Uploaded by nurmaauliamargana

SOP JIWA

advertisement
DETEKSI DINI 2 MENIT GANGGUAN JIWA
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Metode 2 menit dirancang sebagai alat untuk membantu pelayanan kesehatan. (tidak
khusus untuk kesehatan jiwa saja) yang digunakan untuk menentukan prevalensi
gangguan jiwa di Puskesmas.
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk petugas menegakkan diagnosis dan melakukan Deteksi dini
pada penderita gangguan jiwa
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Artikel penelitian penggunaan metode 2 menit ( Team Diklat Rumah Sakit JIwa
Provinsi Lampung )
5. Prosedur
1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut, dan mencocokan data pasien
2. Petugas melakukan anamnesa (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit ).
3. Petugas melakukan pemerikasaan tanda vital yang diperlukan.
4. Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit kepada pasien yang dicurigai
mengalami keluhan psikosomatis dan dicurigai potensi mengarah kepada
gangguan jiwa.
Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa di Puskesmas :
F20 Skizofrenia
F23 Psikotik akut
F32 Depresif
F40 Ganggua Neurotik : F41.1 Gangguan ansietas menyeluruh
F41.2 Gangguan campuran ansietas dan depresi
F70 Retardasi Mental
F80 – 90 Gangguan Kesehatan jiwa dan anak remaja
G40 Epilepsi
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang bila diperlukan
6. Petugas menegakkan diagnose dan atau differential diagnosis berasarkan hasil
anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
bila diperlukan
7. Petugas memberikan terapi pengobatan berrdasarkan hasil deteksi 2 menit, atau
melakukan rujukan ke
puskesmas
Rumah sakit untuk kasus yang tidak bias ditangani di
Jenis obat
Dosis
Keterangan
Klorpromazin
Sediaan 100 mg, bisa ,
Obat anti psikotik
(CPZ)
diberikan 200 – 800 mg/hari
tetapt
menyebabkan
efek sedasi dan
hipotensi
ortosstatik
Halloperidol
Sediaan 2 mg, bias diberikan Obat antipsikotik
2 – 20 mg/hari
dan memiliki
dampak
ektrapiramidal
Risperidon
Sedian 1 – 2 mg, bias
Antipsikotik
diberikan 2 – 3 kali/hari
generasi baru,
efek sampuing
minimal
Klozapin
Sediaan 300 – 900 dibagi 2 –
Antipsikotik
3 kali/ hari
generasi
baru,efek
samping nya bias
sedasi, hipotensi
ortostatik
Amitriptilin
Sediaan 50 – 300 mg
Antidepresaan ,
hsrus hati-hati
bila digunakan
pada penderita
hipertensi, dan
lansia
Diazepam
Sediaan 2 5 mg, bias
Anti ansietas
diberikan 4 – 40 mg/hari
Alprazolam
Sediaan 1 mg, bias diberikan
0,75 – 4 mg/hari
Antiansietas
8. Petugas memasukkan data hasil pemeriksaan fisik dan
diagnosa kedalam rekam medis
9. Petugas memasukkan hasil rekam medis kedalam
buku
register
6. Diagram
Alir
Memanggil
pasien sesuai
No Urut
Petugas menegakan
diagnose dan atau
diferisial diagnose
berdasarkan hasil
pemeriksaan
Petugas memberikan
pengobatan, sambil
mengedukasi pasien,
atau merujuk pasien
ke layanan yang
lebih tinggi
Petugas menulis
identitas pasien
dibuku register
Rujuk ke Lab jika
di perlukan untuk
pemeriksaan widal
dan darah rutin
Petugas
melakukan
anamnesa
Pemeriksaan
vital sign dan
melakukan
pemeriksaan
deteksi 2 menit
Petugas mendokumentasikan
hasil anamnesa, pemeriksaan,
diagnosa dan terapi atau
rujukan ke rekam medis
Petugas mendokumentasikan
hasil pemeriksaan, diagnose
dan terapi yang sudah tercatat
buku register dan ke data
simpus
7. Unit terkait
1. Unit Pelayanan umum
2. Farmasi.
8. Dokumen
Terkait
1. Rekam medic.
2. Blangko Laboratorium.
3. Blangko resep.
4. Blanko rujukan
9. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
DETEKSI DINI 2 MENIT GANGGUAN JIWA
DAFTAR
TILIK
No.Dokumen
:
No Revisi
: 00
/SOP/UKP/I/2018
Tanggal Terbit :
Halaman
:1/2
UPT
Asep Hermawan,SKM,M.Si
PUSKESMAS
NIP.196312061986011001
SUKARESIK
NAMA UNIT
: ................................................................................
NAMA PETUGAS
: .................................................................................
TANGGAL PELAKSANAAN
: ................................................................................
No.
Langkah Kegiatan
Ya
Tidak
Tidak
Berlaku
1.
Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut, dan
mencocokan data pasien ?
2.
Apakah Petugas melakukan anamnesa (keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit ) ?
3.
Apakah Petugas melakukan pemerikasaan
tanda vital yang
diperlukan ?
4.
Apakah Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit
kepada pasien yang dicurigai mengalami keluhan psikosomatis
dan dicurigai potensi mengarah kepada gangguan jiwa.
Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa di Puskesmas :
F20 Skizofrenia
F23 Psikotik akut
F32 Depresif
F40 Ganggua Neurotik :
F41.1 Gangguan ansietas
menmyeluruh
F41.2
Gangguan
campuran
ansietas dan depresi
F70 Retardasi Mental
F80 – 90 Gangguan Kesehatan jiwa dan anak remaja
G40 Epilepsi ?
5.
Apakah Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
bila
diperlukan ?
6
Apakah Petugas menegakkan diagnose dan atau differential
diagnosis berasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan vital sign,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan?
7
Apakah Petugas memberikan terapi pengobatan berrdasarkan
hasil deteksi 2 menit, atau melakukan rujukan ke Rumah sakit
untuk kasus yang tidak bias ditangani di puskesmas ?
8
Apakah Petugas memasukkan data hasil pemeriksaan fisik dan
diagnosa kedalam rekam medis ?
9
Apakah Petugas memasukkan hasil rekam medis kedalam
buku register ?
CR = ...............................................................%
Tasikmalaya, ………....……2019
Pelaksana/Auditor
(……………….........................)
GANGGUAN PSIKOTIK
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan atau hendaya berat dalam
menilai realita, berupa sindroma ( kumpulan gejala ), antara lain dimanifestikan
dengan adanya halusinasi dan waham
No ICD X : F20 Chonic Psychotic Disorder
2. Tujuan
Sebagi acuan untuk petugas menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan
gangguan psikotik sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,Edisi I,Hal
234 - 236
5. Prosedur
1
Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut, dan mencocokan data pasien
2
Petugas melakukan anamnesa (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu )
3
Petugas melakukan pemerikasaan tanda vital yang diperlukan.
4
Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit kepada pasien yang
dicurigai mengalami keluhan mengarah kepada gangguan psikotik, ditandai
dengan adanya keluhan :

Sulit berpikir/berkonsentrasi

Tidak dapat tidur, tidak mau makan

Perasaan gelisah, tidak dapat tenang, ketakutan

Bicara kacau dan tidak dapat dimengerti

Mendengar suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain
(halusinasi)

Adanya pikiran aneh yang tidak sesuai realita ( waham )

Marah tanpa sebab yang jelas, kecurigaan yang berat, perilaku kacau,
perilaku kekerasan

5
Menarik diri dari lingkungannya dan tidak merawat diri dengan baik
Petugas menegakkan diagnosa gangguan psikotik dan memberikan terapi
seuai diagnose, atau membuat rujukan jika kasus gangguan psikotik nya
berat
6
Petugas memberikan konseling terhadap keluarga dan pasien
7
Petugas memberikan terapi sesuai diagnose gangguan psikotik
Jenis obat
Dosis
Keterangan
Klorpromazin
Sediaan 100 mg, bisa ,
Obat anti psikotik
(CPZ)
diberikan 200 – 800 mg/hari
tetapt
menyebabkan
efek sedasi dan
hipotensi
ortosstatik
Halloperidol
Sediaan 2 mg, bias diberikan Obat antipsikotik
2 – 20 mg/hari
dan memiliki
dampak
ektrapiramidal
Risperidon
Sedian 1 – 2 mg, bias
Antipsikotik
diberikan 2 – 3 kali/hari
generasi baru,
efek sampuing
minimal
Klozapin
Sediaan 300 – 900 dibagi 2 –
Antipsikotik
3 kali/ hari
generasi
baru,efek
samping nya bias
sedasi, hipotensi
ortostatik
8
Petugas menuliskan resep untuk mengambil obat ke ruang farmasi
9
Petugas mencatat semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan Psikhis,
diagnose, dan terapi ke dalam rekam medis dan memasukkannya kedalam
sintem simpus
6
Diagram
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Alir
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
melakukan
pemeriksaan fisik
dan melakukan
deteksi dini 2 menit
Bila ada indikasi
petugas
memberikan
rujukan ke
pelayanan
kesehatan yang
lebih tinggi
Petugas
menegakkan
diagnose dan
differential
diagnosis
berdasarkan hasil
ananamnesa
Petugas
memberikan resep
kepada pasien
untuk di serahkan
sub unit farmasi
7
8
Unit
1. Unit Pemeriksaan umum
terkait
2. Unit Farmasi
Dokumen
1. Rekam medis
Terkait
2. Blangko resep
Petugas
mendokumentasikan hasil
pemeriksaan, diagnose dan
terapi yang sudah tercatat
dalam medis ke data simpus
3. Blangko rujukan
9
Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
GANGGUAN PSIKOTIK
DAFTAR
TILIK
No.Dokumen
:
No Revisi
: 00
/SOP/UKP/I/2018
Tanggal Terbit :
Halaman
:1/2
UPT
Asep Hermawan,SKM,M.Si
PUSKESMAS
NIP.196312061986011001
SUKARESIK
NAMA UNIT
: ................................................................................
NAMA PETUGAS
: .................................................................................
TANGGAL PELAKSANAAN
: ................................................................................
No.
Langkah Kegiatan
Ya Tidak
Tidak
Berlaku
1.
Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut, dan mencocokan
data pasien ?
2.
Apakah Petugas melakukan anamnesa (keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu ) ?
3.
Apakah Petugas melakukan pemerikasaan tanda vital yang diperlukan?
4.
ApakahPetugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit kepada pasien
yang dicurigai mengalami keluhan mengarah kepada gangguan psikotik,
ditandai dengan adanya keluhan :

Sulit berpikir/berkonsentrasi

Tidak dapat tidur, tidak mau makan

Perasaan gelisah, tidak dapat tenang, ketakutan

Bicara kacau dan tidak dapat dimengerti

Mendengar suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain
(halusinasi)

Adanya pikiran aneh yang tidak sesuai realita ( waham )

Marah tanpa sebab yang jelas, kecurigaan yang berat, perilaku
kacau, perilaku kekerasan

5.
Menarik diri dari lingkungannya dan tidak merawat diri dengan baik
Apakah
Petugas
menegakkan
diagnosa
gangguan
psikotik
dan
memberikan terapi seuai diagnose, atau membuat rujukan jika kasus
gangguan psikotik nya berat ?
6
Apakah Petugas memberikan konseling terhadap keluarga dan pasien ?
7
Apakah Petugas memberikan terapi sesuai diagnose gangguan psikotik ?
Jenis obat
Dosis
Keterangan
Klorpromazin
Sediaan 100 mg, bisa ,
Obat anti psikotik
(CPZ)
diberikan 200 – 800 mg/hari
tetapt
menyebabkan
efek sedasi dan
hipotensi
ortosstatik
Halloperidol
Sediaan 2 mg, bias diberikan Obat antipsikotik
2 – 20 mg/hari
dan memiliki
dampak
ektrapiramidal
Risperidon
Sedian 1 – 2 mg, bias
Antipsikotik
diberikan 2 – 3 kali/hari
generasi baru,
efek sampuing
minimal
Klozapin
Sediaan 300 – 900 dibagi 2 –
Antipsikotik
3 kali/ hari
generasi
baru,efek
samping nya bias
sedasi, hipotensi
ortostatik
8
Apakah Petugas menuliskan resep untuk mengambil obat ke ruang
farmasi ?
9
Apakah Petugas mencatat semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan
Psikhis, diagnose, dan terapi ke dalam rekam medis dan memasukkannya
kedalam sintem simpus ?
CR = ...............................................................%
Tasikmalaya, ………....……2019
Pelaksana/Auditor
(……………….........................)
GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN
DEPRESI
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Gangguan yang ditandai oleh adanya gejala-gejala anxietas ( Kecemasan) dan depresi
bersama-sama, dan masing-masing gejala tidak menunjukkan rangkainan gejala yang
cukup berat untuk dapat ditegakkannya suatu diagnose tersendiri. Untuk gejala
anxietas, beberapa gejala autonomik harus ditemukan, walaupun tidak terus –
menerus, disamping rasa cemas atau khawatir berlebihan
No ICD X : F41.2 Mixed Anxiety and Depression Disorder
2. Tujuan
Sebagai acuan petugas untuk melakukan diagnosis dan penanatalaksanaan gangguan
campuran anxietas dan depresi sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4.
Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,Edisi I,
Hal 231 - 233;
5. Prosedur
1
Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut, dan mencocokan data pasien
2
Petugas melakukan anamnesa (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu )
3
Petugas melakukan pemerikasaan tanda vital yang diperlukan.
4
Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit kepada pasien yang dicurigai
mengalami keluhan
mengarah kepada gangguan campuran anxietas dan
depresi, ditandai dengan adanya keluhan :

Berkeringat, gelisah,gangguan tidur, mudah lelah,jantung berdebar,
gangguan lambung, diare, atau bahkan sakit kepala yang disertai
dengan cemas/khawatir berlebihan
5

Minat yang menurun, merasa sedih, murung, nafsu makan berkurang

Biasanya terdapat stressor dalam kehidupan
Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit kepada pasien yang dicurigai
mengalami keluhan
mengarah kepada gangguan campuran anxietas dan
depresi, ditandai dengan adanya keluhan :

Berkeringat, gelisah,gangguan tidur, mudah lelah,jantung berdebar,
gangguan lambung, diare, atau bahkan sakit kepala yang disertai
dengan cemas/khawatir berlebihan

Minat yang menurun, merasa sedih, murung, nafsu makan berkurang

Biasanya terdapat stressor dalam kehidupan
6
Petugas memberikan konseling terhadap keluarga dan pasien
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas menegakan dignosa dan diffisential
diagnosis berdasarkan hasil anamnesa ,
pemeriksaan tanda vital
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien untuk
istrirahat di
tempat tidur
Jika ada indikasi
bahaya melakukan
rujukan pelayanan
kesehatan yang
lebih tinggi
Petugas mendokumentasikan hasil
pemeriksaan, diagnose dan terapi
yang sudah tercatat dalam rekam
medis ke data simpus
7. Hal-hal
yang perlu
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
melakukan
pemeriksaan
fisik
Petugas memberikan
resep kepada pasien
untuk di serahkan ke
sub unit farmasi
Petugas
mendokumentasikan
semua hasil anamnesa,
pemeriksaan, diagnose
dan terapi, rujukan ke
rekam medis
1. Identifikasi pasien.
2. Anamnesa pasien.
diperhatikan 3. Diagnosa pasien.
8. Unit terkait
1. Unit Pemeriksaan umum
2. Unit Farmas
9. Dokumen
1. Rekam medis.
Terkait
2. Blangko resep.
3. Blangko rujukan.
Rekaman Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN
DEPRESI
DAFTAR
TILIK
No.Dokumen
:
No Revisi
: 00
/SOP/UKP/I/2018
Tanggal Terbit :
Halaman
:1/2
UPT
Asep Hermawan,SKM,M.Si
PUSKESMAS
NIP.196312061986011001
SUKARESIK
NAMA UNIT
: ................................................................................
NAMA PETUGAS
: .................................................................................
TANGGAL PELAKSANAAN
: ................................................................................
No.
Langkah Kegiatan
Ya
Tidak
Tidak
Berlaku
1.
Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut, dan
mencocokan data pasien ?
2.
Apakah Petugas melakukan anamnesa (keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu ) ?
3.
Apakah Petugas melakukan pemerikasaan
tanda vital yang
diperlukan ?
4.
Apakah Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit
kepada pasien yang dicurigai mengalami keluhan mengarah
kepada gangguan campuran anxietas dan depresi, ditandai
dengan adanya keluhan :

Berkeringat, gelisah,gangguan tidur, mudah lelah,jantung
berdebar, gangguan lambung, diare, atau bahkan sakit
kepala yang disertai dengan cemas/khawatir berlebihan

Minat yang menurun, merasa sedih, murung, nafsu makan
berkurang

5.
Biasanya terdapat stressor dalam kehidupan ?
Apakah Petugas melakukan pemeriksaan deteksi 2 menit
kepada pasien yang dicurigai mengalami keluhan mengarah
kepada gangguan campuran anxietas dan depresi, ditandai
dengan adanya keluhan :

Berkeringat, gelisah,gangguan tidur, mudah lelah,jantung
berdebar, gangguan lambung, diare, atau bahkan sakit
kepala yang disertai dengan cemas/khawatir berlebihan

Minat yang menurun, merasa sedih, murung, nafsu
makan berkurang

6
Biasanya terdapat stressor dalam kehidupan
Apakah Petugas memberikan konseling terhadap keluarga dan
pasien ?
CR = ...............................................................%
Tasikmalaya, ………....……2019
Pelaksana/Auditor
(……………….........................)
PEMBEBASAN PASUNG PASIEN JIWA
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Pemasungan adalah suatu tindakan yang menggunakan cara pengikatan atau
pengisolasian. Pengikatan merupakan suatu metode manual yang menggunakan
materi atau alat mekanik yang dipasang atau ditempelkan pada tubuh dan membuat
tidak dapat bergerak dengan mudah atau yang membatasi kebebasan dalam
menggerakan tangan, kaki atau kepala. Pengisolasian merupakan tindakan
mengurung sendirian tanpa persetujuan atau dengan paksa dalam suatu ruangan
atau area yang secara fisik membatasi untuk keluar atau meninggalkan ruangan /
area tersebut.
2. Tujuan
Sebagai acuan petugas untuk melakukan penatalaksanaan pembebasan pasung
paisen jiwa sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang jenis – jenis layanan klinis
4. Referensi
1.SK Permenkes No 75 tentang Pelayanan Kesehatan masyarakat
2.Depkes RI Kesehatan Jiwa Masyarakat Tahun 2014
5. Prosedur
1. Petugas menemukan kasus pasien jiwa yang dipasung
2. Petugas melakukan pendekatan ke perangkat desa dan atau tokoh masyarakat
setempat sehingga mereka ikut bantu meyakinkan keluarga untuk melepaskan
pasien jiwa yang dipasung
3. Petugas melakukan identifikasi pemasungan ( Tali, rantai, balok kayu, isolasi )
4. Petugas menggali informasi tentang riwayat, penyebab pasien jiwa di pasung
5. Petugas melakukan pemeriksaan keadaan klinis pasien pasung dengan
menggunakan panduan pemeriksaan pasien gangguan jiwa.
6. Petugas menegakkan diagnosis utama gangguan jiwa beserta komorbid dan
komplikasi yang terjadi
7. Petugas menyususn langkah-langkah prioritas yang akan dilakukan dari aspek
fisik dan jiwanya lalu menginformasikan hal tersebut kepada keluarga terkait
langkah-langkah yang akan dilakukan
8. Petugas melakukan kerjasama dengan dokter spesialis yang ditentukan oleh
Dinas kesehatan Kabupaten Tasikmalaya untuk tahapan penatalaksaan terapi
pengobatan.
Bila
kondisi
tidak
memungkinkan
maka
petugas
akan
mengevakuasi paien pasung untuk dirawat di RS Jiwa
9. Petugas menyiapkan keluarga pasien terkait pendampingan dan administrasi
ke RS Jiwa apabila pasien jiwa akan dirawat
10. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi yang
sudah diberikan , dan memasukkannya ke dalam data penderita gangguan jiwa
di puskesmas sukaresik yang akan dilaporkan setiap bulannya ke Dinas
kesehatan kabupaten Tasikmalaya
6. Diagram
Petugas menemukan
kasus pasien jiwa
dengan pasung
Alir
Petugas memberikan
terapi bila pasien
tidak dirujuk,dan bila
dirujuk kita
menyiapkan
pendampingan
keluarga untuk
merujuk
Kerjasama lintas
sector dengan
kecamatan,
perangkat desa,
polsek terdekat
Petugas melakukan
konsultasi dengan dokter
spesialis yg ditunjuk oleh
Dinas Kab.Tasik dalam
menentukan terapi atau
pasien harus di rujuk
Petugas (dokter
puskesmas)
melakukan
pemeriksaan fisik
yang di perlukan
Petugas mendokumentasikan
hasil pemeriksaan, diagnose dan
terapi atau rujukan ke data
puskesmas
Evakuasi pasien yang
pasung bila kita
merujuk ke RS Jiwa
7. Unit terkait
Petugas menggali
riwayat penyebab
pasien di pasung
1. Unit Pemeriksaan Umum
2. Unit Farmasi
8. Dokumen
Terkait
1. Blangko Resep
2. Blangko rujukan
9. Rekaman
Histori
Perubahn
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
PEMBEBASAN PASUNG PASIEN JIWA
DAFTAR
TILIK
No.Dokumen
:
/SOP/UKP/I/2018
No Revisi
: 00
Tanggal Terbit :
Halaman
:1/2
UPT
Asep Hermawan,SKM,M.Si
PUSKESMAS
NIP.196312061986011001
SUKARESIK
NAMA UNIT
: ................................................................................
NAMA PETUGAS
: .................................................................................
TANGGAL PELAKSANAAN
: ................................................................................
No.
Langkah Kegiatan
Ya
Tidak
Tidak
Berlaku
1.
Apakah
Petugas
menemukan
kasus
pasien
jiwa
yang
dipasung?
2.
Apakah Petugas melakukan pendekatan ke perangkat desa dan
atau tokoh masyarakat setempat sehingga mereka ikut bantu
meyakinkan keluarga untuk melepaskan pasien jiwa yang
dipasung ?
3.
Apakah Petugas melakukan identifikasi pemasungan ( Tali,
rantai, balok kayu, isolasi ) ?
4.
Apakah Petugas menggali informasi tentang riwayat, penyebab
pasien jiwa di pasung ?
5.
Apakah Petugas melakukan pemeriksaan keadaan klinis pasien
pasung dengan menggunakan panduan pemeriksaan pasien
gangguan jiwa ?
6
Apakah Petugas menegakkan diagnosis utama gangguan jiwa
beserta komorbid dan komplikasi yang terjadi ?
7
Apakah Petugas menyususn langkah-langkah prioritas yang
akan
dilakukan
dari
aspek
fisik
dan
jiwanya
lalu
menginformasikan hal tersebut kepada keluarga terkait langkahlangkah yang akan dilakukan ?
8
Apakah Petugas melakukan kerjasama dengan dokter spesialis
yang ditentukan oleh Dinas kesehatan Kabupaten Tasikmalaya
untuk tahapan penatalaksaan terapi pengobatan. Bila kondisi
tidak memungkinkan maka petugas akan mengevakuasi paien
pasung untuk dirawat di RS Jiwa ?
9
Apakah
Petugas
menyiapkan
keluarga
pasien
terkait
pendampingan dan administrasi ke RS Jiwa apabila pasien jiwa
akan dirawat ?
CR = ...............................................................%
Tasikmalaya, ………....……2019
Pelaksana/Auditor
(……………….........................)
COMMON COLD
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
1. Pengertian
Peradangan hidung yang berlangsung akut (>12 minggu);
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk penerapan langkah – langkah untuk pengobatan Commod cold;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Permenkes RI no 5 tahun 2014 tentang panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan primer;
5. Prosedur
1. Pasien datang dengan membawa rekam medis,
2. Pemeriksaan fisik :
a. Dapat ditemukan adanya demam
b. Terdapat secret serous atau mukupurulen dan mukosa udem
c. Hiperemis
d. Pada rhinitis difteri tampak ada ingus yang bercampur darah
e. Membran keabu-abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian
bawah,
3. Penatalaksanaan
a. Istirahat yang cukup
b. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat
c. Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan
setelah kurang lebih 1-2 minggu,
d. Antipiretik dapat diberikan parasetamol
e. Dekongestan oral dapat mengurangi secret hidung yang banyak
f. Mencatat di register pasien rawat jalan
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Penatalaksana
Petugas
memeriksa fisik
pasien
Pemberian
Resep
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Pasien membawa rekam
medis
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose
dan terapi direkam medic
pasien
7. Hal-hal yang
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
1. Klinik Umum
2. Klinik Mtbs
3. Farmasi
9. Dokumen
1. Rekam medis
Terkait
2. Blangko resep
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
COMMON COLD
DAFTAR
TILIK
No.Dokumen
:
No Revisi
: 00
/SOP/UKP/I/2018
Tanggal Terbit :
Halaman
:1/2
UPT
Asep Hermawan,SKM,M.Si
PUSKESMAS
NIP.196312061986011001
SUKARESIK
NAMA UNIT
: ................................................................................
NAMA PETUGAS
: .................................................................................
TANGGAL PELAKSANAAN
: ................................................................................
No.
Langkah Kegiatan
Ya
Tidak
Tidak
Berlaku
1.
Apakah Pasien datang dengan membawa rekam medis ?
2.
Apakah Pemeriksaan fisik :
a. Dapat ditemukan adanya demam
b. Terdapat secret serous atau mukupurulen dan mukosa
udem
c. Hiperemis
d. Pada rhinitis difteri tampak ada ingus yang bercampur
darah
e. Membran keabu-abuan tampak menutup konka inferior
dan kavum nasi bagian bawah ?
3
Apakah Penatalaksanaan
a. Istirahat yang cukup
b. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat
c. Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri
secara spontan setelah kurang lebih 1-2 minggu,
d. Antipiretik dapat diberikan parasetamol
e. Dekongestan oral dapat mengurangi secret hidung yang
banyak
f.
Mencatat di register pasien rawat jalan
CR = ...............................................................%
Tasikmalaya, ………....……2019
Pelaksana/Auditor
(……………….........................)
INFEKSI SALURAN KEMIH
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Infeksi saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di kandung kemih,
yang umumnya steril, Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi urin,
termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih yang tidak hanya mengenai kandung
kemih;sering terjadi pada perempuan dan yang tersering sistitis akut, sistitis kronik,
dan urethritis.
Kode ICD X : N39.0 Urinary tract infection
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk pedoman pengobatan isk (Infeksi saluran kemih sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan Praktik Klinis
bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,
Edisi I, Hal 380- 381;
5. Prosedur
1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
2. Petugas menulis identitas pasien dibuku register
3. Petugas melakukan anamnesa
4. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien
5. Petugas memeriksa fisik pasien, penekanan diatas supra simpisis
6. Petugas melakukan pemeriksaan ketuk pinggang
7. Apabila ada indikasi pemeriksaan laboratorium, petugas menjelaskan ke pasien
bahwa perlu dilakukan pemeriksaan lab
8. Petugas mengisi blangko permintaan pemeriksaan lab
9. Petugas mempersilahkan pasien ke laboratorium
10. Petugas menerima hasil pemeriksaan dari laboratorium
11. Petugas menegaskan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan dan hasil
laboratorium
12. Petugas menulis resep berupa
a. Anti biotika
: Cotrimoksazol 2x1
b. Anal getik
: Paracetamol 3x1, antalgin 3x1
c. Anti inflamasi : Deksametrason 3x1
d. Diuret
13. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi
14. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose,
terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis
15. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk di entry
16. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi yang sudah
tercatat dalam rekam medis ke data simpus
6. agram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas mengisi
blangko permintaan
pemeriksaan lab
Petugas
melakukan
anamnesa
Apabila ada indikasi
pemeriksaan
laboratorium, petugas
menjelaskan ke pasien
bahwa perlu dilakukan
pemeriksaan lab
Petugas
mempersilahkan
pasien ke
laboratorium
Petugas simpus
mendokumentasikan
hasil pemeriksaan,
diagnosa, dan terapi,
rujukan ke data simpus
S
7. Hal-hal
Petugas
mendokumentasi
kan semua hasil
anamsea,
pemeriksaan,
diagnose, terapi,
rujukan ke dalam
rekan medis
1. Identifikasi pasien
yang perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
Petugas menegaskan
diagnose dan atau
difernsial dignosa
berdasarkan hasil
pemeriksaan dan hasil
laboratorium
1. Unit Pelayanan Umum
2. Unit KIA dan KB
3. Farmasi
4. Laboratorium
9. Dokumen
1. Rekam Medis
Terkait
2. Blangko resep
3. Blangko laboratorium Blangko rujukan
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
memeriksa fisik
pasien
Petugas
memberikan
pengobatan
dan edukasi
kepada pasien
Petugas menulis resep
kepda pasien untuk
diserahkan ke farmasi
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
KONJUNGTIVITIS
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva mata yang disebabkan oleh
mikroorganisme ( bakter atau Virus )I iritasi atau alergi sehingga mudah menular;
Kode ICD X : H10.9 Conjunctivitis, unspecified
H10.1 Acute atopic conjungtivitis
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk petugas dapat memahami dan memberikan pengobatan yang
tepat pada pasien konjungtivitis bakteri sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer,Edisi I, Hal
118- 120;
5. Prosedur /
langkahlangkah
1.
2.
3.
4.
Petugas memanggil pasien sesuai nomer urut
Petugas mencatat identitas pasien pada buku register
Petugas memeriksa Tanda Vital, Berat badan, Tinggi badan
Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, melihat adanya tanda-tanda infeksi
pada mata yang sakit
5. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan
6. Petugas mengistruksaikan pasien untuk tidak mengucek-ngucek mata dan rajin
mencuci tangan untuk mencegah penularan
7. Petugas menulis resep untuk pengobatan konjungtivitis dapat diberikan
a. Antibiotik tetes mata atau salp seperti gentamisin, kloramfenikol sebanyak
1 – 6 tts selama 3 hari
b. Analgetik seperti antalgin, parasetamol, asam mefenamid
c. Antihistamine seperti CTM
8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi
9. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose,
terapi, edukasi, rujukan yang telah dilakukan ke dalam rekam medis
10. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk di entry
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas memberikan
pengobatan, sambil
memberikan edukasi
Petugas menulis
resep untuk
diberikan pada unit
farmasi
7. Unit terkait
8. Dokumen
Terkait
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas
menegakkan
diagnose dan atau
diferensial
diagnose
berdasarkan hasil
pemeriksaan
Petugas
mendokumentasikan
semua hasil
anamnesa,
pemeriksaan,
diagnose dan terapi
ke rekam medik
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Melakukan
pemeriksaan fisik
Petugas
memasukkan data
rekam medis ke
simpus
1. Unit Pelayanan umum
2. Unit MTBS
3. Farmasi
1. Rekam medis
2. Blangko resep
3. Buku register MTBS
9. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
ASMA BRONKIAL
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel
inflamasi sehingga mengakibatkan hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat,
penyempitan jalan napas, dan gejala pernapasan (mengi dan sesak);
Kode ICD X : J45 Astma
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk petugas dapat memahami dan memberikan pengobatan yang
tepat pada pasien asma brinkial sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer
Edisi
I,Hal 251-254;
5. Prosedur
1. Petugas memangil pasien sesuai no urut
2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register
3. Petugas melakukan pemeriksaan Tekanan Darah, Nadi, Suhu
4. Petugas mengukur Berat Badan dan Tinggi Badan
5. Petugas menenyakan keluhan utama pasien, apa terdapat bunyi mengi (
wheezing), bunyi ngik-ngik, batuk berdahak , terutama terjadi pada malam har,
dan tersa sesak napas atau persaan dada seperti tertekan
6. Petugas menanyakan perjalanan penyakit , factor – factor yang menentukan
keluhan, riwayat penyakit keluarga dan riwayat alergi
7. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, apakah terdapat bunyi wheezing
dengan atau tanpa menggunakan stetoskop
8. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan
9. Petugas menginstruksikan pasien untuk istirahat dan faktor-faktor pencetus asma
seperti kelelahan, udara dingin, sress serta menghindari alergen-alergen seperti
debu, asap roko, makan seafood, dll
10. Petugas menulis resep untuk pengobatan asma ringan
a. Bronkodilator (melebarkan penyempitan jalan napas)
Agonis β 2 : Salbutamol : Dosis dewasa 3-4 x 4 mg/hari
: Dosis Anak 3-4 x 1-2 mg/hari
Aminofilin
: Dosis dewasa 3 x 100-200 mg/hari maks 500mg
b. Anti inflamasi (juga sebagai pencegahan)
Kartikosteroid : Dexamethasone 3 x 0,5 mg/hari
11. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi
12. Petugas memdakumentasikan semua hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose,
terapi atau rujukan pada rekam medis
13. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk memasukan hasil
pencatatan yang terdapat dalam rekam medis ke data simpus
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Menginstruksikan
pasien untuk istirahat
dan menghindari
pencentus
Petugas
melakukan
anamnesa
Menegakan diagnose
berdasarkan hasil
pemeriksaan
Pada asma
sedang dan berat,
pasien dirujuk
untuk inap
Menulis resep
untuk pengobatan
simptomatis
Petugas
mendokumentasikan hasil
pemeriksaan ke data
simpus
7. Hal-hal
Melakukan
pemeriksaan fisik
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien dan resep
untuk ke farmasi
Petugas menulis
hasil anamnesa
pemeriksaan dan
diagnose ke
Rekam Medis
1. Identifikasi pasien
yang perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
1. Unit Pelayana Umum
2. Ruang tindakan
3. Farmasi
9. Dokumen
1. Rekam medis
Terkait
2. Blangko resep
3. Blangko Rujukan
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
SKABIES
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
1. Pengertian
1. Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap sarcoptes scabiedan produknya
2. Factor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene buruk,
sering berganti pasangan seksual, dan perkembangan demografis serta ekologik;
Kode ICD X : B86 Scabies
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk petugas dapat memahami dan memberikan pengobatan yang
tepat pada pasien scabies sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan Praktik klinis bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,Edisi I, hal
302-304;
5. Prosedur
1. Petugas memangil pasien sesuai no urut
2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register
3. Petugas melakukan pemeriksaan Tekanan darah, Nadi,Suhu,BB, TB
4. Petugas melakukan anamnesa pada pasien dengan menanyakan keluhan khas
scabies seperti gatal terutama malam hari, adakah orang lain yang melakukan hal
yang sama seperti pasien dalam satu rumah
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, adakah terdapat terowongan pada
tepat-tempat yang gatal, terutama terowongan berukuran 1cm, pada ujung
terowongan terdapat papul atau vesikel, Tepat peridileksi biasanya di sela-sela
jari tangan, pegelangan tangan, siku luar, lipat ketiak, lipatan bokong, kemaluan
dan perut bagian bawah
6. Petugas menegakan diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan
7. Petugas menuliskan resep untuk mengobati scabies :
Obat salep :
Sulfur
: Salep 24, digunakan menimal 3 hari
Untuk mengatasi gatal : CTM 3x1 tablet
Apabila gejala berat dan terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik
amoksilin 3x250-500 mg/hari
8. Petugas mengedukasi pasien agar menjaga kebersihan, mencuci bersih pakaian
dengan air panas, menjemur kasur dan agar seluruh anggota keluarga diobati
9. Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam medik
pasien
10. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan , diagnosis,, dan terapi yang
sudah tercatat dalam rekam medis ke data simpus
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas
menentukan
jenis
pengobatan,
dan edukasi
Petugas memberikan
resep ke pasien dan
mempersilahkan
pasien mengambil
obat di apotik
7. Hal-hal
Petugas
melakukan
anamnese
Petugas
menegakkan
diagnose dan atau
diferisial diagnose
berdasakan hasil
pemeriksaan
Petugas Menulis
hasi anamnesa,
pemeriksaan dan
diagnose ke rekam
medic
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Melakukan
pemeriksaan fisik
dan vital sign
Petugas
memasukkan
data rekam
medis ke simpus
1. Identifikasi pasien
yang perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatika
3. Diagnosa pasien
n
8. Unit terkait
1. Unit Pelayanan Umum
2. Unit MTBS
3. Farmasi
9. Dokumen
Terkait
1. Rekam medis
2. Blangko Resep
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
HIPERTENSI ESEENSIAL
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah ≥ 90 mmHg;
Kode ICD X : I10 Essential ( primary) hypertension
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk petugas dapat menegakan diagnose hipertensi dan melakukan
pengobatan dan penyuluhan untuk pencegahan hipertensi sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer, Edisi I,
hal 162-165;
5. Prosedur
1. Petugas memanggil pasien sesuai nomer urut
2. Petugas menulis identitas pasien di buku register
3. Petugas melakukan pemeriksaan Tekanan Darah, nadi,TB dan BB
4. Petugas melakukan ananamnesa pada pasien apakah pasien mengeluhkan nyeri
kepala, mudah emosi, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sulit tidur, mata
berkunang-kunang dan pusing
5. Petugas menanyakan apakah pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi
senelumnya, apakah sedang mengkonsumsi obat anti hipertensi, bila ada jenis
obat anti hipertensi apa yang sedang digunakan
6. Petugas menegakkan diagnose berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan
fisik, yaitu
Klasifikasi
Sistolik (mmHg)
Diastolic (mmHg)
Normal
<120 mmHg
< 80 mmHg
Pre-Hipertensi
120 – 139 mmHg
80 – 89 mmHg
Hipertensi stage - 1
140 – 159 mmHg
80 – 99 mmHg
Hipertensi tingkat - 2
≥ 160 mmHg
≥ 100 mmHg
7. Petugas menulis resep
Obat hipertensi dimulai dengan dois kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
respon penurunan tekanan darah, dapat diberikan sampai dosis hampir maksimal
Pemberian obat anti hipertensi bersamaan dengan pengaturan diit dan latihan
jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian obat tunggal atau kombinasi
a. Captopril 12,5 mg/ 25mg
b. Amilodipin 10 mg
c. HCT 1x25 mg sesuai dengan indikasi dan klasifikasi hipertensi
8. Petugas mempersilahkan pasien mengambil obat di apotik
9. Petugas menulis hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose dan terapi di rekaman
medik pasien
10. Petugas menulis hasil diagnose, terapi di buku register dan memasukkan data ke
simpus
6. Diagram
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Alir
Petugas
menentukan
terapi, dan
edukasi
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas menegakan
diagnose dan atau
diferensial diagnose
berdasarkan hasil
pemeriksaan
Petugas menulis
resep untuk
diberikan pada
unit farmasi
7. Hal-hal
Melakukan
pemeriksaan fisiki
Menulis hasil
pemeriksaan dalam
buku register dan
memasukkan nya
ke simpus
1. Identifikasi pasien
yang perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
Petugas
mendokumentasik
an semua hasil
anamnesa,
pemeriksaan,
diagnose dan
terapi kerekam
medik
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
1. Unit Pelayanan Umum
2. Farmasi
9. Dokumen
1. Rekam medis
Terkait
2. Buku register
3. Blangko resep
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
ANEMIA DEFISIENSI BESI
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Anemia adalah suatu kedaan dimana kadar hemoglobin (Hb),hematokrit (Ht),
eritrosit dibawah batas normal sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah cukup ke jaringan perifer;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk petugas agar dapat memahami dan memberikan pengobatan
yang tepat pada pasien Anemia sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer,Edisi
I,hal 52-53;
5. Prosedur
1. Petugas memangil pasien sesuai no urut
2. Petugas melakukan anamnesa pada pasien
3. Petugas menanyakan pada pasien apakah pasien sering lemah, sakit kepala
, cepat lelah, lesu, jantung berdebar –debar , sering terlihat pucat, atau
adakah perdarahan dalam waktu
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, meliputi pemeriksaan tekanan
darah, kelopak mata, bibir, telapak tangan dan kaki pucat
5. Petugas membuat permintaan pemeriksaan Hb ke laboratorium
6. Petugas menyerahkan surat permintaan kepada pasien untuk selanjutnya
pasien ke laboratorium
7. Petugas menerima hasil laboratorium
8. Petugas
membaca
hasil
laboratorium
dan
menegakkan
diagnose
berdasarkan hasil laboratorium
9. Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose, dan terapi pada rekam medic
pasien
10. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Pasien ke
laboratorium untuk
pemeriksaan HB
Menerima hasil
laboratorium dari
pasien
Menulis
diagnose ke
buku register
rawat jalan
7. Hal-hal
Membuat rujukan
pasien untuk
pemeriksaan HB
Membaca hasil
laboratorium,
petugas menegakan
diagnose
berdasarkan hasil
laboratorium
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
Melakukan
pemeriksaan fisik
meliputi, tekanan
darah, kelopak mata,
bibir, telapak tangan,
dan kaki
Menyerahkan
resep kepada
pasien
Menulis hasil
pemeriksaan fisik,
laboratorium, diagnose
dan terapi ke dalam
rekam medis pasien
1. Identifikasi pasien
yang perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
1. Klinis Umum
2. Klinik Mtbs
3. Rawat inap
4. Klinik Kia/KB
5. Laboratorium
6. Farmasi
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Blangko laboratorium
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
DERMATITIS KONTAK ALERGIK
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Dermatitis kontak alergika adalah reaksi peradangan kulit immunologi karena reaksi
hipersensitivitas, allergen biasanya bahan kimia dengan berat molekul kurang dari
500 – 1000 Da.dan dipengaruhi oleh sensitisasi allergen, derajat pajanan dan
luasnya penentrasi kulit.
Kode ICD X : L23 allergic contact dermatitis
2. Tujuan
Sebagai acuan petugas untuk dapat memahami dan memberikan pengobatan yang
tepat pada pasien dermatitis alergika sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan Praktik klinis bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,Edisi I,
hal 325 – 326;
5. Prosedur
1. Petugas memanggil pasien sesuai nomer urut
2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register
3. Petugas melakukan pemeriksaan Tekanan darah, Nadi, BB dan TB
4. Petugas melakukan anamnesa pada pasien
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
6. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan
7. Petugas menyarankan pasien untuk menghentikan kontak dengan bahan
penyebab atau lergen
8. Pada kasus ringan, petugas memberikan anti histamine, topical kortikosteroid
a. CTM 4mg 3x ¼ - ½ tab sehari untuk BB >10kg
b. CTM 4 mg 3x 1 tab atau Loratadine 1 x 10 mg untuk pasien dewasa
c. Hidrocortison krim 1%
9. Pada kasus akut dan berat petugas memberikan anti histamine, topical
kortikosteroid, dan kortikosteroid
a. CTM 4mg 3x ¼ ½ tab sehari untuk BB >10kg
b. CTM 4 mg 3x 1 tab untuk pasien dewasa
c. Dexamethasone 0, 5 mg 3x 1 tablet untuk pasien dewasa
d. Prednisone 3x ½ tablet untuk pasien anak
10. Bila terjadi infeksi sekunder (bengak, merah, nanah)
Petugas memberikan tambahan antibiotik
Amoksilin 3x500 mg/hari untuk pasien dewasa
Amoksilin 3x250 mg/hari untuk pasien anak
11. Petugas menulis hasil anamnesa, pemeriksaaan, diagnose dan terapi pada
rekam medic pasien
12. Petugas menyerahkan resep ke pasien
13. Petugas mendokumentasikan semua hasil anmanesa, pemeriksaan, diagnose
dan terapi ke dalam rekam medik dan mengentry nya ke simpus
6. Diagram
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Alir
Petugas
menyarankan pasien
untuk menghentikan
kontak dengan bahan
penyebab atau
lergen
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas
menegakan
diagnose
berdasarkan
hasil
pemeriksaan
Petugas menulis
hasil anamnesa,
pemeriksaaan,
diagnose dan
terapi pada rekam
medic pasien
Bila terjadi infeksi
sekunder petugas
memberikan obat
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
memeriksa fisik
pasien
Petugas
menyerahkan
resep ke pasien
Petugas mendokumentasikan hasil
anamnesa, pemeriksaan, diagnose, terapi ke
rekam medic, dan memasukkan ke buku
register dan simpus
7. Hal-hal
1. Identifikasi pasien
yang perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
1.
Unit Pelayanan Umum
2.
Unit MTBS
3.
Farmasi
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Rekam medis
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
ANGINA PEKTORIS
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas,
yaitu seperti rasa ditekan atau terberat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri,
Nyeri dada tersebut biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas dan segera hilang
bila aktivitas dihentikan;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk petugas dapat menegakan diagnose angina pectoris dan
melakukan pengobatan angina pectoris sesuai SOP,
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,Edisi I, hal
152;
5. Prosedur
1. Petugas memanggil pasien( kl keadaan pasien baik)
2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register
3. Petugas melakukan anamnesa pada pasien
4. Petugas menanyakan apakah nyeri disertai keringat dingin, mual, muntah, sesak
dan pucat
5. Petugas menanyakan riwayat terdahulu (DM, hioertensi, riwayat penyakit jantung,
di lipidemi, konsumsi alcohol dan merokok
6. Petugas memeriksa keadaan umum, kesadaran dan tanda vital (nadi, suhu, dan
frekuensi pernapasan)
7. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki
8. Petugas melakukan pemeriksaan pada jantung apakah terdapat derap atrial atau
ventrikel dan umur sistolik di daerah jantung, petugas memeriksa denyut jantung
apakah meningkat, menurun atau dalam batas normal, Petugas melakukan
perkusi jantung untuk menentukan ada tidaknya pembesaran jantung
9. Petugas melakukan pemeriksaan pada ekstrmitas bahwa ada piiting oedem atau
tidak
10. Petugas membuat permintaan pemeriksaan EKG, dan laboratorium darah rutin,
kolestrol, trigliserid dan gula darah
11. Petugas mengisi formulir permintaan EKG, laboratorium
12. Petugas menyerahkan surat permintaan kepada petugas EKG, laboraturium
13. Petugas menerima hasil EKG, laboratorium , Pada gambaran EKG apa
ditemukan adanya ST depresi, ST elevasi, T inverted atau tanda-tanda
infrakmiokad lama, Pada laboratorium temukan factor-faktor penyebab
14. Petugas menegakan diagnose angina pectoris yang didapat dari gejala,
pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium
15. Petugas menerangkan pada pasien bahwa pasien perlu dirawat di tempat yang
memadai
16. Petugas memberikan informad consent untuk tindakan medis yang akan
dilakukan kepada pasien dan ditanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien
17. Petugas memberikan terapi untuk pengobatan angina pectori :
a. Terapi farmkologi
I.
Nirat dikombinasikan dengan β-blocker atau Calcium Chanel Blocker
(CCB) non dihidropiridin yang tidak meningkatkan heart rate (diltiazcm)
a) Nitrat 10 mg sublingual dapat dilanjutkan denga 10 mg peroral
II.
Oksigenasi dimulai 2L/menit
b. Terapi non farmakologi
Modifikasi gaya hidup : mengontrol emosi, mengurangi kerja yang berat
dimana membutuhkan banyak oksigenn dalam aktivitasnya
Melakukan pola hidup sehat seperti mengurangi konsumsi makanan
berlemak, menghentikan konsumsi rokok dan alcohol, menjaga berat badan,
mengatur pola makanan, dan melakukan olahraga ringan secara teratur
18. Petugas memberikan penjelasan mengenai rencana terapi pada keluarga pasien,
petugas mengedukasi keluarga pasien bahwa angina pectoris umum nya
prognosis baik jika dilakukan dini dan tepat,Kl tidak perubahan pasien di rujuk ke
rs yang lebih lengkap alat-alatnya,
19. Petugas menulis hasil pemeriksaaan, diagnose dan terapi pada rekam medic
pasien
20. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Menegakan diagnose
berdasarkan hasil
pemeriksaan
Memberikan tatalaksana
pada pasien sesuai hasil
pemeriksaan
Menulis diagnose
pasien ke buku
registrasi
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Melakukan vital sign
dan pemeriksaan fisik
Menulis hasil anamnesa
pemeriksaan dan
diagnose kerekam medic
Petugas memberikan
edukasi kepada pasien
7. Hal-hal yang
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
1. Rawat inap
2. UGD
3. Laboratorium
4. Farmasi
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Blangko rujukan
4. Blangko laboratorium
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
STROKE / INFRAK CEREBRAL
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Stroke adalah deficit neurologis yang terjadi mendadak, lebih dari 24 jam dan
disebabkan oleh factor vaskuler;
Stroke dibedakan menjadi dua :
a. Stroke hemmoragik, biasanya disertai dengan sakit kepala, muntah, penurunan
kesadaran, tekanan darah tinggi
b. Stroke hemoragik, biasanya tidak disertai sakit kepa hebat, muntah, penurunan
kesadaran, dan tekanan darah tinggi;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk petugas dapat menegakan diagnosis stroke dan melakukan
pengobatan stroke sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayan kesehatan primer, Edisi I, hal
207- 210;
5. Prosedur
1. Petugas memanggil pasien (kl keadaan pasien baik)
2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register
3. Petugas melakukan anamnesa pada pasien
4. Petugas menanyakan keluhan utama pada pasien/ keluarga pasien apakah ada
kelumpuhan anggota gerak satu sisi (Hemiparesis), gangguan sensorik satu sisi
tubuh, hemianopsi (buta mendadak), penglihatan ganda (diplopia), vertigo,
susah berbicara (afasia), sulit menelan (disfagia), pelo (disartria), ataksia,
kejang atau penurunan kesadaran
5. Petugas menanyakan pada pasien/keluarga pasien apakah pernah mepunyai
riwayat stroke sebelumnya, riwayat hipertensi, riwayat DM, riwayat dislipedemia,
kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol
6. Petugas melakukan cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan pada pasien
7. Petugas melakukan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran dan tanda vital
(nadi, suhu, dan frekuensi pernapasan)
8. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dari kepala samapi ujung kaki
9. Petugas melakukan pemeriksaan neurologis
a. Kesadaran
: Kualitatif dan kuantitatif (GCS)
b. Tanda ransang miningeal
: Kaku kuduk, lasseque, kernig, brudzinsky
c. Sarafkranialis
: Saraf I-XII
d. Motorik
: Kekuatan, tonusm, reflek fisiologis, dan reflek
petologis
e. Sensorik
f.
Pemeriksaan fungsi luhur
g. Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan pemeriksaan
reflex batang otak meliputi reflex kornea, reflex pupil terhadap cahaya,
reflex okulosefalik, reflexrespirasi
10. Petugas mencuci tangan setelah melakukan pemeriksaan pasien
11. Petugas menegakan diagnose stroke yang didapat dari anamnesa dan
permeriksaan fisik
12. Petugas memberikan informed consent untuk tindakan medis yang akan
dilakukan kepada pasien dan ditanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien
13. Petugas memberikan terapi untuk pengobatan stroke
a. Stabilitasi pasien dengan tindakan ABCD
b. Penimbangan intubasi jika kesadaran stupor, koma, atau gagal nafas
c. Pasang jalur infuse IV dengan larutan RL, dengan kecepatan 20 ml/jam
(jangan menggunakan cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% dalam salin
dan SALIN 0,45% karena dapat memperberat cedera otak)
d. Berikan O2 : 2-4 liter/ menit vis nasal canul
e. Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut
f.
Untuk stroke hemoragik :
1) Menurunkan tekanan darah untuk mecegah peredaran ulang pada
orang yang dasarnya normal tensi diturunkan sampai sistolik 160
mmHg, Pada orang dengan hipertensi sedikit lebih tinggi
2) Tekanan dalam rongga tengkorak diturunkan dengan cara meninggikan
posisi kepala 15-30-@ sejajar dengan bahu
g. Persiapkan pasien untuk dirujuk setelah kondisi lebih stabil
14. Petugas memberikan penjelasan mengenai rencana terapi kepada keluarga
pasien, Petugas memberikan penjelasan bahwa pasien memerlukan pelayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf sehingga setelah
pasien dalam keadaan stabil, pasien akan dirujuk kepelayanan kesehatan
sekunder
15. Petugas menulis hasil pemeriksaaan, diagnose dan terapi pada rekam medic
pasien dan rujukan
16. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas merujuk
pasien seterlah ke
pelayanan kesehatan
sekunder setelah
pasien stabil
Petugas
melakukan
anamnesa
Pemeriksaan vital
sign dan
pemeriksaan
fisik
Petugas
memberikan
tatalaksana sesuai
hasil pemeriksaan
Petugas
mendiagnosis
pasien sesuai
anamnesa dan
pemeriksaan fisik
Menulis hasil
pemeriksaan
fisik, diagnose
dan terapi
kedalam rekam
medic
7. Hal-hal yang
Menulis diagnose
ke buku
pendaftaran IGD
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
1. Rawat inap
2. Laboratorium
3. UGD
4.
Farmasi
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Blangko rujukan
4. Blangko laboratorium
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
DISENTRI
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Disentri adalah penyakit infeksi yang menyerang mukosa usus terutama usu besar
yang disebab kan oleh bakteri ataupun amuba
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk petugas dapat memahami dan memberikan pengobatan
disentri sesuai SOP,
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer, Edisi I,
hal 85 – 86
5. Prosedur
1. Petugas memanggil pasien sesuai nomer urut
2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register
3. Petugas melakukan anamnesa, bab berapa kali sehari pada pasien
4. Petugas menanyakan perut terasa panas dan melilit
5. Petugas menanyakan pasien mengalami demam
6. Petugas mengukur tanda vital pasien meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan
freksuensi pernapasan
7. Petugas memeriksa fisik pasien (tekan perut bagian bawah)
8. Apabila diperlukan petugas membuat rujukan untuk pemeriksaan Laboratorium
9. Petugas menerima hasil pemeriksaan laboratorium
10. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan laboratorium
11. Petugas menulis resep
a. Antibiotic
I. Cotrimoxasole 2 x 480 mg
II. Amoxilin 4 x 500 mg
III. Tetrasiklin 4 x 500 mg
b. Antipiretik
Paracetamol 4 x 500 mg
c. Papaverin 3 x 1 tablet
12. Petugas memberikan KIE tentang pola hidup bersih dan sehat
13. Petugas menuliskan hasil anamnesa, pemeriksaa vital sign, pemeriksaa fisik,
pemeriksaan laboratorium, diagnose dan terapi di RM
14. Petugas menulis hasil pemeriksaaan, diagnose dan terapi pada rekam medik
pasien
15. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register
6. Diagram
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Alir
Petugas menegakan
diagnosa
Petugas menulis
resep
Petugas menulis
hasil diagnose dan
terapi pada buku
registrasi
7. Hal-hal yang
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas merujuk untuk
dilakukan pemeriksaan
laboratorium tinja
Petugas
memeriksa fisik
Petugas
memberikan KIE
tentang diet
Petugas
memberikan KIE
tentang PHBS
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, viral
sign, anamnesa,
laboratorium, diagnose
dan terapi RM
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
1. Klinik umum
2. Klinik Mtbs
3. Farmasi
4. Laboratorium
9. Dokumen
4. Buku register
Terkait
5. Blangko resep
6. Blangko laboratorium
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
KEJANG DEMAM
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Kejang demam adalah bangkitan kejang uang disebabkan oleh demam diatas suhu
380c rectal tanpa disertai infeksi pada system saraf pusat atau ganguan
keseimbangan elekroli takut pada anak berumur lebih dari 1 bulan dan < 5 tahun,
tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya;
Kode ICD X : R56.0 Febrile convulsions
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk petugas dapat memahami dan mendiagnosa kejang demam
dan melakukan pengobatan kejang demam;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktik Klinis bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer ,Edisi I,
hal 218- 221;
5. Prosedur
1. Petugas memanggil pasien ( kl keadaan pasien baik )
2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register
3. Petugas melakukan anamnesa pada pasien
4. Petugas menanyakan apakah terdapat demam sebelum kejang, sudah berapa
kali menderita kejang, bila lebih dari 2 kali apakah ada yang berlangsung lebih
dari 15 menit, kesadaran pasca kejang
5. Petugas menanyakan saat demam apakah diukur menggunakan thermometer,
apakah sudah diberikan penurun demam, jika sudah sebutkan, apakah ada
factor resiko berulang nya kejang
6. Petugas menanyakan ada factor resiko menjadi epilepsy
7. Petugas
menanyakan
apakah
disertai
dengan
penurunan
kesadaran,
menanyakan kesehatan anak sebelum sakit sekarang, apakah disertai mencret,
batuk, sesak nafas, dan bagaimana buang air kecilnya
8. Petugas mencuci tangan terlebih dahulu sebelum kontak pemeriksaan pasien
9. Petugas mengukur tanda vital pasien meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan
freksuensi pernapasan
10. Petugas melakukan pemeriksaan fisik apakah terdapat mikro atau makrosefali
11. Petugas melakukan pemeriksaan pada ubun-ubun, apakah ada ubun-ubun
menonjol
12. Petugas memeriksa conjungtiva anemis, anemis atau tidak
13. Petugas melakukan pemeriksaan sara fkania, peemeriksaan rangsal meningeal
(kaku atau tidak kuduk atau brudzinki I-II)
14. Petugas melakukan pemeriksaan jantung, paru, abdomen, apa ditemukan
tanda-tanda penyebab infeksi
15. Petugas memeriksa apakah ada kelumpuhan pada ekstremitas atas atau
bawah, reflex, fisiologis dan tonus otot
16. Petugas melakukan cuci tangan setelah pemeriksaan pasien
17. Bila diperlukan petugas membuat permintaan pemeriksaan darah rutin/ lengkap
dan urin rutin
18. Petugas mengisi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
19. Petugas menyerahkan permintaan kepada laboratorium
20. Petugas menegakan diagnose kejang demam yang terdapat dari gejala
pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium
21. Petugas menegakan kepada pasien bahwa pasien perlu dirawat di Puskesmas
22. Petugas memberikan infoemed concent untuk tindakan medis yang akan
dilakukan kepada pasien dan ditanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien
23. Petugas memberikan terapi untuk pengobatan kejang demam :
a. Fase akut/saat kejang :
1) Perhatikan ABC
2) Putus kejang dengan diazetpam 0,5 gg/kg BB/x prerektal, mak 2 kali,
jarak 5 menit, Jika masih kejang diberikan diazetpam 0,25-0,5 mg/kg
iv, kec 2 mg/menit, makimal 10 mg, Jika masih kejang persiapkan
pasien untuk dirujuk kepelayanan yang lebih baik
3) Pemberian cairan IV RL sesuai kebutuhan
4) Saat demam diberikan paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali
berikan 4 kali sehari
5) Diazepam oral 0,3 mg/kgBB/kali, 3 kali sehari atau diazepam rectal 5
mg untuk BB/<10kg atau 10 mg untuk BB>10kg
6) Terapi antibiotic sesuai dengan sember infeksi : bisa per oral maupun
intervena, untuk penggunaan iv antibiotic terlebih dahulu melakukan
skin test
a) Kloramphenikol, dosis 50-100 mg/kgBB/hari mak 2 gram selama
10-14 hari dibagi 4 dosis
b) Ampeisillin dan amoksisilin, dosis anak 50-100 mg/kgBB/hari
selama 7-10 hari
c) Contimoxazole (TMP-SMX), dosis anak TMP 6-19 mg/kgBB/hari
atau SMX 30-50 mg/kgBB/ari selama 10 hari
d) Thiamfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari
24. Petugas memberikan penjelasan mengenai terapi kepada keluarga pasien,
Petugas mengedukasi keluarga pasien bahwa kejang demam umum nya
kronologis baik, hanya sebagian kecil yang berkembang menjadi epilepsi
25. Petugas menulis hasil pemeriksaaan, diagnose, laboratorium dan terapi pada
rekam medic pasien
26. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register
6. Diagram Alir
Melakukan
anamnesis
pada pasien
Melakukan
vital sign dan
pemeriksaan
fisik
Menegakan
diagnosis
berdasarkan hasil
pemeriksaan
Menulis
diagnose
pasien kebuku
registrasi
7. Hal-hal yang
Memberikan
tatalaksana pada
pasien sesuai hasil
pemeriksaan
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
Menulis hasil
anamnesa
pemeriksaan
dan diagnose
kerekam medic
1. UGD
2. Rawat Inap
3. Laboratorium
4. Farmasi
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Blangko rujukan
4. Blangko laboratorium
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
HEMOROID GRADE 1-2
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
1. Pengertian
Hemoroid adalah Pelebaran vena – vena di dalam pleksus hemoroidalis;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk petugas dapat memahami dan memberikan pengobatan yang
tepat pada Hemoroid grade 1-2 sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Paduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, Edisi I,hal
90 – 91;
5. Prosedur
1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
2. Petugas menyapa pasien
3. Petugas melaksanakan anamnesa :
a. Apakah ada perdarahan saat buang air besar
b. apakah terdapat benjolan pada anus
c.
Apakah terdapat nyeri
d. apakah diare
e. Menanyakan kebiasaan dan pola hidup pasien
f.
Menanyakan riwayat penyakit sebelumnya
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
5. Petugas menuliskan diagnose pasien ke dalam rekam medik
6. Petugas memberikan terapi yang dituliskan dalam rekam medik dan resep
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas
memberikan
terapi
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
7. Hal-hal yang
perlu
1. Identifikasi pasien
2. Anamnesa pasien
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas menegakan
diagnose berdasarkan
hasil pemeriksaan
Petugas menulis hasil
diagnose pada buku
register
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
memeriksa fisik
pasien
diperhatikan
8. Unit terkait
3. Diagnosa pasien
1. Klinik Umum
2. Rawat Inap
3. UGD
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Blangko rujukan
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
DIABETES MELLITUS TIPE 2
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Kumpulan gejala yang di tandai oleh hiperglikemia akibat efek pada kerja insulin
(resistensi insulin) dan skresi insulin atau kedua –duanya;
Kode ICD X : E11 Non – Insulin-dependent diabetes melitus
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk petugas agar dapat memahami dan memberikan pengobatan
yang tepat pada pasien diabetes mellitus sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;;
4. Referensi
Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan Kesehatan Primer,Edisi I,hal
364 – 367;
5. Prosedur
Penatalaksana
1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register
3. Petugas melakukan pemeriksaan Tekanan darah, Nadi, BB dan TB
4. Petugas melakukan anamnesa tentang riwayat penyakit sekarang dan
sebelumnya
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien melihat ada keluhan seperti ;
Polifagi, poliuri,Polidipsi, Penurunan BB yang tidakjelas sebabnya
6. Petugas melakukan pemeriksaan GDS, atau GDP dan 2 jam PP ( bila pasien
berpuasa )
7. Petugas menegakkan diagnose Diabetes mellitus apabila ditemukan
1. Glukosa Plasma sewaktu > 200 mg/dl
2. Glukosa Plasma puasa > 126 mg/dl
3. Glukosa 2 jam PP > 200 mg/dl
4. HbA1C 5,7 – 6,4 %
8. Petugas memberikan terapi pengobatan OHO ( Obat hipoglikemik oral ):
1. OHO dimulai dengan dosis yang kecil dan ditingkatkan secara
bertahap sesuai respon kadar glukosa darah, dapat diberikan
sampai dosis optimal
2. Sulfonilurea : 15 – 30 menit sebelum makan
3. Metformin ; sebelum / pada saat / sesudah makan
4. Penghambat Glukosidae ( acarbose ) bersama makan suapan
perta
9. Petugas memberikan edukasi sesuai dengan terapi non farmakologis dan efek
samping obat
10. Petugas menuliskan resep untuk diserahkan ke unit Farmasi
11. Petugas menuliskan hasil anamnesa, pemeriksaan, diagnose, terapi ke dalam
rekam medis
12. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register
13. Petugas mendokumentasikan hasil rekam medis ke data simpus
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas menegakkan
Diagnosa
Petugas melakukan
evaluasi
perencanaan makan
sesuai kebutuhan
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas melakukan
pemeriksaan GDS,
atau GDP, GDP
Petugas
memberikan terapi
DM
Petugas member
edukasi sesuai
dengan terapi non
farmakologi dan
efek samping obat
1. Identifikasi pasien
yang perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
Petugas
memeriksa
fisik pasien
Petugas memasukkan
data hasil namanesa,
pemeriksaan fisik,
diagnose dan terpai ke
rekam medik
Petugas mendokumentasikan
data rekam medic ke buku
register dan simpus
7. Hal-hal
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
1. Unit Pelayanan Umum
2. Laboratorium
3. Farmasi
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Blangko laboratorium
4. Blangko rujukan
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
PPOK
( PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS)
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
SOP
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
PPOK adalah penyakit paru kronik yang dapat dicegah dan diobati,
dikarakteristikkan dengan hambatan aliran udara yang persisten, progresif dan
berhubungan dengan peningkatan respons inflamasi kronis di paru terhadap partikel
dan gas berbahaya,;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk menegakkan diagnosa, menentukan penatalaksanaan,
mencegah komplikasi dan menentukan kriteria rujukan sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer,Edisi I,
hal 269 – 272;
5. Prosedur
1. Petugas Menanyakan keluhan pada pasien, apakah mengalami sesak napas,
disertai mengi, batuk kering atau dengan dahak yang produktif dan rasa berat di
dada
2. Petugas menanyakan factor keturunan, apakah pasien merokok atau terpapar
asap rokok, debu kerja,
3. Petugas
menanyakan
apakah
pernah
mengalami
masalah
pernafasan
sebelumnya
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dengan mengamati adakah 8 tanda
sebagai berikut :
a. Sianosis sentral pada membran mukosa
b. Tanda Hiperinflasi paru seperti ; iga tampak horizontal, bareel chest,
(Diameter antero – posterior dan transversal sebanding ) dan abdomen yang
menonjol keluar
c. Hemidiafragma mendatar
d. Laju respirasi istrirahat meningkat lebih dari 20 kali/ menit dan pola napas
lebih dangkal
e. Purs–lips breathing (mulut setengah katup mencucu), laju ekspirasi lebih
lambat memungkinkan pengosongan paru yang lebih efisien,
f.
Penggunaan otot bantu napas adalah indikasi gangguan pernapasan
g. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher
h. Edema tungkai,
5. Petugas melakukan palpasi dan perkusi, akan sulit menemukan irama jantung di
apeks karena hiperinflasi paru, sehingga menyebabkan hati letak rendah dan
mudah di palpasi,
6, Petugas melakukan auskultasi untuk menilai adakah penurunan suara napas
(walau tidak spesifik untuk ppok), mengi, ronkhi basah kasar saat inspirasi, dan
bunyi jantung terdengar lebih keras di area xiphoideus,
7,
Petugas menuliskan resep obat yang bertujuan mengurangi laju beratnya
penyakit dan mempertahankan keadaan stabil seperti :
a. Bronkodilator oral,kombinasi golongan β2 agonis (salbutamol) dengan
golongan xantin (aminopilin dan teofilin),
b. Ekspektoran dengan obat batuk hitam (OBH)
c. Mukolitik (ambroxol) jika sputum mukoid
d. Memberikan Oksigen
Jika terjadi eksaserbasi akut (PPOK berat) tidak tertangani petugas merujuk ke Rs
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas
melakukan
auskultasi
Petugas
menuliskan
resep obat
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas melakukan
palpasi dan perkusi
Jika terjadi eksaserbasi
akut (PPOK berat) tidak
tertangani petugas
merujuk ke Rs
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
memeriksa
fisik pasien
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose
dan terapi direkam medic
pasien
7. Hal-hal
yang perlu
1. Identifikasi pasien
2. Anamnesa pasien
diperhatikan 3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
1. Klinik Umum
2. UGD
3. Farmasi
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Blangko laboratorium
4. Blangko rujukan
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
ASFIKSIA
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk menegakkan diagnose dan penatalaksanaan asfiksia sesuai
SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan
Rujukan,2014,hal 72;
5. Prosedur
Langkah – Langkah ;
1. PENILAIAN KEPUTUSAN TINDAKAN BBL:
a. Penilaian resusitasi BBL
Penilaian resusitasi BBL sebelum lahir
Apakah kehamilan cukup bulan?, Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah
Penilaian resusitasi sesudah bayi lahir
1)
Menilai apakah menangis atau bernafas / megap-megap
2)
Menilai apakah tonus otot baik / tidak baik
b. Keputusan resusitasi BBL
1)
Memutuskan resusitasi bila air ketuban bercampus mekonium
2)
Memutuskan resusitasi bila kehamilan tidak cukup bulan dan atau bayi
megap-megap / tidak bernafas dan atau tonus otot tidak baik
c. Tindakan resusitasi BBl
1)
Memotong tali pusat dengan cepat, tidak diikat atau dibubuhi apapun
2)
Memberi tahu keluarga minta jaga ibu, dan siap memulai resusitasi
2. TINDAKAN RESUSITASI BBL : LANGKAH AWAL
Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah berikut :
a. Jaga bayi tetap hangat
1)
Menyelimuti bayi dengan kain kering
2)
Memindahkan bayi terselimuti ke tempat resusitasi yang disiapkan
b. Atur posisi bayi
1)
Meletakkkan bayi terlentang dengan ganjal kain di bawah bahunya
2)
Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi agar jalan nafas terbuka
c. Isap lendir
1)
Menghsap lendir dengan alat penghisap lendir de lee atau bola karet
2)
Melakukan penghisapan lendir pada mulut dulu sedalam 5cm
3)
Melakukan hisap lendir pada hidung sampai batas cuping hidung
4)
Menghisap lendir saat ujung khateter didalam mulut dan saat menarik
khateter keluar, tidak waktu memasukannya
5)
Menghisap lendir saat ujung khateter didalam mulut dan saat menarik
khateter keluar, tidak waktu memasukannya
d. Keringkan dan rangsang bayi
1)
Mengeringkan bayi mulai muka, kepala, tubuh dengan sedikit tekanan
2)
Menepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau menggosok punggung
atau perut / dada / tungkai bayi dengan telapak tangan
3)
Menyelimuti bayi dengan kain kering, muka dan dada terbuka
e. Atur posisi kepala bayi
f.
1)
Mengatur kembali posisikepala bayi agar sedikit ekstensi
2)
Seluruh kegiatan langkah awal dilakukan dalam 30 detik
Lakukan penilaian – keputusan – tindakan BBL
1)
Menilai apakah bayi bernafas normal, megap-megap, atau tidak bernafas
2)
Melakukan asuhan pasca resusitasi jika bernafas normal
3)
Memulai ventilasi jika megap-megap atau tak bernafas
Bila air ketuban bercampur mekonium lakukan langkah berikut :
Setelah seluruh badan bayi lahir
1. Menilai apakah menangis atau bernafas / bernafas normal / megap-megap / tak
bernafas
Jika menangis atau bernafas normal
1. Memotong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan dibubuhi apapun dilanjutkan
dengan langkah awal
Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas
1. Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendir, memotong tali pusat
dengan cepat
2. Langkah awal
1. VENTILASI
a. Pasang sungkup
1) Memasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut, dagu
b. Lakukan ventilasi 2x
1) Meniup udara melalui alat tabung dan sungkup atau memompa alat balon
dan sungkup ke mulut dan hidung bayi 2 x (dengan tekanan 30cm air)
2) Melihat apakah dada bayi mengembang saat ditiup atau dipompa, jika dada
bayi tidak berkembang
3) Memeriksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara bocor
4) Memeriksa posisi kepala dan membetulkan agar posisi sedikit ekstensi
5) Memeriksa apakah ada cairan / lendir dimulut dan menghisap bila ada
6) Meniup udara melalui alat tabung dan sungkup / memompa alat balon dan
sungkup ke mulut dan hidung bayi 2x dengan tekanan 30 cm air, Jika dada
bayi mengembang :
7) Melanjutkan langkah ventilasi jika dada bayi mengembang
c. Lakukan ventilasi 20 x dalam 30 detik
1) Melakukan ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik (tekanan 20cm air)
Lakukan penilaian – keputusan – tindakan BBL
2) Menilai usaha nafas
Jika bernafas spontan
3) Menghentikan ventilasi bertahap
4) Melakukan asuhan pasca resusitasi
Jika megap-megap / tidak bernafas
5) Mengulangi ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik
d. Hentikan ventilasi dan nilai bayi tiap 30 detik
1) Menghentikan ventilasi setiap 30 detik
2) Menilai usaha nafas Jika bernafas spontan
3) Menghentikan ventilasi bertahap
4) Melakukan asuhan pasca resusitasi
Jika megap-megap / tidakbernafas
5) Mengulangi resusitasi sebanyak 20x dalam 30 detik
6) Hentikan ventilasi dan nilai frekuensi jantung, nafas tiap ventilasi 30 detik
e. Jika megap=megap atau tidak bernafas sesudah 2menit resusitasi
1) Meneruskan ventilasi 20x dalam 30 detik
2) Hentikan ventilasi dan nilai nafas tiap 30 detik
3) Menyiapkan rujukan bayi bersama ibunya sesuai dengan pedoman
f.
Bila tidak bernafas setelah 10 menit resusitasi
Pertimbangkan menghentikan ventilasi sesudah resusitasi 10 menit dan tidak
terdengan denyut jantung
2. MEMBUAT CATATAN RESUSITASI
a. Tanggal dan jam lahir
b. Kondisi bayi saat baru lahir
c. Jam mulai resusitasi
d. Tindakan resusitasi yang dilakukan
e. Hasil resusitasi
3. PEMANTAUAN DAN DUKUNGAN
Asuhan pasca resusitasi
Bila resusitasi berhasil
a. Lakukan pemantauan tanda bahaya pada bayi
1)
Mengamati adanya nafas megap-megap
2)
Mengamati apakah bayi merintih
3)
Mengamati adanya tarikan dinding dada
4)
Mengamati apakah tubuh dan bibir biru
5)
Menghitung frekuensi nafas, apakah ˂40x permenit atau >60x permenit
6)
Menghitung frekuensi jantung apakah ˂120x /menit atau >160x/menit
7)
Mengamati apakah tubuh bayi pucat
8)
Mengamati apakah tubuh bayi kuning
9)
Mengamati apakah bayi lemas
10) Mengamati apakah bayi kejang
11) Merujuk segera bila ada salah satu tanda – tanda bahaya
12) Melakukan tindakan pra rujukan
b. Lakukan pemantauan dan perawatan tali pusat
1) Memantau perdarahan tali pusat jika ikatan lepas betulkan
2) Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar
c. Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
1) Meletakkan bayi didada ibu (kulit ke kulit) menyelimuti keduanya
2) Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama
3) Menganjurkan ibu untuk mengusap bayinya dengan kasih sayang
d. Pencegahan hipotermi
1) Membaringkan bayi dalam ruangan lebih dari 25®C bersama ibunya
2) Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin
3) Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam
4) Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi
5) Menimbang BB terselimuti, kurangi berat selimut
6) Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi sebagian
- sebagian
e. Pemberian Vit K
1) Memberikan suntikan Vit K1di paha kiri 1mg IM
f.
Pencegahan infeksi
1) Memberikan salp mata antibiotik
2) Memberikan suntikan hepatitis B di paha kanan 0,5mg 1-2jam setelah
pemberian Vit K 1
3) Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi pada bayi
g. Pemeriksaan fisik
1) melihat dan meraba kepala bayi
2) melhat mata bayi
3) melihat mulut dan bibir bayi
4) melihat dan meraba punggung bayi
5) melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan tumit, menghitung jumlah
jari
6) melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan
7) memastikan adakah lobang anus dan uretra, adakah kelainan
8) memastikan adakah BAB dan BAK
h. Pencatatan dan pelaporan
1) Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus
BILA PERLU RUJUKAN
1) Melakukan konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keluarga
2) Melanjutkan resusitasi
3) Memantau tanda bahaya
4) Memantau tali pusat
5) Mencegah hipotermi
6) Memberikan Vit K
7) Mencegah infeksi
8) Membuat surat rujukan
9) Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus
BILA RESUSITASI TIDAK BERHASIL
1) Melakukan konseling kepada ibu dan keluarga
2) Memberikan petunjuk perawatan payudara
3) Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus
ASUHAN PASCA LAHIR (2 – 24 JAM)
I.
Lakukan pemantauan tanda bahaya
1) Mengamati adanya nafas megap-megap
2) Mengamati apakah bayi merintih
3) Mengamati adanya tarikan dinding dada
4) Mengamati apakah tubuh dan bibir biru
5) Menghitung frekuensi nafas, apakah ˂40x/ menit atau > 60x / menit
6) Mengamati apakah tubuh bayi pucat
7) Mengamati apakah tubuh bayikuning
8) Mengamati apakah bayi lemas
9) Mengamati apakah bayi kejang
10) Memberitahu keluarga untuk ikut memantau tanda bahaya
11) Merujuk segera bila ada salah satu tanda bahaya
12) Melakukan tindakan pra rujukan
J. Lakukan pemantauan dan perawatan tali pusat
1) Menjelaskan perawatan tai pusat yang benar
2) Memantau perdarahan tali pusat
3) Jika lepas betulkan, jika keluar nanah dan berbau, bersihkan tali pusat
dengan kasa bersih dan air hangat, oleskan gentian violet 0,5 %
ataupovidon iodin 2,5%, RUJUK
K. Pencegahan hipotermi
1) Membaringkan bayi dalam ruangan lebih dari 25®C bersama ibunya
2) Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin
3) Menunda memandikan bayi sampai 6-24 jam
L. Konseling menyusui
1) Memberikan konseling ASI Eklusif
2) Melanjutkan menyusui
3) Memastikan posisi menyusui benar
4) Memastikan perlekatan mulut bayi ke payudara ibu benar
M. Pencatatan dan pelaporan kasus
Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus
6. Diagram
Penilaian keputusan
Alir
tindakan BBL
Pencatatan dan pelaporan
kasus Melakukan
pencatatan dan pelaporan
kasus
7. Hal-hal yang
Pemantauan
dan Dukungan
Ventilasi
Membuat
catatan
resusitasi
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
Tindakan
Resusitasi BBL
1. Poned
2. UGD
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Rekam medis
3. Blangko rujukan
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
PELAYANAN KLINIS
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Posedur ini mengatur standar pelayanan klinis di Puskesmas Sukaresik, Proses
pengkajian pasien dilakukan oleh tenaga yang sesuai dengan standar profesi;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk seluruh aktifitas pelayanan klinis yang diberikan kepada
pasien, sehingga dapat memberikan pelayanan yang sesuai standar profesi sesuai
SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
1. UU RI No. 36 ps. 5 tentang pelayanan klinis . monitoring, dan evaluasi
pelayanan kesehatan di puskesmas.
2. Permenkes 75 th 2014 tentang puskesmas.
3. Permenkes 1483 th 2010 tentang standar pelayanan kedokteran.
5. Prosedur
1. Petugas dari masing-masing unit pelayanan mengidentifkasi kebutuhan pasien,
2. Petugas melakukan kajian sesuai dengan standar profesi yang telah ditetapkan,
3. Petugas melakukan pencatatan hasil kajian pada rekam medis sesuai dengan
standar profesi dan tau yang meliputi
4. Data sosial yang meliputi, nama pasien, nama kepala keluarga, pekerjaan
pasien, alamat, jenis kelamin dan tanggal lahir, agama, nomor rekam medis dan
nomor kartu jaminan jika ada,
5. Data anamnesis (data subyektif) yang mencangkup keluhan pasien, riwayat
pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi dan tau alergi
obat,
6. Data pemeriksaan fisik (data obyektif) yang meliputi hasil pemeriksaan vital sign
(tekanan darah, nadi, respirasi, suhu, tinggi badan dan berat badan), hasil
pemeriksaan spesifik yang mengacu dan sesuai dengan keluhan pasien serta
hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjang kajian pasien
7. Data diagnosis yang berupa diagnosis klinis pasien beserta kode ICD X pada
kasus 10 besar penyakit,
8. Data terapi yang berupa jenis obat, jumlah obat yang diberikan, dan cara
pemakain obat,
9. Data Penunjang lain seperti rujukan ke unit lain, dan edukasi yang diberikan
kepada pasien
10. Paraf dan nama petugas,
6. Diagram Alir
Petugas dari masingmasing unit
pelayanan
mengidentifkasi
kebutuhan pasien
Petugas
melakukan
kajian sesuai
dengan standar
profesi yang
telah ditetapkan
Petugas
melakukan
pencatatan
hasil kajian
pada rekam
medis
Data
pemeriksaan
fisik
Data diagnosis
Data
anamnesis
Data terapi
Data sosial
Data
Penunjang lain
seperti rujukan
ke unit lain,
dan edukasi
yang diberikan
kepada
pasien
Paraf dan nama
petugas
7. Hal-hal yang
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
Semua unit pelayanan klinis
9. Dokumen
Rekam medis
Terkait
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
TUBERCULOSIS
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
yaitu Micobacterium Tuberculosis;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk penerapan langkah-langkah dalam melakukan penanganan
kasus TB Paru sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, edisi I,hal
7;
5. Prosedur
1.
Petugas melakukan Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
2.
Apabila pada anamnesa pelanggan mengatakan sudah menderita batuk lebih
dari 2 minggu, maka segera sarankan pelanggan untuk melakukan pemeriksaan
Laboratorium tes BTA
3.
Petugas memberikan rujukan internal ke laboratorium
4.
Apabila hasil tes BTA menunjukkan hasil positif,positif 2 atau positif 3, maka
berikan pengobatan sesuai Kategori I
5.
Apabila hasil BTA positif pada pelanggan kambuh atau gagal atau putus
berobat, diobati kategori II,
6.
Apabila hasil tes BTA menunjukkan negative namun ada curiga TB beri
antibiotik spectrum luas, Bila ada perbaikan bukan TB, Bila tidak ada perbaikan
dilakukan x-foto thorax,
6. Diagram
7. Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas menegakan
diagnose berdasarkan
anamnesa dan hasil
laboraturium
Petugas
menulis
resep
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas memberikan
rujukan internal ke
laboratorium
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
memeriksa fisik
pasien
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose dan
terapi direkam medic pasien
8. Hal-hal yang
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
9. Unit terkait
1. Klinik Umum
2. Klinik MTBS
3. Klinik KIA/KB
4. Klinik PAL
10.
Dokume
n Terkait
1. Buku register
2. Blangko resep
3. Rekam medis
4. Blangko rujukan
11. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
TONSILITIS
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer, Cincin
Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut
yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil
pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach’s tonsil),
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk memberikan penanganan yang tepat pada pasien tonsilitis
sesuai SOP,
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, edisi I,hal
245
5. Prosedur
1. Persiapan alat
a.
Tensi
b.
Termometer
c.
Stetoskop
d.
Lampu kepala
e.
Spatula lidah
f.
Larutan KOH
g.
Pewarnaan gram
h.
Obat-obatan: antiviral, antibiotik, obat kumur antiseptic
i.
Lidi kapas
2. Melakukan anamnesa keluhan pasien
seperti demam, sakit menelan, nyeri
tenggorok, lesu, nyeri sendi,dan anoreksia,
3. Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga / pasien menandatangani
Informed consent,
4. Mendekatkan alat pada pasien,
5. Melakukan pengukuran tekanan darah, suhu badan dan mencatat dalam buku
status pasien,
6. Melakukan pemeriksaan fisik seperti keadaan umum pasien, pembengkakan
tonsil, hiperemis, terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh
membran semu, Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan,
7. Memberikan terapi sesuai dengan acuan penatalaksanaan terapi
Penatalaksanaan:
a.
Menganjurkan pasien istirahat cukup,
mengandung desinfektan,
banyak minum, obat kumur yang
b. Antipiretika Parasetamol
c.
OAINS : ibuprofen 3 x 400 mg,natrium diclofenac 3 x 50 mg
d. Antibiotik golongan penisilin,
e.
Amoksisilin dewasa 3 x 500 mg, Anak 20 – 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis selama 5 – 10 hari,
f.
Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan Eritromisin dewasa 4 x 500 mg,
Anak 30 – 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis selama 5-10 hari,
8. Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala
sumbatan serta kecurigaan neoplasma ( rujuk rs )
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Memberikan
terapi
Tonsilektomi dilakukan
bila terjadi infeksi yang
berulang atau kronik,
gejala sumbatan serta
kecurigaan neoplasma (
rujuk rs )
7. Hal-hal yang
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
1. UGD
2. Klinik Umum
3. Rawat inap
4. Pustu
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Rekam medis
4. Blangko rujukan
Petugas
melakukan
anamnesa
Memberikan
penjelasan pada
pasien
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
memeriksa fisik
pasien
Petugas menulis
hasil pemeriksaan,
diagnose dan terapi
direkam medic
pasien
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
TINEA CRURIS
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
1. Pengertian
Tinea cruris adalah infeksi jamur pada daerah paha, selangkangan dan bokong;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk petugas kesehatan di puskesmas agar dapat melakukan
penanganan penderita dengan Tinea Cruris dengan baik dan benar sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Permenkes RI No 5 Th 2014 tentang panduan praktik bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan primer;
5. Prosedur
Alat dan bahan :
1. Handschoon
2. Tensimeter
3. Thermometer
4. Arloji
5. Tempat Tidur Pasien
Petugas yang meriksa :
1. Dokter
2. Perawat
Langkah-langkah :
1. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan :
a. Hygiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk / pakaian secara
bersamaan harus dihindari,
b. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topical, yaitu dengan : antifunginal
topical seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau terbinafin, yang diberikan
hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1 – 2 minggu kemudian untuk mencegah
rekurensi,
c. Untuk penyakit tersebar luas atau resisten terhadap terapi topical, dilakukan
pengobatan sistemik dengan :
1) Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5 – g untuk orang dewasa
dan 0,25 – 0,5 g untuk anak – anak sehari atau 10 – 25 mg / kgBB /
Hari, terbagi dalam 2 dosis,
2) Golongan azol, seperti :
 Ketokonazol : 200 mg/hari
 Itrakonazol : 100 mg/hari, atau
Terbinafin : 250 mg/hari
Pengobatan diberikan selama 10 – 14 hari pada pagi hari setelah makan,
2. Konseling dan Edukasi
Edukasi mengenai penyebab dan cara penularan penyakit, Edukasi pasien dan
keluarga juga untuk menjaga hygiene tubuh, Namun penyakit ini bukan termasuk
kedalam penyakit yang berbahaya,
3. Kriteria Kunjungan
Pasien dirujuk apabila :
a. Penyakit tidak sembuh dalam kurun waktu 10 – 14 hari setelah therapy,
b. Terdapat imunodefisiensi,
c. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka,
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose
dan terapi direkam medic
pasien
7. Hal-hal yang
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
1. UGD
2. Rawat Inap
3. Klinik Umum
4. Klinik Kia
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Rekam medis
Petugas
melakukan
anamnesa
Penatalaksanaan
Komprehensif
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
memeriksa
fisik pasien
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
RHINITIS AKUT
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
SOP
Asep Hermawan, SKM,
M.Si
NIP. 19631206 198602 1
001
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Rhinitis akut adalah Peradangan pada mukosa hidung yang berlangsung akut (< 12
minggu);
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk penerapan langkah-langkah dalam melakukan diagnosa dan
terapi kasus rhinitis akut sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;;
4. Referensi
Panduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,edisi I,
hal 279;
5. Prosedur
1. Anamnesa
a. Menanyakan apakah ada demam ringan, dan sakit kepala,
b. Menanyakan apakah ada keluar ingus dari hidung (rinorea), hidung
tersumbat disertai rasa panas dan gatal pada hidung,
c. Menanyakan apakah ada gejala sistemik umumnya lebih berat disertai sakit
pada otot,
d. Menanyakan apakah ada gejala terjadi sebelum tanda karakteristik atau
ruam muncul,
e. Menanyakan apakah ada gejala berupa ingus yang sangat banyak dan
bersin,
f. Menanyakan apakah ada gejala berupa demam, toksemia, terdapat
limfadenitis, dan mungkin ada paralisis otot pernafasan,
2. Pemeriksaan Klinis
a. Dapat ditemukan adanya demam,
b. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak kavum nasi sempit, terdapat
sekret serous atau mukopurulen dan mukosa udem dan hiperemis,
c. Pada rhinitis difteri tampak ada ingus yang bercampur darah, Membran
keabu-abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian
bawah, membrannya lengket dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan,
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
4. Diagnosa
Rhinitis akut
5. Diagnosa Banding
Perdarahan yang bukan berasal dari hidung tetapi darah mengalir keluar dari
hidung seperti hemoptisis, varises oesofagus yang berdarah, perdarahan di
basis cranii yang kemudian darah mengalir melalui sinus sphenoid ataupun
tuba eustachius,
6. Terapi
a. Istirahat yang cukup,
b. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat,
c. Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan
setelah kurang lebih 1 - 2 minggu, Karena itu umumnya terapi yang
diberikan lebih bersifat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, dan nasal
dekongestan disertai dengan istirahat yang cukup, Terapi khusus tidak
diperlukan kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri,
maka antibiotik perlu diberikan,
d. Antipiretik dapat diberikan parasetamol,
e. Dekongestan oral dapat mengurangi sekret hidung yang banyak, membuat
pasien merasa lebih nyaman, seperti pseudoefedrin, fenilpropanolamin,
atau fenilefrin,
f. Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi bakteri, seperti amoxicillin,
eritromisin, cefadroxil,
g. Pada rhinitis difteri terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin sistemik, dan
antitoksin difteri,
6. Diagram Al
7.
8. ir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Memberikan
penjelasan
pada pasien
dan edukasi
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose
dan terapi direkam
medic pasien
9. Hal-hal yang
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
10. Unit terkait
1. Loket pendaftaran
2. Klinik Umum
Terapi
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Diagnosa
Petugas
memeriksa
fisik pasien
3. Klinik Mtbs
4. Farmasi
11. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Rekam medis
12. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
PENANGANAN MYALGIA
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
SOP
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Suatu gejala yang disebabkan berbagai kelainan dan kondisi medis yang paling
sering disebabkan oleh ketegangan (kontraksi otot) yang berlebihan
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk pedoman bagi petugas di ruang pemeriksaan umum dalam
pelayanan tata laksana myalgia sesuai SOP,
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,edisi I,
hal 169
5. Prosedur
1. Petugas memanggil pasien sesuai rekam medis
2. Petugas
menanyakan
anamnesa
terkait
keluhan
pasien,
didapatkan
:
lokasi/daerah nyeri, riwayat pemakaian otot/aktifitas berlebihan, riwayat aktivitas
yang membuat otot kontraksi terus menerus dalam waktu yang singkat, dan
riwayat aktifitas berulang
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik apakah ada nyeri tekan
4. Petugas dapat melakukan permintaan pemeriksaan penunjang laboratorium atau
konsultasi internal bila ada indikasi
5. Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
atau pemeriksaan laboratorium
6. Petugas memberikan terapi dan konseling :
a. Terapi
1) Berikan obat anti nyeri sistemik : asetaminofen / Parasetamol
atau golongan NSAID : ibuprofen, Natrium Diklopenak, Piroksikam, Asam
mefenamat
b. Konseling
1) Posisikan otot secara relaksasi, misalnya jika otot lengan yang nyeri,
jangan mengangkat tangan melawan gravitasi
2) Mengistirahatkan otot yang sakit dan banyak minum air putih
7. Petugas mencatat di rekam medis pasienSS
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas dapat melakukan
permintaan pemeriksaan penunjang
laboratorium
Petugas menegakkan diagnosa
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
fisik dan atau pemeriksaan laboratorium
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
Petugas
memberikan
terapi dan
konseling
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose dan
terapi direkam medic pasien
7. Hal-hal yang
Petugas memeriksa
fisik pasien
1. Loket pendaftaran
2. Rekam Medis
3. Klinik Umum
4. Ruang Laboratorium
5. Farmasi
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Rekam medis
4. Blangko laboratorium
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
HERPES ZOSTER
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Herpes Zoster adalah infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus variselazoster, Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk penerapan langkah-langkah dalam melakukan diagnosa dan
terapi Herpes Zoster sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,
edisi I,hal 294;
5. Prosedur
1. Anamnesa
a.
Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi,
b.
Keluhan dapat disertai dengan gejala prodromal sistemik berupa demam,
pusing, dan malaise
c.
Timbul gejala kulit kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi vesikel
berkelompok dengan dasar eritem dan edema,
2. Pemeriksaan Klinis
Sekelompok vesikel dengan dasar eritem yang terletak unilateral sepanjang
distribusi saraf spinal atau kranial, Lesi bilateral jarang ditemui, namun seringkali,
erupsi juga terjadi pada dermatom di dekatnya,
3 Pemeriksaan penunjang
Bila diperlukan, pemeriksaan mikroskopis dengan menemukan sel Tzanck yaitu
sel datia berinti banyak; meskipun pemeriksaan ini tidak spesifik,
4 Diagnosa
a. Herpes zoster hemoragik
b. Herpes zoster generalisata
c. Herpes zoster oftalmikus
d. Herpes zoster abortif
5 Diagnosa Banding
a.
Herpes simpleks
b.
Dermatitis venenata
c.
Pada saat nyeri prodromal: diagnosis dapat menyerupai migrain, nyeri
pleuritik, infark miokard, atau apendisitis,
6. Terapi
a. Terapi
suportif
dilakukan
dengan
menghindari
gesekan
kulit
yang
mengakibatkan pecahnya vesikel, pemberian nutrisi TKTP, dan istirahat dan
mencegah kontak dengan orang lain,
b. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi, Aspirin dihindari oleh karena
dapat menyebabkan Reye’s syndrome,
c. Topikal :
I.
Stadium vesikel : bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin agar
vesikel tidak pecah,
II.
Apabila erosif, diberikan kompres terbuka, apabila terjadi ulserasi,
dapat dipertimbangkan pemberian salep antibiotik,
d. Pengobatan antivirus oral, antara lain dengan:
I.
Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis
maksimal 800 mg), atau Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari
dan efektif diberikan pada 24 jam pertama setelah timbul lesi,
e. Memberikan Konseling dan Edukasi tentang:
I.
Edukasi tentang perjalanan penyakit Herpes Zoster,
II.
Edukasi bahwa lesi biasanya membaik dalam 2-3 minggu pada
individu imunokompeten,
III.
f.
Edukasi mengenai seringnya komplikasi neuralgia pasca-herpetik,
Kriteria rujukan
Pasien dirujuk apabila:
I.
Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari setelah terapi,
II.
Terjadi pada pasien bayi, anak dan geriatri (imunokompromais),
III.
Terjadi komplikasi,
IV.
Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose
]
dan terapi direkam medic
pasien
Petugas
melakukan
anamnesa
Terapi
Diagnosa
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
memeriksa
fisik pasien
7. Hal-hal yang
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
1.
Klinik Umum
2.
Klinik Mtbs
3.
Klinik Kia
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Rekam medis
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
HERPES SIMPLEK TANPA KOMPLIKASI
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Herpes Simpleks Tanpa Komplikasi adalah erupsi vesikula pada kulit dan membrane
mukosa yang disebabkan oleh virus herpes tanpa disertai kelainan yang lain;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk penerapan langkah-langkah dalam melakukan diagnosa dan
terapi Herpes Simplek Tanpa Komplikasi sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer ,edisi I, hal
296;
5. Prosedur
LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR:
1. Pengobatan lesi inisial / episode pertama yang diberikan dapat dibagi menjadi
3 bagian,
a. Pengobatan profilaksis, yaitu meliputi penjelasan kepada pasien tentang
penyakitnya, psikoterapi dan proteksi individual
b. Pengobatan nonspesifik, yaitu pengobatan yang bersifat simtomatis
c. Pengobatan spesifik, yaitu pengobatan berupa obat-obat antivirus terhadap
virus herpes,
1) Semua pasien dengan episode pertama sebaiknya diobati dengan obat
antivirus oral, Pengobatan yang diberikan secara dini dapat mengurang
gejala sistemik dan mencegah perluasan lesi,
2) Obat
antivirus
yang
samping itu ada
2
kini
telah
banyak
macam
yaitu valacyclovir danfamacyclovir, Efek
dapat
mengeradikasivirus,
yang
obat
dipakai
lagi
obat antivirus
ada
adalah acyclovir, di
hanya
antivirus baru
tersebut
belum
mengurangi viral
shedding, memperpendek hari sakit dan memperpendek rekurensi
3) Pengobatan simtomatis dan antivirus berupa asiklovir 5 x 200 mg/hari
/oral selama 7—10 hari atau 3 x 400 mg, Jika ada komplikasi berat dapat
diberikan asiklovir intravena 3 x 5 mg/kgBB/hari selama 7—10 ban,
4) Pada keadaan imunokompeten resistensi terhadap asiklovir diperkirakan
sekitar 3%, Pada penderita dengan frekuensi rekurensi yang tinggi dapat
diberikan terapi asiklovir sebagai obat supresif kronis dalam dosis 400 mg
dua kali sehari dan dapat menyembuhkan 50% dari lesinya,
2. Lesi Rekurens
Jika lesi ringan : Simtomatis
Jika lesi berat : Dapat diberikan acyclovir 5 x 200mg / hari per oral selama 5 hari
atau 2 x 400mg / hari atau Valacyclovir 2 x 500mg/ hari atau Famcyclovir 2 x 125
– 250mg / hari,
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Lesi Rekurens
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
7. Hal-hal
yang perlu
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas
memeriksa
fisik pasien
Pengobatan lesi
inisial / episode
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose
dan terapi direkam
medic pasien
1. Identifikasi pasien
2. Anamnesa pasien
diperhatikan 3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
1. Klinik Umum
2. UGD
3. Rawat Inap
4. Klinik KIA
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Rekam medis
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
DERMATITIS ATOPIK
(TANPA RECALCITRANT)
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit berulang dan kronis dengan disertai
gatal, Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak dan sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum serta riwayat atopi pada
keluarga atau penderita;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk dokter dapat melakukan konseling dan edukasi kepada pasien
dan keluarga dan memberikan terapi dengan baik sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, edisi
I,hal 318;
5. Prosedur
Penatalaksanaan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, yaitu:
a. Menemukan faktor risiko
b. Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian sepert wol atau
bahan sintetik
c. Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab
d. Menjaga kebersihan bahan pakaian
e. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan
f.
Membilas badan segera setelah selesai berenang untuk menghindari kontak
klorin yang terlalu lama
g. Menghindari stress psikis
h. Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor
i.
Pada bayi, menjaga kebersihan di daerah popok, iritasi oleh kencing atau feses,
dan hindari pemakaian bahan-bahan medicatedbaby oil
Pemberian Obat
Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan:
a. Topikal (2x sehari),Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal,
seperti: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
fluosinolon asetonidkrim 0,025%) selama maksimal 2 minggu,
b. Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat
diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim
0,1%),
c. Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik
topikal atau sistemik bila lesi meluas,
d. Oral sistemik
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Pemberian Obat
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
7. Hal-hal
Penatalaksanaan
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
memeriksa
fisik pasien
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose
dan terapi direkam
medic pasien
1. Identifikasi pasien
yang perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
Petugas
melakukan
anamnesa
1. Loket Pendaftaran
2. Klinik Umum
3. UGD
4. Farmasi
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Rekam medis
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
BENDA ASING DITELINGA
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Meatus akustikus eksternus (MAE) merupakan salah satu bagian tubuh yang sering
dimasuki benda asing, yang dapat berupa:
1. Benda asing reaktif, misal: batere, potongan besi, Benda asing reaktif
berbahaya karena dapat bereaksi dengan epitel MAE dan menyebabkan edema
serta obstruksi hingga menimbulkan infeksi sekunder, Ekstraksi harus segera
dilakukan;
2.
Benda asing non-reaktif (inert), Benda asing ini tidak bereaksi dengan epitel
dan tetap ada di dalam MAE tanpa menimbulkan gejala hingga terjadi infeksi;
3. Benda asing serangga, yang dapat menyebabkan iritasi dan nyeri akibat
pergerakannya;
Kode ICD X : T16. Foreign body in ear
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk dokter agar dapat melakukan konseling dan edukasi kepada
pasien dan keluarga serta memberikan terapi dengan baik sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan Primer,edisi I,hal
149 - 150
5. Prosedur
PENATALAKSANAAN
1. Non-medikamentosa: Ekstraksi benda asing
a. Pada kasus benda asing yang baru, ekstraksi dilakukan dalam anestesi
lokal,
b. Pada kasus benda asing reaktif, pemberian cairan dihindari karena dapat
mengakibatkan korosi,
c. Pada kasus benda asing berupa serangga:
1) Dilakukan penetesan alkohol, obat anestesi lokal (Lidokain spray atau
tetes), atau minyak mineral selama ± 10 menit untuk membuat
serangga tidak bergerak dan melubrikasi dinding MAE,
2) Setelah serangga mati, serangga dipegang dan dikeluarkan dengan
forceps aligator atau irigasi menggunakan air sesuai suhu tubuh,
2. Medikamentosa
a.
Tetes telinga antibiotik hanya diberikan bila telah dipastikan tidak ada ruptur
membran timpani,
b.
Analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
KONSELING DAN EDUKASI
Orang tua disarankan untuk menjaga lingkungan anak dari benda-benda yang
berpotensi dimasukkan ke telinga atau hidung,
KRITERIA RUJUKAN
Bila benda asing tidak berhasil dikeluarkan,
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Medikamentosa
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
7. Hal-hal yang
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas
memeriksa fisik
pasien
Penatalaksanaan
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose dan
terapi direkam medic
pasien
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
1.
Loket Pendaftaran
2.
UGD
3.
Rawat Inap
4.
Farmasi
5.
Klinik Umum
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Rekam medis
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
APENDISITIS AKUT
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Apendisitis akut adalah radang yang timbul secara mendadak pada appendik
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui,dan jika tidak
ditangani segera dapat menyebabkan perforasi;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk pedoman penanganan penyakit appenditis akut sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer edisi I,hal
97;
5. Prosedur
1. Melakukan anamnesa
Hasil anamnesa :
Nyeri perut kanan bawah, mula-mula daerah epigastrium kemudian menjalar ke
Mc Burney,
Gejala Klinis:
a. Muntah
b. Anoreksia, nausea dan vomitus
c. Disuria
d. Obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita
mengalami diare,
e. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi
f.
Variasi lokasi anatomi apendiks akan menjelaskan keluhan nyeri somatik
yang beragam,
2. Melakukan pemeriksaan fisik
Inspeksi Penderita berjalan membungkuk
sambil memegangi perutnya yang
sakit
Palpasi
Terdapat nyeri tekan Mc,Burney
Adanya rebound tenderness (nyeri lepas tekan)
Adanya defens muscular,
Rovsing sign positif
Psoas sign positif
Obturator Sign positif
Perkusi Nyeri ketok (+)
Auskultasi
Peristaltik normal, peristaltik (-) pada illeus paralitik karena peritonitis
generalisata akibat appendisitis perforata,
Rectal Toucher / Colok dubur Nyeri tekan pada jam 9-12
1. Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium darah perifer lengkap
Pada pasien dengan apendisitis akut, 70-90% hasil laboratorium nilai
leukosit dan neutrofil akan meningkat, walaupun bukan penanda utama,
5. Diagnosis
Ditetapkan dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang
6. Rencana Penatalaksanaan
Pasien yang telah terdiagnosisAppendisitis akut harus segera dirujuk ke
layanan sekunder untuk dilakukan operasi cito
Non-farmakologis
a. Bed rest total posisi fowler (anti Trandelenburg)
b. Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun
melalui mulut,
c. Penderita perlu cairan intravena untuk mengoreksi jika ada dehidrasi,
d. Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung dan untuk
mengurangi bahaya muntah pada waktu induksi anestesi,
e. Anak memerlukan perawatan intensif sekurang-kurangnya 4-6 jam
sebelum dilakukan pembedahan,
6. Tata Laksana Farmakologi
a. Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah
apendiktomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik,
b. Penundaan
apendektomi
sambil
memberikan
antibiotik
dapat
mengakibatkan abses atau perforasi,
c. Antibiotik spektrum luas
8. Seluruh hasil pemeriksaan dan tindakan didokumentasikan dalam rekam medic
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Rencana
Penatalaksanaan
Tata Laksana
Farmakologi
Petugas
melakukan
anamnesa
Diagnosis
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
memeriksa fisik
pasien
Petugas menulis hasil
pemeriksaan,
diagnose dan terapi
direkam medic pasien
7. Hal-hal
1. Identifikasi pasien
yang perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
1. Klinik Umum
2. UGD
3. Rawat Inap
4. Farmasi
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Rekam medis
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
OTITIS MEDIA AKUT
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi dalam
waktu kurang dari 3 minggu;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk diagnosis dan penatalaksanaan sesuai tanda dan gejala dan
mencegah komplikasi sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,
edisi I,hal 145;
5. Prosedur
1
Anamnesis
a. Keluhan
Demam dan atau disertai batuk, pilek, lesi makopopuler hari ketiga sampai
hari ke tujuh,
b. Tanda dan Gejala
Rasa nyeri di dalam telinga dan demam serta ada riwayat batuk pilek
sebelumnya, Anak juga gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit waktu tidur, bila
demam tinggi sering diikuti diare dan kejang-kejang, Kadang-kadang anak
memegang telinga yang sakit, Pada stadium supurasi pasien tampak sangat
sakit, dan demam, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat, Bila terjadi
ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh
turun, dan anak tertidur tenang,
Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula
gangguan pendengaran dan rasa penuh dalam telinga,
c. Faktor Risiko
1)
Bayi dan anak
2)
Infeksi saluran napas berulang
3)
Bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusi
d. Pemeriksaan fisik
1)
Dapat ditemukan demam
2)
Pemeriksaan dengan otoskopi untuk melihat membran timpani:
a) Pada stadium oklusi tuba Eustachius terdapat gambaran retraksi
membran timpani, warna membran timpani suram dengan reflex
cahaya tidak terlihat,
b) Pada stadium hiperemis membran timpani tampak hiperemis serta
edema,
c) Pada stadium supurasi membran timpani menonjol ke arah luar
(bulging) berwarna kekuningan,
d) Pada stadium perforasi terjadi ruptur membran timpani dan nanah
keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar,
e) Pada stadium resolusi bila membran timpani tetap utuh, maka
perlahan-lahan akan normal kembali,Bila telah terjadi perforasi,
maka sekret akan berkurang dan mengering,
e. Pada pemeriksaan penala yang dilakukan pada anak yang lebih besar dapat
ditemukan tuli konduktif
f.
Pemeriksaan Penunjang
2. Penegakan Diagnosis
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
Otitis Media Akut:
a. Stadium oklusi tuba Eustachius
Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan
negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara, Membran
timpani terlihat suram dengan refleks cahaya menghilang, Efusi mungkin
telah terjadi, tapi tidak dapat dideteksi, Stadium ini sulit dibedakan dengan
otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi,
b. Stadium Hiperemis
Tampak pembuluh darah melebar di membran timpani sehingga membran
timpani tampak hiperemis serta edema, Sekret yang terbentuk mungkin
masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar dilihat,
c. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani yang
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga luar,
Pasien tampak sangat sakit, dan demam, serta rasa nyeri di telinga
bertambah hebat, Bila tidak dilakukan insisi (miringotomi) pada stadium ini,
kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan keluar nanah ke liang
telinga luar, Dan bila ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) kadang
tidak menutup kembali terutama pada anak usia lebih dari 12 tahun atau
dewasa,
d. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar,
e. Stadium Resolusi
3. Diagnosis Banding
a. Otitis media serosa akut
b. Otitis eksterna
4. Komplikasi
a. Otitis Media Supuratif Kronik
b. Abses sub-periosteal
c. Mastoiditis akut
Penatalaksanaan
1. Asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
2. Pemberian farmakoterapi dengani:
a. Topikal
1)
Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka
kembali tuba eustachius, Obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% (atau
oksimetazolin 0,025%) diberikan dalam larutan fisiologik untuk anak
kurang dari 12 tahun dan HCl efedrin 1% (atau oksimetazolin 0,05%)
dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur lebih dari 12 tahun
atau dewasa,
2)
Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 35 hari, dilanjutkan antibiotik adekuat yang tidak ototoksik seperti
ofloxacin tetes telinga sampai 3 minggu,
b. Oral sistemik
1)
Dapat diberikan antihistamin bila ada tanda-tanda alergi,
2)
Antipiretik seperti paracetamol sesuai dosis anak,
3)
Antibiotik yang diberikan pada stadium oklusi dan hiperemis ialah
penisilin atau eritromisin, selama 10-14 hari:
a)
Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x
sehari atau
b)
Amoksisilin: Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x
sehari atau
c)
Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x
sehari
d)
Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam
klavulanat atau sefalosporin,
4)
Pada stadium supurasi dilakukan miringotomi (kasus rujukan) dan
pemberian antibiotik, Antibiotik yang diberikan:
a)
Amoxyciline:
Dewasa
3x500
mg/hari,
Pada
bayi/anak
50mg/kgBB/hari; atau
b)
Erythromycine:
Dewasa/
anak
sama
dengan
dosis
amoxyciline;atau
c)
Cotrimoxazole:
(kombinasi
trimethroprim
80
mg
dan
sulfamethoxazole 400 mg tablet) untuk dewasa 2x2 tablet, anak
(trimethroprim 40 mg dan sulfamethoxazole 200 mg) suspensi
2x5 ml,
d)
Jika kuman sudah resisten (infeksi berulang): kombinasi
amoxyciline dan asam klavulanat, dewasa 3x625 mg/hari, Pada
bayi/anak, dosis disesuaikan dengan BB dan usia,
5)
Pada stadium supurasi dilakukan miringotomi (kasus rujukan) dan
pemberian antibiotik, Antibiotik yang diberikan:
a)
Amoxyciline:
Dewasa
3x500
mg/hari,
Pada
bayi/anak
50mg/kgBB/hari; atau
b)
Erythromycine:
Dewasa/
anak
sama
dengan
dosis
amoxyciline;atau
c)
Cotrimoxazole:
(kombinasi
trimethroprim
80
mg
dan
sulfamethoxazole 400 mg tablet) untuk dewasa 2x2 tablet, anak
(trimethroprim 40 mg dan sulfamethoxazole 200 mg) suspensi
2x5 ml,
d)
Jika kuman sudah resisten (infeksi berulang): kombinasi
amoxyciline dan asam klavulanat, dewasa 3x625 mg/hari, Pada
bayi/anak, dosis disesuaikan dengan BB dan usia,
6)
Miringotomi (kasus rujukan)
Indikasi miringotomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat,
demam, komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis,
labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat, Miringotomi merupakan terapi
third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali
terapi antibiotik pada satu episode OMA
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Diagnosis
Banding
Komplikasi
Petugas
melakukan
anamnesa
Penegakan
Diagnosis
Penatalaksanaan
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
memeriksa
fisik pasien
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose
dan terapi direkam
medic pasien
7. Hal-hal
yang perlu
1. Identifikasi pasien
2. Anamnesa pasien
diperhatikan 3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
1. Klinik Umum
2. Klinik Mtbs
3. farmasi
9. Dokumen
1. Buku register
Terkait
2. Blangko resep
3. Rekam medis
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
MILIARIA
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat yang ditandai oleh adanya
vesikel milier, Sinonim untuk penyakit ini adalah biang keringat, keringat buntet, liken
tropikus, prickle heat;
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk kemudahan bagi praktisi kesehatan (Puskesmas) dalam
penanganan/penatalaksanaan pertama pada miliaria sesuai SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,
edisi I,hal 293;
5. Prosedur
1.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan yang dirasakan adalah gatal yang disertai timbulnya vesikel, atau bintil
terutama muncul saat berkeringat, pada lokasi predileksi, kecuali pada miliaria
profunda,
Faktor Risiko :
a. Tinggal di lingkungan tropis, panas, kelembaban yang tinggi,
b. Pemakaian baju terlalu ketat,
2.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik :
Tanda Patognomonis Tergantung pada jenis miliaria,
Pemeriksaan Penunjang :
Umumnya tidak diperlukan,
3.
Penegakan Diagnosis (Assessment) Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan cukup dengan gambaran klinis,
Klasifikasi :
a.
Miliaria kristalina
1) Terdiri atas vesikel miliar (1-2 mm), sub korneal tanpa tanda inflamasi,
mudah pecah dengan garukan, dan deskuamasi dalam beberapa hari,
2) Predileksi pada badan yang tertutup pakaian,
3) Gejala subjektif ringan dan tidak memerlukan pengobatan, Cukup
dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi
yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat,
b.
Milaria rubra
1) Jenis tersering, vesikel
miliar atau papulo vesikal di atas dasar
eritematosa sekitar lubang keringat, tersebar diskret,
2) Tatalaksana cukup dengan menghindari panas yang berlebihan,
mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap
keringat,
3) Gejala subjektif gatal dan pedih pada di daerah predileksi,
c.
Miliaria profunda
1)
Merupakan kelanjutan miliaria rubra, berbentuk papul putih keras
berukuran 1-3 mm, mirip folikulitis, dapat disertai pustul,
2)
d.
Predileksi pada badan dan ekstremitas,
Miliaria pustulosa Berasal dari miliaria rubra, dimana vesikelnya berubah
menjadi pustul,
4.
Diagnosis Banding
a. Campak / morbili,
b. Folikulitis,
c. Varisela,
d. Kandidiasis kutis,
e. Erupsi obat morbiliformis,
5.
Komplikasi
Infeksi sekunder
6.
Penegakan Diagnosis
Diagnosis Ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaaan fisik
7.
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan:
Prinsip: mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan membuka retensi
keringat, Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah:
a. Melakukan modifikasi gaya hidup, yaitu:
1) Memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat,
2) Menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan
3) Menjaga kebersihan kulit
4) Mengusahakan ventilasi yang baik
b. Memberikan farmakoterapi, seperti:
1) Topikal
a) Bedak kocok: likuor faberi atau bedak kocok yang mengandung
kalamin dan antipruritus lain (mentol dan kamfora) diberikan 2 kali
sehari selama 1 minggu,
b) Lanolin topikal atau bedak salisil 2% dibubuhi mentol ¼-2 %
sekaligus diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu, Terapi berfungsi
sebagai antipruritus untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya
miliaria profunda,
2) Sistemik (bila gatal dan bila diperlukan)
a) Antihistamin sedatif: hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama 7 hari,
atau
b) Antihistamin non sedatif: loratadin 1x 10 mg per hari selama 7 hari,
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan :
Pada umumnya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang,
Konseling dan Edukasi :
Edukasi dilakukan dengan memberitahukan keluarga agar dapat membantu
pasien untuk:
a. Menghindari kondisi hidrasi berlebihan atau membantu pasien untuk
pakaian yang sesuai dengan kondisinya,
b. Menjaga ventilasi udara di dalam rumah
c. Menghindari banyak berkeringat,
d. Memilih lingkungan yang lebih sejuk dan sirkulasi udara (ventilasi) cukup,
e. Mandi air dingin dan memakai sabun,
Kriteria rujukan :
Tidak ada indikasi rujukan
8.
Sarana dan Prasarana
Lup
9.
Prognosis
Prognosis umumnya bonam, pasien dapat sembuh tanpa komplikasi,
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Diagnosis
Banding
Komplikasi
Penegakan
Diagnosis
7. Hal-hal
yang perlu
1. Identifikasi pasien
2. Anamnesa pasien
diperhatikan 3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
1. UGD
2. Klinik Umum
3. Klinik Kia
4. Klinik mtbs
9. Dokumen
Terkait
Rencana
Penatalaksanaan
Rekam medis
Petugas
melakukan
anamnesa
Penegakan
Diagnosis
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
memeriksa
fisik pasien
Petugas memberikan edukasi
kepada pasien
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose
dan terapi direkam
medic pasien
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
ARTRITIS REMATOID
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Artritis Reumatoid merupakan Penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya
sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian,
seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya,
Kode ICD X : M53.3 Polymyalgia rheumatica
2. Tujuan
3. Kebijakan
P Sebagai acuan untuk pedoman pengobatan pasien arthritis reumatoid sesuai SOP;
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Buku panduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan primer
,edisi I,hal 170 – 173
5. Prosedur
Penatalaksanaan
1. Petugas memanggil pasien sesuai nomer urut
2. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register
3. Petugas memeriksa Tekanan darah, Nadi, Suhu , Berat badan, Tinggi badan
4. Petugas melakukan anamnesa,pemeriksaan fisik pasien,
dengan melihat
adanya tanda-tanda yang mengarah pada rheumatoid artitis
5. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan
6. Petugas memberikan edukasi mengenai penyakit rheumatoid artitis dan
menjelaskan tentang rencana pengobatan :
a.
Pasien diberikan informasi untuk memproteksi sendi, terutama pada
stadium akut dengan menggunakan decker,
b.
Pemberian obat anti inflamasi non-steroid, seperti: diklofenak 50-100
mg 2x/hari, meloksikam 7,5–15 mg/hari, celecoxib 200-400 mg/sehari,
c.
Pemberian golongan steroid, seperti: prednison atau metil prednisolon
dosis rendah (sebagai bridging therapy),
d.
Fisioterapi, tatalaksana okupasi, bila perlu dapat diberikan ortosis,
Kriteria rujukan
1.
Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan steroid
dosis rendah
2.
RA dengan komplikasi,
3.
Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas
7. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit Farmasi
8. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
diagnose dan rujukan ke dalam rekam medis
pemeriksaan,
9. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk memasukan
data dari rekam medis
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas memberikan
pengobatan dan
menbuat resep serta
menberikan edukasi
kepada pasien
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas
menegakkan
diagnose dan
diferensial diagnose
berdasarkan hasil
pemeriksaan
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas
memeriksa
fisik pasien
Petugas menulis hasil pemeriksaan,
diagnose dan terapi direkam medic,
dan memberikan nya ke petugas
simpus untuk di entry
7. Hal-hal
1. Identifikasi pasien
yang perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
1. Unit pelayanan umum
2. Farmasi
9. Dokumen
Rekam medis
Terkait
Blanko resep
Blanko rujukan
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
INFRAK MIOKARD
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Infark Miokard (IM) adalah perkembangan yang cepat dari nekrosis otot jantung
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan yang kritis antara suplai oksigen dan
kebutuhan miokardium, Ini biasanya merupakan hasil dari ruptur plak dengan
trombus dalam pembuluh darah koroner, mengakibatkan kekurangan suplai darah
ke miokardium,
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk menegakkan diagnose menentukan penatalaksanaan sesuai
SOP,
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
1. Permenkes RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
2. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Edisi I
5. Prosedur
Keluhan
1. Nyeri dada retrosternum seperti tertekan atau tertindih benda berat,
2. Nyeri menjalar ke dagu, leher, tangan, punggung, dan epigastrium, Penjalaran ke
tangan kiri lebih sering terjadi,
3. Disertai gejala tambahan berupa sesak, mual muntah, nyeri epigastrium, keringat
dingin, dan anxietas,
Faktor Risiko
Yang tidak dapat diubah:
1. Usia
Risiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun
(umumnya setelah menopause),
2. Jenis kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kali lebih
besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen
endogen yang bersifat protektif pada perempuan, Hal ini terbukti insidensi PJK
meningkat dengan cepat dan akhirnya setara dengan laki-laki pada wanita
setelah masa menopause,
3. Riwayat keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami penyakit jantung koroner
sebelum usia 70 tahun merupakan faktor risiko terjadinya PJK,
Yang dapat diubah:
1. Mayor
a.
Peningkatan lipid serum
b.
Hipertensi
c.
Merokok
d.
Konsumsi alkohol
e.
Diabetes Melitus
f.
Diet tinggi lemak jenuh,kolesterol dan kalori
2. Minor
a.
Aktivitas fisik kurang
b.
Stress psikologik
c.
Tipe kepribadian
Faktor Predisposisi:
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda sering tidak membantu diagnosis
a. Pasien biasanya terbaring dengan gelisah dan kelihatan pucat
b. Hipertensi/hipotensi
c. Dapat terdengar suara murmur dan gallop S3
d. Ronki basah disertai peningkatan vena jugularis dapat ditemukan pada AMI
yang disertai edema paru
e. Sering ditemukan aritmia
Pemeriksaan Penunjang
EKG:
a. Pada STEMI, terdapat elevasi segmen ST diikuti dengan perubahan sampai
inversi gelombang T, kemudian muncul peningkatan gelombang Q minimal di
dua sadapan,
b. Pada NSTEMI, EKG yang ditemukan dapat berupa depresi segmen ST dan
inversi gelombang T, atau EKG yang normal,
Laboratorium (dilakukan di layanan rujukan):
Peningkatan kadar enzim atau isoenzim merupakan indikator spesifik infark miokard
akut, yaitu kreatinin fosfokinase (CPK,CK), troponin T, dan isoenzim CPK MP atau
CKMB,
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang,
Kriteria diagnosis pasti jika terdapat 2 dari 3 hal di bawah ini:
a. Klinis : nyeri dada khas angina,
b. EKG : ST elevasi atau ST depresi atau T inverted,
c. Laboratorium : peningkatan enzim jantung,
Klasifikasi
a. STEMI
b. NSTEMI
Diagnosis Banding
a. Angina pectoris prinzmetal
b. Unstable angina pectoris
c. Ansietas
d. Diseksi aorta
e. Dispepsia
f.
Miokarditis
g. Pneumothoraks
h. Emboli paru
Komplikasi
a. Aritmia letal
b. Perluasan infark dan iskemia paska infark, disfungsi otot jantung, defek
mekanik, ruptur miokard,
Penatalaksanaan
a. Tata Laksana: Segera rujuk setelah pemberian MONACO:
M
: Morfin, 2,5-5 mg IV
O
: Oksigen 2-4 L/m
N
: Nitrat, bisa diberikan nitrogliserin infus dengan
dosis mulai dari 5mcg/m (titrasi) atau ISDN 5-10
mg sublingual maksimal 3 kali
A
: Aspirin, dosis awal 160-320 mg dilanjutkan dosis
pemeliharaan 1 x 160 mg
CO : Clopidogrel, dosis awal 300-600 mg, dilanjutkan
dosis pemeliharaan 1 x 75 mg
sDirujuk dengan terpasang line infus dan oksigen
b. Modifikasi gaya hidup:
Modifikasi gaya hidup dalam hal pola makan, olah raga/aktivitas fisik,
menghentikan
rokok,
pengendalian
stres,
untuk
menurunkan
risiko
predisposisi,
c. Pengobatan Biomedis (dilakukan di layanan rujukan):
1. Antikoagulan: Heparin 20,000-40,000 U/24 jam IV tiap 4-6 jam
2. Streptokinase/trombolisis
3. PCI (Percutaneous coronary intervention)
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan (bila diperlukan): EKG serial
Konseling dan Edukasi
Edukasi untuk mengendalikan faktor risiko, teratur kontrol ke dokter untuk terapi
lanjutan,
Kriteria Rujukan
Segera dirujuk setelah mendapatkan terapi MONACO ke layanan
sekunder dengan spesialis jantung atau spesialis penyakit dalam
6. Diagram
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Alir
Diagnosis Banding
Diagnosis
Petugas memberikan
edukasi kepada pasien
Penatalaksanaan
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose dan
terapi direkam medic pasien
7. Hal-hal
1. Identifikasi pasien
yang perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatika
3. Diagnosa pasien
8. Unit terkait
9. Dokumen
Terkait
UGD
1. Rekam medis
2. Blangko rujukan
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
GASTRITIS AKUT
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Gastritis adalah proses inflamasi/peradangan pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri
atau bahan iritan lain. Proses inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal;
Kode ICD X : K29.7 Gastritis
2. Tujuan
3. Kebijakan
Sebagai pedoman acuan untuk penegakan diagnosis Gastritis sesuai dengan SOP;
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,
edisi I, hal 69 – 70
5. Prosedur
Penatalaksanaan
10. Petugas memanggil pasien sesuai nomer urut
11. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register
12. Petugas memeriksa Tekanan darah, Nadi, Suhu , Berat badan, Tinggi badan
13. Petugas melakukan anamnesa,pemeriksaan fisik pasien,
dengan melihat
adanya tanda-tanda yang mengarah pada gastritis
14. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan
15. Petugas memberikan edukasi mengenai penyakit gastritis dan menjelaskan
tentang rencana pengobatan
16. Petugas menuliskan resep untuk pengobatan Gastritis dapat diberikan :
a. H2 blocker 2x/hari ( Ranitidine 150 mg/kali )
b. PPI 2x/hari ( Omeprazole 20 mg/kali )
c. Antasida dosis 3 x 500 – 1000 mg/hari
17. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke unit farmasi
18. Petugas
mendokumentasikan
semua
hasil
anamnesa,
pemeriksaan,
diagnose, terapi, edukasi, rujukan yang telah dilakukan ke dalam rekam medis
19. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk di entry
6. Diagram alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas memberikan
Pengobatan dan
menulis resep serta
memberikan edukasi
kepada pasien
Petugas
menegakkan
diagnosa dan
atau difernsial
diagnosa
berdasarikan
hasil periksa
Petugas
memeriksa fisik
pasien dan
pemeriksaan
penunjang bila
diperlukan
Petugas menulis hasil pemeriksaan,
diagnose dan terapi direkam medis
pasien dan dimasukan ke data simpus
7. Hal-hal yang
1. Identifikasi pasien
perlu
2. Anamnesa pasien
diperhatikan
3. Diagnosa pasien
8. Unit Terkait
1. Unit pelayanan Umum
2. Farmasi
3. Laboratorium
9. Dokumen
1. Rekam medis
terkait
2. Blangko resep
3. Blangko rujukan
4. Blangko laboratorium
10. Rekaman
Histori
Perubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
STATUS ASMATIKUS
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1.Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Asma akut berat ( Serangan asma atau asma eksaserbasi ) adalah episode
perburukan gejala yang progresif dari sesak, batuki, mengi atau rasa berat di dada,
atau kombinasi gejala tersebut
Kode ICD X : J45.902 Unspecified asthma with status asthmaticus
2. Tujuan
Sebagai pedoman acuan untuk penegakan diagnosis Status asmatikus sesuai
dengan SOP;
3. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaresik
Nomor : 800/ /UKP/SKRS/1/2018 Tentang Layanan Klinis;
4. Referensi
Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer,
edisi I, hal 69 – 70
5. Prosedur
Penatalaksanaan
1
Petugas memastikan pasien ditempatkan dalam posisi yang nyaman
2
Petugas melakukan identifikasi pasien
3
Petugas melakukan anamnesa, mengecek
tanda vital, dilanjutkan dengan
melakukan pemeriksaan Fisik, bila ditemukan tanda – tanda sesak nafas yang
hebat, ada retraksi dinding dada, disertai bunyi mengi, dan batuk terus menerus
maka segara dilakukan tindakan :
A Pasang oksigen untuk mencapai saturasi O2 yang maksimal
B Nebulisasi agonis beta – 2 kerja singkat
C Kortikosteroid sistemik jika pasien tidak ada respon segera
D Re-evaluasi setelah I jam
# Jika respon membaik pasien di observasi
# Jika respon memburuk kita rujuk ke fasilitas yang lebih baik
4
Petugas mengedukasi pasien supaya bisa mengenal tanda – tanda kalau
serangan asma nya kambuh, dan memastikan harus mampu melakukan tindakan
awal pengangan serangan asma nya dengan cara memastikan tersedianya obat –
obat yang mampu menangani serangan asma bila terjadi kekambuhan yang
mendadak
5
Petugas menuliskan resep untuk diserahkan ke farmasi apabila kondisi pasien
mengalami perbaikan klinis ; Keluhan berkurang, frekuensi nafas kembali normal,
mengi menghilang, nadi dan tekanan darah kembali normal, maka teripi beta – 2
agonis nya bias dilanjutkan, ditambah oabat2 an sesuai kebutuhan
6
Petugas mendokumentasikan hasil, anamnesa, pemeriksaan fisik dan diagnose
atau rujukan ke dalam rekam medik
7
Petugas mendokumentasikan hasil rekam medic kedalam buku register dan
memasukkannya ke dalam simpus
6. Diagram Alir
Petugas memanggil
pasien, dan mencatat
identitas dibuku
registrasi
Petugas
melakukan
anamnesa
Petugas dapat melakukan
permintaan pemeriksaan penunjang
laboratorium
Petugas menegakkan diagnosa
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
fisik dan atau pemeriksaan laboratorium
Petugas menulis hasil
pemeriksaan, diagnose dan
terapi direkam medic pasien
7 Hal – hal yang
1 Identifikasi pasien
harus
2 Anamnesa pasien
diperhatikan
3 Diagnosa pasien
1
1 Unit Pelayanan umum
Unit terkait
2 Farmasi
9 Dokumen
1 Rekam medic
terkait
2 Blanko rujukan
Petugas
memeriksa
tanda-tanda
vital Sign
pasien
Petugas memeriksa
fisik pasien
Petugas
memberikan
terapi dan
konseling
Petugas
memberikan
edukasi kepada
pasien
10, Rekam
histori
peubahan
No
Yang diubah
Isi Perubahan
Tgl, mulai diberlakukan
SOP
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1.Pengertian
1. Tujuan
2. Kebijakan
3. Referensi
4. Prosedur
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
SOP
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1.Pengertian
1. Tujuan
2. Kebijakan
3. Referensi
4. Prosedur
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
SOP
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1.Pengertian
1. Tujuan
2. Kebijakan
3. Referensi
4. Prosedur
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
SOP
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1.Pengertian
1. Tujuan
2. Kebijakan
3. Referensi
4. Prosedur
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
SOP
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1.Pengertian
1. Tujuan
2. Kebijakan
3. Referensi
4. Prosedur
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
SOP
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1.Pengertian
1. Tujuan
2. Kebijakan
3. Referensi
4. Prosedur
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
PELAYANAN MEDIS
SOP
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
1. Pengertian
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Pelayanan Medis adalah proses pengkajian pasien dilakukan oleh tenaga yang
kompeten dan sesuai dengan standar profesi meliputi :
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital
adalah pemeriksaan tekanan darah, nadi,
suhu, danrespirasi rat;
2. Anamnesa Penyakit adalah wawancara terhadap pasien atau keluarganya
tentang penyakit / keluhan, lamanya sakit dan pengobatan yang sudah
didapatkan;
3. Pemeriksaan Fisik adalah pemeriksaan mencakup :
a. Inspeksi
: Keadaan umum pasien secara visual.
b. Palpasi :Pemeriksaan raba(perabaanbenjolan,konsistensi
hepar/lien).
c. Perkusi
: Pemeriksaan ketuk (batas jantung,paru,hepar,asites).
d. Auskultasi : Periksa dengan menggunakan stetoskop.
4. Pemeriksaan
Penunjang
adalah
pemeriksaan
yang
diperlukan
untuk
membantu menegakkan diagnosa penyakit yaitu Laboratorium, EKG, USG.
5. Penegakkan diagnosa adalah menetapkan jenis penyakit yang diderita oleh
pasien berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang dilakukan oleh dokter atau oleh paramedik apabila dokter
tidak ada sesuai dengan pelimpahan wewenang.
6. Rujukan Internal adalah rujukan yang ditujukan atau berasal dari sub unit lain
dalam lingkungan Puskesmas meliputi klinik PHBS, KIA, KB, Gigi, Ruang
Tindakan, Kesling, Gizi, KBM.
7. Rujukan Eksternal adalah rujukan ke fasilitas kesehatan di luar Puskesmas.
8. Resep adalah perintah tertulis tentang cara pemberian obat, dapat berupa
resep internal yang hanya dapat dilayani di sub unit farmasi UPT Puskesmas
Sukaratu dan resep luar yang dapat di tebus di apotek atau pelayanan
farmasi di luar sub unit farmasi UPT Puskesmas Sukaratu.
2.Tujuan
Sebagai acuan bagi petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien di
Klinik Umum UPT Puskesmas Sukaratu.
3.Kebijakan
Keputusan Kepala UPT Puskesmas Sukaratu Nomor : SK/……/SKR/I/2018
Tentang Pelayanan Klinis;
4.Referensi
Prosedur
Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 75 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
1.
Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut.
2.
Petugas mencocokkan identitas pasien dengan rekam medis, jika ada
ketidaksesuaian
data
petugas
mengkonfirmasikan
dengan
sub
unit
pendaftaran.
3.
Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah dan mengukur berat badan
dan dicatat dalam buku rekam medis.
4.
Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
5.
Bila memerlukan pemeriksaan penunjang pasien dikirim ke penunjang
diagnostik (Laborat, Rontgen).
6.
Petugas menegakkan diagnosa, bila perlu tindakan medis petugas/ dokter
melakukan tindakan medis dan menulis tarif tindakan di kwitansi, bila perlu
rujukan membuat surat rujukan.
7.
Bila pasien memerlukan obat, petugas memberikan resep dan dicatat d i
Rekam Medik.
8.
Petugas melakukan pencatatan di buku register.
9.
Petugas menyerahkan resep kepada pasien dan dipersilahkan ke ruang
obat.
10. Pada akhir pelayanan petugas mengembalikan Rekam Medik ke bagian
pendaftaran.
Petugas
memanggil
pasien sesuai
nomor urut
Bila memerlukan
pemeriksaan penunjang
pasien dikirim ke
penunjang diagnostik
(Laboratorium)
Petugas menegakkan
diagnosa, bila perlu
tindakan medis petugas/
dokter melakukan
Pada akhir
pelayanan petugas
mengembalikan
Rekam Medik ke
bagian pendaftaran
7.Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
1. Tekanan Darah
2. Respirasi
3. Nadi
4. Suhu
8.Unit Terkait
1. Pendaftaran
2. Klinik Umum
Petugas mencocokkan
identitas pasien dengan
Rekam Medis, jika ada
ketidak sesuaian data
Petugas
melakukan
anamnesa dan
pemeriksaan
fisik
petugas
mengkonfirmasikan
dengan sub unit
pendaftaran
Petugas melakukan
pemeriksaan tekanan
darah dan mengukur
berat badan dan dicatat
dalam buku Rekam Medis
tindakan medis dan
menulis tarif tindakan di
kwitansi, bila perlu
rujukan membuat surat
rujukan
Petugas
menyerahkan resep
kepada pasien dan
dipersilahkan ke
ruang obat
Bila pasien
memerlukan
obat, petugas
memberikan
resep dan
dicatat di Rekam
Medik
Petugas
melakukan
pencatatan di buku
register
3. Klinik Mtbs
4. Klinik Gigi
5. Klinik Konseling
6. Klinik KIA-KB
7. Klinik Farmasi
8. Rawat Inap
9. Poned
10. Laboratorium
9. Dokumen
Rekam Medik
Terkait
10.Rekaman
Historis
Perubahan
No
Yang dirubah
Isi Perubahan
Tgl Mulai diberlakukan
PELAYANAN MEDIS
No.Dokumen : ..../SOP/UKP/I/SKRS/2018
No. Revisi
:
Tanggal Terbit :
Halaman
:
SOP
UPT
PUSKESMAS
SUKARESIK
Asep Hermawan, SKM, M.Si
NIP. 19631206 198602 1 001
Langkah Kegiatan
Ya
1
Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
2
Apakah Petugas mencocokkan identitas pasien dengan
Rekam Medis, jika ada ketidak sesuaian data
petugas mengkonfirmasikan dengan sub unit
pendaftaran
3
Apakah Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah
dan mengukur berat badan dan dicatat dalam
buku Rekam Medis
4
Apakah Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik
5
Apakah
Bila memerlukan pemeriksaan penunjang pasien
dikirim
ke
penunjang
diagnostik
(Laborat,
Rontgen)
6
Apakah Petugas
tindakan
menegakkan
medis
diagnosa,
petugas/
dokter
bila
perlu
melakukan
tindakan medis dan menulis tarif tindakan di
kwitansi,
bila
perlu
rujukan
membuat
surat
rujukan
7
Apakah Bila
pasien
memerlukan
obat,
petugas
memberikan resep dan dicatat di Rekam Medik
8
Apakah Petugas melakukan pencatatan di buku register
Tidak
Tidak
Berlaku
9
Apakah Petugas menyerahkan resep kepada pasien dan
dipersilahkan ke ruang obat
10
Apakah Pada akhir pelayanan petugas mengembalikan
Rekam Medik ke bagian pendaftaran
CR
: …………………………%.
Bantarujeg,……………………..
Pelaksana / Auditor
.................................
Download
Study collections