Uploaded by User26322

MAKALAH BLKL (1)

advertisement
MAKALAH
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA
“BANK SYARIAH”
Dosen Pengampu : Harmi Widiana, SE.MM
Disusun Oleh:
1. LUTFIATUN NISA’ (A1B016085)
2. MARNIS HIDAYAH (A1B016090)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak
lupa pula kita haturkan shalawat serta salam kepada nabi besar, nabi
Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa kita dari alam gelap menuju alam
yang terang benerang.
Makalah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya ini membahas tentang
“Bank Syariah“. Makalah ini juga menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
untuk para pembacanya. Kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih
banyak kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran demi
menyempurnakan makalah yang telah kami susun ini agar lebih baik dan dapat
berguna semaksimal mungkin.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam proses penyusunan dan penyempurnaan makalah
ini.
Mataram , 08 Maret 2018
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan .......................................................................................................... 5
BAB II: PEMBAHASAN ...................................................................................... 6
2.1.Pengertian Bank Syariah .............................................................................. 6
2.2.Sejarah Bank Syariah ................................................................................... 7
2.3.Peran Dan Fungsi Bank Syariah .................................................................. 9
2.4.Tujuan Bank Syariah.................................................................................. 10
2.5.Ciri Bank Syariah ....................................................................................... 10
2.6.Produk Dan Jasa Bank Syariah .................................................................. 11
2.7.Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia................................................ 11
2.8.Penilaian Kesehatan Bank Syariah ............................................................ 14
BAB III: PENUTUP ............................................................................................ 21
A. Kesimpulan ................................................................................................ 21
B. Saran .......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bank Syariah merupakan lembaga perbankan yang menggunakan sistem
hukum Islam atau Syariah Islam dalam melakukan kegiatan usahanya. Sistem ini
didasarkan atas larangan untuk meminjam uang dengan cara memungut bunga atau
dikenal dengan istilah riba serta larangan untuk melakukan investasi untuk usahausaha yang diategorikan haram, misalnya usaha makanan dan minuman yang tidak
sesuai dengan ketentuan Syariah Islam atau menyimpang dari ketentuan Al-qur’an
dan Hadits. Dalam menjalankan operasionalnya, bank syariah berpedoman atas
prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-kehatian yang diarahkan
untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara
optimal bagi perekonomian nasional.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri
perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan
akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres
perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari
65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan
syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.
Adanya Perbankan syariah di Indonesia bertujuan untuk mewadahi masyarakat
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.Dengan adanya bank tersebut
diharapkan tidak adanya kesalahpahaman dalam proses muamalah bagi para pemeluk
agama islam,sehingga mereka terjaga dari segala aktivitas ekonomi yang mendekati
haram akibat tidak adanya suatu wadah yang melayani mereka dalam bidang
muamalah yang bersifat islami. Namun pada kenyataannya, hanya sedikit penduduk
Indonesia yang beragama Islam melakukan transaksi secara syar’i terutama dalam hal
perbankan.Hal ini terjadi akibat kurangnya pemahaman masyarakat tentang bank
Syariah. Sampai saat ini perbankan Syariah di Indonesia belum mampu menunjukan
eksistensinya, sehingga menyebabkan banyak masyarakat yang tidak menaruh
kepercayaan terhadap perbankan syariah. Oleh karena itu, diharapkan adanya upaya
yang lebih dari pemerintah khususnya otoritas moneter untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam terkait fungsi atau peranan bank Syariah sehingga
masyarakat akan semakin menyadari eksistensi dan manfaat perbankan Syariah.
B. RUMUSAN MASALAH
2.1.Apa Pengertian Bank Syariah?
2.2.Bagaiman Sejarah Bank Syariah?
2.3.Bagaimana Peran Dan Fungsi Bank Syariah?
2.4.Apa Tujuan Bank Syariah?
2.5.Bagaimana Ciri Bank Syariah?
2.6.Apa Saja Produk Dan Jasa Bank Syariah?
2.7.Bagaimana Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia?
2.8.Bagaimana Penilaian Kesehatan Bank Syariah?
C. TUJUAN
1. Mengetahui Apa Pengertian Bank Syariah
2. Mengetahui Bagaimana Sejarah Bank Syariah
3. Mengetahui Bagaimana Peran Dan Fungsi Bank Syariah
4. Mengetahui Apa Tujuan Bank Syariah
5. Mengetahui Bagaimana Ciri Bank Syariah
6. Mengetahui Apa Saja Produk Dan Jasa Bank Syariah
7. Mengetahui Bagaimana Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia
8. Mengetahui Bagaimana Penilaian Kesehatan Bank Syariah
BAB II
PEMBAHASAN
3.1.Pengertian Bank Syariah
Bank syariah yaitu bank yang operasionalnya berpedoman pada usaha yang dilakukan
seperti di zaman Rasullullah Saw. Bentuk-bentuk usaha yang sudah ada sebelumnya
tetapi tidak dilarang oleh Rasul atau bentuk-bentuk usaha baru sebagai hasil ijtihad
para tokoh agam yang tidak menyimpang dari Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Pengertian Bank Syariah Menurut Para Ahli
1. Drs. H. Karnaen Perwata Atmadja
Pengertian bank Islam menurut Drs. H. Karnaen Perwata Atmadja adalah bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam yang tata cara operasionalnya
mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist.
2. Ensiklopedia Islam
Pengertian bank Islam menurut Ensiklopedia Islam adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah
Islam.
3. UU No. 10 Tahun 1998
Pengertian bank Islam menurut UU No. 10 Tahun 1998 adalah bank yang
menjalankan kegiatan berdasar prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank
umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.
4. M. Syafe’i Antonio dan Perwata Atmadja
Pengertian bank syariah menurut M. Syafe’i Antonio dan Perwata Atmadja adalah
bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam dan tata caranya
mengacu kepada ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.
5. Sudarsono
Pengertian bank syariah menurut Sudarsono adalah lembaga keuangan yang
memberikan kredit dan jasa-jasa lainnya dalma lalu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah.
6. Siamat Dahlan
Pengertian bank syariah menurut Siamat Dahlan adalah bank yang menjalan usahanya
berdasar prinsip-prinsip syariah dengan mengacu pada Al-Qur’an dan Al-Hadits
7. Schaik
Pengertian bank syariah menurut Schaik adalah bentuk bank modern yang
berdasarkan pada hukum Islam, dikembangkan pada abad pertengan Islam,
menggunakan konsep bagi resiko sebagai metode utama dan meniadakan sistem
keuangan berdasarkan kepastian dan keuangan yang telah ditentukan sebelumnya.
8. UU No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Pengertian bank syariah menurut UU No.21 Tahun 2008 adalah bank yang
menjalankan kegaiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisna
terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
9. Muhammad (2005:13)
Pengertian bank Islam menurut Muhammad adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariat Islam.
3.2.Sejarah Bank Syariah
Secara umum bank yaitu lembaga yang melakukan tiga fungsi utama yang menerima
simpanan uang, meminjamkan uang dan memberikan jasa pengiriman uang. Dalam
sejarah perekonomian umat Islam pembiayaan yang dilaksanakan dengan akad sesuai
syariah sudah menjadi bagian kebiasaan umat Islam sejak zaman Rasullulah. Aktivitas
tersebut antara lain menerima penitipan harta, meminjamkan uang untuk kepentingan
konsumsi dan juga kepentingan bisnis, selain itu juga melaksanakan pengiriman uang
sudah biasa dilakukan sejak Zaman Rasullulah.
Gagasan dalam berdirinya Bank Islam atau Bank Syariah pada tingkat Internasional
ada dalam konferensi negara-negara Islam sedunia di Kuala Lumpur, Malaysia pada
21-27 April 1969 yang disetujui 19 negara termasuk dari Indonesia. Konferensi
tersebut membuat keputusan beberapa hal, antara lain:

Setiap keuntungan wajib tunduk kepada hukum untung dan rugi jika tidak, maka
termasuk riba dan riba sedikit atau banyak hukumnya adalah haram.

Terdapat usul supaya bank Islam bersih dari sistem riba dalam jangka waktu yang
cepat.

Sementara menunggu berdirinya bank Islam, bank yang mempraktekkan bunga
diizinkan beroperasi tetapi jika benar-benar dalam keadaan darurat.
Karena berdasarkan hukum fiqih bunga bank dimasukkan dalam kategori riba yang
artinya haram, pada sejumlah Negara Islam dan yang mempunyai penduduk mayoritas
Islam mulai bergerak untuk mendirikan lembaga bank alternatif non ribawi. Usaha
modern pertama untuk mendirikan bank pertama tanpa bunga, pertama kali dilaksanakan
di Malaysia pada pertengahan 1940-an, penelitian lainnya yang dilaksanakan di Pakista
pada akhir tahun 1950-an yang mana lembaga perkreditan tanpa bunga didirikan di desadesa negara tersebut. Namun, pendirian bank syariah yang paling berhasil dan ber
inovatif pada masa modern ini dilaksanakan di negara Mesir pada tahun 1963 dengan
berdirinya Mitt Ghamr Local Saving Bank.
Di Negara Indonesia, bank syariah pertama muncul pada tahun 1991 dan mulai ber
operasi resmi pada tahun 1992. Sedangkan, pemikiran tentang hal tersebut telah ada
sejak dasawarsa 1970-an. Menurut Dawam Raharjo, ketika memberikan kata pengantar
buku Bank Islam Analisa Fiqih dan Keuangan, penghalangnya merupakan faktor politik
yakni bahwa pendirian bank Islam dianggap sebagai bagian dari cita-cita mendirikan
Negara Islam.
Tetapi sejak tahun 2000-an, yang telah menjadi bukti keunggulan bank syariah (bank
Islam) daripada bank konvensional yaitu, Bank Muamalat tidak memerlukan suntikan
dana, ketika bank-bank konvensional menjerit minta Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
ratusan triliunan karena akibat dari negatif spread bank-bank syariah pun bermunculan di
Indonesia.
3.3.Peran Dan Fungsi Bank Syariah
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang merupakan penyem purnaan atas UndangUndang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, keberadaan bank syariah mulai
diperhitungkan. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 memberikan ketegasan dan
peluang yang besar bagi perkembangan bank syariah di Indonesia untuk tumbuh dan
berkembang. Bank umum berdasarkan undang-undang diberi kesempatan untuk
menjalankan dual banking system, yaitu penerapan sistem konvensional dan syariah
sekaligus. Bank syariah adalah bank yang menjalankan fungsi intermediasinya
berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam.
Peranan bank syariah, di antaranya sebagai berikut.
a) Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat atau dunia usaha dalam
bentuk tabungan (mudharabah), dan giro (wadiah), serta menyalur kannya
kepada sektor riil yang membutuhkan.
b) Sebagai tempat investasi bagi dunia usaha (baik dana modal maupun dana
rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat investasi yang sesuai
dengan syariah, seperti al-murabahah (pembiayaan jual beli barang), almudharabah pembiayaan bagi hasil), al-musyarakah (pembiayaan penyertaan
modal), dan al-ijarah.
c) Menawarkan berbagai jasa keuangan berdasarkan upah dalam sebuah kontrak
perwakilan atau penyewaan seperti garansi, transfer kawat, dan L/C (Letter of
Credit).
d) Memberikan jasa sosial seperti pinjaman kebajikan (qardul hasan), zakat, dan
dana sosial lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam.
Berikut ini adalah fungsi dari adanya bank syariah:

Penghimpun Dana
Mirip dengan bank konvensional, pada bank syariah mempunyai fungsi untuk
menghimpun dana dari masyarakat, perbedaan keduanya adalah jika bank
konvensional penabung akan mendapatkan balas jasa dalam bentuk bunga, sedangkan
jika di bank syariah penabung akan mendapatkan balas jasa dalam bentuk bagi hasil.

Penyalur Dana
Dana yang telah di himpun atau dikumpulkan oleh bank syariah dari nasabah,
selanjutnya akan disalurkan kembali ke nasabah lain dengan sistem bagi hasil.

Memberikan Pelayanan Jasa Bank
Dalam kapasitas ini, bank syariah mempunyai fungsi yaitu memberikan layanan
seperti jasa transfer, pemindahan buku, jasa tarik tunai dan juga jasa perbankan
lainnya.
3.4.Tujuan Bank Syariah
Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, tujuan
perbankan syariah yaitu sebagai penunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Selain itu, bank
syariah juga berfungsi sebagai penyedia fasilitas keuangan dengan cara mengusahakan
instrumen-instrumen keuangan yang sepadan dengan ketentuan dan norma syariah. Sangat
berbeda jika dengan bank konvensional, pada bank syariah tidak mempunyai tujuan untuk
memaksimalkan keuntungannya seperti halnya pada sistem perbankan yang berdasarkan
bunga, tetapi tujuan bank syariah adalah untuk memberikan keuntungan sosial ekonomi untuk
orang-orang muslim.
3.5.Ciri-Ciri Bank Syariah
Berikut ini adalah beberapa ciri dari bank syariah, yaitu:

Beban biaya yang telah disepakati ketika akad perjanjian dikeluarkan dalam bentuk
jumlah nominal yang besarnya flesibel dan bisa ditawar dalam batas yang wajar.

Menggunakan prosentase dalam hal kewajiban untuk melaksanakan pembayaran
selalu dihindarkan.

Didalam kontrak pembiayaan proyek, bank tidak memberikan perhitungan menurut
keuntungan pasti yang dihadapkan muka.

Arahan dana yang berasal dari masyarakat berbentuk deposito atau tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagi titipan, sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan
yang diamanahkan sebagai pernyataan dan di proyek yang dibiayai bank sesuai
dengan prinsip syariah sehingga penyimpan dana tidak dijanjikan imbalan yang nyata.

Terdapat dewan syariah yang mempunyai tugas melakukan pengawasan bank dalam
sudut pandang syariah.

Bank syariah sering memakai istilah bahasa arab yang mana istilah itu sudah
tercantum dalam fiqih Islam.

Terdapat produk khusus yakni pembiayaan tanpa beban murni yang sifatnya sosial
yang mana nasabah tidak wajib mengembalikan pembiayaan (al-qordul hasal)

Terdapat larangan aktivitas usaha tertentu dari bank syariah

Aktivitas usaha bank syariah banyak jenisnya jika dibandingkan dengan bank
konvensional

Didalam bank syariah keterkaitan antara bank dan nasabah adalah hubungan akad
(kontrak) antara investor pemilik dana (shohibul maal) dengan investor pengelola
ddana (mudharib) yang sama-sama bekerja yang produktif dan keuntungan dibagi
secara adil.
3.6.Produk Bank Syariah
Secara bagris besar produk-peduk bank syariah dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok produk seperti produk pendanaan, pembiyayaan, jasa perbankan,
dan kegiatan social dengan berbagai prinsif syariah yang digunakan dalam akadnya.
Berbagai jenis akad yang diterapkan oleh bank syariah dalam produknya dapat dibagi
menjadi enam kelopok pola .
a. Pola titipan
Pola titipan merupakan barang/aset titipan nasabah yang harus dijaga dan
dikembalikan setipa saat kepada nasabah yang bersangkutan. Produk yang
menggunakan pola titipan.
1) Wadi’ah yad amanah, penerima titipan tidak betanggung jawab atas kehilangan
dan kerusakaan yang terjadi pada barang titipan, selama bukan dari kelalaian atau
kecerobohan bank dalam memelihara titipan tersebut. Dan bank boleh menerima
biyaya penitipan. Contoh safe deposit box.
2) Wadi’ah yad dhamanah, bank dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan
seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titpan tersebut secara utuh
saat pemilik menghendakinya. Bank dapat meberikan jasa berupa insentif atau
bonus, dengan catatan tanapa perjanjian terelbih dahulu baik nomianal maupun
persentase dan ini murni merupakan kebijakan bank sebagai pengguna uang.
Dalam praktiknya nisbah (bagi hasil antara bank dengan nasabh) antara bank
dengan deposan berupa bonus giro wadih sebesar 30%, nisbah 40 : 60 untuk
simpanan tabungan, dan nisbah 45 : 55 untuk simpanan deposito.
b. Pola pinjaman
Produk yang menggunakan pola pinjaman adalah sebagai berikut :
1) Qardh, adalah pinjaman dari bank kepada pihak tertentu yang wajib dikembalikan
dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. Bank dapat meninta jaminan atas
pinjaman kepada pihak yang meminjam . pengembalian pinjaman dapat dilakukan
secara angsuran atau sekaligus.
2) Qardhul hasan, pinjaman dari bank kepada pihak tertentu untuk tujuan social
yang wajib
Dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.
c. Pola bagi hasil
Yang termasuk produk bagi hasil sebagai berikut :
1) Mudharabah, akad kerja sama antara dua pihak untuk memperoleh pendapatan
atau keuntungan, dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak
lain menjadi pengelola. Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi berdasarkan
rasio
yang telah disepakati diawal akad. Apabila mengalami kerugian akan
ditanggung pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat dari kelalaian
pengeloal. Dan apabila kerugian tersebut disebapkan oleh pengelola modal maka
pengelola modal yang akan bertanggung jawab. mudharabah dibagi menjadi dua
jenis :
a. Mudharabah mutlaqah, pengelola dana (bank) diberi keleluasan untuk
menegelola modal dalam usaha yang dianggap baik dan menguntungkan.
b. Mudharabah muqayyadah, pemilik modal menentukan syarat dan pembatasan
kepada penegelola dalam menggunakan modal, diantaranya jangak waktu,
tempat, dan jenis usaha.
2) Musyarakah , akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk mebiayai suatu
jenis usaha tertentu. Dengan kesepakatan keuntungan atau resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan
d. Pola jual beli
1) Murabahah, akad jual beli antara bank dengan nasabah. Bank memberi barang
yang diperlukan nasabah yang bersangkutan sebesra harga pokok ditambah
dengan keuntungan yang disepakati
2) Salam, pembelian barang dengan cirri-ciri khusus dan jelas yang
barangnya
barangnya diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka.
3) Istihna’, akad jual beri barang antara pemesan dan penerima pesanan. Spesifikasi
dan harga barang pesanan disepakati diawal akad dengan pembayaran dilakukan
secara bertahap sesuai kesepakatan
e. Pola sewa
Pola jual beli terdiri atas tiga produk :
1) Ijarah, akad sewa menyewa barang antara bank dengan penyewa melalui
pembayaran upah sewa, setelah masa sewa habis barang sewaan dikembalikan
kepada bank tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan terhadap barang
tersebut
f. Pola lainnya
Selain kelima pola tersebut, bank syariah juga memiliki produk-produk seperti :
1) Wakalah, akad pemerian kuasa atau pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada
pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilakan. Atas jasanya, penerima
kekuasaan dapat menerima imbalan tertentu dari pemberi amanah. contohnya :
letter of credit, transfer, kliring, pembayaran gaji.
2) Kafalah, yaitu pengalihan tanggung jawab dari stau pihak kepihak lain. Dalam
dunia perbankan dapat dilakukan dengan jaminan seseorang.
3) Hiwalah, merupakan pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada orang
lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang
dari satu pihak kepada lian pihak. Dalam dunia keuangan dikenal dengan kegiatan
anjak piutang atau factoring.
4) Rahn, kegiatan menahansalah satu harta milik peminjam sebagai jaminan yang
diterimanya. Kegitan seperti ini dilakukan seperti jaminan gada.
5) Sharf, jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Contohnya fasilitas penukaran
uang(money changer)
6) Ujrah, imbalan yang diberikan atas suatu pekerjaan yang dilakukan.contohnya
penyewaan safe deposit box, penggunaan ATM.
3.7.Penilaian Kesehatan Bank Syariah
penilaian kesehatan Bank Syariah dilakukan berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia(PBI) No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku mulai 24 Januari 2007.
Prinsip-Prinsip Umum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah
Manajemen bank perlu memperhatikan prinsip-prinsip umum berikut ini sebagai
landasan dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank.
1. Berorientasi Risiko
Penilaian tingkat kesehatan didasarkan pada risiko-risiko bank dan dampak yang
ditimbulkan pada kinerja bank secara keseluruhan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengidentifikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan risiko
atau mempengaruhi kinerja keuangan bank pada saat ini dan dimasa yang akan
datang. Dengan demikian, bank diharapkan mampu mendeteksi secara lebih dini akar
permasalahan bank dan mengambil langkah-langkah pencegahan serta perbaikan
secara efektif dan efisien.
2. Proporsionalitas
Penggunaan parameter atau indikator dalam tiap faktor penilaianTingkat Kesehatan
Bank dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank.
Parameter atau indikator penilaian Tingkat Kesehatan Bank dalam Surat Edaran ini
merupakan standar minimum yang wajib digunakan dalam menilai tingkat kesehatan
bank. Namun demikian, bank juga dapat menggunakan parameter atau indikator
tambahan yang sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas usahanya dalam menilai
tingkat kesehatan bank sehingga dapat mencerminkan kondisi bank dengan lebih baik.
3. Materialitas dan Signifikansi
Bank perlu memperhatikan materialitas dan signifikansi faktor penilaian tingkat
kesehatan bank yaitu Profil Risiko, Good Corporate Governance, Rentabilitas, dan
Permodalan serta signifikansi parameter atau indikator penilaian pada masing-masing
faktor dalam menyimpulkan hasil penilaian dan menetapkan peringkat faktor.
Penentuan materialitas dan signifikansi tersebut didasarkan pada analisis yang
didukung oleh data dan informasi yang memadai mengenai risiko dan kinerja
keuangan bank.
4. Komprehensif dan Terstruktur
Proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis serta difokuskan pada
ppermasalahan utama bank. Analisis dilakukan secara terintegrasi dengan
mempertimbangkan keterkaitan antar risiko dan antar faktor penilaian tingkat
kesehatan bank serta perusahaan anak yang wajib dikonsolidasikan. Analisis harus
didukung oleh fakta-fakta pokok dan rasio-rasio yang relevan untuk menunjukkan
tingkat, trend, dan tingkat permasalahan yang dihadapi oleh bank.
Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank
Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor....../POJK.03/2014
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah,
bank wajib melakukan penilaian sendiri tingkat kesehatan bank dengan pendekatan
Risk-basedBank Rating (RBBR). Penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah
dilakukan secara individual maupun konsolidasi.
1. Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah
Penilaian tingkat kesehatan bank secara individual untuk bank umum syariah
mencakup penilaian terhadap faktor-faktor: profil risiko, good corporate governance,
rentabilitas, dan permodalan.
a. Penilaian faktor Profil Risiko
Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap Risiko Inheren dan
kualitas penerapan Manajemen Risiko dalam aktivitas operasional bank. Risiko yang
wajib dinilai terdiri atas 10 (sepuluh) jenis risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar,
Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko
Kepatuhan, Risiko Reputasi, Risiko Imbal Hasil, dan Risiko Investasi.
1). Penilaian Risiko Inheren
Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan
bisnis bank, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi
mempengaruhi posisi keuangan Bank. Karakteristik risiko inheren bank ditentukan
oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi bisnis, karakteristik bisnis,
kompleksitas produk dan aktivitas bank, industri dimana bank melakukan kegiatan
usaha, serta kondisi makro ekonomi.
Penilaian atas risiko inheren dilakuan dengan memperhatikan parameter atau
indikator yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
Berikut ini adalah beberapa parameter/indikator minimum yang wajib menjadi acuan
bank dalam menilai risiko inheren.
a) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
Risiko kredit pada umumnya melekat pada seluruh aktivitas penanaman dana yang
dilakuan oleh bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan
(counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko
kredit juga bisa diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur,
wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko ini
lazim disebut risiko konsentrasi pembiayaan dan wajib diperhitungkan pula dalam
penilaian risiko inheren.
Dalam menilai risiko inheren dan risiko kredit, parameter/indikator yang digunakan
adalah: (i)komposisi portofolio aset dan tingkat konsentrasi; (ii) kualitas penyediaan
dana dan kecukupan pencadangan;
(iii) strategi penyediaan dana dan sumber timbulnya penyediaan dana; dan (iv) faktor
eksternal.
b) Risiko pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat
perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat
diperdagangkan atau disewakan.
Risiko pasar meliputi antara lain risiko benchmarksuku bunga (benchmark interest
rate risk), risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas. Penerapan
manajemen risiko untuk risiko ekuitas dan risiko komoditas wajib diterapkan oleh
bank yang melakukan konsolidasi dengan perusahaan anak.
c) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid
berkualitas tinggi yang dapat digunakan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan bank.
Risiko ini juga disebut risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko
likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan bank melikuidasi aset tanpa
terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan
pasar (market disruption) yang parah. Risiko ini disebut risiko likuiditas pasar (market
likuidity risk).
d) Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional bank.
Sumber risiko operasional dapat disebabkan oleh sumber daya manusia, proses,
sistem, dan kejadian eksternal.
e) Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukun dan/atau kelemahan
aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya perjanjian atau agunan yang tidak memadai.
f) Risiko Stratejik
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau
pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis.
Sumber risiko stratejik antara lain dapat berasal dari kelemahan dalam proses
formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam
implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
g) Risiko kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta
prinsip syariah.
Sumber risiko kepatuhan adalah kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum
terhadap ketentuan, prinsip syariah, maupun standar bisnis yang berlaku umum.
h) Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholderyang
bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkategorikan sumber risiko reputasi
bersifat tidak langsung (below the line) dan bersifat langsung (above the line)
i) Risiko Imbal Hasil
Risiko imbal hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal
hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal
hasil yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku
nasabah dana pihak ketiga bank.
j) Risiko Investasi
Risiko investasi (Equity Investment Risk)adalah risiko akibat bank ikut menanggung
kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil baik
yang menggunakan metode net revenuesharing maupun yang menggunakan metode
profit and loss sharing.
2. Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko mencerminkan penilaian terhadap
kecukupan sistem pengendalian risiko yang mencakup seluruh pilar penerapan
manajemen risiko dan bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas penerapan manajemen
risiko bank sesuai prinsip-prinsip sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai
penerapan manajemen risiko bagi bank umum syariah.
Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko tersebut dilakukan secara terintegrasi
sebagai berikut:
a) Tata Kelola Risiko
Tata kelola risiko mencakup evaluasi terhadap: (i) perumusan tingkat risiko yang
akan diambil (risk appetite) dan toleransi risiko (risk tolerance); dan (ii)
kecukupan pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan
Pengawas Syariah termasuk pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab Dewan
Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah.
b) Kerangka Manajemen Risko
Kerangka manajemen risiko mencakup evaluasi terhadap: (i) strategi manajemen
risiko yang searah dengan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko;
(ii) kecukupan perangkat organisasi dalam mendukung terlaksananya manajemen
risiko secara efektif termasuk kejelasan wewenang dan tanggung jawab; dan (iii)
kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit.
c) Proses Manajemen Risiko, Kecukupan Sumber Daya Manusia, dan Kecukupan
Sistem Informasi Manajemen
Mencakup evaluasi terhadap: (i) proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko; (ii) kecukupan sistem informasi manajemen risiko; dan (iii)
kecukupan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dalam mendukung
efektifitas proses manajemen risiko.
d) Kecukupan Sistem Pengendalian Risiko
Mencakup evaluasi terhadap: (i) kecukupan sistem pengendalian intern dan (ii)
kecukupan kaji ulang oleh pihak independen (independent review) dalam bank
baik oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko maupun oleh Satuan Kerja Audit
Intern.
b. Penilaian Faktor Good Corporate Governance (GCG)
Penilain faktor Good Corporate Governance bagi bank umum syariah merupakan
penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksanaan 5 (lima) prinsip Good
Corporate Governance yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,
profesional, dan kewajaran. Prinsip-prinsip tersebut berpedoman pada ketentuan
Good Corporate Governance yang berlaku bagi Bank Umum Syariah dengan
memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank.
c. Penilain Faktor Rentabilitas
Penilain faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumbersumber
rentabilitas,
rentabilitas,
dan
kesinambungan
pelaksanaan
fungsi
(sustainability)
sosial.
rentabilitas,
Penilaian
manajemen
dilakukan
dengan
mempertimbangkan tingkat, trend, strukutur, stabilitas rentabilitas Bank Umum
Syariah, dan perbandingan kinerja bank umum syariah dengan kinerja peer group,
baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif.
Dalam menentukan peer group, bank umum syariah perlu memperhatikan skala
bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha bank umum syariah serta
ketersediaan data dan informasi yang dimiliki.
d. Penilaian Faktor Permodalan
Penilaian faktor permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan pengelolaan
permodalan. Dalam melakukan perhitungan permodalan, bank umum syariah
mengacu pada ketentuan yang berlaku mengenai kewajiban penyediaan modal
minimum bagi bank umum syariah. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan
modal, bank umum syariah juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil
risiko. Semakin tinggi risiko, semakin besar modal yang harus disediakan untuk
mengantisipasi risiko tersebut.
Tindak Lanjut Penilaian Tingkat Kesehatan
1. Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau pemegang saham pengendali bank wajib
menyampaikan rencana tindak (action plan) kepada Otoritas Jasa Keuangan yang
memuat langkah-langkah perbaikan yang wajib dilaksanakan oleh bank dalam rangka
mengatasi
permasalahan
signifikan
yang
dihadapi
beserta
target
waktu
penyelesaiannya.
2. Rencana tindak (action plan) antara lain meliputi tindakan untuk:
a. Memperbaiki penerapan manajemen risiko bank dengan langkah-langkah
perbaikan yang nyata dan target waktu penyelesaiannya.
b. Memperbaiki penerapan Good Corporate Governance dengan langkah-langkah
perbaikan yang nyata dan target waktu penyelesaiannya;
c. Memperbaiki kinerja keuangan bank antara lain peningkatan efisiensi apabila
bank mengalami permasalahan rentabilitas; dan/atau
d. Menambah modal secara tunai dari pemegang saham bank dan/atau pihak lainnya
apabila bank mengalami permasalahan kekurangan permodalan.
Bank wajib melaporkan hasil tindak lanjut pelaksanaan rencana tindak (action plan)
kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah target
penyelesaian rencana tindakan dan/atau 10 (sepuluh) hari kerja setelah akhir bulan
dilakukan secara bulanan apabila terdapat permasalahan signifikan sehingga
penyelesaian rencana tindakan tersebut tidak dapat dilakukan secara tepat waktu.
Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta bank untuk memperbaiki rencana tindakan
tersebut apabila diperlukan. Dalam hal batas waktu penyampaian rencana tindak
(action plan) atas hasil self assessmentjatuh pada hari libur maka rencana tindak
(action plan) atau hasil self assessment tingkat kesehatan bank disampaikan pada hari
kerja berikutnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bank Syariah merupakan lembaga perbankan yang menggunakan sistem syariah atau
aturan yang sesuai dengan Al-qur’an dan Hadits dalam menjalankan segala aktivitas
atau operasionalnya. Bank syariah pertama kali muncul pada tahun 1991 dan mulai ber
operasi resmi pada tahun 1992.Keberadaan bank Syariah sangat berperan penting dalam
kehidupan masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam karena
segala transaksi atau muamalah nya tidak mengenal sistem riba, melainkan
menggunakan sistem bagi hasil.
Selain bertujuan untuk mengembangkan perekonomian nasional, bank syariah juga
bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan dalam masyarakat, sehingga untuk
mewujudkannya diperlukan kinerja dan kualitas pelayanan yang sehat melalui penilaian
kesehatan. Sehingga dapat meminimalisir terjadinya ketimpangan dan mengembalikan
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah.
B. KRITIK DAN SARAN
Setelah kita mempelajari tentang berbagai aspek dalam perbankan Syariah,
diharapkan agar kita semakin banyak menggunakan jasa bank Syari’ah untuk
menunjang perekonomian nasional yang islami dan dapat memberikan manfaat yang
besar terhadap masyarakat Indonesia dalam bertransaksi berdasarkan hukum Islam.
Walaupun keberadaan Bank syariah semakin banyak dan berkembang, namun masih
kurangnya pemahaman masyarakat tentang bank Syariah menyebabkan kurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap produk perbankan Syariah tersebut.
Oleh
karena
itu,
pemerintah
hendaknyabisamelirikdanmenerapkanekonomisyariahsebagaisolusiperekonomian
Indonesia serta melihatekonomisyari’ahdalamkontekspenyelamatanekonomiNasional.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. 2016. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. RAJAGRAFINDO
PERSADA, Jakarta.
Triandaru, Sigit dan Budisantoso, Totok. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta: Salemba Empat
https://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Contents/Default.aspx. Diakses Senin, 12
Maret 2018.
http://www.spengetahuan.com/2017/09/pengertian-bank-syariah-sejarah-fungsi-tujuanciri-jenis-produk.html. Diakses Kamis, 08 Maret 2018.
http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-bank
indonesia/Documents/211.pdf. Diakses Jum’at, 09 Maret 2018.
Download