Uploaded by Tiara Murtisari

bab-v-metode-pelaksanaan-konstruksi-basement-1

advertisement
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
BAB V
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT
5.1 Uraian Umum
Metode konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam proyek
konstruksi untuk mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan
waktu. Aspek teknologi, sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi.
Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis,
cepat, dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada
suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu
sebagaimana ditetapkan akan dapat tercapai.
Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan
kondisi lapangan di mana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga
tergantung pada jenis proyek yang dikerjakan. Metode pelaksanaan
pekerjaan untuk bangunan gedung berbeda dengan metode pekerjaan
bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi dermaga maupun
konstruksi jalan dan jembatan.
Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan
yang disesuaikan dengan
designdari konsultan perencana. Perencanaan
metode pelaksanaan pekerjaan struktur didasarkan atas
design, situasi dan
kondisi proyek serta site yang ada dalam data-data proyek. Data-data
tersebut merupakan data yang mempengaruhi dalam menentukan dan
merencanakan metode pelaksanaan gedung.
V-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
Metode site works atau struktur bawah merupakan metode yang
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
metode pekerjaan struktur
secara keseluruhan. Metode struktur bawah akan menentukan ketepatan
schedule pelaksanaan struktur. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat
kesulitan yang tinggi dalam pelaksanaannya.
Seiring
dengan
perkembangan
kemajuan
teknologi
dimana
kebutuhan akan pembangunan semakin meningkat, namun lahan yang
dimiliki terbatas sehingga mendukung para
engineeruntuk memanfaatkan
lahan yang terbatas semaksimal mungkin menjadi bangunan bertingkat.
Bangunan bertingkat tidak hanya berarti berada diatas permukaan tanah,
melainkan juga dapat dibuat di bawah permukaan tanah yang dikenal
dengan basement.
Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan
yang keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Jadi dapat
dikatakan bahwa basementadalah ruang bawah tanah yang merupakan
bagian dari bangunan gedung. Struktur basementgedung bertingkat (tidak
termasuk pondasi tiang), secara garis besar, terdiri dari diantaranya pile cap ,
kolom, dinding basement, balok/ tie beam dan pelat lantai. Adanya basement
tentunya akan ada penggalian tanah. Bagian ini yang biasa terjadi dan
merupakan langkah awal berdirinya sebuah gedung tinggi. Kendala yang
dihadapi pada pekerjaan galian basementadalah faktor runtuhnya dinding
tanah vertikal dan munculnya air tanah ke permukaan pada galian.
V-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yakni metode
konstruksi, retaining wall dan dewatering. Metode pelaksanaan konstruksi
basementyang digunakan, yaitu:
5.1.1
Metode Konstruksi Bottom Up
Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah
seluruh pekerjaan galian selesai mencapai galian elevasi rencana
(sistem konvensional). Pelat basement paling bawah dicor terlebih
dahulu sehingga menjadi pondasi pile cap, kemudian basement
diselesaikan dari bawah keatas, dengan menggunakan scaffolding.
Pada sistem ini galian tanah dapat berupa
open cut , sering
tidak menggunakan dewatering cut off, tetapi menggunakan
dewatering sistem predrainase dan struktur dinding penahan
tanahnya menggunakan soldier pile dan strauss pile yang bisa
sementara maupun permanen. Dalam hal ini pekerjaan
dewatering
akan diberhentikan, harus dihitung lebih dahulu apakah struktur
basementyang telah selesai dibangun mampu menahan tekanan ke
atas dari air tanah yang ada, agar terjadi deformasi dari bangunan
yang dapat menyebabkan keretakan struktur.
Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
pelaksanaan konstruksi basementdengan metode
bottom up ialah
sebagai berikut :
1. Mobilisasi peralatan
2. Pelaksaanaan pondasi tiang (bore pile )
3. Pekerjaan pemasangan soldier piledan strauss pile
V-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
4. Penggalian dan pembuangan tanah
5. Pelaksanaan pile cap dantie beam
6. Pelaksanaan plat lantai basement
7. Pelaksanaan dinding penahan tanah (retaining wall ) dan kolom
basement
8. Dewatering
Secara umum, kegiatan-kegiatan pekerjaan tersebut diatas
adalah item pekerjaan utama yang hampir dapat selalu ditemukan
dalam suatu pelaksanaan pekerjaan basementdengan metode bottom
up. Berikut adalah gambaran pelaksanaan pekerjaan berdasarkan
urutan pekerjaan yang mana harus dimulai dari lantai dasar
basement.
Kemungkinan lain dapat saja terjadi, tetapi pada umumnya
tata cara pelaksanaan metode basement bottom up akan mengikuti
pola demikian. Beberapa hal yang dapat disebut merupakan ciri-ciri
pelaksanaan basement dengan metode bottom up yang lazim
dilakasanakan dari jabaran di atas adalah :
1.
Metode bottom up tidak memerlukan tata cara manajemen
proyek secara khusus, karena umumnya sudah menjadi hal yang
biasa dilaksanakan
2.
Diperlukan pengendalian muka air tanah sekeliling secara
intensif
3.
Dinding penahan tanah dapat tetap atau sementara, tetapi yang
pasti untuk pelakasanaannya tidak dapat dilakukan simultan
V-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
dengan pekerjaan lain, dinding penahan tanah adalah awal dari
pekerjaan basementyang mutlak dilakukan sebelum pekerjaan
lainnya dimulai kecuali tiang pondasi
4.
Setiap usaha mempercepat waktu pelaksanaan, pada umumnya
menyebabkan penambahan sumber daya baik manusia maupun
peralatan yang tidak sebanding dengan produksinya
5.
Semakin dalam (semakin banyak jumlah basement) metode
pelaksanaan ini akan semakin sulit
6.
Diperlukan luas lahan yang cukup untuk mengendalikan
transportasi galian tanah vertikal
7.
Akibat proses penggalian dan kebutuhan akan konstruksi
samentara yang banyak, maka kondisi lingkungan proyek akan
padat dan kotor
8.
Kemungkinan
melakukan
kombinasi
pelaksanaan
secara
simultan dengan kegiatan lainnya amat minim karena metode
konstruksi memberikan urutan kegiatan demikian
5.2 Struktur Basement
Struktur basement gedung bertingkat (tidak termasuk pondasi),
secara garis besar, terdiri dari:
1. Pile Cap
Pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari
pembebanan yang ada. Bentuk dari
pile cap juga bervariasi dengan
bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap
pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang akan
V-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang
mengikat 2 dan 4 buah bore pile yang diikat menjadi satu.
Gambar 5.1Pekerjaan Pile Cap
Sumber: Proyek
2. Tie Beam
Tie beam adalah elemen struktur yang terdapat pada bangunan
gedung atau bangunan yang menggunakan pondasi dalam atau pondasi
dangkal setempat. Tie beam ini terletak di atas tanah dan di atas pondasi.
Tie beam ini sama dengan balok hanya saja letaknya di struktur bawah.
Dari segi struktural, tie beam berfungsi sebagai pengaku antara pondasi
satu dengan yang lainnya sehingga tingkat kekakuan dari struktur bawah
meningkat.
V-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
Gambar 5.2 Pekerjaan Tie Beam
Sumber: Proyek
3. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang
memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur
tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya ( collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). SK SNI
T-15-1991-03
mendefinisikan
kolom
adalah
komponen
struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal
dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi
lateral terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh
bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh
manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk
struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti
V-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.
Gambar 5.3 Pekerjaan Kolom
Sumber: Proyek
3. Plat LantaiBasement/ Slab Basement
Balok dan pelat adalah elemen dari sebuah bangunan. Kegagalan
dalam merencanakan dimensi dan penulangan dapat menyebabkan
keruntuhan dari bangunan tersebut.
Gambar 5.4 Pekerjaan Plat LantaiBasement/ Slab Basement
Sumber: Proyek
V-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
Gambar 5.5 Pengecoran Plat LantaiBasement/ Slab Basement
Sumber: Proyek
4. Dinding Basement
Dinding pada basement harus dirancang agar kokoh dan kuat,
retaining wall (penahan beban tekanan
mengingat fungsinya sebagai
tanah dan air).
Gambar 5.6 Pekerjaan Dinding Basement
Sumber: Proyek
Struktur-struktur tersebut di atas adalah struktur beton bertulang
dengan system dicor di tempat
(cast in place). Pelaksanaan struktur
V-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
basement seperti yang telah dibahas sebelumnya ada dua cara, yaitu:
metode konstruksi Top-Down dan Bottom-Up. Dalam pelaksanaan
pembangunan konstruksi basement banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah kemampuan teknis dan kondisi lingkungan
sekitar konstruksi tersebut dibangun, Getaran akibat pekerjaan
pelaksanaan, jumlah lantai basement ,mobilisasi/transportasi ke dan dari
lokasi proyek dan terlebih lagi parameter-parameter tanah di lokasi. Hal
ini dapat dimengerti mengingat tanah adalah salah satu obyek dalam
bidang geoteknik sebagai bagian dari ilmu teknik sipil, yang rnempunyai
tingkat ketidakpastian (Uncertainty)yang tinggi ,sedang sebagaimana
diketahui basement adalah bangunan konstruksi yang terletak di bawah
permukaan tanah. Kesulitan ini akan makin bertambah dengan sermakin
berkembangnya budaya manusia, sehingga manusia itu sendiri
membentuk lingkungan yang mempengaruhi sekelilingnya.
Pembangunan
fasilitas infrastruktur
yang
diikuti dengan
bangunan-bangunan gedung disekitarnya memberikan dampak terhadap
pola pembangunan gedung dari arah perkembangan horisontal menjadi
vertikal, sehingga pada akhirnya selain semakin tinggi keatas juga
semakin dalam kebawah. Dan dengan semakin berkembangnya tuntutan
akan jadwal pelaksanaan yang efektif, biaya yang efisien dan mutu
konstruksi yang baik, maka aspek ekonomi, selain aspek teknis, juga
memberikan tambahan aspek pada manajemen pelaksanaan konstruksi
untuk dilakukan secara terintegrasi.
V - 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
Begitu
juga
dalam
proses
pelaksanaan
basement
telah
berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia dan
kemampuan manusia itu sendiri merancang suatu pelaksanaan sesuai
dengan perkembangan pengetahuannya. Sehingga teknik manajemen
konstruksi pelaksanaan basement yang diperlukan adalah bagaimana
memilih
metode
konstruksi
yang
tepat
dan
bagaimana
mengendalikannya sebagai konsekuensi logis dari tuntutan-tuntutan
tersebut di atas.
5.3 Hal-Hal Umum Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembangunan
Struktur Basement
Berbeda dengan bangunan yang lain, maka proyek gedung
bertingkat memiliki karakteristik yang spesifik, khususnya dalam teknologi
pelaksanaannya. Sifat yang spesifik ini perlu diperhatikan dalam rangka
penyusunan metode pelaksanaan. Khususnya dalam metode pelaksanaan
konstruksi basement8 lantai. Beberapa hal yang spesifik antara lain sebagai
berikut :
1. Urutan Pekerjaan
Tiap bagian pekerjaan sangat terkait dengan bagian pekerjaan
yang lain, sehingga perlu disusun urutan pelaksanaannya. Bila urutan
kegiatan disusun tidak tepat, maka akan menimbulkan berbagai masalah
pelaksanaan, yang dapat berdampak pada tidak tercapainya sasaran
efisiensi dan efektivitas. Urutan kegiatan pelaksanaan ini pun juga dapat
berubah sesuai dengan penemuan cara-cara pelaksanaan yang baru.
V - 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
2. Jenis Pekerjaan
Bangunan gedung, dikenal memiliki banyak jenis kegiatan dan
memerlukan banyak jenis material dengan berbagai macam spesifikasi.
Bahkan jenis material konstruksi pun ikut berkembang sesuai dengan
penemuan-penemuan baru yang dihasilkan. Untuk dapat merinci jenis
kegiatan pada bangunan gedung secara lengkap diperlukan kemampuan
menyusun work breakdown structures.
3. Kegiatan Pengangkutan Vertikal
Angkutan vertikal ini merupakan jantungnya kegiatan dari
proyek gedung bertingkat dan sangat besar pengaruhnya terhadap
kelancaran pelaksanaan. Oleh karena itu sistem angkutan vertikal ini
harus direncanakan sebaik-baiknya, baik untuk angkutan tenaga kerja
maupun angkutan material dan diperlukan juga penggunaan peralatan
yang semakin canggih, seperti tower crane, climbing crane, passenger
hoistdan lain sebagainya.
4. Keselamatan Kerja
Banyak kegiatan pekerjaan yang rawan terhadap kecelakaan,
baik disebabkan oleh manusia, alat, material, maupun desain dan metode
yang tidak aman. Oleh karena itu
safety plan sangat diperlukan, baik
untuk menjaga keselamatan orang yang bekerja pada bangunan itu, dan
orang yang mungkin berada di sekitar tempat bangunan. Begitu juga
terhadap keamanan bangunan itu sendiri selama proses pelaksanaan.
V - 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
5. Keterbatasan Lokasi
Pada umumnya letak lokasi proyek ada di tengah kota yang
terbatas areal kerjanya. Sehingga diperlukan suatu perencanaan site (site
plan) yang baik, untuk menjamin kelancaran proses pelaksanaan
pekerjaan. Perencanaan site planini harus dianggap penting karena akan
berpengaruh pada kelancaran pelaksanaan, di mana meletakkan
perkantoran, pergudangan, jalan kerja, dan lain sebagainya. Dalam hal
ini kita patut untuk meniru perencanaan tata letak mesin-mesin pada
suatu pabrik, yang direncanakan dengan sempurna untuk memperoleh
tingkat produktivitas yang maksimal.
6. Air Tanah
Khususnya untuk bangunan bertingkat yang memiliki ruang
basement yang dalam, kondisi air tanah setempat akan cukup
berpengaruh pada proses pelaksanaan. Dari beberapa kondisi yang
spesifik tersebut di atas, maka proses pelaksanaan gedung bertingkat
tinggi, sangat perlu didahului dengan pekerjaanpekerjaan persiapan
untuk menjamin kelancaran dan keamanan proses tersebut. Pekerjaanpekerjaan persiapan tersebut, yang biasanya masuk dalam pos
preliminaries, di mana besarnya cukup berarti terhadap total biaya
proyek. Untuk beberapa proyek besar, pos tersebut dapat mencapai lebih
dari 10% dari total biaya.
V - 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
5.4 Pekerjaan Strauss Pile
Gambar 5.7 Denah Titik Strauss Pile
Sumber: Proyek
Urutan pekerjaan Strauss Pile
1. Membuat pintuk akses untuk jalan kerja excavator& dump truck
2. Dump truck(vol. Muat 20 m3) fill tanah & excavatormemadatkan
sampai top tanah urugan
3. Kemudian excavatorberpindah untuk memadatkan tanah
4. Mesin bor strauss pilemelakukan pengeboran
5. Pengecoran strauss piledimulai
6. Excavator berpindah untuk memadatkan tanah
7. Mesin bor strauss pilemelakukan pengeboran
5. Pengecoran strauss piledimulai dari
6. Setelah point 1 – 5 selesai, kemudian lereng galian proteksi kembali
dengan terpal
V - 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
5.5 Pekerjaan Dinding Penahan (Retaining Wall)
a. Kualitas Beton
Kualitas beton yang digunakan adalah fc’ = 35 Mpa (K-420) (Beton
Integral).
Gambar 5.8 Beton Integral
Sumber: Proyek
b. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan adalah fc’ 35 (fy = 400 Mpa).
Gambar 5.9 Baja Tulangan
Sumber: Proyek
V - 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
c. Semen Portland
Jenis semen yang digunakan adalah jenis semen portland typeI. Jenis ini
biasa digunakan untuk konstruksi bangunan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus untuk hidrasi panas dan kekuatan tekan
awal. Kegunaan semen portland type I diantaranya konstruksi bangunan
untuk
rumah
permukiman,
gedung
bertingkat,
dan
jalan
raya. Karakteristik semen portland type I ini cocok digunakan di lokasi
pembangunan di kawasan yang jauh dari pantai dan memiliki kadar
sulfat rendah.
Gambar 5.10Semen Portland
Sumber: Proyek
V - 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
5.6 Pekerjaan Galian
Gambar 5.11 Potongan Galian 1
Sumber: Proyek
Gambar 5.12 Potongan Galian 2
Sumber: Proyek
Pekerjaan galian tanah di bagi menjadi 20 zone, dikarenakan area proyek yang
sangat terbatas.
V - 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
Pembagian tahap galian sebagai berikut:
1. Galian Tahap 1
Direncanakan selesai tanggal 29-09-2016 volume tanah : 1500 m3
Gambar 5.13Galian Tanah Tahap 1
Sumber: Proyek
2. Galian Tahap 2
Direncanakan selesai tanggal 3-10-2016 volume tanah : 1350 m3
Gambar 5.14 Galian Tanah Tahap 2
Sumber: Proyek
V - 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
3. Galian Tahap 3
Direncanakan selesai tanggal 8-10-2016 volume tanah : 1400 m3
Gambar 5.15 Galian Tanah Tahap 3
Sumber: Proyek
4. Galian Tahap 4
Direncanakan selesai tanggal 19-10-2016
Gambar 5.16 Galian Tanah Tahap 4
Sumber: Proyek
V - 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
a. Material
: Tanah Existing
b. Alat kerja :
-
Exavator, Dumptruck
-
Alat tukang gali, tangga kerja
-
Alat ukur Waterpass , theodolite, meteran
-
Perlengkapan K3LM
c. Lokasi
: Area Basement
5.8 Pemasangan Bekisting Pile Cap
Struktur bawah terdiri dari pekerjaan pondasi pile cap sebagai kepala bore
pile. Sequencepekerjaan pile capdapan di jelaskan sebagai berikut :
a. Material
: Pasir pasang, semen, batako, air bersih
b. Alat Kerja
:
-
Alat tukang batu
-
Alat ukur
-
Perlengkapan K3
-
Alat tukang gali
c. Lokasi Kerja : Pile Cap
d. Urutan Pelaksanaan :
1. Periksa ulang dimensi/elevasi galian
2. Marking posisi Pile Cap / Tie Beam
3. Marking posisi bekisting Pile Cap / Tie Beam
4. Buat lantai kerja sesuai elevasi Pile Cap / Tie Beam
5. Pasang bekisting sesuai dengan dimensi
Pile Cap / Tie Beam kuat
dan rata
V - 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
6. Beersihkan lokasi Pile Cap / Tie Beam setelah selesai pasang
bekisting dan lantai kerja.
Gambar 5.17 Pemasangan BekistingPile Cap
Sumber: Proyek
5.9 Pekerjaan Pengecoran Pile Cap
Gambar 5.18 Detail Pekerjaan PengecoranPile Cap
Sumber: Proyek
a. Material
: Beton dengan mutu fc’ 35 MPa ( ready mix )
V - 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab V Metode Pelaksanaan Konstruksi Basement
b. Alat Kerja
:
a. Truck Mixer
b. Vibrator
c. Alat tukang cor beton
d. Alat ukur
e. Roskam
f. Power listrik
g. Instalasi lampu penerangan
h. Concrete Pump
i. Perlengkapan K3
c. Lokasi Kerja
: Pile Cap
d. Urutan Pelaksanaan :
a. Persiapan
b.
-
Membuat ijin kerja yang disetujui oleh MK
-
Membuat Shop Drawing Pile cap
Pelaksanaan
1. Periksa sesuai dengan shop drawing
2. Periksa stek kolom yang sudah terpasang
3. Periksa instalasi M/E apabila ada
4. Bersihkan lokasi pengecoran dari kotoran yang mengurangi mutu
beton /bersih. Periksa slump beton dan surat jalan beton
5. Pengecoran menggunakan concrete Pump dari Truck Mixer
6. Pemadatan menggunakan mesin vibrator dan perataan beton.
V - 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download