Uploaded by Winni Wiarnanta

MAKALAH BAB 9 PERSEDIAAN ISU PENILAIAN TAMBAHAN

advertisement
MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN
Valuation of Inventories
BAB 9
PERSEDIAAN : ISU PENILAIAN TAMBAHAN
Oleh Kelompok II
1. Ni Nengah Suharwini ( I2F019013 )
2. Zainal Abidin ( I2F019019)
3. Amnaniwati ( I2F019002 )
Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mataram
Tahun 2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Informasi tentang persediaan dan perubahan persediaan membantu kita untuk memprediksi
kinerja keuangan, terutama laba. Kita ketahui bahwa persediaan merupakan hal yang sangat
penting bagi perusahaan, dan sistem pencatatan serta pengelolaannya membutuhkan banyak
cara, banyak sistem, banyak waktu dan harus efektif karena persediaan merupakan salah satu
pilar utama atas kesuksesan suatu usaha atau perusahaan.
Pengelolaan persediaan membutuhkan adanya catatan atas barang yang masuk, barang
yang diproses dan juga barang yang dikeluarkan. Selain itu, persediaan juga membutuhkan
penilaian, agar persediaan dapat diukur dan dapat di manajemen dengan baik agar tercapainya
tujuan perusahaan yang maksimal seperti yang diharapkan.
Salah satu tujuan dari akuntansi persediaan, termasuk penilaian persediaan adalah untuk
menetapkan penghasilan yang wajar dengan membebankan biaya yang bersangkutan terhadap
penghasilan perusahaan. Dalam proses penjualan dan pembelian dapat dilihat bahwa persediaan
merupakan nilai yang tersisa setelah jumlah biaya telah dibebankan terhadap penjualan atau
sebagai jumlah biaya yang tersisa untuk dibebankan terhadap penjualan di masa yang akan
datang.
Oleh karenanya kami tertarik untuk memperdalam tentang akuntansi persediaan dan kami
salurkan melalui makalah ini, kami akan menjelaskan tentang peranan persediaan dalam
pandangan penilaian tambahannya.
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana menggambarkan dan mengaplikasikan aturan yang terendah antara biaya
atau nilai bersih yang terealisasi ?
2. Kapan perusahaan menilai persediaan dengan nilai bersih yang terealisasi ?
3. Kapan perusahaan menggunakan metode untuk menilai persediaan ?
4. Apa permasalahan akuntansi terkait komitmen pembelian ?
5. Bagaimana menentukan persediaan akhir dengan menggunakan metode laba kotor ?
6. Bagaimana menentukan persediaan akhir menggunakan metode persediaan ritel ?
7. Bagaimana untuk melaporkan dan menganalisa persediaan ?
C. Tujuan Penyusunan
1. Menggambarkan dan mengaplikasikan aturan yang terendah antara biaya atau nilai
bersih yang terealisasi
2. Menjelaskan kapan perusahaan menilai persediaan dengan nilai bersih yang terealisasi
3. Menjelaskan kapan perusahaan menggunakan metode untuk menilai persediaan
4. Mendiskusikan permasalahan akuntansi terkait komitmen pembelian
5. Menentukan persediaan akhir dengan menggunakan metode laba kotor
6. Menentukan persediaan akhir menggunakan metode persediaan ritel
7. Menjelaskan bagaimana untuk melaporkan dan menganalisa persediaan
D. Manfaat Penyusunan
Adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengerti dan
memahami hal-hal yang berhubungan dengan penilaian persediaan khususnya dalam segi isu
penilaian tambahannya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
PERSEDIAAN : ISU PENILAIAN TAMBAHAN
Tantangan berkelanjutan yang terus dihadapi toko-toko serba ada ( departemen store )
adalah mereka harus menyimpan cukup persediaan untuk memenuhi permintaan pelanggan,
tetapijuga tidak menumpuk terlalu banyak persediaan. Jika permintaan lebih kecil dari perkiraan,
maka toko serba ada mungkin terpaksa akan menurunkan harga yang mengakibatkan hilangnya
pendapatan penjualan.
Berdasarkan pendapat seorang analis yaitu “ ketika persediaan tumbuh lebih cepat daripada
penjualan, maka keuntungan menurun tajam.”1 Artinya, apabila peritel mengalami pertumbuhan
penjualan yang lambat dan pertumbuhan persediaan yang cepat, maka penurunan harga jual
biasanya tidak lama lagi akan dilakukan. Penurunan harga ini selanjutnya akan menyebabkan
pendapatan penjualan dan laba menjadi lebih rendah.
Dalam bab ini, beberapa penilaian dan estimasi yang digunakan perusahaan untuk
menyusun informasi persediaan yang relevan adalah sebagai berikut :
4
A. Nilai Terendah dari biaya perolehan atau nilai realisasi neto ( LCNRV )
Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan.Namun, jika persediaan turun nilainyasampai ke
tingkat di bawah biaya aslinya, maka harus beralih dari prinsip biaya historis.Apa pun alasan
penurunan ini, perubahan tingkat harga, baik itu using, kerusakan, dan lain-lain, perusahaan
harus menurunkan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto untuk melaporkan kerugian ini.
Aturan umumnya adalah bahwa prinsip biaya historis tidak dapat diterapkan apabila manfaat
(kemampuan menghasilkan pendapatan) masa depan dari aset itu tidak lagi sebesar biaya
awalnya. Oleh karena itu, perusahaan melaporkan persediaan pada nilai terendah antara biaya
dan harga pasar pada setiap periode pelaporan.
Nilai realisasi neto (net reasizable value – NRV) merupakan etimasi harga jual dalam keadaan
bisnis normal dikurangi dengan etimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya untuk melakukan
penjualan yang dapat diprediksi secara layak.Jumlah tersebut dikurangi dengan marjin laba
5
normal untuk mendapatkan nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal (net realizable
value less a normal profil margin).
Untuk mengilustrasikan, asumsi bahwa Mander Corp. memiliki persediaan yang belum selesai
dengan biaya perolehan sebesar Rp. 1.000, estimasi biaya penyelesaian sebesar Rp. 50, dan
estimasi biaya penjualan sebesar Rp. 200. Maka Nilai realisasi neto adalah sebagai berikut :
Nilai Persediaan yang belum selesai
Rp.1,000
Dikurangi : Perkiraan By Penyelesaian
Rp. 50
Perkiraan By penjualan
Rp.200
Nilai Realisasi Bersih
Rp. 250
Rp. 750
Perusahaan melaporkan persediaan sebesar nilai terendah dari biaya perolehan atau nilai
realisasi neto (lower of cost or net realizable value) atau LSNRV pada setiap tanggal pelaporan.
Lower-of-Cost-or-Net Realizable Value (LCNRV) / Biaya Terendah atau Nilai Realisasi Bersih
Pencatatan persediaan dicatat berdasarkan biaya yang digunakan untuk persediaan
tersebut. Akan tetapi, biasanya persediaan mengalami penurunan nilai karena kerusakan,
keusangan, penurunan harga, dan lain-lain yang menyebabkan nilai persediaan juga diturunkan.
Oleh karena itu, persediaan dilaporkan pada biaya/nilai terendah atau nilai realisasi bersih.
Ilustration of LCNRV: Regner Foods menghitung persediaan dengan LCNRV
Perusahaan mengestimasi nilai realisasi neto berdasarkan bukti yang paling dapat diandalkan
dari jumlah yang dapat direalisasi pada persediaan.
6
Aturan umum dari “nilai terendah antara biaya dan harga pasar” adalah persediaan dinilai
pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar, dengan harga pasar dibatasi hingga jumlah
yang tidak melebihi nilai realisasi bersih atau lebih rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi
marjin laba normal.
Batas atas (ceiling) adalah nilai realisasi bersih persediaan.Batas bawah (floor) adalah nilai
realisasi bersih dikurangi marjin laba normal.Kedua batasan nilai persediaan itu dimaksudkan
untuk mencegah persediaan dilaporkan lebih-saji atau kurang-saji.
Pembatasan maksimum, tidak melebihi nilai realisasi bersih (batas atas), mencegah lebihsaji nilai persediaan yang rusak.Yaitu jika biaya pengganti suatu barang lebih besar dari nilai
realisasi bersihnya, maka persediaan tidak boleh dilaporkan menurut biaya pengganti.
Pembatasan minimum, yaitu tidak lebih rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi
penyisihan untuk perkiraan marjin laba normal (batas bawah).Pembatasan ini menetapkan batas
bawah, dimana persediaan tidak boleh dinilai tanpa memperhatikan biaya penggantinya.
Metode Penerapan LCNRV
►
Dalam kebanyakan situasi, perusahaan menghargakan persediaan pada item dengan dasar
item
►
Aturan pajak pada beberapa negara menyarankan perusahaan menggunakan dasar setiap
item
7
►
Pendekatan setiap item memberikan nilai terendah untuk tujuan laporan posisi keuangan.
►
Metode ini harus di aplikasikan secara konsisten dari satu periode ke periode lainnya
Mencatat Nilai Realisasi Neto, Bukan Biaya Perolehan
Salah satu dari dua metode dapat digunakan untuk mencatat dampak pendapatan dari penilaian
persediaan pada nilai realisasi neto. Salah satu metode, disebut sebagai metode beban pokok
penjualan, mendebit beban pokok penjualan untuk menurunkan nilai persediaan ke nilai realisasi
neto. Akibatnya, perusahaan tidak melaporkan kerugian dalam laporan laba rugi karena beban
pokok penjualan sudah termasuk dalam kerugian. Metode kedua, disebut sebagai metode
kerugian ( loss method ) mendebit akun kerugian untuk menurunkan nilai persediaan ke nilai
realisasi neto.
Mencatat Nilai Bersih yg Terealisasi, Bukan Biaya
Beban pokok penjualan (before adj. to NRV)
$ 108,000
Persediaan akhir (cost)
82,000
Persediaan akhir (at NRV)
70,000
Metode beban pokok penjualan menghapus kerugian pada akun Beban Pokok Penjualan.
Sementara itu, metode kerugian menunjukkan kerugian tersebut secara terpisah dari beban
pokok penjualan dalam laporan laba rugi dengan mengidentifikasikan kerugian akibat penurunan
nilai.
8
Penyajian Laba rugi- Metode Beban Pokok Penjualan dan Metode Kerugian dengan Mengurangi
Persediaan ke Nilai Realisasi Neto
Penggunaan Penyisihan
Daripada mengkredit akun persediaan untuk penyesuaian nilai realisasi neto, perusahaan
umumnya menggunakan akun penyisihan, yang sering disebut sebagai “ Penyisihan untuk
Mengurangi Persediaan ke Nilai Realisasi Neto”
Sebagai ganti mengkredit rekening persediaan untuk penyesuaian nilai bersih yang dapat
terealisasi, perusahaan pada umumnya menggunakan rekening penyisihan
Loss Method
Kerugian karena penurunan to NRV
12,000
Penyisihan untuk Mengurangi persediaan to NRV
12,000
Persediaan ( pada biaya perolehan )
$82.000
Penyisihan untuk mengurangi persediaan ke nilai realisasi neto
(12.000)
Persediaan pada nilai realisasi neto
$70.000
Penggunaan penyisihan dalam metode beban pokok penjualan atau metode kerugian
memungkinkan laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan untuk mencerminkan persediaan
9
diukur pada $82.000, meskipun laporan posisi keuangan menunjukkan jumlah neto sebesar
$70.000. Hal ini juga menyebabkan tercatatnya buku besar persediaan tambahan dan catatan
terkait dengan akun control tanpa mengubah harga.
Pemulihan Kerugian atas Persediaan
Dalam periode setelah penurunan nilai, kondisi ekonomi dapat berubah sehingga nilai realisasi
neto persediaan yang sebelumnya diturunkan nilainya mungkin menjadi lebih besar daripada
biaya perolehan, atau ada bukti yang jelas akan peningkatan nilai realisasi neto. Dalam situasi ini,
jumlah nilai akan dibalik, dengan pembalikan yang dibatasi dengan jumlah penurunan nilai
sebelumnya.
Melanjutkan contoh Rcardo, diasumsikan nilai bersih yang terealisasi meningkat menjadi $74,000
(peningkatan $4,000). Ricardo membuat catatan dibawah ini, menggunakan metode kerugian.
Penyisihan u mengurangi persediaan ke NRV
Pemulihan kerugian atas persediaan
4,000
4,000
Akun penyisihan kemudian disesuaikan pada periode berikutnya, sehingga persediaan dilaporkan
pada LCNRV.
Evaluasi Aturan LCNRV
Aturan LCNRV memiliki beberapa kekurangan secara konseptual :
1.
Perusahaan mengakui penurunan nilai aset dan membebankannya pada periode dimana
kerugian tersebut terjadi, bukan dalam periode dimana aset tersebut dijual. Disisi lain,
perusahaan mengakui kenaikan nilai aset hanya pada saat penjualan. Perlakuan yang tidak
konsisten ini dapat mendistorsi data laba.
2.
Penerapan aturan LCNRV menghasilkan inkonsistensi, karena perusahaan dapat menilai
persediaan pada biaya perolehan dalam satu tahun dan pada nilai realisasi neto tahun
berikutnya.
3.
LCNRV menilai persediaan dalam laporan posisi keuangan secara konservatif, tetapi
dampaknya pada laporan laba rugi mungkin atau tidak mungkin menjadi konservatif. Laba
10
neto untuk tahun dimana perusahaan menelan kerugian pastinya lebih rendah. Namun
demikian, laba neto periode berikutnya mungkin lebih tinggi dari periode normal jika
pengurang harga penjualan yang diharapkan tidak material.
DASAR PENILAIAN
Situasi Penilaian Khusus
Secara umum, persediaan dicatat pada biayanya atau menurut LCNRV .Akan tetapi, banyak
pihak yang percaya bahwa harga pasar harus selalu didefinisikan sebagai nilai realisasi bersih
(harga jual dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan penjualan), bukan biaya pengganti, untuk
tujuan mengaplikasikan aturan LCNRV
Aturan LCNRV dirancang untuk memberikan informasi yang tepat waktu terkait penurunan
nilai persediaan. Ketika nilai persediaan menurun, pendapatan terkena dampak di mana
penurunan nilai terjadi.
Berangkat dari aturan LCNRV dapat dibenarkan dalam situasi ketika
1.
Sulit untuk menentukan biaya
2.
Item dapat segera di pasarkan pada harga pasar yang berlaku
3.
Unit dari produk dapat dipertukarkan
Dua situasi umum dimana Nilai realisasi neto adalah aturan umum menilai persediaan
1.
Aset agrikultur ( termasuk aset biologis dan hasil agrikultur )
2.
Komoditas yang dimiliki oleh pedagang perantara.
Persediaan Agrikultur
Berdasarkan IFRS, pengukuran nilai realisasi neto digunakan untuk persediaan ketika persediaan
tersebut terkait dengan kegiatan agrikultur.
Secara umum kegiatan pertanian menghasilkan dua jenis aset agrikultur :
1. Asset biologis (diklasifikasikan sebagai asset tidak lancar) adalah hewan yang hidup atau
tanaman, seperti domba, sapi, pohon buah-buahan, atau tanaman kapas.
11
a. Asset biologis diukur pada pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan pada nilai
wajar di kurangi biaya penjualan (Nilai realisasi neto).
b. Perusahaan mencatat untung dan rugi karena perubahan dalam (Nilai realisasi neto) dari asset
biologis dalam pendapatan ketika perubahan itu muncul.
2. Hasil Agrikultur ( yang dipanen dari aset biologi ) adalah produk yang dihasilkan asset bilogis,
seperti wol dari lembu, susu dari kerbau, memetik buah dari pohon buah, atau kapas dari
pohon kapas
a. Hasil agrikultur diukur dengan nilai wajar dikurangi biaya penjualan (Nilai realisasi neto) pada
saat panen.
b. Setelah panen, pada Nilai realisasi neto menjadi biaya perolehan, dan aset ini dicatat mirip
dengan persediaan lainnya yang dimiliki untuk dijual.
Ilustrasi Akuntansi Agrikultur pada Nilai Realisasi Neto
Memerah susu sapi
Nilai tercatat, 1 Januari 2011
460,000.00
Perubahan nilai wajar karena pertumbuhan dan perubahan harga
35,000.00
Penurunan nilai wajar karena panen
(1,200.00)
Perubahan nilai tercatat
33,800.00
Nilai tercatat, 31 Januari 2011
493,800.00
Susu yg dipanen selama Januari
36,000.00
Untuk mengilustrasikan akuntansi aset agrikultur pada nilai realisasi neto diasumsikan Bancroft
Dairy menghasilkan susu untuk dijual ke daerah pembuat keju. Bancroft mulai beroperasi pada
12
tanggal 1 Januari 2011, dengan membeli 420 ekor sapi perah seharga € 460.000. Bancroft
memberikan informasi terkini terkait dengan pemerahan sapi
Bancroft membuat jurnal berikut untuk mencatat perubahan dalam catatatn nilai sapi
pemerahan
Asset biologis- Sapi perah
33,800
Laba atau rugi yg blm terealisasi—pendapatan
33,800
Asset biologis- sapi perah 33.800 Dilaporkan dalam laporan posisi keuangan lapoan Asset Biologis
- Sapi Perah sebagai aset tidak lancar pada nilai wajar dikurangi biaya penjualan (nilai realisasi
bersih).
Laba atau rugi yg blm terealisasi—pendapatan
33,800
Dilaporkan sebagai "Pendapatan
dan beban lain " pada laporan laba rugi.
Bancroft membuat ringkasan jurnal berikut untuk mencatat susu yg dipanen untuk bulan Januari.
Persediaan susu
36,000
Laba atau rugi yg blm terealisasi—pendapatan
36,000
Persediaan susu dicatat sebesar nilai realisasi neto pada saat susu dipanen dan keuntungan atau
kerugian pemilikan yang belum direalisasi-Laba diakui pada pendapatan.
Dengan asumsi susu dipanen pada bulan Januari dijual kepada pembuat keju lokal € 38.500,
Bancroft mencatat penjualan sebagai berikut
Kas
38,500
Penjualan
38,500
Harga pokok penjualan
Persediaan susu
36,000
36,000
13
Jadi, setelah dipanen, nilai realisasi neto dari susu yang dipanen menjadi biaya perolehan, dan
susu dicatat dengan perlakukan yang mirip dengan persediaan lainnya yang dimiliki untuk dijual
dalam kegiatan bisnis normal.
Komoditas Broker- Trader
Umumnya mereka mengukur persediaan pada nilai wajar dikurangi biaya penjualan (Nilai
realisasi neto), dengan perubahan Nilai realisasi neto akan diakui di laporan laba rugi pada
periode saat perubahan terjadi. Broker-trader Membeli atau menjual komoditi (seperti panen
jagung, gandum, logam mulia, minyak pemanas) pada pihak lain atau pada akun mereka sendiri.
Tujuan utama pemilikan persediaan ini adalah untuk menjual komoditas dalam waktu dekat dan
menghasilkan keuntungan dari fluktuasi harga. Dengan demikian, nilai realisasi neto adalah
pengukuran yang paling relevan dalam industri ini, karena nilai tersebut menunjukkan jumlah
yang akan diterima Broker-trader dari persediaan ini di masa depan.
Penilaian Dengan menggunakan Nilai Jual Relatif
Suatu masalah khusus timbul jika suatu kelompok yang terdiri dari unit-unit yang berbeda di beli
dengan suatu harga sekaligus, disebut dengan pembelian sekeranjang.
Penilaian Dengan menggunakan Nilai Jual Relatif
Digunakan ketika membeli unit bervariasi dalam satu lump sum pembelian.
Larsen Realty Corporation membeli sebidang tanah yang tidak digarap untuk $ 55.000. Tanah ini
ditingkatkan dan dibagi lagi menjadi kapling bangunan dengan biaya tambahan sebesar $ 30.000.
Kapling bangunan Ini semua dengan ukuran yang sama, tetapi karena perbedaan lokasi yang
ditawarkan dijual dengan harga yang berbeda sebagai berikut. Beban usaha yang dialokasikan
untuk proyek ini berjumlah $ 18.200.
14
Hitung laba bersih direalisasikan pada operasi ini sampai saat ini
Group
1
2
3
No. of
Lots
9
15
19
Price
per Lot
$
3,000
4,000
2,000
Lots Unsold
at Year-End
5
7
2
(Relative Sales Value Method):
Klp
No
Harga per
x
Kapling kapling
1
9
$ 3,000.00
=
Biaya
Harga Penjualan
x Total Biaya = Biaya Alokasi per
Relatif
Kapling
Harga
Penjualan
$
27,000.00 27,000/125,000
$
85,000.00
$
$ 18,360.00 2,040.00
$
$ 40,800.00 2,720.00
$
$ 25,840.00 1,360.00
2
15
$ 4,000.00
$
60,000.00 60,000/125,000
$
85,000.00
3
19
$ 2,000.00
$
38,000.00 38,000/125,000
$
85,000.00
$ 125,000.00
$ 85,000.00
Klp
Kapling harga per
terjual kapling
Total
Penjualan
1
4
$ 3,000.00
$ 12,000.00 $ 2,040.00
2
8
4,000.00
$ 32,000.00
2,720.00
21,760.00 HPP
53,040.00
3
17
2,000.00
$ 34,000.00
1,360.00
23,120.00 Laba kotor
24,960.00
$ 78,000.00
Biaya per
kapling
Total HPP
$
Perhitungan Pendapatan Bersih
8,160.00 Penjualan
$ 53,040.00 Biaya
Pendapatan Bersih
$
78,000.00
18,200.00
$
6,760.00
15
Industri minyak bumi secara luas menggunakan metode nilai penjualan relative untuk menilai (
sebesar biaya perolehan ) berbagai produk utama dan produk sampingan yang dihasilkan dari
satu barel minyak mentah.
Komitmen pembelian- suatu masalah khusus
► Umumnya penjual mempertahankan nama pada barang dagangannya.
► Pembeli tidak mengakui aset atau kewajiban.
► Jika material, pembeli harus mengungkapkan rincian kontrak dalam catatan
► Jika harga kontrak lebih besar dari harga pasar, dan pembeli menduga bahwa kerugian akan
terjadi ketika pembelian terpengaruh, Pembeli harus mengakui liabilitas dan kerugian yang
sesuai dalam periode di mana penurunan seperti harga pasar tersebut terjadi.
Komitmen pembelian merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dan dibutuhkan
keberadaannya karena komitmen pembelian ini menyangkut kelangsungan profitabilitas
perusahaan pada ketersediaan persesediaan barang dagangan yang mencukupi untuk memenuhi
semua permintaan pelanggan.
Apabila ada suatu kasus misalkan masalah kontrak pembelian, maka akan berlaku hal berikut
ini yaitu jika harga kontrak melebihi harga pasar dan kerugian diperkirakan akan muncul pada
saat pembeliaan dilaksanakan, maka kerugian ini harus diakui dalam periode terjadinya
penurunan harga pasar.
Ilustrasi: St. Regis Paper Co. menandatangani kontrak penebangan yang harus dipenuhi tahun
2013 seharga $10,000,000 dan nilai pasar hak penebangan pada 31 desember 2012 adalah
$7,000,000. Jurnal berikut dibuat pada 31 desember 2012 :
Laba rugi yg blm terealisasi—pendapatan
3,000,000
Liabilitas pada Komitmen pembelian
3,000,000
16
Ilustrasi: ketika st. Regis penebang kayu dengan biaya $10 juta, akan membuat jurnal berikut :
Pembelian (persediaan)
7,000,000
Kewajiban pada komitmen pembelian
Kas
3,000,000
10,000,000
St regis akan melaporkan kerugian akibat pemilikan yang belum direalisasi ini dalam laporan laba
rugi dalam “ Pendapatan dan beban lain2 dalam laporan R/L”. oleh karena kontrak akan
dilaksanakan dalam tahun fiscal berikutnya, St regis akan melaporkan Liabilitas pada Komitmen
pembelian
St. Regis akan melaporkan Liabilitas komitmen pembelian pada bagian Liabilitas jangka pendek
pada laporan posisi keuangan.
Asumsikan pemerintah mengizinkan St. Regis u mengurangi harga kontrak dan oleh karena itu
komitmennya dengan $1,000,000.
Kewajiban komitmen pembelian
1,000,000
laba rugi blm terealisasi-pendapatan
1,000,000
Metode Laba Bruto dalam Mengestimasi Persediaan
Tujuan dasar dari perhitungan fisik persediaan adalah untuk memeriksa keakuratan catatan
persediaan perpetual atau, jika tidak ada catatan, untuk mengetahui jumlah persediaan.
Salah satu metode yang dimaksud adalah metode laba bruto, metode ini digunakan secara
luas oleh para auditor dalam situasi dimana hanya diperlukan suatu estimasi atas persediaan
perusahaan. Metode ini juga digunakan ketika catatan perusahaan atau persediaan itu sendiri
telah musnah akibat kebakaran atau bencana lain. Metode laba bruto didasarkan pada tiga
asumsi :
-
Persediaan awal ditambah pembelian sama dengan total barang yang akan
diperhitungkan
-
Barang yang belum terjual harus berada di tangan/harus tersedia
17
-
Jika penjualan, dikurangi biaya, dikurangikan dari jumlah persediaan awal ditambah
pembelian, maka hasilnya adalah persediaan akhir.
1. Perhitungan Persentase Laba Bruto
a. Laba Bruto pada harga penjualan =
Persentase markup pada biaya perolehan
100% + persentase markup pada biaya perolehan
b. Persentase markup atas biaya =
Laba Bruto atas harga jual
100% - laba Bruto atas harga jual
Ilustrasi : Cetus Corp memiliki persediaan awal sebesar € 60.000 dan pembelian sebesar €
200,000, pada harga pokok. Penjualan pada harga jual berjumlah € 280.000. Laba kotor pada
harga jual adalah 30 persen. Cetus menggunakan metode laba kotor sebagai berikut.
Persediaan awal (pada harga pokok)
$
Pembelian (pada harga pokok)
200,000
Barang tersedia (pada harga pokok)
Penjualan (pada harga jual)
Dikurangi margin kotor (30% dari $280,000)
260,000
$
280,000
84,000
Penjualan (pada harga pokok)
Taksiran persediaan (pada harga pokok)
60,000
196,000
$
64,000
18
Perhitungan persentase laba bruto
Laba bruto pada harga jual
Persentase markup pada biaya
.20
Ditentukan : 20 %
=
25%
=
33 1/3 %
1.00 - .20
.25
Ditentukan 25 %
1.00 - .25
.25
=
20%
Ditentukan : 25 %
=
33 1/3 %
Ditentukan : 50 %
1.00 - .25
.50
1.00 - .50
Evaluasi atas Metode Laba Bruto
Salah satu kelemahan utama metode laba bruto adalah bahwa metode ini hanya memberikan
estimasi, akibatnya, perhitungan fisik persediaan harus dilakukan sekali setahun untuk
memeriksa jumlah persediaan yang sebenarnya ada ditangan.Kedua, metode laba bruto
menggunakan persentase masa lalu dalam menentukan markup.Ketiga, aplikasi persentase laba
bruto kelompok harus dilakukan secara hati-hati.
Metode laba bruto biasanya tidak dapat diterima untuk tujuan pelaporan keuangan karena hanya
menyediakan estimasi. IFRS mensyaratkan persediaan fisik sebagai verifikasi tambahan dari
persediaan yang ditunjukkan dalam catatan.
19
Metode Persediaan Ritel
Akuntansi untuk persediaan dalam bisnis ritel memberikan tantangan.Akan sangat sulit
menentukan biaya setiap penjualan, mencatat kode biaya pada kartu, mengubah kode untuk
mencerminkan penurunan nilai barang dagang, mengalokasikan biaya seperti transportasi, dan
sebagainya.
Alternatif yang bisa dilakukan adalah menyusun persediaan menurut harga ritel.Dalam
sebagian besar perusahaan ritel, terdapat pola yang dapat diamati antara biaya dengan
harga.Karena itu, harga ritel dapat dikonversikan menjadi biaya dengan suatu rumus. Metode ini,
yang dinamakan metode persediaan ritel, mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan atas :
a. Total biaya dan nilai ritel dari barang yang dibeli
b. Total biaya dan nilai ritel barang yang tersedia untuk dijual, dan
c. Penjualan periode berjalan.
Ada beberapa versi metode persediaan ritel yaitu metode konvensional (nilai terendah
antara biaya rata-rata dan harga pasar), metode biaya ritel LIFO, metode biaya ritel LIFO nilai
dolar.Salah satu keunggulannya adalah bahwa saldo persediaan dapat diestimasikan tanpa
perhitungan fisik.
1. Konsep Metode Ritel
Pembatalan markup adalah penurunan harga barang dagang yang sebelumnya telah
dimarkup diatas harga ritel awal.Dalam pasar kompetitif, peritel sering kali perlu
menggunakan markdown, yakni penurunan harga jual awal.Markdown terhadap harga jual
mungkin diperlukan karena adanya penurunan tingkat harga umum, penjualan khusus,
kerusakan barang, kelebihan persediaan, dan persaingan. Pembatalan markdown terjadi
apabila markdown kemudian dioffset oleh kenaikan harga bang yang sebelumnya telah
dimarkdown yaitu setelah penjualan satu hari.
20
2. Pos-pos Khusus yang Berhubungan dengan Metode Ritel
Metode persediaan ritel akan menjadi rumit apabila pos-pos seperti transportasi masuk,
retur pembelian dan pengurangna harga, dan diskon pembelian terlibat. Dalam metode ritel,
kita memperlakukan pos-pos semacam itu sebagai berikut:
-
Biaya pengangkutan (freight cost) diperlukan sebagian dari biaya pembelian
-
Retur pembelian (purchase return) dbiasanya dipandang sebagai pengurangan baik pada
biaya maupun harga ritel.
-
Diskon pembelian dan pengurangan harga (purchase discount and allowances) biasanya
dipandang sebagai pengurang biaya pembelian.
Selain itu, sejumlah pos-pos khusus juga memerlukan analisis yang seksama:
-
Transfer masuk
-
Kekurangan normal
-
Kekurangan abnormal
-
Diskon untuk karyawan
3. Evaluasi atas Metode Persediaan Ritel
Perusahaan –perusahaan yang menggunakan metode persediaan ritel untuk menghitung
persediaan karena alasan berikut :
a. Agar laba bersih dapat dihitung tanpa harus melakukan perhitungan fisik persediaan
b. Sebagai ukuran pengendalian dalam menentukan kekurangan persediaan
c. Dalam pengaturan kuantitas barang dagang ditangan
d. Untuk informasi asuransi
21
Penyajian Dan Analisis
Penyajian Persediaan
Standar akuntansi memerlukan pengungkapan laporan keuangan dari item-item yang
berhubungan dengan persediaan berikut ini.
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam mengukur persediaan, termasuk rumus biaya
yang digunakan (rata-rata tertimbang, FIFO)
2. Jumlah tercatat persediaan total dan jumlah tercatat dalam setiap klasifikasi (klasifikasi yang
umum dari persediaan termasuk barang dagangan, persediaan produksi, bahan baku, barang
dalam proses, dan barang jadi)
3. Jumlah persediaan yang dicatat pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
4. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan.
5. Jumlah setiap penurunan nilai persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode
bersangkutan, dan jumlah setiap pembalikan dari penurunan nilai yang diakui sebagai
pengurang beban pada periode bersangkutan.
6. Kondisi atau peristiwa yang menyebabkan pembalikan dari penurunan nilai persediaan.
7. Jumlah tercatat persediaan yang dijaminkan sebagai efek untuk liabilitas,jika ada.
Informasi ini dapat diungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau daftar terpisah yang dimuat
dalam catatan atas laporan keuangan.
Analisis Persediaan
Pengelolaan persediaan adalah hal yang sangat perlu diperhatikan secara terus-menerus
karena kalau kebijakan persediaan pengelolaannya kurang bagus maka akan mengakibatkan efek
yang sangat fatal bagi perusahaan. Rasio yang umum digunakan dalam pengelolaan dan evaluasi
tingkat persediaan adalah perputaran persediaan dan rata-rata hari untuk menjual persediaan.
Disini akan dibahas rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mencari jalan tengah
diantara persoalan-persoalan.
1. Rasio perputaran persediaan
22
Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali, secara rata-rata, persediaan terjual
selama suatu periode.Rasio ini mengukur likuiditas dari persediaan.Rasio perputaran
persediaan dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata
yang ada di tangan selama suatu periode.
Ilustrasi: Dalam laporan tahunan 2009 Tate & Lyle plc (GBR) melaporkan persediaan awal £
562.000.000, persediaan akhir £ 538,000,000, dan harga pokok penjualan £ 2.019 juta untuk
tahun ini.
2. Jumlah hari rata-rata untuk menjual persediaan
Ukuran mewakili rata-rata jumlah hari penjualan persediaan yang di mimiliki perusahaan di
tangan.
Salah satu varian dari resiko perputaran persediaan adalah jumlah hari rata-rata untuk
menjual persediaan, yang merupakan jumlah hari rata-rata penjualan persediaan yang ada
ditangan.Tingkat persediaan umumnya berbeda-beda dalam setiap industry.Akan tetapi,
perusahaan yang mampu mempertahankan tingkat persediaan yang rendah, dan memiliki
rasio perputaran persediaan yang lebih tinggi daripada pesaingnya, serta mampu memenuhi
kebutuhan pelanggan, adalah contoh perusahaan yang paling sukses.
Average Days to Sell
365 days / 3.67 times = every 99.5 days
23
BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN
persediaan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan, dan sistem pencatatan
serta pengelolaannya membutuhkan banyak cara, banyak sistem, banyak waktu dan harus efektif
karena persediaan merupakan salah satu pilar utama atas kesuksesan suatu usaha atau
perusahaan.
Pengelolaan persediaan membutuhkan adanya catatan atas barang yang masuk, barang
yang diproses dan juga barang yang dikeluarkan. Selain itu, persediaan juga membutuhkan
penilaian, agar persediaan dapat diukur dan dapat di manajemen dengan baik agar tercapainya
tujuan perusahaan yang maksimal seperti yang diharapkan.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan :
1. Jika persediaan menurun nilainya dibawah biaya aslinya karena alasan apapun, maka
perusahaan harus menurunkan nilai persediaan untuk mencerminkan kerugian ini. Aturan
umum yang berlaku adalah dengan meninggalkan prinsip biaya historis ketika utilitas
masa depan (kemampuan menghasilkan pendapatan) dari aset turun dibawah biaya
aslinya.
2. Perusahaan menilai persediaan sebesar nilai realisasi neto pada saat : biaya sulit untuk
ditentukan,item mudah dipasarkan pada harga pasar kuotasi, dan unit produk dapat
dipertukarkan.
3. Ketika perusahaan membeli sekelompok unit yang berbeda-beda pada suatu harga
tunggal, atau disebut juga harga keranjang, perusahaan dapat mengalokasikan harga
pembelian total untuk masing-masing item atas dasar nilai penjualan relatif.
4. Akuntansi komitmen pembelian adalah kontroversial. Beberapa pendapat bahwa
perusahaan harus melaporkan kontrak komitmen pembelian aset dan kewajiban pada
saat kontrak ditandatangani.
5. Perusahaan mengikuti langkah-langkah berikut untuk menentukan persediaan akhir
dengan metode laba bruto : 1. Hitung persentase laba bruto pada harga jual, 2. Hitung
24
laba bruto dengan mengalikan penjualan neto dengan persentase laba bruto, 3. Hitung
beban pokok penjualan dengan mengurangkan dari penjualan neto, 4. Hitung persediaan
akhir dengan mengurangkan beban pokok penjualan dari total barang yang tersedia
untuk dijual.
6. Perusahaan mengikuti langkah-langkah berikut untuk menentukan persediaan akhir
dengan metode ritel konvensional :
a) Untuk memperkirakan persediaan pada ritel, kurangkan penjualan untuk periode
bersangkutan dari nilai ritel barang yang tersedia untuk dijual
b) Untuk menentukan rasio biaya perolehan terhadap ritel semua barang, bagilah total
barang yang tersedia untuk dijual pada biaya perolehan dengan total barang yang
tersedia pada ritel
c)
Konversi persediaan yang dinilai sebesar ritel menjadi perkiraan biaya perolehan
dengan menerapkan rasio biaya perolehan terhadap ritel.
7. Standar akuntansi juga mensyaratkan penerapan metode biaya yang konsisten dari satu
period ke periode lainnya. Rasio yang umum digunakan dalam pengelolaan dan evaluasi
tingkat persediaan adalah rasio perputaran persediaan dan rata-rata jumlah hari untuk
menjual persediaan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Kieso Donald E., Weygandt Jerry J., & Warfield Terry D. 2014. Intermediate Accounting Second
Edition : IFRS Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York.
26
Download
Study collections