TUGAS INDIVIDU ANALISIS NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR Nama : Ranti Purwasih NIM : 175503070 Kelas : IV KSB Dosen Pengampu : Ibu Dwi Artati S.E., M.Si. Sebagai salah satu negara berkembang yang kini masuk kedalam salah satu negara yang mengalami perkembangan ekonomi paling pesat dibanding negara berkembang lainnya, yang mana pertumbuhan ekonomi diperkirakan sekitar 5% pertahunnya (dilansir dari sekretaris kabinet republik Indonesia) Indonesia tentunya tidak dapat lepas dari kerjasama secara finansial dengan negara-negara lain. Apalagi dengan negara adidaya seperti AS (Amerika Serikat). Kaitannya dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar berdasarkan data yang saya dapatkan sebagai berikut : Dikutip dari Bank Indonesia (hingga minggu kedua) 14 Mei 2019 - Rp14.434 13 Mei 2019 - Rp14.362 10 Mei 2019 - Rp14.347 9 Mei 2019 - Rp14.338 8 Mei 2019 - Rp14.305 7 Mei 2019 - Rp14.309 Dalam Nilai tukar (kurs) rupiah melemah 19 poin atau 0,13 persen terhadap dolar AS pada Rabu (15/5/2019) pagi. Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak ke posisi Rp14.453 per dolar AS, dibandingkan hari sebelumnya Rp14.434 per dolar AS. Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (14/5/2019) sore melemah 11 poin atau 0,08 persen menjadi Rp14.434 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.423 per dolar AS. Analisis yang saya dapatkan dari berbagai sumber referensi baik dari situs pemerintah maupun jurnalis, alasan terbesar melemahnya rupiah terhadap dolar AS adalah dampak dari seiring memanasnya perang dagang yang mana Amerika Serikat dan Cina saling membalas dengan menaikkan tarif impor. Perang Dagang AS - Cina Dikutip dari Aljazeera, Cina mengumumkan kenaikan tarif barang AS itu pada Senin (13/5/2019), yang mencapai 60 miliar dolar AS. Tarif masuk barang AS itu akan dikenakan pada 5.140 produk Washington."Penyesuaian pada tarif tambahan merupakan respons Cina terhadap unilateralisme dan proteksionisme AS," kata kementerian Cina. Sebelumnya, Associated Press melaporkan administrasi Trump menaikkan tarif terhadap barang-barang Cina yang masuk ke AS, dari 10 persen menjadi 25 persen, atau senilai 200 miliar dolar AS. AS menuduh Cina mengingkari komitmen yang telah dibuat di awal negosiasi. Kenaikan tarif hingga 25 persen terhadap produk Cina yang masuk ke As ini rencana akan dilanjutkan sampai ada perubahan. Kesimpulan yang saya dapatkan, bahwa Indonesia adalah negara yang masih bergantung pada barang impor sebagian bahan baku (meskipun lebih berkurang dari sebelumnya) sehingga tidak dapat terhindar dari pasar global antara Amerika Serikat dan Cina. Yang mana "perang dingin" keduannya dalam perdagangan internasional pasti sangat mempengaruhi harga barang yang juga berkaitan erat dengan kurs atau nilai tukar rupiah terhadap uang internasional atau dollar.