Uploaded by Muhammad Alimuddin

Kisah Saidi Raba Dan Kehamilan Permaisuri Raja Muna Sangia Latugho di Usia 90 Tahun

advertisement
Kisah Saidi Raba Dan Kehamilan Permaisuri Raja Muna
Sangia La Tugho Di Usia 90 Tahun
Syahdan, suatu masa sekira abad ke 17, Kerajaan Muna dipimpin oleh seorang raja yang bernama Laode
Abdul Rahman ( 1671 – 1716 ), gelar Sangia1 Latugho. Pemberian gelar itu kemungkinan dikarenakan
pada saat berkuasa, Kamali2 nya) dibangun di kampong Latugho, suatu kampong yang ada di Kerajaan
Muna. Pemberian gelar sesuai dengan nama tempat kediaman atau dimakamkan seorang Omputo atau
pemimpin lainnya semacam itu adalah hal yang biasa di Kerajaan Muna.
Dikisahkan dalam lembaran sejarah kebudayaan Muna, Sangia Latugho menikah dengan seorang
perempuan yang telah berusia hampir 90 tahun yang bernama Wa Sope3. Isteri dari sangia Latugho
tersebut adalah perempuan yang pernah dijodohkan dengan ayahanda beliau Laode Ngkadiri yang
bergelar Sangia Kaindea4, namun perjodohan itu di tolak oleh Sangia Kaindea.
Akibat dari penolakan terhadap perjodohan itu, menimbulkan perselisihan antara Kerajaan Muna
dengan Kesultanan Buton sehingga beberapa kali terjadi perang fisik5. Perselisihan itu kemudian
ditunggangi oleh VOC yang sebelumnya ditolak kehadirannya di Muna dan Buton oleh Omputo Sangia
Kaindea. Jadi kemungkinan untuk menghindari perselisihan yang berkepanjangan, Sangia Latugho
memilih untuk menikahi perempuan yang lebih cocok sebagai ibunya tersebut yang juga merupakan
orang yang pernah dijodohkan dengan ayahandanya itu.
Bibliography
1
Sangia ( bahasa muna ) berarti keramat atau yang dikeramatkan
2
Kamali adalah rumah kediaman raja di Kerajaan Muna
3
Wa Sope adalah anak dari Sapati Baluwu, sapati atau patih di Kesultanan Buton.
Literature Sejarah Kerajaan Muna mengatakana bahwa Wa Sope pernah diasuh oleh
Spelman, Gubernur Hindia Belanda di Sulawesi ( La Oba, 2005)
4
Kaindea ( bahasa Muna ) adalah areal perkebunan, biasanya kaindea berisikan
tanaman sejenis. Pemberian gelar Sangia Kaindea pada Raja Laode Ngkadiri karena
beliau pernah di tangkap diatas sebuah kapal yang diatasnya ada tamannya oleh koalisi
Buton, Ternate dan Belanda. Kehadiran Laode Ngkadiri diatas kapal tersebut karena
diundang oleh Belanda untuk melakukan perundingan guna mengakhiri konflik antara
Muna dan Buton namun pada saat menghadiri perundingan tersebut, Laode Ngkadiri
justeru ditangkap dan diasingkan ke Ternate
5
Baca La Oba, , 2005:43&62 , Uddin. 1977: 205, La Kimi Batoa 1993
Setelah sekian lama berumah tangga, Omputo Sangia Latugho belum juga dikaruniai seorang putera .
Hal ini membuat Sang Raja gunda gulana. Harapanya untuk mendapatkan seorang putera seakan telah
tertutup mengingat isterinya yang sudah uzur yang tidak mungkin bisa hamil. Hampir setiap saat
Omputo Sangia Latugho menghabiskan waktunya hanya termenung di Tambi6 Kamalinya, memikirkan
perjalanan Kerajaan Muna yang dipimpinya serta penerus tahtanya. Beliau tidak menginginkan, bila
sepeninggalnya nanti tahta raja di Kerajaan Muna menjadi rebutan orang-orang yang tidak berhak dan
tidak kapabel atau Kerajaan Muna di kuasai oleh kerajaan lain. Keresahan Omputo Sangia Latugho itu
sangat beralasan mengingat konflik dengan Kesultanan Buton yang pernah tercetus ketika ayahandanya
berkuasa belum benar-benar pulih.
Suatu sore, ketika Omputo Sangia Latugho sedang termenung di tambi Kamalinya, tiba –tiba seorang
Kafowawe7 yang sedang bertugas datang menghampirinya dan menyampaikan suatu kabar.
“ Omputo8, beberapa waktu belakangan ini kami melihat tuanku selalu termenung saja. Adakah hal
yang tuanku risaukan? “ sapa Kafowawe itu penuh hormat.
“ Benar Kafowawe, saya benar-benar resah mengingat usia saya yang semakin tua, sementara Allah
belum juga mengaruniai saya seorang anak pun. Dipihak lain, perselisahan dengan saudara kita Buton
belum sepenuhnya pulih. “ ujar Omputo Sangia Latungho pada abdinya tersebut seraya mengarahkan
pandangannya jauh kedepan dengan tatapan kosong.
Belum lagi Kafowawe menimpali omongan Tuannya, Omputo Sangia Latugho melanjutkan
pembicaraannya “ Yang saya takutkan, bila saya meninggal nanti, sementara tidak ada penerus saya
maka tahta kerajaan akan menjadi rebutan. Dan parahnya lagi, VOC yang telah bercokol di Buton akan
memanfaatkan situasi ini dengan melakukan adu domba antara Muna dan Buton dengan memperucing
perselisihan yang sebelumnya pernah terjadi “ terang nya panjang lebar.
“ Ampun tuan ku, menurut informasi, di Bharata9 Loghia bermukim seorang Ulama besar bernama Saidi
Raba10. Ulama ini terkenal sakti dan doa-doa nya sangat makbul. Jadi kalau Tuan ku tidak keberatan kita
6
Tambi adalah sejenis teras pada rumah adat Muna.
7Kafowawe
adalah suatu jabatan di Kerajaan Muna yang bertugas di kamali Raja.
Tugas utama kafowawe adalah memberikan pelayanan
8
9
Omputo, adalah sebutan bagi seorang raja oleh masyarakat Muna,
Bharata adalah sebuah wilayah otonom sekaligus sebagai daerah pertahanan laut di
Kerajaan Muna. Bharata membawahi beberapa kampong dan di pimpin oleh Kino
Bharata. Bharata di tetapkan oleh Raja Muna ke-8 La Posasu pada tahun 1542. Di
Kerajaan Muna ada tiga Bharata yaitu Bharata No Loghia, Laghontoghe dan
Wasolangka. Ketika Kesultanan Buton di pimpin oleh Sultan La Elangi cucu La
Kilaponto Sistem pertahanan Bharata ini di adopsi di Kesultanan Buton. La Kilaponto
undang saja Ulama itu datang ke kemari dan mendoakan agar Rimbi11 bisa hamil dan Tuan ku bisa
mendapatkan keturunan “ ucap Kafowawe itu.
“ Tapi apa mungkin, Rimbi yang sudah berusia 90 tahun itu bisa hamil ? “ timpal Raja Sangia Latugho
yang terlihat mulai marah karena merasa di hina oleh Kafowawe nya itu.
“ Kita coba saja dulu tuan ku, siapa tahu Allah punya kehendak lain dan apa yang menjadi impian tuan
ku bisa di Kabulkan Nya “ kata Kafowawe itu dengan nada gemetar karena takut raja nya murka dengan
apa yang disarankan itu.
Mendengar argument Kafowawe itu, Omputo Sangia Latugho mulai berpikir mungkin sebaiknya dia
mengikuti saja saran bawahannya itu. Sebagai penganut Islam yang taat dia percaya bahwa Allah SWT
adalah Maha Kuasa. Bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin. Hanya dengan ucapan Kunfayakun maka
atas kehendak Nya semuanya bisa terjadi. Bukankah perempuan suci Mariam bisa hamil dan melahirkan
Nabi Isa tanpa seorang ayah? Pikir Omputo Sangia Latugho.
Sementara itu, hati kecilnya juga masih mempertanyakan apakah benar doa-doa Saidi Raba makbul
seperti apa yang di katakana Kafowawe nya itu? Tapi sebagai ikhtiar rasanya tidak ada salahnya kalau
saram Kafowawenya itu di coba.
“ Baiklah, kalau begitu saya tugaskan anda untuk menemui Ulama itu. Katakan padanya bahwa Saya
Omputo Muna Sangia Latugho mengundang beliau untuk bertandang Kota Wuna sekaligus meminta
tolong untuk mendoakan Rimbi agar bisa hamil “ ucap Omputo Sangia Latugho member perintah pada
kafowawenya.
“ Ampun tuan ku, titah baginda segera saya lakukan “ sambut Kafowawe seraya berepamitan dan
mohon doa restu agar tugasnya tersebut berjalan sesuai rencana.
Setelah mendapat tugas dari tuan nya, Kafowawe itu langsung bergegas menuju Loghia untuk
menemui Saidi Raba. Sesampai di Loghia, Kafowawe tidak langsung menuju ke kediaman Ulama besar
dan sakti itu, tetapi terlebih dahulu menemui Kino Bharata Loghia untuk menyampaikan tugas dari
Penguasa Tanah Muna yang diembankan padanya. Kafowawe yang setia itu menjelaskan bahwa misinya
ini adalah sangat penting bagi kelangsungan kerajaan. Olehnya itu dia mohon bantuan Sang Kino untuk
mengantar dirinya menemui Saidi Raba.
Setelah semuanya jelas, akhirnya Kafowawe bersama Kino Bharata menemui Saidi Raba yang bermukim
di lingkungan Masjid Quba12 yang letaknya tidak jauh dari kediaman Kino Bharata. Saidi Raba
adalah Raja Muna ke-7 yang kemudian mendirikan Kesultanan Buton pada tahun 1541
( Dokumenta 1977, LM. Tanzilu, M. Alimuddin. 2008, La Kimi Batoa, 1993 )
10
Saidi Raba adalah penyebar agama islam ke-3 di Kererajaan Muna,( La Kimi Batoa,
1993 & La Oba 2005 )
11
Rimbi adalah permaisuri raja di Kerajaan Muna
menyambut keduanya dengan suka cita. Setelah berbasa basi seadanya, Kafowawe dan Kino Bharata
Loghia menyampaikan maksud kedatangan mereka.
“ Sebenarnya kedatangan kami kemari untuk menyampaikan undangan Omputo Kino Wuna pada Yang
Mulia tuan Ustazd. Beliau berharap Yang Mulia berkenang untuk bertandang ke Kamali beliau “ ucap
Kafowawe menyampaikan maksud kedatangan mereka pada Saidi Raba. “ Kami juga perlu sampaikan
bahwa omputo saat ini benar-benar dalam kegalauan sebab sampai usianya yang sudah mulai lanjut
saat ini, beliau belum juga di karuniai anak untuk meneruskan tahtanya “ lanjutnya.
“ Oh, ya. Memangnya sudah seberapa tua Sang Omputo Kino Wuna itu dan isterinya ? “ Tanya Saidi
Raba merespon kedua tamunya itu.
“ Omputo kira-kira berusia 65 tahun sedangkan isterinya sudah lebih dari 90 tahun “ tukas Kafowawe
menjawab pertayaan Sang Ulama.
“ Kenapa Omputo tidak kawin lagi saja ? Bukankah sebagai seorang Penguasa, beliau dengan sangat
mudah untuk mendapat isteri dari perempuan-perempuan tercantik di negeri ini? “ selah Saidi Raba
dengan sedikit bingung.
“ Sebenarnya dewan sara13 telah memberikan masukan pada Omputo agar menikah lagi mengingat
isteri beliau tidak mungkin hamil lagi mengingat usianya yang sudah tua. Namun karena Omputo sangat
menyayangi isteri nya, maka beliau tidak mengindahkan saran dewan sara tersebut.” Kafowawe
menjelaskan mengapa Omputo tidak mau menikah lagi. “ Sebenarnya dengan penolakan terhadap
masukan dari dewan sara itu, Omputo bisa saja di gua14, namun karena Omputo sangat berwibawa dan
di segani oleh seluruh masyarakat Muna, maka beliau tetap pada posisinya “ lanjut nya.
“ Kalau begitu, apa yang bisa saya bantu ? “ Saidi Raba kembali bertanya.
“ Sambutlah undangan Omputo itu dan berkunjunglah ke Kamali beliau “ sela Kino Bharata Loghia yang
sedari tadi hanya terdiam mendengar percakapan Saidi Raba dan Kafowawe utusan Omputo. “ Di sana
Yang Mulia mendoakan Rimbi agar bisa hamil dan dikaruniai seorang putera.” Lanjut nya.
“ Sebenarnya ini berat, apalagi Rimbi telah berusia lanjut. Tapi kita coba saja, sebab bagi Allah SWT tidak
ada yang tidak mungkin.” Ungkap Saidi Raba dengan jidat berkerut.
12
Masjid Quba Loghia adalah masjid ke -2 yang didirikan di Kerajaan Muna. Masjid ini bangun oleh
Saidi Raba pada tahun 1663 untuk melaksanakan shalat sekaligus pusat pendidikan agama islam bagi
masyarakat Loghia.
13
Sara adalah perangkat Kerajaan Muna yang berwenang menetapkan hokum, mengangkat dan
memberhentikan raja serta memberikan nasehat dan pertimbangan pada raja
14
Gua ( bahasa muna ) artinya di dorong ( dijorokin ) dengan tidak layak atau di singkirka atau di
lengserkan dari jabatan.
“ Jadi Yang Mulia mau menyambut undangan Omputo ? “ sambar Kino Bharata Loghia dan Kafowawe
bersamaan.
“ Insya Allah, tapi ada syaratnya. Kalau Omputo menyanggupi syarat itu maka saya akan bertandang ke
Kamali beliau sekaligus mendoakan agar Rimbi bisa hamil dan mereka di karaniai anak yang saleh,
berbakti pada kedua orang tua dan berguna bagi bangsa dan negaranya serta berwibawa “ kata Saidi
Raba member syarat. “ Tapi bila syarat saya itu tidak di sanggupi maka saya tidak akan bertandang ke
Kamali beliau.” Lanjutnya.
“ Apa syaratnya Ustadz ? “ sambar Kafowawe penuh semangat.
“ Mudah saja kok yaitu Omputo harus menjalankan ajaran Islam secara kaffa, Shalat tahajut setiap
malam, berpusa selama 40 hari penuh, memerintahkan agar semua warga yang ada di dalam Kotano
Wuna untuk melaksakan shalat jumat di masjid serta memberikan tempat pada saya untuk mengajarkan
islam dalam lingkungan Kotano Wuna.” Ujar Saidi Raba menguraikan syarat nya. “ sebelum Omputo
menyanggupi syarat itu maka saya belum mau datang ke Kotano Wuna. Untuk itu, Kafowawe dan Kino
Bharata pulang saja dulu dan datang kembali kalau Omputo sudah menyanggupinya. “ lanjutnya.
“ Kalau hanya itu syarat, saya rasa Omputo tidak keberatan. “ sambut Kafowawe dan Kino Bharata
Loghia berbarengan seraya berpamitan untuk pulang.
***************************
Sesampai di Kotano Wuna, Kafowawe yang ditugaskan menemui Saidi Raba menghadap Omputo Sangia
Latugho guna melaporkan hasil pertemuannya dengan Saidi Raba termasuk menyampaikan syarat yang
harus dilakukan oleh Omputo bila ingin di doakan oleh ulama sakti tersebut. Mendengar syarat yang
diajukan oleh Saidi Raba, Omputo Sangia Latugho langsung menerimanya tampa berpikir panjang.
Setelah cukup 40 hari menjalankan semua syarat yang di berikan oleh Saidi Raba, Omputo Sangia
Latugho kembali memanggil Kafowawe untuk diperintahkan kembali ke Loghia guna menjemput Saidi
Raba.
“ Sudah 40 hari saya menjalankan semua syarat yang diajukan oleh Saidi Raba. Kini saat kamu
menjemput Ulama besar itu sekaligus menyampaikan padanya bahwa saya telah melaksanakan semua
syarat yang beliau ajukan “ tegas Omputo Sangia Latugho pada Kafowawenya. “ Saya juga mengutus tiga
orang lainya untuk mendampingi anda untuk menjemput Ulama besar itu sebagai rasa hormat saya
padanya.” Lanjut Omputo Sangia Latuhgo.
“ Baiklah tuan ku. Dengan iringan doa tuan ku hamba akan menjalanka titah tuanku dengan penuh rasa
tanggungjawab.” Sembah Kafowawe seraya memohon pamit.
Sepanjang perjalanan dari Kotano Wuna ke Loghia, Kafowawe dan tiga orang temannya itu terus
berbincang apakah benar Saidi Raba bisa di kabulkan doa nya oleh Allah sehingga Omputo Rimbi bisa
hamil dan melahirkan keturunan sebagai putera mahkota penerus raja di Kerajaan Muna? Kerisauan
yang melanda hati Kafowawe itu sangat beralasan sebab walau yang mengusulkan ide itu adalah dirinya,
namun mengingat usia Omputo Rimbi yang sudah uzur maka mustahil untuk bisa hamil.
Sesampai nya di Loghi Kafowawe dan tiga temannya tersebut langsung menemui Saidi Raba, dan
langsung menyampaikan maksud kedatangan mereka. Tentu saja kunjungannya ke kediaman Saidi Raba
kali ini tetap didampingi oleh Kino Barata Loghia. Mendengar apa yang disampaikan utusan Omputo
Sangia Latugho itu, Saidi Raba hanya tersenyum kecil seraya mengiyakan untuk menyambut undangan
Penguasa di Negeri Muna itu. Tampa pikir panjang lagi Saidi Raba langsung mengajak ke empat utusan
Sangia berangkat ke Kotano Wuna tempat Kamali Omputo Sangia Latugho.
Di Kamali Omputo Sangia Latugho, Saidi Raba langsung disambut oleh tuan rumah dengan penuh
kehangatan. Rasa gembira betul-betul menyelimuti hati dan perasaan Omputo Sangia Latugho karena
harapanya untuk mendapatkan seorang putera seakan bisa terkabul.
Omputo Sangia Latugho benar-benar sudah tidak sabar, sehingga walau tamunya baru sedikit
beristirahat beliau langsung meminta tamunya itu untuk melaksanakan ritul, mendoakan isterinya agar
bisa hamil seperti yang dijanjikan. Maka dipanggilah Omputo Rimbi ke ruang tamu untuk melaksanakan
ritual dan memanjatkan doa pada Allah SWT.
Namun betapa terkejutnya Saidi Raba begitu melihat Omputo Rimbi yang telah bungkuk dan rambutnya
penuh uban. Tapi karena terlanjut berjanji, Saidi Raba mencoba mengendalikan dirinya seraya berserah
diri dan bermunajat pada Allah SWT semoga apa yang ikhtiarkan bisa terkabul.
“ Tolong ambilkan air untuk memandikan Omputo Rimbi “ pinta Saidi Raba pada Kafowawe.
Setelah dimandikan oleh Saidi Raba, dalam waktu sekejab tampang Omputo Rimbi benar-benar berubah
dan terlihat bagai gadis remaja. Semua yang menyaksikan peristiwa tersebut terkejut seakan tidak
percaya dengan apa yang mereka lihat. Sehabis Omputo
Rimbi berganti pakaian, Saidi Raba
melanjutkan ritualnya dengan memanjatkan doa pada Allah SWT agar Omputo Rimbi bisa hamil.
Sebelum berdoa, Saidi Raba meminta pada Omputo untuk terus memperhatikan matanya.
“ Bila nanti air mataku setetes menetes dari mata kanan ku itu berarti Ompito akan dikaruniai anak lakilaki. Bila menetes dari mata kiriku berarti perempuan, sedangkan bila menetes dari dua mataku beerarti
kembar satu laki-laki dan satunya lagi perempuan “ pinta Saidi Raba yang langsung melaksanakan
ritualnya.
Selama ritual doa dijalankan, Omputo Sangia Latugho terus memperhatikan wajah Saidi Raba, sehingga
tidak sekalipun matanya berkedip. Beliau benar-benar ingin tahu dari mata sebelah mana air mata Saidi
Raba menetes. Dengan demikian dia dapat mengetahui jenis kelamin anak nya.
Setelah selesai berdoa, Saidi Raba bertanya pada Omputo Sangia Latugho dari mata sebelah mana air
matanya menetes ketika berdoa tadi. Maka Omputo Sangia Latugho menjawab bahwa yang dilihat tadi
air mata Saidi Raba mengalir dari matanya yang sebelah kanan. Namun anehnya, yang menetes tadi
bukan setetes, tapi ada dua tetes.
Mendengar jawaban Omputo Sangia Latugho, Saidi Raba lansung menimpali “ Seperti yang saya
katakana tadi, bila hanya setetes yang tumpah itu artinya Omputo akan dikarunia seorang anak. Begitu
juga bila ada dua tetes yang tumpah dari mata kanan dan kiri berarti Omputo akan mendapatkan anak
kembar laki-laki dan perempuan. Namun karena tadi yang tumpa dua tetes dan menetesnya dari mata
kanan, itu artinya Omputo akan dikaruniai anak kembar yang keduanya adalah laki-laki.” Jelas Saidi Raba
panjang lebar. “ Olehnya itu yang lahir pertama saya namakan Hasan dan kedua Husain. Hal itu untuk
mengenang cucu Rasulullah Saw.” Lanjutnya.
Tidak berapa lama setelah Saidi Raba melaksanakan ritual itu, tersiar kabar Omputo Rimbi hamil.
Mendengar kabar itu, Omputo Sangia benar-benar bahagia. Hampir disetiap kesempatan, beliau selalu
menceritakan hal yang membahagiakan itu. Demikian juga hal nya dengan masyarakat Muna, mereka
juga terlarut dalam kebahagiaan yang dirasakan oleh rajanya.
Seperti yang dikatakan Saidi Raba , Omputo Rimbi benar-benar melahirkan anak laki-laki kembar.
Olehnya itu begitu lahir, Omputo Sangia Latugho memberi nama keduanya dengan Laode Hasan dan
Laode Husain. Sesuai dengan harapan orang tuanya, Laode Hasan dan Laode Husain tumbuh menjadi
seorang pemimpin.
Karena dalam perkembangannya Laode Husain lebih menonjol dari segi kepemimpinan dan
kewibawaannya, maka walau beliua kemudian dinobatkan sebagai omputo
menggantikan
ayahandanya, Sedangkan Laode Hasan diangkat menjadi Kino Ghoerano15 Kabawo.
Omputo Sangia Latugho juga menepati janjinya yang lain yakni memberikan keleluasaan pada
mengajarkan agama islam di dalam lingkungan Kotano wuna, kota dalam benteng yang panjangnya lebih
dari 9000 meter16. Masjid Kotano Wuna yang dibangun oleh Omputo La Posasu, Raja Muna ke-8 pada
tahun 161417 menjadi pusat peribadatan sekaligus dijadikan pusat pengembangan dan pendidikan
agama islam. Laode Hasan dan Laode Husain, putera kembar Omputo Sangia Latugho juga belajar agama
islam dari Saidi Raba di masjid tersebut.
15
Ghoera adalah satuan wilayah setingkat distrik di system pemerintahan Kerajaan Muna
Baca J.Couvreur , 1925 yang diterjemahkan oleh Rene Vaderberg dengan judul Sejarah Dan Kebudayaan
Kerajaan Muna, 2005
17
Baca: La Kimi Batoa 1991, formuna.wordpress.com/raja-raja-muna/raja-raja-wuna/
16
Download