Perubahan Konsepsi Siswa pada Materi Stoikiometri dengan Menggunakan Conceptual Change Text (CCT) Robithotul Izza1, Wahyu Sopandi1, Asep Kadarohman1 1 Departemen Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia e-mail: [email protected] Penelitian “Perubahan Konsepsi Siswa pada Materi Stoikiometri dengan Menggunakan Conceptual Change Text (CCT)” dilatarbelakangi oleh masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep stoikiometri bahkan masih sering mengalami miskonsepsi. Salah satu pendekatan perubahan konsepsi yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya miskonsepsi adalah dengan bantuan Conceptual Change Text (CCT) sebagai sumber bacaan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan konsepsi siswa melalui kegiatan membaca CCT pada materi Stoikiomeri. Subjek penelitian terdiri dari 34 siswa kelas XI SMA yang telah mempelajari materi stoikiometri. Penelitian ini menggunakan metode pengembangan dan validasi yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap konstruksi dan validasi, tahap pengujian lapangan, serta tahap pengolahan data. Tahap pengujian lapangan terdiri dari pretest, kegiatan membaca CCT, dan posttest. Instrumen penelitian berupa lembar validitas CCT dan tes tertulis yang digunakan pada pretest dan posttest. Analisis data pada hasil validasi CCT menggunakan nilai rata-rata CVR (Content Validity Ratio) atau CVI (Content Validity Indeks). Analisis data hasil pretest dan posttest menggunakan perhitungan N-Gain dan pengkategorian jawaban siswa. Hasil validitas CCT pada aspek kesesuaian isi dengan indikator memperoleh nilai CVI = 1, aspek kesesuaian grafika, dengan CVI = 0,98, dan aspek kesesuaian karakteristik CCT, dengan CVI = 1. Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa pada pretest dan posttest diperoleh rata-rata nilai N-Gain siswa sebesar 0,74 dengan kategori tinggi yang menunjukkan bahwa terjadi perubahan konsepsi siswa menjadi lebih baik setelah membaca CCT. Hasil analisis pada butir soal miskonsepsi, menunjukkan peningkatan pemahaman konsep siswa sebesar 82,35 %, yang menunjukkan bahwa CCT dapat membantu mengurangi terjadinya miskonsepsi pada materi Stoikiometri. Kata Kunci: Conceptual Change Text (CCT), miskonsepsi, perubahan konsepsi, stoikiometri PENDAHULUAN Sains merupakan pelajaran penting karena memberikan banyak pengalaman untuk menjelaskan fenomena yang dekat dengan kehidupan sekaligus mencari solusi dari suatu permasalahan (Geban dan Bayir, 2000). Pfund dan Duin (2005) mengemukakan karakter kimia yang dianggap kompleks ini memunculkan banyak keresahan dari dalam diri siswa, bahkan ketika mereka baru mendengar kata “Kimia”. Banyaknya siswa yang menemukan kesulitan dalam mempelajari kimia merupakan salah satu masalah yang perlu dicari solusinya. Pembelajaran kimia yang meliputi level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik telah dikenal sebagai hubungan representasi kimia (Gilbert dan Treagust, 2009). Representasi kimia telah menjadi dasar bagi penelitian pendidikan kimia dan menjadi pusat dalam berbagai pengembangan kurikulum kimia (Talanquer, 2011). Keberadaan representasi kimia ini seharusnya juga menjadi landasan bagi pelaksanaan pembelajaran kimia. Namun, yang terjadi banyak peserta didik belajar kimia tidak meliputi tiga level representasi kimia dan sulit mencari hubungan antar level representasi kimia tersebut. Kesulitan dalam menghubungkan ketiga level representasi disebabkan pembelajaran yang dilakukan di sekolah tidak menghubungkan ketiga level representasi kimia, namun bergerak dari satu level ke level lain (Chandrasegaran, dkk. 2007; Talanquer, 2011). Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk membantu peserta didik memahami tiga level representasi kimia diantaranya menerapkan berbagai strategi pembelajaran seperti strategi pembelajaran berdasarkan perubahan konsepsi siswa (Krajcik, 1991). Conceptual Change Text (CCT) merupakan salah satu strategi perubahan konsepsi yang digunakan untuk mengubah konsepsi siswa. Conceptual Change Text (CCT) digunakan untuk mengurangi terjadinya miskonsepsi pada siswa (Guzzetti, dkk. 1993 ; Chambers dan Andre, 1997; Kim dan Van Dusen, 1998). Conceptual Change Text (CCT) dikembangkan sebagai buku teks kimia yang diharapkan dapat membantu dalam pembelajaran terutama dalam meningkatkan perubahan konsepsi siswa (Beerenwinkel, 2006, hlm. 97). Kegiatan membaca Conceptual Change Text (CCT) secara mandiri lebih membantu siswa dalam memahami suatu konsep sains daripada membaca non Conceptual Change Text (CCT) (Alvermann dan Hague, 1989; Guzzetti dkk., 1993; Mikkilä-Erdmann, 2001; Wang dan Andre, 1991). Pengembangan Conceptual Change Text (CCT) masih terbatas pada materi tertentu. Penelitian tentang penggunaan Conceptual Change Text (CCT) dalam proses pembelajaran telah diteliti oleh beberapa peneliti diantaranya Pinarbasi, dkk. (2006) pada materi larutan dan Ozmen (2007) pada materi kesetimbangan kimia menemukan bahwa pembelajaran berorientasi Conceptual Change Text (CCT) mampu meningkatkan hasil belajar pada peserta didik. Selain itu, Cetingul dan Geban 2011 menghasilkan temuan bahwa pembelajaran berorientasi Conceptual Change Text (CCT) dibantu dengan analogi mampu meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar pada materi asam-basa. Penelitian Beerenwinkel (2010) pada model partikel materi juga menunjukkan bahwa Conceptual Change Text (CCT) mampu meningkatkan pemahaman konsep. Penelitian Sendur dan Toprak (2013) menunjukkan bahwa Conceptual Change Text (CCT) efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi alkena. Ultay, dkk. (2015) telah melakukan penelitian pada materi kimia larutan dan menyimpulkan bahwa penggunaan Conceptual Change Text (CCT) dapat membantu mengurangi miskonsepsi pada materi larutan kimia. Aydin (2011), Ozkan (2012), dan Taslidere (2013) menghasilkan temuan bahwa pembelajaran berorientasi Conceptual Change Text (CCT) dibantu dengan konsep kartun mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa dan mengurangi terjadinya miskonsepsi. Konsep kartun telah dikembangkan oleh Brenda Keogh dan Stuart Naylor pada tahun 1992 untuk mengembangkan inovasi pembelajaran dan strategi pembelajaran pada pembelajaran konstruktivisme (Keogh dan Naylor,1999). Penggunaan konsep kartun dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan membuat siswa senang untuk belajar (Ozkan, 2012). Penggunaan konsep kartun dalam Conceptual Change Text (CCT) diharapkan dapat lebih membantu siswa untuk mengubah konsepsi menjadi lebih baik ketika membaca Conceptual Change Text (CCT). Schmidt (1994) menjelaskan bahwa Stoikiometri merupakan salah satu pokok materi kimia dengan konsep-konsep yang sangat penting. Konsep-konsep yang memperlihatkan level makroskopik dan submikroskopik serta simbolik dalam persamaan reaksi, dan membahas tentang penyelesaian perhitungan kimia. Miskonsepsi pada materi stoikiometri juga sering terjadi pada siswa, terutama dalam penentuan pereaksi pembatas. Banyak siswa yang masih berpendapat bahwa pereaksi pembatas adalah pereaksi dengan jumlah mol paling kecil atau pereaksi dengan koefisien paling kecil (Chandrasegaran, dkk. 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah Menghasilkan Conceptual Change Text (CCT) pada meteri stoikiometri yang telah tervalidasi dan mengetahui perubahan konsepsi siswa melalui kegiatan membaca Conceptual Change Text (CCT) pada materi Stoikiomeri. adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah : (1) Bagaimana validitas Conceptual Change Text (CCT) pada materi Stoikiometri ? dan (2) Bagaimana perubahan konsepsi siswa melalui kegiatan membaca Conceptual Change Text (CCT) pada materi Stoikiomeri ? METODOLOGI Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Development and Validation atau Pengembangan dan validasi menurut Adam dan Wieman (2010). Penelitian telah dilakukan di SMA Negeri 4 Kota Bandung. Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa SMA kelas XI MIA. Jumlah seluruh siswa yang mengikuti pretest dan posttest adalah 34 yang telah mempelajari materi Stoikiometri. Metode penelitian ini memiliki empat tahap yang harus dilakukan yaitu: 1. Tahap perencanaan, mengidentifikasi masalah penelitian; 2. Tahap konstruksi dan validasi, menyusun Conceptual Change Text (CCT) pada materi stoikiometri, menyusun instrumen penelitian, melakukan validasi terhadap Conceptual Change Text (CCT) dan melakukan revisi; 3. Tahap pengujian lapangan, pretest, kegiatan membaca Conceptual Change Text (CCT), dan posttest; 4. Tahap pengolahan data, mengolah data hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul. Siswa diberikan 26 butir soal terdiri dari 20 butir soal yang diturunkan dari indikator pembelajaran dan 6 butir soal yang memuat miskonsepsi pada materi Stoikiometri. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar validasi, tes tertulis untuk pretest dan posttest dan lembar angket. Lembar validasi berisikan kolom yang diisi oleh para ahli untuk menentukan apakah Conceptual Change Text (CCT) materi stoikiometri sudah layak atau masih perlu dilakukan revisi. Pengolahan data yang dilakukan untuk validasi Conceptual Change Text (CCT) menggunakan perhitungan nilai CVR (Content Validity Ratio atau Rasio Validitas Konten). Untuk mengetahui nilai CVR, digunakan persamaan Lawshe (1975) berikut : π ππ − 2 πΆππ = π 2 Keterangan: ππ : jumlah validator yang mengatakan valid π : jumlah validator Setelah mengidentifikasi sub pertanyaan pada lembar validasi dengan menggunakan CVR, kemudian CVI dihitung untuk menghitung keseluruhan jumlah sub pertanyaan. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang dijawab Ya. CVI = CVR Jumlah Item yang Divalidasi (Lawshe, 1975) Untuk mengetahui efektivitas peningkatan pemahaman siswa sebelum dan sesudah membaca Conceptual Change Text (CCT), maka dilakukan perhitungan N-Gain <g> pada jawaban siswa. N-Gain <g> diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (1998: 1). (ππππ πππ π‘ π‘ππ π‘−π πππ πππ π‘ππ π‘) N-Gain <g> = (ππππ ππππ ππππ−π πππ πππ π‘ππ π‘) Pada soal miskonsepsi digunakan pengkategorian untuk setiap jawaban siswa, Jawaban peserta didik dikategorikan menjadi Paham (P), Paham Sebagian (PS), Miskonsepsi (M) dan (T) Tidak Tahu, (Calik dan Ayas, 2005). Setelah itu dicari rata-rata pada setiap kriteria jawaban siswa. Rata-rata yang diperoleh digunakan untuk menentukan persentase masing-masing kriteria jawaban siswa. % jawaban = (π ππ‘π−πππ‘π ππ’πππβ πππ€ππππ) (ππ’πππβ π ππ π€π) π₯ 100 Hasil persentase yang didapatkan digunakan untuk menganalisis hasil temuan penelitian. Kriteria jawaban soal miskonsepsi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengkategorian jawaban siswa pada soal miskonsepsi Stoikiometri POSTTEST PRETEST Nomor soal P PS M T P PS M T P-P PS-P M-P T-P P-PS PS-PS M-PS T-PS P-M PS-M M-M T-M P-T PS-T M-T T-T HASIL DAN PEMBAHASAN Proses penyusunan Conceptual Change Text (CCT) didasarkan pada hasil validasi kesesuaian Indikator dengan KD. Indikator yang dirumuskan mengacu kepada Kompetensi Inti (KI) aspek pengetahuan dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013. KI dan KD yang digunakan mengacu pada silabus mata pelajaran Kimia SMA materi Stoikiometri. Indikator yang dirumuskan telah mendapatkan persetujuan dari tiga orang Guru Kimia dan dua orang Dosen. Penyusunan Conceptual Change Text (CCT) mengacu pada karakteristik yang harus dimiliki Conceptual Change Text (CCT). Karakteristik tersebut meliputi empat kondisi menurut Posner, dkk. (1982) yakni Dissatisfaction, Intelligble, Plausible, Fruitfull. Conceptual Change Text (CCT) yang disusun juga harus memuat tiga level representasi kimia. baik level makroskopik, submikroskopik ataupun level simbolik. Gambar 1. Contoh penyajian tiga level representasi kimia pada konsep Hukum Perbandingan Volume Kondisi dissatisfaction, dimana siswa dihadapkan pada fenomena yang tidak dapat dijelaskan dengan konsep yang dia miliki, sehingga siswa merasa tidak puas dengan konsep tersebut. Kondisi dissatisfaction dimunculkan dengan kalimat pertanyaan yang memuat miskonsepsi- miskonsepsi pada materi Stiokiometri. Digunakan konsep kartun pada Conceptual Change Text (CCT) yang memuat miskonsepsi dan konsep yang benar dalam percakapan. Penggunaan konsep kartun ini bertujuan agar ketika siswa membaca Conceptual Change Text (CCT), siswa mengalami konflik kognitif dan mendapat menentukan jawaban berdasarkan pilihan jawaban pada setiap pertanyaan miskonsepsi yang disajikan. Konsep kartun berisi dua atau lebih karakter tokoh kartun yang mendiskusikan permasalahan sains. Dalam diskusi yang dilakukan karakter tokoh kartun memuat miskonsepsi dan konsep yang benar dari suatu permasalahan (Ekici dan Aydin, 2007). Gambar 2. Contoh penyajian Kondisi dissatisfaction pada Conceptual Change Text (CCT) Kondisi intelligible disajikan dengan memberikan konsep yang sesuai terhadap miskonsepsi yang ada. Plausible muncul jika satu konsep relevan konsep lain yang telah ada. Sebagai contoh konsep Hukum kekekalan massa relavan dengan konsep reaksi kimia. Kondisi Intelligible, Plausible , dan Fruitfull disajikan dengan konsep yang sesuai dan menjawab setiap pertanyaan miskonsepsi yang disajikan dalam Conceptual Change Text (CCT). Gambar 3. Contoh penyajian Kondisi Intelligible, Plausible, dan Fruitfull pada Conceptual Change Text (CCT) Kualitas Conceptual Change Text (CCT) materi Stoikiometri didasarkan pada hasil pengolahan data dengan pendekatan kuantitatif menggunakan Content Validity Ratio (CVR) atau rasio validitas isi (Lawshe, 1975; Wilson, 2012). Hasil validasi Conceptual Change Text (CCT) materi Stoikiometri dengan validator 3 orang Dosen kimia dan tiga orang Guru kimia terdiri dari tiga hal, diantaranya : 1. Hasil validasi Conceptual Change Text (CCT) materi Stoikiometri terhadap aspek kesesuaian Indikator dengan isi, nilai CVI = 1; 2. Hasil validasi Conceptual Change Text (CCT) materi Stoikiometri terhadap kesesuaian grafika, nilai CVI = 0,98; 3. Hasil validasi Conceptual Change Text (CCT) materi Stoikiometri terhadap kesesuaian teks dengan karakteristik Conceptual Change Text (CCT), nilai CVI = 1. CVI dinyatakan valid jika nilai CVI lebih besar dari nilai kritis untuk enam validator dengan taraf signifikansi 95% (α = 0,05) yakni 0,672. Nilai CVI untuk ketiga aspek validasi di atas lebih besar dari nilai kritis 0,622, artinya Conceptual Change Text (CCT) materi Stoikiometri yang disusun secara umum dinyatakan valid. Setiap aspek validasi telah direvisi terlebih dahulu berdasarkan saran yang diberikan validator sebelum diujicobakan kepada siswa. Hasil uji statistik nilai N-Gain dituliskan dalam tabel 3. berikut. Tabel 2. Hasil Uji Rata-rata Nilai N-Gain siswa Jumlah siswa 34 Rata-rata Rata-rata skor skor Pretest Posttest 30,64 81,96 Gain N-Gain Keterangan 51,32 0,74 Tinggi Berdasarkan rata-rata nilai pretest dan posttest siswa, diperoleh nilai N-Gain sebesar 0,74 yang berarti terdapat peningkatan yang signifikan antara skor pretest dan posttest siswa. Temuan tersebut dapat disebabkan karena para siswa telah melakukan kegiatan membaca Conceptual Change Text (CCT) pada materi Stoikiometri, sehingga memberikan peningkatan pemahaman konsep yang lebih baik setelah melaksanakan posttest. Penyebab lain yang menyebabkan peningkatan hasil posttest siswa dapat disebabkan karena siswa telah lupa materi stoikiometri yang telah dipelajari saat kelas X semester dua. Kemudian setelah membaca Conceptual Change Text (CCT) pada materi Stoikiometri para siswa dapat mengingat kembali tentang materi Stoikiometri. Berikut disajikan indikator yang digunakan dalam soal pretest dan posttest. Tabel 3. Indikator pada setiap soal pretest dan posttest. Indikator 3.11.1 menjelaskan pengertian Hukum Lavoisier, Hukum Proust, Hukum Dalton, Hukum Gay Lussac, dan Hipotesis Avogadro. 3.11.2 Menerapkan Hukum Lavoisier, Hukum Proust, Hukum Dalton, Hukum Gay Lussac, dan Hipotesis Avogadro untuk menyelesaikan perhitungan kimia. No. Soal 1 2 3 4 5 No. Soal Indikator 6 7 8 9 3.11.3 Menjelaskan konsep massa atom realtif (Ar) dan massa molekul relatif (Mr). 3.11.4 Menentukan massa atom realtif (Ar) dan massa molekul relatif (Mr). 3.11.5 Menjelaskan konsep mol, pengertian massa molar dan volume molar gas pada keadaan STP dan non-STP. 3.11.6 Menerapkan konsep mol, pengertian massa molar, dan volume molar gas pada keadaan STP dan non-STP untuk menyelesaikan perhitungan kimia 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 3.11.7 Menentukan rumus molekul , rumus empiris, dan presentase Unsur dalam senyawa. 3.11.8 Menghitung kadar zat dalam campuran (persen massa, persen volume, Molaritas, Molalitas dan fraksi mol). 3.11.9 Menentukan rumus kimia senyawa Hidrat 3.11.10 Menentukan pereaksi pembatas dalam suatu persamaan reaksi. 20 Kemampuan siswa dalam memahami konsep pada setiap soal dapat berbeda, sehingga dilakukan analisis skor pretest dan posttest untuk setiap soal. Berikut disajikan hasil rata-rata skor pretest dan posttest pada Gambar 4 untuk mengetahui pemahaman konsep siswa untuk setiap soal. Persentase Rata-rata Skor Pemahaman Konsep 100,00 90,00 91,1889,2289,71 91,1889,22 86,7685,29 86,76 86,2788,2487,25 78,4379,41 78,43 77,21 79,41 Persentase 80,00 59,80 60,00 62,75 51,00 44,00 41,18 38,24 50,00 40,00 30,00 43,14 37,50 25,88 Pretest Postest 23,53 20,59 13,73 20,00 72,94 68,38 69,61 66,18 70,00 84,31 81,37 16,67 10,00 16,67 10,78 0,98 1,47 6,47 0,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nomor Soal Gambar 4. Grafik Persentase Rata-rata Skor Pemahaman Konsep untuk Setiap Soal Berdasarkan Gambar 4. rata-rata skor pemahaman konsep siswa pada setiap soal, skor posttest secara umum lebih tinggi dibandingkan skor pretest siswa. Rata-rata skor pretest paling tinggi terdapat pada soal nomor 9 yang masuk pada indikator menentukan massa atom relatif (π΄π ) dan massa molekul relatif (ππ ). Hal ini menunjukkan hampir seluruh siswa memiliki pengetahuan awal yang baik dalam penentuan massa atom relatif (π΄π ) dan massa molekul relatif (ππ ) dengan tepat. Sehingga kegiatan membaca Conceptual Change Text (CCT) pada materi Stoikiometri hanya memberikan sedikit pengaruh pada perubahan konsepsi siswa. Siswa seringkali mengalami kesulitan dalam memahami suatu pengetahuan tertentu, yang salah satu penyebabnya karena pengetahuan baru yang diterima tidak terjadi hubungan dengan pengetahuan sebelumnya, atau mungkin pengetahuan awal sebelumnya belum dimiliki. Dalam hal ini maka pengetahuan awal menjadi syarat utama dan menjadi sangat penting bagi siswa untuk dimiliki (Trianto, 2007, hlm.21). Sementara itu, persentase skor rata-rata pretest terendah ditunjukkan pada soal nomor 16 untuk soal menentukan fraksi mol zat dalam campuran, dan nomor 19 untuk soal menentukan rumus kimia senyawa hidrat. Temuan ini berarti bahwa konsep fraksi mol dan senyawa hidrat merupakan konsep yang sulit dan tidak bisa siswa kuasai hanya dengan membaca, sehingga guru perlu memberikan penjelasan lebih dalam pada konsep tersebut saat pembelajaran. Konsep fraksi mol dan senyawa hidrat termasuk konsep perhitungan kimia yang melibatkan kemampuan matematis siswa. Siswa dengan kemampuan matematis yang kurang, akan mengalami banyak kesulitan ketika mengerjakan soal perhitungan kimia (Kind, 2004). Soal miskonsepsi yang diberikan berjumlah enam soal uraian. Soal miskonsepsi yang disusun berdasarkan analisis miskonsepsi pada materi Stoikiometri pada jurnal-jurnal internasional dan berdasarkan pendapat guru kimia senior. Berikut ini beberapa miskonsepsi yang digunakan dalam penyusunan soal mikonsepsi materi Stoikiometri yang telah dirangkum berdasarkan analisis literatur dan pendapat beberapa ahli di bidang kimia. 1. Pada reaksi pembakaran, contoh pembakaran kayu. Siswa menyebutkan bahwa massa hasil reaksi (abu kayu) lebih sedikit daripada massa kayu sebelum dibakar dan hukum kekekalan massa tidak berlaku pada reaksi pembakaran ini. Peserta didik belum memahami bahwa reaksi pembakaran kayu membutuhkan oksigen dan produk yang dihasilkan selain abu kayu, yakni gas CO 2 dan gasgas lain (Sumber Guru Senior dan Dosen); 2. Standar massa atom menurut IUPAC adalah atom C-12. Masih banyak siswa yang miskonsepsi dengan standar massa atom menurut IUPAC. Ada yang mnyebutkan bahwa standar massa atom adalah mol, ada juga yang mnyebutkan standar massa atom adalah amu atau sma (Dahsah dan Coll, 2007); 3. Satu mol zat mengandung 6,02 x 1023 partikel, baik atom atau molekul. 6,02 x 1023 selanjutnya disebut dengan bilangan Avogadro. Siswa mengalami miskonsepsi saat mendapat pertanyaan tentang jumlah molekul air dalam satu mol Air. Siswa menjawab bahwa dalam satu mol air terdapat 6,02 x 1023 atom air. Beberapa siswa juga menyebutkan bahwa dalam satu mol air terdapat satu molekul air (Kind, 2004); 4. Kebanyakan siswa menganggap Massa molekul relatif (Mr) sama dengan massa molar (Mm) yang memiliki satuan g/mol. Dan sering menggunakan Massa molekul relatif (Mr) dalam penentuan mol zat (Dahsah dan Coll, 2007); 5. Sebagian siswa mengalami miskonsepsi bahwa setiap senyawa pasti memiliki rumus molekul dan rumus empiris yang berbeda. Padahal ada beberapa senyawa yang memiliki rumus molekul dan rumus empiris yang sama. Misalkan ammonia, memiliki rumus molekul dan rumus empiris NH3 (Nursiwin, 2014); 6. Siswa sering berpendapat bahwa Pereaksi pembatas adalah pereaksi dengan koefesien reaksi paling kecil, sebagian siswa yang lain berpendapat bahwa pereaksi pembatas adalah pereaksi dengan jumlah mol paling kecil tanpa melihat koefisien dalam persamaan reaksi (Chandrasegaran, dkk. 2009; Dahsah dan Coll, 2007; Gauchon dan Meheut, 2007). Pengolahan data hasil pretest dan posttest pada soal miskonsepsi dilakukan dengan memberi kategori pada jawaban siswa. Jawaban siswa dikelompokkan pada kategori paham (P), paham sebagian (PS), miskonsepsi (M), dan tidak tahu (T). Tabel 4. Persentase Pada Setiap Kategori Jawaban Soal Miskonsepsi Stoikiometri Kategori % Rata-rata P-P PS-P M-P T-P PS-PS M-PS T-PS PS-M T-M PS-T M-T T-T 0,98 6,37 4,90 51,43 2,45 2,94 14,71 0,49 4,41 1,47 0,49 7,35 Pada tabel 4. terlihat bahwa sebagian besar siswa memberikan jawaban pola T-P (TidaktahuPaham) dengan persentase 51,43 %. Hal ini memberikan makna bahwa pada soal miskonsepsi yang diberikan siswa masih tidak mengetahui jawaban soal dan mengosongkan jawaban. Siswa yang mengosongkan jawaban, dapat dikarenakan siswa tidak tahu jawaban atau siswa memang tidak mau menjawab soal. Untuk kategori Miskonsepsi-Paham hanya memiliki persentase 4,90 %, presentase kategori jawaban Miskonsepsi-Paham tidak terlalu tinggi karena dari rata-rata ketika pretest, siswa lebih banyak yang tidak menjawab soal atau mengosongkan jawaban. Dapat dimungkinkan bahwa siswa yang tidak menjawab soal mengalami miskonsepsi dan memilih untuk tidak menjawab soal karena takut salah. Berdasarkan tabel 4 peningkatan pemahaman siswa terhadap soal miskonsepsi yang telah diberikan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori. Tiga kategori tersebut adalah pemahaman meningkat, pemahaman tetap dan pemahaman menurun. Kategori-kategori tersebut didasarkan pada kategori jawaban siswa pada soal miskonsepsi. Persentase pada masing-masing kategori dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Persentase Peningkatan Pemahaman Siswa pada Soal Miskonsepsi Kategori Persentase (%) Meningkat 82,35 Tetap 3,92 Menurun 13,73 SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut : 1. Conceptual Change Text (CCT) materi Stoikiometri yang disusun dinyatakan valid. Hasil validasi aspek kesesuaian validitas isi dengan nilai CVI =1 , aspek kesesuaian grafika dengan nilai CVI = 0.98 dan kesesuaiannya dengan karakteristik Conceptual Change Text (CCT) dengan nilai CVI = 1. 2. Secara keseluruhan hasil pretest dan posttest siswa setelah membaca Conceptual Change Text (CCT) materi stoikiometri, menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Diperoleh rata-rata N-gain siswa sebesar 0,74 yang termasuk kategori tinggi. Conceptual Change Text (CCT) memberikan pengaruh positif terhadap perubahan konsepsi siswa. Sebanyak 82,35 % peserta didik mengalami peningkatan kualitas konsepsi setelah membaca Conceptual Change Text (CCT) materi Stoikiometri. REFERENSI Adams, W.K. dan Wieman,C.E. (2010). Development and validation of instruments to measure learning of expert-like thinking. Western Anatolia Journal of Educational Science, hlm. 557-566. Alvermann, D. E., dan Hague, S. A. (1989). Comprehension of counterintuitive science text: Effects of prior knowledge and text structure. Journal of Educational Research, 82(4), hlm. 197–202. Aydin, G., dan Balim, A. (2011). The activities based on conceptual change strategies prepared by science teacher candidates. International Journal of Current Research, 4 (11), hlm. 295-304. Beerenwinkel, A., Parchman,I., dan Grasel, C. (2010). Coceptual change text in chemistry teaching: a study on the particle model of matter. International Journal of Science and Mathematics Education, 9, hlm. 1235-1259. Beerenwinkel,A. (2006). Fostering conceptual change in chemistry classes using expository text. (Disertasi). University of Wuppertal. Calik, M. Dan Ayas, A. (2005). A cross-age study on the understanding of chemical solution and their component. International Education Journal, 6(1), hlm. 30-41. Cetingul, I. dan Geban, O. (2011). Using conceptual change texts with analogies for misconceptions in acid and bases. Hacette Universitesi Journal of Education, 41, hlm. 112-123. Chambers,S.K., dan Andre,T.(1997). Gender, prior knowledge, interst, and experience in electricity and conceptual change texts manipulation in learning about dirrect current. Journal of Research in Science Teaching, 34 (2), hlm.107-123. Chandrasegaran, A.L., Treagust,. D.F., dan Mocerino, M. (2007). The development of a two-tier multiple –choice diagnostic instrument for evaluating secondari school student’s ability to discribe and explain chemical reactions using multiple levels of representation. Chemistry education Research and Practice, 8 (3), hlm.293-307. Chandrasegaran, A.L., Panagiotaki, G., Nobes, G., dan Potton, A. (2009). Mental Models and other misconceptions in children’s understanding of the earth. Journal of Experimental Child Psychology, 104, hlm. 52-67. Dahsah, C. dan Coll, R.K. (2007). Thai grade 10 and 11 students’ understanding of stoichiometry and related concepts. International Journal of Science and Mathematics Education, 6, hlm. 573-600. Ekici, F dan Aydin, F. (2007). Using concept cartoons in diagnosing and overcoming misconception related to photosyntesis. International Journal of Enviromental and Science Education, 2, hlm.111124. Gauchon, L. dan Méheut, M. (2007). Learning about Stoichiometry: from students’ preconceptions to the concept of limiting reactant. Chemistry Education Research and Practice, 8 (4), hlm. 362-375. Geban, O dan Bayir, G. (2000). Effect of conceptual change approach on students’ understanding of chemical chamnge and conversation of matter. Hacette Universitesi Journal of Education, 19, hlm 79-84. Gilbert, J. K., dan Treagust, D. (2009). Introduction: macro, submicro and symbolic representations and the relationship between them: key models in chemistry education. Multiple Representations in Chemical Education, 4, hlm. 1-7. Guzzetti, B. J., Snyder, T. E., Glass, G. V. dan Gamas, W. S. (1993). Promoting conceptual change in science: A comparative meta-analysis of instructional interventions from reading education and science education. Reading Research Quarterly, 28 (2), hlm. 117–155. Keogh, B dan Naylor, S. (1999). Concept cartoons, teaching and learning in science: An evaluation. International Journal of Science Education, 21, hlm. 431-446. Kim, S. I., dan Van Dusen, L. M. (1998). The role of perior knowledge and elaboration in text comprehension and memory : a comparison of self generated elaboration and text-provided elaboration. The America Journal of Phychology, 111 (3), hlm. 353-378. Kind, V. (2004). Beyond appearances: students’ misconceptions about basic chemical ideas. School of Education : Durham University. Krajcik, J.S. (1991). Developing students' understanding of chemical concepts. In S.M. Glynn, R.H. Yeany, & B.K. Britton (Eds.), The psychology of learning science: International perspective on the psychological foundations of technology-based learning environments, hlm. 117 - 145. Lawshe, C.H. (1975). A quantitative approach to content validity. Personel Psychology. 28, hlm. 563575. Mikkilä-Erdmann, M. (2001). Improving conceptual change concerning photosynthesis through text design. Learning and Instruction, 11, hlm.241–257. Nursiwin. (2014). Menggali miskonsepsi siswa sma pada materi perhitungan kimia menggunakan certainity of response index. Pontianak. FKIP Universitas Tanjungpura. Ozkan, G. (2012). How effective is conceptual change approach in teaching physic.Journal of Education and Instructional Studie in the World, 24(2), hlm. 182-190. Ozmen, H. (2007). The effectiveness of conceptual change text in remediating high school students’ alternative conceptions concerning chemical equilibrium. Asia Pasific Education Review, 8 (3), hlm. 413-425. Pfund, K., dan Duin, A. (2005). Beyond Appearances: Students’ misconceptions about basic chemical ideas. Chemistry Education Research and Practice, 8 (3), hlm. 274-292. Pinarbasi, T., dkk. (2006). An investigation of effectiveness of conceptual change text-oriented instruction on students’ understanding of solution concepts. Research in Science Education. 36, hlm. 313-335. Posner, G.J. dkk. (1982). Accomodation of a scientific conception: toward a theory of conceptual change. Science Education, 60 (2), hlm. 211-227. Schmidt, H dan Jignéus, C. (1994). Students’ strategies in solving algorithmic stoichiometry problems. Chemistry Education Research and Practice, 4 (3), hlm 305-317. Sedur,G dan Toprak,M. (2013). The role of conceptual change texts to improve students’ understanding of alkenes. Chemistry Education Research and Practice, 14, hlm. 431-449. Talanquer, V. (2011). The many faces of the chemistry “triplet”. International Journal of Science Education, 33 (2), hlm. 179-195. Taslidere, E. (2013). Effect of Conceptual change oriented instruction on students’ conceptual understanding and decreasing their misconceptions in DC electric circuits. Scientific Research, 4 (4), hlm. 273-282. Trianto. (2007). Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka: Surabaya. Ultay, N., Durukan, U., dan Ultay, E. (2015). Evaluation of the effectiveness of conceptual change tesxts in the REACT strategy. Chemistry Education Research and Prectice, 16 (22), hlm. 22-38. Wang, T. dan Andre, T. (1991). Conceptual change text versus traditional and application questions versus no questions in learning about electricity. Contemporary Educational Psychology, 16, hlm. 103–116. Wilson, R. F. (2012). Measurement and evaluation in counceling and development. AACE.