Uploaded by User11400

ADAT PERNIKAHAN ORANG LAMPUNG

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Standar Kompetensi
Menghargai kearifan lokal dan meneladani etika yang berlaku di
masyarakat Lampung melalui sistem perkawinannya
B. Kompetensi Dasar
- Menjelaskan pengertian dari cerai mati dan mengetahui etika yang
berlaku
- Menjelaskan sistem pergaulan mulei meghanai masyarakat Lampung
dan mengetahui etika yang berlaku
- Menjelaskan pengertian betuntuk dan mengetahui etika yang berlaku
- Menjelaskan pengertian begawi dan mengetahui etika yang berlaku
- Menjelaskan pengertian sesan dan mengetahui etika yang berlaku
C. Tujuan Perkuliahan
Pada Akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu :
- Memahami tata cara sistem perkawinan yang ada pada masyarakat
Lampung
- Menerapkan etika yang berlaku pada sistem perkawinan masyarakat
Lampung
- Semakin mencintai budaya lokal yakni budaya Lampung
D. Ringkasan Materi
Setiap daerah tentunya memiliki kebudayaan dan ciri khasnya
tersendiri. Di samping itu, kebudayaan atau kearifan lokal daerah tersebut,
tentunya menyimpan pesan yang dapat menjadi pendidikan etika untuk
kita. Begitupun dengan masyarakat Lampung. Segala kegiatan dalam
masyarakat Lampung menyimpan etika yang luar biasa. Salah satunya
pada sistem perkawinannya. Sistem perkawinan masyarakat Lampung,
memiliki proses yang urut. Mulai dari masa pendekatan (Pergaulan Mulei
Meghanai), tata cara sepasang suami istri itu tinggal (Betuntuk), pesta atau
perayaan perkawinan itu (Begawi), barang-barang atau perlengkapan yang
dibawa ketika menikah (Sesan), dan sistem perceraiannya (Cerai Mati).
1
BAB II
KOMPETENSI DASAR
Di era yang modern ini, kebudayaan-kebudayaan atau tradisi-tradisi
masyarakat Lampung khususnya dan umumnya berbagai suku di Indonesia, sudah
mulai mengalami kehilangan identitas bahkan tidak pernah terdengar. Banyak
faktor memang, salah satunya adalah kurangnya pengetahuan akan kebudayaan
daerah sendiri. Sehingga ini menyebabkan tidak turunnya tradisi-tradisi itu kepada
generasi penerus. Selain itu, kondisi alam juga teknologi yang semakin maju
membuat tradisi dan kebudayaan ini hilang akibat tidak ada yang
memperhatikannya.
Dalam kebudayaan masyarakat Lampung sendiri dikenal beberapa istilah
atau bentuk acara-acara adat. Salah satunya adalah sistem perkawinan masyarakat
Lampung. Sistem inilah yang mengatur dan membuat kebudayaan Lampung
semakin hidup. Mulai dari masa pendekatan (Pergaulan Mulei Meghanai), tata
cara sepasang suami istri itu tinggal (Betuntuk), pesta atau perayaan perkawinan
itu (Begawi), barang-barang atau perlengkapan yang dibawa ketika menikah
(Sesan), dan sistem perceraiannya (Cerai Mati).
-
K.D. 1 Menjelaskan Pengertian dari Cerai Mati dan Mengetahui Etika
yang Berlaku
Cerai mati merupakan istilah dalam masyarakat lampung bahwa
sepasang suami istri yang sudah menikah tidak boleh bercerai hingga salah
satu atau kedua-duanya meninggal dunia. Jadi, masyarakat Lampung sangat
memegang erat hubungan perkawinan. Cerai mati ini bisa dikatakan sebagai
tata adat yang baik, karena dengan demikian, perpecahan antar masyarakat
Lampung atau bahkan putusnya tali silaturahmi antar masyarakat Lampung
pun akan semakin terminimalisir. Dengan demikian, hubungan baikpun bisa
terjaga.
Namun, cerai mati juga bisa dipandang tidak baik, karena jika terjadi
hubungan yang tidak harmonis dalam sebuah keluarga masyarakat Lampung,
maka dikhawatirkan menyiksa kedua belah pihak atau salah satunya, baik istri
ataupun suami. Contoh, jika seorang perempuan menikah dengan lelaki,
namun ternyata lelaki itu tidak mau mengabdikan diri untuk keluarganya
maka istri dan keluarganyapun akan hidup sengsara.
Jadi, cerai mati bisa bernilai positif jika baik suami maupun istri bisa
menjaga keharmonisan rumah tangganya sehingga bisa menciptakan tali
2
persaudaraan yang semakin erat. Namun, cerai mati juga bisa bernilai negatif
jika suami maupun istri itu sendiri tidak bisa menjaga hubungan baik karena
dapat menimbulkan perpecahan. Dan cerai mati, bisa juga kita anggap
sebagai aturan adat yang mengikat.
-
K.D. 2 Menjelaskan Sistem Pergaulan Mulei Meghanai Masyarakat
Lampung dan Mengetahui Etika yang Berlaku
Dalam pergaulan antara pemuda pemudi atau mulei meghanai
masyarakat Lampung, dikenal istilah manjau mulei. Tata cara pergaulan ini
sering dilakukan pada tahun 1950an kebawah. Sedangkan untuk saat ini,
sudah sangat langka sekali.
Manjau mulei ini dilakukan saat terbenamnya matahari yang disebut
juga manjau debingi. Tata pergaulan ini dimulai dengan bersiap-siapnya sang
pemuda atau mekhanai. Mulai dari berdandan, menyediakan segala sesuatu
seperti senter. Karena pada zaman dahulu, masih minim penerangan. Selain
itu, kondisi dahulu pun belum seramai sekarang, dan jarak menuju rumah
sang gadis pun jauh. Kadang harus melewati hutan, sawah, atau
menyeberangi sungai.
Selain senter, digunakan juga kain sarung. Kain sarung digunakan
untuk menutup wajah, terutama saat berjalan di tengah-tengah desa. Hal ini
dilakukan supaya tidak ada yang mengenali pemuda tersebut. Selain itu, kain
sarung itu juga digunakan sebagai penghangat.
Kemudian mekhanai mendatangi muli dari belakang rumah. Biasanya
muli setelah malam tiba, banyak melakukan aktivitas di bagian belakang
rumah, sekitar dapur baik sendirian ataupun bersama teman-temannya.
Setelah mekhanai tahu kalau sang muli ada maka mekhanai akan memanggil
muli dengan semacam kode tertentu misal mengetok dengan batu kecil,
bersiul, dan sebagainya. Dengan maksud supaya mulei mendekat ke dinding,
jendela, atau dimana letak yang ada celahnya, supaya suara bisa terdengar
dari luar dan dalam ruangan. Setelah mulei mendekat, terjadilah komunikasi
dua arah diantara mereka. Baik sebelumnya mereka belum saling kenal,
memang sudah kenal, sudah berpacaran, atau memang sudah ingin menikah.
Dalam tata pergaulan ini terdapat etika yang harus dipenuhi, yaitu apabila
mekhanai dan mulei sudah mulai berbicara atau disebut satekut-an, maka
mereka harus mau memberikan waktu sejenak kepada mekhanai lain yang
datang kemudian, untuk sekedar berkenalan atau berbincang-bincang ringan
kepada sang mulei. Mekhanai yang baru datang itu, harus meminta izin
terlebih dahulu kepada mekhanai yang sedang satekut-an untuk berbicara
kepada muleinya, dengan catatan tidak boleh terlalu lama, sekitar 5 sampai 10
menit dan setelah itu harus dikembalikan muli kepada mekhanainya.
3
Dari tata pergaulan itu, bisa disimpulkan bahwa masyarakat lampung
menganut sistem komunikasi yang cukup bebas namun tetap beretika dan
menjaga diri. Sebagai contoh : seorang mekhanai A belum memiliki pacar,
tetapi dia bisa mengobrol dan berkenalan dengan semua mulei dikampung itu
asalkan ia bersedia berkeliling kampung tersebut. Bahkan ia bisa berkenalan
atau mengobrol dengan mulei yang sudah menjadi pacar mekhanai B
misalkan. Begitupun sebaliknya, jika mulei bisa saja memberikan kesempatan
yang lebih banyak lagi kepada si A. Sehingga mereka bisa mengatur waktu
untuk kembali mengobrol. Dan jika si A berhasil merebut pacar dari si B,
maka si B tidak boleh marah. Apabila suatu kala si B melihat si A dan
muleinya bersatekut-an degan si A, maka si B boleh meminta izin untuk
mengobrol sejenak dengan si mulei, untuk meminta klarifikasi atas hubungan
mereka.
Tata pergaulan ini sangat fair, terbuka, dan objektif dikalanya. Namun,
yang menyebabkan mulai punahnya tradisi ini adalah kemajuan zaman dan
kebebasan yang mulai merusak generasi muda. Sehingga keberadaan tradisi
ini pun jarang ditemui. Selain itu, jika pemuda-pemuda yang melaksanakan
tradisi ini tidak bisa menahan diri dan bersikap gentle maka bisa saja timbul
perkelahian.
-
K.D. 3 Menjelaskan Pengertian Betuntuk dan Mengetahui Etika yang
Berlaku
Betuntuk adalah sebutan untuk masyarakat lampung yang akan
melaksanakan pernikahan. Ada 2 pilihan dalam betuntuk, yaitu wanita yang
mengikuti pria atau pria yang mengikuti sang wanita. Bagi pria yang ingin
mengikuti keluarga istrinya maka ia disebut semanda. Jika pria mengambil
wanita untuk tinggal bersama pihak keluarganya atau dengan kata lain sang
wanita yang mengikuti pria maka disebut ngakuk.
Dengan adanya tradisi ini, membuat keharmonisan dalam rumah
tangga tidak hanya dirasakan oleh kedua mempelai saja tetapi juga seluruh
anggota keluarga.
-
K.D 4 Menjelaskan Pengertian Begawi dan Mengetahui Etika yang
Berlaku
Begawi adalah acara adat orang lampung untuk pemberian gelar atau
pengambilan kedudukan. Sebab-sebab melakukan begawi antara lain:
- Begawi nyusuk adalah pemberian gelar (adok) bagi individu yang ingin
menjadi anggota masyarakat adat atau suku lampung. Dalam begawi ini
seseorang harus memotong seekor kerbau dan membayar uang untuk
menggantikan yang lainnya sesuai kesepakatan dari musyawarah.
4
-
Begawi mancor zaman adalah begawi yang dilakukan oleh suatu
keluarga secara turun temurun yang sebelumnya sudah pernah
melakukan acara begawi tersebut. Sehingga begawi tersebut akan
dilaksanakan lagi pada anak keturunannya.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam begawi mancor zaman
antara lain:
 Memotong kerbau hidup
 Duit kerbau kampung
 Duit penumbukan
 Duit tambulan
- Begawi pepadun kamak (basuh pepadun) merupakan acara begawi
yang ada dalam adat lampung yang disebabkan karena seorang
individu dalam kebudayaan itu melakukan kesalahan atau pelanggaran
tata cara adat lampung.
Dampak positif atau etika baik dari adanya acara adat begawi adalah bisa
mempererat hubungan silaturahmi antar masyarakat. Karena dalam proses
begawi pasti akan melibatkan kerabat baik dekat maupun jauh, untuk
menyiapkan acara begawi tersebut. Selain itu juga, begawi bisa meningkatkan
semangat saling membantu dan gotong royong antar masyarakat Lampung.
Dampak negative dari adanya acara adat begawi ini adalah tidak semua
masyarakat Lampung bisa melaksanakan begawi, lantaran terkendala dalam
masalah pembiayaan.
-
K.D 5 Menjelaskan Pengertian Sesan dan Mengetahui Etika yang
Berlaku
Sesan adalah barang bawaan yang diberikan mempelai wanita pada
saat akan melangsungkan pernikahan. Sesan ini berguna untuk keperluan
seorang wanita ketika berumah tangga dengan suaminya. Sesan tidak berlaku
jika sang wanita mengambil prinsip pernikahan ngakuk atau sang pria
semanda.
Sumber sesan dapat berupa:
- Tengepik, adalah uang hasil jerih payah calon pengantin wanita. Ini
berlaku bagi wanita yang menikahnya dengan cara larian.
- Serah, berlaku jika sang calon pengantin wanita dipinang oleh calon
pengantin pria.
- Tulung, adalah bawaan yang bersumber dari sanak saudara pihak
pengantin wanita.
Dengan adanya sesan adat ini, menandakan bahwa sikap mempelai
wanita dan keluarga dalam masyarakat Lampung memiliki budi pekerti
yang baik, perduli, juga santun. Barang-barang bawaan ini akan sangat
berguna sekali nantinya untuk keperluan berumah tangga.
5
 LATIHAN
1. Soal-soal
a. Seperti apa pandangan baik dari sistem perkawinan cerai mati?
Jawab :
Dengan adanya cerai mati dalam masyarakat lampung, dapat
meminimalisir perpecahan atau putusnya hubungan silaturahmi akibat
perceraian. Karena perceraian yang terjadi bukan akibat dari kematian,
bisa menimbulkan perselisihan.
b. Mengapa manjau mulei jarang sekali terlihat atau berlaku di zaman
yang sekarang ini?
Jawab :
Karena pergaulan mulei mekhanai atau manjau mulei dianggap kurang
sesuai di zaman modern ini karena kondisi alam yang sudah berbeda
juga kemajuan teknologi yang membuat tradisi manjau mulei ini hilang
ditelan zaman. Selain itu, pengetahuan masyarakat lampung juga
minim akan hal ini.
c. Apa perbedaan semanda dan ngakuk?
Jawab :
Semanda adalah sistem perkawinan adat lampung dimana seorang
mempelai pria mengikuti atau tinggal bersama keluarga mempelai
wanita. Ngakuk adalah sebutan untuk mempelai pria yang mengambil
mempelai wanita untuk tinggal bersama keluarga mempelai pria.
d. Apa pandangan negatif dari adanya begawi dalam masyarakat
lampung?
Jawab :
Dampak negative dari adanya acara adat begawi ini adalah tidak semua
masyarakat Lampung bisa melaksanakan begawi, lantaran terkendala
dalam masalah pembiayaan.
e. Apa tujuan adanya sesan dalam masyarakat lampung?
Jawab :
Sesan berupa barang-barang keperluan rumah tangga yang dibawa
mempelai wanita yang berguna untuk keperluan seorang wanita ketika
berumah tangga dengan suaminya.
2. Tugas Individu
Buatlah sebuah kliping mengenai kebudayaan Lampung dan beri
tanggapan terhadap kebudayaan yang anda angkat.
3. Tugas Kelompok
Buatlah sebuah kelompok yang terdiri dari dari 3-5 orang.
Kemudian peragakan tata pergaulan mulei meghanai masyarakat Lampung
dan buatlah videonya.
6
BAB III
PENUTUP
 Rangkuman
 Form Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa
Rentang
Aspek Yang Dinilai
Nilai
Pengetahuan akan kearifan lokal
10-30
masyarakat Lampung
Mengidentifikasi etika yang berlaku
dalam kebudayaan masyarakat
10-20
Lampung
Penerapan dari kebudayaan
10-25
masyarakat Lampung
Sikap dan perilaku
Nilai
10-25
Jumlah
7
 Glosarium
Cerai mati adalah perceraian yang hanya bisa terjadi apabila salah satu dari
suami istri yang menikah meninggal dunia
Manjau mulei adalah sistem pergaulan pemuda pemudi Lampung
Betuntuk adalah proses salah satu mempelai mengikuti suami atau istrinya
Semanda adalah sebutan bagi pria yang menikah kemudian ikut tinggal bersama
keluarga mempelai wanita
Ngakuk adalah sebutan bagi wanita yang diambil oleh mempelai pria untuk
tinggal bersama keluarga mempelai pria
Begawi adalah acara adat orang lampung untuk pemberian gelar atau
pengambilan kedudukan
Sesan adalah barang bawaan yang diberikan mempelai wanita pada saat akan
melangsungkan pernikahan.
8
 DAFTAR PUSTAKA
www.Cindychristyarum.wordpress.com
www.nyokabar.com
www.kemala-ria.blogspot.com
9
Download