BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam mendukung ketahanan pangan nasional maupun ketahanan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ikan nila sebagai salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi, dimana kebutuhan benih maupun ikan konsumsi dari tahun ketahun cenderung terus meningkat seiring dengan perluasan usaha budidaya (Darwisito et al., 2008 dalam Marie et al., 2017). Budidaya ikan secara intensif lebih efesien dalam memproduksi ikan, namun tidak terlepas dari limbah. Ikan mengeluarkan limbah dari sisa pakan dan metabolisme yang banyak mengandung amoniak (Effendi, 2003). Ikan mengeluarkan 80-90% amoniak melalui proses osmoregulasi, feses dan dari urin. Peningkatan padat tebar dan lama waktu pemeliharaan akan diikuti dengan peningkatan kadar amoniak dalam air (Shafrudin et al., 2006). Amoniak yang tidak teroksidasi oleh bakteri dalam waktu terus-menerus dengan jangka waktu yang lama akan bersifat racun. Tingginya konsentrasi amoniak dapat menyebabkan kerusakan pada insang, ikan mudah terserang penyakit dan menghambat laju pertumbuhan (Hastuti dan Subandiyono, 2011). Mengingat permasalahan tersebut, kiranya perlu ada suatu pilihan teknologi yang dapat diterapkan pada lahan dan sumber air terbatas, salah satunya dengan 1 menerapkan sistem resirkulasi. Menurut Satyani (2001), ada beberapa cara untuk memperbaiki kualitas air atau menghilangkan pengaruh buruk air kotor agar menjadi layak dan sehat untuk kehidupan ikan dalam budidaya yaitu : aerasi, sirkulasi air dan penggunaan pemanas. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yang dipelihara pada media limbah budidaya ikan nila. 2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yang dipelihara pada substrat yang berbeda. 1.3 Manfaat Adapun manfaat dari praktikum mata kuliah kualitas air ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yang dipelihara pada media limbah buangan ikan nila dan pada substrat yang berbeda. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Nila Menurut Deptan (2000), klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut: Kingdom: Animalia Filum: Chordata Subfilum: Vertebrata Kelas: Osteichdayes Subkelas: Acandaopdaerigii Ordo: Pencomorphi Subordo: Percoidea Familia: Cichlidae Genus: Oreochromis Spesies: Oreochromis niloticus Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 2.2 Morfologi Ikan Nila Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968), mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan 3 sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang. Ikan Nila (oreochormis niloticus) dapat hidup diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat. 2.3 Habitat Menurut Djarijah (1995), seperti ikan air tawar pada umumnya, ikan nila hidupdi tempat-tempat yang airnya tidak begitu dalam (dangkal) dengan air arus yang tidak deras. Di danau-danau, sungai-sungai, ikan nila lebih suka didaerah tepi yang dangkal. Selanjutnya Khairuman dan Amri (2007), meskipun tergolong ikan bersisik, ikan nila kurang suka menentang arus, akan tetapi ikan nila dapat pula dibiasakan hidup diperairan yang airnya mengalir. Dengan campur tangan manusia ikan nila telah menyebar keseluruh benua seperti Afrika, Amerika, Asia sampai Australia. 2.4 Kebiasaan Makan Ikan nila tergolong pemakan segala atau omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan, karena itulah ikan ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih makanan yang disuka ikan nila adalah 4 zooplankton seperti Rotifera sp., Moina sp., atau Dapnia sp., selain itu juga memangsa alga atau lumut yang menempel pada benda-benda dihabitat hidupnya. Ikan nila juga memakan tanaman liar yang tumbuh di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila dapat diberi berbagai makanan tambahan, misalnya pelet (Khairuman dan Amri, 2007). Ikan nila juga tahan terhadap perubahan lingkungan, bersifat omnivora, mampu mencerna makanan secara efisien, pertumbuhan cepat dan tahan terhadap hama penyakit (Suyanto, 2005). 2.5 Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila Ikan nila jantan memiliki laju pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan ikan nila betina. Laju pertumbuhan ikan nila jantan rata-rata 2,1 gram/hari, sedangkan laju pertumbuhan ikan nila betina 1,8 gram/hari (Ghufran, 2009 dalam Dewi, 2012). Selain pertumbuhannya cepat ikan nila juga memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi pada masa pemeliharaan benih. Wiryanta et al., (2010) dalam Dewi (2012) menjelaskan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan nila dalam kegiatan pembenihan adalah 80%, sedangkan untuk pembesaran adalah 65-75%. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila dipengaruhi oleh faktor genetik, kualitas air, pakan, hama dan penyakit (Ghufran, 2009 dalam Dewi, 2012). Kualitas benih ikan nila akan menurun bila berasal dari indukan yang memiliki umur lebih dari 2 tahun. Pertumbuhan benih nila akan lambat jika kandungan protein dalam pakan rendan dan jumlah pakan yang diberikan tidak sesuai dengan biomassa harian. Faktor kualitas air (pH, DO, kekeruhan, suhu) jika telah melebihi batas toleransi benih nila 5 maka akan menyebabkan benih mati, selain itu juga hama dan penyakit juga menjadi faktor penentu kelulushidupan benih nila (Wiryanta et al., 2010). 2.6 Kualitas Air Parameter kualitas air yang harus diperhatikan dan tetap harus dijaga agar pertumbuhan dan perkembangan benih ikan nila berjalan dengan baik dan optimal, diantaranya suhu yang bisa ditoleransi benih nila adalah 15-370C, ikan nila akan tumbuh optimal pada suhu 25-300C. Derajat keasaman (pH) yang dapat ditolerir ikan nila adalah 6-9. Pertumbuhan benih ikan nila akan optimal pada pH 7-8. Oksigen terlarut (DO) yang dibutuhkan untuk benih ikan nila agar pertumbuhannya optimal adalah 3 ppm (Dewi, 2012). Menurut Popma dan Messer (1999), batas konsentrasi kandungan amoniak yang dapat mematikan ikan nila adalah ≥ 0,2 mg/l. 6 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan praktikum mata kuliah kualitas air ini dilaksanakan pada tanggal 4 November- 2 Desember 2018, yang bertempat di Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bonebolango. 3.2 Alat dan Bahan Adapaun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 di bawah ini: Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum No Alat Kegunaan 1. Aquarium Wadah Pemeliharaan 2. Aerasi Menyuplai oksigen 3. Timbangan Mengukur berat ikan nila 4. Loyang Menampung benih ikan nila 5. Ember Menampung air 6. Gelas ukur Mengukur volume air 7. Penggaris Mengukur panjang ikan nila 8. Sterofoam Sebagai alas aquarium 9. Gayung Untuk mengambil air 10. Seser Untuk menampung ikan nila 11. Kamera Pengambilan dokumentasi 12. ATK Mencatat data praktikum 13. Termometer Pengukuran suhu 14. pH meter Pengukuran pH 15. DO meter Pengukuran DO Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum No Bahan Kegunaan 1. Benih ikan nila Biota 2. Air Limbah ikan nila Media pemeliharaan 3. Pakan Makanan ikan nila 7 4. Pasir dan kerikil Sebagai substrat 3.3 Metode Praktikum 1. Wadah Penelitian Wadah yang digunakan dalam praktikum adalah menggunakan akuarium sebanyak 9 buah dengan ukuran masing-masing 30 cm x 20 cm x 20 cm. 2. Hewan uji Dalam percobaan ini benih yang digunakan yaitu benih ikan Nila sebanyak 5 ekor/akuarium untuk tiap perlakuan, dengan ukuran 1-3 cm dan menggunakan 9 buah akuarium, sehingga jumlah total benih yang digunakan adalah 45 ekor. 3. Pakan Uji Jenis pakan yang di gunakan adalah pakan buatan jenis f-1000 dengan dosis 10% dari berat biomasa ikan. 3.4 Tahapan Praktikum Prosedur praktikum yang dilakukan antara lain : 1. Persiapan Tahapan persiapan pemeliharaan diawali dari persiapan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum yang terlebih dahulu sebelumnya telah dibersihkan, wadah berupa akuarium yang disiapkan untuk menempatkan benih ikan nila yang dilengkapi dengan aerasi. Setelah aquarium di siapkan maka langkah selanjutnya mengisi aquarium dengan air limbah buangan budidaya ikan mas, setelah itu pada 8 setiap aqurium di masukan substrat berupa pasir dan kerikil. Kemudian benih ikan nila siap di masukan kedalam aquarium tersebut. 2. Rancangan Penelitian Praktikum ini bersifat eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas tiga perlakuan dan tiga kali pengulangan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perlakuan A, menggunakan pasir 2. Perlakuan B, menggunakan kerikil 3. Perlakuan C, Terkontrol A1 B2 C2 C1 A3 B1 B3 C3 A2 3. Pelaksanaan Praktikum Benih yang digunakan dalam praktikum ini yaitu benih ikan nila dengan jumlah 45 ekor. Benih ikan mas dengan ukuran 1-3 cm dipelihara dan ditempatkan dalam wadah pemeliharaan berupa 9 buah akuarium dengan padat penebaran 1 ekor/liter dengan jumlah air yang digunakan sebanyak 5 liter/wadah. Pemeliharaan dilakukan selama ± 1 bulan, dan pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi 9 hari pukul 06:00, dan sore hari pukul 18:00. Dosis pakan diberikan sebanyak 10% dari berat biomassa ikan. proses pemberian pakan dilakukan secara merata. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap seminggu sekali, dimana meliputi pengukuran suhu, oksigen terlarut (DO), dan pH. Pengukuran kualitas air disertai dengan proses pergantian air. Pengukuran pertumbuhan benih ikan mas dilakukandalam setiap 1 minggu sekali, adapun pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran bobot tubuh dan panjang tubuh benih ikan mas. 4. Variabel yang Diamati Variabel yang diamati dalam praktikum ini antara lain terdiri dari dua variabel yaitu pertambahan berat dan panjang benih ikan nila. 4..1.2 Pertumbuhan Mutlak Tingkat pertumbuhan mutlak benih ikan nila yang diukur dalam praktikum ini adalah pertambahan berat dan pertambahan panjang hewan uji. Pengukuran pertambahan hewan uji dilakukan setiap seminggu sekali dengan menggunakan timbangan analitik, sedangkan pertambahan panjang diukur dengan menggunakan penggaris/mistar. a. Perhitungan pertumbuhan panjang mutlak menurut Cholik et al., (2005). L = Lt – Lo Keterangan : Lt = Panjang akhir penelitian minggu ke – t Lo = Panjang awal b. Perhitungan pertumbuhan berat mutlak menurut Cholik et al., (2005). 10 W = Wt ­ Wo Keterangan : Wt = Berat akhir penelitian waktu minggu ke-t Wo = Berat awal 4.1.2 Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup merupakan presentase jumlah biota yang hidup pada akhir waktu tertentu (Cholik, dkk, 2005), adalah sebagai berikut : SR = Nt π₯ 100% No Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah benih akhir penelitian ke-t No = Jumlah awal benih 4.1.3 Analisis Data Untuk mengetahui adanya pemanfaatan limbah buangan budidaya ikan nila untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan mas dengan substrat yang berbeda maka data dianalisa dengan menggunakan model rancangan acak lengkap (RAL). Data yang diperoleh meliputi pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik dan kelangsungan hidup benih ikan nila dianalisa dengan menggunakan analisis sidik ragam ANOVA satu dengan melakukan uji F dari metode rancangan acak lengkap (Gasperez, 2011). 11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Mutlak Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang, berat maupun volume dalam waktu tertentu. Pertumbuhan dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat kesehatan suatu individu atau populasi yang dipelihara. Pertumbuhan mutlak terdiri atas dua, antara lain pertumbuhan panjang mutlak dan pertumbuhan harian mutlak. 4.1.1 Pertumbuhan Panjang Mutlak Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, pertumbuhan panjang mutlak untuk pemeliharaan benih ikan nila (Oreochromis niloticus) selama 30 hari (4 minggu) dapat dilihat pada gambar 2 grafik dibawah ini: Pertumbuhan Panjang Mutlak 2,5 2,12 1,89 2 1,56 1,5 Cm A = Pasir B = Kerikil C = Kontrol 1 0,5 0 A B C Perlakuan Gambar 2. Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Ikan Nila 12 Berdasarkan gambar diatas, perlakuan dengan substrat yang berbeda memberikan peningkatan pertumbuhan panjang pada ikan nila dan menunjukkan pertumbuhan mutlak yang berbeda. Pertumbuhan panjang mutlak ikan nila pada perlakuan A, B, Dan C, berturut-turut adalah 2,12 cm, 1,56 cm, dan 1,89 cm. Sesuai dengan hasil gambar diatas, menunjukkan bahwa perlakuan A (Pasir) memberikan pertumbuhan panjang mutlak paling tinggi dibandingkan pertumbuhan panjang mutlak pada perlakuan C (Kontrol) , sedangkan pertumbuhan paling rendah ditunjukan pada perlakuan B (Kerikil). Menurut Effendie (1997) dalam Zulkhasyni, dkk (2017), Pertumbuhan panjang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal sebagian bergantung pada kondisi ikan tersebut, misalnya kemampuan ikan dalam memanfaatkan sisa energi dan protein setelah metabolisme untuk pertumbuhanya, sedangkan, faktor eksternal seperti faktor lingkungan yang meliputi kualitas air,suhu, pH, oksigen terlarut dan faktor pakan yang diberikan sangat berpengaruh atau tidak untuk pertumbuhan panjang ikan Nila. Pakan dengan kualitas baik dan kuantitas yang tepat akan menunjang pertumbuhan panjang organisme. Kedua faktor tersebut akan menyeimbangkan keadaan tubuh ikan selama dalam media pemeliharaan dan menunjang pertumbuhan ikan nila. Pertumbuhan panjang mutlak tertinggi terjadi pada perlakuan A dengan menggunakan pasir, hal ini diduga karena ikan nila menyukai tempat hidup yang memiliki substrat berpasir. Hasil pengamatan praktikum terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan menggunakan substrat yang berbeda di 13 lanjutkan dengan analisis sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis supstrat yang berbeda untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan nila. Hasil pengukuran panjang mutlak benih ikan nila (Oreochromis niloticus). menggunakan anilisis sidik ragam terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Panjang Mutlak Sumber Keragaman Perlakuan Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah 2 0,341087 0,170544 1,586133 0,264356 6 F Hitung F Tabel 0,645129 1% 9,78 Galat 8 1,92722 Total Ket : *) Tidak Berpengaruh Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (ANOVA) panjang mutlak menunjukna bahwa tidak berpengaruh, hal ini di duga pakan yang di berikan tidak habis termakan sehingga mengendap di dasar air dan mengakibatkan kualitas media pemeliharaan jadi menurun. Menurut Effendi (2003) dalam Panggabean dkk (2016), menyatakan bahwa tidak berpengaruh nyatanya pertumbuhan disebabkan pada kondisi kualitas air yang buruk, energi banyak digunakan untuk proses adaptasi fisiologis tubuh ikan terhadap lingkungan. 4.1.2 Pertumbuhan Berat Mutlak Berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan berat mutlak ikan nila merah selama 4 minggu pemeliharaan dapat dilihat pada grafik sebagai berikut : 14 Gram Pertumbuhan Berat Mutlak 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 1,68 1,22 0,97 A = Pasir B = Kerikil C =Kontrol A B C Perlakuan Gambar 3. Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Ikan Nila Pertumbuhan berat mutlak ikan nila merah yang dipelihara selama 4 minggu pada setiap perlakuan A, B,dan C. berturut-turut adalah 1,68 gr, 0,97 gr,dan 1,22 gr. Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan berat mutlak tertinggi ditemukan pada perlakuan A yaitu sebesar 1,68 gr dibandingkan perlakuan B dan C. Sedangkan pertumbuhan mutlak terendah terdapat perlakuan B yaitu sebesar 0,97 gr. Pertumbuhan berat mutlak benih ikan nila pada setiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda. Perbedaan pertambahan berat mutlak dari ketiga perlakuan susbrat yang berbeda menunjukan bahwa perlakuan A menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandungkan perlakuan B dan C. Menurut Rukmana (1997) dalam Sitaniapessy (2016) menyatakan laju pertumbuhan suatu organisma ditentukan oleh kebutuhan pakan dan jenis pakan yang dikonsumsi harus cocok dengan kebiasaan makan, apabila tidak cocok maka 15 organisme tersebut tidak dapat memanfaatkan pakan yang diberikan dengan baik akibatnya pertumbuhan akan terhambat atau relatif rendah. Hasil analisis sidik ragam berat benih ikan nila menunjukkan bahwa substrat yang berbeda tidak memberikan pengaruh (FhitungοΌ Ftabel) terhadap pertumbuhan berat benih ikan nila . Analisis sidik ragam dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4. Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Berat Mutlak Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Perlakuan 2 0,58998 Galat 6 1,0056 Total 8 0,41562 Ket : *) Tidak Berpengaruh F Tabel F Hitung 0.2527435 1,4554304 0,1736555 1% 9,78 Untuk mengetahui Pengaruh penggunaan substrat yang berbeda terhadap laju pertumbuhan ikan nila maka dilakukan analisis ragam (ANOVA). Pengaruh substrat yang berbeda terhadap laju pertumbuhan ikan nila berdasarkan analisis ragam menunjukan bahwa pertumbuhan benih ikan nila di beperoleh F hitungnya 1,455. Hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung < F tabel 0.01 yang berarti perlakuan substrat yang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan nila. Hal ini diduga kualiyas air didalam media pemeliharaan kurang mendukung untuk pertumbuhan ikan nila. Kualitas air yang buruk dapat membuat ikan stres yang mengakibatkan nafsu makan ikan berkurang dan tergangunya sitem metabolisme. 16 4.2 Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup ikan merupakan presentase jumlah ikan yang hidup dari jumlah ikan yang dipelihara dalam satu wadah. Kelangsungan hidup ditunjukan oleh mortalitas (kematian). Tingkat kelangsungan hidup yang rendah terjadi karena meningkatnya mortalitas. Keberhasilan kelangsungan hidup ditentukan oleh ransangan ketika makanan memiliki syarat nutrisi dalam hal ini kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Kelangsungan hidup benih ikan nila merah dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini : Tingkat Kelangsungan Hidup 120 100 100 % 80 80 80 A 60 B =Kerikil C =Kontrol = Pasir 40 20 0 A B C Perlakuan Gambar 4. Kelangsungan Hidup Berdasarkan gambar diatas, bahwa tingkat kelangsungan hidup pada semua perlakuan menunjukkan bahwa pengaruh substrat yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila merah (Oreochromis niloticus) mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup. Dimana semua perlakuan memberikan 17 presentase kelangsungan hidup yang berbeda-beda. Pada perlakuan C (Kontrol) menunjukkan presentase yang dihasilkan 80% disusul dengan perlakuan B dengan (Kerikil) sebesar 100% kemudian perlakuan A (pasir) dengan presentase 80%. Hasil pengukuran terhadap kelangsungan hidup benih ikan nila dilanjutkan dengan analisis sidik ragam. Hasil perhitungan analisis sidik ragam untuk kelangsungan hidup benih ikan nila dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut : Tabel 5. Analisis sidik ragam kelangsungan hidup Sumber Keragaman Derajat Bebas F Tabel Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Perlakuan 2 816,67 Galat 6 16,67 Total 8 833,33 Ket : *) Tidak Berpengaruh 400 2,77833 1.4333 1% 9,78 Berdasarkan tabel di atas tingginya tingkat kelangsungan hidup di dukung oleh dengan kemampuan ikan dalam memakan pakan yang di berikan mendukung untuk tingkat kelangsungan hidupnya. Hal ini menunjukan bahwa ikan nila tidak mampu beradtasi dengan keadaan lingkungan dan pakan yang diberikan tidak mampu dalam meningkatkan kelangsungan hidup. Ikan nila merupakan ikan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan, namun menurut pendapat Weartherley (1972) menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi disebabkan oleh predator, parasit, penyakit, populasi, keadaan lingkungan yang tidak cocok serta fisik yang disebabkan oleh penanganan manusia. Menurut Andi. S (2014) dalam Zulkhasyni dkk (2017) penyebab dari mortalitas ikan tinggi adalah banyak pakan sisa pakan yang mengendap sehingga 18 menjadi amoniak yang merupakan racun bagi ikan, kemudian kualitas air yang buruk seperti kurangya kadar oksigen terlarut, dan adanya zat berupa racun yang dapat menyebabkan ikan mati, selain itu juga mortalitas ikan dapat tinggi disebabkan adanya penyakit yang telah menyerang ikan dari kecil, ataupun penyakit atau parasit yang bersumber dari buruknya kualitas air. 4.3 Parameter Kualitas air Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya ikan karena diperlukan sebagai media hidup. Air sebagai lingkungan tempat hidup organisme perairan harus mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhan dari organisme tersebut. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 1 minggu sekali. Kualitas air yang diukur meliputi suhu, pH dan DO, dengan sumber air yang digunakan berupa air tawar yang berasal dari tanah. Air yang digunakan selama pemeliharaan benih ikan nila merah didukung dengan diterapkan sistem aerasi selama 24 jam, selain itu juga dilakukan pembersihan dasar wadah dengan cara disipon setiap paginya. A. Suhu Suhu adalah variabel lingkungan yang penting untuk organisme akuatik karena suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan, metabolisme, oksigen terlarut dan proses reproduksi ikan (Kusdiarti dkk, 2003). Setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum serta kemampuan untuk menyesuaikan diri sampai titik tertentu. Kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan nila adalah 25-300C. 19 Hasil pengukuran parameter kualitas air (Suhu) benih ikan nila dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6. Parameter kualitas air (Suhu) Perlakuan Ulangan A B 1 27.1 27.1 2 27.4 27.3 3 27.3 26.8 C 27.2 27.2 27.1 Menurut Kusdiarti dkk (2003) nilai suhu yang optimal untuk pertumbuhan benih ikan nila adalah 25-30 0C. Dari hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa suhu air dalam wadah penelitian masih layak dilakukan untuk kegiatan pemeliharaan, namun hanya di beberapa ulangan saja yang suhunya rendah. Menurut Supratno (2006) dalam Hasim dkk (2015) secara umum laju pertumbuhan ikan akan meningkat jika sejalan dengan kenaikan suhu pada batas tertentu. Jika kenaikan suhu melebihi batas akan menyebabkan aktivitas metabolisme organisme air/hewan akuatik meningkat, hal ini akan menyebabkan berkurangnya gas-gas terlarut didalam air yang penting untuk kehidupan ikan atau hewan akuatik lainnya. Walaupun ikan dapat menyesuaikan diri dengan kenaikan suhu, akan tetapi kenaikan suhu melebihi batas toleransi ekstrim (35 0C) waktu yang lama maka akan menimbulkan stress atau kematian ikan B. pH (Derajat Keasaman) Hasil pengukuran parameter kualitas air (pH) benih ikan nila merah dapat dilihat pada tabel berikut : 20 Tabel 7. Parameter kualitas air (pH) Perlakuan Ulangan A B 6.75 6.76 1 6.74 6.77 2 6.77 6.75 3 C 6.76 6.75 6.75 Derajat keasaman (pH) merupakan ukuran asam basah dalam suatu perairan. Menurut Rukmana (1997) dalam Rahim, dkk (2015) menyatakan bahwa ikan nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan hidup. Keadaan pH air antara 5-11 dapat ditoleransi ikan nila, tetapi pH optimal untuk perkembangbiakkan dan pertumbuhan ikan nila adalah 7-8. C. DO (Oksigen Terlarut) Oksigen terlarut (DO) merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai pilihan utama untuk menentukan layak tidaknya sumber air untuk digunakan dalam kegiatan budidaya. Disamping itu perbedaan sensitivitas terhadap oksigen terlarut juga terjadi pada setiap tahapan siklus kehidupan ikan. Sebagai organisme air ikan nila memerlukan kadar oksigen terlarut yang tersedia dalam air. Kadar oksigen yang cukup baik untuk ikan nila berkisar antara 3-5 ml/L. Hasil pengukuran parameter kualitas air (DO) benih ikan nila dapat dilihat pada tabel berikut : 21 Tabel 8. Parameter kualitas air (DO) Perlakuan Ulangan A B 6.78 6.94 1 6.77 7.40 2 6.95 6.66 3 C 6.95 6.70 6.84 Kandungan oksigen terlarut (DO) selama penelitian berkisar antara 6-7 mg/L. Menurut Alabaster and Lloyd (1982) dalam Hasim dkk (2015) setiap jenis ikan memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap kandungan oksigen terlarut. 22 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa: 1. Pertumbuhan panjang mutlak ikan nila pada perlakuan A, B, Dan C, berturut-turut adalah 2,12 cm, 1,56 cm, dan 1,89 cm. 2. Pertumbuhan berat mutlak ikan nila yang dipelihara selama 4 minggu pada setiap perlakuan A, B,dan C. berturut-turut adalah 1,68 gr, 0,97 gr,dan 1,22 gr. 3. Presentase kelangsungan hidup ikan nila yang berbeda-beda, pada perlakuan C (Kontrol) menunjukkan presentase yang dihasilkan 80% disusul dengan perlakuan B dengan (Kerikil) sebesar 100% kemudian perlakuan A (pasir) dengan presentase 80%. 4. Kualitas air media budidaya ikan nila yang diamati selama pemeliharaan antara lain suhu yaitu berkisar antara 26,8-27,4 0C, pH berkisar 6,74-6,77 dan oksigen terlarut berkisar antara 6-7 mg/L. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diambil saran yakni bahwa dalam substrat yang berbeda perlu diperhatikan tingkat kualitas air dalam media pemeliharaan dan memperhatikan pakan yang diberikan terhadap benih ikan nila. 23 DAFTAR PUSTAKA Darwisito, S., M. Zairin., D. S. Sjafei., W. Manula dan A. O. Sudrajat. 2008. Pemberian pakan mengandung vitamin e dan minyak ikan pada induk memperbaiki kualitas telur dan larva ikan nila (Oreochromis niloticus).Jurnal Akuakultur Indonesia.7(1): 1-10. Deptan. 2000. Petunjuk Teknis Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Nila Gift. Jakarta: Balai Kajian Teknologi Pertanian Lembang, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Dewi, E.N. 2012. Pengaruh Kepadatan Azolla Sp. Terhadap Kualitas Air, Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Pemeliharaan Tanpa Ganti Air.(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 72 Hal. Djarijah, A.S. 1995. Nila Merah Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif. Yogyakarta: Kanisius. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta. Ghufran. 2009. Budidaya Perairan. Buku Kedua. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hastuti, S., dan Subandiyono. 2011. Performa Hematologis Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dan Kualitas Air Media pada Sistem Budidaya dengan Penerapan Kolam Biofilter. Jurnal Sains. Khairuman, dan Amri, K. 2007. Budidaya Nila Secara Intensif. Cetakan VII. Jakarta: Agromedia Pustaka. Marie, R., M. A. Syukron dan S. S. P. Rahardjo. 2018. Teknik Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Pemberian Pakan Limbah Roti. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Popma dan Messer. 1999. Tilapia Life History and Biology. Publication was supported in part by the Southern Regional Aquaculture Center through Grant No. 94-3800-0045 from the United States Departement of Agriculture, Cooperative States Research, Education, and Extension Service. 24 Satyani, D. 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. 520 Halaman. Shafrudin, D. Yuniarti., dan M. Setiawati. 2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp) terhadap Produksi pada Sistem Budidaya dengan Pengendalian Nitrogen melalui Penambahan Tepung Terigu. Jurnal Akuakultur Indonesia 5: 137-147 hlm. Suyanto, S. R. 2005. Nila. Jakarta: Penebar Swadaya. Rahim, T., Tuiyo, R., & Hasim. 2015. Pengaruh Salinitas Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). Jurnal. Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Negeri Gorontalo. Vol 3 (1), hal 39-43 Wiryanta, Sunaryo, Astuti dan Kurniawan. 2010. Budidaya Ikan Nila dan Bisnis Ikan Nila. PT Agromedia Pustaka: Jakarta. 210 Hal. Yanti Z, Muchlisin Z, Sugito. 2013. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Beberapa Kosentrasi Tepung Daun Jaloh (Salix tetrasperma) Dalam Pakan. Jurusan Budidaya Perairan. Koordinatorat Kelautan Dan Perikanan. Universitas Syoah Kuala. Banda Aceh 25 LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Pengukuran Panjang (cm) dan Berat (gram) Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Selama Penelitian Perlakuan A1 Minggu ke-0 No L W 2,5 0,68 1 2,5 0,76 2 3 0,88 3 2,5 0,72 4 2 0,72 5 Minggu Ke-1 L W 3 1,08 3,1 1,16 2,9 0,84 2,8 1,08 Minggu Ke-2 Minggu ke-3 L W L W 3,2 1,3 4 1,2 2,7 1,04 4,7 1,74 2,9 0,9 4,4 1,5 3 1,09 4,1 1,36 Jumlah 10 3,76 11,8 4,16 11,8 4,33 17,2 Ratarata 2,5 0,75 2,95 1,04 2,95 1,08 4,3 5,8 Minggu ke-4 L 4,9 4,5 4,3 4,6 W 2,49 2,08 1,9 2,12 18,3 4,58 8,59 2,15 1,45 Perlakuan A2 Minggu ke-0 No L W 3,5 1,66 1 3,5 1,46 2 3 1,08 3 3 1,06 4 3,5 1,34 5 Jumlah 16,5 6,6 Ratarata 3,3 1,32 Perlakuan A3 Minggu ke0 No L W 3 1 1 Minggu Ke-1 L W 3,8 2,1 3,6 1,66 3,5 2 3,3 1,62 Minggu Ke-2 L W 3,7 1,8 3,9 2,16 3,9 2,16 3,6 1,73 Minggu ke- Minggu ke3 4 L W L W 5,2 2,34 5,6 3,68 5,3 2,48 5 2,72 5,3 2,42 5,6 2,98 4,8 1,88 5,4 2,78 14,2 7,38 15,1 7,85 20,6 9,12 3,55 1,85 3,78 1,96 5,15 2,28 Minggu Ke1 L W 3,2 0,88 Minggu Ke2 L W 3,4 0,94 26 Minggu ke3 L W 5 1,98 21,6 12,16 5,4 3,04 Minggu ke4 L W 5,5 3,48 2 3 4 5 Jumlah Ratarata 3 3 2,5 3 1,06 1,02 0,76 0,94 3,9 3,7 3 3,2 1,74 1,52 1,12 0,98 3,6 3,2 3,8 1,76 1,38 1,76 4,9 5,2 4,2 2,1 2,22 1,06 5,1 5,4 4,3 14,5 4,78 13,8 5,26 14 5,84 19,3 7,36 20,3 11,48 5,08 2,87 2,9 0,96 3,4 1,25 3,5 1,46 4,83 1,84 Perlakuan B1 Minggu ke-0 No Minggu Ke-1 Minggu Ke2 Minggu ke3 1 L 2 W 0,56 L 2,7 W 0,68 L 3,1 W 1,19 L 5 W 1,9 2 2 0,56 3,2 1,1 2,7 0,85 3,2 3 2 0,46 2,8 0,98 2,6 0,76 4 2 0,64 2,5 0,7 2,7 5 2,5 0,56 2,6 0,72 Jumlah 10,5 2,78 Ratarata 2,1 0,56 11,2 3,46 Perlakuan B2 Minggu ke-0 No L W 2,5 0,52 1 2,5 0,52 2 2,5 0,56 3 2,5 0,6 4 2,5 0,56 5 Jumlah 12,5 2,76 Ratarata 2,5 0,55 3,14 2,98 1,88 Minggu ke-4 L W 3,2 0,68 0,64 5,4 3,18 4,3 1,18 4,4 2,22 0,82 4,2 1,14 4,4 1,52 3,2 1,2 3,4 0,84 3,2 0,69 11,1 3,62 20,1 5,7 20,6 8,29 4,12 1,66 2,76 0,84 2,86 0,91 4,02 1,14 Minggu Ke-1 L W 2,5 0,71 2,8 0,82 2,7 0,94 2,6 0,94 2,6 0,94 Minggu Ke2 L W 3,4 1,35 2,7 1,14 3,1 1,27 3,1 1,8 2,6 0,74 Minggu ke3 L W 4,4 1,52 4,5 1,36 4,3 1,38 4 1,02 4,2 1,28 10,6 3,41 12,3 5,56 21,4 6,56 2,64 0,87 2,98 1,39 4,28 1,31 Perlakuan B3 27 Minggu ke-4 L W 4,6 1,88 4,1 1,5 4,5 1,66 4,4 1,16 4,3 1,1 21,9 7,3 4,38 1,46 No 1 2 3 4 5 Jumla h Ratarata Minggu ke-0 L W 2,5 0,7 6 2,5 0,5 6 2,5 0,5 8 2,5 0,7 2 2,5 0,5 6 12, 3,1 5 8 0,6 2,5 4 Perlakuan C1 Minggu ke-0 No Minggu Ke2 L W 3,1 0,97 Minggu Ke-1 L W 3 0,67 Minggu Minggu ke-3 ke-4 L W L W 4,3 1,4 1,8 1,8 3 0,98 3,3 1,12 4,7 1,82 2,3 2,3 3,5 1,12 3,2 1 4 1,52 3,1 1,05 3 1,30 3,5 0,80 1,6 2 1,1 6 1,6 2 1,1 6 3,1 0,85 3,6 0,52 2,7 0,75 9,5 8 1,9 2 7,6 3 1,5 3 3,8 12,6 3,82 12,6 4,39 20,3 6,46 3,14 0,93 3,24 1,10 4,06 1,29 Minggu Ke-1 Minggu Ke2 Minggu ke3 1 L 2,5 W 0,76 L 2,5 W 0,52 L 3,1 W 1,02 L 4,5 W 1,44 2 2 0,44 2,5 0,68 3,5 1 3,4 3 2,5 0,5 2,7 0,86 2,5 0,42 4 2,5 0,42 2,5 0,7 2,5 0,48 5 2 0,4 2,5 0,64 2,6 0,58 Jumlah 11,5 2,52 10,2 Ratarata 2,3 0,50 2,54 2,76 11,6 0,68 2,84 Perlakuan C2 Minggu ke-0 No L W 2,5 0,7 1 2,5 0,7 2 0,92 3,2 1,14 0,58 3,6 1,6 3,9 1 4,6 1,56 3,1 0,44 4 1,65 2,92 14,9 3,46 15,4 5,95 3,85 1,49 0,73 3,73 0,87 Minggu Ke- Minggu Ke1 2 L W L W 3 1,06 3,3 1,39 3,1 1,08 3,4 1,37 28 Minggu ke4 L W Minggu ke3 L W 4,8 0,88 3,8 0,98 Minggu ke-4 L 5,4 5,1 W 2,88 3,8 2,5 3 2 4 2,5 5 Jumlah 12 Ratarata 2,4 0,58 0,42 0,8 3,2 2,4 2,6 1,3 0,51 0,64 3,3 2,7 1,32 0,67 5,2 5,1 2,22 2,16 4,8 3,9 2,46 1,2 3,2 11,7 3,95 12,7 4,75 18,9 6,24 19,2 4,8 10,34 2,59 0,64 2,86 0,92 3,18 1,19 4,73 1,56 Perlakuan C3 No 1 2 3 4 5 Jumlah Ratarata Minggu ke-0 L W 2,5 0,84 2,5 0,78 2,5 0,84 2,5 0,54 2,5 0,72 Minggu Ke1 L W 2,7 0,78 2,6 1 3,1 1,04 2,6 1,14 Minggu Ke2 L W 4 1,1 3,3 1,32 2,8 0,83 2,7 0,76 Minggu Minggu ke-3 ke-4 L W L W 4,7 1,84 4,2 1,78 4,4 1,62 4,7 2,02 3,5 0,84 4,5 1,14 4,1 1,18 3,5 0,86 12,5 3,72 11 3,96 12,8 4,01 16,7 5,48 2,5 0,74 2,75 0,99 3,2 1,00 4,18 1,37 16,9 5,8 4,23 1,45 Lampiran 2. Hasil Perhitungan Rata-rata Panjang Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Selama Penelitian (cm) Perlakuan Ulangan 1 2 A 3 Ratarata 1 2 B 3 Ratarata C 1 0 2,50 3,30 2,90 Minggu Ke1 2 2,95 2,95 3,55 3,78 3,40 3,50 3 4,3 5,15 4,83 4 4,58 2,90 2,10 2,50 2,50 3,3 2,76 2,64 3,14 3,41 2,86 2,98 3,24 4,76 4,02 4,28 4,06 5,02 4,12 4,38 1,92 2,37 2,30 2,85 2,54 3,03 2,84 4,12 3,725 3,47 3,85 29 5,40 5,08 2 3 Ratarata 2,40 2,50 2,86 2,75 3,18 3,20 4,73 4,18 4,8 4,23 2,40 2,72 3,07 4,21 4,29 Lampiran 3. Perhitungan Rata-rata Berat Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Selama Penelitian (gram) Perlakuan Ulangan 1 2 A 3 Ratarata 1 2 B 3 Ratarata 1 2 C 3 Ratarata 0 0,75 1,32 0,96 Minggu Ke1 2 1,04 1,08 1,85 1,96 1,25 1,46 3 1,45 2,28 1,84 4 2,15 1,01 0,56 0,55 0,64 1,38 0,84 0,87 0,93 1,5 0,91 1,39 1,10 1,86 1,14 1,31 1,29 2,69 1,66 1,46 1,53 0,58 0,50 0,64 0,74 0,88 0,68 0,92 0,99 1,13 0,73 1,19 1,00 1,25 0,87 1,56 1,37 1,55 1,49 2,59 1,45 0,63 0,86 0,97 1,27 1,84 3,04 2,87 Lampiran 4. Perhitungan Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (cm) Perlakuan A1 L = Lt – Lo = 4.58 – 2.5 = 2.08 Perlakuan B1 L = Lt – Lo = 4.12 – 2.10 Perlakuan A2 L = Lt – Lo =5.4 – 3.3 = 2.1 Perlakuan B2 L = Lt – Lo = 4.38 – 2.50 30 Perlakuan A3 L = Lt –Lo =5.08 – 2.9 =2.18 Perlakuan B3 L =Lt – Lo =1.92 – 2.50 = 2.02 Perlakuan C1 L = Lt – Lo = 3.85 – 2.3 =1.55 = 1.88 Perlakuan C2 L = Lt – Lo =4.8 – 2.4 = 2.4 =0.78 Perlakuan C3 L = Lt – Lo = 4.23 – 2.5 =1.73 Lampiran 5. Perhitungan Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Ikan Nila (gram) Perlakuan A1 W = Wt – Wo = 2.15 – 0.75 = 1.4 Perlakuan B1 W = Wt – Wo = 1.66 – 0.56 = 1.10 Perlakuan C1 W = Wt – Wo = 1.49 – 0.50 = 0.99 Perlakuan A2 W = Wt – Wo = 3.04 – 1.32 = 1.72 Perlakuan B2 W = Wt – Wo = 1.46 – 0.55 = 0,91 Perlakuan C2 W = Wt – Wo = 2.59 – 0.64 = 1.95 Perlakuan A3 W = Wt - Wo = 2.87 – 0.96 = 1.91 Perlakuan B3 W = Wt - Wo = 1.53 – 0.64 = 0,89 Perlakuan C3 W = Wt - Wo = 1.45 – 0.74 = 0.71 Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Perlakuan Ulangan A 1 2 3 Jumlah B 1 2 3 Jumlah C 1 2 3 Ikan Jumlah Awal Ke(ekor) 1 2 5 1 5 1 5 - 15 2 5 - 5 - 5 - 15 - 5 - 5 - 5 - 1 31 Mati Minggu Jumlah Akhir (ekor) 3 4 4 4 1 4 1 12 5 5 5 15 1 4 1 4 4 Jumlah 15 - 1 2 - 12 Perlakuan A1 Nt SR = × 100% No 4 = × 100% 5 = 80% Perlakuan A2 Nt SR = × 100% No 4 = × 100% 5 = 80% Perlakuan A3 Nt SR = × 100% No 4 = × 100% 5 = 80% Perlakuan B1 Nt SR = × 100% No 5 = × 100% 5 = 100% Perlakuan B2 Nt SR = × 100% No 5 = × 100% 5 = 100% Perlakuan B3 Nt SR = × 100% No 5 = × 100% 5 = 100% Perlakuan C1 Nt SR = × 100% No 4 = × 100% 5 = 80% Perlakuan C2 Nt SR = × 100% No 4 = × 100% 5 = 80% Perlakuan C3 Nt SR = × 100% No 4 = × 100% 5 = 80% JUMLAH Perlakuan A Perlakuan B Nt SR = × 100% No 12 = × 100% 15 = 80% Perlakuan C Nt SR = × 100% No 12 = × 100% 15 = 80% Nt × 100% No 15 = × 100% 15 = 100% SR = Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Panjang Benih Ikan Nila 32 Analisis data pertumbuhan panjang mutlak benih ikan nila dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) Yij = μ + τi + ∈ij Proses perhitungan : 1. Menentukan derajat bebas (db) untuk sumber keragaman a. db Total = Total banyak pengamatan ο 1 = 9ο1 = 8 b. db Perlakuan = Total banyak perlakuan ο 1 = 3ο1 = 2 c. db Galat = db total ο db perlakuan = 8ο2 =6 2. Dengan menggunakan notasi Y ij sebagai hasil pengamatan panjang benih untuk masing-masing dosis pakan, t sebagai jumlah perlakuan dan r sebagai jumlah ulangan. Maka perhitungan jumlah kuadrat (JK) adalah sebagai berikut : Hasil Perhitungan Panjang Mutlak Benih Ulangan Perlakuan A B Total C 1 2,08 1,55 2,25 33 2 3 ∑Yij ∑Yij2 Yi FK = 2,1 2,18 1,9 0,78 2,4 1,73 6,36 13,49 19,89 4,93 9,28 1,64 5,68 11,16 1,89 π2 π×π‘ 16,972 = 3×3 = 287,9809 9 = 31,99788 JKT = ( 2 ∑ Yij ) − FK i−j = (2,082 + 2.12 + 2,182 + … + 0.382) ο FK = 33,9251 – 31,99788 = 1,92722 JKP = = π1 2 +π2 2 + π3 2 π οFK 6,362 + 4,932 + 5,682 + 3 ο = 32,33897 − 31.99788 = 0.341087 JKG = JKT ο JKP = 1,92722 ο 0,341087 = KTP 1,586133 JK Perlakuan = = t−1 0.341087 2 34 16,97 33,93 23,42 = 0.170544 KTG = = = JK Galat t (r−1) 1,586133 3 (3−1) 1,586133 6 = 0.264356 Menentukan nilai Fhitung FHitung = KTP KTG = 0.170544 = 0.645129 0.264356 Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Sumber Derajat Keragaman Bebas Perlakuan 2 Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah 0,341087 0,170544 1,586133 0,264356 0,645129 6 Galat 8 1,92722 Total * Tidak Berpengaruh nyata Nilai F F Hitung Tabel F Tabel 1% 9,78 ditentukan melalui nilai (Tabel F) dengan menggunakan db perlakuan sebagai F1 dan db galat sebagai F2, nilai F Tabel untuk db 2 dan 6 (F1 = 2 dan F2 = 6) pada taraf 1% adalah 9,78 Kaidah keputusan - Jika F HitungοΌ F Tabel 0.01 H1 ditolak H0 diterima, perlakuan tidak berpengaruh nyata. 35 - Jika F HitungοΎ F Tabel 0.01 H1 ditolak H0 diterima, perlakuan berpengaruh sangat nyata. Berdasarkan kaidah keputusan diatas, karena nilai F Hitung = 0.03 lebih kecil dari pada FTabel pada taraf 1% yaitu sebesar 9,78, maka diputuskan untuk menerima H1 dan menolak H0, yang berarti perbedaan diantara perlakuan berpengaruh nyata. Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Berat Benih Ikan Nila Merah Analisis data pertumbuhan berat mutlak benih ikan nila meah dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) Yij = μ + τi + ∈ij Proses perhitungan : 1. Menentukan derajat bebas (db) untuk sumber keragaman a. db Total = Total banyak pengamatan ο 1 = 12 ο 1 = 11 b. db Perlakuan = Total banyak perlakuan ο 1 = 4ο1 = 3 c. db Galat = db total ο db perlakuan = 11 ο 3 = 8 36 2. Dengan menggunakan notasi Yijsebagai hasil pengamatan berat benih untuk masing-masing dosis pakan, t sebagai jumlah perlakuan dan r sebagai jumlah ulangan. Maka perhitungan jumlah kuadrat (JK) adalah sebagai berikut : Hasil Perhitungan Berat Mutlak Benih Perlakuan A B 0.57 2.06 1.46 2.45 2.57 0.47 4.60 4.98 9.0614 10.4670 1.5333 1.6600 Ulangan 1 2 3 ∑Yij ∑Yij2 Yi FK = C 0.49 1.58 2.35 4.42 8.2590 1.4733 D 1.52 2.28 0.11 3.91 7.5209 1.3033 π2 π×π‘ 17.912 = 3×4 = 320.77 12 = 26.73 JKT 2 ∑ = ( Y ) − FK i − j ij = (0.572 + 1.462 + 2.572 + 2.062 + … + 0.112) ο FK = 35.3083 ο 26.73 = 8.5783 JKP = = π1 2 +π2 2 + π3 2 π οFK 4.602 + 4.982 + 4.422 + 3.912 3 ο14.67 = 26.9283 − 26.73 = 0.1983 37 Total 17.91 35.3083 5.97 JKG = JKT ο JKP = 8.5783ο 0.1983 = KTP 8.38 JK Perlakuan = = t−1 0.1983 3 = 0.0661 KTG = = = JK Galat t (r−1) 8.38 4 (3−1) 8.38 8 = 1.0475 Menentukan nilai Fhitung FHitung = KTP KTG = 0.0661 = 0.06 1.0475 Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Sumber Derajat Keragaman Bebas Perlakuan Galat Total 3 8 11 Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung 0.0334 2.9019 2.9353 0.0111 0.3627 0.06 * Berpengaruh nyata * Berpengaruh sangat nyata 38 F Tabel 1% 5% 7.59 4.07 Nilai F Tabel ditentukan melalui nilai (Tabel F) dengan menggunakan db perlakuan sebagai F1 dan db galat sebagai F2, nilai F Tabel untuk db 3 dan 8 (F1 = 3 dan F2 = 8) pada taraf 1% adalah 7.59 Kaidah keputusan - Jika F HitungοΌ F Tabel 0.01 H1 ditolak H0 diterima, perlakuan tidak berpengaruh nyata. - Jika F HitungοΎ F Tabel 0.01 H1 ditolak H0 diterima, perlakuan berpengaruh sangat nyata. Berdasarkan kaidah keputusan diatas, karena nilai F Hitung = 0.06 lebih kecil dari pada F Tabel pada taraf 1% yaitu sebesar 7.59, maka diputuskan untuk menerima H0 dan menolak H1, yang berarti perbedaan diantara perlakuan tidak berpengaruh nyata. Hasil Perhitungan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah Ulangan 1 2 3 ∑Yij ∑Yij2 Yi FK = Perlakuan A B 20 20 20 20 20 60 60 100 1200 4400 30 33.33 C 20 20 20 60 1200 30 π2 π×π‘ 3402 = 3×4 = 115600 12 39 D 20 20 80 120 7200 40 Total 340 14000 133.33 = 9633.333 JKT = ( 2 ∑ Yij ) − FK i−j = (202 + 202 + 202 + 202 + … + 802) ο FK = 14.000 ο 9633.333 = 4366.667 JKP π1 2 +π2 2 + π3 2 = π οFK 602 + 1002 + 602 + 1202 = 3 ο9633.333 = 10533.33 − 9633.333 = 900 JKG KTP = JKT ο JKP = 4366.667ο 900 = 3466.667 JK Perlakuan = = t−1 900 3 = 300 JK Galat KTG = t (r−1) = = 3466.667 4 (3−1) 3466.667 8 = 433.3334 Menentukan nilai Fhitung FHitung = KTP KTG = 300 = 0.69 433.3334 40 Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Sumber Derajat Keragaman Bebas Perlakuan Galat Total 3 8 11 Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung 900 3466.667 2.9353 300 433.3334 0.69 F Tabel 1% 5% 7.59 4.07 * Berpengaruh nyata * Berpengaruh sangat nyata Nilai F Tabel ditentukan melalui nilai (Tabel F) dengan menggunakan db perlakuan sebagai F1 dan db galat sebagai F2, nilai F Tabel untuk db 3 dan 8 (F1 = 3 dan F2 = 8) pada taraf 1% adalah 7.59 Kaidah keputusan - Jika F HitungοΌ F Tabel 0.01 H1 ditolak H0 diterima, perlakuan tidak berpengaruh nyata. - Jika F HitungοΎ F Tabel 0.01 H1 ditolak H0 diterima, perlakuan berpengaruh sangat nyata. Berdasarkan kaidah keputusan diatas, karena nilai F Hitung = 0.69 lebih kecil dari pada F Tabel pada taraf 1% yaitu sebesar 7.59, maka diputuskan untuk menerima H0 dan menolak H1, yang berarti perbedaan diantara perlakuan tidak berpengaruh nyata. Perlakuan Parameter Suhu A 25.3 - 28.5 B 25.2 - 28.5 C 25.3 - 28.4 Ph 6.67 - 6.77 6.68 - 6.78 6.68 - 6.76 41 DO 6.02 - 7.45 5.71 - 7.49 6.73 - 7.35 D 25.4 - 28.4 6.67 - 6.78 6.83 - 7.72 Perhitungan Kualitas Air Anova Suhu Perlakuan A B C D Jumlah Ulangan 1 27.1 27.1 27.2 27.2 108.6 2 27.4 27.3 27.2 27.1 109.0 3 27.3 26.8 27.1 27.2 108.4 Jumlah Ratarata 81.8 81.2 81.5 81.5 326.0 27.3 27.1 27.2 27.2 108.7 Faktor Korelasi (FK) FK = FK = FK = π2 π×π‘ 326.02 4×3 106276 12 FK = 8856.3 Jumlah Kuadrat (JK) JKTotal = (27.12 + 27.42 + 27.32 + 27.12+ 27.32 + 26.82 + 27.22 + 27.22 + 27.12 + 27.22 + 27.12 + 27.22) – FK JKTotal = 8856.6 – 8856.3 JKTotal= 0.3 JKPerlakuan = π1 2 +π2 2 + π3 2 +π4 2 π − πΉπΎ 42 81.82 +81.22 + 81.52 +81.52 JKPerlakuan = JKPerlakuan = 3 26569.2 3 − 8856.3 JKPerlakuan = 8856.4 -8856.3 JKPerlakuan = 0.1 JKGalat = JKTotal - JKPerlakuan JKGalat = 0.3 – 0.1 JKGalat = 0.2 KTPerlakuan = KTPerlakuan = KTPerlakuan = JKPerlakuan t−1 0.1 4−1 0.1 3 KTPerlakuan = 0.03 KTGalat = KTGalat = KTGalat = KTGalat = JKGalat t (r−1) 0.2 4 (3−1) 0.2 4 (2) 0.2 8 KTGalat = 0.02 FHitung = KTP KTG = 0.03 0.02 = 1.33 43 − 8856.3 Sumber Derajat Keragaman Bebas Jumlah Kuadrat 3 0.1 Perlakuan 8 0.2 Galat 11 0.3 Total Ket : *) Tidak Berpengaruh Kuadrat Tengah F Hitung 0.03 0.02 1.33* F Tabel 1% 5% 7.59 4.07 pH Perlakuan A B C D Jumlah Ulangan 1 6.75 6.76 6.76 6.77 27.04 2 6.74 6.77 6.75 6.74 27.00 3 6.77 6.75 6.75 6.76 27.03 Jumlah 20.26 20.28 20.26 20.27 81.07 Ratarata 6.75 6.76 6.75 6.76 27.02 Faktor Korelasi (FK) FK = FK = FK = π2 π×π‘ 81.072 4×3 6572.34 12 FK = 547.70 Jumlah Kuadrat (JK) JKTotal = (6.752 + 6.742 + 6.772 + 6.762+ 6.772 + 6.752 + 6.762 + 6.752 + 6.752 + 6.772 + 6.742 + 6.762) – FK JKTotal = 547.70 – 547.70 JKTotal= 0 44 π1 2 +π2 2 + π3 2 +π4 2 JKPerlakuan = π − πΉπΎ 20.262 +820.282 + 20.262 +20.272 JKPerlakuan = 3 1643.09 JKPerlakuan = 3 − 547.70 JKPerlakuan = 547.70 - 547.70 JKPerlakuan = 0 JKGalat = JKTotal - JKPerlakuan JKGalat = 0 – 0 JKGalat = 0 KTPerlakuan = KTPerlakuan = KTPerlakuan = JKPerlakuan t−1 0 4−1 0 3 KTPerlakuan = 0 KTGalat = KTGalat = KTGalat = KTGalat = JKGalat t (r−1) 0 4 (3−1) 0 4 (2) 0 8 KTGalat = 0 45 − 547.70 FHitung = KTP KTG 0 = =0 Sumber Derajat Keragaman Bebas 0 Jumlah Kuadrat 3 0 Perlakuan 8 0 Galat 11 0 Total Ket : *) Tidak Berpengaruh Kuadrat Tengah F Hitung 0 0 0* F Tabel 1% 5% 7.59 4.07 DO Perlakuan A B C D Jumlah Ulangan 1 6.78 6.94 6.95 7.08 27.75 2 6.77 7.40 6.70 7.00 27.87 3 6.95 6.66 6.84 7.29 27.74 Jumlah 20.50 21.00 20.49 21.37 83.36 Ratarata 6.83 7.00 6.83 7.12 27.79 Faktor Korelasi (FK) FK = FK = FK = π2 π×π‘ 83.362 4×3 6948.89 12 FK = 579.07 Jumlah Kuadrat (JK) JKTotal = (6.782 + 6.772 + 6.952 + 6.942+ 7.402 + 6.662 + 6.952 + 6.702 + 6.842 + 7.082 + 7.002 + 7.292) – FK JKTotal = 579.63 – 579.07 JKTotal= 0.56 46 JKPerlakuan = π1 2 +π2 2 + π3 2 +π4 2 π − πΉπΎ 20.502 +21.00 + 20.492 +21.372 JKPerlakuan = JKPerlakuan = 3 1737.77 3 − 579.07 JKPerlakuan = 579.26 – 579.07 JKPerlakuan = 0.18 JKGalat = JKTotal - JKPerlakuan JKGalat = 0.56 – 0.18 JKGalat = 0.38 KTPerlakuan = KTPerlakuan = KTPerlakuan = JKPerlakuan t−1 0.18 4−1 0.18 3 KTPerlakuan = 0.06 KTGalat = KTGalat = KTGalat = KTGalat = JKGalat t (r−1) 0.38 4 (3−1) 0.38 4 (2) 0.38 8 KTGalat = 0.05 47 − 579.07 FHitung = KTP KTG = Sumber Derajat Keragaman Bebas 0.06 0.05 = 1.29 Jumlah Kuadrat 3 0.18 Perlakuan 8 0.38 Galat 11 0.46 Total Ket : *) Tidak Berpengaruh Kuadrat Tengah F Hitung 0.06 0.05 1.29* F Tabel 1% 5% 7.59 4.07 Lampiran 6. Alat dan Bahan Yang Digunakan Selama Penelitian 48 49