MAKALAH FIQH TINJAUAN AKAD PEMBIAYAAN MULTIJASA DI LKS Dosen Pengampu : M. Ircham, LC., M.Pd.I. Disusun Oleh : Nor Rivaatin Khoiriyah (63010170294) Anggi Agustin Putri (63010180141) Husna qotijah (63010180156) S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIN ISLAM INSTITUT AGAMA NEGERI ISLAM SALATIGA 2019 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan sehingga penyusunan makalah Fiqh Muamalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini. Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penulis miliki, untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT., jualah penulis memohon Rahmat dan Ridho-Nya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Salatiga, 27 Oktober 2019 PEMBAHASAN A. Pengertian pembiayaan multijasa Pembiayaan multijasa adalah pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah baik perbankan maupun non perbankan kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atau jasa. Menurut Rachmadi Ustman dalam bukunya Produk Perbankan Syariah di Indonesia pembiayaan multijasa adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berupa transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan akad.1 Pembiayaan multijasa tidak hanya diberikan kepada perbankan syariah saja, tetapi juga di berikan oleh Lembaga Keuangan Syariah lainnya dalam rangka marespons kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan jasa. Berdasarkan Fatwa DSN No. 44/DSNMUI/VII/2004 pembiayaan multijasa yang diperbolehkan adalah pembiayaan yang didasarkan pada akad ijarah atau akad kafalah. Penggunaan kedua akad tersebut harus mengikuti dalam fatwa ijarah dan fatwa kafalah. Adapun pelayanannya bisa berbentuk barang maupun jasa berupa upah, ujrah (imbalan).2 B. Landasan hukum multijasa a. Al-Qur‟an QS. Al-Baqarah 233: Artinya :”Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Usman, Produk …, h.252 Mardhiyah Hayati, Pembiayaan Ijarah Multijasa Sebagai Alternatif Sumber Pembiayaan Pendidikan (Kajian Terhadap Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Pembiayaan Multijasa), Jurnal ASAS,Vol.6, Juli 2014 1 2 Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”. b. Hadist Hadits Riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda: ُ قال رسول هللا ص ّل ّّ هللا عليو وس ّل أ َ ْع:عن إبن عم ررضي هللا عنهماقال طوإإلَ ِجي َْرأَجْ َرهُ قبْ َّ َل روإه إبن مجو. ع َرقُ ُو َّ َّ َِّأٔ ْن ي َ ف Artinya :“Dari Ibnu Umar r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda, berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya mengering” (HR. Ibnu Majah). C. Fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan multijasa. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI) pembiayaan multijasa adalah pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah kepada nasabah dalam memeperoleh manfaat atas suatu jasa. Dalam Fatwa No. 44/DSN-MUI/VIII/2000 tentang pembiayaan multijasa, terdapat berberapa ketentuan, yaitu : a. Ketentuan umum : 1) Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah 2) Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Ijarah 3) Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Kafalah 4) Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee 5) Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase b. Penyelesaian perselisihan Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah . c. Ketentuan penutup Fatwa ini berlaku sejak tanggal diterapkannya dengan ketentuan, jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.3 D. Akad yang digunakan dalam pembiayaan multijasa. Berdasarkan Fatwa DSN No. 44/DSN-MUI/VII/2004 pembiayaan multijasa yang diperbolehkan adalah pembiayaan yang didasarkan pada akad ijarah atau akad kafalah. a. Akad kafalah Pengertian Kafalah menurut bahasa artinya menanggung, dan menjamin. Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dasar Hukum Dasar hukum kafalah sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT di dalam alQur‟an surat Yusuf : 72 Artinya :“Mereka menjawab, Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh (bahan makanan seberat) beban unta, dan aku jamin itu” Rukun Kafalah Rukun kafalah ada dua, yaitu ijab dan Kabul. Rukun kafalah menurut jumhur ulama ada empat, yaitu: 1. Pihak penjamin (al-kafil), yaitu pihak yang mempunyai kecakapan untuk mentasharufkan hartanya. 2. Objek yang dijamin (al-makful bihi), yaitu berupa hak yang dapat diwakilkan kepada pihak lain, biasanya berupa utang atau barang harta tertentu yang statusnya tertanggung. 3 Saputra, et al, Himpunan…, h. 260 3. Pihak yang dijamin (al-makful anhu), yaitu pihak yang mempuyai tanggungan harta yang harus dibayar, baik masih hidup maupun sudah mati. 4. Akad ijab dan Kabul (Shigat), yiatu ungkapan, baik menggunakan lisan, tulisan maupun isyarat yang menunjukkan adanya kehendak para pihak untuk melaksanakan kafalah.4 Implementasi Kafalah dalam Lembaga Keuangan Syariah Kafalah diterapkan di Lembaga Keuangan Syariah khususnya Bank Syariah dimana bank bertindak sebagai penjamin, nasabah sebagai pihak yang dijamin, dalam hal ini pihak bank akan mendapatkan fee atas jaminan yang diberikan kepada nasabah. Bank syariah juga memberikan produk al-kafalah dalam bentuk garansi. Garansi berupa sejumlah uang yang disimpan oleh bank sebagai jaminan bagi orang (nasabah) yang akan menjadi persyaratan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu. Penyimpanan uang yang dimaksud maka pihak bank mendapatkan jasa sebagai pertanggungan terhadap nasabah yang melakukan pekerjaan5 Keterangan: 4 Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016). Hlm. 222 5 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008). Hlm. 30. a. Nasabah mengajukan permohonan penjaminan kepada bank syariah atas suatu pekerjaan yang dilaksanakan dan bank syariah memberikan penjaminan atau garansi kepada pemberi kerja atas pekerjaan nasabah. b. Atas garansi yang diberikan oleh bank, maka bank syariah meminta agunan kepada nasabah. c. Nasabah wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak antara nasabah dengan pemberi kerja. d. Bila nasabah tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak maka bank syariah akan menanggung kerugian.6 Kafalah bank garansi digunakan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah. Bank dapat ganti biata atas jasa yang diberikan. b. Akad Ijarah Pengertian Ijarah Ijarah berasal dari kata al-Ajru yang artinya menurut bahasanya adalah al-iwadh yang mempunyai arti ganti rugi atau upah. Secara etimologi ijarah berarti upah, jasa, imbalan. Menurut terminologi ijarah adaalah akad pemidahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah seewa tanpa diikuti oleh pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri Menurut Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000. Mendefinisikan akad ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa ijarah adalah akad pengalihan hak 6 Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016). Hlm. 230 manfaat atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pengalihan kepemillikan barang. Ijarah adalah suatu jenis akad untuk memanfaatkan jasa, baik jasa atas barang atau jasa atas tenaga kerja. Bila digunakan untuk mendapatkan mamanfaatkan barang maka disebut dengan sewa menyewa, sedangkan jika digunakan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja disebut dengan upah. Dalam transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna) dari yang menyewakan kepada penyewa, bukan perpindahan kepemilikan (hak milik). Pada dasarnya pembayaran ijarah hampir sama dengan pembiayaan murabahah, yang menjadi pembeda adalah objek transaksinya. Pada pembiayaan murabahah yang diperjual belikan adalah barang sedangkan dalam pembiayaan ijarah objek transaksinya adalah jasa, baik manfaat barang atas tenaga kerja. Di dunia perbankan syariah, ijarah merupakan lease contract dimana suatu lembaga keuangan menyewakan peralatan kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya. Dalam akad sewa menyewa, pihak yang menyewakan menyediakan asset untuk digunakan dengan imbalan ujrah (uang sewa atau upah). Pihak yang menyewa (mu’ajjir) berkewajiban untuk menyerahkan barang kepada pihak penyewa (musta’jir). Dengan diserahkan manfaat dari barang atau benda tersebut, maka penyewa mempunyai kewajiban untuk menggunakan barang yang disewakan menurut syarat-syarat akad penggunaanya. Penyewa wajib menjaga barang yang disewakan agar tetap utuh. Apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari asset yang disewakan dan kerusakan tersebut bukan dari kelalaiaan penyewa, maka pemberi sewa (mu’ajjir) berkewajiban menanggung biaya pemeliharaan selama periode akad atau menggantinya dengan asset sejenis.7 Landasan Syariah 1. Al-Qur’an َعلَ ُموا أَنَّ هللاَ بِ َما ت َ ْع َملُون ْ وف َواتَّقُوا هللاَ َوا َ ح َ ست َ ْر ِضعُوا أ َ ْوالَ َد ُك ْم فَالَ ُجنَا ْ َ َوإِ ْن أ َ َر ْدت ُ ْم أَن ت ِ سلَّ ْمت ُم َّمآ َءات َ ْيت ُم بِا ْل َم ْع ُر َ علَ ْي ُك ْم إِذَا ُُير ُ ب َِص 7 M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, hlm 161 “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan” (QS.alBaqarah:233). Yang menjadi dalil daro ayat tersebut adalah ungkapan “Apabila kamu memberikan berkat kewajiban membayar upah (fee) secara paatut. Dalam hal ini termasuk di dalamnya jasa penyewaan atau leasing. 2. Al-Hadits روى ابن عباس أن النبي صلى هللا عليه وسلم احتجم واعطى الحجام اجره “Diriwayatkan dari ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)”: Skema ijarah Dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Nasabah datang ke Lembaga Keuangan Syariah mengajukan pembiayaan ijarah guna mendapatkan sewa manfaat barang/jasa. Lembaga Keuangan Syariah meminta nasabah untuk melengkapi persyaratan permohonan pembiayaan. Jika persyaratan telah lengkap, selanjutnya Lembaga Keuangan Syariah melakukan analisa kelayakan pembiayaan kepada nasabah. 2. Lembaga Keuangan Syariah memberikan surat persetujuan prinsip pembiayaan kepada nasabah (surat penawaran). Selanjutnya proses negosiasi, nasabah berjanji untuk melakukan transaksi ijarah dengan Lembaga Keuangan Syariah dengan menandatangani surat penawaran. 3. Lembaga Keuangan Syariah melakukan transaksi/memesan dengan pemilik barang sesuai kebutuhan nasabah dan berdasarkan spesifikasi yang telah disepakati. 4. Setelah manfaat secara prinsip menjadi milik Lembaga Keuangan Syariah, nasabah dan Lembaga Keuangan Syariah melakukan perjanjian pembiayaan ijarah. 5. Lembaga Keuangan memberikan manfaat barang kepada nasabah 6. Nasabah membayar angsuran ke Lembaga Keuangan Syariah sesuai jadwal angsuran yang disepakati.8 Fatwa DSN-MUI Tentang Pembiayaan Ijarah Ketentuan objek ijarah dan kewajiban Lembaga Keuangan Syariah dan nasabah dalam pembiayaan ijarah di dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 9/DSN-MUI/2000, tentang pembiayaan ijarah, yaitu : Pertama: Rukun dan Syarat Ijarah : 1. Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain. 2. Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa dan penyewa/pengguna jasa. 3. Objek akad ijarah yaitu : a) Manfaat barang dan sewa, atau b) Manfaat jasa atau upah Kedua: Ketentuan Objek Ijarah : 1. Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa. 8 Binti Nur Asiyah, Manajemen pembiayaan bank syariah, Teras: 2014, hlm 217 2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. 3. Manfaat barang atau jasa harus bersifat dibolehkan (tidak diharamkan). 4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah. 5. Manfaat barang atau jasa harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidakjelasan) yang akan mengakibatkan sengketa. 6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik. 7. Sewa atau upah harus disepakati dalam akad dan wajib dibayar oleh penyewa/pengguna jasa kepada pemberi sewa/pemberi jasa (LKS) sebagai pembayaran manfaat atau jasa. Sesuatu yang dapat dijadikan harga (tsaman) dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam ijarah. 8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan objek kontrak. 9. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.9 9 Fatwa DSN NO.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah. Lihat, dalam MUI, 2014, hlm. 96. Himpunan Fatwa DSN DAFTAR PUSTAKA Binti Nur Asiyah, Manajemen pembiayaan bank syariah, Teras: 2014, hlm 217 Fatwa DSN NO.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah. Lihat, dalam Himpunan Fatwa DSN MUI, 2014, hlm. 96. Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016). Hlm. 222 Mardhiyah Hayati, Pembiayaan Ijarah Multijasa Sebagai Alternatif Sumber Pembiayaan Pendidikan (Kajian Terhadap Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No. 44/DSNMUI/VIII/2004 Tentang Pembiayaan Multijasa), Jurnal ASAS,Vol.6, Juli 2014 Saputra, et al, Himpunan…, h. 260 Usman, Produk …, h.252 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008). Hlm. 30.