Anatomi Jalan Napas Atas 1.Hidung Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang belakang dan karuilago. Nares anterior (lubang hidung) merupakan ostium sebelah luar dari rongga hidung. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang disusun menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang ketat, yang disebut septum. asing-masing-masing melintang menjadi tiga saluran oleh penonjolan turbinasi (juga disebut konka) dari dining lateral. Rongga hidung yang mengandung mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir dieksekusi terus menerus oleh sel-piala yang 'melapisi permukaan mukosa dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia Jalan bernapas ini berfungsi untuk menyaring udara yang dihirup ke dalam paru-paru. Hi-dung bertanggung jawab. terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaksi diletakkan dalam mukosa hidung. 2.Sinus Paranasal Sinus-sinus paranasal termasuk empat pasang rongga bertulang yang dipasang oleh mukosa hidung dan epitel mengalir ke dalam rongga hidung. Sinus-sinus disebut dalis, sfenoidalis, dan maksilaris (Gbr. 22-1). kolumnar bertingkat semu yang bersilia. Rongga-rongga udara ini dirancang oleh Duktus yang diterjemahkan, disebut saja sinus frontalis, etmoidalis,sfenoidalis,maksilaris (Gbr 22-1) Fungsi simus yang menonjol adalah seba peresonansi saat berbicara. Sinus menjadi tempat perpindahan infeksi. 3.Tulang turbinasi, atau konka (nama yang disetujui oleh penampilannya yang seperti siput), mengambil bentuk dan posisi yang memudahkan dapat meningkatkan permukaan membran mukosa saluran gambar dan untuk memperbaiki aliran udara yang melaluinya (Gbr. 22-2 Arus udara yang memindahkan lubang diarahkan ke langit-langit lalu lintas dan terbang lintas sebelum menuju nasofaring. Dalam perja lanannya, udara bersentuhan dengan permukaan mem dedak mukosa yang luas, lembab dan hangat yang menang kap partikel-partikel debu dan Dipasang di udara yang dihangatkan dan dihangatkan sesuai dengan suhu tubuh dan dipasangkan dengan saraf yang sensitif. Beberapa dari saraf ini mengeluarkan bau, dan lainlain mencetuskan bersin untuk mengeluarkan debu yang mengiritasi. 4.Faring, Tonsil, dan Adenoid adalah struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring dibagi menjadi tiga wilayah: nasal, oral, dan laring. Nasofaring terletak disebelah posterior dan di atas palatum mol. Orofaring meinuat fausial, atau palatin, tonsil. Laringofaring memanjang dari tulang ke kar tilago krikoid. Pintu masuk laring dibuat oleh epiglotis Adenoid, atau minyak, terletak di langit-langit nasofaring. Tenggorok diaktifkan oleh tonsil, ade noid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur ini merup kan penghubung penting ke nodus limfe dagu yang menja- tubuh dari serangan organisme yang memasuki hidung dan tenggorok. Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif. 5.Laring Laring, arau organ suara, adalah struktg yang menghubungkan faring dan trakea Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas ing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas: Epiglotis-daun katup kartilago yang menutupi tium ke arah laring selama menelan ° Glotis-ostium antara pita suara dalam laring Kartilago tiroid-kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam's apple wah karti- yang komplit dalam laring (terletak di ba lago tiroid) Kartilago krikoid-satusatunya cincin kartilago Potongan melintang rongga hidung. Karilago aritenoid- digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid Pita suara-ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara; pita suara melekat pada lumen laring 6.Pengkajian Jalan Napas Atas Hidung dan Sinus Hidung dan sinus diperiksa dengan menginspeksi dan palpasi. Untuk pemeriksaan rutin, cukup digunakan sum ber cahay cahaya, diperlu- kan. Pemeriksaan yang lebih menyeluruh memerlukan a yang scderhana seperti pena spekulum hidung Hidung eksternal diinspeksi terhadap lesi, asimetri. atau inflamasi. Pasien kemudian dinstruksikan untuk mendongakkan kepala ke belakang scmentara pemeriksa ujung hidung ke atas untuk memeriksa struktur internal hidung. 7 faring Faring Spatel lidah, yang sering digunakan untuk menekan lidah sehingga faring dapat dilihat lebih jelas, tidak selalu diperlukan. Pasien diinstruksikan untuk membuka mulut- nya lebar-iebar dan napas dalam. Sering tindakan ini akan mendatarkan lidah posterior dan dengan singkat mema- jankan pandangan menyeluruh pilar anterior dan poste rior, tonsil, uvula, dan faring posterior (Gbr. 225) Struktur ini diinspeksi warnanya, kesimetrisannya diper. buki adanya eksudat, ulserasi, atau perbesaran. 8. Trackea Trakea Posisi dan mobilitas trakea biasanya dapat diketahui de- ngan palpasi langsung. Hal imi dilakukan dengan menem- patkan ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan pada kedua sisi trakea tepat di atas takik sternum. Trakea agak sedikit sensitif, dan palpasi terlalu kuat dapat menim- bulkan refleks batuk atau muntah. Trakea normalnya terletak di tengah karena trakea memasuki pintu atas toraks di helakang sternum tetapi mungkin mengalani deviasi karena massa pada leher atau mediastinum. Kelainan pleura atau pulmonal, seperti pneumotorak signifi- kan, dapat mengakibatkan perubahan posisi trakea 9.Pemeriksaan Diagnostik Kultur dan biopsi adalah prosedur yang sering digunakan dalam mendiagnosis kelainan jalan napas atas. Namun, pemeriksaan diagnostik yang lebih luas bisa saja lakukan Kultur. A. Kultur tenggorok mungkin dilakukan untuk engidentifikasi organisme yang bertanggung jawab terdap faringitis. Selain itu, kultur tenggorok juga dapat membantu dalam mengidentifikasi organisme yang ber- tan iggung jawab terhadap infeksi saluran pernapasan ba- wah. Swab hidung dapat juga dilakukan untuk alasan yang ama B. Pemeriksaan Pencitraan. Pemeriksaan pencitraan, termasuk rontgen jaringan lunak, dan pencitraan resonan magnetik (MRT), mungkin dilakukan sebagai bagian pe- meriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi dalam sinusitis atau pertumbuhan tumor dalam kasus kanker DRAINASE POSTURAL Merupakan cara klasik untuk mengeluarkan secret dari paru dengan mempergunakan gaya berat (gravitasi) dari secret. Pembersihan dengan cara ini dicapai dengan melakukan salah satu atau lebih dari 11 posisi tubuh yang berbeda. Setiap posisi mengalirkan secret dari pohon trakheobronkhial ke dalam trachea. Batuk penghisapan kemudian dapat membuang secret dari trachea. PERKUSI Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus. lndikasi untuk Perkusi : Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi. Kontraindikasi Perkusi menjadi kontraindikasi bagi klien yang mengalami gangguan perdarahan, osteoporosis, fraktur tulang ige. Dalam melakukan perkusi dalam lapangan baru, perawat harus berhati-hati dan jangan memperkusi daerah scapula, kalau tidak hati-hati maka akan terjadi trauma pada kulit dan struktur musculoskeletal di bawahnya. VIBRATING Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama postural drainase terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret. Batuk efektif : merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.bertujuan : 2.3.1. Merangsang terbukanya system kolateral. 2.3.2. Meningkatkan distribusi ventilasi. 2.3.3. Meningkatkan volume parud) Memfasilitasi pembersihan saluran napas ( Jenkins, 1996 ) Pemberian oksigen TUJUAN TERAPI OKSIGEN Tujuan terapi oksigen adalah mencegah atau mengatasi hipoksia SUCTION 4.1. PENGERTIAN Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.