DETEKSI DINI 2 MENIT GANGGUAN JIWA SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Metode 2 menit dirancang sebagai alat untuk membantu pelayanan kesehatan. (tidak khusus untuk kesehatan jiwa saja) yang digunakan untuk menentukan prevalensi gangguan jiwa di Puskesmas. 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas menegakkan diagnosis dan melakukan Deteksi dini pada penderita gangguan jiwa 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Artikel penelitian penggunaan metode 2 menit ( Team Diklat Rumah Sakit JIwa Provinsi Lampung ) 5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut, dan mencocokan data pasien 2. Petugas melakukan anamnesa (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit ). 3. Petugas melakukan pemerikasaan tanda vital yang diperlukan. 4. Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit kepada pasien yang dicurigai mengalami keluhan psikosomatis dan dicurigai potensi mengarah kepada gangguan jiwa. Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa di Puskesmas : F20 Skizofrenia F23 Psikotik akut F32 Depresif F40 Ganggua Neurotik : F41.1 Gangguan ansietas menyeluruh F41.2 Gangguan campuran ansietas dan depresi F70 Retardasi Mental F80 – 90 Gangguan Kesehatan jiwa dan anak remaja G40 Epilepsi 5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang bila diperlukan 6. Petugas menegakkan diagnose dan atau differential diagnosis berasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan 7. Petugas memberikan terapi pengobatan berrdasarkan hasil deteksi 2 menit, atau melakukan rujukan ke puskesmas Rumah sakit untuk kasus yang tidak bias ditangani di Jenis obat Dosis Keterangan Klorpromazin Sediaan 100 mg, bisa , Obat anti psikotik (CPZ) diberikan 200 – 800 mg/hari tetapt menyebabkan efek sedasi dan hipotensi ortosstatik Halloperidol Sediaan 2 mg, bias diberikan Obat antipsikotik 2 – 20 mg/hari dan memiliki dampak ektrapiramidal Risperidon Sedian 1 – 2 mg, bias Antipsikotik diberikan 2 – 3 kali/hari generasi baru, efek sampuing minimal Klozapin Sediaan 300 – 900 dibagi 2 – Antipsikotik 3 kali/ hari generasi baru,efek samping nya bias sedasi, hipotensi ortostatik Amitriptilin Sediaan 50 – 300 mg Antidepresaan , hsrus hati-hati bila digunakan pada penderita hipertensi, dan lansia Diazepam Sediaan 2 5 mg, bias Anti ansietas diberikan 4 – 40 mg/hari Alprazolam Sediaan 1 mg, bias diberikan 0,75 – 4 mg/hari Antiansietas 8. Petugas memasukkan data hasil pemeriksaan fisik dan diagnosa kedalam rekam medis 9. Petugas memasukkan hasil rekam medis kedalam buku register 6. Diagram Alir Memanggil pasien sesuai No Urut Petugas menegakan diagnose dan atau diferisial diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan Petugas memberikan pengobatan, sambil mengedukasi pasien, atau merujuk pasien ke layanan yang lebih tinggi Petugas menulis identitas pasien dibuku register Rujuk ke Lab jika di perlukan untuk pemeriksaan widal dan darah rutin Petugas melakukan anamnesa Pemeriksaan vital sign dan melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit Petugas mendokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnosa dan terapi atau rujukan ke rekam medis Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi yang sudah tercatat buku register dan ke data simpus 7. Unit terkait 1. Unit Pelayanan umum 2. Farmasi. 8. Dokumen Terkait 1. Rekam medic. 2. Blangko Laboratorium. 3. Blangko resep. 4. Blanko rujukan 9. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan DETEKSI DINI 2 MENIT GANGGUAN JIWA DAFTAR TILIK No.Dokumen : No Revisi : 00 /SOP/UKP/I/2018 Tanggal Terbit : Halaman :1/2 UPT Asep Hermawan,SKM,M.Si PUSKESMAS NIP.196312061986011001 SUKARESIK NAMA UNIT : ................................................................................ NAMA PETUGAS : ................................................................................. TANGGAL PELAKSANAAN : ................................................................................ No. Langkah Kegiatan Ya Tidak Tidak Berlaku 1. Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut, dan mencocokan data pasien ? 2. Apakah Petugas melakukan anamnesa (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit ) ? 3. Apakah Petugas melakukan pemerikasaan tanda vital yang diperlukan ? 4. Apakah Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit kepada pasien yang dicurigai mengalami keluhan psikosomatis dan dicurigai potensi mengarah kepada gangguan jiwa. Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa di Puskesmas : F20 Skizofrenia F23 Psikotik akut F32 Depresif F40 Ganggua Neurotik : F41.1 Gangguan ansietas menmyeluruh F41.2 Gangguan campuran ansietas dan depresi F70 Retardasi Mental F80 – 90 Gangguan Kesehatan jiwa dan anak remaja G40 Epilepsi ? 5. Apakah Petugas melakukan pemeriksaan penunjang bila diperlukan ? 6 Apakah Petugas menegakkan diagnose dan atau differential diagnosis berasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan? 7 Apakah Petugas memberikan terapi pengobatan berrdasarkan hasil deteksi 2 menit, atau melakukan rujukan ke Rumah sakit untuk kasus yang tidak bias ditangani di puskesmas ? 8 Apakah Petugas memasukkan data hasil pemeriksaan fisik dan diagnosa kedalam rekam medis ? 9 Apakah Petugas memasukkan hasil rekam medis kedalam buku register ? CR = ...............................................................% Tasikmalaya, ………....……2019 Pelaksana/Auditor (……………….........................) GANGGUAN PSIKOTIK SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan atau hendaya berat dalam menilai realita, berupa sindroma ( kumpulan gejala ), antara lain dimanifestikan dengan adanya halusinasi dan waham No ICD X : F20 Chonic Psychotic Disorder 2. Tujuan Sebagi acuan untuk petugas menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan gangguan psikotik sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,Edisi I,Hal 234 - 236 5. Prosedur 1 Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut, dan mencocokan data pasien 2 Petugas melakukan anamnesa (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu ) 3 Petugas melakukan pemerikasaan tanda vital yang diperlukan. 4 Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit kepada pasien yang dicurigai mengalami keluhan mengarah kepada gangguan psikotik, ditandai dengan adanya keluhan : Sulit berpikir/berkonsentrasi Tidak dapat tidur, tidak mau makan Perasaan gelisah, tidak dapat tenang, ketakutan Bicara kacau dan tidak dapat dimengerti Mendengar suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain (halusinasi) Adanya pikiran aneh yang tidak sesuai realita ( waham ) Marah tanpa sebab yang jelas, kecurigaan yang berat, perilaku kacau, perilaku kekerasan 5 Menarik diri dari lingkungannya dan tidak merawat diri dengan baik Petugas menegakkan diagnosa gangguan psikotik dan memberikan terapi seuai diagnose, atau membuat rujukan jika kasus gangguan psikotik nya berat 6 Petugas memberikan konseling terhadap keluarga dan pasien 7 Petugas memberikan terapi sesuai diagnose gangguan psikotik Jenis obat Dosis Keterangan Klorpromazin Sediaan 100 mg, bisa , Obat anti psikotik (CPZ) diberikan 200 – 800 mg/hari tetapt menyebabkan efek sedasi dan hipotensi ortosstatik Halloperidol Sediaan 2 mg, bias diberikan Obat antipsikotik 2 – 20 mg/hari dan memiliki dampak ektrapiramidal Risperidon Sedian 1 – 2 mg, bias Antipsikotik diberikan 2 – 3 kali/hari generasi baru, efek sampuing minimal Klozapin Sediaan 300 – 900 dibagi 2 – Antipsikotik 3 kali/ hari generasi baru,efek samping nya bias sedasi, hipotensi ortostatik 8 Petugas menuliskan resep untuk mengambil obat ke ruang farmasi 9 Petugas mencatat semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan Psikhis, diagnose, dan terapi ke dalam rekam medis dan memasukkannya kedalam sintem simpus 6 Diagram Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Alir Petugas memberikan edukasi kepada pasien Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan deteksi dini 2 menit Bila ada indikasi petugas memberikan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi Petugas menegakkan diagnose dan differential diagnosis berdasarkan hasil ananamnesa Petugas memberikan resep kepada pasien untuk di serahkan sub unit farmasi 7 8 Unit 1. Unit Pemeriksaan umum terkait 2. Unit Farmasi Dokumen 1. Rekam medis Terkait 2. Blangko resep Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi yang sudah tercatat dalam medis ke data simpus 3. Blangko rujukan 9 Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan GANGGUAN PSIKOTIK DAFTAR TILIK No.Dokumen : No Revisi : 00 /SOP/UKP/I/2018 Tanggal Terbit : Halaman :1/2 UPT Asep Hermawan,SKM,M.Si PUSKESMAS NIP.196312061986011001 SUKARESIK NAMA UNIT : ................................................................................ NAMA PETUGAS : ................................................................................. TANGGAL PELAKSANAAN : ................................................................................ No. Langkah Kegiatan Ya Tidak Tidak Berlaku 1. Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut, dan mencocokan data pasien ? 2. Apakah Petugas melakukan anamnesa (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu ) ? 3. Apakah Petugas melakukan pemerikasaan tanda vital yang diperlukan? 4. ApakahPetugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit kepada pasien yang dicurigai mengalami keluhan mengarah kepada gangguan psikotik, ditandai dengan adanya keluhan : Sulit berpikir/berkonsentrasi Tidak dapat tidur, tidak mau makan Perasaan gelisah, tidak dapat tenang, ketakutan Bicara kacau dan tidak dapat dimengerti Mendengar suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain (halusinasi) Adanya pikiran aneh yang tidak sesuai realita ( waham ) Marah tanpa sebab yang jelas, kecurigaan yang berat, perilaku kacau, perilaku kekerasan 5. Menarik diri dari lingkungannya dan tidak merawat diri dengan baik Apakah Petugas menegakkan diagnosa gangguan psikotik dan memberikan terapi seuai diagnose, atau membuat rujukan jika kasus gangguan psikotik nya berat ? 6 Apakah Petugas memberikan konseling terhadap keluarga dan pasien ? 7 Apakah Petugas memberikan terapi sesuai diagnose gangguan psikotik ? Jenis obat Dosis Keterangan Klorpromazin Sediaan 100 mg, bisa , Obat anti psikotik (CPZ) diberikan 200 – 800 mg/hari tetapt menyebabkan efek sedasi dan hipotensi ortosstatik Halloperidol Sediaan 2 mg, bias diberikan Obat antipsikotik 2 – 20 mg/hari dan memiliki dampak ektrapiramidal Risperidon Sedian 1 – 2 mg, bias Antipsikotik diberikan 2 – 3 kali/hari generasi baru, efek sampuing minimal Klozapin Sediaan 300 – 900 dibagi 2 – Antipsikotik 3 kali/ hari generasi baru,efek samping nya bias sedasi, hipotensi ortostatik 8 Apakah Petugas menuliskan resep untuk mengambil obat ke ruang farmasi ? 9 Apakah Petugas mencatat semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan Psikhis, diagnose, dan terapi ke dalam rekam medis dan memasukkannya kedalam sintem simpus ? CR = ...............................................................% Tasikmalaya, ………....……2019 Pelaksana/Auditor (……………….........................) GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Gangguan yang ditandai oleh adanya gejala-gejala anxietas ( Kecemasan) dan depresi bersama-sama, dan masing-masing gejala tidak menunjukkan rangkainan gejala yang cukup berat untuk dapat ditegakkannya suatu diagnose tersendiri. Untuk gejala anxietas, beberapa gejala autonomik harus ditemukan, walaupun tidak terus – menerus, disamping rasa cemas atau khawatir berlebihan No ICD X : F41.2 Mixed Anxiety and Depression Disorder 2. Tujuan Sebagai acuan petugas untuk melakukan diagnosis dan penanatalaksanaan gangguan campuran anxietas dan depresi sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,Edisi I, Hal 231 - 233; 5. Prosedur 1 Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut, dan mencocokan data pasien 2 Petugas melakukan anamnesa (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu ) 3 Petugas melakukan pemerikasaan tanda vital yang diperlukan. 4 Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit kepada pasien yang dicurigai mengalami keluhan mengarah kepada gangguan campuran anxietas dan depresi, ditandai dengan adanya keluhan : Berkeringat, gelisah,gangguan tidur, mudah lelah,jantung berdebar, gangguan lambung, diare, atau bahkan sakit kepala yang disertai dengan cemas/khawatir berlebihan 5 Minat yang menurun, merasa sedih, murung, nafsu makan berkurang Biasanya terdapat stressor dalam kehidupan Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit kepada pasien yang dicurigai mengalami keluhan mengarah kepada gangguan campuran anxietas dan depresi, ditandai dengan adanya keluhan : Berkeringat, gelisah,gangguan tidur, mudah lelah,jantung berdebar, gangguan lambung, diare, atau bahkan sakit kepala yang disertai dengan cemas/khawatir berlebihan Minat yang menurun, merasa sedih, murung, nafsu makan berkurang Biasanya terdapat stressor dalam kehidupan 6 Petugas memberikan konseling terhadap keluarga dan pasien 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas melakukan anamnesa Petugas menegakan dignosa dan diffisential diagnosis berdasarkan hasil anamnesa , pemeriksaan tanda vital Petugas memberikan edukasi kepada pasien untuk istrirahat di tempat tidur Jika ada indikasi bahaya melakukan rujukan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data simpus 7. Hal-hal yang perlu Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas melakukan pemeriksaan fisik Petugas memberikan resep kepada pasien untuk di serahkan ke sub unit farmasi Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose dan terapi, rujukan ke rekam medis 1. Identifikasi pasien. 2. Anamnesa pasien. diperhatikan 3. Diagnosa pasien. 8. Unit terkait 1. Unit Pemeriksaan umum 2. Unit Farmas 9. Dokumen 1. Rekam medis. Terkait 2. Blangko resep. 3. Blangko rujukan. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI DAFTAR TILIK No.Dokumen : No Revisi : 00 /SOP/UKP/I/2018 Tanggal Terbit : Halaman :1/2 UPT Asep Hermawan,SKM,M.Si PUSKESMAS NIP.196312061986011001 SUKARESIK NAMA UNIT : ................................................................................ NAMA PETUGAS : ................................................................................. TANGGAL PELAKSANAAN : ................................................................................ No. Langkah Kegiatan Ya Tidak Tidak Berlaku 1. Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut, dan mencocokan data pasien ? 2. Apakah Petugas melakukan anamnesa (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu ) ? 3. Apakah Petugas melakukan pemerikasaan tanda vital yang diperlukan ? 4. Apakah Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit kepada pasien yang dicurigai mengalami keluhan mengarah kepada gangguan campuran anxietas dan depresi, ditandai dengan adanya keluhan : Berkeringat, gelisah,gangguan tidur, mudah lelah,jantung berdebar, gangguan lambung, diare, atau bahkan sakit kepala yang disertai dengan cemas/khawatir berlebihan Minat yang menurun, merasa sedih, murung, nafsu makan berkurang 5. Biasanya terdapat stressor dalam kehidupan ? Apakah Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit kepada pasien yang dicurigai mengalami keluhan mengarah kepada gangguan campuran anxietas dan depresi, ditandai dengan adanya keluhan : Berkeringat, gelisah,gangguan tidur, mudah lelah,jantung berdebar, gangguan lambung, diare, atau bahkan sakit kepala yang disertai dengan cemas/khawatir berlebihan Minat yang menurun, merasa sedih, murung, nafsu makan berkurang 6 Biasanya terdapat stressor dalam kehidupan Apakah Petugas memberikan konseling terhadap keluarga dan pasien ? CR = ...............................................................% Tasikmalaya, ………....……2019 Pelaksana/Auditor (……………….........................) PEMBEBASAN PASUNG PASIEN JIWA SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Pemasungan adalah suatu tindakan yang menggunakan cara pengikatan atau pengisolasian. Pengikatan merupakan suatu metode manual yang menggunakan materi atau alat mekanik yang dipasang atau ditempelkan pada tubuh dan membuat tidak dapat bergerak dengan mudah atau yang membatasi kebebasan dalam menggerakan tangan, kaki atau kepala. Pengisolasian merupakan tindakan mengurung sendirian tanpa persetujuan atau dengan paksa dalam suatu ruangan atau area yang secara fisik membatasi untuk keluar atau meninggalkan ruangan / area tersebut. 2. Tujuan Sebagai acuan petugas untuk melakukan penatalaksanaan pembebasan pasung paisen jiwa sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang jenis – jenis layanan klinis 4. Referensi 1.SK Permenkes No 75 tentang Pelayanan Kesehatan masyarakat 2.Depkes RI Kesehatan Jiwa Masyarakat Tahun 2014 5. Prosedur 1. Petugas menemukan kasus pasien jiwa yang dipasung 2. Petugas melakukan pendekatan ke perangkat desa dan atau tokoh masyarakat setempat sehingga mereka ikut bantu meyakinkan keluarga untuk melepaskan pasien jiwa yang dipasung 3. Petugas melakukan identifikasi pemasungan ( Tali, rantai, balok kayu, isolasi ) 4. Petugas menggali informasi tentang riwayat, penyebab pasien jiwa di pasung 5. Petugas melakukan pemeriksaan keadaan klinis pasien pasung dengan menggunakan panduan pemeriksaan pasien gangguan jiwa. 6. Petugas menegakkan diagnosis utama gangguan jiwa beserta komorbid dan komplikasi yang terjadi 7. Petugas menyususn langkah-langkah prioritas yang akan dilakukan dari aspek fisik dan jiwanya lalu menginformasikan hal tersebut kepada keluarga terkait langkah-langkah yang akan dilakukan 8. Petugas melakukan kerjasama dengan dokter spesialis yang ditentukan oleh Dinas kesehatan Kabupaten Tasikmalaya untuk tahapan penatalaksaan terapi pengobatan. Bila kondisi tidak memungkinkan maka petugas akan mengevakuasi paien pasung untuk dirawat di RS Jiwa 9. Petugas menyiapkan keluarga pasien terkait pendampingan dan administrasi ke RS Jiwa apabila pasien jiwa akan dirawat 10. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi yang sudah diberikan , dan memasukkannya ke dalam data penderita gangguan jiwa di puskesmas sukaresik yang akan dilaporkan setiap bulannya ke Dinas kesehatan kabupaten Tasikmalaya 6. Diagram Petugas menemukan kasus pasien jiwa dengan pasung Alir Petugas memberikan terapi bila pasien tidak dirujuk,dan bila dirujuk kita menyiapkan pendampingan keluarga untuk merujuk Kerjasama lintas sector dengan kecamatan, perangkat desa, polsek terdekat Petugas melakukan konsultasi dengan dokter spesialis yg ditunjuk oleh Dinas Kab.Tasik dalam menentukan terapi atau pasien harus di rujuk Petugas (dokter puskesmas) melakukan pemeriksaan fisik yang di perlukan Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi atau rujukan ke data puskesmas Evakuasi pasien yang pasung bila kita merujuk ke RS Jiwa 7. Unit terkait Petugas menggali riwayat penyebab pasien di pasung 1. Unit Pemeriksaan Umum 2. Unit Farmasi 8. Dokumen Terkait 1. Blangko Resep 2. Blangko rujukan 9. Rekaman Histori Perubahn No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan PEMBEBASAN PASUNG PASIEN JIWA DAFTAR TILIK No.Dokumen : /SOP/UKP/I/2018 No Revisi : 00 Tanggal Terbit : Halaman :1/2 UPT Asep Hermawan,SKM,M.Si PUSKESMAS NIP.196312061986011001 SUKARESIK NAMA UNIT : ................................................................................ NAMA PETUGAS : ................................................................................. TANGGAL PELAKSANAAN : ................................................................................ No. Langkah Kegiatan Ya Tidak Tidak Berlaku 1. Apakah Petugas menemukan kasus pasien jiwa yang dipasung? 2. Apakah Petugas melakukan pendekatan ke perangkat desa dan atau tokoh masyarakat setempat sehingga mereka ikut bantu meyakinkan keluarga untuk melepaskan pasien jiwa yang dipasung ? 3. Apakah Petugas melakukan identifikasi pemasungan ( Tali, rantai, balok kayu, isolasi ) ? 4. Apakah Petugas menggali informasi tentang riwayat, penyebab pasien jiwa di pasung ? 5. Apakah Petugas melakukan pemeriksaan keadaan klinis pasien pasung dengan menggunakan panduan pemeriksaan pasien gangguan jiwa ? 6 Apakah Petugas menegakkan diagnosis utama gangguan jiwa beserta komorbid dan komplikasi yang terjadi ? 7 Apakah Petugas menyususn langkah-langkah prioritas yang akan dilakukan dari aspek fisik dan jiwanya lalu menginformasikan hal tersebut kepada keluarga terkait langkahlangkah yang akan dilakukan ? 8 Apakah Petugas melakukan kerjasama dengan dokter spesialis yang ditentukan oleh Dinas kesehatan Kabupaten Tasikmalaya untuk tahapan penatalaksaan terapi pengobatan. Bila kondisi tidak memungkinkan maka petugas akan mengevakuasi paien pasung untuk dirawat di RS Jiwa ? 9 Apakah Petugas menyiapkan keluarga pasien terkait pendampingan dan administrasi ke RS Jiwa apabila pasien jiwa akan dirawat ? CR = ...............................................................% Tasikmalaya, ………....……2019 Pelaksana/Auditor (……………….........................) COMMON COLD SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 1. Pengertian Peradangan hidung yang berlangsung akut (>12 minggu); 2. Tujuan Sebagai acuan untuk penerapan langkah – langkah untuk pengobatan Commod cold; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Permenkes RI no 5 tahun 2014 tentang panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer; 5. Prosedur 1. Pasien datang dengan membawa rekam medis, 2. Pemeriksaan fisik : a. Dapat ditemukan adanya demam b. Terdapat secret serous atau mukupurulen dan mukosa udem c. Hiperemis d. Pada rhinitis difteri tampak ada ingus yang bercampur darah e. Membran keabu-abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian bawah, 3. Penatalaksanaan a. Istirahat yang cukup b. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat c. Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan setelah kurang lebih 1-2 minggu, d. Antipiretik dapat diberikan parasetamol e. Dekongestan oral dapat mengurangi secret hidung yang banyak f. Mencatat di register pasien rawat jalan 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Penatalaksana Petugas memeriksa fisik pasien Pemberian Resep Petugas memberikan edukasi kepada pasien Petugas melakukan anamnesa Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Pasien membawa rekam medis Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 7. Hal-hal yang 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait 1. Klinik Umum 2. Klinik Mtbs 3. Farmasi 9. Dokumen 1. Rekam medis Terkait 2. Blangko resep 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan COMMON COLD DAFTAR TILIK No.Dokumen : No Revisi : 00 /SOP/UKP/I/2018 Tanggal Terbit : Halaman :1/2 UPT Asep Hermawan,SKM,M.Si PUSKESMAS NIP.196312061986011001 SUKARESIK NAMA UNIT : ................................................................................ NAMA PETUGAS : ................................................................................. TANGGAL PELAKSANAAN : ................................................................................ No. Langkah Kegiatan Ya Tidak Tidak Berlaku 1. Apakah Pasien datang dengan membawa rekam medis ? 2. Apakah Pemeriksaan fisik : a. Dapat ditemukan adanya demam b. Terdapat secret serous atau mukupurulen dan mukosa udem c. Hiperemis d. Pada rhinitis difteri tampak ada ingus yang bercampur darah e. Membran keabu-abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian bawah ? 3 Apakah Penatalaksanaan a. Istirahat yang cukup b. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat c. Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan setelah kurang lebih 1-2 minggu, d. Antipiretik dapat diberikan parasetamol e. Dekongestan oral dapat mengurangi secret hidung yang banyak f. Mencatat di register pasien rawat jalan CR = ...............................................................% Tasikmalaya, ………....……2019 Pelaksana/Auditor (……………….........................) INFEKSI SALURAN KEMIH SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Infeksi saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di kandung kemih, yang umumnya steril, Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi urin, termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih yang tidak hanya mengenai kandung kemih;sering terjadi pada perempuan dan yang tersering sistitis akut, sistitis kronik, dan urethritis. Kode ICD X : N39.0 Urinary tract infection 2. Tujuan Sebagai acuan untuk pedoman pengobatan isk (Infeksi saluran kemih sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, Edisi I, Hal 380- 381; 5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut 2. Petugas menulis identitas pasien dibuku register 3. Petugas melakukan anamnesa 4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien 5. Petugas memeriksa fisik pasien, penekanan diatas supra simpisis 6. Petugas melakukan pemeriksaan ketuk pinggang 7. Apabila ada indikasi pemeriksaan laboratorium, petugas menjelaskan ke pasien bahwa perlu dilakukan pemeriksaan lab 8. Petugas mengisi blangko permintaan pemeriksaan lab 9. Petugas mempersilahkan pasien ke laboratorium 10. Petugas menerima hasil pemeriksaan dari laboratorium 11. Petugas menegaskan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan dan hasil laboratorium 12. Petugas menulis resep berupa a. Anti biotika : Cotrimoksazol 2x1 b. Anal getik : Paracetamol 3x1, antalgin 3x1 c. Anti inflamasi : Deksametrason 3x1 d. Diuret 13. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi 14. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis 15. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk di entry 16. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data simpus 6. agram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas mengisi blangko permintaan pemeriksaan lab Petugas melakukan anamnesa Apabila ada indikasi pemeriksaan laboratorium, petugas menjelaskan ke pasien bahwa perlu dilakukan pemeriksaan lab Petugas mempersilahkan pasien ke laboratorium Petugas simpus mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa, dan terapi, rujukan ke data simpus S 7. Hal-hal Petugas mendokumentasi kan semua hasil anamsea, pemeriksaan, diagnose, terapi, rujukan ke dalam rekan medis 1. Identifikasi pasien yang perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait Petugas menegaskan diagnose dan atau difernsial dignosa berdasarkan hasil pemeriksaan dan hasil laboratorium 1. Unit Pelayanan Umum 2. Unit KIA dan KB 3. Farmasi 4. Laboratorium 9. Dokumen 1. Rekam Medis Terkait 2. Blangko resep 3. Blangko laboratorium Blangko rujukan Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien Petugas memberikan pengobatan dan edukasi kepada pasien Petugas menulis resep kepda pasien untuk diserahkan ke farmasi 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan KONJUNGTIVITIS SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva mata yang disebabkan oleh mikroorganisme ( bakter atau Virus )I iritasi atau alergi sehingga mudah menular; Kode ICD X : H10.9 Conjunctivitis, unspecified H10.1 Acute atopic conjungtivitis 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas dapat memahami dan memberikan pengobatan yang tepat pada pasien konjungtivitis bakteri sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer,Edisi I, Hal 118- 120; 5. Prosedur / langkahlangkah 1. 2. 3. 4. Petugas memanggil pasien sesuai nomer urut Petugas mencatat identitas pasien pada buku register Petugas memeriksa Tanda Vital, Berat badan, Tinggi badan Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, melihat adanya tanda-tanda infeksi pada mata yang sakit 5. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan 6. Petugas mengistruksaikan pasien untuk tidak mengucek-ngucek mata dan rajin mencuci tangan untuk mencegah penularan 7. Petugas menulis resep untuk pengobatan konjungtivitis dapat diberikan a. Antibiotik tetes mata atau salp seperti gentamisin, kloramfenikol sebanyak 1 – 6 tts selama 3 hari b. Analgetik seperti antalgin, parasetamol, asam mefenamid c. Antihistamine seperti CTM 8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi 9. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose, terapi, edukasi, rujukan yang telah dilakukan ke dalam rekam medis 10. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk di entry 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas memberikan pengobatan, sambil memberikan edukasi Petugas menulis resep untuk diberikan pada unit farmasi 7. Unit terkait 8. Dokumen Terkait Petugas melakukan anamnesa Petugas menegakkan diagnose dan atau diferensial diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose dan terapi ke rekam medik Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Melakukan pemeriksaan fisik Petugas memasukkan data rekam medis ke simpus 1. Unit Pelayanan umum 2. Unit MTBS 3. Farmasi 1. Rekam medis 2. Blangko resep 3. Buku register MTBS 9. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan ASMA BRONKIAL SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi sehingga mengakibatkan hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, penyempitan jalan napas, dan gejala pernapasan (mengi dan sesak); Kode ICD X : J45 Astma 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas dapat memahami dan memberikan pengobatan yang tepat pada pasien asma brinkial sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer Edisi I,Hal 251-254; 5. Prosedur 1. Petugas memangil pasien sesuai no urut 2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register 3. Petugas melakukan pemeriksaan Tekanan Darah, Nadi, Suhu 4. Petugas mengukur Berat Badan dan Tinggi Badan 5. Petugas menenyakan keluhan utama pasien, apa terdapat bunyi mengi ( wheezing), bunyi ngik-ngik, batuk berdahak , terutama terjadi pada malam har, dan tersa sesak napas atau persaan dada seperti tertekan 6. Petugas menanyakan perjalanan penyakit , factor – factor yang menentukan keluhan, riwayat penyakit keluarga dan riwayat alergi 7. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, apakah terdapat bunyi wheezing dengan atau tanpa menggunakan stetoskop 8. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan 9. Petugas menginstruksikan pasien untuk istirahat dan faktor-faktor pencetus asma seperti kelelahan, udara dingin, sress serta menghindari alergen-alergen seperti debu, asap roko, makan seafood, dll 10. Petugas menulis resep untuk pengobatan asma ringan a. Bronkodilator (melebarkan penyempitan jalan napas) Agonis β 2 : Salbutamol : Dosis dewasa 3-4 x 4 mg/hari : Dosis Anak 3-4 x 1-2 mg/hari Aminofilin : Dosis dewasa 3 x 100-200 mg/hari maks 500mg b. Anti inflamasi (juga sebagai pencegahan) Kartikosteroid : Dexamethasone 3 x 0,5 mg/hari 11. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi 12. Petugas memdakumentasikan semua hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose, terapi atau rujukan pada rekam medis 13. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk memasukan hasil pencatatan yang terdapat dalam rekam medis ke data simpus 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Menginstruksikan pasien untuk istirahat dan menghindari pencentus Petugas melakukan anamnesa Menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan Pada asma sedang dan berat, pasien dirujuk untuk inap Menulis resep untuk pengobatan simptomatis Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan ke data simpus 7. Hal-hal Melakukan pemeriksaan fisik Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan resep untuk ke farmasi Petugas menulis hasil anamnesa pemeriksaan dan diagnose ke Rekam Medis 1. Identifikasi pasien yang perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien 1. Unit Pelayana Umum 2. Ruang tindakan 3. Farmasi 9. Dokumen 1. Rekam medis Terkait 2. Blangko resep 3. Blangko Rujukan 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan SKABIES SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 1. Pengertian 1. Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiedan produknya 2. Factor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene buruk, sering berganti pasangan seksual, dan perkembangan demografis serta ekologik; Kode ICD X : B86 Scabies 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas dapat memahami dan memberikan pengobatan yang tepat pada pasien scabies sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan Praktik klinis bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,Edisi I, hal 302-304; 5. Prosedur 1. Petugas memangil pasien sesuai no urut 2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register 3. Petugas melakukan pemeriksaan Tekanan darah, Nadi,Suhu,BB, TB 4. Petugas melakukan anamnesa pada pasien dengan menanyakan keluhan khas scabies seperti gatal terutama malam hari, adakah orang lain yang melakukan hal yang sama seperti pasien dalam satu rumah 5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, adakah terdapat terowongan pada tepat-tempat yang gatal, terutama terowongan berukuran 1cm, pada ujung terowongan terdapat papul atau vesikel, Tepat peridileksi biasanya di sela-sela jari tangan, pegelangan tangan, siku luar, lipat ketiak, lipatan bokong, kemaluan dan perut bagian bawah 6. Petugas menegakan diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan 7. Petugas menuliskan resep untuk mengobati scabies : Obat salep : Sulfur : Salep 24, digunakan menimal 3 hari Untuk mengatasi gatal : CTM 3x1 tablet Apabila gejala berat dan terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik amoksilin 3x250-500 mg/hari 8. Petugas mengedukasi pasien agar menjaga kebersihan, mencuci bersih pakaian dengan air panas, menjemur kasur dan agar seluruh anggota keluarga diobati 9. Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam medik pasien 10. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan , diagnosis,, dan terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data simpus 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas menentukan jenis pengobatan, dan edukasi Petugas memberikan resep ke pasien dan mempersilahkan pasien mengambil obat di apotik 7. Hal-hal Petugas melakukan anamnese Petugas menegakkan diagnose dan atau diferisial diagnose berdasakan hasil pemeriksaan Petugas Menulis hasi anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Melakukan pemeriksaan fisik dan vital sign Petugas memasukkan data rekam medis ke simpus 1. Identifikasi pasien yang perlu 2. Anamnesa pasien diperhatika 3. Diagnosa pasien n 8. Unit terkait 1. Unit Pelayanan Umum 2. Unit MTBS 3. Farmasi 9. Dokumen Terkait 1. Rekam medis 2. Blangko Resep 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan HIPERTENSI ESEENSIAL SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah ≥ 90 mmHg; Kode ICD X : I10 Essential ( primary) hypertension 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas dapat menegakan diagnose hipertensi dan melakukan pengobatan dan penyuluhan untuk pencegahan hipertensi sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer, Edisi I, hal 162-165; 5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomer urut 2. Petugas menulis identitas pasien di buku register 3. Petugas melakukan pemeriksaan Tekanan Darah, nadi,TB dan BB 4. Petugas melakukan ananamnesa pada pasien apakah pasien mengeluhkan nyeri kepala, mudah emosi, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sulit tidur, mata berkunang-kunang dan pusing 5. Petugas menanyakan apakah pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi senelumnya, apakah sedang mengkonsumsi obat anti hipertensi, bila ada jenis obat anti hipertensi apa yang sedang digunakan 6. Petugas menegakkan diagnose berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, yaitu Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg) Normal <120 mmHg < 80 mmHg Pre-Hipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg Hipertensi stage - 1 140 – 159 mmHg 80 – 99 mmHg Hipertensi tingkat - 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg 7. Petugas menulis resep Obat hipertensi dimulai dengan dois kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respon penurunan tekanan darah, dapat diberikan sampai dosis hampir maksimal Pemberian obat anti hipertensi bersamaan dengan pengaturan diit dan latihan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian obat tunggal atau kombinasi a. Captopril 12,5 mg/ 25mg b. Amilodipin 10 mg c. HCT 1x25 mg sesuai dengan indikasi dan klasifikasi hipertensi 8. Petugas mempersilahkan pasien mengambil obat di apotik 9. Petugas menulis hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose dan terapi di rekaman medik pasien 10. Petugas menulis hasil diagnose, terapi di buku register dan memasukkan data ke simpus 6. Diagram Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Alir Petugas menentukan terapi, dan edukasi Petugas melakukan anamnesa Petugas menegakan diagnose dan atau diferensial diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan Petugas menulis resep untuk diberikan pada unit farmasi 7. Hal-hal Melakukan pemeriksaan fisiki Menulis hasil pemeriksaan dalam buku register dan memasukkan nya ke simpus 1. Identifikasi pasien yang perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait Petugas mendokumentasik an semua hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose dan terapi kerekam medik Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien 1. Unit Pelayanan Umum 2. Farmasi 9. Dokumen 1. Rekam medis Terkait 2. Buku register 3. Blangko resep 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan ANEMIA DEFISIENSI BESI SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Anemia adalah suatu kedaan dimana kadar hemoglobin (Hb),hematokrit (Ht), eritrosit dibawah batas normal sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah cukup ke jaringan perifer; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas agar dapat memahami dan memberikan pengobatan yang tepat pada pasien Anemia sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer,Edisi I,hal 52-53; 5. Prosedur 1. Petugas memangil pasien sesuai no urut 2. Petugas melakukan anamnesa pada pasien 3. Petugas menanyakan pada pasien apakah pasien sering lemah, sakit kepala , cepat lelah, lesu, jantung berdebar –debar , sering terlihat pucat, atau adakah perdarahan dalam waktu 4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, meliputi pemeriksaan tekanan darah, kelopak mata, bibir, telapak tangan dan kaki pucat 5. Petugas membuat permintaan pemeriksaan Hb ke laboratorium 6. Petugas menyerahkan surat permintaan kepada pasien untuk selanjutnya pasien ke laboratorium 7. Petugas menerima hasil laboratorium 8. Petugas membaca hasil laboratorium dan menegakkan diagnose berdasarkan hasil laboratorium 9. Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose, dan terapi pada rekam medic pasien 10. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Pasien ke laboratorium untuk pemeriksaan HB Menerima hasil laboratorium dari pasien Menulis diagnose ke buku register rawat jalan 7. Hal-hal Membuat rujukan pasien untuk pemeriksaan HB Membaca hasil laboratorium, petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil laboratorium Petugas memberikan edukasi kepada pasien Melakukan pemeriksaan fisik meliputi, tekanan darah, kelopak mata, bibir, telapak tangan, dan kaki Menyerahkan resep kepada pasien Menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnose dan terapi ke dalam rekam medis pasien 1. Identifikasi pasien yang perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait Petugas melakukan anamnesa Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien 1. Klinis Umum 2. Klinik Mtbs 3. Rawat inap 4. Klinik Kia/KB 5. Laboratorium 6. Farmasi 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Blangko laboratorium 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan DERMATITIS KONTAK ALERGIK SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Dermatitis kontak alergika adalah reaksi peradangan kulit immunologi karena reaksi hipersensitivitas, allergen biasanya bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500 – 1000 Da.dan dipengaruhi oleh sensitisasi allergen, derajat pajanan dan luasnya penentrasi kulit. Kode ICD X : L23 allergic contact dermatitis 2. Tujuan Sebagai acuan petugas untuk dapat memahami dan memberikan pengobatan yang tepat pada pasien dermatitis alergika sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan Praktik klinis bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,Edisi I, hal 325 – 326; 5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomer urut 2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register 3. Petugas melakukan pemeriksaan Tekanan darah, Nadi, BB dan TB 4. Petugas melakukan anamnesa pada pasien 5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik 6. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan 7. Petugas menyarankan pasien untuk menghentikan kontak dengan bahan penyebab atau lergen 8. Pada kasus ringan, petugas memberikan anti histamine, topical kortikosteroid a. CTM 4mg 3x ¼ - ½ tab sehari untuk BB >10kg b. CTM 4 mg 3x 1 tab atau Loratadine 1 x 10 mg untuk pasien dewasa c. Hidrocortison krim 1% 9. Pada kasus akut dan berat petugas memberikan anti histamine, topical kortikosteroid, dan kortikosteroid a. CTM 4mg 3x ¼ ½ tab sehari untuk BB >10kg b. CTM 4 mg 3x 1 tab untuk pasien dewasa c. Dexamethasone 0, 5 mg 3x 1 tablet untuk pasien dewasa d. Prednisone 3x ½ tablet untuk pasien anak 10. Bila terjadi infeksi sekunder (bengak, merah, nanah) Petugas memberikan tambahan antibiotik Amoksilin 3x500 mg/hari untuk pasien dewasa Amoksilin 3x250 mg/hari untuk pasien anak 11. Petugas menulis hasil anamnesa, pemeriksaaan, diagnose dan terapi pada rekam medic pasien 12. Petugas menyerahkan resep ke pasien 13. Petugas mendokumentasikan semua hasil anmanesa, pemeriksaan, diagnose dan terapi ke dalam rekam medik dan mengentry nya ke simpus 6. Diagram Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Alir Petugas menyarankan pasien untuk menghentikan kontak dengan bahan penyebab atau lergen Petugas melakukan anamnesa Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan Petugas menulis hasil anamnesa, pemeriksaaan, diagnose dan terapi pada rekam medic pasien Bila terjadi infeksi sekunder petugas memberikan obat Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien Petugas menyerahkan resep ke pasien Petugas mendokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose, terapi ke rekam medic, dan memasukkan ke buku register dan simpus 7. Hal-hal 1. Identifikasi pasien yang perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait 1. Unit Pelayanan Umum 2. Unit MTBS 3. Farmasi 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Rekam medis 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan ANGINA PEKTORIS SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terberat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri, Nyeri dada tersebut biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas dan segera hilang bila aktivitas dihentikan; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas dapat menegakan diagnose angina pectoris dan melakukan pengobatan angina pectoris sesuai SOP, 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,Edisi I, hal 152; 5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien( kl keadaan pasien baik) 2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register 3. Petugas melakukan anamnesa pada pasien 4. Petugas menanyakan apakah nyeri disertai keringat dingin, mual, muntah, sesak dan pucat 5. Petugas menanyakan riwayat terdahulu (DM, hioertensi, riwayat penyakit jantung, di lipidemi, konsumsi alcohol dan merokok 6. Petugas memeriksa keadaan umum, kesadaran dan tanda vital (nadi, suhu, dan frekuensi pernapasan) 7. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki 8. Petugas melakukan pemeriksaan pada jantung apakah terdapat derap atrial atau ventrikel dan umur sistolik di daerah jantung, petugas memeriksa denyut jantung apakah meningkat, menurun atau dalam batas normal, Petugas melakukan perkusi jantung untuk menentukan ada tidaknya pembesaran jantung 9. Petugas melakukan pemeriksaan pada ekstrmitas bahwa ada piiting oedem atau tidak 10. Petugas membuat permintaan pemeriksaan EKG, dan laboratorium darah rutin, kolestrol, trigliserid dan gula darah 11. Petugas mengisi formulir permintaan EKG, laboratorium 12. Petugas menyerahkan surat permintaan kepada petugas EKG, laboraturium 13. Petugas menerima hasil EKG, laboratorium , Pada gambaran EKG apa ditemukan adanya ST depresi, ST elevasi, T inverted atau tanda-tanda infrakmiokad lama, Pada laboratorium temukan factor-faktor penyebab 14. Petugas menegakan diagnose angina pectoris yang didapat dari gejala, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium 15. Petugas menerangkan pada pasien bahwa pasien perlu dirawat di tempat yang memadai 16. Petugas memberikan informad consent untuk tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien dan ditanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien 17. Petugas memberikan terapi untuk pengobatan angina pectori : a. Terapi farmkologi I. Nirat dikombinasikan dengan β-blocker atau Calcium Chanel Blocker (CCB) non dihidropiridin yang tidak meningkatkan heart rate (diltiazcm) a) Nitrat 10 mg sublingual dapat dilanjutkan denga 10 mg peroral II. Oksigenasi dimulai 2L/menit b. Terapi non farmakologi Modifikasi gaya hidup : mengontrol emosi, mengurangi kerja yang berat dimana membutuhkan banyak oksigenn dalam aktivitasnya Melakukan pola hidup sehat seperti mengurangi konsumsi makanan berlemak, menghentikan konsumsi rokok dan alcohol, menjaga berat badan, mengatur pola makanan, dan melakukan olahraga ringan secara teratur 18. Petugas memberikan penjelasan mengenai rencana terapi pada keluarga pasien, petugas mengedukasi keluarga pasien bahwa angina pectoris umum nya prognosis baik jika dilakukan dini dan tepat,Kl tidak perubahan pasien di rujuk ke rs yang lebih lengkap alat-alatnya, 19. Petugas menulis hasil pemeriksaaan, diagnose dan terapi pada rekam medic pasien 20. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan Memberikan tatalaksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan Menulis diagnose pasien ke buku registrasi Petugas melakukan anamnesa Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Melakukan vital sign dan pemeriksaan fisik Menulis hasil anamnesa pemeriksaan dan diagnose kerekam medic Petugas memberikan edukasi kepada pasien 7. Hal-hal yang 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait 1. Rawat inap 2. UGD 3. Laboratorium 4. Farmasi 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Blangko rujukan 4. Blangko laboratorium 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan STROKE / INFRAK CEREBRAL SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Stroke adalah deficit neurologis yang terjadi mendadak, lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh factor vaskuler; Stroke dibedakan menjadi dua : a. Stroke hemmoragik, biasanya disertai dengan sakit kepala, muntah, penurunan kesadaran, tekanan darah tinggi b. Stroke hemoragik, biasanya tidak disertai sakit kepa hebat, muntah, penurunan kesadaran, dan tekanan darah tinggi; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas dapat menegakan diagnosis stroke dan melakukan pengobatan stroke sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayan kesehatan primer, Edisi I, hal 207- 210; 5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien (kl keadaan pasien baik) 2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register 3. Petugas melakukan anamnesa pada pasien 4. Petugas menanyakan keluhan utama pada pasien/ keluarga pasien apakah ada kelumpuhan anggota gerak satu sisi (Hemiparesis), gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopsi (buta mendadak), penglihatan ganda (diplopia), vertigo, susah berbicara (afasia), sulit menelan (disfagia), pelo (disartria), ataksia, kejang atau penurunan kesadaran 5. Petugas menanyakan pada pasien/keluarga pasien apakah pernah mepunyai riwayat stroke sebelumnya, riwayat hipertensi, riwayat DM, riwayat dislipedemia, kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol 6. Petugas melakukan cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan pada pasien 7. Petugas melakukan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran dan tanda vital (nadi, suhu, dan frekuensi pernapasan) 8. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dari kepala samapi ujung kaki 9. Petugas melakukan pemeriksaan neurologis a. Kesadaran : Kualitatif dan kuantitatif (GCS) b. Tanda ransang miningeal : Kaku kuduk, lasseque, kernig, brudzinsky c. Sarafkranialis : Saraf I-XII d. Motorik : Kekuatan, tonusm, reflek fisiologis, dan reflek petologis e. Sensorik f. Pemeriksaan fungsi luhur g. Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan pemeriksaan reflex batang otak meliputi reflex kornea, reflex pupil terhadap cahaya, reflex okulosefalik, reflexrespirasi 10. Petugas mencuci tangan setelah melakukan pemeriksaan pasien 11. Petugas menegakan diagnose stroke yang didapat dari anamnesa dan permeriksaan fisik 12. Petugas memberikan informed consent untuk tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien dan ditanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien 13. Petugas memberikan terapi untuk pengobatan stroke a. Stabilitasi pasien dengan tindakan ABCD b. Penimbangan intubasi jika kesadaran stupor, koma, atau gagal nafas c. Pasang jalur infuse IV dengan larutan RL, dengan kecepatan 20 ml/jam (jangan menggunakan cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% dalam salin dan SALIN 0,45% karena dapat memperberat cedera otak) d. Berikan O2 : 2-4 liter/ menit vis nasal canul e. Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut f. Untuk stroke hemoragik : 1) Menurunkan tekanan darah untuk mecegah peredaran ulang pada orang yang dasarnya normal tensi diturunkan sampai sistolik 160 mmHg, Pada orang dengan hipertensi sedikit lebih tinggi 2) Tekanan dalam rongga tengkorak diturunkan dengan cara meninggikan posisi kepala 15-30-@ sejajar dengan bahu g. Persiapkan pasien untuk dirujuk setelah kondisi lebih stabil 14. Petugas memberikan penjelasan mengenai rencana terapi kepada keluarga pasien, Petugas memberikan penjelasan bahwa pasien memerlukan pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf sehingga setelah pasien dalam keadaan stabil, pasien akan dirujuk kepelayanan kesehatan sekunder 15. Petugas menulis hasil pemeriksaaan, diagnose dan terapi pada rekam medic pasien dan rujukan 16. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas merujuk pasien seterlah ke pelayanan kesehatan sekunder setelah pasien stabil Petugas melakukan anamnesa Pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan fisik Petugas memberikan tatalaksana sesuai hasil pemeriksaan Petugas mendiagnosis pasien sesuai anamnesa dan pemeriksaan fisik Menulis hasil pemeriksaan fisik, diagnose dan terapi kedalam rekam medic 7. Hal-hal yang Menulis diagnose ke buku pendaftaran IGD 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait Petugas memberikan edukasi kepada pasien 1. Rawat inap 2. Laboratorium 3. UGD 4. Farmasi 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Blangko rujukan 4. Blangko laboratorium 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan DISENTRI SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Disentri adalah penyakit infeksi yang menyerang mukosa usus terutama usu besar yang disebab kan oleh bakteri ataupun amuba 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas dapat memahami dan memberikan pengobatan disentri sesuai SOP, 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer, Edisi I, hal 85 – 86 5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomer urut 2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register 3. Petugas melakukan anamnesa, bab berapa kali sehari pada pasien 4. Petugas menanyakan perut terasa panas dan melilit 5. Petugas menanyakan pasien mengalami demam 6. Petugas mengukur tanda vital pasien meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan freksuensi pernapasan 7. Petugas memeriksa fisik pasien (tekan perut bagian bawah) 8. Apabila diperlukan petugas membuat rujukan untuk pemeriksaan Laboratorium 9. Petugas menerima hasil pemeriksaan laboratorium 10. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium 11. Petugas menulis resep a. Antibiotic I. Cotrimoxasole 2 x 480 mg II. Amoxilin 4 x 500 mg III. Tetrasiklin 4 x 500 mg b. Antipiretik Paracetamol 4 x 500 mg c. Papaverin 3 x 1 tablet 12. Petugas memberikan KIE tentang pola hidup bersih dan sehat 13. Petugas menuliskan hasil anamnesa, pemeriksaa vital sign, pemeriksaa fisik, pemeriksaan laboratorium, diagnose dan terapi di RM 14. Petugas menulis hasil pemeriksaaan, diagnose dan terapi pada rekam medik pasien 15. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register 6. Diagram Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Alir Petugas menegakan diagnosa Petugas menulis resep Petugas menulis hasil diagnose dan terapi pada buku registrasi 7. Hal-hal yang Petugas melakukan anamnesa Petugas merujuk untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium tinja Petugas memeriksa fisik Petugas memberikan KIE tentang diet Petugas memberikan KIE tentang PHBS Petugas menulis hasil pemeriksaan, viral sign, anamnesa, laboratorium, diagnose dan terapi RM Petugas memberikan edukasi kepada pasien 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien 1. Klinik umum 2. Klinik Mtbs 3. Farmasi 4. Laboratorium 9. Dokumen 4. Buku register Terkait 5. Blangko resep 6. Blangko laboratorium 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan KEJANG DEMAM SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Kejang demam adalah bangkitan kejang uang disebabkan oleh demam diatas suhu 380c rectal tanpa disertai infeksi pada system saraf pusat atau ganguan keseimbangan elekroli takut pada anak berumur lebih dari 1 bulan dan < 5 tahun, tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya; Kode ICD X : R56.0 Febrile convulsions 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas dapat memahami dan mendiagnosa kejang demam dan melakukan pengobatan kejang demam; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktik Klinis bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer ,Edisi I, hal 218- 221; 5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien ( kl keadaan pasien baik ) 2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register 3. Petugas melakukan anamnesa pada pasien 4. Petugas menanyakan apakah terdapat demam sebelum kejang, sudah berapa kali menderita kejang, bila lebih dari 2 kali apakah ada yang berlangsung lebih dari 15 menit, kesadaran pasca kejang 5. Petugas menanyakan saat demam apakah diukur menggunakan thermometer, apakah sudah diberikan penurun demam, jika sudah sebutkan, apakah ada factor resiko berulang nya kejang 6. Petugas menanyakan ada factor resiko menjadi epilepsy 7. Petugas menanyakan apakah disertai dengan penurunan kesadaran, menanyakan kesehatan anak sebelum sakit sekarang, apakah disertai mencret, batuk, sesak nafas, dan bagaimana buang air kecilnya 8. Petugas mencuci tangan terlebih dahulu sebelum kontak pemeriksaan pasien 9. Petugas mengukur tanda vital pasien meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan freksuensi pernapasan 10. Petugas melakukan pemeriksaan fisik apakah terdapat mikro atau makrosefali 11. Petugas melakukan pemeriksaan pada ubun-ubun, apakah ada ubun-ubun menonjol 12. Petugas memeriksa conjungtiva anemis, anemis atau tidak 13. Petugas melakukan pemeriksaan sara fkania, peemeriksaan rangsal meningeal (kaku atau tidak kuduk atau brudzinki I-II) 14. Petugas melakukan pemeriksaan jantung, paru, abdomen, apa ditemukan tanda-tanda penyebab infeksi 15. Petugas memeriksa apakah ada kelumpuhan pada ekstremitas atas atau bawah, reflex, fisiologis dan tonus otot 16. Petugas melakukan cuci tangan setelah pemeriksaan pasien 17. Bila diperlukan petugas membuat permintaan pemeriksaan darah rutin/ lengkap dan urin rutin 18. Petugas mengisi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium 19. Petugas menyerahkan permintaan kepada laboratorium 20. Petugas menegakan diagnose kejang demam yang terdapat dari gejala pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium 21. Petugas menegakan kepada pasien bahwa pasien perlu dirawat di Puskesmas 22. Petugas memberikan infoemed concent untuk tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien dan ditanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien 23. Petugas memberikan terapi untuk pengobatan kejang demam : a. Fase akut/saat kejang : 1) Perhatikan ABC 2) Putus kejang dengan diazetpam 0,5 gg/kg BB/x prerektal, mak 2 kali, jarak 5 menit, Jika masih kejang diberikan diazetpam 0,25-0,5 mg/kg iv, kec 2 mg/menit, makimal 10 mg, Jika masih kejang persiapkan pasien untuk dirujuk kepelayanan yang lebih baik 3) Pemberian cairan IV RL sesuai kebutuhan 4) Saat demam diberikan paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali berikan 4 kali sehari 5) Diazepam oral 0,3 mg/kgBB/kali, 3 kali sehari atau diazepam rectal 5 mg untuk BB/<10kg atau 10 mg untuk BB>10kg 6) Terapi antibiotic sesuai dengan sember infeksi : bisa per oral maupun intervena, untuk penggunaan iv antibiotic terlebih dahulu melakukan skin test a) Kloramphenikol, dosis 50-100 mg/kgBB/hari mak 2 gram selama 10-14 hari dibagi 4 dosis b) Ampeisillin dan amoksisilin, dosis anak 50-100 mg/kgBB/hari selama 7-10 hari c) Contimoxazole (TMP-SMX), dosis anak TMP 6-19 mg/kgBB/hari atau SMX 30-50 mg/kgBB/ari selama 10 hari d) Thiamfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari 24. Petugas memberikan penjelasan mengenai terapi kepada keluarga pasien, Petugas mengedukasi keluarga pasien bahwa kejang demam umum nya kronologis baik, hanya sebagian kecil yang berkembang menjadi epilepsi 25. Petugas menulis hasil pemeriksaaan, diagnose, laboratorium dan terapi pada rekam medic pasien 26. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register 6. Diagram Alir Melakukan anamnesis pada pasien Melakukan vital sign dan pemeriksaan fisik Menegakan diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan Menulis diagnose pasien kebuku registrasi 7. Hal-hal yang Memberikan tatalaksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait Menulis hasil anamnesa pemeriksaan dan diagnose kerekam medic 1. UGD 2. Rawat Inap 3. Laboratorium 4. Farmasi 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Blangko rujukan 4. Blangko laboratorium 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan HEMOROID GRADE 1-2 SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 1. Pengertian Hemoroid adalah Pelebaran vena – vena di dalam pleksus hemoroidalis; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas dapat memahami dan memberikan pengobatan yang tepat pada Hemoroid grade 1-2 sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Paduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, Edisi I,hal 90 – 91; 5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut 2. Petugas menyapa pasien 3. Petugas melaksanakan anamnesa : a. Apakah ada perdarahan saat buang air besar b. apakah terdapat benjolan pada anus c. Apakah terdapat nyeri d. apakah diare e. Menanyakan kebiasaan dan pola hidup pasien f. Menanyakan riwayat penyakit sebelumnya 4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik 5. Petugas menuliskan diagnose pasien ke dalam rekam medik 6. Petugas memberikan terapi yang dituliskan dalam rekam medik dan resep 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas memberikan terapi Petugas memberikan edukasi kepada pasien 7. Hal-hal yang perlu 1. Identifikasi pasien 2. Anamnesa pasien Petugas melakukan anamnesa Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan Petugas menulis hasil diagnose pada buku register Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien diperhatikan 8. Unit terkait 3. Diagnosa pasien 1. Klinik Umum 2. Rawat Inap 3. UGD 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Blangko rujukan 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan DIABETES MELLITUS TIPE 2 SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Kumpulan gejala yang di tandai oleh hiperglikemia akibat efek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan skresi insulin atau kedua –duanya; Kode ICD X : E11 Non – Insulin-dependent diabetes melitus 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas agar dapat memahami dan memberikan pengobatan yang tepat pada pasien diabetes mellitus sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;; 4. Referensi Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan Kesehatan Primer,Edisi I,hal 364 – 367; 5. Prosedur Penatalaksana 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut 2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register 3. Petugas melakukan pemeriksaan Tekanan darah, Nadi, BB dan TB 4. Petugas melakukan anamnesa tentang riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya 5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien melihat ada keluhan seperti ; Polifagi, poliuri,Polidipsi, Penurunan BB yang tidakjelas sebabnya 6. Petugas melakukan pemeriksaan GDS, atau GDP dan 2 jam PP ( bila pasien berpuasa ) 7. Petugas menegakkan diagnose Diabetes mellitus apabila ditemukan 1. Glukosa Plasma sewaktu > 200 mg/dl 2. Glukosa Plasma puasa > 126 mg/dl 3. Glukosa 2 jam PP > 200 mg/dl 4. HbA1C 5,7 – 6,4 % 8. Petugas memberikan terapi pengobatan OHO ( Obat hipoglikemik oral ): 1. OHO dimulai dengan dosis yang kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respon kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis optimal 2. Sulfonilurea : 15 – 30 menit sebelum makan 3. Metformin ; sebelum / pada saat / sesudah makan 4. Penghambat Glukosidae ( acarbose ) bersama makan suapan perta 9. Petugas memberikan edukasi sesuai dengan terapi non farmakologis dan efek samping obat 10. Petugas menuliskan resep untuk diserahkan ke unit Farmasi 11. Petugas menuliskan hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose, terapi ke dalam rekam medis 12. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register 13. Petugas mendokumentasikan hasil rekam medis ke data simpus 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas menegakkan Diagnosa Petugas melakukan evaluasi perencanaan makan sesuai kebutuhan Petugas melakukan anamnesa Petugas melakukan pemeriksaan GDS, atau GDP, GDP Petugas memberikan terapi DM Petugas member edukasi sesuai dengan terapi non farmakologi dan efek samping obat 1. Identifikasi pasien yang perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait Petugas memeriksa fisik pasien Petugas memasukkan data hasil namanesa, pemeriksaan fisik, diagnose dan terpai ke rekam medik Petugas mendokumentasikan data rekam medic ke buku register dan simpus 7. Hal-hal Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien 1. Unit Pelayanan Umum 2. Laboratorium 3. Farmasi 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Blangko laboratorium 4. Blangko rujukan 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan PPOK ( PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS) No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : SOP UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 PPOK adalah penyakit paru kronik yang dapat dicegah dan diobati, dikarakteristikkan dengan hambatan aliran udara yang persisten, progresif dan berhubungan dengan peningkatan respons inflamasi kronis di paru terhadap partikel dan gas berbahaya,; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk menegakkan diagnosa, menentukan penatalaksanaan, mencegah komplikasi dan menentukan kriteria rujukan sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer,Edisi I, hal 269 – 272; 5. Prosedur 1. Petugas Menanyakan keluhan pada pasien, apakah mengalami sesak napas, disertai mengi, batuk kering atau dengan dahak yang produktif dan rasa berat di dada 2. Petugas menanyakan factor keturunan, apakah pasien merokok atau terpapar asap rokok, debu kerja, 3. Petugas menanyakan apakah pernah mengalami masalah pernafasan sebelumnya 4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dengan mengamati adakah 8 tanda sebagai berikut : a. Sianosis sentral pada membran mukosa b. Tanda Hiperinflasi paru seperti ; iga tampak horizontal, bareel chest, (Diameter antero – posterior dan transversal sebanding ) dan abdomen yang menonjol keluar c. Hemidiafragma mendatar d. Laju respirasi istrirahat meningkat lebih dari 20 kali/ menit dan pola napas lebih dangkal e. Purs–lips breathing (mulut setengah katup mencucu), laju ekspirasi lebih lambat memungkinkan pengosongan paru yang lebih efisien, f. Penggunaan otot bantu napas adalah indikasi gangguan pernapasan g. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher h. Edema tungkai, 5. Petugas melakukan palpasi dan perkusi, akan sulit menemukan irama jantung di apeks karena hiperinflasi paru, sehingga menyebabkan hati letak rendah dan mudah di palpasi, 6, Petugas melakukan auskultasi untuk menilai adakah penurunan suara napas (walau tidak spesifik untuk ppok), mengi, ronkhi basah kasar saat inspirasi, dan bunyi jantung terdengar lebih keras di area xiphoideus, 7, Petugas menuliskan resep obat yang bertujuan mengurangi laju beratnya penyakit dan mempertahankan keadaan stabil seperti : a. Bronkodilator oral,kombinasi golongan β2 agonis (salbutamol) dengan golongan xantin (aminopilin dan teofilin), b. Ekspektoran dengan obat batuk hitam (OBH) c. Mukolitik (ambroxol) jika sputum mukoid d. Memberikan Oksigen Jika terjadi eksaserbasi akut (PPOK berat) tidak tertangani petugas merujuk ke Rs 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas melakukan auskultasi Petugas menuliskan resep obat Petugas melakukan anamnesa Petugas melakukan palpasi dan perkusi Jika terjadi eksaserbasi akut (PPOK berat) tidak tertangani petugas merujuk ke Rs Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien Petugas memberikan edukasi kepada pasien Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 7. Hal-hal yang perlu 1. Identifikasi pasien 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait 1. Klinik Umum 2. UGD 3. Farmasi 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Blangko laboratorium 4. Blangko rujukan 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan ASFIKSIA SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Asfiksia adalah suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk menegakkan diagnose dan penatalaksanaan asfiksia sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan,2014,hal 72; 5. Prosedur Langkah – Langkah ; 1. PENILAIAN KEPUTUSAN TINDAKAN BBL: a. Penilaian resusitasi BBL Penilaian resusitasi BBL sebelum lahir Apakah kehamilan cukup bulan?, Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah Penilaian resusitasi sesudah bayi lahir 1) Menilai apakah menangis atau bernafas / megap-megap 2) Menilai apakah tonus otot baik / tidak baik b. Keputusan resusitasi BBL 1) Memutuskan resusitasi bila air ketuban bercampus mekonium 2) Memutuskan resusitasi bila kehamilan tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap / tidak bernafas dan atau tonus otot tidak baik c. Tindakan resusitasi BBl 1) Memotong tali pusat dengan cepat, tidak diikat atau dibubuhi apapun 2) Memberi tahu keluarga minta jaga ibu, dan siap memulai resusitasi 2. TINDAKAN RESUSITASI BBL : LANGKAH AWAL Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah berikut : a. Jaga bayi tetap hangat 1) Menyelimuti bayi dengan kain kering 2) Memindahkan bayi terselimuti ke tempat resusitasi yang disiapkan b. Atur posisi bayi 1) Meletakkkan bayi terlentang dengan ganjal kain di bawah bahunya 2) Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi agar jalan nafas terbuka c. Isap lendir 1) Menghsap lendir dengan alat penghisap lendir de lee atau bola karet 2) Melakukan penghisapan lendir pada mulut dulu sedalam 5cm 3) Melakukan hisap lendir pada hidung sampai batas cuping hidung 4) Menghisap lendir saat ujung khateter didalam mulut dan saat menarik khateter keluar, tidak waktu memasukannya 5) Menghisap lendir saat ujung khateter didalam mulut dan saat menarik khateter keluar, tidak waktu memasukannya d. Keringkan dan rangsang bayi 1) Mengeringkan bayi mulai muka, kepala, tubuh dengan sedikit tekanan 2) Menepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau menggosok punggung atau perut / dada / tungkai bayi dengan telapak tangan 3) Menyelimuti bayi dengan kain kering, muka dan dada terbuka e. Atur posisi kepala bayi f. 1) Mengatur kembali posisikepala bayi agar sedikit ekstensi 2) Seluruh kegiatan langkah awal dilakukan dalam 30 detik Lakukan penilaian – keputusan – tindakan BBL 1) Menilai apakah bayi bernafas normal, megap-megap, atau tidak bernafas 2) Melakukan asuhan pasca resusitasi jika bernafas normal 3) Memulai ventilasi jika megap-megap atau tak bernafas Bila air ketuban bercampur mekonium lakukan langkah berikut : Setelah seluruh badan bayi lahir 1. Menilai apakah menangis atau bernafas / bernafas normal / megap-megap / tak bernafas Jika menangis atau bernafas normal 1. Memotong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan dibubuhi apapun dilanjutkan dengan langkah awal Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas 1. Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendir, memotong tali pusat dengan cepat 2. Langkah awal 1. VENTILASI a. Pasang sungkup 1) Memasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut, dagu b. Lakukan ventilasi 2x 1) Meniup udara melalui alat tabung dan sungkup atau memompa alat balon dan sungkup ke mulut dan hidung bayi 2 x (dengan tekanan 30cm air) 2) Melihat apakah dada bayi mengembang saat ditiup atau dipompa, jika dada bayi tidak berkembang 3) Memeriksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara bocor 4) Memeriksa posisi kepala dan membetulkan agar posisi sedikit ekstensi 5) Memeriksa apakah ada cairan / lendir dimulut dan menghisap bila ada 6) Meniup udara melalui alat tabung dan sungkup / memompa alat balon dan sungkup ke mulut dan hidung bayi 2x dengan tekanan 30 cm air, Jika dada bayi mengembang : 7) Melanjutkan langkah ventilasi jika dada bayi mengembang c. Lakukan ventilasi 20 x dalam 30 detik 1) Melakukan ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik (tekanan 20cm air) Lakukan penilaian – keputusan – tindakan BBL 2) Menilai usaha nafas Jika bernafas spontan 3) Menghentikan ventilasi bertahap 4) Melakukan asuhan pasca resusitasi Jika megap-megap / tidak bernafas 5) Mengulangi ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik d. Hentikan ventilasi dan nilai bayi tiap 30 detik 1) Menghentikan ventilasi setiap 30 detik 2) Menilai usaha nafas Jika bernafas spontan 3) Menghentikan ventilasi bertahap 4) Melakukan asuhan pasca resusitasi Jika megap-megap / tidakbernafas 5) Mengulangi resusitasi sebanyak 20x dalam 30 detik 6) Hentikan ventilasi dan nilai frekuensi jantung, nafas tiap ventilasi 30 detik e. Jika megap=megap atau tidak bernafas sesudah 2menit resusitasi 1) Meneruskan ventilasi 20x dalam 30 detik 2) Hentikan ventilasi dan nilai nafas tiap 30 detik 3) Menyiapkan rujukan bayi bersama ibunya sesuai dengan pedoman f. Bila tidak bernafas setelah 10 menit resusitasi Pertimbangkan menghentikan ventilasi sesudah resusitasi 10 menit dan tidak terdengan denyut jantung 2. MEMBUAT CATATAN RESUSITASI a. Tanggal dan jam lahir b. Kondisi bayi saat baru lahir c. Jam mulai resusitasi d. Tindakan resusitasi yang dilakukan e. Hasil resusitasi 3. PEMANTAUAN DAN DUKUNGAN Asuhan pasca resusitasi Bila resusitasi berhasil a. Lakukan pemantauan tanda bahaya pada bayi 1) Mengamati adanya nafas megap-megap 2) Mengamati apakah bayi merintih 3) Mengamati adanya tarikan dinding dada 4) Mengamati apakah tubuh dan bibir biru 5) Menghitung frekuensi nafas, apakah ˂40x permenit atau >60x permenit 6) Menghitung frekuensi jantung apakah ˂120x /menit atau >160x/menit 7) Mengamati apakah tubuh bayi pucat 8) Mengamati apakah tubuh bayi kuning 9) Mengamati apakah bayi lemas 10) Mengamati apakah bayi kejang 11) Merujuk segera bila ada salah satu tanda – tanda bahaya 12) Melakukan tindakan pra rujukan b. Lakukan pemantauan dan perawatan tali pusat 1) Memantau perdarahan tali pusat jika ikatan lepas betulkan 2) Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar c. Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya 1) Meletakkan bayi didada ibu (kulit ke kulit) menyelimuti keduanya 2) Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama 3) Menganjurkan ibu untuk mengusap bayinya dengan kasih sayang d. Pencegahan hipotermi 1) Membaringkan bayi dalam ruangan lebih dari 25®C bersama ibunya 2) Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin 3) Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam 4) Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi 5) Menimbang BB terselimuti, kurangi berat selimut 6) Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi sebagian - sebagian e. Pemberian Vit K 1) Memberikan suntikan Vit K1di paha kiri 1mg IM f. Pencegahan infeksi 1) Memberikan salp mata antibiotik 2) Memberikan suntikan hepatitis B di paha kanan 0,5mg 1-2jam setelah pemberian Vit K 1 3) Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi pada bayi g. Pemeriksaan fisik 1) melihat dan meraba kepala bayi 2) melhat mata bayi 3) melihat mulut dan bibir bayi 4) melihat dan meraba punggung bayi 5) melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan tumit, menghitung jumlah jari 6) melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan 7) memastikan adakah lobang anus dan uretra, adakah kelainan 8) memastikan adakah BAB dan BAK h. Pencatatan dan pelaporan 1) Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus BILA PERLU RUJUKAN 1) Melakukan konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keluarga 2) Melanjutkan resusitasi 3) Memantau tanda bahaya 4) Memantau tali pusat 5) Mencegah hipotermi 6) Memberikan Vit K 7) Mencegah infeksi 8) Membuat surat rujukan 9) Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus BILA RESUSITASI TIDAK BERHASIL 1) Melakukan konseling kepada ibu dan keluarga 2) Memberikan petunjuk perawatan payudara 3) Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus ASUHAN PASCA LAHIR (2 – 24 JAM) I. Lakukan pemantauan tanda bahaya 1) Mengamati adanya nafas megap-megap 2) Mengamati apakah bayi merintih 3) Mengamati adanya tarikan dinding dada 4) Mengamati apakah tubuh dan bibir biru 5) Menghitung frekuensi nafas, apakah ˂40x/ menit atau > 60x / menit 6) Mengamati apakah tubuh bayi pucat 7) Mengamati apakah tubuh bayikuning 8) Mengamati apakah bayi lemas 9) Mengamati apakah bayi kejang 10) Memberitahu keluarga untuk ikut memantau tanda bahaya 11) Merujuk segera bila ada salah satu tanda bahaya 12) Melakukan tindakan pra rujukan J. Lakukan pemantauan dan perawatan tali pusat 1) Menjelaskan perawatan tai pusat yang benar 2) Memantau perdarahan tali pusat 3) Jika lepas betulkan, jika keluar nanah dan berbau, bersihkan tali pusat dengan kasa bersih dan air hangat, oleskan gentian violet 0,5 % ataupovidon iodin 2,5%, RUJUK K. Pencegahan hipotermi 1) Membaringkan bayi dalam ruangan lebih dari 25®C bersama ibunya 2) Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin 3) Menunda memandikan bayi sampai 6-24 jam L. Konseling menyusui 1) Memberikan konseling ASI Eklusif 2) Melanjutkan menyusui 3) Memastikan posisi menyusui benar 4) Memastikan perlekatan mulut bayi ke payudara ibu benar M. Pencatatan dan pelaporan kasus Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus 6. Diagram Penilaian keputusan Alir tindakan BBL Pencatatan dan pelaporan kasus Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus 7. Hal-hal yang Pemantauan dan Dukungan Ventilasi Membuat catatan resusitasi 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait Tindakan Resusitasi BBL 1. Poned 2. UGD 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Rekam medis 3. Blangko rujukan 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan PELAYANAN KLINIS SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Posedur ini mengatur standar pelayanan klinis di Puskesmas Sukaresik, Proses pengkajian pasien dilakukan oleh tenaga yang sesuai dengan standar profesi; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk seluruh aktifitas pelayanan klinis yang diberikan kepada pasien, sehingga dapat memberikan pelayanan yang sesuai standar profesi sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi 1. UU RI No. 36 ps. 5 tentang pelayanan klinis . monitoring, dan evaluasi pelayanan kesehatan di puskesmas. 2. Permenkes 75 th 2014 tentang puskesmas. 3. Permenkes 1483 th 2010 tentang standar pelayanan kedokteran. 5. Prosedur 1. Petugas dari masing-masing unit pelayanan mengidentifkasi kebutuhan pasien, 2. Petugas melakukan kajian sesuai dengan standar profesi yang telah ditetapkan, 3. Petugas melakukan pencatatan hasil kajian pada rekam medis sesuai dengan standar profesi dan tau yang meliputi 4. Data sosial yang meliputi, nama pasien, nama kepala keluarga, pekerjaan pasien, alamat, jenis kelamin dan tanggal lahir, agama, nomor rekam medis dan nomor kartu jaminan jika ada, 5. Data anamnesis (data subyektif) yang mencangkup keluhan pasien, riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi dan tau alergi obat, 6. Data pemeriksaan fisik (data obyektif) yang meliputi hasil pemeriksaan vital sign (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu, tinggi badan dan berat badan), hasil pemeriksaan spesifik yang mengacu dan sesuai dengan keluhan pasien serta hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjang kajian pasien 7. Data diagnosis yang berupa diagnosis klinis pasien beserta kode ICD X pada kasus 10 besar penyakit, 8. Data terapi yang berupa jenis obat, jumlah obat yang diberikan, dan cara pemakain obat, 9. Data Penunjang lain seperti rujukan ke unit lain, dan edukasi yang diberikan kepada pasien 10. Paraf dan nama petugas, 6. Diagram Alir Petugas dari masingmasing unit pelayanan mengidentifkasi kebutuhan pasien Petugas melakukan kajian sesuai dengan standar profesi yang telah ditetapkan Petugas melakukan pencatatan hasil kajian pada rekam medis Data pemeriksaan fisik Data diagnosis Data anamnesis Data terapi Data sosial Data Penunjang lain seperti rujukan ke unit lain, dan edukasi yang diberikan kepada pasien Paraf dan nama petugas 7. Hal-hal yang 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait Semua unit pelayanan klinis 9. Dokumen Rekam medis Terkait 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan TUBERCULOSIS SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Micobacterium Tuberculosis; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk penerapan langkah-langkah dalam melakukan penanganan kasus TB Paru sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, edisi I,hal 7; 5. Prosedur 1. Petugas melakukan Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik 2. Apabila pada anamnesa pelanggan mengatakan sudah menderita batuk lebih dari 2 minggu, maka segera sarankan pelanggan untuk melakukan pemeriksaan Laboratorium tes BTA 3. Petugas memberikan rujukan internal ke laboratorium 4. Apabila hasil tes BTA menunjukkan hasil positif,positif 2 atau positif 3, maka berikan pengobatan sesuai Kategori I 5. Apabila hasil BTA positif pada pelanggan kambuh atau gagal atau putus berobat, diobati kategori II, 6. Apabila hasil tes BTA menunjukkan negative namun ada curiga TB beri antibiotik spectrum luas, Bila ada perbaikan bukan TB, Bila tidak ada perbaikan dilakukan x-foto thorax, 6. Diagram 7. Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas menegakan diagnose berdasarkan anamnesa dan hasil laboraturium Petugas menulis resep Petugas melakukan anamnesa Petugas memberikan rujukan internal ke laboratorium Petugas memberikan edukasi kepada pasien Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 8. Hal-hal yang 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 9. Unit terkait 1. Klinik Umum 2. Klinik MTBS 3. Klinik KIA/KB 4. Klinik PAL 10. Dokume n Terkait 1. Buku register 2. Blangko resep 3. Rekam medis 4. Blangko rujukan 11. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan TONSILITIS SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer, Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach’s tonsil), 2. Tujuan Sebagai acuan untuk memberikan penanganan yang tepat pada pasien tonsilitis sesuai SOP, 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, edisi I,hal 245 5. Prosedur 1. Persiapan alat a. Tensi b. Termometer c. Stetoskop d. Lampu kepala e. Spatula lidah f. Larutan KOH g. Pewarnaan gram h. Obat-obatan: antiviral, antibiotik, obat kumur antiseptic i. Lidi kapas 2. Melakukan anamnesa keluhan pasien seperti demam, sakit menelan, nyeri tenggorok, lesu, nyeri sendi,dan anoreksia, 3. Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga / pasien menandatangani Informed consent, 4. Mendekatkan alat pada pasien, 5. Melakukan pengukuran tekanan darah, suhu badan dan mencatat dalam buku status pasien, 6. Melakukan pemeriksaan fisik seperti keadaan umum pasien, pembengkakan tonsil, hiperemis, terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh membran semu, Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, 7. Memberikan terapi sesuai dengan acuan penatalaksanaan terapi Penatalaksanaan: a. Menganjurkan pasien istirahat cukup, mengandung desinfektan, banyak minum, obat kumur yang b. Antipiretika Parasetamol c. OAINS : ibuprofen 3 x 400 mg,natrium diclofenac 3 x 50 mg d. Antibiotik golongan penisilin, e. Amoksisilin dewasa 3 x 500 mg, Anak 20 – 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5 – 10 hari, f. Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan Eritromisin dewasa 4 x 500 mg, Anak 30 – 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis selama 5-10 hari, 8. Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma ( rujuk rs ) 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Memberikan terapi Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma ( rujuk rs ) 7. Hal-hal yang 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait 1. UGD 2. Klinik Umum 3. Rawat inap 4. Pustu 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Rekam medis 4. Blangko rujukan Petugas melakukan anamnesa Memberikan penjelasan pada pasien Petugas memberikan edukasi kepada pasien Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan TINEA CRURIS SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 1. Pengertian Tinea cruris adalah infeksi jamur pada daerah paha, selangkangan dan bokong; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk petugas kesehatan di puskesmas agar dapat melakukan penanganan penderita dengan Tinea Cruris dengan baik dan benar sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Permenkes RI No 5 Th 2014 tentang panduan praktik bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer; 5. Prosedur Alat dan bahan : 1. Handschoon 2. Tensimeter 3. Thermometer 4. Arloji 5. Tempat Tidur Pasien Petugas yang meriksa : 1. Dokter 2. Perawat Langkah-langkah : 1. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan : a. Hygiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk / pakaian secara bersamaan harus dihindari, b. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topical, yaitu dengan : antifunginal topical seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau terbinafin, yang diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1 – 2 minggu kemudian untuk mencegah rekurensi, c. Untuk penyakit tersebar luas atau resisten terhadap terapi topical, dilakukan pengobatan sistemik dengan : 1) Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5 – g untuk orang dewasa dan 0,25 – 0,5 g untuk anak – anak sehari atau 10 – 25 mg / kgBB / Hari, terbagi dalam 2 dosis, 2) Golongan azol, seperti : Ketokonazol : 200 mg/hari Itrakonazol : 100 mg/hari, atau Terbinafin : 250 mg/hari Pengobatan diberikan selama 10 – 14 hari pada pagi hari setelah makan, 2. Konseling dan Edukasi Edukasi mengenai penyebab dan cara penularan penyakit, Edukasi pasien dan keluarga juga untuk menjaga hygiene tubuh, Namun penyakit ini bukan termasuk kedalam penyakit yang berbahaya, 3. Kriteria Kunjungan Pasien dirujuk apabila : a. Penyakit tidak sembuh dalam kurun waktu 10 – 14 hari setelah therapy, b. Terdapat imunodefisiensi, c. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka, 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas memberikan edukasi kepada pasien Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 7. Hal-hal yang 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait 1. UGD 2. Rawat Inap 3. Klinik Umum 4. Klinik Kia 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Rekam medis Petugas melakukan anamnesa Penatalaksanaan Komprehensif Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan RHINITIS AKUT No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : SOP Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Rhinitis akut adalah Peradangan pada mukosa hidung yang berlangsung akut (< 12 minggu); 2. Tujuan Sebagai acuan untuk penerapan langkah-langkah dalam melakukan diagnosa dan terapi kasus rhinitis akut sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;; 4. Referensi Panduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,edisi I, hal 279; 5. Prosedur 1. Anamnesa a. Menanyakan apakah ada demam ringan, dan sakit kepala, b. Menanyakan apakah ada keluar ingus dari hidung (rinorea), hidung tersumbat disertai rasa panas dan gatal pada hidung, c. Menanyakan apakah ada gejala sistemik umumnya lebih berat disertai sakit pada otot, d. Menanyakan apakah ada gejala terjadi sebelum tanda karakteristik atau ruam muncul, e. Menanyakan apakah ada gejala berupa ingus yang sangat banyak dan bersin, f. Menanyakan apakah ada gejala berupa demam, toksemia, terdapat limfadenitis, dan mungkin ada paralisis otot pernafasan, 2. Pemeriksaan Klinis a. Dapat ditemukan adanya demam, b. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak kavum nasi sempit, terdapat sekret serous atau mukopurulen dan mukosa udem dan hiperemis, c. Pada rhinitis difteri tampak ada ingus yang bercampur darah, Membran keabu-abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian bawah, membrannya lengket dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan, 3. Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan 4. Diagnosa Rhinitis akut 5. Diagnosa Banding Perdarahan yang bukan berasal dari hidung tetapi darah mengalir keluar dari hidung seperti hemoptisis, varises oesofagus yang berdarah, perdarahan di basis cranii yang kemudian darah mengalir melalui sinus sphenoid ataupun tuba eustachius, 6. Terapi a. Istirahat yang cukup, b. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, c. Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan setelah kurang lebih 1 - 2 minggu, Karena itu umumnya terapi yang diberikan lebih bersifat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, dan nasal dekongestan disertai dengan istirahat yang cukup, Terapi khusus tidak diperlukan kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri, maka antibiotik perlu diberikan, d. Antipiretik dapat diberikan parasetamol, e. Dekongestan oral dapat mengurangi sekret hidung yang banyak, membuat pasien merasa lebih nyaman, seperti pseudoefedrin, fenilpropanolamin, atau fenilefrin, f. Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi bakteri, seperti amoxicillin, eritromisin, cefadroxil, g. Pada rhinitis difteri terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin sistemik, dan antitoksin difteri, 6. Diagram Al 7. 8. ir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Memberikan penjelasan pada pasien dan edukasi Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 9. Hal-hal yang 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 10. Unit terkait 1. Loket pendaftaran 2. Klinik Umum Terapi Petugas melakukan anamnesa Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Diagnosa Petugas memeriksa fisik pasien 3. Klinik Mtbs 4. Farmasi 11. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Rekam medis 12. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan PENANGANAN MYALGIA No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : SOP UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Suatu gejala yang disebabkan berbagai kelainan dan kondisi medis yang paling sering disebabkan oleh ketegangan (kontraksi otot) yang berlebihan 2. Tujuan Sebagai acuan untuk pedoman bagi petugas di ruang pemeriksaan umum dalam pelayanan tata laksana myalgia sesuai SOP, 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,edisi I, hal 169 5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai rekam medis 2. Petugas menanyakan anamnesa terkait keluhan pasien, didapatkan : lokasi/daerah nyeri, riwayat pemakaian otot/aktifitas berlebihan, riwayat aktivitas yang membuat otot kontraksi terus menerus dalam waktu yang singkat, dan riwayat aktifitas berulang 3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik apakah ada nyeri tekan 4. Petugas dapat melakukan permintaan pemeriksaan penunjang laboratorium atau konsultasi internal bila ada indikasi 5. Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan atau pemeriksaan laboratorium 6. Petugas memberikan terapi dan konseling : a. Terapi 1) Berikan obat anti nyeri sistemik : asetaminofen / Parasetamol atau golongan NSAID : ibuprofen, Natrium Diklopenak, Piroksikam, Asam mefenamat b. Konseling 1) Posisikan otot secara relaksasi, misalnya jika otot lengan yang nyeri, jangan mengangkat tangan melawan gravitasi 2) Mengistirahatkan otot yang sakit dan banyak minum air putih 7. Petugas mencatat di rekam medis pasienSS 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas melakukan anamnesa Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas dapat melakukan permintaan pemeriksaan penunjang laboratorium Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan atau pemeriksaan laboratorium 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait Petugas memberikan terapi dan konseling Petugas memberikan edukasi kepada pasien Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 7. Hal-hal yang Petugas memeriksa fisik pasien 1. Loket pendaftaran 2. Rekam Medis 3. Klinik Umum 4. Ruang Laboratorium 5. Farmasi 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Rekam medis 4. Blangko laboratorium 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan HERPES ZOSTER SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Herpes Zoster adalah infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus variselazoster, Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk penerapan langkah-langkah dalam melakukan diagnosa dan terapi Herpes Zoster sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, edisi I,hal 294; 5. Prosedur 1. Anamnesa a. Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi, b. Keluhan dapat disertai dengan gejala prodromal sistemik berupa demam, pusing, dan malaise c. Timbul gejala kulit kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan edema, 2. Pemeriksaan Klinis Sekelompok vesikel dengan dasar eritem yang terletak unilateral sepanjang distribusi saraf spinal atau kranial, Lesi bilateral jarang ditemui, namun seringkali, erupsi juga terjadi pada dermatom di dekatnya, 3 Pemeriksaan penunjang Bila diperlukan, pemeriksaan mikroskopis dengan menemukan sel Tzanck yaitu sel datia berinti banyak; meskipun pemeriksaan ini tidak spesifik, 4 Diagnosa a. Herpes zoster hemoragik b. Herpes zoster generalisata c. Herpes zoster oftalmikus d. Herpes zoster abortif 5 Diagnosa Banding a. Herpes simpleks b. Dermatitis venenata c. Pada saat nyeri prodromal: diagnosis dapat menyerupai migrain, nyeri pleuritik, infark miokard, atau apendisitis, 6. Terapi a. Terapi suportif dilakukan dengan menghindari gesekan kulit yang mengakibatkan pecahnya vesikel, pemberian nutrisi TKTP, dan istirahat dan mencegah kontak dengan orang lain, b. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi, Aspirin dihindari oleh karena dapat menyebabkan Reye’s syndrome, c. Topikal : I. Stadium vesikel : bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin agar vesikel tidak pecah, II. Apabila erosif, diberikan kompres terbuka, apabila terjadi ulserasi, dapat dipertimbangkan pemberian salep antibiotik, d. Pengobatan antivirus oral, antara lain dengan: I. Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal 800 mg), atau Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari dan efektif diberikan pada 24 jam pertama setelah timbul lesi, e. Memberikan Konseling dan Edukasi tentang: I. Edukasi tentang perjalanan penyakit Herpes Zoster, II. Edukasi bahwa lesi biasanya membaik dalam 2-3 minggu pada individu imunokompeten, III. f. Edukasi mengenai seringnya komplikasi neuralgia pasca-herpetik, Kriteria rujukan Pasien dirujuk apabila: I. Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari setelah terapi, II. Terjadi pada pasien bayi, anak dan geriatri (imunokompromais), III. Terjadi komplikasi, IV. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas memberikan edukasi kepada pasien Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose ] dan terapi direkam medic pasien Petugas melakukan anamnesa Terapi Diagnosa Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien 7. Hal-hal yang 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait 1. Klinik Umum 2. Klinik Mtbs 3. Klinik Kia 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Rekam medis 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan HERPES SIMPLEK TANPA KOMPLIKASI SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Herpes Simpleks Tanpa Komplikasi adalah erupsi vesikula pada kulit dan membrane mukosa yang disebabkan oleh virus herpes tanpa disertai kelainan yang lain; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk penerapan langkah-langkah dalam melakukan diagnosa dan terapi Herpes Simplek Tanpa Komplikasi sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer ,edisi I, hal 296; 5. Prosedur LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR: 1. Pengobatan lesi inisial / episode pertama yang diberikan dapat dibagi menjadi 3 bagian, a. Pengobatan profilaksis, yaitu meliputi penjelasan kepada pasien tentang penyakitnya, psikoterapi dan proteksi individual b. Pengobatan nonspesifik, yaitu pengobatan yang bersifat simtomatis c. Pengobatan spesifik, yaitu pengobatan berupa obat-obat antivirus terhadap virus herpes, 1) Semua pasien dengan episode pertama sebaiknya diobati dengan obat antivirus oral, Pengobatan yang diberikan secara dini dapat mengurang gejala sistemik dan mencegah perluasan lesi, 2) Obat antivirus yang samping itu ada 2 kini telah banyak macam yaitu valacyclovir danfamacyclovir, Efek dapat mengeradikasivirus, yang obat dipakai lagi obat antivirus ada adalah acyclovir, di hanya antivirus baru tersebut belum mengurangi viral shedding, memperpendek hari sakit dan memperpendek rekurensi 3) Pengobatan simtomatis dan antivirus berupa asiklovir 5 x 200 mg/hari /oral selama 7—10 hari atau 3 x 400 mg, Jika ada komplikasi berat dapat diberikan asiklovir intravena 3 x 5 mg/kgBB/hari selama 7—10 ban, 4) Pada keadaan imunokompeten resistensi terhadap asiklovir diperkirakan sekitar 3%, Pada penderita dengan frekuensi rekurensi yang tinggi dapat diberikan terapi asiklovir sebagai obat supresif kronis dalam dosis 400 mg dua kali sehari dan dapat menyembuhkan 50% dari lesinya, 2. Lesi Rekurens Jika lesi ringan : Simtomatis Jika lesi berat : Dapat diberikan acyclovir 5 x 200mg / hari per oral selama 5 hari atau 2 x 400mg / hari atau Valacyclovir 2 x 500mg/ hari atau Famcyclovir 2 x 125 – 250mg / hari, 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Lesi Rekurens Petugas memberikan edukasi kepada pasien 7. Hal-hal yang perlu Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas melakukan anamnesa Petugas memeriksa fisik pasien Pengobatan lesi inisial / episode Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 1. Identifikasi pasien 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait 1. Klinik Umum 2. UGD 3. Rawat Inap 4. Klinik KIA 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Rekam medis 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan DERMATITIS ATOPIK (TANPA RECALCITRANT) SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit berulang dan kronis dengan disertai gatal, Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak dan sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum serta riwayat atopi pada keluarga atau penderita; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk dokter dapat melakukan konseling dan edukasi kepada pasien dan keluarga dan memberikan terapi dengan baik sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, edisi I,hal 318; 5. Prosedur Penatalaksanaan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, yaitu: a. Menemukan faktor risiko b. Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian sepert wol atau bahan sintetik c. Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab d. Menjaga kebersihan bahan pakaian e. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan f. Membilas badan segera setelah selesai berenang untuk menghindari kontak klorin yang terlalu lama g. Menghindari stress psikis h. Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor i. Pada bayi, menjaga kebersihan di daerah popok, iritasi oleh kencing atau feses, dan hindari pemakaian bahan-bahan medicatedbaby oil Pemberian Obat Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan: a. Topikal (2x sehari),Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal, seperti: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonidkrim 0,025%) selama maksimal 2 minggu, b. Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim 0,1%), c. Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas, d. Oral sistemik 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Pemberian Obat Petugas memberikan edukasi kepada pasien 7. Hal-hal Penatalaksanaan Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 1. Identifikasi pasien yang perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait Petugas melakukan anamnesa 1. Loket Pendaftaran 2. Klinik Umum 3. UGD 4. Farmasi 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Rekam medis 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan BENDA ASING DITELINGA SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Meatus akustikus eksternus (MAE) merupakan salah satu bagian tubuh yang sering dimasuki benda asing, yang dapat berupa: 1. Benda asing reaktif, misal: batere, potongan besi, Benda asing reaktif berbahaya karena dapat bereaksi dengan epitel MAE dan menyebabkan edema serta obstruksi hingga menimbulkan infeksi sekunder, Ekstraksi harus segera dilakukan; 2. Benda asing non-reaktif (inert), Benda asing ini tidak bereaksi dengan epitel dan tetap ada di dalam MAE tanpa menimbulkan gejala hingga terjadi infeksi; 3. Benda asing serangga, yang dapat menyebabkan iritasi dan nyeri akibat pergerakannya; Kode ICD X : T16. Foreign body in ear 2. Tujuan Sebagai acuan untuk dokter agar dapat melakukan konseling dan edukasi kepada pasien dan keluarga serta memberikan terapi dengan baik sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer,edisi I,hal 149 - 150 5. Prosedur PENATALAKSANAAN 1. Non-medikamentosa: Ekstraksi benda asing a. Pada kasus benda asing yang baru, ekstraksi dilakukan dalam anestesi lokal, b. Pada kasus benda asing reaktif, pemberian cairan dihindari karena dapat mengakibatkan korosi, c. Pada kasus benda asing berupa serangga: 1) Dilakukan penetesan alkohol, obat anestesi lokal (Lidokain spray atau tetes), atau minyak mineral selama ± 10 menit untuk membuat serangga tidak bergerak dan melubrikasi dinding MAE, 2) Setelah serangga mati, serangga dipegang dan dikeluarkan dengan forceps aligator atau irigasi menggunakan air sesuai suhu tubuh, 2. Medikamentosa a. Tetes telinga antibiotik hanya diberikan bila telah dipastikan tidak ada ruptur membran timpani, b. Analgetik untuk mengurangi rasa nyeri KONSELING DAN EDUKASI Orang tua disarankan untuk menjaga lingkungan anak dari benda-benda yang berpotensi dimasukkan ke telinga atau hidung, KRITERIA RUJUKAN Bila benda asing tidak berhasil dikeluarkan, 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Medikamentosa Petugas memberikan edukasi kepada pasien 7. Hal-hal yang Petugas melakukan anamnesa Petugas memeriksa fisik pasien Penatalaksanaan Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien 1. Loket Pendaftaran 2. UGD 3. Rawat Inap 4. Farmasi 5. Klinik Umum 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Rekam medis 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan APENDISITIS AKUT SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Apendisitis akut adalah radang yang timbul secara mendadak pada appendik merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui,dan jika tidak ditangani segera dapat menyebabkan perforasi; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk pedoman penanganan penyakit appenditis akut sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer edisi I,hal 97; 5. Prosedur 1. Melakukan anamnesa Hasil anamnesa : Nyeri perut kanan bawah, mula-mula daerah epigastrium kemudian menjalar ke Mc Burney, Gejala Klinis: a. Muntah b. Anoreksia, nausea dan vomitus c. Disuria d. Obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, e. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi f. Variasi lokasi anatomi apendiks akan menjelaskan keluhan nyeri somatik yang beragam, 2. Melakukan pemeriksaan fisik Inspeksi Penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit Palpasi Terdapat nyeri tekan Mc,Burney Adanya rebound tenderness (nyeri lepas tekan) Adanya defens muscular, Rovsing sign positif Psoas sign positif Obturator Sign positif Perkusi Nyeri ketok (+) Auskultasi Peristaltik normal, peristaltik (-) pada illeus paralitik karena peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata, Rectal Toucher / Colok dubur Nyeri tekan pada jam 9-12 1. Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium darah perifer lengkap Pada pasien dengan apendisitis akut, 70-90% hasil laboratorium nilai leukosit dan neutrofil akan meningkat, walaupun bukan penanda utama, 5. Diagnosis Ditetapkan dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang 6. Rencana Penatalaksanaan Pasien yang telah terdiagnosisAppendisitis akut harus segera dirujuk ke layanan sekunder untuk dilakukan operasi cito Non-farmakologis a. Bed rest total posisi fowler (anti Trandelenburg) b. Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun melalui mulut, c. Penderita perlu cairan intravena untuk mengoreksi jika ada dehidrasi, d. Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung dan untuk mengurangi bahaya muntah pada waktu induksi anestesi, e. Anak memerlukan perawatan intensif sekurang-kurangnya 4-6 jam sebelum dilakukan pembedahan, 6. Tata Laksana Farmakologi a. Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah apendiktomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik, b. Penundaan apendektomi sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi, c. Antibiotik spektrum luas 8. Seluruh hasil pemeriksaan dan tindakan didokumentasikan dalam rekam medic 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Rencana Penatalaksanaan Tata Laksana Farmakologi Petugas melakukan anamnesa Diagnosis Petugas memberikan edukasi kepada pasien Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 7. Hal-hal 1. Identifikasi pasien yang perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait 1. Klinik Umum 2. UGD 3. Rawat Inap 4. Farmasi 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Rekam medis 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan OTITIS MEDIA AKUT SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk diagnosis dan penatalaksanaan sesuai tanda dan gejala dan mencegah komplikasi sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, edisi I,hal 145; 5. Prosedur 1 Anamnesis a. Keluhan Demam dan atau disertai batuk, pilek, lesi makopopuler hari ketiga sampai hari ke tujuh, b. Tanda dan Gejala Rasa nyeri di dalam telinga dan demam serta ada riwayat batuk pilek sebelumnya, Anak juga gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit waktu tidur, bila demam tinggi sering diikuti diare dan kejang-kejang, Kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit, Pada stadium supurasi pasien tampak sangat sakit, dan demam, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat, Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang, Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran dan rasa penuh dalam telinga, c. Faktor Risiko 1) Bayi dan anak 2) Infeksi saluran napas berulang 3) Bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusi d. Pemeriksaan fisik 1) Dapat ditemukan demam 2) Pemeriksaan dengan otoskopi untuk melihat membran timpani: a) Pada stadium oklusi tuba Eustachius terdapat gambaran retraksi membran timpani, warna membran timpani suram dengan reflex cahaya tidak terlihat, b) Pada stadium hiperemis membran timpani tampak hiperemis serta edema, c) Pada stadium supurasi membran timpani menonjol ke arah luar (bulging) berwarna kekuningan, d) Pada stadium perforasi terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar, e) Pada stadium resolusi bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali,Bila telah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering, e. Pada pemeriksaan penala yang dilakukan pada anak yang lebih besar dapat ditemukan tuli konduktif f. Pemeriksaan Penunjang 2. Penegakan Diagnosis Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, Otitis Media Akut: a. Stadium oklusi tuba Eustachius Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara, Membran timpani terlihat suram dengan refleks cahaya menghilang, Efusi mungkin telah terjadi, tapi tidak dapat dideteksi, Stadium ini sulit dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi, b. Stadium Hiperemis Tampak pembuluh darah melebar di membran timpani sehingga membran timpani tampak hiperemis serta edema, Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar dilihat, c. Stadium Supurasi Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani yang menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga luar, Pasien tampak sangat sakit, dan demam, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat, Bila tidak dilakukan insisi (miringotomi) pada stadium ini, kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan keluar nanah ke liang telinga luar, Dan bila ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) kadang tidak menutup kembali terutama pada anak usia lebih dari 12 tahun atau dewasa, d. Stadium Perforasi Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar, e. Stadium Resolusi 3. Diagnosis Banding a. Otitis media serosa akut b. Otitis eksterna 4. Komplikasi a. Otitis Media Supuratif Kronik b. Abses sub-periosteal c. Mastoiditis akut Penatalaksanaan 1. Asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh 2. Pemberian farmakoterapi dengani: a. Topikal 1) Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius, Obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% (atau oksimetazolin 0,025%) diberikan dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun dan HCl efedrin 1% (atau oksimetazolin 0,05%) dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur lebih dari 12 tahun atau dewasa, 2) Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 35 hari, dilanjutkan antibiotik adekuat yang tidak ototoksik seperti ofloxacin tetes telinga sampai 3 minggu, b. Oral sistemik 1) Dapat diberikan antihistamin bila ada tanda-tanda alergi, 2) Antipiretik seperti paracetamol sesuai dosis anak, 3) Antibiotik yang diberikan pada stadium oklusi dan hiperemis ialah penisilin atau eritromisin, selama 10-14 hari: a) Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau b) Amoksisilin: Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau c) Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari d) Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin, 4) Pada stadium supurasi dilakukan miringotomi (kasus rujukan) dan pemberian antibiotik, Antibiotik yang diberikan: a) Amoxyciline: Dewasa 3x500 mg/hari, Pada bayi/anak 50mg/kgBB/hari; atau b) Erythromycine: Dewasa/ anak sama dengan dosis amoxyciline;atau c) Cotrimoxazole: (kombinasi trimethroprim 80 mg dan sulfamethoxazole 400 mg tablet) untuk dewasa 2x2 tablet, anak (trimethroprim 40 mg dan sulfamethoxazole 200 mg) suspensi 2x5 ml, d) Jika kuman sudah resisten (infeksi berulang): kombinasi amoxyciline dan asam klavulanat, dewasa 3x625 mg/hari, Pada bayi/anak, dosis disesuaikan dengan BB dan usia, 5) Pada stadium supurasi dilakukan miringotomi (kasus rujukan) dan pemberian antibiotik, Antibiotik yang diberikan: a) Amoxyciline: Dewasa 3x500 mg/hari, Pada bayi/anak 50mg/kgBB/hari; atau b) Erythromycine: Dewasa/ anak sama dengan dosis amoxyciline;atau c) Cotrimoxazole: (kombinasi trimethroprim 80 mg dan sulfamethoxazole 400 mg tablet) untuk dewasa 2x2 tablet, anak (trimethroprim 40 mg dan sulfamethoxazole 200 mg) suspensi 2x5 ml, d) Jika kuman sudah resisten (infeksi berulang): kombinasi amoxyciline dan asam klavulanat, dewasa 3x625 mg/hari, Pada bayi/anak, dosis disesuaikan dengan BB dan usia, 6) Miringotomi (kasus rujukan) Indikasi miringotomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat, Miringotomi merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode OMA 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Diagnosis Banding Komplikasi Petugas melakukan anamnesa Penegakan Diagnosis Penatalaksanaan Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien Petugas memberikan edukasi kepada pasien Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 7. Hal-hal yang perlu 1. Identifikasi pasien 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait 1. Klinik Umum 2. Klinik Mtbs 3. farmasi 9. Dokumen 1. Buku register Terkait 2. Blangko resep 3. Rekam medis 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan MILIARIA SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat yang ditandai oleh adanya vesikel milier, Sinonim untuk penyakit ini adalah biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat; 2. Tujuan Sebagai acuan untuk kemudahan bagi praktisi kesehatan (Puskesmas) dalam penanganan/penatalaksanaan pertama pada miliaria sesuai SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, edisi I,hal 293; 5. Prosedur 1. Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan yang dirasakan adalah gatal yang disertai timbulnya vesikel, atau bintil terutama muncul saat berkeringat, pada lokasi predileksi, kecuali pada miliaria profunda, Faktor Risiko : a. Tinggal di lingkungan tropis, panas, kelembaban yang tinggi, b. Pemakaian baju terlalu ketat, 2. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik : Tanda Patognomonis Tergantung pada jenis miliaria, Pemeriksaan Penunjang : Umumnya tidak diperlukan, 3. Penegakan Diagnosis (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan cukup dengan gambaran klinis, Klasifikasi : a. Miliaria kristalina 1) Terdiri atas vesikel miliar (1-2 mm), sub korneal tanpa tanda inflamasi, mudah pecah dengan garukan, dan deskuamasi dalam beberapa hari, 2) Predileksi pada badan yang tertutup pakaian, 3) Gejala subjektif ringan dan tidak memerlukan pengobatan, Cukup dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat, b. Milaria rubra 1) Jenis tersering, vesikel miliar atau papulo vesikal di atas dasar eritematosa sekitar lubang keringat, tersebar diskret, 2) Tatalaksana cukup dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat, 3) Gejala subjektif gatal dan pedih pada di daerah predileksi, c. Miliaria profunda 1) Merupakan kelanjutan miliaria rubra, berbentuk papul putih keras berukuran 1-3 mm, mirip folikulitis, dapat disertai pustul, 2) d. Predileksi pada badan dan ekstremitas, Miliaria pustulosa Berasal dari miliaria rubra, dimana vesikelnya berubah menjadi pustul, 4. Diagnosis Banding a. Campak / morbili, b. Folikulitis, c. Varisela, d. Kandidiasis kutis, e. Erupsi obat morbiliformis, 5. Komplikasi Infeksi sekunder 6. Penegakan Diagnosis Diagnosis Ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaaan fisik 7. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan: Prinsip: mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan membuka retensi keringat, Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah: a. Melakukan modifikasi gaya hidup, yaitu: 1) Memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat, 2) Menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan 3) Menjaga kebersihan kulit 4) Mengusahakan ventilasi yang baik b. Memberikan farmakoterapi, seperti: 1) Topikal a) Bedak kocok: likuor faberi atau bedak kocok yang mengandung kalamin dan antipruritus lain (mentol dan kamfora) diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu, b) Lanolin topikal atau bedak salisil 2% dibubuhi mentol ¼-2 % sekaligus diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu, Terapi berfungsi sebagai antipruritus untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya miliaria profunda, 2) Sistemik (bila gatal dan bila diperlukan) a) Antihistamin sedatif: hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama 7 hari, atau b) Antihistamin non sedatif: loratadin 1x 10 mg per hari selama 7 hari, Pemeriksaan Penunjang Lanjutan : Pada umumnya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang, Konseling dan Edukasi : Edukasi dilakukan dengan memberitahukan keluarga agar dapat membantu pasien untuk: a. Menghindari kondisi hidrasi berlebihan atau membantu pasien untuk pakaian yang sesuai dengan kondisinya, b. Menjaga ventilasi udara di dalam rumah c. Menghindari banyak berkeringat, d. Memilih lingkungan yang lebih sejuk dan sirkulasi udara (ventilasi) cukup, e. Mandi air dingin dan memakai sabun, Kriteria rujukan : Tidak ada indikasi rujukan 8. Sarana dan Prasarana Lup 9. Prognosis Prognosis umumnya bonam, pasien dapat sembuh tanpa komplikasi, 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Diagnosis Banding Komplikasi Penegakan Diagnosis 7. Hal-hal yang perlu 1. Identifikasi pasien 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait 1. UGD 2. Klinik Umum 3. Klinik Kia 4. Klinik mtbs 9. Dokumen Terkait Rencana Penatalaksanaan Rekam medis Petugas melakukan anamnesa Penegakan Diagnosis Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien Petugas memberikan edukasi kepada pasien Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan ARTRITIS REMATOID SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Artritis Reumatoid merupakan Penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya, Kode ICD X : M53.3 Polymyalgia rheumatica 2. Tujuan 3. Kebijakan P Sebagai acuan untuk pedoman pengobatan pasien arthritis reumatoid sesuai SOP; Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Buku panduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan primer ,edisi I,hal 170 – 173 5. Prosedur Penatalaksanaan 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomer urut 2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register 3. Petugas memeriksa Tekanan darah, Nadi, Suhu , Berat badan, Tinggi badan 4. Petugas melakukan anamnesa,pemeriksaan fisik pasien, dengan melihat adanya tanda-tanda yang mengarah pada rheumatoid artitis 5. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan 6. Petugas memberikan edukasi mengenai penyakit rheumatoid artitis dan menjelaskan tentang rencana pengobatan : a. Pasien diberikan informasi untuk memproteksi sendi, terutama pada stadium akut dengan menggunakan decker, b. Pemberian obat anti inflamasi non-steroid, seperti: diklofenak 50-100 mg 2x/hari, meloksikam 7,5–15 mg/hari, celecoxib 200-400 mg/sehari, c. Pemberian golongan steroid, seperti: prednison atau metil prednisolon dosis rendah (sebagai bridging therapy), d. Fisioterapi, tatalaksana okupasi, bila perlu dapat diberikan ortosis, Kriteria rujukan 1. Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan steroid dosis rendah 2. RA dengan komplikasi, 3. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas 7. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit Farmasi 8. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa, diagnose dan rujukan ke dalam rekam medis pemeriksaan, 9. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk memasukan data dari rekam medis 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas memberikan pengobatan dan menbuat resep serta menberikan edukasi kepada pasien Petugas melakukan anamnesa Petugas menegakkan diagnose dan diferensial diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic, dan memberikan nya ke petugas simpus untuk di entry 7. Hal-hal 1. Identifikasi pasien yang perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait 1. Unit pelayanan umum 2. Farmasi 9. Dokumen Rekam medis Terkait Blanko resep Blanko rujukan 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan INFRAK MIOKARD SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Infark Miokard (IM) adalah perkembangan yang cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan yang kritis antara suplai oksigen dan kebutuhan miokardium, Ini biasanya merupakan hasil dari ruptur plak dengan trombus dalam pembuluh darah koroner, mengakibatkan kekurangan suplai darah ke miokardium, 2. Tujuan Sebagai acuan untuk menegakkan diagnose menentukan penatalaksanaan sesuai SOP, 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi 1. Permenkes RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi I 5. Prosedur Keluhan 1. Nyeri dada retrosternum seperti tertekan atau tertindih benda berat, 2. Nyeri menjalar ke dagu, leher, tangan, punggung, dan epigastrium, Penjalaran ke tangan kiri lebih sering terjadi, 3. Disertai gejala tambahan berupa sesak, mual muntah, nyeri epigastrium, keringat dingin, dan anxietas, Faktor Risiko Yang tidak dapat diubah: 1. Usia Risiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun (umumnya setelah menopause), 2. Jenis kelamin Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen endogen yang bersifat protektif pada perempuan, Hal ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setara dengan laki-laki pada wanita setelah masa menopause, 3. Riwayat keluarga Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami penyakit jantung koroner sebelum usia 70 tahun merupakan faktor risiko terjadinya PJK, Yang dapat diubah: 1. Mayor a. Peningkatan lipid serum b. Hipertensi c. Merokok d. Konsumsi alkohol e. Diabetes Melitus f. Diet tinggi lemak jenuh,kolesterol dan kalori 2. Minor a. Aktivitas fisik kurang b. Stress psikologik c. Tipe kepribadian Faktor Predisposisi: Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan tanda sering tidak membantu diagnosis a. Pasien biasanya terbaring dengan gelisah dan kelihatan pucat b. Hipertensi/hipotensi c. Dapat terdengar suara murmur dan gallop S3 d. Ronki basah disertai peningkatan vena jugularis dapat ditemukan pada AMI yang disertai edema paru e. Sering ditemukan aritmia Pemeriksaan Penunjang EKG: a. Pada STEMI, terdapat elevasi segmen ST diikuti dengan perubahan sampai inversi gelombang T, kemudian muncul peningkatan gelombang Q minimal di dua sadapan, b. Pada NSTEMI, EKG yang ditemukan dapat berupa depresi segmen ST dan inversi gelombang T, atau EKG yang normal, Laboratorium (dilakukan di layanan rujukan): Peningkatan kadar enzim atau isoenzim merupakan indikator spesifik infark miokard akut, yaitu kreatinin fosfokinase (CPK,CK), troponin T, dan isoenzim CPK MP atau CKMB, Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, Kriteria diagnosis pasti jika terdapat 2 dari 3 hal di bawah ini: a. Klinis : nyeri dada khas angina, b. EKG : ST elevasi atau ST depresi atau T inverted, c. Laboratorium : peningkatan enzim jantung, Klasifikasi a. STEMI b. NSTEMI Diagnosis Banding a. Angina pectoris prinzmetal b. Unstable angina pectoris c. Ansietas d. Diseksi aorta e. Dispepsia f. Miokarditis g. Pneumothoraks h. Emboli paru Komplikasi a. Aritmia letal b. Perluasan infark dan iskemia paska infark, disfungsi otot jantung, defek mekanik, ruptur miokard, Penatalaksanaan a. Tata Laksana: Segera rujuk setelah pemberian MONACO: M : Morfin, 2,5-5 mg IV O : Oksigen 2-4 L/m N : Nitrat, bisa diberikan nitrogliserin infus dengan dosis mulai dari 5mcg/m (titrasi) atau ISDN 5-10 mg sublingual maksimal 3 kali A : Aspirin, dosis awal 160-320 mg dilanjutkan dosis pemeliharaan 1 x 160 mg CO : Clopidogrel, dosis awal 300-600 mg, dilanjutkan dosis pemeliharaan 1 x 75 mg sDirujuk dengan terpasang line infus dan oksigen b. Modifikasi gaya hidup: Modifikasi gaya hidup dalam hal pola makan, olah raga/aktivitas fisik, menghentikan rokok, pengendalian stres, untuk menurunkan risiko predisposisi, c. Pengobatan Biomedis (dilakukan di layanan rujukan): 1. Antikoagulan: Heparin 20,000-40,000 U/24 jam IV tiap 4-6 jam 2. Streptokinase/trombolisis 3. PCI (Percutaneous coronary intervention) Pemeriksaan Penunjang Lanjutan (bila diperlukan): EKG serial Konseling dan Edukasi Edukasi untuk mengendalikan faktor risiko, teratur kontrol ke dokter untuk terapi lanjutan, Kriteria Rujukan Segera dirujuk setelah mendapatkan terapi MONACO ke layanan sekunder dengan spesialis jantung atau spesialis penyakit dalam 6. Diagram Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas melakukan anamnesa Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Alir Diagnosis Banding Diagnosis Petugas memberikan edukasi kepada pasien Penatalaksanaan Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 7. Hal-hal 1. Identifikasi pasien yang perlu 2. Anamnesa pasien diperhatika 3. Diagnosa pasien 8. Unit terkait 9. Dokumen Terkait UGD 1. Rekam medis 2. Blangko rujukan 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan GASTRITIS AKUT SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Gastritis adalah proses inflamasi/peradangan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan lain. Proses inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal; Kode ICD X : K29.7 Gastritis 2. Tujuan 3. Kebijakan Sebagai pedoman acuan untuk penegakan diagnosis Gastritis sesuai dengan SOP; Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, edisi I, hal 69 – 70 5. Prosedur Penatalaksanaan 10. Petugas memanggil pasien sesuai nomer urut 11. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register 12. Petugas memeriksa Tekanan darah, Nadi, Suhu , Berat badan, Tinggi badan 13. Petugas melakukan anamnesa,pemeriksaan fisik pasien, dengan melihat adanya tanda-tanda yang mengarah pada gastritis 14. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan 15. Petugas memberikan edukasi mengenai penyakit gastritis dan menjelaskan tentang rencana pengobatan 16. Petugas menuliskan resep untuk pengobatan Gastritis dapat diberikan : a. H2 blocker 2x/hari ( Ranitidine 150 mg/kali ) b. PPI 2x/hari ( Omeprazole 20 mg/kali ) c. Antasida dosis 3 x 500 – 1000 mg/hari 17. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi 18. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose, terapi, edukasi, rujukan yang telah dilakukan ke dalam rekam medis 19. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk di entry 6. Diagram alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas melakukan anamnesa Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memberikan Pengobatan dan menulis resep serta memberikan edukasi kepada pasien Petugas menegakkan diagnosa dan atau difernsial diagnosa berdasarikan hasil periksa Petugas memeriksa fisik pasien dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medis pasien dan dimasukan ke data simpus 7. Hal-hal yang 1. Identifikasi pasien perlu 2. Anamnesa pasien diperhatikan 3. Diagnosa pasien 8. Unit Terkait 1. Unit pelayanan Umum 2. Farmasi 3. Laboratorium 9. Dokumen 1. Rekam medis terkait 2. Blangko resep 3. Blangko rujukan 4. Blangko laboratorium 10. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan STATUS ASMATIKUS SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1.Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Asma akut berat ( Serangan asma atau asma eksaserbasi ) adalah episode perburukan gejala yang progresif dari sesak, batuki, mengi atau rasa berat di dada, atau kombinasi gejala tersebut Kode ICD X : J45.902 Unspecified asthma with status asthmaticus 2. Tujuan Sebagai pedoman acuan untuk penegakan diagnosis Status asmatikus sesuai dengan SOP; 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis; 4. Referensi Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, edisi I, hal 69 – 70 5. Prosedur Penatalaksanaan 1 Petugas memastikan pasien ditempatkan dalam posisi yang nyaman 2 Petugas melakukan identifikasi pasien 3 Petugas melakukan anamnesa, mengecek tanda vital, dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan Fisik, bila ditemukan tanda – tanda sesak nafas yang hebat, ada retraksi dinding dada, disertai bunyi mengi, dan batuk terus menerus maka segara dilakukan tindakan : A Pasang oksigen untuk mencapai saturasi O2 yang maksimal B Nebulisasi agonis beta – 2 kerja singkat C Kortikosteroid sistemik jika pasien tidak ada respon segera D Re-evaluasi setelah I jam # Jika respon membaik pasien di observasi # Jika respon memburuk kita rujuk ke fasilitas yang lebih baik 4 Petugas mengedukasi pasien supaya bisa mengenal tanda – tanda kalau serangan asma nya kambuh, dan memastikan harus mampu melakukan tindakan awal pengangan serangan asma nya dengan cara memastikan tersedianya obat – obat yang mampu menangani serangan asma bila terjadi kekambuhan yang mendadak 5 Petugas menuliskan resep untuk diserahkan ke farmasi apabila kondisi pasien mengalami perbaikan klinis ; Keluhan berkurang, frekuensi nafas kembali normal, mengi menghilang, nadi dan tekanan darah kembali normal, maka teripi beta – 2 agonis nya bias dilanjutkan, ditambah oabat2 an sesuai kebutuhan 6 Petugas mendokumentasikan hasil, anamnesa, pemeriksaan fisik dan diagnose atau rujukan ke dalam rekam medik 7 Petugas mendokumentasikan hasil rekam medic kedalam buku register dan memasukkannya ke dalam simpus 6. Diagram Alir Petugas memanggil pasien, dan mencatat identitas dibuku registrasi Petugas melakukan anamnesa Petugas dapat melakukan permintaan pemeriksaan penunjang laboratorium Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan atau pemeriksaan laboratorium Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi direkam medic pasien 7 Hal – hal yang 1 Identifikasi pasien harus 2 Anamnesa pasien diperhatikan 3 Diagnosa pasien 1 1 Unit Pelayanan umum Unit terkait 2 Farmasi 9 Dokumen 1 Rekam medic terkait 2 Blanko rujukan Petugas memeriksa tanda-tanda vital Sign pasien Petugas memeriksa fisik pasien Petugas memberikan terapi dan konseling Petugas memberikan edukasi kepada pasien 10, Rekam histori peubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tgl, mulai diberlakukan SOP UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1.Pengertian 1. Tujuan 2. Kebijakan 3. Referensi 4. Prosedur No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 SOP UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1.Pengertian 1. Tujuan 2. Kebijakan 3. Referensi 4. Prosedur No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 SOP UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1.Pengertian 1. Tujuan 2. Kebijakan 3. Referensi 4. Prosedur No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 SOP UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1.Pengertian 1. Tujuan 2. Kebijakan 3. Referensi 4. Prosedur No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 SOP UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1.Pengertian 1. Tujuan 2. Kebijakan 3. Referensi 4. Prosedur No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 SOP UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1.Pengertian 1. Tujuan 2. Kebijakan 3. Referensi 4. Prosedur No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 PELAYANAN MEDIS SOP No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPT PUSKESMAS SUKARESIK 1. Pengertian Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Pelayanan Medis adalah proses pengkajian pasien dilakukan oleh tenaga yang kompeten dan sesuai dengan standar profesi meliputi : 1. Pemeriksaan tanda-tanda vital adalah pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, danrespirasi rat; 2. Anamnesa Penyakit adalah wawancara terhadap pasien atau keluarganya tentang penyakit / keluhan, lamanya sakit dan pengobatan yang sudah didapatkan; 3. Pemeriksaan Fisik adalah pemeriksaan mencakup : a. Inspeksi : Keadaan umum pasien secara visual. b. Palpasi :Pemeriksaan raba(perabaanbenjolan,konsistensi hepar/lien). c. Perkusi : Pemeriksaan ketuk (batas jantung,paru,hepar,asites). d. Auskultasi : Periksa dengan menggunakan stetoskop. 4. Pemeriksaan Penunjang adalah pemeriksaan yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit yaitu Laboratorium, EKG, USG. 5. Penegakkan diagnosa adalah menetapkan jenis penyakit yang diderita oleh pasien berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh dokter atau oleh paramedik apabila dokter tidak ada sesuai dengan pelimpahan wewenang. 6. Rujukan Internal adalah rujukan yang ditujukan atau berasal dari sub unit lain dalam lingkungan Puskesmas meliputi klinik PHBS, KIA, KB, Gigi, Ruang Tindakan, Kesling, Gizi, KBM. 7. Rujukan Eksternal adalah rujukan ke fasilitas kesehatan di luar Puskesmas. 8. Resep adalah perintah tertulis tentang cara pemberian obat, dapat berupa resep internal yang hanya dapat dilayani di sub unit farmasi UPT Puskesmas Sukaratu dan resep luar yang dapat di tebus di apotek atau pelayanan farmasi di luar sub unit farmasi UPT Puskesmas Sukaratu. 2.Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien di Klinik Umum UPT Puskesmas Sukaratu. 3.Kebijakan Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaratu Nomor : SK/……/SKR/I/2018 Tentang Pelayanan Klinis; 4.Referensi Prosedur Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 75 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat; 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut. 2. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan rekam medis, jika ada ketidaksesuaian data petugas mengkonfirmasikan dengan sub unit pendaftaran. 3. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah dan mengukur berat badan dan dicatat dalam buku rekam medis. 4. Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik. 5. Bila memerlukan pemeriksaan penunjang pasien dikirim ke penunjang diagnostik (Laborat, Rontgen). 6. Petugas menegakkan diagnosa, bila perlu tindakan medis petugas/ dokter melakukan tindakan medis dan menulis tarif tindakan di kwitansi, bila perlu rujukan membuat surat rujukan. 7. Bila pasien memerlukan obat, petugas memberikan resep dan dicatat d i Rekam Medik. 8. Petugas melakukan pencatatan di buku register. 9. Petugas menyerahkan resep kepada pasien dan dipersilahkan ke ruang obat. 10. Pada akhir pelayanan petugas mengembalikan Rekam Medik ke bagian pendaftaran. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut Bila memerlukan pemeriksaan penunjang pasien dikirim ke penunjang diagnostik (Laboratorium) Petugas menegakkan diagnosa, bila perlu tindakan medis petugas/ dokter melakukan Pada akhir pelayanan petugas mengembalikan Rekam Medik ke bagian pendaftaran 7.Hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Tekanan Darah 2. Respirasi 3. Nadi 4. Suhu 8.Unit Terkait 1. Pendaftaran 2. Klinik Umum Petugas mencocokkan identitas pasien dengan Rekam Medis, jika ada ketidak sesuaian data Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik petugas mengkonfirmasikan dengan sub unit pendaftaran Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah dan mengukur berat badan dan dicatat dalam buku Rekam Medis tindakan medis dan menulis tarif tindakan di kwitansi, bila perlu rujukan membuat surat rujukan Petugas menyerahkan resep kepada pasien dan dipersilahkan ke ruang obat Bila pasien memerlukan obat, petugas memberikan resep dan dicatat di Rekam Medik Petugas melakukan pencatatan di buku register 3. Klinik Mtbs 4. Klinik Gigi 5. Klinik Konseling 6. Klinik KIA-KB 7. Klinik Farmasi 8. Rawat Inap 9. Poned 10. Laboratorium 9. Dokumen Rekam Medik Terkait 10.Rekaman Historis Perubahan No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai diberlakukan PELAYANAN MEDIS No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018 No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : SOP UPT PUSKESMAS SUKARESIK Asep Hermawan, SKM, M.Si NIP. 19631206 198602 1 001 Langkah Kegiatan Ya 1 Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut 2 Apakah Petugas mencocokkan identitas pasien dengan Rekam Medis, jika ada ketidak sesuaian data petugas mengkonfirmasikan dengan sub unit pendaftaran 3 Apakah Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah dan mengukur berat badan dan dicatat dalam buku Rekam Medis 4 Apakah Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik 5 Apakah Bila memerlukan pemeriksaan penunjang pasien dikirim ke penunjang diagnostik (Laborat, Rontgen) 6 Apakah Petugas tindakan menegakkan medis diagnosa, petugas/ dokter bila perlu melakukan tindakan medis dan menulis tarif tindakan di kwitansi, bila perlu rujukan membuat surat rujukan 7 Apakah Bila pasien memerlukan obat, petugas memberikan resep dan dicatat di Rekam Medik 8 Apakah Petugas melakukan pencatatan di buku register Tidak Tidak Berlaku 9 Apakah Petugas menyerahkan resep kepada pasien dan dipersilahkan ke ruang obat 10 Apakah Pada akhir pelayanan petugas mengembalikan Rekam Medik ke bagian pendaftaran CR : …………………………%. Bantarujeg,…………………….. Pelaksana / Auditor .................................