HALAMAN JUDUL 1 TUGAS 2 SISTEM GROUNDING “Nilai Resistansi Grounding” Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Grounding Disusun Oleh: Kelompok 7 Gigih Hario Trisula (NIM. 1641150092) Ilham Akbar M. (NIM. 1641150086) Isa Faqih Abdulloh (NIM. 1641150077) Kelas DIV Sistem Kelistrikan - 4D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN POLITEKNIK NEGERI MALANG 2019 i DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1 1.3 Tujuan....................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3 2.1 Pengertian Sistem Pengetanahan .............................................................. 3 2.2 Tujuan Sistem Pengetanahan ................................................................... 3 2.3 Fungsi Pentanahan .................................................................................... 4 2.4 Syarat-syarat Sistem Pentanahan yang Efektif ......................................... 5 2.5 Jenis Gangguan pada Generator ....Ошибка! Закладка не определена. 2.6 Tujuan Pengetanahan Netral Generator ................................................... 6 2.7 Prinsip Operasi Pengetanahan Netral Unit Instalasi Generator ............... 6 2.8 Jenis Pengetanahan Generator .................................................................. 8 2.8.1 Pengetanahan langsung (Solid) .................... Ошибка! Закладка не определена. 2.8.2 Pengetanahan dengan tahananОшибка! Закладка не определена. 2.8.2.1 Pengetanahan dengan tahanan rendah/ Low Resistance Grounding (LRG) .............................Ошибка! Закладка не определена. 2.8.2.2 Pengetanahan dengan tahanan tinggi/ High-Resistance Grounding (HRG) ............................Ошибка! Закладка не определена. 2.8.3 2.9 Tanpa diketanahkan (Open) ...Ошибка! Закладка не определена. Dampak Pengetanahan Netral Generator Terhadap Tegangan Lebih Ошибка! Закладка не определена. 2.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pengetanahan Netral Unit Instalasi Generator ................Ошибка! Закладка не определена. BAB III PENUTUP............................................................................................... 16 3.1 Kesimpulan............................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17 ii iii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tegangan sentuh tidak langsung Ошибка! Закладка не определена. Gambar 2. Tegangan langkah ......................Ошибка! Закладка не определена. Gambar 3. Tegangan langkah ketika terjadi gangguan ...... Ошибка! Закладка не определена. Gambar 4. Pengetanahan langsung (Solid) ..Ошибка! Закладка не определена. Gambar 5. Pengetanahan dengan tahanan rendah .............. Ошибка! Закладка не определена. Gambar 6. Pengetanahan dengan tahanan tinggi ............... Ошибка! Закладка не определена. Gambar 7. Skema Proteksi generator dengan Rele Differential (Device 87) ......................................................................Ошибка! Закладка не определена. Gambar 8. Skema Proteksi generator dengan Rele Differential (Device 87) ......................................................................Ошибка! Закладка не определена. Gambar 9. Skema Proteksi generator dengan Rele Ground Time Overcurrent ......................................................................Ошибка! Закладка не определена. Gambar 10. Skema Proteksi generator dengan Rele Instantaneous Ground Overcurrent ..................................................Ошибка! Закладка не определена. Gambar 11. Skema Proteksi generator dengan TrafoWye-Broken-Delta, Rele Ground Overvoltage.....................................Ошибка! Закладка не определена. Gambar 12. Skema Proteksi Generator High-Resistance Grounded dengan Proteksi Tegangan Urutan Nol.....................Ошибка! Закладка не определена. iv 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pentanahan sangat mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistem proteksi. Sistem pentanahan digunakan untuk pengamanan peralatanperalatan yang menggunakan sumber listrik sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik dan petir. Menurut jenisnya pentanahan dibedakan menjadi 2, yaitu pentanahan titik netral sistem tenaga dan pentanahan peralatan. Pentanahan titik netral sistem tenaga berfungsi sebagai pengaman sistem atau jaringan, sedangkan pada pentanahan peralatan berfungsi sebagai pengaman terhadap tegangan sentuh. Sistem pentanahan dilakukan dengan cara menanamkan batang elektroda pentanahan tegak lurus, kemudian bantang elektroda pentanahan itu di tanam kedalam tanah dengan kedalaman yang telah di tentukan. Hal ini dilakukan untuk mencapai nilai tahanan pentanahan yang diinginkan yaitu tidak lebih dari 51 ohm. Untuk membuat tahanan pentanahan tidak lebih dari 5ohm bisa juga dengan menambahkan batang elektroda pentanahan lebih dari satu batang elektroda. Sistem pentanahan yang baik adalah sistem pentanahan yang memiliki nilai tahanan pentanahan yang kecil. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan didapat dari latar belakang masalah antara lain adalah: 1. Apa yang dimaksud dengan sistem pentanahan? 2. Apa yang dimaksud dengan nilai resistansi grounding? 3. Berapa nilai standar resistasi grounding yang diizinkan? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem pentanahan. 2. Untuk mengetahui pengertian nilai resistansi grounding. 1 3. Untuk mengetahui besar nilai standar resistansi grounding yang diizinkan. 2 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Sistem Pengetanahan Sistem pengetanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik utamanya petir. Sistem pengetanahan digambarkan sebagai hubungan antara suatu peralatan atau sirkuit listrik dengan bumi. Pengetanahan suatu peralatan listrik diharapkan dapat membatasi tegangan antara bagian-bagian dari suatu peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman (tidak membahayakan) untuk semua keadaan, baik pada keadaan normal atau pada sat terjadi gangguan. Secara umum tujuan pengetanahan adalah sebagai berikut: 1. Membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman (tidak membahayakan) untuk semua kondisi operasi normal atau tidak normal. 2. Memperoleh impedansi yang kecil/rendah dari jalan balik arus hubung singkat ke tanah. Apabila impedansi tinggi saat hubung singkat ke tanah terjadi akan menimbulkan perbedaan potensial yang besar dan berbahaya, 8 dapat menimbulkan busur listrik dan pemanasan yang cukup besar pada sambungan-sambungan rangkaian pengetanahan. 3. Menjaga tingkat kinerja peralatan sehingga sistem dapat berjalan dengan baik, tanpa terganggu akibat adanya gangguan yang ditimbulkan oleh sistem pengetanahan yang kurang baik. 4. Menyalurkan muatan-muatan yang disebabkan oleh petir ke bumi. 5. Menyediakan jalur bagi aliran arus yang dapat memberikan deteksi terjadinya hubungan yang tidak dikehendaki antara konduktor/penghantar dan bumi. Deteksi ini akan mengakibatkan beroperasinya peralatan otomatis yang memutuskan suplai tegangan dari konduktor tersebut. 2.2 Tujuan Sistem Pengetanahan 3 1. Mengetahui besarnya tahanan pentanahan pada suatu tempat 2. Mengetahui dan memahami fungsi dan kegunaan dari pengukuran tahanan 3. Pentanahan dan aplikasinya pada sehari-hari. 4. Mengetahui syarat suatu system pentanahan 2.3 Fungsi Pentanahan Definisi grounding adalah sistem pentanahan yang berfungsi untuk meniadakan beda potensial sehingga jika ada kebocoran tegangan atau arus akan langsung dibuang ke bumi. Fungsi grounding: Perlindungan dari tegangan tinggi Grounding dalam sistem instalasi listrik berungsi untuk mengurangi atau menghindari bahaya yang disebabkan oleh tegangan tinggi.misalnya bahaya petir dengan tegangan tinggi Penstabil tegangan Grounding dapat berfungsi untuk menstabilkan tegangan pada banyak sumber tegangan. Jika tidak terdapat titik referensi umum untuk semua sumber tegangan, akan terjadi kesulitan antar masing-masing hubungan Mengatasi arus yang lebih Grounding juga berfungsi untuk mengatasi arus yang berlebih, karena sistem grounding ini menyediakan level keselamatan baik kerusakan peralatan atau manusia Sistem grounding berfungsi sebagai sarana mengalirkan arus petir yang menyebar ke segala arah ke dalam tanah. Hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan sistem pentanahan adalah tidak timbulnya bahaya tegangan step dan tegangan sentuh. Kriteria yang dituju dalam pembuatan sistem pentanahan adalah bukannya rendahnya harga tahanan tanah akan tetapi dapat dihindarinya bahaya seperti tersebut di depan. Selain itu, kondisi tanah yang bagus untuk grounding adalah tanah yang basah. Grounding untuk menyalurkan arus listrik imbas dari peralatan elektronik yang anda lindungi dapat dibuat dengan cara membor tanah di tepi kantor anda sampai kedalaman ditemukannya air. Masukanlah pipa ledeng ke dalam lubang tersebut. 4 Dalam mengerjakan pemboran tanah mintalah bantuan kepada tukang pembuat sumur bor yang memiliki perangkat bor tanah yang lengkap.Pasanglah kabel tembaga khusus ground, dengan dibagian ujungnya dipasang terlebih dahulu batang tembaga sepanjang kurang lebih 1 - 1,5 meter. Masukan batang tembaga kedalam lubang sampai dasar lubang. Sisa kabel tembaga yang masih tampak di bagian ujung lubang di permukaan tanah segera dihubungkan dengan kabel ground yang berasal dari ruang kerja anda. Agar ujung kabel ground tersebut tidak goyang ada baiknya ujung lubang ground tersebut ditutup dengan semen, sehingga hanya tampak ujung kabel tembaga saja diatasnya 2.4 Syarat-syarat Sistem Pentanahan yang Efektif a. Tahanan pentanahan harus memenuhi syarat yang di inginkan untuk suatu keperluan pemakaian b. Elektroda yang ditanam dalam tanah harus: Bahan konduktor yang baik Tahan korosi Cukup kuat c. Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya. d. Tahanan pentanahan harus baik untuk berbagai musim dalam setahun. e. Biaya pemasangan serendah mungkin. 2.5 Pengertian Arde/Tanah The NEC, National Electrical Code, Pasal 100 mendefinisikan arde sebagai: "koneksi konduksi, yang disengaja atau tidak antara sirkuit atau peralatan elektrik dengan arde/tanah, atau dengan badan konduksi yang bertindak menggantikan arde." Saat membahas pengardean, sebenarnya itu adalah dua subyek yang berbeda: pengardean dan pentanahan peralatan. Pengardean merupakan koneksi yang disengaja dari konduktor sirkuit, biasanya netral, dengan elektroda arde yang ditempatkan di tanah. Pengardean peralatan memastikan peralatan operasi dalam suatu struktur diardekan dengan benar. Dua sistem pengardean ini harus tetap terpisah kecuali untuk koneksi di antara dua sistem. Ini mencegah perbedaan dalam potensi voltase dari kemungkinan percikan api akibat sengatan petir. Tujuan 5 pentanahan selain melindungi orang, pabrik, dan peralatan adalah menyediakan jalur aman bagi mengalirnya arus gangguan, sengatan petir, muatan statik, sinyal dan interferensi EMI dan RFI. 2.6 Dasar-dasar Pengardean a) Komponen elektoda arde b) Konduktor arde Koneksi antara konduktor arde dan elektroda arde Elektroda arde Lokasi resistansi Elektroda arde dan koneksinya Resistensi elektroda arde dan koneksinya biasanya sangat rendah. Batang arde biasanya terbuat dari bahan yang sangat konduktif/rendah resistensi seperti baja atau tembaga. Resistensi kontak arde sekitar dengan elektroda The National Institute of Standards (badan pemerintah di bawah Departemen Perdagangan AS) menunjukkan resistensi ini hampir dapat diabaikan asalkan elektroda arde bebas cat, minyak, dsb. dan elektroda arde bersentuhan kuat dengan tanah. Resistensi badan tanah sekitar Elektroda arde dikelilingi oleh tanah yang mengandung cangkang konsentrat dengan ketebalan yang sama. Cangkang yang paling dekat dengan elektroda arde memiliki jumlah area terkecil sehingga derajat resistensinya terbesar. Setiap cangkang berikutnya menimbulkan area lebih luas sehingga resistensinya lebih rendah. Ini akhirnya tercapai titik di mana cangkang memberikan resistensi yang kecil terhadap tanah yang mengelilingi elektroda arde. 2.7 Hal yang Mempengaruhi Resistansi Pengardean Pertama, aturan NEC (1987, 250-83-3) mengharuskan panjang minimal elektroda arde adalah 2,5meter (8,0 kaki) yang bersentuhan dengan tanah. Tapi, ada empat variabel yang memengaruhi resistensi arde dari sistem pengardean: 6 a) Panjang/dalamnya elektroda arde Salah satu cara yang sangat efektif dalam menurunkan resistensi arde adalah memasukkan elektroda arde lebih dalam. Resistivitas tanah tidak konsisten dan dapat sangat tidak dapat diprediksi. Sangat penting agar saat memasang elektroda arde, posisinya di bawah garis timbunan salju. Ini dilakukan agar resistensi ke tanah tidak akan begitu dipengaruhi oleh bekunya tanah di sekitarnya. Biasanya, dengan menggandakan panjang elektroda arde, Anda dapat mengurangi lagi tingkat resistensi sebesar 40%. Terkadang batang arde secara fisik mustahil dapat dimasukkan lebih dalam lagi di area yang tersusun atas batu, granit, dsb. Dalam contoh tersebut, metode alternatif termasuk semen pengardean dapat digunakan. b) Diameter elektroda arde Memperbesar diameter elektroda arde berefek sedikit dalam menurunkan resistensi. Misalnya, Anda dapat menggandakan diameter elektroda arde dan resistensi Anda hanya berkurang sebesar 10%. c) Jumlah elektroda arde Cara lain menurunkan resistensi tanah adalah menggunakan banyak elektroda arde. Dalam desain ini, lebih dari satu elektroda dimasukkan ke dalam tanah dan disambung secara paralel untuk mengurangi resistensi. Agar elektroda tambahan efektif, jarak antar batang tambahan harus sedikitnya sama dengan kedalaman batang yang didorong masuk. Tanpa penjarakan elektroda arde yang tepat, area pengaruhnya akan berpotongan dan resistensinya malah tidak berkurang. Untuk membantu anda dalam memasang batang arde yang memenuhi persyaratan resistensi khusus Anda, maka Anda dapat menggunakan tabel resistensi arde, di bawah ini. Ingat, ini hanyalah gambaran umum semata, karena tanah berlapis- lapis dan jarang yang homogen. Nilai resistensi akan sangat berbeda-beda d) Desain sistem pengardean Sistem pengardean sederhana terdiri atas satu elektroda tanah yang dimasukkan ke dalam tanah. Penggunaan satu elektroda merupakan bentuk pengardean paling umum dan dapat ditemukan di luar rumah atau tempat bisnis Anda. Sistem pengardean yang kompleks terdiri atas banyak batang arde, yang dihubungkan, topologi jala atau kisi, pelat arde, dan loop arde. Sistem tersebut 7 biasanya dipasang di gardu induk pembangkit daya, kantor pusat, dan lokasi menara BTS. 2.8 Pengertian Nilai Resistansi Pembumian Nilai resistan pembumian yaitu dasar atau acuan suatu tahanan dari penghubung suatu titik sirkit listrik atau suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkit listrik dengan bumi menurut cara tertentu. Dijelaskan pembumian tidak hanya untuk sirkit listrik saja, melainkan seluruh sirkit atau instalasi yang dibumikan disebut juga pembumian (grounding, arde, netral, pentanahan). Untuk pembumian sendiri terdiri dari beberapa macam, tergantung jenis instalasi yang terdapat pemasangan pembumian grounding di dalamnya. 2.9 Standar Nilai Resistansi Grounding Sebelum memutuskan membuat suatu pembumian atau grounding untuk keperluan pengamanan instalasi. Maka perlu untuk mengetahui standar nilai resistan pembumian grounding yang tepat, dalam hal ini mengacu pada peraturan standarisasi yang berlaku di Indonesia. Sebagai acuan teknis yang paling mudah untuk dipakai yaitu suatu persyaratan atau refrensi peraturan atau perundangan yang telah dibuat oleh orang-orang atau instansi yang berkompeten dan telah ditunjuk dan diakui dalam bidang tersebut. Sehingga bagi orang awam tidak harus pergi ke konsultan untuk mengetahuinya. Hanya saja perlu untuk sedikit mengerti dan mencermati secara tepat isi dari peraturan dan standarisasi yang dikeluarkan dalam hal ini nilai resistan pembumian atau grounding. 8 Gambar 1. Sistem Grounding Nilai standar mengacu pada Persyaratan Umum Instalasi Listrik atau PUIL 2000 (peraturan yang sesuai dan berlaku hingga saat ini) yaitu kurang dari atau sama dengan 5 (lima) ohm. Dijelaskan bahwa nilai sebesar 5ohm merupakan nilai maksimal atau batas tertinggi dari hasil resistan pembumian (grounding) yang masih bisa ditoleransi. Nilai yang berada pada range 0ohm-5ohm adalah nilai aman dari suatu instalasi pembumian grounding. Nilai tersebut berlaku untuk seluruh sistem dan instalasi yang terdapat pembumian (grounding) di dalamnya. Gambar 2. Standar Nilai Resistansi Pembumian PUIL 2000 Untuk standar nilai resistan pembumian grounding pada bidang penangkal petir, menggunakan refrensi peraturan yang berbeda. Tetapi untuk ketentuan standar nilai resistan pembumian sama dengan refrensi peraturan pada PUIL 2000. Ketentuan yang hampir sama inilah yang menjadikan masing - masing peraturan akan saling berkaitan dalam memberikan solusi dan penjelasan untuk suatu permasalahan. Dengan diperkuat dengan banyak refrensi di atas menjadikan standarisasi lebih kuat dan menjadikannya suatu keharusan. Berikut refrensi untuk standar nilai resistan pembumian yang bersumber dari PER02/MEN/1989, tentang pengawasan instalasi penyalur petir. 9 Gambar 3. Standar Nilai Pembumian PER02/MEN/1989 Jika tidak sesuai seharusnya perlu upaya untuk menyesuaikan dengan nilai yang telah terstandarisasi. Pertimbangannya adalah jika nilai resistan pembumian (grounding) lebih dari 5ohm maka tidak mendapat pengesahan dan rekomendasi dari dinas tenaga kerja sebagai pihak pengawas dari peraturan dan perundangan tersebut serta dari pihak PLN selaku otoristas tertinggi kelistrikan di Indonesia. Hal ini bisa saja membuat perusahaan tersebut mendapat peringatan dari masalah ini. Serta dari sisi teknis jika nilai resistan pembumian grounding terlalu besar, akan berpengaruh negatif pada komponen dari instalasi tersebut. Dikarenakan pembumian (grounding) yang tidak sempurna akan menimbulkan arus sisa yang merusak komponen-komponen penyusun, terutama komponen elektronik yang sangat peka terhadap arus. Untuk membuat instalasi pembumian (grounding) dengan nilai resistan pembumian yang sesuai peraturan dengan melakukan beberapa teknik. Bebrapa teknik pendekatan yang sesuai yaitu memparalel, menambah kedalaman atau memperbesar luas penampang hataran. Dengan melakukan salah satu atau ketiga tehnik tersebut sehingga dapat memperoleh hasil yang diharapkan. Terdapat banyak cara untuk mendapatkan hasil nilai resistan pembumian (grounding) yang standar, tetapi diharapkan melakukan cara yang sesuai (legal) dan tidak mengandung unsur non legal yang dapat merugikan untuk kedepannya. 2.10 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Resistansi 2.10.1 Pengaruh uap lembab dalam tanah Kandungan uap lembab dalam tanah merupakan faktor penentu nilai tegangan tanah. Variasi dari perubahan uap lembab akan membuat perbedaan yang menonjol dalam efektifitas hubungan elektroda pentanahan dengan tanah. Hal ini jelas telihat pada kandungan uap lembab di bawah 20%. Nilai di atas 20% resistivitas tanah tidak banyak terpengaruh, tetapi di bawah 20% resistivitas tanah meningkat drastic dengan penurunan kandungan uap lembab. Berkaitan dengan kandungan uap 10 lembab, tes bidang menunjukkan bahwa dengan lapisan permukaan tanah 10 kali akan lebih baik ditahan oleh batas dasar. Elektroda yang dipasang dengan dasar batu biasanya memberikan kualitas pentanahan yang baik, hal ini disebabkan dasar-dasar batu sering tidak dapat tembus air dan menyimpan uap lembab sehingga memberikan kandungan uap lembab yang tinggi. 2.10.2 Pengaruh tahanan jenis Tahanan tanah merupakan kunci utama yang menentukan tahanan elektroda dan pada kedalaman berapa elektroda harus ditanam agar diperoleh tahanan yang rendah. Tahanan tanah bervariasi di berbagai tempat dan cenderung berubah menurut cuaca. Tahanan tanah ditentukan juga oleh kandungan elektrolit di dalamnya, kandungan air, mineral- mineral dan garam-garam. Tanah yang kering biasanya mempunyai tahanan yang tinggi, namun demikian tanah yang basah juga dapat mempunyai tahanan yang tinggi apabila tidak mengandung garam-garam yang dapat larut. Tahanan tanah berkaitan langsung dengan kandungan air dan suhu, dengan demikian dapat diasumsikan bahwa tahanan suatu sistem pentanahan akan berubah sesuai dengan perubahan iklim setiap tahunnya. Untuk memperoleh kestabilan resistansi pentanahan, elektroda pentanahan dipasang pada kedalaman optimal mencapai tingkat kandungan air yang tetap. 2.10.3 Pengaruh Temperatur Temperatur akan berpengaruh langsung terhadap resistivitas tanah dengan demikian akan berpengaruh juga terhadap performa tegangan permukaan tanah. Pada musim dingin struktur fisik tanah menjadi sangat keras, dan tanah membeku pada kedalaman tertentu. Air di dalam tanah membeku pada suhu di bawah 0 0C dan hal ini menyebabkan peningkatan yang 11 besar dalam koefisien temperatur resistivitas tanah. Koefisien ini negatif, dan pada saat temperature menurun, resistivitas naik dan resistansi hubung tanah tinggi. Pengaruh temperatur terhadap resistivitas tanah dijelaskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut: 12 2.10.4 Perubahan resistivitas tanah Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa resistivitas tanah sangat tergantung dengan material pendukung tanah, temperatur dan kelembaban. Daerah dengan struktur tanah berpasir, berbatu dan cenderung berstruktur tanah padas mempunyai resistivitas yang tinggi. Disinyalir kondisi tanah yang demikian diakibatkan kerusakan yang terjadi di permukaan tanah berkurangnya tumbuhan-tumbuhan yang dapat mengikat air mengakibatkan kondisi tanah tandus dan berkurang kelembabannya. 2.10.5 Korosi Komponen sistem pentanahan dipasang di atas dan di bawah permukaan tanah, keduanya menghadapi karakteristik lingkungan yang berlainan. Bagian yang berada di atas permukaan tanah,asap dan partikel debu dari proses industri serta partikel terlarut yang terkadung dalam air hujan akanmengakibatkan korosi pada 13 konduktor. Bagian di bawah tanah, kondisi tanah basah yangmengandung materi alamiah, bahan- bahan kimia yang terkontaminasi didalamnya juga dapatmengakibatkan korosi. Secara umum terdapat dua penyebab terjadinya korosi yaitu: 1. Korosi bimetal (bimetallic corrosion) Penyambungan logam yang tidak sejenis dan terdapat cairan konduktiv listrik ringan adalah situasi yang sangat banyak terjadi di bawah tanah. Logam yang mempunyai sifat lebih rentan akan lebih cepat mengalami korosi. Tabel 3 memperlihatkan klasifikasi logam berdasarkan daya tahan terhadap korosi. Jika logam terletak pada tanah dengan kandungan elektrolit tinggi, logam dengan daya tahan lebih tinggi bersifat katodik sedangkan logam yang lebih rentan bersifat anodik. Logam yang bersifat anodik akan terkorosi. Metode untuk mencegah terjadinya korosi galvanis dengan menerapkan aturan daerah (areas rule). Area logam anodik (khususnya untuk baja) dibagi dengan area logam katodik (khusus untuk tembaga). Perbandingan antara anodik dan katodik menurun, resiko kecepatan korosi naik dengan tajam. Masalah lain yang mungkin terjadi adalah sambungan antara logam yang berbeda seperti tembaga dan aluminium atau tembaga dengan baja dimana sambungannya tidak dilindungi dan mudah terpengaruh oleh kelembaban resiko terjadinya korosi sangat tinggi. 14 2. Korosi kimia (chemical corrosion) Berdasarkan skala pH, kondisi tanah dapat dibedakan menjadi kondisi asam, basa dan netral. Korosi kimia akan terjadi pada tanah asam ataupun basa. Kecepatan korosi akan dipengaruhi oleh daya tahan logam, jika logam bersifat rentan maka akan lebih cepat terkorosi. Sebagai pedoman, material yang berada di sekeliling elektroda sebaiknya relatif netral. 15 3 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Sistem pengetanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik utamanya petir. Sistem pengetanahan dipasang bertujuan untuk mengamankan manusia dari tegangan sentuh tidak langsung, tegangan eksposur dan tegangan langkah. Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam belitan stator generator dapat diklasifikasikan dalam tiga macam gangguan, yaitu gangguan antara phasa dan tanah, gangguan antara phasa dan phasa, serta gangguan antar belitan (dalam 1). Jenis pengetanahan generator meliputi pengetanahan langsung, pengetanahan dengan tahanan dan tanpa diketanahkan. 16 DAFTAR PUSTAKA Patabang, Simon. (2016, 19 Juni). Sistem Pentanahan https://www.slideshare.net/simonpatabang/9-sistem-pentanahan Rifaldi, Aldi. (2014, 20 Maret). Makalah Sistem Pentanahan http://pentanahan35.blogspot.com/2014/03/makalah-pentanahangrounding.html Supiyanti, Retno. (2019). Tugas Makalah Pentanahan Retno Supiyanti https://www.academia.edu/39049413/TUGAS_MAKALAH_PENTANAHAN_R ETNO_SUPIYANTI Sutedja, Utami. (2017). Prinsip-Prinsip Dasar Pengetanahan Netral pada Unit Instalasi Generator Sistem Tenaga Listrik http://docplayer.info/30245947-Prinsip-prinsip-dasar-pengetanahan-netral-padaunit-instalasi-generator-sistem-tenaga-listrik.html Ugmmagatrika. (2014, 15 Maret). Proteksi Ground Fault Generator berdasarkan Standar IEEE C37.101 https://ugmmagatrika.wordpress.com/2014/03/15/proteksi-ground-fault-generatorberdasarkan-standar-ieee-c37-101/ 17