majalah isi ke-3.cdr

advertisement
G E O R E S O N A N S I
E d i s i
3
/
A P R I L
2 0 1 4
G O
www.hagi.or.id
Resonansi
MAJALAH PROFESI HIMPUNAN AHLI GEOFISIKA INDONESIA
Dr. Armi Susandi, MT:
"Kita Hanya Punya
Satu Atmosfer"
LAPORAN UTAMA:
Menyoal Tatakelola
Bencana Kita
INDUSTRI:
OPTIMALISASI
GAS NASIONAL
HAGI NEWS:
Diseminasi Geofisika
bersama HMGI
SINERGI TATAKELOLA
DAFTAR ISI
4
15
HAGI NEWS
LAPORAN UTAMA
32
29
WAWANCARA
SALAM REDAKSI
Surat Pembaca
23
INDUSTRI
36
PROFIL
KOLOM AHLI
2
LAPORAN UTAMA
4
Pesona yang Menebar Bencana
Penanganan Bencana Belum Konsisten!
Ya Ahli, Ya Peduli
Pengurangan Risiko Bencana Lulus
dengan Predikat Kurang Memuaskan
HAGI NEWS
Regular Course 2014
Sinergi untuk Diseminasi Geofisika
di Indonesia
GEO PHOTO HAGI - IAGI
15
INDUSTRI
Optimalisasi Gas Nasional
Adu Cepat Produksi dan Konsumsi
23
38
OPINI
WAWANCARA
Dr. Armi Susandi, MT
"Kita Hanya Punya Satu Atmosfer"
29
KOLOM AHLI
Struktur 3-D Kecepatan Gelombang
Seismik dan Implikasi Tektoniknya di
Wilayah Jawa Tengah
32
PROFIL
Surono : Zero Tolerance For A Safe Life
Mari Asteria : Cumlaude dan Korban Bencana
36
OPINI
Posisi Rawan Batas Maritim Indonesia
38
REFLEKSI
Milling Process
40
Majalah dwi bulanan masyarakat kebumian Indonesia. Berkhidmat untuk menjembatani komunikasi dan informasi antar praktisi
bisnis, keilmuan dan komunitas ahli kebumian pada umumnya. Diterbitkan oleh Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI).
Dewan Redaksi : Wawan G.A. Kadir, Eko Widianto, Abdul Muthalib Masdar, Elan Biantoro, Yosi Hirosiadi, Sri Widiyantoro
Arii Ardjuna, Awali Priyono, Edwin Trisnohadi, Susilo Hadi, Irwan Meilano
Pemimpin Umum/ Pemimpin Perusahaan : Mailendra Tibri | Pemimpin Redaksi : Widya Utama
Sidang Redaksi : Dijan Soebromo (ketua) | Redaktur Pelaksana : Jidan Abshari, Saeful Millah,
ARR Vaujie Markish, Arifin W. , Syahrul Mawardi | Pengembangan Usaha : Khairul Rizal , Dodi I. Fajar
Riset dan Pengembangan : Andri D. Nugraha, Zulfakriza Zulhan | Keuangan : Rusalida Raguwanti, Andi M. Adiwiarta
Sekretariat Redaksi : Nindy H. Madjid | Iklan dan Promosi : Yully Suryawan, Arida Chyntia Andriani, Ganesha Putra | Distribusi : Joko Andi Wibowo
Alamat Tata Usaha dan Iklan : Patra Office Tower Suite 2045, Jl. Jend . Gatot Subroto KAV 32 - 34 Jakarta Selatan 12950,
T/F . 021-5250040 Email : [email protected]
SALAM
REDAKSI
Bencana Kabut ASAP: ASAP dalam bahasa Inggris kependekan dari As Soon As Possible. Artinya, bencana asap memang harus ditangani S-E-G-E-R-A!
SURAT PEMBACA :
Migas dan Pendulum Politik
Laporan Utama Georesonansi Edisi II/2013 benarbenar memberikan potret terbuka mengenai apa yang
terjadi di dalam industri migas kita. Sejauh laporan yang
disajikan dalam berbagai perspektif, dari pengamat, praktisi
dan pengambil kebijakan, sudah tampak jelas bahwa
pengelolaan migas di Tanah Air belum bergerak jauh dari
pendulum politik kita. Kebijakan migas bergerak seiring
dengan dengan dinamika politik, yang, sayangnya tak
kunjung lempang untuk diikuti.
Bagi kita, gambaran yang disajikan di Georesonansi
memang bukan sekadar wacana. Salut, redaksi telah
mengupas posisi makro dari para pakar dan perspektif
histori yang cukup baik yang menyajikan gambaran yang
bisa dijadikan rujukan. Bila mengingat kentalnya kendala
politik dalam transparansi pengelolaan migas, kepada
siapakah kita berharap adanya perubahan? Semoga para
pakar kebijakan dan pemain industri hulu cukup cerdas
menyambut ajakan redaksi: Yang mengemuka adalah
tantangan profesionalitas. Kalau politik dijadikan panglima,
mau dibawa ke mana profesionalitas yang diidamkan itu?
MNA Yaqin
Alumnus Geofisika ITB,
ISEE Foundation, Bandung.
HAGI, Keanggotaan dan Kontak Mutual
Melalui Georesonansi, saya ingin menanyakan
bagaimana mekanisme keanggotaan dan pembaruan
keanggotaan di dalam kepesertaan HAGI (Himpunan Ahli
Geofisika Indonesia). Saya mencoba untuk melakukan
kontak ke secretariat untuk memperbarui data diri saya
sebagai anggota HAGI, sampai saat ini belum mendapatkan
balasan yang memuaskan. Sudikah para pihak yang
menggawangi keanggotaan menjelaskan mekanisme yang
ada? Selain itu, melalui apakah HAGI mempunyai network
yang dapat mempertemukan antara pihak yang –
katakanlah memenangkan tender pekerjaan, dan pakar
yang memiliki keahlian untuk terlibat. Apabila mekanisme
'kontak-mutual' ini dibangun melalui program HAGI, saya
rasa HAGI akan menjadi organisasi yang sangat diidamkan
untuk bergabungnya sinergi antara pasar dan ahli.
A.Jaelani
Geophysicist
[email protected]
HAGI Secretariat: Silakan mengontak secretariat dan mengakses
kami di 021-5250040 atau email: [email protected]. Semoga
HAGI bisa memfasilitasi sinergi tersebut ke depannya. Terimakasih
saran dan masukannya.
Terima Kasih HAGI - Georesonansi
Kami committee dan team satgas Majalah Himpunan
Mahasiswa Geofisika Indonesia(HMGI) mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bp. Mailendra
Tibri (Sekjen HAGI) dan Bp. Dijan Soebromo (Georesonansi)
atas waktu dan sharing knowledge-nya dalam acara
"Geophysics in journalism & Launching 1-st Edition of
HMGZINE" (23/3) di Yogyakarta. Sesuatu yang sangat
langka dan berharga bagi kami mahasiswa geofisika, di
mana secara basic bisa mengenal jurnalistik serta
termotivasi untuk mengaplikasikan kegiatan jurnalistik di
kalangan mahasiswa kebumian untuk mendukung
pengembangan Geofisika pada umumnya.
Semoga di kemudian hari terdapat tindaklanjut yang
dapat dikembangkan dari sinergi penerbitan di lingkungan
HAGI dan HMGI.
Best regards,
Hendra Kurniawan Putra
CEO of HMGZINE
Ph. 0857 010 44485
Surat Kepada Redaksi :
Anda dipersilakan mengirim surat pembaca atau artikel mengenai berbagai topik kebumian dan topik umum yang terkait dengan
visi media ini. Surat pembaca atau artikel dapat dikirim ke redaksi Georesonansi dengan alamat: [email protected] atau ke
alamat Redaksi : MAJALAH GEO RESONANSI Patra Office Tower Suite 2045, Jl. Jend . Gatot Subroto KAV 32 - 34 Jakarta Selatan
12950, T/F . 021-5250040 Email : [email protected] dengan menuliskan nama lengkap beserta alamat, momor telepon yang
bisa dihubungi disertai fotokopi/scan identitas diri.
2
Edisi 3/April 2014
PRESIDENTIAL NOTE
FOCUS
POSITIONING !
Salam,
Pembaca Georesonansi yang mulia.
Belakangan ini bencana alam terasa bertubi-tubi menerpa wilayah tanah air kita.
Letusan Gunung Sinabung yang belum lagi usai, kini telah disusul oleh letusan
Gunung Kelud dengan skala lebih besar. Tidak hanya bencana geologi, Indonesia
juga rawan bencana hidro-meteorologi, seperti banjir dan kekeringan. Berbagai
bencana alam itu menimbulkan ancaman yang meningkat bagi masyarakat.
DI KOMUNITAS
INDUSTRI & AHLI
KEBUMIAN
INDONESIA
Meskipun pengetahuan kita tentang mitigasi bencana terus ditingkatkan, namun
seiring dengan itu jumlah kerusakan akibat bencana alam tampaknya juga
meningkat. Oleh karena itu, strategi manajemen resiko yang komprehensif
diperlukan untuk mengurangi risiko bencana. Dalam pengelolaan risiko bencana,
instalasi sistem peringatan dini untuk upaya mitigasi risiko bencana sangatlah
diperlukan.
Pembaca budiman,
Georesonansi, selain sebagai media komunikasi dan sebagai salah satu media
untuk diseminasi keilmuan geofisika, juga hadir di tengah Anda dengan harapan
agar para pakar Himpunan Ahli Geofisika Indonesia dapat berbagi pengetahuan
dari akumulasi pengalaman di dunia kerjanya. Terbitan kali ini akan mengupas
berbagai isu terbaru mengenai dunia geofisika dan lingkungannya. Dan, secara
khusus terbitan ini memuat hasil riset tentang tomografi seismik untuk Jawa
Tengah oleh S. Rohadi dkk. Melalui studi ini kita dapat mengenali kejadian gempa
Yogya 2006 dan mengapa Merapi memunyai periode letusan yang relatif pendek.
Fenomena ini dapat dipotret melalui tomogram seismik hasil penelitian ini.
Akhirul kalam, selamat menikmati sajian penerbitan Georesonansi edisi awal
tahun 2014 ini. Salam sukses selalu.
Himpuan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)
Sri Widiyantoro
Presiden
MAJALAH GEO RESONANSI
Patra Office Tower Suite 2045
Jl. Jend . Gatot Subroto KAV 32 - 34 Jakarta Selatan 12950
T/F . 021-5250040 Email : [email protected]
IKLAN DAN PROMOSI :
Arida Chyntia Andriani ( 081288924225)
Ganesha Putra (082122727088)
Edisi 3/April 2014
3
LAPORAN UTAMA
Saeful Millah
PESONA
YANG MENEBAR BENCANA
K
amis malam awal Februari silam, keheningan
warga Kediri dan sekitarnya di Jawa Timur
tiba-tiba terusik. Beberapa dentuman keras
yang mengejutkan warga. Saat semua warga dalam
kepanikan, muncul kabar suara tersebut berasal
letusan Gunung Kelud yang tak jauh lokasinya.
Letusan gunung berapi itu ditandai dengan keluarnya
pijaran lava beserta asap tebal. Peristiwa tersebut
menjadi pertanda Gunung Kelud bangun dari tidur
panjangnya selama ini.
Sesungguhnya, ancaman meletusnya Gunung
kelud sudah diprediksi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG). Sekitar pukul 21.15 waktu
setempat, beberapa jam sebelum meletus, PVMBG
menyatakan status gunung dengan ketinggian 1.731
meter tersebut naik dari Siaga menjadi status Awas
(level IV). Selang satu setengah jam kemudian, asap
tebal dengan ketinggian mencapai tiga kilometer
terpantau membumbung di atas puncak Kelud dari
jarak pandang 20 km di pos pengawas.
Berdasar pemantauan itu, PVMBG pun segera
meminta pihak berwenang mengevakuasi ratusan
ribu warga yang bermukim pada radius 10 km dari
titik semburan abu dan bebatuan vulkanik.
Permintaan mengungsi dengan segera itu dianggap
perlu dilakukan. Belajar dari sejarah letusan Kelud
pada Mei 1919. Kalau itu peningkatan aktivitas Kelud
terlambat diantisipasi, akibatnya sedikitnya lima ribu
warga menjadi korban. Kala itu, mayoritas korban
tersapu oleh lahar panas yang mengalir cepat dari
gunung yang berada di antara tiga kabupaten di Jawa
Timur, yaitu Kediri, Blitar dan Malang.
4
Secara geologis, Kelud merupakan salah satu
dari gunung berapi sangat aktif dalam rangkaian
gunung berapi yang mengelilingi Indonesia.
Rangkaian gunung api itu dikenal luas dengan
sebutan The Pacific Ring of Fire atau cincin api Pasifik.
Sampai saat ini, Gunung Kelud setidaknya telah
mengalami lebih dari 30 kali erupsi sejak tahun 1000
Masehi, dengan letusan terakhir terjadi pada 2007
silam.
Meski dampaknya tidak memakan korban jiwa
yang signifikan, namun letusan awal Februari lalu
dianggap sebagai yang terdahsyat. Kelud, saat itu
mengeluarkan material batu dan abu vulkanik hingga
105 juta meter kubik.
Tak hanya memiliki pesona yang memikat, gunung juga
memiliki memiliki banyak manfaat bagi lingkungan
sekitar. Namun selain keindahan dan manfaat yang
dikandungnya tersimpan ancaman yang sewaktu-waktu
mampu menghancurkan mahluk di sekitarnya.
Tak hanya itu, erupsi yang terjadi juga dianggap
istimewa. Kelud melontarkan semburan awan panas
dan pasir hingga ketinggian 17 kilometer yang
kemudian disapu angin ke arah barat. Dampaknya,
beberapa daerah di bagian barat Kediri hingga Kota
Bandung Jawa Barat diterpa abu vulkanik. Bahkan
Kota Yogyakarta sempat lumpuh karena diselimuti
abu dengan ketebalan hingga lebih dari lima
centimeter.
Edisi 3/April 2014
LAPORAN UTAMA
Semburan awan panas disertai abu vulkanik juga
menyebabkan kerusakan pada belasan ribu rumah,
ribuan hektar lahan pertanian dan sejenak lumpuh
lalu lintas udara karena ditutupnya sejumlah bandar
udara.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Danny Hilman mengatakan, ancaman gunung
api tak lepas dari posisi Indonesia sebagai negara
kepulauan yang terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik. Keempatnya adalah lempeng
benua Asia, lempeng benua Australia, lempeng
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
“Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat
sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari
Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi.
Adapun sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan
dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawarawa,” katanya.
Dengan kondisi demikian, diyakini Zamrud
Khatulistiwa ini memiliki potensi rawan bencana.
Mulai dari letusan gunung berapi, gempa bumi,
tsunami, banjir dan tanah longsor. Semuanya bisa
terjadi karena pergerakan bumi di wilayah Indonesia
terus berjalan. “Jika intensitas pergerakannya besar,
tentunya akan menimbulkan bencana yang
dampaknya besar juga,” imbuhnya.
Jika melihat pembagian posisi gunung dan
potensi ancamannya, Pulau Jawa memiliki banyak
gunung berapi aktif yang berbahaya dibanding
dengan pulau lainnya. Meski dari segi ukuran, Jawa
memang relatif kecil jika dibandingkan dengan
Sumatera, tetapi pulau ini memiliki konsentrasi
gunung berapi aktif yang lebih tinggi. Ada 45 gunung
berapi aktif di pulau Jawa, tidak termasuk 20 kawah
dan kerucut kecil di kompleks vulkanik Dieng dan
kerucut muda di kompleks kaldera Tengger.
Beberapa gunung berapi tersebut sangat
berbahaya bagi lingkungan sekitar karena lokasinya
yang berdekatan. Jika mengerucut pada intensitas
keaktivannya, muncul nama besar yaitu Semeru,
Kelud, Merapi dan Anak Krakatau. Namun, dua nama
gunung di antaranya yakni Kelud dan Merapi
merupakan gunung api yang paling aktif dibanding
dengan gunung api lainnya di Jawa termasuk di
Indonesia. Sementara masih ada belasan gunung
lainnya yang berstatus waspada atau level II yang kini
tengah menunjukkan keaktivannya.
Fakta ini seolah memunculkan adanya ancaman
atau teror bagi warga seputar kedua gunung api
teraktif itu yang sewaktu-waktu bisa meletus kembali.
Apakah keaktivan gunung berapi dapat ''bereferensi''
Hal senada diungkapkan oleh Kepala Badan
Geologi Kementerian ESDM, Surono. Menurutnya,
Indonesia sebagai bagian dari rangkaian 'lingkaran
api atau cincin api' Pasifik. Ini merupakan daerah yang
sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung.
“Cakupan wilayah cincin api ini memiliki panjang
40.000 km dengan bentuk seperti tapal kuda.
Karenanya, ia tak menampik 81 persen gempa bumi
terbesar terjadi di sepanjang wilayah tersebut.
Sedangkan 17 persen gempa terbesar lainnya terjadi
pada sabuk Alpide yang membentang dari Jawa,
Sumatera, Himalaya, Mediterania hingga Atlantika,”
papar Surono.
SUMATERA DAN JAWA
PALING BAHAYA
Indonesia merupakan negara dengan jumlah
gunung api aktif terbanyak di dunia. Hal itu diperkuat
dengan data pada 2012 lalu yang menyebutkan ada
sekitar 127 gunung api yang masih aktif dengan
kurang lebih 5 juta penduduk yang berdiam di
sekitarnya.
Edisi 3/April 2014
Erupsi Sinabung
5
LAPORAN UTAMA
dengan yang lainnya sebagaimana awam memahami
hal ini. Surono, meluruskan pengertian ini dengan
menyebut masing-masing gunung api memiliki
karakteristik khas dan mandiri dalam masalah erupsi.
Akan tetapi wajar bagi para pemukim di seputar
kawasan gunung berapi untuk selalu waspada pada
sinyal yang dihasilkan dalam rangkaian aktivitas
sebelum letusan.
Sebagai contoh kasus adalah pengamatan
Merapi yang sistemik. Menurut Kepala Balai
Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi
Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandrio,
hingga beberapa hari ini dalam catatan seismograf
yang dipasang di Gunung Merapi belum teramati
adanya peningkatan aktivitas di salah satu gunung
teraktif di dunia tersebut. Sebagai laboratorium hidup
termodern, saat ini BPPTK Yogya telah mengerahkan
alat pantau beragam dan selalu memberikan
informasi berkala dan real time yang mampu diakses
publik. Karena itu, kabar atau isu seputar keaktivan
gunung serentak, tidak berkorelasi dengan fakta yang
ada. Masyarakat pun diminta untuk tidak panik karena
info yang tidak berdasar itu.
“Sejauh ini, dari pengamatan kami melalui alat
pengamatan maupun analisa, Gunung Merapi tidak
terpengaruh terhadap erupsi Gunung Kelud.
Masyarakat sekitar lereng Gunung Merapi bisa
beraktivitas normal seperti biasanya,” kata
Subandrio.
Lebih jauh, Subandrio menilai, selama ini
masyarakat sekitar lereng Gunung Merapi telah
memiliki pengetahuan dan kesadaran menyikapi
ancaman letusan Merapi. Hal itu terjadi, lanjutnya,
karena pihaknya selalu memberikan informasi terbaru
aktivitas Gunung Merapi, baik melalui petugas
pemantau di lapangan maupun informasi resmi
melalui media dan komunitas sekitar Merapi.
Sebagai negara yang berada di kawasan Ring of
Fire, penduduk Indonesia sedini mungkin harus
memiliki kepekaan terhadap ancaman letusan gunung
api. “Segala potensi ancaman harus ditanggapi
dengan bijaksana. Kesiapsiagaan dan kesadaran
setiap saat harus disadari masyarakat yang hidup di
sekitar gunung berapi,” pungkasnya.
BEDA KONDISI,
BEDA PENANGANAN
6
Sejarah mencatat, sejumlah letusan gunung api
kolosal dunia terjadi di Indonesia. Yang terbesar
dalam kurun waktu dua juta tahun usia bumi terjadi
pada 74.000 tahun lalu: Gunung Toba. Letusan
dahsyat ''Super volcano”” Toba menyisakan kawah
seluas 50 kilometer, yang kini dikenang sebagai
kawasan Geopark Danau Toba. Kala meletus, Gunung
Toba memuntahkan 2.500 kilometer kubik lava.
Setara dua kali volume Gunung Everest. Erupsinya
5.000 kali lebih mengerikan dari letusan Gunung St.
Helens pada 1980 di Amerika Serikat.
Situs Live Science mencatat, Indonesia memiliki
129 gunung berapi aktif. Dua yang paling aktif adalah
Kelud dan Gunung Merapi di Jawa. Banyaknya gunung
berapi di Indonesia tak lepas dari posisi nusantara
yang bertopang di atas zona tektonik sangat aktif,
pertemuan tiga lempeng besar dunia - Pasifik,
Australia, dan Eurasia, dan sejumlah lempeng kecil
lain.
Indonesia berada di lingkaran 'cincin api Pasifik'
atau Pacific Ring of Fire dan daerah kedua yang paling
aktif di dunia - sabuk Alpide. Terjepit di antara
lempeng benua dan samudra yang melahirkan
wilayah kegempaan superaktif , Indonesia menjadi
lokasi sejumlah letusan gunung berapi dan gempa
terdahsyat yang pernah terjadi di muka Bumi.
Rangkaian aktivitas gempa yang melahirkan bencana
dahsyat juga terus tercatat dalam sejarah
kebencanaan kita hingga awal 2014 ini.Badan Survei
Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebut, Pacific
Ring of Fire atau yang secara teknis disebut sebagai
sabuk Circum-Pacific adalah sabuk gempa terhebat di
dunia. Ini adalah serial garis patahan yang
membentang 40 ribu kilometer dari Chile di Belahan
Bumi Barat (Western Hemisphere) lalu ke Jepang dan
Asia Tenggara.
Kira-kira 90 persen dari semua gempa bumi di
dunia dan 80 persen dari gempa bumi terbesar di
dunia, terjadi di sepanjang Ring of Fire. Sementara, 7
persen dari gempa bumi terbesar di dunia dan 5-6
persen dari seluruh gempa terjadi di sepanjang sabuk
Alpide.
Saat ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG) merilis gunung-gunung berstatus
waspada. Berdasarkan pantauan PVMBG gununggunung yang perlu diwaspadai itu adalah Gunung
Kelud, Raung, Ibu, Lewotobi Perempuan, Ijen,
Gamkonora, Soputan, Sangeangapi, Papandayan,
Dieng, Seulewah Agam, Gamalama, Bromo, Semeru,
Talang, Anak Krakatau, Marapi, Dukono, dan Kerinci.
Edisi 3/April 2014
LAPORAN UTAMA
Selain itu, PVMBG juga menyebutkan ada tiga
gunung berstatus Siaga yakni, Gunung Karangetang,
Lokon, dan Rokatenda. Sedangkan satu gunung yang
saat ini berstatus awas dan sampai saat ini terus
menunjukkan keaktivannya adalah Sinabung.
Namun demikian, masyarakat diminta tidak
perlu panik dan cemas. Karena bencana di seputar
gunung api bersifat slow in set. “Artinya, tidak akan
tiba-tiba meletus. Ada tanda-tandanya,” kata Kepala
Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo
Nugroho.
Dari sekian banyak gunung berapi yang masih
aktif, sifat statusnya dibagi menjadi empat level,
sesuai dengan ancamannya. Empat status itu yakni,
Normal (level IV), Waspada (III), Siaga (II), dan Awas
(I). BNPB dan para pengamat kegunungapian
kemudian memetakan wilayah-wilayah seputar
kawasan tersebut untuk koordinasi sosialiasi
kebencanaan bagi warga seputar gunung.
Status Normal bermakna level aktivitas dasar
dan tidak ada gejala aktivitas tekanan magma.
Waspada berarti ada aktivitas, apapun bentuknya.
Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas seismik dan
kejadian vulkanis lainnya. Gunung berstatus Waspada
artinya, ada sedikit perubahan yang mengarah ke
aktivitas erupsi yang diakibatkan oleh aktivitas
magma, tektonik dan hidrotermal.
“Status Siaga bermakna ada peningkatan
intensif kegiatan seismik, gunung sedang bergerak ke
arah letusan. Jika tren peningkatan berlanjut, letusan
dapat terjadi dalam waktu dua minggu. Sedangkan
status Awas berarti gunung berapi segera atau sedang
meletus,” kata Sutopo. Dalam menghadapi setiap
tingkatan status gunung berapi, lanjut Sutopo,
tindakan yang harus dilakukan juga berbeda. BNPB
dalam hal ini sebagai pusat koordinasi penanganan
bencana mengambil peran koordinasi pada setiap
status kegawatan yang ada. Pada status Normal,
tindakan yang dilakukan berupa pengamatan rutin,
survei dan penyelidikan. Pada status Waspada,
tindakan yang diambil adalah dengan melakukan
penyuluhan, penilaian bahaya, pengecekan sarana,
serta pelaksanaan piket atau amatan terbatas.
Status Siaga, tindakan yang dilakukan adalah
melakukan sosialisasi di wilayah terancam, penyiapan
sarana darurat, serta melakukan koordinasi harian
dan piket penuh. Sedangkan status Awas, tindakan
yang harus diambil adalah merekomendasikan
wilayah terancam bahaya untuk segera dikosongkan.
Pihak-pihak terkait harus melakukan koordinasi
secara harian dan melaksanakan piket penuh.
“Pada status ini, jangan sampai daerah yang ada di
luar zona berbahaya menjadi sepi karena dikira
masuk area bahaya,” pungkas Sutopo.
Pendek kata, hidup di kawasan yang rentan
bencana membutuhkan pihak-pihak yang senantiasa
''awas'' (alert). Saat ini, dengan kemajuan teknologi
pengamatan kegunungapian dan komunikasi
kebencanaan yang sudah dilengkapi aneka alert
system, sudah bukan jamannya lagi telat memberikan
informasi kewaspadaan saat gunung terlihat
peningkatan keaktivannya. Kinerja para pihak
pengaman bencana dari Pusat hingga daerah, dengan
kondisi Indonesia yang rawan bencana, musti terus
disempurnakan. Masyarakat, dengan demikian
merasakan aman bermukim di setiap jengkal tanah
rawan di Cincin Api nan elok ini.
Warga seputar gunung
Edisi 3/April 2014
7
LAPORAN UTAMA
PENANGANAN BENCANA
BELUM KONSISTEN!
Penanganan bencana di Indonesia dinilai sejumlah
pengamat ahli belum proporsional sehingga belum efektif.
''Sistem penanggulangan bencana tidak dijalankan secara
konsisten'', ujar Koordinator Bidang Advokasi Platform
Nasional Pengurangan Risiko Bencana Ivan Valentina
Ageng.
S
elain erupsi Gunung Kelud, Gunung Sinabung,
banjir Jakarta, dan banjir bandang Manado
dan Fakfak, hingga Februari 2014 BNPB
mencatat total lebih dari 147 kejadian bencana yang
perlu diverifikasi awal tahun ini. Jumlahnya besar,
namun data-data itu masih perlu verifikasi antara
lembaga satu dan lainnya, juga lead sector seperti
Kementerian PU, Kesehatan, ESDM dan lainnya.
Cukup beragam dan masih dominan kejadian
bencana alam di berbagai lokasi di Indonesia sampai
saat ini. Masing-masing memiliki karakteristik risiko
yang berbeda, baik dilihat dari konteks ancaman,
kerentanan, maupun kapasitasnya. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) saat ini dituntuk
sebagai lembaga coordinator yang membawahkan
kelembagaan aksi di tingkat sektor (kementerian) dan
lembaga terkait baik formal di daerah (BPBD) sampai
LSM di seluruh wilayah Indonesia. Karena wewenang
yang demikian luas, tampaknya, BNPB belum secara
menyelusuh mampu mewujudkan proses
penanggulangan bencana secara efektif, walaupun
nyatanya telah memiliki pranata hukum dan
kebijakan yang mengatur persoalan kebencanaan.
Ivan Valentinus Ageng menilai, penanganan
bencana di Indonesia belum proporsional. BNPB,
menurut Ivan bahkan cenderung reaktif merespon
berbagai kejadian bencana di Indonesia, dan terkesan
tidak terstruktur dan terukur. Misalnya, respon cepat
dialamatkan bagi banjir Jakarta, namun sangat
lambat dalam menanggulangi dampak erupsi
Sinabung. “Kini, kita malah kebobolan dengan
terjadinya banjir bandang di Menado, dan kejadian
bencana lainnya di depan mata,” sesal Ivan. Untuk
erupsi gunung Sinabung Sumatera Utara misalnya,
hingga meletusnya Gunung Sinabung pada November
2012, Pemerintah Kabupaten Karo masih belum
memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD).
8
Pemerintah sebenarnya memiliki kesempatan
untuk menata sistem dan kelembagaan
penanggulangan bencana dengan segera karena
aturan dan kebijakannya tersedia. Sayangnya,
kesempatan itu tidak direspon dengan cepat dan
sigap sesuai kebutuhan masyarakat. Akibatnya,
koordinasi penanggulangan bencana menjadi tidak
responsif, tidak terencana dan tergambar kemudian
kurang efektif dan malah, abai.
Seperti diketahui, setelah tidur panjang selama
400 tahun, Gunung Sinabung pertama kali meletus
pada Agustus 2010 dan terus berlangsung hingga
September 2010. Gunung Sinabung sempat terdiam
selama kurang lebih tiga tahun, hingga kemudian
meletus kembali pada November 2013 dan terus
berlangsung hingga saat ini. Namun, meski ancaman
cukup riil, namun tidak ada inisiatif dari pemerintah
setempat untuk segera mengisi gap kapasitasnya
melalui upaya sistemik atau kelembagaan. Dalam
jangka pendek misalnya melakukan koordinasi
intensif dengan pusat untuk mendapatkan perhatian
pada masa tanggap darurat, atau melalui perangkat
setara BPBD yang bekerja sigap di tengah aktivitas
pengungsian yang masif. Celaka, ketika Sinabung
menyalak
November 2013, korban jiwa pun
mengemuka
Edisi 3/April 2014
LAPORAN UTAMA
Koordinasi penanggulangan bencana dilakukan
melalui Satkorlak yang sifatnya ad hoc dan hanya
fokus pada kegiatan tanggap darurat, semestinya
sudah harus ditinggalkan. Kegiatan-kegiatan
elementer dalam hal penguatan kapasitas
kesiapsiagaan, khususnya bagi masyarakat yang
berada di garis depan ancaman erupsi, tidak terkelola
dengan baik, dengan kelembagaan seadanya. Pada
saat jumlah penyintas (sebutan bagi pengungsi)
melonjak hingga lebih dari 26 ribu jiwa, penanganan
dampak terlihat semakin amburadul.
penanggulangan bencana secara modern dan
komprehensif,” tegas Ivan. Akibatnya, kini saling
lepas tangan, di tengah ribuan pengungsi yang
memerlukan respon penanganan segera.
Kondisi yang berbeda justru terjadi di Jakarta.
Banjir yang merendam 33 kelurahan pada 13-14
Januari 2014 justru disikapi secara reaktif. Jika
dibandingkan dengan kejadian banjir Jakarta awal
2013, yang merendam 124 kelurahan, banjir di
Jakarta sebenarnya masih bisa ditanggulangi oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Untuk diketahui,
banjir 2013 merendam 17% wilayah DKI, sementara
banjir 2014 baru merendam 7% dari wilayah DKI.
Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
sebenarnya telah memiliki konsep rencana kontijensi
banjir Jakarta yang disusun secara partisipatif dengan
melibatkan berbagai stakeholder penanggulangan
bencana yang ada di Jakarta. Rencana kontijensi
adalah salah-satu ciri pendekatan modern dan
komprehensif dalam penanggulangan bencana.
Artinya, jika dilihat dari segi ancaman, banjir
Jakarta 2014 masih lebih kecil dari skala ancaman
banjir 2013. Kemudian dari segi kapasitas,
keberadaan dokumen rencana kontijensi menjadi
indikator kesiapan kapasitas Pemprov dan
masyarakat DKI dalam menghadapi ancaman
bencana banjir. “Kehadiran dalam tanda petik, BNPB
dalam urusan banjir Jakarta 2014 justru menutup
kesempatan pemerintah DKI untuk melakukan
exercise atas kapasitas yang tengah dibangunnya,”
jelas Ivan. Padahal sudah jelas dalam UndangUndang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, pemerintah daerah adalah ujung tombak
penanggulangan bencana.
Antara Sumut dan Jakarta : Beda
Abai pada pranata kelembagaan, mungkin
memang sifat birokrasi kita. Namun tentu hal itu tidak
bisa dibenarkan. Dalam kasus Sinabung, Pemerintah
Pusat dan pemerintah provinsi Sumatera Utara
sepertinya abai terhadap urgensi kelembagaan BPBD
di Kabupaten Karo sebagai permasalahan utama.
“Padahal, keberadaan BPBD Kabupaten akan sangat
bermanfaat untuk mengoordinasikan upaya-upaya
Edisi 3/April 2014
Kedua kasus Sinabung dan banjir Jakarta ini
memotret kondisi penanganan kebencanaan kita
yang sungguh memrihatinkan. Padahal, pranata
perundangan, rencana aksi dan penyiapan SDM di
atas kertas sudah cukup baik karena merujuk pada
dokumen strategis yang telah banyak dipraktekkan
lembaga-lembaga kelas dunia. Namun perhatikan
bahwa, ada semacam lack of leadership, atau secara
umum kelembaman pranata birokrasi dalam
mengantisipasi dengan jitu kejadian bencana di
Indonesia yang sering masif, serempak dan berada di
sejumlah lokasi berbeda. Tanpa tangan-tangan yang
cergas, baik di Pusat dan di wilayah, serta komunikasi
yang efektif terbangun, niscaya penyempurnaan
kelembagaan saja belumlah cukup menjawab
kebutuhan ''sigap bencana'' kita.
9
LAPORAN UTAMA
YA AHLI,
YA PEDULI !
Semua pihak diminta memberikan kontribusi penanganan bencana yang langsung membawa manfaat bagi korban.
Kalangan ahli diminta lebih peduli. Ahli tanpa batas. Bisa di coba?
S
ebuah biro penilai independent asal Inggris
Maplecroft menilai bahwa negara-negara
dengan frekuensi kejadian bencana tinggi
seperti Indonesia, Bangladesh, Filipina, India
merupakan negara yang sampai saat ini menjadi
negara yang ''paling tinggi resikonya'' (high risk)
dalam melakukan investasi. Pada 2010 lalu sebuah
riset yang dikenakan kepada 197 negara, Indonesia
mendapatkan indeks nomor 2 paling beresiko
terhadap bencana sesudah Bangladesh. Pada 2014
ini, Indonesia masih masuk dalam urutan 10 besar
negara-negara beresiko kejadian bencana. Hal itu
menjadi semakin nyata dilihat manakala kita
memamerkan suatu pengelolaan bencana yang
sangat minim perhatian pada berbagai kejadian
bencana yang menyebar di 21 provinsi di Indonesia.
Pertanyaannya, kepada siapakah kita
bergantung guna mendapatkan perbaikan suatu
pengelolaan kebencanaan yang terukur dengan baik
dan dengan tatakelola yang hebat pula di lapangan.
''Kita semua tentunya harus turut mengambil peran
dalam masalah kebencanaan yang terjadi di tanah air
dengan kapasitas keilmuan kita'',tegas Sri
Widiyantoro, professor geofisika ITB di Bandung.
Dengan tidak menuding kelemahan sistem dan
koordinasi, para ahli sebenarnya juga cukup aktif
memberikan masukan, presentasi dan malahan
menjadi bagian dari tim penasihat presiden dalam
pengelolaan kebencanaan secara umum. ''Kita semua
bergerak ke arah yang lebih baik, dan universitas
menyambut baik serta berinisiatif untuk tercapainya
koordinasi yang lebih baik di masa mendatang'', tegas
ketua Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) ini.
10
Aktivisme, mungkin menjadi salah satu jawaban
dari kerangka formal yang coba dibangun di aras
kebijakan. Hendra Grandis, dosen Teknik Geofisika
ITB yang pernah menempuh pendidikan di Prancis
menuturkan, di dunia ada kelompok-kelompok ahli
yang sangat peduli pada kebencanaan dan patut kita
tiru. Ia menyebut, ''Medicine Sans Frontieres''/ MSF
(dokter tanpa batas) - di Prancis misalnya,
merupakan organisasi dokter yang kuat berkontribusi
sebagai relawan ahli dalam penanggulangan bencana
di seluruh dunia. ''Mereka ahli, memiliki kepedulian
dan bergerak sendiri – tentu dengan organisasi yang
kuat, memberikan kontribusi langsung pada
penanganan bencana di mana saja di penjuru dunia'',
tegasnya. Menurut ahli dan salah satu penulis buku
rujukan kebencanaan ini, hal yang sama bahkan bisa
dilakukan lebih luas di kalangan ahli di Indonesia. Bila
dokter-dokter yang kini berkoordinasi di 60 negara
seperti MSF saja bisa, kita pun tentunya bisa
berkolaborasi untuk Indonesia, menurut Grandis.
Edisi 3/April 2014
LAPORAN UTAMA
Mailendra Tibri dari HAGI menyetujui hal itu dan
HAGI disebutnya sudah mulai merintis dari sisi
sosialisasi dan aktivitas kepedulian terkait
kebencanaan yang berkorelasi dengan pembelajaran
masyarakat dan keberpihakan ahli dalam bidang
kebencanaan tersebut. ''Kami sudah mulai melakukan
terobosan pembelajaran atau yang kita sebut
sosialisasi dan diseminasi keilmuan hingga ke kampus
dan sekolah antara lain untuk membekali generasi
Pemerintah ingin menyelenggarakan
kelembagaan yang formal, dan juga tak kunjung
beres. Di pihak lain para ahli yang ingin berkontribusi
tidak tahu harus ke mana. Memang, nyatanya
kejadian bencana bukanlah sebuah event yang
mudah untuk diantisipasi, ditanggulangi secara
holistik. Namun bukannya tak mungkin. Apalagi
mengingat anggaran resmi untuk memperbaiki dan
membangun infrastruktur saja sudah kesempitan.
Dokter Tanpa Batas, Bisakah Ahli yang lain memberikan kontribusi tanpa batas pula. Geofisikawan Tanpa Batas ?
muda tentang ilmu kebumian dan kebencanaan'',
tegasnya.
Nampaknya, organisasi relawan ahli ini
memang memerlukan wadah dan juga gerakan yang
terukur untuk bisa turut serta memperkuat tatakelola
penanganan bencana secara umum. Untuk tidak
dikatakan sporadis, sebetulnya Pemerintah dan
Universitas penting untuk menjembatani suatu ikhtiar
kreatif guna membantu bekerjanya tatakelola
kebencanaan yang berhasil. Hal itu bukan saja dimulai
komunikasi dalam penyampaian gagasan dan konsep,
tapi juga di tingkat implementasi. Kepesertaan para
ahli ini masih minim sekali terlihat, baik di tingkat
konsep apalagi dalam tingkat operasional di
lapangan, sebagaimana sering kita lihat. Mungkin
ada semacam hambatan komunikasi yang
mengemuka di sana.
Edisi 3/April 2014
Atau, hal itu memang sebenarnya hanya asumsi. Coba
libatkan lebih banyak tenaga ahli dari semua saja
bidang (mis.perencanaan, kebumian,
teknik,kesehatan, sosial-ekonomi, psikologi dll.),
yang bisa bekerja sukarela ikut membangun suatu
konsep penanganan bencana yang cepat, tanggap
dan berhasil guna. Negara seharusnya memberikan
peluang dan penghargaan pada banyak ahli yang mau
dan peduli. ''Yang ahli dan peduli itu tentu banyak
sekali. Tapi mereka tidak tahu, bagaimana
melakukannya''.
Nah, sudah ahli, peduli. Siapa yang akan
mengorganisirnya? Himpunan lintas Ahli untuk
Kebencanaan? Silakan Pak Presiden diresmikan dan
digerakkan, jelang Pemilu 2014. Jangan berpretensi
politik lagi tentunya.. Jelas-jelas, memang kita butuh
dan perlu organisasi para Ahli yang peduli seperti itu.
Bencana, untuk kesekian kali, tidak untuk dipolitisir!.
11
LAPORAN UTAMA
PENGURANGAN RISIKO BENCANA
"LULUS DENGAN PREDIKAT
KURANG MEMUASKAN''
Sampai dengan awal tahun 2014, kejadian bencana di Indonesia masih cukup menonjol dan membawa korban baik
korban jiwa, harta benda, aset daerah dan warga. Kegiatan penanganan bencana yang cukup padat dikoordinatori
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) beserta lead sector lainnya masih berkutat di persoalan koordinasi
dan kelembagaan. Bagaimana kondisi kesiagaan umum kita menghadapi bencana? Seberapa tanggap kita, dengan
pengalaman yang ada, agar bisa ''lulus dengan predikat baik'' dalam manajemen penanganan bencana?
P
eristiwa bencana tahun 2013, yang terdiri atas
berbagai peristiwa yaitu gunung meletus,
banjir, longsor, hingga kabut asap di awal 2014
ini masih menyisakan berbagai pekerjaan rumah yang
belum lagi rampung. Permasalah koordinasi dan
pengelolaan umum manajemen kebencanaan yang
kurang terukur dan terimplementasikan dengan baik
menjadi catatan banyak pihak. Hal itu tentu menjadi
catatan tebal bagi kita semua untuk memberikah
perhatian lebih guna penyempurnaan serangkaian
aksi penanggulangan bencana menyeluruh yang,
sudah diundangkan dan diatur cukup rinci di ranah
kebijakan. Sayang apabila nyatanya, menghadapi
berbagai bencana yang mengemuka kita bertindak
dan berpola kerja laiknya belum memiliki kerangka
aksi dan koordinasi yang baik.
Sepanjang tahun 2013, jumlah kejadian
bencana yang terjadi di Indonesia sebanyak 1.387
kejadian. Data tersebut adalah menurut pencatatan
Koordinasi : Kata Sakti
12
BNPB serta belum diverifikasi oleh
Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah
Daerah. Sementara tahun 2012 mencapai 1.842
kejadian. Uniknya, jumlah korban dan kerugian harta
benda akibat bencana justru mengalami peningkatan.
Jumlah korban meninggal dan hilang meningkat dari
483 jiwa menjadi 690 jiwa. Jumlah penyintas yang
mengungsi juga mengalami peningkatan dari
956.455 menjadi 3.168.775 jiwa. Kerusakan rumah
juga mengalami peningkatan dari 54,626 menjadi
74,246.
Sampai awal 2014, bencana hidrometeorologi
masih menjadi bencana paling kerap terjadi di
Indonesia. Sebagaimana diketahui kebencanaan
memiliki spektrum luas baik bencana akibat kejadian
alam, industri ataupun ekskalasi aktivitas konflik
sosial. Setidaknya meminimalisir catatan kejadian
bencana industry dan sosial yang relative kecil,
hampir semua bencana sepanjang 2013-2014
didominasi bencana alam terkait cuaca
(hidrometeorologi), dan bencana alam
kegunungapian . Bencana banjir dan ikutannya
hingga Desember 2013 mencapai 85 kejadian,
menyebar di 21 provinsi. BNPB yang rajin
memberikan data statistik menyebut awal tahun
hingga Februari 2014, dominasi bencana
hidrometeorologi seperti banjir, longsor, angin
ribut/puting beliung, kekeringan dan kabut asap
masih dominan di Indonesia. Satu kejadian bencana
gunung api tambahan, selain aktivitas Sinabung di
Sumut adalah erupsi Kelud di Jatim yang fenomenal di
awal Februari lalu.
Edisi 3/April 2014
LAPORAN UTAMA
dan kota dan peningkatan kapasitas aparaturnya.
Sementara masyarakat yang berada di “garis
depan” dan berhadapan langsung dengan ancaman
bencana belum banyak tersentuh oleh programprogram penguatan kapasitas yang dilakukan
pemerintah. Harus diakui, terobosan kebijakan,
seperti “desa tangguh” masih belum berdampak pada
peningkatan kapasitas masyarakat.
Selain alokasi anggaran yang belum efektif,
meningkatnya kerentanan masyarakat bisa jadi
disebabkan oleh semakin buruknya daya dukung
sosial-ekonomi dan lingkungan masyarakat. Investasi
ekonomi yang tidak memperhatikan aspek-aspek
keberlanjutan, khususnya di sektor perkebunan dan
industri ekstraktif, telah turut memperburuk
kerentanan masyarakat.
Data statistik itu bukan hanya catatan angka
kejadian belaka. Kita membaca bahwa kejadian
bencana yang demikian deras di Indonesia
menunjukkan tingkat kerentanan masyarakat
menghadapi bencana yang cukup tinggi. Padahal
investasi anggaran secara serentak nasional sampai
daerah, dalam konteks peningkatan kapasitas
kelembagaan dan masyarakat telah mengalami
peningkatan. Pada tahun anggaran 2013, alokasi
anggaran untuk kebencanaan yang dikelola langsung
oleh BNPB mencapai Rp 1,3 triliun. Angka ini belum
memasukkan data kebencanaan yang dikelola oleh
kementerian atau lembaga lain selain pemerintah.
Sementara masing-masing wilayah kini juga telah
menyiapkan anggaran daerah (yang bervariasi)
melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD).
I nve s t a s i ya n g t i d a k m e m p e r h a t i k a n
keberlanjutan tidak hanya memperburuk kondisi
lingkungan, melainkan juga meningkatkan
kerentanan sosial dalam bentuk konflik dan
kekerasan. Menurut Konsorsium Pembaruan Agraria
(KPA), kekerasan berlatarkan sengketa agraria pada
tahun 2013 telah mengakibatkan 21 jiwa tewas, 30
tertembak, 130 luka akibat penganiayaan, dan 239
warga ditahan.
Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana
mencatat setidaknya terdapat lima rekomendasi
umum untuk pembenahan penanggulangan bencana
di Indonesia.
Pertama, meningkatkan efektivitas
penganggaran PB dari pemerintah. Meningkatnya
jumlah korban jiwa pada tahun 2013 pada saat
kejadian bencana yang justru menurun menunjukkan
pentingnya mengakselerasi perbaikan kapasitas
respon dari aparatur pemerintah di bidang PB.
Menurut Syamsul Ardiansyah dari Platform
Nasional Pengurangan Risiko Bencana (Planas PRB),
“kondisi ini menggambarkan peningkatan alokasi
anggaran untuk kebencanaan, belum secara
signifikan berkontribusi pada peningkatan kapasitas
masyarakat dalam menghadapi bencana'', tegasnya.
Syamsul menjelaskan, konsentrasi anggaran
kebencanaan saat ini baru pada upaya penguatan
kelembagaan pemerintah dalam penanggulangan
bencana, belum menyasar pada upaya peningkatan
kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi
ancaman bencana. Pemerintah masih berkonsentrasi
pada pendirian BPBD, khususnya di tingkat kabupaten
Edisi 3/April 2014
13
LAPORAN UTAMA
Kedua, di samping program Desa Tangguh
yang disponsori BNPB, pemerintah sebenarnya
memiliki program-program sejenis yang berorientasi
pada peningkatan ketangguhan masyarakat. Hanya
saja, program tersebut terkesan berjalan sendirisendiri secara sektoral dan tidak terhubung. Kohesi
antar program pemerintah untuk ketangguhan
masyarakat akan memberikan kontribusi signifikan
dalam pengurangan kerentanan masyarakat.
Ketiga, investasi pengurangan risiko bencana
hendaknya secara konkret diarahkan untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat di garis depan
(frontline) ancaman bencana. Upaya-upaya mitigasi
struktur maupun non-struktur dalam bentuk
peningkatan kesiapsiagaan masyarakat di garis depan
ancaman harus mendapatkan perhatian dan
lingkungan terhadap seluruh proyek-proyek investasi
disektor perkebunan dan pertambangan. Kedua,
secara konsisten menerapkan prinsip-prinsip free
prior informed consent (FPIC) terhadap seluruh
proyek investasi yang akan dilaksanakan di
Indonesia. Kelima, tahun 2014 adalah tahun politik.
Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana
(Planas PRB) mendorong agar isu kebencanaan
menjadi salah-satu agenda politik nasional. Investasi
pengurangan risiko bencana perlu ditingkatkan
sebagai upaya untuk mengurangi kerentanan di masa
yang akan datang.
Nah, saat ini perlu bagi kita semua untuk
memberi perhatian sepenuhnya suatu upaya semesta
penanggulangan bencana nasional. Sudah waktunya
kita tidak sibuk mengurus perundangan dan
Pengurangan Resiko Bencana harus diarusutamakan !
dukungan dari pemerintah.
Keempat, pembangunan ekonomi yang
memperhatikan keberlanjutan sosial ekonomi dan
lingkungan serta hak asasi manusia. Pada saat ini,
sebagian wilayah di Indonesia sudah mulai menuai
dampak buruk dari praktik-praktik pembangunan
yang tidak memperhatikan keberlanjutan dan hak
asasi manusia.
Di masa yang akan datang, konflik yang disertai
dengan kekerasan dan bencana akibat kerusakan
lingkungan akan semakin mengalami peningkatan.
Oleh karena itu, hal yang paling penting dilakukan
sekarang adalah; pertama, melakukan audit
14
kelembagaan yang tak kunjung beres. Namun semua
potensi baik koordinator nasional, lead sector,
universitas, juga masyarakat harus bahu membahu
mendaraskan kesiagaan bencana bagi semua kita.
Itu bukan lagi menjadi teori yang nampak
panjang dan teratur. Sudah waktunya implementasi
dalam manajemen kebencanaan yang solid
didemonstrasikan! Kita semua diminta untuk 'lulus
dengan baik' setiap kali panggilan kewaspadaan
bencana mengemuka. Jangan sampai, hanya 'lulus
rata-rata', atau bahkan 'lulus tidak terpuji'.
Edisi 3/April 2014
HAGI REGULAR COURSE 2014
17 - 21 Feb
2014
10 - 14 March
2014
Courses :
Tectonics and Structural Geology For Petroleum
Exploration & Production:
Theory and Application For Indonesia
Instructor :
Awang Harun Satyana (SKKMigas)
Courses :
3D Seismic Acquisition TZ/OBC
Instructor :
Jean Jacques Chameau (Consultant)
17 - 21 March
2014
Courses :
Pore Pressure Prediction & Wellbore Stability
Instructor :
Agus Mochamad Ramdhan, Ph.D. (ITB)
24 - 28 March
2014
Courses :
Seismic Data Analysis
for Exploration and Development
Instructor :
Sonny Winardhie, Ph. D & Wahyu Triyoso Ph. D
(ITB)
21 - 25 April
2014
Courses :
Quantitative Characterization of Complex
Reservoir: Carbonate, Stratigraphic, Fracture
Basement
Instructor :
Dr. Eng. Bagus Endar Bachtiar Nurhandoko (ITB)
21 - 25 April
2014
Courses :
How to Solve Coordinate System and Datum
Problem Using Navigation GPS Receiver (energy
sector common problem in consession, well,
seismic and others spatial data)
Instructor :
Hafzal Hanief (Pertamina) &
Prof. Dr. Ir. Hassanudin Z. A (ITB)
5 - 9 May
2014
19 - 23 May
2014
Courses :
Fundamental Seismic Methods
Instructor :
Supriyono (BP Indonesia) & Prof. Dr. Rer. nat.
Awali Priyono (ITB)
Courses :
Geostatistical Application
in Static Modeling of Carbonate Environment
Instructor :
Abdul Latif Setyadi, ME (SGS-Horizon)
9 - 13 June
2014
Courses :
Carbonate Sedimentology and Reservoir for
Exploration and Development;
Field Trip to Eocene Tonasa Limestone
and Snorkling for Modern Carbonate
in Spermonde Island
Instructor :
Ngakan Alit Ascaria, Ph.D. (Talisman Energy)
9 - 13 June
2014
Courses :
Flow Simulation Geomodeller
Instructor :
Dr. Asnul Bahar (Kelkar Associates)
16 - 20 June
2014
Courses :
Petroleum Geochemistry
Instructor :
Awang Harun Satyana (SKKMigas)
1 - 5 Sept
2014
8 - 12 Sept
2014
15 - 19 Sept
2014
Courses :
Rock Physics for Seismic Reservoir
Characterization
Instructor :
Dr. Tapan Mukerji (Stanford University)
Courses :
Seismic Parameter, Design
and Operation Quality Control
Instructor :
Dr. Alpius Dwi Guntara (Pertamina)
Courses :
Microseismic Monitoring
for Exploration and Exploitation
Instructor :
Dr. Andri Dian Nugraha (ITB)
27 - 31 Oct Courses :
2014 Petroleum Geology
and Petroleum Systems:
Current Knowledge
Instructor :
Awang Harun Satyana (SKKMigas)
8 - 12 Dec Courses :
2014 Static 3D Modelling: An Advanced
and Practical Techniques to Model
Transitional Depositional Environments
Instructor :
Abdul Latif Setyadi, ME (SGS-Horizon)
Notes: This schedule may change with notice prior!
*TBA : To Be Announce
19 - 23 May
2014
Courses :
Well Test Design & Analysis
Instructor :
Dr. Nengah Suabdi (Pertamina)
Edisi 3/April 2014
Registration and Information:
HAGI Training Center
Patra Office Tower 20th Floor, Suite 2045 | Jl. Jend. Gatot Subroto
Kav. 32-34 | Jakarta Selatan 129450 - Indonesia
Phone/Fax: +6221.5250040 | Email: [email protected];
[email protected] | Website: www.hagi.or.id
Contact Person: Arida Chyntia Andriani & Nindy Husnul Majid
15
HAGI NEWS
REGULAR COURSE
Salah satu program penting bagi peningkatan
kapasitas anggota dan komunitas ahli yang berasal
dari berbagai bidang aktivitas, khususnya di dunia
industri, adalah reguler course yang diminati banyak
peserta. Selama 2013 berbagai kursus terkait
persoalan teknis di industri hulu telah digelar dalam
puluhan seri kursus yang menyebar di berbagai kota
di Indonesia. Peserta kursus yang umumnya praktisi
industri perminyakan dan pengambil kebijakan di
sektor migas menjadi bagian penting dari tradisi
peningkatan kapasitas ini. Para ahli yang bereputasi
baik dari kalangan kampus maupun mereka yang
menekuni bidang khusus di dunia industri telah
menjadikan kegiatan ini sebagai salah satu pilihan
terbaik yang diminati peserta. Umumnya para peserta
puas dengan metoda dan materi pelatihan yang
memungkinkan mereka mendalami suatu bidang
kajian dan melakukan uji serta praktik dalam
workshop yang disajikan menarik di berbagai lokasi
laboratorium alam serta pemodelan yang disusun
terukur dalam pelatihan tersebut.
pemodelan seismik industri migas, kali ini
membawakan materi menarik yakni “Seismic
Parameter Design and Operation Quality
Control”. Engineer PT. Pertamina UTC ini
menekankan dalam studi singkat selama 5 hari sejak
4-8 November 2013 bahwa salah satu aspek penting
dalam pengelolaan data seismik untuk migas adalah
pemikiran yang komprehensif sejak penyiapan
parameter disain hingga perolehan metoda terbaik
untuk QC (kontrol kualitas) dari metoda pemodelan
dari lapangan yang memiliki spektrum dan
pendekatan yang luas.
Melalui metoda modeling yang tepat, simulasi
pra-survei dan penguasaan metoda pemodelan yang
efektif, hasil-hasil yang dicapai dalam menafsirkan
profil bawah permukaan suatu kawasan yang disurvei
akan dapat lebih mewakili. Guntara, yang telah
berpengalaman di dunia model baik dalam simulasi
maupun praktik lebih dari 20 tahun di Pertamina UTC,
kali ini Guntara memaparkan hasil pengalaman dan
temuannya pada peserta kursus yang dilakukan di
Hotel Tentrem Yogyakarta. Kursus diikuti oleh 24
peserta antara lain dari industri migas seperti
Chevron, PT Pertamina EP, PT Pertamina UTC, PT.
Medco E&P, Salamander Energy dan dari pengambil
kebijakan, SKK Migas.
Seismic Parameter Design And
Operation Quality Control
Dalam workshop 5 hari yang didisain khusus
untuk penajaman kapasitas geosaintis (geologi dan
geofisikawan, perminyakan) ini peserta mendapatkan
paparan komprehensif mengenai pengelolaan data
seismik bagi mereka yang berlatarbelakang geofisika
dan non-geofisika. Bukan bermaksud mendikotomi
keilmuan, justru pemahaman yang komprehensif
terhadap materi dengan spectrum yang luas, peserta
dapat melakukan pengambilan keputusan yang tepat
dan dibutuhkan di bidang kerjanya menyangkut
pengelolaan data seismik.
Dr. Alpius Dwi Guntara, doktor Geofisika Padat
dari ITB yang telah malang-melintang di dunia
Selama kursus peserta mendapatkan beberapa
materi penting seperti pemahaman dasar prinsip
perambatan gelombang hingga penerapan metoda
seisimik yang dikenal
luas di dunia eksplorasi
maupun produksi migas. Selain memahami
prinsipnya peserta juga mengenali kuantifikasi,
sampling identifikasi dan teknik terbaru dari metoda
seismik. Dalam kursus ini peserta juga diberikan
simulasi menangani kasus-kasus pengelolaan
pemodelan seismik, perencanaan dan pengelolaan QC
yang berhasil, sehingga secara keseluruhan peserta
memahami persoalan utuh survei seismik dengan
menggunakan data dan metoda terbaru yang sering
dipergunakan di lapangan.
Seusai menggelar JCM di Medan bersama Ikatan
Ahli Geologi (IAGI), HAGI menyelenggarakan seri
akhir kursus reguler yang tetap diminati peserta
hingga penutupan tahun 2013.
16
Edisi 3/April 2014
HAGI NEWS
Petroleum Geology and Petroleum
System of Indonesia : Current Knowledge
betul, memang merupakan kajian yang menarik di
mana peserta memahami konsep struktur, stratigrafi
dan sekaligus geologi minyak bumi melalui gambaran
histori dan proses pembentukan cekungan yang
rupanya merupakan lokus dari cebakan hidrokarbon
bernilai ekonomi penting ini.
3 D Static Modeling
“An Advanced and Practical
Techniques to Model Transitional
Depositional Environments”
Indonesia merupakan negara dengan 'wajah'
geologi bawah permukaan paling kompleks di dunia,
demikian Awang Harun Satyana, VP Management
Repesentative SKK Migas untuk Pertamina. Pengajar
kawakan lulusan Unpad Geologi dan penerima dua
penghargaan HAGI dan IAGI ini kali ini membawakan
kursus yang sangat menarik yakni mengenai kondisi
geologi struktur Indonesia dalam kursus yang
bertajuk, “Petroleum Geology and Petroleum
System of Indonesia : Current Knowledge”.
Kursus berlangsung di Hotel Arya Duta Manado
pada tanggal 11-15 November 2013 yang diikuti oleh
20 peserta dari berbagai kalangan. Peserta umumnya
merupakan anggota HAGI dan praktisi dari berbagai
instansi seperti dari Chevron Indonesia Company,
Chevron Pasific Indonesia, Petrochina, PT Hexindo
Gemilang Jaya, –Lemang PSC (Ramba), PT. Medco
E&P Indonesia, PT. Pertamina (Persero), PT. Pertamina
(UTC), dan SKK Migas.
Memaparkan asal-muasal cekungan bawah
permukaan yang terjadi dalam ribuan tahun yang
akhirnya membentuk suatu struktur cebakan migas
yang telah dieksplorasi dan diproduksi lebih dari 140
tahun oleh investor migas dalam dan luar negeri,
Indonesia memang merupakan fenomena. Dengan
sejarah dan fenomena khas dari masing-masing
daerah (regional basins) antara lain cekungan di
Sumatera, Jawa, Sunda, Kalimantan, Maluku hingga
Papua, Awang menjelaskan bahwa proses
pembentukan cekungan yang khas baik karena suatu
proses sedimentasi ataupun pergeseran lempeng
tektonik, merupakan satu keuntungan khas Indonesia
yang sampai kini masih menjadi wilayah yang
menawarkan blok potensial migas yang laik eksplorasi
dan produksi.
Menjelang tutup tahun 2013, HAGI kembali
menyelenggarakan kursus dasar mengenai
pemodelan seismik. Kali ini kursus mengambil tema
,''3D Static Modeling - An Advanced and Practical
Techniques to Model Transitional Depositional
Environments”. Pembicara pada kursus ini adalah
praktisi dan konsultan modelling Abdul Latif Setyadi,
ME dari SGS Horizon. Acara ini dilaksanakan pada 1620 Desember 2013 di Hotel Melia Purosani
Yogyakarta, dan diikuti 19 peserta yang bervariasi
dari kalangan profesional dan perwakilan akademisi
yang diundang khusus HAGI. Dari 19 peserta yang
mengikuti kursus ini, 14 di antaranya dari SKK Migas,
PT. Pertamina EP, Petrochina, Petronas, BOB Bumi
Siak Pusako – Pertamina Hulu, HESS Indonesia. Tamu
undangan dari Universitan Sebelas Maret (Solo),
Universitas Brawijaya (Malang), Universitas Tadulako
(Palu), Universitas Negeri Lampung (Lampung) dan
Universitas Cendrawasih (Papua).
Sebagai kajian pemodelan, 3D modeling
mengetengahkan sebuah review pemodelan static
dan geostatistik yang merupakan senjata analisis
gambaran bawah permukaan yang terproses melalui
sebuah survei seismik di suatu wilayah yang
dipelajari. Cukup kompleks apa yang dipelajari
peserta baik mengenai statistika, metoda estimasi,
simulasi basic hingga pemodelan tingkat lanjut seperti
penerapan model Facies dalam seismik, model
channel dalam konsep geologi dan lainnya.
Para peserta workshop dalam 5 hari ini
mendiskusikan karakteristik khas dari masing-masing
struktur yang ada pada regional yang dipelajari dan
Edisi 3/April 2014
17
HAGI NEWS
Peserta juga mempelajari berbagai model yang
dikembangkan dalam penelaahan data seismic seperti
penelitian mengenai porositas, permeabilitas,
distribusi facies, efek dari distribusi data dan
pengelolaan data seismic. Dari forum ini peserta
belajar, bahwa teknik dalam keseluruhan pemilihan
elemen modeling yang tepat akan menentukan
efektivitas pemodelan secara umum.
gelombang seismik. Kepada para peserta
diperkenalkan metoda nterpretasi dari litologi, tektur
dan kekompakan batuan dalam kerangka fisika
batuan. Dengan pendekatan teknik-teknik umum dan
metoda interpretasi kuantitatif, peserta dapat
melakukan pengenalan karakteristik batuan yang
terpampang dalam pemodelan data seismik yang
diambil di lapangan eksplorasi.
Walaupun konten materi kursus cukup berat,
namun kursus berjalan cukup rileks dan dijalani
dengan antusias seluruh peserta dengan suasana
training yang menunjang di Westlake Resto Jogja
yang adem.
Menarik dari Hendar - yang banyak membantu
pemodelan dan pengolahan data perusahaan migas
nasional maupun multinasional ini, peserta diberikan
kiat suatu tindakan kerja (workflow) dan petunjuk
teknis dalam pentahapan pengelolaan data seismik
untuk penelitian karakteristik cebakan migas. Selain
membicarakan teknik yang umum, hendar juga
memberikan pemahaman tingkat lanjut untuk
mengetahui berbagai karakteristik stratigrafi
reservoir, carbonate reservoir, serta pengkarakteran
hard-rock (basement) reservoir.
Quantitative Complex Reservoir
Characterization based
on Rock Physics and Statistics
Rock Physics for Seismic
Reservoir Characterization.
HAGI menutup acara kursus reguler di tahun
2013 dengan menyelenggarakan kursus bertajuk
“Rock Physics for Seismic Reservoir
Characterization”, dengan instruktur yang
ditunggu-tunggu banyak peserta yaitu Mr. Tapan
Mukerji dari Stanford University - AS. Kursus
mengenai fisika batuan ini diselenggarakan di Swiss
Bel Harbour Bay Hotel, Batam pada 16-20 Desember
2013.
Asisten profesor dari Fisika Sistem Kompleks
ITB, yang cukup banyak dikenal di dunia
perminyakan, Dr. Bagus Endar Bachtiar Nurhandoko,
menjadi pengampu kursus bertajuk,'' Quantitative
Complex Reservoir Characterization based on
Rock Physics and Statistics”, pada 12-13
Desember 2013 di Bandung. Acara kursus HAGI
mengenai karakteristik pemodelan batuan (rock
physics) ini berlangsung di Holiday Inn Hotel
Bandung. Kursus tersebut diikuti 11 peserta dari
Genting Oil, INPEX Corporation, Kangean Energy, PT.
Lapindo, PT. Patra Nusa Data, PT. Putindo Bintech, TAC
Pertamina Tanjung Miring Timur, Universitas
Hasanudin (UNHAS) Makassar, dan Institut Teknologi
Surabaya (ITS).
Kursus tersebut merupakan salah satu kursus
rutin HAGI yang diadakan tiap tahun dengan peserta
yang bisa dipastikan selalu membludak. Subjek yang
menarik dan cara penyampaian yang efektif
menjadikan kursus ini sangat ditunggu para praktisi
dunia perminyakan terutama yang berurusan dengan
analisis mengenai potensi batuan terkait data seismik
dan data log, untuk penentuan karakteristik cadangan
yang dikenali khas sebagai ''carrier'' kandungan
migas.
Kali ini Hendar menyajikan berbagai pemodelan
khas dalam analisis seismik dari posisi fisika
kompleks, satu studi mengenai aspek matematis-fisis
dari fenomena karakteristik batuan yang dipapar
18
Edisi 3/April 2014
HAGI NEWS
Kursus kali ini diikuti 28 peserta dari PT Hexindo
Gemilang – Lemang PSC (Ramba), CNOOC SES Ltd,
Husky – CNOOC, Hampson Russel - A CGG Company,
PT. Pertamina EP, RWE Dea AG, SKK Migas, PT. Medco
E & P Indonesia, PT. Geraldo Energy, PT. Pertamina
Hulu Energy Randugunting, HESS (Indonesia
Pangkah), dan HESS E&P B.V M'Sia.
Yang paling menarik dari Mukerji adalah tipstips praktis yang merepresentasikan suatu kondisi
batuan yang mengikat migas manakala dikenali
melalui pendekatan metoda kualitatif dan kuantitatif
yang umumnya dikenal di dunia pemodelan seismik.
Dari analisis kondisi fisis batuan akan tercermin
parameter lithology batuan, tipe porositas, saturasi,
tekanan dan temperatur sehingga berpengaruh pada
kecepatan gelombang seismik yang terpapar
padanya.
Berbagai analisis karakteristik batuan dibahas
dan didiskusikan untuk diaplikasikan pada pemodelan
interpretasi yang efektif guna mengenali cebakan
hidrokarbon yang khas dalam penampang seismik.
Pada proses relasi pemodelan ini peserta juga
diperkenalkan dengan berbagai teknik yang bisa
dipilih dalam penanganan kasus-kasus seismisitas
batuan, utamanya
penggunaan metoda dispersi
kecepatan, statistik fisika batuan, interpretasi
menggunakan template fisika batuan sampai dengan
kasus studi menggunakan
AVO dan impedansi
seismik.
Edisi 3/April 2014
Tectonics and Structural Geology
for Petroleum Exploration & Production:
Theory and Application for Indonesia”
Mengawali kegiatan kursus regular HAGI tahun
2014, Pada tanggal tengah Februari 2014 telah
dilaksanakan kursus dengan tema “Tectonics and
Structural Geology for Petroleum Exploration &
Production: Theory and Application for
Indonesia”. Awang Harun Satyana dari SKK Migas
sebagai pengampu andal dalam program kali ini
mengetengahkan spesialisasi bidang penelitian dan
pengalamannya di dunia migas dalam amatan geologi
struktural dan tektonika khas Indonesia yang dapat
menjadi objek kajian praktisi eksplorasi. Kursus
berlangsung di Grand Clarion Hotel Makassar, selama
5 hari dari 17 - 22 Februari 2014 yang lalu dan diikuti
pemantapan fieldtrip sehari penuh di daerah
Bantimala. Daerah yang terletak diperbatasan
Bantimurung dan Malaka ini memiliki kekhasan
struktur geologi dengan proses tektonika khas yang
dapat diamati peserta sebagai bahan kajian lapangan.
Peserta kali ini berjumlah 15 orang yang berasal dari
Pertamina EP, Pertamina Persero, SKK Migas, Medco
E&P, CNOOC SES Ltd, serta 2 orang perwakilan dari
Universitas Hasanuddin. (Laporan : Nindy dan Rida)
19
HAGI NEWS
SEPUTAR HAGI
S
emangat para kader geofisikawan kita
memang luar biasa. Lihatlah organisasi
kemahasiswaan yang dihimpun dengan rapi
dan penuh semangat dalam wadah HMGI (Himpunan
Mahasiswa Geofisika Indonesia). Sadar bahwa ilmu
geofisika memang lagi dicari orang, maka secara
sadar pula rekan muda kader geofisikawan ini
menggenjot sejumlah kegiatan berbasis kampus yang
menghimpun aktivitas ilmiah di sejumlah kampus
sejak kepemimpinan Yudist Admiral Nugraha dari
Teknik Geofisika FTTM ITB. ''Kabinet Yudist memang
merupakan salah satu kabinet terbaik dengan
aktivitas yang boleh dibilang jaman keemasan
organisasi HMGI'', tegas Salim Muhammad,
mahasiswa Geofisika Unpad yang membidangi
komunikasi dan informasi.
SINERGI UNTUK
DISEMINASI
GEOFISIKA
DI INDONESIA
Pada 7-9 Maret lalu, kabinet Yudist mengakhiri
masa baktinya dengan sempurna, dengan menggelar
event akbar munas (Musyawarah Nasional) disertai
rangkaian acara ilmiah yang diberi judul “Exploring
Future Geophysics World & MUNAS HMGI 2014”.
''Tema yang kita angkat adalah Mengembangkan
Geofisika, Membangun Indonesia yang disponsori
oleh SKK Migas, Pertamina Hulu Energi dan
Pukesmigas Universitas Trisakti serta Kerjasama
dengan HAGI. Sinergi ini luar biasa dan patut untuk
dikembangkan lebih jauh ke depannya'', tegas Yudist.
Rangkaian Seminar yang bekerjasama dengan
sponsor pendukung termasuk HAGI diselenggarakan
menutup acara munas sekaligus serah terima jabatan
di lingkungan organisasi HMGI. Seminar
“Uncoventional Energy” dengan pembicara Agus
Guntoro (Pukesmigas) dan Brahmantyo (SKK Migas)
digelar di awal acara dilanjutkan dengan arahan karir
bagi calon geofisikawan dalam Seminar “Geophysics
Career Path” yang diampu oleh Indro Purwaman (SKK
Migas), Ahmad Ihsan (Exxonmobil) dan Mailendra
(Sekjen HAGI). Yang menarik dari aksi para
mahasiswa ini kinerja organisasi yang ditunjukkan
dalam rangkaian acara yang tak putus-putus di
lingkungan kampus dan antar kampus dari 25
himpunan mahasiswa yang berada di universitas
negeri dan swasta di Indonesia. Sebagai sebuah
gambaran, bila beberapa tahun lalu pendidikan
geofisika hanya diajarkan di beberapa universitas
negeri,
20
Edisi 3/April 2014
HAGI NEWS
kini dengan melihat sepak terjang HMGI setidaknya
kita saksikan bahwa peminatan dan jurusan geofisika
telah diselenggarakan di 25 universitas di Indonesia
dari Unsyiah di ujung Aceh hingga Unhas di Ujung
Pandang.
Rangkaian kegiatan yang digalang HMGI cukup
bervariasi dan hampir serentak berjalan di dalam 5
wilayah perumpunan organisasi yang mereka bangun.
Sejak mereka menyatakan diri bekerja bersama dan
membangun organisasi keilmiahan, berbagai event
ilmiah kampus, studi ekskursi, pelatihan dan
workshop serta pengenalan studi geofisika di sekolahsekolah mereka laksanakan. ''Kami melihat fenomena
yang ditunjukkan oleh HMGI yang mampu bersinergi
dengan HAGI dan menunjukkan keaktivan di
lingkungan kampus dan antar mereka ini suatu
prestasi yang dapat diacungi jempol'', kata Mailendra
Tibri di Jogjakarta setelah mengikuti rangkaian acara
workshop jurnalisme.
Jurnalisme? Ya, atas inisiatif kepengurusan
kreatif ini pula mereka sadar bahwa salah satu hal
terpenting dalam menggalang keberlanjutan aktivitas
adalah keberadaan suatu media yang dapat
mengawal langkah organisasi mereka dalam
melakukan aktivitas komunikasi yang teratur dan
terencana. Bukan main, didukung oleh sejumlah
pihak sebagai sponsor, termasuk HAGI, kepengurusan
HMGI pada 23 Februari lalu telah menelorkan satu
media professional yang mereka namai dengan
HMGZine. ''Membangun media merupakan cita-cita
sekaligus komitmen kami dalam ikut membangun
organisasi secara berkelanjutan'', tegas Hendra
Kurniawan Putra , CEO HMGZine dari UPN Jogja.
Semangat yang menyala itu rupanya memang
menjadi tekad bersama mereka dalam mengurus
organisasi keilmiahan yang professional. ''Kami juga
terinspirasi kegiatan HAGI dan bersinergi untuk
bersama membangun aktivitas kegeofisikaan sejak
kami masih belajar'', tambah Salim. Musyawarah
nasional, selain menutup kinerja HMGI setahun ini
akhirnya memilih ketua baru mereka yakni Ladaya
Azizah Rakhmawati. ''Saya akan membangun HMGI
bersama rekan-rekan melalui aktivitas bersolidaritas
tinggi melanjutkan cabinet yang lalu'', tambah
perempuan anggota Hima Pedra Geofisika Unpad
dengan lantang. Selamat meneruskan sinergi dengan
solidaritas tinggi, dan semoga sukses meraih masa
depan gemilang, HMGI.
(Laporan : Salim M)
Foto : Munas, Seminar, Career Path HMGI 2014
Edisi 3/April 2014
21
HAGI NEWS
GEO
PHOTO
HAGI-IAGI
Juara favorit I
Metode penilaian : Pengunjung pameran
diberikan kesempatan untuk menentukan
foto favoritnya, foto yang paling banyak
mendapatkan pilihan adalah yang juara.
Judul : Tortor’s Levitation, Fotografer :
Muhammad Nashrudin (PHE WMO)
P
ara penggemar fotografi di lingkungan HAGI dan IAGI mendapat tempat ''hunting'' menarik di lingkungan
Geopark Danau Toba. Akhir Oktober 2013 lalu bersamaan dengan acara puncak Joint Convention Meeting
HAGI- IAGI di Medan, deselenggarakan Geophoto Hunting yang ke-6, bertempat di seputaran Medan – Toba.
Tema kegiatan kontes foto tahun ini adalah ''Toba Geopark''. Sejumlah 19 orang peserta akhirnya menyibukkan diri
dengan memburu objek foto yang bersesuaian dengan tema yang diminta Panitia. Sejumlah lokasi yang menjadi
bagian dari Toba Geopark, termasuk di dalamnya objek wisata dan kekayaan budaya seputar Sumatera Utara – Toba
berhasil digali oleh peserta. ''Penilaian dilakukan berdasarkan keberadaan parameter geopark dalam foto yang
diambil peserta. Parameter geopark yang dimaksud antara lain geologi, pariwisata, pertambangan, mitigasi
bencana, kebudayaan dan lainnya. Intinya peserta diberikan kebebasan menafsirkan objek foto untuk menghasilkan
karya terbaiknya,'' tegas Syaiful yang menjadi ketua Tim Penilai Geophoto Hunting. Lokasi seputaran Toba, Samosir,
Brastagi, Parapat hingga objek-objek wisata lain sampai ke Medan menjadi ajang perburuan yang menghasilkan
antara lain 2 juara utama dalam kategori Kesesuaian dengan Tema dan Foto Favorit pilihan peserta Pameran Foto
hasil karya peserta.
Juara kesesuaian dengan tema : Toba Geopark
Metode penilaian : Penilaian dilakukan oleh juri
berdasarkan keberadaan parameter geopark
dalam foto tersebut. Parameter geopark yang
dimaksud antara lain geologi, pariwisata,
pertambangan, mitigasi bencana, kebudayaan
dan lain-lain.
Judul : Panorama Danau Toba, Fotografer :
Muhammad Nashrudin (PHE WMO)
22
Edisi 3/April 2014
INDUSTRI
S
e b a g a i n e g a ra b e r ke m b a n g , g e n c a r
melakukan pembangunan prasarana dan
industri merupakan hal yang lumrah dan
diperlukan. Namun tak dapat dipungkiri bahwa hal
tersebut secara langsung juga menyita tingkat
pertumbuhan konsumsi energi, dalam hal ini minyak
dan gas bumi. Terlebih, gaya hidup yang semakin
maju seiring dengan kemampuan yang juga
meningkat, rupanya turut menjadi penyebab semakin
borosnya kita mengonsumsi sumber daya minyak. Tak
heran mengapa cadangan minyak bumi kita sudah
dalam kondisi depleting.
Namun, fenomena ini sesungguhnya belum
terjadi sepenuhnya pada gas bumi. Di saat
perkembangan produksi minyak Indonesia dari tahun
ke tahun mengalami penurunan, gas bumi diyakini
masih berpotensi dan mampu digenjot produksinya.
Hanya, tentu, masih perlu dilakukan upaya ekstra
untuk menemukan dan mengolah cadangan baru
yang diarahkan untuk peningkatan produksi. Potensi
yang ada juga perlu dimanfaaatkan sebaik mungkin,
utamanya pengembangan ladang gas di daerahdaerah terpencil seperti kawasan Indonesia timur
yang relatif belum tereksplorasi secara intensif.
Kesadaran akan pentingnya pengembangan
sumber daya gas tak terlepas dari dari semakin
menipisnya harapan untuk menemukan cadangan
energi minyak yang memiliki tngkat eksplorasi
rendah. Ibarat kata, sekarang sudah sulit
mengharapkan ada sumber energi yang menyembur
dari sumur-sumur tua. Kita kini harus lebih menyeka
Edisi 3/April 2014
Jidan Abshari
OPTIMALISASI
GAS NASIONAL
Perlahan tapi pasti, gas bumi mulai meninggalkan peran
pendukung. Kondisi sumber energi utama yang kian
memrihatinkan, justru mendongkrak kebutuhan dan nilai
strategis gas bumi. Saat gas menjadi primadona,
regulasi nampaknya perlu segera dibenahi. Ke mana
industri gas Nasional mau dibawa?
keringat untuk menggali dan menyelam lebih dalam
untuk menemukan sumber kebutuhan manusia
tersebut. Artinya untuk sekadar mengetahui adanya
potensi saja—tentunya dengan mempertimbangkan
efisiensi dan expertise maksimal—diperlukan
teknologi yang sangat mahal, modal besar, hingga
waktu yang memadai untuk menggarapnya.
Hal inilah yang menjadi jurang penghalang.
Meski sangat jelas bahwa mengelola ladang energi
sendiri menjanjikan keuntungan luar biasa, tetap saja
biaya menjadi semakin besar karena kesulitan
medan. Apalagi Peraturan Pemerintah yang mengatur
usaha gas bumi di hulu dan hilir belum dapat
menjamin bahwa investasi akan masuk, bahkan
cenderung sulit terealisasi.
23
INDUSTRI
Ini tentu bisa menjadi kendala serius bagi pelaku
usaha di sektor ini. Banyak hal yang jadi hambatan,
misalnya peraturan perpajakan dan lingkungan hidup,
otonomi daerah yang menyulitkan perusahaan asing,
sampai masih kentalnya aturan "raja-raja kecil" di
daerah.
“Saya enggak tahu, kok memangkas perizinan
itu susah betul. Di antara sektor usaha yang paling
bermasalah berkaitan dengan perizinan itu ya adalah
sektor minyak dan gas,” ungkap Menko Perekonomian
Hatta Rajasa saat menggelar pertemuan US-ASEAN
Business Council dengan delegasi pengusaha Amerika
Serikat, belum lama ini. “Bayangkan, sebuah
perusahaan minyak dan gas butuh waktu bertahuntahun mengurus perizinan sebelum melakukan
eksplorasi,” lanjutnya.
Hatta lantas melanjutkan keluhan-keluhan
yang ia peroleh dari banyak pengusaha asing.
Misalnya banyaknya total perizinan yang harus
dikantongi sebelum beroperasi. Kesulitan-kesulitan
perizinan tersebut bahkan sudah dimulai dari
menanam investasi. Data dari Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Hulu Migas bahkan melansir
bahwa jumlah perizinan yang dibutuhkan tak kurang
dari 270 buah. Fakta inilah yang disebut
kontraproduktif dengan upaya pemerintah yang
mengaku terus berjibaku mengundang investor
minyak dan gas di Indonesia. Ini justru bisa merugikan
investor, yang sewaktu-waktu bisa membuat mereka
“malas” menanamkan modalnya.
Persoalan perizinan yang masih berbelit-belit ini
menjadi PR besar dalam bidang bisnis Indonesia.
Sebab, masalah ini merupakan pintu pertama bagi
investor untuk menanamkan modal. Bila investor saja
sudah tersandung dengan persoalan perizinan, maka
sulit untuk melangkah lebih jauh. Patut diingat bahwa
kita seolah dikejar waktu mengingat konsumsi dalam
negeri sudah melebihi kapasitas produksi. Apalagi
dengan tujuh persen pertumbuhan konsumsi per
tahunnya. SKK Migas belum lama ini pernah melansir
bahwa sumber daya gas merupakan deposit potensial
yang telah dipetakan di 60 cekungan (basin) yang
24
terbentuk dari endapan di seluruh Indonesia.
Namun, hanya 38 cekungan yang sudah dieksplorasi.
Dari jumlah itu, bahkan hanya 15 cekungan yang
sudah memproduksi hidrokarbon. Tiga di antaranya
yang terletak di timur Indonesia bahkan cukup
berpotensi, yakni cekungan Salawati dan Bintuni di
Papua, serta cekungan Bula di Maluku. Sementara
Kedua belas cekungan lainnya berlokasi di bagian
barat Indonesia. Rinciannya, delapan cekungan
memiliki hidrokarbon—namun belum
memroduksi—dan cekungan lainnya kebanyakan
terletak di sebelah timur Indonesia.
Inilah yang sedang dicoba beberapa pemain
pasar untuk mengekspresikan perhatian mereka ke
perusahaan yang sudah sukses, seperti perusahaan
eksplorasi minyak dan gas Cina di Indonesia. Apalagi
Cina sudah menjadi investor kedua terbesar di sektor
minyak dan gas menyusul perusahaan minyak dan
gas USA. Cina sendiri melalui Petrochina seperti
diketahui sudah membeli Devon Energy sebesar
US$216 juta sejak 2002. Devon yang bergabung di
operasi bersama (JOB) Pertamina dan Ensearch Far
East Ltd, mengeksplorasinya di Tuban, Jawa Timur.
Namun, peningkatan aktivitas eksplorasi
tersebut rupanya justru secara tidak langsung
berujung pada peningkatan impor dari peralatan jasa
pengeboran Cina. Cerdiknya, Cina menawarkan fee
jasa yang lebih rendah dibandingkan perusahaan
lokal. Akibatnya, menurut Asosiasi Pengeboran
Indonesia, sekitar 20 persen jasa pengeboran
Indonesia terpaksa menutup operasinya karena
kalah saing saat itu. Masalah pun seolah bertambah
sejak resesi dunia pada periode 2009. Saat itu pasar
gas alam global, untuk pertama kalinya sejak era
1960-an, mengalami penurunan permintaan hampir
di seluruh wilayah dunia. Hal ini menunjukkan
adanya anomali, selain karena ditemukannya
sumber gas alam baru nonkonvensional di wilayah
AS. Harga gas alam dunia di pasar menunjukkan tren
penurunan. Harga jual berdasarkan kontrak jangka
panjang—sistem yang umum digunakan di Eropa
Edisi 3/April 2014
INDUSTRI
dan Asia—pun cenderung mengikuti level harga
minyak dunia. Hal itu membuat disperansi harga yang
tinggi antara spot dengan kontrak jangka panjang.
Walaupun sempat melemah, toh pasokan
infrastruktur gas alam terus meningkat untuk
menjawab keraguan banyak investor. Investasi di
bidang gas yang umumnya memiliki lead time yang
panjang ini dianggap akan masih mengalami
oversuplly hingga 2015. Salah satu faktor yang
menguatkannya adalah semakin berkembangnya
teknologi pengeboran seperti lateral drilling serta
pemaksimalan informasi geologis untuk eksplorasi
area non-konvensional.
Dengan potensi ini, peluang industri gas alam
dalam jangka menengah akan terbuka terutama
untuk investasi fasilitas LNG regasification. Ini
memungkinkan produsen secara fleksibel menyimpan
dan membentuk gas alam cair sehingga bisa
menyesuaikan pasokan yang akan dilempar ke
pasaran.
Sementara untuk jangka panjang, permintaan
akan energi dari gas alam ini pun terus meningkat
hingga 90 persen bersamaan dengan pertumbuhan
pesat konsumsinya, utamanya di beberapa negara
berkembang seperti Cina, India, juga Indonesia.
Artinya, sekaranglah saatnya gas alam mulai
menggantikan peran utama pembangkit listrik
berbasis minyak bumi dan batu bara. Terlebih,
pemakaian gas alam dipandang lebih ramah
lingkungan.
MASIH BANYAK PR
Terkait harapan akan tercapainya harga
komersialitas gas bumi yang tepat guna bagi industri
dalam negeri, pemerintah nyatanya masih
menghadapi berbagai pekerjaan rumah penting.
Sektor hilir dan hulu, yang secara tidak langsung
melibatkan buyer atau pemakai akhir, masih
menyisakan lubang masalah yang harus diselesaikan.
Data yang dihimpun dari Prof. Herman Agustiawan
dari Dewan Energi Nasional, bahkan permasalahan
''transaksional'' gas meliputi hampir sekujur sektor
yang meliputi sektor hulu, mid-stream, dan hilir dari
bisnis gas kita.
“Kementerian ESDM perlu mengawasi
persyaratan kepada perusahaan pipa distribusi gas,
seperti Infrastruktur yang lengkap, sumber pasokan
besar, sejumlah pemain yang memungkinkan
kompetisi, dan transparansi informasi,” ujarnya dalam
Presentasi Regulasi Gas Nasional yang diusulkannya
belum lama ini. Menurutnya, pemerintah dalam hal ini
Edisi 3/April 2014
Kementerian ESDM, diharapkan bisa lebih adil serta
mempertimbangkan secara teknis juga ekonomis
untuk menghilangkan praktek monopoli alamiah. Hal
itu, tambahnya, bisa melalui pembentukan lembaga
independen sebagai “wasit yang adil” dan melakukan
evaluasi secara hati-hati. Sistem open access juga
harus terus diterapkan secara jelas dan tegas
sebagai solusi dari penetapan tarif sementara yang
berbasis pada volume dan investasi sebelum tarif
permanen ditetapkan BPH Migas. Prof. Herman pun
menyampaikan dan berharap adanya sinergi antara
pemerintah, shipper, transporter, dan konsumen
untuk penyaluran gas dari lapangan-lapangan gas di
sepanjang jalur utama open access.
Sekali lagi, BPH Migas dan BUMN dengan
kepemilikan negara 100 persen memiliki peran
penting
dalam
membuat
kebijakan-kebijakan
lanjutan. Masalah klasik semacam perizinan dan
pengembangan jaringan sesuai perencanaan harus
diprioritaskan. Tentunya tanpa menomorduakan
standardisasi atau penetapan toll fee untuk semua
jaringan pipa transmisi dan distribusi nasional. BUMN
sebagai
bisnis
entitas
pun
diharapkan
bisa
melaksanakan tugas pemerintah dalam proses jual
beli gas. Misalnya, mengatur pasokan gas pipa dan
LNG sejalan dengan kebijakan energi nasional yang
ditetapkan oleh Pemerintah, serta mengendalikan
harga gas pipa dan LNG yang rasional sesuai dengan
kebijakan.
“Pemerintah harus fokus pada regulasi energi
nasional dan pengembangan infrastruktur. Dalam hal
ini, SKK MIGAS juga perlu lebih fokus pada upaya
peningkatan produksi. Regulasi yang
mengatur
harga jual gas pipa dan LNG sesuai peruntukannya
juga ditingkatkan sehingga mampu mendorong
pertumbuhan perekonomian nasional secara
optimal,” tutupnya.
25
26
Edisi 3/April 2014
INDUSTRI
Suwahyu Novianto
ADU CEPAT
PRODUKSI DAN KONSUMSI
S
ejak 2005, saat pemerintah mulai menghapus
subsidi BBM untuk industri, konsumsi gas
domestik semakin memperlihatkan
peningkatan. Hal tersebut menunjukkan adanya
paradigma baru di sektor migas. Pemerintah pun lalu
mencoba fokus untuk menghasilkan pendapatan dari
produksi minyak dan gas bumi. Namun, nyatanya nilai
tambah perekonomian nasional masih dianggap
kurang, meski cukup sukses dari sudut pandang
pendapatan Negara.
Berangkat dari situ, lahirlah kebijakan dengan
memprioritaskan pemanfaatan gas bagi kebutuhan
dalam negeri. Itu dapat terlihat dari profil ekspor LNG
Indonesia. Hanya saja, lagi-lagi tidak optimal. Selama
tiga tahun terakhir, komitmen kontrak LNG telah
berkurang hampir setengah dari volume puncaknya
dan mungkin akan terus menurun di masa depan.
Memang, saat ini pemerintah tengah mencoba
kembali memprioritaskan pemanfaatan minyak dan
gas bumi sebagai fungsi ketahanan energi dan
kekuatan pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Namun, tetap saja masih menyisakan ruang kosong
yang membuat tiap target belum menemui titik
kepuasan. Yang pasti, hal itu tidak serta-merta
membuat industri gas bumi sepi lirikan.
Dirjen Migas, Kementerian ESDM, Edy
Hermantoro, pernah mengatakan bahwa pemerintah
terus mengupayakan optimalisasi penggunaan
stranded gas, yakni gas dari lapangan yang
keekonomiannya marjinal. Beberapa langkah yang
dilakukan adalah membangun fasilitas-fasilitas serta
infrastruktur penunjang yang secara spesifik
diharapkan bisa memenuhi aspek keteknikan dan
keekonomian.
“Salah satu stranded gas yang dikembangkan
itu misalnya East Natuna yang memiliki cadangan 46
T S C F. Pe m e r i n t a h k i n i t e l a h m e n d o r o n g
pengembangan lapangan tersebut dengan teknologi
terbaru yang sesuai,” ujar Edy beberapa waktu yang
lalu di Jakarta. Menurutnya, pengembangan tersebut
bisa dimaksimalkan dengan melakukan pendekatan
fiscal dan nonfiscal.
Di tempat terpisah, cadangan gas di Lapangan
Masela juga sedang digojlok. Edy juga sempat
Edisi 3/April 2014
memaparkan bahwa cadangannya diperkirakan
mencapai 9,18 TCF dengan total investasi US$4,99
miliar. Sementara untuk produksinya ditargetkan
akan mulai pada kuartal 2 tahun 2018. Ini berarti
Masela akan mendahului target Lapangan Tangguh
Train 3 yang baru akan diproduksi menjelang akhir
2018. Lapangan dengan cadangan gas sekitar 8,09
TCF ini nilai investasinya pun lebih besar, yakni
sebesar US$ 12 miliar.
Namun, Edy mengingatkan bahwa meski
produksi dari lapangan-lapangan baru itu berjalan
nantinya, tetap tidak akan bisa menahan laju
penurunan alamiah dari lapangan gas. Hal ini malah
menimbulkan kekhawatiran akan tidak terpenuhinya
kebutuhan domestik di tahun 2020 ke atas yang
secara tidak langsung berdampak pada kinerja
penggarapan cadangan gas baru tersebut.
"Untuk itu, negara harus mencari sumbersumber gas baru dengan terus melakukan eksplorasi
di cekungan-cekungan hidrokarbon baru yang belum
pernah dieskplorasi sebelumnya," lanjut Edy.
Di tengah kekhawatiran akan ketidakmampuan
dalam
negeri
mengatasi
kebutuhan
domestik,
ancaman juga semakin menguat dengan masih
giatnya pihak asing menawarkan pengambilalihan.
Hal ini tentu perlu diantisipasi dengan kebijakan tegas
dari pemerintah. Sebab, dalam lima tahun terakhir,
gas bumi sudah berkembang menjadi komoditas yang
sangat penting sebagai sumber energi primer dan
juga sebagai bahan baku.
Ancaman tidak dapat memenuhi kebutuhan domestik
kian mendekat. Beberapa pemain sudah mencoba
untuk membuat eksplorasi baru. Mampukah? Atau
jangan-jangan dilempar lagi ke pihak asing.
Buktinya, pada 2001 saja, pemanfaatan gas
bumi untuk industri hanya sebesar 1.279 MMSCFD
(juta kaki kubik standar per hari). Namun tahun lalu,
pemanfaatannya melonjak menjadi sebesar 2.249
MMSCFD. Selain itu, konsumsi gas bumi untuk sektor
kelistrikan yang tersebar di area Jawa dan Sumatera
pun meningkat secara signifikan. Di sinilah peran
pemerintah diperlukan agar bisa memfasilitasi para
pemain utama yang terjun di bidang gas bumi ini.
Nah, bicara soal pemain utama, Indonesia memiliki
Perusahaan Gas Negara (PGN) yang merupakan salah
satu BUMN ternama di Indonesia.
27
INDUSTRI
Inilah yang diharapkan Negara bisa mengobati
kebutuhan domestik. Di Jawa Timur, misalnya, para
pelanggan industry PGN cukup terpuaskan dengan
dapat menghemat biaya energy hingga Rp 3,1 triliun
per tahunnya. Ini pula yang membuat banyak yang
mulai beralih dari BBM ke gas bumi. Beda lagi dengan
pelanggan
di
Jawa
Barat.
Mereka
malah
bisa
menghemat biaya energi hingga Rp 5 triliun per
tahunnya. Hal ini diamini betul oleh Heri Yusup,
Sekretaris PGN. Menurutnya, di saat PGN sudah
menginjak usia 48 tahun, sebagai BUMN yang
bergerak di sektor infrastruktur dan distribusi gas
bumi, PGN telah membangun jaringan pipa gas bumi
di seluruh Indonesia hingga sekitar 6000 km. Dengan
demikian,
perusahaan
yang
kinerjanya
mulai
meningkat pesat sejak sepuluh tahun yang lalu ini
juga bisa melayani sektor rumah tangga, komersial,
dan industri dengan total pelanggan lebih dari 90 ribu
pelanggan.
Heri mengungkapkan, hingga periode 31
Desember 2012 saja, aset keseluruhan PGN sebesar
USD3,908 miliar atau meningkat 14% dibandingkan
tahun sebelumnya sebesar USD3,4 miliar. Kemudian
sampai kuartal pertama 2013, volume penjualan gas
PGN mencapai 833 MMSCFD, yang berarti meningkat
dari 787 MMSCFD pada periode yang sama tahun
2012. Lantas bagaimana tahun ini?
“Dari bisnis transmisi, PGN berhasil
mengalirkan volume gas sebesar 877 MMSCFD
kepada pelanggan di Sumatera, Jakarta, dan Jawa
Barat,” lanjut Heri. Dalam industri gas, masih
menurutnya, ada tiga pilar utama yang harus
diberikan perhatian. Ketiganya adalah
pasokan, infrastruktur, dan juga pasar. Untuk
mewujudkan transformasi energi dari BBM
ke gas bumi, tiga pilar tersebut harus
berjalan secara sinergis.
Namun, meski terlihat menujukkan
hasil positif, sinergi tersebut rupanya
masih dinilai belum berjalan secara
maksimal. Sama dengan lainnya, hal ini
pun tak terlepas dari kebutuhan akan gas
bumi yang terus meningkat. Pasokan gas
dan pengembangan infrastruktur
dikhawatirkan tidak bisa dipenuhi dalam
jangka pendek. Oleh karena itu, Heri pun tak
menampik bahwa PGN, dalam hal ini negara,
tetap membutuhkan perencanaan dan komitmen
dari seluruh stakeholder baik pemerintah, regulator,
dan pelaku usaha untuk membangun satu sinergi
sehingga peningkatkan antara pasokan,
pembangunan infrastruktur, dan pengembangan
28
pasar gas dapat berjalan dengan baik.
Tidak mau disebut berdiam diri meningkatkan
pasokan dan produksi gas, PGN menanam investasi di
sektor hulu. Yang terbaru, PGN melalui anak
perusahaan yaitu PT Saka Energi Indonesia, telah
mengakuisisi Kufpec Indonesia (pangkah) BV yang
merupakan pemegang 25% participating interest
pada blok Ujung Pangkah Psc. Untuk jangka panjang,
PGN bahkan memiliki visi untuk menjadi perusahaan
energi kelas dunia.Sementara sebagai perusahaan
publik, PGN berkomitmen dan secara konsisten
menjalankan prinsip good corporate governance
(GCG).
PGN di Indonesia bukan hanya sebuah
perusahaan, namun telah menjadi pemasok utama
gas yang menjadi hajat hidup masyarakat. Kinerja
PGN dan menyalurkan gas diharapkan bisa lebih
optimal sehingga bisa mendukung sektor lain,
khususnya industri dan kebutuhan rumah tangga.
Dengan melihat neraca gas nasional tahun 2012-2025
yang menunjukkan bahwa puncak produksi gas
Indonesia akan terjadi tahun 2018 (sekitar 10.000
MMSCFD), kontribusi produksi gas bumi yang berasal
dari proyek-proyek gas baru seperti deep water
project, Masela, Tangguh Expansion, dan Natuna
akhirnya menjadi harapan Negara.
( V.Markish)
Edisi 3/April 2014
WAWANCARA
Dr. Armi Susandi, MT
"Kita Hanya Punya
Satu Atmosfer"
P
ria gesit nan aktif ini pernah dijuluki ''Al Gore''
dari Indonesia oleh beberapa pengamat. Dr. Armi
Susandi, 44, pria berdarah Padang ini memang
sering disorot media karena kerap jadi rujukan dan
tampil di berbagai kesempatan publik membahas
fenomena iklim. Ya, benar, lulusan Max Plank Institute
for Meteorology, Jerman, tahun 2004 ini memang sudah
santer dikenal publik sebagai ahli perubahan iklim yang
konsern pada berbagai fenomena kebencanaan yang
mengemuka
di
Tanah
Air
akhir-akhir
ini.
Armi
mendapatkan gelar doktor dari University of Hamburg,
Jerman, usai menamatkan pendidikan magisternya di
Studi Pembangunan ITB.
Dalam keseharian ia adalah dosen tetap dan peneliti di
Program Studi Meteorologi ITB. Saat ini ia tercatat
sebagai Ketua Prodi Meteorologi dan di tingkat nasional
ia masih menduduki perwakilan pakar di Dewan
Nasional Perubahan Iklim (DNPI).
Aktivitas riset dan
pengabdian masyarakatnya dalam bidang meteorologi
lingkungan digalang cukup solid dengan berbagai pihak.
Sejumlah kerjasama dalam dan luar negeri di bidang
penelitian dijalin dengan peneliti dari berbagai negara
seperti dari Amerika Serikat, Eropa dan Asia lainnya.
Umumnya penelitian mencakup isu-isu strategis bidang
perbaikan lingkungan dan upaya mengatasi perubahan
iklim.
Saat ini Doktor Perubahan Iklim dan Meteorologi
Lingkungan ini, sering menjadi narasumber utama
media cetak dan elektronik dengan memberikan
perspektif tajam dan ilmiah utamanya membahas
fenomena kebencanaan terkait iklim, seperti banjir
yang melanda kota-kota di Indonesia beberapa saat
lalu. Jidan Abshari dari Georesonansi menemui ''Al Gore
Indonesia'' di ruang kerjanya di Prodi Meteorologi ITB,
Ganesha, Bandung. Berikut petikannya:
Edisi 3/April 2014
29
WAWANCARA
Tahun 2014 dibuka dengan serangkaian bencana
A.S :
antara lain sisa tahun 2013 di berbagai belahan
Kejadian banjir di Jakarta, selain faktor cuaca dan
dunia, khususnya fenomena pusaran dingin (Polar
iklim yang terjadi secara ekstrim yang ditandai
Vortex), dan kemudian serangkaian bencana iklim
dengan lamanya turun hujan, perubahan tata guna
yang melanda Indonesia. Bagaimanakah pendapat
lahan dan lingkungan yang lebih cepat, juga ikut
Anda mengenai situasi iklim global tersebut.
berkontribusi lebih besar. Peran ahli meteorologi
Fenomena apa yang sebenarnya tengah
lingkungan memberikan informasi ilmiah terkait
mengemuka sekarang ini?
cuaca, dapat mengurangi resiko bencana yang lebih
A.S :
hasil penelitian, pemahaman dan telaah ilmiah
Diperkirakan bencana terkait iklim tersebut akan
tentang kemungkinan curah hujan ke depan.
besar. Selanjutnya, para ahli dapat memberikan
terus meningkat kejadian dan intensitasnya.
Kejadian polar vortex tahun 2013, banjir di
Pilihan opsi adaptasi ataupun kebijakan yang akan
beberapa tempat di Indonesia awal tahun ini, dan
diambil dalam mengatasi banjir di Jakarta dapat di
saat yang hampir bersamaan kebakaran besar di
berikan masukan oleh para ahli. Semua upaya
wilayah Victoria, Australia hanyalah beberapa
strategis pembangunan nasional pun seyogya nya
contoh bencana yang terus akan terjadi di masa
juga harus demikian, sebagaimana rekomendasai
mendatang. Hal tersebut terjadi dikarenakan
para ahli perubahan iklim dunia melalui forum IPCC
perubahan iklim global terus meningkat sebagai
(Inter Governmental Panel on Climate Change).
implikasi pemanasan global. Setidaknya ada 3
faktor yang menyebabkan pemanasan global terus
Anda sebagai Wakil Ketua Kelompok Kerja di
terjadi dan emisi karbon terus dilepaskan ke
Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), apa saja
atmosfer, yaitu melalui peningkatan jumlah
program yang dilaksanakan dan direkomendasikan
penduduk, perkembangan pembangunan yang terus
terkait fenomena iklim akhir-akhir ini di Indonesia.
membutuhkan energi fossil (minyak, batubara dan
gas), dan penurunan luasan hutan dunia.
A.S :
Dalam telaah mengenai iklim dan meteorologi,
mendorong para pihak untuk berperan dalam
sejauh mana hubungan iklim global, regional dan
mengembangkan strategi dan aktivitas adaptasi di
lokal dan bagaimana sikap kita pada umumnya
Indonesia. Sejak berdirinya DNPI tahun 2008
Jelas peran DNPI, khususnya Pokja Adaptasi selalu
terhadap hal itu.
sampai saat ini, dibawah pimpinan Rachmat
Witoelar, sudah banyak peran yang terbangun dan
A.S :
berkembang di pemangku kepentingan dalam upaya
Dunia dengan satu sistem atmosfer, jika berubah
adaptasi perubahan iklim. Banyak kementerian,
secara global, maka dipastikan perubahan secara
lembaga swadaya masyarakat, pemerintah daerah
regional dan lokal pun pasti terjadi. Perubahan iklim
yang telah memasukkan pertimbangan adaptasi
secara lokal terjadi sangat spesifik dengan
perubahan iklim dalam perencanaan kegiatan dan
karakternya masing-masing. Akan tetapi saat ini
pembangunannya.
perubahan cuaca dan iklim ekstrim sudah sering
terjadi di suatu wilayah yang dulu nya jarang atau
Hanya saja “pekerjaan rumah” masih banyak.
tidak pernah terjadi suatu fenomena iklim, misalnya
Diantaranya adalah bagaimana mengkombinasikan
turunnya salju di wilayah Vietnam. Sikap kita harus
pengurangan resiko bencana (disaster risk
lebih adaptif! diharapkan selalu siap menghadapi
reduction)dengan kegiatan adaptasi perubahan iklim
perubahan cuaca dan iklim yang terjadi, dan sering
(climate change adapatation), sehingga bencana
ekstrim saat ini dan mendatang.
terkait iklim dapat lebih optimal dikelola resikonnya
(disaster risk management). Ini butuh “kelapangan
Pada awal tahun ini di Jakarta terjadi banjir, dan
semangat” untuk lebih meningkatkan koordinasi
berulang situasi ini bagaimana para ahli memberi
antar lembaga.
kontribusi pada pengambil kebijakan dan alternatif
solusi makronya terhadap hal ini?
30
Edisi 3/April 2014
WAWANCARA
Fokus apakah yang sedang Anda tangani untuk
Akhirnya, studi terintegrasi tersebut diharapkan
kontribusi terhadap kesiapan perubahan iklim yang
dapat mendorong upaya pembangunan infrastruktur
mendasar dan operasional bagi pemerintah dan
dalam menghadapi bencana terkait iklim di masa
masyarakat
mendatang.
A.S :
Kalau menurut Anda apakah aksi yang dilakukan
Saat ini di ITB, kita mengembangkan model iklim
sekarang sudah cukup baik, parsial, ataukah seperti
cerdas (smart climate model) yang dapat
apa yang terjadi di Indonesia?
menghasilkan prediski cuaca/iklim dengan ketelitian
dan resolusi tinggi. Model tersebut dapat menghasil
A.S :
prediksi curah hujan (parameter cuaca yang paling
Belum! Aksi yang dilakukan sekarang, masih
berpengaruh di wilayah Indonesia) dengan
business as usual. Kita bisa mencontoh strategi
ketepatan yang tinggi dan teruji baik secara ilmiah
Belanda dalam menangani air yang karakater
maupun lapangan. Tingkat resolusinya pun sudah
daerahnya mirip dengan Jakarta. Kita dapat
dalam skala desa, sehingga sangat operasional
menyesuaikan dengan sumber daya yang kita miliki.
dalam membantu masyarakat untuk menghadapi
Sebagai contoh upaya penanganan banjir di Jakarta,
perubahan cuaca/iklim, khususnya curah hujan di
jauh lebih tepat jika kita mengembangkan kanal-
masa mendatang. Hasil prediksi curah hujan
kanal di daerah aliran sungai yang ada di Jakarta.
mendatang, diharapkan dapat dipakai para petani
Daerah banjir terpusat di sekitar kawasan sungai.
dalam menentukan awal masa tanam yang tepat.
Selanjutnya karena topografi Jakarta yang 40%
Selanjut para pemangku kepentingan lainnya dapat
lebih rendah, khususnya di Utara Jakarta,
mengurangi resiko bencana terkait iklim, seperti
pemompaan air secara cepat yang melimpah
kelebihan curah hujan (banjir) atau kekurangan
tersebut menjadi langkah taktis yang dibutuhkan
curah hujan (kekeringan) di suatu wilayah tertentu.
untuk mengeluarkan air secepat mungkin ke
Al hasil, wilayah tersebut dapat dinilai berketahan
wilayah laut Jakarta.
iklim di masa mendatang. Model iklim cerdas
tersebut telah diimplementasi di banyak daerah,
Untuk ke depan, strategi apa yang menurut Anda
antara lain Indramayu, Sumba Timur, Belu, Sikka,
harus diterapkan dan didesak?
Lembata, Jakarta. Termasuk di terapkan di
Kepulauan Fiji Island.
A.S :
Studi spesifik apa yang dikembangkan dan Anda
banjir Jakarta. Jika diasumsikan Jokowi dan
usulkan untuk dilaksanakan pada masa sekarang
jajarannya serta dukungan masyarakat mampu
Terbukti seorang Jokowi tidak mampu mengatasi
melakukan upaya struktural sekalipun, akan tetapi
dan mendesak?
limpahan air yang masuk ke Jakarta dari Bogor dan
A.S :
Depok melalui waduk Katulampa dipastikan tidak
Studi terintegrasi antara pemodelan cuaca dan iklim
akan sanggup di bendung oleh kapasitas lingkungan
dengan kebutuhan infrastruktur menghadapi
dan infratsruktur yang ada di Jakarta. Wacana
perubahan cuaca dan iklim! Studi ini penting agar
sodetan pun gagal diterima beberapa pihak,
penyiapan diri terhadap bencana di masa
khususnya warga Tangerang. Disinilah peran
mendatang jauh lebih efektif dan siap. Diharapkan
pemerintah pusat dan koordinasi dari kementerian
upaya menghadapi perubahan cuaca dan iklim
terkait untuk menjadi “lead sector”dalam mengatasi
ekstrim dengan lebih terstruktur dan sistemik.
persoalan banjir dan lingkungan di Indonesia.
Selanjutnya yang lebih penting adalah
Bencana terkait iklim tidak mengenal batas
mengimplementasikan peran teknologi dan
administrative, maka penanganannya pun harus
infrastruktur yang disesuaikan dengan hasil
lintas administratif. Willingness pemerintah pusat
pemodelan potensi bencana mendatang, khususnya
menjadi penentu ketahanan kota (resilience city)
prediksi curah hujan ekstrim, menjadi kunci
bisa terwujud. Kita tunggu tanggal mainnya,
keberhasilan menciptakan kota yang siap
ditengah perhatian banyak pihak, termasuk
menghadapi bencana terkait iklim (resilience city).
pemerintah yang lebih fokus kepada Pemilu 2014.
Edisi 3/April 2014
31
KOLOM AHLI
STRUKTUR 3-D
KECEPATAN GELOMBANG SEISMIK DAN IMPLIKASI
TEKTONIKNYA DI WILAYAH JAWA BAGIAN TENGAH
Supriyanto Rohadi1,2, Sri Widiyantoro3, Andri Dian Nugraha3, Masturyono2
1
Program Studi Doktor Sains Kebumian, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB
2
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika,
3
Kelompok Keahlian Geofisika Global, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, ITB
I
nformasi struktur kecepatan yang terperinci dan
posisi hiposenter yang akurat sangat diperlukan
dalam
analisis
prediktabilitas
gempa
bumi
karena lokasi rawan gempa bumi dapat diperkirakan
dengan baik (Widiyantoro, 2008). Struktur bumi hasil
model
tomografi
memberikan
kebaruan
dalam
memahami proses yang terjadi di dalam bumi. Hasil
penelitian
pada
akhir-akhir
ini
menunjukkan
pencitraan geotomografi menjadi teknik penting
dalam mempelajari struktur interior bumi yang dapat
menerangkan antara lain fenomena gempa bumi,
tsunami dan lumpur panas (Widiyantoro, 2008).
Kulakov dkk. (2007) melakukan tomografi struktur
kecepatan gelombang P dan S kerak bumi dan mantel
bagian atas di Jawa bagian tengah. Penelitian
masalah
akurasi
tomografi
struktur
kecepatan
serupa
oleh
Wagner
dkk.
(2007)
penentuan
yang
d i ke m b a n g k a n
wilayah Jawa bagian tengah, dari citra tomografi yang
menggunakan metode double-difference (hypoDD).
mengindikasikan
adanya
relokasi
akibat
termodelkan
menggunakan gabungan data gempa aktif dan pasif di
dihasilkan
teknik
hiposenter
tidak
hiposenter
anomali
Metode relokasi gempa bumi hypoDD pertama kali
kecepatan rendah yang kuat (-30%) di lapisan kerak
kemukakan Waldhauser dan Ellsworth (2000) yang
belakang busur utara (backarc) dari gunung api aktif
melakukan inversi lokasi hiposenter dari suatu klaster
di
gempa bumi.
Jawa
bagian
tengah.
Dengan
melakukan
pemodelan sintetik, Koulakov (2009) menyatakan
Metode double-difference didasarkan pada asumsi
kombinasi dari jejak sinar gempa bumi lokal dan
bahwa jika terdapat perbedaan jarak antara dua
regional yang datang dari arah yang berbeda akan
hiposenter yang sangat kecil dibandingkan dengan
meningkatkan resolusi spasial dan meningkatkan
jarak antara kedua hiposenter tersebut terhadap
penetrasi
kedalaman
model
tomografi,
namun
stasiun dan kedua hiposenter berada pada skala
penelitian Koulakov (2009) tidak melakukan inversi
heterogenitas kecepatan yang sama maka pola sinar
data riil. Akurasi dalam penentuan hiposenter gempa
gelombang dari kedua hiposenter tersebut dianggap
bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
identik. Pengembangan metode DD pada saat ini tidak
geometri jaringan, fase gelombang yang ada, akurasi
hanya digunakan untuk relokasi hiposenter tetapi
pembacaan waktu tiba dan model struktur kecepatan
juga untuk mendapatkan struktur kecepatan atau
(Pavlis, 1986).
yang dikenal dengan tomografi double-difference
Selain itu, hasil penentuan lokasi hiposenter
(tomoDD) (Zhang dkk., 2003). Dalam penelitian ini
gempa bumi biasanya mengandung kesalahan terkait
dilakukan inversi gabungan dari katalog data gempa
struktur
bumi MERAMEX (MERapi Amphibious Experiment)dan
kecepatan
dipermukaan
yang
tidak
termodelkan. Oleh karena itu untuk mengatasi
BMKG
(Badan
Meteorologi
Klimatologi
dan
Geofisika)(Gambar 1)
32
Edisi 3/April 2014
KOLOM AHLI
dari interpolasi dari ak135 Model (Kennett et al.,
1995). Model referensi gelombang S diperoleh
menggunakan nilai yang ditentukan dari Vp/Vs yaitu
1,74 (Tabel 1).
Gambar 1. Peta wilayah penelitian. Tanda plus hitam
menggambarkan grid node jaringan yang digunakan dalam
inversi tomografi. Lingkaran hitam menunjukkan distribusi
episenter gempa bumi. Segitiga kuning dan magenta
masing-masing adalah stasiun MERAMEX dan BMKG.
menggunakan
t o m o g ra f i
double-difference
(tomoDD). Data katalog gempa bumi MERAMEX
Gambar 2. Plot episenter gempa bumi Yogya (2006) dan
gempa bumi Brebes (2013) pada tomogram kecepatan
gelombang P dan S
berasal dari rekaman gempa bumi oleh jaringan
seismograf temporal yang dipasang di sekitar Jawa
Hasil inversi tomografi mengindikasikann zona
bagian tengah dan Yogyakarta oleh proyek MERAMEX,
anomali kecepatan rendah di permukaan (5 dan 10
mulai bulan Mei hingga Oktober 2004. Jumlah gempa
km) pada zona Lawu-Merapi. Keberadaan anomali ini
bumi yang terekam selama periode pengamatan
konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh
adalah 292 gempa bumi. Data gempa bumi regional
Koulakov dkk. (2007). Tomogram struktur kecepatan
yang digunakan berasal dari buletin bulanan gempa
gelombang
bumi hasil rekaman jaringan seismograf permanen
mengindikasikan beberapa fitur penting yang belum
regional
dari
Sistem
Peringatan
Dini
Tsunami
Indonesia (InaTEWS), BMKG.
seismik
ya n g
diperoleh
juga
diidentifikasi pada penelitian sebelumnya, seperti
zona anomali kecepatan rendah di wilayah Cilacap-
Jumlah stasiun seismograf BMKG yang digunakan
Banyumas dan zona anomali kecepatan rendah di
adalah 36 stasiun, yang terletak di Lampung, Jawa
Kebumen
dan Bali. Katalog data gempa bumi BMKG berjumlah
anomali kecepatan rendah yang kuat dengan Vp
(Karangsambung)
(Gambar
2).
Zona
1.606 gempa bumi dari April 2009 hingga Februari
rendah dan Vs rendah teridentifikasi antara zona
2011. Jumlah data waktu tempuh dari gabungan
C i l a c a p - Ba ny u m a s .
katalog data gempa bumi MERAMEX dan BMKG adalah
mengindikasikan material fluida dengan rasio aspek
Fitur
ini
ke m u n g k i n a n
untuk
tinggi (high aspect ratio) atau sedimen. Zona ini
gelombang S. Model kecepatan referensi gelombang P
memiliki kesesuaian dengan keberadaan basin yang
15.364
untuk
gelombang
P
dan
8.298
dari permukaan hingga kedalaman 20 km merupakan
berisi sedimen di wilayah tersebut. Zona anomali
interpolasi dari model oleh Wagner dkk. (2007),
negatif di Kebumen bersesuaian dengan zona yang
sedangkan untuk kedalaman lebih dari 20 km berasal
diperkirakan
sebagai
ekstensi
basin
laut
permukaan (Gambar 2).
Edisi 3/April 2014
33
di
KOLOM AHLI
Anomali kecepatan rendah di bawah Cilacap,
Banyumas
dan
Yo g a k a r t a
dengan
jelas
mengindikasikan zona tersebut berbatasan dengan
zona anomali kecepatan tinggi (Gambar 2, 3). Zona
anomali seperti ini merupakan zona lemah sehingga
bila terjadi akumulasi stress maka sangat berpotensi
terjadi gempa bumi. Stress pada zona ini dapat
berasal dari aktivitas subduksi dan dinamika kerak
bumi oleh pengaruh temperatur dan tekanan tinggi
dari material dalam kerak bumi.
Gambar 3. Penampang vertikal: (a) tomogram gelombang
P dan (b) hasil uji checkerboard. Lingkaran coklat adalah
hiposenter setelah relokasi, garis abu-abu adalah slab model
global USGS.
Gambar 4. Plot posisi sumber gempa bumi Yogya (2006)
dan gempa bumi Brebes (2013) pada irisan vertikal
tomogram kecepatan gelombang P.
Pada Gambar 3 disajikan penampang vertikal
tomogram Vp (kiri) dan uji chekerboard (kanan),
tomogram ini mengindikasikan adanya beberapa fitur
struktural
yang
menonjol,
seperti
misalnya,:
penampang vertikal A-A' menggambarkan anomali
kecepatan tinggi di bawah bagian barat Jawa Tengah,
yang
mengindikasikan
subduksi
lempeng
Indo-
Australia (Rohadi dkk., 2013). Penampang vertikal CC' menegaskan perbedaan dari hasil penelitian
sebelumnya oleh Koulakov dkk. (2007) yaitu bahwa
magma berasal vertikal dari bawah Merapi, tetapi dari
tomogram (Gambar 4) dan sketsa kartun (Gambar 5)
tampak bahwa magma cenderung berasal dari arah
selatan bawah Merapi (Rohadi dkk., 2013). Anomali
kecepatan rendah di bawah Cilacap, Banyumas
bersesuaian dengan keberadaan basin di wilayah
tersebut.
Zona
anomali
Karangsambung,
kecepatan
Kebumen
rendah
Gambar 5. Kartun sketsa interpretasi penampang vertikal
tomogram kecepatan gelombang P, sketsa menggambarkan
subduksi slab (anomali positif), magma (anomali negatif),
fokal mekanisme gempa bumi Yogyakarta 2006 dan double
seismic zone.
di
mengindikasikan
bersesuaian dengan tempat ekstensi basin samudera
di permukaan (Rohadi dkk., 2013).
34
Edisi 3/April 2014
KOLOM AHLI
Implikasi tektonik dari tomogram
yang
diperoleh
mengindikasikan
bumi
terjadi
anomali
telah
bahwa
pada
tinggi
gempa
batas
dan
zona
anomali
rendah, Seperti telah dinyatakan
sebelumnya zona batas anomali
merupakan zona lemah. Selain
gempa bumi Brebes (2013) dan
gempa bumi Yogyakarta (2006)
yang
terjadi
pada
batas
zona
anomali, gempa bumi yang terjadi
pada tanggal 25 Januari 2014,
dengan koordinat 8,48º LS dan
109,17º BT (barat daya Kebumen)
dengan kedalaman 48 km dan
magnitudo 6,5 (Sumber: BMKG)
juga terindikasi terjadi pada zona
batas anomali. Pada Gambar 6
ditunjukkan
gempa
posisi
bumi
episenter
Kebumen
pada
kedalaman 25, 35, 45, dan 65 km,
Gambar 6. Plot posisi gempa bumi 25 Januari 2014, magnitudo 6,5 dengan episenter
8,48º LS dan 109,17º BT dengan kedalaman 48 km, posisi gempa bumi diplot pada
tomogram Vp pada kedalaman 25 , 35, 45, dan 65 km.
dimana pada interval kedalaman
tersebut struktur heterogen secara
spasial.
Pada
Gambar
7
ditunjukkan plot posisi sumber
gempa
pada
tomogram
irisan
vertikal
pada
gambar
Vp,
terlihat bahwa gempa bumi terjadi
pada slab rigid di bawah zona
anomali kecepatan rendah.
Meskipun demikian dari hasil
penelitian
ini,
terperinci
tetap
terungkap
beberapa
belum
fitur
dapat
disebabkan
keterbatasan cakupan data gempa
bumi dan densitas stasiun. Oleh
karena itu, penelitian lebih lanjut
sangat
diperlukan
meningkatkan
dengan
cakupan
data
seismik dari jaringan seismograf
yang
lebih
rapat.
Selain
itu
penelitian pemodelan gravitasi dan
magnetik
untuk
Gambar 7. Plot proyeksi posisi gempa bumi 25 Januari 2014, magnitudo 6,5 dengan
episenter 8,48 LS dan 109,17 BT dengan kedalaman 48 km, Posisi gempa bumi diplot
pada irisan vertikal tomogram Vp.
menghasilkan
model yang realistis terkait dengan
zona anomali terutama di wilayah
Cilacap-Banyumas dan Kebumen.
Edisi 3/April 2014
35
PROFIL
Lulusan Fisika ITB, dan doktor geofisika Université
Surono
Joseph Furier, Gronable, Perancis, ini memang
ZERO TOLERANCE
FOR A SAFE LIFE
''embah''-nya persoalan kegunungapian.
Tampil
tenang dan jenaka adalah ciri khasnya manakala
berbagai kejadian bencana gunung api mengemuka
dan ditanyakan tanggapannya.
Walaupun sejak 1
Agustus 2013 tidak lagi menjabat Kepala PVMBG
(Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Gunung),
awak media kerap memburunya sebagai ''kuncen''
yang memang telanjur akrab dijadikan rujukan
keilmuan untuk awam. Masalah kebencanaan bukan
saja tanggungjawab resmi orang yang menjabat,
katanya. Semua orang harus merasa terpanggil
untuk
turut
s er t a
ak t i f
penanggulangan
bencana.
karena
untuk
baginya
di
d al am
Begitu
urusan
dipikirkan serius, lengkap dan
siklus
pedulinya
bencana
ia,
harus
tidak bisa 'main-
main'. Ia, berprinsip, dalam mengantisipasi kejadian
bencana:
W
ajah lelah kurang tidur dengan kumis,
kacamata, dan rambut
tebalnya, begitu
akrab menempel di ingatan pemirsa tivi.
Sosok paruh baya yang kerap muncul di layar kaca
rumah Anda dan seolah jadi ''kuncen'' bencana
gunung api itu adalah Surono, 59, atau sering disapa
''Mbah Rono''.
N
obless Oblique. Setiap 'gelar', menyandang
tanggungjawab. Itu kata pepatah negeri
manca. Maria Asteria, 19, tengah Februari lalu
resmi menyandang gelar Miss Indonesia 2014, dalam
sebuah ajang pemilihan ratu Ayu. Tugas dan agenda,
kemudian
toleransi
nol
demi
keselamatan
jiwa
manusia (zero tolerance for a safe life).
melekat
padanya
sebagai
duta
ayu.
Rono berpesan bahwa di atas suatu prediksi
berbasis teknologi, orang tak boleh sembrono.
Sebagai
seorang
''ahli''
dan
pejabat
publik,
tambahnya, kita dituntut untuk merekomendasikan
sebuah keputusan yang tepat dan benar dalam
persoalan bencana.
Maria Asteria
CUMLAUDE DAN
KORBAN BENCANA
Termasuk melakukan berbagai kegiatan sosial seperti
menyambangi korban bencana. “ Pastinya! tugas
sudah menunggu, melakukan berbagai kegiatan
sosial. Salah satunya membantu korban bencana dan
memberi bantuan kepada mereka," katanya renyah.
Menjadi wakil Indonesia pada kontes ratu ayu
sejagad
memang
jadi
impiannya,
dan
ketika
kehormatan itu tersemat padanya, ia berujar, “Saya
bersyukur kepada Tuhan karena bisa diberikan
kesempatan
luar
biasa
ini.
Pengalaman
sangat
berharga harus dimanfaatkan sepenuhnya'', tambah
gadis kelahiran Yogya.
bahkan mampu lulus S1 dari UPH dengan predikat
cum laude. ''Saya akan lakukan yang terbaik bagi
Indonesia. Ayo kita bantu Saudara-saudara kita yang
Cantik, cerdas dan peduli, melekat dalam sosok
tengah dilanda bencana. Itu tanggungjawab kita..'',
Maria yang rupanya juga tercatat sebagai alumnus
ujar gadis ayu bertinggi 165 cm tersebut dengan
Universitas Pelita Harapan. Bukan sekadar lulus, Maria
manisnya. Cumlaude!
36
Edisi 3/April 2014
OPINI
Trismadi
POSISI RAWAN
BATAS MARITIM
INDONESIA
I
ndonesia
memiliki
posisi
strategis
geopolitik sebagai Negara yang
secara
dengan India, Thailand, Malaysia (kecuali sebelah
terletak di
Timur Pulau Sebatik), Vietnam, Papua Nugini dan
antara dua samudera dan dua benua. Potensi
Australia.
Sedangkan
batas
landas
kontinen
geopolitik dan geografis strategis ini di satu sisi
Indonesia dengan Filipina, Palau dan RDTL sama
merupakan berkah bagi bangsa Indonesia, namun di
sekali belum dibicarakan. Batas zona ekonomi ekslusif
sisi lain – karena wilayah yang berbatasan dengan
David H. Johnston
Negara lain yang memiliki kepentingan ekonomi yang
Setelah
sama terhadap sumber daya alam, menjadikan posisi
berbagai fora internasional sampai saat ini belum ada
rawan (vulnerable) bagi Indonesia.
(ZEE) memiliki kondisi jauh lebih memrihatinkan.
satu
diundangkan
negara
pun
dan
yang
dibicarakan
tuntas
melalui
menyelesaikan
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia,
perjanjian batas ZEE dengan negara lain. Australia
Indonesia berbatasan di laut dengan sepuluh negara.
adalah salah satu negara yang secara prinsip telah
Problema perbatasan dan potensi konflik kepentingan
menyepakati perjanjian batas ZEE dengan Indonesia.
sumber daya alam inilah yang mengemuka sebagai
bagian dari komunikasi antar bangsa, khususnya
problema di seputar persoalan pengelolaan sumber
daya alam di seputar wilayah perbatasan (batas
maritim).
Istilah
batas
maritim
ini
diterapkan
untuk
mengakomodir adanya rejim laut yang memiliki
makna
pengelolaan
sovereignty)
yang
kedaulatan
meliputi
penuh
perairan
(full
pedalaman
(internal water), perairan kepulauan (archipelagic
waters) dan laut teritorial (territorial sea dan hak-hak
berdaulat (sovereign rights) yakni zona tambahan
(contiguous
zone),
Zona
Ekomomi
Eksklusif
(Exclusive Economic Zone), dan Landas Kontinen
(Continental Shelf). Hak-hak berdaulat yang terdapat
di
ZEE
maupun
landas
kontinen
yang
sering
menimbulkan permasalahan antar negara tersebut
tak lain mengemuka terkat dengan pengelolaan
sumber daya alam di dalamnya.
Permasalahan utama di wilayah perbatasan yang
paling nampak adalah problema garis batas yang
sebagian besar memang belum terselesaikan. Sampai
saat ini batas landas kontinen dengan beberapa
Negara masih belum tuntas diselesaikan seperti
38
PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM
Secara makro, persoalan klarifikasi garis batas
maritim
tersebut
jelas
memberikan
pengaruh
signifikan bagi proses eksploitasi sumberdaya alam
yang sangat strategis dalam kegiatan ekonomi bagi
pembangunan negara kita.
Namun
persetujuan
sangat
garis
d i s a ya n g k a n ,
batas
yang
beberapa
telah
disepakati
Indonesia dengan negara tetangga mengindikasikan
adanya
potensi
(khususnya
kehilangan
migas).
Untuk
sumber
daya
menyebut
alam
beberapa
contoh, adalah batas landas kontinen Indonesia dan
Malaysia di Selat Malaka dan Laut China Selatan,
batas landas kontinen dengan Vietnam di Laut China
Selatan (UU nomor 18 tahun 2007), dan juga batas
landas kontinen dengan Australia yang masih belum
tuntas diundangkan. Potensi kehilangan sumberdaya
alam bagi Negara yang ''kalah'' dalam sengketa jelas
dapat diperhitungkan, khususnya apabila kita kaji
penentuan garis batas ZEE dengan menerapkan
prinsip-prinsip
yang
terdapat
dalam
UNCLOS,
khususnya bab-V. Klaim batas ZEE Indonesia dengan
4102 lirpA/3 isidE
OPINI
Malaysia di Selat Malaka dan di Laut China Selatan,
batas
ZEE
Indonesia
dengan
Vietnam
yang
belakangan mengklaim area ini dengan sebutan Blok
ND-6 dan ND-7. Sebagai bagian dari upaya ''merebut''
menunjukkan garis berbeda dengan garis batas
kawasan
landas
mengajukan gugatan ke pengadilan Internasional ICJ
kontinen,
memberikan
indikasi
terdapat
ini,
Pemerintah
Malaysia
bahkan
potensi kehilangan sumber daya alam. Luasan klaim
( International Court of Justice). Sangat disayangkan,
unilateral batas ZEE yang mungkin dilakukan oleh
pasca keputusan ICJ yang memenangkan Malaysia,
Indonesia di Laut China Selatan, yakni perairan
Indonesia harus kehilangan kepemilikan dua pulau
perbatasan Indonesia dengan Vietnam dan Malaysia
stratedis yaitu Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan.
mencapai luasan 85.920 km2. Area seluas ini dengan
potensi sumber daya alam yang terkandung di
dalamnya berupa mineral dan kandungan ekonomi
hayati laut tentunya merupakan luasan area ekonomi
produktif yang signifikan bagi Indonesia apabila
wilayah sengketa tersebut dapat ''dimenangkan''.
Risiko kehilangan potensi sumber daya alam ini
tentunya akan menjadi ancaman tersendiri bagi
potensi ekonomi laut yang pantas dimiliki Indonesia di
area-area sengketa perbatasan yang belum selesai
perundingan batasnya.
Perairan
sebelah timur Pulau
David H.
Johnston
Sebatik yang kini tengah mengalami persoalan serius
dan menjadi sumber potensi konflik antara Indonesia
dan Malaysia, merupakan wilayah strategis yang
selaiknya
dipertahankan
kedua
pihak
Tumpang tindih blok di area perbatasan maritim Indonesia
dan Malaysia (Sumber ESDM, 2005)
Sebaliknya,
Malaysia
dengan
sistematis
telah
membidik wilayah-wilayah strategis perbatasan yang
karena
memungkinkan akan diperolehnya potensi ekonomi
kandungan sumber daya alam yang melimpah di
strategis di wilayah tersebut. Perhatikan bahwa
dalamnya, baik sumber daya alam hayati (perikanan)
Malaysia telah melakukan pembuatan peta tahun
maupun non hayati (migas). Di perairan ini pula kita
1979, walaupun
mengenal terdapat blok Ambalat, yang selama ini
tetangga. Sementara Indonesia melalui peta laut no
diprotes oleh semua negara
berada di wilayah yang telah resmi dimiliki oleh
59 telah menarik garis batas maritim yang hanya
Indonesia sebagai hak berdaulat. Seluruh kegiatan
memberi laut teritorial kepada Malaysia di sekitar
pengelolaan sumber daya alam telah berlangsung
pulau Sipadan dan Pulau Ligitan, masing-masing
lama dan menyumbang pendapatan strategis bagi
sepanjang 12 mil laut.
Indonesia. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas
Dari kenyataan tersebut jelaslah bahwa wilayah
di perairan ini bahkan sudah cukup lama digarap
perbatasan maritim merupakan wilayah kunci bagi
investor dalam naungan perundangan kita antara lain
suatu Negara yang memiliki potensi ekonomi strategis
blok konsesi minyak Japex (1966), konsesi minyak
dan
North East Kalimantan tahun (1970), dan konsesi
penguatan kebijakan yang terukur, strategis dan
minyak Sembawang I (1997).
Kegiatan
terlaksana
eksplorasi
selama
ini
selayaknya
dilakukan
operasional-- guna
dan
tidak
eksploitasi
pernah
yang
serangkaian
upaya
mencegah adanya kehilangan
aset potensial dari sumber daya alamiah yang
mendapat
terdapat di wilayah perbatasan maritim tersebut.
gangguan ataupun protes dari pihak negara tetangga.
Pemerintah dan para ahli seyogyanya memiliki
Seputar perairan ini terdapat tiga blok konsesi migas
perhatian serius mengenai hal ini dan memiliki
yang telah diberikan ijin pengelolaan oleh Pemerintah
pedoman baku bagi upaya diplomatik dan teknis yang
Indonesia, antara lain blok Bukat (luas 3.644.25
diharapkan
mampu
“memenangkan''
Indonesia
km2), blok Ambalat (luas 1.990 km2), dan blok
dalam melindungi aset wilayah dan sumberdayanya,
Ambalat Timur (luas 4.739.64 km2).
untuk
Sangat
umumnya.
sulit
dipahami
bahwa
kondisi
tersebut
kesejahteraan
Rakyat
Indonesia
pada
mengalami peningkatan ketegangan karena adanya
klaim
dari
Indonesia
''keyakinan''
Malaysia
yang
terhadap
telah
yang
wilayah
maritim
Trismadi, Kolonel Laut, Doktor alumnus PSL-IPB, magister
digarap.
Dengan
Oceanografi ITB, kini bekerja di Dishidros TNI AL.
Pemerintah
Malaysia
lama
dimiliki,
Edisi 3/April 2014
39
REFLEKSI
MILLING
PROCESS
dalam mengupayakan tindakan pencegahan bencana,
jelas
tergambar.
Lihat
saja
ketika
mereka
menanggapi kedaruratan, sikap umum terhadap
bantuan, sampai kepada upaya rehabilitasi yang
kerapkali ditingkahi absennya koordinasi.
Seluruh cerminan prilaku dari milling process itu,
S
esekali, cobalah Anda berhenti sejenak di
menurut sejumlah ahli, hanya bermula dari sebuah
sebuah sudut kejadian bencana. Tidak perlu
sebab. Yakni tidak adanya panduan pola sikap yang
memedulikan apakah Anda sedang menjadi
merupakan hasil pembelajaran dari kejadian bencana
relawan ahli,relawan biasa, tim koordinasi atas nama
yang telah terjadi. Kondisi itulah yang terjadi di altar
lembaga, atau sekadar pengunjung 'wisata bencana'.
kebencanaan negeri ini.
Ada suasana sibuk,kacau, gaduh, namun
juga
ditingkahi suasana bingung,linglung, menghinggapi
hampir
semua
orang
yang
berada
di
pusaran
bencana. Ada petugas-petugas yang bergerombol,
namun mengerjakan apa tak tentu arah.
beberapa orang asing, dengan tenang mengambil
darurat
mengeluarkan
kemudian
mulai
dari
kendaraan
barang-barang
menyiapkan
kombinya,
portable,
printer
dan
bertenaga
baterai, yang memroduksi peta-peta kecil untuk siapa
saja yang membutuhkan bantuan koordinasi dan
peta. Walaupun tidak berbahasa ibu dengan baik,
mereka sadar bahwa peran mereka spesifik, dan
berkontribusi langsung kepada perbaikan. Penting,
dan mereka tahu siapa pun dan apapun yang mereka
lakukan harus selalu terhubung dengan pusat info dan
koordinasi bencana. Namun, celakanya, sekali lagi, di
mana dan siapa yang bertanggungjawab di 'meja' itu?
Amatan sederhana yang dapat dilakukan terhadap
berbagai kejadian bencana di Indonesia hampir selalu
menampakkan gambaran yang sama.
Yakni suatu
kondisi tampilan sikap reaktif dan spontan yang
seolah
tak
terencana,
yang
diperlihatkan
oleh
berbagai stakeholder. Setiap kejadian bencana,
kemudian hampir selalu diwarnai sebuah proses yang
disebut Turner dan Killian sebagai milling process. Ini
adalah sebuah situasi di mana orang tidak tahu
bagaimana harus bertindak atau menyikapi bencana
karena tidak terdapat panduan yang jelas untuk
bersikap. Atau, jika pun ada, panduan tersebut tidak
relevan
dengan
kondisi
yang
dihadapi
oleh
masyarakat.
Gambaran dari kebingungan sikap atau pola tindak
ini seringkali nampak dari sikap atau situasi panik dan
bingung yang terekspresi di lapangan. Belum lagi
selesai
di
tingkat
pengambil
keputusan,
sikap
individual atau parsial yang ditunjukkan oleh warga
40
selalu dan selalu kembali pada fakta: jatuhnya korban
yang begitu banyak karena kelambatan respon.
Cermin tatakelola kebencanaan yang tidak kunjung
Suasana kontras cepat terlihat. Coba cermati
meja-meja
Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila
setiap kejadian bencana pemerintah dan masyarakat
berjalan baik di lini operasional.
Lalu pembelajaran apalagi yang harus diberikan
kepada suatu bangsa yang enggan belajar? Adalah
tugas para ahli merumuskan dengan jenak, bukan
saja menjadikan petaka atau bencana sebagai
wacana. Terlebih, makin kacau melihat konteks
bencana yang ditunggangi praktik politik. Membantu
bencana ala kadarnya, seraya menebarkan ribuan
bendera.
Mengakhiri milling process, tentu tak mudah.
Karena ini menyangkut sebuah bangunan mental.
Yang, perubahannya berkorelasi dengan kebutuhan
waktu serta upaya bersama kita – secara sadar dan
keras. Secara sederhana juga dapat dikatakan,
sebuah layanan publik yang adekuat, lahir dari
sebuah proses yang mantap, sejak diundangkan di
meja-meja pejabat sampai lahirnya sebuah 'buku
panduan' yang mudah dioperasikan.
tersisa
pesan,
yakni
agenda
Lalu, masih
mengawal
proses
administratif itu sampai pada tingkat kesadaran
berprilaku dan bertindak di masyarakat.
Tugas seorang intelektual – kita semua, sudah
jelas. Di tengah situasi kompleks itu, kita diminta
terlibat dan mengambil keputusan tepat berdasarkan
prioritas,
ukuran,
unsur,
dan
relasi
pemangku
kepentingan yang terlibat di dalamnya. Lebih jauh
dari itu, tuntutan senantiasa diuji: kemampuan
komunikasi dan sinergi kita. Lhoh, Siapa bilang tidak
bisa? Bisa! Atau.. memang sudah terlalu enak berada
di ruang nyaman, ruang 'bingung' bersama? Kembali
lagi terjerembab di siklus bencana.. Looping dari
milling
process.
Cilaka!
Itulah
'bencana'
kita
sesungguhnya.
Edisi 3/April 2014
HARGA IKLAN 2014
1 Halaman
Halaman Belakang (Back cover) Rp. 35.000.000
1 Halaman
Halaman dalam belakang/Inner Back Cover
Rp. 30.000.000
1 Halaman
Tengah (Spreaad) Full Color Rp. 30.000.000
1 Halaman
FC Halaman Isi Rp. 25.000.000
¾ Halaman
FC Hal isi Rp. 20.000.000
½ Halaman
isi FC Hal isi Rp. 15.000.000
1 Halaman
HP isi Rp. 10.000.000
¾ Halaman
HP isi Rp. 7.500.000
½ Halaman
HP Isi Rp. 5.000.000
• Total Biaya Paket Iklan belum termasuk PPN 10 %.
• Materi High Resolution di kirim via email atau kurir, sebelum
cetak maksimal Tgl. 25 setiap terbitnya
• Pembayaran iklan dilakukan setelah iklan tayang dan bukti
dikirimkan ke pemasang iklan.
• Pembayaran iklan dilakukan sesuai dengan kesepakatan
bersama.
G O Resonansi.
MAJALAH GEO RESONANSI
Patra Office Tower Suite 2045
Jl. Jend . Gatot Subroto KAV 32 - 34 Jakarta Selatan 12950
T/F . 021-5250040 Email : [email protected]
IKLAN DAN PROMOSI :
Arida Chyntia Andriani ( 081288924225)
Ganesha Putra (082122727088)
BERIKLAN DI
G O Resonansi.
EFEKTIF BERIKLAN
DI MEDIA KHUSUS
KOMUNITAS PAKAR
DAN INDUSTRI
KEBUMIAN
Download