proses produksi pementasan drama teater angin sma negeri 1

advertisement
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
PROSES PRODUKSI PEMENTASAN DRAMA
TEATER ANGIN SMA NEGERI 1 DENPASAR
Ketut Adi Bawana, Gede Gunatama, I Made Astika
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) proses produksi pementasan
drama Teater Angin SMA Negeri 1 Denpasar, dan (2) kendala-kendala yang dialami
dalam proses produksi pementasan drama Teater Angin tersebut. Penelitian ini
menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Teater
Angin SMA Negeri 1 Denpasar. Objek penelitian ini adalah proses produksi
pementasan drama. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Hasil temuan dalam penelitian ini adalah (1) Proses
produksi pementasan drama Teater Angin dibagi menjadi tiga tahap, yaitu (a) tahap
persiapan, (b) tahap latihan, (c) tahap pementasan. Tahap persiapan dalam proses
produksi pementasan drama Teater Angin yaitu pemilihan tim produksi, pemilihan
naskah, pemilihan pemain, dan merekam dubbing. Tahap latihan dalam proses
produksi pementasan drama Teater Angin yaitu latihan vokal, latihan akting, pangung
dekorasi, pencahayaan, busana rias, publikasi atau promosi. Tahap pementasan
yang dilakukan Teater Angin dalam produksi pementasan drama yaitu, geladi bersih
dan pentas. (2) Teater Angin dalam memproduksi pementasan drama mengalami
beberapa kendala, yaitu (a) tidak ada tempat khusus yang dapat digunakan untuk
latihan, (b) cuaca saat latihan tidak mendukung, (c) anggota atau pemain tidak disiplin
saat menghadiri latihan, (d) naskah yang dibuat penyelesaiannya terlambat, dan (e)
perekaman dubbing mengalami keterlambatan. Simpulan penelitian ini adalah (1)
proses produksi pementasan drama Teater Angin dibagi menjadi tiga tahap, yaitu (a)
tahap persiapan, (b) tahap latihan, dan (c) tahap pementasan, (2) Teater Angin dalam
memproduksi pementasan drama mengalami lima kendala yang dapat diatasi.
Kata Kunci : proses produksi, pementasan drama, teater angin
Abstract
This study aimed to describe (1) the production process of staging drama Teater
Angin SMAN 1 Denpasar, and (2) the constraints experienced in the production
process of staging drama Teater Angin SMAN 1 Denpasar. This study used a
qualitative descriptive design. The subjects were Teater Angin SMAN 1 Denpasar.
The object of this research is the production process of staging drama. The data in
this study were collected through observation, interviews, and documentation. The
findings in this study were (1) The production process of staging drama Teater Angin
is divided into three stages, namely (a) preparation, (b) the exercise phase, (c) the
stage performances. The preparation stage in the production process, namely Teater
Angin staging drama production team selection, the selection of texts, selection of
players, and recording dubbing. Phase exercise in the production process of staging
drama Teater Angin namely vocal exercises, acting exercises, the stage decoration,
lighting, makeup fashion, publicity or promotion. Stage Teater Angin staging
conducted in the production of drama performances, namely, rehearsals and
performances. (2) Teater Angin in producing theater in having some problems,
namely (a) there is no special place that can be used for training, (b) the weather at
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
practice does not support, (c) a member or player is not disciplined while attending
training, (d ) script solution is made late, and (e) recording dubbing has been delayed.
The conclusions of this study are (1) the production process of staging drama Teater
Angin is divided into three stages, namely (a) preparation, (b) the stage of the
exercise, and (c) the stage performances, (2) Teater Angin in producing drama
performances suffered five constraints which can be overcome.
Keywords: the production process, staging drama, teater angin
PENDAHULUAN
Sastra
adalah
pengungkapan
kehidupan manusia yang menggunakan
bahasa sebagai medium penyampainnya.
Dalam
sastra,
pengarang
akan
memaparkan tentang realitas yang terjadi
dalam masyarakat. Sastra memiliki tiga
bentuk, yaitu prosa, puisi, dan drama.
Perbedaan bentuk tersebut didasarkan
pada
bentuk
lahir
dan
bentuk
penyampaiannya. Secara lahiriah prosa
berbentuk rangkaian kalimat. Kejelasan isi
dan makna pada karya tersebut sangat
bergantung pada kejelasan kalimat yang
digunakan, sedangkan puisi berupa
rangkaian kata yang padu. Oleh karena
itu,
kejelasan
puisi
akan
sangat
bergantung pada penggunaan kata dan
kepaduan yang membentuknya. Lalu kata
drama berasal dari bahasa Yunani
draomai, yang berarti berbuat, berlaku,
bertindak, atau bereaksi.
Drama mempunyai kekhususan
dibanding dengan genre sastra yang lain.
Teks drama ditulis pengarangnya tidak
hanya berhenti sampai pada tahap
pembeberan peristiwa untuk dinikmati
secara artistik imajinatif oleh para
pembacanya, tetapi mesti diteruskan
untuk dapat dipertontonkan dalam suatu
penampilan gerak dan perilaku konkret
yang dapat disaksikan. Kekhususan
drama
inilah
yang
kemudian
menyebabkan pengertian drama sebagai
suatu genre sastra lebih terfokus sebagai
suatu karya yang lebih berorientasi
kepada seni pertunjukan. Drama tidak
semata-mata
untuk
dibaca,
tetapi
diciptakan untuk dipentaskan oleh sebuah
kelompok
seni di atas panggung.
Menurut Wiyanto (2002:3) drama adalah
kisah hidup manusia dalam masyarakat
yang diproyeksikan ke atas panggung,
disajikan dalam bentuk dialog dan gerak
berdasarkan
naskah,
didukung
tatapanggung,
tatalampu,
tatamusik,
tatarias, dan tatabusana.
Drama
memegang
peranan
penting dalam kehidupan manusia, sebab
drama memiliki beberapa fungsi terkait
kehidupan manusia. Jazuli (2011:38-39)
mengatakan bahwa salah satu fungsi
drama adalah sebagai sarana hiburan.
Fungsi ini tercermin pada kegunaan seni
untuk memberi hiburan atau kesenangan
semata atau dimanfaatkan untuk mengisi
waktu luang. Fungsi drama sebagai salah
satu hiburan menyajikan cerita tentang
kehidupan dan sejarah manusia. Drama
menjadi
media
pertunjukan
untuk
mementaskan cerita dalam lika-liku
kehidupan dan kearifan lokal (nilai-nilai
kemanusiaan, filsafat, cinta, dan ksatria).
Drama
membawa
pesan-pesan
kemanusiaan kepada masyarakat, seperti
halnya pada kesenian lenong, wayang,
dan ludruk. Drama memiliki fungsi yang
lain, di antaranya sebagai sarana
komunikasi, sarana memberi ilmu tentang
cerita sejarah pada masyarakat, bahkan
sebagai sarana pendidikan. Drama juga
dijadikan
sebagai
sarana
untuk
memberikan
penyuluhan,
seperti
penyuluhan tentang keamanan, bahaya
narkoba, dan kesehatan. Banyak pula
yang menjadikan drama sebagai sarana
protes terhadap pemerintah.
Jika memperhatikan fungsi-fungsi
tersebut, penting bagi generasi muda
untuk belajar tentang pementasan drama.
Drama merupakan salah satu media
pendidikan yang sangat berperan penting
bagi
perkembangan
moral
dan
kepribadian generasi muda. Bermain
drama juga dapat membantu generasi
muda
mengembangkan
ketrampilan
intelektualnya
serta
membantu
membentuk kepribadian generasi muda
yang manfaatnya secara langsung dapat
memberikan kesempatan untuk tumbuh
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
dalam lingkungan sosial. Drama tidak
hanya untuk dinikmati, tetapi sebagai
sarana ekspresi untuk mengungkapkan
perasaan dan pikiran generasi muda.
Dalam
pementasan
drama,
kelompok-kelompok penggelut drama
dalam
memproduksi sebuah drama
tentunya memikirkan dengan matang
terkait proses produksi (perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi). Proses
produksi dalam pementasan drama dapat
dikatakan memegang peranan penting
dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi drama tersebut. Penelitian
tentang proses produksi pementasan
drama penting serta dibutuhkan bagi
siswa karena dapat dijadikan rujukan.
Mengingat sedikitnya referensi tentang
drama dan belum adanya referensi yang
berkaitan dengan proses memproduksi
drama bagi siswa. Selama ini siswa
melakukan proses produksi berpedoman
pada pengalaman kakak tingkat yang
pernah
memproduksi
drama.
Memproduksi drama dapat menjadi media
untuk mengeksplorasi pengalaman hidup
sehari-hari. Maka dari itu, diperlukanlah
penelitian tentang bagaimana proses
produksi drama Kelompok Teater Angin.
Hasilnya diharapkan menjadi gambaran
bagaimana sebuah pementasan drama
diproduksi sekaligus sebagai panduan
kepada siswa atau kelompok lain dalam
memproduksi drama. Selain itu, dalam
pementasan drama dipengaruhi oleh
beberapa unsur atau komponen dan
faktor-faktor
penunjang
keberhasilan
pergelaran teater. Unsur-unsur dalam
drama bersifat mutlak. Artinya, unsur
tersebut
harus
ada
atau
harus
dilaksanakan.
Teater Angin merupakan salah
satu teater pelajar di Bali yang aktif dalam
memproduksi pementsan drama. Teater
Angin adalah salah satu ekstrakulikuler
yang ada di SMA Negeri 1 Denpasar.
Teater Angin tebentuk pada 8 Agustus
1963. Ketika terbentuk Teater Angin
bernama Kelompok Drama dan Sastra
(jurnalistik masuk ke dalamnya). Pada
tahun 1983, kelompok drama dan sastra
berganti nama menjadi Teater Angin. Saat
ini,
sekolah
sangat
mendukung
keberadaan Teater Angin. Sekolah
memberikan kesempatan setiap siswanya
untuk bersastra melalui Teater Angin.
Dalam
perkembangannya
selain
menggeluti dunia sastra dan teater, Teater
Angin juga menjadikan musikalisasi puisi
sebagai salah satu kegiatanya.
Berdasarkan pentingnya drama
dan refrensi bagi siswa dalam proses
produksi pementasan drama, maka
peneliti mengangkat masalah denga judul
“Proses Produksi Pementasan Drama
Teater Angin SMA Negeri 1 Denpasar”.
Penelitian yang dilakukan ini mengambil
subjek penelitian di Teater Angin SMA
Negeri 1 Denpasar. Teater Angin SMA
Negeri 1 Denpasar dipilih sebagai subjek
dengan dua pertimbangan, yaitu segi
kualitas dan letak geografis. Pertama,
dilihat dari segi kualitas, Teater Angin
memiliki banyak prestasi. Teater Angin
merupakan sanggar
sastra
pelajar
pertama yang ada di Bali. Sebagai teater
pelajar pertama yang ada di Bali, prestasi
yang sudah diraih oleh Teater Angin juga
sudah banyak (Antologi Musikalisasi Puisi,
Antologi Puisi Bersama Teater Angin SMU
1 Denpasar (1997), Jalan Angin (2006),
Juara 1 Pementasan Terbaik Equilibrium
Theater Competition 2009, Antologi
Musikalisasi Puisi Tentang Angin 1
(2003),
Antologi
Musikalisasi
Puisi
Tentang Angin 2 (2010), Juara 1 Pemeran
Pembantu Wanita Terbaik Festival Deama
Pelajar
SMA/SMK/Sederajat
Tingkat
Nasional 2014 Teater Gema IKIP PGRI
Semarang, Juara 1 Lomba Baca Puisi
Kategori Putri PSR 2015.) Kedua, Teater
Angin terletak di kota Denpasar. Denpasar
merupakan pusat pergerakan sastra di
Bali, sehingga Teater Angin aktif dalam
mengikuti
kompetisi
pada
jenjang
kabupaten, provinsi, maupun nasional.
Selain aktif dalam mengikuti kompetisi,
letak
Teater
Angin
di
Denpasar
menyebabkan hubungan yang erat
dengan sejumlah sastrawan terkenal,
seperti Tan Lioe ie, Abu Bakar, dan Cok
Sawitri. Hal tersebut menguatkan bahwa
penelitian di Teater Angin SMA Negeri 1
Denpasar penting dilakukan, karena
Teater Angin lebih produktif dibandingkan
dengan teater pelajar yang ada di Bali.
Adapun penelitian sejenis yang
telah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
penelitian yang dilakukan oleh Kencana
(2014) yang berjudul “Pelaksanaan
Sanggar Sastra Teater Angin SMA Negeri
1 Denpasar”. Penelitian ini mengkaji
empat aspek yaitu, (1) keberadaan Teater
Angin (2) pelatihan teater (3) pelatihan
tataartistik (4) Pelatihan penyutradaraan .
Penelitian
tersebut
menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dan
metode pengumpulan data menggunakan
metode observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi.
Penelitian
sejenis
selanjutnya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Alania (2015) yang
berjudul “Proses Produksi Ketoprak
Mahasiswa”. Penelitian ini mengkaji
tentang
proses
produksi
ketoprak
mahasiswa mulai dari tahap persiapan,
tahap latihan, dan tahap pementasan.
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan objektif.
Pengumpulan data dalam penelitian ini,
menggunakan
metode
observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Masalah
yang
dikaji
dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut. (1)
apa saja proses produksi pementasan
drama Teater Angin SMA Negeri 1
Denpasar? (2) apa saja kendala-kendala
yang dialami dalam proses produksi
pementasan drama Teater Angin SMA
Negeri 1 Denpasar?
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian
ini diharapkan mampu menggambarkan
proses produksi pementasan drama
Teater Angin SMA Negeri 1 Denpasar.
Subjek penelitian ini adalah Teater Angin
SMA Negeri 1 Denpasar, sedangkan
objek penelitian ini adalah proses produksi
pementasan drama.
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini meliputi (1) metode
observasi, (2) metode wawancara, dan (3
metode dokumentasi. Dalam penelitian ini,
metode observasi nonpartisipatif adalah
metode yang digunakan oleh peneliti
karena peneliti ingin melihat proses
produksi pementasan drama Teater Angin
SMA Negeri 1 Denpasar tanpa ada
campur tangan dari peneliti. Instrumen
yang digunakan dalam metode observasi
adalah lembar observasi. Pada saat
pelaksanaan observasi, hasil observasi
dicatat dalam lembar observasi. Data
yang sudah dicatat akan dianalisis untuk
mengetahui proses produksi pementasan
drama Teater Angin SMA Negeri 1
Denpasar.
Metode wawancara juga digunakan
dalam penelitian ini. Wawancara yang
digunakan adalah wawancara terstruktur
dan wawancara tak terstruktur. Metode
selanjutnya adalah metode dokumentasi.
Metde dokumentasi digunakan untuk
mendokumentasikan proses produksi
pementasan drama Teater Angin SMA
Negeri 1 Denpasar. Hasil yang akan
didapatkan
menggunakan
metode
dokumentasi berupa naskah dan foto
pada proses produksi pementasan drama
Teater Angin SMA Negeri 1 Denpasar.
Dalam penelitian ini, metode
analisis data yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Prosedur pengolahan
data dilakukan dengan empat langkah,
meliputi (a) identifikasi data, (b) klasifikasi
data, (c) penyajian data, dan (d) penarikan
kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan,
ada
tiga
tahap
proses
produksi
pementasan drama Teater Angin SMA
Negeri 1 Denpasar.
Pertama, tahap
persiapan berupa pemilihan tim produksi,
pemilihan naska, pemilihan pemain, dan
merekam dubbing. Kedua, tahap latihan
berupa latihan vokal, latihan akting,
panggung
dekorasi,
pencahayaan,
busana dan rias, dan publikasi atau
promosi. Ketiga, tahap pementasan
berupa geladi bersih dan pentas.
Tahap persiapan dalam proses
produksi pementasan drama dibagi
menjadi empat tahap. Pertama, pemilihan
tim produksi. Pemilihan tim produksi yang
dilakukan Teater Angin bertujuan untuk
memberikan kesempatan setiap anggota
menjadi tim produksi. Teater Angin selalu
membentuk
tim
produksi
setiap
mengadakan
pementasan.
Dengan
demikian, Teater Angin tidak pernah
kekurangan orang yang berpengalaman.
Dalam produksi pementasan operet
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
Teater Angin SMA Negeri 1 Denpasar,
pimpinan produksi dan sutradara dipilih
berdasarkan kesepakatan bersama. Hal
tersebut dilakukan agar tidak adanya
kecemburuan antar anggota Teater Angin,
serta tidak adanya unsur paksaan bagi
yang terpilih.
Kedua,
pemilihan
naskah.
Pemilihan naskah merupakan salah satu
tugas sutradara yang harus diatur secara
baik, agar naskah yang digunakan sesui
dengan yang diinginkan. Dalam produksi
pementasan
operet,
Teater
Angin
menggunakan naskah karyanya sendiri.
Naskah yang digunakan merupakan hasil
karya bersama, artinya seluruh anggota
mengerjakan naskah secara bersamasama. Hal tersebut dilakukan agar semua
pemikiran kreatif yang dimiliki setiap
anggota dapat terealisasi. Selain itu,
dengan berkerja secara bersama naskah
dapat selesai dengan waktu singkat.
Ketiga, pemilihan pemain. Dalam
proses produksi pementasan drama
Teater Angin SMA Negeri 1 Denpasar,
tahap pemilihan pemain dilakukan oleh
sutradara dan Anggota yang sudah
senior. Aspek yang dipertimbangkan
dalam pemilihan pemain ada dua, yaitu
aspek fisik dan kecakapan.
Keempat,
merekam
dubbing.
Proses merekam dubbing pada produksi
pementasan
operet
Teater
Angin
dilaksanakan pada tanggal 3 September
2016. Pengisi dubbing dalam pementasan
ini adalah anggota Teater Angin yang
duduk di kelas XI dan XII. Proses
perekaman dubbing dilaksanakan di
rumah alumni Teater Angin yang memiliki
alat untuk merekam. Dengan demikian,
biaya yang dikeluarkan dalam proses
rekaman dapat dihemat. Pada tanggal
tersebut, dubbing yang direkam sampai
pada stage 4. Perekaman hanya bisa
terlaksana sampai stage 4, karena terjadi
banyak kesalahan intonasi dan naskah
belum terselesaikan secara utuh.
Pada tanggal 4 September 2016,
Teater
Angin
melanjutkan
proses
perekaman
dubbing.
Perekaman
dilakukan hanya sampai stage 6.
Selanjutnya, tanggal 18 September 2016,
Teater Angin kembali melaksanakan
perekaman dubbing. Proses perakaman
baru dapat dilanjutkan, saat naskah baru
diselesaikan pada tanggal 15 September
2016. Saat itu, proses perekaman dapat
terselesaikan sampai stage 9. Dengan
demikian, berakhirlah tahap perekaman
dubbing Teater Angin dalam produksi
pementasan operet.
Tahap latihan dalam produksi
pementasan drama Teater Angin dibagi
menjadi beberapa tahap. Berikut paparan
mengenai tahap latihan pada produksi
pementasan drama Teater Angin SMA
Negeri 1 Denpasar.
Pertama, latiha vokal. Dalam
pementasan drama dibutuhkan vokal yang
baik, guna mendapat vokal yang baik
Teater Angin dalam produksi pementasan
operet melaksanakan pelatihan vokal di
Art Centre Denpasar. Pelatihan vokal ini
digunakan sebagai pemanasan sebelum
melaksanakan latihan akting.
Kedua, latihan akting. Pelatihan
akting di Teater Angin dimulai setelah
ditetapkannya
pemain
yang
akan
mementaskan operet. Pelathan akting
dimulai tanggal 1 September 2016. Dalam
pelatihan akting yang dilakukan Teater
Angin mengutamaan raga dan sukma.
Raga dan sukma dipentingkan dalam
latihan ini karena, dengan melatih raga
dan sukma pemain akan siap dalam
memainkan peran.
Ketiga,
panggung
dekorasi.
Penata pangung di Teater Angin
disesuaikan dengan tuntutan cerita,
kehendak artistik sutradara, dan pangung
tempat pementasan dilaksanakan. Oleh
sebab
itu,
sebelum
melaksanakan
penataan pangung seorang penata
pangung perlu mempelajari pangung
pertunjukan. Tifaldi Ikbal dipilih sebagai
penata panggung oleh Sutradara dan
Pimpinan Produksi pementasan operet
Teater Angin. Penata pangung di Teater
Angin mulai bekerja sejak penata
pangung menerima naskah operet yang
dipentaskan.
Keempat, pencahayaan. Dalam
pementasan operet yang dilakukan Teater
Angin, Sutradara dan Pimpinan produksi
mempercayakan penata cahaya kepada
Panca Bayu. Penata cahaya di Teater
Angin pada produksi pementasan drama
operet tidak hanya sebatas menghidupkan
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
atau mematikan lampu. Kerja penata
cahaya pada produksi pementasan operet
Teater Angin sebagai berikut: (a)
mempelajari naskah, (b) berdiskusi
dengan sutradara, (c) mempelajari desain
pangung dan tatabusana, (d) memeriksa
pangung
dan
perlengkapan,
(e)
menghadiri latihan, (f) penataan dan
percobaan, dan (g) pementasan.
Kelima,
busana
dan
rias.
Tatabusana yang dilakukan Teater Angin
memiliki tujuan untuk membedakan satu
pemain dengan pemain yang lainnya.
Dengan adanya tatabusana, penonton
dapat dengan mudah membedakan peran
yang mainkan oleh satu pemain dengan
pemain yang lainnya. Selain itu,
tatabusana di Teater Angin juga bertujuan
untuk menggambarkan karakter tokoh.
Reina Amara dipercayakan sebagai
penata
busana
dalam
produksi
pementasan operet Teater Angin. Reina
Amara dipercaya karena dia dianggap
memiliki kemampuan dalam tatabusana.
Tidak jauh berbeda dengan penata
busana, penata rias dalam pementasan
operet bertujuan untuk menyempurnakan
penampilan wajah pemain. Wajah yang
sempurna diharapkan dapat menambah
kekuatan karakter para pemain. Tata rias
juga
bertugas
menyembunyikan
kekurangan yang terdapat pada wajah
pemain dan menonjolkan hal yang
menarik dari wajah aktor. Devia Pande
dipercaya untuk menjadi kordinator
penata rias. Divia Pande dipercaya,
karena Ia sudah memiliki pengalaman
dalam merias pemain. Sebelumnya, Ia
sudah pernah menjadi penata rias saat
Teater Angin mengadakan pementasan
drama pada bulan Maret 2016.
Keenam,
publikasi.
Publikasi
dalam pementasan operet Teater Angin
dilakukan oleh dua pihak, yaitu OSIS
Smansa dan Teater Angin. OSIS turut
serta dalam melakukan publikasi karena
acara GKS merupakan serangkaian acara
ulang tahun sekolah, sehingga seluruh
kegiatan akan dikordinasi oleh OSIS
Smansa. Penempelan pamflet sudah
dilaksanakan dari tanggal 10 September
2016. Pamplet yang disebar terbagi
menjadi dua yaitu pamflet acara GKS dan
pamflet khusu pementasan operet Teater
Angin. Pada pamplet GKS terdapat
berbagai jenis penampilan, termasuk
penampilan
Teater
Angin.
Selain
melakukan
penempelam
pamflet,
publikasi juga dilakukan di sosial media.
Selain pamflet, publikasi juga dilakukan
dengan penyebaran tiket dengan harga
R.p. 100.000.
Setelah tahap latihan selesai,
Teater Angin melaksanakan tahap
pementasan.
Tahap
pementasan
merupakan puncak acara di mana seluruh
hasil proses produksi operet Teater Angin
ditunjukkan kepada penonton. Tahap
pementasan Teater Angin dibagi menjadi
dua, yaitu geladi bersih dan pentas.
Berikut akan dipapakan mengenai tahap
geladi bersih dan pentas.
Teater Angin melaksanakan geladi
bersih pada tanggal 7 Oktober 2016 di
Aula SMA Negeri 1 Denpasar. Geladi
bersih yang dilaksanakn oleh Teater
Angin bertujuan untuk mengurangi
kesalahan yang mungkin terjadi dalam
pertunjukan dan memonitor kekurangan
apa saja yang belum dipersiapkan. Selain
itu, geladi bersih yang dilakukan Teater
Angin bertujuan untuk memberikan
nuansa pementasan yang sesungguhnya
kepada para aktor dan seluruh kru
pendukung. Dengan demikian, semua
bisa mempelajari segala kekurangan dan
mengetahui
hal-hal
yang
perlu
disesuaikan dan diperbaiki.
Operet Teater Angin pentas
tanggal 8 September 2016 di Maisonette
Sanur saat acara GKS. GKS adalah
serangkaian acara ulang tahun SMA
Negeri
1
Denpasar.
Acara
ini
mempertunjukan kreativitas siswa dan
beberapa bintang tamu. Teater Angin
menjadi salah satu ekstrakulikuler yang
mendapatkan kesempatan pentas pada
acara tersebut..
Setelah Teater Angin selesai
menampilkan pementasan operet, mereka
melaksanakan
evaluasi.
Evaluasi
dilakukan oleh Teater Angin untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan
pementasan yang sudah dilaksanakan.
Dengan mengetahui kekurangan dan
kelebihan inilah yang kemudian harus
ditindaklanjuti. Hal-hal yang sudah baik
perlu
dilanjutkan
dan
ditingkatkan
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
tingkatkan, dan hal-hal yang masih kurang
harus diperbaiki. Pada saat evaluasi,
angota Teater Angin memiliki kebesaran
hati untuk menerima kritik dan masukan.
Evaluasi berlangsung santai sambil
mereka tertawa karena telah selesai
mementaskan operet.
Kendala dalam proses produksi
pementasan operet merupakan suatu hal
yang biasa dialami oleh Teater Angin.
Proses produksi pementasan operet tidak
selalu berjalan dengan lancar, tanpa
adanya kekurangan apapun. Teater Angin
mengalami lima kendala, yaitu (a) tidak
ada tempat khusus yang dapat digunakan
untuk latihan, (b) cuaca saat latihan tidak
mendukung. (c) anggota atau pemain
tidak disiplin saat menghadiri latihan. (d)
naskah
yang
dibuat
terlambat
penyelesaiannya. (e) perekaman dubbing
mengalami keterlambatan.
Pembahasan
Tahapan proses produksi yang
dilakukan oleh Teater Angin dalam
memproduksi pementasan drama tentu
tidak sama dengan tahapan proses
produksi
pada
umumnya.
Setiap
kelompok teater memiliki daya kreatifitas
yang berbeda. Kreatifias yang tinggi akan
mampu menghasilkan karya yang memiliki
nilai dan daya tarik yang tinggi, begitu
pula sebaliknya. Meskipun demikian,
Proses produksi pementasan drama oleh
sebuah kelompok teater dapat dilihat dari
aspek yang terdapat pada proses
penjadian teater itu sendiri. Berdasarkan
hasil penelitian, ditemukan tiga tahap
dalam proses produksi pementasan
operet yang dilaksanakan oleh Teater
Angin SMA Negeri 1 Denpasar, yaitu (1)
tahap persiapan, (2) tahap latihan, dan (3)
tahap pentas. Ketiga tahap tersebut
digunakan
saat
proses
produksi
pementasan operet Teater Angin SMA
Negeri 1 Denpasar.
Tahap persiapan dilaksanakan
sebelum melaksanakan latihan. Teater
Angin melaksanakan tahap persiapan
karena persiapan sangat diperlukan
sebelum
memproduksi
pementasan.
Tahap persiapan yang dilakukan Teater
Angin, yaitu (a) pemilihan tim produksi, (b)
pemilihan naskah, (c) pemilihan pemain,
dan (d) merekam dubbing. Berbeda
dengan data yang diperoleh Alania
(2015). Saat meneliti “Proses Produksi
Ketoprak Mahasiswa”, didapat data
bahwa tahap persiapan pada proses
produksi ketoprak mahasiswa dibagi
menjadi tiga tahap. Tahap tersebut, yaitu
pembagian kerja, pemilihan naskah, dan
pemilihan pemain. Perbedaan tahap
persiapan yang dilakukan Teater Angin
dengan tahap persiapan yang dilakukan
kelompok Ngripta Carita disebabkan
karena jenis drama yang diproduksi
berbeda. Teater Angin memproduksi
pementasan operet, sedangkan kelompok
Ngripta Carita memproduksi pementasan
ketoprak. Dalam pementasan operet
dibutuhkan dubbing, sedangkan dalam
pementasan ketoprak tidak dibutuhkan
dubbing.
Dengan
demikian,
tahap
persiapan yang dilakukan Teater Angin
dengan kelompok Ngripta Carita berbeda.
Teater Angin harus melaksanakan tahap
merekam dubbing, sedangkan kelompok
Ngripta Carita tidak melaksanakan tahap
merakam dubbing.
Pemilihan tim produksi pada
pementasan drama perlu dilakukan.
Dengan adanya pimpinan produksi, maka
proses produksi pementasan drama akan
terkoordinasi. Hal tersebut disebabkan,
karena pimpinan produksi bertugas
mengkoordinasi seluruh kegiatan proses
produksi pementasan yang dilakukan.
Sejalan dengan hal tersebut, Suroso
(2015:28) menyatakan pimpinan produksi
bertugas
merencanakan,
memimpin,
mengarahkan,
mengkoordinasi,
dan
membiayai produksi. Pimpinan produksi
berdiskusi dengan sutradara untuk
memikirkan naskah, penonton, dan
kemungkinan-kemungkinan teknis yang
terjadi dalam proses produksi dan pasca
produksi. Dengan adanya pimpinan
produksi, maka kegiatan memproduksi
pementasan drama akan terkoordinasi
dengan baik. Seperti yang dilakukan
Teater
Angin,
pimpinan
produksi
mengoordinasi seluruh kegiatan proses
produksi operet Teater Angin SMA Negeri
1 Denpasar.
Selain
pemilihan
pimpina
produksi, pemilihan sutradara juga sangat
penting dilakukan. Sutradara bertugas
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
melatih seluruh pemain pada proses
produksi pementasan yang dilakukan.
Menurut Suhariyadi (2014:154) seorang
sutradara haruslah memiliki pengetahuan
teater. Pengetahuan itu diperoleh dari
pengalaman menjadi seorang pekerja
teater sebelumnya, pendidikan, dan
membaca.
Berdasarkan
pendapat
tersebut, pemilihan sutradara yang
dilakukan oleh Teater Angin dalam proses
produksi pementasan operet sudah tepat.
Pemilihan sutradara yang dilakukan oleh
Teater Angin sudah mempertimbangkan
pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki.
Setelah memilih tim produksi,
Teater Angin membuat naskah untuk
diproduksi
menjadi
pementasan.
Menggunakan naskah karya sendiri
merupakan hal yang benar dalam teater.
Suhariyadi (2014:158) menyatakan ada
beberapa pilihan jenis naskah, yaitu:
naskah tulisan sutradara sendiri, naskah
asli karya orang lain, naskah adaptasi
(dengan perubahan), dan saduran atau
terjemahan. Sutradara dapat menentukan
jenis pilihan tersebut sesuai dengan
situasi yang dimilikinya. Pemilihan naskah
yang dilakukan Teater Angin sudah tepat,
yaitu menggunakan naskah karya sendiri.
Teater Angin memilih naskah karya
sendiri karena ingi menuangkan ide kreatif
yang dimiliki. Selain itu, proses produksi
yang dilakukan dapat berjalan lebih
mudah, karena Teater Angin tidak perlu
melakukan penafsiran naskah.
Pemilihan pemain digunakan untuk
medapatkan aktor yang sesuai dengan
karakter pada naskah. Dalam memilih
pemain dapat mempertimbangkan bentuk
tubuh, kecerdasan, dan pancaindra
(Suhariyadi, 2014:163). Pertimbangan
Teater Angin dalam pemilihan pemain
sudah
benar.
Teater
Angin
mempertimbangkan aspek fisik karena
dijadikan dasar menentukan peran yang
didapat. Selain fisik, pertimbangan aspek
kecakapan yang dilakukan Teater Angin
dalam pemilihan pemain sudah benar.
Aspek kecakapan dijadikan pertimbangan,
karena
kecakapan
tubuh
dan
penghayatan merupakan hal yang penting
dalam proses produksi pementasan.
Kecakapan tubuh dan penghayatan akan
berguna saat latihan maupun pentas.
Dalam pementasan operet yang
dilaksanakan, Teater Angin menggunakan
rekaman
dubbing.
Teater
Angin
menggunakan rekaman dengan alasan
agar latihan lebih mudah, sebab dengan
rekaman tempo pementasan tidak akan
berubah. Berbeda dengan menggunakan
dubbing
secara
langsung,
tempo
pementasan akan berubah setiap saat
tergantung pengisi dubbing. Menurut
Muriyono (dalam Septiyatni, 2008:23)
Dubbing (sulih suara) adalah proses
mengisi suara suatu aktor yang akan
diperankan oleh orang lain atau orang itu
sendiri dengan media-media tertentu yang
digunaka.
Berdasarkan
pendapat
tersebut, dubbing yang dilakukan Teater
Angin sudah benar. Teater Angin
menggunakan dubbing untuk mengisi
suara aktor dalam pementasan operet.
Selain itu Teater Angin menggunakan
media perekam untuk merekam dubbing
dan media pemutar musik untuk memutar
dubbing.
Setelah tahap persiapan selesai
dilaksanakan, Teater Angin melaksanakan
tahap latihan. Tahap latihan yang
dilaksanakan Teater Angin berupa (a)
latihan vokal, (b) latihan akting, (c)
pangung dekorasi, (d) pencahayaan, (e)
busana dan rias, dan (f) publikasi.
Teater Angin sudah melaksanakan
latihan vokal dengan tepat. Tahap dalam
latihan vokal yang dilakukan Teater Angin
sudah sesuai dengan teori yang
disampaikan oleh Suroso (2015:103)
menyatakan tahap latihan vokal yaitu,
latihan mengucapkan vokal, latihan
letupan vokal, dan latihan vibrasi. Teater
Angin sudah melaksanakan ketiga tahap
latihan vokal, yaitu latihan mengucapkan
vokal, latihan letupan vokal, dan latihan
vibrasi. Latihan mengucapkan vokal,
dilakukan
dengan
berlari
sambil
mengucapkan
vokal
“a,i,u,e,o”.
Selanjutnya, latihan letupan dilakukan
dengan posisi berdiri tegak, menarik
napas
panjang,
menahan
napas,
menghembuskan sambil mengucapkan
vokal “aaaaaa….” sampai batas napas
yang terakhir. Terakhir, latihan vibrasi
dilakukan dengan posisi berdiri tegak,
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
menarik napas panjang, napas ditahan,
menghembuskan sambil mengucapkan
huruf vokal “aaaaa….” dari nada rendah
sampai paling tinggi.
Olah tubuh yang dilakukan Teater
Angin sejalan dengan pendapat yang
disampaikan
Suroso
(2015:102)
menyatakan untuk melatih kelenturan otot
lakukan berbagai kegiatan (1) Lari, (2)
senan aerobik, sit up, scot jump, push up.
(3) Gerakan tangan dengan berbagai
variasi putar atas-bawah, samping kirikanan, memutar bolak-balik. (4) Gerakan
kedua tangan dengan variasi kiri kanan
taik pendek-panjang, muka-belakang,
belakang tubuh kiri kanan, masing-masing
dua kali dan semua hitungan delapan kali
dua. (5) Gerakan kekuatan pinggang
memutar bolak-balik. Latihan olah tubuh
yang dilakukan Teater Angin sudah
sesuai. Hal tersebut terlihat dari kegiatan
yang dilakukan Teater Angin dalam
latihan olah tubuh. Teater Angin sudah
melaksanakan latihan lari, push up,
gerakan tangan dengan berbagai variasi,
gerakan kekuatan pinggang. Latihan olah
tubuh yang dilaksanakan Teater Angin
tidak hanya sebatas itu, Teater Angin juga
berlatih gerakan kepala dan berlatih
kelenturan kaki. Latihan gerakan kepala
dan kelenturan kaki dilakukan untuk
meningkatkan kelenturan kepala dan kaki.
Latihan sukma yang dilakukan
Teater Angin sejalan dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Suhariyadi
(2014:178) konsentrasi, imajinasi, gesture
dapat dilakukan untuk mengolah rasa atau
jiwa pemain. Berdasarkan pernyataan
tersebut,
latihan
sukma
yang
dilaksanakan Teater Angin sudah sesuai.
Teater Angin sudah melaksanakan latihan
konsentrasi, latihan gestur, dan latihan
imajinasi. Latihan ini bertujuan untuk
meningkatkan kepekaan rasa pemain saat
menghayati karakter dalam naskah. Untuk
melatih
konsentrasi,
gesture,
dan
imajinasi,
Teater
Angin
mengkombinasikan ketiga hal tersebut.
Pemain
disuruh
melaksanakan
konsentrasi.
Selanjutnya,
pemain
diberikan intruksi untuk mengikuti gerakan
dan berimajinasi sesuai dengan narasi
yang dibacakan.
Latihan akting yang dilakukan
Teater Angin yaitu menekankan watak
karakter yang diperankan. Setiap pemain
saat latihan mengubah karakter dirinya
menjadi karakter tokoh yang diperankan.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Satoto
(2012:94) seorang aktor harus memasuki
segala macam kehidupan dan mengambil
pengalaman serta catatan dari hasil
pengamatan. Penyataan tersebut juga
diperkuat oleh Suhariyadi (2014:117)
dalam
menghayatai karakter peran,
semua emosi tokoh yang diperankan
harus
mampu diwujudkan. Untuk
mewujudkan semua emosi tokoh yang
diperankan,
maka
Teater
Angin
menekankan waktak karakter yang
diperankan. Selain itu, latihan akting yang
dilakukan juga untuk menghadirkan emosi
sesuai dengan tuntutan peran. Dengan
terlatihnya emosi dan karakter, pemain
akan dapat mengontrol emosi, suara,
posisi tubuh dan situasi dramatik.
Tahapan yang dilakukan penata
panggung dekorasi Teater Angin sudah
tepat. Tahap kerja penata panggung yaitu
memahami tugas dan tanggung jawab
sebagai penata panggung, memahami
naskah, diskusi dengan sutradara, dan
membuat desain atau rancangan set
panggung (Suhariyadi, 2014:189). Penata
panggung
Teater
Angin
sudah
melaksanakan pemahaman terhadap
naskah dengan cara membaca naskah.
Selanjutnya, penata panggung sudah
melaksanakan diskusi dengan sutradara
mengenai penafsiran terhadap naskah.
Terakhir,
penata
panggung
sudah
membuat rancangan set panggung. Selain
langkah tersebut, penata panggung
Teater Angin dalam pementasan operet
juga menghadiri latihan dan mempelajari
panggung guna mengetahui luas dan
peralatan yang ada di panggung.
Penata cahaya pada produksi
pementasan operet Teater Angin tidak
hanya sebatas menerangi pemain. Lampu
harus ditata dengan baik dan bukan
hanya
sebagai
penerangan,
tetapi
mempunyai banyak fungsi lainnya.
Lampu
dapat
berfungsi
sebagai
penerangan terhadap pentas dan aktor,
memberikan variasi-variasi agar adeganadegan tidak kaku atau diam, menyoroti
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
bagian-bagian yang ditonjolkan, dan
membantu
melukis
dekor
dalam
menambah nilai warna hingga terdapat
efek sinar dan bayangan (Waluyo,
2003:137). Fungsi pengaturan cahaya
pada pementasan operet Teater Angin
SMA Negeri 1 Denpasar sudah tepat.
Pengaturan cahaya yang dilakukan sudah
sesuai dengan fungsi pendapat di atas.
Pengaturan cahaya pada pementasan
operet Teater Angin berfungsi untuk
menerangi pemain, memperkuat suasana
di atas panggung, menandai keluarmasuknya
pemain,
dan
menyinari
keindahan dekorasi.
Tatabusana memiliki tujuan untuk
membantu mengidentifikasi periode saat
lakon
itu
dilaksanakan,
membantu
mengindividualisasikan
pemain,
menunjukan asal-usul atau status sosial
orang tersebut. dan menunjukan waktu
peristiwa itu terjadi (Waluyo, 2003:134).
Berdasarkan
pendapat
tersebut,
tatabusana yang dilakukan Teater Angin
sudah tepat. Tatabusana yang dilakukan
Teater Angin memiliki tujuan untuk
membedakan satu pemain dengan
pemain yang lainnya. Hal ini, sesuai
dengan tujuan yang dikemukakan Waluyo,
yaitu membantu mengindividualisasikan
pemain. Warna dan bentuk kostum akan
membedakan secara visual, tokoh yang
satu dengan tokoh yang lain. Oleh sebab
itu warna kostum beraneka ragam. Selain
itu, tatabusana di Teater Angin juga
bertujuan untuk menggambarkan karakter
tokoh. Hal tersebut sudah sejalan dengan
tujuan yang disampaikan Waluyo, yaitu
membantu mengidentifikasi periode saat
lakon itu dilaksanakan. Kesesuaian
dengan periode ini juga diikuti dengan
kesesuaian dengan tema, karakter, dan
akting.
Tidak jauh berbeda dengan penata
busana, tatarias dalam pementasan
operet bertujuan untuk menyempurnakan
penampilan wajah pemain. Wajah yang
sempurna diharapkan dapat menambah
kekuatan karakter para pemain. Tata rias
juga
bertugas
menyembunyikan
kekurangan yang terdapat pada wajah
pemain dan menonjolkan hal yang
menarik dari wajah aktor. Tujuan tatarias
Teater Angin dalam pementasan operet
sudah sejalan dengan pernyataan Waluyo
(2003:131),
tatarias
adalah
seni
menggunakan bahan kosmetika untuk
menciptakan wajah peran sesuai dengan
tuntutan lakon. Fungsi pokok dari rias,
adalah mengubah watak seseorang, baik
dari segi fisik, psikis, dan sosial. Fungsi
bantuan rias adalah untuk memberikan
tekanan terhadap perannya.
Publikasi yang dilakukan oleh
OSIS Smansa dan tim
produksi
pementasan operet Teater Angin sudah
tepat. Mereka menggunakan pamflet
untuk publikasi. Hal tersebut sejalan
dengan
yang
disampaikan
Suroso
(2015:26) bahwa publikasi dan promosi
membantu produser mempublikasikan
pementasan baik di media cetak dan
elektronik dengan cara embuat poster,
baner, dan pamflet. Tujuan dari publikasi
yang dilaksanakan OSIS Smansa dan tim
produksi pementasan operet Teater Angin
adalah untuk mendatangkan penonton.
Dengan banyaknya penonton maka
keuntungan yang didapat semakin
banyak. Selain itu penonton yang banyak
akan menandakan kualitas pementasan
baik. Hal tersebut sejalan dengan yang
disampaikan Suroso (2015:24) faktor
pendukung dalam pementasan drama
adalah
penonton.
Penonton
yang
membayar tiket sebagai variable yang
harus diperhitungkan. Makin bermutu
sebuah pementasan makin banyak
penonton yang dihadirkan.
Tahap pementasan Teater Angin
dibagi menjadi dua, yaitu geladi bersih
dan
pentas.
Suroso
(2015:83)
menyatakan geladi bersih adalah latihan
akhir sebelum pentas. Biasanya geladi
bersih dilakukan di depan penonton agar
para pemain terbiasa menghadapi banyak
orang. Pada proses produksi pementasan
operet, Teater Angin melaksanakan geladi
bersih di hadapan pengamat. Pengamat
yang hadir adalah alumni Teater Angin.
Hal ini menjadi keunggulan tersendiri bagi
Teater Angin, sebab ikatan dengan para
alumni dijaga dengan sangat baik.
Meskipun alumni sudah tidak terdaftar
secara sah sebagai anggota Teater Angin,
mereka tetap turut serta dalam proses
produksi. Keterlibatan alumni dalam
produksi yang dilaksanakan oleh Teater
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
Angin
sangat
membantu.
Alumni
membantu
memberikan
masukan
terhadap kekeliruan yang dialami Teater
Angin saat geladi bersih.
Pementasan merupakan puncak
dari
semua
kegiatan
produksi
pementasan. Keberhasilan pementasan
ditentukan oleh kesiapan segala hal yang
diperlukan. Kerja sama dan gotong royong
merupakan salah satu kunci keberhasilan
pementasan teater selain kekuatan
pemain dalam memerankan tokoh dan
karakternya. Pelaksanaan pementasan
teater dapat terlaksana dengan baik atau
tidak, tergantung dari kerja sama tim. Tim
penata panggung dekorasi, tim penata
rias, tim penata busana pementasan
operet Teater Angin sudah berkerja sama
dengan baik. Setiap tim sudah berkerja
sama menyukseskan pementasan dengan
bertanggung jawab dan menjalankan
tugas mereka masing-masing, sehingga
pementasan dapat berjalan dengan
lancar.
Setelah Teater Angin selesai
menampilkan pementasan operet, mereka
melaksanakan evaluasi. Menurut Djaali
dan Pudji (2008 : 1), evaluasi diartikan
sebagai
“proses
menilai
sesuatu
berdasarkan kriteria atau tujuan yang
telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti
dengan pengambilan keputusan atas
obyek yang dievaluasi”. Sejalan dengan
pendapat
tersebut,
evaluasi
yang
dilakukan oleh Teater Angin untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan
pementasan yang sudah dilaksanakan.
Dengan mengetahui kekurangan dan
kelebihan inilah yang kemudian harus
ditindaklanjuti. Hal-hal yang sudah baik
perlu
dilanjutkan
dan
ditingkatkan
tingkatkan, dan hal-hal yang masih kurang
harus diperbaiki.
Proses
produksi
pementasan
operet yang dilaksanakan Teater Angin
sudah berjalan dengan baik, namun ada
beberapa kendala yang tidak dapat
dihindari. Kendala dalam proses produksi
pementasan operet merupakan suatu hal
yang biasa dialami oleh Teater Angin.
Proses produksi pementasan operet tidak
selalu berjalan dengan lancar, tanpa
adanya kekurangan apapun. Berdasarkan
hasil penelitian, ada lima kendala yang
dialami oleh Teater Angin. Pertama, tidak
ada tempat khusus yang dapat digunakan
untuk latihan. Kedua, cuaca saat latihan
tidak mendukung. Ketiga, angota atau
pemain tidak disiplin saat menghadiri
latihan. Keempat, naskah yang dibuat
terlambat
penyelesaiannya.
Kelima,
perekaman
dubbing
mengalami
keterlambatan.
Berbeda dengan data yang
diperoleh Alania (2015). Saat meneliti
“Proses Produksi Ketoprak Mahasiswa”,
didapat data bahwa ada empat kendala
yang dialami dalam proses produksi
ketoprak oleh kelompok Ngripta Carita
mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra
Jawa Universitas Negeri Semarang.
Pertama, Tidak semua aktor dapat menari
dengan baik. Kedua, penata cahaya tidak
melaksanakan uji coba pemasangan
lampu. Ketiga, kesulitan saat menciptakan
musik atau instrument. Keempat, sulitnya
mengumpulkan anggota dikarenakan
kesibukannya masing-masing.
Perbedaan kendala-kendala yang
dialami oleh kelompok Ngripta Carita
dalam mementaskan ketoprak “Asmara
Rinaseng Nala” dengan kendala-kendala
yang dialami oleh Teaeter Angin dalam
memproduksi pementasan operet yang
berjudul “Cinderella” disebabkan karena
jenis drama yang diproduksi berbeda.
Teater Angin memproduksi pementasan
operet, sedangkan kelompok Ngripta
Carita
memproduksi
pementasan
ketoprak. Unsur yang ada dalam
pementasan operet berbeda dengan
unsur yang ada pada pementasan
ketoprak.
Menurut
Rendra
(dalam
Soemanto, 2012:91) mula-mula ketoprak
dulu diiringi gamelan lesung dan alu.
Lama-lama lesung dan alu diganti dengan
iringan gamelan. Berdasarkan pendapat
tersebut, ketoprak menggunakan unsur
musik berupa gamelan. Berbeda dengan
ketoprak, operet adalah opera yang
penampilannya berupa teater musikal.
Operet lebih kepada dialog dari pada
nyanyian.
Dialog
dalam
operet
menggunakan dubbing (Wiyanto, 2002:8).
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
hasil
pembahasan yang dipaparkan
dan
diatas
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, Proses produksi pementasan
drama Teater Angin dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap
latihan, (3) tahap pementasan. Tahap
persiapan
dalam
proses
produksi
pementasan drama Teater Angin dibagi
menjadi empat tahap yaitu pemilihan tim
produksi, pemilihan naskah, pemilihan
pemain, dan merekam dubbing. Tahap
latihan
dalam
proses
produksi
pementasan drama Teater Angin yaitu
latihan vokal, latihan akting, pangung
dekorasi, pencahayaan, busana rias,
publikasi
atau
promosi.
Tahap
pementasan yang dilakukan Teater Angin
dalam produksi pementasan drama yaitu,
geladi bersih dan pentas.
Kedua, Teater Angin dalam
memproduksi
pementasan
drama
mengalami beberapa kendala, yaitu (1)
tida ada tempat latihan khusus untuk
Teater Angin, (2) cuaca saat latihan tidak
mendukung, (3) , anggota atau pemain
tidak disiplin saat menghadiri latihan. (4)
naskah yang dibuat penyelesaiannya
terlambat.
(5)
perekaman
dubbing
terlambat penyelesaiannya. Kendalakendala tersebut dapat diatasi oleh tim
produksi pementasan drama Teater
Angin.
Saran yang dapat diberikan
kepada Teater Angin, yaitu dalam
memproduksi
pementasan
drama
hendaknya memikirkan langkah-langkah
yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu.
Dengan demikian, kejadian seperti naskah
yang belum terselesaikan dapat dihindari.
Anggota harus meningkatkan disiplin
waktu saat latihan, sehingga tidak ada lagi
anggota yang terlabat datang saat latihan.
Mencari tempat latihan tertutup sehingga
saat
terjadi
hujan
masih
bisa
melaksanakan
latihan.dalam
memproduksi
pementasan
drama
hendaknya memikirkan langkah-langkah
yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu.
Penelitian ini masih terbatas
karena hanya meneliti proses produksi
pementasan drama Teater Angin SMA
Negeri 1 Denpasar saja. Oleh karena itu,
peneliti lain dapat melakukan penelitian
mengenai
perbandingan
produksi
pementasan drama di beberapa sekolah,
termasuk kendala-kendala yang dialami
oleh beberapa kelompok teater yang lebih
luas.
DAFTAR PUSTAKA
Alania, Shabriana. 2015. Proses Produksi
Pementasan Ketoprak Mahasiswa.
Semarang : Jurusan Pendidikan
Bahasa
dan
Sastra
Jawa,
Universitas Negeri Semarang.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Jazuli, M. 2011. Sosiologi Seni (Pengantar
dan Model Studi Seni). Solo: UNS
Press.
Kencana,
Kadek
Surya.
2014.
Pelaksanaan
Sanggar
Sastra
Teater Angin SMA Negeri 1
Denpasar. Singaraja: Program
Studi
Pendidikan
Bahasa,
Universitas Pendidikan Ganesha.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan:
Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sumahardika, I Wayan. 2015. Eksistensi
Teater Ilalang dalam Rangka
Mewadahi Kegiatan Apresiasi
Sastra Siswa SMA Laboratorium
Undiksha Singaraja. Singaraja:
Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra
Indonesia,
Universitas
Pendidikan Ganesha.
Wendra, I Wayan. 2014. Buku Ajar
Penelitian Karya Ilmiah. Singaraja:
Undiksha
Wiyanto, Asul. 2002. Terapil Bermain
Drama. Jakarta: Grasindo
Download