Uploaded by alvianurrizky27

Laporan PKL Kerapu Bebek Chromileptis al

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ikan merupakan hewan air yang mengandung protein tinggi serta omega
yang sangat berguna untuk pertumbuhan. Ikan sebagai bahan makanan yang
banyak digemari. Tingginya permintaan ikan di Indonesia, dan kurangnya
pasokan ikan karena hanya mengandalkan hasil tangkapan dari laut saja maka
Budidaya Ikan adalah prospek yang cukup bagus untuk dilakukan. disamping itu
banyak pilihan akan budidaya ikan. kita dapat memilih Budidaya ikan apa yang
cocok untuk kita budidayakan. Tidak hanya ikan untuk konsumsi saja yang
prospek budidayanya bagus, tetapi ikan hias juga prospek untuk dibudidayakan.
Selain permintaan tinggi, harga ikan hias juga cukup tinggi, bahkan harganya
dapat mencapai jutaan. banyak pilihan ikan apa yang akan kita budidayakan.
Upaya peningkatan sumber devisa negara dari sektor perikanan adalah
dengan pengembangan perikanan yang berbasis kerakyatan. Salah satu caranya
yaitu dengan mengembangkan usaha budidaya ikan kerapu di karamba jaring
apung (KJA). Ikan kerapu diketahui merupakan salah satu komoditas yang
penting karena bersifat export oriented sehingga nilainya makin tinggi ketika nilai
tukar US $ semakin menguat. Jenis-jenis ikan laut yang berhasil dibudidayakan
adalah kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Di Balai Budidaya Laut Lombok
salah satu jenis ikan yang dibudidayakan ialah ikan kerapu bebek (Cromileptes
altivelis).
Penguasaan teknologi yang menyeluruh mengenai budidaya ikan kerapu di
KJA merupakan kunci dari keberhasilan usaha itu sendiri.
Penguasaan ini
meliputi pengetahuan internal mengenai biologi dan kebiasan hidup ikan kerapu
yang dipelihara serta beberapa faktor eksternal seperti teknik budidaya, pakan,
lingkungan perairan serta hama dan penyakit ikan. Di samping itu, pengetahuan
yang tepat mengenai lokasi budidaya serta penentuan sarana dan prasarana
1
2
pendukung yang sesuai menjadi faktor lain yang dapat mengoptimalkan usaha
budidaya ikan kerapu di KJA ini.
Teknik budidaya ikan kerapu macan dan kerapu tikus di KJA relatif sama
yaitu meliputi pendederan, penggelondongan serta pembesaran. Ketiga tahapan
ini dibedakan berdasarkan ukuran awal tebar serta ukuran akhir ikan dipanen.
Fase pendederan memiliki ukuran awal tebar larva hari ke-40 s/d 60 (D-40 – D60) dan dipanen pada ukuran 25-30 gram/ekor untuk selanjutnya dijadikan ukuran
awal fase penggelondongan. Fase penggelondongan dipanen pada ukuran 75 –
100 gram/ekor, untuk kemudian dijadikan awal fase pembesaran yang berakhir
pada ukuran konsumsi yaitu antara 400 – 600 gram/ekor. Ketiga fase di atas
memerlukan waktu yang berbeda untuk masing-masing ikan. Ikan kerapu macan
memerlukan waktu 8 – 10 bulan untuk dipanen, sedangkan kerapu tikus 14 – 17
bulan.
Keberhasilan dalam usaha budidaya ikan tergantung pengetahuan tentang
biologi ikan kerapu yang meliputi : Taksonomi, morfologi, penyebaran/distribusi,
habitat, pakan dan kebiasaan makannya. Dengan mengetahui biologi Kerapu
maka usaha pengembangan teknologi budidaya ikan kerapu yang dilakukan di
karamba jaring apung akan cepat dicapai, sehingga hal ini dapat mendukung
kegiatan budidaya ikan yang saat ini mulai berkembang.
1.2
Tujuan Praktik Kerja Lapang
Tujuan umum dari praktek kerja lapang ini sebagai salah satu prasyarat
yang harus dipenuhi dalam menempuh jenjang strata satu (S1). Tujuan dari
kegiatan ini ,yaitu :
1. Mengetahui teknik budidaya pembesaran ikan kerapu bebek (Cromileptes
altivelis)
2. Mengetahui faktor-faktor yang menunjang keberhasilan budidaya pembesaran
ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis)
3. Mengetahui kegagalan budidaya pembesaran ikan kerapu bebek (Cromileptes
altivelis)
yang dihadapi di
Balai Budidaya Laut Lombok, Dusun Gili
Genting, Sekotong Barat, Kabupaten Lombok.
3
1.3
Tempat dan Waktu
Praktik Kerja Lapang ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL)
Lombok yang terletak di stasiun Sekotong, Dusun Gili Genting, Desa Sekotong
Barat, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Terletak pada 11546’- 11628’ BT dan 812’ - 855’ LS dengan
ketinggian 5 meter diatas permukaan laut dan luas 1,8 ha.
Jarak antara BBL Lombok dengan Mataram ibukota NTB sekitar 55 km
dengan waktu tempuh sekitar satu jam.
Balai Budidaya Laut Lombok terletak di bagian tengah dan barat provinsi
Nusa Tenggara Barat. BBL Lombok memiliki 3 stasiun yang terdiri dari 2 stasiun
terletak di Lombok yaitu stasiun Gerupuk dan stasiun Sekotong dan 1 stasiun
terletak di pulau Bali yaitu stasiun Karang Asem. Balai Budidaya Laut Lombok
stasiun Sekotong terletak di Dusun Gili Genting Desa Sekotong Barat. Kecamatan
Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Terletak
pada 11546’- 11628’ BT dan 812’ - 855’ LS dengan ketinggian 5 meter diatas
permukaan laut dan luas 1,8 ha (Gambar 1).
4
Balai Budidaya Laut Sekotong merupakan kantor pusat Balai Budidaya
Laut di Nusa Tenggara Barat. Lokasi Balai Budidaya Laut Lombok memiliki
batas-batas wilayah sebagai berikut:
1.
Sebelah timur berbatasan dengan Balai Pengembangan Budidaya
Perairan Pantai (BPBPP)-Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Nusa Tenggara Barat dan Dusun Pengawisan
2.
Sebelah barat berbatasan dengan perkampungan Dusun Gili Genting
3.
Sebelah utara berbatasan dengan Selat Lombok
4.
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kendaru
Balai Budidaya Lombok Stasiun Sekotong terletak diperairan Teluk
Sekotong dengan kondisi perairan di kawasan tersebut masih cukup bersih dan
jernih, memiliki karang berpasir, salinitas 32-35‰ dan pH berkisar antara 7,8-8,3.
Tidak terdapat aktivitas yang membahayakan bagi perairan seperti kegiatan
industri,
jalur
pelayaran
maupun
aktivitas
masyarakat
setempat
yang
menyebabkan terjadinya pencemaran.
Waktu pelaksanaan kegiatan PKL dimulai pada tanggal 1 Juli 2013 sampai
dengan 1 Agustus 2013. Jam kerja setiap harinya dimulai pukul 07.30 WITA
sampai dengan 16.00 WITA pada hari kerja biasa, dan pukul 08.00 WITA sampai
dengan 15.00 WITA pada saat bulan Ramadhan.
BAB II
KEADAAN UMUM BBL LOMBOK
2.1
Visi dan Misi
Balai Budidaya Laut Lombok dengan mottonya‚“Siap mengembangkan dan
meningkatkan produksi perikanan budidaya laut”, memiliki visi dan misi
pendukungnya. Visi Balai Budidaya Laut Lombok adalah‚ “Mewujudkan Balai
Budidaya Laut Lombok sebagai pusat pengembangan budidaya laut yang mandiri,
terkemuka dalam forum pengembangan dan kerjasama regional, siap memberikan
pelayanan teknis bagi masyarakat pembudidaya serta menjadi pusat berbagai
percontohan sistem budidaya”.
Misi Balai Budidaya Laut Lombok adalah:
1)
Memberikan pelayanan pengujian mutu, diagnosis penyakit dan pengadaan
sarana budidaya.
2)
Melakukan penyempurnaan teknologi yang efektif dan efisien.
3)
Menggali sumber-sumber potensi budidaya laut termasuk kawasan dan biota
yang terkandung didalamnya untuk kepentingan ekonomi maupun
pelestarian sumberdaya kelautan.
4)
Melakukan kegiatan percontohan usaha dan penyebarluasan hasil rekayasa
teknologi
terapan
budidaya
serta
bimbingan
kepada
masyarakat
pembudidaya.
5)
Mengembangkan kapasitas lembaga melalui pembinaan sumberdaya
manusia dan penyempurnaan fasilitas operasional.
Fungsi dari Balai Budidaya Laut Lombok dalam bidang Pendidikan dan
Pelatihan adalah sebagai lokasi pelatihan formal, pelatihan formal, magang kerja,
kerja praktik siswa dan juga memfasilitasi penelitian mahasiswa yaitu
penyelesaian karya tulis ilmiah melalui eksperimen dan observasi analisis.
2.2 Organisasi Balai Budidaya Laut Lombok
BBL Lombok masih merupakan salah satu stasiun pengembangan Balai
Budidaya Laut Lampung pada tahun 1992. Dibangun di pesisir teluk Gerupuk,
5
6
Desa Songkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, NTB. Stasiun ini
diharapkan dapat menginventarisir dan mengembangkan budidaya laut di kawasan
Indonesia Tengah.
Status stasiun menjadi Loka Budidaya Laut Lombok pada tahun 1994.
Sebuah instalasi eselon IV dibawah pembinaan Direktorat Jenderal Perbenihan,
Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. Tahun 2000. Seiring
dengan
lahirnya
Direktorat
Jenderal
Perikanan
Budidaya
memperoleh
peningkatan anggaran dan penambahan sarana produksi di dusun Giligenting,
Desa Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Perubahan
nama menjadi Departemen Kelautan Perikanan, memperjelas tugas dan fungsi
Loka Budidaya Laut Lombok sebagai Unit Pelaksana Teknis bidang
pembudidayaan ikan laut dengan wilayah kerja pendampingan teknologi meliputi
Provinsi Bali, NTB dan NTT, dibawah pembinaan dan bertanggung jawab kepada
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (SK Menteri Kelautan dan Perikanan
No.KEP.47/MEN/2002).
Balai Budidaya Laut Lombok mempunyai tugas pokok melaksanakan
penerapan teknik perbenihan dan pembudidayaan ikan air laut serta pelestarian
sumberdaya induk, benih ikan air laut dan lingkungan. Fungsi Balai Budidaya
Laut Lombok di antaranya:
1.
Pengkajian, pengujian dan bimbingan penerapan standar perbenihan
dan pembudidayaan ikan air laut,
2.
Pengkajian standar danpelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan
sertifikasi personil pembenihan serta pembudidayaan ikan air laut,
3.
Pengkajian sistem dan tata laksana produksi dan pengelolaan induk
penjeniks dan induk dasar ikan laut,
4.
Pelaksanaan pengujian perbenihan dan pembudidayaan ikan laut,
5.
Pengkajian standar pengendalian lingkungan dan sumberdaya
induk.benih ikan laut,
6.
Pelaksanaan sistem jaringan laboratorium pengujian, pengawasan
benih, dan pembudidayaan ikan laut,
7
7.
Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi dan publikasi perbenihan
dan pembudidayaan ikan laut,
8.
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Adapun struktur organisasi jabatan BBL Lombok (Gambar 2) adalah
sebagai berikut:
1) Kepala Balai Budidaya Laut Lombok, mempunyai tugas:
a. Memimpin, merencanakan dan mengkoordinir segala kegiatan Balai
Budidaya Laut Lombok agar tujuan balai dapat tercapai.
b. Memantau
pelaksanaan
kegiatan
usaha
pembenihan
dan
pembudidayaan ikan laut serta permasalahan yang timbul.
c. Menganalisa dan mengevaluasi semua kegiatan yang telah dilakukan
berdasarkan laporan.
d. Membuat Laporan tahunan kepada Dirktorat Jenderal Perikanan
Budidaya.
e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktorat Jenderal
Peikanan Budidaya.
2) Sub-bagian Tata Usaha
a. Melakukan penyusunan rencana program dan anggaran.
b. Pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian, jabatan fungsional,
persuratan, barang karyawan milik negara dan rumah tangga.
c. Evaluasi dan pelaporan.
3) Seksi Standardisasi dan Informasi
a. Melakukan penyiapan bahan standar teknik dan pengawasan
pembenihan dan pembudidayaan ikan laut, dan pengendalian hama dan
penyakit ikan, lingkungan, sumber daya induk dan benih ikan laut.
b. Pengelolaan jaringan informasi dan perpustakaan.
4) Seksi Pelayanan Teknik
a. Melakukan
teknik
kegiatan
pengembangan,
penerapan,
pengawasan teknik pembenihan dan pembudidayaan ikan laut.
5) Koordinator Jabatan Fungsional di Lingkungan BBL
serta
8
a. Melaksanakan kegiatan perekayasa, pengujian, penerapan, dan
bimbingan hama dan penyakit ikan.
b. Pengawasan pembenihan dan pembudidayaan
c. Penyulihan serta kegiatan lain sesuai tugas masing-masing jabatan
fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jumlah pegawai di BBL Lombok stasiun Sekotong hingga bulan Agustus
2012 tercatat sebanyak 77 orang dengan jumlah oranang Pegawai Negri Sipil
(PNS) sebanyak 61 orang dan 16 orang tenaga kerja honorer. Berikut adalah
struktur
organisasi
di
Balai
Budidaya
Laut
Lombok
tahun
2012:
Gambar 2. Struktur Organisasi Balai Budidaya Laut Lombok
Balai Budidaya Laut Lombok memiliki beberapa bidang usaha diantaranya
budidaya rumput laut (Euchema sp), abalon (Haliotis asinine dan Haliotis
squamata), kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus), bawal bintang (Trachinotus blochii ), kakap putih (Lates
calcarifer) tiram mutiara (Pinctada maxima), dan lobster (Panulirus sp). Jenis
produk yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah telur ikan, benih ikan, ikan
ukuran konsumsi dan berbagai jenis pakan alami yang mendukung kegiatan usaha
budidaya BBL Lombok dan para pengusaha atau pembudidaya ikan laut lainyya.
Benih yang dihasilkan dari usaha pembenihan di BBL Lombok telah
9
didistribusikan ke berbagai daerah di seluruh Indonesia antara lain Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumbawa, Bali, Lampung, Medan, Aceh, Batam,
Tangerang, Kalimantan Timur dan Sulawesi.
Rencana pengembangan yang dilakukan oleh Balai Budidaya Laut
Lombok adalah menjadikan Lombok sebagai NSC yaitu National Seaweed Centre
dengan meningkatkan produksi rumput laut, melakukan hibrid terhadap kedua
spesies abalone yaitu Haliotis asinine dan Haliotis squamata, dan meningkatkan
produksi pada setiap bidang usaha.
2.3. Sarana dan Prasarana
Balai Budidaya Laut Lombok memiliki sarana dan prasarana yang cukup
lengkap. Sarana produksi diantaranya adalah hatchery, keramba jaring apung,
pompa air laut, sumur bor, blower, saluran pengeluaran, pipa pemasukan air laut
dan air tawar, filter pasir, dan pipa aerasi (Tabel 1). Data kelengkapan Sarana
Produksi di BBL Lombok:
Tabel 1. Sarana Produksi di BBL Lombok
Sarana
Jumlah (Unit)
Sumur Bor
Blower
Sand Filter (Filter pasir)
Sarana
1
1
1
Jumlah (Unit)
Pipa inlet air laut
Pipa inlet air tawar
Pompa air laut
Pompa air tawar
Saluran Pengeluraran
Hatchery kerapu bebek
Hatchery abalone
Keramba Jaring Apung
Long line tiram mutiara
1
1
1
1
1
2
1
30 (2m x 2m/unit)
1
Prasarana merupakan fasilitas yang menunjang dan melengkapu sarana.
Prasarana yang tersedia di Balai Budidaya Laut Lombok terdiri dari kantor,
10
lapangan olahraga, Lab. Kultur plankton, lab. pakan alami mutiara, lab pakan
alami abalone, lab. kesehatan ikan dan lingkungan, asrama, serta alat sumber
energi dan transportasi (Tabel 2).
Tabel 2. Prasarana Pendukung BBL Lombok
Prasarana
Jumlah (Unit)
Gedung dan Bangunan:
1. Kantor
2. Lapangan Olahraga
3. Lab. Kultur Plankton
4. Lab. Pakan Alami Mutiara
5. Lab. Pakan Alami Abalone
6. Lab. Kesehatan Ikan dan
Lingkungan
7. Asrama
8. Rumah Jaga/Dinas
9. Rumah Genset
10. Rumah Blower
11. Dermaga + Menara Jaga
12. Musholla
13. Perpustakaan
14. Pos Jaga
15. Guest House
16. Workshop
1
2
1
1
1
1
1
26
1
1
1
1
1
3
1
1
1
Sumber Energi Tenaga Listrik:
1. Generator 40 KVA
2. Generator 120 KVA
Prasarana
3. PLN 140 KVA
Komunikasi :
1. Telepon
2. Fax
3. Hot Spot
Transportasi:
1. Kendaraan Roda Empat
2. Kendaraan Roda Dua
3. Perahu (Speed Boat)
3
2
Jumlah (Unit)
3.
1 unit tiap ruang kerja
1
3
8
2
2
11
BAB III
TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU BEBEK
(Cromileptes altivelis)
Pembesaran Ikan Kerapu Bebek
Sarana dan prasarana merupakan suatu syarat utama untuk budidaya
pembesaran kerapu bebek. Dalam budidaya pembesaran kerapu bebek hal ini
sangat penting karena dengan tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan
tingkat maka benih yang diplihara akan mencapai tingkat pertumbuhan yang
optimum dengan begitu produksi akan mencapai optimum. Sarana dan prasarana
yang ada antara lain mencakup timbangan, serok, ember, keranjang plastik, katrol,
kompresor, kantung jaring, bak fiber, tali, speed boat, benih kerapu bebek, pelet,
vitamin dan peraltan lapangan lainnya
3.1
Prasyarat Pemilihan Lokasi
Penentuan lokasi yang tepat juga memegang peranan penting dalam
budidaya karena pemiihan lokasi yang salah dapat berakibat buruk terhadap
perkembangan benih ikan sendiri. Kordi (2009) menjelaskan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan lokasi meliputi:
3.1.1
Aspek Teknis
Beberapa hal yang perlu diperhatikan secara teknis sebebelum KJA
tersebut dipasang yaitu, kualitas air, arus air, kedalaman air, gelombang,
pencemaran, lalu lintas laut, predator, dan kelestarian lingkungan. Kualitas air
yang baik yang
terdapat dalam suatu perairan sangat mendukung budidaya,
contohnya kualitas yang baik untuk budidaya dengan kecerahan air lebih dari 5
meter, bebas dari pencemaran terutama logam berat, kadar garam berada pada
kisaran 27 0/00- 33 0/00, dengan fluktuasi maksimal 3 0/00, konsentrasi oksigen
terkarut (DO) ≥ 5 ppm, dengan suhu berkisar antara 270C - 300C (dengan fluktuasi
maksimal 30C). Beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas air
adalah oksigen terlarut, pH, suhu dan salinitas.
12
3.1.2
Aspek sosial ekonomi
Lokasi yang dipilih untuk menempatkan KJA, kepemilikannya harus jelas,
sehingga tidak berbenturan dengan kepentingan instansi atau lembaga lain di
kemudian hari. Peruntukan lahan untuk usaha harus jelas dan pasti, sesuai dengan
rencana induk pembangunan daerah setempat.Peruntukan lahan yang jelas ini
penting untuk menghindari terjadinya kerugian yang besar di kemudian hari.Juga
pemilihan lokasi untuk menempatkan KJA disesuaikan dengan tata ruang dan
jumlahnya dikontrol oleh Pemerintah Daerah. Lokasi yang dipilih harus mudah
dijangkau dari berbagai arah. Agar pengadaan benih, alat dan bahan, pengadaan
pakan, pemasaran hasil panen, dan berbagai kebutuhan lainnya dapat terpenuhi.
Pemilihan lokasi yang terjangkau juga menekan biaya operasi sehingga tidak
terlalu besar. Dekat dari pasar juga memudahkan dalam penjualan hasil panen
sehingga kelangsungan produksi berjalan dengan lancar.
Tabel 3. Penilaian Lokasi KJA
No
Parameter
Bobot
Data yang
Kategori
didapat
(S1/S2/S3)*
Skor
Skor
Akhir
1
Suhu (⁰C)
3
29-30
S1
4
12
2
Arus (cm/det)
3
20-50
S2
3
9
3
Salinitas (ppt)
3
35
S2
3
9
4
Oksigen (mg/l)
3
4-6
S2
3
9
5
Amonia (mg/l)
3
0,1
S1
4
12
6
Kedalaman (m)
2
21 – 24
S1
4
8
7
Gelombang (cm)
2
30 – 40
S1
4
8
8
pH
2
7–8
S1
4
8
9
Kekeruhan (NTU)
1
<5
S1
4
4
10
Kecerahan (m)
1
14 – 17
S2
3
3
11
BOD5 (mg/l)
1
25
S1
4
4
12
COD (mg/l)
1
70
S2
3
3
Jumlah x 100 %
81 %
* S1 = sesuai, S2 = kurang sesuai, S3 = tidak sesuai
13
Hasil yang didapat sebesar 81%,menunjukkan bahwa lokasi KJA di BBL
Sekotong Lombok sangat baik dan sesuai.
3.1.3
Sarana,Prasarana dan Tipe Karamba
Dalam penempatannya karamba dibedakan menjadi 2 jenis yaitu karamba
jaring apung dan karamba tancap. Karamba jaring apung merupakan rangkaian
kerangka terapung untuk menempatkan jaring wadah budidaya. Sedangkan
karamba jaring tancap merupakan rangkaian kerangka kayu yang ditancapkan
kedasar perairan guna mengikatkan jaring sebagai wadah budidaya.
BBL Lombok menggunakan karamba jaring apung (KJA) dengan design
(Gambar 3 dan 4) seperti pada gambar di bawah ini :
1
4
2
5
3
6
7
8
Gambar 3. Design jaring KJA
Keterangan:
1-2: kerapu bebek ukuran 100 -150 g
3-4: kerapu bebek ukuran 150 – 300 g
5-6: kerapu bebek ukuran konsumsi ( 300 – 450 g)
7-8: kerapu macan
14
Gambar 4. Design Model Jaring Yang Digunakan
3.1.4
Perawatan wadah KJA
Pergantian jaring dilakukan dua kali dalam satu bulan. Hal ini dilakukan
agar jaring
tetap bersih sehingga mengurangi ikan terkena penyakit, untuk
menjaga kebersihan jaring agar nafsu makan ikan tetap baik, dan untuk menjaga
jaring dari organisme-organisme perusak. Jaring yang lama dicuci lalu disimpan
digudang untuk dipakai kembali.
3.2
Penebaran Benih
Sebelum dilakukan penebaran benih maka setiap jaring yang akan dipakai
akan dibersihkan dan dipasangan 2 hari sebelumnya. Hal ini dilakukan agar
menghindari hal-hal yang tidak di inginkan juga bertujuan untuk aklimatisasi
jaring sebelum penggunaan.
3.2.1. Kualitas Ikan Tebar
Penebaran dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2012, benih yang ditebar
berukuran 14-16 cm/ekor dan berat mencapai 100-150 gram sebanyak 600 ekor.
Penebaran dilakukan pada waktu pagi hari dan setelah persiapan sarana dan
prasarana pemeliharaan cukup siap untuk dilakukan penebaran. Jumlah jaring
yang digunakan untuk penebaran sebanyak 3 jaring dengan ukuran setiap
15
jaringnya 3x3x3 meter. Ciri-ciri ikan yang baik dan sehat untuk penebaran, antara
lain :
a. Mempunyai ukuran yang seragam.
b. Ukuran benih yang digunakan 14-16 cm/ekor.
c. Warna ikan cerah.
d. Berenang dengan lincah dan aktif.
e. Tidak cacat anggota tubuh lengkap.
f. Responsif terhadap makanan/nafsu makan tinggi.
Sebelum ikan ditebarkan ke dalam jarring terlebih dahulu ikan di
aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses penyesuaian suhu dan kualitas air dari
kantong dengan perairan tempat dilakukannya budidaya.
3.2.2. Aklimatisasi
Aklimatisasi dimaksudkan agar benih ikan yang akan ditebar tidak
mengalami stress yang dapat berakibat melambatnya pertumbuhan ataupun
kematian. Adapun proses aklmatisasi yang dilakukan sebagai berikut :
1. Letakan kantong atau kotak di tempat yang teduh dan tidak terkena sinar
matahari secara langsung.
2. Kotak atau kantong yang digunakan di buka secara perlahan agar ikan tidak
stres dan ditaruh di atas permukaan air sekitar 10 menit.
3. Kotak atau kantong dibuka sedikit demi sedikit selama 5 menit agar air masuk
dan benih ikan siap ditebar dengan mulut kotak menghadap ke bawah.
4. Penebaran yang dilakukan sore hari.
3.3
Pemeliharaan
3.3.1
Pengelolaan Pakan
Proses pemeliharaan adalah proses pencapaian ukuran konsumsi. Pada
proses ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencapaian hasil
hingga panen, yaitu :
Pengelolaan Pakan
16
Pakan merupakan faktor utama dalam biaya operasional, sekitar 60%
dari total biaya yang dikeluarkan adalah pakan. Kesalahan dalam pengelolaan
pakan akan menyebabkan kerugian yang cukup besar bukan hanya pada biaya
operasional yang tinggi akan tetapi juga menimbulkan kerugian yang lainnya.
Oleh karena itu perlu pengelolaan yang baik. Ada dua jenis pakan, yaitu pakan
segar dan pakan buatan. Pakan segar merupakan pakan yang berupa ikan segar
yang telah dibekukan. Ikan yang biasa digunakan ikan julung-julung, ikan
kembung, ikan mujair, ikan petak, dan ikan selar. Sedangkan pakan buatan
merupakan pakan buatan pabrik yang nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan
energi dan pembentukan daging bagi ikan budidaya. Selain itu biasanya pakan
buatan lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh musim. Berikut tabel nutrisi
pakan yang biasanya terdapat pada pakan buatan :
Tabel 4. Nutrisi pakan buatan untuk kerapu bebek
No
Kandungan Nutrien
Jumlah %
1
Protein
50
2
Lemak
8
3
Serat
3
4
Abu
12
5
Air
11
Sumber: Sarwono et al. (2007)
Pakan diberikan secara ad libitum, yaitu pemberian pakan terus menerus
sampai ikan merasa kenyang. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari dimulai
pada pagi hari hingga siang hari (07.30- 11.30) kemudian pada sore hari (15.0017.00). Jenis pakan yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 5.
17
Adapun tabel pemberian pakan segar dan pakan buatan sebagai berikut :
Tabel 5. Tabel Pemberian Pakan Segar dan Pakan Buatan
Pakan Segar
Berat Ikan (gr)
Pakan Harian (gr)
Frek.Pemberian
per Hari
5-10
15-20
4-6
10-50
10-15
2-3
50-100
8-10
1-2
150-300
6-8
1
300-600
4-6
1
Pakan Buatan
Berat Ikan (gr)
Pakan Harian (gr)
Frek.Pemberian per
Hari
5-20
2-4
2-3
20-100
1,5-2
2
100-200
1,2-1,5
1-2
200-300
1-2
1
>300
0,8-1
1
Pemberian pakan alami dan pakan buatan diberikan secara bergatian setiap
harinya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan napsu makan ikan yang di
budidaya supaya dapat memperoleh nutrisi yang maksimal juga tidak
menggantikan keseluruhan pakan alami dengan pakan buatan dimasudkan untuk
menjaga
ikan
tetap
pada
sifat
alaminya.
18
Gambar 5. Jenis pakan yang diberikan
Pada Gambar.5 merupakan jenis pakan yang diberikan pada ikan kerapu,
yaitu pakan segar (ikan rucah dan cumi), sebagai dasar patokan jumlah/dosis
pemberian sekitar 10% dari berat badan perhari akan tetapi al ini juga tergantung
pada tingkat nafsu makan ikan.
3.3.2
Sampling dan grading
Sampling dilakukan sebelum panen yaitu pada tanggal 14 November 2010,
sampling bertujuan untuk mengetahui berat badan dan panjang ikan. Grading
dilakukan dengan melihat keragaman dalam jaring yang sangat mencolok.
Grading bertujuan mencegah timbulnya perbedaan ukuran yang terlalu berbeda,
karena perbedaan yang sangat mencolok akan menimbulkan persaingan dalam
pemperoleh makanan dimana ikan yang berukuran kecil akan semakin tersisihkan
dan semakin sulit mendapat makanan yang pada akhirnya akan mengalami
19
pertumbuhan yang lambat dan bahkan dalam waktu yang lama mengakibatkan
kematian. Parameter-parameter kualitas air yang perlu diperhatikan sebagai
berikut :
Tabel 7. Kisaran parameter kualitas air untuk budidaya kerapu bebek
NO
Parameter
Satuan
Nilai rata-rata
1
Salinitas
Ppt
30-33
2
Suhu
ºC
29,5-30
3
Do
mg/l
5,9-6,11
4
pH
-
8,2-8,9
5
Amonia
Ppm
<0,1
6
Kecerahan
m
>10
Sumber: Sarwono et al. (2007)
3.3.3
Hama dan Penyakit
Penyakit pada ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan
ganguan pada fungsi atau struktur bagian ikan baik langsung maupun tidak
langsung. Ada tiga faktor penyebab penyakit pada ikan antara lain: lingkungan
(kualitas air) dan adanya patogen (parasit/bakteri/virus yang merugikan).
Pencegahan penyakit adalah cara yang terbaik untuk menjaga kesehatan ikan.
Lingkungan
Ikan
Patogen
Gambar 6. Interaksi Lingkungan,Penyakit,dan Ikan
20
3.3.4
Teknik Pengendalian
Untuk dapat mengendalikan penyakit ialah dengan mengetahui gejala ikan
yang sakit. Gejala dapat diketahui dengan melakukan pengamatan setiap hari
dengan ciri-cirinya diantara lain:
a.
Nafsu makan menurun, tidak aktif berenang dan terpisah dari kelompok,
b.
Warna ikan berubah menjadi gelap,
c.
Luka pada permukaan tubuh,
d.
Gerakan renang tidak beraturan (melayang, berbalik, balik, berputar putar,
dan akhirnya kehilangan keseimbangan),
e.
Menggosok tubuh pada jaring,
f.
Kemerah-merahan pada sekitar mulut, tutup insang pangkal sirip dan
permukaan sirip
g.
Bentuk badan tidak normal
h.
Pertumbuhan melambat
Timbulnya penyakit di karena oleh beberapa faktor berawal dari ikan
mengalami gangguan dan kemudian sakit. Faktor-faktor itu diantaranya
pencemaran air terutama oleh logam berat, perubahan parameter kualitas air yang
sangat besar (seperti DO dibawah 5 ppm, salinitas di atas 35 0/00, serta perubahan
suhu yang sangat ekstrim), infeksi pathogen, kualitas benih yang jelek dan
penanganan yang kurang baik (seperti padat tebar,yang terlalu tinggi, pemberian
pakan yang kurang baik dari segi mutu maupun jumlah).
3.3.5
Cara Penanggulangan Penyakit
Penyakit yang ditimbulkan dari hama biasanya bisa ditanggulangi.
Tindakan penanggulangan hama yang dilakukan pada kerapu bebek diantaranya
adalah sebagai berikut:
a.
Ikan yang sakit dipisahkan pada wadah atau karamba tersendiri
b.
Lakukan perendaman dengan air tawar dengan pemberian aerasi selama 510 menit. Bila setelah perendaman tingkah laku ikan kembali normal
masukan kembali kedalam keramba. Bila tidak sembuh dilakukan
karantina dan jika perlu dikonsultasikan ke PPL terdekat.
21
Penyakit yang muncul juga dapat dicegah dengan cara :
a.
Pemberian pakan yang cukup sehingga metabolism ikan menjadi lancar
dan ikan menjadi sehat.
b.
Menjaga kebersihan jaring agar tidak ada sisa pakan yang dapat
mengundang ikan-ikan perusak jaring
c.
Perendaman dengan air tawar secara berkala, hal ini dilakukan untuk
memutus rantai parasit yang menempel pada tubuh ikan.
d.
Pemberian vitamin yang berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh
ikan.
Tindakan pengobatan yang dilakukan pada tanggal 22 Juli 2013 yaitu
dengan cara perendaman dalam air tawar. Sedangkan pada tanggal 24 Juli 2013
pengobatan dilakukan secara oral.
Gambar 7. Metode pengobatan
22
3.4
Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan pada tanggal 23 Juli 2013 sebanyak 390 kg dengan
jumlah ikan 112 ekor berukuran 300-400 g/ekor. Panen dilakukan dengan adanya
permintaan pembeli atau konsumen yang disampaikan oleh bagian pemasaran.
Sebelum
panen
dilakukan
terlebih
dahulu
dilakukan
grading
untuk
menyeragamkan ukuran, ikan yang sudah di grading dipindahkan ke jaring yang
kosong supaya mempermudah dalam proses pemanenan dan dilakukan
pemberokan atau kerapu bebek tersebut dipuasakan selama 3 hari dengan tujuan
ikan tidak terlalu agresif dan lincah pada waktu pemanenan. Adapun ikan yang
tidak termasuk dalam kriteria panen disebabkan karena ikan tersebut tergolong
dalam kategori abnormal. Kategori ini meliputi :
 Bentuk kepala yang tidak sesuai terlalu moncong
 Bentuk mulut agak bengkok
Sedangkan adanya ikan yang tidak dapat dijual dikarenakan beberapa hal, yaitu:
 Cacat, overculum terbuka sirip tidak sempurna
 Ukuran masih dibawah 300 g/ekor
Peralatan panen yang digunakan diantaranya keranjang, serok dan
timbangan. Panen dilakukan dengan mengangkat jaring kesalah satu sisi
kemudian pemberatnya dilepaskan untuk mempermudah dalam pemanenan.
Ukuran panen yang sering dilakukan adalah ukuran 300-400 gram/ekor. Ikan yang
dipanen harus tetap dalam keadaan hidup dan dalam proses pengangkutan atau
transportasi juga dalam keadaan hidup. Sistem transportasi ikan hidup dilakukan
dengan sistem terbuka biasanya dipergunakan dalam proses pengangkutan dengan
menggunakan kapal laut, sedangkan untuk sistem tertutup biasanya dipergunakan
transportasi darat dan udara.
23
Gambar 8. Sistem pengangkutan tertutup
Sistem pengangkutan tertutup seperti ini, ikan diangkut dalam wadah
berupa kantong plastik yang dikemas dalam kotak styrofoam, namun tidak
menggunakan aerator atau pompa sirkulasi yang biasa dijumpai dalam
pengangkutan ikan dengan sistem basah terbuka, dan tidak banyak memakan
tempat. Dengan cara ini, jumlah ikan yang mati rendah. Pengangkutan ikan
dengan sistem tertutup ini adalah cara mengangkut ikan dalam media (air) yang
ditaruh dalam wadah tertutup. Sistem ini membutuhkan peralatan untuk
penurunan suhu dan bahan berupa es dan air laut, air laut, gas oksigen dan larutan
karbon dioksida 500 mg/liter atau minyak atsiri 150-650 mg/liter sebagai antimetabolik (pembius).
Peralatan yang diperlukan adalah penurun suhu air (water chiller),
pengukur suhu, styrofoam berukuran besar sebagai bak penampungan dan
pembiusan ikan, aerator dan botol plastik, serta kantong plastik 100 cm x 60 cm
dengan tebal 2 mm, kotak styrofoam ukuran 60 m x 40 m x 30cm, lakban
dan strapping ban. Ikan kerapu hidup yang akan diangkut harus dibius terlebih
dahulu. Pembiusan dilakukan dengan cara menurunkan suhu alam menggunakan
senyawa kimia (obat bius). Pembiusan dilakukan selama 5-10 menit. Ketika
dalam keadaan terbius, laju pernapasan (respirasi) dan metabolisme ikan sangat
rendah sehingga tingkat kematian kecil.
Perbandingan antara oksigen dengan air yang digunakan untuk transportasi
dapat dilihat dari ketinggian air di dalam kantong plastik dan gas oksigen di
atasnya. Untuk pengangkutan selama 5 jam, pada saat pengemasan, kantung
24
plastik di atas diisi air sebanyak 15 liter air dan 10 kg ikan dan sisanya gas
oksigen. Untuk mempertahankan suhu air selama transportasi, maka pada bagian
sudut kotak diberi es air laut dalam botol plastik. Segera setelah ikan tiba di
tempat tujuan, ikan jangan langsung dipindahkan ke bak penampungan karena
harus mengalami penyesuaian terlebih dahulu sebelum ditempatkan dalam bak
penampung. Penyesuaian ini diperlukan karena air yang ada di dalam kantong
plastik telah mengalami perubahan, yaitu mengandung karbondioksida (CO2),
amonia yang tinggi dan pH berkisar 5-6. Setelah kantong plastik dibuka.
masukkan air laut dan bak penampungan ke dalam kantong plastik hingga volume
air menjadi 4 kali lipat dari volume semula. Setelah dibiarkan selama 30-60 menit,
ikan dan air dimasukkan ke tempat penampungan. Selama perlakukan ini, aerasi
tidak dilakukan karena dapat amonia yang dikeluarkan oleh ikan akan berubah
menjadi beracun, serta mengikat pH karena menguapnya senyawa Ca.
Pengangkutan sistem terbuka sistem ini biasanya digunakan untuk
pengangkutan melalui jalur darat dan jarak yang akan ditempuh relatif dekat.
Wadah yang digunakan bervariasi, mulai dari yang sederhana atau bekas
pengemasan bahan kimia, seperti ember, jerigen plastik, drum/tong plastik hingga
yang didesain khusus untuk pengangkutan dan bak fiber glass. Sifat wadah ini
umumnya kokoh dan kuat. Pada pengangkutan ini, sumber oksigen untuk
pernafasan ikan sebagian besar adalah oksigen yang terlarut dalam air, yang
lainnya hasil difusi dari udara pada tekanan udara yang normal. Pada sistem ini
perbandingan volume air dengan berat ikan relatif lebih besar dibanding sistem
tertutup. Untuk pengangkutan ikan selama 5 jam, paling tidak 5 liter air
diperlukan untuk mengangkut 1 kg ikan. Makin lama waktu angkut makin tinggi
perbandingan volume air dengan berat ikan. Untuk mengurangi volume air atau
untuk meningkatkan lama pengangkutan maka pada sistem terbuka dilakukan
upaya-upaya menghambat laju metabolisme dan mencukupi oksigen selama
pengangkutan. Upaya menghambat laju metabolisme dilakukan dengan menjaga
agar suhu air selama pengengkutan rendah, yaitu dengan melaksanakan
pengangkutan itu pada pagi/malam hari atau menambahkan es ke dalam wadah
angkut.
25
3.5
Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan budidaya pembesaran
ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis)
Banyak factor yang harus dilakukan untuk mecapai tingkat keberhasilan
dalam suatu usaha budidaya perikanan. Pada budidaya kerapu bebek juga terdapat
faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilannya, yaitu:
3.5.1 Benih
Benih yang berkualitas menjadi sangat penting dalam usaha budidaya, hal
ini disebabkan benih yang baik akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal
serta ketahan terhadap penyakit yang lebih baik pula dibandingkan dengan benih
dengan kualitas yang kurang baik.
3.5.2 Pakan
Pemberian pakan yang optimal akan mempengaruhi pertumbuhan yang
baik. Pemberian pakan dianggap penting karena dengan pemberian pakan yang
optimal maka akan berpengaruh pula pada pertumbuhan dan biaya produksi.
3.5.3 Lingkungan tempat hidupnya
Lingkungan yang baik akan meningkatkan daya tahan ikan, sedangkan
lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah stress dan
menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan patogen.
3.5.4 Kualitas Air
Dinamika kondisinya sangat mudah terpengaruh oleh bahan kimia terlarut,
iklim mikro dan perlakuan yang dilakukan.
3.6
Faktor-faktor kegagalan budidaya pembesaran ikan kerapu bebek
(Cromileptes altivelis) yang dihadapi
Di dalam budidaya dengan sistem KJA juga terdapat kendala-kendala
yang menyebabkan kegagalan dalam budidaya pembesaran ikan kerapu bebek.
3.6.1
Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit yang biasa timbul disebabkan oleh jeleknya mutu
bibit, selain itu adanya keadaan perairan yang kurang memadai seperti dekatnya
26
dengan kawasan industri, jalur pelayaran kapal laut, dll. hal ini dapat diantisipasi
dengan pemilihan bibit yang baik, dan pemilihan lokasi budidaya yang tepat.

Parasit yang umum menyerang : kutu sisik, Benedenia spp.

Pengobatan: Perendaman dalam air tawar + aerasi sekitar 5 menit.

Penyakit: sirip busuk & kulit keabua-abuan dengan luka kemerahan (oleh
Flexibacter spp & Vibrio spp)

Pengobatannya : oxytetracycline 50 mg / kg BB ikan.

Penyakit Viral Nervous Necrosis (VNN) & Iridovirus (belum ditemukan
obatnya), mencegah ikan stress, kebersihan air dan pakan baik.
3.6.2
Bencana Alam
Adanya siklus badai yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun sekali,
yang terjadi pada bulan Februari, hal ini dapat diantisipasi dengan penempatan
karamba di daerah terlindung seperti teluk yang tidak terkena siklus badai
tersebut, atau menarik karamba ketepian pada bulan-bulan badai
3.6.3
Keamanan
Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya pencurian terhadap kerapu
di KJA, maka diberlakukan jaga malam dengan memperketat dan menambah
jumlah orang yang jaga malam pada saat ikan mulai menginjak usia konsumsi.
27
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan praktek kerja lapangan (PKL)
ini, yaitu
1. Teknik pembesaran ikan kerapu bebek meliputi prasyarat pemilihan lokasi, ,
penebaran benih, pemeliharaan dan pemanenan.
2. Pada budidaya kerapu bebek juga terdapat factor yang mempengaruhi tingkat
keberhasilannya, yaitu benih, pakan, lingkungan tempat hidupnya dan kualitas
air.
3. Faktor-faktor
kegagalan
budidaya
pembesaran
ikan
kerapu
bebek
(Cromileptes altivelis) yang dihadapi yaitu hama dan penyakit, bencana alam
dan keamanan.
4.2
Saran
Kegiatan pembenihan ikan bawal bintang di BBL Lombok berhasil dengan
baik, ditunjang dengan adanya sarana dan prasarana yang sangat memadai.
28
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, H., KD.Ridho. , N. Robianta dan L. Darto. 2009. Manajemen Induk
Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) Sebagai Upaya Optimalisasi
Produksi Telur Berkualitas. Balai Budidaya Laut Ambon
Budiharta, R. 2012. Studi Penempelan Biofouling dengan Variasi Jenis Material di
Laut Tropis.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius.Yogyakarta.
Hart, T., Shears, P., 2004. Color Atlas of Medical Microbiology 2 Edition.
Liverpool: Mosby.
J. Ransangan, A. Abdullah, Z. Roli, and Shafrudin,“Betanodavirus Infection In
Golden Pompano, Trachinotus blochii, Fingerlings Cultured In Deep-Sea
Cage Culture Facility In Langkawi, Malaysia,” Aquaculture, Vol. 315
(2011) 327 – 334
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. 2002. Organisasi Dan Tata Kerja
Loka Budidaya Laut.Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta
Sarwono, Bangundan Tahang. 2007. Laporan Tahun 2007 Perekayasaan Benih
Kerapu Bebek (Cromileptesaltivelis) Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya Laut Lombok.Lombok.
Standard Nasional Indonesia. 2006. KerambaJaringApung (KJA) Kayuuntuk
PembesaranIkanKerapu di Laut. http://www.bsn.or.id (diakses 8 juli
2013).
Standard KompetensiKerjaNasional Indonesia. 2001. MembuatKerambaJaring
Apung.Sektor Perikanan Subsektor Budidaya Perikanan Laut.
http://dokumen.skkni.com (diakses 1 agustus 2013)
Download