Uploaded by Inn Nule

Imunomodulator

advertisement
IMUNOMODULATOR
FARMASI A/VI
KELOMPOK 2
Helena A. Nggose
(164111009)
Hendriana Nule
(164111010)
Jeliati K. Mudji
(164111011)
Krisdayanti R. H. Lengari
(164111012)
Lucia Clarita L. Seran
(164111013)
Maria Paola Pade
(164111015)
Pengertian
Imunitas merupakan suatu reaksi dalam tubuh terhadap bahan asing
yang masuk ke dalam tubuh secara molekuler atau selular. Sel yang
terlibat dalam sistem imun dalam tubuh adalah sel T yang dihasilkan
oleh timus dan sel B yang dihasilkan di sumsum tulang belakang
(Sukmayadi, 2014).
Perkembangan dan aktivitas dari sel T dapat distimulasi dengan
cara penambahan suatu imunomodulator. Imunomodulator adalah
substansi yang dapat membantu memperbaiki fungsi sistem imun.
Secara klinis suatu imunomodulator digunakan pada pasien dengan
gangguan imunitas, antara lain pada kasus kanker, HIV/AIDS, malnutrisi,
alergi, dan lain-lain (Sukmayadi, 2014).
Imunomodulator berkaitan dengan peningkatan leukosit dalam tubuh.
Leukosit, Limfosit, Monosit
Leukosit berperan di dalam pertahanan seluler dan
humoral terhadap zat-zat asing. Manusia harus memproduksi
3,7x1011 leukosit tiap hari untuk mempertahankan ambang
tetap. Leukosit memiliki manfaat untuk mengurangi berbagai
peyebab infeksi, seperti virus dan bakteri (Sukmayadi, 2014).
Limfosit merupakan sel yang paling dominan dalam organ
dan jaringan sistem imun dan merupakan bagian sel darah
putih yang sangat banyak. Limfosit terdiri dari sel T dan sel B.
Limfosit di dalam tubuh berperan dalam sistem imun spesifik
seluler (sel T) untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup
intraseluler, virus, jamur, parasit-parasit, serta keganasan
(Sukmayadi, 2014).
Monosit salah satu jenis sel darah putih yang mana sel
ini berfungsi melawan beberapa jenis infeksi, menyingkirkan
sel dan jaringa rusak, serta meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap benda asing (Sukmayadi, 2014).
Apabila jumlah leukosit meningkat menunjukkan adanya peningkatan produksi sel
darah putih untuk melawan infeksi dan apabila jumlah leukosit menurun akan
menyebab tubuh mudah terserang penyakit (Sukmayadi, 2014).
Apabila jumlah limfosit dan monosit meningkat menandakan adanya masalah
dengan sistem kekebalan tubuh yaitu adanya infeksi virus seperti campak atau
gondok dan infeksi bakteri seperti tuberkulosis (Sukmayadi, 2014).
Sebalikanya apabila jumlah limfosit menurun maka kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi terganggu sehingga tubuh akan menjadi rentan terkena penyakit
kanker dan apabila jumlah monosit menurun bisa terjadi akibat adanya produksi
monosit yang kurang dari sumsum tulang seperti pada penyakit anemia aplastik
(Handayani, 2010).
Gejala: Demam, menggigil, sakit kepala dan badan pegal pegal, ada
juga diare yang terus menerus atau disertai darah, mual dan
muntah yang parah, sulit makan dan minum, sangat lemas, muncul
ruam pada kulit nyeri perut, batuk yang tak kunjung sembuh dan
sesak napas (Sukmayadi, 2014).
Penyebab:
• Kelainan bawaan yang menyebabkan menurunnya
fungsi sumsum tulang atau infeksi.
• Infeksi virus yang dapat mengganggu kerja
sumsum tulang atau infeksi yang cukup parah
hingga memengaruhi jumlah sel darah putih,
misalnya infeksi tuberkulosis dan HIV.
(Sukmayadi, 2014)
Penatalaksaan dengan Obat Sintetik
Obat sintesis yang biasa digunakan di dalam mengembalikan
ketidakseimbangan sistem imun seperti
• Obat golongan antiinflamasi nonsteroid (ketoprofen,
aspirin, ibuprofen, asam mefenamat, dan lain-lain)
• Obat-obat imunosupresan (azatioprin, klorambusi,
sitoksan, dan lain-lain)
• Obat-obatan untuk imunostimulan (isoprinosin, levamisol
arginin, dan lain-lain)
(Sukmayadi, 2014)
Obat-obat sintesis ini banyak mengakibatkan efek
yang tidak diinginkan, seperti
• Golongan antiinflamasi nonsteroid (pendarahan
mikroskopik saluran cerna, penurunan kadar
trombosit, depresi pernapasan, dan sebagainya)
• Imunostimulan (peningkatan kadar asam urat,
urtikaria, agranulositosis, dan lainlain)
• Imunosupresan (toksik terhadap hati, gangguan
saluran pencernaan, dan lainlain)
(Sukmayadi, 2014)
Aktivitas Imunomodulator Ekstrak Etanol Daun
Tempuyung (Sonchus arvensis Linn.)
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh aktivitas imunomodulator daun
tempuyung (Sonchus arvensis Linn.) terhadap peningkatan jumlah leukosit
dan komponennya.
Klasifikasi daun tempuyung
• Difisi
: Spermatophyta
• Subdifisi
: Angiospermae
• Kelas
: Dicotyledonae
• Ordo
: Asterales
• Suku/Family : Compositae
• Marga
: Sonchus
• Spesies
: Sonchus arvensis Linn
• Nama umum : Tempuyung
• Nama Daerah : Galibug, Jombang, J. Lalaking, Lempung, Lompnas,
Rayana.
(Winarto, 2004)
Zat Yang Terkandung dan Dosis
• Daun
tempuyung
(Sonchus
arvensis
Linn.)
mengandung flavonoid yang mempunyai efek
imunomodulator (Sukmayadi, 2014).
• Metode yang digunakan yaitu metode ekstrasi
dengan dosisnya yaitu: 100 mg/kgBB memilki
aktivitas imunomodulator ekstrak etanol daun
tempuyung terhadap peningkatan jumlah leukosit,
limfosit, monosit (Sukmayadi, 2014).
Pembahasan Jurnal
Imunomodulator
Daun Tempuyung (Sonchus arvensis Linn.)
Flavonoid (kaempferol)
Kaempferol yang terdapat dalam daun tempuyung (Sonchus arvensis Linn.)
dapat bekerja terhadap limfokin (Interferon γ) yang dihasilkan oleh sel T
sehingga akan merangsang sel-sel fagosit melakukan respon fagositosis serta
dapat memacu proliferasi limfosit, meningkatkan jumlah sel T.
(Sukmayadi, 2014)
• Ekstrak diberikan setiap hari sekali selama 2 (dua) minggu dan 1
(satu) minggu setelah diberikan Shigella dysenteriae secara per
oral.
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
bermakna antara aktivitas imunomodulator ekstrak etanol daun
tempuyung (Sonchus arvensis Linn.) pada dosis 100 mg/kgBB
terhadap peningkatan jumlah leukosit, limfosit, monosit.
• Mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri S.
dysenteriae yang digunakan untuk memicu peningkatan sistem
imun sehingga S. dysenteriae tidak dapat menyebabkan disentri
basiler pada hewan percobaan dengan pemberian ekstrak etanol
daun tempuyung (Sonchus arvensis Linn.).
• Disentri basiler merupakan penyakit yang ditandai dengan nyeri
perut hebat, diare yang sering dan sakit, dengan volume sedikit
disertai dengan adanya lender dan darah. Pada konsentrasi 60%
ekstrak daun tempuyung memiliki daya hambat yang paling tinggi
terhadap pertumbuhan dari bakteri S. dysenteriae.
Download