Uploaded by Iyan Taporo

BAB I mini riset

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas unggulan
Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam mendukung ketahanan
pangan nasional maupun ketahanan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Ikan nila sebagai salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi,
dimana kebutuhan benih maupun ikan konsumsi dari tahun ketahun cenderung terus
meningkat seiring dengan perluasan usaha budidaya (Darwisito et al., 2008 dalam
Marie et al., 2017).
Budidaya ikan secara intensif lebih efesien dalam memproduksi ikan, namun
tidak terlepas dari limbah. Ikan mengeluarkan limbah dari sisa pakan dan
metabolisme yang banyak mengandung amoniak (Effendi, 2003). Ikan mengeluarkan
80-90% amoniak melalui proses osmoregulasi, feses dan dari urin. Peningkatan padat
tebar dan lama waktu pemeliharaan akan diikuti dengan peningkatan kadar amoniak
dalam air (Shafrudin et al., 2006). Amoniak yang tidak teroksidasi oleh bakteri dalam
waktu terus-menerus dengan jangka waktu yang lama akan bersifat racun. Tingginya
konsentrasi amoniak dapat menyebabkan kerusakan pada insang, ikan mudah
terserang penyakit dan menghambat laju pertumbuhan (Hastuti dan Subandiyono,
2011).
Mengingat permasalahan tersebut, kiranya perlu ada suatu pilihan teknologi yang
dapat diterapkan pada lahan dan sumber air terbatas, salah satunya dengan
1
menerapkan sistem resirkulasi. Menurut Satyani (2001), ada beberapa cara untuk
memperbaiki kualitas air atau menghilangkan pengaruh buruk air kotor agar menjadi
layak dan sehat untuk kehidupan ikan dalam budidaya yaitu : aerasi, sirkulasi air dan
penggunaan pemanas.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yang dipelihara
pada media limbah budidaya ikan nila.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yang dipelihara
pada substrat yang berbeda.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum mata kuliah kualitas air ini adalah agar
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan nila yang dipelihara pada media limbah buangan ikan nila dan pada substrat
yang berbeda.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Nila
Menurut Deptan (2000), klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Osteichdayes
Subkelas: Acandaopdaerigii
Ordo: Pencomorphi
Subordo: Percoidea
Familia: Cichlidae
Genus: Oreochromis
Spesies: Oreochromis niloticus
Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
2.2 Morfologi Ikan Nila
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968),
mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan
3
sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung
ditemukan garis lurus memanjang. Ikan Nila (oreochormis niloticus) dapat hidup
diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip
dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima
buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut
(ventral fin), sirip anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya
memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat
juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang
hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya
satu buah dengan bentuk bulat.
2.3 Habitat
Menurut Djarijah (1995), seperti ikan air tawar pada umumnya, ikan nila
hidupdi tempat-tempat yang airnya tidak begitu dalam (dangkal) dengan air arus yang
tidak deras. Di danau-danau, sungai-sungai, ikan nila lebih suka didaerah tepi yang
dangkal. Selanjutnya Khairuman dan Amri (2007), meskipun tergolong ikan bersisik,
ikan nila kurang suka menentang arus, akan tetapi ikan nila dapat pula dibiasakan
hidup diperairan yang airnya mengalir. Dengan campur tangan manusia ikan nila
telah menyebar keseluruh benua seperti Afrika, Amerika, Asia sampai Australia.
2.4 Kebiasaan Makan
Ikan nila tergolong pemakan segala atau omnivora sehingga bisa
mengkonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan, karena itulah ikan ini sangat
mudah dibudidayakan. Ketika masih benih makanan yang disuka ikan nila adalah
4
zooplankton seperti Rotifera sp., Moina sp., atau Dapnia sp., selain itu juga
memangsa alga atau lumut yang menempel pada benda-benda dihabitat hidupnya.
Ikan nila juga memakan tanaman liar yang tumbuh di kolam budidaya. Jika telah
mencapai ukuran dewasa, ikan nila dapat diberi berbagai makanan tambahan,
misalnya pelet (Khairuman dan Amri, 2007). Ikan nila juga tahan terhadap perubahan
lingkungan, bersifat omnivora, mampu mencerna makanan secara efisien,
pertumbuhan cepat dan tahan terhadap hama penyakit (Suyanto, 2005).
2.5 Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila
Ikan nila jantan memiliki laju pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan
ikan nila betina. Laju pertumbuhan ikan nila jantan rata-rata 2,1 gram/hari, sedangkan
laju pertumbuhan ikan nila betina 1,8 gram/hari (Ghufran, 2009 dalam Dewi, 2012).
Selain pertumbuhannya cepat ikan nila juga memiliki tingkat kelangsungan hidup
yang tinggi pada masa pemeliharaan benih. Wiryanta et al., (2010) dalam Dewi
(2012) menjelaskan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan nila dalam kegiatan
pembenihan adalah 80%, sedangkan untuk pembesaran adalah 65-75%.
Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila dipengaruhi oleh faktor genetik,
kualitas air, pakan, hama dan penyakit (Ghufran, 2009 dalam Dewi, 2012). Kualitas
benih ikan nila akan menurun bila berasal dari indukan yang memiliki umur lebih dari
2 tahun. Pertumbuhan benih nila akan lambat jika kandungan protein dalam pakan
rendan dan jumlah pakan yang diberikan tidak sesuai dengan biomassa harian. Faktor
kualitas air (pH, DO, kekeruhan, suhu) jika telah melebihi batas toleransi benih nila
5
maka akan menyebabkan benih mati, selain itu juga hama dan penyakit juga menjadi
faktor penentu kelulushidupan benih nila (Wiryanta et al., 2010).
2.6 Kualitas Air
Parameter kualitas air yang harus diperhatikan dan tetap harus dijaga agar
pertumbuhan dan perkembangan benih ikan nila berjalan dengan baik dan optimal,
diantaranya suhu yang bisa ditoleransi benih nila adalah 15-370C, ikan nila akan
tumbuh optimal pada suhu 25-300C. Derajat keasaman (pH) yang dapat ditolerir ikan
nila adalah 6-9. Pertumbuhan benih ikan nila akan optimal pada pH 7-8. Oksigen
terlarut (DO) yang dibutuhkan untuk benih ikan nila agar pertumbuhannya optimal
adalah 3 ppm (Dewi, 2012). Menurut Popma dan Messer (1999), batas konsentrasi
kandungan amoniak yang dapat mematikan ikan nila adalah ≥ 0,2 mg/l.
6
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum mata kuliah kualitas air ini dilaksanakan pada tanggal 4
November- 2 Desember 2018, yang bertempat di Desa Bube Baru, Kecamatan
Suwawa, Kabupaten Bonebolango.
3.2 Alat dan Bahan
Adapaun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat
pada tabel 1 dan 2 di bawah ini:
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum
No
Alat
Kegunaan
1. Aquarium
Wadah Pemeliharaan
2. Aerasi
Menyuplai oksigen
3. Timbangan
Mengukur berat ikan nila
4. Loyang
Menampung benih ikan nila
5. Ember
Menampung air
6. Gelas ukur
Mengukur volume air
7. Penggaris
Mengukur panjang ikan nila
8. Sterofoam
Sebagai alas aquarium
9. Gayung
Untuk mengambil air
10. Seser
Untuk menampung ikan nila
11. Kamera
Pengambilan dokumentasi
12. ATK
Mencatat data praktikum
13. Termometer
Pengukuran suhu
14. pH meter
Pengukuran pH
15. DO meter
Pengukuran DO
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum
No
Bahan
Kegunaan
1. Benih ikan nila
Biota
2. Air Limbah ikan nila
Media pemeliharaan
3. Pakan
Makanan ikan nila
7
4.
Pasir dan kerikil
Sebagai substrat
3.3 Metode Praktikum
1. Wadah Penelitian
Wadah yang digunakan dalam praktikum adalah menggunakan akuarium
sebanyak 9 buah dengan ukuran masing-masing 30 cm x 20 cm x 20 cm.
2. Hewan uji
Dalam percobaan ini benih yang digunakan yaitu benih ikan Nila sebanyak 5
ekor/akuarium untuk tiap perlakuan, dengan ukuran 1-3 cm dan menggunakan 9 buah
akuarium, sehingga jumlah total benih yang digunakan adalah 45 ekor.
3. Pakan Uji
Jenis pakan yang di gunakan adalah pakan buatan jenis f-1000 dengan dosis
10% dari berat biomasa ikan.
3.4 Tahapan Praktikum
Prosedur praktikum yang dilakukan antara lain :
1. Persiapan
Tahapan persiapan pemeliharaan diawali dari persiapan alat dan bahan yang
akan digunakan pada praktikum yang terlebih dahulu sebelumnya telah dibersihkan,
wadah berupa akuarium yang disiapkan untuk menempatkan benih ikan nila yang
dilengkapi dengan aerasi. Setelah aquarium di siapkan maka langkah selanjutnya
mengisi aquarium dengan air limbah buangan budidaya ikan mas, setelah itu pada
8
setiap aqurium di masukan substrat berupa pasir dan kerikil. Kemudian benih ikan
nila siap di masukan kedalam aquarium tersebut.
2. Rancangan Penelitian
Praktikum ini bersifat eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL)
yang terdiri atas tiga perlakuan dan tiga kali pengulangan. Adapun perlakuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perlakuan A, menggunakan pasir
2. Perlakuan B, menggunakan kerikil
3. Perlakuan C, Terkontrol
A1
B2
C2
C1
A3
B1
B3
C3
A2
3. Pelaksanaan Praktikum
Benih yang digunakan dalam praktikum ini yaitu benih ikan nila dengan
jumlah 45 ekor. Benih ikan mas dengan ukuran 1-3 cm dipelihara dan ditempatkan
dalam wadah pemeliharaan berupa 9 buah akuarium dengan padat penebaran 1
ekor/liter dengan jumlah air yang digunakan sebanyak 5 liter/wadah. Pemeliharaan
dilakukan selama ± 1 bulan, dan pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi
9
hari pukul 06:00, dan sore hari pukul 18:00. Dosis pakan diberikan sebanyak 10%
dari berat biomassa ikan. proses pemberian pakan dilakukan secara merata.
Pengukuran kualitas air dilakukan setiap seminggu sekali, dimana meliputi
pengukuran suhu, oksigen terlarut (DO), dan pH. Pengukuran kualitas air disertai
dengan proses pergantian air. Pengukuran pertumbuhan benih ikan mas
dilakukandalam setiap 1 minggu sekali, adapun pengukuran yang dilakukan adalah
pengukuran bobot tubuh dan panjang tubuh benih ikan mas.
4. Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati dalam praktikum ini antara lain terdiri dari dua
variabel yaitu pertambahan berat dan panjang benih ikan nila.
4..1.2 Pertumbuhan Mutlak
Tingkat pertumbuhan mutlak benih ikan nila yang diukur dalam praktikum ini
adalah pertambahan berat dan pertambahan panjang hewan uji. Pengukuran
pertambahan hewan uji dilakukan setiap seminggu sekali dengan menggunakan
timbangan analitik, sedangkan pertambahan panjang diukur dengan menggunakan
penggaris/mistar.
a. Perhitungan pertumbuhan panjang mutlak menurut Cholik et al., (2005).
L = Lt – Lo
Keterangan :
Lt
= Panjang akhir penelitian minggu ke – t
Lo
= Panjang awal
b. Perhitungan pertumbuhan berat mutlak menurut Cholik et al., (2005).
10
W = Wt ­ Wo
Keterangan :
Wt
= Berat akhir penelitian waktu minggu ke-t
Wo
= Berat awal
4.1.2 Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup merupakan presentase jumlah biota yang hidup pada
akhir waktu tertentu (Cholik, dkk, 2005), adalah sebagai berikut :
SR =
Nt
π‘₯ 100%
No
Keterangan :
SR
= Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt
= Jumlah benih akhir penelitian ke-t
No
= Jumlah awal benih
4.1.3 Analisis Data
Untuk mengetahui adanya pemanfaatan limbah buangan budidaya ikan nila
untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan mas dengan substrat yang berbeda
maka data dianalisa dengan menggunakan model rancangan acak lengkap (RAL).
Data yang diperoleh meliputi pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik
dan kelangsungan hidup benih ikan nila dianalisa dengan menggunakan analisis sidik
ragam ANOVA satu dengan melakukan uji F dari metode rancangan acak lengkap
(Gasperez, 2011).
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang, berat maupun volume
dalam waktu tertentu. Pertumbuhan dapat digunakan sebagai salah satu indikator
untuk melihat kesehatan suatu individu atau populasi yang dipelihara. Pertumbuhan
mutlak terdiri atas dua, antara lain pertumbuhan panjang mutlak dan pertumbuhan
harian mutlak.
4.1.1 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, pertumbuhan panjang
mutlak untuk pemeliharaan benih ikan nila (Oreochromis niloticus) selama 30 hari (4
minggu) dapat dilihat pada gambar 2 grafik dibawah ini:
Pertumbuhan Panjang Mutlak
2,5
2,12
1,89
2
1,56
1,5
Cm
A = Pasir
B = Kerikil
C = Kontrol
1
0,5
0
A
B
C
Perlakuan
Gambar 2. Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Ikan Nila
12
Berdasarkan gambar diatas, perlakuan dengan substrat yang berbeda
memberikan peningkatan pertumbuhan panjang pada ikan nila dan menunjukkan
pertumbuhan mutlak yang berbeda. Pertumbuhan panjang mutlak ikan nila pada
perlakuan A, B, Dan C, berturut-turut adalah 2,12 cm, 1,56 cm, dan 1,89 cm. Sesuai
dengan hasil gambar diatas, menunjukkan bahwa perlakuan A (Pasir) memberikan
pertumbuhan panjang mutlak paling tinggi dibandingkan pertumbuhan panjang
mutlak pada perlakuan C (Kontrol) , sedangkan pertumbuhan paling rendah
ditunjukan pada perlakuan B (Kerikil).
Menurut Effendie (1997) dalam Zulkhasyni, dkk (2017), Pertumbuhan
panjang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal sebagian
bergantung pada kondisi ikan tersebut, misalnya kemampuan ikan dalam
memanfaatkan sisa energi dan protein setelah metabolisme untuk pertumbuhanya,
sedangkan, faktor eksternal seperti faktor lingkungan yang meliputi kualitas air,suhu,
pH, oksigen terlarut dan faktor pakan yang diberikan sangat berpengaruh atau tidak
untuk pertumbuhan panjang ikan Nila. Pakan dengan kualitas baik dan kuantitas yang
tepat akan menunjang pertumbuhan panjang organisme. Kedua faktor tersebut akan
menyeimbangkan keadaan tubuh ikan selama dalam media pemeliharaan dan
menunjang pertumbuhan ikan nila. Pertumbuhan panjang mutlak tertinggi terjadi
pada perlakuan A dengan menggunakan pasir, hal ini diduga karena ikan nila
menyukai tempat hidup yang memiliki substrat berpasir.
Hasil pengamatan praktikum terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih
ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan menggunakan substrat yang berbeda di
13
lanjutkan dengan analisis sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh
penggunaan jenis supstrat yang berbeda untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup
benih ikan nila. Hasil pengukuran panjang mutlak benih ikan nila (Oreochromis
niloticus). menggunakan anilisis sidik ragam terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Panjang Mutlak
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
2
0,341087
0,170544
1,586133
0,264356
6
F Hitung
F Tabel
0,645129
1%
9,78
Galat
8
1,92722
Total
Ket : *) Tidak Berpengaruh
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (ANOVA) panjang mutlak
menunjukna bahwa tidak berpengaruh, hal ini di duga pakan yang di berikan tidak
habis termakan sehingga mengendap di dasar air dan mengakibatkan kualitas media
pemeliharaan jadi menurun. Menurut Effendi (2003) dalam Panggabean dkk (2016),
menyatakan bahwa tidak berpengaruh nyatanya pertumbuhan disebabkan pada
kondisi kualitas air yang buruk, energi banyak digunakan untuk proses adaptasi
fisiologis tubuh ikan terhadap lingkungan.
4.1.2 Pertumbuhan Berat Mutlak
Berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan berat mutlak ikan nila merah
selama 4 minggu pemeliharaan dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :
14
Gram
Pertumbuhan Berat Mutlak
1,8
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
1,68
1,22
0,97
A = Pasir
B = Kerikil
C =Kontrol
A
B
C
Perlakuan
Gambar 3. Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Ikan Nila
Pertumbuhan berat mutlak ikan nila merah yang dipelihara selama 4 minggu
pada setiap perlakuan A, B,dan C. berturut-turut adalah 1,68 gr, 0,97 gr,dan 1,22 gr.
Pada gambar
diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan berat mutlak tertinggi
ditemukan pada perlakuan A yaitu sebesar 1,68 gr dibandingkan perlakuan B dan C.
Sedangkan pertumbuhan mutlak terendah terdapat perlakuan B yaitu sebesar 0,97 gr.
Pertumbuhan berat mutlak benih ikan nila pada setiap perlakuan menunjukkan
hasil yang berbeda. Perbedaan pertambahan berat mutlak dari ketiga perlakuan
susbrat yang berbeda menunjukan bahwa perlakuan A menghasilkan pertumbuhan
yang lebih baik dibandungkan perlakuan B dan C.
Menurut Rukmana (1997) dalam Sitaniapessy (2016) menyatakan laju
pertumbuhan suatu organisma ditentukan oleh kebutuhan pakan dan jenis pakan yang
dikonsumsi harus cocok dengan kebiasaan makan, apabila tidak cocok maka
15
organisme tersebut tidak dapat memanfaatkan pakan yang diberikan dengan baik
akibatnya pertumbuhan akan terhambat atau relatif rendah.
Hasil analisis sidik ragam berat benih ikan nila menunjukkan bahwa substrat
yang berbeda tidak memberikan pengaruh (Fhitungο€Ό Ftabel) terhadap pertumbuhan berat
benih ikan nila . Analisis sidik ragam dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4. Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Berat Mutlak
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
Perlakuan
2
0,58998
Galat
6
1,0056
Total
8
0,41562
Ket : *) Tidak Berpengaruh
F Tabel
F Hitung
0.2527435
1,4554304
0,1736555
1%
9,78
Untuk mengetahui Pengaruh penggunaan substrat yang berbeda terhadap laju
pertumbuhan ikan nila maka dilakukan analisis ragam (ANOVA). Pengaruh substrat
yang berbeda terhadap laju pertumbuhan ikan nila berdasarkan analisis ragam
menunjukan bahwa pertumbuhan benih ikan nila di beperoleh F hitungnya 1,455. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai F hitung < F tabel 0.01 yang berarti perlakuan substrat
yang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan nila. Hal ini diduga kualiyas air
didalam media pemeliharaan kurang mendukung untuk pertumbuhan ikan nila.
Kualitas air yang buruk dapat membuat ikan stres yang mengakibatkan nafsu makan
ikan berkurang dan tergangunya sitem metabolisme.
16
4.2 Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup ikan merupakan presentase jumlah ikan yang hidup dari
jumlah ikan yang dipelihara dalam satu wadah. Kelangsungan hidup ditunjukan oleh
mortalitas (kematian). Tingkat kelangsungan hidup yang rendah terjadi karena
meningkatnya mortalitas. Keberhasilan kelangsungan hidup ditentukan oleh
ransangan ketika makanan memiliki syarat nutrisi dalam hal ini kandungan protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Kelangsungan hidup benih ikan nila merah
dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini :
Tingkat Kelangsungan Hidup
120
100
100
%
80
80
80
A
60
B =Kerikil
C =Kontrol
= Pasir
40
20
0
A
B
C
Perlakuan
Gambar 4. Kelangsungan Hidup
Berdasarkan gambar diatas, bahwa tingkat kelangsungan hidup pada semua
perlakuan
menunjukkan
bahwa
pengaruh
substrat
yang berbeda
terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila merah (Oreochromis niloticus)
mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup. Dimana semua perlakuan memberikan
17
presentase kelangsungan hidup yang berbeda-beda. Pada perlakuan C (Kontrol)
menunjukkan presentase yang dihasilkan 80% disusul dengan perlakuan B dengan
(Kerikil) sebesar 100% kemudian perlakuan A (pasir) dengan presentase 80%.
Hasil pengukuran terhadap kelangsungan hidup benih ikan nila dilanjutkan
dengan analisis sidik ragam. Hasil perhitungan analisis sidik ragam untuk
kelangsungan hidup benih ikan nila dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut :
Tabel 5. Analisis sidik ragam kelangsungan hidup
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
F Tabel
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F Hitung
Perlakuan
2
816,67
Galat
6
16,67
Total
8
833,33
Ket : *) Tidak Berpengaruh
400
2,77833
1.4333
1%
9,78
Berdasarkan tabel di atas tingginya tingkat kelangsungan hidup di dukung
oleh dengan kemampuan ikan dalam memakan pakan yang di berikan mendukung
untuk tingkat kelangsungan hidupnya. Hal ini menunjukan bahwa ikan nila tidak
mampu beradtasi dengan keadaan lingkungan dan pakan yang diberikan tidak mampu
dalam meningkatkan kelangsungan hidup. Ikan nila merupakan ikan yang mampu
beradaptasi dengan lingkungan, namun menurut pendapat Weartherley (1972)
menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi disebabkan oleh predator, parasit,
penyakit, populasi, keadaan lingkungan yang tidak cocok serta fisik yang disebabkan
oleh penanganan manusia.
Menurut Andi. S (2014) dalam Zulkhasyni dkk (2017) penyebab dari
mortalitas ikan tinggi adalah banyak pakan sisa pakan yang mengendap sehingga
18
menjadi amoniak yang merupakan racun bagi ikan, kemudian kualitas air yang buruk
seperti kurangya kadar oksigen terlarut, dan adanya zat berupa racun yang dapat
menyebabkan ikan mati, selain itu juga mortalitas ikan dapat tinggi disebabkan
adanya penyakit yang telah menyerang ikan dari kecil, ataupun penyakit atau parasit
yang bersumber dari buruknya kualitas air.
4.3 Parameter Kualitas air
Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya ikan
karena diperlukan sebagai media hidup. Air sebagai lingkungan tempat hidup
organisme perairan harus mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhan dari
organisme tersebut.
Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 1 minggu sekali. Kualitas air yang
diukur meliputi suhu, pH dan DO, dengan sumber air yang digunakan berupa air
tawar yang berasal dari tanah. Air yang digunakan selama pemeliharaan benih ikan
nila merah didukung dengan diterapkan sistem aerasi selama 24 jam, selain itu juga
dilakukan pembersihan dasar wadah dengan cara disipon setiap paginya.
A. Suhu
Suhu adalah variabel lingkungan yang penting untuk organisme akuatik
karena suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan, metabolisme, oksigen terlarut
dan proses reproduksi ikan (Kusdiarti dkk, 2003). Setiap organisme mempunyai suhu
minimum, optimum dan maksimum serta kemampuan untuk menyesuaikan diri
sampai titik tertentu. Kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan nila adalah
25-300C.
19
Hasil pengukuran parameter kualitas air (Suhu) benih ikan nila dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 6. Parameter kualitas air (Suhu)
Perlakuan
Ulangan
A
B
1
27.1
27.1
2
27.4
27.3
3
27.3
26.8
C
27.2
27.2
27.1
Menurut Kusdiarti dkk (2003) nilai suhu yang optimal untuk pertumbuhan
benih ikan nila adalah 25-30 0C. Dari hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa
suhu air dalam wadah penelitian masih layak dilakukan untuk kegiatan pemeliharaan,
namun hanya di beberapa ulangan saja yang suhunya rendah.
Menurut Supratno (2006) dalam Hasim dkk (2015) secara umum laju
pertumbuhan ikan akan meningkat jika sejalan dengan kenaikan suhu pada batas
tertentu. Jika kenaikan suhu melebihi batas akan menyebabkan aktivitas metabolisme
organisme air/hewan akuatik meningkat, hal ini akan menyebabkan berkurangnya
gas-gas terlarut didalam air yang penting untuk kehidupan ikan atau hewan akuatik
lainnya. Walaupun ikan dapat menyesuaikan diri dengan kenaikan suhu, akan tetapi
kenaikan suhu melebihi batas toleransi ekstrim (35 0C) waktu yang lama maka akan
menimbulkan stress atau kematian ikan
B. pH (Derajat Keasaman)
Hasil pengukuran parameter kualitas air (pH) benih ikan nila merah dapat
dilihat pada tabel berikut :
20
Tabel 7. Parameter kualitas air (pH)
Perlakuan
Ulangan
A
B
6.75
6.76
1
6.74
6.77
2
6.77
6.75
3
C
6.76
6.75
6.75
Derajat keasaman (pH) merupakan ukuran asam basah dalam suatu perairan.
Menurut Rukmana (1997) dalam Rahim, dkk (2015) menyatakan bahwa ikan nila
memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan hidup. Keadaan pH air
antara 5-11 dapat ditoleransi ikan nila, tetapi pH optimal untuk perkembangbiakkan
dan pertumbuhan ikan nila adalah 7-8.
C. DO (Oksigen Terlarut)
Oksigen terlarut (DO) merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan
sebagai pilihan utama untuk menentukan layak tidaknya sumber air untuk digunakan
dalam kegiatan budidaya. Disamping itu perbedaan sensitivitas terhadap oksigen
terlarut juga terjadi pada setiap tahapan siklus kehidupan ikan. Sebagai organisme air
ikan nila memerlukan kadar oksigen terlarut yang tersedia dalam air. Kadar oksigen
yang cukup baik untuk ikan nila berkisar antara 3-5 ml/L.
Hasil pengukuran parameter kualitas air (DO) benih ikan nila dapat dilihat
pada tabel berikut :
21
Tabel 8. Parameter kualitas air (DO)
Perlakuan
Ulangan
A
B
6.78
6.94
1
6.77
7.40
2
6.95
6.66
3
C
6.95
6.70
6.84
Kandungan oksigen terlarut (DO) selama penelitian berkisar antara 6-7 mg/L.
Menurut Alabaster and Lloyd (1982) dalam Hasim dkk (2015) setiap jenis ikan
memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap kandungan oksigen terlarut.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:
1. Pertumbuhan panjang mutlak ikan nila pada perlakuan A, B, Dan C, berturut-turut
adalah 2,12 cm, 1,56 cm, dan 1,89 cm.
2. Pertumbuhan berat mutlak ikan nila yang dipelihara selama 4 minggu pada setiap
perlakuan A, B,dan C. berturut-turut adalah 1,68 gr, 0,97 gr,dan 1,22 gr.
3. Presentase kelangsungan hidup ikan nila yang berbeda-beda, pada perlakuan C
(Kontrol) menunjukkan presentase yang dihasilkan 80%
disusul dengan
perlakuan B dengan (Kerikil) sebesar 100% kemudian perlakuan A (pasir) dengan
presentase 80%.
4. Kualitas air media budidaya ikan nila yang diamati selama pemeliharaan antara
lain suhu yaitu berkisar antara 26,8-27,4 0C, pH berkisar 6,74-6,77 dan oksigen
terlarut berkisar antara 6-7 mg/L.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diambil saran yakni bahwa dalam
substrat yang berbeda perlu diperhatikan tingkat kualitas air dalam media
pemeliharaan dan memperhatikan pakan yang diberikan terhadap benih ikan nila.
23
DAFTAR PUSTAKA
Darwisito, S., M. Zairin., D. S. Sjafei., W. Manula dan A. O. Sudrajat. 2008.
Pemberian pakan mengandung vitamin e dan minyak ikan pada induk
memperbaiki kualitas telur dan larva ikan nila (Oreochromis niloticus).Jurnal
Akuakultur Indonesia.7(1): 1-10.
Deptan. 2000. Petunjuk Teknis Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Nila Gift. Jakarta:
Balai Kajian Teknologi Pertanian Lembang, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Dewi, E.N. 2012. Pengaruh Kepadatan Azolla Sp. Terhadap Kualitas Air,
Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kan Nila
(Oreochromis niloticus) Pada Sistem Pemeliharaan Tanpa Ganti
Air.(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 72 Hal.
Djarijah, A.S. 1995. Nila Merah Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif.
Yogyakarta: Kanisius.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta.
Ghufran. 2009. Budidaya Perairan. Buku Kedua. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Hastuti, S., dan Subandiyono. 2011. Performa Hematologis Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus) dan Kualitas Air Media pada Sistem Budidaya dengan
Penerapan Kolam Biofilter. Jurnal Sains.
Khairuman, dan Amri, K. 2007. Budidaya Nila Secara Intensif. Cetakan VII. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Marie, R., M. A. Syukron dan S. S. P. Rahardjo. 2018. Teknik Pembesaran Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) dengan Pemberian Pakan Limbah Roti. Jurnal
Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Popma dan Messer. 1999. Tilapia Life History and Biology. Publication was
supported in part by the Southern Regional Aquaculture Center through Grant
No. 94-3800-0045 from the United States Departement of Agriculture,
Cooperative States Research, Education, and Extension Service.
24
Satyani, D. 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya.
Jakarta. 520 Halaman.
Shafrudin, D. Yuniarti., dan M. Setiawati. 2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan
Lele Dumbo (Clarias sp) terhadap Produksi pada Sistem Budidaya dengan
Pengendalian Nitrogen melalui Penambahan Tepung Terigu. Jurnal
Akuakultur Indonesia 5: 137-147 hlm.
Suyanto, S. R. 2005. Nila. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahim, T., Tuiyo, R., & Hasim. 2015. Pengaruh Salinitas Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis
niloticus). Jurnal. Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Negeri Gorontalo. Vol 3 (1), hal 39-43
Wiryanta, Sunaryo, Astuti dan Kurniawan. 2010. Budidaya Ikan Nila dan Bisnis Ikan
Nila. PT Agromedia Pustaka: Jakarta. 210 Hal.
Yanti Z, Muchlisin Z, Sugito. 2013. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Beberapa Kosentrasi Tepung Daun
Jaloh (Salix tetrasperma) Dalam Pakan. Jurusan Budidaya Perairan.
Koordinatorat Kelautan Dan Perikanan. Universitas Syoah Kuala. Banda Aceh
25
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pengukuran Panjang (cm) dan Berat (gram) Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Selama Penelitian
Perlakuan A1
Minggu
ke-0
No
L
W
2,5 0,68
1
2,5 0,76
2
3 0,88
3
2,5 0,72
4
2 0,72
5
Minggu
Ke-1
L
W
3
1,08
3,1 1,16
2,9 0,84
2,8 1,08
Minggu
Ke-2
Minggu ke-3
L
W
L
W
3,2 1,3
4
1,2
2,7 1,04 4,7
1,74
2,9 0,9 4,4
1,5
3
1,09 4,1
1,36
Jumlah 10 3,76 11,8 4,16 11,8 4,33 17,2
Ratarata
2,5 0,75 2,95 1,04 2,95 1,08 4,3
5,8
Minggu ke-4
L
4,9
4,5
4,3
4,6
W
2,49
2,08
1,9
2,12
18,3
4,58
8,59
2,15
1,45
Perlakuan A2
Minggu ke-0
No
L
W
3,5
1,66
1
3,5
1,46
2
3
1,08
3
3
1,06
4
3,5
1,34
5
Jumlah 16,5
6,6
Ratarata
3,3
1,32
Perlakuan A3
Minggu ke0
No
L
W
3
1
1
Minggu
Ke-1
L
W
3,8
2,1
3,6 1,66
3,5
2
3,3 1,62
Minggu
Ke-2
L
W
3,7
1,8
3,9 2,16
3,9 2,16
3,6 1,73
Minggu ke- Minggu ke3
4
L
W
L
W
5,2 2,34 5,6 3,68
5,3 2,48
5
2,72
5,3 2,42 5,6 2,98
4,8 1,88 5,4 2,78
14,2
7,38
15,1
7,85
20,6
9,12
3,55
1,85
3,78
1,96
5,15
2,28
Minggu Ke1
L
W
3,2
0,88
Minggu Ke2
L
W
3,4
0,94
26
Minggu ke3
L
W
5
1,98
21,6 12,16
5,4 3,04
Minggu ke4
L
W
5,5 3,48
2
3
4
5
Jumlah
Ratarata
3
3
2,5
3
1,06
1,02
0,76
0,94
3,9
3,7
3
3,2
1,74
1,52
1,12
0,98
3,6
3,2
3,8
1,76
1,38
1,76
4,9
5,2
4,2
2,1
2,22
1,06
5,1
5,4
4,3
14,5
4,78
13,8
5,26
14
5,84
19,3
7,36
20,3 11,48
5,08 2,87
2,9
0,96
3,4
1,25
3,5
1,46
4,83
1,84
Perlakuan B1
Minggu
ke-0
No
Minggu Ke-1
Minggu Ke2
Minggu ke3
1
L
2
W
0,56
L
2,7
W
0,68
L
3,1
W
1,19
L
5
W
1,9
2
2
0,56
3,2
1,1
2,7
0,85
3,2
3
2
0,46
2,8
0,98
2,6
0,76
4
2
0,64
2,5
0,7
2,7
5
2,5
0,56
2,6
0,72
Jumlah 10,5 2,78
Ratarata
2,1 0,56
11,2
3,46
Perlakuan B2
Minggu
ke-0
No
L
W
2,5
0,52
1
2,5 0,52
2
2,5 0,56
3
2,5 0,6
4
2,5 0,56
5
Jumlah 12,5 2,76
Ratarata
2,5 0,55
3,14
2,98
1,88
Minggu
ke-4
L
W
3,2
0,68
0,64
5,4
3,18
4,3
1,18
4,4
2,22
0,82
4,2
1,14
4,4
1,52
3,2
1,2
3,4
0,84
3,2
0,69
11,1
3,62
20,1
5,7
20,6 8,29
4,12 1,66
2,76
0,84
2,86
0,91
4,02
1,14
Minggu Ke-1
L
W
2,5
0,71
2,8
0,82
2,7
0,94
2,6
0,94
2,6
0,94
Minggu Ke2
L
W
3,4
1,35
2,7
1,14
3,1
1,27
3,1
1,8
2,6
0,74
Minggu ke3
L
W
4,4
1,52
4,5
1,36
4,3
1,38
4
1,02
4,2
1,28
10,6
3,41
12,3
5,56
21,4
6,56
2,64
0,87
2,98
1,39
4,28
1,31
Perlakuan B3
27
Minggu
ke-4
L
W
4,6 1,88
4,1 1,5
4,5 1,66
4,4 1,16
4,3
1,1
21,9 7,3
4,38 1,46
No
1
2
3
4
5
Jumla
h
Ratarata
Minggu
ke-0
L
W
2,5 0,7
6
2,5 0,5
6
2,5 0,5
8
2,5 0,7
2
2,5 0,5
6
12, 3,1
5
8
0,6
2,5
4
Perlakuan C1
Minggu
ke-0
No
Minggu Ke2
L
W
3,1
0,97
Minggu Ke-1
L
W
3
0,67
Minggu
Minggu ke-3 ke-4
L
W
L
W
4,3
1,4
1,8 1,8
3
0,98
3,3
1,12
4,7
1,82
2,3
2,3
3,5
1,12
3,2
1
4
1,52
3,1
1,05
3
1,30
3,5
0,80
1,6
2
1,1
6
1,6
2
1,1
6
3,1
0,85
3,6
0,52
2,7
0,75
9,5
8
1,9
2
7,6
3
1,5
3
3,8
12,6
3,82
12,6
4,39
20,3
6,46
3,14
0,93
3,24
1,10
4,06
1,29
Minggu Ke-1
Minggu Ke2
Minggu ke3
1
L
2,5
W
0,76
L
2,5
W
0,52
L
3,1
W
1,02
L
4,5
W
1,44
2
2
0,44
2,5
0,68
3,5
1
3,4
3
2,5
0,5
2,7
0,86
2,5
0,42
4
2,5
0,42
2,5
0,7
2,5
0,48
5
2
0,4
2,5
0,64
2,6
0,58
Jumlah 11,5 2,52 10,2
Ratarata
2,3 0,50 2,54
2,76
11,6
0,68
2,84
Perlakuan C2
Minggu
ke-0
No
L
W
2,5 0,7
1
2,5 0,7
2
0,92
3,2
1,14
0,58
3,6
1,6
3,9
1
4,6
1,56
3,1
0,44
4
1,65
2,92
14,9
3,46
15,4
5,95
3,85
1,49
0,73
3,73
0,87
Minggu Ke- Minggu Ke1
2
L
W
L
W
3
1,06 3,3 1,39
3,1 1,08 3,4 1,37
28
Minggu ke4
L
W
Minggu ke3
L
W
4,8 0,88
3,8 0,98
Minggu ke-4
L
5,4
5,1
W
2,88
3,8
2,5
3
2
4
2,5
5
Jumlah 12
Ratarata
2,4
0,58
0,42
0,8
3,2
2,4
2,6
1,3
0,51
0,64
3,3
2,7
1,32
0,67
5,2
5,1
2,22
2,16
4,8
3,9
2,46
1,2
3,2
11,7
3,95
12,7
4,75
18,9
6,24
19,2
4,8
10,34
2,59
0,64
2,86
0,92
3,18
1,19
4,73
1,56
Perlakuan C3
No
1
2
3
4
5
Jumlah
Ratarata
Minggu ke-0
L
W
2,5
0,84
2,5
0,78
2,5
0,84
2,5
0,54
2,5
0,72
Minggu Ke1
L
W
2,7
0,78
2,6
1
3,1
1,04
2,6
1,14
Minggu Ke2
L
W
4
1,1
3,3
1,32
2,8
0,83
2,7
0,76
Minggu
Minggu ke-3 ke-4
L
W
L
W
4,7
1,84 4,2 1,78
4,4
1,62 4,7 2,02
3,5
0,84 4,5 1,14
4,1
1,18 3,5 0,86
12,5
3,72
11
3,96
12,8
4,01
16,7
5,48
2,5
0,74
2,75
0,99
3,2
1,00
4,18
1,37
16,9 5,8
4,23 1,45
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Rata-rata Panjang Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)Selama Penelitian (cm)
Perlakuan Ulangan
1
2
A
3
Ratarata
1
2
B
3
Ratarata
C
1
0
2,50
3,30
2,90
Minggu Ke1
2
2,95
2,95
3,55
3,78
3,40
3,50
3
4,3
5,15
4,83
4
4,58
2,90
2,10
2,50
2,50
3,3
2,76
2,64
3,14
3,41
2,86
2,98
3,24
4,76
4,02
4,28
4,06
5,02
4,12
4,38
1,92
2,37
2,30
2,85
2,54
3,03
2,84
4,12
3,725
3,47
3,85
29
5,40
5,08
2
3
Ratarata
2,40
2,50
2,86
2,75
3,18
3,20
4,73
4,18
4,8
4,23
2,40
2,72
3,07
4,21
4,29
Lampiran 3. Perhitungan Rata-rata Berat Benih Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)Selama Penelitian (gram)
Perlakuan Ulangan
1
2
A
3
Ratarata
1
2
B
3
Ratarata
1
2
C
3
Ratarata
0
0,75
1,32
0,96
Minggu Ke1
2
1,04
1,08
1,85
1,96
1,25
1,46
3
1,45
2,28
1,84
4
2,15
1,01
0,56
0,55
0,64
1,38
0,84
0,87
0,93
1,5
0,91
1,39
1,10
1,86
1,14
1,31
1,29
2,69
1,66
1,46
1,53
0,58
0,50
0,64
0,74
0,88
0,68
0,92
0,99
1,13
0,73
1,19
1,00
1,25
0,87
1,56
1,37
1,55
1,49
2,59
1,45
0,63
0,86
0,97
1,27
1,84
3,04
2,87
Lampiran 4. Perhitungan Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) (cm)
Perlakuan A1
L
= Lt – Lo
= 4.58 – 2.5
= 2.08
Perlakuan B1
L
= Lt – Lo
= 4.12 – 2.10
Perlakuan A2
L
= Lt – Lo
=5.4 – 3.3
= 2.1
Perlakuan B2
L
= Lt – Lo
= 4.38 – 2.50
30
Perlakuan A3
L
= Lt –Lo
=5.08 – 2.9
=2.18
Perlakuan B3
L
=Lt – Lo
=1.92 – 2.50
= 2.02
Perlakuan C1
L
= Lt – Lo
= 3.85 – 2.3
=1.55
= 1.88
Perlakuan C2
L
= Lt – Lo
=4.8 – 2.4
= 2.4
=0.78
Perlakuan C3
L
= Lt – Lo
= 4.23 – 2.5
=1.73
Lampiran 5. Perhitungan Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Ikan Nila (gram)
Perlakuan A1
W
= Wt – Wo
= 2.15 – 0.75
= 1.4
Perlakuan B1
W
= Wt – Wo
= 1.66 – 0.56
= 1.10
Perlakuan C1
W
= Wt – Wo
= 1.49 – 0.50
= 0.99
Perlakuan A2
W
= Wt – Wo
= 3.04 – 1.32
= 1.72
Perlakuan B2
W
= Wt – Wo
= 1.46 – 0.55
= 0,91
Perlakuan C2
W
= Wt – Wo
= 2.59 – 0.64
= 1.95
Perlakuan A3
W
= Wt - Wo
= 2.87 – 0.96
= 1.91
Perlakuan B3
W
= Wt - Wo
= 1.53 – 0.64
= 0,89
Perlakuan C3
W
= Wt - Wo
= 1.45 – 0.74
= 0.71
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila
Perlakuan
Ulangan
A
1
2
3
Jumlah
B
1
2
3
Jumlah
C
1
2
3
Ikan
Jumlah Awal Ke(ekor)
1 2
5
1 5
1 5
- 15
2 5
- 5
- 5
- 15
- 5
- 5
- 5
- 1
31
Mati Minggu Jumlah
Akhir
(ekor)
3
4
4
4
1
4
1
12
5
5
5
15
1
4
1
4
4
Jumlah
15
-
1 2
-
12
Perlakuan A1
Nt
SR =
× 100%
No
4
= × 100%
5
= 80%
Perlakuan A2
Nt
SR =
× 100%
No
4
= × 100%
5
= 80%
Perlakuan A3
Nt
SR =
× 100%
No
4
= × 100%
5
= 80%
Perlakuan B1
Nt
SR =
× 100%
No
5
= × 100%
5
= 100%
Perlakuan B2
Nt
SR =
× 100%
No
5
= × 100%
5
= 100%
Perlakuan B3
Nt
SR =
× 100%
No
5
= × 100%
5
= 100%
Perlakuan C1
Nt
SR =
× 100%
No
4
= × 100%
5
= 80%
Perlakuan C2
Nt
SR =
× 100%
No
4
= × 100%
5
= 80%
Perlakuan C3
Nt
SR =
× 100%
No
4
= × 100%
5
= 80%
JUMLAH
Perlakuan A
Perlakuan B
Nt
SR =
× 100%
No
12
=
× 100%
15
= 80%
Perlakuan C
Nt
SR =
× 100%
No
12
=
× 100%
15
= 80%
Nt
× 100%
No
15
=
× 100%
15
= 100%
SR =
Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Panjang Benih Ikan Nila
32
Analisis data pertumbuhan panjang mutlak benih ikan nila dengan
menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Yij = μ + τi + ∈ij
Proses perhitungan :
1. Menentukan derajat bebas (db) untuk sumber keragaman
a. db Total
= Total banyak pengamatan ο€­ 1
= 9ο€­1
= 8
b. db Perlakuan
= Total banyak perlakuan ο€­ 1
= 3ο€­1
= 2
c. db Galat
= db total ο€­ db perlakuan
= 8ο€­2
=6
2. Dengan menggunakan notasi Y
ij
sebagai hasil pengamatan panjang benih
untuk masing-masing dosis pakan, t sebagai jumlah perlakuan dan r sebagai
jumlah
ulangan. Maka perhitungan jumlah kuadrat (JK) adalah sebagai
berikut :
Hasil Perhitungan Panjang Mutlak Benih
Ulangan
Perlakuan
A
B
Total
C
1
2,08
1,55
2,25
33
2
3
∑Yij
∑Yij2
Yi
FK
=
2,1
2,18
1,9
0,78
2,4
1,73
6,36
13,49
19,89
4,93
9,28
1,64
5,68
11,16
1,89
π‘Œ2
π‘Ÿ×𝑑
16,972
=
3×3
=
287,9809
9
= 31,99788
JKT
= (
2
∑
Yij ) − FK
i−j
= (2,082 + 2.12 + 2,182 + … + 0.382) ο€­ FK
= 33,9251 – 31,99788
= 1,92722
JKP
=
=
π‘Œ1 2 +π‘Œ2 2 + π‘Œ3 2
π‘Ÿ
ο€­FK
6,362 + 4,932 + 5,682 +
3
ο€­
= 32,33897 − 31.99788
= 0.341087
JKG
= JKT ο€­ JKP
= 1,92722 ο€­ 0,341087
=
KTP
1,586133
JK Perlakuan
=
=
t−1
0.341087
2
34
16,97
33,93
23,42
= 0.170544
KTG =
=
=
JK Galat
t (r−1)
1,586133
3 (3−1)
1,586133
6
= 0.264356
Menentukan nilai Fhitung
FHitung =
KTP
KTG
=
0.170544
= 0.645129
0.264356
Analisis Sidik Ragam (ANOVA)
Sumber
Derajat
Keragaman Bebas
Perlakuan
2
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
0,341087
0,170544
1,586133
0,264356
0,645129
6
Galat
8
1,92722
Total
* Tidak Berpengaruh nyata
Nilai F
F Hitung
Tabel
F Tabel
1%
9,78
ditentukan melalui nilai (Tabel F) dengan menggunakan db
perlakuan sebagai F1 dan db galat sebagai F2, nilai F Tabel untuk db 2 dan 6 (F1 = 2 dan
F2 = 6) pada taraf 1% adalah 9,78
Kaidah keputusan
-
Jika F Hitungο€Ό F
Tabel
0.01 H1 ditolak H0 diterima, perlakuan tidak berpengaruh
nyata.
35
-
Jika F Hitungο€Ύ F Tabel 0.01 H1 ditolak H0 diterima, perlakuan berpengaruh sangat
nyata.
Berdasarkan kaidah keputusan diatas, karena nilai F Hitung = 0.03 lebih kecil
dari pada FTabel pada taraf 1% yaitu sebesar 9,78, maka diputuskan untuk menerima
H1 dan menolak H0, yang berarti perbedaan diantara perlakuan berpengaruh nyata.
Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Berat Benih Ikan Nila Merah
Analisis data pertumbuhan berat mutlak benih ikan nila meah dengan
menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Yij = μ + τi + ∈ij
Proses perhitungan :
1. Menentukan derajat bebas (db) untuk sumber keragaman
a. db Total
= Total banyak pengamatan ο€­ 1
= 12 ο€­ 1
= 11
b. db Perlakuan
= Total banyak perlakuan ο€­ 1
= 4ο€­1
= 3
c. db Galat
= db total ο€­ db perlakuan
= 11 ο€­ 3
= 8
36
2. Dengan menggunakan notasi Yijsebagai hasil pengamatan berat benih untuk
masing-masing dosis pakan, t sebagai jumlah perlakuan dan r sebagai jumlah
ulangan. Maka perhitungan jumlah kuadrat (JK) adalah sebagai berikut :
Hasil Perhitungan Berat Mutlak Benih
Perlakuan
A
B
0.57
2.06
1.46
2.45
2.57
0.47
4.60
4.98
9.0614 10.4670
1.5333 1.6600
Ulangan
1
2
3
∑Yij
∑Yij2
Yi
FK
=
C
0.49
1.58
2.35
4.42
8.2590
1.4733
D
1.52
2.28
0.11
3.91
7.5209
1.3033
π‘Œ2
π‘Ÿ×𝑑
17.912
=
3×4
=
320.77
12
= 26.73
JKT
2
∑
= (
Y ) − FK
i − j ij
= (0.572 + 1.462 + 2.572 + 2.062 + … + 0.112) ο€­ FK
= 35.3083 ο€­ 26.73
= 8.5783
JKP
=
=
π‘Œ1 2 +π‘Œ2 2 + π‘Œ3 2
π‘Ÿ
ο€­FK
4.602 + 4.982 + 4.422 + 3.912
3
ο€­14.67
= 26.9283 − 26.73
= 0.1983
37
Total
17.91
35.3083
5.97
JKG
= JKT ο€­ JKP
= 8.5783ο€­ 0.1983
=
KTP
8.38
JK Perlakuan
=
=
t−1
0.1983
3
= 0.0661
KTG =
=
=
JK Galat
t (r−1)
8.38
4 (3−1)
8.38
8
= 1.0475
Menentukan nilai Fhitung
FHitung =
KTP
KTG
=
0.0661
= 0.06
1.0475
Analisis Sidik Ragam (ANOVA)
Sumber
Derajat
Keragaman Bebas
Perlakuan
Galat
Total
3
8
11
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F Hitung
0.0334
2.9019
2.9353
0.0111
0.3627
0.06
* Berpengaruh nyata
* Berpengaruh sangat nyata
38
F Tabel
1%
5%
7.59
4.07
Nilai F
Tabel
ditentukan melalui nilai (Tabel F) dengan menggunakan db
perlakuan sebagai F1 dan db galat sebagai F2, nilai F Tabel untuk db 3 dan 8 (F1 = 3 dan
F2 = 8) pada taraf 1% adalah 7.59
Kaidah keputusan
-
Jika F Hitungο€Ό F
Tabel
0.01 H1 ditolak H0 diterima, perlakuan tidak berpengaruh
nyata.
-
Jika F Hitungο€Ύ F Tabel 0.01 H1 ditolak H0 diterima, perlakuan berpengaruh sangat
nyata.
Berdasarkan kaidah keputusan diatas, karena nilai F Hitung = 0.06 lebih kecil
dari pada F Tabel pada taraf 1% yaitu sebesar 7.59, maka diputuskan untuk menerima
H0 dan menolak H1, yang berarti perbedaan diantara perlakuan tidak berpengaruh
nyata.
Hasil Perhitungan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah
Ulangan
1
2
3
∑Yij
∑Yij2
Yi
FK
=
Perlakuan
A
B
20
20
20
20
20
60
60
100
1200
4400
30
33.33
C
20
20
20
60
1200
30
π‘Œ2
π‘Ÿ×𝑑
3402
=
3×4
=
115600
12
39
D
20
20
80
120
7200
40
Total
340
14000
133.33
= 9633.333
JKT
= (
2
∑
Yij ) − FK
i−j
= (202 + 202 + 202 + 202 + … + 802) ο€­ FK
= 14.000 ο€­ 9633.333
= 4366.667
JKP
π‘Œ1 2 +π‘Œ2 2 + π‘Œ3 2
=
π‘Ÿ
ο€­FK
602 + 1002 + 602 + 1202
=
3
ο€­9633.333
= 10533.33 − 9633.333
= 900
JKG
KTP
= JKT ο€­ JKP
=
4366.667ο€­ 900
=
3466.667
JK Perlakuan
=
=
t−1
900
3
= 300
JK Galat
KTG =
t (r−1)
=
=
3466.667
4 (3−1)
3466.667
8
= 433.3334
Menentukan nilai Fhitung
FHitung =
KTP
KTG
=
300
= 0.69
433.3334
40
Analisis Sidik Ragam (ANOVA)
Sumber
Derajat
Keragaman Bebas
Perlakuan
Galat
Total
3
8
11
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F Hitung
900
3466.667
2.9353
300
433.3334
0.69
F Tabel
1%
5%
7.59
4.07
* Berpengaruh nyata
* Berpengaruh sangat nyata
Nilai F
Tabel
ditentukan melalui nilai (Tabel F) dengan menggunakan db
perlakuan sebagai F1 dan db galat sebagai F2, nilai F Tabel untuk db 3 dan 8 (F1 = 3 dan
F2 = 8) pada taraf 1% adalah 7.59
Kaidah keputusan
-
Jika F Hitungο€Ό F
Tabel
0.01 H1 ditolak H0 diterima, perlakuan tidak berpengaruh
nyata.
-
Jika F Hitungο€Ύ F Tabel 0.01 H1 ditolak H0 diterima, perlakuan berpengaruh sangat
nyata.
Berdasarkan kaidah keputusan diatas, karena nilai F Hitung = 0.69 lebih kecil
dari pada F Tabel pada taraf 1% yaitu sebesar 7.59, maka diputuskan untuk menerima
H0 dan menolak H1, yang berarti perbedaan diantara perlakuan tidak berpengaruh
nyata.
Perlakuan Parameter
Suhu
A
25.3 - 28.5
B
25.2 - 28.5
C
25.3 - 28.4
Ph
6.67 - 6.77
6.68 - 6.78
6.68 - 6.76
41
DO
6.02 - 7.45
5.71 - 7.49
6.73 - 7.35
D
25.4 - 28.4
6.67 - 6.78
6.83 - 7.72
Perhitungan Kualitas Air Anova
Suhu
Perlakuan
A
B
C
D
Jumlah
Ulangan
1
27.1
27.1
27.2
27.2
108.6
2
27.4
27.3
27.2
27.1
109.0
3
27.3
26.8
27.1
27.2
108.4
Jumlah
Ratarata
81.8
81.2
81.5
81.5
326.0
27.3
27.1
27.2
27.2
108.7
Faktor Korelasi (FK)
FK =
FK =
FK =
π‘Œ2
π‘Ÿ×𝑑
326.02
4×3
106276
12
FK = 8856.3
Jumlah Kuadrat (JK)
JKTotal = (27.12 + 27.42 + 27.32 + 27.12+ 27.32 + 26.82 + 27.22 + 27.22 + 27.12
+ 27.22 + 27.12 + 27.22) – FK
JKTotal = 8856.6 – 8856.3
JKTotal= 0.3
JKPerlakuan =
π‘Œ1 2 +π‘Œ2 2 + π‘Œ3 2 +π‘Œ4 2
π‘Ÿ
− 𝐹𝐾
42
81.82 +81.22 + 81.52 +81.52
JKPerlakuan =
JKPerlakuan =
3
26569.2
3
− 8856.3
JKPerlakuan = 8856.4 -8856.3
JKPerlakuan = 0.1
JKGalat = JKTotal - JKPerlakuan
JKGalat = 0.3 – 0.1
JKGalat = 0.2
KTPerlakuan =
KTPerlakuan =
KTPerlakuan =
JKPerlakuan
t−1
0.1
4−1
0.1
3
KTPerlakuan = 0.03
KTGalat =
KTGalat =
KTGalat =
KTGalat =
JKGalat
t (r−1)
0.2
4 (3−1)
0.2
4 (2)
0.2
8
KTGalat = 0.02
FHitung =
KTP
KTG
=
0.03
0.02
= 1.33
43
− 8856.3
Sumber
Derajat
Keragaman Bebas
Jumlah
Kuadrat
3
0.1
Perlakuan
8
0.2
Galat
11
0.3
Total
Ket : *) Tidak Berpengaruh
Kuadrat
Tengah
F Hitung
0.03
0.02
1.33*
F Tabel
1%
5%
7.59
4.07
pH
Perlakuan
A
B
C
D
Jumlah
Ulangan
1
6.75
6.76
6.76
6.77
27.04
2
6.74
6.77
6.75
6.74
27.00
3
6.77
6.75
6.75
6.76
27.03
Jumlah
20.26
20.28
20.26
20.27
81.07
Ratarata
6.75
6.76
6.75
6.76
27.02
Faktor Korelasi (FK)
FK =
FK =
FK =
π‘Œ2
π‘Ÿ×𝑑
81.072
4×3
6572.34
12
FK = 547.70
Jumlah Kuadrat (JK)
JKTotal = (6.752 + 6.742 + 6.772 + 6.762+ 6.772 + 6.752 + 6.762 + 6.752 + 6.752
+ 6.772 + 6.742 + 6.762) – FK
JKTotal = 547.70 – 547.70
JKTotal= 0
44
π‘Œ1 2 +π‘Œ2 2 + π‘Œ3 2 +π‘Œ4 2
JKPerlakuan =
π‘Ÿ
− 𝐹𝐾
20.262 +820.282 + 20.262 +20.272
JKPerlakuan =
3
1643.09
JKPerlakuan =
3
− 547.70
JKPerlakuan = 547.70 - 547.70
JKPerlakuan = 0
JKGalat = JKTotal - JKPerlakuan
JKGalat = 0 – 0
JKGalat = 0
KTPerlakuan =
KTPerlakuan =
KTPerlakuan =
JKPerlakuan
t−1
0
4−1
0
3
KTPerlakuan = 0
KTGalat =
KTGalat =
KTGalat =
KTGalat =
JKGalat
t (r−1)
0
4 (3−1)
0
4 (2)
0
8
KTGalat = 0
45
− 547.70
FHitung =
KTP
KTG
0
= =0
Sumber
Derajat
Keragaman Bebas
0
Jumlah
Kuadrat
3
0
Perlakuan
8
0
Galat
11
0
Total
Ket : *) Tidak Berpengaruh
Kuadrat
Tengah
F Hitung
0
0
0*
F Tabel
1%
5%
7.59
4.07
DO
Perlakuan
A
B
C
D
Jumlah
Ulangan
1
6.78
6.94
6.95
7.08
27.75
2
6.77
7.40
6.70
7.00
27.87
3
6.95
6.66
6.84
7.29
27.74
Jumlah
20.50
21.00
20.49
21.37
83.36
Ratarata
6.83
7.00
6.83
7.12
27.79
Faktor Korelasi (FK)
FK =
FK =
FK =
π‘Œ2
π‘Ÿ×𝑑
83.362
4×3
6948.89
12
FK = 579.07
Jumlah Kuadrat (JK)
JKTotal = (6.782 + 6.772 + 6.952 + 6.942+ 7.402 + 6.662 + 6.952 + 6.702 + 6.842
+ 7.082 + 7.002 + 7.292) – FK
JKTotal = 579.63 – 579.07
JKTotal= 0.56
46
JKPerlakuan =
π‘Œ1 2 +π‘Œ2 2 + π‘Œ3 2 +π‘Œ4 2
π‘Ÿ
− 𝐹𝐾
20.502 +21.00 + 20.492 +21.372
JKPerlakuan =
JKPerlakuan =
3
1737.77
3
− 579.07
JKPerlakuan = 579.26 – 579.07
JKPerlakuan = 0.18
JKGalat = JKTotal - JKPerlakuan
JKGalat = 0.56 – 0.18
JKGalat = 0.38
KTPerlakuan =
KTPerlakuan =
KTPerlakuan =
JKPerlakuan
t−1
0.18
4−1
0.18
3
KTPerlakuan = 0.06
KTGalat =
KTGalat =
KTGalat =
KTGalat =
JKGalat
t (r−1)
0.38
4 (3−1)
0.38
4 (2)
0.38
8
KTGalat = 0.05
47
− 579.07
FHitung =
KTP
KTG
=
Sumber
Derajat
Keragaman Bebas
0.06
0.05
= 1.29
Jumlah
Kuadrat
3
0.18
Perlakuan
8
0.38
Galat
11
0.46
Total
Ket : *) Tidak Berpengaruh
Kuadrat
Tengah
F Hitung
0.06
0.05
1.29*
F Tabel
1%
5%
7.59
4.07
Lampiran 6. Alat dan Bahan Yang Digunakan Selama Penelitian
48
49
Download