PELAPORAN KORPORAT TUGAS INDIVIDU PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING DISUSUN OLEH: Muhammad Rinaldi : 1820 3333 10014 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2019 1 DAFTAR ISI BAB I ...................................................................................................................... 3 1. LATAR BELAKANG ............................................................................ 3 2. RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 4 BAB II ..................................................................................................................... 5 1. TEORI VALUTA ASING ...................................................................... 5 2. SISTEM NILAI TUKAR ....................................................................... 8 3. PELAPORAN TRANSAKSI MATA UANG ...................................... 19 4. PENGARUH PAJAK ........................................................................... 32 5. TRANSLASI ........................................................................................ 34 6. PENGUNGKAPAN ............................................................................. 40 2 BAB I 1. LATAR BELAKANG Pasar valuta asing (valas) merupakan suatu jenis perdagangan atau transaksi yang memperdagangkan mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya (pasangan mata uang/pair) yang melibatkan pasar-pasar uang utama di dunia selama 24 jam secara berkesinambungan. Valas merupakan suatu mekanisme dimana orang dapat mentransfer daya beli antarnegara, memperoleh atau menyediakan kredit untuk transaksi perdagangan internasioanal, dan meminimalkan kemungkinan resiko kerugian akibat terjadinya fluktuasi kurs suatu mata uang, dikarenakan perbedaan nilai mata uang tiap Negara. Pada kegiatan perdagangan internasional, pembeli dan penjual memiliki nominal uang dalam mata uang yang berbeda dan tidak ada kurs tunggal mata uang dollar melainkan kurs yang berbeda-beda tergantung pada bank mana atau pelaku pasar mana yang bertransaksi. Oleh karena itu, si pembeli membutuhkan kepemilikan atas mata uang yang digunakan penjual agar ia bisa melakukan transaksi jual beli. Dengan kata lain, pembeli harus menukar sejumlah uang ke dalam mata uang penjual, nilai tukar antara mata uang satu dengan yang lainnya tidaklah selalu setara. Hal ini bergantung pada mekanisme pasar perdagangan internasional. Berdasarkan survei BIS (Bank International for Settlement, bank sentral dunia), yang dilakukan pada akhir tahun 2004, nilai transaksi pasar valuta asing mencapai lebih dari USD$1,4 triliun per harinya.2 Transaksi pasar valuta asing di 3 Indonesia dari data yang dihimpun dari BI, sampai September 2014 total transaksi kegiatan usaha penukaran valuta asing (KUPVA) bukan bank meningkat. Rata-rata pembelian uang kertas asing (UKA) dan cek pelawat (travelers cheque/TC) mencapai Rp 7,9 triliun per bulan. Sedangkan penjualan UKA sebesar Rp 7,8 triliun setiap bulan. Jumlah KUPVA bukan bank di Indonesia kini mencapai 916 kantor pusat yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. Mengingat tingkat likuiditas dan percepatan pergerakan harga yang tinggi tersebut, maka pasar valuta asing juga memiliki risiko yang tinggi. Sehingga perlu adanya pengawasan kegiatan usaha penukaran valas oleh pemerintah melalui izin kegiatan usaha penukaran valuta asing. 2. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah pada makalah ini adalah, “Menjelaskan PSAK tentang Valuta Asing beserta contoh pengungkapannya” 4 BAB II 1. TEORI VALUTA ASING Pengertian Valuta Asing (valas) atau foreign exchange (forex) ataupun foreign currency adalah mata uang asing yang difungsikan sebagai alat pembayaran untuk membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan juga mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral (Hady, Hamdy, 2007). Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dalam transaksi ekonomi keuangan internasional disebut dengan hard currency, yaitu mata uang yang berasal dari negara maju dan nilainya relatif stabil serta kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai dibanding mata uang dari negara lainnya. Sebaliknya mata uang yang berasal dari negara berkembang atau negara dunia ketiga jarang digunakan sebagai alat pembayaran antar negara karena nilainya relatif tidak stabil dan kadang mengalami depresiasi atau penurunan nilai, mata uang tersebut sering disebut dengan soft currency. Hard currency berasal dari negara-negara maju seperti Dollar-Amerika serikat (USD), Yen-Jepang (JPY), Euro (EUR), Poundsterling-Inggris (GBP), Dollar-Canada (CAD), Swiss-Franc (CHF), Dollar-Australia (AUD), dan lainlain. Sedangkan soft currency pada umumnya berasal dari negara berkembang seperti Rupiah-Indonesia (IDR), Bath-Thailand (THB), Peso-Philipina (PHP), Rupee-India (INR), dan lain sebagainya. Dewasa ini ada ratusan mata uang yang digunakan di puluhan negara di dunia. Dalam praktek perdagangan valuta asing, mata uang dari berbagai negara ini telah ditentukan kodenya oleh suatu badan internasional yaitu International Organisation 5 for Standardization yang sering disebut dengan ISO. Dalam ISO code ini biasanya mata uang suatu negara hanya diberi kode dengan tiga huruf, dimana dua digit pertama adalah nama negara dan satu digit terakhir (digit ketiga) adalah nama mata uang negara yang bersangkutan, misalkan pada contoh diatas adalah IDR dimana dua digit pertama menyatakan singkatan nama negara Indonesia dan digit ketiga merupakan inisial dari Rupiah. Disamping penamaan mata uang yang resmi seperti disebutkan sebelumnya, para praktisi valas juga mempunyai penamaan mata uang penting lainnya dengan nama yang khas misalnya Swiss-Franc (CHF) disebut dengan swissie, Dollar-Selandia Baru (NZD) dengan nama kiwi, Dollar-Australia (AUD) dengan nama aussie, PoundsterlingInggris (GBP) dengan nama cable. Nilai tukar valas ini selalu berubah-ubah setiap waktu. Pergerakan nilai tukar valas atau (rate valas) ini banyak hal yang mendasarinya, diantaranya adalah : 1. Devaluasi/Depresiasi dan Revaluasi/Apresiasi Devaluasi dan depresiasi adalah penurunan nilai tukar mata uang negara tertentu terhadap nilai mata uang negara lain, dimana depresiasi penurunannya tidak terlalu besar dan bersifat sementara sedangkan devaluasi penurunannya besar dan biasanya diumumkan secara resmi oleh pemerintah negara yang bersangkutan, begitu pula sebaliknya. 2. Nilai nominal dan nilai intrinsik mata uang Nilai yang tertera pada mata uang disebut nilai nominal / nilai ekstrinsik, sedangkan nilai intrinsik adalah nilai yang terkandung dalam mata uang itu sendiri, misalnya bahan yang digunakan untuk membuat mata uang itu (kertas, tinta, ongkos pembuatan, dan lain lain). 3. Neraca Pembayaran (Balance of Payment) 6 Balance of Payment (BOP) ini dapat diartikan sebagai laporan keuangan dari suatu negara yang menggambarkan aliran kas masuk dan keluar dari atau ke negara lain selama periode satu tahun. Dalam hal transaksinya BOP ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu transaksi yaitu transaksi kredit yang menimbulkan kewajiban untuk membayar, misalnya transaksi impor, sedangkan transaksi debit yang menimbulkan arus uang masuk atau hak penerimaan uang, misalnya, transaksi ekspor. 4. Cadangan Devisa Cadangan devisa ini dapat diartikan sebagai total dana dari suatu negara, baik itu berupa uang, asset likuid atau fasilitas lainnya dalam bentuk mata uang asing yang dimiliki oleh bank sentral suatu negara. 5. Tingkat Inflasi Tingkat inflasi dapat diartikan sebagai tingkat kenaikan harga barang konsumsi yang terjadi pada kurun waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam persen per tahun. 6. Suku Bunga Nominal Suku bunga nominal adalah suku bunga yang berlaku di suatu negara sebelum dikurangi tingkat inflasi. 7. Suku Bunga Riil Suku bunga riil adalah suku bunga yang berlaku di suatu negara setelah dikurangi dengan tingkat inflasi negara itu. 7 2. SISTEM NILAI TUKAR Dalam sejarah perkembangannya ada beberapa sistem nilai tukar yang digunakan berbagai negara dalam mengelola dan menentukan nilai tukar mata uangnya, diantaranya sebagai berikut : 1. Gold Standard Sistem ini dimulai pada tahun 1880 dan berakhir pada awal perang dunia pertama, terbagi menjadi dua sistem : a. Gold Specie Standard Standar ini menentukan nilai mata uang suatu negara dikaitkan dengan nilai jumlah emas tertentu, jadi nilai nominal pada koin logam sama dengan harga bahan baku emas tersebut. b. Gold Bullion Standard Standar ini digunakan ketika uang kertas mulai banyak digunakan, sehingga nilai mata uang tersebut dikaitkan dengan sejumlah tertentu emas. Bank sentral menjamin konvertibilitas mata uangnya (uang kertas) dengan emas. Pergerakan nilai tukar valuta yang ada di Gold Standard sangat kecil dan biasanya dipengaruhi oleh biaya transport dan biaya asuransi dari penyerahan secara fisik emas akibat defisit atau surplus dalam perdagangan internasional. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, apabila nilai tukar mata uang suatu negara yang defisit turun terlampau rendah, maka negara tersebut akan melebur koin yang dimilikinya dan membayar dengan emas yang harganya lebih tinggi, demikian pula sebaliknya. 2. Fixed Exchange Rate System Sistem ini mulai diterapkan setelah perang dunia kedua yang ditandai dengan digelarnya konferensi internasional mengenai sistem nilai tukar yang diadakan di 8 Bretton Woods, New Hamsphire, Amerika Serikat pada tahun 1944 yang menentukan kesepakatan sebagai berikut : a. Amerika Serikat mengaitkan mata uangnya US dollar dengan sejumlah emas tertentu yaitu 35 US dollar per ounce emas. b. Negara-negara lain dapat mengaitkan nilai mata uangnya dengan emas ataupun mata uang US dollar, dan dapat berfluktuasi sebesar 1% terhadap US dollar. c. Negara-negara lain dapat menyimpan cadangannya dalam bentuk emas ataupun mata uang US dollar. d. Amerika Serikat akan menjual emasnya dalam jumlah tertentu yang tetap kepada pemilik uang US dollar yang sah. e. Begitu mata uang suatu negara ditentukan nilai tukarnya maka pemerintah negara tersebut wajib memeliharanya dengan nilai tukar yang tetap. f. Didirikannya International Monetary Fund (IMF) untuk membantu bank sentral yang mengalami kesulitan keuangan dengan jalan memberikan pinjaman hutang sementara waktu. Selama berjalannya sistem ini maka pergerakan nilai tukar valuta sangatlah kecil, karena telah ditetapkan pada tingkat tertentu terhadap emas maupun US dollar yang kala itu US dollar-pun juga ditetapkan terhadap emas. Sistem ini berakhir pada tahun 60-70an dimana pada waktu itu Amerika serikat mengalami deficit pembayaran yang sangat besar. Amerika serikat harus mendevaluasi mata uangnya dari 35 US dollar per ounce emas menjadi 38 US dollar per ounce emas. Pada akhirnya pemerintah Amerika Serikat melepaskan keterikatan mata uang US 9 dollar dengan emas, tindakan tersebut menimbulkan tekanan kepada negara lain untuk melepaskan keterikatan mata uangnya dengan US dollar. 3. Floating Exchange rate System Setelah runtuhnya Fixed Exchange Rate System maka timbul konsep baru yaitu Floating Exchange Rate System, dimana pada konsep ini nilai tukar valuta dibiarkan bebas bergerak. Nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran valuta tersebut di pasar dalam prakteknya ada dua jenis Floating Exchange Rate System, yaitu : a. Free Floating Exchange Rate System Dalam sistem ini maka nilai tukar dibiarkan bergerak bebas sepenuhnya tergantung kekuatan permintaan dan penawaran di pasar, bank sentral juga tidak melakukan intervensi guna mempengaruhi nilai tukar. b. Managed (Dirty) Floating Exchange Rate System Pada sistem ini bank sentral dapat melakukan intevensi guna mempengaruhi nilai tukar valuta. a. Teori yang Berkaitan dengan Nilai Tukar Valuta Ada beberapa teori yang berkaitan dengan nilai tukar valuta asing, diantaranya sebagai berikut : 1. Balance of Payment Approach Pendapat ini berdasarkan pada pendapat bahwa nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan, dimana alat untuk mengukur hal tersebut adalah Balance of Payment. Bila BOP suatu negara mengalami defisit maka dapat diartikan bahwa penghasilan (arus uang masuk) lebih kecil dari pengeluaran (arus uang keluar), maka permintaan akan valuta negara lain akan meningkat untuk 10 membayar defisit tersebut, nilai tukar valutanya akan cenderung menurun, demikian pula sebaliknya. Jadi teori ini berusaha menggunaan BOP sebagai faktor dominan yang menentukan nilai tukar valuta. 2. Purchasing Power Parity Theory Berbeda dengan pendekatan sebelumnya, maka teori ini menghubungkan nilai tukar valuta dengan daya belinya terhadap suatu barang atau jasa, dimana dianggap bahwa barang dimanapun di dunia nilainya adalah sama, dengan pendekatan Law of One Price sebagai dasar. Asumsinya adalah dua barang yang sama dan identik seharusnya mempunyai harga yang sama di manapun di dunia. 3. Fisher Effect Diperkenalkan oleh Irving Fisher, dimana dinyatakan bahwa tingkat bunga nominal di suatu negara akan sama dengan tingkat suku bunga riil ditambah tingkat inflasi di negara itu. Menurut Fisher Effect bahwa tingkat suku bunga nominal di dua negara dapat berbeda karena tingkat inflasi mereka juga berbeda. 4. International Fisher Effect Pendapat ini didasari Fisher Effect seperti disebutkan diatas, pendapat ini menyatakan bahwa pergerakan kurs di suatu negara disebabkan oleh perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut. Implikasinya adalah bahwa orang tidak bisa menikmati keuntungan hanya dengan menanamkan dananya ke negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang negara yang suku bunga nominalnya tinggi tersebut akan terdepresiasi (turun nilai) sebesar selisih bunga nominal negara yang tinggi dikurangi suku bunga nominal negara yang rendah. 11 Jenis valuta asing Menurut KBBI, kata valuta bermakna nilai uang. Sehingga, pengertian valuta asing adalah nilai uang asing, selain mata uang suatu negara, yang digunakan sebagai alat pembayaran. Contoh valuta asing adalah mata uang lain selain Rupiah. Beberapa contoh valas yang sering ditransaksikan dalam perdagangan internasional adalah: USD, EURO, YEN, YUAN, dan riyal. Pada prakteknya, transaksi valas dilakukan dengan jenis-jenis valuta asing tertentu. Hal ini disebabkan adanya kebutuhan pembayaran transaksi internasional atau pengiriman dana antar negara akan mekanisme transaksi forex yang cepat, aman dan berbiaya murah. Oleh sebab itu, jenis transaksi valas berkembang, mengikuti ketersedian jenis valuta asing yang dapat ditransaksikan. Secara umum, terdapat dua jenis valas dalam transaksi valuta asing, kedua jenis valas tersebut adalah: Valuta asing Fisik – terkadang disebut juga sebagai bank notes. Valas fisik adalah uang kartal asing yang sah sebagai alat pembayaran di negara tersebut. Biasanya berbentuk uang kertas US$ 10. Valuta asing nonfisik – adalah valas dalam bentuk uang giral, yaitu berupa tagihan yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat pembayaran, biasanya dikeluarkan oleh bank atau lembaga lain sejenis. 12 Salah satu jenis valuta asing non-fisik adalah travelers cheque. Jenis valuta asing tersebut merupakan alat pembayaran bagi mereka yang berpergian. travelers cheque tersebut dapat dicairkan menjadi uang kartal pada pihak yang ditunjuk. Selain itu, juga dapat berupa saldo valuta asing pada bank devisa suatu negara dan wesel luar negeri Perspektif Transaksi Tunggal Pada transaksi tunggal, penyesuaian nilai tukar dimasukan sebagai penyesuaian terhadap pembukuan transaksi awal dengan alasan bahwa transaksi dan perjanjiannya merupakan kejadian tunggal Persepektif Transaksi Ganda Pada perspektif transaksi ganda, penerimaan piutang karena mempertimbangkan kejadian yang terpisah dari penjualan yang memberikan tambahan pendapatan. Dalam ilustrasi sebelumnya, penjualan ekspor dan piutang berhubungan akan dicatat dalam nilai tukar pada saat itu Contoh Ilustrasi Valuta Asing Jenis Transaksi Valas Berbagai motif transaksi valas seperti ekspor-impor, penanaman modal asing, pembayaran hutang luar negeri, kebutuhan transfer dana antar negara, hingga spekulasi, menyebabkan tingginya kebutuhan untuk bertransaksi forex. Sehingga, hampir semua perbankan besar dunia menyediakan layanan transaksi valas. Selain itu, transaksi valuta asing juga dilakukan di pasar valuta asing. 13 Setidaknya terdapat 5 jenis transaksi valas yang terjadi di perbankan dan pasar valas. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai mekanisme dan cara transaksi forex tersebut. A. Spot Tunai Transaksi spot adalah transaksi foreign exchange (forex) yang dilakukan dengan saling menukarkan valuta asing atau bank note yang dimilikinya. Contoh transaksi spot tunai adalah transaksi forex pada money changer atau bank. Saat nasabah datang hendak menukarkan sejumlah uang rupiah yang dimilikinya menjadi uang dolar amerika, atau sebaliknya. Jenis transaksi valuta asing spot tunai ini biasa dilakukan dengan pertukaran langsung dan saat itu juga. Ketika nasabah dan penyedia layanan penukaran uang mencapai kesepakatan mengenai harga kurs beli atau kurs jual yang digunakan sebagai acuan menentukan nilai uang yang dipertukarkan. Maka penyerahan uang yang dipertukarkan dilakukan saat itu juga. Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur dalam mata uang asing. Misal, kurs US$ 1 = Rp. 10 ribu, bermakna setiap 1 dolar amerika bernilai 10 ribu rupiah. Pada transaksi forex, selalu ada 2 jenis kurs yang perlu diketahui sebelum transaksi dilakukan, kedua tranasaksi tersebut adalah kurs jual dan kurs beli. Penting untuk diketahui bahwa penamaan jual dan beli disini adalah transaksi jual dan beli yang dilakukan oleh penyedia layanan money changer. 14 Sehingga jika anda ingin menukarkan uang rupiah ke dolar amerika, maka perhatikan nilai kurs jual, karena money changer, menjual USD yang mereka miliki kepada anda. Sebaliknya, jika hendak menukarkan valas anda menjadi rupiah, maka cermatilah harga kurs beli valuta asing yang hendak anda jual. Dengan begitu anda dapat dengan mudah mengenali perbedaan kurs jual dan beli dari nilai kurs yang ditawarkan money charger. Yaitu, nilai kurs lebih rendah merupakan nilai kurs beli, dan yang lebih tinggi adalah kurs jual. B. Transaksi Spot Transfer Berbeda dengan spot tunai, pada jenis transaksi valas ini dilakukan mengunakan jenis valuta asing non-fisik. Selain itu, penyerahan uang asing yang dipertukarkan juga tidak dilakukan segera, karena membutuhkan waktu untuk penyelesaian proses transfer antar bank. Contoh transaksi spot adalah seorang pengusaha yang melakukan pembayaran impor barang mengunakan layanan jasa transfer internasional atau remitansi lembaga keuangan syariah. Penyerahan uang dalam transaksi spot transfer ini dapat terjadi dalam 3 pilihan periode waktu, yang dapat dipilih sesuai kebutuhan dan biaya yang akan dikeluarkan. Spot – merupakan transaksi spot normal, dengan penyerahan dua hari kerja setelah tanggal transaksi. Tom – adalah transaksi spot dengan penyerahan pada hari kerja berikutnya setelah kontrak transaksi (one day settlement) 15 Today – apabila penyerahan dilakukan pada hari kerja yang sama dengan tanggal transaksi. Selain perbedaan waktu penyerahan uang, 3 jenis transaksi spot transfer ini juga memerlukan biaya yang berbeda. Transaksi spot berbiaya normal, sedangkan spot value today berbiaya paling mahal. C. Transaksi Forward Adanya kebutuhan untuk melakukan pembayaran hutang ataupun pembiayaan eksport dan import dalam valuta asing menimbulkan resiko fluktuasi kurs valas. Terlebih lagi, pada transaksi valuta asing yang baru akan berlangsung beberapa hari hingga beberapa bulan kedepan. Oleh karena itu, para pelaku transaksi membutuhkan jenis transaksi valas yang dapat meminimalkan resiko ataupun kerugian akibat fluktuasi nilai tukar. Salah satu caranya adalah dengan melakukan transaksi forex forward. Transaksi forward adalah perjanjian atau kontrak untuk melakukan transaksi valuta asing dengan kurs dan jumlah yang disepakati pada awal transaksi, dan penyerahan dana dilakukan kemudian, minimal setelah 2 hari dari tanggal transaksi. Selain perbedaan waktu penyelesaian transaksi valas, perbedaan transaksi spot dan forward adalah pada kurs yang digunakan pada saat transaksi (kurs forward). Perbedaan kurs inilah yang menjadi mekanisme hedging (lindung nilai), bagi pihak yang ingin menghindari resiko kurs yang berfluktuasi. 16 Contoh transaksi forward adalah pengusaha yang melakukan akad istishna untuk pembelian mesin dari luar negeri, dan akan membayarnya 3 bulan lagi. Jika harga kurs spot dolar adalah Rp. 10.000/USD, Pengusaha tersebut membuat kontrak forward dengan perbankan dengan kurs Rp. 10.100/USD, untuk menghindari resiko nilai tukar menjadi lebih tinggi diatas kemampuannya. Sehingga, apabila kurs menjadi Rp. 10.200/USD, pengusaha tersebut tetap melakukan transaksi valuta asing dengan kurs Rp. 10.100/USD. Sesuai kesepakatan kontrak forward yang dibuatnya. D. Transaksi Swap Transaksi swap adalah kontrak forex gabungan antaran transaksi spot dan forward yang dilakukan pada tanggal transaksi yang sama, namun tanggal jatuh tempo berbeda. Swap mata uang merupakan salah satu dari banyak jenis-jenis swap yang sering digunakan dalam transaksi keuangan internasional dan transaksi derivatif. Perhatikan contoh transaksi swap berikut ini, untuk memperoleh gambaran cara melakukan hedging atau lindung nilai kurs valas mengunakan metode swap mata uang. Tiga bulan kedepan, importir memerlukan pendanaan dalam mata uang dolar amerika. Cara melakukan hedging mengunakan jenis transaksi valas swap adalah sebagai berikut: Importir melakukan transaksi valas spot beli, untuk mengkonversi uang rupiahnya menjadi dolar amerika. 17 sekaligus melakukan transaksi forward 3 bulan untuk menkonversi USD hasil transaksi spot menjadi rupiah kembali Melalui contoh swap mata uang ini, dapat tergambar tujuan transaksi swap valas adalah untuk mendapatkan kepastian nilai kurs transaksi valuta asing selama periode kontrak swap. Serta menghindari kerugian akibat fluktuasi nilai tukar uang. E. Transaksi Option (opsi) Jenis transaksi valas option adalah salah satu contoh transaksi derivatif perbankan. Sebab, option valas mengunakan nilai kurs valas tertentu sebagai acuan pokok terjadinya transaksi. Adapun pengertian opsi adalah transaksi yang berdasarkan kontrak perjanjian untuk memberikan hak tanpa kewajiban kepada pembeli option untuk melakukan pembelian atau penjualan sejumlah nominal suatu valuta asing, dengan harga tertentu (strike pice) serta waktu tertentu dimasa yang akan datang, selama periode perjanjian kontrak yang disepakati. Pada prakteknya terdapat dua jenis kontrak option, yaitu call option atau put option. Call option adalah hak untuk membeli suatu valuta asing, sedangkan put option adalah hak untuk menjual suatu valas tertentu dalam kontrak opsi (option). 18 3. PELAPORAN TRANSAKSI MATA UANG Suatu transaksi mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasikan atau memerlukan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi-transaksi yang timbul ketika suatu entitas: a. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan dalam suatu mata uang asing. b. Meminjam atau meminjamkan dana ketika jumlah yang merupakan utang atau tagihan didenominasikan dalam suatu mata uang asing; atau c. Memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau menyelesaikan kewajiban yang didenominasikan dalam suatu mata uang asing. Ilustrasi l : PT. ABC merupakan entitas yang didirikan di Indonesia yang pelaporan keuangannya berakhir pada tanggal 31 Desember dan menggunakan rupiah sebagai mata uang fungsionalnya. Pada tanggal 15 Mei 2012 . PT ABC membeli barang seharga US$ 100.000 dari PT. XYZ dimana kurs pada saat itu US$ 1 = Rp. 9.900. PT XYZ merupakan entitas yang didirikan di Amerika yang menggunakan dolar Amerika (US$) sebagai mata uang fungsionalnya . Berdasarkan PSAK 10 , transaksi ini harus dicatat sesuai nilai tukar spot pada tanggal transaksi yaitu sebagai berikut Pembelian (Debet) Utang Usaha (Kredit) Rp. 990.000.000 Rp. 990.000.000 ( mencatat pembelian pada tanggal 15 Mei 2012 ) 19 Pelaporan pada Akhir Periode Pelaporan Berikutnya Pada akhir setiap periode pelaporan: a. Pos moneter mata uang asing harus dijabarkan menggunakan kurs penutup; b. Pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, dalam suatu mata uang asing harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi; dan c. Pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing haru s dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan. Jumlah tercatat dari suatu pos ditentukan sejalan dengan pernyataan lain yang relevan. Sebagai contoh, aset tetap dapat diukur dengan nilai wajar atau biaya historis sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap. Apakah jumlah tercatat ditentukan berdasarkan biaya historis ataupun berdasarkan nilai wajar, jika jumlahnya ditentukan dalam mata uang fungsional sesuai pernyataan ini. Ilustrasi 2 : Diasumsikan pada tanggal 31 Desember 2012 utang dagang PT. ABC pada ilustrasi di atas belum dibayar. Kurs yang berlaku pada tanggal 31 Desember 2012 adalah $ 1 = Rp. 10.500. Dengan demikian utang usaha harus disajikan ulang menggunakan kurs penutup (31 Desember 2012 ) Sebesar Rp. 1.050.000.000 Rugi Kurs Utang Usaha Rp. 150.000.000 Rp. 150.000.000 Ilustrasi 3: Pada tanggal 5 Juni 2012 PT. ABC juga melakukan transaksi pembelian sebidang tanah di Australia untuk tujuan investasi. Sesuai dengan PSAK 13, PT. ABC 20 memutuskan menggunakan metode biaya untuk memperhitungkan property investasi tersebut. Biaya perolehan tanah adalah sebesar US$ 4.000.000 dimana kurs yang berlaku pada tanggal 5 juni 2012 adalah US$ 1 = Rp. 9.500 sementara kurs yang berlaku pada tanggal 31 Desember 2012 USS 1 = Rp. 9.700. ➢ Dalam ilustrasi ini, property investasi akan diakui tanggal 5 juni 2014 sebesar Rp38 . 000 . 000 . 000 ( 84 juta x Rp9500 ). ➢ Karena property investasi merupakan pos nonmoneter yang dicatat pada nilai historis, maka penyajian nilai property investasi pada tanggal 31 Desember 2012 adalah tetap sebesar Rp38 miliar ( sesuai dengan nilai pada tanggal transaksi ) Ilustrasi 4: Pada tanggal 1 Oktober 2012, PT. ABC membeli kepemilikan saham beberapa entitas di Amerika untuk tujuan spekulasi. Berdasarkan PSAK 55, perhitungan investasi dalam sekuritas dilakukan berdasarkan nilai pasar (mark-to-market). Biaya investasi saham yang dikeluarkan PT. ABC adalah sebesar US$ 120.000 dan harga tercatatnya pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar US$ 165.000. Sementara nilai kurs pada tanggal 1 Oktober 2012 dan 31 Desember 2012 masingmasing adalah US$ 1 = Rp. 9.700 dan US$ 1 = Rp. 9.600. ➢ Pada ilustrasi ini, investasi dalam sekuritas yang diakui pada tanggal 1 Oktober 2012 pada jumlah Rp. 1.164.000.000 (US$ 120.000 x Rp. 9.700). ➢ Karena investasi dalam sekuritas merupakan pos nonmeneter, maka pada tanggal 31 Desember 2012 harus disajikan ulang menggunakan kurs penutup yaitu sebesar Rp. 1.584.000.000 (US$ 165.000 x Rp. 9.600 ). 21 Pengakuan Selisih Nilai Tukar Selisih nilai tukar yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada penjabaran pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut dijabarkan pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan sebelumnya harus diakui dalam laba atau rugi dalam periode pada saat terjadinya. Ketika pos moneter timbul dari transaksi mata uang asing dan terdapat perubahan dalam nilai tukar antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian, terjadilah sejumlah selisih nilai tukar. Ketika transaksi diselesaikan dalam suatu periode akuntansi yang sama seperti saat transaksi itu terjadi, semua selisih nilai tukar diakui dalam periode itu. Namun ketika transaksi diselesaikan dalam periode akuntansi berikutnya, selisih nilai tukar yang diakui dalam setiap periode sampai pada tanggal penyelesaian, ditentukan dengan perubahan pada nilai tukar selama masing-masing periode. Ketika suatu keuntungan atau kerugian pada suatu pos nonmoneter diakui dalam pendapatan komprehensif lain, setiap komponen perubahan dari keuntungan atau kerugian itu harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Sebaliknya ketika keuntungan atau kerugian pada suatu pos nonmoneter diakui dalam laba atau rugi, setiap komponen perubahan dari keuntungan atau kerugian tersebut harus diakui dalam laba atau rugi. Ketika suatu pos moneter membentuk bagian dari investasi neto suatu entitas pelapordalam suatu kegiatan usaha luar negeri dan didenominasikan dalam mata uang fungsional darientitas pelapor, suatu selisih nilai tukar muncul dalam 22 laporan keuangan individual kegiatan usaha luar negeri. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam mata uang fungsional dari kegiatan usaha luar negeri itu, selisih nilai tukar muncul di dalam laporan keuangan terpisah suatu entitas pelapor. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam suatu mata uang selain mata uang fungsional baik entitas pelapor atau kegiatan usaha luar negeri, suatu selisih nilai tukar muncul dalam laporan keuangan terpisah entitas pelapor dan dalam laporan keuanganindividual kegiatan usaha luar negeri. Selisih nilai tukar tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain pada laporan keuangan yang mencakup kegiatan usaha luar negeri dan entitas pelapor (yaitu laporan keuangan yang didalamnya kegiatan usaha luar negeri dikonsolidasikan secara proporsional atau dihitung dengan menggunakan metode ekuitas). Ilustrasi1: PT. BATIK merupakan entitas yang didirikan di Indonesia yang pelaporan keuangannya berakhir pada tanggal 31 Desember dan menggunakan Rupiah sebagai mata uang fungsional. Pada tanggal 12 Juli 2012 PT. Batik membeli barang senilai US$ 10.000 dari PT.SAM. PT.SAM merupakan entitas yang didirikan di Amerika yang menggunakan dolar Amerika (US$) sebagai mata uang fungsional. Pada Langgal 20 November 2012 PT. Batik melakukan pelunasan atas utang usahanya, Kurs pada tanggal 12 Juli 2012 dan 20 November 2012 masing-masing adalah US$ 1 = Rp. 9.400 dan US$ 1 = Rp. 9.700. 23 "Perspektif Satu Transaksi“ 12 Juli 2012 Persediaan Rp. 94.000.000 Utang Usaha Rp. 94.000.000 (mencatat pembelian ) 20 November 2012 Pembelian Rp. 2.000.000 Utang Usaha Rp2.000.000 (mencatat selisih kurs) Utang Usaha Rp. 96.000.000 Kas Rp. 96.000.000 (mencatat pelunasan utang) " Perspektif Dua Transaksi” 12 Juli 2012 Persediaan Rp. 94.000.000 Utang Usaha Rp. 94.000.000 (mencatat pembelian) 20 November 2012 Rugi kurs Utang Usaha Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000 (mencatat selisih kurs) Utang Usaha Rp. 96.000.000 Kas Rp. 96.000.000 24 (mencatat pelunasan utang) Ilustrasi 2 Jika ilustrasi 1 di atas baru dilunasi pada tanggal 8 Februari 2013 dimana kurs pada tanggal 31 Desember 2012 dan 8 Februari 2013 masing-masing adalah sebesar Rp. 9.500 dan Rp. 9.700, maka pencatatan akuntansi berdasarkan PSAK 10 (perspektif dua transaksi) adalah sebagai berikut: 12 Juli 2012 Persediaan Rp. 94.000.000 Utang Usaha Rp. 94.000.000 (mencatat pembelian) 31 Desember 2012 Rugi Kurs Rp. 1.000.000 Utang Usaha Rp. 1.000.000 (mencatat selisih kurs belum direalisasi) 8 Februari 2013 Rugi Kurs Rp. 2.000.000 Utang Usaha Rp. 2.000.000 (mencatat selisih kurs) Utang Usaha Rp. 97.000.000 Kas Rp. 97.000.000 (mencatat pelunasan utang) 25 4. PENGGUNAAN MATA UANG Isu utama bagi entitas yang akan menerapkan PSAK 10 ini adalah menentukan Financial Currency. Sesuai dengan pedoman yang diberikan oleh PSAK 10 (Revisi 2010) pada paragraf 9 dan 10, terdapat 2 (dua) kriteria yang digunakan dalam melakukan assessment functional currency suatu entitas yakni: Mata uang fungsional merupakan mata uang pada lingkungan ekonomi utama di mana entitas beroperasi. Mata uang fungsional mencerminkan transaksi, kejadian dan kondisi yang mendasari yang relevan sehingga apabila telah ditentukan maka mata uang fungsional ini tidak berubah kecuali ada perubahan pada transaksi, kejadian dan kondisi yang mendasari tersebut. Suatu entitas mempertimbangkan mata uang fungsionalnya karena ditentukan oleh beberapa hal. • Pertama, mata uang yang paling mempengaruhi harga jual barang dan jasa. • Kedua, mata uang dari negara yang kekuatan persaingan dan peraturannya sebagian besar menentukan harga jual barang dan jasa entitas. • Ketiga, mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain dari pengadaan barang atau jasa. • Keempat, mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan dihasilkan (antara lain penerbitan instrumen utang dan instrumen ekuitas). • Kelima, mata uang yang mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan. 26 Jika indikator tersebut bercampur dan mata uang fungsional tidak jelas, maka manajemen menggunakan pertimbangannya untuk menentukan mata uang fungsional yang paling tepat menggambarkan pengaruh ekonomi dari transaksi, Penentuan mata uang fungsional dilakukan dan ditetapkan pada level entitas. Hal ini berarti bahwa antara perusahaan induk dengan anak-anak perusahaan dapat menggunakan mata uang fungsional yang berbeda sesuai dengan lingkungan ekonomi di mana masing-masing entitas beroperasi. Perubahan mata uang fungsional tersebut akan berdampak luas karena akan berimplikasi pada kebutuhan untuk melakukan perubahan di dalam kesisteman (termasuk data cleansing) yang digunakan untuk pelaporan keuangan saat ini, aspek perpajakan serta perubahan di dalam pengukuran performansi manajemen serta aspek penganggaran yang selama ini diukur dalam mata uang rupiah. Ketentuan terkait penyajian Laporan Keuangan berdasarkan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), bisa dilihat berdasarkan UU tentang Perseroan Terbatas, ketentuan BAPEPAM, dan Perpajakan atas laporan keuangan. Ketentuan tentang Perseroan Terbatas yang diatur melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, turut mengatur bagaimana suatu perseroan menyampaikan laporan tahunannnya. Lebih lanjut Undang-Undang Perseroan telah mengharuskan agar laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan (ref. Pasal 66 ayat 3). Dengan demikian maka, suatu perusahaan wajib mengikuti standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia dalam hal ini Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). 27 Sementara itu Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) telah menerbitkan peraturan yang menyelaraskan kewajiban suatu perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangan berdasarkan pedoman standar akuntansi keuangan sehubungan dengan adanya program konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS), khususnya bagi perusahaan emiten dan perusahaan publik yang tercatat di bursa Indonesia. Secara tegas, Peraturan Menteri Keuangan telah menetapkan laporan keuangan merupakan laporan keuangan lengkap yang terdiri dari laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif serta catatan atas laporan keuangan. Terkait ketentuan perpajakan telah dijelaskan secara khusus laporan keuangan dengan menggunakan istilah pembukuan, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 angka 29 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut Selanjutnya di dalam pasal 28 ayat 4 telah dibatasi bahwa pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin angka arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diijinkan oleh Menteri Keuangan. 28 Terkait peraturan perpajakan tersebut, saat ini masih terdapat kendala bagi beberapa entitas karena Peraturan Menteri Keuangan No. 196/PMK.07/2007 tanggal 26 Desember 2007 yang digunakan sebagai landasan bagi pelaporan keuangan dengan menggunakan mata uang selain Rupiah hingga saat ini belum dicabut atau diubah. Peraturan Menteri Keuangan tersebut telah membatasi beberapa Wajib Pajak yang dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan satuan mata uang selain rupiah serta kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan. Dari pembahasan ini, penentuan mata uang fungsional dalam kegiatan operasional dan bisnis suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dominasi mata uang yang digunakan baik dalam transaksi penjualan, pembelian maupun penerimaannya. Penyajian mata uang fungsional yang tepat dalam laporan keuangan akan menghasilkan laporan keuangan yang andal sehingga dapat mencerminkan kondisi dan kinerja suatu perusahaan yang sebenarnya. Meskipun sampai dengan saat ini terdapat benturan dengan ketentuan perpajakan yang telah membatasi wajib pajak tertentu saja yang dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan satuan mata uang selain rupiah, namun tidak menutup kemungkinan hal ini dapat diusulkan kepada pihak otorisasi perpajakan ataupun Kementerian Keuangan untuk melakukan pembaruan atas peraturan yang telah ada dan menyesuaikan dengan perkembangan kebijakan akuntansi di Indonesia yang sudah konvergen dengan IFRS, sebagaimana juga diatur dalam Undang Undang Perseroan dan Ketentuan BAPEPAM-LK. 29 Par. 10. Indikator Tambahan: mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan dihasilkan dan mata uang yang mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan. Faktor-faktor berikut juga dapat memberikan bukti mengenai mata uang fungsional. 1. Mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan dihasilkan, antara lain penerbitan instrumen utang dan instrumen ekuitas, referred sebagai Indikator Tambahan 10 (a) 2. Mata uang yang mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan, referred sebagai Indikator Tambahan 10 (b) Par. 11. Faktor-faktor berikut ini dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsional dari kegiatan usaha luar negeri, serta apakah mata uang fungsionalnya sama dengan mata uang entitas pelapor (entitas pelapor dalam konteks ini merupakan entitas yang memiliki kegiatan usaha luar negeri sebagai entitas anak, cabang, entitas asosiasi, atau ventura bersama): 1. Apakah aktivitas kegiatan luar negeri dilaksanakan sebagai perpanjangan dari entitas pelapor, bukan dilaksanakan dengan tingkat otonomi signifikan, referred sebagai Indikator Tambahan 11 (a) 2. Apakah transaksi dengan entitas pelapor memiliki proporsi yang tinggi atau rendah dari kegiatan usaha luar negeri, referred sebagai Indikator Tambahan 11 (b) 3. Apakah arus kas dari kegiatan usaha luar negeri secara langsung mempengaruhi arus kas entitas pelapor dan siap tersedia untuk dikirimkan ke entitas pelapor, referred sebagai Indikator Tambahan 11 (c) 30 4. Apakah arus kas dari aktivitas kegiatan luar negeri cukup untuk membayar kewajiban utang yang ada atau pun yang diperkirakan dapat terjadi tanpa adanya dana yang disediakan oleh entitas pelapor, referred sebagai Indikator Tambahan 11 (d) Indikator Tambahan merupakan kriteria tambahan yang dipergunakan manakala dari hasil assessment dengan Indikator Utama belum diperoleh bukti yang menunjukkan dominasi suatu functional currency tertentu. Ketika Indikator Utama dan Tambahan masih belum menampakkan dominasi atas satu mata uang, maka manajemen menggunakan pertimbangannya untuk menentukan mata uang fungsional manakah yang paling tepat. Dalam menentukan assessment atas functional currency ini, entitas (biasanya) meminta bantuan pihak independent (eksternal), yaitu jasa akuntan publik. Assessor melakukan klarifikasi melalui interview maupun verifikasi data pendukung, baik yang bersifat teknis accounting maupun non-accounting (seperti kebijakan marketing, kebijakan pricing dan lainnya. Laporan assessment berupa kesimpulan dan rekomendasi mata uang fungsional entitas. Langkah selanjutnya setelah kita menentukan functional currency entitas, adalah mengkonversi transaksi maupun kejadian ekonomi dalam bentuk mata uang asing ke dalam functional currency, sampai dengan penyajian laporan keuangannya. Dan langkah selanjutnya proses translasi untuk menghasilkan laporan keuangan dengan menggunakan mata uang selain functional currency 31 4. PENGARUH PAJAK Definisi Kurs Pajak Pelaporan keuangan akan menghasilkan informasi komersial tentang kinerja perusahaan dalam bentuk warta berupa laba-rugi, posisi keuangan, arus kas, dan lain-lain. Informasi tersebut menjadi landasan untuk diproses lebih lanjut bagi kepentingan banyak pihak, salah satunya adalah pemerintah melalui pajak. Oleh sebab itu terdapatlah kurs pajak. Secara resmi, kurs pajak adalah nilai kurs yang dipakai sebagai dasar pelunasan antara lain: 1. Dasar Pelunasan Bea Masuk 2. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah 3. Pajak Ekspor 4. Pajak Penghasilan. Kurs pajak diatur melalui Keputusan Menteri Keuangan secara periodik setiap pekan dan digunakan Wajib Pajak ketika transaksi yang melibatkan aspek yang telah disebutkan diatas menggunakan mata uang asing sehingga perlu dikonversi ke dalam rupiah. Artinya ketika transaksi tersebut terjadi (misal: penerbitan faktur pajak, penentuan harga jual produk impor dan nilai ekspor) untuk keperluan menghitung besaran beban pajak yang harus diperhitungkan sebagai harga atau sebagai kewajiban yang harus dibayarkan. Kurs pajak ditentukan seminggu sekali melalui Keputusan Menteri Keuangan. Jika terdapat mata uang asing dengan kurs yang tidak tertera pada 32 keputusan ini, maka kurs tersebut harus dikonversi ke Dolar Amerika dengan menggunakan spot harian valuta asing internasional, yang kemudian hasilnya dikonversi lagi ke Rupiah dengan menggunakan kurs pajak sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan. Kurs pada dasarnya adalah nilai tukar (exchange rate). Secara umum kurs merupakan harga sebuah mata uang suatu negara bila diukur atau dinyatakan/disajikan dalam mata uang negara lain, oleh karena itu dalam praktik pertukaran itu dikenal kurs jual dan kurs beli. Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya nilai kurs antara lain tingkat inflasi, aktifitas neraca pembayaran, perbedaan suku bunga antar negara, laju pertumbuhan pendapatan dalam negeri, dan kontrol pemerintah. Bagi perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam pelaporan keuangan maka, kurs diperhitungkan sebagai penentu nilai yang hendak disajikan. Namun demikian, pada praktiknya proses perhitungan tersebut (translasi) tidak sekadar dengan mengalikan nilai mata uang asal dengan nilai tukarnya. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan. Pelaporan keuangan akan menghasilkan informasi komersial tentang kinerja perusahaan dalam bentuk warta berupa laba/rugi, posisi keuangan, arus kas, dll. Informasi tersebut menjadi landasan untuk diproses lebih lanjut bagi kepentingan banyak pihak, salah satunya adalah pemerintah melalui pajak. Oleh sebab itu terdapatlah Kurs Pajak. Secara resmi, Kurs Pajak adalah nilai kurs yang dipakai sebagai dasar pelunasan bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Ekspor, dan Pajak Penghasilan. Kurs Pajak diatur melalui Keputusan Menteri Keuangan secara periodik setiap 33 pekan dan digunakan Wajib Pajak ketika transaksi yang melibatkan aspek yang telah disebutkan diatas menggunakan mata uang asing sehingga perlu dikonversi ke dalam rupiah. Artinya Kurs Pajak digunakan ketika transaksi tersebut terjadi (misal: penerbitan faktur pajak, penentuan harga jual produk impor, dan nilai ekspor) untuk keperluan menghitung besaran beban pajak yang harus diperhitungkan sebagai harga atau sebagai kewajiban yang harus dibayarkan. 5. TRANSLASI Translasi adalah proses pernyataan informasi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lain. Isu kurs dikombinasikan dengan berbagai metode translasi yang dapat digunakan membuat perbandingan hasil-hasil laporan keuangan dari satu perusahaan ke perusahaan lain menjadi hal yang sulit. Alasan Translasi Mata Uang Asing Perusahaan dengan kegiatan operasional luar negeri yang signifikan mempersiapkan laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada para pembaca informasi mengenai operasional perusahaan secara global. Untuk memenuhi hal tersebut, laporan keuangan mata uang asing dilaporkan lagi terhadap mata uang yang digunakan laporan induk perusahaan. Proses pelaporan informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut translasi mata uang asing. Translasi atas Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing Translasi atas laporan keuangan dari anak entitas atau operasi yang menggunakan mata uang asing dilakukan dengan cara sebagai berikut : 34 1. Aset dan liabilitas ditranslasi menggunakan kurs pada tanggal pelaporan ; 2. Transaksi ekuitas ditranslasi menggunakan kurs pada tanggal transaksi ; 3. Pendapatan dan beban ditranslasi menggunakan kurs pada tanggal transaksi , namun dapat juga menggunakan kurs rata - rata 4. Perbedaan yang timbul dari translasi diakui sebagai penghasilan komprehensif lain ; 5. Laporan arus kas ditranslasi menggunakan kurs pada tanggal transaksi , namun dapat juga menggunakan kurs rata - rata ; dan 6. Sebagai catatan , penggunaan kurs rata - rata untuk pendapatan dan beban diperbolehkan apabila fluktuasi kurs selama periode pelaporan keuangan cenderung stabil . Jika mata uang fungsional entitas anak atau operasi di luar negri sama dengan mata uang lo tempat entitas anak atau operasi di luar negri berada , maka proses translasi dapat dilakukan secara langsung . Translasi berarti mengubah mata uang fungsional entitas anak atau operasi di luar negeri menjadi mata uang fungsional entitas induk . Sementara jika mata uang fungsional entitas anak atau operasi di luar negeri tidak sama dengan mata uang lokal / pelaporan tempat entitas anak atau operasi di luar negeri berada , maka harus dilakukan proses remeasurement terlebih dahulu baru dilakukan proses translasi jika mata uang fungsional entitas anak atau operasi di luar negri tidak sama dengan mata uang 35 fungsional entitas induk . Proses remeasurement merupakan proses restatement untuk mengubah laporan keuangan entitas anak atau operasi di luar negeri Ilustrasi Laporan Keuangan Translasi Langsung PT INA merupakan entitas yang berlokasi di Indonesia dan menggunakan mata uang lokal Rupiah Pada tanggal 1 Maret 2011 PT INA mengakuisisi 80 % kepemilikan PT Suju yang berkedudukan di Korea Selatan senilai Rp 480.000.000. Kelebihan biaya akuisisi terhadap nilai buku dialokasikan kepada entitas induk dengan perkiraan umur manfaat 8 tahun Pada tanggal 31 Oktober 2011 PT Suju mengumumkan dan membayar dividen 7.500.000 KRW . Functional Currency PT . Suju adalah Won Korea . Nama Akun Kas Piutang Usaha Persediaan Peralatan Harga Pokok Penjualan Beban Operasi Beban Penyusutan Beban Pajak Dividen Akumulasi Penyusutan Utang Usaha Modal Saham Biasa Saldo Laba Penjualan KRW 35.400.000 45.760.000 27.117.200 19.500.000 8.450.000 6.235.000 2.250.000 2.050.000 7.500.000 16.800.000 64.999.000 35.000.000 23.965.870 25.650.000 36 01 - Mar 31 - Okt 31 - Des Rata - Rata 8,09 8,81 8,87 8,67 Jawaban: IDR 600.000.000 (480.000.000/0,8) FC Consideration BV of Investment C/S (35.000.000 * 8.09) R/E (23.965.970 * 8,09) % share Differential 283.150.000 193.884.697 477.034.697 100% Rate 8,09 KRW 74.165.637 8,09 8,09 35.000.000 23.965.970 477.034.697 122.965.303 15.199.667 Menggunakan metode translasi, karena functional currency Income PT Suju Sales COGS Operating Expense Depreciation Expense Income Tax Expense Foreign Currency Tran Income PT Suju KRW 25.650.000 (8.450.000) (6.235.000) (2.250.000) (2.050.000) (315.123) 6.349.877,24 Rate 8,67 8,67 8,67 8,67 8,67 8,67 IDR 2.958.478 (974.625) (719.146) (259.516) (236.448) (36.346,34) 732.396,45 37 Kertas Kerja Translasi Cash Foreign Currency Unit Account Receivable Inventory Plant & Equipment COGS Operating Expense Depreciation Expense Income Tax Expense Foreign Currency Tran Dividen 35.400.000 11.837.655 45.760.000 27.117.200 19.500.000 8.450.000 6.235.000 2.250.000 2.050.000 315.122 7.500.000 Total Debit 166.414.977 Accum. Depreciation Account Payable C/S R/E Sales Total 16.800.000 64.999.008 35.000.000 23.965.970 25.650.000 166.414.978 8,87 8,87 8,87 8,87 8,87 8,67 8,67 8,67 8,67 8,67 8,81 313.998.000 105.000.000 405.891.200 240.529.564 172.965.000 73.261.500 54.057.450 19.507.500 17.773.500 2.732.108 66.075.000 1.471.790.822 8,87 8,87 8,09 8,09 8,67 Accum. OCI Translation Adjusment Total Credit 149.016.000 576.541.201 283.150.000 193.884.697 222.385.500 1.424.977.398 46.813.423 1.471.790.822 Ilustrasi Laporan Keuangan Translasi Remeasurement PT INA merupakan entitas yang berlokasi di Indonesia dan menggunakan mata uang lokal Rupiah . Pada tanggal 1 Februari 2012 PT INA mengakuisisi 80 % kepemilikan PT KYURI yang berkedudukan di Jepang senilai Rp960.000.000 . Kelebihan biaya akuisisi terhadap nilai buku dialokasikan kepada Peralatan dengan perkiraan umur manfaat 10 tahun . PT. Kyuri mengumumkan dan membayar dividen Rp23.400.000 tanggal 30 November 2012 . Functional Currency PT Kyuri adalah Rupiah . Berikut neraca saldo PT . Kyuri per 32 Desember 2012 serta nilai tukar tahun 2012 . 38 Nama Akun Kas Piutang Usaha Persediaan Peralatan Harga Pokok Penjualan Beban Operasi Beban Pajak Dividen Akumulasi Penyusutan Utang Usaha Modal Saham Biasa Saldo Laba Penjualan Yen 25.000 40.800 64.000 200.000 81.000 28.250 8.000 5.200 60.000 13.000 180.000 78.000 121.250 01 - Feb 01 - Mei 30 - Nov 01 - Des 20 - Des 31 - Des Rata - Rata 4.300 4.450 4.500 4.400 4.350 4.600 4.450 Jawaban: Nama Akun Kas Piutang Usaha Persediaan Peralatan Harga Pokok Penjualan Beban Operasi Beban Pajak Dividen Yen 25.000 40.800 64.000 200.000 81.000 28.250 8.000 5.200 Remeasurement Loss Total Debit 452.250 Akumulasi Penyusutan Utang Usaha Modal Saham Biasa Saldo Laba Penjualan 60.000 13.000 180.000 78.000 121.250 Total Kredit 452.250 Rate 4.600 4.600 * * * * 4.450 4.500 Rupiah 115.000.000 187.680.000 279.400.000 867.500.000 357.600.000 124.587.000 35.600.000 23.400.000 1.990.767.000 392.926.000 2.383.693.000 * 4.600 4.300 4.300 4.450 105.093.000 59.800.000 774.000.000 335.400.000 1.109.400.000 2.383.693.000 39 Sales COGS Operating Expense Income Tax Expense Remeasurement Loss Net Income 6. Rupiah 1.109.400.000 (357.600.000) (124.587.500) (35.600.000) (392.926.250) 198.686.250 PENGUNGKAPAN PSAK 10 mensyaratkan hal - hal berikut untuk diungkapkan ( paragraf 53 ) ; Jumlah selisih kurs yang diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain , kecuali yang muncul dari instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi berdasarkan PSAK 55 ; dan Selisih kurs neto yang dicatat langsung ke ekuitas Ketika mata uang penyajian berbeda dengan mata uang fungsional , PSAK 10 mensyaratkan fakta tersebut untuk dilaporkan , beserta pengungkapan mata uang fungsional dan alasan digunakannya mata uang penyajian yang berbeda ( paragraf 55 ) Ketika ada perubahan dalam mata uang fungsional entitas pelapor maupun entitas kegiatan usaha luar negeri yang signifikan , PSAK 10 mensyaratkan bahwa fakta dan alasan perubahan tersebut diungkapkan ( paragraf 54 ) Kurs rupiah memang tidak stabil. Kadang menguat, kadang melemah terhadap dolar. Pernah rupiah selemah-lemahnya berhadapan dengan dolar. Situasi tersebut terjadi saat Soeharto masih menjadi Presiden tahun 1998 dan kemudian lengser karena tak bisa menangani krisis ekonomi yang terjadi sebagai dampak dari anjloknya rupiah. 40 Ada beragam faktor yang menyebabkan melemahnya kurs rupiah. Mulai dari diferensiasi inflasi, diferensiasi suku bunga, defisit neraca berjalan, utang publik, ketentuan perdagangan, sampai stabilitas politik dan ekonomi. Perubahan nilai tukar (kurs) mata uang suatu negara yang cenderung melemah sering kali dipandang negatif. Nyatanya, kondisi tersebut tak selamanya buruk. Ada hal positif yang bisa diambil dari melemahnya kurs rupiah. 1. Karyawan Bergaji Dolar Diuntungkan Apabila kurs rupiah melemah, nilai dolar AS akan meningkat. Dengan begitu, mereka yang bergaji dolar AS akan diuntungkan. Sebab dolar yang didapat bila dikonversikan ke rupiah, jumlah rupiah yang didapat lebih banyak dari sebelum melemahnya rupiah. Sebagai contoh, Cermat Indra Kusuma bekerja di Australia dan mendapat gaji tiap bulannya dalam bentuk dolar. Suatu kali Cermat Indra Kusuma memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Saat itu dolar sedang menguat menjadi Rp13.000/dolar. Padahal, sebelumnya berada di kisaran Rp11.000/dolar. Cermat Indra Kusuma melihat ini sebagai kesempatan. Dengan keyakinan yang didasarkan pengetahuan dan informasi yang didapat, ia percaya rupiah akan kembali menguat. Ditukarlah tabungan dolarnya senilai USD 50.000 saat kurs jual 1 USD = Rp13.020 maka rupiah yang didapatnya sebanyak Rp651.000.000. Padahal, kalau menggunakan kurs Rp11.000, dia hanya mendapat Rp550.000.000. Benar saja, dalam tempo tiga bulan, rupiah kembali menguat. Kinerja yang ditunjukkan Pemerintah bersama bank sentral sukses menjaga dan membuat rupiah menguat kembali. Ditambah faktor eksternal yang mendukung penguatan rupiah. 41 Rupiah yang tiga bulan sebelumnya Rp13.000/dolar kini menjadi Rp11.500/dolar. Tentu saja Cermat Indra Kusuma untung dari penukaran dolarnya 2. Keuntungan Eksportir Dalam Negeri Meningkat Akibat kurs rupiah melemah maka banyak permintaan dari luar terhadap produkproduk Indonesia. Meningkatnya pembelian produk-produk dalam negeri tentu saja meningkatkan keuntungan beberapa eksportir Indonesia, seperti eksportir mebel dan tekstil. Kondisi ini adalah hal yang logis karena bila barang-barang dalam negeri dijual dengan mengacu pada rupiah, sudah tentu importir yang membelinya dengan mengonversi dolarnya ke rupiah akan mendapatkan barang dalam jumlah lebih besar daripada sewaktu rupiah menguat. Sayangnya, keuntungan tersebut tidak dirasakan semua eksportir. Bagi eksportir yang produksi produk-produknya mengandalkan bahan baku dari luar negeri, melemahnya rupiah justru memaksa mereka untuk menaikkan harga jual produknya. Naiknya harga jual produk yang sebanding dengan menguatnya dolar tidak membawa keuntungan berarti bagi eksportir tersebut. 3. Barang Impor Menjadi Mahal, Barang Lokal Kian Laris di Pasaran Dampak yang sangat terasa dengan melemah kurs rupiah adalah harga produk impor yang semakin mahal. Naiknya harga barang impor akan membuat masyarakat beralih ke produk lokal yang harganya lebih terjangkau. Sebagai contoh, karena rupiah melemah, harga buah impor mengalami kenaikan. Masyarakat pun menjadi enggan untuk membeli buah impor dan memutuskan beralih mengonsumsi buah lokal. 42 Jika lebih banyak orang memilih buah-buahan lokal, buah-buahan impor akan surut jumlahnya. Situasi ini membuat importir buah mengalami penurunan omzet. Namun, saat yang bersamaan, petani dan pedagang buah lokal memperoleh keuntungan. 4. Suku Bunga Naik, Risiko bagi Pertumbuhan Kredit Melemahnya rupiah menjadi dilema bagi Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas urusan moneter dalam negeri. Bersama dengan Pemerintah, BI terus menstabilkan nilai rupiah yang turun dan menjaga rupiah agar tidak melemah. Menaikkan suku bunga merupakan langkah yang mau tak mau harus dilakukan akibat melemahnya kurs rupiah. Lalu, apa dampak dari dinaikkannya suku bunga? Paling jelas adalah pertumbuhan kredit menjadi melambat. Orang-orang enggan untuk mengambil kredit sebab bunganya yang mahal. Selain itu, bukan tidak mungkin meningginya kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) sebagai dampak dari kenaikan suku bunga. 5. Melemahnya Rupiah Mengancam Obligasi dan Surat Utang Negara (SUN) Dampak negatif dari melemahnya kurs rupiah juga menyasar ke perdagangan obligasi dan Surat Utang Negara (SUN). Dengan mengacu pada lemahnya kurs rupiah, investor-investor akan menjual obligasi dan SUN yang telah mereka beli. Situasi kian buruk jika tidak ada yang membeli obligasi dan SUN. Harga obligasi dan SUN nantinya bisa merosot dan dapat berakibat terhadap kurs rupiah. Karena itu, dalam situasi ini Bank Indonesia (BI) akan mengambil tindakan dengan membeli obligasi dan SUN yang dijual investor-investor 43