR AKUN (Chart of Accounts)
Kode Akun
1
Nama Akun
H/D
Aset
H
Aset Lancar
H
111
Kas
D
112
Investasi Jangka Pendek
D
113
Piutang Pendapatan
D
114
Piutang Lainnya
D
115
Penyisihan Piutang
D
116
Beban Dibayar Dimuka
D
117
Persediaan
D
199
Aset Untuk Dikonsolidasikan (RK SKPD)
D
11
Investasi Jangka Panjang
H
121
12
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
D
122
Investasi Jangka Panjang Permanen
D
Aset Tetap
H
131
Tanah
D
132
Peralatan dan Mesin
D
133
Gedung dan Bangunan
D
134
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
D
135
Aset Tetap Lainya
D
136
Konstruksi Dalam Pengerjaan
D
137
Akumulasi Penyusutan
D
14
Dana Cadangan
H
141
Dana Cadangan
D
Aset Lainnya
H
151
Tagihan Jangka Panjang
D
152
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
D
153
Aset Tidak Berwujud
D
154
Aset Lain-lain
D
Kewajiban
H
Kewajiban Jangka Pendek
H
211
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
D
212
Utang Bunga
D
213
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
D
214
Pendapatan Diterima Dimuka
D
215
Utang Beban
D
216
Utang Jangka Pendek Lainnya
D
Kewajiban Jangka Panjang
H
13
15
2
21
22
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
265
Kode Akun
Nama Akun
H/D
221
Utang Dalam Negeri
D
223
Utang Luar Negeri
D
224
Utang Jangka Panjang Lainnya
D
3
Ekuitas
H
31
Ekuitas
H
311
Ekuitas
D
312
Ekuitas SAL
D
313
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK PPKD)
D
Pendapatan-LRA
H
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
H
411
Pendapatan Pajak Daerah-LRA
D
412
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
D
413
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LRA
D
414
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
D
42
Pendapatan Transfer – LRA
H
421
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
D
422
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya
D
423
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
D
424
Bantuan Keuangan
D
4
41
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
H
431
43
Pendapatan Hibah
D
432
Pendapatan Lainnya
D
Belanja
H
5
51
Belanja Operasi
H
511
Belanja Pegawai
D
512
Belanja Barang dan Jasa
D
513
Belanja Bunga
D
514
Belanja Subsidi
D
515
Belanja Hibah
D
516
Belanja Bantuan Sosial
D
Belanja Modal
H
521
Belanja Modal Tanah
D
522
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
D
523
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
D
524
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
D
525
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
D
Belanja Tak Terduga
H
Transfer
H
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
H
611
Transfer Bagi Hasil Pajak
D
612
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
D
52
53
6
61
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
266
Kode Akun
62
Nama Akun
H/D
Transfer Bantuan Keuangan
H
621
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
D
622
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
D
623
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
D
Pembiayaan
H
Penerimaan Pembiayaan
H
711
Penggunaan SILPA
D
712
Pencairan Dana Cadangan
D
713
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
D
714
Pinjaman Dalam Negeri
D
715
Penerimaan Kembali Piutang
D
716
Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir
D
Pengeluaran Pembiayaan
H
721
Pembentukan Dana Cadangan
D
722
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
D
723
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
D
724
Pemberian Pinjaman Daerah
D
Pendapatan-LO
H
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
H
811
Pendapatan Pajak Daerah-LO
D
812
Pendapatan Retribusi Daerah-LO
D
813
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO
D
819
Lain-Lain PAD yang Sah-LO
D
82
7
71
72
8
81
Pendapatan Transfer – LO
H
821
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
D
822
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya
D
823
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
D
824
Bantuan Keuangan
D
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
H
831
Pendapatan Hibah
D
832
Pendapatan Lainnya
D
84
Pendapatan Non Operasional-LO
H
85
Pos Luar Biasa Pos Luar Biasa
H
Beban
H
91
Beban Operasi
H
911
Beban Pegawai
D
912
Beban Barang
D
913
Beban Bunga
D
914
Beban Subsidi
D
915
Beban Hibah
D
916
Beban Bantuan Sosial
D
83
9
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
267
Kode Akun
Nama Akun
H/D
917
Beban Penyusutan
D
918
Beban Penyisihan Piutang
D
919
Beban Lain-lain
D
92
Beban Transfer
H
921
Bagi Hasil Pajak
D
922
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
D
923
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
D
924
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
D
925
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
D
93
Beban Non Operasional
H
94
Beban Luar Biasa
H
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
268
FORM PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
269
BUKU JURNAL
PEMERINTAH KAB/KOTA ........................................
JURNAL UMUM
SKPD
:
Tanggal
Nomor
Bukti
...................................
Kode dan Nama Akun
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Ref
Debit
Kredit
270
Tanggal
Nomor
Bukti
Kode dan Nama Akun
Ref
Debit
Kredit
Saldo
BUKU BESAR
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
271
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
272
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
273
NERACA SALDO
PEMERINTAH KAB/KOTA .........................................
NERACA SALDO
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2014
PPKD: ................................
Kode dan Nama Rekening
Ref
Saldo
Debit
Kredit
111 Kas
113 Piutang Pendapatan
117 Persediaan
131 Tanah
132 Peralatan dan Mesin
133 Gedung dan Bangunan
137 Akumulasi Penyusutan
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
215 Utang Beban
311 Ekuitas
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK PPKD)
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
911 Beban Pegawai
912 Beban Barang
917 Beban Penyusutan
Saldo
Tanggal … …………………. ……..
PPK PPKD
…………………………
NIP ………………….
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
274
LAPORAN OPERASIONAL
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
PPKD ...................................................
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014
(dalam rupiah)
Kode
No
1
8
81
1
2
Uraian
Jumlah
2
3
Pendapatan-LO
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
811
3
812
4
Pendapatan Retribusi Daerah-LO
813
5
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO
819
6
Lain-Lain PAD yang Sah-LO
7
82
8
Pendapatan Pajak Daerah-LO
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
Pendapatan Transfer – LO
821
9
822
10
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya
823
11
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
829
12
Bantuan Keuangan
13
83
831
832
14
15
16
17
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
84
18
Pendapatan Non Operasional-LO
85
19
Pos Luar Biasa
20
JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19)
21
Beban
9
91
22
Beban Operasi
911
23
912
24
Beban Barang
913
25
Beban Bunga
914
26
Beban Subsidi
915
916
917
918
919
27
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain
28
29
30
31
Beban Pegawai
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
275
Kode
No
Uraian
Jumlah Beban Operasi (23 s.d. 31)
Beban Transfer
921
32
33
34
922
35
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
923
36
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
924
37
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
925
38
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
93
40
Beban Non Operasional
94
41
Beban Luar Biasa
92
39
43
44
Jumlah
Bagi Hasil Pajak
Jumlah Beban Transfer (34 s.d. 38)
JUMLAH BEBAN (32+39+40+41)
SURPLUS/DEFISIT (20 – 43)
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
PPKD ...................................................
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
(dalam rupiah)
No
1
1
Ekuitas Awal
2
Surplus/Defisit – LO
3
2014
2013
2
3
4
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
4
Koreksi Nilai Persediaan
5
Selisih Revaluasi Aset Tetap
6
Lain-lain
7
Uraian
Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
276
NERACA
PEMERINTAH KAB/KOTA ..................................
PPKD ...............................
NERACA
PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
(dalam rupiah)
Kode
Uraian
No
1
1
11
111
3
Kas
112
4
Investasi Jangka Pendek
113
5
Piutang Pendapatan
114
6
Piutang Lainnya
115
116
8
117
9
199
10
11
12
121
122
12
13
14
15
Penyisihan Piutang
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Aset Untuk Dikonsolidasikan
Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang Permanen
Jumlah Investasi Jangka Panjang (13-14)
16
Aset Tetap
131
17
Tanah
132
18
Peralatan dan Mesin
133
Gedung dan Bangunan
134
20
135
21
Aset Tetap Lainya
136
22
Konstruksi Dalam Pengerjaan
137
23
Akumulasi Penyusutan
24
14
141
25
15
26
27
28
151
29
152
30
Tahun 2013
Aset Lancar
13
19
Tahun 2014
Aset
2
7
Jumlah
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan (26)
Aset Lainnya
Tagihan Jangka Panjang
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
277
Kode
Uraian
No
153
154
31
32
33
34
2
21
35
36
Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)
JUMLAH ASET (11+15+24+27+33)
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
212
38
Utang Bunga
213
39
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
214
40
Pendapatan Diterima Dimuka
215
41
Utang Beban
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
216
42
22
44
Kewajiban Jangka Panjang
221
45
Utang Dalam Negeri
223
46
Utang Luar Negeri
224
47
Utang Jangka Panjang Lainnya
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37 s.d. 42)
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45 s.d. 47)
49
JUMLAH KEWAJIBAN (43+48)
3
50
Ekuitas
31
51
Ekuitas
311
52
Ekuitas
312
53
Ekuitas SAL
313
54
Tahun 2013
Aset Lain-lain
211
48
Tahun 2014
Aset Tidak Berwujud
37
43
Jumlah
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
55
JUMLAH EKUITAS (52 s.d. 54)
56
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (49+55)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
278
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
PPKD ...................................................
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2013
(dalam rupiah)
Kode
No
1
4
41
411
412
413
414
1
2
3
4
5
6
7
42
421
422
423
424
8
9
10
11
12
13
43
431
432
14
15
16
17
18
5
51
511
512
513
514
515
516
19
20
21
22
23
24
25
26
27
52
28
Uraian
Anggaran
Setelah
Perubahan
2014
Realisasi
2013
%
2
3
4
5
Pendapatan-LRA
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
Pendapatan Pajak Daerah-LRA
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanLRA
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
Pendapatan Transfer – LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
JUMLAH PENDAPATAN (7 + 13 + 17)
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)
Belanja Modal
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
279
Kode
521
522
523
524
525
53
531
No
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
6
61
611
612
62
621
622
623
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
7
71
711
712
713
714
715
716
72
721
722
723
724
50
49
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
Uraian
Anggaran
Setelah
Perubahan
2014
Realisasi
2013
%
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)
Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja Tak Terduga (36)
Jumlah Belanja (27 + 34 + 37)
Transfer
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
Transfer Bagi Hasil Pajak
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Jumlah Transfer (41 s.d. 46)
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (38 + 47)
SURPLUS/DEFISIT (18 – 48)
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan SILPA
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri
Penerimaan Kembali Piutang
Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir
Jumlah Penerimaan Pembiayaan (51 s.d. 56)
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan (59 s.d. 62)
PEMBIAYAAN NETO (57 – 63)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
280
Kode
No
65
Anggaran
Setelah
Perubahan
2014
Uraian
Realisasi
2013
%
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (49 + 64)
LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH (SAL)
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
No
1
Uraian
2014
2013
2
3
4
1
Saldo Anggaran Lebih Awal
2
Penggunaan SAL sbg Penerimaan Pemb. Th Berjalan
3
Subtotal (1-2)
4
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
5
Subtotal (3+4)
6
(dalam rupiah)
Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
7
Lain-lain
8
Saldo Anggaran Lebih Akhir (5+6+7)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
281
SOAL TOPIK VII
A. SOAL PILIHAN GANDA
1. Diantara berikut ini yang merupakan metode analisis laporan keuangan adalah:
I. Analisis horizontal
II. Analisis vertikal
III. Analisis rasio
IV. Analisis kualitatif
A. I, II, III
B. I, III
C. II, IV
D. IV
2. Trend analysis dilakukan dengan melihat beberapa periode laporan keuangan. Trend
analysis merupakan bagian dari:
A. Analisis horizontal
B. Analisis vertikal
C. Analisis rasio
D. Analisis kualitatif
3. Analisis yang dapat digunakan untuk melihat hubungan secara statistik antara
persentase kenaikan PAD dengan persentase kenaikan belanja adalah:
A. Analisis horizontal
B. Analisis vertikal
C. Analisis rasio
D. Analisis regresi
4. Diantara jenis data berikut:
I. Primer
II. Cross section
III. Sekunder
IV. Time series
Jenis data yang dapat digunakan dalam analisis horizontal adalah:
A. I, II, III
B. I, III
C. II, IV
D. IV
5. Jika diketahui bahwa jumlah belanja pegawai sebesar Rp100 milyar, belanja barang
dan jasa sebesar Rp290 milyar, belanja modal Rp380 milyar dan total keseluruhan
belanja adalah Rp770 milyar, maka nilai arus kas keluar dari aktivitas operasi
seharusnya adalah:
A. Rp380 milyar
B. Rp390 milyar
C. Rp670 milyar
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
282
D. Rp770 milyar
6. Pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan akan dilaporkan dalam
Laporan Arus Kas sebagai:
A. Arus kas masuk dari aktivitas operasi
B. Arus kas keluar dari aktivitas operasi
C. Arus kas masuk dari aktivitas investasi non-keuangan
D. Arus kas keluar dari aktivitas investasi non-keuangan
7. Jumlah belanja modal akan dilaporkan dalam Laporan Arus Kas sebagai:
A. Arus kas masuk dari aktivitas operasi
B. Arus kas keluar dari aktivitas operasi
C. Arus kas masuk dari aktivitas investasi non-keuangan
D. Arus kas keluar dari aktivitas investasi non-keuangan
8. Diantara rasio berikut:
I. Likuiditas
II. Leverage
III. Solvabilitas
IV. Kemandirian
Rasio yang mencerminkan kemampuan pemerintah daerah untuk melunasi
utangnya adalah:
A. I, II, III
B. I, III
C. II, IV
D. IV
9. Suatu daerah yang relatif mandiri akan cenderung memiliki:
Rasio Kemandirian
Rasio Pinjaman
A. Tinggi
Tinggi
B. Tinggi
Rendah
C. Rendah
Tinggi
D. Rendah
Rendah
10. Diantara rasio berikut:
I. Rasio Kemandirian
II. DSCR
III. Rasio Keselarasan Belanja
IV. Rasio Pinjaman
Pemerintah daerah dengan kinerja keuangan yang baik akan memiliki nilai yang
relatif tinggi untuk rasio:
A. I, II, III
B. I, III
C. II, IV
D. IV
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
283
B. SOAL ESSAY
Lakukanlah horizontal, vertikal dan rasio atas laporan keuangan dari contoh laporan
keuangan yang ada pada lampiran Handbook ini.
• Neraca
• Laporan realisasi anggaran
• Laporan arus kas
• Informasi lain yang diperlukan.
ILUSTRASI
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAHAN KOTA ABC
TAHUN XXX
N
o
Rumus
Analisis Laporan Keuangan Tahun xxx
1
2
3
4
5
6
9.148,48
7
8
9
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
284
SOAL TOPIK VIII
ILUSTRASI KASUS
Video Case: LKPD 2011 Kabupaten Melawi (Kal-bar) mendapat Opini Tidak Wajar
Diskusikan kemungkinan penyebab sebuah kabupaten (misal Melawi pada taun 2011)
mendapat opini tidak wajar dan apa yang seyogyanya dilakukan oleh pemrintah daerah
untuk memperbaiki system pelaporan keuangan yang mereka miliki sehingga dapat
menyajikan laporan keuangan yang transparan, akuntabel dan sesuai dengan SAP.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
285
DAFTAR PUSTAKA
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
B.
Buku Literatur
Arens, Alvin A and James K Loebbecke, Auditing, An
Integrated Approach. Prentice Hall International, Englewood Cliffs, 5th
edition, 2010
Bastian, Indra, 2006, Akuntansi Sektor Publik: Suatu
Pengantar, Penerbit Erlangga, Jakarta (IB)
BPK RI, 2007, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
DJPK, 2012, Handbook Akuntansi Pemda
Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual,
Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah
– SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
Freeman, Robert J. dan Craig D. Shoulders. 2003. Governmental and
Nonprofit Accounting. Person Education, Prentice Hall. 7 th Edition.
Mardiasmo, 20XX, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Peraturan Perundangan
1. Undang-undang RI No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
2. Undang-Undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
3. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Daerah;
5. PP 60/2008
6. Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
7. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
8. Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3
9. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri
21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
10. Permendagri No 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman
Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah jo
Permendagri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Permendagri No 23
Tahun 2007
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma
Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah
13. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Daerah;
14. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
286
15. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
287
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
288
Lampiran 1
Bagan Alir Akuntansi dan Pertanggungjawaban
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
289
Lampiran 2
Bagan Alir Akuntansi SKPD (1)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
290
Lampiran 3
Bagan Alir Akuntansi SKPD (2)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
291
Lampiran 4
Bagan Alir Laporan Keuangan SKPD (1)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
292
Lampiran 5
Bagan Alir Laporan Keuangan SKPD (2)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
293
Lampiran 6
Bagan Alir Akuntansi SKPKD (PPKD) (1)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
294
Lampiran 7
Bagan Alir Akuntansi SKPKD (PPKD) (2)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
295
Lampiran 8
Bagan Alir Laporan Keuangan Pemda (2)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
296
Lampiran 9
Bagan Alir Laporan Keuangan Pemda (2)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
297
Lampiran 10
Bagan Alir Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (1)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
298
Lampiran 11
Bagan Alir Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (2)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
299
Lampiran 12
Bagan Alir Pembahasan Laporan Keuangan Pemda (1)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
300
Lampiran 13
Bagan Alir Pembahasan Laporan Keuangan Pemda (2)
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
301
Lampiran 14
Artikel Penyimpangan Laporan Keuangan Pemda
Penyimpangan laporan keuangan pemda dan BUMD capai
Rp1,17 triliun
Online: Selasa, 02 April 2013 | 18:14 wib ET
JAKARTA, kabarbisnis.com: Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan 1.871 kasus
dugaan pelanggaran aturan pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dan
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di semester II 2012. Nilainya mencapai Rp 1,17
triliun.
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo mengatakan, temuan atas
ribuan kasus tersebut sebagian besar terjadi pada pemeriksaan LKPD sebanyak 1.793
kasus dengan nilai Rp1,15 triliun. "Selebihnya terjadi pada pemeriksaan BUMD," ungkap
Hadi di Jakarta, Selasa (2/4/2014).
Hadi mengatakan, pada Semester II-2012 BPK memeriksa sebanyak 94 LKPD
provinsi/kabupaten/kota tahun anggaran 2011. Sehingga, pada 2012 BPK telah
menyelesaikan laporan hasil pemeriksaan (LHP) atas 520 LKPD tahun anggaran 2011 dari
524 pemda yang wajib menyusun LKPD.
"Masih terdapat empat pemda yang terlambat menyerahkan LKPD ke BPK. Selain itu,
kami juga telah memeriksa dua LKPD 2010 dan sembilan laporan keuangan PDAM
2011," ujarnya
Hadi menambahkan, terhadap 94 LKPD 2011, BPK memberikan opini wajar dengan
pengecualian (WDP) atas 33 LKPD, opini tidak wajar (TW) diberikan kepada tiga LKPD
dan tidak memberikan pendapat (TMP) pada 58 LKPD. Dikatakan, hasil pemeriksaan atas
LKPD menunjukkan bahwa pemda tingkat provinsi dan kota memperoleh opini yang
lebih baik dibandingkan dengan pemda kabupaten.
"Jadi, pemda kabupaten perlu didorong untuk memperbaiki pengelolaan dan pelaporan
keuangannya," ujar Hadi.
Secara garis besar, penyebab LKPD pemda tidak memperoleh opini WTP di 2011,
menurut Hadi, disebabkan oleh aset yang belum dilakukan inventarisasi dan penilaian.
Selain itu,pemda juga belum melakukan pembatasan lingkup pemeriksaan serta ada
kelemahan pada pengelolaan kas, piutang, persediaan, investasi belanja barang/jasa dan
belanja modal.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
302
"Terhadap sembilan laporan keuangan PDAM 2011 yang diperiksa BPK pada Semester II2012, opini WTP diberikan kepada dua PDAM, opini WDP kepada tiga PDAM dan opini
TMP kepada empat PDAM," pungkasnya. kbc11
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
303
Download