Uploaded by Muhammad Faruq Azhar

UAS Prof. Dr. H. Junaidi, M.,Pd JUMRAH F2191181009

advertisement
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE
STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
Oleh
JUMRAH
F2191181009
Program Studi : Magister Pendidikan Ekonomi
Mata Kuliah : Pengembangan Pengajaran Pendidikan ekonomi
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Junaidin, M.,Pd
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
1
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE
STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial Trianto (2010:51). Menurut
Joyce & Weil dalam (Rusman, 2011:133) berpendapat bahwa “Model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran di kelas atau yang lain”.
Sedangkan menurut Hamiyah & Jauhar (2014:57) mengatakan bahwa:
“Model pembelajaran merupakan cara/teknik penyajian yang digunakan
guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran”.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan model pembelajaran adalah konseptual yang melukiskan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan mereka.
b. Fungsi Model Pembelajaran
Adapun fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman
bagi perancang pengajar dan guru dalam melaksanakan pembelajaran
Trianto (2010:53). Seperti yang dikemukakan oleh Joyce dan Weil
(1992:4) dalam (Trianto, 2010:53) menyatakan bahwa: “Model
pembelajaran adalah suatu pola yang dipergunakan sebagai dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran seperti bukubuku, film, komputer dan lain-lain”.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat
disimpulkan fungsi dari model pembelajaran adalah kerangka
2
konseptual atau perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan kegiatan pembelajaran. Dimana setiap guru diharapkan
mampu menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan mencari
perangkat-perangkat
pembelajaran
yang
lebih
kreatif
dalam
menyampaian materi di kelas.
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
a. Pengertian Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
Model pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran
kooperatif) adalah rangkaian belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah
dirumuskan.
pembelajaran
Ada
berbasis
beberapa
sosial
istilah
yaitu
untuk
menyebutkan
Cooperative
Learning
(pembelajaran kooperatif) dan pembelajaran kolaboratif (Suprijono,
2009:54). Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Sedangkan menurut Amri & Ahmadi (2010:90) mengatakan
bahwa: “Model pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran
kooperatif) merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung
pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning
(pembelajaran kooperatif) dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/
belajar kelompok yang terstruktur”. Berbeda Pendapat dengan Anita
Lie (1998:27) dalam (Amri & Ahmadi, 2010:90-91) menjelaskan
bahwa “Model pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran
kooperatif) tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada
unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok
yang dilakukan asal-asalan”.
Berdasarkan definisi yang disampaikan oleh para ahli, maka
dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning (pembelajaran
kooperatif) adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam
3
kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri
dari siswa dengan prestasi yang tinggi, sedang, rendah, perempuan,
laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling
membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar
semua anggota kelompok mendapatkan nilai maksimal.
b. Tujuan Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
Tujuan
Cooperative
Learning
(pembelajaran
kooperatif)
berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem
kompetesi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain Amri & Ahmadi (2010:93). Tujuan pembelajaran
dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya (Slavin, dalam Suryati 2008:7).
Sedangkan menurut Ibrahim dan Mulyasa dalam (Husamah,
2013:106) tujuan Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif)
adalah sebagai berikut yaitu:
1) Hasil akademik
Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) bertujuan
mencapai
hasil
belajar
berupa
prestasi
akademik
yakni
meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan
normal yang berhubungan dengan hasil belajar.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Efek penting yang kedua dari model pembelajaran
kooperatif adalah siswa dapat menerima secara luas dari orang
yang berbeda berdasarkan ras budaya, kelas sosial, kemampuan dan
ketidak mampuannya.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.
4
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat
dapat disimpulkan tujuan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan
untuk mencapai motivasi siswa dan hasilnya berupa prestasi akademik,
toleransi, menerima keberagaman, dan pengembangan keterampilan
sosial. Untuk mencapai hasil belajar dalam pembelajaran pembelajaran
kooperatif menuntut kerjasama peserta didik dalam struktur tugas,
struktur tujuan, dan struktur reward (penghargaan).
c. Unsur-Unsur Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
Pengajaran harus dirancang secara berhati-hati sehingga setiap
partisipan yang terlibat dalam proyek perngajaran dengan mengambil
peranan yang berbeda mendapatkan keuntungan bersama. Adapun
unsur-unsur dalam pembelajaran Kooperatif menurut Roger dan David
Johnson dalam (Lie, 2002:31) mengatakan bahwa: “Tidak semua kerja
kelompok
bisa
dianggap
Cooperative
Learning
(pembelajaran
kooperatif)”. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model
pembelajaran gotong royong harus diterapkan.
1) Saling ketergantungan Positif
2) Tanggung jawab perseorangan
3) Tatap muka
4) Komunikasi antara anggota
5) Evaluasi proses kelompok
Sependapat dengan Bennet dalam (Husamah, 2013:109)
menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan Cooperative
Learning (pembelajaran kooperatif) dengan kerja kelompok antara lain:
1) Positive Independence (saling ketergantungan positif) yaitu
hubungan timbal balik didasarinya dalam kepentingan yang sama
2) Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan) yaitu
mengenal materi pelajaran dalam anggota kelompok. Sehingga
5
siswa termotivasi untuk membantu temannya membutuhkan
keluwesan
3) Face to Face Promotive Interaction (interaksi promotif) yaitu
interaksi yang langsung terjadi antara siswa tanpa adanya perantara
4) Interpersonal Skiil (komunikasi antar anggota ) yaitu menciptakan
hubunggan antar pribadi, memgembangkan kemampuan kelompok
dan memelihara hubungan kerja yang efektif
5) Group Processing (pemprosesan kelompok) yaitu meningkatkan
keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah.
Sedangkan Unsur-unsur dasar dalam Cooperative Learning
(pembelajaran kooperatif) menurut Lungdren (1994) dalam Isjoni
(2010:13) sebagai berikut :
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam dan
berenang bersama.”
2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau
peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab
terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki
tujuan yang sama.
4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara
para anggota kelompok.
5) Para siswa diberikn satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerjasama selama belajar.
7) Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan unsur-unsur adalah dapat bekerjasama (saling menghargai
6
satu sama lainya), bertanggung jawab bersama, tujuan sama, terdapat
pemimpin, dan bertanggung jawab individual.
d. Ciri-Ciri Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
Dalam pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran
kooperatif) memiliki ciri-ciri dalam pembelajaran yang sistematis yang
akan
meningkatkan
keberhasilan.
Oleh
karena
itu
dalam
pembelajarannya di perlukan ciri-ciri dalam menerapkan model
pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif). Berikut
ini ciri-ciri Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) yang
dikemukakan oleh para ahli.
Setiap model pembelajaran memiliki ciri-ciri dari model
pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) menurut
Hamdani (2013:31). Adapun beberapa ciri-ciri pembelajaran Kooperatif
adalah sebagai berikut:
1) Setiap anggota memiliki peran
2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.
3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya
dan juga teman-teman sekelompoknya.
4) Guru
membantu
mengembangkan
keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok
5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan
ciri-ciri
pembelajaran
kooperatif
adalah
untuk
melaksanakan pembelajaran kooperatif didalam kelas, guru harus
memperhatikan ciri-ciri yang terdapat didalam Cooperative Learning
(pembelajaran kooperatif). Hal ini sangat penting karena jika guru
mengabaikan ciri-ciri tersebut, maka tujuan pembelajaran kooperatif
tidak akan tercapai. Ciri-ciri dalam pembelajaran kooperatif sebagai
7
rambu-rambu bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran Cooperative
Learning (pembelajaran kooperatif).
e. Langkah-Langkah Cooperative Learning (Pembelajaran
Kooperatif)
Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif diperlukan rencana
pembelajaran yang sistematis yang dirancang oleh guru sebelum
mengajar karena perencanaan ini akan meningkatkan keberhasilan
siswa dalam model pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran
kooperatif).
Berikut
ini
langkah-langkah
dalam
pembelajaran
Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) yang dikemukan oleh
para ahli.
Menurut Suprijono (2009:65) langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase yaitu:
8
Table 2.1
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE
PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set
Menjelaskan
tujuan
dan
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik siap
mempersiapkan peserta didik.
belajar.
Fase 2: Present Information
Mempersentasikan
Menyajikan Informasi
kepada peserta didik secara verbal
informasi
Fase 3: Organize Students into Memberikan penjelasan kepada
learning teams
peserta didik tentang tata cara
Menggorganisir peserta didik ke pembentukan
dalam tim-tim belajar
tim
belajar
dan
membantu kelompok melakukan
transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and Membantu tim-tim belajar selam
study
peserta didik mengerjakan tugas
Membantu kerja tim dan belajar
Fase 5: Test on the meterials
Menguji pengetahuan peserta didik
Mengevaluasi
mengenai
berbagai
pembelajaran
atau
materi
kelompok-
kelompok mempersentasikan hasil
kerjanya.
Fase 6: Provide recognition
Memberikan
pengakuan
Mempersiapkan
atau mengakui
penghargaan
cara
untuk
mudah dan prestasi
individu maupun kelompok.
Sumber: Agus Suprijono (2009:65)
9
Sedangkan menurut Shoimin (2016:47) secara lebih rinci
langkah-langkah
model
pembelajaran
Cooperative
Learning
(pembelajaran kooperatif) dapat dilakukan dengan cara berikut:
1) Pada awal pembelajaran, guru mendorong peserta didik untuk
menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka terhadap
subyek yang akan dipelajari
2) Guru mengatur peserta didik ke dalam kelompok heterogen yang
terdiri dari 4-5 peserta didik
3) Guru membiarkan peserta didik memilih topik untuk kelompok
mereka
4) Tiap kelompok membagi topiknya untuk membuat pembagian
tugas diantara anggota kelompok. Anggota kelompok mereka
menjadi kelompok didorong untuk saling berbagi referensi dan
bahan pelajaran. Tiap topik kecil harus memberikan kontribusi
yang unik bagi usaha kelompok.
5) Setelah para peserta didik membagi kelompok kecil, mereka akan
bekerja secara individual. Mereka akan bertanggung jawab
terhadap topic kecil masing-masing karena keberhasilan kelompok
bergantung pada mereka. Persiapan topik kecil dapat dilakukan
dengan mengumpulkan referensi-referensi yang terkait.
6) Setelah peserta didik menyelesaikan kerja individual, mereka
mempersentasikan topik kecil kepada teman satu kelompoknya.
7) Para peserta didik didorong untuk memadukan semua topik kecil
dalam presentasi kelompok
8) Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya pada topik
kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab terhadap
presentasi kelompok
9) Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat presentasi
kelompok dievaluasi oleh kelas, kontribusi individual terhadap
kelompok dievaluasikan oleh teman satu kelompok, presentasi
kelompok dievaluasikan oleh semua peserta didik.
10
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka langkahlangkah pembelajaran kooperatif dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Guru merancang program pembelajaran dan menentukan target
pembelajaran
2) Guru menetapkan topik dan menjelaskan aturan main
3) Guru membagi kelompok dan ketua kelompok
4) Guru memandu berjalannya diskusi kelompok
5) Setelah itu siswa dalam kelompok mendiskusikan topik yang telah
diberikan oleh guru
6) Ketua kelompok mencatat hasil diskusi
7) Guru meminta pendapat pada setiap kelompok
8) Guru mengobservasikan kinerja siswa dalam masing-masing
kelompok
9) Guru meminta hasil laporan diskusi
f. Peran Guru dalam Cooperative Learning (Pembelajaran
Kooperatif)
Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif
berbeda dari pembelajaran yang bersifat tradisional. Menurut Isjoni
(2010:62) meyatakan bahwa: “Peran guru dalam pelaksananaan
Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) adalah sebagai
fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator”. Sependapat
dengan peryataan para ahli diatas. Menurut Husamah (2013:114-115)
mengatakan bahwa guru dalam pembelajaran Cooperative Learning
(pembelajaran
kooperatif)
mempunyai
beberapa
peran
untuk
melakukannya antara lain:
1) Sebagai Fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator harus mempunyai beberapa sikap
sebagai berikut:
11
a) Mampu
menciptakan
suasana
kelas
yang
nyaman
dan
menyenangkan
b) Membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan
menjelaskan keinginan dan pembicaraan.
c) Membanu kegiatan dan menyiapkan sumber atau alat.
d) Membina siswa agar setiap siswa, setiap orang menjadi sumber
yang bermanfaat bagi yang lainnya.
e) Menjelaskan tujuan kegiatan pada keluarga dan mengatur
jalannya dalam bertukar pendapat
f) Menjelaskan tujuan kegiatan pada keluarga dan mengatur
jalannya dalam bertukar pendapat.
2) Sebagai Mediator
Guru berperan untuk menjembatani atau mengaitkan materi
pelajaran yang sedang dibahas melalui Cooperative Learning
(pembelajaran
kooperatif)
dengan
permasalahan
yang
nyata
ditemukan di lapangan.
3) Sebagai Director
Guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya
diskusi, membantu kelancaran diskusi tetapi tidak memberikan
jawaban.
4) Sebagai Evaluator
Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang
sedang berlangsung.
Demikianlah berbagai peran guru dalam kegiatan pembelajaran
kooperatif. Pada hakekatnya, beberapa tugas dan peran guru di atas
telah dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran konvensional, hanya
saja guru belum menggabungkan keseluruhan perannya dengan
sungguh-sungguh agar tercipta suasana belajar yang efektif, siswa yang
aktif dan hasil belajar yang ingin dicapai.
12
Berbagai peran guru yang telah disebutkan menunjukan bahwa
diperlukan keterampilan dasar guru dalam mengajar serta kreatifitas
guru dalam memberikan pembelajaran terhadap peserta didik sehingga
pembelajaran tidak berjalan secara menonton, namun penuh dengan
aktifitas dan proses belajar juga berjalan secara maksimal dan
menghasilkan siswa-siswi yang aktif dan kreatif. Oleh karena itu
persiapan dan keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran
kooperatif harus terencana dengan baik.
g. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning (Pembelajaran
Kooperatif)
1) Kelebihan Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
Setiap model pembelajaran juga memiliki kelebihan dari
model
pembelajaran
Cooperative
Learning
(pembelajaran
kooperatif) menurut Shoimin (2016:48) adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan harga diri tiap individu
b) Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar
sehingga konflik antar pribadi berkurang
c) Sikap apatis berkurang
d) Pemahaman
yang
lebih
mendalam
dan
retensil
atau
penyimpanan lebih lama
e) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi
f) Cooperative
Learning
mencegah
keagresifan
(pembelajaran
dalam
sistem
kooperatif)
kompetisi
dapat
dan
keterasingan dalam sistem individu tanpa mengerbonan aspek
kognitif
g) Meningkatkan kamajuan belajar (pencapaian akademik).
h) Meningkatkan kehadiran peserta dan sikap yang lebih positif
i) Menambah motivasi dan percaya diri
j) Menambah rasa senang berada di tempat belajar serta
menyenangi teman-teman sekelasnya
13
k) Mudah diterapkan dan tidak mahal
2) Kekurangan Pembelajaran Cooperative Learning
(Pembelajaran Kooperatif)
Setiap model pembelajaran juga memiliki kekurangan dari
model
pembelajaran
Cooperative
Learning
(pembelajaran
kooperatif) menurut Shoimin (2016:48) adalah sebagai berikut:
a) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Banyak
peserta tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang
lain.
b) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya
karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus
menyesuaikan diri dengan kelompok
c) Banyak peserta tajut bahwa satu orang harus mengerjakan
seluruh pekerjaan tersebut
3. Tipe Student Facilitator And Explaining (Fasilitator Siswa Dan
Menjelaskan)
a. Pengertian Tipe Student Facilitator And Explaining (Fasilitator
Siswa Dan Menjelaskan)
Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan
menjelaskan) merupakan rangkaian penyajian materi ajar yang diawali
dengan penjelasan secara secara terbuka, memberi kesempatan siswa
untuk menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya dan diakhiri dengan
penyampaian semua materi kepada siswa Huda (2013:228). Menurut
Kurniasih & Sani (2015:79) mengatakan bahwa: “Model pembelajaran
Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan)
merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk dapat
mempresentasikan ide atau gagasan mereka pada teman-temannya”.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut
serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan.
14
Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai
dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan
apresiasi maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Sedangkan menurut Shoimin (2016:183-184) mengatakan
bahwa “Model pembelajaran Student Facilitator And Explaining
(fasilitator siswa dan menjelaskan) merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi”.
Penerapan model pembelajaran harus bisa memperbanyak
pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang memengaruhi
keaktifan belajar peserta didik, yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan, dan
rasa senang. Oleh sebab itu, sangat cocok dipilih guru untuk digunakan
karena mendorong peserta didik menguasai beberapa keterampilan di
antaranya berbicara, menyimak, dan pemahaman pada materi.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining
(fasilitator siswa dan menjelaskan) adalah model pembelajaran yang
melatih siswa berbicara menyampaikan pendapatnya. Siswa saling
berinteraksi tanpa rasa canggung untuk mendiskusikan materi yang
belum mengerti, sehingga siswa lebih mengerti materi yang dijelaskan
oleh temannya. Sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar pada
siswa pada mata pelajaran tersebut.
b. Langkah-langkah Tipe Student Facilitator And Explaining
(Fasilitator Siswa Dan Menjelaskan)
Adapun langkah-langkah dalam tipe Student Facilitator And
Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) menurut Suprijono
(2009:128) dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
15
2) Guru mendemonstrasikan / menyajikan materi.
3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa
lainya misalnya melalui bagan/ peta konsep
4) Guru menyimpulkan ide/ pendapat dari siswa
5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6) Penutup
Menurut Shoimin (2016:184) langkah-langkah dalam tipe
Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan)
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi
pembelajaran
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada
siswa lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep. Hal ini
bisa dilakukan secara bergiliran
4) Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa
5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat ini
6) Penutup
Kemudian lebih dipersingkat menurut Ngalimun (2012:175)
langkah-langkah dalam tipe Student Facilitator And Explaining
(fasilitator siswa dan menjelaskan) yaitu:
1) Informasi kompetensi
2) Sajian materi
3) Siswa mengembangkannya dan menjelaskannya lagi ke siswa
lainnya
4) Kesimpulan dan evaluasi
5) Refleksi
16
Sedangkan
teknis/
langkah-langkah
dalam
tipe
Student
Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) menurut
Kurniasih & Sani (2015:80) adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dalam
pembelajaran tersebut
2) Guru menerangkan atau menyajikan garis-garis besar materi
pembelajaran
3) Kemudian memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan
kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep,
dan proses ini bisa dilakukan secara bergiliran
4) Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa
5) Guru
menerangkan
semua
materi
yang disajikan
sebagai
kesimpulan, dan kemudian menutup pelajaran seperti proses yang
seharusnya.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining
(fasilitator siswa dan menjelaskan) adalah dapat menjadikan siswa
sebagai fasilitator dan diajak berpikir secara kreatif sehingga
menghasilkan
pertukaran
informasi
dan
melibatkan
aktifitas
pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian bahwa model
pembelajaran Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan
menjelaskan) tersebut dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan
siswa.
c. Kelebihan dan Kekurangan Tipe Student Facilitator And
Explaining (Fasilitator Siswa Dan Menjelaskan)
1) Kelebihan Tipe Student Facilitator And Explaining (Fasilitator
Siswa Dan Menjelaskan)
Setiap model pembelajaran memiliki suatu kelebihan.
Adapun kelebihan dari tipe Student Facilitator And Explaining
17
(fasilitator siswa dan menjelaskan) menurut Huda (2013:228)
adalah sebagai berikut :
a) Membuat materi yang disampaikan lebih jelas dan konkret
b) Meningkatkan
daya
serap
siswa
karena
pembelajaran
dilakukan dengan demonstrasi.
c) Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi
kesempatan untuk mengulangi penjelasan guru yang telah
didengar.
d) Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam
menjelaskan materi ajar
e) Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau
gagasan
Sedangkan kelebihan dari tipe Student Facilitator And
Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) menurut Kurniasih
& Sani ( 2015:79) adalah sebagai berikut:
a) Siswa diajak untuk dapat menerangkan materi pelajaran
kepada siswa lain
b) Siswa bisa belajar mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya
sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan kelebihan dari tipe Student Facilitator And Explaining
(fasilitator siswa dan menjelaskan) yaitu:
a) Dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berpikir
kritis siswa secara optimal
b) Melatih siswa aktif, kreatif dalam menghadapi setiap permasalahan
c) Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan dan
menghargai pendapat orang lain.
d) Mendorong tumbuhnya keberanian siswa dalam mengutarakan
pendapat siswa secara terbuka
18
e) Melatih siswa untuk selalu dapat mandiri dalam menghadapi setiap
masalah
f) Melatih kepemimpinan siswa
g) Memperluas wawasan mereka melalui kegiatan saling bertukar
informasi, pendapat dan pengalaman antar mereka.
2) Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Student Facilitator And
Explaining (Fasilitator Siswa Dan Menjelaskan)
Setiap model pembelajaran juga memiliki kekurangan.
Adapun kekurangan dari Student Facilitator And Explaining
(fasilitator siswa dan menjelaskan) menurut Huda (2013:228)
adalah sebagai berikut:
a) Siswa pemalu sering kali sulit untuk mendemonstrasikan apa
yang diperintahkan oleh guru.
b) Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
melakukannya ( menjelaskan kembali kepada teman-temannya
karena keterbatasan waktu pembelajaran).
c) Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja
yang terampil.
d) Tidak mudah bagi siswa membuat peta konsep atau
menerangkan materi ajar secara ringkas.
Menurut Kurniasih & Sani (2015:80) mengatakan bahwa
“Kekurangan dari model pembelajaran Student Facilitator And
Explaining (fasilitator siswa dan menjelaskan) adalah adanya
pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil dan
banyak siswa yang kurang aktif”. Sedangkan menurut Shoimin
(2016:185) mengatakan bahwa:
a) Siswa yang malu tidak mau mendemonstrasikan apa yang
diperintahkan oleh gurunya kepadanya atau banyak siswa yang
kurang aktif
19
b) Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
melakukannya atau menjelaskan kembali kepada temantemannya karena keterbatasan waktu pembelajaran
c) Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja
yang terampil
d) Tidak mudah lagi siswa untuk membuat peta konsep atau
menerangkan materi ajar secara ringkas
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan kekurangan tipe Student Facilitator And Explaining
(fasilitator siswa dan menjelaskan) yaitu adalah siswa sebagian ada
yang aktif maupun pasif dalam mengerjakan tugas, peserta didik yang
malas mungkin akan menyerah dengan tugas yang diberikan dan model
pembelajaran Student Facilitator And Explaining (fasilitator siswa dan
menjelaskan) memerlukan persiapan yang rumit dibandingkan dengan
model lain misalnya metode ceramah.
A. Pengertian
model
Pembelajaran
Student
Facilitator
And
Explaining
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining, Adalah model
pembelajaran dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada
siswa lain. Melalui model pembelajaran ini, memberikan kebebasan
pada siswa untuk menuangkan ide, gagasan, pendapat tentang suatu
permasalahan yang berhubungan dengan pemahaman konsep mau pun
penerapan
dalam
kehidupan
sehari-hari
(Depdiknas,
2006).
(http://remenmaos.blogspot.com/2011/08/contoh-proposal-ptk-sejarahsmp.html)
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar.
Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu
20
dengan
cara
efektif
dan
efisien
(
Muhaimin,
1991:131).
Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai sesuatu
untuk melaksanakan suatu strategi digunakan seperangkat metode
pengajaran
tertentu.Dalam
pengertian
demikian
maka
metode
pembelajaran menjadi salah satu unsurdalam strategi belajar mengajar
unsur seperti sumber belajar, kemampuan gurudan siswa, media
pendidikan, materi pengajaran, organisasi adalah: waktu yangtersedia
kondisi
kelas
dan
lingkungan
merupakan
unsur-unsur
yang
mendukungstrategi belajar-mengajar.
Ada
beberapa
komponen
dalam
strategi
pembelajaran.
Komponen-komponen tersebut adalah:
a. Tujuan
pengajaran,
tujuan
pengajaran
merupakan
acuan
yangdipertimbangkan untuk memilih strategi belajar mengajar
b. Guru,
masing-masing
guru
berbeda
dalam
pengalaman,
pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar,
pandangan hidup dan wawasan. Perbedaan ini mengakibatkan
adanya perbedaan dalam pemilihan strategi belajar mengajar yang
digunakan dalam program pengajaran.
c. Pesertadidik, dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik
mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, hal ini perlu
dipertimbangkan dalam menyusun strategi belajar mengajar yang
tepat.
d. Materi pelajaran, materi pelajaran dapat dibedakan antara materi
formal (isipelajaran dalam buku teks resmi/buku paket disekolah)
dan materi informal (bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari
lingkungan sekolah).
e. Metode pengajaran, ada berbagai metode pengajaran yang perludi
pertimbangkan dalam strategi belajar mengajar.
21
f. Media pengajaran. Sebagaimana disebutkan bahwa banyak sekali
strategi baru dalam pembelajaran. Dari berbagai strategi baru
dalam pembelajaran tersebut, sebenarnya bias digunakan dalam
proses pembelajaran Pendidikan matematika. Hal ini sebagai upaya
pengembangan dari metode-metode lama yang kadang dianggap
kurang
banyak
melibatkan
peserta
didik
dalam
proses
pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran tersebut adalah
strategi Student Facilitator And Explaining. Strategi ini merupakan
strategi dalam model Cooperatif learning, yaitu suatu proses
pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan pesertadidik
agar belajar dengan menggunakan berbagai cara atau strategi secara
aktif.
Strategi Pembelajaran Student Facilitator And Explaining adalah
strategi pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dengan
maksud meminta peserta didik untuk berperan menjadi narasumber
terhadap
semua
temannya
di
kelas
belajar.
Strategi ini merupakan sebuah strategi yang mudah, guna
memperoleh keaktifan kelas secara keseluruhan dan tanggung
jawab secara individu. Strategi ini memberikan kesempatan pada
setiap
peserta
didik
untuk
bertindak
sebagai
seorang
“pengajar/penjelas materi dan seorang yang menfasilitasi proses
pembelajaran” terhadap peserta didik lain. Dengan strategi ini,
peserta didik yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta
dalam pembelajaran secara aktif.
Dengan memahami beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan,
bahwa
strategi
pembelajaran
adalah
siasat
guru
dalam
mengefektifkan, mengefiensikan, serta mengoptimalkan fungsi dan
interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran.
B. Prinsip Student Facilitator And Explaining
22
Menurut Yatim Riyanto (2010:61 ) Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining (murid sebagai fasilitas dan penjelas)
merupakan pembelajaran dengan maksud siswa atau peserta didik belajar
mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya.
Pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara dan menyampaikan
ide, gagasan atau pendapatnya sendiri.
Teknik pembelajaran ini memotivasi semua siswa untuk aktif dan
member kesempatan pada siswa untuk mengajar temannya dan
mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang sama, serta dapat
membuat
pertanyaan
dan
mengemukakan
pendapat
Model Student Facilitator and Explaining (bermain peran) dilakukan
dengan cara penguasaan siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran
melalui imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa. Pengembangan
imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankan
sebagai tokoh baik pada benda hidup atau benda mati.Model ini dapat
dilakukan secara individu atupun secara kelompok.Oleh karenanya, model
ini dapat meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan dan rasa
senang dalam belajar siswa.
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah lebih kepada
kemandirian dan berpiki rsiswa. Elemen yang dimunculkan dalam
kegiatan
ini
adalah
kerja
individu,
kemampuan
berbicara
dan
mendengarkan. Karena pada dasarnya pembelajaran aktif adalah untuk
mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya.
C. Langkah-langkah Student Facilitator And Explaining
Langkah-langkah Student Facilitator and Explaining menurut Yatim
Riyanto ( 2010 : 279 ) adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa
lainnya
23
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu
D. Kelebihan dan Kekurangan Student Facilitator And Explaining
Setiap metode atau model pembelajaran tentunya sama-sama
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Adapun kelebihan
dan kekurangan model Student Facilitator and Explaining adalah :
a. Kelebihan
1. Ajak untuk
dapat
menerangkan kepada
siswa lain, dapat
mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat
memahami materi tersebut.
2. Dapat meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Karena siswa
dituntut menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas
atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan.
Dengan demikian, diharapkan siswa mampu memahami materi
dengan baik sebelum guru menyampaikan pada pertemuan
selanjutnya.
3. Dapat memperbaiki kehadiran, karena tugas yang diberikan oleh
guru pada setiap pertemuan melibatkan siswa secara aktif. Oleh
sebab itu, bagi siswa yang sekali tidak hadir akan dalam pertemuan
ditekan untuk hadir pada pertemuan berikutnya terkait dengan tugas
yang telah ia terima sebelumnya
4. Dapat memotivasi siswa untuk selalu meningkatkan volume
belajarnya.
5. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar
dalam kelas.
6. Para siswa dapat menggunakan waktu yang lebih banyak untuk
mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain.
Sehingga pemahaman materi pembelajaran lebih dipahami hal ini
dapat terlihat banyaknya siswa yang akan mengangkat tangan untuk
menjawab pertanyaan dengan pasangannya.
24
7. Guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berfikir dan
berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, disamping dapat
dengan seksama mengamati reaksi siswa, dan mengajukan
pertanyaan yang lebih detil.
Dari kelebihan model Student Facilitator and Explaining dapat
disimpulkan bahwa pada tahap akhir guru hanya sebagai fasilitator
serta daya serap pembelajaran yang diterima siswa lebih banyak dan
cepat, dibandingkan dengan metode lain, karena pada metode yang
lain siswa yang aktif dalam kelas hanya siswa tertentu atau pada
siswa yang rajin saja, sedangkan siswa yang lain hanyalah
”pendengar” pada materi yang disampaikan guru.
b. Kekurangan
Sedangkan kekurangandari Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining adalah :
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang
tampil
2. Banyak siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran ini.
3. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktifitas.
4. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas.
5. Peralihan dari secara klasikal ke kelompok kecil dapat menyita
waktu pengajaran. Oleh karena itu, guru harus dapat membuat
perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan waktu
tang tersedia.
6. siswa yang pasif dapat mengganggu teman-temannya, atau siswa
yang seharusnya menyelesaikan soal dengan cara berdiskusi
bersama kelompoknya kadang dimanfaatkan untuk berbicara diluar
materi pelajaran.
7. Siswa yang kurang aktif sering menggantungkan kepada teman
yang aktif.
25
8. Kelas yang jumlah siswanya banyak dapat berpengaruh pada saat
pelaksanaan pembelajaran
9. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada pembentukan kelompok.
Hal ini memperlambat pada proses pelaksanaan. Karena setelah
pasangan yang lain selesai pada tahap akhir.
10. Kesulitan mengatur waktu yang sesuai dengan perencanaan, disaat
ada siswa yang mengulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan
belum selesai. Oleh karena itu, diperlukan guru untuk sering
mendatangi
masing-masing
kelompok
untuk
mengecek
kesiapannya.
11. Guru memberikan point pada siswa yang sering bertanya, atau
memberikan sanggahan saat proses berlangsung.
26
DAFTAR PUSTAKA
Hamiyah, N & Jauhar, M. (2014). Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Jakarta:
Pustakaraya
Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran : Isu-Isu Metodis
Paradigmatis. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Husamah. (2013). Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning: Ancangan
Strategis Mengembangkan Metode Pembelajaran uang Menyenangkan,
Inovatif & Menantang. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Isjoni. (2010). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung : Alfabeta
Kurniasih, I & Sani, B. (2015). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran:
untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Kata Pena
Lie, A. (2002). Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas). Jakarta: PT. Grasindo
Ngalimun. (2012). Strategi Dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja
Pressindo
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Shoimin, A. (2016). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Suryani, N & Agung L. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Pakem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
27
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: PT Bumi Aksara
Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu: dalam Teori dan Praktek).
Jakarta: Prestasi Pustaka
28
Download