STUDI PERFORMA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI AIR TAMBAK DENGAN KELIMPAHAN PLANKTON YANG BERBEDA PADA SAAT PENEBARAN (SKRIPSI) Oleh AAN PRATAMA JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2017 PERFORMANCE STUDY WHITE SHRIMP (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) WHICH IS CULTURED AT POND WATER CONDITION WITH DIFFERENT PLANKTON ABUNDANCE WHEN DISTRIBUTION By Aan Pratama ABSTRACT White shrimp (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) farming which is done with semi-intensive system emphasis on water quality treatment to grow the plankton in the ponds and to keep other water quality parameters in order to remain at the optimum value for farming. The availability of plankton in the ponds play an important role in supplying disolved oxygen (DO) for shrimp. This research was aimed to determine the performance of white shrimp (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) which is cultured with semi-intensive system at pond water condition with different plankton abundance when stocking which includes growth, survival rates, biomass, and feed convertion. This research was case studies on semi-intensive white shrimp farms with stocking density 66 fish / m2. The method was performed by collecting data of primary and secondary in the field then analyzed using methods descriptive test. Results showed that shrimp farms with a high plankton abundance at the time of stocking has a better survival rates, ie 92.5%, with a feed conversion ratio 1,7 and biomass of shrimp reached 1050 kg. While the development of the shrimp in the pond which is farmed at low plankton abundance has lowed survival rates of 40,13%, a feed conversion ratio of 2,5 and biomass of shrimp reached 550 kg. Key words: Plankton, semi-intensive, growth, biomass, feed convertion STUDI PERFORMA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI AIR TAMBAK DENGAN KELIMPAHAN PLANKTON YANG BERBEDA PADA SAAT PENEBARAN Oleh Aan Pratama ABSTRAK Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) yang dilakukan dengan sistem semi intensif ditekankan pada pengolahan kualitas air untuk menumbuhkan plankton di tambak budidaya dan menjaga parameter kualitas air lainnya agar tetap berada pada nilai optimum untuk kegiatan budidaya. Ketersediaan plankton di tambak memegang peranan penting dalam menyuplai oksigen terlarut (Disolved Oxygen) bagi udang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa udang vaname (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) yang dipelihara dengan sistem semi intensif dengan kelimpahan plankton yang berbeda pada saat penebaran yang meliputi pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, biomassa, dan konversi pakan. Tipe penelitian ini merupakan studi kasus pada tambak udang vaname semi intensif dengan padat tebar 66 ekor/m2 . Metode yang dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan data-data primer dan sekunder di lapangan kemudian di analisis menggunakan metode Descriptive test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tambak udang dengan kelimpahan plankton yang tinggi pada saat penebaran memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik, yaitu sebesar 92,5 % dengan nilai konversi pakan 1,7 dan biomass udang mencapai 1050 kg. Sedangkan perkembangan udang pada tambak yang dipelihara dengan kelimpahan plankton rendah memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah, yaitu sebesar 40,13% dengan nilai konversi pakan 2,5 dan biomass udang mencapai 550 kg. Kata kunci: Plankton, semi intensif, pertumbuhan, biomassa, konversi pakan STUDI PERFORMA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI AIR TAMBAK DENGAN KELIMPAHAN PLANKTON YANG BERBEDA PADA SAAT PENEBARAN Oleh AAN PRATAMA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN Pada Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukaraja Nuban, Lampung Timur pada tanggal 08 Februari 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Surahman dan Ibu Sunarti. Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis diawali pada pendidikan Taman Kanak-kanak Bina Putra Desa Cempaka Nuban diselesaikan pada tahun 2000. Sekolah Dasar ditempuh di SDN 01 Cempaka Nuban pada tahun 2000-2005. Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 03 Batanghari Nuban pada tahun 2005-2008. Sekolah menengah atas di SMAN 01 Raman Utara pada tahun 2008-2011. Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, diterima melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sejak tahun 2011. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi internal kampus, diantaranya menjadi Penanggung Jawab Bidang Kerohanian Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) periode 2013/2014, Ketua Bidang Media Center Faculty (MCF) Forum Studi Islam (FOSI) Fakultas Pertanian periode 2013/2014, dan Ketua Departemen Media Center University (MCU) Bina Rohani Mahasiswa (BIROHMAH) Universitas Lampung periode 2014/2015. Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan berhasil lolos seleksi proposal PKM bidang Kewirausahaan pada tahun 2013 dan PKM bidang Penelitian tahun 2015. MOTTO “barang siapa keluar rumah untuk menuntut ilmu maka ia dalam jihad fisabilah hingga kembali” (HR. al-Bukhari) “Diharamkan terhadap api neraka tiap-tiap orang lemah lembut lagi murah senyum juga dermawan kepada orang lain.” (H.R Ahmad) “Tidak seseorang dari kamu beriman hingga ia mencintai saudaranya, seperti mencintai dirinya sendiri” (H.R. al-Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i) “Urusan seorang mukmin patut dikagumi. Semua urusannya merupakan kebaikan bagi dirinya dan tidak terdapat kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila memperoleh kesenangan dia bersyukur dan itu baik untuk dirinya. Dan bila ditimpa kesusahan dia bersabar dan itu baik untuk dirinya”. (HR.Imam Muslim) “Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia menyelesaikannya dengan baik” (H.R Thabrani) “Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan yang mengirinya” Persembahan Karya kecil ini dipersembahkan untuk : Kedua orang tua tercinta, Surahman dan Sunarti. Hanya untaian doa yang dapat kupanjatkan untuk kebaikan mu dunia dan akhirat. Mudah-mudahan menjadi bakti dan amal yang terus mengalir . Adikku tersayang, Puja Arum Pratiwi, semoga tetap istiqomah menjaga izzahnya sebagai wanita sholiha, menjadi hafidzah yang kelak mampu membawa kedua orang tua masuk kedalam surga-NYA . Almamater tercinta Universitas Lampung SANWACANA Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan ridhoNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Performa Udang Vaname (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) yang Dipelihara pada Kondisi Air dengan Kelimpahan Plankton yang Berbeda pada Saat Penebaran”. Sholawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada umatnya hingga akhir zaman kelak. Aamiin Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua penulis yang sangat sabar dan selalu memotivasi, memberi semangat, dan dukungan moril yang tak terhingga kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 4. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan dukungannya selama masa perkuliahan hingga tersusunnya skripsi ini. 5. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P selaku Pembimbing I atas segala keikhlasan dan kesabarannya dalam membimbing dan memotivasi penulis. 6. Bapak Dr. Supono, S.Pi., M.Si selaku Pembimbing II atas segala masukan, motivasi, waktu, dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si selaku dosen pembahas atas segala masukan yang sangat berarti bagi perbaikan skripsi ini. 8. Seluruh dosen dan staf di Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 9. Teman-teman seperjuangan Budidaya Perairan Unila angkatan 2011 dan pengurus HIDRILA yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas motivasinya. 10. Teman-teman pengurus Forum Studi Islam (FOSI) Fakultas Pertanian Unila periode 2013/2014 yang selalu memotivasi dan sangat luar biasa. 11. Teman-teman pengurus Bina Rohani Mahasiswa (BIROHMAH) Unila yang selalu memotivasi. 12. Sahabat-sahabat yang luar biasa, Sutiadi, Prada, Oca, Lana, Lina, dan Laela, M. Nuruddin, Isnaini Rahmadi, dan Gito Rolis. Terima kasih atas motivasi dan doanya. 13. Sahabat seperjuangan dan sepenanggungan selama melaksanakan penelitian, Lukman Hakim dan Muhammad Mutakin. Terima kasih atas motivasi, doa dan keceriaannya selama ini. Meski kalian sudah nikah duluan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan khususnya dunia perikanan. Bandar Lampung, 14 Juli 2017 Penulis, Aan Pratama NPM 1114111001 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii i I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 1.4 Kerangka Pikir Penelitian .................................................................... 1.5 Hipotesis .............................................................................................. 1 2 2 3 5 II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 2.2 Tipe Penelitian ..................................................................................... 2.3 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 2.4 Tata Letak (Lay Out) Tambak ............................................................. 2.5 Pengambilan Sampel ........................................................................... 2.6 Prosedur Pengambilan Data ................................................................ 2.6.1 Parameter Primer .................................................................... 2.6.1.1 Kelimpahan Plankton ................................................. 2.6.1.2 Pertumbuhan Berat Harian ......................................... 2.6.1.3 Pertumbuhan Berat Mutlak......................................... 2.6.1.4 Survival Rate (SR) ...................................................... 2.6.1.5 Populasi ...................................................................... 2.6.1.6 Biomasa ...................................................................... 2.6.1.7 Konversi Pakan ........................................................... 2.6.2 Parameter Sekunder ................................................................ 2.6.2.1 Pengukuran Kualitas Air ............................................ 2.7 Analisis Data ....................................................................................... 6 6 6 7 7 10 10 10 11 11 12 12 13 13 13 13 15 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kelimpahan Plankton ............................................................... 3.2 Pertumbuhan Berat Harian ................................................................. 3.3 Pertumbuhan Berat Mutlak ................................................................ 3.4 Populasi dan Kelangsungan Hidup .................................................... 3.5 Biomasa .............................................................................................. 3.6 Konversi Pakan .................................................................................. 3.7 Pengukuran Kualitas Air .................................................................... 16 17 20 22 25 26 27 IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 4.2 Saran .................................................................................................... 31 31 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 31 xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan ..................................................... Tabel 2. Konversi Pakan Udang Vaname ................................................... Tabel 3. Nilai Pengukuran DO dan pH Tambak Udang Vaname .................. Tabel 4. Kualitas Air Tambak Udang Vaname ............................................ 6 26 27 28 xii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka pikir penelitian ............................................................. Gambar 2. Tata letak tambak udang vaname ................................................. Gambar 3. Kelimpahan Plankton ................................................................. Gambar 4. Laju Pertumbuhan Harian Udang Vaname .................................. Gambar 5. Pertumbuhan Mutlak Udang Vaname .......................................... Gambar 6. Populasi Udang Vaname .......................................................... Gambar 7. Tingkat Kelangsungan Hidup Udang Vaname............................. Gambar 8. Biomassa Udang Vaname .......................................................... 4 7 17 18 21 22 23 25 xiii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang Vaname (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) merupakan salah satu komoditi perikanan yang dibudidayakan di Indonesia. Udang ini mulai masuk dan dikenalkan di Indonesia pada tahun 2001 melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. 41/2001 sebagai upaya untuk meningkatkan produksi udang Indonesia menggantikan udang windu (Penaeus monodon ) yang telah mengalami penurunan kualitas sehingga hasil produksinya mengalami penurunan. Beberapa keunggulan yang dimiliki udang putih antara lain responsif terhadap pakan yang diberikan, lebih tahan terhadap serangan penyakit dan lingkungan yang kurang baik. Budidaya udang vaname dilakukan dengan sistem intensif dan semi intensif. Kegiatan budidaya pada tambak semi-intensif biasanya dicirikan dengan padat tebar yang cukup tinggi, yaitu antara 60-150 ekor/m2 (Briggs et al., 2004), penggunaan kincir air, pemasangan biosecurity, pengelolaan kualitas air dari awal persiapan budidaya sampai panen, penggunaan pakan komersil dengan kandungan protein yang tinggi, penggunaan probiotik dan alat-alat pendukung lainnya sehingga penerapan sistem budidaya yang baik harus dilakukan agar kualitas udang vaname tetap terjaga dan tidak mengakibatkan kegagalan budidaya yang berakibat pada kerugian bagi para pembudidaya udang vaname. Keberhasilan dalam budidaya udang vaname dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kualitas air. Pengelolaan kualitas air pada saat persiapan awal tambak sebelum penebaran benur ke dalam tambak sangatlah penting begitu pula pengelolaan kualitas air pada saat pertengahan hingga akhir budidaya. Kualitas air memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya udang vaname untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Kelangsungan hidup udang ditentukan oleh derajat keasaman (pH), kadar garam (salinitas), kandungan oksigen terlarut (DO), kandungan amoniak, H2S, kecerahan air, kandungan 1 plankton, dan lain-lain (Hudi dan Shahab, 2005). Gunarto dan Hendrajat (2008) mengemukakan bahwa laju tumbuh udang vaname di tambak dipengaruhi oleh suplai pakan yang diberikan, pemupukan, aerasi, dan sintasan udang yang dibudidayakan. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan awal udang adalah kepadatan plankton baik fitoplankton maupun zooplankton. Ketersediaan plankton pada tambak udang sangat penting sebagai pakan alami bagi benih udang karena belum bisa memanfaatkan pakan komersil untuk pertumbuhannya sehingga pengelolaan air untuk menumbuhkan plankton sangat penting untuk menunjang pertumbuhan udang vaname. Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kepadatan plankton tambak terhadap performa udang vaname (Litopenaeus vannamei Boone, 1931). 1.2 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performa udang vaname yang dipelihara dengan sistem semi intensif pada kondisi air tambak dengan kelimpahan plankton yang berbeda pada saat penebaran, yang meliputi pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, biomassa dan konversi pakan. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah untuk memberikan pengetahuan kepada para pembudidaya udang vaname dan masyarakat serta memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai performa udang vanamei yang dipelihara dengan sistem semi intensif pada kondisi air tambak dengan kelimpahan plankton yang berbeda pada saat penebaran. 2 1.4 Kerangka Pikir Penelitian Udang Vaname (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) merupakan komoditas udang unggulan yang dibudidayakan di Indonesia menggantikan udang Windu (Penaeus monodon) yang telah mengalami penurunan produksi akibat serangan penyakit dan penurunan kualitas lingkungan. Udang Vaname (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) yang didatangkan ke Indonesia berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. 41/2001 berasal dari daerah subtropis pantai barat Amerika, mulai dari Teluk California di Mexico bagian utara sampai ke pantai barat Guatemala, El Salvador, Nicaragua, Kosta Rika di Amerika Tengah hingga ke Peru di Amerika Selatan. Komoditas ini diharapkan mampu meningkatkan produksi udang Indonesia yang sempat menurun. Meskipun udang vaname memiliki beberapa kelebihan dibandingkan udang Windu, namun dalam kegiatan budidaya tetap harus memperhatikan standar operasional budidaya yang baik agar kegiatan budidaya yang dilakukan dapat memberikan hasil yang maksimal. Kegiatan budidaya udang dengan menggunakan sistem semi intensif lebih menekankan pada pemanfaatan teknologi serta controlling yang baik sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kegiatan budidaya sistem tradisional. Hal yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah kondisi air tambak pada saat awal penebaran benur. Kondisi air tambak yang baik saat awal persiapan harus terdapat fitoplankton yang hidup di dalamnya, dicirikan dengan warna air yang berwarna hijau muda atau coklat dengan kecerahan ≤40 cm. Kondisi air tambak yang seperti ini sangat dibutuhkan oleh benih udang untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Selain itu, air tambak yang telah berwarna hijau muda atau coklat mengindikasikan bahwa fitoplankton pada perairan tersebut cukup melimpah. Plankton sangat baik sebagai pakan alami bagi benih udang untuk menunjang pertumbuhannya. Benih udang dengan ukuran PL 10 belum mampu 3 memanfaatkan pakan komersial secara maksimal. Sedangkan kondisi air tambak yang kurang baik atau sedikitnya fitoplankton yang hidup pada perairan tersebut dicirikan dengan warna air tambak yang jernih sehingga hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan udang menjadi terhambat. Dari kondisi kedua air tambak tersebut diharapkan dapat memberikan informasi terkait performa pertumbuhan udang vaname. Udang yang dipelihara pada kondisi air tambak yang baik akan menunjukkan hasil pertumbuhan yang baik dan survival rate (SR) yang lebih tinggi, sehingga pada saat panen, udang yang dipelihara pada kondisi air tambak yang baik akan menghasilkan biomassa yang tinggi. Budidaya udang vaname Pengelolaan kualitas air tambak Kelimpahan plankton rendah/ kecerahan air >40 cm Pertumbuhan udang buruk Survival Rate (SR) rendah Kelimpahan plankton tinggi/ kecerahan air ≤40 cm Pertumbuhan udang baik Biomasa rendah Survival Rate (SR) tinggi Biomasa tinggi Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian 4 1.5 Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir penelitian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah diduga kondisi air tambak dengan kelimpahan plankton yang berbeda berpengaruh terhadap performa udang vaname (Litopenaeus vannamei Boone, 1931). 5 II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 117 hari di tambak udang semi intensif Desa Purworejo, Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur. 2.2 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini merupakan studi kasus tentang budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei Boone, 1931) skala semi intensif di Desa Purworejo, Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur. 2.3 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan selama penelitian No Alat Bahan 1 DO Meter 1 Alkohol 100% 2 pH Meter 2 Aquades 3 Refractometer 3 pH Buffer 4 Termometer 4 Air Tawar 5 Sechi Disk 5 Pakan Udang 6 Botol Kaca 7 Mikroskop 8 Kaca Preparat 9 Timbangan Duduk 2 kg 10 Plastik 11 Kamera 12 Jala 13 Pipet Tetes 14 Cover Glass 15 Tissue 16 Serokan 17 Serokan 18 Sendok 6 2.4 Tata Letak (Lay Out)Tambak Tata letak tambak budidaya udang vaname dapat dilihat pada Gambar 2: Keterangan: S : Sungai I : Inlet/ Kolam Tandon O : Outlet A1 : Tambak Budidaya 1 A2 : Tambak Budidaya 2 R1 : Rumah Generator R2 : Rumah Jaga Gambar 2. Tata letak tambak udang vaname 2.5 Pengambilan Sampel Fungsi kegiatan pengambilan sampel ini adalah untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan udang di dalam tambak. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari atau sore hari yaitu 1 jam setelah pemberian pakan. Pengambilan sampel udang vaname dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan ancho dan menggunakan jala. Dilakukan setiap 7 hari sekali pada pukul 07.00 WIB. Menurut Farchan (2006), sampling (pengambilan contoh) atau monitoring pertumbuhan adalah pengamatan terhadap udang untuk mengetahui pertumbuhannya dalam petakan tambak secara individu, populasi dan biomass yang dilakukan secara periodik. Pengamatan dilakukan dengan pengambilan contoh (sample), pemeriksaan udang di ancho (feeding try) dan sampling dengan menggunakan jala. Cara melakukan kegiatan sampling (pengambilan contoh) dibagi menjadi 2 yaitu: 7 a. Pengambilan sampel / contoh menggunakan ancho Ancho adalah alat yang digunakan untuk mengontrol program pakan dan pertumbuhan serta kualitas udang secara harian/insidental. Ancho biasanya berbentuk persegi atau lingkaran berdiameter 60-80 cm dengan rangka dari besi atau kuningan dan bagian tengahnya dikaitkan dengan streameen (sejenis kasa yang terbuat dari nilon). Langkah-langkah Pengambilan sampel / contoh dengan menggunakan ancho adalah sebagai berikut: 1. Siapkan peralatan yang diperlukan seperti ancho yang telah diberi pakan sebanyak 1% dari jumlah pakan harian dan sudah dimasukkan kedasar tambak, wadah (ember plastik) yang telah diisi air, kantong plastik atau sejenisnya, timbangan duduk dengan kapasitas 1-2 kg, kalkulator dan alat tulis. 2. Ancho diangkat dari dasar tambak secara perlahan-lahan agar udang yang ada di dalamnya tidak berloncatan keluar dari ancho. 3. Udang yang ada di dalam ancho kemudian diambil dan dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan. 4. Udang dimasukkan ke dalam wadah plastik. 5. Semua udang yang dimasukkan ke dalam plastik kemudian ditimbang berat tubuhnya menggunakan timbangan duduk. Pastikan timbangan dalam kondisi normal. 6. Diukur dan catat berat total sampel udang di dalam wadah berdasarkan penunjuk yang ada di dalam timbangan duduk. 7. Diukur berat wadah (plastik) tempat sampel udang dalam keadaan kosong untuk mengetahui berat total sampel udang yang sebenarnya. 8. Dihitung jumlah total udang di dalam wadah tersebut sambil dilakukan pengamatan kondisi/kualitas udang. Udang yang telah dihitung dan diamati secepatnya dikembalikan ke dalam tambak untuk menghindari terjadinya penurunan kualitas udang sampel. 9. Dihitung berat rata-rata udang kemudian dicatat hasi penimbangan dan pengamatan yang telah dilakukan. 8 b. Pengambilan sampel / contoh menggunakan jala Kegiatan pengambilan sampel / contoh jala dilakukan untuk udang yang telah berukuran relatif besar (2.5 gr atau lebih) sehingga udang dapat terjerat dalam mata jala yang digunakan. Jala digunakan untuk kegiatan sampling mingguan. Langkah-langkah sampling dengan menggunakan jala adalah sebagai berikut: 1. Disiapkan semua peralatan yang diperlukan seperti jala, wadah (ember plastik) yang telah diisi air, timbangan duduk, kalkulator dan alat tulis. 2. Ditentukan satu titik lokasi sebagai tempat untuk menebarkan jala. 3. Jala ditebarkan dengan relatif sempurna, yaitu jala dapat mengembangkan dengan maksimal pada saat ditebarkan dan tunggu beberapa saat agar jala dapat mencapai dasar tambak. 4. Jala diangkat secara perlahan dan masukkan badan jala beserta hasil tangkapannya ke dalam wadah (ember plastik) yang telah berisi air. 5. Udang yang tertangkap dilepaskan dari mata jala secara hati-hati agar tidak terjadi kerusakan fisik udang hasil jalaan tersebut yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas udang. 6. Udang dimasukkan ke dalam plastik. 7. Semua udang yang dimasukkan ke dalam plastik kemudian ditimbang berat tubuhnya menggunakan timbangan duduk. Pastikan timbangan dalam kondisi normal. 8. Diukur dan catat berat total sampel udang di dalam wadah berdasarkan penunjuk yang ada di dalam timbangan duduk. 9. Diukur berat wadah (plastik) dalam keadaan kosong untuk mengetahui berat total sampel udang yang sebenarnya. 10. Dihitung jumlah total udang di dalam wadah tersebut sambil dilakukan pengamatan kondisi/kualitas udang. Udang yang telah dihitung dan diamati secepatnya dikembalikan ke dalam tambak untuk menghindari terjadinya penurunan kualitas udang sampel. 11. Dihitung berat rata-rata udang kemudian dicatat hasi penimbangan dan pengamatan yang telah dilakukan. 9 2.6 Prosedur Pengambilan Data 2.6.1 Parameter Primer 2.6.1.1 Kelimpahan Plankton Pengukuran kelimpahan plankton dilakukan secara kuantitatif. Pada umumnya pengumpulan plankton secara kuantitatif dilakukan dengan botol, jaring, dan pompa. Cara sampling seperti ini umumnya dilakukan untuk mengetahui kepadatan plankton persatuan volume. Menurut Arinardi et. al., (1997), kelimpahan fitoplankton dihitung dengan rumus berikut: 1 1 K = ππ₯ π₯ π π£ ..................................................................... (1) Keterangan: K : Kelimpahan (Ind/l) n : Jumlah individu dalam satu fraksi f : Fraksi (m3) v : Volume air yang tersaring (m3) a. Metode Pengambilan Plankton Alat yang digunakan berupa botol Nansen atau Kemmerer, Van Dorn, botol biasa, tali, dan pancang. Cara pengambilan planktonnya adalah dengan mengikat botol di tiang pancang dengan tali. Kemudian botol diturunkan ke dalam tambak dengan kedalaman yang ditentukan dan air dibiarkan masuk kedalam botol. Air yang tertampung dalam botol kemudian disaring dengan jala plankton (Wardhana, 1997). b. Analisis Plankton Satu sampel plankton dapat terdiri atas ribuan bahkan jutaan sel atau individu plankton. Oleh karena itu digunakan metode pencacahan subsampel yang pada 10 dasarnya dilakukan dengan mengambil sebagian kecil (sub sampel) sampel plankton dan dicacah dibawah mikroskop. Alat-alat yang digunakan berupa mikroskop, Sedgwick-rafter cell, cover glass, dan pipet tetes. Pencacahan plankton menggunakan Sedgwick-rafter cell dilakukan dengan mengisi penuh Sedgwick-rafter cell dengan sampel plakton dan tutup dengan cover glass secara baik sehingga tidak ada rongga udara di dalamnya. Letakkan Sedgwick-rafter cell berisi sampel plankton tersebut di bawah mikroskop yang lensa okulernya dilengkapi mikrometer okuler whipple. Kemudian cacah jumlah plankton dari 10 lapangan pandang secara teratur dan berurutan. Pada setiap lapang pandang dihitung jumlah tiap jenis plankton yang terlihat (Arinardi et al. 1997). 2.6.1.2 Pertumbuhan Berat Harian Menurut Effendi (1979), laju pertumbuhan berat harian adalah persentase dari selisih berat akhir dan berat awal yang dibagi dengan lamanya waktu pemeliharaan. Rumus untuk menghitung laju pertumbuhan berat harian adalah sebagai berikut: π = LnWt − LnWo t ..................................................................... (2) Keterangan : g : Laju pertumbuhan berat harian (gram/hari) Wt : Berat hewan uji pada akhir pengamatan(gram) Wo : Berat hewan uji pada awal pengamatan (gram) t : Waktu penelitian (hari) 2.6.1.3 Pertumbuhan Berat Mutlak Menurut Effendi (1979), pertumbuhan berat mutlak diukur secara periodik dalam mingguan dari awal hingga akhir penelitian dengan menimbang berat biomassa 11 udang. Menurut Effendi (1979) Pertumbuhan bobot individu mutlak dapat di hitung dengan rumus : π = Wt − Wo ..................................................................... (3) Keterangan: W : Pertumbuhan bobot individu mutlak hewan uji (gram) Wo : Bobot udang pada awal penelitian (gram) Wt : Bobot udang pada akhir penelitian (gram) 2.6.1.4 Survival Rate (SR) Tingkat kelangsungan hidup udang dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 1979): ππ = Nt x 100% No ..................................................................... (4) Keterangan : SR : Kelangsungan hidup (%) Nt : Jumlah udang akhir (ekor) No : Jumlah udang awal (ekor) 2.6.1.5 Populasi Populasi adalah jumlah udang yang dipelihara di dalam tambak. Perhitungan populasi dilakukan setiap 7 hari sekali menggunakan rumus (Effendie, 2000) sebagai berikut: π = W ABW .......................................................................... (5) Keterangan : P :Populasi (ekor) W : Biomassa(gram) ABW : Berat rata-rata udang(gram) 12 2.6.1.6 Biomassa Biomassa adalah jumlah total berat tubuh udang yang ada di dalam tambak. Perhitungan biomassa dilakukan setiap 7 hari sekali menggunakan rumus (Effendie, 2000) sebagai berikut: π΅ = Fd %FR ..................................................................... (6) Keterangan: B : Biomassa (gram) Fd : Pakan per hari (gram) FR : Feed Ratio (%) 2.6.1.7 Konversi Pakan (FCR) Perhitungan konversi pakan dilakukan dengan menggunakan rumus dari NRC (1977), yaitu : πΉπΆπ = F π΅πππππ π ..................................................................... (7) Keterangan: FCR : Feed Convertion Ratio (Rasio Konversi Pakan) F : Jumlah pakan yang diberikan selama penelitian (gram) Biomass : Biomassa udang di akhir penelitian (gram) 2.6.2 Parameter Sekunder 2.6.2.1 Pengukuran Kualitas Air Pengukuran kualitas air dapat dilakukan secara visual, yaitu dengan melihat tingkat kecerahan air dan warna air, atau dengan menggunakan alat ukur kualitas air. Peralatan pengukur kualitas air yang harus disiapkan di areal tambak minimal pH meter, termometer, refractometer dan DO meter. 13 Pengukuran parameter kualitas air seperti DO dan pH dilakukan setiap 3 hari sekali, sedangkan pengukuran parameter kualitas air lainnya seperti suhu, salinitas, kecerahan dan kelimpahan plankton dilakukan setiap 5 hari sekali. a. Kandungan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan DO meter. Cara penggunaannya adalah dengan mengkalibrasi DO meter terlebih dahulu sebelum digunakan. Selanjutnya ujung probe dicelupkan ke dalam air tambak dan didiamkan beberapa saat hingga angka pada DO meter stabil. Kemudian dicatat hasil pengukurannya. Pengukuran DO dilakukan pada pukul 06.00 WIB dan 13.00 WIB. b. pH (Derajat Keasaman) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pH meter. Cara penggunaannya adalah dengan mengkalibarasi pH meter terlebih dahulu. Setelah itu dicelupkan ujung probe pH meter ke dalam air tambak. Ditunggu hingga angka pada pH meter stabil kemudian dicatat hasilnya. Pengukuran pH dilakukan pada pukul 06.00 WIB dan 13.00 WIB. c. Salinitas Pengukuran dilakukan dengan menggunakan refraktometer/salinometer, yaitu dengan cara meneteskan satu sampai dua tetes air tambak. kemudian prisma yang sudah ditetesi air tambak ditutup secara perlahan dan jangan sampai terbentuk gelembung udara karena akan mempengaruhi pengukuran. Kemudian diarahkan alat ke sumber cahaya yang cukup agar bisa melihat skala penunjuknya. Diamati level skala penunjuk yang terlihat kemudian dicatat hasilnya. Pengukuran salinitas air tambak dilakukan setiap 5 hari sekali pada pagi hari. d. Kecerahan air Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sechi disk. Cara penggunaannya adalah sechi disk diturunkan ke dalam air tambak sampai tidak tampak kemudian 14 diukur kedalamannya. Kemudian diturunkan kembali sampai sechi disk tidak tampak. Selanjutnya sechi disk diangkat kembali sampai sechi disk hampir tampak kembali. Kemudian kedalamannya diukur kembali. Nilai rata-rata kedua pengukuran tersebut diambil sebagai angka kecerahan air tambak dengan satuan sentimeter (cm). Pengukuran kecerahan air tambak dilakukan 5 hari sekali pada pagi hari. e. Suhu Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer batang dengan cara memegang tali yang ada pada termometer kemudian ujung termometer dicelupkan ke dalam air tambak. Diamati angka yang ditunjukkan oleh cairan merah pada termometer kemudian dicatat hasilnya. Pengukuran suhu dilakukan setiap 5 hari sekali pada pagi hari. 2.7 Analisis data Data yang diperoleh dari hasil penelitian diamati dengan menggunakan uji deskriptif (descriptive test) yaitu suatu uji yang digunakan untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang karakteristik suatu organisme. 15 1V. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah kelimpahan plankton yang berbeda memberikan performa yang berbeda juga, antara lain: 1. Tingkat pertumbuhan paling tinggi terjadi pada tambak A1 dengan kelimpahan plankton rendah. 2. Tingkat kelangsungan hidup paling tinggi terjadi pada tambak A2 dengan kelimpahan palnkton tinggi. 3. Nilai biomasa paling tinggi terjadi pada tambak A2 dengan kelimpahan plankton tinggi. 4. Nilai konversi pakan paling rendah terjadi pada tambak A2 dengan kelimpahan plankton tinggi. 4.2 Saran Saran yang dapat diberikan adalah melakukan penelitian lanjutan mengenai budidaya udang vaname skala semi intensif dengan kelimpahan plankton yang berbeda serta penerapan pergantian air (water exchange) pada tambak untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan, kelulushidupan, biomass, dan konversi pakan udang vaname. 31 DAFTAR PUSTAKA Amin, M. 2009. Komposisi dan Kelimpahan Jenis Plankton Pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Dengan Waktu Pemupukan Berbeda. Prosiding Seminar Nasional Kelautan. Universitas Hang Tuah, V(2): 305-310. Amri dan Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname secara Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional. Gramedia. Jakarta. Amri, K dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila. Agro Media Pustaka. Depok. Anna, S. 2010. Udang Vaname. Kanisius . Yogyakarta Arinardi, O.H., Trimaningsih, S.H. Riyono, E. Asnaryanti. 1995. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Sekitar Pulau Sumatra. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 110 hal. Arinardi, O.H., Trimaningsih, Sudirdjo, Sugestiningsih dan S. H. Riyono. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 140 hal. Boone. 1931. Taxonomic of White Shrimp (Litopenaeus vannamei). https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt. [Diakses pada 06 Agustus 2017]. Briggs, M., Smith, S.F., Subasinghe, R., Phillips, M. 2004. Introduction and Movement of and in Asia and The Pacific. RAP Publication 2004/10. Cahyono, B. 2009. Budidaya Biota Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta Cholik F, Jagatraya AG, Poernomo RP, dan Jauzi A. 2005. Akuakultur: Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Kerjasama Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman Akuarium Air Tawar TMII.PT. Victoria Kreasi Mandiri. 415 hlm. Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Effendi, F. 2000. Budidaya Udang Putih. Penebar Swadaya. Jakarta. 32 Effendi, H. 2003. Telaahan Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 259 hal. Farchan, M. 2006. Teknik Budidaya Udang Vaname. Serang: BAPPL Sekolah Tinggi Perikanan. Gunarto dan Hendrajat, E.A. 2008. Budidaya Udang Vanamei, Litopenaeus vannamei pola semi-intensif dengan aplikasi beberapa jenis probiotik komersial. J. Ris. Akuakultur, 3 (3) : 339-349. Hudi L, Shahab A. 2005. Optimasi Produktifitas Budidaya Udang Vaname Litopenaeus vannamei dengan Menggunakan Metode Respon Surface dan Non Linier Programming. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Makmur, Rachmansyah, dan Mat Fahrur. 2011. Hubungan antara Kualitas Air dan Plankton di Tambak Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Balai Riset Budidaya Perikanan Air Payau. Hal: 962. NRC. 1993. Nutrient Requirement of Fish. National Academy of Science. National Press. USA. Pp 39-53. Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 372 hal. Odum, E.P. 1998. Dasar-dasar Ekologi (Fundamentals of Ecology). Diterjemahkan oleh Tj. Samingan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Pirzan, A.M. dan Pong-Masak, P.R. 2008. Hubungan Keragaman Fitoplankton dengan Kualitas Air di Pulau Bauluang Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Hal: 363-373. Praseno, D.P dan Sugestiningsih. 2000. Retaid di Perairan Indonesia. P3O-LIPI. Jakarta. Hal: 2-34. Raymont, J.E.G. 1981. Plankton dan Produktivitas Bahari. Alih bahasa :Koesoebiono. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. 115 p. Siregar.M.H.2009. Keanekaragaman Plankton di Hulu Sungai Asahan Porsea. Skripsi.Universitas Sumatera Utara (USU):Medan Sutanto, I. 2005. Terobosan Pengembangan Budidaya Udang. Shrimp Club Indonesia, Jakarta. 33 Talmage, S.C., Christopher J.G. (2011). Effects of Elevated Temperature and Carbon Dioxide on the Growth and Survival of Larvae and Juveniles of Three Species of Northwest Atlantic Bivalves. Plos One (www.plosone.org October 2011). Volume 6. Issue 10. e26941. Wardhana, Wisnu. 1997. Teknik Sampling, Pengawetan dan Analisis Plankton. [Jurnal] Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 12 hlm. 34