Uploaded by User11094

Materi 2018 Kesehatan Rosi2

advertisement
PEDOMAN PELAYANANN
FISIOTERAPI
Rosy Armelia SST.FT
DASAR PEDOMAN PELAYANAN
• Pelayanan fisioterapi ditata sesuai kebutuhan
pasien/klien masyarakat, berdasar pada ilmu
pengetahuan dan teknologi maju, dituntun oleh
moral etis, memperhatikan aspek biopsiko socialkultural-spiritual, mengacu pada perundangan
peraturan.
• Berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang menjujung
tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk individu dan sebagai titik sentral
pembangunan menuju masyarakat adil makmur.
• Falsafah Fisioterapi :
– Pemenuhan gerak fungsional tubuh manusia untuk
hidup sehat sejahtera adalah hak azasi.
– Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang
ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak
dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis),
pelatihan fungsi, komunikasi.
FILOSOFI FISIOTERAPI
FISIOTERAPI
– Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan fisioterapi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
– Ilmu fisioterapi adalah sintesa ilmu biofisika,
kesehatan dan ilmu-ilmu lain yang
mempunyai hubungan dengan upaya
pencegahan, intervensi dan rehabilitasi
gangguan gerak fungsional serta promosi.
Paradigma fisioterapi meliputi : gerak,
individu dan interaksi, sehat-sakit.
PAYUNG HUKUM
• Tenaga kesehatan katagori Keterapian Fisik terdiri
dari Fisioterapis, Okupasi Terapis dan Terapis
Wicara. (Peraturan Pemerintah No.32 Tahun
1996). Fisioterapis terdiri dari jabatan fungsional
ahli dan terampil (Peraturan Presiden No.
34/2008).
• Fisioterapis kompeten berperan sebagai pemberi
pelayanan, pengelola, pendidik dan peneliti
(KEPMENKES No.376/2007).
• Fisioterapis wajib memiliki Surat Ijin Praktik,
berwenang melakukan assesmen, diagnosis,
perencanaan, intervensi dan evaluasi/re-evaluasi.
(Kepmenkes 1363/2001).
• Fisioterapis sebagai jenis tenaga kesehatan kelompok tenaga
keterapian fisik (UU.No.36,Th.2014, Ps.11). Fisioterapis melayani
pasien dengan kewenangan asesmen, program, intervensi dan
evaluasi, menerima pasien langsung dan/atu rujukan tenaga
kesehatan lain (PMK No.80 Th.2013), bertanggung jawab,
bertanggung gugat, berkolaborasi dengan Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP) pasien. Perkembangan peningkatan mutu
pelayanan pasien mengacu pada Joint Commission International
(JCI) (Dirjen BUK, 2011).
• Fisioterapis sebagai anggota tim inti pelayanan berfokus pasien
(Patient Centered Care) dengan DPJP kasus sebagai leader :
sebagaian besar ICU, rawat madya, penyembuhan, dan sebagaian
kecil pemulihan, preventif dan promotif.
Tatakelola Pelayanan
Kesehatan.
Fisioterapi Pelayanan Kesehatan Profesional se-Dunia
• Pelayanan fisioterapi tertulis dalam International
Classification of Deseases 9th Revision Clinical
Modification Sixth Edition WHO 2005, ICD-9-CM LIST TO
PROSEDURES, Code: 93.
• Fisioterapis tercatat sebagai tenaga mandiri The
International Classification of Health Worker dengan
ISCO Code 2264, WHO.
• Fisioterapi termasuk jasa profesional dalam
perdagangan bebas dalam General Agreement on Trade
and Services, World Trade Organization (WTO), Uruguay
1994 (Box 14.A1 : Health and social services).
ANALISIS SITUASI
PELAYANAN FISIOTERAPI
• Pejabat berbagai tingkatan Menteri Kesehatan, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing dengan
melibatkan organisasi profesi, melakukan pembinaan dan
pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65
Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi. Pembinaan dan
pengawasan ditujukan untuk : meningkatkan mutu pelayanan
fisioterapi, mengembangkan pelayanan fisioterapi yang efisien dan
efektif. Dilaksanakan melalui advokasi, sosialisasi,
pendidikan/pelatihan, pemantauan dan evaluasi (PMK. No.65
Th.2015, Ps.4).
• Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 378/Menkes/SK/IV/2008 tentang Pedoman
Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit, sepanjang mengatur
pelayanan fisioterapi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (PMK.
No.65 Th.2015, Ps.5).
. Pembinaan dan Pengawasan
Pelayanan Fisioterapi
• Tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan harus
memenuhi kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional. (UU.36/2009, Ps.5, 24).
• Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit,
dalam menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan
pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit. Setiap tenaga kesehatan yang
bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan rumah sakit,
standar prosedur operasional yang berlaku, etika
profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan
keselamatan pasien, (UU. 44/2009, Ps.5,.13).
PROSEDUR PELAYANAN
FISIOTERAPI
PROSEDUR PELAYANAN FISIOTERAPI
Standar pelayanan fisioterapi terdiri dari assesmen,
diagnosis, perencanaan, intervensi, evaluasi / re-evaluasi
dan dokumentasi / komunikasi / koordinasi. ( Tap. KONAS
IX IFI Tahun 2004, Referensi WCPT, 1996 )
Pengendalian mutu suatu pekerjaan dirumuskan siklus
kegiatan : kerjakan yang kau tulis, tulis yang kau kerjakan,
tinjau dan tingkatkan ; suatu kegiatan jasa dan/atau
produk akan terjamin mutu bila ditulis dulu prosesnya,
dijalankan, didokumentasi, dibakukan sebagaistandar
prosedur operasional, dievaluasi dan diperbaiki secara
terus-menerus berkesinambungan.
KEWENANGAN
• Fisioteraspis berwenang melakukan assesmen, diagnosis,
perencanaan, intervensi dan evaluasi/re-evaluasi;
berkewajiban (Kepmenkes 1363/2001).
• Interaksi fisioterapis ditata dalam formasi seperti dan tidak
terbatas:
• Interaksi Fisioterapis dengan psien/klien/pedamping.
• Interaksi Fisioterapis dengan dokter penanggung jawab
pasien/perujuk dan perawat
• Interaksi Fisioterapis dengan tenaga lain dalam temu
interdisipliner.
• Interaksi Fisioterapis dengan tenaga lain dan
pendamping/pendukung pasien, dalam konferensi
kasus/pasien.
• Interaksi Fisioterapis dengan tenaga lain dalam wadah
pertemuan ilmiah kasus/klinik.
Patient Centered Care
• Fisioterapis sebagai jenis tenaga kesehatan kelompok
tenaga keterapian fisik (UU.No.36,Th.2014, Ps.11).
Fisioterapis melayani pasien dengan kewenangan asesmen,
program, intervensi dan evaluasi, menerima pasien
langsung dan/atu rujukan tenaga kesehatan lain (PMK
No.80 Th.2013), bertanggung jawab, bertanggung gugat,
berkolaborasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP) pasien.
• Perkembangan peningkatan mutu pelayanan pasien
mengacu pada Joint Commission International (JCI) (Dirjen
BUK, 2011). Fisioterapis sebagai anggota tim inti pelayanan
berokus pasien (Patient Centered Care) dengan DPJP kasus
sebagai leader : sebagaian besar ICU, rawat madya,
penyembuhan, dan sebagaian kecil pemulihan, preventif
dan promotif.
•
Tujuan
• Agar masyarakat terlayani dalam hal problem dan
kebutuhan akan kesehatan gerak fungsional, melalui
upaya pencegahan gangguan/penyakit,
penyembuhan dan pemulihan melalui upaya
pelayanan fisioterapi :
– Mengembangkan gerak potensial agar gerak
aktual mencapai gerak fungsional.
– Mengembangkan gerak potensial untuk
meminimalkan kesenjangan gerak aktual dengan
gerak fungsional.
TUJUAN
• Petunjuk ini untuk memudahkan pelaksanaan
PMK No.65 Tahun 2015 pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama (FKTP), fasilitas
kesehatan rujukan lanjut (FKRTL), dan
lembaga/badan penjaminan pelayanan
kesehatan.
Otonomi fisioterapi :
• Dalam melakukan pelayanan profesinya,
fisioterapis mempunyai otonomi mandiri serta
mempunyai hubungan yang sejajar dengan
profesi kesehatan lain, dengan konsekuensi dan
tanggung jawab serta mengatur dirinya sendiri
berdasarkan landasan kode etik profesi
fisioterapi, serta mendapatkan pengesahan dari
Ikatan Profesi Fisioterapi dan peraturan
perundangan yang berlaku.
– Pelayanan fisioterapi adalah masukan,
proses, keluaran dan dampak pelayanan
fisioterapi.
– Proses fisioterapi ialah kegiatan menyangkut
hal-hal yang berkaitan dengan assesmen dan
pemeriksaan fisioterapi, penetapan diagnosa
fisioterapi, rencana intervensi terapi,
pelaksanaan intervensi terapi, evaluasi hasil
intervensi terapi dan dokumentasi.
PELAYANAN FISIOTERAPI
Otonomi Profesional Fisioterapis
Diperoleh melalui pendidikan profesi yang menyiapkan tenaga
fisioterapis yang mampu praktik secara otonom.
Fisioterapis mampu melakukan keputusan profesional untuk
menetapkan diagnosis yang diperlukan sebagai dasar intervensi,
rehabilitasi dan pemulihan dari pasien/klien dan populasi.
Prinsip etika diperlukan untuk mengenali otonomi praktik, guna
melindungi pasien/klien dan pelayanannya.
Pelayanan fisioterapi di fasilitas pelayanan kesehatan ditata dengan
pedoman yang terdiri dari : Falsafah, kompetensi, peran dan fungsi
serta tanggung jawab fisioterapi, penatalaksanaan pelayanan
fisioterapi dan pelaporan, (KEPMENKES No.778/2008).
Otonomi Profesional Fisioterapis
Pemerintah bertanggung jawab merencanakan,
mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat. (UU.36/2009, Ps. 14).
Pembentukan instalasi ditetapkan oleh pimpinan rumah
sakit sesuai kebutuhan rumah sakit, (PERMENKES No
1045/2006, Ps. 20).
Pimpinan rumah sakit termasuk pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan berwenang mengatur kegiatan
institusi yang dipimpinnya dengan mengacu pada norma,
standar, pedoman dan kriteria pelayanan fisioterapi yang
ditetapkan oleh pemerintah dan rekomendasi organisasi
profesi fisioterapi
Prinsip-prinsip Kode Etik Fisioterapi
• Menghargai hak dan martabat individu.
• Tidak bersikap diskriminatif dan memberikan pelayanan
kepada siapapun yang membutuhkan.
• Memberikan pelayanan prifesional secara jujur, berkompeten
dan bertanggung jawab.
• Mengakui batasan dan kewenangnan profesi dan hanya
memberikan pelayanan dalam lingkup fisioterapi.
• Menjaga rahasia pasien/klien yang dipercayakan kepadanya,
kecuali untuk kepentingan hukum/pengadilan.
• Selalu memelihara standar kompetensi profesi fisioterapi dan
selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.
• Memberikan kontribusi dalam perencanaan dan
pengembangan pelayanan untuk meningkatkan derajad
individu dan masyarakat.
Integrasi pelayanan fisioterapi
sebagai bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan, dalam bentuk
pelayanan mandiri atau dalam tim
pelayanan kesehatan lain, diatur dengan
prinsip-prinsip etik, standar profesi,
tanggung dan tanggung gugat, dengan
pendekatan holistik dan paripurna
OTONOMI PROFESIONAL
• Otonomi professional diperlukan agar
fisioterapis bisa berpraktik berinteraksi
dengan pasien, keluarga pasien, pelayanan
lain demi tepatdan akuratnya intervensi
fisioterapi. Otonomi profesional diperoleh
fisioterapi melalui pendidikan tinggi ilmu
fisioterapi dan dengan mengembangkan etik
moral demi melayani pasien.
• Promosi : Mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan
bagi individu dan masyarakat umum.
• Pencegahan: Terhadap gangguan, keterbatasan fungsi,
ketidakmampuan individu yang mempunyai resiko
gangguan gerak akibat faktor-faktor kesehatan/
medik/sosial ekonomi dan gaya hidup.
• Penyembuhan : Terhadap gangguan/penyakit infektif, non
infektif dan degeneratif.
• Pemulihan : Terhadap sistem integrasi tubuh yang
diperlukan untuk pemulihan gerak, memaksimalkan fungsi,
meminimalkan ketidak mampuan dan meningkatkan
kualitas hidup individu dan atau kelompok yang mengalami
gangguan sistem gerak
Fisioterapis berinteraksi langsung dengan Intensivist
sebagai DPJP (www.nlm.nih.goy/.../criticalca...,
download 19 Jan 2015)
Fisioterapis berinteraksi langsung dengan Dokter
Spesialis Syaraf sebagai DPJP (Standar Pelayanan Stroke
Unit, Dep.Kes.RI, 2004)
Skema ICF (WHO, 2001; Diadopsi
WCPT,2003)
Skema Alur Klinis Fase Rawat Pasien dan Peran Fisioterapis
• Segitiga kuning : Area Peran Fisioterapi • Kotak merah : Area
Fisio-Rehabilitasi
. RUJUKAN PASIEN DAN ORGANISASI
PELAYANAN FISIOTERAPI
Fisioterapis berinteraksi langsung dengan DPJP (Kep.Dirjen.BUK.
No. HK.02.04/1/2790/11 Tentang Standar Akreditasi RS)
Diagram Alur Rujukan
FisioterapiPasienRawat Jalan.
Fisioterapismenerima pasien langsung
dan/atau rujukan tenaga kesehatan lain.
Skema Evaluasi Fisioterapi Pola ICF. Penghentian,
Tindak Lanjut self-family therapy dan Rujukan
Rehabilitasi.
Pengorganisasian Pelayanan
Fisioterapi di RS.
• Dalam PMK No. 65 Tahun 2015, tentang Standar Pelayanan
Fisioterapi, Ps. 5, tertulis : Pada saat Peraturan Menteri ini
mulai berlaku: a. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
378/Menkes/SK/IV/2008 tentang Pedoman Pelayanan
Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit, sepanjang mengatur
pelayanan fisioterapi; dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku. Pelayanan fisioterapi di rumah sakit diatur diluar
struktur rehabilitasi medik, baik prosedur dan organisasi
diatur tersendiri, mengacu pada peraturan perundangan
yang berlaku, antara lain.
• • Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit. • Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang
Organisasi Rumah Sakit.
• • Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1045/MENKES/PER/IX/2006.
Kutipan UU.No.44 Th.2009, Pepres No 77/2015, PMK.
No1045/2006. Peluang : Komite Nakes/Fisioterapi, dan
Instalasi/Sub.Inst. Fisioterapi.
Langkah-Langkah Pengorganisasian
Pelayanan Fisioterapi di RS.
Penugasan Klinis Fisioterapis Generalis (Profesi) dan
Kekhususan (Kepmenkes No. 772/Menkes/SK/VI/2002
Hospital By Laws).
1
Pimpinan/Direktur RS memfasilitasi interaksi
Divisi Kekhususan dengan Dr.Sp. terkait.
Kepala/PJ Fisioterapi membawahkan Ka.Staf
Fungsional, dan menugasi Divisi dalam pelayanan.
Acuan
– Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363
Tahun 2001 tentang Registrasi dan Izin Praktik
Fisioterapi.
– Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376
Tahun 2007 tentang Standar Profesi Fisioterapi
– Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517
Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
di Sarana Kesehatan.
– Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778
Tahun 2008 tentang Pedoman Pelayanan
Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
ACUAN
– Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh
Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI Tahun 2008, tertulis adanya Fasilitas
Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit
– Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004
tentang Standar Profesi Fisioterapi Indonesia.
– Dokumen World Confederation for Physical Therapy
(WCPT), 2007.
– Guide to Physical Therapist Praktice American Physical
Therapy Association, 2001.
– PMK No.65 Tahun 2015
PENUTUP
Harapan terhadap Tenaga Fisioterapis :
1. Tenaga Fisioterapis diharapkan mampu
mempertahankan dan meningkatkan
kompetensinya.
2. Menjalankan praktik profesi sesuai dengan
standar kompetensi dan standar pelayanan.
3. Petunjuk PMK No. 65 Tahun 2015, tentang
Standar Pelayanan Fisioterapi ini, sebagai
pegangan para pemangku penyelenggaraan
pelayanan fisioterapi. Bila dikemudian hari
didapatkan ketidak sesuaian, maka dapat
diadakan evaluasi dan revisi.
•TERIMAKASIH
Download