ANALISIS PENERAPAN PSAK – 102 MURABAHAH (STUDI KASUS PADA 5 BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA) Tio Andri Prasetyo Mahasiswa Diploma IV Akuntansi Alih Program, Politeknik Keuangan Negara STAN Handaru Edit Sasongko Mahasiswa Diploma IV Akuntansi Alih Program, Politeknik Keuangan Negara STAN Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah praktik akuntansi yang meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah pada ………………. Telah diterapkan sesuai dengan PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah. Penelitian ini adalah penelitian sutdi kasus dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah implementasi akuntansi murabahah yang diterapkan pada …………. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ………………. Kata Kunci: Akuntansi Syariah, Murabahah, PSAK 102 Pendahuluan Banyaknya jumlah penduduk muslim di Indonesia, kesadaran dalam menjalankan syariat islam, dan terbatasnya dana pembiayaan membentuk permintaan akan hadirnya Lembaga Keuangan Syariah yang menawarkan produk yang terbebas dari hal yang dilarang syariat Islam. Salah satu produk yang ditawarkan Lembaga Keuangan Syariah adalah pembiayaan Syariah. Namun, dalam praktiknya hanya beberapa produk saja yang banyak digunakan oleh Lembaga Keuangan syariah dalam menyalurkan pembiayaannya, antara lain mudharabah, musyarakah, murabahah dan Ijarah qard (Baktiar, 2017). Produk murabahah mendominasi pembiayaan yang ada di Indonesia. Murabahah memiliki pangsa pasar berkisar antara tinggi 62,4% (tahun 2005) hingga tahun 2005, terendah 54,9% (pada tahun 2011), tetapi tetap dominan dan pada tahun 2013 mencapai 60,0%, sedangkan musyarakah dan mudharabah tahun 2013 masing-masing 21,7% dan 7,4%. (Lembaga Keuangan Indonesia, 2016) Murabahah adalah jual beli barang antara Lembaga Keuangan Syariah dengan nasabah, dimana harga awal barang telah diketahui bersama antara pihak Lembaga Keuangan dan nasabah, serta adanya kesepakatan atas margin keuntungan yang nantinya akan diperoleh Lembaga Keuangan. Murabahah juga merupakan produk pendanaan syariah. Nasabah yang tidak memiliki cukup dana, akan diberikan bantuan oleh pihak Lembaga Keuangan syariah. Bantuan diberikan dengan cara, pihak Lembaga Keuangan akan membeli barang yang diinginkan nasabah terlebih dahulu dari penyedia barang, kemudian pihak Lembaga Keuangan menjual barang tersebut kepada nasabah dengan akad murabahah. Transaksi murabahah di Indonesia telah diatur dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 102 tentang Akuntansi Murabahah yang merupakan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan Syariah Indonesia. Kepatuhan terhadap penggunaan PSAK 102 ditujukan untuk memberikan jaminan bahwa praktik akuntansi bebas dari segala unsur yang dilarang dalam syariat islam. Namun demikian, penelitian Mustofa (2012) menunjukkan bahwa dalam hal pengukuran keuntungan murabahah telah sesuai dengan PSAK 102, namun dalam hal pengakuan, penyajian, dan pengungkapan tidak sesuai dengan PSAK 102. Penelitian yang dilakukan Parno dan Tikawati (2016) menunjukkan bahwa Perlakuan akuntansi murabahah pada KPN IAIN Samarinda yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran, penyajian dan pengungkapan belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK No. 102. Demikian pula penelitian Fahmi dan Febrina (2019) menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri Palembang dalam penerapan akad murabahah, masih belum sesuai dengan ketentuan pada PSAK 102, khususnya dalam pengenaan denda. Dengan tuntutan bahwa syariat islam harus diterapkan di semua aspek termasuk didalamnya praktik akuntansi, kemudian adanya fenomena praktik akuntansi syariah berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, perlu untuk melakukan review yang lebih mendalam terhadap masalah tersebut, sehingga diperoleh bukti empiris atas penerapan konsep syariah di Bank …………... Penelitian dimaksudkan untuk mengungkap mengetahui apakah praktik akuntansi yang meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah pada ………………. telah diterapkan sesuai dengan PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah, adapun metode penelitian yang tepat digunakan adalah metode kualitatif, dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi kasus. Kajian Pustaka Konsep Murabahah Murabahah adalah jual beli dengan harga pokok dan margin keuntungan yang diketahui dan disepakati antara penjual dan pembeli. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Sabiq (2009: 190) murabahah adalah menjual barang dengan harga pembelian ditambah dengan keuntungan yang diketahui dan Muhammad (2010: 137) berpendapat bahwa murabahah adalah jual beli barang pada harga pokok perolehan barang dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak penjual dengan pihak pembeli barang. Dalam PSAK No. 102 murabahah didefinisikan dengan akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. Akuntansi Syariah Menurut American Accounting Association (AAA) Akuntansi adalah proses mengidentifikasi/mengenali, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Sedangkan menurut AICPA (American Institute of Cerified Public Accountans) mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah proses penyediaan informasi atas entitas yang dikelola manajemen kepada pihak berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan. Syariah adalah konsep dimana semua bentuk kegiatan didasarkan pada hukum agama Islam. Akuntansi Syariah, berdasarkan asal kata adalah akuntansi dengan menerapkan kaidah hukum – hukum islam dalam seluruh aspek kegiatannya. Sebagaimana pendapat Nurhayati dan Wasilah (2013: 2), akuntansi syariah adalah proses akuntansi yang menyediakan informasi kepada stakeholder suatu entitas dimana dapat memberikan stakeholder kepastian atas kelangsungan operasi perusahaan dalam batas batas syariah islam dan dalam pemenuhan tujuan sosioekonomi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 102: Akuntansi Murabahah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 102: Akuntansi Murabahah (PSAK 102) ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada tanggal 27 Juni 2007. PSAK 102 menggantikan pengaturan mengenai akuntansi murabahah dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002. PSAK 102 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi murabahah untuk: a. Lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik sebagai penjual maupun pembeli; dan b. Pihak-pihak yang melakukan transaksi murabhah dengan lembaga keuangan syariah atau koperasi syariah. Karakteristik transaksi murabahah PSAK 102: a. Aset yang akan dijual Bank dalam transaksi murabahah pada prinsipnya harus dimiliki Bank sebelum akad murabahah disepakati. Cara memperoleh aset murabahah dapat secara langsung oleh Bank atau diwakilkan kepada pihak lain termasuk nasabah. b. Dalam hal Bank diwakilkan kepada pihak lain, pihak yang mewakili hanya sebatas pada pencarian informasi barang sesuai spesifikasi yang diinginkan nasabah. Sedangkan penentuan atas pembelian aset dari pemasok menjadi kewenangan Bank. c. Harga perolehan aset murabahah harus diberitahukan Bank kepada nasabah. d. Harga jual murabahah adalah harga perolehan aset murabahah sebelum dikurangi uang muka ditambah dengan marjin yang disepakati. e. Murabahah yang dilakukan oleh Bank harus berdasarkan pesanan nasabah yang bersifat mengikat. f. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut telah disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan. Sedangkan besarnya angsuran dapat disesuaikan berdasarkan kesepakatan Bank dengan nasabah. Perlakuan akuntansi transaksi murabahah yang diatur dalam PSAK 102: a. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan. b. Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut: i. Jika murabahah pesanan mengikat: Dinilai sebesar biaya perolehan; dan Jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya sebelum diserahkan kenasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset. ii. Jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat: Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah; dan Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. c. Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai berikut: i. Jika terjadi sebelum akad murabahah maka sebagai pengurangan biaya perolehan aset murabahah; ii. Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati maka bagian yang menjadi hak nasabah; Dikembalikan kepada nasabah jika nasabah masih berada dalam proses penyeleseian kewajiban; atau Kewajiban kepada nasabah jika nasabah telah menyeleseikan kewajiban. iii. Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang menjadi bagian hak lembaga keuangan syariah diakui sebagai tambahan keuntungan murabahah; iv. Jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad diakui sebagai pendapatan operasional lain. d. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon pembelian akan tereliminasi pada saat: i. Dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan setelah dikurangi dengan biaya pengembalian; atau ii. Dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh penjual. e. Pengakuan piutang i. Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. ii. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang. f. Pengakuan keuntungan Keuntungan murabahah: i. Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau ii. Selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode berikut ini digunakan, dan dipilih yang paling sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah-nya: Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Metode ini terapan untuk murabahah tangguh dimana risiko penagihan kas dari 51 piutang murabahah dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil. Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan/atau beban untuk mengelola dan menagih piutang tersebut relatif besar juga. Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Dalam praktik, metode ini jarang dipakai, karena transaksi murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya. g. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui dengan menggunakan salah satu metode berikut: i. Jika diberikan pada saat penyeleseian, maka penjual mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah; atau ii. Jika diberikan setelah penyeleseian, maka penjual terlebih dahulu menerima pelunasan piutang murabahah dari pembeli, kemudian penjual membayar potongan pelunasan (muqasah) kepada pembeli dengan mengurangi keuntungan murabahah. h. Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut: i. Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu diakui sebagai pengurangan keuntungan murabahah; ii. Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli diakui sebagai beban. i. Pengakuan denda Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai dana kebajikan. j. Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut: i. Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima; ii. Jika barang jadi di beli oleh pembeli,maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian pokok); iii. Jika barang batal di beli oleh pembeli,maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah di perhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dimana peneliti melakukan analisis praktik akuntansi murabahah pada bank ……, kemudian membandingkannya dengan PSAK No. 102 yang mencakup pengakuan, pengukuran, penyajian serta pengungkapan…….. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2018 dari kelima bank tersebut. Analisis Data dan Pembahasan Bank Syariah Bukopin 1. Pengakuan a. Pengakuan Aset Murabahah Berdasarkan PSAK No. 102 paragraf 18, disebutkan bahwa aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan. Namun demikian, dalam Laporan Keuangan Bank Syariah Bukopin, tidak ditemukan persediaan murabahah. Pada Catatan Atas Laporan Keuangan ditemukan pernyataan manajemen bahwa Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Apabila murabahah yang dilakukan adalah tanpa pesanan, pada Laporan Keuangan, mungkin terdapat persediaan murabahah yang tersisa sehingga nampak pada laporan posisi keuangan bank. Namun demikian, pada Laporan Keuangan Bank Syariah Bukopin, tidak ditemukan persediaan murabahah. Kemungkinan pada tahun 2018 bank hanya melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah saja sehingga semua barang pasti terjual atau semua persediaan murabahah baik yang diperoleh berdasarkan pesanan ataupun tanpa pesanan, telah habis terjual kepada nasabah namun bank belum melakukan pembelian persediaan murabahah. b. Pengakuan Piutang Murabahah Dalam PSAK No. 102 paragraf 22, disebutkan bahwa pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai neto yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang. Berdasarkan catatan atas laporan keuangan Bank Syariah Bukopin telah melaksanakan pengakuan Piutang Murabahah sesuai PSAK 102. Manajemen, dalam Catatan Atas Laporan Keuangan menyatakan bahwa piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan yakni saldo piutang dikurangi cadangan kerugian menyatakan bahwa pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. c. Pengakuan Keuntungan Murabahah Berdasarkan laporan keuangan Bank Syariah Bukopin telah melaksanakan pengakuan keuntungan murabahah sesuai PSAK 102 dengan mengakui pendapatan selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan manajemen dalam Catatan Atas Laporan Keuangan bahwa Pendapatan murabahah yang termasuk margin ditangguhkan dan pendapatan administrasi, diakui dengan menggunakan metode tingkat imbal hasil efektif, yaitu tingkat imbal hasil yang akan mendiskonto secara tepat estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang sepanjang perkiraan umur instrumen keuangan tersebut atau, jika lebih tepat untuk masa yang lebih singkat untuk nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau liabilitas keuangan. d. Pengakuan Denda Berdasarkan laporan keuangan Bank Syariah Bukopin tidak diperoleh informasi yang cukup mengenai pengakuan denda murabahah sesuai PSAK 102. Dalam Laporan Sumber Dana dan Penggunaan Dana Kebajikan, terdapat pos denda. Namun demikian, pada laporan keuangan ditemukan cukup bukti untuk dapat memastikan apakah denda tersebut berasal hanya dari denda murabahah atau denda dari akad yang lain. e. Pada laporan keuangan Bank Syariah Bukopin tidak ditemukan kebijakan manajemen terkait pengakuan diskon pembelian aset murabahah, pengakuan potongan pelunasan piutang murabahah, pengakuan potongan angsuran murabahah, serta pengakuan uang muka. 2. Pengukuran Pengukuran aset murabahah setelah perolehan dalam PSAK No. 102 paragraf 19 dijelaskan sebagai berikut: a. Jika murabahah pesanan mengikat, maka: dinilai sebesar biaya perolehan; dan jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset. b. Jika murabahah pesanan tidak mengikat, maka: Dinilai sebesar biaya perolehan atau nilai neto yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah; Jika nilai neto yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Dalam laporan keuangan Bank Syariah Bukopin tidak disajikan pos asset murabahah, begitupun dengan pos asset syariah lainnya seperti istisna dan ijarah juga tidak ditampilkan dalam laporan keuangan.Tidak adanya penyajian asset murabahah dapat disebabkan karena Bank Bukopin Syariah telah habis menjual seluruh asset murabahah di tahun 2018. 3. Penyajian Bank Syariah Bukopin dalam beberapa hal telah melakukan penyajian murabahah sesuai PSAK 102. Namun demikian, masih terdapat beberapa hal yang dipersyaratkan dalam PSAK 102 namun tidak disajikan dalam laporan keuangan. Berdasarkan catatan atas laporan keuangan, Bank Syariah Bukopin menyajikan piutang murabahah sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan yakni saldo piutang dikurangi cadangan kerugian sedangkan margin murabahah yang ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang murabahah. Adapun cadangan kerugian penurunan nilai piutang murabahah disajikan sebagai pos lawan (contra account) piutang murabahah. Denda disajikan sebagai komponen dari sumber dana kebajikan namun manajemen, dalam catatan atas laporan keuangan, tidak melakukan rincian sumber denda tersebut. Apakah hanya berasal dari denda transaksi murabahah atau denda dari transaksi lain Manajemen menyajikan pendapatan murabahah sebagai bagian dari pos pendapatan pengelola dana oleh bank sebagai mudharib. Dalam PSAK 102 disyaratkan bahwa Beban potongan pelunasan/angsuran murabahah sebagai pos lawan pendapatan marjin murabahah. Namun demikian, beban potongan pelunasan/angsuran yang seharusnya disajikan sebagai pos lawan pendapatan marjin murabahah tidak disajikan dalam laporan keuangan. 4. Pengungkapan Bank Syariah Bukopin telah meaksanakan pengungkapan informasi keuangan sebagaimana dipersyaratkan oleh PSAK 102, sebagai berikut: c. Bank Syariah Bukopin melakukan pengungkapan atas cadangan kerugian penurunan nilai piutang serta rincian piutang murabahah berdasarkan keterkaitan. Pengungkapan piutang murabahah berdasarkan keterkaitan mengungkapkan tentang pihak yang terkait dalam transaksi murabahah yaitu pihak ketiga dan pihak yang berelasi, diungkapkan secara rinci beserta jumlahnya. d. Untuk piutang yang bermasalah, Bank Syariah Bukopun melaksanakan beberapa kebijakan antara lain restrukturisasi melalui perpanjangan waktu, penjadwalan kembali dan penambahan plafon pembiayaan bagi debitur. e. Dalam kebijakan Bank Syariah Bukopin, pendapatan murabahah yang termasuk margin ditangguhkan dan pendapatan administrasi, diakui dengan menggunakan metode tingkat imbal hasil efektif. f. Selisih antara nilai bersih yang dapat direalisasikan dengan saldo piutang atau pembiayaan yang tidak dapat ditagih diakui sebagai penambah atau pengurang cadangan kerugian penurunan nilai piutang atau pembiayaan. Namun demikian, besarnya piutang murabahah baik yang dibebani sendiri oleh Bank maupun secara bersamasama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan bank belum diungkapkan. Bank Mega Syariah 1. Pengakuan a. Pengakuan Aset Murabahah Dalam laporan keuangan Bank Mega Syariah tidak disajikan persediaan murabahah padahal dalam catatan atas laporang keuangan disebutkan bahwa Bank Mega Syariah melakukan pembelian persediaan murabahah dengan dan tanpa pesanan. Seharusnya apabila dilakukan pembelian tanpa pesanan, dimungkinkan pada akhir tahun masih terdapat sisa persediaan murabahah. Namun demikian, pada akhir tahun tidak terdapat persediaan murabahah, kemungkinan semua barang murabahah telah habis terjual karena semua asset murabahah dibeli berdasarkan pesanan nasabah terlebih dahulu. b. Pengakuan Piutang Murabahah Berdasarkan catatata atas laporan keuangan, Bank Mega Syariah mengakui piutang murabahah pada saat akad murabahah terjadi. Piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Adapun pada akhir periode pelaporan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai neto yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian. c. Pengakuan Keuntungan Murabahah Pada Bank Mega Syariah, keuntungan diakui selama periode akad berlangsung. Keuntungan diakui proporsional sebesar jumlah yang dapat ditagih dari piutang murabahah sesuai dengan metode efektif (anuitas). d. Pengakuan Potongan Pelunasan Piutang Murabahah Dalam PSAK No. 102 paragraf 26, potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah. Pada Bank Mega Syariah, disajikan potongan pelunasan piutang murabahah pada laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil, namun tidak ditemukan informasi tentang kebijakan pengakuan potongan pelunasan secara rinci. e. Pengakuan Denda Berdasarkan catatan atas laporan keuangan, Bank Mega Syariah memberikan denda kepada nasabah yang mampu membayar tetapi menunda pembayaran dengan sengaja. Denda yang dikenakan berupa pembayaran kepada bank oleh nasabah sejumlah uang yang besarnya tidak ditentukan atas dasar kesepakatan dan tidak dibuat saat akad ditandatangani. Dana yang berasal dari denda kemudian digunakan untuk dana kebajikan. f. Pada laporan keuangan Bank Syariah Bukopin tidak ditemukan kebijakan manajemen terkait pengakuan diskon pembelian aset murabahah, pengakuan potongan angsuran murabahah, dan pengakuan uang muka 2. Pengukuran Aset Murabahah pada Bank Mega Syariah tidak disajikan pada laporan keuangan. Namun dalam Catatan Atas Laporan Keuangan, manajemen menyatakan bahwa piutang murabahah diukur dengan menjumlahkan nilai perolehan asset murabahah ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Secara implisit, data diketahui dari pernyataan manajemen bahwa asset murabahah diukur menggunakan harga perolehan, namun pos asset murabahah tidak ditemukan dalam penyajian di laporan posisi keuangan Bank Mega Syariah. Hal ini mungkin terjadi karena semua asset murabahah telah terjual habis pada tiap akhir tahun. 3. Penyajian Dalam penyajian transaksi murabahah, Bank Mega Syariah telah menyajikan transaksi murabahah sesuai dengan PSAK 102. Bank Mega Syariah menyajikan denda yang diakibatkan oleh kelalaian nasabah dalam pembayaran angsuran transaksi murabahah sebagai salah satu sumber dana dari dana kebajikan. Pada Bank Mega Syariah, saldo piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian, cadangan Kerugian Penurunan Nilai murabahah disajikan sebagai pos lawan (contra account) piutang murabahah, dan marjin murabahah ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang murabahah Dalam rincian pendapatan marjin murabahah, disakikan beban potongan pelunasan/angsuran sebagai akun kontra pendapatan marjin murabahah. Dalam laporan keuangan Bank Mega Syariah, denda yang disebabkan karena kelalaian nasabah disajikan sebagai komponen dari sumber dana kebajikan. Manajemen tidak melakukan rincian sumber denda tersebut sehingga tidak diketahui apakah denda seluruhnya berasal dari transaksi murabahah atau bukan. Namun demikian, Bank Mega Syariah masih belum menyajikan uang muka murabahah dari pembeli. Seharusnya uang muka murabahah disajikan sebagai liabilitas lainnya. 4. Pengungkapan Bank Mega Syariah telah melaksanakan pengungkapan informasi keuangan sebagaimana dipersyaratkan oleh PSAK 102, sebagai berikut Bank Mega Syariah mengungkapkan rincian piutang murabahah berdasarkan jenis piutang, sektor ekonomi, kategori usaha, dan jangka waktu piutang murabahah. Dalam hal cadangan kerugian penurunan nilai, bank mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi jika, dan hanya jika, terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai tersebut. Bank Mega Syariah mengungkapkan rincian piutang murabahah yang dilakukan dengan pihak – pihak yang memiliki afiliasi/relasi dengan pihak bank beserta jumlahnya. Serta diungkapkan bahwa Transaksi dengan pihak berelasi untuk tahun 2018 masih dalam kewajaran bisnis perbankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Aset murabahah digolongkan sebagai asset produktif pada Bank Mega Syariah. Berkaitan dengan penghapusan asset produkti, aset produktif akan dihapuskan dari masing-masing penyisihan kerugian pada saat manajemen Bank berpendapat bahwa aset tersebut sudah tidak akan tertagih atau terealisasi lagi. Dalam catatan atas laporan keuangan, diungkapkan bahwa metode pengakuan keuntungan murabahah adalah pengakuan keuntungan transaksi jual beli Murabahah dengan pembayaran tangguh atau secara angsuran dilakukan selama periode akad sesuai dengan metode efektif (anuitas). Namun demikian, Bank Mega Syariah masih belum mengungkapkan besarnya piutang murabahah baik yang dibebani sendiri oleh Bank maupun secara bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan Bank serta penanganan piutang murabahah yang bermasalah. Kesimpulan dan Saran Antonio, Muhammad Syafi’i. 2007. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani. Muhammad. 2010. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat