Uploaded by Nur Khassanah

155 3 Kindai XXVI Maria Anastasia

advertisement
PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA PT BERKAT
HANJUANG JAYA DI BANJARMASIN
Maria Anastasia
Dosen Tetap STIE Pancasetia Banjarmasin
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi piutang usaha
yang selama ini dilaksanakan dan yang seharusnya pada PT Berkat Hanjuang Jaya di Banjarmasin. Analisa data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari observasi lapangan, dengan menggunakan dasar-dasar teoritis
yang relevan dengan permasalahan yang ada. Penulis menggunakan metode
cadangan kerugian piutang kemudian menarik kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa PT Berkat Hanjuang Jaya tidak mengacu pada Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang mengharuskan penyajian piutang sebesar
jumlah bruto dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima. Akibatnya, laporan yang disusun perusahaan tidak mencerminkan keadaan keuangan dan hasil usaha seharusnya.
Kata kunci: piutang usaha, cadangan kerugian piutang
ABSTRACT
This study aims to determine the accounting treatment of trade receivables
that have been implemented and which should be at PT Berkat Hanjuang
Jaya in Banjarmasin. The data analysis is based on data obtained from field
observations, using the theoretical foundations that are relevant to the
problem. The author uses the method loss reserve accounts and then draw
conclusions. The results showed that PT Berkat Jaya Hanjuang do not refer
to the Financial Accounting Standards that requires restatement of accounts
receivable at the gross amount is reduced by the estimated amount that can
not be accepted. As a result, the report prepared does not reflect the
company's financial condition and results of operations should be.
Keywords: accounts receivable, provision for doubtful debt
PENDAHULUAN
penyajian laporan keuangan perusahaan.
Oleh sebab itu, guna mengefektifkan penyajian laporan keuangan, pihak perusahaan perlu menerapkan suatu kebijakan
analisis pencatatan piutang dalam penyajian laporan keuangan. Tujuannya agar investasi besar yang tertanam dalam piutang
tersebut dapat diminimalkan sehingga dapat mengefektifkan pengelolaan piutang
perusahaan. Selain itu, dengan adanya
penafsiran piutang maka pencatatan maupun penyajian laporan keuangan dapat dilakukan secara tepat yang berdampak positif terhadap kelayakan laporan keuangan
secara keseluruhan baik bagi perusahaan
maupun pihak di luar perusahaan.
Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang mempunyai tujuan jangka
pendek maupun tujuan jangka panjang dalam memperoleh laba. Dengan adanya tujuan tersebut, maka modal kerja mempunyai arti yang penting yakni sebagai salah
satu faktor untuk menjamin perkembangan
dan kelangsungan hidup perusahaan. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu unsur modal kerja tersebut adalah piutang.
Terkait dengan obyek penelitian,
PT Berkat Hanjuang Jaya belum menerapkan adanya perlakuan akuntansi pencatatan piutang dagang. Hal ini berpengaruh
negatif terhadap pengelolaan piutang dan
80
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
Berbagai cara yang ditempuh oleh
pihak manajemen untuk meningkatkan volume penjualan. Mulai dari penyediaan unit
yang sehat, pemberian hadiah dan potongan harga, sampai dengan penjualan secara kredit. Perusahaan menyadari bahwa
persaingan yang sangat ketat mengharuskan perusahaan terus bertahan dan mampu menghasilkan laba. Oleh karena itu, suatu strategi pemasaran dibutuhkan dalam
membantu perusahaan untuk terus mempertahankan pangsa pasarnya. Salah satu
strategi ini adalah penjualan kredit.
Penjualan kredit tidak segera
menghasilkan penerimaan kas, melainkan
piutang usaha. Kemudian, saat jatuh tempo, terjadi aliran kas masuk (cash in flow)
dari pengumpulan piutang tersebut.
Piutang usaha suatu perusahaan
pada umumnya merupakan bagian terbesar dari aktiva lancar serta bagian terbesar
dari total aktiva perusahaan. Oleh karena
itu, pencatatan piutang sangat diperlukan
guna mengetahui piutang mana saja yang
sudah jatuh tempo dan harus ditagih kepada pelanggan.
Dalam menjalankan usahanya setiap perusahaan harus mampu mengontrol
dan mengatur piutang dengan baik. Strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi
masalah tersebut antara lain jumlah piutang yang diberikan kepada tiap pelanggan harus diupayakan selayak mungkin
sesuai dengan pengalaman masa lalu,
jangka waktu kredit yang diperketat, pemberian potongan yang layak, melakukan
administrasi piutang dengan baik dan rapi,
menerapkan kebijaksanaan penagihan,
dan menjalin hubungan yang baik dengan
pelangggan.
Kerugian akibat sejumlah piutang tidak bisa ditagih disebut piutang tak tertagih. Bila perusahaan tidak bisa menagih
piutangnya atau meyakini bahwa piutang
tidak dapat ditagih maka perusahaan kreditur menghapus piutang tersebut dalam
catatan laporan keuangannya dengan cara
mendebit kerugian piutang dan mengkredit
piutang usaha.
Berdasarkan penjelasan dari latar
belakang tersebut, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui perlakuan akuntansi piutang
usaha yang selama ini dan yang seharusnya pada PT Berkat Hanjuang Jaya.
81
TINJAUAN PUSTAKA
Piutang
Piutang usaha (dagang) umumnya
timbul akibat dari usaha perusahaan dalam menghasilkan pendapatan melalui
transaksi penjualan barang maupun penyerahan barang dan jasa secara kredit
kepada para pelanggan. Menurut Mulyadi
(2011:121) piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, jasa yang
dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Piutang dapat diterapkan ke semua
klaim atas uang, barang dan jasa, tetapi
untuk tujuan akuntasi istilah tersebut secara
utama digunakan dalam lingkup yang lebih
sempit (Stice, Stice & Skousen, 2011:479)
Menurut Rudianto (2011:225) piutang dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu sebagai berikut.
1. Piutang usaha, yaitu piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa
yang dihasilkan perusahaan. piutang
usaha biasanya akan dilunasi dalam
tempo kurang dari satu tahun.
2. Piutang bukan usaha, yaitu piutang
yang timbul bukan sebagai akibat penjualan barang dan jasa yang dihasilkan
perusahaan. Termasuk dalam kelompok ini adalah persekot dalam kontrak
pembelian; klaim terhadap perusahaan
angkutan untuk barang rusak atau
hilang; dan klaim terhadap karyawan.
Menurut Mulyadi, (2011:115) piutang dan umur piutang dapat digolongkan
yaitu sebagai berikut.
1. Piutang lancar, yaitu piutang yang diharapkan tertagih dalam satu tahun.
2. Piutang yang dihapuskan, yaitu piutang
yang tidak dapat ditagih dalam jangka
waktu 1 tahun.
3. Piutang macet, yaitu piutang tidak lancar yang berkembang terus dan setelah jatuh tempo ditambah dengan masa
kesempatan mengusahakan perbaikan
selama tiga bulan setelah jatuh tempo.
4. Piutang yang harus dihapuskan, yaitu
suatu tagihan yang tidak dapat ditagih
lagi karena pelanggan mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih).
5. Piutang yang dicadangkan, yaitu tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk
menghindari piutang tidak tertagih.
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
Piutang Tak Tertagih
Penjualan secara kredit sering kali
mendatangkan kerugian yaitu apabila si
debitur tidak mau atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Piutang tak tertagih timbul karena adanya resiko piutang
yang tidak dapat dibayar oleh debitur.
Menurut Muljo (2011:269) perusahaan
yang tidak mampu menagih piutang dari
pelanggan akan menciptakan beban yang
disebut dengan beban piutang yang tidak
tertagih. Piutang yang telah ditetapkan sebagai piutang tak tertagih bukan merupakan aktiva lagi, melainkan kerugian. Kerugian ini harus dicatat sebagai beban (expense), yaitu beban piutang tak tertagih
(bad debt expense).
Metode Penghapusan Piutang Tak
Tertagih
Terdapat dua metode untuk mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan
tertagih yaitu metode penyisihan (allowance method) yaitu dengan membuat
akun beban piutang tak tertagih sebelum
piutang tersebut dihapus dan metode
penghapusan langsung (direct write-off
method) yaitu dengan mengakui beban saat piutang dianggap benar-benar tidak dapat ditagih lagi (Reeve, dkk., 2011:407).
Salah satu cara untuk menghitung
penyisihan piutang tak tertagih adalah dengan menerapkan presentase berbeda terhadap kelompok umur piutang tertentu.
Setiap akhir periode akuntansi, misalnya
akhir bulan atau akhir tahun dibuat daftar
piutang, agar dapat diketahui berapa lama
piutang suatu pelanggan telah berlalu.
Menurut Rudianto (2011:209) dengan mengetahui umur piutang maka akan
dapat diketahui:
1. piutang-piutang mana yang sudah dekat dengan jatuh tempo dan harus
ditagih; dan
2. piutang-piutang yang sudah lewat jatuh
tempo dan perlu dihapuskan karena
sudah tidak dapat ditagih kembali.
Dengan menggunakan umur piutang, perusahaan dapat mengetahui posisi
piutang pada periode tertentu sehingga
perusahaan dapat mengambil kebijakan
keuangan yang tepat serta untuk menggambarkan seberapa besar pengaruhnya
terhadap kondisi keuangan perusahaan.
82
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan
sebagai referensi yaitu sebagai berikut.
1. Rahman (2012) meneliti tentang perlakuan akuntansi piutang usaha pada PT
Karya Toha Putra di Banjarmasin. Teknik analisis data adalah dengan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi piutang usaha pada PT Karya Toha Putra
masih belum sesuai dengan SAK sehingga peneliti mencoba menerapkan
perlakuan akuntansi piutang usaha yang
sesuai dengan SAK.
2. Indriati (2012) meneliti tentang perlakuan akuntansi piutang dan penyajiannya
dalam laporan keuangan pada PT Antareja Artha Mandiri di Banjarmasin.
Teknik analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa PT Graha Mitra Sehati selama
ini melakukan pencatatan piutang usaha tetapi belum sesuai dengan SAK,
sehingga laporan keuangan yang dibuat tidak bisa memberikan informasi
yang tepat penyajiannya.
3. Airini (2011) meneliti tentang perlakuan
akuntansi piutang usaha dan penyajiannya dalam laporan keuangan pada
PT Putra Utama Mandiri di Banjarmasin. Teknik analisa data yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencatatan piutang pada laporan keuangan selama ini belum sesuai dengan SAK yaitu nilai piutang usaha yang dicatat belum dikurangi cadangan kerugian atas
piutang tak tertagih.
Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
PT BERKAT HANJUANG JAYA
Perlakuan Akuntansi Piutang Usaha yang
selama ini diterapkan
Analisis
Penerapan Akuntansi Piutang Usaha yang
sesuai dengan Standar Akuntansi
Gambar 1: Kerangka Berpikir
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
83
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut.
1. Data kualitatif, yaitu data yang tidak diwujudkan dengan angka, melainkan
dalam bentuk penjelasan yang menggambarkan keadaan perusahaan.
2. Data kuantitatif, yaitu data yang diberikan dalam bentuk angka yang dalam
perhitunganya menggunakan rumus-rumus atau pendekatan pendekatan yang
berhubungan dengan analisis yang
bersangkutan.
Perlakuan Akuntansi Piutang Usaha
yang Selama Ini Dilaksanakan
Perlakuan akuntansi piutang PT
Berkat Hanjuang Jaya di Banjarmasin masih belum sesuai dengan SAK di mana piutang yang disajikan hanya nilai brutonya
saja tanpa mengurangi dengan cadangan
kerugian piutang. Neraca yang dibuat oleh
PT Berkat Hanjuang Jaya tidak mencantumkan rekening cadangan kerugian piutang. Berikut ini adalah pencatatan piutang
yang dilakukan oleh PT Berkat Hanjuang
Jaya pada tahun 2013 dan tahun 2014.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh
secara langsung dari objek yang diteliti yang dilakukan dengan tanya jawab
pada beberapa bagian yang terkait di
dalam penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
oleh pihak lain). serta dokumen-dokumen
lainnya
yang
berhubungan
dengan penelitian.
Tabel 1. Rekap Piutang Usaha Periode
2013
Teknik Pengumpulan Data
Teknik untuk pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Observasi, yaitu pengamatan secara
langsung dengan mencatat masalah
yang ditemukan atas objek yang diteliti.
2. Wawancara, dilakukan dengan cara
melakukan tanya jawab langsung dengan karyawan maupun pimpinan perusahaan.
3. Dokumenter, dilakukan dengan memanfaatkan dokumen-dokumen yang
diperoleh dari perusahaan.
4. Penelitian kepustakaan, yaitu dengan
mempelajari literatur-literatur, bukubuku referensi, dan bahan perkuliahan
yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
Tabel 2. Rekap Piutang Usaha Periode
2014
Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan berdasarkan
data yang diperoleh dari observasi lapangan, dengan menggunakan dasar-dasar
teoritis yang relevan.
Debitur
CV Tapin Membangun
PT Graha Mitra Sehati
PT Putra Binuang Membangun
PT Harmoni Mitra Utama
PT Bukit Intan Indoperkasa
Bp Haryanto
PT Global Energy Multi Trading
PT Trijaya
Jumlah
Debitur
PT Prima Energy Multi trading
CV Tapin Membangun
PT Cakrawala Putra Bersama
PT Datra Katama Jaya
PT Graha Mitra sehati
PT Putra Binuang
Membangun
PT Tri Eka
PT Sapta Indra Sejati
PT Harmoni Mitra Utama
PT Berkat Anugrah sukses
Abadi
PT Bukit intan Indoperkasa
PT Trijaya
PT Baramulti Sugih Sentosa
PT Empat Mitra Selaras
PT Wahana Lintas Banua
PT Bukit Asam Lestari
PT Trias
PT Geostrade Indonesia
PT Kiat Sarana Sukses Abadi
Jumlah
Piutang
63.000.000
71.000.000
28.500.000
95.400.000
60.500.000
114.500.000
55.500.000
105.350.000
593.750.000
Piutang
9.300.000
181.500.000
21.750.000
18.000.000
64.000.000
15.250.000
21.250.000
6.650.000
0
9.750.000
1.500.000
42.250.000
11.000.000
56.500.000
8.500.000
1.244.779.780
31.750.000
12.250.000
19.250.000
1.800.229.780
Sumber: PT Berkat Hanjuang Jaya
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
84
Perlakuan Akuntansi Piutang Usaha
yang Seharusnya
Berdasarkan Tabel 1 dan 2 dapat
dilihat bahwa jumlah piutang yang telah
melewati jangka waktu pembayaran cukup
besar. Masih banyak debitur yang membayar lewat dari jangka waktu pembayaran.
Cara menentukan persentase piutang untuk masing-masing umur piutang adalah
dengan meneliti debitur yang memiliki
tunggakan pembayaran berdasarkan lamanya piutang.
Setelah piutang dikelompokkan berdasarkan umur masing-masing, maka
langkah selanjutnya adalah menentukan
taksiran kerugian piutang untuk masingmasing umur piutang tersebut. Untuk itu
dianjurkan agar piutang usaha digolongkan menjadi :
1. belum jatuh tempo,
2. menunggak 1-30 hari,
3. menunggak 31-90 hari,
4. menunggak 91-180 hari,
5. menunggak 180-360 hari, dan
6. menunggak > 360 hari.
Setelah itu, langkah selanjutnya
adalah menentukan persentasi kerugian
piutang
untuk
masing-masing
umur
piutang.
Tabel 4. Daftar Piutang Menunggak
Kurang dari Satu Bulan Periode 2013
Tabel 3. Perkiraan
Piutang 2013
PT Graha
Sehati
Tidak
Tetagihnya
Kelompok Umur
CKP
Belum jatuh tempo
1%
Menunggak < 1 bulan
5%
Menunggak 31 s/d 90 hari
10%
Menunggak 91 s/d 180 hari
15%
Menunggak 181 s/d 360 hari
25%
Menunggak > 1 tahun
54%
Total
100%
Sumber: PT Berkat Hanjuang Jaya
Berdasarkan data yang diperoleh
maka dapat disusun analisa umur piutang
dan kartu piutang untuk tahun 2013 dan
tahun 2014 sebagai berikut.
Menunggak Kurang Dari Satu Bulan
(2013)
Piutang yang menunggak kurang
dari satu bulan pada periode tahun 2013
sebesar Rp 181.500.000,-. Perincian piutang yang menunggak satu bulan pada periode tahun 2013 tertera pada Tabel 4
berikut ini.
Debitur
Tanggal
Piutang
PT Bukit Intan Indo
13/12/2013 15.000.000
Perkasa
PT Trijaya
10/12/2013 78.000.000
8.500.000
PT Harmoni Mitra 17/11/2013
Lestari
30/11/2013 24.000.000
PT
Graha
Mitra 30/11/2013 12.000.000
Sehati
11/12/2013 44.000.000
Total
181.500.000
Sumber: PT Berkat Hanjuang Jaya
Menunggak 31 – 90 Hari (2013)
Piutang yang menunggak 31 s/d 90
hari pada periode tahun 2013 sebesar Rp
224.750.000. Perincian piutang yang menunggak 31 – 90 hari dapat dilihat pada
Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Daftar Piutang Menunggak 31
sampai dengan 90 Hari Periode 2013
Debitur
PT Bukit Intan
Indo Perkasa
PT Trijaya
PT Harmoni Mitra
Lestari
Mitra
CV
Tapin
membangun
PT Putra Binuang
Membangun
Tanggal
29/09/2013
05/11/2013
10/12/2013
04/12/2013
20/11/2013
12/12/2013
18/11/2013
19/11/2013
25/11/2013
25/11/2013
27/11/2013
02/12/2013
21/11/2013
04/12/2013
07/12/2013
Total
Piutang
10.000.000
18.000.000
19.350.000
8.000.000
3.650.000
59.250.000
3.500.000
3.000.000
8.500.000
11.000.000
25.000.000
27.000.000
10.000.000
11.000.000
7.500.000
224.750.000
Sumber : PT. Berkat Hanjuang Jaya
Menunggak 91 – 180 Hari (2013)
Piutang yang menunggak 91 s/d
180 hari pada periode tahun 2013 sebesar
Rp 17.500.000. Perincian piutang yang
menunggak 91 – 180 hari tertera pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Daftar Piutang Menunggak 91 s/d
180 hari Periode Tahun 2013
Debitur
PT Bukit Intan
Indo Perkasa
Total
Tanggal
09/09/2012
06/09/2012
Piutang
13.500.000
4.000.000
17.500.000
Sumber: PT Berkat Hanjuang Jaya
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
85
Menunggak Lebih dari Satu Tahun
(2013)
Jangka waktu kredit satu bulan
adalah piutang yang terjadi sebelum bulan
Desember 2013, sedangkan untuk jangka
waktu kredit lebih dari satu tahun adalah
piutang yang terjadi sebelum bulan November 2012. Oleh karena itu, apabila dalam bulan Desember 2013 piutang-piutang
tersebut masih belum dilunasi berarti telah
menunggak lebih dari satu tahun. Piutang
yang menunggak lebih dari satu tahun pada periode 2013 sebesar Rp 170.000.000.
Perincian piutangnya tertera pada Tabel 7.
Menunggak 31 – 90 Hari (2014)
Piutang yang menunggak 31 s/d.
90 hari pada periode tahun 2014 sebesar
Rp 257.000.000. Perincian piutang yang
menunggak 31 – 90 hari pada periode
2014 tertera pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 7. Daftar Piutang Menunggak Lebih
Dari Satu Tahun Periode 2013
CV Tapin
Membangun
Debitur
H. Haryanto
PT Global Energy
Multi Trading
Total
Tanggal
10/05/2012
Piutang
55.500.000
18/06/2012
114.500.000
170.000.000
Sumber: PT Berkat Hanjuang Jaya
Menunggak Kurang dari Satu Bulan
(2014)
Piutang yang menunggak satu bulan pada periode tahun 2014 sebesar Rp
1.428.929.780. Perincian piutangnya tertera pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Daftar Piutang Menunggak
Kurang dari Satu Bulan periode 2014
Debitur
PT Tapin Membangun
PT Empat Mitra
Selaras
PT Graha Mitra
Sehati
PT Putra Binuang
Membangun
CV Trijaya
Tanggal
08/11/2014
Piutang
34.000.000
28/10/2014
14.000.000
30/11/2014
02/12/2014
04/12/2014
22/11/2014
22/11/2014
22/11/2014
18/11/2014
29/11/2014
10.000.000
12.500.000
16.500.000
3.750.000
3.750.000
3.500.000
4.500.000
4.250.000
PT Bukit Asam
18/11/2014 1.244.779.780
Lestari
PT Geostrade
23/11/2014 12.250.000
Indonesia
PT Sapta Indra Sejati 03/12/2014
6.650.000
03/12/2014
8.500.000
PT Datra katama
Jaya
03/12/2014
9.500.000
PT Tri Eka
09/12/2014 21.250.000
PT Kiat Sarana
11/12/2014 19.250.000
Sukses Abadi
1.428.929.780
Total
Sumber: PT Berkat Hanjuang Jaya
Tabel 9. Daftar Piutang Menunggak 31
s/d. 90 HariPeriode 2014
Debitur
PT Cakrawala
Putra Bersama
Tanggal
Piutang
18/10/2014
6.250.000
14/09/2014
21/09/2014
13/10/2014
19/10/2014
20/10/2014
26/10/2014
29/10/2014
11.500.000
15.000.000
25.000.000
16.000.000
9.000.000
8.000.000
19.000.000
25/09/2014
1.500.000
01/11/2014
4.000.000
PT Graha Mitra
Sehati
30/10/2014
19/11/2014
25/11/2014
11.000.000
2.000.000
12.000.000
PT Putra Binuang
Membangun
05/11/2014
4.250.000
PT Trijaya
03/11/2014
11/11/2014
13/11/2014
15/11/2014
03/12/2014
02/12/2014
6.000.000
4.000.000
4.500.000
12.000.000
4.000.000
3.000.000
17/12/2014
4.000.000
06/11/2014
09/11/2014
23/11/2014
5.000.000
3.500.000
31.750.000
06/12/2014
9.750.000
14/12/2014
25.000.000
PT Bukit Intan
Indo Perkasa
PT Baramulti
Sugih Sentosa
PT Prima Energi
Multi Trading
PT Wahana Lintas
Banua
PT Trias
PT Berkat Anugerah sukses Abadi
PT Geostrade
Indonesia
Total
Sumber: PT. Berkat Hanjuang Jaya
Menunggak 91 – 180 hari (2014)
Piutang yang menunggak 91 – 180
hari pada periode tahun 2014 ini berasal
dari PT Cakrawala Putra Bersama, CV.
Tapin Membangun, PT Baramulti Sugih
Sentosa, dan PT Prima Energi Multi Trading sebesar Rp 60.050.000. Perincian piutang yang menunggak 91 – 180 hari pada
periode 2014 tertera pada Tabel 10 berikut
ini.
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
Tabel 10. Daftar Piutang Menunggak 91 –
180 Hari Periode 2014
Debitur
PT Cakrawala
Putra Bersama
PT Tapin
Membangun
PT Baramulti
Sugih Sentosa
PT Prima Energi
Multi Trading
Total
Tanggal
Piutang
06/11/2014
3.750.000
01/09/2014
44.000.000
27/09/2014
7.000.000
13/08/2014
5.300.000
60.050.000
Menunggak 181 – 360 hari (2014)
Piutang yang menunggak 181 –
360 hari pada periode tahun 2014 ini
berasal dari PT Cakrawala Putra Bersama,
PT Empat Mitra Selaras, sebesar Rp
54.250.000. Perincian piutangnya tertera
pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11. Daftar Piutang Menunggak 181
– 360 hari Periode 2014
PT
Cakrawala
Putra Bersama
PT Empat Mitra
Selaras
Total
Tanggal
27/04/2014
29/04/2014
10/06/2014
12/10/2014
18/10/2014
Piutang
7.750.000
3.500.000
500.000
24.500.000
18.000.000
54.250.000
Sumber: PT Berkat Hanjuang Jaya
Cadangan Kerugian Piutang (2013)
Berdasarkan dari daftar analisa
umur piutang, dapat diketahui perhitungan
perkiraan tidak tertagihnya piutang pada
periode 2013 yang tertera pada Tabel 12
berikut ini.
Tabel 12. Perkiraan Tidak Tetagihnya
Piutang Periode 2013
Kelompok
Umur
Belum jatuh
tempo
< 1 bulan
31 s/d 90 hari
91 s/d 180
hari
181 s/d 360
hari
> 1 tahun
Total
Cadangan
Kerugian Piutang
%
Rp
Piutang
-
1%
-
181.500.000
224.750.000
5%
10%
9.075.000
22.475.000
17.500.000
15%
2.625.000
-
25%
-
170.000.000
593.750.000
100%
170.000.000
204.175.000
Sumber: PT Berkat Hanjuang Jaya
Dari tabel 12, pencatatan jurnal
nyesuaian kerugian piutang sebesar
204.175.000 tersebut dapat dilakukan
ngan asumsi pembukuan belum tutup,
itu sebagai berikut.
Beban Kerugian
piutang
Cadangan
Kerugian Piutang
peRp
deya-
204.175.000
204.175.000
Kemudian dari jurnal di atas diposting ke buku besar, yaitu sebagai berikut.
Beban Kerugian Piutang
204.175.000
Sumber: PT Berkat Hanjuang Jaya
Debitur
86
Cadangan Kerugian Piutang
204.175.000
Cadangan Kerugian Piutang (2014)
Berdasarkan dari daftar analisa
umur piutang, maka dapat diketahui perhitungan perkiraan tidak tertagihnya piutang
periode 2014 tertera pada Tabel 13 berikut
ini.
Tabel 13. Perkiraan Tidak Tetagihnya
Piutang Periode 2014
Kelompok
Umur
Belum jatuh
tempo
< 1 bulan
31 s/d 90
hari
91 s/d 180
hari
181 s/d 360
hari
> 1 tahun
Total
Cadangan
Kerugian Piutang
%
Rp
Piutang
-
1%
71.446.489
1.428.929.780
5%
25.700.000
10%
9.007.500
15%
13.562.500
25%
-
257.000.000
60.050.000
54.250.000
1.800.229.780
119.716.489
100%
71.446.489
Sumber: PT Berkat Hanjuang Jaya
Pencatatan jurnal penyesuaian kerugian piutang sebesar Rp 119.716.489
dapat dilakukan dengan asumsi pembukuan belum tutup, yaitu sebagai berikut.
Beban Kerugian
piutang
Cadangan
Kerugian Piutang
119.716.489
119.716.489
Kemudian dari jurnal di atas diposting ke buku besar, yaitu sebagai berikut.
Beban Kerugian Piutang
119.716.489
Cadangan Kerugian Piutang
119.716.489
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
Dampak Perubahan Akuntansi Piutang
Periode 2013
Setelah adanya perubahan yang
terjadi tersebut terlihat penurunan nilai piutang perusahaan dari Rp 593.750.000
menjadi Rp 389.575.000 yang disebabkan
oleh adanya pengurangan dari cadangan
kerugian piutang sebesar Rp 204.175.000.
Akibatnya jumlah dari nilai aktiva lancar
berubah dari Rp 36.739.626.428 menjadi
Rp 36.535.451.428.
Akibat adanya pembebanan biaya
kerugian piutang tersebut laba yang disajikan perusahaan yang dulunya tinggi akan
turun. Pencatatan yang dilakukan terhadap
timbulnya perkiraan dapat dilakukan saat
tutup buku yaitu sebagai berikut.
CKP
204.175.000
Beban Kerugian
Piutang
204.175.000
Dampak perubahan tersebut terhadap laba yaitu sebagai berikut.
Cadangan Kerugian Piutang
Penyesuaian
Saldo
204.175.000
3.138.746.959
3.342.921.959
3.138.746.959
Saldo
3.138.746.959
Jurnal untuk menutup perkiraan laba rugi tersebut diatas kedalam perkiraan
modal pemilik adalah sebagai berikut.
Beban Kerugian
Piutang
CKP
204.175.000
204.175.000
Gambaran perubahan modal perusahaan dapat dilihat sebagai berikut.
Modal
Jurnal
Penutup
Saldo
3.363.746.959
(204.175.000)
3.567.921.959
3.363.746.959
Saldo
3.363.746.959
Jadi, penurunan jumlah modal per
31 Desember 2013 ini mengakibatkan posisi neraca menjadi kembali seimbang. Hal
ini dikarenakan penurunan jumlah modal
yang sama besarnya dengan penurunan
jumlah piutang, sehingga penurunan total
aktiva dan pasiva adalah sama. Perlakuan
akuntansi piutang ini perlu diperhatikan
oleh pihak perusahaan, agar penyajian laporan keuangan sesuai dengan SAK.
Sementara itu, piutang tak tertagih
sebesar Rp 204.175.000 dapat berpengaruh sangat besar terhadap kewajaran laba
yang telah dilakukan dalam perhitungan
87
laba rugi yang disajikan per 31 Desember
2013. Laba yang dilaporkan pihak perusahaan periode 2013 terlalu besar dari laba
yang seharusnya. Oleh sebab itu, dengan
diterapkan beban kerugian piutang tersebut, maka akan dihasilkan informasi keuangan yang wajar dan akurat.
Jadi, dapat dikatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh pihak
perusahaan belum memenuhi syarat kelengkapan penyajian informasi keuangan.
Selain itu, laporan keuangan yang disajikan tidak memenuhi kriteria dari prinsip kehati-hatian yang didasari oleh pertimbangan yang sehat dalam menghadapi ketidakpastian peristiwa ekonomi di masa
yang akan datang.
Perlakuan akuntansi piutang yang
sesuai dengan SAK berpengaruh terhadap
kewajaran, validitas, dan keakuratan informasi keuangan perusahaan. Gambaran
mengenai pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya perubahan perlakuan akuntansi piutang terhadap laporan keuangan
dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini.
Tabel 14. Perubahan Perlakuan Akuntansi
Piutang Periode 31 Desember 2013
Pos Laporan
Keuangan
Piutang Dagang (Bruto)
CKP
Piutang Dagang (netto)
Total Aktiva
Lancar
Total Kewajiban dan Modal
Laba
Modal
Sebelum
Koreksi
Setelah
Koreksi
593.750.000
593.750.000
-
(204.175.000)
593.750.000
389.575.000
15.436.188.658
15.232.013.658
36.739.626.428
36.535.451.428
3.342.921.959
225.000.000
3.138.746.959
3.363.746.959
Sumber: Data diolah
Berdasarkan Tabel 14, peneliti menyarankan agar PT Berkat Hanjuang Jaya
segera mengadakan perubahan terhadap
perlakuan piutang, dengan cara menyajikan piutang sebesar jumlah bruto yang dikurangi dengan taksiran jumlah piutang tak
tertagih. Untuk itu, perusahaan perlu membuat perkiraan cadangan kerugian piutang
sebagai rekening lawan (pengurang) piutang perusahaan dalam neraca. Selain itu,
perusahaan juga perlu membuat biaya
yang dibebankan dalam periode kegiatan
usaha. Laporan keuangan yang disarankan dapat pada Tabel 15 dan Tabel 16.
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
Tabel 15. Laporan Laba Rugi Proyeksi
Periode 31 Desember 2013
Perkiraan
Pendapatan
Pendapatan Jasa Giro
Total Pendapatan
HPP
Laba Kotor
Biaya Adm & Umum
Biaya Listrik Air Telpon
Biaya Penyusutan
Biaya Pemasaran
Beban Kerugian Piutang
Saldo Laba
Total
48.534.199.360
44.758.090
48.578.957.450
41.954.024.773
6.624.932.677
312.054.522
152.858.400
3.528.081.640
8.951.618
204.175.000
2.418.811.497
Tabel 16. Neraca Proyeksi Periode 31
Desember 2013
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas/Bank
Piutang
usaha
Cad. Kerugian Piutang
Persediaan
Biaya dibayar di muka
Total Aktiva
Lancar
Aktiva Tetap
Aset Tetap
Akumulasi
Penyusutan
Total Aktiva
Tetap
Total Aktiva
8.886.325.713
593.750.000
(204.175.000)
5.596.200.000
359.912.945
15.232.013.658
28.994.261.000
(7.690.823.230)
21.303.437.770
36.535.451.428
PASIVA DAN MODAL
Hutang Lancar
Hutang lain115.103.020
lain
Biaya Yang
Masih harus
5.412.185.870
dibayar
hutang jang27.644.415.579
ka panjang
Total
Hutang Lancar
Total
Hutang
Modal
Modal
disetor
Laba (Rugi)
ditahan
Laba Tahun
Berjalan
Total Modal
Total Hutang
dan Modal
33.171.704.469
33.171.704.469
88
Dari Tabel 15 dan 16, terlihat bahwa tidak semua piutang dapat ditagih hingga mencapai 100%. Hal ini menimbulkan
selisih yang signifikan terhadap pendapatan perusahaan antara laporan keuangan
perusahaan dan setelah proyeksi yaitu sebesar Rp 2.622.986.497. Sementara itu,
selisih saldo laba antara antara laporan
keuangan perusahaan dan setelah proyeksi sebesar Rp 204.175.000. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyajian laporan yang
dilakukan perusahaan selama ini belum
memberikan informasi yang tepat terhadap
kondisi piutang maupun keuangan perusahaan.
Dampak Perubahan Akuntansi Piutang
Periode 2014
Setelah adanya perubahan yang
terjadi tersebut terlihat penurunan nilai piutang perusahaan dari Rp 1.800.229.780
menjadi Rp 1.680.513.291. Hal ini disebabkan adanya pengurangan cadangan
kerugian piutang sebesar Rp 119.716.489.
Akibatnya, jumlah nilai aktiva lancar perusahaan sebesar Rp 2.332.577.680 berubah menjadi Rp 2.212.861.191.
Perubahan tersebut juga berpengaruh terhadap sisi debit neraca, sedangkan
beban kerugian piutang sebagai perkiraan
yang digunakan untuk menampung beban
kerugian berpengaruh terhadap laporan laba rugi. Akibat adanya pembebanan biaya
kerugian piutang tersebut, laba yang disajikan perusahaan yang dulunya tinggi akan
turun sebesar beban yang ditanggung oleh
adanya kerugian piutang tersebut. Sementara itu, pencatatan yang dilakukan terhadap timbulnya perkiraan dapat dilakukan
saat tutup buku sebagai berikut.
Rugi laba
Beban kerugian
piutang
119.716.489
119.716.489
Dampak perubahan tersebut terhadap laba yaitu sebagai berikut.
Laba
225.000.000
Penyesuaian
719.935.462
Saldo
2.418.811.497
3.363.746.959
36.535.451.428
119.716.489
2.214.109.220
2.094.392.731
2.094.392.731
Saldo
2.094.392.731
Jurnal penutup perkiraan laba rugi
ke dalam modal adalah sebagai berikut.
Modal
Laba rugi
119.716.489
119.716.489
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
Gambaran perubahan modal perusahaan dapat dilihat sebagai berikut.
Modal
Jurnal
Penutup
Saldo
5.662.314.691
(119.716.489)
5.782.031.180
5.662.314.691
Saldo
5.662.314.691
Penurunan jumlah modal per 31
Desember 2014 ini mengakibatkan posisi
neraca menjadi kembali seimbang. Hal ini
dikarenakan penurunan jumlah modal sama besarnya dengan penurunan jumlah
piutang, sehingga penurunan total aktiva
dan pasiva adalah sama.
Adanya resiko tidak tertagihnya piutang sebesar Rp 119.716.489 berpengaruh
terhadap kewajaran laba. Dengan diterapkannya beban kerugian piutang, maka nilai
piuatng akan menjadi wajar dan akurat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh pihak
perusahaan belum memenuhi syarat kelengkapan penyajian informasi keuangan.
Selain itu, laporan keuangan yang disajikan tidak memenuhi kriteria dari prinsip
kehati-hatian yang didasari oleh pertimbangan yang sehat dalam menghadapi ketidakpastian peristiwa ekonomi di masa
yang akan datang. Gambaran tentang pengaruh perubahan perlakuan akuntansi piutang terhadap laporan keuangan dapat
dilihat berikut ini.
Tabel 17. Perubahan Perlakuan Akuntansi
Piutang Periode 31 Desember 2014
Pos Laporan
Keuangan
Piutang
Dagang (Bruto)
Cadangan
Kerugian
Piutang
Piutang
Dagang (netto)
Total
Aktiva
Lancar
Total
Kewajiban dan
Modal
Laba
Modal
Sebelum
Koreksi
Setelah
Koreksi
1.800.229.780
1.800.229.780
-
(119.716.489)
1.800.229.780
1.680.513.291
2.332.577.680
2.212.861.191
23.636.015.450
23.516.298.961
5.557.031.180
225.000.000
5.437.314.691
5.662.314.691
Sumber: PT Berkat Hanjuang Jaya
Laporan keuangan proyeksi per 31
Desember 2014 dapat dilihat pada Tabel
18 dan Tabel 19 berikut ini.
89
Tabel 18. Laporan Laba Rugi Proyeksi
Periode 31 Desember 2014
Perkiraan
Pendapatan
Pendapatan Jasa Giro
Total Pendapatan
HPP
Laba Kotor
Biaya Adm & Umum
Biaya Listrik Air Telpon
Biaya Penyusutan
Biaya Pemasaran
Beban Kerugian Piutang
Saldo Laba
Total
23.076.800.080
24.457.710
23.101.257.790
17.156.083.490
5.945.174.300
138.391.900
59.700.000
3.528.081.640
4.891.540
119.716.489
2.094.392.731
Tabel 19. Neraca Proyeksi Periode 31
Desember 2014
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas/Bank
Piutang
usaha
Cad. Kerugian Piutang
Persediaan
Biaya dibayar di muka
Total Aktiva
Lancar
Aktiva Tetap
Aset Tetap
Akumulasi
Penyusutan
Total Aktiva
Tetap
Total Aktiva
354.329.720
1.800.229.780
(119.716.489)
96.200.000
81.818.180
2.212.861.191
29.998.263.000
(8.694.825.230)
21.303.437.770
23.516.298.961
PASIVA DAN MODAL
Hutang Lancar
Hutang lain276.285.120
lain
Biaya Yang
Masih harus
767.719.610
dibayar
hutang jang16.809.979.540
ka panjang
Total
Hutang
Modal
Modal
disetor
Laba (Rugi)
ditahan
Laba
ditahan Tahun
Berjalan
Total Modal
Total Hutang
dan Modal
17.853.984.270
225.000.000
3.342.921.960
2.094.392.731
5.662.314.691
23.516.298.961
Sumber: PT Berkat Hanjuang Jaya
KINDAI Volume 11 Nomor 2, April – Juni 2015
Dari Tabel 18 dan 19, terlihat bahwa tidak semua piutang dapat ditagih hingga mencapai 100%. Hal ini menimbulkan
selisih yang signifikan terhadap pendapatan perusahaan antara laporan keuangan
perusahaan dan setelah proyeksi yaitu sebesar Rp 5.557.031.180. Sementara itu,
selisih saldo laba antara antara laporan
keuangan perusahaan dan setelah proyeksi sebesar Rp 119.716.489. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyajian laporan yang
dilakukan perusahaan selama ini belum
memberikan informasi yang tepat terhadap
kondisi piutang perusahaan.
Implikasi Hasil Penelitian
1. Adanya resiko kerugian piutang yang
tidak dapat ditagih sebagai beban bagi
perusahaan mengharuskan adanya penyesuaian yang akan mengakibatkan
perubahan-perubahan nilai pos laporan
keuangan perusahaan. Pengaruh perubahan perlakuan akuntansi piutang tersebut terhadap neraca, aktiva lancar
dan total pasiva diakui sebagai kerugian piutang dengan menggunakan metode cadangan.
2. Dengan menggunakan metode cadangan, maka pihak perusahaan dapat
mengetahui dan mengakui jumlah besarnya piutang yang tidak akan tertagih
serta dapat menerapkan perlakuan
akuntansi piutang sesuai dengan SAK.
PENUTUP
Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Perlakuan akuntansi piutang usaha
yang diterapkan PT Berkat Hanjuang
Jaya tidak mengacu pada SAK yang
mengharuskan penyajian piutang sebesar jumlah bruto dikurangi taksiran
jumlah yang tidak dapat diterima. Akibatnya, laporan yang disusun perusahaan tidak mencerminkan keadaan keuangan dan hasil usaha seharusnya.
2. PT Berkat Hanjuang Jaya seharusnya
menggunakan metode cadangan dalam
menyusun laporan keuangan perusahaan yang sesuai dengan SAK untuk
memprediksi besarnya jumlah piutang
yang tak tertagih yang akan diakui
sebagai kerugian piutang perusahaan.
90
Saran yang dapat dikemukakan
adalah sebagai berikut.
1. Agar laporan keuangan menghasilkan
informasi keuangan yang wajar dan andal maka perlakuan akuntansi yang dijalankan hendaknya disesuaikan dengan SAK. Selain itu, perusahaan hendaknya melakukan perubahan perlakuan akuntansi piutang usaha, sehingga
piutang yang disajikan dalam neraca
dapat menunjukkan nilai bersih yang
dapat direalisasikan.
2. Untuk penyesuaian pencatatan akuntansi piutang, hendaknya perusahaan
membentuk cadangan kerugian piutang
yang berfungsi untuk meminimalkan piutang yang tidak dapat diterima. Untuk
menentukan besarnya kerugian piutang, sebaiknya perusahaan menggunakan analisis umur piutang.
DAFTAR PUSTAKA
Airini, Nor. 2011. “Perlakuan Akuntansi Piutang Usaha dan Penyajiannya dalam Laporan Keuangan pada PT
Putra Utama Mandiri Banjarmasin”.
(Skripsi). Banjarmasin: STIE Pancasetia.
Indriati. 2012. “Perlakuan Akuntansi Piutang dan Penyajiannya dalam Laporan Keuangan pada PT Antareja Artha Mandiri Banjarmasin”. (Skripsi).
Banjarmasin: STIE Pancasetia.
Muljo, Heri Harjono. 2011. Penuntun Belajar Akuntansi Menengah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mulyadi. 2011. Auditing. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.
Rahman. 2012. “Perlakuan Akuntansi Piutang Usaha pada PT Karya Toha
Putra Banjarmasin”. (Skripsi). Banjarmasin: STIE Pancasetia.
Reeve, James M., dkk. 2011. Prinsipprinsip Akuntansi. Jilid Satu. (Terjemahan).Jakarta: Erlangga.
Rudianto. 2011. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Erlangga.
Stice, James D., Earl K. Stice, & Fred
Skousen. 2011. Intermediate Accounting. Buku Satu. (Terjemahan)
Jakarta: Salemba Empat.
Download