HANDOUT Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah A. Konsep Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintah Daerah Persamaan dasar akuntansi (accounting equation) adalah persamaan yang menggambarkan bahwa jumlah harta yang tercatat pada sebelah kiri sama dengan jumlah sumber pembelanjaan atau kekayaan yang terdapat pada sebelah kanan. Persamaan dasar akuntansi menjadi pondasi untuk semua sistem akuntansi. Faktanya, seluruh konsep dan kerangka akuntansi didasarkan pada persamaan dasar akuntansi. 1. Pengertian Persamaan Dasar Akuntansi Persamaan dasar akuntansi adalah suatu persamaan yang menggambarkan perubahan unsur-unsur dasar posisi keuangan perusahaan atau lembaga/instansi pemerintah sebagai dampak dari adanya transaksi keuangan. Adapun unsur-unsur dasar posisi keuangan tersebut terdiri atas aset, liabilitas, dan ekuitas. 2. Kegunaan Persamaan Dasar Akuntansi Pada proses akuntansi keuangan daerah, persamaan dasar akuntansi berfungsi untuk mengetahui adanya perubahan komponen akuntansi seperti aset, liabilitas, dan ekuitas setiap terjadi adanya transaksi. Selain itu, persamaan dasar akuntansi berguna untuk mengetahui jumlah uang yang telah digunakan dan dibelanjakan dalam satu periode akuntansi. 3. Elemen Persamaan Dasar Akuntansi Persamaan dasar akuntansi merupakan konsep dasar pencatatan dalam akuntansi dengan menggunakan sistem double entry. Artinya, setiap adanya transaksi akan berpengaruh pada akun yang lain dalam jumlah yang sama. Persamaan dasar akuntansi dinyatakan dengan rumus atau persamaan sebagai berikut. Aset=Liabilitas +Ekuitas Ada beberapa elemen atau unsur dalam persamaan dasar akuntansi, yaitu sebagai berikut. a. Aset adalah semua kekayaan yang dimiliki lembaga/instansi pemerintah atau perusahaan yang dapat dinilai dengan uang yang terdiri atas harta berwujud dan tak berwujud. b. Liabilitas adalah kewajiban yang harus dilunasi oleh lembaga/instansi pemerintah atau perusahaan kepada pihak ketiga sebagai akibat adanya transaksi sebelumnya. c. Ekuitas adalah kewajiban lembaga/instansi pemerintah atau pemilik atau hak pemilik atas lembaga/instansi pemerintah atau perusahaan. d. Prive adalah pengambilan uang lembaga/instansi pemerintah atau perusahaan oleh pemiliknya untuk kepentingan pribadi. e. Pendapatan (revenue) adalah hasil yang diperoleh lembaga/instansi pemerintah atau perusahaan dalam kegiatan pemberian jasa kepada pihak luar lembaga/ instansi pemerintah atau perusahaan. f. Beban (expenses) adalah pengorbanan yang dikeluarkan lembaga/instansi pemerintah atau perusahaan untuk memperoleh pendapatan. Ekuitas dapat berubah karena adanya pendapatan dan beban. Pendapatan akan menambah aset dan ekuitas perusahaan atau beban usaha akan mengurangi aset dan ekuitas lembaga/instansi pemerintah atau perusahaan. 4. Konsep Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintah Daerah Pada dasarnya, persamaan dasar akuntansi pemerintah daerah sama persamaan dasar akuntansi secara umum. Komponen persamaan dasar akuntansi pemerintah daerah terdiri atas pendapatan, beban, ekuitas, dan hal pokok dalam persamaan dasar akuntansi pemerintah daerah. a. Pendapatan Pendapatan merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai bentuk penambah modal atau ekuitas dalam suatu periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayarkan kembali. b. Beban Beban adalah suatu bentuk penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas atau modal. Beban dapat berupa pengeluaran, konsumsi aset, atau munculnya liabilitas sebagai akibat dari adanya suatu transaksi. c. Ekuitas Ekuitas dalam persamaan dasar akuntansi pemerintah daerah bersumber dari transaksi akrual dan transaksi kas yang terakumulasi dalam Saldo Anggaran Lebih (SAL). Komponen dasar persamaan akuntansi di atas, dapat dijabarkan sebagai berikut. Asset+Beban (Beban+Pengeluaran Utang+Ekuitas+Pendapatan-LO = Pembiayaan) (Pendapatan+Penerimaan Pembiayaan) Berdasarkan konsep tersebut, pendapatan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) akan menambah SAL, dan belanja akan mengurangi SAL. Demikian juga penerimaan pembiayaan akan menambah SAL, dan pengeluaran pembiayaan akan mengurangi SAL. Karena SAL merupakan bagian dari ekuitas maka persamaan akuntansi yang digunakan untuk persamaan akuntansi akrual sudah termasuk persamaan akuntansi dengan basis kas. Jadi, untuk transaksi akrual maupun transaksi LRA menggunakan satu persamaan yang sama. d. Hal Pokok dalam Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintah Daerah Pada sistem akuntansi keuangan daerah, pendapatan merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai bentuk penambah modal atau ekuitas dalam suatu periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayarkan kembali. Adapun beban merupakan bentuk penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas atau modal, dan dapat berupa pengeluaran, konsumsi aset, atau munculnya suatu liabilitas sebagai akibat dari adanya bagai berikut suatu transaksi. Elemen ekuitas terdiri atas kejadian atau transaksi yang bersumber dari transaksi akrual dan transaksi kas yang terakumulasi dalam SAL. Pendapatan LRA akan menambah SAL dan belanja akan mengurangi SAL. Demikian juga penerimaan pembiayaan akan menambah SAL dan pengeluaran pembiayaan akan mengurangi SAL. Karena SAL merupakan bagian dari ekuitas maka persamaan akuntansi yang digunakan untuk persamaan akuntansi akrual sudah termasuk persamaan akuntansi dengan basis kas sehingga untuk transaksi akrual maupun transaksi LRA menggunakan satu persamaan yang sama. B. Debet dan Kredit dalam Akuntansi Pemerintah Daerah Dalam akuntansi dengan menggunakan sistem double entry, terdapat mekanisme debet dan kredit, yaitu sebagai berikut. 1. Debet Debet dalam akuntansi berasal dari bahasa Latin, yaitu debere yang merupakan lawan dari kredit. Kolom debet menunjukkan adanya pertambahan nilai atau bersaldo normal untuk kelompok akun aset dan beban. Adapun untuk kelompok liabilitas, ekuitas, dan pendapatan yang berada di sisi debet berarti transaksi tersebut mengalami penurunan nilai atau saldo. 2. Kredit Kredit dalam akuntansi berasal dari bahasa Latin, yaitu credere yang merupakan lawan dari debet. Sisi atau kolom untuk kredit menunjukkan adanya pertambahan nilai atau bersaldo normal bagi kelompok akun liabilitas, ekuitas, dan pendapatan. Adapun untuk kelompok akun aset dan beban yang berada di sisi kredit, menunjukkan telah terjadi penurunan nilai atau saldo normalnya. 3. Aturan Debet dan Kredit dalam Akuntansi Pemerintah Daerah Adapun aturan mekanisme debet dan kredit dalam akuntansi adalah sebagai berikut. a. Akun Aset (Asset Account) Akun aset merupakan akun yang digunakan untuk melakukan pencatatan transaksi yang berkaitan dengan aset seperti penambahan maupun pengurangan aset. Adapun pengaruh akun aset, yaitu apabila terjadi peningkatan aset maka akan dicatat dalam kolom debet, sedangkan apabila terjadi penurunan aset akan dicatat dalam kolom kredit. b. Akun Liabilitas (Liability Account) Akun liabilitas merupakan akun yang berfungsi untuk mencatat semua jenis transaksi yang berkaitan atau berpengaruh terhadap akun utang. Adapun pengaruh transaksi terhadap akun utang, yaitu apabila terjadi peningkatan utang maka akan dicatat dalam kolom kredit, sedangkan apabila terjadi penurunan utang akan dicatat pada kolom debet. c. Ekuitas (Equity Account) Akun ekuitas merupakan akun yang berfungsi untuk mencatat semua jenis transaksi yang berkaitan atau berpengaruh terhadap peningkatan dan penurunan ekuitas. Adapun pengaruh dalam akun ekuitas, yaitu apabila terjadi peningkatan modal maka akan dicatat dalam kolom kredit, sedangkan apabila terjadi penurunan modal akan dicatat pada kolom debet. d. Akun Pendapatan dan Beban Akun pendapatan dan beban dicatat dengan prosedur yang berbeda. Akun pendapatan apabila bertambah dicatat dalam kolom kredit, sedangkan akun beban yang bertambah dicatat dalam kolom debet. Akun-akun tersebut dapat digambarkan dalam tabel-tabel berikut. Akun-Akun Aset Debet (+) Sisi debet untuk mencatat peningkatan jumlah aset Kredit (-) Sisi kredit untuk mencatat penurunan jumlah aset Akun-Akun Liabilitas Debet (+) Sisi debet untuk mencatat penurunan jumlah kewajiban Kredit (-) Sisi kredit untuk mencatat peningkatan jumlah kewajiban Akun-Akun Ekuitas Debet (+) Sisi debet untuk mencatat penurunan jumlah kewajiban Kredit (-) Sisi kredit untuk mencatat peningkatan jumlah kewajiban Neraca Aset Akun-akun Aset Debet (+) Kredit (-) (Saldo Normal) Liabilitas Akun-akun Liabilitas Debet (+) Kredit (-) (Saldo Normal) Ekuitas Akun-akun Ekuitas Debet (+) Kredit (-) (Saldo Normal) Akun Ekuitas Aset Liabilitas Akun Beban Akun Pendapatan Debet (+) Kredit (-) Debet (+) Kredit (-) (Saldo Normal) (Saldo Normal) Aturan debet dan kredit dikenal dalam sistem pembukuan berpasangan. Aturanaturan yang dimaksud dalam sistem tersebut, yaitu sebagai berikut: Jenis Rekening Bertambah Berkurang Aset D K Utang K D Modal K D Pendapatan K D Biaya D K Klasifikasi rekening tersebut digunakan untuk rekening umum yang terdapat dalam neraca. Namun, dalam aturan debet dan kredit pada struktur pemerintah daerah, transaksi yang berakibat bertambahnya aset akan dicatat pada sisi debet, sedangkan transaksi yang berakibat pada berkurangnya aset akan dicatat pada sisi kredit. Hal tersebut sama untuk akun belanja dan pengeluaran pembiayaan. Adapun untuk akun utang, ekuitas dana, pendapatan, dan penerimaan pembiayaan, apabila transaksi mengakibatkan pertambahan pada akun tersebut akan dicatat pada kolom kredit dan sebaliknya apabila mengakibatkan pengurangan akan dicatat pada sisi debet. C. Saldo Normal Akun Pada sistem akuntansi pemerintah daerah, terdapat beberapa bentuk penyesuaianpenyesuaian dalam saldo normal akun. Saldo normal akun-akun yang merupakan unsur – unsur laporan keuangan pemerintah daerah, yaitu sebagai berikut. Akun Bertambah Berkurang Saldo Normal Aset Debet Kredit Debet Liabilitas Kredit Debet Kredit Ekuitas Kredit Debet Kredit Pendapatan LO Kredit Debet Kredit Beban Debet Kredit Debet Perubahan SAL Menyesuaikan Pendapatan LRA Kredit Debet Kredit Penerimaan pembiayaan Kredit Debet Kredit Belanja Debet Kredit Debet Pengeluaran pembiayaan Debet Kredit Debet Estimasi pendapatan Debet Kredit Debet Estimasi penerimaan pembiayaan Debet Kredit Debet Apropiasi belanja Kredit Debet Kredit Apropiasi pengeluaran pembiayaan Kredit Debet Kredit Estimasi perubahan SAL Menyesuaikan Pada akhir periode, saldo akun pendapatan dan akun beban dilaporkan dalam laporan laba rugi. Saldo akun nominal dalam buku besar kemudian dipindahkan ke akun ikhtisar laba rugi. Selanjutnya, akun ikhtisar laba rugi ini akan dipindahkan ke akun ekuitas. Adapun saldo akun riil pada akhir periode akan dilaporkan di neraca dan saldo rekening riil akan dibawa ke periode berikutnya. Saldo kenaikan yang dicatat dalam suatu akun biasanya sama atau lebih besar dari jumlah penurunan akun tersebut. Oleh karena itu, jika secara normal pada akhir periode akuntansi, saldo dari suatu akun memiliki total debet lebih besar dari pada total kreditnya maka dikatakan bahwa akun tersebut memiliki saldo normal debet. Jadi, akun aset dan beban umumnya mempunyai saldo debet. Jika pada keadaan normal suatu akun memiliki total kredit umumnya lebih besar daripada total debet seperti pada akun liabilitas, ekuitas, dan pendapatan maka akun-akun tersebut memiliki saldo normal kredit. Pada dasarnya, akun liabilitas, ekuitas, dan pendapatan umumnya bersaldo normal kredit. Jika suatu akun yang umumnya bersaldo normal debet mempunyai saldo kredit atau sebaliknya maka kemungkinan telah terjadi kesalahan atau kondisi yang tidak normal. Misalnya, saldo kredit pada akun kas bisa terjadi karena adanya kesalahan dalam mencatat. Namun, sebaliknya pada akun liabilitas bisa terjadi memiliki saldo debet karena kemungkinan telah terjadi kelebihan pembayaran liabilitas D. Penjurnalan dalam Akuntansi Pemerintah Daerah Jurnal merupakan pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan yang dilaksanakan setiap hari. Jurnal adalah proses pencatatan pertama dalam siklus akuntansi setelah analisis transaksi. Jurnal berfungsi sebagai dasar untuk mem-posting transaksi ke buku besar. Bentuk yang umum dari jurnal adalah jurnal umum (general journal) yang mencatat segala jenis transaksi yang terjadi. Dalam siklus akuntansi perusahaan atau lembaga/instansi pemerintah, jurnal merupakan kegiatan pencatatan dasar sebelum posting akun di buku besar. Jadi, jika terjadi kesalahan dalam membuat jurnal, mengakibatkan akun di buku besar juga salah sehingga laporan keuangan pun pada akhirnya juga salah. Jurnal juga merupakan permulaan pencatatan secara kronologis berupa pendebetan dan pengkreditan dari transaksi keuangan yang telah terjadi serta penjelasannya. Pendebetan dan pengkreditan transaksi dilakukan menurut kaidah pencatatan debet dan pencatatan kredit, di mana pencatatan debet harus dilakukan lebih dahulu, baru kemudian pencatatan kredit. Pencatatan debet dan pencatatan kredit ini merupakan kegiatan dalam jurnal yang biasanya juga disebut sebagai pencatatan ayat-ayat jurnal. 1. Fungsi Jurnal Proses pencatatan transaksi keuangan dimulai dari penyelenggaraan jurnal telah kita pelajari sebelumnya. Sumber utama dari catatan-catatan lain dan keteranganketerangan tentang transaksi keuangan lembaga/instansi pemerintah atau perusahaan merupakan catatan yang ada di dalam buku jurnal (biasanya disebut jurnal). Hal ini terjadi karena catatan di dalam jurnal merupakan catatan asli tentang semua transaksi keuangan yang terjadi di lembaga pemerintah atau perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jurnal memiliki beberapa fungsi seperti berikut. a. Jurnal Memiliki Fungsi Mencatat Alasan suatu jurnal memiliki fungsi mencatat adalah semua transaksi keuangan yang terjadi di suatu lembaga pemerintah atau perusahaan harus dicatat di dalamnya. Selain akun yang harus didebet dan dikredit juga disertai dengan keterangan yang dianggap penting terkait dengan transaksi keuangan tersebut merupakan informasi yang harus dicatat dalam jurnal. Hal tersebut akan memberi kemudahan untuk mencari kembali dan mengecek transaksi tertentu jika diperlukan di kemudian hari. b. Jurnal Memiliki Fungsi Historis Alasan suatu jurnal memiliki fungsi historis, yaitu pencatatan di dalamnya harus dilakukan secara kronologis. Hal ini berarti pencatatan harus dilakukan menurut urutan waktu terjadinya setiap transaksi keuangan. Oleh karena itu, kegiatan pencatatan di dalam jurnal dapat menunjukkan sejarah atau perkembangan kegiatan lembaga pemerintah atau perusahaan secara urut dari waktu ke waktu. c. Jurnal Memiliki Fungsi Analisis Alasan suatu jurnal memiliki fungsi analisis adalah informasi yang dicatat di dalamnya merupakan hasil analisis dan pertimbangan petugas di bidang akuntansi. Suatu analisis dilakukan untuk penentuan adanya pengaruh transaksi keuangan terhadap aset, liabilitas, dan ekuitas. Dengan demikian, dapat ditentukan akun apa yang harus didebet dan akun apa yang harus dikredit, serta berapa besar nilainya masing-masing. Hasil analisis-analisis tersebut yang akan dicatat di dalam jurnal. d. Jurnal Memiliki Fungsi Instruktif Alasan suatu jurnal memiliki fungsi instruktif adalah ayat jurnal sebenarnya merupakan perintah untuk mendebet akun tertentu (yang disebut terlebih dahulu). Hal ini dilakukan dengan jumlah tertentu dan juga mengkredit akun tertentu (yang disebut kemudian dan ditulis agak ke kanan) dengan jumlah tertentu pula. e. Jurnal Memiliki Fungsi Informatif Alasan jurnal memiliki fungsi informatif ialah melalui jurnal dapat diperoleh informasi secara detail mengenai transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh perusahaan atau lembaga/instansi pemerintah. Informasi-informasi tersebut berupa tanggal terjadinya transaksi, berbagai akun yang didebet dan yang dikredit beserta nilainya masing-masing. Dalam hal ini, pihak yang berhubungan dengan terjadinya transaksi tersebut, jenis apa saja transaksi yang terjadi, dan sejenisnya. Jadi, apabila Anda memerlukan informasi tentang suatu transaksi keuangan dapat dicari di dalam jurnal. Setelah mempelajari mengenai fungsi jurnal tersebut maka penyelenggaraan jurnal dapat memberi berbagai keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut, yaitu sebagai berikut. 1) Adanya penyediaan alat pencatat akun-akun yang terpengaruh oleh adanya transaksi keuangan. Dengan demikian, dapat diketahui akun yang didebet dan yang dikredit lengkap dengan besaran nilainva masing-masing. Selain itu, adanya keterangan penting lain yang dicatat di dalamnya. 2) Adanya penyediaan alat pencatat transaksi keuangan secara kronologis. Oleh karena itu, dapat memberi gambaran lengkap dan menyeluruh tentang semua transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh perusahaan atau lembaga/instansi pemerintah dari hari ke hari atau dari waktu ke waktu sehingga dapat diketahui perkembangannya. 3) Adanya penyediaan data berupa catatan dalam satu buku bahkan satu lembar untuk mengoreksi apabila terjadi kesalahan. Dalam hal ini, kesalahan dalam menganalisis akibat suatu transaksi keuangan atau dalam mencatat akibat adanya transaksi keuangan ke dalam jurnal. Jadi, apabila tidak menggunakan jurnal maka akan sulit mencari letak terjadinya kesalahan. Ada beberapa contoh kesalahan yang sering terjadi, yaitu: a) lupa akan mendebet atau mengkredit suatu akun, serta b) mendebet atau mengkredit pada sisi akun yang salah (seharusnya didebet tetapi keliru dikredit dan sebaliknya). 2. Sistematika Pencatatan Dasar pencatatan adalah dasar yang dipergunakan untuk menentukan saat pencatatan suatu transaksi keuangan. Ada dua dasar pencatatan yang dapat digunakan dalam akuntansi, yaitu cash basis dan accrual basis a. Cash Basis Cash basis merupakan dasar pencatatan transaksi keuangan yang dilakukan pada saat transaksi keuangan yang bersangkutan telah diselesaikan secara tunai. b. Accrual Basis Accrual basis merupakan dasar pencatatan transaksi keuangan yang dilakukan pada saat terjadinya transaksi yang bersangkutan, terlepas apakah transaksi tersebut telah diselesaikan secara tunai atau belum. Dasar pencatatan ini perlu dipahami terlebih dahulu karena perbedaan dasar yang dipergunakan akan mengakibatkan hasil pencatatan yang berbeda pula. Sebagai contoh, suatu lembaga/instansi pemerintah memperoleh pendapatan selama bulan Desember 2018, sebesar Rp10.000.000,00. Dari jumlah tersebut, yang sudah diterima sebesar Rp6.000.000,00 sedangkan sisanya akan diterima pada bulan Januari 2019. Dengan menggunakan cash basis, pendapatan bulan Desember 2018 akan dicatat sebesar Rp6.000.000,00. Adapun jika menggunakan pencatatan accrual basis, pendapatan bulan Desember 2018 dicatat sebesar Rp10.000.000,00. Dari kedua dasar pencatatan di atas, yang paling sering digunakan sebagai dasar pencatatan dalam akuntansi adalah accrual basis. 3. Bentuk Jurnal Umum Berikut merupakan bentuk atau format dari jurnal umum. Jurnal Umum Halaman 1 Tanggal Keterangan Ref Jumlah Debet Kredit Adapun keterangan-keterangan mengenai kolom jurnal umum, yaitu sebagai berikut. a. Halaman Jurnal Halaman jurnal merupakan halaman yang menunjukkan informasi yang dicatat pada akun. Halaman jurnal berfungsi untuk memudahkan dalam pencarian dan pengidentifikasian jurnal. Hal ini karena buku jurnal terdiri atas jumlah halaman yang banyak. Misalnya, apabila sumber pencatatan transaksi pada suatu akun menunjukkan angka 1, artinya sumber pencatatan transaksi tersebut terdapat pada buku jurnal halaman 1. b. Kolom Tanggal Kolom tanggal berfungsi untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi keuangan perusahaan atau lembaga pemerintah. c. Kolom Keterangan Kolom keterangan berfungsi untuk melakukan pencatatan aktivitas transaksi sesuai dengan perkiraan yang terkait dan penjelasan yang dibutuhkan. d. Kolom Referensi Kolom referensi (ref) berfungsi untuk mencatat referensi yang ada dalam buku besar. e. Kolom Debet dan Kredit Kolom debet dan kredit berfungsi untuk mencatatkan nilai transaksi. Kolom debet untuk mengisi transaksi yang dimasukkan dalam kolom debet, sedangkan kolom kredit untuk mengisi transaksi yang dimasukkan dalam kolom kredit. 4. Melakukan Penjurnalan Akuntansi Pemerintah Daerah Penjurnalan akuntansi pemerintah daerah dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menjurnal pembayaran langsung, menjurnal pendapatan, pencatatan jurnal penerimaan kembali belanja, akuntansi surplus/defisit, pencatatan jurnal transaksi penerimaan pembayaran, dan pencatatan transaksi pengeluaran pembiayaan. a. Menjurnal Pembayaran Langsung Pembayaran diberikan secara langsung kepada yang berhak, apabila jumlah peruntukan dan penerimanya sudah pasti. Dokumen sumber untuk merekam pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D LS). Contoh: pembayaran gaji pegawai bulan Juni 2018 dengan SP2D LS sebesar Rp50.000.000,00. Dari jumlah tersebut terdapat potongan PPh, Askes, Taspen, dan Taperum sebesar Rp3.000.000,00. Jurnal untuk pembayaran gaji pegawai tersebut sebagai berikut. SKPD Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit Belanja Pegawai 50.000.000 Piutang dari Bendahara Umum 50.000.000 Daerah (BUD) (Untuk mencatat belanja pegawai) BUD Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit Belanja Pegawai 50.000.000 Kas di Kas Daerah 50.000.000 Kas di Kas Daerah 30.000.000 Penerimaan PFK 30.000.000 Potongan atas pembayaran yang dilakukan pemerintah untuk kepentingan pihak lain dicatat sebagai penerimaan PFK. Sebaliknya, pada saat disetorkan kepada pihak lain yang berhak dicatat sebagai Penyetoran PFK. Penerimaan dan penyetoran PFK bukan transaksi anggaran, tetapi dalam istilah keuangan dikenal sebagai transaksi transito. Oleh karena itu, penerimaan atau pengeluaran PFK tidak disajikan dalam LRA, tetapi disajikan dalam laporan arus kas. Contoh: Apabila potongan sebesar Rp3.000.000,00 di atas disetor ke kas negara akan dijurnal sebagai berikut. Tanggal Keterangan Pengeluaran PFK Kas di Kas Daerah Ref Debet 3.000.000 Kredit 3.000.000 (Untuk mencatat penyetoran PFK) Apabila terdapat belanja untuk perolehan aset tetap atau aset lainnya maka pada saat terjadi pembayaran tidak hanya dilakukan pencatatan belanja tetapi sekaligus perolehan asetnya. Pencatatan aset tetap yang diperoleh dapat dilakukan dengan menggunakan jurnal pendamping, yang sering kali dikenal sebagai jurnal korolari. Contoh: Dibeli mesin fotokopi seharga Rp60.000.000,00 dari PT Tritanu dan sudah dibayar secara langsung dengan SP2D LS pada tanggal 30 Mei 2018. Jurnal untuk pembelian mesin fotokopi tersebut sebagai berikut. SKPD Tanggal BUD Tanggal Keterangan Ref Debet Belanja Modal-Perlatan dan Mesin 60.000.000 Piutang dari Bendahara BUD (Untuk mencatat realisasi belanja modal) Peralatan dan Mesin 60.000.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap (Untuk mencatat perolehan mesin fc) Keterangan Ref Debet Belanja Modal-Peralatan dan Mesin 60.000.000 Kas di Kas Daerah (Untuk mencatat realisasi belanja modal) b. Menjurnal Pendapatan Berikut ilustrasi akuntansi untuk penerimaan pendapatan pajak 1) Pendapatan yang disetor ke BUD SKPD Tanggal Keterangan Ref Debet Utang kepada BUD xxx Pendapatan (Buku Pembantu:Sesuai jenis pajak) BUD Tanggal Keterangan Ref Debet Kas di Kas Daerah xxx Pendapatan (Buku Pembantu:Sesuai jenis pajak) Kredit 60.000.000 60.000.000 Kredit 60.000.000 Kredit xxx Kredit xxx 2) Pendapatan Melalui Kas Bendahara Penerimaan SKPD Penerimaan Kas oleh Bendahara Penerimaan Tanggal Keterangan Ref Debet Kas Bendahara Penerimaan xxx Pendapatan yang Ditangguhkan (Buku Pembantu:Sesuai jenis pajak) Penyetoran Kas oleh SKPD kepada BUD Jurnal 1 Tanggal Keterangan Ref Debet Utang kepada BUD xxx Pendapatan (Buku Pembantu:Sesuai jenis pajak) Jurnal 2 Tanggal Keterangan Ref Debet Pendapatan yang Ditangguhkan xxx Kas Bendahara Penerimaan (Buku Pembantu:Sesuai jenis pajak) Kredit xxx Kredit xxx Kredit xxx BUD Penerimaan Kas pada SKPD Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit Tidak ada jurnal Penerimaan Setoran Kas dari SKPD Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit Kas di Kas Daerah xxx Pendapatan … xxx (Buku Pembantu:Sesuai jenis pajak) Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Contoh: Pemerintah Provinsi X memberikan kuasa kepada PT Y untuk melakukan pemungutan pajak bahan bakar dengan memberikan upah pungut sebesar 2% dari jumlah penerimaan. Pada bulan Mei 2018, jumlah penerimaan paiak bahan bakar Rp100 juta, dengan upah pungut yang dipotong langsung Rp2.000.000,00. Jurnal untuk contoh tersebut sebagai berikut. SKPD Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit Utang kepada BUD 100.000.000 Pendapatan Pajak 100.000.000 (Buku Pembantu:pajak bahan bakar) Belanja Barang 2.000.000 Piutang dari BUD 2.000.000 (Mencatat upah pungut) BUD Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit Kas di Kas Daerah 100.000.000 Pendapatan Pajak 100.000.000 (Buku Pembantu:pajak bahan bakar) Belanja Barang 2.000.000 Kas di Kas Daerah 2.000.000 (Mencatat upah pungut) Pendapatan yang berasal dari penjualan aset tetap atau lainnya perlu adanya jurnal pendamping untuk mengakui penurunan aset yang bersangkutan pada SKPD. Jurnal pendamping ini sering disebut jurnal korolari. c. Pencatatan Jurnal Penerimaan Kembali Belanja Meskipun pembayaran belanja telah dilakukan secara hati-hati, namun kadangkadang terjadi kesalahan atau kelebihan sehingga ada koreksi atau penerimaan kembali belanja di kemudian hari. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan lain-lain PAD. Contoh 1: Pada bulan Juni 2018 diterima kembali belanja pegawai bulan Maret 2017 sejumlah Rp2.000.000,00. Jurnal untuk penerimaan kembali belanja tersebut sebagai berikut. SKPD Tanggal Keterangan Piutang dari BUD Belanja Pegawai (Mencatat penerimaan belanja pegawai) Ref Debet 2.000.000 Kredit 2.000.000 kembali BUD Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit Kas di Kas Daerah 2.000.000 Belanja Pegawai 2.000.000 (Mencatat penerimaan kembali belanja pegawai) Contoh 2: Pada bulan Juni 2018 diterima pengembalian belanja perjalanan dinas sejumlah Rp5.000.000,00 dari seorang pegawai yang dibayarkan pada tahun 2017. Jurnal untuk penerimaan kembali belanja tersebut sebagai berikut. SKPD Tanggal Keterangan Utang kepada BUD Ref Debet 5.000.000 Kredit Pendapatan lain-lain PAD (Mencatat penerimaan kembali belanja perjalanan dinas tahun lalu) BUD Tanggal 5.000.000 Keterangan Ref Debet Kredit Kas di Kas Daerah 5.000.000 Pendapatan lain-lain PAD 5.000.000 (Mencatat penerimaan kembali belanja perjalanan dinas tahun lalu) d. Akuntansi Surplus/Defisit Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan. Adapun defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos surplus/defisit. Dalam ilustrasi digunakan pendekatan penutupan akun secara berjenjang. Pada SKPD, akun realisasi anggaran ditutup ke akun alokasi anggaran dalam DPA SKPD. Contoh : Estimasi pendapatan di DPA SKPD Rp 10.000.000 dan realisasi pendapatan Rp9.000.000. Allotment belanja sebesar Rp20.000.000 dan realisasi belanja Rp18.000.000. Jurnal penutup di SKPD, yaitu sebagai berikut. Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit Pendapatan 9.000.000 Utang kepada BUD 1.000.000 Estimasi pendapatan yang 10.000.000 dialokasikan Allotment Belanja 20.000.000 Piutang dari BUD 2.000.000 Belanja… 18.000.000 Selanjutnya, penutupan akun pendapatan dan belanja serta anggarannya di BUD dapat diilustrasikan dengan contoh sebagai berikut. Contoh : Estimasi pendapatan Rp 1.000.000.000.000 dan realisasi pendapatan Rp950.000.000.000. Sementara apropriasi belanja Rp1.250.000.000.000 dan realisasi belanja Rp1.100.000.000.000. Jurnal Penutup Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit Des 31 Apropriasi Belanja 1.250 Alokasi Apropriasi Belanja 1.250 Des 31 Alokasi Estimasi Pendapatan 1.000 Estimasi Pendapatan 1.000 Des 31 Pendapatan 950 Surplus/Defisit 150 Belanja 1.100 e. Pencatatan Jurnal Transaksi Penerimaan Pembayaran Transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pembiayaan dicatat dan dibukukan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD). Contoh: Pada tahun 2018 diterima pinjaman dari pemerintahan pusat sejumlah Rp500.000.000. Pinjaman ini merupakan pinjaman jangka panjang, yang akan diangsur selama 5 tahun mulai tahun 2019. Jurnal untuk penerimaan pinjaman tersebut, yaitu sebagai berikut. Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit Kas di Daerah 500.000.000 Penerimaan Pinjaman 500.000.000 Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka 100.000.000 panjang Utang kepada Pemerintah 100.000.000 Pusat f. Pencatatan Transaksi Pengeluaran Pembiayaan Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkannya kas dari kas daerah. Contoh: Dikeluarkan uang sejumlah Rp100.000.000sebagai penyertaan modal pada PDAM. Jurnal untuk pengeluaran penyertaan modal tersebut sebagai berikut Ref Tanggal Keterangan Debet Kredit Pengeluaran penyertaan modal Pemda 100.000.000 Kas di kas daerah 100.000.000 (Mencatat penyertaan modal PDAM) Penyertaan modal Pemda Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang 100.000.000 100.000.000 (Mencatat penyertaan modal PDAM) E. Posting Buku Besar dalam Akuntansi Pemerintah Daerah Setelah dilakukan pencatatan jurnal yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, langkah selanjutnya adalah melakukan pembukuan ayat-ayat jurnal tersebut ke dalam buku besar. Pada praktik akuntansi, kegiatan tersebut disebut posting. Guna melakukan posting ke dalam buku besar, kita harus memahami langkah-langkah pencatatan transaksi ke dalam jurnal karena jurnal dan posting merupakan urutan proses yang berkaitan. Apabila terjadi kesalahan dalam mencatat ke dalam jurnal maka akan berdampak pada pembukuan ke dalam buku besar. 100 1. Pengertian Buku Besar Buku besar (general ledger) merupakan buku yang berisi kumpulan akun-akun perusahaan atau lembaga/instansi pemerintah. Akun sering disebut sebagai rekening atau perkiraan akun-akun yang terdapat dalam neraca. Akun-akun ini disebut sebagai akun terbuka atau akun riill. Akun ini memiliki saldo yang dilaporkan dalam neraca. Contohnya adalah akun kas, akun piutang, dan akun perlengkapan. Adapun akun- akun yang terdapat dalam laba rugi disebut sebagai akun nominal atau akun tertutup Dikatakan demikian, karena saldo nominal akun-akun ini harus dibuat menjadi (nol) pada akhir periode dengan membuat jurnal penutup. Contoh akun yang terdapat dalam laporan laba rugi di antaranya beban operasi, beban pemasaran, beban gaji, pendapatan jasa, dan pendapatan sewa. 2. Bentuk Buku Besar Bentuk buku besar meliputi bentuk skontro dan bentuk stafel. Bentuk skontro disebut juga dengan bentuk horizontal atau bentuk akun T. Karena buku besar merupakan kumpulan dari akun-akun yang ada di perusahaan atau lembaga/instansi pemerintah maka bentuk buku besar sama dengan bentuk akun. Buku besar dalam bentuk T ini dalam praktik jarang digunakan karena saldo setiap akun tidak bisa diketahui setiap saat. Saldo akun dapat diketahui hanya saat terjadi penutupan buku pada akhir periode. Bentuk buku besar lain adalah bentuk stafel atau biasa juga disebut dengan bentuk vertikal (balance-column account). Bentuk ini terdiri atas kolom-kolom yang meliputi kolom untuk pemindahan (posting) debet, satu kolom untuk pemindahan (posting) kredit, satu kolom untuk menunjukkan saldo akun jika yang terjadi adalah saldo debet, dan satu kolom untuk menunjukkan saldo akun jika yang terjadi adalah saldo kredit. Bentuk yang sering digunakan dalam praktik akuntansi karena saldo untuk setiap akun bisa diketahui setiap saat. Adapun contoh buku besar dua kolom yaitu sebagai berikut. No. Akun:111 Tgl Keterangan Ref Debet Tgl Keterangan Ref Kredit Buku besar berbentuk stafel (balance-column account) tersebut sedikit berbeda dengan bentuk T. Beberapa perbedaan tersebut, yaitu sebagai berikut. a. Letak kolom debet dan kredit tidak berlawanan tetapi berdampingan. b. Kolom jumlah rupiah bertambah untuk mencatat saldo setiap akun. Dengan kolom tambahan ini maka saldo akun ditentukan setiap kali terjadi transaksi. Dengan demikian, saldo setiap akun akan dengan mudah diketahui setiap saat. 3. Prosedur Pemindahan (Posting) Transaksi pertama dicatat dalam jurnal. Kemudian, secara periodik ayat jurnal dipindahkan ke akun-akun di buku besar. Proses pemindahan debet dan kredit dari ayat jurnal ke akun di buku besar disebut dengan proses posting. Posting merupakan pemindahbukuan informasi akuntansi dari buku jurnal ke buku besar. Prosedur ini dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan gambaran pengaruh transaksi terhadap setiap akun aset, liabilitas, maupun ekuitas. Pada setiap akhir periode, jumlah saldo setiap akun ini akan diringkas untuk penyusunan neraca saldo dan laporan keuangan. Pemindahan (posting) dari satu ayat jurnal dengan satu ayat debet dan satu ayat kredit di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Langkah 1 : Pindahkan tanggal ayat jurnal di buku jurnal ke dalam tanggal akun di buku besar sesuai dengan akun masing-masing. b. Langkah 2 : Pindahkan jumlah debet dan kredit masing-masing ayat jurnal ke masing-masing akun sesuai dengan debet dan kreditnya. c. Langkah 3 : Pindahkan halaman buku jurnal (di pojok kanan atas) ke kolom referensi pada setiap akun di buku besar. d. Langkah 4 : Masukkan nomor masing-masing akun di buku besar (pojok kanan atas) ke kolom referensi di buku jurnal II. F. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Akuntansi pemerintah daerah sebagai sebuah proses tentu menghasilkan output. Output atau produk akuntansi tersebut adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau lembaga pemerintah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan laporan keuangan merupakan laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Entitas pelaporan dalam pemerintah adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan perundangundangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri atas Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, satuan organisasi di lingkungan pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan. Dalam akuntansi pemerintah, ada beberapa prinsip yang digunakan dalam pelaporan keuangan pemerintah, yaitu basis akuntansi, nilai historis, realisasi, substansi, perioditas, konsistensi, pengungkapan lengkap, dan penyajian wajar. 1. Basis akuntansi Basis Akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah berbasis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, liabilitas, dan ekuitas dalam neraca. 2. Nilai Historis (Historical Cost) Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan liabilitas dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang dalam masa pemerintahan yang akan datang. 3. Realisasi (Realization) Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang tersedia yang telah diotorisasi melalui anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan digunakan untuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut. Mengingat LRA merupakan laporan yang wajib disusun maka pendapatan atau belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas. 4. Substansi (Substance) Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten atau berbeda dengan aspek formalitasnya maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas laporan keuangan. 5. Perioditas (Periodicity) Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas perlu dibagi menjadi periodeperiode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan, namun periode bulanan, triwulan, dan semesteran juga dianjurkan. 6. Konsistensi (Consistency) Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan satu metode akuntansi ke metode akuntansi lainnya. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru ditetapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode yang lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 7. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure) Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan. 8. Penyajian Wajar (Fair Presentation) Laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan realisasi anggaran, laporan perubahan saldo, neraca, laporan operasional, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Dalam rangka penyajian yang wajar, diperlukan faktor kehati-hatian pada saat melakukan akuntansi pemerintah sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan liabilitas dinyatakan tidak terlalu rendah. Laporan keuangan dihasilkan dari pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran transaksi keuangan. Dalam akuntansi pemerintah daerah, terdapat beberapa macam laporan keuangan, yaitu Laporan Realisasi Anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. 1. Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menggambarkan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama satu periode akuntansi. Laporan realisasi anggaran merupakan laporan yang digunakan dalam melakukan penyediaan informasi tentang anggaran dan realisasi pendapatan LRA, belanja, transfer, surplus/ defisit LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan. Laporan realisasi anggaran pemerintah daerah mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah dengan menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah dalam satu periode laporan. Laporan realiasi anggaran ini menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode laporan. Laporan realisasi anggaran berisi beberapa unsur, yaitu pendapatan, belanja, transfer, surplus atau defisit, pembiayaan, dan sisa lebih atau kurang pembiayaan anggaran. a) Pendapatan Pendapatan merupakan semua bentuk penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pendapatan merupakan hak pemerintah. b) Belanja Belanja merupakan semua bentuk pengeluaran dari rekening kas daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. c) Transfer Transfer merupakan semua bentuk penerimaan atau pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/atau kepada pelaporan lainnya, termasuk di antaranya Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Perimbangan. d) Surplus atau Defisit Surplus atau defisit merupakan selisih lebih atau kurang antara pendapatan dengan belanja dalam satu periode pelaporan keuangan pemerintah daerah. e) Pembiayaan Pembiayaan merupakan semua bentuk penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau suatu pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, dalam penganggaran pemerintah. Hal ini dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan adanya surplus anggaran. f) Sisa Lebih atau Kurang Pembiayaan Anggaran Sisa Lebih atau Kurang Pembiayaan Anggaran (SilLPA/SiKA) merupakan selisih lebih atau kurang antara realisasi penerimaan dengan realisasi pengeluaran anggaran pendapatan dan belanja daerah selama satu periode pelaporan. Unsur-unsur Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dapat dituliskan sebagai berikut. a. Pendapatan xxx b. Belanja xxx c. Transfer xxx+ xxxd. Surplus/Defisit xxx e. Pembiayaan (Neto) xxxf. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran xxx 2. Neraca Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah yang berisi aset, liabilitas, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. 3. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas (LAK) merupakan laporan yang menggambarkan atau menyajikan mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas, dan setara kas selama satu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus kas masuk dan arus kas keluar ini diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Adapun penyajian laporan arus kas dan pengungkapan yang berkaitan dengan arus kas ini diatur dalam Pernyataan Standar Anggaran Pemerintahan (PSAP) Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas. 4. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian dari laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. Catatan atas laporan keuangan ini dibuat dengan tujuan agar laporan keuangan pemerintah daerah dapat dipahami dan dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lainnya.