Tugas Individu SHARING KNOWLEDGE MANAGEMENT (Studi Kasus : PT REASURANSI NASIONAL INDONESIA) Dibuat Oleh : Awan Ikhwan (P056101381.46) REGULAR 46 MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Knowledge Sharing merupakan salah satu proses utama di dalam Knowledge Management (KM) yang selama ini lebih ditujukan untuk memaksimalkan pemanfaatan pengetahuan melalui pendistribusian pengetahuan kepada anggota organisasi yang membutuhkannya. Namun semakin pentingnya peran inovasi sebagai faktor penentu daya saing, telah menyadarkan banyak organisasi bahwa sekedar memaksimalkan pemanfaatan pengetahuan yang ada, tidak lagi memadai. Perusahaan justru dituntut untuk secara kontinu menciptakan pengetahuan baru agar tetap eksis dan memiliki masa depan. Sebagai respon terhadap tantangan tersebut, muncullah perspektif baru terhadap knowledge sharing, yaitu memandang, mengelola dan memposisikan knowledge sharing sebagai sarana untuk menghasilkan inovasi. Oleh karena itu, knowledge sharing tidak lagi berhenti sampai ke tahap eksploitasi pengetahuan saja, tetapi harus dilanjutkan kepada tahap ekplorasi pengetahuan melalui knowledge sharing yang bersifat kolaboratif. Pada era globalisasi ini, perkembangan akan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat berkembang. Suatu perusahaan yang dapat bersaing pada era globalisasi ini yaitu perusahaan yang selalu mengembangkan bisnisnya melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada ataupun dapat menciptakan suatu ilmu pengetahuan yang baru. Perubahan suatu paradigma perlu dilakukan dari resource-based competitiveness menjadi bertumpu pada knowledge-based competitiveness. Konsep resourcebased competitiveness dan knowledge-based competitiveness memiliki perbedaan, dimana konsep resource-based competitiveness bertumpu pada keunggulan sumber daya alam lokasi dan kondisi geografis. Sedangkan konsep knowledge-based competitiveness berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta pengembangan sumber daya manusia perusahaan. Suatu kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki diperlukan untuk memudahkan pemgembangan sumber daya manusia perusahaan. KM tersebut yang pada akhirnya dapat menjadi dukungan yang handal bagi perusahaan untuk meningkatkan daya saing. 1.2. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan paper ini yaitu untuk mengetahui implementasi dari Sharing Knowledge Management pada perusahaan. Perusahaan yang digunakan yaitu PT Reasuransi Nasional Indonesia (RNI). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Knowledge Menurut Lumbantobing (2011), Knowledge merupakan objek utama yang dikelola oleh organisasi yang menerapka KM, atau dalam kata-kata Thomas A. Stewart (2001): “Knowledge is what We Buy, Sell dan Do”. Kecenderungan untuk mengabaikan perbedaan data , informasi dan knowledge sering membawa organisasi kepada kebingungan. Misalnya, ketika organisasi sudah membangun berbagai sistem KM berbasis teknologi informasi yang canggih, itu tidak berarti bahwa organisasi tersebut sudah mengelola knowledge, kalu konten yang mengalir melalui sistem itu masih berupa informasi bahkan data. Hal ini dapat ditandai dengan masih jarangnya sistem KM dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan, mencari referensi atau pengetahuan. Terabaikan dan terisolasinya sistem KM dari proses bisnis perusahaan dapat diakibatkan karena kontennya pada hakikatnya masih berupa data atau informasi yang belum siap diaplikasikan dalam meningkatkan efektivitas pekerjaan sehari-hari. Menurut Davenport (1998), Knowledge diperusahaan sering terkait tidak saja pada dokumen atau tempat penyimpanan barang berharga, tetapi juga pada rutinitas, proses, praktek dan norma perusahaan. Menurut Russel Ackoff dalam Lumbatobing (2011), yang merupakan seorang pakar systems dan guru besar bidang perubahan organisasi, menyatakan bahwa isi atau kandungan dari intelektualitas dan mentalitas manusia dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: 1. Data, berupa gabungan symbol-simbol 2. Informasi, data yang diproses agar dapat dimanfaatkan informasi menjawab pertanyaan tentang “who”, “what”,”where” dan “when”. 3. Knowledge, merupakan aplikasi dari data dan informasi, dan menjawab pertanyaan “how”. 4. Understanding, mengapresiasi pertanyaan “why” 5. Wisdom, evaluasi dari understanding. 2.1.1 Siklus Knowledge Menurut Michael Polanyi dalam Lumbantobing (2011), menyatakan bahwa knowledge terdiri atas dua jenis yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge merupakan knowledge yang diam di dalam benak manusia dalam bentuk intuisi, judgement, skill, values dan belief yang sangat sulit diformalisasikan dan di-share dengan orang lain, sedangkan explicit knowledge adalah knowledge yang dapat atau sudah terkodifikasi dalam bentuk dokumen atau bentuk berwujud lainnya sehingga dapat dengan mudah ditransfer dan didistribusikan dengan menggunakan berbagai media. Explicit knowledge dapat berupa formula, kaset/cd video dan audio, spesifikasi produk atau manual. Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) kedua jenis knowledge tersebut dapat dikonversi melalui empat jenis proses konversi, yaitu: Sosialisasi, Eksternalisasi, Kombinasi dan Internalisasi. Keempat jenis proses konversi ini disebut SECI Process. Empat model konversi knowledge, yaitu: 1. Sosialisasi merupakan proses sharing dan penciptaan tacit knowledge melalui interaksi dan pengalaman langsung. 2. Eksternalisasi merupakan pengartikulasian tacit knowledge menjadi explicit knowledge melalui proses dialog dan refleksi. 3. Kombinasi merupakan proses konversi explicit knowledge menjadi explicit knowledge yang baru melalui sistemisasi dan pengaplikasian explicit knowledge dan informasi. 4. Internalisasi merupakan proses pembelajaran dan akuisisi knowledge yang dilakukan oleh anggota organisasi terhadap explicit knowledge yang disebarkan ke seluruh organisasi melalui pengalaman sendiri sehingga menjadi tacit knowledge anggota organisasi. 2.2. Knowledge Management Menurut Toffler dalam Lumbantobing (2011), membagi era ekonomi dalam tiga gelombang evolusi ekonomi. Gelombang pertama evolusi ekonomi yang disebut ekonomi pertanian dimulai tahun 8000 Sebelum Masehi sampai pertengahan abad ke-18, dan gelombang kedua yang disebut ekonomi industri yang berlangsung mulai pertengahan abad ke-18 sampai abad ke-2 dan saat dunia ini sudah memasuki gelombang ketiga evolusi ekonomi yang disebut information economy yang dipengaruhi oleh teknologi informasi dan knowledge worker. Gelombang ketiga inilah yang disebut dengan istilah knowledge economy. Menurut OECD (1996) knowledge economy merupakan perekonomian yang secara langsung didasarkan atas produksi, distribusi serta penggunan knowledge. Menurut Lumbantobing (2011), pada era knowledge economy ini, intensitas kompetisi semakin meningkat dan ganas. Ada beberapa tantangan yang harus dijawab oleh perusahaan yang ingin menang dalam kompetisi, yaitu: kolaborasi, inovasi, adaptasi, penguasaan teknologi dan pasar serta pengelolaan aset-aset intelektual perusahaan. Tantangan kedua yang mendorong perlunya eksistensi KM di dalam perusahaan adalah tantangan untul lebih inovatif dan tuntutan untuk mempercepat penyediaan produk dan layanan. Tanpa produk dan layanan yang inovatif, perusahaan akan tertinggal dari para kompetitornya. Implementasi KM dapat merangsang inovasi dengan menyediakan kanal yang luas untuk munculnya ide-ide kreatif dan knowledge baru dari seluruh anggota perusahaan. Tantangan selanjutnya yang saat ini dihadapi adalah untuk menjadi perusahaan yang adaptif terhadap berbagai dinamika yang terjadi dalam pasar. Salah satu upaya perusahaan untuk menyesuaikan dirinya dengan tuntutan pasar adalah melalui perubahan strategi yang biasanya diikuti dengan perubahan struktur organisasi. Masalahnya menjadi lebih serius ketika perubahan organisasi terhambat oleh kelangkaan personil yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk mengisi posisi-posisi strategis. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar knowledge tersedia dalam bentu tacit knowledge yang tersimpan pada personil tertentu yang memiliki mobilitas tinggi. Menurut Tiwana (2000), knowledge management adalah “managemen of organizional knowledge for creating business value and generating a competitive advantage”. Atau, KM adalah manajemen knowledge organisasi untuk menciptakan nilai bisnis dan untuk menhasilkan suatu unggulan kompetitif. Sedangkan menurut Repsol YPF (2007), mendefinisikan KM sebagai pengelola pengetahuan secara aktif mengimplikasikan perlunya pemahaman konteks (manusia, proses, konten, teknologi dan semantik) dan pentingnya mengembangkan dan memfasilitasi proses dkreasi, pertukaran, belajar, akses, pengorganisasian dan pemanfaatan pengetahuan untuk keuntungan organisasi dan stakeholder-nya (pekerja, pemegang saham, klien, pemasok dan masyarakat). Menurut Siemens (2000) berpendapat bahwa suatu aktivitas sistematis untuk kreasi dan berbagai knowledge sehingga knowledge dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan organisasi. Sedangkan menurut Robert Buckman (2004), salah satu CEO yang terjun langsung dalam memimpin implementasi KM di perusahaan Buckman Labs, memilih definisi KM dari American Productivity and Quality Centre (APQC), yaitu systemic approaches to help information and knowledge emerge and flow to the right people at the right time to create value. 2.3. Manfaat Implementasi Knowledge Management (KM) Menurut Lumbantobing (2011), keunggulan kompetitif diperoleh dari dampak implementasi KM terhadap berbagai bidang berikut: a. Bidang operasi dan pelayanan Perusahaan yang memiliki knowledge worker merupakan perusahaan yang memiliki customer knowledge yang dikelola dengan baik. Customer knowledge ini dapat diakses oleh pekerjanya serta dapat membantu mereka dalam memberikan pelayanan terbaik kepada konsumennya. Knowledge worker sangat mengenal pelanggannya, mereka mengetahui permasalahan yang dihadapi pelanggan dan solusi yang sudah terbukti efektivitasnya serta mengetahui secara proaktif kebutuhan pelanggannya karena semuanya itu tersaji dalam basis customer knowledge perusahaan yang dikelola dengan prinsip-prinsip KM. Akibat logis dari kondisi tersebut adalah, knowledge worker dapat memberikan respons yang lebih cepat, penaganan klaim pelanggan yang lebih baik serta pelayanan yang lebih proaktif. b. Bidang pengembangan kompetensi personil Knowledge transfer/sharing sebagai salah satu proses utama dalam KM, pada hakikatnya adalah penciptaan kesempatan yang luas untuk belajar (learning) bagi seluruh anggota organisasi sehingga dapat meningkatkan kompetensi mereka secara mandiri. Namun demikian, tersedianya bahan ajar atau knowledge yang disimpan di dalam memory perusahaan, belum tentu akan mendorong minat karyawan. Hal ini dapat terjadi karena dua faktor yaitu, pertama, knowledge yang tersedia kurang relevan dengan tugas sehari-hari dari para pekerja. Kedua, para pekerja memang tidak memiliki motivasi dan daya yang memadai untuk belajar secara mandiri. c. Bidang pemeliharaan ketersediaan knowledge Skill dan knowledge yang dimiliki oleh para karyawan dalam sebuah perusahaan perlu dikelola oleh perusahaan untuk menjamin tidak terjadinya knowledge loss. Knowledge loss adalah suatu kondisi di mana perusahaan kehilangan knowledge yang dibutuhkannya, walaupun knowledge tersebut sebenarnya sudah pernah dimiliki dan digunakan oleh perusahaan tersebut. Knowledge loss dapat terjadi ketika seorang pekerja keluar dari perusahaan, baik karena alasan pension atau pindah ke perusahaan lain, sementara knowledge yang dimiliki pekerja tersebut belum ditransfer kepada memory perusahaan atau pekerja lainnya di dalam perusahaan. Knowledge loss dapat mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan, bahkan dapat mengakibatkan gangguan yang lebih serius jika perpindahan atau keluarnya pekerja tersebut diikuti dengan berpindahnya beberapa pelanggan ke perusahaan lain atau ke perusahaan dimana pekerja tersebut bergabung. d. Bidang inovasi dan pengembangan produk Salah satu produk dari KM adalah proses pembelajaran yang berimplikasi pada peningkatan kemampuan inovasi, yaitu dengan terciptanya knowledge baru. Inovasi yang dikombinasikan dengan kebutuhan pelanggan akan menjadi solusi atau produk yang efektif dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi pelanggan. Proses pengembangan produk merupakan proses yang bersifat kolaboratif dan lintas fungsi. Artinya, produk baru tidak dihasilkan oleh unit atau fungsi tertentu dalam perusahaan tetapi melibatkan berbagai unit untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan tidak sekedar baru tetapi juga harus laku dan dapat diproduksi dengan semestinya. Rancangan produk baru biasanya dihasilkan oleh unit riset dan pengembangan, kemudian unit marketing melakukan uji coba apakah rancangan produk tersebut dapat diterima pasr, kemudian baru dievaluasi bagaimana cara memproduksinya oleh unit rekayasa atau operasi (Davenport, 1998). KM dapat mengakselerasi proses pengembangan produk baru, karena KM sendiri mempromosikan dan menyediakan media untuk kolaborasi (Lumbantobing, 2011). 2.4. Proses-proses Knowledge Management Menurut Probst et al (2000), menyatakan bahwa terdapat enam proses KM, yaitu: 1. Knowledge Identification, proses yang dilakukan dalam menunjukkan lokasi-lokasi pengetahuan dan pemiliknya secara transparan kepada seluruh anggota organisasi. 2. Knowledge Acquisition, proses penyediaan knowledge, skill, expertis yang berasal dari luar organisasi 3. Knowledge Development, Proses yang dilakukan dalam membangun kepakaran dan kapabilitas baru yang belum dimiliki didalam maupun diluar. 4. Knowledge Sharing/Distribution, Proses yang dilakukan untuk menyebarkan knowledge dengan cara, waktu dan kepada orang yang tepat. 5. Knowledge Utilization, Proses yang dilakukan untuk mendorong dan memfasilitasi organisasi untuk memanfaatkan knowledge yang sudah dimiliki. 6. Knowledge Retention, Proses seleksi, penyimpanan dan pemutakhiran knowledge dan expertis agar dapat dimanfaatkan pada masa mendatang. Sedangkan menurut Tiwana (2000), proses KM terdapat hanya lima proses, yaitu: 1. Knowledge Creation and Capture, Penciptaan dan penangkapan pengetahuan melalui proses operasional. Explicit knowledge di-capture dalam bentuk dokumen yang dihasilkan oleh siklus operasional serta dari dokumen eksternal publikasi, situs web dan seminar. 2. Knowledge Sharing and Enrichment, Merupakan proses dimana knowledge yang sudah diperoleh dibagikan kepada peer group, kemudian knowledge tersebut didiskusikan, didebat dan direlevansikan sebelum akhirnya disimpan dan didistribusikan. 3. Information Storage and Retrieval, Proses yang dilakukan untuk memastikan bahwa knowledge yang diperoleh dapat diakses orang lain sesudah dikategorikan 4. Knowledge Dissemination, Proses diseminasi knowledge melalui publikasi, presentasi, situs web, perpustakaan dan learning centre. 2.5. Knowledge Sharing Menurut Davenport dan Prusak (1998), knowledge sharing digunakan dalam istilah lain yaitu knowledge transfer. Menurut mereka, kata transfer menggambarkan tingkat efektivitas pendistribusian pengetahuan yang lebih baik. Karena istilah transfer terdiri atas dua tindakan yaitu pengiriman (transmisi) pengetahuan kepada penerima dan penyerapan pengetahuan oleh penerimanya. Menurut pengertian ini, dengan menyediakan knowledge di portal yang dapat diakses semua anggota organusasi, belum dapat disebut sebagai knowledge transfer, karena belum tentu dibutuhkan, dipahami dan dimanfaatkan oleh orang yang mengakses pengetahuan tersebut. Menurut Raskov (2007), memberi pengertian berbeda dari istilah knowledge sharing dan knowledge transfer. Knowledge Sharing terjadi antar individu dalam suatu komunitas, dimana individu berinteraksi dan berbagi pengetahuan dengan individu lainnya melalui ruang maya atau tatap muka sehingga unit analisis dalam knowledge sharing adalah individu. Di sisi lain, knowledge transfer terjadi antar grup , antar unit bahkan antar organisasi atau perusahaan, dimana sebuah grup berinteraksi dengan grup lain dalam rangka membagi atau mentransfer pengetahuan. Oleh karena itu, untu analisi dalam knowledge transfer adalah tim atau unit/departemen. Menurut Lumbantobing (2011), knowledge sharing sudah mencakup pengertian knowledge transfer yang didefinisikan sebagai proses yang sistematis dalam mengirimkan, mendistribusikan dan mendiseminasikan pengetahuan dan konteks multidimensi dari seorang atau organisasi kepada orang atau organisasi lainnya yang membutuhkan melalui metoda dan media yang variatif. Dimana proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan atau eksploitasi knowledge esksisting dan untuk mendorong penciptaan pengetahuan baru sebagai hasil pembelajaran dan kombinasi dari berbagai pengetahuan yang berbeda. BAB III PEMBAHASAN 3.1. Analisis Perusahaan Faktor penentu keberhasilan (key success factor) merupakan faktor yang mutlak dimiliki oleh perusahaan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Faktor penentu keberhasilan PT RNI yaitu: 1. Customer Satisfaction Seluruh strategi dan kebijakan perusahaan pada dasarnya ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Kepuasan pelanggan dalam segala bentuk pelayanan terutama kecepatan dalam melakukan pembayaran klaim akan membentuk corporate image yang baik bagi perusahaan 2. Solvency Bagi perusahaan asuransi/reasuransi solvency merupakan syarat mutlak dalam melakukan usaha, karena tanpa tingkat solvency yang memadai perusahaan akan sulit menjalankan kegiatan operasionalnya 3. Efficiency Perusahaan harus selalu menjaga tingkat efisiensi yang wajar bagi seluruh kegiatannya, karena hanya dengan tingkat efisiensi yang tinggi perusahaan dapat terus berkembang dan mencapai sasaran yang ditetapkan secara efektif 4. Sumber Daya Manusia Tenaga kerja yang handal dan berkompetensi harus dimiliki sebanyak mungkin oleh perusahaan, hal ini sangat penting, karena keberadaannya akan sangat menunjang pencapaian sasaran perusahaan. 3.1.1 SWOT Perusahaan SWOT PT RNI diambil berdasarkan identifikasi oleh perusahaan terhadap setiap aspek lingkungan usaha, dimana dapat dilihat butir-butir peluang dan ancaman sebagai berikut: a. Peluang Pertumbuhan ekonomi semakin baik Potensi pertumbuhan pasar asuransi termasuk asuransi dengan sistem syariah cukup besar Dukungan peraturan perundang-undangan di bidang Asuransi, Otonomi Daerah, Jasa Kontruksi dan Peraturan Perundangan lain Meningkatnya kesadaran masyarakat proteksi asuransi b. Ancaman Kemungkinan merger/likuidasi beberapa perusahaan asuransi Berkurangnya bisnis dari beberapa perusahaan asuransi yang memiliki Bargaining Power Dampak AFTA dan APEC yang menimbulkan persaingan yang ketat Proteksi retro yang sulit dan mahal Kecenderungan adanya perang tarif dan persaingan yang tidak sehat Pada sisi kekuatan dan kelemahan, pihak perusahaan melakukan analisis kondisi internal dengan kesimpulan sebagai berikut: a. Kekuatan: Likuiditas dan solvabilitas perusahaan masih baik Team Work yang solid dan memiliki integritas dan loyalitas Dukungan teknologi informasi yang memadai Corporate image masih baik b. Kelemahan: Adanya SDM yang kontra produktif Pemasaran belum optimal Manajemen Resiko atas kelas-kelas bisnis tertentu masih lemah Pengawasan dan pengendalian internal belum optimal 3.2. Penerapan Sharing Knowledge Management PT RNI Penerapan Sharing Knowledge Management pada PT RNI dapat dilakukan dengan berbasis pada web karena dengan mempertimbangkan dukungan infrastruktur teknologi informasi yang ada dan dokumentasi dari prosedur serta perangkat pendukung kerja yang memadai. Pada rangka memutuskan untuk menggunakan KM berbasis web ini, PT RNI mengadakan focus group discussion (FGD) yang terdiri dari 4 orang peserta dari bagian Non Fire Divisi Underwriting Facultative dan Kepala SDM sebagai pendamping. FGD tesebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui beberapa hal yaitu: A. Kesiapan perusahaan khususnya divisi Fakultatif untuk menerapkan KM berbasis web tersebut B. Keahlian yang dibutuhkan dan sudah dimiliki untuk melaksanakan kerja C. Bagaimana budaya berdiskusi di perusahaan 3.2.1 Kemungkinan Penerapan KM berbasis web Para peserta yang hadir dalam FGD tersebut berpendapat bahwa KM berbasis web dapat diterapkan, mengingat bahwa dalam kesehariannya kegiatan KM sudah terlaksana walau masih terbatas ruang lingkupnya. Selebihnya peserta memberikan pandangan tentang kemungkinan hambatan yang muncul dari beberapa pihak. 3.2.2 Pelaksanaan kerja berdasarkan SOP menjadikan pegawai ahli dalam tugasnya Pelaksanaan kerja berdasarkan prosedur, seluruh peserta FGD memberikan respon yang sama. Bahwa dengan SOP seseorang dapat memahami pekerjaannya, namun membutuhkan waktu dan pengalaman untuk menjadi seorang ahli. SOP hanya berisi urutan prosedur untuk melaksanakan tugas. 3.2.3 Keahlian yang harus dimiliki untuk bekerja di Divisi Fakultatif Keahlian yang harus dimiliki agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik pada divisi fakultatif, terutama analisis risiko (underwriting), bahasa inggris dan pemahaman wording. Selebihnya merupakan keahlian-keahlian pendukung seperti penggunaan komputer dan komunikasi terutama saat melakukan bisnis dengan pihak cedant. 3.2.4 Pelaksanaan kegiatan diskusi Kegiatan diskusi pada Divisi Fakultatif terjadi hampir pada setiap kesempatan. Khususnya pada saat muncul permasalahan kerja yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan atau yang melibatkan bagian lainnya. Saat suatu diskusi tidak mendapatkan hasil maka ditindak lanjuti dengan bertanya atau mencari referensi pada atasan atau pihak-pihak yang dianggap kompeten. 3.3. Komponen Kritis Knowledge Management PT RNI Pada tabel 1 dapat dilihat secara lebeih jelas komponen-komponen kritis KM pada PT RNI. Komponen Informasi dan Knowledge Teknologi Budaya Tujuan Fokus Input bagi Knowlede 1. Ilmu asuransi yang Mangement sumber dan terbagi dalam 28 aliran knowledge cabang (12 induk cabang) 2. Knowledge dalam melakukan analisa (underwriting) Mekanisme untuk Memiliki web server penyimpanan dan dengan basis data komunikasi dari MySQL dan memiliki knowledge infrastruktur pendukung Struktur yang 1. Motivasi staff untuk memotivasi staff untuk saling membagi berbagi knowledge dan sudah cukup tinggi untuk mengintegrasikan dalam batasan antar knowledge yang ada anggota satu tim dengan pekerjaan 2. Ada beberapa mereka kecenderungan tidak amu berbagi karena alasan persaingan dan rasa tidak aman 3.4. Pemetaan SWOT PT RNI Pada tabel 2 dapat dilihat secara lebih jelas hasil dari analisis SWOT PT RNI dan pemetaannya. Kekuatan: Likuiditas dan solvabilitas perusahaan masih baik Team Work yang solid dan memiliki integritas dan loyalitas Dukungan teknologi informasi yang memadai Corporate image masih baik Peluang: Pengembangan Produk Pertumbuhan ekonomi produk sesuai kebutuhan semakin baik pasar Potensi dan pertumbuhan Masuk dalam pasar pasar asuransi termasuk asuransi syariah asuransi dengan Sistem Syariah cukup besar Dukungan peraturan perundang-undangan di bidang asuransi, otonomi daerah, jasa kontruksi dan peraturan perundangan lain Meningkatnya kesadaran masyarakan akan proteksi asuransi Ancaman: Peningkatan kerjasama Kemungkinan dengan cedant dalam merger/likuidasi rangka mempertahankan beberapa perusahaan pasar yang sudah ada asuransi Peningkatan kerjasama Berkurangnya bisnis dari yang saling beberapa perusahaan menguntungkan dengan asuransi yang memiliki reasuradur lokal Bargaining Power Dampak AFTA dan APEC yang menimbulkan persaingan yang ketat Proteksi retro yang sulit dan mahal Kecenderungan adanya perang tariff dan persaingan yang tidak sehat Kelemahan: Adanya SDM yang kontra produktif Pemasaran belum optimal Manajemen risiko atas kelas-kelas bisnis tertentu masih lemah Pengawasan dan pengendalian internal belum optimal Peningkatan kualitas/mutu SDM pada semua lini agar mampu memberi pelayanan terbaik sesuai bidang pekerjaan Peningkatan kualitas SDM dan infrastrukturnya untuk meningkatkan pendapatan produk sesuai dengan kebutuhan pasar Penerapan Knowledge Management untuk meningkatkan kapabilitas SDM dan perusahaan Peningkatan internal perusahaan untuk mengantisipasi masuknya pesaing dari luar Peningkatan struktur dan infrastruktur untuk memasuki pasar regional Berdasarkan hasil FGD dan pemetaan SWOT PT RNI, penerapan KM dapat dilaksanaan sebagai cara untuk meningkatkan kinerja PT RNI. Pemanfaatan KM dapat meningkatkan produksi SDM dengan membagi knowledge yang dibutuhkan karyawan. Meningkatkan pemasaran dengan mengkaji ulang knowledge yang dimiliki PT RNI untuk merencanakan strategi baru. BAB IV KESIMPULAN 4.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil yaitu sharing knowledge management perlu diperhatikan agar dapat meningkatkan produktivitas karyawan yang merupakan sebagai roda penggerak perusahaan. Pendistribusian atau pengiriman suatu knowledge antara karyawan dengan karyawan atau perusahaan dengan perusahaan lainnya perlu dilakukan untuk menciptakan suatu pengetahuan baru yang lebih disempurnakan dan lebih menimbulkan manfaat yang lebih banyak. Kendala yang dapat dihadapi oleh perusahaan dalam menumbuhkan budaya saling berbagi diantara karyawan dapat diatasi dengan melakukan halhal yang dapat menumbuhkan kepercayaan diantara karyawan akan manfaat dari knowledge sharing. Selanjutnya diberikan kesempatan-kesempatan melaksanakan tugas dan mempresentasikan hasil dari tugas yang karyawan selesaikan merupakan salah satu cara atau metode yang efektif dalam membagi pengetahuan antara pegawai dalam melakukan tugasnya. Perusahaan khususnya pihak manajemen harus memberikan masukan ataupun memberikan solusi untuk membantu karyawan tersebut yang mengalamu kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sehingga sharing knowledge dapat berjalan optimal dan berdampak pada peningkatan produktifitas karyawan yang akan berimbas kepada peningkatan keuntungan perusahaan. TINJAUAN PUSTAKA Buckman, R. H. 2004. Bulding a Knowledge-Driven Organization. Electronical Jurnal of Knowledge Management. Davenport, Thomas. 1998. Working Knowledge: HowOrganization Manage What They Know. Havard Business School Press. Boston Lumbantobing, Paul. 2011. Manajemen Knowledge Sharing Berbasis Komunitas. Knowledge Management Society Indonesia. Bandung Probst, G. 2000. Managing Knowledge:Bulding Blocks for Success. John Wiley&Sons. Chichester. Repsol YPF. 2007. Knowledge Management at Repsol YPF. Telkom Benchmark. Jakarta Siemens, A.G. 2000. Organization Knowledge Management in a Large Enterprise. APQC KM Benchmark. London. Stewart, Thomas A. 2001. The Wealth of Knowledge: Intelectual Capital and the Twenty-First Organization. Nicholas Brealey Publishing. London Takeuchi, H. 2004. The Knowledge-Creating Company. John Wiley&Sons. Singapura Tiwana, A. 2000. The Essential Guide to Knowledge Management. Prentice Hall PTR. New Jersey.