1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003; pasal 1, ayat 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Melalui pendidikan, diharapkan dalam potensi dalam diri individu akan lebih berkembang. Sehingga dengan hal ini perkembangan dalam masyarakat akan terus mengarah yang lebih baik dan tercipta generasi-generasi penerus yang lebih handal. Pengembangan kemampuan anggota masyarakat dalam menyiapkan generasi penerus merupakan tugas dan fungsi pendidikan yang paling menonjol. Pada sisi lain, secara empirik kita melihat kenyataan para pelajar tersebut menghadapi berbagai permasalahan yang serius seperti: tawuran, dan penyalahgunaan obat psikotropika. Selain itu, para pelajar sering pula diberitakan media melakukan tindakan kekerasan, pergaulan yang tidak teratur, serta banyak menyia-nyiakan waktu. Kondisi tersebut melahirkan berbagai implikasi langsung kepada diri para pelajar maupun implikasi tidak langsung kepada lingkungan sosial dan budaya bangsa. Dampak kepada para pelajar sebagai implikasi dari perilaku tersebut di atas adalah rendahnya prestasi akademik. Sementara dampak kepada lingkungan sosial 1 2 dan budaya bangsa dari perilaku pelajar tersebut di atas adalah tingginya angka penggangguran terpelajar (student unemployment) serta rendahnya daya saing bangsa di tengah–tengah bangsa lain di dunia. Rendahnya daya saing tersebut (seperti telah dimaklumi publik) dipengaruhi oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Guru sebagai pendidik dapat berfungsi sebagai Agent of Change. Dengan demikian guru mempunyai tugas guna melestarikan serta mentransformasikan nilai– nilai kultural kepada generasi muda, serta memberikan perubahan terhadap nilai–nilai kebudayaan ke arah yang lebih baik dan berkualitas. Menalaah fungsi dari pelajaran matematika yaitu mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistik, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa untuk memiliki: 1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata. 2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi. 3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, 3 berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah. Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibukukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada materi didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak dicapai. Aspek atau ruang lingkup materi pada standar kompetensi matematika adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar, trigonometri, peluang dan statistik, dan kalkulus. Dikutip dari Kompas.com bahwa "Belajar Matematika itu bukan sekedar mengajarkan anak tahu berhitung dan mengasah logika anak. Tetapi Matematika itu juga bisa dimanfaatkan untuk mengasah kreativitas otak yang dibutuhkan seseorang untuk berhasil dalam hidup," ujar Stephanus Ivan Goenawan, pengajar di Universitas Atmatajaya Jakarta, Kamis (26/3), di Jakarta. Dalam kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Kreativitas manusia melahirkan pencipta besar yang mewarnai sejarah kehidupan umat manusia dengan karya-karya spektakulernya. Meningkatkan kreativitas merupakan bagian integral dari kebanyakan program untuk anak berbakat. Jika kita tinjau program atau sasaran belajar siswa, kreativitas biasanya disebut sebagai prioritas, kreativitas memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia. 4 Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian kreativitas sebagai sifat yang diturunkan/ diwariskan oleh orang yang berbakat luar biasa atau genius. Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia. Dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa pengembangan kreativitas (daya cipta) hendaknya dimulai pada usia dini, yaitu dilingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan pra sekolah. Kreativitas perlu dipupuk, dikembangkan dan ditingkatkan, disamping mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang menunjang pembangunan. Sebagai Negara berkembang Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu memberikan sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta kepada kesejahteraan bangsa pada umumnya. Sehubungan dengan ini pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan kreativitas peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi, masyarakat, dan Negara. Tiga aspek kreativitas yaitu Fluency, Flexibility dan Originality Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kreativitas anak masih kurang seperti di kelas VIII SMP Negeri 1 Angkola Barat, ditemukan beberapa permasalahan yaitu: 1. Sebagian besar siswa dalam proses belajar, siswa hanya pasif. Hal ini disebabkan adanya sistem pilih kasih yang terlihat secaran menonjol oleh si guru terhadap peserta dididk, guru hanya aktif berkomunikasi dengan siswa-siswa yang pintar saja, sedangkan yang lainnya dibatasi komunikasi antara guru dengan siswa yang 5 lain. Seharusnya pelaksanaan proses pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa belajar dan keaktifan guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. Cara belajar siswa aktif dapat berlangsung dengan efektif, bila guru melaksanakan peran dan fungsinya secara aktif dan kreatif, mendorong dan membantu serta berupaya mempengaruhi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. 2. Siswa merasa tidak perlu aktif dalam mengikuti pelajaran matematika di sekolah, hal ini disebabkan beberapa tahun belakangan ini sudah kita ketahui bersama bahwa dalam menghadapi ujian nasional diberikan bantuan jawaban kepada para siswa. 3. Siswa kurang latihan dalam menjawab berbagai permasalahan matematika dan siswa tidak mempunyai keberanian dan sulit untuk mengemukakan ide dan pertanyaan karena masalah yang diberikan atau soal yang diberikan oleh guru kurang menantang, dan soal yang diberikan guru merupakan duplikat dari contoh soal yang diberikan hanya perbedaan angka saja. Melihat masalah tersebut, maka pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Angkola Barat, khususnya kelas VIII perlu diperbaiki guna meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa. Usaha ini dimulai dengan pembenahan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru, yaitu dengan menawarkan suatu strategi yang dapat meningkatkan kreativitas siswa. Dewasa ini pengkajian dan pengembangan model serta implementasi pendekatan pembelajaran telah banyak dilakukan. Salah satu usaha tersebut adalah penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan 6 model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk sendiri. Untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan Student Facilitator And Explaining tersebut perlu adanya kerjasama antara guru matematika dan peneliti yaitu melalui penelitian eksperimen. Proses penelitian ini memberikan kesempatan kepada peneliti dan guru matematika untuk mengidentifikasi masalah–masalah pembelajaran di sekolah, sehingga dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan. Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SMP yang harus dikuasai siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Angkola Barat salah satunya adalah tentang Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik siswa terlebih dahulu dilatih keterampilan dalam proses pemecahan masalah. Dengan memberikan tes, tugas, pertanyaan dan sebagainya. Salah satu contoh soal yang diberikan guru mengukur kreativitas yang dijawab siswa dalam pengamatan di lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 1 Angkola Barat adalah sebagai berikut: Di sebuah toko, Juli membeli 3 kg gula dan 2 kg tepung dengan harga Rp28500, kemudian Anggi membeli 4 kg gula dan 4 kg tepung di toko yang sama dengan harga Rp46000. Berapa rupiah jumlah harga 1 kg gula dan 1 kg tepung ? 7 a. Nyatakan gula sama dengan x dan tepung sama dengan y b. Berapa harga 1 kg gula dan 1 kg tepung ? Dari lembar jawaban siswa di atas, terlihat jelas ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Hal ini terlihat bahwa siswa kurang kreatif dalam mengerjakan soal. Untuk menyesaikan persoalan mengenai Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di atas, bisa kita selesaikan dengan berbagai aspek kreativitas. Misalnya aspek fluency yaitu kesigapan, kelancaran atau menghasilkan banyak gagasan secara tepat. Ataupun dengan aspek fleksibilitas yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam cara dalam menyelesaikan masalah tersebut di atas. Misalkan Gula =x Tepung =y Diketahui : 3x + 2y = 28.500 ……….. (1) 4x + 4y = 46.000 ………...(2) Ditanya : nilai x , y = ….? Jawab : Fluency Dengan menggunakan metode grafik 8 Tentukan titik potong masing-masing garis tersebut dengan sumbu x dan y seperti berikut ini: X 0 9500 3x + 2y = 28.500 Y 14250 0 4x + 4y = 46.000 X y 0 11500 11500 0 Gambar grafik persamaan 3x + 2y = 28.500 dan persamaan 4x + 4y = 46.000 Y 14000 13000 12000 11000 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 X 0 2500 5000 10000 12000 Flexibility 1. Subsitusi 3x + 2y = 28.500 ……….. (1) 4x + 4y = 46.000 ………...(2) Persamaan (1) 4x + 4y = 46.000 ……….. (2) 4x = 46000 – 4y x = 11500 – y subsitusikan nilai x ke persaaan (1) 3x + 2y = 28.500 9 3 (11500 – y) + 2y = 28.500 34.500 – 3y + 2y = 28.500 - y = -6000 y = 6000 subsitusikan nilai y ke persamaan (1) 3x + 2 (6000) = 28.500 3x + 12000 = 28.500 3x = 16.500 x = 5500 nilai x = 5500 dan y = 6000 2. Eliminasi Eliminasi x 3x + 2y = 28.500 x4 => 12x + 8y = 114000 4x + 4y = 46.000 x3 => 12x + 12y = 138000 -4y = -24000 Y = 6000 Eliminasi y 3x + 2y = 28.500 x2 => 6x + 4y = 57000 4x + 4y = 46.000 x1 => 4x + 4y = 46000 2x = 11000 Y = 5500 Nilai x = 5500 dan nilai y = 6000 Originality Ambil persamaan dua peubah berikut: ax + by = p ---------(1) cx + dy = q ---------(2) Nilai x dapat ditentukan dengan x = ( bq - pd)/(bc - ad), untuk nilai y subtitusikan nilai x kepersamaan (1) atau (2) Penyelesaian : x = ( bq - pd)/(bc - ad) 10 x = (2.46000 - 28000.4) / (4.2 - 3.4) = (92000 - 114000) / (8 - 12) x = -22000/-4 x = 5500 Untuk menemukan nilai y subtitusikan x = 5500 ke (1) Sehingga diperoleh: 3x + 2y = 28500 = 3(5500) + 2y = 28500 2y = 28500-16500 = 12000 y = 6000 Jadi sistem persamaan tersebut adalah x = 55000 dan y = 6000. Himpunan Penyelesaiannya : Hp = {5500,6000}. Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas VIII di peroleh bahwa kemampuan siswa mengemukakan ide baru belum nampak, kreativitas siswa dalam bertanya hanya 2 siswa (6,25%) dari 32 siswa, kemampuan memecahkan masalah hanya 7 siswa (21,875%) dari 32 siswa, prestasi belajar pun rendah yaitu hanya terdapat 19 siswa (59,375%) memperoleh nilai 60 dari 32 siswa. Dan pada kertas jawaban anak-anak dilihat belum terdapat aspek kreativitas yang diharapkan seperti, aspek fluency, flexibility, dan originality. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Terhadap Kreativitas Belajar Matematika Di SMP Negeri 1 Angkola Barat”. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti dapat mengidentifikasi masalah–masalah yang timbul dalam penelitian sebagai berikut: 1. Nilai matematika siswa rendah. 11 2. Siswa kurang kreatif dalam mengerjakan soal-soal. 3. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika. 4. Siswa kurang latihan dalam menjawab berbagai permasalahan matematika. 5. Siswa tidak mempunyai keberanian dan sulit untuk mengemukakan ide dan pertanyaan yang diberikan. C. Batasan Masalah Masalah yang dibahas perlu dibatasi terlebih dahulu agar penelitian ini dilakukan lebih terarah. Selain itu, pembatasan masalah juga bertujuan untuk menjadikan masalah yang sebenarnya menjadi jelas. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada : “Melihat peningkatan kreativitas belajar matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining pada pokok bahasan Persamaan Linear dua variabel (PLDV) di SMP Negeri 1 Angkola Barat. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat model pembelajaran Student Facilitator And Explaining dengan model Pembelajaran langsung terhadap kreativitas belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) di kelas VIII Di SMP Negeri 1 Angkola Barat? 2. Bagaimanakah aktivitas siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining? 12 3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) di kelas VIII Di SMP Negeri 1 Angkola Barat? E. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining dengan model pembelajaran langsung terhadap kreativitas belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) di kelas VIII Di SMP Negeri 1 Angkola Barat. 2. Untuk mengetahui aktivitas siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining. 3. interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) di kelas VIII Di SMP Negeri 1 Angkola Barat. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Siswa a. Siswa dapat terlibat atau berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran matematika melalui penerapan pembelajaran Student Facilitator And Explaining b. Siswa lebih termotivasi dan merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran Student Facilitator And Explaining 13 c. Melatih siswa untuk kreatif dalam proses pembelajaran matematika. 2. Guru a. Sebagai referensi guru-guru mata pelajaran matematika untuk memperbaiki system mengajarnya b. Memberikan informasi bahwa kreativitas siswa dalam belajar matematika dapat ditingkatkan melalui penerapan pembelajaran Student Facilitator And Explaining. 3. Sekolah Memberikan sumbangan kepada Kepala Sekolah sebagai upaya memperbaiki kinerja guru dan sebagai upaya meningkatkan mutu sekolah G. Defenisi Operasional Yang merupakan defenisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining adalah model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan idea tau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif dengan sebdirinya. 2. Kreativitas belajar adalah suatu kemampuan yang sangat berarti untuk mengemukakan beberapa ide/gagasan atau jawaban baru dari satu permasalahan matematika yang memperoleh hasil yang sama dengan cara yang sebelumnya. Adapun aspek kreativitas yaitu : Fluency, flexibility,dan Originality.