Uploaded by Riuzhaky No Karasu

PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS FKIP 2016-FULL finish

advertisement
PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH
Skripsi, Tesis, Dan Artikel Hasil Penelitian
Tim Penyusun Edisi Kedelapan :
Ketua
:
Anggota :
Dr. Hj. Nuraini Asriati, M.Si
Dr. Antonius Totok Priadi, M.Pd
Dr. Ikhsanuddin. M.Pd
Dr.Suhardi Marli, M.Pd
Dr. Edy Tandililing,M.Pd
Dr. Touvan Juni Samodra,M.Pd
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNTAN
PONTIANAK
i
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah:
Skripsi, Tesis, Artikel, Makalah & Laporan Penelitian
Edisi Kedelapan (revisi) ini diterbitkan oleh FKIP Untan Pontianak
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Tanjungpura
Jl. Jend. Ahmad Yani/Jl. Tut Wuri Handayani Telp./Fax. (0561)740144
Email: ………
Website: www.untan.ac.id
Cetakan I Edisi Kedelapan (revisi)
: Januari 2017
ISBN: ………………………………
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah FKIP Untan edisi kedelapan ini
merupakan revisi dari edisi sebelumnya
ii
KATA PENGANTAR
Revisi Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan
yang dirasakan oleh civitas academika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Tanjungpura seiring dengan perubahan dinamika penulisan karya ilmiah. Pedoman ini terdiri
atas Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Artikel, Makalah dan Laporan Penelitian. Pedoman
ini terutama dimaksudkan bagi penulisan skripsi dan tesis yang dilakukan oleh mahasiswa
Program Sarjana dan Pascasarjana yang ada di lingkungan FKIP Untan.
Pada edisi kedelapan ini terdapat beberapa penambahan (tidak terjadi perubahan
mendasar dibandingkan dengan edisi sebelumnya), yakni, tentang jenis jenis penelitian
seperti penelitian kuantitatif, kualitatif, pengembangan, dan penelitian tindakan kelas, ruang
lingkup dan kode etik penulisan karya ilmiah, artikel penelitian, yang disertai dengan contohcontoh pada lampiran serta penulisan artikel penelitian baik untuk mahasiswa maupun untuk
dosen yang bersumber dari Simlitabmas Dikti.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada semua pihak yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu penyelesaian penyusunan
pedoman ini, dengan harapan dapat bermanfaat bagi keseragaman penulisan karya ilmiah di
FKIP Untan.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk perbaikan pedoman penulisan karya ilmiah ini,
namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan maupun kekeliruan. Oleh
karena itu, saran dan masukan sangat dibutuhkan untuk perbaikan pedoman ini pada edisi
berikutnya.
Akhirnya, semoga pedoman ini dapat bermanfaat terutama bagi civitas academika di
lingkungan FKIP Untan.
Pontianak, Januari 2017
Dekan
Dr. H. Martono, M.Pd.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................
iii
iv
vii
BAB I RUANG LINGKUP PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH.................
1
A. Jenis-jenis Karya Ilmiah .............................................................................................
1
B. Tata Tulis ....................................................................................................................
2
BAB II KODE ETIK PENULISAN KARYA ILMIAH ..............................................
3
BAB III KOMPOSISI SKRIPSI/TESIS .......................................................................
7
A.
Umum ......................................................................................................................
7
B.
Sistematika ..............................................................................................................
9
C.
Isi Bagian Awal, Bagian Inti, dan Bagian Akhir .....................................................
9
BAB IV PENULISAN KUTIPAN, RUJUKAN, TABEL, DAN GAMBAR ..............
34
A.
Kutipan ....................................................................................................................
34
B.
Daftar Rujukan ........................................................................................................
37
C.
Penyajian Tabel .......................................................................................................
45
D.
Penyajian Gambar ...................................................................................................
47
BAB V PENELITIAN KUANTITATIF ......................................................................
49
A.
Sistematika ..............................................................................................................
49
B.
Isi Bagian Awal, Bagian Inti, dan Bagian Akhir .....................................................
50
BAB VI PENELITIAN KUALITATIF.........................................................................
63
A.
Sistematika ..............................................................................................................
63
B.
Isi Bagian Awal, Bagian Inti, dan Bagian Akhir .....................................................
65
BAB VII PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) ..............................................
70
iv
A.
Sistematika ..............................................................................................................
71
B.
Isi Bagian Awal, Bagian Inti, dan Bagian Akhir ....................................................
72
BAB VIII PENELITIAN DESAIN DAN PENGEMBANGAN ..................................
79
A.
Sistematika ..............................................................................................................
79
B.
Isi Bagian Awal, Bagian Inti, dan Bagian Akhir .....................................................
81
BAB IX PENULISAN ARTIKEL HASIL PENELITIAN ..........................................
92
A.
Sistimatika Penulisan Artikel Hasil Penelitian ........................................................
92
B.
Aturan Umum .........................................................................................................
92
C.
Tata Cara Pengutipan .............................................................................................
97
D.
Aturan Tambahan ....................................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................. 101
v
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1:
TABEL 4.1:
TABEL 8.1:
TABEL 9.1:
Halaman
Aturan Umum Penulisan Skripsi/Tesis ................................................ 7
Guideline for unbised language ........................................................... 46
Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)..................................................... 83
Daftar Kesalahan yang Sering Muncul dalam Penulisan Artikel......... 98
vi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 5.3:
Halaman
Perbandingan Silabus Lama dan Baru ................................................. 48
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1
Lampiran2
Halaman
Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiasi di Perguruan Tinggi .................................... 101
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2015 ......................................................................... 110
viii
BAB I
RUANG LINGKUP PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH
A. Jenis-Jenis Karya Ilmiah
Sesuai dengan cirinya karya tulis ilmiah dapat berwujud dalam bentuk
makalah (dalam seminar atau simposium), artikel, laporan, skripsi, tesis, yang
pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Adapun
jenis Karya Ilmiah yang dijelaskan dalam buku ini antara laian ;
1) Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis
berdasar pendapat orang lain dimana karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil
penelitian lapangan, didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan
penelitian langsung; observasi lapangan atau penelitian di laboratorium, atau studi
kepustakaan dan dipertahankan di depan sidang ujian (munaqasyah) dalam rangka
penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana.
Perbedaan mendasar antara skripsi dengan tesis adalah kedalaman dan
keluasan analisis, baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas,
misalnya pada penelitian kuantitatif, jumlah variabel yang diteliti dalam tesis
haruslah lebih luas dan/atau lebih banyak dibandingkan dengan skripsi, sementara
pada penelitian kualitatif ditinjau dari kedalaman kajian, tesis harus lebih
komprehensif dibandingkan dengan skripsi. Secara kualitas perbedaan antara
skripsi dengan tesis adalah pada tataran konseptual yang dikaji dalam penelitian,
walaupun secara operasional sulit dilakukan pembedaan tersebut.
2) Tesis
Tesis, adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi
pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim
penguji guna memperoleh gelar Magister.
Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar pada METODE; METODE
penelitian dan METODE penulisan. Standarnya digantungkan pada institusi,
1
terutama pembimbing. Dengan bantuan pembimbing, mahasiswa merencanakan
(masalah),
melaksanakan;
menggunakan
instrumen,
mengumpulkan
dan
menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil kesimpulan dan rekomendasi.
Luasan kajian tesis, khususnya pada penelitian kuantitatif adalah jumlah
variabel pada skripsi dianjurkan minimal dua (dikecualikan pada penelitian
analisis faktor, boleh satu variabel, tetapi dengan subvariabel yang relatif banyak),
sementara pada tesis minimal tiga variabel.
3) Artikel, Makalah dan Laporan Penelitian
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dibuat dimaksudkan untuk dimuat
dalam jurnal atau buku kumpulan artikel. Artikel ilmiah dapat berupa hasil
penelitian, hasil pemikiran dan studi pustaka, dapat dibuat oleh mahasiswa, dosen,
pustakawan, dan civitas akademika lainnya.
Makalah adalah karya ilmiah yang memuat hasil pemikiran tentang sebuah
topik/tema yang ditulis secara sistematis dan terdapat analisis secara objektif.
Bagi mahasiswa, makalah dapat berupa tugas terstruktur yang diberikan oleh
dosen untuk memenuhi syarat memperoleh nilai mata kuliah. Sementara dosen
adakalanya membuat makalah demi kepentingan presentasi dalam seminar dan
kegiatan ilmiah lainnya. Laporan penelitian lebih dimaksudkan kepada laporan
penelitian yang memuat tentang proses dan hasil penelitian yang dapat dilakukan
oleh dosen dan mahasiswa.
B. Tata Tulis
Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah
tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya,
kemampuan mandiri sekalipun dipandu dosen pembimbing menjadi hal sangat
mendasar.
Tata tulis yang berlaku di dalam semua karya tulis ilmiah di FKIP Untan
menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Kecuali hal-hal yang berlaku khusus
pada bidang ilmu tertentu, semua tata cara penulisan menggunakan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD) sesuai Surat Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015. Secara lengkap,
peraturan tersebut dapat dilihat pada lampiran 2.
2
BAB II
KODE ETIK PENULISAN KARYA ILMIAH
Proses penulisan karya ilmiah mempunyai kode etik atau etika yang harus
digunakan oleh seorang penulis ketika menulis sebuah karya atau artikel
ilmiah. Kode etik penulisan karya ilmiah secara garis besar adalah pengakuan
bahwa karya itu adalah murni hasil karya pribadi, kalau pun harus mengutip
tulisan ide atau pokok fikiran dari orang lain maka kita harus mencantumkan
sumber ide pokok fikiran tersebut sehingga tulisan tersebut tidak termasuk
katagori Plagiasi.
Penulisan karya ilmiah harus memenuhi kategori terhindar dari
kecurangan-kecurangan, dan tindakan yang dapat merugikan pihak lain, sehingga
diperlukan kode etik yang merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati.
Kode etik dapat berupa norma sosial dan norma hukum. Norma ini berkaitan
dengan pengutipan dan perujukan, perizinan terhadap bahan yang digunakan dan
penyebutan sumber data atau informasi.
Dalam penulisan karya ilmiah, penulis harus secara jujur menyebutkan
rujukan terhadap bahan atau pikiran yang diambil dari sumber lain. Pemakaian
bahan atau pikiran dari suatu sumber atau orang lain yang tidak disertai dengan
rujukan dapat diidentikan dengan pencurian.
Plagiat merupakan tindak kecurangan yang berupa pengambilan tulisan
atau pemikiran orang lain yang diakui sebagai hasil tulisan atau pemikiran orang
lain yang diakui sebagai hasil tulisan atau hasil pemikirannya sendiri. Oleh karena
itu, penulis skripsi dan tesis wajib membuat dan mencantumkan pernyataan dalam
skripsi, atau tesis bahwa karyanya itu bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pemikiran orang lain.
Dalam menulis
karya ilmiah, rujuk-merujuk dan kutip-mengutip
merupakan kegiatan yang tidak dapat dihindari. Kegiatan ini amat dianjurkan,
karena perujukan dan pengutipan akan membantu pengembangan ilmu.
3
Dalam menggunakan bahan dari suatu sumber (misalnya instrumen, bagan,
gambar, dan tabel), penulis wajib meminta izin kepada pemilik bahan tersebut.
Permintaan izin dilakukan secara tertulis. Jika pemilik bahan tidak dapat
dijangkau, penulis harus menyebutkan sumbernya dengan menjelaskan apakah
bahan tersebut diambil secara utuh, diambil sebagian, domodifikasi atau
dikembangkan.
Kode etik adalah seperangkat norma yang perlu diperhatikan dalam
penulisan karya ilmiah. Norma ini berkaitan dengan pengutipan dan perujukan,
perizinan terhadap bahan yang digunakan dan penyebutan sumber data atau
informasi.
Dalam penulisan karya ilmiah, penulis harus secara jujur menyebutkan
rujukan terhadap bahan atau pikiran yang diambil dari sumber lain. Pemakaian
bahan atau pikiran dari suatu sumber atau orang lain yang tidak disertai dengan
rujukan dapat diidentikan dengan pencurian.
Penulis karya ilmiah harus menghindarkan diri dari tindak kecurangan
yang lazim disebut plagiat. Plagiat merupakan tindak kecurangan yang berupa
pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain yang diakui sebagai hasil tulisan
atau pemikiran orang lain yang diakui sebagai hasil tulisan atau hasil
pemikirannya sendiri. Oleh karena itu, penulis skripsi dan tesis wajib membuat
dan mencantumkan pernyataan dalam skripsi, tesis atau disertasinya bahwa
karyanya itu bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain.
Dalam menulis
karya ilmiah,
rujuk-merujuk dan kutip-mengutip
merupakan kegiatan yang tidak dapat dihindari. Kegiatan ini amat dianjurkan,
karena perujukan dan pengutipan akan membantu pengembangan ilmu.
Dalam menggunakan bahan dari suatu sumber (misalnya instrumen, bagan,
gambar, dan tabel), penulis wajib meminta izin kepada pemilik bahan tersebut.
Permintaan izin dilakukan secara tertulis. Jika pemilik bahan tidak dapat
dijangkau, penulis harus menyebutkan sumbernya dengan menjelaskan apakah
4
bahan tersebut diambil secara utuh, diambil sebagian, domodifikasi atau
dikembangkan.
Kode etik penulisan karya ilmiah di perguruan tinggi merupakan norma
hukum, karena telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan
Tinggi (lihat lampiran 1).
Pertimbangan pertimbangan etika yang perlu dipenuhi antara lain :
1. Kejujuran akademik yang tercermin dari :
a. Skripsi/tesis yang disusun benar benar karya sendiri bukan hasil jiplakan
b. Konsep dan kajian teori tidak dikutip secara langsung kecuali untuk
kepentingan kajian sebagai penelitian yang relevan
c. Cara membuat kutipan dari berbagai sumberreferensi sesuai dengan
aturan yang lazim digunakan dalam karya ilmiah
d. Semua referensi
yang digunakan
sebagai
bahan
kajian
harus
dicantumkan dalam daftar pustaka atau sebaliknya semua referensi yang
terdapat di daftar pustaka hanya referensi yang dikutip
2. Keterbukaan, yaitu kesediaan untuk menerima kritik atau saran demi
peningkatan kualitas hasil tulisan.
3. Menjaga kerahasiaan dan keamanan subyek penelitian.
Tindakan kecurangan dalam penulisan karya ilmiah dapat berupa plagiasi,
yakni tindakan mengakui hasil tulisan atau pemikiran orang lain sebagai hasil
karya sendiri. Selain secara sengaja melakukan penjiplakan/plagiasi, kesalahan
yang tergolong plagiasi tersebut acapkali terkait dengan rujukan dan pengutipan
hasil karya atau pemikiran orang/sumber lain. Hal tersebut perlu menjadi
perhatian civitas akademika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura, dan dapat dilihat pada bagian lampiran pedoman ini.
Tindakan yang dapat merugikan pihak lain di antaranya adalah menuliskan
berita negatif/tidak menyenangkan/tidak diinginkan oleh sumber atau informan,
misalnya hasil belajar siswa/mahasiswa yang relatif rendah/tidak tuntas. Tindakan
tersebut dapat dihindari dengan menggunakan kode, inisial atau nama samaran,
sehingga penulis sendiri yang mengetahui nama sumber atau informan tersebut.
5
Sebenarnya dalam dunia tulis menulis, kegiatan pengutipan atau
rujukan pada karya tulis hasil dari tulisan orang lain merupakan hal yang wajar
dan tidak dapat dihindarkan bahkan sangat dianjurkan karena justru hal tersebut
bisa membuat sebuah karya tulisan ilmiah semakin berkembang dan kaya akan
informasi hanya saja, seperti yang sudah dijelaskan di atasi, kita harus
memperhatikan kode etik penulisan karya ilmiah tersebut.
6
BAB III
KOMPOSISI SKRIPSI/TESIS
1. Umum
TABEL 3.1: Aturan Umum Penulisan Skripsi/Tesis
No
Ragam Aturan
Format
1
Ukuran kertas
HVS A4 80 gsm
2
Jenis huruf
Times New Roman size 12
3
Cetak tebal/Bold
Judul, sub judul, semua judul (judul tabel,
diagram, gambar dll)
4
Spasi
Double
5
Margin
4 cm kiri, 3 cm kanan, 4 cm atas, dan 3 cm
bawah
Penulisan Sub Bab
Ada dua macam cara (boleh pilih salah satu):
1.
Gabungan Angka dan Huruf
a. Bab: I, II, III, IV,dst.
b. Sub bab tingkat 1: A, B, C, D,dst.
c. Sub bab tingkat 2: 1, 2, 3, 4,dst.
d. Sub bab tingkat 3: a, b, c, d,dst.
e. Sub bab tingkat 4: 1), 2), 3), 4) dst
f. Sub bab tingkat 5: a), b), c), d) dst
g. Sub bab tingkat 6: (1), (2), (3), (4),dst.
h. Sub bab tingkat 7: (a), (b), (c), (d),dst.
7
Contoh:
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas
2. Tolak ukur efektifitas pembelajaran
a. Pengorganisasian pembelajaran dengan baik
1) Materi
2) Metode
3) Media
b. Komunikasi secara efektif
3. Pengertian pembelajaran
B. Hasil Belajar
… dst.
Nomor dan judul bab diketik dengan huruf kapital cetak tebal seluruhnya.
Nomor bab (BAB I, BAB II, BAB III, dst) diketik pada jarak 3 cm dari tepi atas
di tengah tengah (simetris kiri kanan). Dibawahnya diketik judul bab. Jika judul
bab lebih dari satu baris diketik dengan pola piramida terbalik.
2.
Angka Semua
a. Bab: I, II, III, IV, dst.
b. Sub bab tingkat 1: 1.1, 1.2, 1.3, 1.4, dst.
c. Sub bab tingkat 2: 1.1.1, 1.1.2, 1.1.3, 1.1.4, dst.
d. Sub bab tingkat 3: 1.1.1.1, 1.1.1.2, 1.1.1.3, 1.1.1.4, dst.
Contoh :
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Efektifitas
1.1 Pengertian Efektifitas
1.2. Tolak ukur efektifitas pembelajaran
1.2.1 Materi
1.2.2 Metode
1.2.3 Media. dst
2. Pengertian pembelajaran
3. Pembelajaran komperatif
… dst.
8
Sistematika
Sistematika Skripsi dan Tesis sebagai laporan hasil penelitian kuantitatif
dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir
1.
Bagian Awal
Halaman Sampul
Lembar Logo
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Pernyataan Keaslian Tulisan
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Daftar Lainnya
2.
Bagian Inti (Lihat Pedoman pada setiap Jenis Penelitian)
3.
Bagian Akhir
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
Riwayat Hidup
Isi Bagian Awal, Bagian Inti, dan Bagian Akhir
1.
Isi Bagian Awal
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang unsur-unsur bagian awal
yang telah disebutkan di atas, berikut ini diuraikan isi yang terkandung dalam masingmasing unsur tersebut.
9
a.
Halaman Sampul
Halaman sampul berisi: judul secara lengkap (fon 14), kata Skripsi/Tesis (fon 14),
sedangkan yang lainya fon 12 seperti nama dan nomor induk mahasiswa (NIM),
lambang Universitas Tanjungpura dengan diameter 3 cm, dan diikuti dengan prodi,
jurusan, fakultas, nama lengkap universitas (tidak boleh disingkat), dan tahun lulus
ujian. Semua huruf dicetak dengan huruf kapital. Komposisi huruf dan tata letak
masing-masing bagian diatur secara simetris, rapat, dan serasi dan warna sampul
sama dengan warna FKIP, yaitu orange.
Tulisan yang dicetak pada halaman sampul:
a. Judul skripsi
b. Kata “SKRIPSI”
c. Kata “OLEH”
d. Nama lengkap penulis
e. NIM
f. Logo Untan Berwarna
g. Nama Program Studi
h. Nama Jurusan
i. Kata “FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN”
j. Kata “UNIVERSITAS TANJUNGPURA”
k. Kata “PONTIANAK”
l. Tahun ujian skripsi/Tesis
.
10
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Halaman Sampul Skripsi
PENGARUH PEMBELAJARAN LINTAS MINAT EKONOMI TERHADAP
PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA
KELAS XI MIA SMA NEGERI 10
PONTIANAK
Font 14
5 Spasi
SKRIPSI
Font 12
5 Spasi
OLEH
HARISANDI
F0111162
Font 12
6 Spasi
3 cm
6 Spasi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU ILMU SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
11
Font 12
3 cm
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Halaman Sampul Tesis
INTERNALISASI MORALITAS EKONOMI
SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DI KOTA PONTIANAK
Font 14
5 Spasi
TESIS
Font 12
5 Spasi
OLEH
ZAIDAN
NIM F10211001
Font 12
6 Spasi
3 cm
6 Spasi
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012
12
Font 12
3 cm
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Halaman Sampul Artikel
PENGARUH PEMBELAJARAN LINTAS MINAT EKONOMI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA
KELAS XI MIA SMA NEGERI 10
PONTIANAK
Font 14
5 Spasi
ARTIKEL
Font 12
5 Spasi
OLEH
HARISANDI
F0111162
Font 12
6 Spasi
3 cm
6 Spasi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU ILMU SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
13
Font 12
3 cm
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Halaman Sampul Makalah
PENGARUH PEMBELAJARAN LINTAS MINAT EKONOMI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA
KELAS XI MIA SMA NEGERI 10
PONTIANAK
Font 14
4 Spasi
MAKALAH
Font 12
1 Spasi
3 Spasi
4 Spasi
OLEH
WINDA EKA KARLINA DEWI
NIM F01107093
Font 12
5 Spasi
3 cm
5 Spasi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU ILMU SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
14
Font 12
3 cm
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Halaman Sampul Laporan Penelitian
PEMBELAJARAN KEWIRAUSAAN DI LINGKUNGAN
KELUARGA PENGUSAHA MIKRO, KECIL
DAN MENENGAH
Font 14
4 Spasi
LAPORAN PENELITIAN
Font 12
1 Spasi
3 Spasi
4 Spasi
OLEH
DRS. H. PARIJO, M.SI.
NIP. …………………………….
Font 12
5 Spasi
3 cm
5 Spasi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU ILMU SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
15
Font 12
3 cm
b.
Lembar Logo
Lembar logo hanya berisi lambang UNTAN dengan ukuran diameter 3 cm.
3 cm
3 cm
c.
Halaman Judul
Halaman judul terdiri dari dua halaman. Halaman pertama, isi dan formatnya
sama dengan halaman sampul. Halaman judul lembar yang kedua memuat (1)
judul skripsi yang diketik dengan huruf kapital, (2) teks Skripsi diajukan kepada
Universitas Tanjungpura
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan program Sarjana/Pascasarjana (3) nama dan nomor induk
mahasiswa, diketik dengan huruf kapital, dan NIM, (4) logo untan dengan
diameter 3 cm. nama lengkap universitas (fakultas, dan jurusan) diketik dengan
huruf kapital, (5) dan tahun lulus ujian.
16
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Halaman Judul Skripsi (Lembar Kedua)
PENGARUH PEMBELAJARAN LINTAS MINAT EKONOMI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA
KELAS XI MIA SMA NEGERI 10
PONTIANAK
Font 14
4 Spasi
SKRIPSI
Font 12
1 Spasi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Font 12
4 Spasi
OLEH
HARISANDI
NIM F01111062
Font 12
5 Spasi
3 cm
5 Spasi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU ILMU SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
17
Font 12
3 cm
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Halaman Judul Tesis (Lembar Kedua)
INTERNALISASI MORALITAS EKONOMI SISWA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DI KOTA PONTIANAK
Font 14
4 Spasi
TESIS
Font 12
1 Spasi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Studi Magister Pendidikan Ekonomi
Font 12
4 Spasi
OLEH
ZAIDAN
NIM F10211001
Font 12
5 Spasi
3 cm
5 Spasi
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012
18
3 cm
3 cm
d.
Lembar Persetujuan
Lembar persetujuan Skripsi/Tesis berisi pengesahan oleh para penguji, ketua
program studi, dan dekan. Hal-hal yang dicantumkan dalam lembar persetujuan
pembimbing adalah: (1) teks Skripsi/Tesis oleh ini telah disetujui untuk diuji, (2)
nama lengkap dan nomor induk pegawai (NIP) Pembimbing I dan Pembimbing
II. Pengesahan ini baru diberikan setelah diadakan penyempurnaan oleh
mahasiswa yang bersangkutan sesuai dengan saran-saran yang diberikan oleh para
penguji pada saat berlangsungnya ujian. Dalam lembar persetujuan dosen penguji
dicantumkan tanggal-bulan-tahun dilaksanakannya ujian, tanda tangan, nama
lengkap dan NIP dari masing-masing dewan penguji dan dekan/ketua program
studi.
19
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Lembar Persetujuan Pembimbing Skripsi
PENGARUH PEMBELAJARAN LINTAS MINAT EKONOMI TERHADAP
PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA
KELAS XI MIA SMA NEGERI 10
PONTIANAK
Font 14
5 Spasi
HARISANDI
NIM F01111062
Font 12
5 Spasi
Font 12
Disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Font 12
Dr. Hj. Nur‟aini Asriati, M.Si
NIP. …………………………
Drs. Agus Sastrawan, M. Si.
NIP. …………………………
Disahkan
Dekan,
Font 12
Dr. Martono, M.Pd
NIP. …………………………
6 Spasi
Font 12
Lulus tanggal: ……………………..
20
3 cm
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Lembar Persetujuan Pembimbing Tesis
INTERNALISASI MORALITAS EKONOMI SISWA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DI KOTA PONTIANAK
Font 14
5 Spasi
ZAIDAN
NIM F10211001
Font 12
5 Spasi
Font 12
Disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Font 12
Dr. Hj. Nur‟aini Asriati, M.Si
NIP. …………………………
Drs. H. Parijo, M.Si.
NIP. …………………………
Disahkan
Dekan,
Font 12
Dr. Martono, M.Pd
NIP. …………………………
6 Spasi
Lulus tanggal: ……………………..
Font 12
21
3 cm
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Lembar Persetujuan dan Pengesahan Skripsi
PENGARUH PEMBELAJARAN LINTAS MINAT EKONOMI TERHADAP
PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA
KELAS XI MIA SMA NEGERI 10
PONTIANAK
Font 14
5 Spasi
Font 12
HARISANDI
NIM F01111062
5 Spasi
Disetujui
Pembimbing I
Font 12
Pembimbing II
Font 12
Dr. Hj. Nur‟aini Asriati, M.Si
NIP. …………………………
Drs. Agus Sastrawan, M. Si.
NIP. …………………………
Penguji I
Penguji II
Font 12
Prof. Dr. Junaidi H. Matsum, M.Pd
NIP. …………………………
Drs. Rum Rosyid, M.M
NIP. …………………………
Mengetahui
Ketua Program Studi,
Font 12
Dr.Okianna, M.Si.
NIP. …………………………
22
3 cm
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Lembar Persetujuan dan Pengesahan Tesis
INTERNALISASI MORALITAS EKONOMI SISWA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DI KOTA PONTIANAK
Font 14
5 Spasi
ZAIDAN
NIM F10211001
Font 12
5 Spasi
Font 12
Disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Font 12
Prof. Dr. H. Mashudi, M.Pd.
NIP. …………………………
Dr. Hj. Nur‟aini Asriati, M.Si.
NIP. …………………………
Penguji I
Penguji II
Font 12
Prof. Dr. Junaidi H. Matsum, M.Pd.
NIP. …………………………
Dr. Endang P., M.Si.
NIP. …………………………
Mengetahui
Ketua Program Studi,
Font 12
Prof. Dr. H. Mashudi, M.Pd.
NIP. …………………………
23
3 cm
e.
Pernyataan Keaslian Tulisan
Pernyataan keaslian tulisan berisi pernyataan penulis bahwa isi skripsi yang
ditulisnya bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang
diaku sebagai hasil tulisan atau pemikirannya sendiri. Pengambilalihan karya orang lain
untuk diakui sebagai karya sendiri merupakan tindak kecurangan yang lazim disebut
plagiasi. Penulis karya ilmiah harus menghindarkan diri dari tindak kecurangan ini.
24
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Pernyataan Keaslian Tulisan
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama
: M. Fadli Ramdani
NIM
: F01111057
Jurusan/ Prodi
: P. IPS / Pendidikan Ekonomi
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benarbenar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Pontianak, Juni 2015
Yang Membuat Pernyataan
Matrai
6000
Ttd
M. Fadli Ramdani
NIM. F011111057
25
3 cm
f.
Abstrak
Abstrak merupakan paragraf yang paling penting. Sesaat setelah abstrak
terbit di dalam suatu publikasi ilmiah berarti awal dari suatu perjalanan panjang
dari tulisan yang bersangkutan dimulai karena abstrak akan masuk dalam berbagai
indeks karya tulis ilmiah. Abstrak merupakan ringkasan singkat yang
komprehensif dari suatu tulisan. Abstrak yang baik adalah yang akurat, padat,
spesifik, nonevaluatif, koheren dan mudah dibaca. Panjang abstrak skripsi hasil
penelitian maksimal satu halaman, spasi satu.
Isi abstrak:
1) Masalah yang diteliti (satu kalimat jika mungkin)
2) Bentuk penelitian yang digunakan
3) Subjek/sampel (sebutkan karakteristiknya yang utama, misal: jumlah, tipe,
umur, jenis kelamin, dan cara menentukan sampel)
4) Metode (alat, bahan, instrumen, prosedur pengumpulan data dan analisisnya)
5) Temuan utama (bila kuantitatif lengkap dengan statistiknya)
6) Kesimpulan dan implikasi atau aplikasinya.
26
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Abstrak
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan mencatat jurnal
penyesuaian perusahaan pada siswa kelas X Akuntansi IV SMKN 3 Pontianak.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan bentuk penelitian
kualitatif. Sumber data penelitian ini kelas X Akuntansi IV dan datanya adalah
lembar jawaban siswa ulangan materi jurnal penyesuaian serta hasil wawancara
dengan guru akuntansi dan siswa kelas X Akuntansi IV. Hasil penelitian
menunjukkan keterampilan membuat jurnal penyesuaian pemakaian persediaan
sebesar 83% masuk kategori sangat baik, penyesuaian akun biaya dibayar dimuka
sebesar 20% masuk kategori gagal, penyesuaian akun biaya yang terutang atau
masih harus dibayar sebesar 86% masuk kategori sangat baik, penyusutan aktiva
tetap sebesar 54% masuk kategori kurang, penyesuaian akun pendapatan diterima
dimuka sebesar 3% masuk kategori gagal, dan penyesuaian akun pendapatan
yang masih harus diterima sebesar 60% masuk katergori cukup。
Kata Kunci: Keterampilan Penyelesaian Materi, Jurnal Penyesuaian, dan
Perusahaan Jasa
27
3 cm
g.
Kata Pengantar
Kata Pengantar berisikan beberapa hal yaitu (1) Ucapan syukur; (2) Judul
Penelitian; (3) Maksud/Tujuan; (4) Ucapan terima kasih, dan (5) Harapan akan kegunaan.
Tulisan KATA PENGANTAR diketik dengan huruf kapital, simetris di batas atas
bidang pengetikan dan tanpa tanda titik. Teks kata pengantar diketik dengan spasi ganda
(dua spasi). Panjang teks tidak lebih dari satu halaman kertas ukuran A4. Pada bagian
akhir teks (di pojok kanan-bawah) dicantumkan kata Penulis tanpa menyebut nama
terang.
28
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Keterampilan Penyelesaian Materi
Jurnal Penyesuaian Perusahaan Jasa Pada Siswa Kelas X Akuntansi SMKN 3
Pontianak”.
Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Tanjungpura Pontianak. Dalam penyusunan dan
penyelesaian penulisan skripsi ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Endang Purwaningsih, M.M selaku dosen pembimbing
pertama.
2. ......................... (Dan seterusnya)
Penulis telah berusaha secara maksimal dalam menulis skripsi ini. Namun
skripsi ini kemungkinan masih terdapat kekurangan baik dari segi penulisan,
materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk memperbaiki skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Pontianak, Juni 2015
Penulis
29
3 cm
h.
Daftar lsi
Di dalam halaman daftar isi dimuat judul bab, judul subbab, dan judul anak
subbab yang disertai dengan nomor halaman tempat pemuatannya di dalam teks.
Semua judul bab diketik dengan huruf kapital, sedangkan judul subbab dan anak
subbab hanya huruf awalnya saja yang diketik dengan huruf kapital. Daftar isi
hendaknya menggambarkan garis besar organisasi keseluruhan isi.
30
3 cm
4 cm
4 cm
Contoh Daftar Isi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
ABSTRAK..................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. Masalah Penelitian ............................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................
7
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 16
A. Keterampilan Penyelesaian Materi Jurnal Penyesuaian .................... 16
B. Akuntansi Perusahaan Jasa ................................................................ 19
C. Jurnal Penyesuaian Perusahaan Jasa.................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 29
A. Metode Penelitian ............................................................................. 29
B. Bentuk Penelitian ............................................................................... 30
C. Data dan Sumber Data ....................................................................... 31
31
3 cm
i.
Daftar Tabel
Halaman daftar tabel memuat nomor tabel, judul tabel, serta nomor halaman
tempat pernuatan setiap tabel. Judul tabel dalam daftar tabel harus sama dengan judul
tabel yang terdapat di dalam teks. Judul tabel yang memerlukan lebih dari satu baris
diketik dengan spasi tunggal. Antara judul tabel yang satu dengan yang lainnya diberi
jarak dua spasi.
j.
Daftar Gambar
Pada halaman daftar gambar dicantumkan nomor gambar, judul gambar, dan
nomor halaman tempat pemuatannya dalam teks. Judul gambar yang memerlukan
lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal. Antara judul gambar yang satu
dengan yang lainnya diberi jarak dua spasi.
k.
Daftar Lampiran
Daftar lampiran memuat nomor lampiran, judul lampiran, serta halaman tempat
lampiran itu berada. Judul lampiran yang memerlukan lebih dari satu baris diketik
dengan spasi tunggal. Antara judul lampiran yang satu dengan yang lainnya diberi jarak
dua spasi.
l.
Daftar Lainnya
Jika dalam suatu skripsi banyak digunakan tanda-tanda lain yang mempunyai
makna esensial (misalnya singkatan atau lambang-lambang yang digunakan dalam
matematika, ilmu eksakta, teknik, dan bahasa), maka perlu ada daftar khusus
mengenai lambang-lambang atau tanda-tanda tersebut.
32
2.
Isi Bagian Inti (Lihat Pedoman pada setiap Jenis Penelitian)
3.
Isi Bagian Akhir
a.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka memuat buku-buku literatur, jurnal, dll yang digunakan
dalam pembuatan skripsi dan tesis.
b.
Lampiran-Lampiran
Lampiran hendaknya hanya berisi dokumen penting yang secara langsung
perlu disertakan dalam suatu skripsi dan tesis, misalnya ringkasan analisis data penelitian
dan salinan (fotokopi) surat ijin penelitian. Dokumen lain yang berupa data mentah,
misalnya, tidak perlu disertakan daiam lampiran skripsi/tesis.
Untuk mempermudah pemanfaatannya, setiap lampiran harus diberi nomor
urut lampiran dengan menggunakan angka Arab. Pencantuman nomor lampiran
dalam tubuh tulisan skripsi dan tesis, harus sesuai dengan urutan penyajian dalam teks.
Satu nomor lampiran merupakan kelanjutan dari nomor urut lampiran dalam tubuh
tulisan sebelumnya.
c.
Riwayat Hidup
Riwayat hidup penulis skripsi dan tesis hendaknya disajikan secara naratif. Hal-
hal yang perlu dimuat dalam riwayat hidup adalah nama lengkap penulis, tempat dan
tanggal lahir, riwayat pendidikan, pengalaman berorganisasi, dan informasi tentang
prestasi yang pernah diraih selama belajar di perguruan tinggi ataupun pada waktu
duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah. Yang sudah berkeluarga dapat
mencantumkan nama suami/istri dan putra-putrinya. Riwayat hidup diketik dengan spasi
tunggal (satu spasi).
33
BAB IV
PENULISAN KUTIPAN, RUJUKAN, TABEL, DAN GAMBAR
A.
Kutipan
1.
Kutipan Langsung
a.
Kutipan Langsung yang Kurang dari Lima Baris
Tulisan yang dikutip langsung dari publikasi lain jika kurang dari lima baris
harus ditulis kata demi kata dan diletakkan di dalam teks dengan diberi tanda
kutip ganda (“…”).
Contoh:
Leo Sutrisno (1998: 27) menyatakan, “Reformasi pendidikan di Indonesia harus
diarahkan pada pengubahan dari kerangka berpikir „benar-salah‟ menjadi
kerangka berpikir alternatif.” tetapi perubahan semacam ini memerlukan waktu
yang lama, bahkan mungkin perlu beberapa generasi.
b.
Kutipan Langsung yang terdiri dari Lima Baris atau Lebih
Kutipan yang terdiri atas lima baris atau lebih tidak ditempatkan di dalam
teks tetapi di dalam blok yang di tandai dengan inden kanan dan inden kiri tanpa
meggunakan tanda kutip.
Contoh:
Leo Sutrisno menyatakan bahwa,
Masuk 6
Ketukan
Reformasi pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada
pengubahan kerangka berpikir „benar-salah‟ menjadi kerangka
berpikir alternatif. Seseorang yang menggunakan kerangka berpikir
benar-salah hanya menggunakan satu pemikiran saja yang olehnya
dianggap benar. Sedangkan pemikiran-pemikiran lain dianggap
salah. Pada umumnya, yang bersangkutan menjadi sangat fanatik
dalam mempertahankan pemikirannya karena baginya pemikiran
tersebut hanya satu-satunya yang benar. Ia menjadi sangat tertutup
terhadap pemikiran lain. (Leo Sutrisno, 1998: 27)
Tetapi, perubahan semacam ini memerlukan waktu yang lama,
mungkin perlu beberapa generasi.
34
Masuk 6
Ketukan
bahkan
c.
Aturan Membuat Kutipan Langsung
1.
Kutipan langsung harus akurat. Kutipan langsung harus mengikuti katakata, ejaan, serta tanda-tanda baca pada tulisan yang asli.
2.
Tanda kutip ganda dipakai untuk kutipan di dalam teks. Tanda kutip tunggal
digunakan di dalam teks yang telah menggunakan tanda kutip ganda.
Contoh:
Leo Sutrisno (1998: 27) menyatakan, “Reformasi pendidikan di Indonesia harus
diarahkan pada pengubahan dari kerangka berpikir „benar-salah‟ menjadi
kerangka berpikir alternatif” tetapi perubahan semacam ini memerlukan waktu
yang lama, bahkan mungkin perlu beberapa generasi.
3.
Suatu kutipan dapat diubah tanpa penjelasan bila:
a.
Huruf pertama dari suatu kutipan mungkin diubah menjadi huruf besar atau
huruf kecil
b.
Tanda baca pada akhir suatu kalimat yang dikutip mungkin juga dapat
diubah untuk disesuaikan dengan kalimat utama.
2.
Kutipan Tak Langsung (Parafrase)
Kutipan tak langsung adalah suatu cara yang dilakukan penulis untuk
mengutip pendapat orang lain dengan tidak menyalin seluruh kalimat atau bagian
kalimat yang dikutip, tetapi hanya mengambil inti atau sari dari pendapat yang
dikutip yang kemudian dikemukakan kembali dengan menggunakan kalimatkalimat penulis itu sendiri. Dengan kata lain yang dikutip hanyalah gagasan atau
ide dari suatu uraian yang kemudian dipaparkan dengan menggunakan kalimatkalimat penulis sendiri.
Beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam membuat kutipan tak
langsung:
a.
Kutipan tersebut diintegrasikan dengan tulisan(teks),
b.
Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip, dan
35
c.
3.
Jarak antarbaris ditulis mengikuti teks
Penghargaan kepada penulis yang dikutip
Semua bentuk tulisan yang dipinjam dari penulis lain atau tulisan sendiri
baik yang disajikan dengan kata-kata sendiri (parafrasa) maupun kutipan langsung
harus disertai penghargaan kepada penulisnya.
a.
Pada kutipan langsung
Penghargaan dinyatakan dengan cara mencantumkan nama penulis dan
tahun penerbitan dan halaman di dalam tanda kurung yang diletakkan langsung di
belakang kutipan yang bersangkutan.
Contoh:
Ia menyatakan, “Reformasi pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada
pengubahan kerangka berpikir „benar-salah‟ (cetak miring ditambahkan penulis)
menjadi kerangka berpikir alternatif” (Sutrisno 1998, hal. 27). Tetapi, perubahan
semacam ini memerlukan waktu yang lama, bahkan mungkin perlu beberapa
generasi .
b.
Pada kutipan yang berbentuk parafrasa
Penghargaan dinyatakan dengan cara mencantumkan nama penulis dan
tahun penerbitan di dalam tanda kurung yang diletakkan langsung di belakang
paraprasa atau kutipan yang bersangkutan.
Contoh:
Disebutkan bahwa fokus reformasi pendidikan di Indonesia adalah pengubahan
kerangka berpikir „benar-salah‟ menjadi kerangka berpikir alternatif” (Sutrisno,
1998). Tetapi, perubahan semacam ini memerlukan waktu yang lama, bahkan
mungkin perlu beberapa generasi.
c.
Jika mengutip dari kutipan penulis lain jangan menghapus apapun
yang ada di dalam kutipan asli.
Kutipan semacam ini tidak perlu dimasukkan ke dalam daftar rujukan,
kecuali banyak kutipan diambil dari sumber yang sama.
36
Contoh:
Disebutkan bahwa fokus reformasi pendidikan di Indonesia menurut Leo Sutrisno
(dalam Akiong, 2001) adalah pengubahan kerangka berpikir
menjadi
„benar-salah‟
kerangka berpikir alternatif. Tetapi, perubahan semacam ini
memerlukan waktu yang lama, bahkan mungkin perlu beberapa generasi
B.
Daftar Rujukan
Gaya penulisan daftar pustaka menurut APA (American Psychological
Association) adalah gaya yang mengikuti format Harvard. Beberapa ciri
penulisan daftar pustaka dengan APA style adalah:
1. Tanggal publikasi dituliskan setelah nama(-nama) pengarang.
2. Referensi di dalam isi tulisan mengacu pada item di dalam daftar pustaka
dengan
cara menuliskan nama belakang (surname) pengarang diikuti
tanggal penerbitan yang dituliskan di antara kurung.
3. Urutan daftar pustaka adalah berdasarkan nama belakang pengarang.
Jika suatu referensi tidak memilik nama pengarang maka judul referensi
digunakan untuk mengurutkan referensi tersebut di antara referensi lain
yang tetap diurutkan berdasarkan nama belakang pengarang.
4. Daftar pustaka tidak dibagi-bagi menjadi bagian-bagian berdasarkan jenis
pustaka, misalnya buku, jurnal dan sebagainya.
5. Judul referensi dituliskan secara italic. Jika daftar pustaka ditulis tangan
maka judul digaris bawahi.
Berdasarkan jenis referensi, berikut ini adalah panduan dan contoh
penulisan daftar pustaka berdasarkan APA style:
Daftar rujukan (referensi) yang berada di bagian belakang dari suatu tulisan
ilmiah berfungsi memberi informasi untuk mengidentifikasi dan mencari kembali
masing-masing sumber bacaan. Rujukan yang dikutip di dalam teks harus muncul
pada daftar rujukan, sebaliknya, setiap entry pada daftar rujukan harus dikutip di
dalam teks. Daftar rujukan yang dipersiapkan dengan akurat akan menunjukkan
kredibilitas penulisnya.
Daftar rujukan berbeda dengan daftar bacaan (bibliografi) yang merupakan
37
bacaan untuk bacaan latar belakang atau bacaan lanjut. Rujukan yang dikutip
dalam teks harus sama dengan yang berada di dalam daftar rujukan baik ejaan
maupun tahunnya.
Agar akurat dan lengkap dalam menyusun daftar rujukan, sebaiknya rujukan
diperiksa kembali berdasarkan sumber aslinya. Perhatikan nama penulis, tahun
terbit, judul dan informasi penerbitan. Cermati ejaan, terutama jika bahasa asing.
Jangan lupa, perhatikan penulisan nama.
Entry dalam daftar rujukan diatur secara alpabetis, huruf demi huruf nama
keluarga (surname) penulis utama. Penulis utama adalah penulis yang tercantum
pada urutan pertama pada sumber bacaan yang diacu. Jika seorang diri ia adalah
penulis utama.
Rujukan yang terdiri atas beberapa tulisan satu orang penulis diurutkan
menurut angka tahun penerbitan.
Rujukan yang terdiri atas beberapa tulisan dari seorang penulis dalam satu
tahun yang sama, diurutkan sesuai dengan urutan kemunculannya di dalam teks
dengan menambahkan abjad di belakang tahun penerbitan (1998a, 1998b, 1998c).
a.
Penulisan nama penulis
1.
Bila informasinya memungkinkan, bagian ini dimulai dengan nama
keluarga (jika ada) diikuti inisial nama “depan” dan / atau inisial
nama “tengah” atau yang lain(initial).
Contoh:
Comell, D. P., Siregar, R. O., Mawengkang, J. T., Alchadrie, Sy. I.,
2.
Preposisi seperti de, la, du, van, von dll jangan disatukan dengan
penulisan nama keluarga. Sedangkan Mc, Mac, dan M‟ dapat
disatukan dengan namakeluarga.
Contoh:
Aert, J. H. Van, Magnis, S. O. Von, McArthur, P. W., Mac Donald, R.
H., M‟Dowd, L.V.,
3.
Bila tidak mungkin tulislah secara utuh sesuai dengan urutan yang
tercantum dalam sumber bacaan yang ditulisnya.
Contoh:
38
Dedi Supriadi, Urai Husna Asmara, Masrikah Djawari. Sri Buwono,
Yoseph Thomas, Sesilia Seli, Bambang Wijaya, Sri Mulyani, M.J.
Margiati
4.
Bila penulisnya kurang dari enam orang semua nama ditulis dengan
aturan yang sama seperti satu orang, dipisahkan dengan tanda koma,
”,” dan di depan penulis terakhir diberi”&”.
Contoh:
August, D.L., Flavell, J.H. & Clift, R., Sugiatno, Edy Yusmin, Halini,
& Zubaidah
5.
Bila penulisnya enam orang atau lebih, hanya dituliskan penulis
pertama diikuti ”,” dan ”et al” atau”dkk”.
6.
Bila penulisnya kelompok, tulis lengkap nama kelmpok itu.
Contoh:
Himpunan Matematika Indonesia.Departemen Pendidikan Nasional.
7.
b.
Akhiri bagian ini dengan tanda titik“.”
Penulisan tahun penerbitan
1.
Tuliskan tahun sumber referensi itu dikerjakan atau dipublikasikan
tanpa tandakurung.
2.
Bila pertemuan, kongres, seminar, lokakarya, dan sejenisnya tuliskan
”Bulan” pelaksanaannya langsung dibelakang tahun yang dipisahkan
dengan tanda koma”,”
3.
Bila surat kabar, majalah dan sejenisnya, cantumkan juga ”Tanggal
dan Bulan” terbitnya langsung di belakangtahun.
4.
Bila telah diterima untuk diterbitkan tetapi belum terbit, di belakang
tahun di tambah ”in press” dalam tanda‟kurung‟
5.
Bila tahun penerbitan tidak ada, tuliskan ”(tanpa tahun)” langsung di
belakang namapenulis.
6.
Bila tidak diterbitkan, tambahkan di belakang tahun kata ”tidak
diterbitkan” dalam tandakurung.
7.
Akhiri bagian ini dengan tanda titik“.”
39
c.
Penulisan judul
1.
Hanya huruf pertama dari judul dan huruf pertama dari sub judul yang
dituliskan dengan hurufbesar.
2.
Sertakan informasi yang tidak ‟rutin‟ misalnya: Surat pembaca,
monograf, Abstrak, CD-ROM, atau Web-Site di dalam tanda kurung
besar ”[......]” langsung di belakangjudul.
3.
d.
Akhiri bagian ini dengan tanda titik“.”
Penulisan berkala
1.
Tuliskan lengkap ”nama berkala/jurnal” yang bersangkutan / tidak
disingkat.
2.
Tuliskan nomor tahun atau volume berkala yang bersangkutan tanpa
tandakurung.
3.
Jika setiap nomor dimulai dengan halaman 1 (satu), cantumkan nomor
terbitannya di dalam tanda kurung ”(.....)” langsung di belakang
bagianjudul.
e.
4.
Sertakanhalamannya.
5.
Pisahkan semua elemen-elemen ini dengan koma”,”
6.
Akhiri bagian ini dengan tanda titik“.”
Penulisan informasi penerbit
1.
Bila berupa buku, cantumkan Kota penerbit dan nama penerbitnya
yang dipisahkan dengan tanda ”:”. Akhiri dengan tanda titik“.”
2.
Bila berupa terbitan berkala, ikuti 2.1.4. Akhiri bagian ini dengan
tanda titik“.”
1.
Penulisan Rujukan dalam Daftar Secara Lengkap
a.
Artikel berkala (jurnal atau majalah)
Urutan penulisan:
Penulis.Tahun.Judul
artikel. Nama Berkala. Volume
Halaman. Nama berkala dan volumenya dicetak tebal.
40
(nomor):
Contoh:
Bekerian, D. A. (1993).In search of typical eyewitness.American Psychologist.
48: 574-576
August, D. L., Flavell, J.H. & Clift, R., (1985).Comparison of comprehensions
monitoring of skilled and less skilled readers.Reading Research
Quarterty. 20 (1): 39-53
Stock, W.A. et al. (1982) Rigor in data sythesis: a case study of reliability in
meta-analysis. Educational Researcher.11 (15):10-14.
Edy Tandililing. (1998). Remediasi Hasil Belajar Fisika SMU Kelas 1. Suara
Almamater. Vol :1-10.
b.
Makalah disajikan dalamseminar/lokakarya
Urutan penulisan:
Nama penulis. (tahun, tanggal dan bulan dilaksanakan). Judul
makalah. Nama seminar/lokakarya; Kota tempat seminar/lokakarya. Judul
makalah dicetak tebal.
Contoh:
Leo Sutrisno. (2000, 24-25 September).Gender dalam Pendidikan Fisika di
Indonesia.
Makalah
untuk
seminar
Projek
HEDS-JICA
Unsri.Palembang.
c.
Makalah yang tidak diterbitkan
Urutan penulisan:
Nama
penulis.
(tahun,
tanggal
dan
bulan
dilaksanakan).
Judul
makalah.Kota dan instansi tempat yang bersangkutan bekerja.
Contoh:
Leo Sutrisno. (1996). (Tidak diterbitkan).Reformasi Pendidikan. Makalah
sumbang saran bagi Mendikbud. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Leo Sutrisno. (2000). Uji-uji Statistik untuk Dua Variabel yang Saling
Berhubungan.Makalah untuk kuliah program M.Si ilmu-ilmu sosial.
41
Pontianak.
Leo Sutrisno. (2002). Penelitian Kuantitatif Vs Kualitatif: Debat yang Tak
Kunjung Henti. Makalah untuk kuliah program M.Si ilmu-ilmu sosial.
Pontianak.
d.
Surat Kabar
Urutan penulisan:
Nama penulis. (tahun, tanggal dan bulan dilaksanakan).
Judul artikel.
Nama Surat Kabar.
Contoh:
Mahrus Irsyam. (2002, 16
Januari, hal:4-5).
Terapi Membenahi ke-
“Amburadul”-an Birokrasi. Kompas.
e.
Buku
Urutan penulisan:
Nama penulis. (tahun). Judul buku. Kota penerbit: Nama penerbit.
(1)
Judul buku ditulis dengan huruf tebal
Contoh:
Fery Ansi. (1988a). Pengantar Ekonomi. Jakarta: Aksara.
Fery Ansi. (1988b). Pengantar Bisnis. Jakarta: Aksara.
(2)
Nomor cetakan atau nomor edisi ditulis di dalam tanda kurung di belakang
judulbuku.
Contoh:
JB.Adimassana.(1986).
Ki
Ageng
Suryametaram
tentang
Citra
Manusia.(Cetakan ke-1). Yogyakarta: Kanisius.
Gorys Keraf. (1983). Komposisi.(Cetakan ke-5). Endeh: Arnoldus.
(3)
Bila penulis sebagai penyunting atau editor maka kata ”Editor/penyunting”
ditulis di dalam kurung langsung dan diletakkan di belakang nama penulis
yangbersangkutan.
42
Contoh:
Sindhunata.(Editor). (2001). Pendidikan: Kegelisahan Sepanjang Zaman.
Yogyakarta: Kanisius.
(4)
Bila penulisnya berbentuk kelompok dalam suatu instansi tertentu, nama
instansi yang menerbitkan menggantikan posisi namapenulis.
Contoh:
Program Pascasarjana Universitas Gajahmada. (1998). Petunjuk Penulisan
Usulan Penelitian dan Tesis.Yogyakarta.
f.
Bagian/bab dari suatu buku
Urutan penulisan:
Nama penulis. (tahun). Judul.Dalam Nama Penyunting; (Editor); Judul
Buku. Kota penerbit: Nama penerbit, halaman.
Contoh:
Wuri Sudjatmiko. (2000). Pendidikan Tinggi dan Demokrasi. Dalam
Sindhunata
(Editor).
Menggagas
Paradigma
Baru
Pendidikan.
Yogyakarta: Kanisius, hal: 35-48.
g.
Buku terjemahan
Urutan penulisan:
Nama penulis. (tahun). Judul buku dalam edisi Indonesia; (Nama
penterjemah); Kota penerbit: Nama penerbit.
Contoh:
Niels Mulder. (2001). Individu, Masyarakat, dan Sejarah. (Penterjemah: A
Widyamartaya). Yogyakarta: Kanisius.
h.
Rujukan dari artikel dalam jurnal dari CD-ROM
Urutan penulisannya sama dengan penulisan rujukan dari artikel dalam
jurnal cetak ditambah dengan penyebutan CD-ROMnya dalam kurung.
43
Contoh:
Krashen, S. & Long, M. (1979).Age.Rate and Eventual Attaiment in Second
Language Acquistion.TESOL Quarterly, 13:573- 82 (CD-ROM:
TESOL Quarterly-Digital, 1977).
Okey, J.R. (1973). The Effect of a mastery teaching strategy on teacher
attitudes and pupils achievements. Makalah disajikan pertemuan
tahunan The National Centre for Research in Science Teaching. Detroit.
Maret tanpa tanggal.ERIC No. ED080311.
i.
Rujukan dari internet berupa karyaindividual
Urutan penulisannya sama dengan penulisan rujukan dari artikel dalam
jurnal cetak, diikuti kata dalam kurung (Online), (alamat sumber rujukan dan
tanggal dikunjungi)
Contoh:
Hitchcock, S., Crr, L. & Hall, W. (1996).A Survey of STM Online Journals,
1990-95: The Calm before the Storm. (Online). (http//journal ecs
sotonac.uk/survey/survey. html, dikunjungi 12 Juni 1996).
j.
Rujukan dari internet berupa artikel dari jurnal
Urutan penulisannya sama dengan penulisan rujukan dari artikel dalam
jurnal cetak, diikuti kata dalam kurung (Online), (alamat sumber rujukan dan
tanggal dikunjungi)
Contoh:
Kumaidi.(1998).
Pengukuran
Bekal
Awal
Belajar
dan
Pengembangan
Tesnya.Jurnal Ilmu Pendidikan. (Online). (http://www.malang.ac.id,
Januari 2007).
k.
Rujukan dari internet berupa bahan diskusi
Urutan penulisan sama seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara
berturut-turut oleh tanggal bulan tahun. Topik bahan diskusi.Nama bahan diskusi
(ditebalkan) dengan diberi keterangan dalam kurung (online), diakhiri dengan
44
alamat sumber e-mail rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan
dikunjungi, diantara tanda kurung.
Contoh:
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Chating Internet Sites NETTRAIN
discussion List. (Online). ([email protected], diakses
22 November 1995).
l.
Rujukan dari internet berupa E-mail pribadi
Nama pengirim (jika ada) dan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-
mail pengirim), diikuti secara berturut-turut oleh tanggal bulan tahun.Topik isi
bahan (ditebalkan).Nama yang dikirim disertai keterangan dalam kurung (alamat
e-mail yang dikirim).
Contoh:
Dali S. Naga. (ikip-jkt@indo,net.id). 1 Oktober 1997.Artikel untuk JIP. E-mail
kepada Ali Saukah ([email protected])
C.
Penyajian Tabel
Tabel dapat dipandang sebagai salah satu cara yang sistematis untuk
menyajikan data, sesuai dengan klasifikasi masalah. Dengan menggunakan tabel,
pembaca akan memahami dan menafsirkan data secara cepat. Tabel yang lebih
dari setengah halaman harus ditempatkan pada halaman tersendiri.
Tabel harus diberi identitas (berupa nomor dan nama tabel) yang
ditempatkan di atas tubuh tabel. Jika lebih dari satu halaman, maka bagian kepala
tabel (termasuk teksnya) harus diulang pada halaman selanjutnya. Akhir tabel
pada halaman pertama tidak perlu diberi garis horisontal.Pada halaman
berikutnya, tuliskan “Lanjutan Tabel...” pada tepi kiri atas. Nomor Tabel
menggunakan angka Arab-Hindu terdiri dari dua bagian, nomor yang merujuk bab
dimana tabel berada dan nomor urut tabel yang bersangkutan di dalam bab
yangmencakupinya.
45
Contoh :
Nomor Tabel 4.1 merujuk bahwa tabel terletak pada bab IV nomor urut
yang pertama.
Pengacuan tabel menggunakan
angka dalam
teks bukan
dengan
menggunakan kata “tabel di atas” atau “tabel di bawah”. Garis yang paling atas
dari tabel diletakkan tiga spasi di bawah nama tabel. Kolom pengepalan
(heading), dan deskripsi tentang ukuran atau unit data harus dicantumkan. Istilahistilah
seperti
nomor,
persen,
frekuensi,
dituliskan
dalam
bentuk
singkatan/lambang: No, %, dan f. Data yang terdapat dalam tabel ditulis dengan
menggunakan spasi tunggal.
Tabel yang dikutif dari sumber lain wajib perlu diperhatikan mengenai nama
penulis, tahun publikasi, dan nomor halaman tabel asli dan dituliskan di bawah
tubuh dengan jarak satu setengah spasi dari garis horisontal terbawah, mulai dari
tepi kiri.
Contoh:
TABEL 4.1: Guideline for unbised language
Problematic
Preferred
Guideline I: use an appropriate level of specificty
behavior was typicaly female
The client’s behavior was (specify)
Guideline 2: Be sensitive to labels
Participants were 300 Orientals
There 300 Asians participants
Comment : Orientals is considered pejoratice; use Asian, or be more specific
The eldery
Older people
Comment: use adjectives as adjectives instead of than as noun
Tabel Bersambung
46
TABEL 4.1, sambungan
Problematic
Preferred
Our study included 60 subjects
Sixty people participated in our study
Man, mankind
People, humanity, human being, humankind,
Man a project
Staff a projecy, hire personel, amploy staff
Manpower
Workforce, personel, worker
Penyajian Gambar
Istilah gambar mengacu pada foto, grafik chart, peta, sket, diagram, bagan,
dan gambar lainnya.Gambar dapat menyajikan data dalam bentuk-bentuk visual
yang dapat dengan mudah dipahami.Gambar tidak harus dimaksudkan untuk
membangun deskripsi, tetapi dimaksudkan untuk menekankan hubungan tertentu
yang signifikan.Gambar juga dapat digunakan untuk menyajikan dta statistik
berbentukgrafik.
Aturan:
1. Judul gambar ditempatkan di bawahgambar.
2. Cara dinomori dengan menggunakan angka Arab-Hindu seperti pada
penomorantabel.
3. Penyebutan adanya gambar seharusnya mendahuluigambar.
4. Gambar diacu dengan menggunakan angk, bukan dengan menggunakan kata
gambar di atas atau gambar dibawah.
47
Contoh :
Keterampilan mengajar
Pedagogi /pengajaran
Lama:alih pengetahuan
Baru: konstruksi pengetahuan
Menyusun materi siap saji
Lama:
- Dariatas
- Paraahli
- Kaku baru
- Dari kebutuhansiswa
- Parapenjagar
- Lentur
Evaluasi
Lama:Reproduksi
pengetahuan
Baru : Demonstrasi
pengetahuan
GAMBAR 4.1: Perbandingan Silabus Lama dan Baru
48
BAB V
PENELITIAN KUANTITATIF
Hal-hal yang disajikan dalam laporan penelitian kuantitatif pada umumnya
bersifat kompleks, mulai dari isi kajian terhadap berbagai teori yang bersifat substantif
dan mendasar sampai kepada hal-hal yang bersifat operasional teknis. Karena
kompleksnya materi yang disajikan, laporan penelitian kuantitatif perlu diatur
sedemikian rupa sehingga pembaca laporan dapat dengan mudah menemukan setiap
bagian yang dicarinya dan dapat memahaminya secara tepat.
Laporan hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi terutama ditujukan
untuk kepentingan masyarakat akademik. Laporan untuk masyarakat akademik
cenderung bersifat teknis substantif, berisi apa yang diteliti secara lengkap, mengapa hal
itu diteliti, cara melakukan penelitian, hasil-hasil yang diperoleh, dan kesimpulan
penelitian. Isinya disajikan secara lugas dan objektif. Format laporan cenderung baku,
mengikuti ketentuan dari perguruan tinggi atau suatu kelompok masyarakati akademik.
A.
Sistematika
Sistematika Skripsi dan Tesis sebagai laporan hasil penelitian kuantitatif
dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir
1.
Bagian Awal (Lihat pada Halaman 9-32)
Halaman Sampul
Lembar Logo
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Pernyataan Keaslian Tulisan
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Daftar Lainnya
49
2.
Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penelitian
D.
Manfaat Penelitian
E.
Asumsi Penelitian (jika diperlukan)
F.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
G.
Definisi Istilah atau Definisi Operasional
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori (Berisi Kajian Variabel Penelitian)
B.
Penelitian yang Relevan
C.
Hipotesis Penelitian dan Hipotesis Statistik
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Prosedur Penelitian
B.
Populasi dan Sampel
C.
Teknik Pengumpulan Data
D.
Instrumen (Alat Pengumpul Data) Penelitian
E.
Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi data
B.
Hasil Analisis Data
C.
Pengujian Hipotesis
D.
Pembahasan
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
3.
Bagian Akhir (Lihat pada Halaman 33)
B.
Isi Bagian Awal, Bagian Inti, dan Bagian Akhir
1.
Isi Bagian Awal (Lihat pada Halaman 9-32)
50
2.
Isi Bagian Inti
Skripsi dibatasi jumlah halamannya. Bagian inti skripsi tidak boleh lebih dari 75
halaman. Bagian-bagian yang diperlukan sebagai bukti pendukung kinerja penulisan
skripsi tidak perlu disertakan sebagai bagian dari skripsi akan tetapi cukup dibawa ke
forum ujian skripsi.
Bagian inti terdiri dari lima bab, yaitu Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil
Analisis, Pembahasan, dan Penutup. Rincian isi dari masing-masing bab diuraikan
pada bahasan berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan adalah bab pertama dari skripsi yang mengantarkan pembaca
untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa
penelitian itu dilakukan. Oleh karena itu, bab pendahuluan ini pada dasarnya memuat
(1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) kegunaan
penelitian (5) asumsi penelitian, (6) ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, dan (7)
definisi istilah/operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan, baik kesenjangan teoretis ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi
masalah yang diteliti. Di dalam latarbelakang masalah ini dipaparkan Grand Theory,
hasil-hasil
penelitian,
kesimpulan
seminar
dan
diskusi
ilmiah
ataupun
pengalarnan/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti.
Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak
yang lebih kokoh.
Hasil kajian pustaka dan/atau kerangka teori yang biasanya dipaparkan pada
bab tersendiri ditulis secara terpadu dalam bagian latar belakang masalah untuk
mendukung argumentasi penulis sesuai dengan relevansinya.
51
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan rriasalah
merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang
akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah.
Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan
dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan
menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara
variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah
hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya
data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan
antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam mata
pelajaran Matematika?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang hendak dicapai dalam
penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu kepada isi dan rumusan
masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah
penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan
penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP
dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika.
D. Manfaat Penelitian
Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi
pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain,
uraian dalam subbab Kegunaan Penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang
diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian
terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.
52
E. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian tidak harus ada. Asumsi dapat ditulis jika memang benarbenar diperlukan.
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang
dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya,
peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan
skala sikap. Dalam hal ini dia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang
diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang
diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau METODEs. Asumsi substantif
berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi METODEs berkenaan
dengan METODE penelitian.
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti, populasi
atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian ini dapat juga
dipaparkan
penjabaran
variabel
menjadi
subvariabel
beserta
indikator-
indikatornya. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi dan tesis.
Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi
temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian
menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian.
Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan
ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan prosedural,
teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian
berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan kepercayaan yang
tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan.
G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional
Definisi istilah atau definisi operasionai diperlukan apabila diperkirakan akan
timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penjelasan istilah
tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang
berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi atau tesis.
53
Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut
terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah
disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah
lebih dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti.
Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan diteliti.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang
didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan
menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu kepada bagaimana
mengukur suatu variabel. Contoh definisi operasionai dari variabel "prestasi
aritmatika" adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi menambah,
mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal.
Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau
konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu,
penyusunan definisi operasionai memungkinkan orang lain melakukan hal yang
serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh
orang lain.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori (Berisi Kajian Variabel Penelitian dalam Bentuk beberapa
Subjudul)
Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu
masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar
argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh
jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis, peneliti wajib
mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang
diteliti yang dipaparkan dalam Bab II (Kajian Pustaka). Dalam tesis teori yang dikaji
tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga teori yang bertentangan dengan
kerangka berpikir peneliti.
Kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoretis tentang objek
(variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa
54
argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan dalam Bab I. Untuk dapat
memberikan deskripsi teoretis terhadap variabel yang diteliti, diperlukan adanya
kajian teori yang memadai. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan
menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih, sebagai landasan
penelitian
dengan
hasil
kajian
mengenai
temuan
penelitian
yang
relevan.Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam
satu subbab t e rs e n di r i.
Bahan pustaka yang dikaji dan dipaparkan hasilnya dalam Bab ini didasarkan pada
tiga kriteria, yaitu (1) prinsip kemutakhiran (minimal 80 persen pustaka yang dirujuk
terbit sepuluh tahun terakhir), (2) prinsip keprimeran (minimal 80% pustaka yang
dirujuk berasai dari hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal, skripsi, tesis, disertasi,
dan laporan penelitian), dan (3) prinsip relevansi (hanya pustaka yang relevan dengan
masalah yang diteliti saja yang dirujuk). Jumlah halaman Bab II yang berisi hasil kajian
pustaka ini maksimal 10 persen dari seluruh. isi bagian inti skripsi dan tesis.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan adalah penelitian yang berhubungan dengan variabel
penelitian yang sedang dikerjakan. Ditulis dalam bentuk paragraf tidak dalam bentuk
point-point. Cukup mengutif secara singkat hasil dari penelitian tersebut. Penelitian
yang relevan akan dikaitkan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada bagian
pembahasan di Bab IV, dimana letak persamaan dan perbedaan hasil penelitian yang
telah dilakukan kedua-dua nya dibahas. Kenapa sama dan kenapa berbeda hasilnya.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis diturunkan atau bersumber dari teori dan/atau tinjauan pustaka yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Dengan demikian hipotesis dapat
ditempatkan setelah paparan kajian pustaka.
Secara prosedural, hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan
kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulankesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin
55
dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun, secara teknis, hipotesis penelitian
dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang
diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, di dalam
latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan
dalam bentuknya yang ringkas.
Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam
rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antar
variabel, melainkan telah ditunjukkan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu.
Contoh: Ada hubungan positif antara tingkat kecerdasan siswaSMP dengan prestasi
belajar mereka dalam mata pelajaran Matematika. Jika dirumuskan dalam bentuk
perbedaan menjadi: Siswa SMP yang tingkat kecerdasannya tinggi memiliki prestasi
belajar yang lebih tinggi dalam mata pelajaran Matematika dibandingkan dengan yang
tingkat kecerdasannya sedang.
Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua
variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan, (c) dirumuskan
secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.
BAB III METODE PENELITIAN
Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab Metode Penelitian paling tidak
mencakup (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian,
(4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.
A. Prosedur Penelitian
Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu
diberikan untuk setiap jenis penelitian. Dalam penelitian eksperimen, rancangan
penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh
data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam
penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling
memungkinkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut
berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam
penelitian eksperimental selalu mengacu kepada hipotesis yang akan diuji.
56
Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab Rancangan Penelitian
berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan
sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survey, atau
penelitian historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini
dijelaskan pula variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan
antara variabel-variabel tersebut.
B. Populasi dan Sampel
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan
mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi, jika sasaran penelitiannya
adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek
penelitian, terutama-dalam penelitian ekperimental. Dalam survey, sumber data
lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek,
tergantung pada cara pengambilan datanya.
Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan
agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya
adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat
mericerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel
merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud
menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan
sampel semakin berbeda dengan karakteristik populasinya, maka semakin besarlah
kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya.
Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah; (a)
identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur
dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.
C. Teknik Pengumpulan Data
Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dan teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang
terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan
pengumpulan data.
57
Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data,
perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk
menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang
berwenang, dan hai lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat
dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.
D.
Instrumen (Alat Pengumpul Data) Penelitian
Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen
pengumpul data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan
cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang
diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Suatu instrumen yang baik juga harus
memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas. Dalam tesis, harus ada bagian yang
menjelaskan proses validasi instrumen.
Instrumen penelitian dapat diambil dari instrumen yang sudah baku, atau
instrumen yang sudah baku tetapi diadaptasi, atau instrumen yang dikembangkan
sendiri oleh peneliti. Jika instrumen penelitian diambil dari instrumen yang sudah baku,
maka jabaran variabelnya tidak perlu dipaparkan lagi. Namun, apabila peneliti
mengadaptasi instrumen baku atau mengembangkan instrumen sendiri, peneliti perlu
memaparkan proses dan hasil validasi instrumen.
Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara
pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk
alat dan bahan, harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang
digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai.
Dalam ilmu eksakta, istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang
tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh
karena itu, subbab Instrumen Penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan.
E. Analisis Data
Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari
metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat digunakan secara bertahap, yaitu statistik
58
deskriptif dan dilanjutkan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat
statistik parametrik dan statistik nonparametrik. Pemilihan statistik parametrik atau
non perametrik harus memperhatikan karakteristik dan distribusi data yg diperoleh.
Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang
dikumpulkan dengan tetap berorientasi kepada tujuan yang hendak dicapai atau
hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam
analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya.
Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan,
perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih
sudah cukup dikenal, pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar.
Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang
populer), uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam
analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for
Windows.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian yang menguji hipotesis, laporan mengenai hasil-hasil yang
diperoleh sebaiknya dibagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama berisi uraian
tentang karakteristik masing-masing variabel. Bagian kedua memuat uraian tentang
hasil pengujian hipotesis.
A. Deskripsi Data
Kata "deskripsi data" bukan merupakan judul subbab karena pada bagian ini
diuraikan masing-masing variabel yang telah diteliti. Dalam deskripsi data untuk masingmasing variabel dilaporkan hasil penelitian yang telah diolah dengan teknik statistik
deskriptif, seperti distribusi frekuensi yang disertai dengan grafik yang berupa
histogram, nilai rerata, simpangan baku,atau yang lain. Setiap variabel dilaporkan
dalam subbab tersendiri dengan merujuk kepada rumusan masalah atau tujuan
penelitian.
Materi yang disajikan dalam Bab III dari skripsi dan tesis adalah temuantemuan yang penting dari variabel yang diteliti dan hendaknya dituangkan secara
59
singkat tetapi bermakna. Rumus-rumus dan perhitungan yang digunakan untuk
menghasilkan temuan-temuan tersebut diletakkan dalam lampiran (apabila diperlukan).
Temuan penelitian yang telah disajikan dalam bentuk angka-angka statistik,
tabel, ataupun grafik tidak dengan sendirinya bersifat komunikatif. Penjelasan tentang
hal tersebut masih diperlukan. Namuh, bahasan pada tahap ini perlu dibatasi pada halhal yang bersifat faktual, tidak mencakup pendapat pribadi (interpretasi) peneliti.
B. Hasil Analisis Data
Analisis data dan intrepretasi data terhadap data yang berhasil dikumpulkan dalam
pelaksanaan penelitian tindakan dapat dilakukan sepanjang proses penelitian.Karena
penelitian tindakan adalah penelitian yang bersifat dialektik, yaitu: perencanaan, tindakan
yang diserta dengan pengumpulan data, dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi data,
perencanaan baru, tindakan dan pengumpulan data, analisis dan interpretasi data lagi dan
seterusnya.
C. Pengujian Hipotesis
Pemaparan tentang hasil pengujian hipotesis pada dasarnya tidak berbeda
dengan penyajian temuan penelitian untuk masing-masing variabel. Hipotesis
penelitian dapat dikemukakan sekali lagi dalam bab ini, termasuk hipotesis nolnya, dan
masing-masing diikuti dengan hasil pengujiannya serta penjelasan atas hasil pengujian itu
secara ringkas dan padat. Penjelasan tentang hasil pengujian hipotesis ini terbatas pada
interpretasi atas angka statistic yang diperoleh dari perhitungan statistik dengan
merujuk ke hipotesis statistik.
D. Pembahasan
Pembahasan atas temuan-temuan penelitian yang telah dikemukakan memiliki arti
penting bagi keseluruhan kegiatan penelitian. Tujuan pembahasan adalah: (1)
menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaimana tujuan penelitian dicapai;
(2) menafsirkan temuan-temuan penelitian; (3) mengintegrasikan temuan penelitian
ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan; (4) memodifikasi teori yang ada
atau menyusun teori baru; dan (5) rnenjelaskan implikasi-implikasi lain dari hasil
penelitian, termasuk keterbatasan temuan-temuan penelitian.
Dalam upaya menjawab masalah penelitian atau tujuan penelitian, harus
disimpulkan secara eksplisit hasil-hasil yang diperoleh. Sementara itu, penafsiran
60
terhadap temuan penelitian dilakukan,dengan menggunakan logika dan teori-teori
yang ada.
Pengintegrasian temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah
ada dilakukan dengan jalan menjelaskan temuan-temuan penelitian dalam konteks
khazanah ilmu yang lebih luas. Hal ini dilakukan dengan membandingkan temuantemuan penelitian yang diperoleh dengan teori dan temuan empiris lain yang relevan.
Oleh karena itu, hasil kajian pustaka, khususnya yang berisi hasil-hasil penelitian
sebelumnya, yang biasanya disajikan dalam bab tersendiri juga ditulis secara terpadu
dalam Bab IV dan digunakan untuk membandingkannya dengan hasi| analisis penetiti.
Membandingkan hasil penelitian yang diperoleh dengan temuan penelitian lain
yang relevan akan mampu memberikan taraf kredibilitas yang lebih tinggi terhadap
hasil penelitian. Tentu saja suatu temuan akan menjadi lebih dipercaya apabila
didukung oleh hasil penelitian orang lain. Namun sebaiknya tidak hanya hasil
penelitian yang mendukung penelitian saja yang dibahas dalam bagian ini.
Pembahasan justru akan menjadi lebih menarik jika di dalamhya dicantumkan
juga hasil/temuan orang lain yang berbeda, dan pada saat yang sama peneliti
mampu memberikan penjelasan teoretis ataupun METODEs bahwa temuannya
memang lebih akurat.
Pembahasan hasil penelitian menjadi lebih penting manakala hipotesis
penelitian yang diajukan ditolak. Banyak faktor yang menyebabkan suatu
hipotesis ditolak. Pertama, faktor nonMETODEs, seperti adanya intervensi
variabel lain sehingga menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengan hipotesis
yang diajukan. Kedua, karena kesalahan rnetodologis, misalnya instrumen yang
digunakan tidak sahih atau kurang reliabel.
Pembahasan hasil penelitian juga bertujuan untuk menjelaskan perihal
modifikasi teori atau menyusun teori baru. Hal ini penting jika penelitian yang
dilakukan bermaksud menelaah teori. Jika teori yang dikaji ditolak sebagian,
hendaknya dijelaskan bagaimana modifikasinya, dan penolakan terhadap seluruh
teori haruslah disertai dengan rumusan teori baru.
61
BAB V PENUTUP
Pada Bab V atau bab terakhir dari skripsi atau Tesis dimuat dua hal pokok,
yaitu kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
Isi kesimpulan penelitian lebih bersifat konseptual dan harus terkait langsung
dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dengan kata lain, kesimpulan
penelitian terikat secara substantif dengan temuan-temuan penelitian yang rnengacu
kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kesimpulan juga dapat ditarik
dari hasil pembahasan, namun yang benar-benar relevan dan mampu memperkaya
temuan penelitian yang diperoleh.
Kesimpulan penelitian merangkum semua hasil analisis yang telah diuraikan
secara lengkap dalam Bab IV. Tata urutannya pun hendaknya sama dengan yang
ada di dalam Bab IV. Dengan demikian, konsistensi isi dan tata urutan rumusan
masalah, tujuan penelitian, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan penelitian tetap
terpelihara.
B. Saran
Saran yang diajukan hendaknya selalu bersumber pada temuan penelitian,
pembahasan, dan kesimpulan hasil penelitian. Saran hendaknya benar benar
merujuk ke batas-batas lingkup dan implikasi penelitian. Saran dapat meliputi
implementasi hasil penelitian dan/atau saran untuk penelitian selanjutnya.
Saran yang baik dapat dilihat dari rumusannya yang bersifat rinci dan operasional.
Artinya, jika orang lain hendak melaksanakan saran itu, dia tidak mengalami
kesulitan dalam menafsirkan atau melaksanakannya. Di samping itu, saran yang
diajukan hendaknya telah spesifik. Saran dapat ditujukan kepada perguruan tinggi,
lembaga pemerintah ataupun swasta, atau pihak lain yang dianggap layak.
3.
Isi Bagian Akhir (Lihat pada Halaman 33)
62
BAB VI
PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian
kualitatif
merupakan
penelitian
untuk
menggali
dan
mengungkapkan kebenaran realita yang mampu direkam oleh panca indra
bersamaan dengan itu direfleksikan oleh peneliti dengan diinterpretasikan.
Penelitian kualitatif ada beberapa jenis antara lain etnografi, hermeneutika,
fenomenologi, groundedtheory dan studi kasus. Dalam penyelesaian penelitian
harus secara spesifik mengacu pada paradigma mana yang akan dipergunakan.
Dalam penelitian kualitatif analisis yang digunakan dengan metode induktif.
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, memaknai kancah penelitian dengan
dibantu oleh instrument pengumpulan data wawancara, panduan observasi dengan
alat rekam yang lain serta berbagai instrument yang diperlukan. Pemaknaan data
dari kancah penelitian dilaksanakan bersamaan dengan proses berjalannya
penelitian melalui langkah langkah analisis data mulai dari proses reduksi data
menjadi konsep dan selanjutnya melalui tahap teorisasi konsep-konsep
dikelompokkan, diintegrasikan dan dikomparasikan.
Hasil penelitian kualitatif diselaraskan dengan paradigma penelitian
kualitatif.
Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen yang
memiliki
pengetahuan, keahlian dan kedalaman keilmuan dalam bidang yang diteliti
sehingga hal ini menjadi sudut pandang bagi peneliti untuk melihat, menelaah,
memaknai, menyimpulkan dan akhirnya melaporkan serta menganalisis data dari
kancah penelitian.
A.
Sistematika
Sistematika Skripsi dan Tesis sebagai laporan hasil penelitian kualitatif dibagi
menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir
1.
Bagian Awal (Lihat pada Halaman 9-32)
Halaman Sampul
Lembar Logo
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
63
Pernyataan Keaslian Tulisan
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Daftar Lainnya
2.
Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah/Konteks Penelitian
B. Fokus Penelitian
C. Manfaat Hasil Penelitian
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Deskripsi teori
B. Penelitian Yang relevean
C. Hipotesis (jika ada)
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Kehadiran Peneliti
C. Lokasi Penelitian
D. Sumber dan Data Penelitian
E. Prosedur Pengumpulan Data
F. Analisis Data
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
BAB IV PAPARAN DATA, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi, Saran, Implikasi, Penelitian Berikutnya
3.
Bagian Akhir (Lihat pada Halaman 33)
64
B.
Isi Bagian Awal, Bagian Inti, dan Bagian Akhir
1.
Isi Bagian Awal (Lihat pada Halaman 9-32)
2.
Isi Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah/Konteks Penelitian
Latar belakang dalam penelitian kualitatif merupakan penggambaran
fenomena yang terjadi. Hal ini dapat berupa hal yang unik, sebuah permasalahan,
komunitas, kajian budaya, permasalahan khusus, interaksi sosial, interaksi proses
dalam pembelajaran yang unik, cara belajar, yang merupakan fenomena yang
terjadi yang dalam justifikasi peneliti akan sulit dipecahkan permasalahan jika
dilakukan pendekatan penelitian dengan menggunakan kuantitatif.
Paparkan
pentingnya penelitian dilakukan dengan menggambarkan secara naratif atau
argumentatif pentingnya fenomena yang akan diteliti, sertakan penelitian yang
relevan yang pernah dilakukan sebagai pijakan awal serta sebagai pembuka
khazanah permasalahan yang akan diteliti.
Berdasarkan paradigma penelitian kualitatif harus jelas metode yang akan
digunakan dalam penelitian yakni antara metode
etnografi,
hermenetika,
fenomenologi, grounded theory atau studi kasus. Etnografi, ketika peneliti akan
meneliti latar budaya. Hermenitika, ketika peneliti akan menggali makna yang
dimaksud oleh penulis/pengujar dalam suatu teks. Fenomemologi, ketika peneliti
akan meneliti permasahalan yang berkaitan dengan latar fenomena yang sedang
terjadi. Grounded theory, ketika peneliti akan membangun suatu teori. Studi
kasus, ketika peneliti berfokus pada fenomena sosial yang khas/unik.
Latar belakang ditulis dalam uraian
yang argumentatif, berusaha
meyakinkan bahwa permasalahan yang akan diteliti adalah hal yang penting dan
menarik untuk diteliti. Permasalahan diambil dari fenomena yang terjadi di
masyarakat. Deskripsikan dengan jelas permasalahan yang ada dalam setting
yang akan diteliti dengan melihat beberapa pertimbangan berikut ini.
1.
Uraikan alasan yang masuk akal pentingnya permasalahan untuk diteliti
didukung oleh referensi, fakta dan temuan yang relevan.
65
2.
Tunjukkan
kesenjangan
yang
terjadi
diantara
penelitian-penelitian
sebelumnya.
3.
Paparkan kejelasan permasalahan yang akan diteliti berupa penegasan dalam
uraian singkat (thesis statement) “bukan menuliskan judul penelitian”.
B.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan ringkasan dari latar belakang masalah dalam
kalimat yang lebih ringkas. Penulisan fokus penelitian berisi uraian pokok
permasalahan dalam suatu konteks tertentu dalam masyarakat.
Penulisan fokus penelitian dilakukan dengan cara menyusun kalimat dalam
bentuk logika yang membawa pembaca mengerti bahwa fokus yang dituliskan
adalah sebuah permasalahan yang harus diteliti. Peneliti harus berargumentasi
dengan logika yang runtut untuk menunjukkan maksud permasalahan yang akan
diteliti.
C.
Manfaat Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian merupakan manfaat yang dapat dihasilkan dari
penelitian yang dilakukan.Kegunaan penelitian dapat ditujukan secara praktis dan
teoritis.Tuliskan pihak mana dan siapa saja yang kemungkinan memiliki
kepentingan dengan penelitian yang diteliti.
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A.
Deskripsi Teori
Teori
dalam
penelitian
kualitatif
dipergunakan
untuk
membantu
menjelaskan data yang diperoleh di lapangan ketika peneliti masuk dalam kancah
penelitian. Pilih teori yang relevan dengan tema penelitian. Teori juga berfungsi
sebagai bahan pembahas hasil penelitian.
B.
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian terdahulu dan tidak
selalu sama dengan penelitian yang diajukan. Tujuan mengemukakan penelitian
yang relevan adalah untuk menganalisa sejauh mana hasil-hasil penelitian yang
telah ada ragamnya dalam bidang yang akan diteliti ataupun penggunaannya
66
dalam bidang lain.
C. Hipotesis
Penelitian kualitatif tidak wajib mengajukan hipotesis. Hipotesis dalam
penelitian kualitatf merupakan hipotesis berjalan dan diuji berdasarkan fakta di
lapangan, hipotesis ini dapat berubah sesuai dengan hasil penelitian lapangan.
BAB III
A.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Tuliskan dengan jelas penelitian yang akan dilakukan apakah menggunakan
metode studi kasus, fenemenologi, hermeneutika, etnografi atau berdasarkan pada
grounded theory. Tuliskan alasan singkat penggunaan metode penelitian yang
dipilih.
B.
Kehadiran peneliti
Jelaskan bagaimana peneliti
masuk ke kancah penelitian.
Peneliti
menjelaskan kehadiran peneliti apakah sebagai partisipan, observer partisipan
yang diketahui, atau tidak diketahui statusnya sebagai peneliti.
C.
Lokasi Penelitian
Deskripsikan lokasi kancah penelitian sesuai dengan setting, spesifik sesuai
dengan tema, serta langsung mengarah pada interaksi sosial dimana tema yang
akan diteliti itu muncul.
D.
Sumber dan Data Penelitian
Terangkan bagaimana caranya data diperoleh, data apa yang diperlukan.
Dalam penelitian kualitatif semua jenis data dapat dipergunakan untuk menjamin
tingkat kejenuhan dan keterpercayaan data.
E.
Prosedur Pengumpulan Data
Berdasarkan kehadiran peneliti menentukan bagaimana teknik pengumpulan
data. Ketika peneliti sebagai instrumen dalam pengumpulan data maka peneliti
mengumpulkan data berdasarkan panca indra dan persepsinya bila diperlukan
67
gunakan alat rekam serta membuat catatan lapangan. Alat bantu seperti angket,
perekam, cek list, pengukuran, wawancara
dapat dipergunakan dengan
mempertimbangkan status kehadiran peneliti.
F.
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan selama dan sesudah di
lapangan. Setiap memperoleh data dari catatan lapangan selalu dianailis selama
proses di kancah penelitian. Jelaskan cara melakukan tipologi (Analisis domain,
taxonomis, komponensial, tema), pemrosesan satuan (penamaan berdasarkan latar
bukan persepsi peneliti), kategorisasi (pengelompokan atas dasar sifat kesamaan
data yang menjadi bangunan konstruksi data), penafsiran data (dilakukan mulai
sejak di lapangan sehingga sudah ada penghalusan data, penyusunan kategori,
yang berarti sudah menjadi bagian dari toeri yang nantinya diformulasikan secara
deskriptif atupun proporsional).
G.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Kualitatif validitas dan reliabilitas dalam penelitian mengikuti kaidah-kaidah
dalam penelitian kualitatif yang meliputi trianggulasi, perpanjangan partisipan,
kredibilitas (derajat kepercayaan internal melalui perpanjangan pengamatan,
ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi teman sejawat, memberchecking),
tranversibility (hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain atau
tidak).
BAB IV
PAPARAN DATA, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat temuan penelitian berupa data yang diperoleh dengan
menggunakan deskripsi data yang mudah dipahami.Pemaparan data disajikan
sesuai dengan fokus penelitian.Tunjukkan bahwa data telah valid dengan
menunjukkan tingkat kejenuhan data berdasarkan verifikasi data yang digunakan.
Uraikan hasil analisis data sesuai dengan tipologi, pemrosesan satuan,
kategorisasi dan penafsiran data dalam bentuk tabel, grafik, diagram, taksonomi
yang mudah dipahami oleh pembaca untuk dilakukan proses analisis data.
Pembahasan merupakan salah satu bagian yang menunjukkan ketajaman
68
peneliti dalam mensikapi hasil penelitian. Pembahasan dilakukan dengan cara
menelaah secara kritis hasil temuan berdasarkan data yang telah valid untuk
menjelaskan fenomena kajian penelitian. Pembahasan
dilakukan dengan
membandingkan hasil penelitian dengan teori.Selain itu juga membandingkan
dengan penelitian terdahulu.
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tuliskan intisari dari hasil penelitian yang telah dipaparkan dan dibahas
dalam bab sebelumnya.
B.
Rekomendasi, Saran, Implikasi, Penelitian Berikutnya
Pada bagian ini peneliti dapat memilih apakah akan menyarankan dalam
bentuk implikasi penelitian kepada pihak-pihak tertentu berdasarkan tujuan
penelitian atau merekomendasikan untuk diadakan penelitian kaitannya dengan
proses ataupun hasil penelitian. Jika dirasa perlu tuliskan kelemahan dalam proses
penelitian agar peneliti selanjutnya tidak melakukan kesalahan yang sama yang
berakibat hasil penelitian kurang baik atau tidak sesuai harapan.
3.
Isi Bagian Akhir (Lihat pada Halaman 33)
69
BAB VII
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Skripsi dan tesis berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
berisi upaya penelitian dalam mengatasi permasalahan pembelajaran. Penelitian
diawali dengan upaya mengungkapkan penyebab dari permasalahan pembelajaran
yang dihadapi, seperti kekurangaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar,
kesulitan peserta didik dalam mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu dan
kesalahan-kesalahan konsep yang dialami oleh peserta didik dalam pembelajaran
yang sebelumnya. Pengungkapan masalah ini kemudian dilanjutkan dengan upaya
pemecahan
masalah
berupa
tindakan
untuk
mengatasi
permasalahan,
meningkatkan kenerja guru serta kualitas proses dan hasil belajar peserta didik.
Skripsi dan tesis berdasarkan PTK harus dilakukan secara kolaboratif.
Kualitas kolaboratif sebagai pengamat untuk skripsi dan tesis memerlukan tingkat
kecermatan pengamatan proses yang terjadi dalam kelas.
Skripsi yang ditulis berdasarkan PTK menjelaskan bagaimana upaya
mengatasi permasalahan yang terjadi disuatu kelas. Demikian juga tesis yang
ditulis berdasarkan PTK tetapi dalam tesis harus juga diuraikan lebih rinci
bagaimana ketercapaian keberhasilan tindakannya. Beda antara skripsi dan tesis
yang ditulis berdasarkan PTK dapat diupayakan salah satunya dalam bentuk
jumlah tindakan yang diberikan sebagai upaya mengatasi masalah. Sebagai
contoh, untuk skripsi cukup satu tindakan, misalnya penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share; sementara untuk tesis dapat digabungkan dua
strategi pembelajaran untuk mengatasi masalah, misalnya melalui penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dengan penugasan
menulis jurnal belajar. Beda antara skripsi dan tesis yang ditulis berdasarkan PTK
juga dapat diupayakan dalam hal kedalaman argumentasi penetapan volume
pelaksanaan PTK. Misalnya untuk skripsi penetapan berdasarkan satu argumentasi
dan tesis minimal berdasarkan dua argumentasi.
70
A.
Sistematika Penelian Tindakan Kelas terdiri dari:
1.
Bagian Awal (Lihat dihalaman 9-32)
Hal-hal yang termasuk bagian awal adalah:
Halaman Sampul
Lembar Logo
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Pernyataan Keaslian Tulisan
Abstrak :
Kata pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Daftar Lainnya
2.
Bagian Inti
Bagian inti meliputi bab-bab berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
B. Penelitian yang Relevan
C. Hipotesis Tindakan (bila diperlukan)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Prosedur Penelitian
B. Subyek dan Lokasi Penelitian
C. Kolaborator Penelitian
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
F. Indikator Keberhasilan
71
G. Waktu dan Jadwal Pelaksanaan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
3.
Bagian Akhir
Bagian akhir memuat:
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Riwayat Hidup
B.
Isi Bagian Awal, Bagian Inti Dan Bagian Akhir
Isi Bagian Awal
Unsur-unsur yang harus ada pada bagian awal skripsi dan tesis
pada
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sama dengan penelitian yang lain. Susunan dan
unsur-unsur tersebut dan uraiannya juga sama.
Isi Bagian Inti
Bagian inti skripsi tidak boleh lebih dari 75 halaman, bagian inti tesis tidak
boleh lebih dari 100 halaman.
Bagian-bagian yang diperlukan sebagai bukti
pendukung kinerja penulisan skripsi
dan tesis tidak perlu disertakan sebagai
bagian dari skripsi dan tesis.
a. Judul
Judul ditulis singkat, spesifik, menggambarkan masalah yang akan diteliti,
serta mencerminkan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah.
Contoh Judul:
PENINGKATAN DISIPLIN MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH
MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI KEGIATAN
PEMBERIAN UMPAN BALIK PADA SISWA KELAS V
SDN 21 PONTIANAK TAHUN 2016
b. Kata Pengantar
Kata pengantar memuat beberapa hal yaitu (1) Ucapan syukur, (2) Judul
penelitian, (3) Maksud Tujuan, (4) Ucapan Terima kasih, (5) Harapan akan
Kegunaan.
72
c. Abstrak
Berisi umum dan lengkap yang disajikan secara singkat (tidak lebih dari 1
halaman) ditulis dengan spasi tunggal.
BAB I PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang Masalah
Pada bagian latar belakang masalah: (1) Kemukakan dengan jelas, faktual
(laporan keadaan lapangan) masalah yang dihadapi (lebih baik dengan
data:keterangan guru, siswa, kepala sekolah, data berupa angka persentase, ratarata dst), (2) Jelaskan diagnosis (pedeteksian) masalah, biasanya dalam bentuk
data prasurvei, (3) Jelasakan bahwa masalah yang akan dipecahkan adalah
masalah yang penting dan mendesak untuk dipecahkan dan dapat dilakukan
berdasarkan pertimbangan kemampuan peneliti,biaya,waktu dan dukungan
lainnya, (4) Identifikasi dan uraikan secara cermat akar permasalahan tersebut dan
jelaskan prosedur identifikasi masalahnya, (5) Uraikan secara umum perlakuan
yang selama ini dilakukan dan perlakuan atau metode pembelajaran seperti apa
yang ditawarkan akan diterapkan untuk memecahkan masalah atau mengadakan
perbaikan.
b.
Rumusan Masalah
Judul subbab ini biasanya hanya “Perumusan Masalah”. Dengan demikian
cukup dirumuskan satu kalimat tanya dari masalah umum dan beberapa
pernyataan dari submasalahnya.
Contoh rumusan masalah
73
“Apakah melalui kegiatan pemberian umpan balik disiplin mengerjakan
pekerjaan rumah mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V SDN 21
Pontianak Tahun 2016 dapat ditingkatkan?”
Rumusan masalah tersebut dirinci dalam submasalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah strategi perencanaan kegiatan pemberian umpan balik pada
mata SDN 21 Pontianak Tahun 2016 ?
2. Bagaimanakah strategi pelaksanaan kegiatan pemberian umpan balik pada
mata pelajaran Matematika yang dapat meningkatkan disiplin siswa kelas
V SDN 21 Pontianak Tahun 2016 ?
3. Apakah kegiatan pemberian umpan balik mata pelajaran Matematika dapat
meningkatkan disiplin mengerjakan pekerjaan rumah pada siswa kelas V
c. Tujuan Penelitian
Bagian tujuan penelitian berhubungan dengan masalah, hasil penelitian,
pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian.
Contoh rumusan tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi perencanaan kegiatan
pemberian umpan balik pada mata pelajaran matematika untuk dapat
meningkatkan disiplin siswa kelas V SDN 21 Pontianak Tahun 2016.
d.
Manfaat Penelitian
Berguna bagi siswa, guru, sekolah atau komponen terkait, lebih baik
kemukakan hal yang berupa inovasi. Uraian manfaat ini berisi kelayakan masalah
yang diteliti, terutama terkait dengan manfaatnya dalam meningkatkan kualitas
proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan tindakan yang
dipilih.
e.
Defenisi Operasional
Definisi operasional memuat: (1) variabel secara operasional yang
dipergunakan dalam judul atau masalah penelitian, (2) data yang diperlukan untuk
74
mengkaji istilah yang dipakai, (3) cara atau yang menyangkut instrumen yang
dipakai untuk mendapatkan data tersebut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Berisi tentang teori yang mendasari penelitian, yakni yang berkaitan dengan
kondisi pembelajaran, masalah yang dipecahkan ,strategi yang akan digunakan
dan prestasi
belajar siswa yang idial. Kajian teori tersebut paling tidak
mengungkapkan tentang: What (apa) berupa siapa penemu atau pendapat siapa,
way (mengapa) mengapa teori itu ada., How (bagaimana) teori itu digunakan atau
hasil penelitian terdahulu (yang dilakukan oleh orang lain).
Kajian Pustaka dapat meliputi:
a.
Kerangka Teori
Sebelum menulis kajian pustaka buatlah kisi-kisi teori yang akan dibahas.
Contoh:
Judul: Peningkatan disiplin mengerjakan pekerjaan rumah mata pelajaran
Matematika pada siswa kelas V SDN XX Pontianak Tahun 2016 melalui kegiatan
pemberian umpan balik.
Pokok pikiran (Grand-theory) dari judul tersebut meliputi; (1) Kegiatan
pembelajaran; (2) Kegiatan belajar.
Kerangkan teori pertama adalah pembelajaran. Kegiatan pembelajaran memiliki
unsurdi dalamnya, yakni tujuan, materi, pemilihan metode pembelajaran, kegiatan
belajar mengajar, media dan evaluasi sebagaimana selalu dicantumkan dan
menjadi unsur utama dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Kerangka teori kedua adalah kegiatan belajar. Kegiatan belajar mempunyai
faktor pendukung yang biasanya dikatagorikan menjadi faktor internal dan faktor
eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain intelegensi, motivasi, sikap,
disiplin dan lain-lain, sedangkan faktor eksternal antara lain media,lingkungan,
guru, materi ajar dan lain-lain.penjelasan tentang kegiatan belajar yang utama
dalam penelitian ini tentu saja masalah disiplin belajar. Dalam kasus ini disiplin
mengerjakan pekerjaan rumah.
75
b.
Penelitian yang Relevan
Peneliti mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
dan relevan dengan tujuan penelitian. Selanjutnya peneliti menjelaskan posisi
penelitiannya dengan cara mendeskripsikan persamaan dan perbedaan penelitian
yang dilakukannya dengan penelitian yang relevan yang disajikan.
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian berisi tahapan setiap siklus yang terdiri atas:
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan
Refleksi (reflecting). Tiap tiap tahapan dalam siklus diuraikan secara jelas dan
operasional.
b. Subyek dan Lokasi Penelitian
Subyek dan lokasi penelitian berisikan tentang lokasi sekolah, kelas berapa,
jumlah siswa komposisi siswa situasi lingkungan peserta didik dan berapa lama
penelitian dilakukan (sebutkan antara waktu).
c. Kolaborator Penelitian
Berisi nama guru kelas/ guru mata pelajaran yang dijadikan teman/pasangan
dalam penelitian.
d. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Menjelaskan teknik-teknik pengumpulan data yang akan digunakan sesuai
dengan
kekhasan data dan sumber data. Contoh; Teknik pengumpulan data
menggunakan:
76
1. Observasi dengan instrumen pedoman observasi
2. Wawancara dengan instrumen pedoman wawancara
3. Dokumenter dengan instrumen pencatatan dokumen
4. Angket dengan instumen perangkat kuesioner.
e. Teknik Analisis Data
Data kuantitatif dianalisis sesuai dengan kaidah analisis kuantitatif, data
kualitatif dianalisis melalui proses interpretasi.
f. Indikator Keberhasilan
Memuat indikator yang menjadi acuan keberhasilan dalam setiap tindakan,
berupa gradasi seperti : indikator keberhasilan dapat secara kualitatif dan/atau
kuantitatif.
g. Waktu dan Jadwal Pelaksanaan
Berisikan berapa lama penelitian akan dilakukan kapan mulai dan kapan
berakhirnya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a.
Deskripsi hasil penelitian
Deskripsikan hasil penelitian dari siklus pertama sampai terakhir secara
berurut. Nyatakan perbedaan hasil tindakan antar siklus dengan merujuk
pertanyaan penelitian.
b.
Pembahasan
Bab ini juga memuat gagasan peneliti yang terkait dengan apa yang telah
dilakukan dan apa yang diamati, dipaparkan pada bab terdahulu. Uraian mengenai
gagasan ini dikaitkan dengan hasil kajian teori dan hasil penelitian yang relevan.
Untuk tesis, pembahasan ini dilengkapi dengan implikasi dari temuan penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat temuan pokok atau kesimpulan berdasarkan pembahasan.
Adapun saran atau rekomendasi jelas ditujukan kepada suatu pihak terkait, beserta
isinya. Semua hal yang disarankan haruslah terkait dengan bagian pembahasan.
Untuk sekripsi bagian ini memuat jawaban pertanyaan penelitian.
77
3. Isi Bagian Akhir
a.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka memuat buku-buku literatur, jurnal, dll yang digunakan
dalam pembuatan skripsi dan tesis.
b. Lampiran-Lampiran
Lampiran hendaknya hanya berisi dokumen penting yang secara langsung
perlu disertakan dalam suatu skripsi dan tesis, misalnya ringkasan analisis data penelitian
dan salinan (fotokopi) surat ijin penelitian. Dokumen lain yang berupa data mentah,
misalnya, tidak perlu disertakan daiam lampiran skripsi/tesis.
Untuk mempermudah pemanfaatannya, setiap lampiran harus diberi nomor
urut lampiran dengan menggunakan angka Arab. Pencantuman nomor lampiran
dalam tubuh tulisan skripsi dan tesis, harus sesuai dengan urutan penyajian dalam teks.
Satu nomor lampiran merupakan kelanjutan dari nomor urut lampiran dalam tubuh
tulisan sebelumnya.
c.
Riwayat Hidup
Riwayat hidup penulis skripsi dan tesis hendaknya disajikan secara naratif. Hal-
hal yang perlu dimuat dalam riwayat hidup adalah nama lengkap penulis, tempat dan
tanggal lahir, riwayat pendidikan, pengalaman berorganisasi, dan informasi tentang
prestasi yang pernah diraih selama belajar di perguruan tinggi ataupun pada waktu
duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah. Yang sudah berkeluarga dapat
mencantumkan nama suami/istri dan putra-putrinya. Riwayat hidup diketik dengan spasi
tunggal (satu spasi).
78
BAB VIII
PENELITIAN PENGEMBANGAN
Penelitian desain dan pengembangan (design and development research –
DDR) merupakan pengembangan dari pendekatan penelitian dan pengembangan
(research and development – R&D). Penelitian desain dan pengembangan di
dunia pendidikan dijalankan atas dasar motif yang kuat untuk meningkatkan
relevansi penelitian dengan pengambilan kebijakan dan praktik pendidikan.
Penelitian ini terdiri atas dua gugus, yaitu penelitian produk dan
alat/instrumen dan penelitian model. Gugus penelitian produk dan alat terdiri atas
empat cakupan, yaitu: (a) penelitian pengembangan produk; (b) penelitian
pengembangan alat/instrumen; (c) penelitian penggunaan produk; dan (d)
penelitian penelitian penggunaan instrumen.
Gugus penelitian model terdiri atas: (a) penelitian pengembangan model; (b)
penelitian validasi model; dan (c) penelitian penggunaan model. Sementara itu,
dari
cakupannya,
penelitian
pengembangan
dapat
meliputi
penelitian
pengembangan komprehensif dan penelitian pengengembangan tahap tertentu.
Sebaiknya, penelitian desain dan pengembangan dalam rangka skripsi mahasiswa
S1 hanya meliputi gugus penelitian pengembangan produk atau instrumen
sedangkan tesis (S2) dapat meliputi keduanya.
A.
Sistematika
Sistematika skripsi
dan tesis sebagai laporan hasil penelitian DDR dibagi
menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir.
1.
Bagian Awal
Bagian awal (blurp) laporan skripsi/tesis dalam penelitian dengan
pendekatan ini sama dengan isi bagian-bagian awal pada skripsi/tesis yang
dihasilkan melalui penelitian dengan pendekatan-pendekatan lain. Komponenkomponen yang ada pada bagian ini adalah: halaman sampul, lembar logo,
halaman judul, lembar persetujuan, lembar pengesahan, pernyataan keaslian
tulisan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar
lampiran, dan daftar lainnya. Keterangan pada tiap-tiap komponen tersebut dapat
79
didapat pada halaman 7-30.
2.
Bagian Inti
Bagian inti skripsi/tesis yang dihasilkan dari penelitian dengan
pendekatan ini terdiri atas lima bab, yang diuraikan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
B. Permasalahan dan Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hasil yang Diharapkan
E. Keterbatasan Penelitian
F. Terminologi (Peristilahan)
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Terdahulu
B. Definisi Operasional
C. Kerangka Kerja Konseptual
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode
B. Desain dan Langkah-langkah Penelitian
C. Data dan Sumber Data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Instrumen Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data (Desain Awal Produk)
B. Analisis Data (Hasil Pengujian)
C. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
80
3.
Bagian Akhir (Lihat pada Halaman 33)
Bagian akhir skripsi/tesis hasil penelitian dengan pendekatan ini terdiri atas
daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup menulis. Keterangan pada
tiap-tiap komponen itu dapat diLihat pada Halaman 33.
B.
Isi Bagian Awal, Bagian Inti, dan Bagian Akhir
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang unsur-unsur bagian inti,
berikut ini diuraikan isi yang terkandung dalam masing-masing unsur tersebut.
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Jelaskan secara ringkas perihal pentingnya penelitian ini dilaksanakan.
Penjelasan dapat berpangkal fakta-fakta pada keadaan masyarakat, perkembangan
penelitian, dan/atau pekerjaan-pekerjaan aktual di dunia pendidikan dan
pengajaran. Dapat juga diuraikan perkembangan-perkembangan atau inovasiinovasi teknologi pendidikan (termasuk teknologi dalam pendidikan) secara
khusus yang terkait dengan topik yang akan diajukan. Hal-hal yang sudah biasa
(common senses) dan teori-teori besar (grand theories) seperti teori-teori
pendidikan, teori bahasa, dan teori psikologi perlu juga diungkapkan, terutama
yang mendorong perlunya penelitian dengan topik yang akan diajukan.
B.
Permasalahan dan Rumusan Masalah
Lakukan analisis, sintesis, dan evaluasi terhadap fakta-fakta yang telah
diungkapkan pada latar belakang penelitian sehingga terlihat jelas adanya
rumpang teknologi, inovasi, atau penelitian (das sein dan das solen) yang
membutuhkan jawaban atau inovasi dan dapat ditindaklanjuti secara terukur.
Rumpang antara das sein dan das solen dapat berukuran sempit dan cukup diisi
satu penelitian tetapi ada juga rumpang yang lebar dan perlu diisi banyak
penelitian. Jika rumpang tersebut lebar, nyatakan bahwa penelitian ini hanya
dilakukan untuk cakupan tertentu. Selanjutnya, jika dianggap perlu, nyatakan
kebutuhan tersebut dalam kalimat yang sederhana dan lugas menjadi rumusan
masalah. Rumusan masalah dapat berupa kalimat tanya (pertanyaan) atau kalimat
81
berita (pernyataan) sepanjang rumusan tersebut menunjukkan adanya rumpang
(gap) antara das sein dan das solen yang memerlukan penelitian dimaksud.
C.
Tujuan Penelitian
Uraikan tujuan penelitian secara jelas. Tujuan hendaknya merupakan
solusi atau tindak lanjut konstruktif dari rumpang inovasi yang telah dirumuskan.
Uraian tujuan hendaknya bersifat operasional (dapat dilaksanakan). Produk atau
alat yang akan dihasilkan, dievaluasi, atau diteliti hendaknya disebutkan secara
jelas.
D.
Hasil yang Diharapkan
Bagian ini berisi deskripsi mutu hasil penelitian atau hasil akhir yang
dijanjikan. Deskripsi mutu produk atau istrumen diuraikan secara lugas,
operasional, dan dapat dievaluasi secara ilmiah. Deskripsi tersebut merupakan
ciri-ciri khas produk/alat yang akan dihasilkan dan menunjukkan perbedaan dari
produk/instrumen yang telah ada. Agar dapat dipahami oleh pelbagai pihak,
gunakan standar-standar yang telah diterima secara umum. Dalam hal ini
disarankan penelitian pengembangan produk atau instrumen menggunakan tingkat
kesiapan teknologi (TKT). TKT atau TRL (Technological Readiness Level) mulamula dikembangkan pada rentang waktu 1970-1980 oleh The Aeronautics and
Space Administration (NASA). Setelah dikembangkan oleh pelbagai pihak dengan
beberapa versi, kini TKT yang digunakan memiliki sembilan tingkat dan telah
diterima secara luas di dunia industri dan pemerintah di pelbagai negara, termasuk
di Indonesia. Penggunaan TKT di Indonesia didorong oleh Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dengan rentang level 1 hingga 9. Pada
pedoman ini ditetapkan bahwa standar untuk skripsi adalah TKT 2 hingga 3 dan
standar untuk tesis adalah TKT 4 hingga 6. Informasi lengkap mengenai arti
tingkat kesiapan teknologi dapat dibaca pada tabel sebagai berikut.
82
TABEL 8.1: Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)
TKT Definisi
Deskripsi Kesiapan
1
Prinsip dasar dari a) Telah ditentukan asumsi dan hukum dasar yang
suatu
teknologi
akan digunakan pada teknologi yang akan
telah diteliti
dikembangkan.
b) Telah dilakukan studi literature, baik teori atau
empiris dari penelitian terdahulu, tentang prinsip
dasar teknologi yang akan dikembangkan.
c) Jika
ada,
hipotesis
penelitian
telah
diformulasikan.
2
Konsep teknologi a) Telah teridentifikasi peralatan dan sistem yang
dan aplikasi telah
akan digunakan.
di formulasikan
b) Telah teridentifikasi dari studi literatur
(teoritis/empiris) bahwa teknologi yang akan
dikembangkan memungkinkan untuk diterapkan.
c) Telah teridentifikasi desain secara teoritis dan
empiris.
d) Telah diketahui elemen-elemen dasar dari
teknologi yang akan dikembangkan.
e) Telah dikuasai dan dipahami karakterisasi
komponen teknologi yang akan dikembangkan.
f) Telah diprediksi kinerja dari masing-masing
elemen penyusun teknologi yang akan
dikembangkan.
g) Telah dilakukan analisis awal menunjukkan
bahwa fungsi utama yang dibutuhkan dapat
bekerja dengan baik.
h) Telah dibuat model dan dilakukan simulasi
untuk menguji kebenaran prinsip dasar.
i) Telah dilakukan penelitian analitik untuk
menguji kebenaran prinsip dasarnya.
j) Telah dilakukan pengujian bahwa komponenkomponen teknologi yang akan dikembangkan,
secara terpisah dapat bekerja dengan baik.
k) Telah dilakukan pengujian bahwa peralatan yang
digunakan sudah valid dan reliabel.
l) Telah diketahui tahapan eksperimen yang akan
dilakukan.
3
Konsep
dan a) Telah dilakukan studi analitik mendukung
karakteristik
prediksi kinerja elemen-elemen Teknologi.
penting dari suatu b) Telah diidentifikasi dan diprediksi karakteri/sifat
teknologi
telah
dan kapasitas unjuk kerja sistem dasar.
dibuktikan secara c) Telah dilakukan percobaan laboratorium untuk
analitis
dan
menguji kelayakan penerapan teknologi tersebut.
eksperimental
d) Telah dilakukan pemodelan dan simulasi
mendukung prediksi kemampuan elemen-
83
4
Komponen
teknologi
telah
divalidasi dalam
lingkungan
laboratorium
5
Komponen
teknologi
telah
divalidasi dalam
lingkungan yang
relevan
elemen Teknologi.
e) Telah dilakukan pengembangan teknologi
tersebut dengan langkah awal menggunakan
model matematik sangat dimungkinkan dan
dapat
f) disimulasikan.
g) Telah dilakukan penelitian laboratorium untuk
memprediksi kinerja tiap elemen Teknologi.
h) Secara teoritis, empiris dan eksperimen telah
diketahui komponen2 sistem teknologi tsb dpt
bekerja dgn baik.
i) Telah dilakukan penelitian di laboratorium
dengan menggunakan data dummy.
j) Telah diperoleh hasil bahwa teknologi layak
secara ilmiah (studi analitik, model / simulasi,
eksperimen).
a) Telah dilakukan test laboratorium komponenkomponen secara terpisah.
b) Persyaratan sistem untuk aplikasi menurut
pengguna telah diketahui (keinginan adopter).
c) Hasil percobaan laboratorium terhadap setiap
komponen
menunjukkan
bahwa
setiap
komponen dapat beroperasi.
d) Telah dilakukan percobaan fungsi utama
teknologi dalam lingkungan yang relevan.
e) Purwarupa teknologi skala laboratorium telah
dibuat
f) Penelitian integrasi komponen telah dimulai.
g) Proses „kunci‟ untuk manufakturnya telah
diidentifikasi dan dikaji di laboratorium.
h) Integrasi sistem teknologi dan rancang bangun
skala laboratorium telah selesai (low fidelity).
a) Persiapan produksi perangkat keras telah
dilakukan.
b) Telah dilakukan penelitian pasar (marketing
research) dan penelitian laboratorium utk
memilih proses fabrikasi.
c) Purwarupa telah dibuat.
d) Peralatan dan mesin pendukung telah diujicoba
dalam laboratorium.
e) Integrasi sistem telah selesai dengan tingkat
akurasi tinggi (high fidelity), siap diuji pada
lingkungan nyata/simulasi.
f) Telah dilakukan peningkatan akurasi (fidelity)
sistem purwarupa.
g) Telah dilakukan modifikasi kondisi laboratorium
84
h)
6
Model
atau a)
Purwarupa telah
diuji
dalam b)
lingkungan yang
relevan
c)
d)
e)
7
Purwarupa telah
diuji dalam
lingkungan
sebenarnya
f)
g)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
8
Sistem Teknologi
telah lengkap dan
memenuhi syarat
(qualified)
a)
b)
c)
d)
e)
sehingga mirip dengan lingkungan yang
sesungguhnya.
Proses produksi telah dinilai (review) oleh
bagian manufaktur.
Kondisi lingkungan operasi sesungguhnya telah
diketahui.
Kebutuhan investasi untuk peralatan dan proses
pabrikasi telah teridentifikasi.
Machinary and System (M & S) untuk kinerja
sistem teknologi pada lingkungan operasi.
Bagian manufaktur/ pabrikasi menyetujui dan
menerima hasil pengujian laboratorium.
Purwarupa telah teruji dengan akurasi/ fidelitas
laboratorium yg tinggi pd simulasi lingkungan
operasional (lingkungan sebenarnya).
Hasil Uji membuktikan layak secara teknis
(engineering feasibility).
Peralatan, proses, metode dan desain teknik
telah diidentifikasi.
Proses dan prosedur fabrikasi peralatan mulai
diujicobakan.
Perlengkapan proses dan peralatan test/inspeksi
diujicobakan di dalam lingkungan produksi.
Draf gambar desain telah lengkap.
Peralatan, proses, metode dan desain teknik
telah dikembangkan dan mulai diujicobakan.
Perhitungan perkiraan biaya telah divalidasi
(design to cost).
Proses fabrikasi secara umum telah dipahami
dengan baik.
Hampir semua fungsi dapat berjalan dalam
lingkungan/kondisi operasi.
Purwarupa lengkap telah didemonstrasikan pada
simulasi lingkungan operasional.
Purwarupa sistem telah teruji pada ujicoba
lapangan.
Siap untuk produksi awal (Low Rate Initial
Production- LRIP).
Bentuk, kesesuaian dan fungsi komponen
kompatibel dengan sistem operasi.
Mesin dan peralatan telah diuji dalam
lingkungan produksi.
Diagram akhir selesai dibuat.
Proses fabrikasi diujicobakan pada skala
percontohan (pilot-line atau LRIP).
Uji proses fabrikasi menunjukkan hasil dan
85
9
tingkat produktifitas yang dapat diterima.
f) Uji seluruh fungsi dilakukan dalam simulasi
lingkungan operasi.
g) Semua bahan/ material dan peralatan tersedia
untuk digunakan dalam produksi.
h) 8. Sistem memenuhi kualifikasi melalui test dan
evaluasi.
Teknologi benar- a) Konsep operasional telah benar-benar dapat
benar
teruji/
diterapkan.
terbukti
melalui b) Perkiraan investasi teknologi sudah dibuat.
keberhasilan
c) Tidak ada perubahan desain yang signifikan.
pengoperasian
d) Teknologi telah teruji pada kondisi sebenarnya.
e) Produktivitas telah stabil.
f) Semua dokumentasi telah lengkap.
g) Telah dilakukan estimasi harga produksi
dibandingkan competitor.
h) Teknologi kompetitor telah diketahui.
Peneliti boleh juga merujuk TKT yang disusun oleh NASA seperti terdapat
pada tautan internet sebagai berikut. https://esto.nasa.gov/technologists_trl.html
E.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan solusi bagi kehidupan sosial yang
kontekstual. Uraikan manfaat penelitian produk/instrumen yang akan dihasilkan
baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan maupun bagi pelaksanaan tugas-tugas
keseharian manusia (praxis) sebagai makhluk sosial, makhluk berbudaya, maupun
makhluk religius maupun untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan (teoritis). Manfaat penelitian dapat merupakan manfaat antara untuk
ditindaklanjuti dengan penelitian pengembangan berikutnya maupun manfaat
akhir bagi masyarakat.
F.
Keterbatasan Penelitian
Peneliti harus mengakui keterbatasn (kelemahan) penelitian yang
dijalankannya atau hasil yang diperolehnya selain mengungkapkan hasil yang
diharapkan dan manfaat penelitian yang merupakan gambaran keunggulan
penelitian pengembangan. Peneliti harus menyatakan kelemahan-kelemahan
produk atau instrument yang akan dihasilkan secara jelas sebagai rambu-rambu
86
bagi calon pengguna hasil penelitian dan sebagai petunjuk untuk penyempurnaan
pada penelitian-penelitian selanjutnya.
G.
Terminologi (Peristilahan)
Guna menghindari kesalahpahaman pembaca dalam memahami karya tulis
yang dihasilkan, peneliti hendaknya menjelaskan istilah-istilah khusus. Bagian ini
membatasi penafsiran pembaca pada konteks penelitian ini dengan penjelasan
makna khusus atau dengan rujukan kontekstual. Jika diperlukan, pengusul dapat
membentuk
istilah
baru
untuk
menyingkat
frase
yang
panjang
dan
menjelaskannya pada bagian ini. Bagian ini tidak berisi uraian mengenai konsep
maupun teori. Apabila pada bagian karya tulis yang tidak memerlukan keterangan
khusus, bagian ini dapat ditiadakan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A.
Kajian Terdahulu
Ungkapkan peta kajian, temuan, produk, dan gagasan terkait topik
penelitian dari masa ke masa dan dari tempat satu ke tepat lain. Hasil kajian
terdahulu pada bagian ini hendaknya dapat menunjukkan hasil-hasil kajian
terdahulu yang sekaligus menunjukkan rumpang-rumpang penelitian (research
gaps) yang dapat atau perlu ditindaklanjuti dengan penelitian. Kajian terdahulu
hendaknya menyebut nama peneliti, tempat penelitian, tahun penelitian, metode
penelitian, dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kemutakhiran dan keluasan
referensi yang digunakan amat diperlukan untuk menunjukkan kelayakan peneliti
melakukan penelitian dengan topik yang diusulkan. Peneliti yang telah bergaul
dengan banyak jurnal bermutu, beragam, dan mutakhir akan dianggap layak dan
mampu menjalankan penelitian yang topiknya akan atau sedang diusulkan. Topik
penelitian yang jelas merupakan bagian rumpang dari rangkaian hasil penelitian
adalah hal yang perlu. Penilian dalam sub bagian ini adalah keperluan suatu topik
diteliti dan kelayakan si peneliti untuk menjalankan penelitian dengan topik yang
ajukan.
87
B.
Definisi Operasional
Bagian ini berisi kajian mendalam atas hal-hal yang dikaji dalam penelitian
yang diusulkan. Kajian mendalam tersebut dilakukan pada tiap-tiap sub topik
varibel terkait karakteristik hasil penelitian yang diharapkan. Hasil dari kajian
tersebut adalah definisi-definisi operasional beserta uraiannya yang nantinya akan
digunakan untuk mengevaluasi hasil penelitian pengembangan.
C.
Kerangka Kerja Konseptual
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah pijakan-pijakan
yang digunakan untuk menentukan karakteristik hasil penelitian, menentukan cara
kerja penelitian, dan menentukan mengukur ketercapaian tujuan. Kerangka kerja
konseptual hendaknya didasarkan pada teori-teori yang sudah diterima secara luas
atau paling tidak diterima oleh suatu kalangan pakar. Dalam hal-hal tertentu,
kerangka kerja konseptual juga dapat disusun oleh pengusul dengan menjajikan
fakta-fakta, konsep-konsep, dan proposisi-proposisi dari beberapa sudut pandang
dengan memerhatikan kejelasan, koherensi, dan konsistensi masing-masing dan
satu sama lain. Kerangka kerja konseptual hendaknya disusun secara lugas. Jika
diperlukan, kerangka kerja ini dapat ditampilkan dalam bentuk bagan sehingga
memudahkan pemahaman pembaca.
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Metode
Sebutkan dan deskripsikan secara ringkas pendekatan dan metode penelitian
pada bagian ini. Di dalam penelitian pengembangan terdapat beberapa alternatif
pendekatan, misalnya R&D atau DDR, dan di dalamnya ada sejumlah metode
yang dapat dipilih. Gunakan pendekatan dan metode secara logis.
B.
Desain dan Langkah-Langkah Penelitian
Tentukan desain penelitian berdasarkan pendekatan dan metode yang telah
dipilih. Gambarkan secara ringkas dan sebutkan langkah-langkah yang akan
ditempuh secara jelas. Amat baik jika pengusul dapat membuat bagan langkahlangkah penelitian yang akan ditempuh dengan keterangan yang jelas. Pada
88
prinsipnya, ada tiga langkah generik dalam pengembangan yaitu analisis
kebutuhan, pengembangan, dan evaluasi. Analisis kebutuhan hendaknya
dilakukan secara benar dengan prosedur-prosedur ilmiah dan dengan dukungan
data yang dapat dipercaya. Pada proses pengembangan terdapat langka-langkah
bersiklus yang terdiri atas pengembangan, evaluasi formatif, dan revisi. Tahap
evaluasi dapat meliputi evaluasi pakar dan eksperimen. Evaluasi teknil lain juga
dimungkinkan sepanjang sejalan dengan tujuan evaluasinya. Evaluasi dengan cara
Delphi dapat menjadi pilihan hanya jika benar-benar diperlukan. Evaluasi dalam
penelitian tingkat S1 hendaknya mencerminakan bahwa komponen teknologi telah
terkonsep dengan baik dan dapat mencapai tahap validasi. Pada tingkat S2 telah
dilakukan pengujian terbatas atau dalam skala laboratorium sedikit lebih tinggi
sampai validasi dalam lingkungan yang relevan.
C.
Data dan Sumber Data
Sebutkan jenis-jenis dan spesifikasi data yang akan dikumpulkan beserta
sumber-sumbernya (termasuk tahap-tahapnya). Sebutkan dan berikan keterangan
seperlunya pada tiap-tiap jenis data yang akan diambil. Jelaskan secara memadai
sumber-sumber datanya, seperti: partisipan atau populasi dan sampel, asal
dokumen, dan nara sumber. Data yang baik hendaknya benar, akurat dan lengkap.
Pada pendekatan penelitian tertentu pengusul perlu menerangkan cara menjamin
kebenaran, kelengkapan, dan keakuratan data yang akan diambil. Pada pendekatan
lain, hal tersebut dapat diuraikan pada saat membicarakan cara dan alat
pengumpunan data, terutama dalam hal validitas, reliabilitas, dan sejenisnya.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Peneliti perlu menyebutkan
dan terangkan secara
ringkas teknik
pengumpulan tiap-tiap jenis data secara spesifik. Harus tergambar secara jelas
pasangan antara jenis data yang akan diambil dan teknik pengumpulan data yang
akan dilaksanakan. Untuk data-data yang bersifat kualitatif, nyatakan proses
triangulasi dan kalibrasi secara jelas.
89
E.
Instrumen Pengumpulan Data
Sebutkan dan terangkan secara ringkas instrumen pengumpulan tiap-tiap
jenis data secara spesifik. Untuk data yang bersifat kuantitatif, instrumen
hendaknya divalidasi secara
benar dengan merujuk
ke definisi-definisi
operasional. Reliabilitas dan sejenisnya perlu direncanakan dengan menyebutkan
proses uji-coba instrumen secara spesifik.
F.
Analisis Data
Pada bagian analisis data ini rencana analisis data disebutkan secara lugas
dan diterangkan secara ringkas. Tiap-tiap jenis data yang telah dikumpulkan
diorganisasikan dan diringkas secara sistematis. Pada jenis data yang bersifat
kuantitatif pengusul menyebutkan cara inferensi statistika yang tepat dengan
menyebutkan persyaratan dan karakteristik datanya. Pada jenis data yang bersifat
kualitatif, pengusul menyebutkan teknik atau metode pengorganisasian dan
analisis hingga penafsirannya.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.
Penyajian Data
Paparkan data secara rapih tahap demi tahap sesuai jenis kegiatannya.
Pisahkan data terutama sesuai langkah-langkah kegiatan. Data kuantitatif harus
diperlakukan sebagai layaknya data penelitian kuntitatif, seperti: tabulasi dan
deskripsi. Penyajian data juga dapat didukung dengan paparan dalam bentuk
diagram. Data kualitatif diperlakukan seperti dalam penelitian kualitatif, misalnya
melalui pengodean (initial coding, focused coding, theoretical coding, dsb.).
Pemaparan hendaknya jelas dan mudah dipahami.
B.
Analisis Data
Seperti dalam penyajian data, analisis harus dijalankan sesuai sifat data.
Analisis dilakukan tahap demi tahap dan kelompok demi kelompok dengan
merujuk ke tujuan penelitian. Di samping menganalisis kebutuhan dan
kelanjutannya, analisis data juga harus menyajikan analisis terhadap produk yang
dihasilkan. Analisis dapat dinyatakan selesai jika sudah sampai ujung tiap-tiap
90
tujuan penelitian yang telah disebutkan, apa pun hasilnya.
C.
Produk (Hasil Pengembangan)
Produk purwarupa (prototype) yang merupakan hasil pengembangan
merupakan bagian yang integral (tak terpisahkan) dari suatu skripsi/tesis.
Lampirkan produk tahap akhir yang telah dicapai secara benar. Lampiran tersebut
sebaiknya dijilid menjadi satu dengan tesis secara menyeluruh. Jika terpaksa,
penjilidan dapat terpisah sepanjang terdapat penulisan lampiran yang jelas dan
dapat dirujuk dengan mudah. Purwaruapa dalam cakram pada (CD) dapat
masukkan kantong yang tersemat pada skripsi/tesis. Purwarupa dalam laman
internet hendaknya dicetak dan disatukan dalam skripsi/tesis. Purwarupa berupa
buku yang berukuran lebih kecil dari ukuran skripsi/tesis dapat dimasukan dalam
kemasan yang dapat dijilid bersama skripsi/tesis. Produk-produk lain yang
berukuran lebih besar dapat dikemas secara terpisah dari skripsi/tesis namun harus
ada keterangan jelas yang menunjukkan tempat penyimpanan purwarupa tersebut
dan cara memerolehnya.
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan
Uraikan kesimpulan secara sederhana dan lugas dengan mensintesiskan
hasil analisis data dan tujuan penelitian.
B.
Saran
Saran hendaknya jelas ditujukan kepada pihak-pihak tertentu yang berpotensi
menggunakan hasil penelitian. Saran disusun dengan mensintesiskan bagian-bagian
tertentu pada latar belakang penelitian, manfaat penelitian, dan hasil penelitian (jika
dipandang perlu termasuk juga hasil analisis data). Saran-saran dapat meliputi saran untuk
penggunaan dalam kehidupan sosial (praxis) maupun saran untuk penelitian selanjutnya
(teoritis).
4. Isi Bagian Akhir (lihat Pada Halaman 33)
91
BAB IX
ARTIKEL HASIL PENELITIAN
Artikel penelitian adalah sebuah tulisan ilmiah yang didasarkan pada hasil
penelitian dan
ditulis dengan mengikuti kaidah ilmiah. Artikel penelitian
merupakan tulisan non fiksi yang memuat data dan fakta dengan analisa opini atau
pendapat dari penulis tulisan tersebut. Artikel penelitian ditulis secara lugas,
tuntas, logis, objektif, cermat, jelas, padat, konsisten dan sistematis.
A.
ATURAN UMUM
1.
Setiap sub judul ditulis dengan huruf Times New Roman 11 dan dicetak
tebal (bold).
2.
Alinea baru ditulis menjorok dengan indent-first line 0,75 cm, antar
alinea tidak diberi spasi.
3.
Kata asing ditulis dengan huruf miring.
4.
Semua bilangan ditulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat dan
bilangan bulat yang kurang dari sepuluh harus dieja.
5.
Tabel dan gambar harus diberi keterangan yang jelas, dan diberi nomor
urut.
6.
Menggunakan program Microsoft Word
7.
Menggunakan Font 12 Times New Roman dengan spasi tunggal
8.
Naskah dicetak pada kertas A4 dengan jumlah halaman minimal 10 dan
maksimal 18 halaman
B.
Sistimatika Penulisan Artikel Hasil Penelitian
1.
Judul
2.
Nama Penulis dan Perguruan Tinggi
3.
Abstrak dan kata kunci
4.
Pendahuluan
5.
Metode
6.
Hasil dan Pembahasan
92
7.
Kesimpulan dan Saran (jika perlu)
8.
Daftar Rujukan
1.
Judul Artikel
Judul artikel hendaknya informatif, lengkap, tidak terlalu panjang dan tidak
terlalu pendek serta memuat variabel-variabel yang diteliti atau kata kunci yang
mengambarkan masalah yang diteliti. Judul artikel ditulis dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris 5 sampai 15 kata. Judul dicetak dengan huruf besar/kapital,
dicetak tebal (bold) dengan jenis huruf Times New Roman 12, spasi tunggal
dengan jumlah kata maksimum 15. berada ditengah-tengah
2.
Nama Penulis
Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik ataupun gelar
lainnya, menyertakan lembaga asal, dan ditempatkan di bawah judul artikel. Nama
penulis ditulis di bawah judul tanpa gelar, tidak boleh disingkat, diawali dengan
huruf kapital, tanpa diawali dengan kata ”oleh”, urutan penulis adalah penulis
pertama diikuti oleh penulis kedua, ketiga dan seterusnya. Nama perguruan tinggi
dan alamat surel (email) semua penulis ditulis di bawah nama penulis dengan
huruf Times New Roman ukuran 10.
3.
Abstrak & Kata Kunci
Abstrak dan kata kunci ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris).
Jumlah kata abstrak 150-250 kata dan diketik 1 spasi dengan Times Roman 11.
Abstrak minimal berisi judul, masalah/tujuan, metode dan hasil penelitian serta
kesimpulan. Kata abstract dicetak tebal (bold). Abstrak disajikan dengan rata kiri
dan rata kanan, dalam satu paragraf, dan ditulis tanpa menjorok (indent) pada
awal kalimat. Abstract dilengkapi dengan Keywords yang terdiri atas 3-5 kata.
Kata Keywords dicetak tebal (bold). Kata kunci menggambarkan pokok pokok
penting penelitian sehingga memudahkan pencarian dalam sistem komputerisasi
informasi ilmiah.
Contoh :
93
ANALISIS KETERAMPILAN PENYELESAIAN MATERI
JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN JASA PADA
SISWA KELAS X AKUNTANSI
M. Fadli Ramdani, Endang Purwaningsih, Achmadi
Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan, Pontianak
Email : [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan
mencatat jurnal penyesuaian perusahaan pada siswa kelas X Akuntansi
IV SMKN 3 Pontianak. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Sumber data penelitian
ini adalah siswa kelas X Akuntansi IV dan datanya adalah lembar
jawaban siswa ulangan materi jurnal penyesuaian serta hasil
wawancara dengan guru akuntansi dan siswa kelas X Akuntansi IV.
Hasil penelitian menunjukkan keterampilan membuat jurnal
penyesuaian untuk pencatatan pemakaian persediaan sebesar 83%
masuk kategori sangat baik, jurnal penyesuaian untuk mencatat akun
biaya dibayar dimuka sebesar 20% masuk kategori gagal, jurnal
penyesuaian untuk mencatat akun biaya yang terutang atau masih
harus dibayar sebesar 86% masuk kategori sangat baik, jurnal
penyesuaian untuk mencatat penyusutan aktiva tetap sebesar 54%
masuk kategori kurang, jurnal penyesuaian untuk mencatat akun
pendapatan diterima dimuka sebesar 3% masuk kategori gagal, dan
jurnal penyesuaian umtuk mencatat akun pendapatan yang masih
harus diterima sebesar 60% masuk katergori cukup.
Kata Kunci: Keterampilan, Jurnal Penyesuaian, Perusahaan Jasa
Abstract: This study aims to determine the skills record company
adjusting entries in class X SMK 3 Pontianak Accounting IV. The
method used is descriptive qualitative research form. The data source
of this research is class X Accounting IV and the data is the answer
sheets of students repeat material adjusting entries and interviews
with teachers and students of class X accounting Accounting IV. The
results showed the skill adjustment journal for recording the use of
inventories by 83% in the category very well, adjusting entries to
record the account of prepaid expenses by 20% in the category failed,
adjusting entries to record the cost accounts payable or accrued by
86% sign excellent category, adjusting entries to record depreciation
of fixed assets by 54% in the category of less, adjusting entries to
record the accounts unearned income by 3% in the category failed,
and adjusting journal umtuk record revenue accounts receivable by
60% entered the category enough ,
94
Keywords: Skills, Adjusting Entries, Corporate Services
4.
Pendahuluan
Bagian pendahuluan tidak diberi judul, ditulis setelah abstrak. Pendahuluan
berisi latar belakang, konteks penelitian, hasil kajian pustaka dan tujuan
penelitian. Seluruh bagian pendahuluan dipaparkan secara terintegrasi dalam
bentuk paragraf-paragraf, dengan panjang 15-20% dari total panjang artikel.
Pendahuluan diambil dari bab 1 dan bab 2 dalam laporan penelitian. (Font Times
Roman ukuran 11)
5.
Metode
Bagian metode berisi paparan dalam bentuk paragraf tanpa subbagian yang
berisi tentang rancangan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan
analisi data yang secara nyata. Untuk penelitian yang menggunakan alat dan
bahan perlu ditulis spesifikasi alat dan bahannya. Untuk penelitian kualitatif perlu
ditambah deskripsi mengenai kehadiran peneliti, subyek peneliti, lokasi dan
lamanya penelitian, cara menggali data serta keabsahan data. Metode diambil dari
bab 3 laporan penelitian dengan panjang 10% -15% dari total panjang artikel.
(Font Times Roman ukuran 11)
6.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bagian hasil penelitian berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan
pertanyaan penelitian. Setiap hasil penelitian harus dibahas. Pembahasan berisi
pemaknaan hasil dan perbandingan dengan teori dan hasil penelitian sejenis.
Hasil dan Pembahasan diambil dari bab 4 laporan penelitian dengan panjang 40 %
-60% dari panjang artikel. (Font Times Roman ukuran 11)
7.
Kesimpulan dan Saran
Bagian kesimpulan berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas
pertanyaan penelitian atau berupa inti sari hasil pembahasan yang disajikan pada
bagian sebelumnya. Kesimpulan disajikan dalam bentuk paragraf. Kemudian
95
saran disusun berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, bisa mengacu kepada
tindakan praktis atau pengembangan teoritis dan penelitian lanjutan. Kesimpulan
dan saran diambil dari bab V laporan penelitian sesuai dengan banyaknya rumusan
masalah. (Font Times Roman ukuran 11)
8.
Daftar Rujukan
Daftar Rujukan hanya memuat sumber sumber yang dirujuk dan semua
sumber rujukan harus tercantum dalam daftar rujukan. Daftar rujukan minimal
80% berupa pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang digunakan adalah
sumber sumber primer berupa artikel penelitian dalam jurnal maupun dalam
laporan penelitian skripsi, tesis, maupun disertasi. Diwajibkan Jurnal Internasional
yang otoritatif sesuai variabel penelitian. Penulisan pustaka menggunakan sistem
Harvard Referencing Standard. Semua yang tertera dalam daftar pustaka harus
dirujuk di dalam naskah. Kemutakhiran referensi sangat diutamakan. (Font Times
Roman ukuran 11)
a. Buku
[1] Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat).
Tahun publikasi. Judul Buku cetak miring. Edisi, Penerbit. Tempat Publikasi.
Contoh:
O‟Brien, J.A. dan. J.M. Marakas. 2011. Management Information
Systems. Edisi 10. McGraw-Hill. New York-USA.
b. Artikel Jurnal
[2] Penulis
1, Penulis 2 dan seterusnya, (Nama belakang,nama depan
disingkat). Tahun publikasi. Judul artikel.Nama JurnalCetak Miring. Vol.
Nomor. Rentang Halaman.
Contoh:
Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult
learning. The Journal of Artistic and Creative Education. 6 (1): 94-111.
c. Prosiding Seminar/Konferensi
[3] Penulis 1, Penulis 2 dst, (Nama belakang, nama depan disingkat).
Tahun publikasi. Judul artikel.Nama Konferensi. Tanggal, Bulan danTahun,
Kota, Negara. Halaman.
Contoh:
96
Michael, R.
2011. Integrating
innovation
into
enterprise
architecture management.Proceeding on Tenth International Conference
on Wirtschafts Informatik. 16-18 February 2011, Zurich, Swis. Hal. 776-786.
d. Tesis atau Disertasi
[4] Penulis (Namabelakang, namadepandisingkat). Tahunpublikasi. Judul.
Skripsi, Tesis, Atau Disertasi. Universitas.
Contoh:
Soegandhi. 2009. Aplikasi model kebangkrutan pada perusahaan daerah di
Jawa Timur. Tesis. Fakultas Ekonomi UniversitasJoyonegoro, Surabaya.
e. Sumber Rujukan dari Website
[5]Penulis. Tahun. Judul.Alamat Uniform Resources Locator (URL). Tanggal
Diakses.
Contoh:
Ahmed, S. dan A. Zlate. Capital flows to emerging market economies: A
brave
new
world?
.http://www.federalreserve.gov/pubs/ifdp/2013/1081/ifdp1081.pdf. Diakses
tanggal 18 Juni 2013.
C.
Tata Cara Pengutipan
Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (FKIP Untan) atau mencontoh langsung tata cara yang
digunakan dalam artikel yang telah dimuat. Artikel berbahasa Indonesia
menggunakan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) sesuai Surat
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2015.
D.
ATURAN TAMBAHAN
1.
Penulisan Tabel
Tabel diberi nomor sesuai urutan penyajian (Tabel 1, dst.), tanpa garis batas
kanan atau kiri. Judul tabel ditulis di bagian atas tabel dengan posisi rata tengah
(center justified) dan tabel tidak diberi garis vertical.
2.
Penulisan Rumus
Rumus matematika ditulis secara jelas dengan Microsoft Equation atau
97
aplikasi lain yang Sejenis dan diberi nomor seperti contoh berikut.
3.
Gambar
Gambar diberi nomor sesuai urutan penyajian (gambar . 1, dst). Judul
gambar diletakkan dibawah gambar dengan posisi tengah (center justified) seperti
contoh berikut:
70%
60%
60%
50%
40%
31%
Terampi (T)
30%
Kurang Terampil (KT)
9%
20%
Tidak Terampil (TT)
10%
0%
Terampi (T)
Kurang
Terampil
(KT)
Tidak
Terampil
(TT)
Gambar. 1 Grafik keterampilan membuat jurnal penyesuaian akun pendapatan
yang masih harus di terima
4.
Kesalahan yang sering muncul dalam penulisan artikel
TABEL 9.2: Daftar Kesalahan yang Sering Muncul dalam Penulisan Artikel
No.
1
2
Letak Kesalahan
Aspek dalam abstrak
Penulisan awal
pendahuluan
Salah
Benar
judul, tujuan, metode,
Tujuan, metode, hasil &
pembahasan & kesimpulan
pembahasan
menjorok kedalam
rata kiri dan drop cap 2 baris
98
3
4
Penomoran dalam
dalam paragraf ada penomoran
penomoran letakkan dalam
pendahuluan
berurut kebawah
satu paragraf yang utuh
terbentuk oleh garis vertikal dan
terbentuk oleh garis
horizontal
horizontal saja
Tabel
tidak ada paragraf yang
5
Paragraf
ada paragraf yang terdiri dari
terdiri dari satu baris,
hanya satu baris
seharusnya lebih dari satu
baris
6
7
8
9
10
Banyak total halaman
Banyak halaman
perkomponen
Wujud artikel yang
dikonsultasikan
Nama tabel/grafik/gambar
kurang dari 10 halaman atau lebih
minimal 10 halaman dan
dari 18 halaman
maksimal 18 halaman
total halaman hasil & pembahasan
total halaman hasil &
kurang dari pendahuluan/yang
pembahasan lebih banyak
lain
dari komponen yang lain
sudah dijilid
sebelum dijilid
penamanaan tabel, grafik, dan
gambar semua diatas
penamaan tabel diatas,
gambar dan grafik namanya
dibawah
Deskripsi
ada tabel/grafik/gambar tidak
setiap tabel/grafik/gambar
tabel/grafik/gambar
dideskripsikan
dideskripsikan
100
DAFTAR PUSTAKA
Aloysius Mering, 2015, Langkah langkah Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas
(Bimtek PTk Guru Agama Khatolik) Pontianak.
Creswell, John w, 2008, Educational Research: Planningn Conducting and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research. Upper Sadle river, New Jersey: Pearson
Edusation.Inc
Richey, Rita C dan Klein, James D,2007, Design and Development Research : Methods,
Strategies and issues, London: Lawrence Erlbaum Associates
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Cetakan Ke-11. Alfabeta. Bandung
Suharsimi Arikunto, 2009, Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.
Tim, 2007, Penelitin Tindakan Kelas, Direktorat Profesi Pendidikan.JAKARTA.
Tim. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang. Edisi Kelima.
Unm Press. Malang
Tim. 2013. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura. Edisi Ketujuh. Edukasi Press FKIP Untan. Pontianak.
100
Lampiran 1
Permen No 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiasi di Perguruan
101
102
103
104
105
106
107
108
109
LAMPIRAN 2
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
PERMEN 50 TAHUN 2015 Tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 50 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
Mengingat
:
:
a.
bahwa sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, penggunaan bahasa Indonesia dalam
beragam ranah pemakaian, baik secara lisan maupun
tulisan semakin luas;
b.
bahwa untuk memantapkan fungsi bahasa Indonesia
sebagai bahasa Negara, perlu menyempurnakan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia;
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia;
1.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 78 Tahun 2003, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
110
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
2.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5035);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang
Pengembangan, Pembinaan dan Pelindungan Bahasa
dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5554);
4.
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi Presiden
dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara Lainnya;
5.
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
6.
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 15);
7.
Keputusan Presiden Nomor 121/P/2014 tentang Kabinet
Kerja periode tahun 2014—2019 sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 79/P Tahun
2015 tentang Penggantian Beberapa Menteri Negara
Kabinet Kerja Periode Tahun 2014—2019;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
v
:
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA
INDONESIA.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Pasal 1
(1) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dipergunakan bagi instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia secara
baik dan benar.
(2) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 November 2015
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
ANIES BASWEDAN
vi
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 November 2015
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1788
Salinan sesuai dengan aslinya.
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Aris Soviyani
NIP 196112071986031001
vii
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
PRAKATA
Penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia telah dilakukan
oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Penyempurnaan tersebut menghasilkan naskah yang pada tahun 2015 telah ditetapkan menjadi Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun
2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Ditinjau dari sejarah penyusunannya, sejak peraturan ejaan
bahasa Melayu dengan huruf Latin ditetapkan pada tahun 1901 berdasarkan rancangan Ch. A. van Ophuijsen dengan bantuan Engku
Nawawi gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim, telah dilakukan penyempurnaan ejaan dalam berbagai nama
dan bentuk.
Pada tahun 1938, pada Kongres Bahasa Indonesia yang pertama
di Solo,
disarankan agar
ejaan
Indonesia lebih
banyak
diinternasionalkan. Pada tahun 1947 Soewandi, Menteri Pengajaran,
Pendidikan, dan Kebudayaan pada masa itu, menetapkan dalam surat
keputusannya tanggal 19 Maret 1947, No. 264/Bhg.A bahwa
perubahan ejaan bahasa Indonesia dengan maksud membuat ejaan
yang berlaku menjadi lebih sederhana. Ejaan baru itu oleh masyarakat
diberi julukan Ejaan Republik.
Kongres Bahasa Indonesia Kedua, yang diprakarsai Menteri
Moehammad Yamin, diselenggarakan di Medan pada tahun 1954.
Kongres itu mengambil keputusan supaya ada badan yang menyusun peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia. Panitia
yang dimaksud yang dibentuk oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan
dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 19 Juli 1956,
No. 44876/S, berhasil merumuskan patokan-patokan baru pada tahun 1957.
Sesuai dengan laju pembangunan nasional, Lembaga Bahasa
dan Kesusastraan yang pada tahun 1968 menjadi Lembaga Bahasa Nasional, kemudian pada tahun 1975 menjadi Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, menyusun program pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh. Di dalam hubungan ini, Panitia
Ejaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
yang disahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Sarino
viii
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Mangunpranoto, sejak tahun 1966 dalam surat keputusannya tanggal
19 September 1967, No. 062/1967, menyusun konsep yang ditanggapi
dan dikaji oleh kalangan luas di seluruh tanah air selama beberapa
tahun.
Setelah rancangan itu akhirnya dilengkapi di dalam Seminar
Bahasa Indonesia di Puncak pada tahun 1972 dan diperkenalkan
secara luas oleh sebuah panitia yang ditetapkan dengan surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 20 Mei 1972,
No. 03/A.I/72, pada hari Proklamasi Kemerdekaan tahun itu juga
diresmikanlah aturan ejaan yang baru itu berdasarkan keputusan
Presiden, No. 57, tahun 1972, dengan nama Ejaan yang
Disempurnakan.
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan
Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang
dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 menyusun buku Pedoman Umum yang berisi pemaparan kaidah ejaan yang
lebih luas.
Pada tahun 1988 Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan
(PUEYD) edisi kedua diterbitkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987
pada tanggal 9 September 1987. Setelah itu, edisi ketiga diterbitkan
pada tahun 2009 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46. Pada tahun 2016 berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Anis Baswedan, Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD) diganti dengan nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang penyempurnaan naskahnya disusun oleh Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
ix
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Penyusunan pedoman ini tidak terlepas dari kerja keras dan
kontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, penghargaan dan ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada segenap pakar dan ahli bahasa,
pengambil kebijakan di tingkat kementerian, serta kalangan masyarakat
yang telah bekerja sama mewujudkan tersusunnya Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia.
Jakarta, Maret 2016
Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
x
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN ... ........................................ iii
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ... .... ... iv
PRAKATA... ............................................................................... . viii
DAFTAR ISI.................................................................................. xi
I.
PEMAKAIAN HURUF ............................................................ .. 1
A.
Huruf Abjad ... ........................................................ . 1
B.
Huruf Vokal ... ........................................................ . 2
C.
Huruf Konsonan ... ............................................... ... 3
D.
Huruf Diftong ......................................................... ... 4
E.
Gabungan Huruf Konsonan ... ................................. .. 4
F.
Huruf Kapital ... ...................................................... ... 5
G.
Huruf Miring ... ...................................................... .. 13
H.
Huruf Tebal............................................................. . 14
II.
PENULISAN KATA ... ........................................................... . 16
A.
Kata Dasar ............................................................ . 16
B.
Kata Berimbuhan... ................................................ . 16
C.
Bentuk Ulang ...................................................... ... 18
D.
Gabungan Kata ................................................... ... 19
E.
Pemenggalan Kata ... ............................................ .. 20
F.
Kata Depan ... ...................................................... ... 24
G.
Partikel ... ............................................................... . 25
H.
Singkatan dan Akronim ... ................................... .. 26
I.
Angka dan Bilangan ... ......................................... .. 29
J.
Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, -nya ................. ... 34
K.
Kata Sandang si dan sang ... ................................ .. 34
xi
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
III. PEMAKAIAN TANDA BACA ... ............................................. ... 36
A.
Tanda Titik (.) ....................................................... ... 36
B.
Tanda Koma (,) ...................................................... . 39
C.
Tanda Titik Koma (;) ............................................. .. 44
D.
Tanda Titik Dua (:) ... ............................................ . 45
E.
Tanda Hubung (-) ................................................... . 47
F.
Tanda Pisah (—) .................................................. .. 49
G.
Tanda Tanya (?) ... ................................................ ... 50
H.
Tanda Seru (!) ... ................................................... ... 51
I.
Tanda Elipsis (...) ... ................................................ . 51
J.
Tanda Petik (“...”) ... ................................................ . 52
K.
Tanda Petik Tunggal („...‟) ... ................................ ... 53
L.
Tanda Kurung ((...)) ... ......................................... ... 54
M.
Tanda Kurung Siku ([...]) ....................................... . 55
N.
Tanda Garis Miring (/) ... ...................................... . 55
O.
Tanda Penyingkat atau Apostrof („) ... .................... .. 56
IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN ... ......................................... 58
V. INDEKS ... ............................................................................ 76
xii
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
I. PEMAKAIAN HURUF
A.
Huruf Abjad
Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26
huruf berikut.
Huruf
1
Kapital
Nonkapital
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
Nama
Pengucapan
a
a
be
bé
ce
cé
de
dé
e
é
ef
èf
ge
gé
ha
ha
i
i
je
jé
ka
ka
el
èl
em
èm
en
èn
o
o
pe
pé
ki
ki
er
èr
es
ès
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
T
U
V
W
X
Y
Z
t
u
v
w
x
y
z
te
té
u
u
ve
vé
we
wé
eks
èks
ye
yé
zet
zèt
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf
Vokal
a
e*
i
o
u
Posisi Awal
api
enak
ember
emas
itu
oleh
ulang
Posisi Tengah
padi
petak
pendek
kena
simpan
kota
bumi
Posisi Akhir
lusa
sore
- tipe
murni
radio
ibu
Keterangan:
* Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik
berikut ini dapat digunakan jika ejaan kata itu dapat
menimbulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e].
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).
2
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ].
Misalnya:
Kami menonton film seri (sèri).
Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
c.
Diakritik (ê) dilafalkan [ə].
Misalnya:
Pertandingan itu berakhir seri (sêri).
Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank
Indonesia.
Kecap (kêcap) dulu makanan itu.
C.
Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia
terdiri atas 21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t,
v, w, x, y, dan z.
Huruf
Konsonan
b
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
3
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
lekas
maka
nama
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
alas
kami
tanah
Posisi Akhir
adab
- abad
maaf
gudeg
tuah
mikraj
politik
akal
diam
daun
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
p
q*
r
s
t
v
w
x*
y
z
pasang
qariah
raih
sampai
tali
variasi
wanita
xenon
yakin
zeni
apa
iqra
bara
asli
mata
lava
hawa
payung
lazim
siap
- putar
tangkas
rapat
molotov
takraw
juz
Keterangan:
* Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu. Huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s].
D.
Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
Huruf
Diftong
ai
au
ei
oi
E.
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
aileron
autodidak
eigendom
-
Posisi Tengah
balairung
taufik
geiser
boikot
Posisi Akhir
pandai
harimau
survei
amboi
Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan.
4
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Gabungan
Huruf Konsonan
kh
ng
ny
sy
F.
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
khusus
ngarai
nyata
syarat
Posisi
Tengah
akhir bangun
banyak
musyawarah
Posisi Akhir
tarikh
senang
arasy
Huruf Kapital
1.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Halim Perdanakusumah
Wage Rudolf Supratman
Jenderal Kancil
Dewa Pedang
Alessandro Volta
André-Marie Ampère
Mujair
Rudolf Diesel
5
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau
satuan ukuran.
Misalnya:
ikan mujair
mesin diesel
5 ampere
10 volt
(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf
pertama kata yang bermakna „anak dari‟, seperti bin,
binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
Indani boru Sitanggang
Charles Adriaan van Ophuijsen
Ayam Jantan dari Timur
Mutiara dari Selatan
3.
Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan
langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Mereka berhasil meraih medali emas,” katanya.
“Besok pagi,” kata dia, “mereka akan berangkat.”
4.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata
nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan
kata ganti untuk Tuhan.
6
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Islam
Kristen
Hindu
Alquran
Alkitab
Weda
Allah
Tuhan
Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri
rahmat.
5.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama
gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik
yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang
mengikuti nama orang.
Misalnya:
Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Raden Ajeng Kartini
Doktor Mohammad Hatta
Agung Permana, Sarjana Hukum
Irwansyah, Magister Humaniora
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama
gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta
nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Selamat datang, Yang Mulia.
Semoga berbahagia, Sultan.
Terima kasih, Kiai.
Selamat pagi, Dokter.
7
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Silakan duduk, Prof.
Mohon izin, Jenderal.
6.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama
jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara Proklamator
Republik Indonesia (Soekarno-Hatta) Sekretaris
Jenderal
Kebudayaan
Gubernur Papua Barat
7.
Kementerian
Pendidikan
dan
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dani
bahasa Bali
Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai
sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan
huruf awal kapital.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
8.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah
bulan Agustus
hari Jumat
hari Lebaran
tarikh Masehi
bulan Maulid
hari Galungan
hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Konferensi Asia Afrika
Perang Dunia II
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Catatan:
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai
sebagai nama tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
Soekarno
dan
Hatta
memproklamasikan
kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya
perang dunia.
9.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Jakarta
Pulau Miangas
Bukit Barisan
Dataran Tinggi Dieng
Jalan Sulawesi
Ngarai Sianok
Selat Lombok
9
Asia Tenggara
Amerika Serikat
Jawa Barat
Danau Toba
Gunung Semeru
Jazirah Arab
Lembah Baliem
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Sungai Musi
Teluk Benggala
Terusan Suez
Gang Kelinci
Pegunungan Himalaya
Tanjung Harapan
Kecamatan Cicadas
Kelurahan Rawamangun
Catatan:
(1)
Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
berlayar ke teluk
menyeberangi selat
(2)
mandi di sungai
berenang di danau
Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai
nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
jeruk bali (Citrus maxima)
kacang bogor (Voandzeia subterranea)
nangka belanda (Anona muricata)
petai cina (Leucaena glauca)
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan
nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan
dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula
jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula
anggur.
Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai
fungsi yang berbeda.
Contoh berikut bukan nama jenis.
Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik
Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura.
10
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Selain film Hongkong, juga akan diputar film India,
film Korea, dan film Jepang.
Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian
Sumatra Selatan, tarian Kalimantan Timur, dan tarian
Sulawesi Selatan.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata
(termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam
nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen,
kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Lainnya
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata
(termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul
buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah
dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyajikan makalah “Penerapan Asas-Asas Hukum
Perdata”.
11
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Misalnya:
S.H.
S.K.M.
S.S.
M.A.
M.Hum.
M.Si.
K.H.
Hj.
Mgr.
Pdt.
sarjana hukum
sarjana kesehatan masyarakat
sarjana sastra
master of arts
magister humaniora
magister sains
kiai haji
hajah
monseigneur
pendeta
Dg.
Dt.
R.A.
St.
Tb.
daeng
datuk
raden ayu
sutan
tubagus
Dr.
Prof.
Tn.
Ny.
Sdr.
doktor
profesor
tuan
nyonya
saudara
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik,
dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.
Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”
“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.
Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
“Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”
“Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.”
Catatan:
(1)
Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan.
12
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
(2)
Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
G. Huruf Miring
1.
Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama
majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan,
termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel
Moeis.
Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat
kebangsaan.
Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua).
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2.
Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam
kalimat.
Misalnya:
Huruf terakhir kata abad adalah d.
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas
tangan.
13
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
3.
Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian
wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh.
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung bermakna „pandangan dunia‟.
Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan
negara Indonesia.
Catatan:
(1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
(2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan
komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
(3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara langsung dalam teks
berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.
H.
Huruf Tebal
1.
Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang
sudah ditulis miring.
Misalnya:
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat
dalam Ejaan Bahasa Indonesia.
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti „dan‟.
2.
Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagianbagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
14
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
1.1
Latar Belakang dan Masalah
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh
bahasa standar dan nonstandar, ratusan bahasa daerah,dan ditambah beberapa bahasa asing, membutuhkan penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar belakang dan masalah akan
diuraikan secara terpisah seperti tampak pada paparan
berikut.
1.1.1
Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan
munculnya sikap yang beragam terhadap penggunaan
bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga
terhadap bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga terhadap bahasa Indonesia.
1.1.2
Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa
masyarakat Kalimantan terhadap bahasa-bahasa yang ada
di Indonesia. Sikap masyarakat tersebut akan digunakan
sebagai formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang
diambil.
1.2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur
sikap bahasa masyarakat Kalimantan, khususnya yang
tinggal di kota besar terhadap bahasa-bahasa yang ada di
Indonesia.
15
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
II. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kantor pajak penuh sesak.
Saya pergi ke sekolah.
Buku itu sangat tebal.
B. Kata Berimbuhan
1.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan
dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
berkelanjutan
mempermudah
gemetar
lukisan
kemauan
perbaikan
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme,
-man, -wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya.
Misalnya:
sukuisme
seniman
kamerawan
gerejawi
2.
Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
16
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
adibusana
aerodinamika
antarkota
antibiotik
awahama
bikarbonat
biokimia
dekameter
demoralisasi
dwiwarna
ekabahasa
ekstrakurikuler
infrastruktur
inkonvensional
kontraindikasi
kosponsor
mancanegara
multilateral
narapidana
nonkolaborasi
paripurna
pascasarjana
pramusaji
prasejarah
proaktif
purnawirawan
saptakrida
semiprofesional
subbagian
swadaya
telewicara
transmigrasi
tunakarya
tritunggal
tansuara
ultramodern
Catatan:
(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf
awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
non-ASEAN
anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah
dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
17
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu
kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup
kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang
Maha Esa
melindungi kita.
C.
Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di
antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-anak
buku
hati-hati
kuda-kuda
lauk-pauk
mondar-mandir
ramah-tamah
sayur-mayur
serba-serbi
biri-biri bukucumi-cumi
kupu-kupu
kura-kura
berjalan-jalan
mencari-cari
terus-menerus
porak-poranda
tunggang-langgang
Catatan:
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
pertama.
Misalnya:
surat kabar
kapal barang
rak buku
kereta api cepat
→
→
→
→
surat-surat kabar
kapal-kapal barang
rak-rak buku
kereta-kereta api cepat
18
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
D.
Gabungan Kata
1.
Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk,
termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar
kambing hitam
orang tua
simpang empat
mata acara
2.
model linear
persegi panjang
rumah sakit jiwa
meja tulis
cendera mata
Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian
ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-istri pejabat
ibu-bapak kami
buku-sejarah baru
3.
anak istri-pejabat
ibu bapak-kami
buku sejarah-baru
Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis
terpisah jika mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:
bertepuk tangan
menganak sungai
garis bawahi
sebar luaskan
4.
Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
19
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
penghancurleburan
pertanggungjawaban
5.
Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali
adakalanya
apalagi
bagaimana
barangkali
beasiswa
belasungkawa
bilamana
bumiputra
darmabakti
dukacita
E.
hulubalang
kacamata
kasatmata
kilometer
manasuka
matahari
olahraga
padahal
peribahasa
perilaku
puspawarna
radioaktif
saptamarga
saputangan
saripati
sediakala
segitiga
sukacita
sukarela
syahbandar
wiraswasta
Pemenggalan Kata
1.
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai
berikut.
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal
itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
20
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
sur-vei
am-boi
c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal,
pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan
yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara
kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan
atau lebih yang masing-masing melambangkan satu
bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ul-tra infra bentrok
in-stru-men
21
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Catatan:
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi
tidak dipenggal.
Misalnya:
bang-krut
bang-sa
ba-nyak
ikh-las
kong-res
makh-luk
masy-hur
sang-gup
2.
Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di
antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya.
Misalnya:
ber-jalan
mem-bantu
di-ambil
ter-bawa
per-buat
makan-an
letak-kan
pergi-lah
apa-kah
kekuat-an
mem-pertanggungjawabkan
memper-tanggungjawabkan
mempertanggung-jawabkan
mempertanggungjawab-kan
me-rasakan
merasa-kan
per-buatan
perbuat-an
ke-kuatan
Catatan:
(1)
Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pada
kata dasar.
Misalnya:
me-nu-tup
me-ma-kai
22
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
me-nya-pu
me-nge-cat
pe-mi-kir
pe-no-long
pe-nga-rang
pe-nge-tik
pe-nye-but
(2)
Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada
kata dasar.
Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
(3)
Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya
satu huruf di awal atau akhir baris tidak dilakukan.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ….
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau
mengambil makanan itu.
3.
Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan
salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur
lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:
biografi
biodata
fotografi
fotokopi
introspeksi
23
bio-grafi
bio-data
foto-grafi
foto-kopi
intro-speksi
bi-o-gra-fi
bi-o-da-ta
fo-to-gra-fi
fo-to-ko-pi
in-tro-spek-si
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
introjeksi
kilogram
kilometer
pascapanen
4.
intro-jeksi
kilo-gram
kilo-meter
pasca-panen
in-tro-jek-si
ki-lo-gram
ki-lo-me-ter
pas-ca-pa-nen
Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada
akhir baris dipenggal di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
Lagu “Indonesia Raya” digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.
Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.
5.
Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf
atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng.
Rangga Warsita.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
Ia bekerja di DLLAJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.
Ng. Rangga Warsita.
F.
Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
24
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana mencarinya.
Ia berasal dari Pulau Penyengat.
Cincin itu terbuat dari emas.
G. Partikel
1.
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
2.
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat
mengatasinya dengan bijaksana.
Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan
masih tersedia.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah
berkunjung ke rumahku.
Catatan:
Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung
ditulis serangkai.
25
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat
pada waktunya.
Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
3.
Partikel per yang berarti „demi‟, „tiap‟, atau „mulai‟ ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
H.
Singkatan dan Akronim
1.
Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan
itu.
Misalnya:
A.H. Nasution
H. Hamid
Suman Hs.
W.R. Supratman
M.B.A.
M.Hum.
M.Si.
S.Sos.
S.Kom.
S.K.M.
Sdr.
Kol. Darmawati
Abdul Haris Nasution
Haji Hamid
Suman Hasibuan
Wage Rudolf Supratman
master of business administration
magister humaniora
magister sains S.E.
sarjana ekonomi
sarjana sosial
sarjana komunikasi
sarjana kesehatan masyarakat
saudara
Kolonel Darmawati
26
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
2.
a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
NKRI
UI
PBB
WHO
PGRI
KUHP
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Universitas Indonesia
Perserikatan Bangsa-Bangsa
World Health Organization
Persatuan Guru Republik Indonesia
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang
bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
PT
MAN
SD
KTP
SIM
NIP
3.
perseroan terbatas
madrasah aliah negeri
sekolah dasar
kartu tanda penduduk
surat izin mengemudi
nomor induk pegawai
Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti
dengan tanda titik.
Misalnya:
hlm.
dll.
dsb.
dst.
sda.
ybs.
yth.
ttd.
dkk.
27
halaman
dan lain-lain
dan sebagainya
dan seterusnya
sama dengan di atas
yang bersangkutan
yang terhormat
tertanda
dan kawan-kawan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
4.
Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai
dalam surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda
titik.
Misalnya:
a.n.
d.a.
u.b.
u.p.
s.d.
5.
atas nama
dengan alamat
untuk beliau
untuk perhatian
sampai dengan
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu
cm
kVA
l
kg
Rp
6.
kuprum
sentimeter
kilovolt-ampere
liter
kilogram
rupiah
Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
BIG
BIN
LIPI
LAN
PASI
7.
Badan Informasi Geospasial
Badan Intelijen Negara
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Lembaga Administrasi Negara
Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis
dengan huruf awal kapital.
28
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Bulog
Bappenas
Badan Urusan Logistik
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kongres Wanita Indonesia
Kalimantan Tengah
Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia
Surabaya-Madura
Kowani
Kalteng
Mabbim
Suramadu
8.
Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf
awal dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
iptek
pemilu
puskesmas
rapim
rudal
tilang
I.
ilmu pengetahuan dan teknologi
pemilihan umum
pusat kesehatan masyarakat
rapat pimpinan
peluru kendali
bukti pelanggaran
Angka dan Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang
bilangan atau nomor.
Angka Arab
: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50),
_
_
C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M
(1.000.000)
29
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
1.
Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara
berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15
orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri
atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
2.
a. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari
pemerintah daerah.
Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
50
siswa teladan mendapat beasiswa dari
pemerintah daerah.
3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
b. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan kalimatnya
diubah.
Misalnya:
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
30
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
250 orang peserta diundang panitia.
25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.
3.
Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk
mengembangkan usahanya.
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar
rupiah.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan
biaya 10 triliun rupiah.
4.
Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang.
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 hektare
10 liter
2 tahun 6 bulan 5 hari 1
jam 20 menit
Rp5.000,00
US$3,50
£5,10
¥100
5.
Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
31
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Jalan Tanah Abang I/15
Jalan Wijaya No. 14
Hotel Mahameru, Kamar 169
Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201
6.
Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat
kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 16: 15—16
7.
Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan Utuh
Misalnya:
dua belas
tiga puluh
lima ribu
(12)
(30)
(5.000)
b. Bilangan Pecahan
Misalnya:
setengah atau seperdua
seperenam belas
tiga perempat
dua persepuluh
tiga dua-pertiga
satu persen
satu permil
8.
(½)
(⅟16)
(¾)
(²∕
₁₀)
(3⅔)
(1%)
(1‰)
Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
berikut.
32
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
abad XX
abad ke-20
abad kedua puluh
Perang Dunia II
Perang Dunia Ke-2
Perang Dunia Kedua
9.
Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan
dengan cara berikut.
Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an
tahun 1950-an
uang 5.000-an
(lima lembar uang seribuan)
(tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
(uang lima ribuan)
10. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus
dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan
kuitansi.
Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta
sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran
satu unit televisi.
11. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan
diikuti huruf dilakukan seperti berikut.
33
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50
(sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan
pertanggungjawaban.
12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi
ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Kelapadua
Kotonanampek
Rajaampat
Simpanglima
Tigaraksa
J.
Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Rumah itu telah kujual.
Majalah ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
K.
Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.
34
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Sang adik mematuhi nasihat sang kakak.
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Dalam cerita itu si Buta berhasil menolong kekasihnya.
Catatan:
Huruf awal sang ditulis dengan huruf kapital jika sang
merupakan unsur nama Tuhan.
Misalnya:
Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang
Hyang Widhi Wasa.
35
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
III. PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1.
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:
Mereka duduk di sana.
Dia akan datang pada pertemuan itu.
2.
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
B. Bahasa Daerah
1. Kedudukan
2. Fungsi
C. Bahasa Asing
1. Kedudukan
2. Fungsi
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
…
36
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang
sudah bertanda kurung dalam suatu perincian.
Misalnya:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional, dan
c) alat pemersatu bangsa;
2) bahasa negara ….
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka (seperti pada 2b).
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret digital yang lebih dari
satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.
Misalnya:
Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
Bagan 2 Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Bagian Umum
Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa
Indonesia
Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia
Gambar 1 Gedung Cakrawala
Gambar 1.1 Ruang Rapat
2.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik
atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
01.35.20 jam
(1 jam, 35 menit, 20 detik)
37
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
00.20.30 jam
00.00.30 jam
3.
(20 menit, 30 detik)
(30 detik)
Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama
penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jakarta.
Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta:
Gramedia.
4.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.
Catatan:
(1)
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.
Nomor rekening
0015645678.
(2)
panitia
seminar
adalah
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel.
38
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Gambar 3 Alat Ucap Manusia
Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan
Pendidikan
(3)
Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat
penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal surat.
Misalnya:
Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur
Indrawati, M.Hum.
Jalan Cempaka II No. 9
Jakarta Timur
21 April 2013
Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)
B. Tanda Koma (,)
1.
39
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilangan.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang
asing lagi.
Buku,
majalah,
kepustakaan.
dan
jurnal
termasuk
sumber
Satu, dua, ... tiga!
2.
Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti
tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk
(setara).
Misalnya:
Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum
cukup.
Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis
panorama.
3.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau diundang, saya akan datang.
Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak
membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului
anak kalimat.
Misalnya:
Saya akan datang kalau diundang.
Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
40
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan
yang luas.
4.
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia
memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar
kalau dia menjadi bintang pelajar
Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian,
anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.
5.
Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru,
seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai
sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, jalannya licin!
Nak, kapan selesai kuliahmu?
Siapa namamu, Dik?
Dia baik sekali, Bu.
6.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.”
“Kita harus berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya,
“karena manusia adalah makhluk sosial.”
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
41
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah,
atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak Lurah.
“Masuk ke dalam kelas sekarang!” perintahnya.
“Wow, indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu.
7.
Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan
Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
Dekan Fakultas Kedokteran,
Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Universitas Indonesia,
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang
8.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid
1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata
Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.
9.
Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan
kaki atau catatan akhir.
42
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm.
25.
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat
Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm.
4.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan
gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya
dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, M.Hum.
Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti
Khadijah Mas Agung).
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara
rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan
atau keterangan aposisi.
43
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang
yang belum diolah.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus
mengikuti latihan paduan suara.
Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri
Gerakan Nonblok.
Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu
paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya
tidak diapit tanda koma!
Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di
perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.
13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/
salah pengertian.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan
bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan
bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
C.
Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk.
44
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah;
Adik membaca cerita pendek.
2.
Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa
klausa.
Misalnya:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3.
Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan
tanda koma.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan
kaus; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi
a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan
c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
D. Tanda Titik Dua (:)
1.
45
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja,
dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan:
hidup atau mati.
2.
Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan
itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
3.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua
: Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
c. Narasumber : Prof. Dr. Rahmat Effendi
Pemandu
: Abdul Gani, M.Hum.
Pencatat
: Sri Astuti Amelia, S.Pd.
4.
Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata
yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : “Bawa koper ini, Nak!”
Amir : “Baik, Bu.”
Ibu : “Jangan lupa, letakkan baik-baik!”
46
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
5.
Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan
halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan
anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit
dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Albaqarah: 2—5
Matius 2: 1—3
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
E.
Tanda Hubung (-)
1.
Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang
terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara lama, diterapkan juga cara
baru ….
Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rumput
laut.
Kini ada cara yang
mengukur panas.
baru
Parut jenis ini memudahkan
mengukur kelapa.
2.
kita
Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata
ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
mengorek-ngorek
47
untuk
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
3.
Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan,
dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung
huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
11-11-2013
p-a-n-i-t-i-a
4.
Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan
bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:
ber-evolusi
meng-ukur
dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
²³∕
₂₅ (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
mesin hitung-tangan
Bandingkan dengan
be-revolusi
me-ngukur
dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000)
(dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
mesin-hitung tangan
20 ³∕₂₅
5.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan -an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf
kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);
e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
48
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).
Catatan:
Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika
angka tersebut melambangkan jumlah huruf.
Misalnya:
BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia)
LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi
Indonesia)
P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)
6.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
di-sowan-i (bahasa Jawa, „didatangi‟)
ber-pariban (bahasa Batak, „bersaudara sepupu‟)
di-back up
me-recall
pen-tackle-an
7.
Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat
yang menjadi objek bahasan.
Misalnya:
Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi
pembetonan.
F.
Tanda Pisah (—)
1.
49
Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan
kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
kalimat.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—
diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita
mau berusaha keras.
2.
Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya
keterangan aposisi atau keterangan yang lain.
Misalnya:
Soekarno-Hatta—Proklamator
Kemerdekaan
RI—diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan
pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang
alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa
Indonesia—amanat
Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.
3.
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau
tempat yang berarti „sampai dengan‟ atau „sampai ke‟.
Misalnya:
Tahun 2010—2013
Tanggal 5—10 April 2013
Jakarta—Bandung
G.
Tanda Tanya (?)
1.
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?
2.
Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang
dapat dibuktikan kebenarannya.
50
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?). Di
Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
H.
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
Masa! Dia bersikap seperti itu?
Merdeka!
I.
Tanda Elipsis (...)
1.
Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam
suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa
bahasa negara ialah ….
..., lain lubuk lain ikannya.
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda
titik (jumlah titik empat buah).
2.
51
Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
“Menurut saya … seperti … bagaimana, Bu?”
“Jadi, simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.”
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2)
Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik
(jumlah titik empat buah).
J.
Tanda Petik (“…”)
1.
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.
“Kerjakan tugas ini sekarang!” perintah atasannya. “Besok
akan dibahas dalam rapat.”
Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, “Setiap warga negara berhak
memperoleh pendidikan.”
2.
Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film,
sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Misalnya:
Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku
itu.
Marilah kita menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”!
Film “Ainun dan Habibie” merupakan kisah nyata yang
diangkat dari sebuah novel.
52
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Saya sedang membaca “Peningkatan Mutu Daya Ungkap
Bahasa Indonesia” dalam buku Bahasa Indonesia Menuju
Masyarakat Madani.
Makalah “Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif” menarik
perhatian peserta seminar.
Perhatikan “Pemakaian Tanda Baca” dalam buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
3.
Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
“Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang memberikan “amplop” kepada petugas!
K.
Tanda Petik Tunggal („…‟)
1.
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang
terdapat dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya dia, “Kaudengar bunyi „kring-kring‟ tadi?”
“Kudengar teriak anakku, „Ibu, Bapak pulang!‟, dan rasa
letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
“Kita bangga karena lagu „Indonesia Raya‟ berkumandang
di arena olimpiade itu,” kata Ketua KONI.
2.
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.
Misalnya:
tergugat
retina
noken
tadulako
marsiadap ari
tuah sakato
53
„yang digugat‟
„dinding mata sebelah dalam‟
„tas khas Papua‟
„panglima‟
„saling bantu‟
„sepakat demi manfaat bersama‟
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
policy
wisdom
money politics
L.
„kebijakan‟
„kebijaksanaan‟
„politik uang‟
Tanda Kurung ((…))
1.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
Warga baru itu belum memiliki KTP
(kartu tanda
penduduk).
Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.
2.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau
penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang
terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru pasar dalam negeri.
3.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata
yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau
dihilangkan.
Misalnya:
Dia berangkat
Transjakarta.
ke
kantor
selalu
menaiki
(bus)
Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
4.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka
yang digunakan sebagai penanda pemerincian.
54
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya
produksi, dan (c) tenaga kerja.
Dia harus melengkapi
melampirkan
berkas
lamarannya
dengan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.
M. Tanda Kurung Siku ([…])
1.
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata,
atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas
kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis
orang lain.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai
[dengan] kaidah bahasa Indonesia.
Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan]
Indonesia dirayakan secara khidmat.
2.
Republik
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di
dalam Bab II [lihat halaman 35─38]) perlu dibentangkan di
sini.
N.
Tanda Garis Miring (/)
1.
55
Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada
alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Nomor: 7/PK/II/2013
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2012/2013
2.
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan,
atau, serta setiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
dikirimkan lewat darat/laut
buku dan/atau majalah
harganya Rp1.500,00/lembar
3.
„mahasiswa dan mahasiswi‟
„dikirimkan lewat darat
atau lewat laut‟
„buku dan majalah atau
buku atau majalah‟
„harganya Rp1.500,00
setiap lembar‟
Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata,
atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas
kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis
orang lain.
Misalnya:
Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak
beberapa kali.
Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat
budaya Jawa.
Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.
O.
Tanda Penyingkat atau Apostrof („)
Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan
bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
56
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Misalnya:
Dia „kan kusurati. („kan = akan)
Mereka sudah datang, „kan? („kan = bukan)
Malam „lah tiba. („lah = telah)
5-2-„13 (‟13 = 2013)
57
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari
berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa,
Sunda, dan Bali, maupun dari bahasa asing, seperti bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan
taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti force
majeur, de facto, de jure, dan l’exploitation de l’homme par l’homme.
Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai
berikut.
a (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o)
mażhab
(‫)ب هذﻡ‬
mazhab
qadr
(‫)ﺭﺩﻗ‬
kadar
ṣaḥābat
(‫)ةب ﺺﺣا‬
sahabat
haqīqat
‘umrah
gā’ib
iqāmah
khātib
riḍā’
ẓālim
(‫ﺡﻗٍﻗة‬
)
(‫)ةﺭﻤﻋ‬
(‫)ﻏﺌبا‬
(‫)ﻗاﺇﻤة‬
(‫)ﺨبﻁا‬
(‫)ﻀﺭﺀا‬
(‫)اﻅﻡﻠ‬
hakikat
umrah
gaib
ikamah
khatib
rida
zalim
58
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
‘ain (‫ ﻉ‬Arab) pada awal suku kata menjadi a, i, u
‘ajā’ib
(‫)ﺠﻋباﺌ‬
ajaib
sa‘ādah
(‫)ﺴﻌاةﺩ‬
saadah
‘ilm
(‫)ﻡﻠﻋ‬
ilmu
qā‘idah
(‫)اﻗةﺩﻋ‬
kaidah
‘uzr
(‫)ﺭﻋذ‬
uzur
ma‘ūnah
(‫)ةﻨﻭﻤﻌ‬
maunah
‘ain (‫ ﻉ‬Arab) di akhir suku kata menjadi k
’i‘ tiqād
(‫)ﻗﺘﻋاﺇﺩ‬
iktikad
mu‘jizat
(‫)ةﺠﺯﻤﻌ‬
mukjizat
ni‘mat
(‫)ﻤﻨﻌة‬
nikmat
rukū‘
(‫)ﻉﻭﻜﺭ‬
rukuk
simā‘
(‫)ﻤﺴﻉا‬
simak
ta‘rīf
(‫)ﻌﺘﻑٍﺭ‬
takrif
aa (Belanda) menjadi a
paal
baal
octaaf
pal
bal
oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e aerobe
aerob
aerodinamics
aerodinamika
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin
hemoglobin
haematite
hematit
ai tetap ai
trailer
caisson
trailer
kaison
au tetap au
audiogram
autotroph
tautomer
audiogram
autotrof
tautomer
59
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
hydraulic
caustic
hidraulik
kaustik
c di depan a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel
kalomel
construction
konstruksi
cubic
kubik
coup
kup
classification
klasifikasi
crystal
kristal
c di depan e, i, oe, dan y menjadi s
central
circulation
coelom
cybernetics
cylinder
sentral cent
sen
sirkulasi
selom
sibernetika
silinder
cc di depan o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation
akomodasi
acculturation
akulturasi
acclimatization
aklimatisasi
accumulation
akumulasi
acclamation
aklamasi
cc di depan e dan i menjadi ks
accent
accessory
vaccine
aksen
aksesori
vaksin
cch dan ch di depan a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin
sakarin
charisma
karisma
cholera
kolera
chromosome
kromosom
technique
teknik
60
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s echelon
eselon
machine
mesin
ch yang lafalnya c menjadi c
charter
chip
carter
cip
ck menjadi k
check
ticket
cek
tiket
ç (Sanskerta) menjadi s
çabda
çastra
sabda
sastra
ḍad (‫ ﺽ‬Arab) menjadi d
’afḍal
(‫)ﻞﻀﻓﺃ‬
ḍa’īf
(‫)ﺽٍﻌﻑ‬
farḍ
(‫)ﺭﺽﻓ‬
hāḍir
(‫)اﺭﺡﻀ‬
afdal
daif
fardu
hadir
e tetap e
effect
description
synthesis
efek
deskripsi
sintesis
ea tetap ea
idealist
habeas
idealis
habeas
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer
systeem
stratosfer
sistem
ei tetap ei
eicosane
eikosan
61
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
eidetic
einsteinium
eidetik
einsteinium
eo tetap eo
stereo
geometry
zeolite
eu tetap eu
neutron
eugenol
europium
fa (‫ ﻑ‬Arab) menjadi f
ʼafḍal
‘ārif
faqīr
faṣīh
mafhūm
stereo
geometri
zeolit
neutron
eugenol
europium
(‫)ﻝﻀﻓﺃ‬
(‫)ﻋﻑاﺭ‬
(‫)ﺭٍﻓﻗ‬
(‫)ﺡﺼﻓ‬
(‫)ﻭﻡهﻓﻤ‬
afdal
arif
fakir
fasih
mafhum
f tetap f
fanatic
factor
fossil
fanatik
faktor
fosil
gh menjadi g
ghanta
sorghum
genta
sorgum
gain (‫ ﻍ‬Arab) menjadi g
gā’ib
(‫)ﻏب ﺌا‬
magfirah
(‫)ﻓﺭ ﻍﻢة‬
magrib
(‫)ﺭﻏﻢب‬
gaib
magfirah
magrib
gue menjadi ge
igue
gigue
ige
gige
62
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
ḥa (‫ ﺡ‬Arab) menjadi h
ḥākim
(‫)اﺡﻡﻜ‬
iṣlāḥ
(‫)ﺡﻼﺇﺼ‬
siḥr
(‫)ﺴﺡﺭ‬
hakim
islah
sihir
hamzah (‫ ﺀ‬Arab) yang diikuti oleh vokal menjadi a, i, u
’amr
(‫)ﺭﻤﺃ‬
amar
mas’alah
(‫)ﻟﺴﺄﻤة‬
masalah
’iṣlāḥ
(‫)ﺡﻼﺇﺼ‬
islah
qā’idah
’ufuq
(‫)اﻗةﻋﺩ‬
(‫)ﻕﻓﺃ‬
kaidah
ufuk
hamzah (‫ ﺀ‬Arab) di akhir suku kata, kecuali di akhir kata, menjadi k
ta’wīl
(‫)ﻝٍﺄﻭﺘ‬
takwil
ma’mūm
(‫)ﻡﻭﻤﺄﻤ‬
makmum
mu’mīn
(‫)ﻦﻤﺆﻤ‬
mukmin
hamzah (‫ ﺀ‬Arab) di akhir kata dihilangkan
imlā’
(‫)ﺀﻼﻤﺇ‬
imla
istinjā’
(‫)ﺘﻨﺠﺴﺀاﺇ‬
istinja/tinja
munsyi’
(‫)ﺀﺸيﻨﻤ‬
munsyi
wuḍū’
(‫)ﻭﺀﻀﻭ‬
wudu
i (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi i
ʼi‘tiqād
(‫)ﺘﻗﻋاﺇﺩ‬
iktikad
muslim
(‫)ﻡﻡﻟﺳ‬
muslim
naṣīḥah
(‫)ﻨﺼةﺡ‬
nasihat
ṣaḥīḥ
(ٍ‫)ﺼﺢﺡ‬
sahih
i pada awal suku kata di depan vokal tetap i
iambus
iambus
ion
ion
iota
iota
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek
riem
63
politik
rim
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
variety
patient
hierarchy
varietas
pasien
hierarki
jim (‫ ﺝ‬Arab) menjadi j
jāriyah
(‫)ﺠاٍﺭة‬
janāzah
(‫)ﻨﺠاةﺯ‬
ʼijāzah
(‫)ﺠﺇاةﺯ‬
jariah
jenazah
ijazah
kha (‫ ﺥ‬Arab) menjadi kh
khuṣūṣ
(‫)ﺹﻭﺼﺨ‬
makhlūq
(‫)ﻕﻭﻠﺨﻤ‬
tārīkh
(‫)ﺘاﺦٍﺭ‬
khusus
makhluk
tarikh
ng tetap ng
contingent
congres
linguistics
kontingen
kongres
linguistik
oe (oi Yunani) menjadi e
foetus
oestrogen
oenology
fetus
estrogen
enologi
oo (Belanda) menjadi o
komfoor
provoost
kompor
provos
oo (Inggris) menjadi u
cartoon
proof
pool
kartun
pruf
pul
oo (vokal ganda) tetap oo
zoology
coordination
zoologi
koordinasi
64
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
ou menjadi u jika lafalnya u
gouverneur
coupon
contour
gubernur
kupon
kontur
ph menjadi f
phase
physiology
spectograph
fase
fisiologi
spektograf
ps tetap ps
pseudo
psychiatry
psychic
psychosomatic
pseudo
psikiatri
psikis
psikosomatik
pt tetap pt
pterosaur
pteridology
ptyalin
pterosaur
pteridologi
ptialin
q menjadi k
aquarium
frequency
equator
akuarium
frekuensi
ekuator
qaf (‫ ﻕ‬Arab) menjadi k
‘aqīqah
(‫)ﻗٍﻗﻋة‬
maqām
(‫)ﻗﻤﻡا‬
muṭlaq
(‫)ﻕﻠﻁﻤ‬
akikah
makam
mutlak
rh menjadi r
rhapsody
rhombus
rhythm
rhetoric
rapsodi
rombus
ritme
retorika
65
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
sin (‫ ﺱ‬Arab) menjadi s
asās
(‫)ﺴﺃاﺱ‬
salām
(‫)ﻢﺴﻼ‬
silsilah
(‫)ﺴﻠﺳة‬
asas
salam
silsilah
śa (‫ ﺙ‬Arab) menjadi s
aśiri
ḥadiś
śulāśā
wāriś
asiri
hadis
selasa
waris
(‫)ﺭٍﺜﺃى‬
(‫)ﺩﺡٍﺙ‬
(‫)ا ﻞﻟﺜ ءاﺙ‬
(‫)ﻭاﺭﺙ‬
ṣad (‫ ﺹ‬Arab) menjadi s
‘aṣr
(‫)ﺼﺭﻋ‬
muṣībah
(‫)ﺒٍﺼﻤة‬
khuṣūṣ
(‫)ﺹﻭﺼﺨ‬
ṣaḥḥ
(‫)ﺢﺼ‬
asar
musibah
khusus
sah
syin (‫ ﺵ‬Arab) menjadi sy
‘āsyiq
(‫)ﻋﻕاﺸ‬
‘arsy
(‫)ﺵﺭﻋ‬
syarṭ
(‫)ﻁﺸﺭ‬
asyik
arasy
syarat
sc di depan a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium
skandium
scotopia
skotopia
scutella
skutela
sclerosis
sklerosis
sc di depan e, i, dan y menjadi s
scenography
scintillation
scyphistoma
senografi
sintilasi
sifistoma
sch di depan vokal menjadi sk
schema
schizophrenia
scholastic
skema
skizofrenia
skolastik
66
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
t di depan i menjadi s jika lafalnya s
actie
aksi
ratio
rasio
patient
pasien
ṭa (‫ ﻁ‬Arab) menjadi t
khaṭṭ
muṭlaq
ṭabīb
(‫)ﻁﺦ‬
(‫)ﻕﻠﻁﻤ‬
(‫)ٍﺒﻁب‬
khat
mutlak
tabib
th menjadi t
theocracy
orthography
thrombosis
methode (Belanda)
teokrasi
ortografi
trombosis
metode
u tetap u
unit
nucleolus
structure
institute
unit
nukleolus
struktur
institut
u (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi u
rukū’
(‫)ﺭﻉﻭﻛ‬
rukuk
syubḥāt
(‫)هﺒﺸا ﺖ‬
syubhat
sujūd
(‫)ﺟﻭﺩﺴ‬
sujud
’ufuq
(‫)ﻓﻕﺃ‬
ufuk
ua tetap ua
aquarium
dualisme
squadron
akuarium
dualisme
skuadron
ue tetap ue
consequent
duet
suede
konsekuen
duet
sued
67
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
ui tetap ui
conduite
equinox
equivalent
uo tetap uo
fluorescein
quorum
quota
konduite
ekuinoks
ekuivalen
fl
uoresein
kuorum
kuota
uu menjadi u
lectuur
prematuur
vacuum
lektur
prematur
vakum
v tetap v
evacuation
television
vitamin
evakuasi
televisi
vitamin
wau (‫ ﻭ‬Arab) tetap w
jadwal
(‫)ﻝﻭﺩﺠ‬
taqwā
(‫)ﻭﻗﺘى‬
wujūd
(‫)ﻭﺠﻭﺩ‬
jadwal
takwa
wujud
wau (‫ ﻭ‬Arab, baik satu maupun dua konsonan) yang didahului u
dihilangkan
nahwu
(‫)ﺣﻭﻦ‬
nahu
nubuwwah
(‫)ﻭﻨﺒﹼة‬
nubuat
quwwah
kuat
(‫)ﻭﻗﹼة‬
aw (diftong Arab) menjadi au, termasuk yang diikuti konsonan
awrāt
(‫)ﻭﻋةﺭ‬
aurat
hawl
(‫)ﻭهﻝ‬
haul
mawlid
(‫)ﺩﻠﻭﻤ‬
maulid
walaw
(‫)ﻭﻠﻭ‬
walau
68
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
x pada awal kata tetap x
xanthate
xenon
xylophone
xantat
xenon
xilofon
x pada posisi lain menjadi ks
executive
express
latex
taxi
eksekutif
ekspres
lateks
taksi
xc di depan e dan i menjadi ks
exception
excess
excision
excitation
eksepsi
ekses
eksisi
eksitasi
xc di depan a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation
ekskavasi
excommunication
ekskomunikasi
excursive
ekskursif
exclusive
eksklusif
y tetap y jika lafalnya y
yakitori
yangonin
yen
yuan
yakitori
yangonin
yen
yuan
y menjadi i jika lafalnya ai atau i
dynamo
propyl
psychology
yttrium
dinamo
propil
psikologi
itrium
ya (ٍ Arab) di awal suku kata menjadi y
‘ināyah
(‫)ﻨﻋاٍة‬
inayah
yaqīn
(ٍ‫)ﻥٍﻗ‬
yakin
69
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
ya‘nī
ya (ٍ Arab) di depan i
khiyānah
qiyās
ziyārah
(ٍ‫)ﻨٌﻌ‬
yakni
dihilangkan
(‫)ٍﺨاﻨة‬
(‫)ٍﻗاﺱ‬
(‫)ٍﺯاةﺭ‬
khianat
kias
ziarah
z tetap z
zenith
zirconium
zodiac
zygote
zenit
zirkonium
zodiak
zigot
zai (‫ ﺯ‬Arab) tetap z
ijāzah
khazānah
ziyārah
zaman
(‫)ﺠﺇاةﺯ‬
(‫)ﺨﺯاﻨة‬
(‫)ٍﺯاةﺭ‬
(‫)ﻥﻤﺯ‬
ijazah
khazanah
ziarah
zaman
żal (‫ ذ‬Arab) menjadi z
ażān
iżn
ustāż
żāt
(‫)ذاﺃﻥ‬
(‫)ﻥذﺇ‬
(‫)ﺘﺴﺃذا‬
(‫)ذﺕا‬
azan
izin
ustaz
zat
ẓa (‫ ﻅ‬Arab) menjadi z
ḥāfiẓ
(‫)ﻓ اﻅﺡ‬
ta‘ẓīm
(‫)ﻡٍﻅﻌﺘ‬
ẓālim
(‫)ﻅاﻡﻠ‬
hafiz
takzim
zalim
Konsonan ganda diserap menjadi konsonan tunggal, kecuali kalau
dapat membingungkan.
Misalnya:
accu
„allāmah
commission
aki
alamah
komisi
70
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
effect
ferrum
gabbro
kaffah
salfeggio
tafakkur
tammat
ʼummat
efek
ferum
gabro
kafah
salfegio
tafakur
tamat
umat
Perhatikan penyerapan berikut!
ʼAllah
mass
massal
Allah
massa
massal
Catatan:
Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa
Indonesia tidak perlu lagi diubah.
Misalnya:
bengkel
dongkrak
faedah
kabar
khotbah
koperasi
lahir
nalar
napas
paham
perlu
pikir
populer
Rabu
Selasa
Senin
sirsak
soal
telepon
Selain kaidah penulisan unsur serapan di atas, berikut ini
disertakan daftar istilah asing yang mengandung akhiran serta
penyesuaiannya secara utuh dalam bahasa Indonesia.
-aat (Belanda) menjadi -at
advocaat
advokat
-age menjadi -ase
percentage
etalage
persentase
etalase
71
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
-ah (Arab) menjadi -ah atau -at
„aqīdah
(‫ةﺩٍﻗﻋ‬
ʼijāzah
)
‘umrah
(‫)ﺠﺇاةﺯ‬
(‫)ةﺭﻋﻤ‬
ʼākhirah
(‫)ﺭةﺨﺁ‬
ʼāyah
(‫)ٍةﺃ‬
ma‘siyyah
(‫ٍﺼﻤﻌة‬
)
ʼamānah
(‫)ﻤاﺃﻨة‬
hikmah
(‫)ﺡﻤﻜة‬
‘ibādah
(‫)ﻋﺩابة‬
sunnah
(‫)ﺳةﻥ‬
sūrah
(‫)ةﻭﺭﺴ‬
akidah
ijazah
umrah
akhirat
ayat
maksiat
amanah, amanat
hikmah, hikmat
ibadah, ibadat
sunah, sunat
surah, surat
-al (Inggris), -eel dan -aal (Belanda) menjadi -al
structural, structureel
struktural
formal, formeel
formal
normal, normaal
normal
-ant menjadi -an
accountant
consultant
informant
akuntan
konsultan
informan
-archy (Inggris), -archie (Belanda) menjadi arki
anarchy, anarchie
anarki
monarchy, monarchie
monarki
oligarchy, oligarchie
oligarki
-ary (Inggris), -air (Belanda) menjadi -er
complementary,
complementair
primary, primair
secondary, secundair
komplementer
primer
sekunder
72
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
-(a)tion (Inggris), -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
action, actie
aksi
publication, publicatie
publikasi
-eel (Belanda) menjadi -el
materieel
moreel
materiel
morel
-ein tetap -ein
casein
protein
kasein
protein
-i, -iyyah (akhiran Arab) menjadi -i atau -iah
ٌ
‘ālamī
(‫)ﻋاٍﻤﻠ‬
alami
ٌ
ʼinsānī
(‫)ﺴﻨﺇاٍﻨ‬
insani
‘āliyyah
(‫)ﻋاٍةﻠ‬
aliah
‘amaliyyah
(‫)ٍﻠﻋﻤة‬
amaliah
-ic, -ics, dan -ique (Inggris), -iek dan -ica (Belanda) menjadi -ik, ika
dialectics, dialektica
dialektika
logic, logica
logika
physics, physica
fisika
linguistics, linguistiek
linguistik
phonetics, phonetiek
fonetik
technique, techniek
teknik
-ic (Inggris), -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik
electronic, elektronisch
elektronik
mechanic, mechanisch
mekanik
ballistic, ballistisch
balistik
-ical (Inggris), -isch (Belanda) menjadi -is
economical, economisch
ekonomis
practical, practisch
praktis
logical, logisch
logis
73
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
-ile (Inggris), -iel (Belanda) menjadi -il
mobile, mobiel
percentile, percentiel
projectile, projectiel
mobil
persentil
proyektil
-ism (Inggris), -isme (Belanda) menjadi -isme
capitalism, capitalisme
kapitalisme
communism, communisme
komunisme
modernism, modernisme
modernisme
-ist menjadi -is
egoist
hedonist
publicist
egois
hedonis
publisis
-ive (Inggris), -ief (Belanda) menjadi -if
communicative,
communicatief
demonstrative, demonstratief
descriptive, descriptief
komunikatif
demonstratif
deskriptif
-logue (Inggris), -loog (Belanda) menjadi -log
analogue, analoog
analog
epilogue, epiloog
epilog
prologue, proloog
prolog
-logy (Inggris), -logie (Belanda) menjadi -logi
technology, technologie
teknologi
physiology, physiologie
fisiologi
analogy, analogie
analogi
-oid (Inggris), oide (Belanda) menjadi -oid
anthropoid, anthropoide
antropoid
hominoid, hominoide
hominoid
-oir(e) menjadi -oar
trotoir
repertoire
trotoar
repertoar
74
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
-or (Inggris), -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir director,
directeur
direktur
inspector, inspecteur
inspektur
amateur
amatir
formateur
formatur
-or tetap -or
dictator
corrector
distributor
diktator
korektor
distributor
-ty (Inggris), -teit (Belanda) menjadi -tas
university, universiteit
quality, kwaliteit
quantity, kwantiteit
universitas
kualitas
kuantitas
-ure (Inggris), -uur (Belanda) menjadi -ur
culture, cultuur
kultur
premature, prematuur
prematur
structure, struktuur
struktur
-wi, -wiyyah (Arab) menjadi -wi, -wiah
dunyāwī
(‫)ﻥﺩاىﻭ‬
kimiyāwī
(‫)ٍﮐٍﻤﻭاي‬
lugawiyyah
75
(‫)ﻟةى ﻭﻍ‬
duniawi
kimiawi
lugawiah
Download