Uploaded by bennyaprial.m

VARIASIPEMBELAJARANDALAMMENINGKATKANPENDIDIKANKARAKTERSISWASD

advertisement
VARIASI PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN
KARAKTER SISWA SD
Oleh
Erika Wahyu Dianti
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Pembelajaran di sekolah dasar (SD) umumnya masih menerapkan
pembelajaran yang berpusat pada guru, kurangnya variasi desain
pembelajaran yang diterapkan guru, dan kurangnya keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga membuat siswa kurang
memahami materi pelajaran. (Bahtiar, 2016).
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang
berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun
atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah
mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi
dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan
dalam
kognitif
dan
bahasa,
perkembangan
kepribadian
dan
perkembangan fisik anak. (Tatminingsih et al., 2012).
Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. (Masalah, Purwodadi,
Student, Achievement, & Kunci, 2014). Salah satu tujuan pendidikan
adalah untuk menginternalisasikan nilai-nilai yang ditekankan pada etikaspiritual
yang
tercermin
dalam
sikap
sehari-hari.
(Dasar, 2012).
Pendidikan ditujukan untuk menghasilkan pribadi yang cerdas dan
terampil, serta berbudi pekerti luhur. (Ahmad, 2013). Pendidikan memiliki
peran yang menentukan bagi perkembangan individu terutama bagi
pembangunan bangsa dan Negara. (Poerwati, Studi, Anak, Dini, & Pura,
2016). Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang
mempunyai peranan penting dalam usaha peningkatan mutu pendidikan.
(dalam Wahyudi, 2012: 38). Pendidikan berfungsi mendorong perubahan
agar kehidupan suatu masyarakat dapat meningkat mutu dan maknanya.
(dalam Al-Lamri dan Ichas, 2005: 1).
Bagi dunia pendidikan, dengan adanya kecenderungan pendidikan
yang dilakukan semata-mata untuk penguasaan iptek merupakan suatu
realitas yang harus disikapi, pendidikan tidak boleh hanya didasarkan
pada penguasaan iptek saja, tetapi harus dikombinasi diorkestra secara
terpadu dengan nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga pendidikan menjadi
bermakna dalam arti dapat memberikan bagi setiap peserta didik
memperoleh iptek, keterampilan, dan nilai-nilai kemanusiaan sebagai
bekal
mereka
memasuki
persaingan
di
dunia
global.
(Dantes,
Pascasarjana, & Ganesha, 2015).
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus
digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal
3
UU
Sisdiknas
menyebutkan
“Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.8 (Afandi, 2011)
Indonesia adalah bangsa yang besar yang memiliki berbagai macam
budaya, dan agama yang berbeda-beda yang berpengaruh besar
terhadap karakter dan nilai-nilai moral bangsa. (Kalepo, Gorontalo,
Pendidikan, Pendidikan, & Sekolah, 2015). Karakter dikembangkan
melalui tahap
pengetahuan (knowing), pelaksanaan
(acting), dan
kebiasaan (habit). (Ahmad, 2013). Karakter merupakan hal yang sangat
penting dan mendasar. (Dianti, 2014). Karakter juga menjadi sentrum
dalam pembangunan pada setiap bangsa, tidak terkecuali bangsa
Indonesia. (Timur, n.d.). Karakter yang merupakan bagian dari aspek
afektif dan psikomotor juga sangat diutamakan pencapaiannya dalam
pendidikan nasional. (Dianti, 2014).
Pendidikan karakter di sekolah dasar merupakan salah satu awal
penanaman dan pembentukan karakter peserta didik, karena mereka
masih dalam masa perkembangan. (Studi et al., 2016). Pendidikan
karakter mengantarkan siswa untuk belajar memaknai kearifan. (dalam
Sahlan dan Prastyo, 2012: 15). Fathurrohman, dkk (2013:97). Pendidikan
karakter secara khusus bertujuan untuk :
a. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi karakter bangsa
dan religius.
b. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter dan
karakter bangsa.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa.
Penanaman nilai karakter dalam proses pembelajaran diharapkan
dapat membentuk kepribadian peserta didik. Variasi pembelajaran dalam
meningkatkan pendidikan karakter siswa sd bertujuan untuk menciptakan
suasana proses belajar-mengajar yang menarik, menyenangkan, dan
memberikan tantangan serta motivasi pada anak untuk aktif, kreatif, dan
memiliki rasa ingin tahu. Pembentukan karakter anak SD sangat
diperlukan. Hal ini karena pembentukan karakter harus sejak dini dan
akan memengaruhi pembentukan kepribadian. (Un, Temuan, Penentuan,
& Utara, n.d.).
Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru atau pengajar adalah
mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efesien, dan positif,
yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif antara dua
subjek pengajaran, guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta
pembimbing, sedang peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat
aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran. (dalam Rohani,
2004: 1).
Guru membantu dalam membentuk watak peserta didik dengan cara
memberikan keteladanan, cara berbicara atau menyampaikan materi yang
baik, toleransi, dan berbagai hal yang terkaitnya. (Konsep et al., 2012).
Guru adalah ujung tombak dalam proses belajar mengajar. (dalam
Fathurrohman dan Suryana, 2012. 13).
Sekolah mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter anak.
Pendidikan yang dilaksanakan harus dapat membentuk karakter peserta
didik yang lebih baik. Karenanya pendidikan karakter perlu dirancang agar
lebih menarik dan sesuai dengan konteks lingkungan sekitar.
Nilai-nilai pendidikan karakter yaitu yang bersumber dari agama,
Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2)
Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6)Kreatif, (7) Mandiri,
(8)Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11)
Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif,
(14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca,(16) Peduli Lingkungan, (17)
Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab (Puskurbuk, 2011: 3). (Konsep,
Dan, & Palu, 2012).
Pendidikan karakter, yaitu; membentuk pribadi anak, supaya menjadi
manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik,
sehingga mampu mengantisipasi gejala krisis moral dan berperan dalam
rangka pembinaan generasi muda. (Afandi, 2011).
Pendidikan karakter agar efektif seharusnya menyertakan tiga basis
pendekatan, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, kultur sekolah dan
komunitas (Albertus, 2010). (Sobri, Administrasi, Fakultas, & Pendidikan,
n.d.). Penerapan pendidikan karakter kedalam pembelajaran nampaknya
menjadi suatu keharusan, karena dinilai mampu menjadikan peserta didik
menjadi cerdas, melainkan juga mampu menjadikan peserta didik
mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya
sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun
masyarakat pada umumnya.(Ed, Pd, Si, & Ed, n.d.).
Interaksi siswa dengan siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan diskusi kelompok, presentasi maupun saling meminjamkan alat
tulis. (Mata, Pendidikan, Pkn, & Batubara, n.d.).
Salah satu yang dapat digunakan oleh guru agar pembelajaran
bervariasi salah satunya guru menggunakan teknik cooperatif control yaitu
mengedepankan kerjasama diantara guru dengan siswa. Kerjasama
tersebut dibuat dan dijalankan bersama antara guru dengan siswa. Bukan
hanya dengan menggunakan teknik itu saja namun masih banyak teknik,
pendekatan, model maupun metode yang dapat digunakan oleh guru
sehingga pembelajaran tidak monoton dan mengurangi kebosanan yang
sering dialami oleh peserta didik.
Metode pembelajaran karakter siswa bervariatif, dengan selalu
berusaha mengaitkan atau memasukan materi atau pokok bahasan ke
dalam nilai-nilai karakter (Reflektif). (Samino, n.d.).
Guru harus mampu menguasai teknik-teknik (metode mengajar) yang
bervariasi. (Metode et al., 2011). Mengingat kegiatan belajar mengajar di
kelas sebagian besar masih menggunakan pengajaran konvensional.
(“Ilza Ma’azi Azizah,” n.d.). Metode pembelajaran yang digunakan pada
saat masih kurang variasi dan masih didominasi oleh guru. (“No Title,”
n.d.).
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang bersifat sosial
dan menuntut adanya interaksi di antara pelaku pembelajaran. (Wijaya,
2009). Media pembelajaran adalah komponen yang sangat vital dalam
proses pembelajaran, dimana hal tersebut menjadi salah satu faktor
penentu berhasil atau tidaknya suatu nilai atau muatan tersampaikan pada
siswa. (Awwaliyah, 2008).
Permasalahan yang timbul dari kurang kreatifnya guru menggunakan
berbagai metode mengajar menyebabkan siswa kurang aktif dalam
menerima dan merespon mata pelajaran yang disajikan.
(Islam,
Kompetensi, Metode, & Teaching, 2013).
Metode pembelajaran yang diperlukan adalah pembelajaran yang
mendorong siswa lebih aktif dengan melihat langsung menggunakan
bantuan media gambar, siswa akan lebih tertarik dan aktif. (Rede, 2008)
Keterampilan mengadakan variasi merupakan keterampilan guru dalam
menggunakan bermacam-macam kemampuan untuk mewujudkan tujuan
belajar peserta didik sekaligus mengatasi kebosanan dan menimbulkan
minat, gairah, dan aktifitas belajar yang efektif”.Penggunaan variasi
dimaksudkan
agar
siswa
terhindar
dari
perasaan
jenuh
dan
membosankan yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul.
Pembelajaran
sepantasnya
tidak
monoton,
berulang-ulang
dan
menimbulkan rasa jengkel pada diri peserta didik. (Keterampilan et al.,
2014).
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membawa suasana
belajar
yang
menyenangkan
mengembangkan
kreatifitas.
dan
memungkinkan
(Maisaroh
&
siswa
Rostrieningsih,
untuk
2010).
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan
meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam
menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi
antara guru dengan siswa. (Djamarah dan Zain, 2010:160). Peserta didik
didorong agar berperan serta secara aktif dalam proses pembelajaran,
sedangkan guru hanya akan memainkan peran sebagai pembimbing atau
fasilitator dalam memperkembangkan pengetahuan yang telah ada dalam
diri peserta didik. (dalam Lapono, 2009: 1-27).
Apabila
ketiga
penggunaannya
komponen
atau
secara
tersebut
integrasi,
dikombinasikan
maka
akan
dalam
meningkatkan
perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemauan belajar.
Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya
daripada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran
atau diintegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi
dalam memberikan penguatan, variasi memberi pertanyaan, dan variasi
dalam tingkat kognitif. (Djamarah dan Zain, 2010:161).
Dalam
proses
belajar
mengajar
ada
variasi
bila
guru
dapat
menunjukkan adanya perubahan gaya mengajar, media yang digunakan
berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa,
siswa-guru, dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada
produk. (Djamarah dan Zain, 2010:161).
Keberhasilan tujuan pendidikan (output), sangat ditentukan oleh
implementasinya (proses), dan implementasinya sangat dipengaruhi oleh
tingkat kesiapan segala hal (input) yang diperlukan untuk berlangsungnya
implementasi. (“No Title,” 2005). Pada prinsipnya guru dituntut untuk
menguasai keterampilan-keterampilan mengajar. (“No Title,” 2015) . Salah
satunya dengan menggunakan media pembelajaran yang merupakan
salah satu kunci sukses pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas.
(Qondias, Anu, & Niftalia, 2016).
Variasi mengajar sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran
khususnya pada anak Sekolah Dasar salah satunya dalam mata pelajaran
PKn sehingga mampu meningkatkan pendidikan karakter peserta didik.
Melalui variasi dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan minat
belajar siswa dan bisa mengatasi kebosanan yang sering dialami oleh
peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, R. (2011). Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS
di Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogia, 1(1), 85–98. Retrieved from
http://publikasi-fe.umsida.ac.id/files/RifkiV1.1.pdf
Ahmad, T. A. (2013). Pembelajaran Sejarah Berwawasan, 2(1).
Al-Lamri, S Ichas Hamid dan Tuti Istianti Ichas. 2006. Pengembangan
Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial Di
Sekolah
Dasar.
Bandung:
Departemen
Pendidikan
Nasional,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan.
Awwaliyah, I. (2008). Inovasi Media Pembelajaran Berbasis Permainan
Tradisional Dalam Rangka Pengembangan Pendidikan Budaya Dan
Karakter Bangsa.
Bahtiar, R. S. (2016). Pengaruh Desain Pembelajaran Assure Terhadap
Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar, XVIII, 44–49.
Dantes, N., Pascasarjana, P., & Ganesha, U. P. (2015). Perancangan
model transpormasi pendidikan teknohumanistik yang terintegrasi
dengan pembelajaran tematik di sekolah dasar 1,2, 4(1), 599–611.
Dasar, S. (2012). Peranan dongeng dalam pembentukan karakter siswa
Dianti, P. (2014). Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mengembangkan Karakter
Siswa. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23(1), 58–68.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ed, M., Pd, S., Si, M., & Ed, M. (n.d.). Pembelajaran kewarganegaraan.
Fathurrohman, Pupuh dan Aa Suryana. 2012. Guru Profesional. Bandung:
PT Refika Aditama.
Hayat, Bahrul dan Suhendra Yusuf. 2010. Mutu Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Ilza Ma’azi Azizah. (n.d.).
Islam, S. K., Kompetensi, S., Metode, R. S. A. W., & Teaching, C. (2013).
Upaya Peningkatan Pemahaman Siswa pada Materi Sejarah
Kebudayaan Islam melalui Contextual Teaching and Learning di
Kelas VB MI Ma ’ arif Candi, 4.
Kalepo, Y. H., Gorontalo, U. N., Pendidikan, F. I., Pendidikan, J., &
Sekolah, G. (2015). UPAYA GURU DALAM PENGEMBANGAN
KARAKTER BERBASIS NILAI-NILAI MORAL DI KELAS IV SDN 4
KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA.
Keterampilan, P., Mengadakan, G., Pembelajaran, P., Terhadap, M.,
Belajar, H., Iv, S. K., … Tanjungpura, U. (2014). No Title.
Konsep, P. K., Dan, I., & Palu, K. (2012). Zulnuraini: Pendidikan Karakter:
Konsep, Implementasi Dan Pengembangannya di Sekolah Dasar di
Kota Palu, 1(1).
Lapono, Nabisi, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran Di SD. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Maisaroh, & Rostrieningsih. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe
Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi Di
SMK Negeri 1 Bogor – Maisaroh dan Rostrieningsih. Jurnal Ekonomi
Dan Pendidikan, 8(1), 157–172.
Masalah, R., Purwodadi, S. M. A. P., Student, K., Achievement, T., &
Kunci, K. (2014). UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
MELALUI
PROSES
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN Meiyanti Wulandari ( 10110002 ) Mahasiswa
PPKn IKIP Veteran Semarang Abstrak, 2(1), 44–53.
Mata, D., Pendidikan, P., Pkn, K., & Batubara, M. Y.
(n.d.).
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI-NILAI PANCASILA DI
KELAS
VIII
SMP
NEGERI
7
KOTA
MALANG
THE
IMPLEMENTATION OF TEACHING A VALUES OF PANCASILA IN
CITIZENSHIP EDUCATION ( Civics ) SUBJECT OF VIII GRADE
STUDENTS AT PUBLIC JUNIOR HIGH SCHOOL 7 MALANG Ita
Rahmaw, (4), 1–19.
Metode, I., Dan, E., Untuk, D., Konsep, P., Pada, M., Kuliah, M., …
Lesson, M. (2011). Jurnal pendidikan, 3, 1–78.
No Title. (n.d.).
No Title. (2005), 1–76.
No Title. (2015).
Poerwati, C. E., Studi, P., Anak, P. G., Dini, U., & Pura, U. D. (2016).
Kreativitas Anak Usia Dini, 5(2), 921–929.
Qondias, D., Anu, E. L., & Niftalia, I. (2016). Pengembangan Media
Pembelajaran Tematik Berbasis Mind Maping Sd Kabupaten Ngada
Flores, 5(2), 883–889.
Rede, A. (2008). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Alat
Pernapasan Pada Manusia Menggunakan Media Gambar Pada
Siswa Kelas V SDN Taningkola, 5(2), 74–92.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Sahlan, Asmaun dan Angga Teguh Prastyo. 2012. Desain Pembelajaran
Berbasis Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Samino,
W.
(n.d.).
IMPLEMENTASI
KURIKULUM
DALAM
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS III SD TA ’ MIRUL
ISLAM SURAKARTA, 141–148.
Sobri, A. Y., Administrasi, J., Fakultas, P., & Pendidikan, I. (n.d.).
Menumbuhkan Nilai Karakter Siswa Di Sekolah, (2001), 1–10.
Sp, J. I. (2003). PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER DI SEKOLAH
DASAR, 284–292.
Studi, P., Agama, P., Pendidikan, J., Islam, A., Ilmu, F., Dan, T., …
Ibrahim, M. (2016). SKRIPSI Oleh : Wahyu Sri Wilujeng.
Tatminingsih, S., Terbuka, U., Raya, J., Cabe, P., Selatan, T., Manis, P.,
… Jawa, K. S. (2012). PENGEMBANGAN PAKET DAN STRATEGI
PEMBELAJARAN
IPA
MELALUI
PERMAINAN
TRADISIONAL
UNTUK SISWA KELAS 3 SD DI DAERAH RAWAN BENCANA Studi
Kasus di SD Puncak Manis , Kecamatan Kadudampit , Sukabumi (
DEVELOPMENT
OF
SCIENCE
STRATEGY THROUGH T, 427–439.
LEARNING
PACKAGE
AND
Timur, J. (n.d.). Pengembangan Model Permainan Tradisional, 201–212.
Un, D., Temuan, D., Penentuan, D., & Utara, S. (n.d.). THE
DEVELOPMENT OF CHARACTER EDUCATION INSTRUMENTS
FOR THE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN THE PROVINCE,
11–22.
Wahyudi, Imam. 2012. Pengembangan Pendidikan Strategi Inovatif &
Kreatif Dalam Mengelola Pendidikan Secara Komprehensif. Jakarta:
PT. Prestasi Pustakaraya.
Wijaya, A. (2009). Permainan ( Tradisional ) untuk Mengembangkan
Interaksi Sosial , Norma Sosial dan Norma Sosiomatematik pada
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik.
Download