Allianz Apresiasi Polda Metro Tangani Kasus Pemalsuan Klaim Asuransi Senin, 9 April 2018 - 17:46 WIB Foto/Istimewa JAKARTA - PT Allianz Life Indonesia mengapresiasi langkah Polda Metro Jaya dalam penanganan kasus dugaan pemalsuan klaim asuransi. Apalagi dalam kasus ini Polda Metro Jaya sudah menahan tiga tersangka. Kuasa hukum PT Allianz Life Indonesia, Eko Sapta Putra mengapresiasi Polda Metro Jaya yang begitu profesional dalam penanganan kasus ini. “Kami apresiasi kinerja penyidik Polda Metro yang sigap dan profesional dalam mengungkap kasus ini. Semoga saja semua pelaku bisa dijerat agar tidak ada lagi pihak yang dirugikan, khususnya perusahaan asuransi,” kata Eko melalui siaran persnya, Senin (9/4/2018). Diberitakan sebelumnya, Polisi menetapkan lima tersangka terkait kasus laporan dugaan penipuan klaim asuransi nasabah PT Allianz Life Indonesia. Empat tersangka diduga merupakan nasabah PT Allianz Life Indonesia berinisial DI, AA, MW, BW, dan AL. Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan kasus dugaan pemalsuan dokumen klaim asuransi Allianz Life Indonesia akan terus diproses. "Kita sudah melakukan pemeriksaan terhadap 3 tersangka. Saat ini ketiga tersangka sudah dilakukan penahanan di Polda Metro Jaya. Dari tiga tersangka Salah satunya AL," kata Argo di Polda Metro Jaya, Jumat 6 April 2018. "Beberapa orang dilaporkan berkaitan Bukti klaimnya diragukan keasliannya. Kita sudah lakukan penyelidikan, kita naikkan ke penyidikan dan sudah kita proses," katanya. Dilaporkan Nasabah ke Polisi, Ini Penjelasan AXA Financial Indonesia Kamis, 16 November 2017 - 21:03 WIB JAKARTA - PT AXA Financial Indonesia dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh nasabahnya bernama Tri Lasmono Sumantri (54), Rabu (15/11/2017). Tri Didampingi kuasa hukumnya Swardi Aritonang melaporkan perusahaan asuransi tersebut karena klaimnya tidak bisa dicairkan. Menanggapi pemberitaan ini, pihak PT AXA Financial Indonesia menyampaikan sanggahan secara tertulis kepada redaksi SINDOnews, Kamis, 16/11/2017). Dalam penjelasannya, Chief Operating Officer AXA Financial Indonesia, Albertus Janto, mengatakan, Tim AXA Financial Indonesia telah bertemu dengan Tri Lasmono Sumantri dan kuasa hukumnya. AXA Financial Indonesia telah memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan polis yang berlaku. "Selain itu, perlu kami sampaikan pula bahwa AXA Financial Indonesia tidak pernah mengubah ketentuan polis secara sepihak tanpa pemberitahuan kepada nasabah seperti yang disampaikan oleh Bapak Tri Lasmono Sumantri dan kuasa hukumnya," tandasnya. Jokowi: Konsumen RI Dirugikan Vaksin Palsu Hingga Makanan Kedaluarsa Ray Jordan - detikFinance Foto: Muhammad Iqbal/detikcom Jakarta - Siang ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan rapat terbatas khusus membahas soal perlindungan konsumen di Indonesia. Konsumsi masyarakat berkontribusi besar terhadap perekonomian dalam negeri. Membuka rapat tersebut, Jokowi mengatakan, dalam 5 tahun terakhir, konsumsi masyarakat menyumbang 55,94% dari pendapatan domestik bruto (PDB) di Indonesia. Sehingga sangat penting menjaga kepercayaan masyarakat untuk terus melakukan konsumsi di dalam negeri. "Perekonomian nasional mayoritas masih digerakkan oleh konsumsi. Selain itu negara kita memiliki jumlah penduduk yang sangat besar, yang berarti potensi pasar yang juga sangat besar dan juga sekaligus konsumen yang amat besar pula. Untuk itu edukasi dan perlindungan terhadap konsumen harus menjadi perhatian kita bersama," tutur Jokowi saat membuka rapat di Istana Negara, Jakarta, Selasa (21/3/2017). Perlindungan dan edukasi konsumen di dalam negeri menjadi penting, karena banyaknya kasus-kasus yang merugikan bahkan sampai membahayakan konsumen. "Beberapa contoh di antaranya terkait obat atau vaksin palsu, makanan di pasaran sudah kedaluarsa. Mal praktik di bidang pelayanan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan transportasi, serta pembobolan kartu kredit dalam transaksi e-commerce," tegas Jokowi. "Edukasi konsumen juga diperlukan untuk membuat perilaku konsumen menjadi konsumen cerdas dan konsumen bijaksana, dan perilaku konsumsinya diarahkan untuk tidak terjebak pada penyakit konsumerisme, serta mampu untuk melakukan konsumsi yang bersifat jangka panjang mulai gemar menabung atau diinvestasikan kepada sektor sektor produktif," paparnya. "Terakhir saya minta lembagalembaga Perlindungan Konsumen akan lebih pekerja keras, sehingga betul-betul bisa dirasakan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat, karena dari data yang saya terima hanya 22,2% yang mengenal dan mengetahui fungsi lembaga perlindungan konsumen," kata Jokowi. (wdl/mkl) Kamis 01 Maret 2018, 18:52 WIB Warga Subang Simpan 25 Drum Oli Palsu di Garasi Rumah Dian Firmansyah - detikNews Kapolres Subang AKBP Muhammad Joni memperlihatkan barang bukti sejumlah drum berisi oli palsu. (Foto: Dian Firmansyah/detikcom) Subang - Polisi membongkar praktik produksi oli palsu yang dilakoni tersangka YS (44) di garasi rumahnya, Kampung Pasirmahi, Desa Kosar, Cipeundey, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Barang bukti 25 drum oli palsu disita polisi. Kapolres Subang AKBP Muhammad Joni mengatakan penggerebekan di rumah tersebut berlangsung pada Sabtu (24/2). Selain kecurangan pembuatan oli, aktivitas industri rumahan ini diduga tanpa izin. "Modusnya membeli beberapa oli yang diduga oli oplosan atau yang tidak bisa dipastikan SNI-nya," kata Joni di Mapolres Subang, Jalan Mayjen Sutoyo, Kabupaten Subang, Kamis (1/3/2018). "Oli palsu itu dimasukkan ke kemasan oli bermerek terkenal, lalu oleh tersangka dijual ke pasaran," ucap Joni menambahkan.Oli oplosan yang dibeli YS biasanya dipindahkan ke botol oli yang memiliki merek terkenal. Botol dan tampilan yang sama seperti oli resmi pun didapat di garasi rumahnya yang dijadikan tempat pengolahan cairan pelumas. Joni menyebut oli yang diolah YS diduga tidak berstandar nasional. Oli palsu tersebut, berdasarkan keterangan YS, disebar ke sejumlah daerah di Jabar. "Itu oli ada kurang lebih 25 drum atau lima ton. Oli buatannya ini sudah beredar di Bogor dan Subang serta Wilayah Jawa Barat lainnya," ucap Joni.Selama ini, menurut dia, tersangka YS memproduksi oli palsu di garasi rumah. "Kalau kita perkirakan, omzet home industry ini modalnya hampir ratusan juta," ujar Joni.Lebih dari 13 ribu botol, ratusan lembar label stiker merek oli dan alat bantu lainnya disita polisi. Tersangka JS diganjar pasal berlapis. Dia disangkakan melanggar Pasal 62 ayat 1 jo Pasal 8 ayat 1 huruf (d) UURI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, serta Pasal 120 ayat 1 jo Pasal 53 ayat 1 UURI Nomor 3 Tahun 2014 tenang Perindustrian. YS terancam hukuman penjara di atas lima tahun. Kini personel Satreskim Polres Subang mengembangkan kasus tersebut."Sementara tersangka satu orang, sudah kami tahan. Pelaku lain yang diduga terlibat masih dalam pencarian," ujar Joni. Hari Pelanggan Nasional, PLN Tambah Daya Listrik Rumah Ibadah Oleh : Tempo.co Senin, 4 September 2017 14:42 WIB Sejumlah petugas PLN melakukan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) penggantian ikatan kabel A3CS di isolator yang "flash over" di kawasan Tenau, Kupang, NTT, 21 Juli 2017. ANTARA/Widodo S Jusuf TEMPO.CO, Jakarta - Setiap tanggal 4 September diperingati sebagai Hari Pelanggan Nasional, dan pada momen ini PT PLN melancarkan berbagai program. Di antaranya dengan meningkatkan daya listrik rumah-rumah ibadah secara gratis dan mengimbau pelanggan agar jangan lagi memberi tip kepada petugas PT PLN."Bapak dan Ibu, petugas PLN sudah digaji untuk pekerjaannya itu, maka jangan diberi uang tip," kata Direktur Manajemen SDM PT PLN, Muhamad Ali, ketika meninjau masyarakat di kawasan Cipulir, Jakarta Selatan, Senin, 4 September 2017. "Kalau sekadar minuman dingin tidak apaapa, namanya haus."Pada peringatan Hari Pelanggan Nasional ini, kata Muhamad Ali, PT PLN turun ke masyarakat untuk mendengar keluhan secara langsung. Selain itu, juga memberikan daya secara gratis pada beberapa rumah ibadah di sekitar. Rumah ibadah yang ditingkatkan dayanya itu antara lain mesjid, dari 2.200 VA menjadi 11 ribu VA. Selanjutnya vihara, dari 22 ribu VA menjadi 33 ribu VA, kemudian pura, dari 23 ribu VA menjadi 41.500 VA dan klenteng 7.700 menjadi 10.600 VA. Tujuan peningkatan daya itu agar masyarakat dapat beribadah secara khusuk, sehingga umat lebih damai serta berpotensi meningkatkan kerukunan antar umat beragama. Handoko, perwakilan masyarakat dari Vihara Bio Hok Tek Tjeng Sin, Jakarta, mengatakan, kondisi jalan sekitar vihara itu masih gelap pada malam hari. Padahal sudah ada lampu penerangan. "Jadi lampu jalanan banyak yang mati. Tapi kami juga heran, sebab di sana sudah ada tiang listrik," kata Handoko. Pengaduan langsung warga itu langsung ditampung dan ditindaklanjuti manajemen PT PLN yang hadir. Awasi Obat dan Makanan, BPOM akan Gunakan Barcode Oleh : Tempo.co Selasa, 21 Maret 2017 18:34 WIB Kepala BPOM Penny Lukito menggerebek sebuah pabrik saus yang diduga menggunakan bahan berbahaya. TEMPO/Marifka Wahyu TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan menggunakan teknologi informasi untuk pengawasan obat dan makanan. "Kami akan menggunakan teknologi informasi untuk pengawasan rutin," kata Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito, Selasa, 21 Maret 2017, seusai rapat terbatas mengenai perlindungan konsumen di Kantor Presiden, Jakarta. BPOM sedang menyiapkan aplikasi barcode di produk obat. Mendatang, aplikasi ini juga akan digunakan pada makanan. Dengan teknologi ini, kata Penny, akan bisa diketahui produk yang membahayakan konsumen. Dengan barcode, pengawasan bisa dilakukan bersama dengan masyarakat. Dalam rapat itu, kata Penny, Presiden memerintahkan agar BPOM untuk memperkuat sistem pengawasan obat dan makanan. Ini dilakukan terutama pada jajanan anak sekolah maupun di pasar. Sebenarnya program seperti itu sudah ada di BPOM, namun Penny berjanji akan lebih memperketat pengawasan. "Jadi intinya adalah pemerintah akan terus meningkatkan pengawasan mengenai perlindungan konsumen." BPOM juga akan mengintensifkan penanganan pengaduan konsumen di masing-masing kementerian maupun di BPOM. Pengaduan konsumen harus mudah dilakukan. "Harus ada kepastian pengaduan akan ditanggapi," kata Penny. Saat membuka rapat, Presiden mengatakan konsumen Indonesia baru paham hak-hak sebagai konsumen, tapi belum mampu memperjuangkannya. Karena itu dia meminta agar edukasi dan perlindungan konsumen terus dilakukan. "Konsumen Indonesia baru pada tahap paham haknya, tapi belum mampu memperjuangkan haknya sebagai konsumen," kata Presiden. Presiden menjelaskan dalam laporan yang diterimanya, indeks kepercayaan konsumen (IKK) Indonesia pada 2016 masih rendah yaitu 30,86 persen atau sampai level paham. Angka ini jauh dibandingkan IKK Eropa yang sudah mencapai 51,31 persen. Jokowi memnta perlindungan konsumen juga harus menjadi perhatian. "Ini sangat terkait dengan kehadiran negara untuk melindungi konsumen secara efektif." Efektivitas perlindungan negara, kata dia, bisa dilihat dari sejauh mana norma dan aturan bisa dipenuhi dan dipatuhi para produsen, serta sejauh mana pengawasan dan penegakan hukum berjalan efektif. 5 Kementerian Tingkatkan Pengawasan Barang Beredar Oleh : Tempo.co Selasa, 20 Desember 2016 15:48 WIB Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita saat meninjau gudang beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, 15 Desember 2016. Menurut Enggartiasto, saat ini perputaran beras di pasar tersebut mencapai 30 ribu ton per hari dan menyatakan stok beras nasional dalam kondisi mencukupi hingga Maret 2017. Tempo/Tony Hartawan TEMPO.CO, Jakarta - Lima kementerian menjalin kerja sama dalam meningkatkan koordinasi dan efektivitas pengawasan barang beredar, pelaksanaan perlindungan terhadap konsumen, serta penegakan hukum. Sinergi ini dilakukan melalui perpanjangan nota kesepahaman yang pernah dilakukan pada 18 Desember 2013. Perjanjian tersebut berjangka waktu tiga tahun dan sudah berakhir pada 18 Desember 2016. Kelima kementerian/lembaga itu adalah Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan. "Perjanjian ini adalah kesungguhan pemerintah menjaga masyarakat dari barang-barang yang masuk, baik legal maupun ilegal, yang memiliki standar kesehatan yang buruk," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Selasa, 20 Desember 2016.Menurut Enggartiasto, perlindungan kepada masyarakat sebagai konsumen dilakukan tidak hanya saat barang masuk, tapi juga saat barang sudah di pasar. "Karena yang dipertaruhkan adalah masyarakat, konsumen." Enggartiasto berharap penandatanganan nota kesepahaman ini dapat memperkuat jejaring pengawasan dan penegakan hukum yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan dan pengawasan barang beredar, terhadap pangan segar, pangan olahan, non-pangan, obat-obatan, serta kosmetik. KASUS PELANGGARAN OLEH PRODUK HIT Produk HIT dianggap merupakan anti nyamuk yang efektif dan murah untuk menjauhkan nyamuk dari kita… Tetapi, ternyata murahnya harga tersebut juga membawa dampak negatif bagi konsumen HIT. Telah ditemukan zat kimia berbahaya di dalam kandungan kimia HIT yang dapat membahayakan kesehatan konsumennya, yaitu Propoxur dan Diklorvos. 2 zat ini berakibat buruk bagi manusia, antara lain keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung. Obat anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang). Departemen Pertanian juga telah mengeluarkan larangan penggunaan Diklorvos untuk pestisida dalam rumah tangga sejak awal 2004 (sumber : Republika Online). Hal itu membuat kita dapat melihat dengan jelas bahwa pemerintah tidak sungguh-sungguh berusaha melindungi masyarakat umum sebagai konsumen. Produsen masih dapat menciptakan produk baru yang berbahaya bagi konsumen tanpa inspeksi pemerintah. Batalkan Transaksi, Lazada Langgar UU Perlindungan Konsumen Jakarta - Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan Widodo mengatakan Achmad Supardi telah menjadi korban dari situs ecommerce Lazada. Ia mengatakan Achmad Supardi sebagai korban bisa melaporkan kasus ini kepada Kementerian Perdagangan. Widodo menjelaskan situs Lazada telah melanggar Undang Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999. Ada 3 pasal yang dilanggar Lazada yaitu Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 16. Isi dari pasal 9 adalah pelaku usaha dilarang menawarkan, memproduksikan atau mengiklankan suatu barang dan jasa secara tidak benar, atau seolah olah barang tersebut telah memenuhi potongan harga, harga khusus, standar mutu, barang tersebut dalam keadaan baik, barang dan jasa tersebut telah mendapatkan sponsor atau persetujuan, menggunakan kata kata berlebihan seperti, aman, murah serta menawarkan sesuatu yang belum pasti. Seperti diketahui, Achmad Supardi merupakan korban yang dirugikan Lazada, Achmad Supardi membuat pengakuan bahwa Lazada sudah membatalkan secara sepihak transaksi yang sudah dibayar lunas konsumen dan mengembalikan dana konsumen tersebut dalam bentuk voucher belanja yang hanya bisa dibelanjakan di Lazada. Achmad membeli 1 unit sepeda motor honda vario dan 3 unit sepeda motor Honda Revo pada 12 Desember 2015 di Lazada, 3 unit Honda Revo dibeli dengan harga masing masing Rp 500 ribu dengan total Rp 1.500.000, sementara Honda Revo dibeli dengan harga Rp 2.700.000 untuk pembelian cash on the road, harga pada situs Lazada adalah harga sepeda motor secara cash on the road bukan kredit, dan angka tersebut bukan angka uang muka, dan Achmad mengira harga murah bagian dari promosi gila gilaan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas), dan ia sudah melakukan pembayaran transfer melalui ATM BCA, transaksi sah dan dikonfirmasi Lazada. Pada 14 Desember 2015, Achmad kembali membuka situs Lazada dengan tampilan sama namun sudah ada bagian tambahan bahwa harga motor sudah merupakan harga kredit, di tanggal yang sama, ia ditelepon pihak Honda Angsana yang merupakan tenant sepeda motor Lazada, staf Angsana menanyakan apakah sepeda motor dibeli secara kredit, Achmad menjelaskan sepeda motor dibeli secara cash on the road, pihak Angsana menelepon hingga dua kali. Dua hari kemudian, Achmad mengecek status transaksi di Lazada dan ia terkejut karena transaksi yang dikonfirmasi dan tinggal menunggu pengiriman ternyata berubah menjadi ditolak dan ditutup oleh Lazada. Secara sepihak Lazada memproses refund dengan memberikan voucher belanja sesuai jumlah uang yang dibelanjakan untuk membeli 4 unit sepeda motor dan mengganti dana dengan 2 voucher sebesar Rp 4,2 juta. Achmad mengaku kecewa, karena voucher tidak bisa diuangkan, sebagai konsumen ia meminta Lazada meminta maaf, dan sebagai perusahaan besar tidak selayaknya memperlakukan konsumen dengan tidak terhormat. Ribuan Pangan Impor yang Dijual Online Ternyata Ilegal Petugas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meletakkan barang bukti obat dan makanan ilegal ke dalam tong saat akan dimusnahkan di halaman kantor BPOM, Jakarta (26/5). Tempo/Dian Triyuli Handoko TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyita pangan impor ilegal atau tanpa izin edar sebanyak 7.762 kemasan. Makanan itu sebagian dijual secara online. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Roy Sparringa mengatakan barang-barang ilegal itu ditemukan di gudang yang beralamat di Kompleks Pergudangan Elang Laut Blok I, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. "Kami sita kemarin malam pukul 23.00," ujar Roy saat ditemui di kantornya, Kamis, 18 Juni 2015. Makanan-makanan tersebut, kata Roy, merupakan produk pangan olahan untuk bayi berupa biskuit,cereal, dan camilan dengan merek Gerber asal Amerika. BPOM juga menemukan 96 kemasan kosmetik ilegal yang terdiri atas sampo dan sabun bayi asal Cina dengan nilai lebih dari Rp. 500 juta. “Kedua produk tersebut dijual secara online”. Ihwal palsu atau tidaknya produk-produk tersebut, menurut Roy, BPOM masih melakukan penelitian. Temuan tersebut menjadi persoalan yang mesti disikapi dengan serius karena telah melanggar aturan yang berlaku. “Tetap saja berisiko untuk dikonsumsi. Apalagi bayi ini merupakan kelompok yang rentan”. Roy menambahkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika terkait dengan temuan ini. Sebab, banyak produk impor ilegal yang dijual secara online. Roy mengimbau masyarakat agar selalu teliti dan waspada dalam membeli produk online. Konsumen mesti teliti dalam melihat kemasan, izin edar, dan kedaluwarsa. "Selama bulan Ramadan ini akan sangat banyak muncul produk-produk yang tidak berizin dan berbahaya," katanya. Dari hasil pengawasan pangan dan kosmetik yang dilakukan sejak 25 Mei hingga 18 Juni 2015, BPOM telah menemukan 36.207 kemasan pangan tidak memenuhi ketentuan, yang terdiri atas pangan ilegal 18.701 kemasan, 15.707 kemasan pangan kedaluwarsa, dan 1.799 kemasan pangan rusak. "Dengan nilai keekonomian lebih dari Rp 1,5 miliar," tutur Roy. Selain itu, ditemukan 12.770 kosmetik ilegal yang mengandung bahan berbahaya dengan nilai keekonomian lebih dari Rp 257 juta.