MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) Oleh JUMRAH F2191181009 Program Studi : Magister Pendidikan Ekonomi Mata Kuliah : Pengembangan Pengajaran Pendidikan ekonomi Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Junaidin, M.,Pd JURUSAN PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2019 1 MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING 1. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial Trianto (2010:51). Menurut Joyce & Weil dalam (Rusman, 2011:133) berpendapat bahwa “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran di kelas atau yang lain”. Sedangkan menurut Hamiyah & Jauhar (2014:57) mengatakan bahwa: “Model pembelajaran merupakan cara/teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran”. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan model pembelajaran adalah konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan mereka. b. Fungsi Model Pembelajaran Adapun fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan guru dalam melaksanakan pembelajaran Trianto (2010:53). Seperti yang dikemukakan oleh Joyce dan Weil (1992:4) dalam (Trianto, 2010:53) menyatakan bahwa: “Model pembelajaran adalah suatu pola yang dipergunakan sebagai dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran seperti bukubuku, film, komputer dan lain-lain”. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan fungsi dari model pembelajaran adalah kerangka 2 konseptual atau perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dimana setiap guru diharapkan mampu menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan mencari perangkat-perangkat pembelajaran yang lebih kreatif dalam menyampaian materi di kelas. 2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pengertian Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Model pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) adalah rangkaian belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. pembelajaran Ada berbasis beberapa sosial istilah yaitu untuk menyebutkan Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) dan pembelajaran kolaboratif (Suprijono, 2009:54). Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Sedangkan menurut Amri & Ahmadi (2010:90) mengatakan bahwa: “Model pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur”. Berbeda Pendapat dengan Anita Lie (1998:27) dalam (Amri & Ahmadi, 2010:90-91) menjelaskan bahwa “Model pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan”. Berdasarkan definisi yang disampaikan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam 3 kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi yang tinggi, sedang, rendah, perempuan, laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota kelompok mendapatkan nilai maksimal. b. Tujuan Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Tujuan Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetesi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain Amri & Ahmadi (2010:93). Tujuan pembelajaran dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, dalam Suryati 2008:7). Sedangkan menurut Ibrahim dan Mulyasa dalam (Husamah, 2013:106) tujuan Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) adalah sebagai berikut yaitu: 1) Hasil akademik Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) bertujuan mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik yakni meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan normal yang berhubungan dengan hasil belajar. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah siswa dapat menerima secara luas dari orang yang berbeda berdasarkan ras budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidak mampuannya. 3) Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. 4 Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat dapat disimpulkan tujuan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan untuk mencapai motivasi siswa dan hasilnya berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keberagaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar dalam pembelajaran pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward (penghargaan). c. Unsur-Unsur Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Pengajaran harus dirancang secara berhati-hati sehingga setiap partisipan yang terlibat dalam proyek perngajaran dengan mengambil peranan yang berbeda mendapatkan keuntungan bersama. Adapun unsur-unsur dalam pembelajaran Kooperatif menurut Roger dan David Johnson dalam (Lie, 2002:31) mengatakan bahwa: “Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif)”. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan. 1) Saling ketergantungan Positif 2) Tanggung jawab perseorangan 3) Tatap muka 4) Komunikasi antara anggota 5) Evaluasi proses kelompok Sependapat dengan Bennet dalam (Husamah, 2013:109) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) dengan kerja kelompok antara lain: 1) Positive Independence (saling ketergantungan positif) yaitu hubungan timbal balik didasarinya dalam kepentingan yang sama 2) Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan) yaitu mengenal materi pelajaran dalam anggota kelompok. Sehingga 5 siswa termotivasi untuk membantu temannya membutuhkan keluwesan 3) Face to Face Promotive Interaction (interaksi promotif) yaitu interaksi yang langsung terjadi antara siswa tanpa adanya perantara 4) Interpersonal Skiil (komunikasi antar anggota ) yaitu menciptakan hubunggan antar pribadi, memgembangkan kemampuan kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif 5) Group Processing (pemprosesan kelompok) yaitu meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah. Sedangkan Unsur-unsur dasar dalam Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) menurut Lungdren (1994) dalam Isjoni (2010:13) sebagai berikut : 1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam dan berenang bersama.” 2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. 4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok. 5) Para siswa diberikn satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar. 7) Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Berdasarkan pendapat beberapa para ahli di atas, maka dapat disimpulkan unsur-unsur adalah dapat bekerjasama (saling menghargai 6 satu sama lainya), bertanggung jawab bersama, tujuan sama, terdapat pemimpin, dan bertanggung jawab individual. d. Ciri-Ciri Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Dalam pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) memiliki ciri-ciri dalam pembelajaran yang sistematis yang akan meningkatkan keberhasilan. Oleh karena itu dalam pembelajarannya di perlukan ciri-ciri dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif). Berikut ini ciri-ciri Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) yang dikemukakan oleh para ahli. Setiap model pembelajaran memiliki ciri-ciri dari model pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) menurut Hamdani (2013:31). Adapun beberapa ciri-ciri pembelajaran Kooperatif adalah sebagai berikut: 1) Setiap anggota memiliki peran 2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa. 3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya. 4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok 5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif didalam kelas, guru harus memperhatikan ciri-ciri yang terdapat didalam Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif). Hal ini sangat penting karena jika guru mengabaikan ciri-ciri tersebut, maka tujuan pembelajaran kooperatif tidak akan tercapai. Ciri-ciri dalam pembelajaran kooperatif sebagai 7 rambu-rambu bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif). e. Langkah-Langkah Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif diperlukan rencana pembelajaran yang sistematis yang dirancang oleh guru sebelum mengajar karena perencanaan ini akan meningkatkan keberhasilan siswa dalam model pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif). Berikut ini langkah-langkah dalam pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) yang dikemukan oleh para ahli. Menurut Suprijono (2009:65) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase yaitu: 8 Table 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif FASE-FASE PERILAKU GURU Fase 1: Present goals and set Menjelaskan tujuan dan Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik siap mempersiapkan peserta didik. belajar. Fase 2: Present Information Mempersentasikan Menyajikan Informasi kepada peserta didik secara verbal informasi Fase 3: Organize Students into Memberikan penjelasan kepada learning teams peserta didik tentang tata cara Menggorganisir peserta didik ke pembentukan dalam tim-tim belajar tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien Fase 4: Assist team work and Membantu tim-tim belajar selam study peserta didik mengerjakan tugas Membantu kerja tim dan belajar Fase 5: Test on the meterials Menguji pengetahuan peserta didik Mengevaluasi mengenai berbagai pembelajaran atau materi kelompok- kelompok mempersentasikan hasil kerjanya. Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan Mempersiapkan atau mengakui penghargaan cara untuk mudah dan prestasi individu maupun kelompok. Sumber: Agus Suprijono (2009:65) 9 Sedangkan menurut Shoimin (2016:47) secara lebih rinci langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) dapat dilakukan dengan cara berikut: 1) Pada awal pembelajaran, guru mendorong peserta didik untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka terhadap subyek yang akan dipelajari 2) Guru mengatur peserta didik ke dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 peserta didik 3) Guru membiarkan peserta didik memilih topik untuk kelompok mereka 4) Tiap kelompok membagi topiknya untuk membuat pembagian tugas diantara anggota kelompok. Anggota kelompok mereka menjadi kelompok didorong untuk saling berbagi referensi dan bahan pelajaran. Tiap topik kecil harus memberikan kontribusi yang unik bagi usaha kelompok. 5) Setelah para peserta didik membagi kelompok kecil, mereka akan bekerja secara individual. Mereka akan bertanggung jawab terhadap topic kecil masing-masing karena keberhasilan kelompok bergantung pada mereka. Persiapan topik kecil dapat dilakukan dengan mengumpulkan referensi-referensi yang terkait. 6) Setelah peserta didik menyelesaikan kerja individual, mereka mempersentasikan topik kecil kepada teman satu kelompoknya. 7) Para peserta didik didorong untuk memadukan semua topik kecil dalam presentasi kelompok 8) Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya pada topik kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab terhadap presentasi kelompok 9) Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat presentasi kelompok dievaluasi oleh kelas, kontribusi individual terhadap kelompok dievaluasikan oleh teman satu kelompok, presentasi kelompok dievaluasikan oleh semua peserta didik. 10 Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka langkahlangkah pembelajaran kooperatif dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Guru merancang program pembelajaran dan menentukan target pembelajaran 2) Guru menetapkan topik dan menjelaskan aturan main 3) Guru membagi kelompok dan ketua kelompok 4) Guru memandu berjalannya diskusi kelompok 5) Setelah itu siswa dalam kelompok mendiskusikan topik yang telah diberikan oleh guru 6) Ketua kelompok mencatat hasil diskusi 7) Guru meminta pendapat pada setiap kelompok 8) Guru mengobservasikan kinerja siswa dalam masing-masing kelompok 9) Guru meminta hasil laporan diskusi f. Peran Guru dalam Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda dari pembelajaran yang bersifat tradisional. Menurut Isjoni (2010:62) meyatakan bahwa: “Peran guru dalam pelaksananaan Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator”. Sependapat dengan peryataan para ahli diatas. Menurut Husamah (2013:114-115) mengatakan bahwa guru dalam pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) mempunyai beberapa peran untuk melakukannya antara lain: 1) Sebagai Fasilitator Peran guru sebagai fasilitator harus mempunyai beberapa sikap sebagai berikut: 11 a) Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan b) Membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan dan pembicaraan. c) Membanu kegiatan dan menyiapkan sumber atau alat. d) Membina siswa agar setiap siswa, setiap orang menjadi sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya. e) Menjelaskan tujuan kegiatan pada keluarga dan mengatur jalannya dalam bertukar pendapat f) Menjelaskan tujuan kegiatan pada keluarga dan mengatur jalannya dalam bertukar pendapat. 2) Sebagai Mediator Guru berperan untuk menjembatani atau mengaitkan materi pelajaran yang sedang dibahas melalui Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) dengan permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan. 3) Sebagai Director Guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tetapi tidak memberikan jawaban. 4) Sebagai Evaluator Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Demikianlah berbagai peran guru dalam kegiatan pembelajaran kooperatif. Pada hakekatnya, beberapa tugas dan peran guru di atas telah dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran konvensional, hanya saja guru belum menggabungkan keseluruhan perannya dengan sungguh-sungguh agar tercipta suasana belajar yang efektif, siswa yang aktif dan hasil belajar yang ingin dicapai. 12 Berbagai peran guru yang telah disebutkan menunjukan bahwa diperlukan keterampilan dasar guru dalam mengajar serta kreatifitas guru dalam memberikan pembelajaran terhadap peserta didik sehingga pembelajaran tidak berjalan secara menonton, namun penuh dengan aktifitas dan proses belajar juga berjalan secara maksimal dan menghasilkan siswa-siswi yang aktif dan kreatif. Oleh karena itu persiapan dan keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif harus terencana dengan baik. g. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) 1) Kelebihan Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Setiap model pembelajaran juga memiliki kelebihan dari model pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) menurut Shoimin (2016:48) adalah sebagai berikut: a) Meningkatkan harga diri tiap individu b) Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar sehingga konflik antar pribadi berkurang c) Sikap apatis berkurang d) Pemahaman yang lebih mendalam dan retensil atau penyimpanan lebih lama e) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi f) Cooperative Learning mencegah keagresifan (pembelajaran dalam sistem kooperatif) kompetisi dapat dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengerbonan aspek kognitif g) Meningkatkan kamajuan belajar (pencapaian akademik). h) Meningkatkan kehadiran peserta dan sikap yang lebih positif i) Menambah motivasi dan percaya diri j) Menambah rasa senang berada di tempat belajar serta menyenangi teman-teman sekelasnya 13 k) Mudah diterapkan dan tidak mahal 2) Kekurangan Pembelajaran Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Setiap model pembelajaran juga memiliki kekurangan dari model pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) menurut Shoimin (2016:48) adalah sebagai berikut: a) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Banyak peserta tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. b) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok c) Banyak peserta tajut bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut 3. Tipe Student Facilitator And Explaining (Fasilitator Siswa Dan Menjelaskan) a. Pengertian Tipe Student Facilitator And Explaining (Fasilitator Siswa Dan Menjelaskan) Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) merupakan rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara secara terbuka, memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa Huda (2013:228). Menurut Kurniasih & Sani (2015:79) mengatakan bahwa: “Model pembelajaran Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk dapat mempresentasikan ide atau gagasan mereka pada teman-temannya”. Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. 14 Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya. Sedangkan menurut Shoimin (2016:183-184) mengatakan bahwa “Model pembelajaran Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi”. Penerapan model pembelajaran harus bisa memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang memengaruhi keaktifan belajar peserta didik, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan, dan rasa senang. Oleh sebab itu, sangat cocok dipilih guru untuk digunakan karena mendorong peserta didik menguasai beberapa keterampilan di antaranya berbicara, menyimak, dan pemahaman pada materi. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) adalah model pembelajaran yang melatih siswa berbicara menyampaikan pendapatnya. Siswa saling berinteraksi tanpa rasa canggung untuk mendiskusikan materi yang belum mengerti, sehingga siswa lebih mengerti materi yang dijelaskan oleh temannya. Sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa pada mata pelajaran tersebut. b. Langkah-langkah Tipe Student Facilitator And Explaining (Fasilitator Siswa Dan Menjelaskan) Adapun langkah-langkah dalam tipe Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) menurut Suprijono (2009:128) dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 15 2) Guru mendemonstrasikan / menyajikan materi. 3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainya misalnya melalui bagan/ peta konsep 4) Guru menyimpulkan ide/ pendapat dari siswa 5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu. 6) Penutup Menurut Shoimin (2016:184) langkah-langkah dalam tipe Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan materi dan kompetensi yang ingin dicapai 2) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran 3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran 4) Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa 5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat ini 6) Penutup Kemudian lebih dipersingkat menurut Ngalimun (2012:175) langkah-langkah dalam tipe Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) yaitu: 1) Informasi kompetensi 2) Sajian materi 3) Siswa mengembangkannya dan menjelaskannya lagi ke siswa lainnya 4) Kesimpulan dan evaluasi 5) Refleksi 16 Sedangkan teknis/ langkah-langkah dalam tipe Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) menurut Kurniasih & Sani (2015:80) adalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut 2) Guru menerangkan atau menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran 3) Kemudian memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep, dan proses ini bisa dilakukan secara bergiliran 4) Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa 5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan sebagai kesimpulan, dan kemudian menutup pelajaran seperti proses yang seharusnya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) adalah dapat menjadikan siswa sebagai fasilitator dan diajak berpikir secara kreatif sehingga menghasilkan pertukaran informasi dan melibatkan aktifitas pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian bahwa model pembelajaran Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) tersebut dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa. c. Kelebihan dan Kekurangan Tipe Student Facilitator And Explaining (Fasilitator Siswa Dan Menjelaskan) 1) Kelebihan Tipe Student Facilitator And Explaining (Fasilitator Siswa Dan Menjelaskan) Setiap model pembelajaran memiliki suatu kelebihan. Adapun kelebihan dari tipe Student Facilitator And Explaining 17 (fasilitator siswa dan menjelaskan) menurut Huda (2013:228) adalah sebagai berikut : a) Membuat materi yang disampaikan lebih jelas dan konkret b) Meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran dilakukan dengan demonstrasi. c) Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi kesempatan untuk mengulangi penjelasan guru yang telah didengar. d) Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar e) Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan Sedangkan kelebihan dari tipe Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) menurut Kurniasih & Sani ( 2015:79) adalah sebagai berikut: a) Siswa diajak untuk dapat menerangkan materi pelajaran kepada siswa lain b) Siswa bisa belajar mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan kelebihan dari tipe Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) yaitu: a) Dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berpikir kritis siswa secara optimal b) Melatih siswa aktif, kreatif dalam menghadapi setiap permasalahan c) Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain. d) Mendorong tumbuhnya keberanian siswa dalam mengutarakan pendapat siswa secara terbuka 18 e) Melatih siswa untuk selalu dapat mandiri dalam menghadapi setiap masalah f) Melatih kepemimpinan siswa g) Memperluas wawasan mereka melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat dan pengalaman antar mereka. 2) Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Student Facilitator And Explaining (Fasilitator Siswa Dan Menjelaskan) Setiap model pembelajaran juga memiliki kekurangan. Adapun kekurangan dari Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) menurut Huda (2013:228) adalah sebagai berikut: a) Siswa pemalu sering kali sulit untuk mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh guru. b) Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya ( menjelaskan kembali kepada teman-temannya karena keterbatasan waktu pembelajaran). c) Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil. d) Tidak mudah bagi siswa membuat peta konsep atau menerangkan materi ajar secara ringkas. Menurut Kurniasih & Sani (2015:80) mengatakan bahwa “Kekurangan dari model pembelajaran Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) adalah adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil dan banyak siswa yang kurang aktif”. Sedangkan menurut Shoimin (2016:185) mengatakan bahwa: a) Siswa yang malu tidak mau mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh gurunya kepadanya atau banyak siswa yang kurang aktif 19 b) Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya atau menjelaskan kembali kepada temantemannya karena keterbatasan waktu pembelajaran c) Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil d) Tidak mudah lagi siswa untuk membuat peta konsep atau menerangkan materi ajar secara ringkas Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan kekurangan tipe Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) yaitu adalah siswa sebagian ada yang aktif maupun pasif dalam mengerjakan tugas, peserta didik yang malas mungkin akan menyerah dengan tugas yang diberikan dan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) memerlukan persiapan yang rumit dibandingkan dengan model lain misalnya metode ceramah. A. Pengertian model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining, Adalah model pembelajaran dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lain. Melalui model pembelajaran ini, memberikan kebebasan pada siswa untuk menuangkan ide, gagasan, pendapat tentang suatu permasalahan yang berhubungan dengan pemahaman konsep mau pun penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006). (http://remenmaos.blogspot.com/2011/08/contoh-proposal-ptk-sejarahsmp.html) Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu 20 dengan cara efektif dan efisien ( Muhaimin, 1991:131). Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai sesuatu untuk melaksanakan suatu strategi digunakan seperangkat metode pengajaran tertentu.Dalam pengertian demikian maka metode pembelajaran menjadi salah satu unsurdalam strategi belajar mengajar unsur seperti sumber belajar, kemampuan gurudan siswa, media pendidikan, materi pengajaran, organisasi adalah: waktu yangtersedia kondisi kelas dan lingkungan merupakan unsur-unsur yang mendukungstrategi belajar-mengajar. Ada beberapa komponen dalam strategi pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah: a. Tujuan pengajaran, tujuan pengajaran merupakan acuan yangdipertimbangkan untuk memilih strategi belajar mengajar b. Guru, masing-masing guru berbeda dalam pengalaman, pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup dan wawasan. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan dalam pemilihan strategi belajar mengajar yang digunakan dalam program pengajaran. c. Pesertadidik, dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, hal ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun strategi belajar mengajar yang tepat. d. Materi pelajaran, materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal (isipelajaran dalam buku teks resmi/buku paket disekolah) dan materi informal (bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah). e. Metode pengajaran, ada berbagai metode pengajaran yang perludi pertimbangkan dalam strategi belajar mengajar. 21 f. Media pengajaran. Sebagaimana disebutkan bahwa banyak sekali strategi baru dalam pembelajaran. Dari berbagai strategi baru dalam pembelajaran tersebut, sebenarnya bias digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan matematika. Hal ini sebagai upaya pengembangan dari metode-metode lama yang kadang dianggap kurang banyak melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran tersebut adalah strategi Student Facilitator And Explaining. Strategi ini merupakan strategi dalam model Cooperatif learning, yaitu suatu proses pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan pesertadidik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara atau strategi secara aktif. Strategi Pembelajaran Student Facilitator And Explaining adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dengan maksud meminta peserta didik untuk berperan menjadi narasumber terhadap semua temannya di kelas belajar. Strategi ini merupakan sebuah strategi yang mudah, guna memperoleh keaktifan kelas secara keseluruhan dan tanggung jawab secara individu. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar/penjelas materi dan seorang yang menfasilitasi proses pembelajaran” terhadap peserta didik lain. Dengan strategi ini, peserta didik yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif. Dengan memahami beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa strategi pembelajaran adalah siasat guru dalam mengefektifkan, mengefiensikan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran. B. Prinsip Student Facilitator And Explaining 22 Menurut Yatim Riyanto (2010:61 ) Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (murid sebagai fasilitas dan penjelas) merupakan pembelajaran dengan maksud siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara dan menyampaikan ide, gagasan atau pendapatnya sendiri. Teknik pembelajaran ini memotivasi semua siswa untuk aktif dan member kesempatan pada siswa untuk mengajar temannya dan mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang sama, serta dapat membuat pertanyaan dan mengemukakan pendapat Model Student Facilitator and Explaining (bermain peran) dilakukan dengan cara penguasaan siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankan sebagai tokoh baik pada benda hidup atau benda mati.Model ini dapat dilakukan secara individu atupun secara kelompok.Oleh karenanya, model ini dapat meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan dan rasa senang dalam belajar siswa. Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah lebih kepada kemandirian dan berpiki rsiswa. Elemen yang dimunculkan dalam kegiatan ini adalah kerja individu, kemampuan berbicara dan mendengarkan. Karena pada dasarnya pembelajaran aktif adalah untuk mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya. C. Langkah-langkah Student Facilitator And Explaining Langkah-langkah Student Facilitator and Explaining menurut Yatim Riyanto ( 2010 : 279 ) adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi 3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya 23 4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa 5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu D. Kelebihan dan Kekurangan Student Facilitator And Explaining Setiap metode atau model pembelajaran tentunya sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Adapun kelebihan dan kekurangan model Student Facilitator and Explaining adalah : a. Kelebihan 1. Ajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut. 2. Dapat meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Karena siswa dituntut menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikan pada pertemuan selanjutnya. 3. Dapat memperbaiki kehadiran, karena tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan melibatkan siswa secara aktif. Oleh sebab itu, bagi siswa yang sekali tidak hadir akan dalam pertemuan ditekan untuk hadir pada pertemuan berikutnya terkait dengan tugas yang telah ia terima sebelumnya 4. Dapat memotivasi siswa untuk selalu meningkatkan volume belajarnya. 5. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar dalam kelas. 6. Para siswa dapat menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain. Sehingga pemahaman materi pembelajaran lebih dipahami hal ini dapat terlihat banyaknya siswa yang akan mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan dengan pasangannya. 24 7. Guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berfikir dan berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, disamping dapat dengan seksama mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan yang lebih detil. Dari kelebihan model Student Facilitator and Explaining dapat disimpulkan bahwa pada tahap akhir guru hanya sebagai fasilitator serta daya serap pembelajaran yang diterima siswa lebih banyak dan cepat, dibandingkan dengan metode lain, karena pada metode yang lain siswa yang aktif dalam kelas hanya siswa tertentu atau pada siswa yang rajin saja, sedangkan siswa yang lain hanyalah ”pendengar” pada materi yang disampaikan guru. b. Kekurangan Sedangkan kekurangandari Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah : 1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil 2. Banyak siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran ini. 3. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktifitas. 4. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas. 5. Peralihan dari secara klasikal ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran. Oleh karena itu, guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan waktu tang tersedia. 6. siswa yang pasif dapat mengganggu teman-temannya, atau siswa yang seharusnya menyelesaikan soal dengan cara berdiskusi bersama kelompoknya kadang dimanfaatkan untuk berbicara diluar materi pelajaran. 7. Siswa yang kurang aktif sering menggantungkan kepada teman yang aktif. 25 8. Kelas yang jumlah siswanya banyak dapat berpengaruh pada saat pelaksanaan pembelajaran 9. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada pembentukan kelompok. Hal ini memperlambat pada proses pelaksanaan. Karena setelah pasangan yang lain selesai pada tahap akhir. 10. Kesulitan mengatur waktu yang sesuai dengan perencanaan, disaat ada siswa yang mengulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum selesai. Oleh karena itu, diperlukan guru untuk sering mendatangi masing-masing kelompok untuk mengecek kesiapannya. 11. Guru memberikan point pada siswa yang sering bertanya, atau memberikan sanggahan saat proses berlangsung. 26 DAFTAR PUSTAKA Hamiyah, N & Jauhar, M. (2014). Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Jakarta: Pustakaraya Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran : Isu-Isu Metodis Paradigmatis. Yogyakarta : Pustaka Belajar Husamah. (2013). Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning: Ancangan Strategis Mengembangkan Metode Pembelajaran uang Menyenangkan, Inovatif & Menantang. Jakarta: Prestasi Pustakaraya Isjoni. (2010). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta Kurniasih, I & Sani, B. (2015). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran: untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Kata Pena Lie, A. (2002). Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: PT. Grasindo Ngalimun. (2012). Strategi Dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Shoimin, A. (2016). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Suryani, N & Agung L. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Pakem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 27 Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu: dalam Teori dan Praktek). Jakarta: Prestasi Pustaka 28