PROPOSAL PENELITIAN PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Strata-1 Program Studi Teknik Kimia Disusun Oleh: Gatra Buana Winiarti NIM : 2311 15 1 018 Ghina Shofi Pratiwi NIM : 2311 15 1 063 Dosen Pembimbing: Dr. Putu Teta P.A., ST., MT. NID. 4121 901 74 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2019 LEMBAR PENGESAHAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA Nama : Gatra Buana Winiarti : Ghina Shofi Pratiwi NIM : 2311151018 : 2311151063 Judul : Pengembangan Membran Penukar Ion Komposit Berbasis Polistirena Teikat Silang Tersulfonasi Cimahi, April 2019 Pembimbing Penelitian Dr. Putu Teta P.A., S.T.,M.T. NID. 412190174 ABSTRAK Separator baterai merupakan bagian penting dalam perangkat baterai yang berfungsi untuk media transfer ion lithium dan mencegah hubungan singkat antar elektroda (anoda dan katoda) dalam sistem baterai. Teknologi membran merupakan salah satu teknologi yang viable untuk diaplikasikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan teknologi baru yang handal dalam proses pemisahan dan aplikasi lainnya. Salah satu membran yang dapat digunakan adalah membran penukar ion (ion exchange membrane). Penerapan dari membran penukar ion meliputi sintesis electrochemical, konversi dan penyimpanan energi. Dalam penelitian ini,untuk meningkatkan kekuatan mekanik membran polistirena, maka modifikasi membran perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu polimerisasi stirena dan penambahan agen crosslinked, sulfonasi polistirena, pembuatan membran dengan metode pencampuran dan immerse prepisitasi. Tahap terakhir adalah karakteristik dan pengujian membran yang meliputi uji SEM (scanning electron microscope), swelling degree, porositas air, uji gugus fungsi dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red) dan uji konduktivitas ion. Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah membran memiliki nilai konduktivitas ion yang tinggi, swelling degree yang tinggi, serta porositas yang besar sehingga baik digunakan untuk separator baterai ion-lithium. Kata kunci: baterai ion-lithium, konduktivitas ion, membran penukar ion, polistirena, separator PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI ii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian dengan judul “Modifikasi Membran Berbasis Polistirena untuk Baterai Lithium”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dorongan, saran, dan nasehat dari berbagai pihak, proposal ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Atas bantuannya tersebut, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Putu Teta Prihartini Aryanti, S.T., M.T., selaku pembimbing, yang telah memberikan motivasi, arahan dan nasihat sehingga proposal penelitian ini terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. 2. Orang Tua kami yang senantiasa memberikan doa, motivasi, serta dukungan penuh sehingga kami dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Tentunya proposal penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu melalui kata pengantar ini penulis menerima kritik serta saran yang membangun sehingga secara bertahap penulis dapat memperbaikinya. Cimahi, Januari 2019 Penulis PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ....................... Ошибка! Закладка не определена. ABSTRAK .............................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4 2.1 Membran Sebagai Separator Baterai Ion-Lithium ................................... 4 2.2 Pengembangan Membran Komposit Sebagai Separator Baterai .............. 6 2.3 Pengembangan Membran Penukar Ion Polistirena Untuk Separator Baterai ...................................................................................................... 6 2.4 Komponen Penyusun Membran Polisiterna Penukar Ion ........................ 9 2.5 Metode Crosslink Untuk Pembuatan Polistirena/DVB ......................... 10 2.6 Karakterisasi Membran Separator Untuk Baterai Ion-Lithium .............. 11 BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 14 3.1 Ruang Lingkup dan Strategi Penelitian .................................................. 14 3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 16 3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 16 3.4 Pembuatan Polistirena Ikat Silang .......................................................... 17 3.5 Pembuatan Polistirena Terikat Silang Tersulfonasi ............................... 17 3.6 Tahap Pembuatan Separator Membran Polistirena .. Ошибка! Закладка не определена. 3.7 Tahap Karakterisasi dan Pengujian Membran Penukar Ion ................... 26 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI iv DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Ilustrasi skematik dari baterai ion-lithium .......................................... 4 Gambar 2.2 Struktur polistirena .............................................................................. 8 Gambar 2.3 Struktur polistirena tersulfonasi .......................................................... 9 Gambar 2.4 Struktur PEG ..................................................................................... 10 Gambar 2.5 Diklorometana ................................................................................... 11 Gambar 3.1 Ruang lingkup dan strategi penelitian ............................................... 15 Gambar 3.2 Prosedur polimerisasi stirena dan crosslink ...................................... 18 Gambar 3.3 Prosedur Sulfonasi Crosslinked Polistirena ...................................... 19 Gambar 3.4 Prosedur pembuatan membran polistirena ........................................ 19 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI v DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Modifikasi membran dengan variasi polimer dan zat afitif .................... 6 Table 2.2 Modifikasi membran polistirena ............................................................. 7 Table 3.1 Variabel penelitian ................................................................................ 18 - PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan baterai ion-lithium saat ini dipandang sebagai salah satu alternatif sistem penyimpan energi masa depan karena memiliki tingkat peluahan yang rendah (low-self discharge rate), densitas energi yang besar, dan tidak ada efek memori (Farooqui dkk., 2017). Adapun komponen penyusun baterai ionlithium adalah anoda, katoda, larutan elektrolit, dan separator. Dari berbagai komponen yang terdapat pada baterai, separator berperan penting sebagai media perpindahan ion-lithium ketika proses charge-discharge dan mencegah kontak fisik antara anoda dan katoda. Separator baterai umumnya berupa polimer padat,keramik dan membran, membran yang digunakan adalah membran penukar ion yang berfungsi sebagai media untuk transport ion dan sekaligus sebagai separator. Modifikasi membran telah dilakukan pada pengembangan dalam baterai lithium penukar ion untuk meningkatkan konduktivitas ion, kekuatan mekanik, stabilitas kimia dan elektrokimia, serta daya serap elektrolit (Yanilmaz dkk., 2014). Penambahan nanopartikel anorganik ke dalam struktur membran merupakan salah satu teknik untuk memperbaiki sifat membran, terutama membran berbasis polimer. Hasil modifikasi ini disebut sebagai membran nanokomposit yang memiliki sifat mekanik, termal, dan elektrik yang baik, serta hidrofilisitas dan porositas yang lebih baik dibandingkan dengan membran komposit konvensional (Al Aani dkk., 2017). Polimer yang umum digunakan dalam pembuatan membran penukar ion adalah polyvinylidene fluorida (PVDF), polyvinyl chloride (PVC), polystyrene (PS), dan polyethylene (PE). Dari bahan-bahan tersebut, polistirena merupakan polimer yang ketersediaannya cukup banyak di Indonesia salah satu produsen polistirena P.T Royal Chemical Indonesia polistirena memiliki ketahanan termal yang baik. Sehingga cocok digunakan sebagai bahan dasar separator baterai PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 1 Penelitian ini memanfaatkan polistirena lokal sebagai bahan baku pembuatan membran untuk baterai ion-lithium yang dimodifikasi dengan penambahan Resin Penukar ion. Untuk meningkatan ketahanan membran polistirena dibuat dari proses ikat silang styrena dengan DVB. ZnO berfungsi untuk pengisi ruang bebas dalam matriks polistirena untuk meminimalisasi fenomena penyusutan membran, meningkatkan porositas membran serta hidrofilisitas membran sehingga daya serap polimer terhadap larutan elektrolit menjadi lebih tinggi. Selain penambahan Resin, membran komposit berbasis polistirena juga terkadang dimodifikasi dengan penambahan polyvinyl pirolidon (PVP) sebagai aditif pembentuk pori membran yang juga bersifat hidrofilik. Pada tahap post-treatment, membran komposit polistirena akan disulfonasi untuk memberikan muatan, sehingga proses perpindahan ion melalui membran menjadi lebih baik. Diharapkan bahwa dengan modifikasi tersebut, membran komposit berbasis polistirena lokal dapat digunakan sebagai alternatif separator baterai ionlithium dan dapat diproduksi oleh industri lokal di Indonesia, sehingga harga membran yang lebih ekonomis. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengamati pengaruh komposisi larutan membran terhadap morfologi membran yang diamati melalui foto SEM dan karakteristik membran (porositas, swelling degree, dan analisa gugus fungsi), serta pengaruh karakteristik membran yang dihasilkan terhadap konduktivitas ion selama proses charge-discharge. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan komposisi larutan membran untuk menghasilkan membran komposit berbasis polistirena lokal yang layak sebagai alternatif separator baterai ion-lithium. PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 2 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut: 1. Mendorong produksi membran dalam skala produksi yang lebih besar oleh manufaktur dalam negeri dengan harga membran yang lebih ekonomis 2. Meningkatkan konduktivitas ion dan kekuatan mekanik membran polistirena sehingga dapat digunakan separator baterai ion-lithium. 3. Memaksimalkan penggunaan polimer dalam negeri sebagai bahan utama membran penukar ion PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Membran Sebagai Separator Baterai Ion-Lithium Penelitian tentang pengembangan baterai ion-lithium telah tumbuh pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan perangkat telekomunikasi, peralatan elektronik, hingga mobil listrik hybrid. Hal ini disebabkan karena beberapa kelebihan yang dimiliki oleh baterai ion-lithium seperti: tidak adanya kebocoran penukar ion, densitas energi yang besar, tidak ada efek memori, dan memiliki tingkat peluahan yang rendah (low-self discharge rate). Baterai ion-lithium terdiri dari empat komponen fungsional, yaitu anoda (elektroda negatif), katoda (elektroda positif), larutan penukar ion, dan separator (Gambar 2.1). Perpindahan ion-lithium (Li+) terjadi secara difusi melalui larutan penukar ion, di mana reaksi kimia terjadi secara reversibel pada proses charging (pengisian ulang) dan discharging atau kondisi pemakaian (Prihandoko dkk., 2007). Pada baterai jenis ini elektroda negatif dibuat dari bahan yang aman seperti grafit atau karbon yang dapat menginterkalasi ion-lithium dan menghindari terjadinya ledakan. Walaupun kapasitas teoritis grafit lebih kecil tiga kali dibandingkan dengan logam lithium, namun kapasitas grafit lebih besar dan lebih aman untuk digunakan. e- A e- e- + Separator e- - Charge Li+ Li+ Li+ Li+ Li+ Discharge Katoda Larutan LixFePO4 elektrolit Membran fiber Membran keramik Anoda Li(1-x)C6 Membran polimer Gambar 2.2 Ilustrasi skematik dari baterai ion-lithium PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 4 Selain katoda dan anoda, separator juga berperan penting yaitu sebagai media pemisah antara dua elektroda dan juga sebagai media pembawa ion-lithium selama proses charging-discharging. Berbagai faktor harus dipertimbangkan saat memilih separator untuk dapat digunakan dalam baterai ion-lithium, diantaranya adalah: (i) stabil secara kimia dan elektrokimia pada bahan penukar ion dan elektrokimia, (ii) bersifat inert pada kondisi oksidasi kuat, (iii) tidak menghasilkan hasil samping atau kotoran, yang bisa menyebabkan gangguan pada fungsi baterai, (iv) memiliki hambatan ionik yang rendah, dan (iv) tahan terhadap sifat korosif dan suhu tinggi (Lee dkk., 2014). Karena itu, pengembangan yang fokus pada peningkatan performa separator dari berbagai jenis material terus berkembang hingga saat ini. Teknologi membran mulai banyak dikembangkan sebagai separator baterai. Karena luas kontak yang besar. Pengembangan membran tersebut fokus pada peningkatan kekuatan mekanik dan stabil secara kimia serta memiliki hambatan ionik yang rendah. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah meningkatkan porositas dan memberi muatan pada membran. Porositas membran dapat ditingkatkan dengan mencampur polimer hidrofilik, PEG,PVP, dan Resin.Terdapat beberapa jenis separator yang dibedakan berdasarkan sifat fisik dan kimia nya (Arora dan Zhang, 2004). Berdasarkan bentuknya, separator baterai di golongkan menjadi membran, membran bermuatan, non-woven, supported liquid membrane, polimer elektrolit, dan konduktor ion padat (Marfuatun, 2011). Separator tidak terlibat langsung dalam reaksi sel, namun struktur dan sifatnya berperan penting dalam menentukan kinerja baterai, termasuk umur baterai, keamanan, densitas energi, dan kerapatan daya. PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 5 2.2 Pengembangan Membran Komposit Sebagai Separator Baterai Tabel 2.1 Modifikasi membran dengan variasi polimer dan zat afitif No 1 Penelitian Komposisi Variasi Hasil penelitian Kim dkk. PVDF-co-HFP dan Konsentrasi Meningkatkan (2002) TiO2-NPs TiO2-NPs konduktivitas ion, stabilitas termal, dan hidrofilisitas membrane 2 I Made SPS, PHB, dan Konsentrasi Meningkatkan Arcana dkk LiClO4 LiClO4 konduktivitas (2014) membran polimer elektrolit, tetapi menurunkan kekuatan mekanik. 3 4 Bhabesh Styrene + metyl Perbandingan Konduktivitas Kumar Nath, methane sulfonate tekanan proton tinggi dkk. (2015) (MMS) parsial (0,141 S/cm) Liu dkk. SiO2 dan Memiliki tahanan (2016) PVDF/PAN panas hingga 140°C dengan uptake larutan elektrolit hingga 246% 2.3 Pengembangan Membran Penukar Ion Polistirena Untuk Separator Baterai 2.3.1 Membran Polistirena Material Utama pembuatan membran karena memiliki fleksibilitas, dan pemisahan yang baik. Tetapi pada aplikasinya, membran polimer masih dibatasi oleh keterbatasan sifat kimia, sifat mekanik dan ketahanan termal. Nafion® telah digunakan sebagai konduktor proton dalam Proton Exchange Membrane/Polymer PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 6 Electrolyte Membrane Fuel Cells (PEMFC) karena memiliki nilai konduktivitas ionik tinggi, stabilitas kimia, serta sifat mekanik yang tinggi. Namun harga membran Nafion® masih mahal, dan kinerja membrannya menurun pada temperatur diatas 80 °C , karena itu membran penukar ion berbasis Nafion® tidak dapat digunakan pada temperatur operasi tinggi. Maka dari itu perlu alternatif polimer yang tahan terhadap suhu tiggi . Salah satunya adalah polistirena. Table 2.2 Modifikasi membran polistirena No 1 Penelitian Komposisi Variasi Hasil penelitian Siti Anisa, Polistirena, Penambahan Sifat mekanik dkk. (2016) Polistirena larutan membran Tersulfonasi, (PE-g- supramolekular meningkat, MAH), larutan dan divinil konduktivitas supramolekular, dan benzene meningkat (8.91×10-3 S/cm) larutan divinil benzene 2 3 Sri Pujiastuti, High Impact Konsentrasi Nilai dkk. (2005) Polystyrene (HIPS) campuran konduktivitas + Polystyrene bahan meningkat (>=10- Bimoda(PSBM) + 5 asam sulfat 60% SO3 Sifat + gas N2 meningkat Rong-Qiang PVC + Styrene(st) + Ikat silang dengan Fu, Jung-Je DVB + Aldrich DVB Woo, Seok- Penghilang inhibitor meningkatkan Jun Seo,Jae- + Termal inisiator konduktivitas Suk Lee, BPO + Metanol + stabilitas oksidaif SeungHyeon chlorosulfonic acid + Moon 1,2-dikhloro S/cm), mekanik PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 7 2.3.2 Polistirena Tersulfonasi Polistirena adalah sebuah polimer dengan monomer stirena, sebuah hidrokarbon cair yang dibuat secara komersial dari minyak bumi. Polimer ini merupakan plastik yang kuat dan murah, yang merupakan salah satu polimer golongan vinil (Storbl 2007). Sifat-sifat yang dimiliki polistirena diantaranya adalah berbentuk padat pada temperatur ruangan, termoplastik dan mencair pada temperatur yang lebih tinggi (240 °C). Secara struktur, polistirena merupakan rantai panjang hidrokarbon dengan gugus fenil yang berdekatan dengan setiap atom karbon (Storbl, 2007) Gambar 2.2 Struktur polistirena Adanya gugus benzena pada rantai polistirena memungkinkan adanya penambahan gugus samping pada polimer tersebut. Modifikasi secara sulfonasi dapat dilakukan pada polistirena untuk menghasilkan polistirena tersulfonasi (PST) (Makowski et al., 1975). Membran polistirena tersulfonasi memiliki konduktivitas proton tinggi, biaya pembuatan yang cukup murah, serta bersifat lebih fleksibel dibandingkan membran Nafion®. Namun, polistirena tersulfonasi memiliki batasan derajat sulfonasi karena polimer dapat larut dalam air pada derajat sulfonasi yang tinggi (Won et al., 2003). Derajat sulfonasi dapat dikontrol sesuai keinginan dengan mengatur lama waktu polimerisasi dan jumlah agen sulfonasi yang ditambahkan. Proses sulfonasi dapat dilakukan pada tahap awal sintesis polimer yang akan disulfonasi atau pada polimer yang telah dihasilkan. Struktur polistirena tersulfonasi seperti yang terlihat pada Gambar 3. PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 8 Gambar 2.3 Struktur polistirena tersulfonasi Reaksi sulfonasi merupakan suatu reaksi substitusi yang bertujuan untuk menggantikan atom H dengan gugus ~SO3H pada molekul organik melalui ikatan kimia pada atom karbonnya. Polimer dan agen sulfonasi harus berada pada fase yang sama. Pelarut yang digunakan tidak boleh bereaksi dengan polimer maupun dengan agen sulfonasi. Polistirena tersulfonasi (PST) akan memiliki gugus ~SO3H pada posisi para hasil dari ikatan silang. Adanya gugus ~SO3H menyebabkan polistirena tersulfonasi mudah melepaskan ion H+. Kemudahan polimer untuk melepaskan ion H+ mengakibatkan peningkatkan sifat konduktifitas ioniknya dan menyebabkan PST bermuatan, sehingga dapat diaplikasikan menjadi membran polimer elektrolit (PEM) untuk sel bahan bakar (Jamal dkk., 2007). 2.4 Komponen Penyusun Membran Polisiterna Penukar Ion 2.4.1 Resin Penukar Ion Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang tinggi yang mengandung ikatan – ikatan hubung silang (cross-linking) serta gugusan yang mengandung ion – ion yang dapat dipertukarkan (Lestari dan Utomo, 2007). Terdapat dua jenis resin penukar ion, yaitu resin penukar kation dan resin penukar anion. Pada resin penukar kation, kation yang terikat dalam resin akan digantikan oleh kation yang terdapat pada larutan. Begitupun dengan resin penukar anion. Penggunaan resin dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan molekul yang besar dari air misalnya asam humus, liqnin, dan asam sulfonat. Selain itu resin juga umum digunakan untuk menghilangkan kesadahan pada air (Wahono, 2007) PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 9 2.4.2 Polietilena glikol (PEG) Polietilena glikol (PEG) merupakan senyawa polieter yang banyak diaplikasikan dari industri manufaktur hingga obat-obatan. PEG juga dikenal sebagai polietilen oksida (PEO) atau polioksietilen (POE), tergantung pada berat molekulnya karena aplikasi yang berbeda membutuhkan panjang rantai polimer yang berbeda juga. PEG biasa digunakan pada industri kimia, medis, biologis dan komersial. Gambar 2.4 Struktur PEG 2.4.3 Diklorometana Diklorometana (DCM) atau metilena klorida adalah senyawa organik dengan rumus kimia CH2Cl2. Senyawa ini merupakan senyawa tak berwarna dan beraroma manis yang digunakan sebagai pelarut. Diklorometana tidak larut sempurna dengan air, tetapi dapat larut dengan pelarut organik lainnya. Saat pembuatan membran berlangsung, diklorometana yang berfungsi sebagai pelarut dari agen sulfonasi dan polimer ditambahkan agar pencampuran bahan lebih homogen. 1 Gambar 2.5 Diklorometana 2.5 Metode Crosslink (Ikat Silang) Untuk Pembuatan Polistirena/DVB Metode ikat silang merupakan salah satu cara untuk mengatasi kelemahan polistirena tersulfonasi (PST). Ikat silang adalah penggabungan rantai polimer PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 10 satu dengan yang lain atau sesama jenis melalui ikatan silang. Ikat silang juga efektif dan sebagai cara yang umum untuk meningkatkan kekuatan mekanik, mengurangi penggembungan dan meningkatkan durabilitas membran. Telah banyak penelitian mengenai ikat silang PS (Polystyrene), salah satunya penelitian mengenai PS dan DVB. Divinil benzen merupakan senyawa yang memiliki dua gugus vinil (-HC=CH2). Sementara stirena, monomer polystyrene, hanya memiliki satu gugus vinil. Aktivasi gugus vinil pada DVB dan stirena menyebabkan adanya ikat silang. PS yang telah ter-ikat silang inilah yang direaksikan dengan gugus sulfonat kemudian menghasilkan membran penukar proton. Ikat silang ini dapat terjadi jika bahan baku yang digunakan adalah stirena, Ikat silang tidak dapat terjadi jika DVB direaksikan dengan PSS. Selain DVB, terdapat senyawa lain yang dapat membantu terjadinya ikatan silang. Senyawa tersebut adalah SiO2 dan PPMA (phosporous pentaoxide methasulfonic acid). 2.6 Karakterisasi Membran Separator Untuk Baterai Ion-Lithium Karakterisasi sampel dilakukan agar mengetahui sifat membran baik secara fisik maupun kimia, sehingga membran tersebut dapat digunakan untuk separator baterai ion-lithium. Analisis yang umum dilakukan untuk aplikasi membran separator baterai yaitu morfologi membran menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM), analisis swelling degree, porositas membran, analisis gugus fungsi dengan Ion exchange capacity (IEC), dan konduktivitas ion. Berikut beberapa penjelasan tentang analisis tersebut: 2.6.1 Morfologi Membran Morfologi dan struktur membran diamati menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). SEM merupakan jenis mikroskop elektron yang dapat menggambarkan bagian permukaan dan penampang melintang dari suatu sampel. Elektron yang ditembakkan ke sampel akan berinteraksi dengan atom sehingga sampel tersebut menghasilkan sinyal-sinyal yang membawa informasi mengenai bagian permukaan sampel atau topografi sampel. PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 11 2.6.2 Swelling Degree Air Pada Membran Nilai swelling degree merupakan parameter yang berhubungan dengan penyerapan air oleh membran. Kandungan air yang tinggi dalam membran akan memfasilitasi transport proton, akan tetapi jika air yang diserap tertalu banyak akan menghasilkan membran yang secara mekanik kurang stabil karena sifat hidrofil yang tinggi dari membran (Wicaksono, 2012). Parameter ini ditentukan sebagai persen (%) perbandingan membran berat kering dengan berat membran basah yang direndam di dalam air. 𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑔𝑟𝑒𝑒 (%) = 2.6.3 𝑊𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑊𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑊𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 100% (1) Porositas Membran Pori dalam struktur membran harus memiliki ukuran yang lebih kecil dari ukuran partikel pada komponen elektroda, karena berpengaruh terhadap kerja separator. Separator baterai ion-lithium harus memiliki porositas minimal 40% (Arifin dan Zainuri, 2014). Umumnya, ukuran pori separator membran untuk baterai ion-lithium adalah kurang dari 1 µm (sub-mikron). Porositas separator baterai akan menentukan seberapa mudah ion dapat bergerak bolak-balik antara anoda dan katoda baterai. Separator dengan porositas yang tinggi dapat menyerap lebih banyak arus penukar ion cair, karena penyerapan penukar ion yang besar akan berpengaruh terhadap pembawa muatan ion (Li, 2011). 𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑊𝑤 − 𝑊𝑑 𝜌𝑤 × 𝑉 × 100% (2) 2.6.4 Konduktivitas Ion Secara umum konduktivitas dipengaruhi oleh konsentrasi dari ion sebagai pembawa muatan dan mobilitas ion-ion tersebut (Ratna, dkk, 2007). Pada kondisi mobilitas ion yang sama, semakin besar jumlah ion Li+ dalam membran, maka konduktivitasnya juga cenderung semakin meningkat. Pada membran penukar ion, bentuk pembawa muatannya antara lain, anion tunggal, kation tunggal, dan PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 12 kluster-kluster ion. Konduktivitas ion-ion berhubungan dengan bagian-bagian dari polimer. Mobilitas dari pembawa muatan ditentukan oleh lingkungan pembawa muatan tersebut, interaksi antara ion-ion dengan polimer, fleksibiltas rantai polimer dan karakteristik dari pembawa muatan, dan lain-lain. 𝜎 = 𝐿⁄𝑅. 𝐴 (3) 2.6.5 Ion-Exchange Capacity (IEC) Ion-exchange capacity (IEC) atau kapasitas pertukaran ion merupakan banyaknya ion yang dapat melewati membran penukar ion per unit berat pada kondisi kering. IEC memiliki satuan milli equivalent per berat membran pada kondisi kering (meq/g) (Dlugolecki P. E., 2009). IEC dapat ditentukan dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan titrasi. Membran penukar kation biasanya dipadukan dengan grup sulfonik dan grup karboksilik untuk membuat membran menjadi lebih bermuatan negatif. Sedangkan untuk membuat membran penukar anion lebih bermuatan positif, membran dipadukan dengan grup amina. 2.6.6 Permselektivitas Membran Penukar Ion Ketika membran penukar ion mengalami kontak dengan elektrolit (larutan garam), ion dengan muatan yang sama (co-ion) seperti ion tetap tidak dapat melewati membran, sedangkan ion yang bermuatan berlawanan (counter-ion) dapat melewati ion. Efek ini dikenal sebagai Donnan exclusion. Permselektivitas suatu membran menggambarkan selektivitas dari membran penukar ion. Hal ini menunjukkan kemampuan membran untuk membedakan ion yang memiliki muatan yang berlawanan. (Długołęcki dkk., 2008) PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup dan Strategi Penelitian Secara garis besar, untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu membuat membran penukar ion yang memiliki nilai konduktivitas ion yang tinggi dan kekuatan mekanik yang baik, penelitian ini akan dilakukan melalui empat tahap yaitu (1) polimerisasi stirena dan ikatan silang, (2) sulfonasi polistirena (3) tahap pembuatan membran penukar ion berbasis polistirena, dan (4) tahap karakterisasi dan pengujian membran. Pada tahap pertama dan kedua dalam penelitian ini mengacu pada proses penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh K.W. Pepper tahun 1951. Tahap pertama adalah polimerisasi stirena dan menambahkan agen ikatan silang untuk menggabungkan rantai polimer satu dengan yang lain. Tahap kedua adalah sulfonasi polistirena untuk memberikan muatan pada polistirena. Selanjutnya, tahap ketiga dilakukan pembuatan membran penukar ion dengan menggunakan metode pencampuran (blending) dan immerse prepisitasi. Tahap keempat adalah karakteristik dan pengujian membran terutama pada kondutivitas ion. Karakteristik membran diamati melalui foto SEM (scanning electron microscope), swelling degree pada air, dan porositas membran, serta gugus fungsi membran. Tingkat kekuatan membran diuji dengan konduktivitas ion. Hasil yang diharapkan pada tahap pertama hingga tahap keempat adalah membran yang memiliki nilai konduktivitas ion yang tinggi, swelling degree yang rendah, serta porositas yang besar sehingga baik digunakan untuk separator baterai ion-lithium Adapun ruang lingkup dan strategi penelitian ditunjukkan dalam Gambar 3.1. PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 14 TAHAP I : POLIMERISASI STIRENA DAN CROSSLINKED Tujuan : Untuk membentuk polistirena sebagai bahan utama membran dan untuk menggabungkan rantai polimer satu dengan yang lain atau sesama jenis melalui ikatan silang sehingga dapat meningkatkan kekuatan mekanik,mengurangi penggembungan dan meningkatkan durabilitas membran. TAHAP III : PEMBUATAN MEMBRAN PENUKAR ION BERBASIS POLISTIRENA Pemilihan komposisi larutan membran : • PST : 10% • Resin: 3% berat • PEG-400: 5% berat • Dikloerometan: 84% berat TAHAP II : SULFONASI POLISTIRENA Tujuan : 1. Memberikan muatan pada polistirena 2. Menghasilkan membran polistirena tersulfonasi yang memiliki konduktivitas ion yang tinggi TAHAP IV : KARAKTERISASI DAN PENGUJIAN MEMBRAN 1. Analisa morfologi membran dengan analisa SEM 2. Analisa swelling degree dan porositas membran 3. Analisa ion exchange capacity (IEC) 4. Uji konduktivitas ion 5. Permselektivitas membran Tujuan : 1. Mendapatkan komposisi membran yang baik dengan teknik modifikasi yang tepat 2. Mendapatkan membran dengan konduktivitas ion yang tinggi dan kekuatan mekanik yang baik Gambar 3.1 Ruang lingkup dan strategi penelitian PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 15 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Satu set alat casting g. Pengaduk b. Waterbath h. Satu set alat titrasi c. Stopwatch i. Alat uji konduktivitas ion d. Tabung reaksi j. Scanning Electron Microscope (SEM)\ e. Oven k. Pipet f. Gelas Kimia l Hot Plate Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Stirena g. Aquadest b. Resin penukar ion h.Diklorometan c. Asam sulfat 2N i Divinil benzene (DVB) d. NaCl 2N j Benzoil Peroksida e. HCl 2N k.Promulsin f. PEG-400 3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel : a. Konsentrasi PEG-400 (0%, 5% berat) b. Konsentrasi Resin Kation (0%, 3% berat) a. 3.3.2 Variabel yang ditetapkan : c. Polistirena (10% berat) d. Diklorometana (84% berat) 3.4 Skema Alat Gambar 3.1 Skema alat analisa konduktivitas PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 16 3.5 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian meliputi pembuatan polistirena ikat silang, sulfonasi polistirena, pembuatan membran dan pengujian membran. Pada tahap awal polistirena disulfonasi terlebih dahulu sebelum dibuat menjadi membran. Berikut dijelaskan tentang prosedur-prosedur yang dilakukan pada penelitian ini. 3.5.1 Pembuatan Polistirena Ikat Silang Pembuatan polistirea ikat silang mengacu pada metode yang dilakukan oleh ( Pepper, K. W. ) (1951). Sebanyak 47 mL stirena, 3 mL larutan DVB (ca 33% DVB) dan 0,5 gram benzoil peroksida ditambahkan pada tangki pengaduk yang di dalamnya mengandung 450 mL larutan promulsin. Kemudian campuran diaduk selama waktu tertentu. Setelah diaduk, campuran larutan direndam selama semalam di oven pada suhu 80 °C. Produk dipanaskan dengan asam sulfat untuk menghidrolisis Promulsin, kemudian disaring, dan dikeringkan pada suhu 50 °C. 3.5.2 Pembuatan Polistirena Terikat Silang Tersulfonasi 3 gram polistirena di timbang dan dimasukan ke dalam tabung reaksi. Kemudian di tambahkan H2SO4 sebanyak 10 ml. Selanjutnya larutan tersebut dipanaskan dalam waterbath pada suhu 85 °C selama 5 jam. Setelah di sulfonasi polistirena di saring dan di cuci dengan Aqua DM. Kemudian produk tersebut di masukan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100oC. 3.5.3 Persiapan Membran Polistirena Pembuatan separator membran polistirena mengacu pada metode yang dilakukan oleh (Anisa, S., Erwin, dan Hendrana, S. 2016). Persiapan membran dilakukan dengan melarutkan Polistirena tersulfonasi (PST) treikat silang dalam pelarut Diklorometana dengan penambahan PEG-400 , Resin Penukar Ion sebagai aditif, DVB, dan Inisiator. Selanjutnya larutan diaduk menggunakan pengaduk sampai larutan membran homogen. Kemudian larutan membran di cetak pada plat PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 17 kaca dan di didiamkan hingga membran kering dan di lepas dari plat kaca. Membran yng dihasilkan merupakan membran flat-sheet. Yang kemudian dilakukan uji karakterisasi yang meliputi morfologi membran (SEM), swelling degree, porositas, ion exchange capacity (IEC), serta uji konduktivitas ion. Beberapa pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi polistirena dan metode terikat silang terhadap karakteristik membran penukar ion untuk separator baterry lithium berbasis polistirena. 3.5.6 Persiapan membran penukar ion Persiapan membran penukar ion dilakukan berdasarkan peneliti terdahulu. Membran flat sheet polistirena yang telah dihasilkan di potong dengan ukuran panjang dan lebar 5× 5 cm. Kemudian di rendam dalam larutan HCL 1M selama 24 jam. Selanjutnya larutan membran tersebut di rendam dalan larutan NaCl 1M selama 24 jam. Kemudian membran diangkat dan direndam menggunakan Aqua DM untuk dilakukan analisa konduktivitas ion. Sementara larutan NaCl dari hasil perendaman membran, selanjutnya dititrasi menggunakan NaOH untuk mengetahui nilai transfer ion. Membran dengan nilai konduktivitas ion tertinggi selanjutnya akan dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui nilai permselektivitas membran dan struktur dari membran tersebut menggunakan analisa SEM. Variasi pembuatan membran penukar ion polistirena tersulfonasi disajikan pada Tabel 3.1. Variasi pembuatan membran penukar ion polistirena meliputi konsentrasi PST, konsentrasi PEG-400 dan penambahan Resin Kation dengan pelarut Diklorometan. Table 3.1 Variabel penelitian PST Resin PEG400 Diklorom (%w) (%w) (%w) etan (%w) PST Tersulfonasi 10 0 0 84 2 PST1 Tersulfonasi 10 0 5 84 3 PST Tersulfonasi 10 3 5 84 No Kode Membran 1 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 18 Prosedur polimerisasi stirena dan ikat silang dapat dilihat dalam Gambar 3.2 Mulai Pencampuran 47 mL stirena, 3 mL larutan DVB (ca 33% DVB) dan 0,5 gram benzoil peroksida dengan 450 mL larutan promulsin Pengadukan larutan dalam tangki pengaduk dengan waktu 15 menit Pemanasan produk dengan asam sulfat Pencucian secara menyeluruh Penyaringan Pengeringan pada suhu 50 °C Perendaman larutan selama semalam di oven pada suhu 80 °C Ikat Silang Polistirena Gambar 3.2 Prosedur polimerisasi stirena dan ikat silang. PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 19 Prosedur sulfonasi polistirena terikat silang dapat dilihat dalam Gambar 3. Mulai Pencuian dengan aquadest Gambar 3.4 Pemanasan 10 mL asam sulfat pekat dan 3 gram Mulaipolistirena pada 85 °C pada waterbath Pemanasan selama 15 menit menggunakan oven pada suhu 100oC Pemanasan selama 5 jam Sulfonasi Polistirena Terikat Silang Penyaringan polistirena Gambar 3.3 Prosedur Sulfonasi Polistirena Terikat Silang Prosedur pembuatan membran polistirena dapat dilihat dalam Gambar 3.4 Mulai Pencampuran polistirena tersulfonasi (PST) terikat silang dan aditif dalam pelarut diklorometan pada komposisi 84 % berat Pengadukan larutan dalam tangki pengaduk selama 6 jam Diamkan larutan selama 24 jam Persiapan alat casting membran Penuangan larutan membran diatas alat casting dan percetakan membran flat-sheet Pengeringan membran pada suhu ruangann 45 menit Pengujian dan Analisa Gambar 3.4 Prosedur pembuatan membran polistirena PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 20 Prosedur Pembuatan membran polistirena dapat dilihat dalam Gambar 3.5 Mulai Pencampuran polistirena tersulfonasi (PST) di tambah dengan 3ml DVB, 0,5 gram benzoil perokisda dan aditif dalam pelarut diklorometan pada komposisi 84% berat Pengadukan larutan dalam tangki pengaduk selama 6 jam Persiapan alat casting membran Penuangan larutan membran diatas alat casting dan percetakan membran flat-sheet Pengeringan membran pada suhu ruangann 24 jam Pengujian dan Analisa Diamkan larutan selama 30 menit Gambar 3.5 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 21 Prosedur pembuatan membran polistirena dengan perbandingan 1/3 dapat dilihat pada Gambar 3.6 Mulai Pencampuran polistirena tersulfonasi (PST) di tambah dengan 1ml larutan DVB, 0,16 gram benzoil perokisda dan 15,6 ml larutan sirena dalam pelarut diklorometan pada komposisi 84% berat Pengadukan larutan dalam gelas kimia selama 2 jam pada suhu 35ºC Persiapan alat casting membran Penuangan larutan membran diatas alat casting dan percetakan membran flat-sheet Pengeringan membran pada suhu 60 ruangann 24 jam Pengujian dan Analisa Diamkan larutan selama 30 menit Gambar 3.6 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 22 Prosedur pembuatan membran polistirena dengan perbandingan 1/5 dapat dilihat pada Gambar 3.8 Mulai Pencampuran polistirena tersulfonasi (PST) di tambah dengan 0,2 ml larutan DVB, 0,1 gram benzoil perokisda dan 9,4 ml larutan sirena dalam pelarut diklorometan pada komposisi 84% berat Pengadukan larutan dalam labu leher tiga selama 2 jam pada suhu 35ºC Persiapan alat casting membran Penuangan larutan membran diatas alat casting dan percetakan membran flat-sheet Pengeringan membran pada suhu 60 ruangann 24 jam Pengujian dan Analisa Diamkan larutan selama 30 menit Gambar 3.6 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 23 Prosedur pembuatan membran polistirena dengan perbandingan 2/ 3 dapat dilihat pada Gambar 3.9 Mulai Pencampuran polistirena tersulfonasi (PST) di tambah dengan 2ml larutan DVB, 0,33 gram benzoil perokisda dan 31,3 ml larutan sirena dalam pelarut diklorometan pada komposisi 84% berat Pengadukan larutan dalam labu leher tiga selama 2 jam pada suhu 35ºC Persiapan alat casting membran Penuangan larutan membran diatas alat casting dan percetakan membran flat-sheet Pengeringan membran pada suhu 60 ruangann 24 jam Pengujian dan Analisa Diamkan larutan selama 30 menit Gambar 3.9 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 24 Prosedur analisa wettability dan porositas membran dapat dilihat dalam Gambar 3.10 Mulai Membran direndam dalam n-butanol selama 24 jam dan ditimbang sebagai membran basah Membran dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50°C selama 24 jam dan ditimbang sebagai berat kering Dilakukan perhitungan wettability dan porositas Gambar 3.10 Prosedur analisa wettability dan porositas membran Prosedur persiapan uji performa membran dapat dilihat dalam Gambar 3.11 Mulai Membran direndam di dalam HCl selama 24 jam Membran direndam di dalam NaCl selama 24 jam Analisa Uji Performa Membran Gambar 3.11 Prosedur persiapan uji performa membran PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 25 3.6 Tahap Karakterisasi dan Pengujian Mebran Penukar Ion 3.6.1 Analisa SEM (Scanning Electron Microscope) Analisa SEM dilakukan untuk memperoleh informasi tentang bentuk struktur (morfologi) penampang membran, dengan pembesaran 1000x. 3.6.2 Swelling degree dan Porositas Membran Swelling degree membran penukar ion ditentukan dengan mengukur rasio berat membran ketika terisi oleh air (kondisi basah), Wbasah, dan berat kering (setelah dikeringkan dalam oven), Wkering. Swelling degree pada membran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1). Untuk mengetahui ukuran pori maka porositas membran dihitung dengan menggunakan persamaan (2) w adalah densitas air murni (kg/m3), membran ketika terisi oleh air (kondisi basah), Ww, dan berat kering (setelah dikeringkan dalam oven), Wd. dan V adalah volume membran basah (m3). 1. 3.6.3 Konduktivitas Membran Penukar Ion Konduktivitas membran (, S/cm) diukur menggunakan persamaan (3). di mana L adalah jarak antar elektroda (cm), R adalah hambatan yang terukur (ohm), dan A adalah luas membran (cm2). 3.6.4 Ion Exchange Capacity (IEC) Ion exchange capacity (IEC) atau kapasitas pertukaran ion positif dan negatif ditentukan dengan metode titrasi asam-basa dan dihitung dengan persamaan (3) (Barique, dkk., 2010) 𝐼𝐸𝐶 = 𝐶 ×𝑉 𝑊 (3) dimana IEC = kapasitas penukar ion (meq/g), C = konsentrasi molar titran (M), dan W adalah berat membran (gram) PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 26 3.6.5 Permselektivitas Membran Penukar Ion Permselektivitas membran penukar ion ditentukan berdasarkan pengukuran beda potensial membran yang diukur pada larutan NaCl 0,1 M dan 0,5 M. Kedua larutan tersebut diletakkan di dalam sel uji. Kemudian, diukur nilai potensial listrik yang terbentuk (Vo, volt) menggunakan voltmeter. Dari data tersebut nilai permselektivitas membran rata-rata (Ps) dapat dihitung dengan persamaan (Długołęcki dkk., 2008) 𝑉𝑜 = 𝑁 𝑅𝑇 𝐹 𝑎 (2𝑃𝑠) ln ( 1 ) 𝑎 2 (5) dengan: N = jumlah pasangan membran penukar ion R = konstanta gas ideal (8,314 J/(mol.K)) T = temperatur absolut (298 K) F = konstanta Faraday (96.485 C/mol) Ps = permselektivitas membran rata-rata (-) a1 = koefisien aktivitas larutan 1 atau NaCl 0,5 M (mol/L) a2 = koefisien aktivitas larutan 2 atau NaCl 0,1 M (mol/L). PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 27 BAB IV HASIL PERCOBAAN Pada penelitian ini membran polistirena terikat silang di buat melalui tiga cara. Yang pertama adalah dengan crosslink intituent, yang ke dua adalah dengan crosslink menggunakan methanol, dan yang ketiga adalah dengan polistirena 4.1 Pemilihan Komposisi Bahan Dan Pelarut Pada penelitian ini telah digunakan bahan dan pelarut yang digunakan untuk menghasilkan membran yang optimal. Bahan dan pelarut yang digunakan adalah DVB, benzoil peroksida resin, PEG-400 dan pelarut metanol, dan diklorometana. No 1 Variasi Keterangan PST Crosslink 10 % PEG 400 0% Resin Penukar Ion 0% Diklorometan :90% Terdapat serbuk dalam permukaan membran dan membran bersifat getas Tidak bisa dicasting . 2 3 PST 10 % PEG 400 5 % Resin Penukar Ion 3% Metanol 82% PST 10 % PEG 400 0 % Resin Penukar Ion 0% Diklorometan 84% Hasil Dapat di casting tetapi tidak dapat menjadi membran karena saat di lepas berbentuk bubuk Membran dapat di casting PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 28 4 5 6 7 8 PST 10 % PEG 400 0 Resin Penukar Ion 3 % Diklorometan 84% PST 10 % PEG 400 5% % Resin Penukar Ion 0 % Diklorometan 84% PST 10 % PEG 400 0% Resin Penukar Ion % Diklorometan 84 % Perbandingan 1/5 DVB 0,6 ml Stirena 9,4 ml Benzoil Peroksida 0,1 gram PST 10 % PEG 400 0% Resin Penukar Ion % Diklorometan 84 % Perbandingan 1/3 DVB 1 ml Stirena 15,6 ml Benzoil Peroksida 0,16 grarm PST 10 % PEG 400 0% Resin Penukar Ion % Diklorometan 84 % Perbandingan 2/3 DVB 2 ml Stirena31,3 ml Benzoil Peroksida0,3 gram Membran dapat di casting tetapi pada permukaan membran kasar Membran dapat di casting dan permukaan membran halus Membran dapat di casting dan tidak bersifat getas tetapi membran sangat tipis Membran dapat di casting tetapi membran bersifat getas Membran dapat di casting dan membran tidak bersifat getas PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 29 4.2 Penentuan Wettability dan Porositas Membran Proses swelling pada membran bertujuan untuk menghantarkan proton yang dihasilkan di bagian anode yang tertahan dalam membran dan dialirkan menuju katoda. Hal ini ditentukan dengan menghitung nilai wettability membran. Berdasarkan nilai wettability terlihat bahwa membran memiliki kemampuan menyerap air ke dalam pori membran yang ditandai dengan adanya peningkatan berat membran basah (Wd), walaupun tidak terlalu besar (Pramesti, 2012). 4.3 Analisa Ion Exchange Capacity (IEC) 4.4 Analisa Konduktivitas dan Permselektiv itas Konduktivitas membran (σ) adalah parameter penting dalam pemilihan membran penukar ion. Konduktivitas menunjukkan kemampuan suatu membran dalam menghantarkan ion, sehingga semakin besar nilainya, maka performa membran semakin baik (Putro, 2013). Analisa konduktivitas dilakukan dengan mengalirkan NaCl 0,5 M pada stack berisi membran yang diberi muatan listrik.. Nilai konduktivitas ion yang dihasilkan pada membran akan berhubungan dengan nilai IEC dan wettability membran. PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 30 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Komposisi polistirena tersulfonasi ditambah dengan stirena dan dvb dengan perbandingan 2/3 menghasilkan membran dengan konduktivitas terbesar yaitu 1,221 mS/cm. 2. Penambahan stirena dapat meningkatkan wettability dan porositas dan swelling degree membran. 3. Penambahan zat resin dan PEG 400 dalam larutan membran dapat memungkinkan terjadinya penggumpalan dalam struktur membran. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memilih pelarut yang lebih tepat untuk croosslink polistirena. PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 31 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 32 DAFTAR PUSTAKA Al Aani S., Wright C. J., Atieh M. A. dan Hilal N., (2017): Engineering nanocomposite membranes: Addressing current challenges and future opportunities, Desalination, 401, 1-15 Anisa, S., Erwin, dan Hendrana, S. (2016). Pembuatan dan Pengukuran Sifat Kelistrikan Membran Fuel Cell dengan Struktur Supramolekular dan Ikatan Silang. Riau: Perpustakaan Universitas Riau. Arcana, I. M., Bundjali, B., dan Hariyawati, N. K. (2014). Preparation of Polymers Electrolyte Membranes for Lithium Battery from Styrofoam Waste. Advanced Materials Research, 875-877, 1529-1533. Arifin, D. E. dan Zainuri, M. (2014). Karakterisasi Sifat Separator Komposit PVDF/poli(dimetilsiloksan) Dengan Metode Pencampuran Membran (Blending Membrane). Sains Dan Seni Pomits Vol.3, No.2, 1. Arora, P., Zhang, Z.J. (2004). Battery Separator, Chemical Reviews. 104, 44194462 Farooqui U. R., Ahmad A. L. dan Hamid N. A., (2017): Challenges and potential advantages of membranes in lithium air batteries: A review, Renewable and Sustainable Energy Reviews, 77(Supplement C), 1114-1129 H. Li, Y.-M. Chen, X.-T. Ma, J.-L. Shi, B.-K. Zhu, L.-P. Zhu, Gel polymer electrolytes based on active PVDF separator for lithium ion battery. I:Preparation and property of PVDF/poly(dimethyl siloxane) blending membrane, J. Membr. Sci 379 (2011) 397–402 Jamal R. dan Emir., (2007): Pembuatan membran fuel cell dari limbah plastik LDPE (Low Density Poly-Ethylene), ITB-PT. Rekayasa Industri Kesting, R. E. 1971. Synthetic Polymeric Membranes. New York: McGraw- Hill Book Company PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 33 Kim K. M., Park N.-G., Ryu K. S. dan Chang S. H., (2002): Characterization of poly(vinylidenefluoride-co-hexafluoropropylene)-based polymer electrolyte filled with TiO2 nanoparticles, Polymer, 43(14), 3951-3957 Lee H., Yanilmaz M., Toprakci O., Fu K. dan Zhang X., (2014): A review of recent developments in membrane separators for rechargeable lithium-ion batteries, Energy & Environmental Science, 7(12), 3857-3886 Liu L., Wang Z., Zhao Z., Zhao Y., Li F. dan Yang L., (2016): PVDF/PAN/SiO2 polymer electrolyte membrane prepared by combination of phase inversion and chemical reaction method for lithium ion batteries, Journal of Solid State Electrochemistry, 20(3), 699-712 Makowski, H. S., R. D. Lundberg and J. Bock, 1975, Process For The Sulfonation of An Elastomeric Polymer, US. Patent, No. 4184988. Marfuatun. (2011). Membran Elektrolit Untuk Aplikasi Baterai Ion Lithium. 3. Nath, B. K., Khan, A., dan Chutia, J. (2015). Composite Plasma Polymerized Sulfonated Polystyrene Membrane for PEMFC. Materials Research Bulletin, 70, 887-895. Pepper, K. W. (1951). Sulphonated Cross-linked Polystyrene: A Monofunctional Cation-Exchange Resin. J. appl. Chem., I, 8. Prihandoko B., Wigayati E. M. dan Nurhayati N., (2007): Pengaruh Penambahan LiClO4 pada Pembuatan Komposit Anoda Grafit Bermatrik Polimer, Jurnal Fisika dan Aplikasinya, 3(1), 070109| 070101-070106 Pujiastuti, S., Hendrana, S., dan Indriyati. (2005). Membran Fuel Cell dari Polistiren Tersulfonasi. Prosiding Simposium Nasional Polimer V, 235-239. Ratna, D., Divekar, S., Patchaiappan, S., Samui, A.B., Chakraborty, B.C. (2007). Poly(ethylene oxide)/Clay Nanocomposites for Solid Polymer Electrolyte Applications. Polymer International, 56, 900-904 Shen X., Mu D., Chen S., Wu B. dan Wu F., (2013): Enhanced electrochemical performance of ZnO-loaded/porous carbon composite as anode materials for lithium ion batteries, ACS applied materials & interfaces, 5(8), 3118-3125 Shi C., Dai J., Shen X., Peng L., Li C., Wang X., Zhang P. dan Zhao J., (2016): A high-temperature stable ceramic-coated separator prepared with polyimide PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 34 binder/Al 2 O 3 particles for lithium-ion batteries, Journal of Membrane Science, 517, 91-99 Strobl G. (2007). The Physics of Polymer: Concepts for Understanding Their Structures and Behavior. New York: Springer Berlin Heilderberg Wang Y.-C., Li S.-S., Wen C.-Y., Chen L.-Y., Ho K.-C. dan Chen C.-W., (2016): Dual Functional Polymer Interlayer for Facilitating Ion Transport and Reducing Charge Recombination in Dye-Sensitized Solar Cells, ACS applied materials & interfaces, 8(49), 33666-33672 Wicaksono, Aris. (2012). Sintesis Dan Karakterisasi Membran Komposit Polistirena Tersulfonasi Dengan Zeolit Untuk Aplikasi Membran Polimer Elektrolit, Unpublished skripsi, Universitas Sebelas Maret. Won, J. et al., (2003) Structural characterization and surface modification of sulfonated polystyrene–(ethylene–butylene)–styrene triblock proton exchange membranes. J. Membrane Sci, 214, 245–246 Yanilmaz M., Lu Y., Dirican M., Fu K. dan Zhang X., (2014): Nanoparticle-onnanofiber hybrid membrane separators for lithium-ion batteries via combining electrospraying and electrospinning techniques, Journal of Membrane Science, 456, 57-65 Yanilmaz M., Lu Y., Zhu J. dan Zhang X., (2016): Silica/polyacrylonitrile hybrid nanofiber membrane separators via sol-gel and electrospinning techniques for lithium-ion batteries, Journal of Power Sources, 313, 205-212 Karena memiliki pertukaran ion yang baik maka adapat di gunakan sebagai alternatif untuk separtor baterai PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 35 LAMPIRAN A DATA LITERATUR Pada penelitian ini diperlukan beberapa data literatur untuk menunjang dan membantu perhitungan data analisa seperti berikut ini a. Densitas polistirena : 1,04 g/cm3 b. Densitas bu tanol : 0,81 g/cm3 c. Kecepatan aliran volumetrik NaCl : 2 mL/detik d. Berat molekul NaOH : 40 gram/mol PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 36 LAMPIRAN B DATA PERCOBAAN B.1 Data Analisa Wettability dan Porositas B.2 Data Analisa Ion Exchange Capacity (IEC) B.2.1 Data Hasil Perendaman Membran di Larutan HCl Data hasil pengamatan pH dan massa membran sebelum dan setelah direndam oleh HCl yang dilakukan untuk melengkapi data yang dibutuhkan pada perhitungan IEC ditunjukkan pada Tabel B.2 berikut ini. Tabel B.2 Kode Membran Berat Awal (gram) Berat Akhir (gram) pH resin peg tanpa 1;3 2;3 1;5 0,378 0,385 0,202 0,189 0,102 0,278 0,630 0,712 0,523 0,345 0,459 0,344 0 0 0 0 0 0 B.2.2 Data Hasil Perendaman Membran di Larutan NaCl Data hasil pengukuran volume NaCl sebelum perendaman dan setelah pencucian membran untuk melengkapi data yang dibutuhkan pada perhitungan IEC ditunjukkan pada Tabel B.3 berikut ini. Tabel B.3 Kode Membran Volume NaCl (mL) resin peg tanpa 1;3 2;3 1;5 60 60 60 60 60 60 Volume Setelah Pencucian (mL) 80 80 80 85 85 85 pH 8 8 8 8 8 8 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 37 B.2.1 Data Hasil Titrasi Data hasil pengamatan volume titrasi menggunakan NaOH 1M untuk melengkapi data yang dibutuhkan pada perhitungan IEC ditunjukkan pada Tabel B.4 berikut ini. Tabel B.4 Kode Membran Resin Peg Tanpa 1;3 2;3 1;5 v1 (ml) 2 3 1 1 1 1 v2 (ml) 3 2 1 1 1 1 v3 (ml) 2 2 2 1 1 1 v rata2 2,3 2,3 1,3 1,0 1,0 1,0 B.3 Data Analisa Konduktivitas B.3.1 Hasil Penyaringan pada Larutan NaCl 0,5 Molar Data hasil pengukuran arus dan voltase pada saat penyaringan menggunakan membran pada larutan NaCl 0,5 Molar untuk melengkapi data yang dibutuhkan pada perhitungan konduktivitas ion ditunjukkan pada Tabel B.5 hingga Tabel B.14 berikut ini. Tabel B.5 Hasil Penyaringan Membran Kosong PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 38 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 39 Tabel B.6 Hasil Penyaringan Membran PST dengan Resin I 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2 V 0,9 1 1,1 1,3 1,5 1,7 1,8 1,9 2 2,1 2,3 2,4 2,5 2,7 2,8 2,9 3 3,1 3,2 3,3 3,4 0,9 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 Vav 0,9 1 1,1 1,25 1,4 1,55 1,65 1,75 1,85 1,95 2,1 2,2 2,3 2,45 2,55 2,65 2,75 2,85 2,95 3,05 3,15 Tabel B.1 Hasil Penyaringan Membran PST dengan PEG-400 I 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 V 0,01 0,5 0,9 1,1 1,3 1,8 2,5 2,8 0,01 0,5 0,9 1,2 1,8 2 2,1 2,8 Vav 0,01 0,5 0,9 1,15 1,55 1,9 2,3 2,8 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 40 Tabel B.2 Hasil Penyaringan Membran PST tanpa Resin dan PEG-400 I 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 V 3,2 3,4 3,6 3,8 3,9 4 4,2 4,3 4,4 4,5 4,7 4,8 4,9 5 5,1 5,2 3,2 3,5 3,7 3,8 4 4,1 4,2 4,3 4,5 4,6 4,7 4,9 5 5,1 5,2 5,3 Vav 3,2 3,45 3,65 3,8 3,95 4,05 4,2 4,3 4,45 4,55 4,7 4,85 4,95 5,05 5,15 5,25 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 41 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 42 Tabel B.3 Hasil Penyaringan Membran PST 1/3 I 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2 V 4,2 4,6 4,9 5 5,2 5,3 5,5 5,6 5,7 5,9 6 6,1 6,2 6,4 6,5 6,6 6,7 6,8 6,9 7 7 4,3 4,7 5 5,3 5,4 5,5 5,6 5,7 5,8 5,9 6 6,2 6,3 6,4 6,5 6,6 6,7 6,8 6,9 7 7,1 Vav 4,25 4,65 4,95 5,15 5,3 5,4 5,55 5,65 5,75 5,9 6 6,15 6,25 6,4 6,5 6,6 6,7 6,8 6,9 7 7,05 Tabel B.4 Hasil Penyaringan Membran PST5 B.4 Data Ketebalan Membran B.5 Data Potensial Listrik yang Terbentuk PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 43 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 44 LAMPIRAN C PERHITUNGAN ANTARA C.1 Wettability dan Porositas Berdasarkan hasil perhitungan untuk analisa wettability dan porositas masing-masing ditampilkan dalam Tabel C.1 dan Tabel C.2 Tabel C.1 Hasil Perhitungan Analisa Wettability C.2 Ion Exchange Capacity (IEC) Berdasarkan hasil perhitungan untuk analisa IEC maka dapat dilihat pada Tabel C.3 untuk nilai transfer ion dari masing-masing membran yaitu sebagai berikut. C.3 Tabel C.2 Hasil Perhitungan Analisa IEC C.4 Konduktivitas Ion Hasil analisa konduktivitas ion diperoleh dengan terlebih dahulu menghitung areal resisten dan hambatan seperti yang ditunjukan pada Tabel C.4. Setelah melakukan perhitungan tersebut, maka diperoleh nilai konduktivitas ion untuk masing-masing membran seperti pada Tabel C.5 berikut ini. Tabel C.3 Hasil Perhitungan Areal Resisten dan Hambatan PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 45 LAMPIRAN D CONTOH PERHITUNGAN D.1 Wettability dan Porositas Contoh perhitungan wettability menggunakan membran PST ditambah resin Wettability (%) = Wettability (%) = 𝑊𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑊𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑊𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 0,445−0,378 0,378 × 100% × 100% Wettability (%) = 7,22% Contoh perhitungan porositas menggunakan membran PST ditambah resin Porositas (%) = 𝑊𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑊𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝜌 𝑏𝑢𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑊𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑊𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑊𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 ( )+( ) 𝜌 𝑏𝑢𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝜌 𝑝𝑜𝑙𝑖𝑠𝑡𝑖𝑟𝑒𝑛𝑎 Porositas (%) = 0,445 − 0,378 0,810 0,445−0,378 0,378 ( )+( ) 0,810 1,04 × 100% × 100% Porositas (%) =20,30% D.2 Ion Exchange Capacity (IEC) Contoh perhitungan IEC menggunakan membran PST ditambah dengan resin IEC = 𝐶×𝑉 𝑊 0,01 ×2,333 IEC = IEC = 6,17 × 10-2 meq/g 0,378 D.3 Konduktivitas Ion Contoh perhitungan konduktivitas ion menggunakan membran PST ditambah dengan resin R = 𝑟 × 𝐴 = 0,9992 × 25 = 24,948 Rm = 𝑅 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑟𝑎𝑛 − 𝑅 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔 Rm = 24,948 − 23,95 = 0,998 σ = 𝑅𝑚 𝑥 𝐴 𝐿 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 46 0,01 σ = 0,998 × 25 = 0,0004 S/cm = 0,401 mS/cm D.4 Permselektivitas Membran Contoh perhitungan permselektivitas membran menggunakan membran PST ditambah dengan resin 𝑉𝑜 = 𝑁 𝑅𝑇 𝑎1 (2𝑃𝑠) ln ( ) 𝐹 𝑎2 8,5𝑥10−3 = (1) ( 8,314 𝑥 298 0,688 ) (2𝑥𝑃𝑠) ln 96485 0,4344 𝑃𝑠 = 0,355 PENGEMBANGAN MEMBRAN PENUKAR ION KOMPOSIT BERBASIS POLISTIRENA TERIKAT SILANG TERSULFONASI 47