Uploaded by User31479

BEST PRACTICE FUAD HARTADI

advertisement
BEST PRACTICE
PENINGKATAN MINAT BACA SISWA DENGAN PERMAINAN KUIS
MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK N 1 GEDANGSARI
GUNUNGKIDUL – DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
(Fuad Hartadi, M.B.A)
I.
PENDAHULUAN
SMK N 1 Gedangsari merupakan sekolah yang terletak di daerah
pinggiran kabupaten Gunungkidul. Orang tua siswa sebagian besar menjadi petani
dan pedagang kecil. Rendahnya tingkat pendidikan orangtua siswa merupakan
salah satu faktor kurangnya perhatian terhadap prestasi belajar siswa. Wilayah
Gedangsari yang berbukit-bukit menyebabkan kurang lancarnya transportasi.
Siswa datang ke sekolah sebagian dengan berjalan kaki dan sebagian
menggunakan sepeda motor.
Minat membaca siswa, khususnya di SMK N 1 Gedangsari relatif sangat
kurang. Fenomena meniru jawaban teman pada saat mengerjakan tugas
merupakan sesuatu yang sering terjadi. Tugas-tugas rumah dikerjakan di sekolah
dengan meniru jawaban siswa yang sudah mengerjakan. Penulis seringkali
menemukan siswa yang mencontek atau meniru jawaban teman pada saat tes
semester.
Fenomena diatas ternyata tidak hanya terjadi di SMK N 1 Gedangsari,
namun hampir merata terjadi di sekolah-sekolah lain. Kurang minatnya siswa
dalam membaca merupakan pangkal fenomena tersebut terjadi. Kebanyakan
siswa akan membaca pada malam harinya apabila akan diadakan ulangan harian.
Fakta rendahnya minat baca siswa menunjukkan hal tersebut,
sebagaimana laporan bank Dunia no.16369-IND (Education in Indonesi from
Crisis to recovery) menyebutkan bahwa tingkat membaca usia kelas VI Sekolah
Dasar di Indonesia hanya mampu meraih skor 51,7 di bawah Filipina (52,6),
1
Fuad Hartadi, M.B.A
Best Practice
Thailand (65,1) dan Singapura (74,0). Data Badan Pusat Statistik tahun 2006
menunjukan bahwa penduduk Indonesia yang menjadikan baca sebagai sumber
informasi baru sekitar 23,5%. Sedangkan yang menonton televisi 85,9% dan
mendengarkan radio 40,3%. (Laporan Bank Dunia dalam Nining Asri,
http://sahabatguru.wordpress.com)
Beberapa hasil penelitian yang ditulis dalam edukasi.kompasiana.com menunjukkan:
1. Laporan International Association for Evaluation of Educational pada tahun 1992
dalam sebuah studi kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar kelas IV
pada 30 negara di dunia, menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke29 setingkat di atas Venezuela. Peta di atas relevan dengan hasil studi dari
Vincent Greannary yang dikutip oleh World Bank dalam sebuah Laporan
Pendidikan “Education in Indonesia from Crisis to Recovery” tahun 1998, hasil
studi tersebut menunjukan bahwa kemampuan membaca anak-anak kelas VI
sekolah dasar di Indonesia, hanya mampu meraih kedudukan paling akhir dengan
nilai 51,7% setelah Filipina yang memperoleh 52,6% dan Thailand dengan nilai
65,1% serta Singapura dengan nilai 74,0% dan Hongkong yang memperoleh
75,5%.
2. Hasil survei UNESCO tahun 1992 menyebutkan, tingkat minat baca rakyat
Indonesia menempati urutan 27 dari 32 negara.
3. Hasil survei yang dilakukan Departemen Pendidikan Nasional tahun 1995
menyatakan, sebanyak 57 persen pembaca dinilai sekadar membaca, tanpa
memahami dan menghayati apa yang dibacanya.
4. Statistik yang dikeluarkan UNICEF didalam beberapa dasawarsa terakhir masih
saja menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang
penduduknya dalam mengkonsumsi bacaan, baik berupa koran, majalah, maupun
buku, tergolong relatif sedikit.(Wasil Abu Ali)
5. Berdasarkan
laporan
UNDP
tahun
2003
dalam (Human
Development
Report) 2003 bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks
– HDI)berdasarkan angka buta huruf menunjukan bahwa pembangunan manusia
di Indonesia menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia. Sedangkan
Vietnam menempati urutan ke 109 padahal negara itu baru saja keluar dari
konflik politik yang cukup besar, namun Vietnam lebih yakin bahwa dengan
2
Fuad Hartadi, M.B.A
Best Practice
membangun manusianya sebagai prioritas terdepan akan mampu mengejar
ketertinggalan yang selama ini mereka alami.
6. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2006 menunjukan, bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan
membaca sebagai sumber utama dalam mendapatkan informasi.Masyarakat lebih
memilih menonton televisi (85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%)
daripada membaca koran (23,5%). (sumber:www.bps.go.id).
7. Menurut Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat H.R Agung Laksono,
prosentase minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,01 persen. Artinya
dalam 10.000 orang hanya 1 orang saja yang memiliki minat baca.
Berdasarkan uraian diatas, perlunya metode atau cara yang digunakan guru
untuk membangkitkan minat belajar siswa secara berkelanjutan. Berdasarkan
pengalaman penulis menjadi guru, beberapa sebab yang memengaruhi minat
membaca siswa antara lain:
1. Ujian, tes atau ulangan,
2. Intensif, bonus atau hadiah baik berupa materi maupun non materi,
3. Mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran,
4. Pembelajaran yang menyenangkan,
5. Perhatian orangtua siswa yang tinggi terhadap proses belajar anaknya,
6. Pelatihan motivasi belajar siswa yang berkelanjutan (tiap tiga bulanan atau
minimal satu semester sekali)
Memerhatikan hal tersebut penulis membangkitkan minat membaca siswa
dengan permainan kuis mata pelajaran. Permainan ini mengikutsertakan siswa dalam
proses belajar, terutama dalam hal membangkitkan minat baca.
II.
PEMECAHAN MASALAH
Penulis mencoba memecahkan masalah kurang minatnya siswa dalam
membaca melalui permainan kuis mata pelajaran. Prosedur pelaksanaan kuis ini
diuraikan sebagai berikut.
1. Tahap persiapan
3
Fuad Hartadi, M.B.A
Best Practice
Pada tahap ini guru mempersiapkan kuis dengan membuat pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Sebelum kuis dilaksanakan
guru dan siswa membuat kesepakatan atau kontrak belajar. Kesepakatan tersebut
sebagian besar merupakan inisiatif dari siswa. Isi kesepakatn tersebut berupa
kewajiban siswa untuk membaca materi sebelum kuis dimulai.
Siswa yang mampu menjawab kuis diberi hadiah. Hadiah yang diberikan
berupa nilai KKM atau hadiah yang lain. Siswa yang tidak mampu menjawab kuis
maka terkena sanksi. Sanksi merupakan suatu bentuk kesepakatan untuk merubah
sikap siswa, semula tidak mau membaca menjadi mau membaca.
Sanksi yang di buat merupakan ide/saran dari siswa dan wajib disepakati
oleh seluruh siswa. Sanksi yang diberikan masing-masing kelas sangat
dimungkinkan berbeda-beda. Guru tidak disarankan memberikan sanksi. Fungsi
guru hanya sebagai fasilitator dalam pemberian sanksi. Hal-hal yang perlu
disiapkan guru yaitu:
1) Membuat pertanyaan-pertanyaan kuis sesuai materi yang sedang dibahas.
Pertanyaan tersebut bisa dibuat dengan menggunakan kartu-kartu kuis, power
point bila menggunakan LCD proyektor atau daftar pertanyaan. Secara
normatif hal ini tidak memberatkan guru.
2) Akan lebih menarik bila guru membuat pertanyaan kuis pada kartu. Satu kartu
satu pertanyaan.
3) Guru membuat kartu yang berisi nama-nama siswa atau berisi nomor presensi
siswa (bisa digunakan untuk semua kelas).
4) Guru menyiapkan daftar nilai untuk mencatat siswa yang mampu menjawab
pertanyaan dengan benar
5) Guru menyiapkan daftar untuk mencatat siswa yang tidak mampu menjawab
dengan benar, sebagai bahan masukan untuk pembinaan.
2. Tahap pelaksanaan
4
Fuad Hartadi, M.B.A
Best Practice
Sebelum kuis dilaksanakan guru wajib memberikan modul materi,
sebagai bahan materi kuis pada pertemuan yang akan datang. Pelaksanaan kuis
dilakukan pada 15 atau 20 menit awal pelajaran. Proses ini wajib dilakukan setiap
pertemuan tatap muka. Pengkondisian semacam ini merupakan bentuk penanaman
kebiasaan siswa, agar selalu membaca materi sebelum pelajaran dimulai.
Guru harus selalu mewajibkan siswa untuk membaca materi yang akan
datang sebanyak lebih kurang 3-5 halaman. Pelaksanaan kuis yang dilakukan
diuraikan berikut ini.
1) Sebelumnya guru sudah memberikan modul/materi pelajaran pada siswa.
2) Guru membuat pertanyaan-pertanyaan untuk kuis sesuai dengan materi yang
dibaca siswa.
3) Setelah pembukaan guru memulai pelajaran dengan kuis selama 15 sampai 20
menit. Tujuan utama kuis adalah mengekplorasi siswa apakah sudah membaca,
sudah mempunyai pemahaman awal terhadap materi yang akan disampaikan
atau belum.
4) Guru meminta siswa untuk meneriakan yel-yel sebelum kuis dimulai. Contoh
Yel-yel yaitu: guru mengatakan Membaca, siswa menjawab Semangat,
Senang, Sejahtera. Atau yang lain guru mengatakan Membaca, siswa
menjawab Semangat, Senang, Bahagia. Yel-yel dimaksudkan untuk
membangkitkan semangat siswa dan menanamkan benih senang membaca.
5) Guru mengajukan pertanyaan pada siswa, apabila tidak ada siswa yang berani
mengangkat tangan untuk menjawab maka dipilih dengan menggunakan kartu.
Guru memberikan kartu yang berisi nama-nama atau nomor presensi siswa.
siswa diminta memilih kartu tersebut, siswa yang terpilih wajib menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
6) Bagi siswa yang mampu menjawab diberi hadiah berupa nilai KKM. Bila
mampu menjawab pertanyaan kedua, ketiga dan seterusnya diberi tambahan
nilai. Contoh jawaban benar pertanyaan pertama diberi nilai 65 (KKM), kedua
5
Fuad Hartadi, M.B.A
Best Practice
diberi tambahan nilai 5 point menjadi 70, ketiga diberi tambahan nilai 5 point
menjadi 75 dan seterusnya.
7) Bagi siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan akan diberikan sanksi dan
pengurangan nilai. Sanksi yang diberikan sesuai dengan kesepakatan yang telah
dibuat sebelumnya. Sanksi bukan suatu hukuman tetapi suatu alat untuk
merubah siswa agar mau membaca materi sebelum pembelajaran dimulai.
8) Pada akhir kuis menit ke-15 atau ke-20, guru membacakan hasil perolehan nilai
kuis maupun siswa yang mendapat sanksi.
9) Selesai kuis guru melanjutkan pembelajaran sebagaimana biasa.
10) Pada akhir pembelajaran guru meminta siswa membaca materi yang akan
datang sebanyak lebih kurang 3-5 halaman untuk kuis pertemuan yang akan
datang.
3. Tahap penjelasan materi
Setelah kuis selesai, guru akan mendapatkan informasi yang berharga
tentang pemahaman siswa terhadap materi yang dikuasai siswa. Guru wajib
menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh siswa pada saat
kuis berlangsung.
III. HASIL YANG DICAPAI
Kuis ini penulis lakukan sejak tahun 2003 saat mengajar mata pelajaran
Ekonomi dan Akuntasi kelas III di SMA Negeri 1 Karangmojo. Saat itu masih
saja ada siswa yang tidak lulus ujian nasional untuk mata pelajaran
Ekonomi/Akuntansi. Untuk membangkitkan minat baca siswa penulis mencoba
mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran melalui permainan kuis mata
pelajaran. Setelah diterapkan penulis dapat mengatakan bahwa semua siswa lulus
ujian nasional untuk mata pelajaran Ekonomi/akuntasi.
Pada tahun 2005 penulis ditugaskan untuk mengajar mata pelajaran
kewirausahaan di SMK N 1 Gedangsari. Mata pelajaran kewirausahan bukan
6
Fuad Hartadi, M.B.A
Best Practice
mata pelajaran yang diujikan secara nasional sehingga metode kuis tidak penulis
terapkan.
Pada tahun pelajaran 2007/2008 SMKN 1 Gedangsari meluluskan siswa
yang pertamakali. Hasil kelulusan menunjukkan ada siswa yang tidak lulus ujian,
sehingga harus ikut ujian nasional kejar paket. Meskipun bukan mata pelajaran
yang diujikan secara nasional penulis mencoba menerapkan metode kuis untuk
membangkitkan minat baca siswa.
Pada tahun 2009/2010 SMK N 1 Gedangsari mampu meluluskan seluruh
siswanya (lulus 100%). Tingkat kelulusan tersebut Alhamdulillah bertahan
sampai tahun 2013 ini. Berdasarkan hal-hal tersebut penulis dapat mengatakan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kelulusan siswa adalah minat baca
siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi minat baca siswa adalah kuis mata
pelajaran.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1) Kuis mata pelajaran mempengaruhi minat baca siswa.
2) Memberikan hadiah pada siswa yang berprestasi akan meningkatkan minat
belajar siswa
3) Memberikan sanksi pada siswa yang bersalah perlu diberikan dalam rangka
mengubah perilakunya menjadi lebih baik.
2. Saran
Bagi guru:
1) Berilah pertanyaan-pertanyaan secara lisan pada siswa baik diawal maupun
diakhir pembelajaran untuk membangkitkan minat baca siswa. Berilah hadiah
bagi siswa yang mampu menjawab pertanyaan.
7
Fuad Hartadi, M.B.A
Best Practice
2) Mintalah teman sejawat untuk menilai proses pembelajaran minimal setahun
sekali. Diskusikan hasil penilaian tersebut untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang masih kurang baik.
3) Libatkan siswa dalam pemberian sanksi untuk mengubah perilaku siswa.
8
Fuad Hartadi, M.B.A
Best Practice
Download