Manajemen Pengelolaan Obat Di Apotek Kelompok 3 1. Lia Permatasari 2. Mawaddah Ismi 3. Mela Diananda 4. Rika Putri 5. Yolanda Elvioriva 6. Hanifah Rifnola F 7. Novia Rozadi 8. Adek Irvandi 9. Nila Amelina 10. Risna Yanti (2015.01.00.02.00 ) (2015.01.00.02.00 ) (2015.01.00.02.00 ) (2015.01.00.02.00 ) (2015.01.00.02.00 ) (2016.01.00.02.001) (2016.01.00.02.031) (2017.01.00.02.055) (2017.01.00.02.046) (2017.01.00.02.042) Apotek Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Dinkes,2014) Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker(Permenkes No. 73 th 2016) Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek a. b. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan b. pelayanan farmasi klinik Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi : a. perencanaan; b. c. d. e. f. g. pengadaan; penerimaan; penyimpanan; pemusnahan; pengendalian; dan pencatatan dan pelaporan Perencanaan • Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat. Pengadaan • Fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan maupun penganggaran. • Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. Pengadaan barang dapat melalui 2 cara yaitu pembelian dan konsinyasi. • Pembelian barang diapotek sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan setempat. • Prosedur pembelian meliputi tahap-tahap sebagai berikut : a. Persiapan b. Pemesanan c. Barang yag datang di cocokkan dengan faktur dan Sp ( Surat Pesanan) • Salah satu metode dalam melakukan pengadaan obat adalah analisis ABC. • Analisis ABC digunakan untuk menentukan persediaan obat. Analisis ABC di lakukan dengan mengklasifikasikan jenis obat menjadi 3 golongan, yaitu: • Golongan A ( jumlah sedikit, harga total tinggi) Contoh: vaksin, hormone, sediaan- sediaan injeksi. • Golongan B ( jumlah sedang, harga total sedang) Contoh: sediaan drop ( eyes drop, oral drop,ear drop), sediaan inhaler/ spray. • Golongan C ( jumlah banyak, harga total rendah) Contoh: obat- obat bebas yang sering digunakan secara swamedikasi ( obat batuk, diare, flu, sakit kepala, demam, vitamin, obat luka dll). • Analisis ABC bermanfaat untuk menekan frekuensi pemesanan, mengurangi biaya total pengiriman obat dan menekan jumlah persediaan sehingga mengurangi biaya total penyimpanan di gudang Pengadaan Obat Narkotika dan Psikotropika • Pemesanan obat golongan narkotika harus di Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma. Pemesanan ini menggunakan surat pesanan khusus model N-9 yang terdiri dari empat lembar yaitu warna putih, kuning, merah, dan biru. SP warna kuning, putih, merah diserahkan ke PBF, sedangkan SP biru digunakan sebagai arsip pembelian.. • Khusus untuk narkotik, satu lembar pesanan untuk satu jenis obat dan harus ditanda tangani oleh APA dengan mencantumkan nama dengan SIK, alamat, serta stempel apotek • Pengadaan obat psikotropika menggunakan surat pesanan model khusus yang dibuat rangkap dua dan ditandatangani oleh APA Penerimaan • Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. • Penerimaan barang harus disertai faktur pembelian, yang sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan terhadap faktur tersebut dengan melihat alamat distributor, NPWP, nomor telepon yang menunjukkan keaslian faktur. Penyimpanan • 1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.. 2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya. 3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi • 4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis • 5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out) Pemusnahan dan penarikan Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota • Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain • dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Pengendalian • ]Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. • Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. • Kartu stok sekurang- kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan. Pelayanan • Pelayanan dibagi menjadi pelayanan obat OTC (Over The Counter : obat bebas dan obat bebas terbatas ) dan resep dokter, baik secara tunai maupun non tunai. • Pelayanan aptek juga termasuk konseling, pelayanan swamedikasi, PIO, home care dan sabagainya. Pencatatan dan Pelaporan 1. 2. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.