Uploaded by Afita Nia

TUGAS KOMPER (TRY AFITANIA)

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian penduduknya adalah
petani dan Indonesia memiliki potensi yang besar sebagai negara penghasil
produk
pertanian.
Salah
satu
sasaran
pembangunan
pertanian
adalah
menumbuhkembangkan sistem dan usaha pertanian yang berdaya saing tinggi
sehingga dapat memberi kesejahteraan bagi pelaku usahatani. Tanaman yang
banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia adalah padi. Padi yang
menghasilkan beras merupakan bahan pangan pokok sangat dibutuhkan oleh
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, padi sebagai penghasil beras harus
mendapat perhatian baik mengenai lahan, benih, cara budidaya maupun
pascapanen (Suparyono dan Setyono, 1997).
Petani sebagai mahkluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya
bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui sebuah komunikasi
yang terjalin antara manusia satu dengan lainnya. Dengan terjalinnya komunikasi,
maka akan tercipta sebuah kehidupan yang saling melengkapi satu sama lain. Jadi
komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat
kesamaan makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika
seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka
komunikasi itu dapatberlangsung dan sebaliknya (Mulyana, 2005)
Perkembangan penggunaan teknologi pertanian sangat pesat dalam
upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk memenuhi bahan pangan sebagai
salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang terus bertambah.Bahan
pangan
diperlukan dalam
memenuhi
kecukupan
jumlah
gizi
yang
cukup
dan meningkatkan
dan
berkualitas
kesehatan
individu
untuk
atau
masyarakat dunia yang semakin modern. Penerapan teknologi pertanian baik
dalam kegiatan prapanen maupun pasca panen,
mencapai
kecukupan
Teknologi
pertanian
pangan
telah
baik
kuantitas
berperan
untuk
menjadi
penentu
maupun kualitas
meningkatkan
dalam
produksi.
efisiensi dan
1
produktivitas
usahatani
komoditas
pangan
di
negara-negara
maju
dan
negaranegara berkembang te rmasuk Indonesia (Mosher, 1970).
Penggunaan teknologi bertujuan membantu petani dalam mengolah
lahan sawah dan memperoleh pertumbuhan tanaman secara optimal, mutu
produksi tinggi,dan untuk kelestarian lingkungan. Pemerintah menyediakan
berbagai sarana teknologi untuk meningkatkan produksi sentra padi sawah,
bila teknologi pertanian lebih ditingkatkan penerapannnya, maka hasil dan
mutu produksi padi sawah dapat ditingkatkan untuk masa yang akan datang.
Mosher dalam Sianturi (2011) berpendapat bahwa dalam meningkatkan
produksi
pertanian
adalah
akibat
pemakaian
teknologi yang
dapat
memberikan kenaikan hasil atau mengurangi biaya produksi. Karena itu
perubahan teknologi tersebut harus ditransformasikan kepada petani melalui
kegiatan penyuluhan pertanian. Jalur pendidikan non formal ini akan menjangkau
semua petani sehingga penyerapan teknologi lebih cepat, salah satu faktor
yang paling penting dalam penyuluhan yaitu komunikasi.
Maisumawati dalamDewi (2005), mengungkapkan dalam penelitiannya
bahwa seorang penyuluh bergantung pada pencapaian materi yang dimilikinya
yang
akhirnya
dapat
diberikan
kepada
petani
usahataninya. Dalam kegiatan penyuluhan
yang
menyampaikan
tidak semua
informasi
kepada
petani
dengan
mempraktekkan
dilakukan
oleh
PPL
informasi
yang
diberikan PPL kepada petani dapat diterima, seringkali petani mengalami
gangguan dalam menerima informasi yang diberikan PPL. Maka gangguan yang
terjadi dapat menghambat petani dalam penerapan dilapangan, sehingga
produksi yang dihasilkan rendah dengan produksi rendah tersebut akan
mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani.
Peranan
komunikasi
menjadi
sangat
penting
bagi
masyarakat
pedesaan sebab diperlukan pengetahuan yang lebih luas terutama proses
pendekatan dalam menyampaikan suatu maksud agar dapat diterima oleh
petani. Sukses atau gagalnya pertanaman serta untung atau ruginya hasil-hasil
pertanian, sangat dipengaruhi oleh adanya informasi yang diterima oleh petani
dipedesaan tentang suatu teknologi pada saat-saat yang tepat, dari fenomena
yang terjadi diduga terdapat gangguan dalam proses komunikasi.
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini yaitu :
1. Mengetahui hambatan komunikasi petani dalam pembinaan petani padi
khususnya yang terjadi di Desa Oesao Kabupaten Kupang
2. Mengetahui pemecahan masalah (solusi) hambatan komunikasi dalam
pembinaan petani padi khususnya yang terjadi di Desa Oesao Kabupaten
Kupang
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini yaitu :
1.
Manfaat penulisan bagi penulis
Untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi pertanian dan menambah
wawasan mengenai tugas yang di emban yaitu hambatan komunikasi dalam
pertanian serta permasalahan-permasalahan dan solusinya.
2.
Manfaat penulisan bagi masyarakat
Sebagai bahan informasi, referensi dan inspirasi bagi pembaca yang ingin
mengetahui lebih jauh tentang bagaimana hambatan komunikasi dalam
pertanian serta permasalahan-permasalahan dan solusinya.
3
BAB II
FENOMENA KOMUNIKASI PERTANIAN
2.1 Gangguan (Noise) Dalam Proses Komunikasi
2.1.1 Gangguan Teknis
Gangguan teknis dijumpai pada media komunikasi yang dipergunakan
dalam melancarkan kegiatan komunikasi. Alat bantu adalah alat-alat atau
perlengkapan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar
proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan itu dilaksanakan. Alat ini
diperlukan terutama dalam menentukan atau memilih materi penyuluhan atau
menerangkan inovasi yang disuluhkan (Mardikanto, 1992). Misalnya Petani
tidak biasa dengan alat yang digunakan media komunikasi elektronik namun
pada media cetak agak menghambat karena sering terdapat gangguan seperti
tulisan yang tidak bisa dibaca dan gambar pada brosur yang kurang menarik
bagi
petani. Hal tersebut merupakan indikator yang digunakan PPL dalam
menyelesaikan masalah teknis pada media elektronik yang digunakan, waktu
yang dibutuhkan PPL untuk memperbaiki masalah teknis pada media
elektronik yang digunakan, kemampuan PPL mengevaluasi masalah teknis,
dan kemampuan PPL mengendalikan situasi dan kondisi.
2.1.2. Gangguan Semantik
Gangguan semantik adalah pengetahuan tentang pengertian atau makna
kata yang sebenarnya, gangguan semantik terjadi karena penggunaan bahasa
yang sering salah diucapkan atau makna kurang dimengerti oleh komunikan.
Misalnya terdapat gangguan semantik dalam komunikasi antara PPL dan
petani. Kondisi yang dirasakan menghambat adalah pengucapan pesan oleh PPL
sudah jelas, namun terlalu banyak menggunakan istilah yang sulit ditafsirkan
oleh petani. Sehingga petani sulit untuk memahami apa yang disampaikan
oleh penyuluh. Levis dalam Doni (2004) mengatakan bahwa keterampilan
berkomunikasi, sikap dan pengetahuan adalah hal yang harus diperhatikan
saat melakukan komunikasi dengan petani yang menjadi sasaran penyuluhan.
Maka
dari
itu
keterampilan
dalam
berkomunikasi
akan
mampu
mempengaruhi cara petani menerima dan menafsirkan pesan yang disampaikan.
4
2.1.3 Gangguan Psikologis
Gangguan ini berasal dari kondisi jiwa petani dimana penerimaan
pesan di dasarkan nilai-nilai dan harapan.Indikator yang digunakan adalah
pemahaman latar belakang petani oleh PPL, sikap saling menghargai antara
PPL dan petani, harapanpetani terhadap PPL, bahasa yang digunakan PPL,
status sosial yang dimiliki PPL, dan pengalaman yang dimiliki PPL.
2.2 Contoh Kasus
2.2.1 Hambatan Komunikasi yang Dirasakan Petani Selama Pembinaan
Petani Padi (Oryza Sativa) di Desa Oesao Kabupaten Kupang
Produktivitas petani padi di Desa Oesao masih rendah, hal ini karena sifat
kegiatan yang mereka lakukan umumnya masih tradisional, skala usaha kecil,
menggunakan teknologi sederhana dengan keterampilan yang dimiliki masih
rendah dan usahatani yang masih bersifat sambilan. Oleh karena itu pemerintah
Kabupaten Kupang memberikan fasilitas kepada petani, yakni dengan
memberikan pembinaan untuk mendukung program peningkatan produksi hasil
pertanian. Namun program pembangunan bidang pertanian masih jauh dari target.
Para petani dan pemerintah masih selalu berpendapat bahwa rendahnya
produksi pertanian karena keterbatasan biaya. Tetapi sebagai peneliti melihat
bahwa keterbatasan biaya yang dikeluhkan petani tidak menjadi suatu
penghambat apabila masyarakat tani memiliki motivasi dalam menjalankan usaha
pertaniannya dengan mengadopsi inovasi budidaya padi yang diberikan penyuluh
pertanian selaku pembina. Pada proses transfer inovasi dan informasi yang
dilakukan penyuluh ke petani terdapat hambatan-hambatan komunikasi yang
dialami. Hal ini sama seperti kondisi pertanian yang ada di berbagai daerah, yaitu
lemahnya sumberdaya manusia yang tersedia. Kenyataan inilah yang dapat
dianalisa hambatan-hambatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di dalam
proses komunikasi antara penyuluh dan petani padi di Desa Oesao, Kabupaten
Kupang di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2.2.2 Pembahasan Kasus
Dalam pembahasan contoh kasus “Hambatan Komunikasi yang Dirasakan
Petani Selama Pembinaan Petani Padi (Oryza Sativa) di Desa Oesao Kabupaten
Kupang” adalah rasa keakraban, perhatian, prasangka, perbedaan harapan dan
5
perbedaan kebutuhan. Sedangkan hubungan karakteristik petani dalam hambatanhambatan komunikasi mempunyai persentase yang berbeda-beda. Seperti
karakteristik umur, pendidikan, dan pendapatan tidak berhubungan nyata dengan
hambatan komunikasi (perbedaan harapan, prasangka, perbedaan kebutuhan,
perhatian, dan keakraban). Artinya umur, pendidikan, dan pendapatan tidak
berpengaruh terhadap besar kecilnya hambatan komunikasi yang dialami antara
petani dan penyuluh pertanian. Hal ini karena kultur masyarakat yang ada di Desa
Oesao bersifat egaliter (sama), dimana mereka memiliki tata cara dan kebiasaan
dalam bertani yang sama dan mempunyai kepentingan yang sama dalam
melalukan usahatani padi, yaitu untuk meningkatkan produksi usahatani padi.
Sementara pengalaman berhubungan sangat nyata Artinya semakin tinggi
tingkat pengalaman seorang petani padi maka hambatan komunikasi (prasangka,
perhatian dan keakraban) yang dirasakan petani akan semakin tinggi juga. Hal ini
karena petani yang sudah berpengalaman, rata‐rata telah berumur tua dan telah
mengenal budidaya padi secara turun menurun sehingga bagi mereka informasi
yang diberikan oleh para penyuluh bukanlah hal yang baru buat mereka. Di sisi
lain petani yang telah berpengalaman merasa sudah sering mendapatkan
penyuluhan dari instansi terkait tapi hanya sebatas pemberitahuan sehingga
mereka mengan ggap bahwa penyuluh datang ke tempat mereka hanya untuk
melaksanakan program kerja penyuluh saja. Seperti yang diungkapkan oleh salah
satu petani yang menyatakan “Kami ini sudah berumur, sudah lama melakukan
ini usaha, mulai dari kami masih kecil,masih membantu orang tua. Ini kerjaan
sudah kami lakukan berulang-ulang, jadi sudah biasa. Bapak Ibu penyuluh juga
datang jelaskan hal yang hasilnya nanti sama. Mereka datang dengan biaya
kantor, itu program kantor”.
Kekosmopolitan
(tinggi)
berhubungan
dengan
seringnya
petani
berhubungan dengan lingkungan diluar lingkungannya membuat petani lebih
terbuka wawasannya. Semakin terbuka seorang petani terhadap dunia luar dan
bersedia menerima ide-ide baru dalam pengembangan usahatani padi maka petani
tersebut akan memiliki pengetahuan yang lebih banyak. Petani dengan mudah
dapat menerima orang luar (penyuluh) tanpa ada prasangka dan dapat
berkomunikasi dengan baik sehingga tidak merasakan adanya hambatan
6
komunikasi. Akan tetapi kekosmopolitan petani rata‐rata rendah sehingga
hambatan komunikasi yang dirasakan oleh petanicukup tinggi. Hal ini sebaiknya
menjadi perhatian bagi para penyuluh sehingga dapat membuat strategi dalam
memberikan materi budidaya tanaman padi dengan lebih baik dan menarik agar
dapat di terima oleh petani yang ada di Desa Oesao.
Tingginya tingkat pengetahuan petani maka semakin rendah hambatan yang
dirasakan petani. Dengan bertambahnya pengetahuan petani maka kebutuhan
petani
akan
pengetahuan
pun
bertambah
sehingga
membutuhkan
informasi‐informasi yang diberikan oleh penyuluh, hal inilah yang membuat
hambatan komunikasi yang dirasakan petani menurun. Pengetahuan yang petani
dapat dari penyuluh atau dari sumber lain mereka terapkan dalam usahatani padi.
7
BAB III
STRATEGI DALAM KOMUNIKASI PERTANIAN
Strategi komunikasi dalam pembangunan pertanian dan perdesaan adalah
keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang akan digunakan pelaku pembangunan
pertanian untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan pertanian kepada
petani dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang adamelalui berbagai media
komunikasi untuk kesejahteraan petani. Paradigma yang digunakan adalah
communication for development (servaes, 2002).
Dalam paradigma communication for development , petani yang semula
dijadikan obyek dalam pembangunan, sudah sepantasnya untuk saat ini dijadikan
sebagai subyek pembangunan. Fokus pembangunan pertanian yang diarahkan
pada petani tidak terlepas dari tuntutan perubahan pola pikir petani dalam
berusaha tani maupun dukungan dari agen pembaharu dan peran pemerintah yang
secara tidak langsung mendukung pola usaha tani agar dapat bersaing dalam
iklim global. Dengan demikian strategi komunikasi pembangunan pertanian
menggunakan model komunikator pendukung pembangunan (Development
Support Communicator) memusatkan pada penyusunan posisi-posisi yang sejajar,
tidak memusatkan pada media, sebaliknya mengembangkan komunikasi antara
pemerintah
dan
masyarakat
(Melkote,
1991
dalam
Hadiyanto,
2007).
Komunikator sebagai mediator antara tenaga ahli dan pemanfaaat pembangunan,
sehingga
kesenjangan
informasi
antara
tenaga
ahli
dengan
pemanfaat
pembangunan dapat dikurangi.
Strategi komunikasi mendukung peningkatan softskill
bagi pelaku
agribisnis di lapangan dapat dilaksanakan dengan menyusun program komunikasi
yang tepat. Strategi komunikasi yang diarahkan pada peningkatan softskill pelaku
pembangunan pertanian dapat diarahkan dalam bentuk pengembangan program
pendampingan pelaku diskusi kelompok, presentasi dalam identifikasi masalah,
penentuan prioritasi kebutuhan dan upaya mencapainya, sampai pada role play
(bermain peran). Metode ini dapat di gunakan untuk mengasah kemampuan
berkomunikasi dan bekerja sama diantara peserta pendamping sehingga dapat
dibangun lingkungan dimana pelaku pembangunan pertanian dapat belajar dengan
baik (participant centre learning).
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan studi kasus tentang “Hambatan Komunikasi
yang Dirasakan Petani Selama Pembinaan Petani Padi (Oryza Sativa) di Desa
Oesao Kabupaten Kupang” disimpulkan sebagai berikut ; Gangguan komunikasi
(noise)
yang terjadi dalam proses komunikasi rendah, baik itu gangguan
teknis, semantik, dan psikologis. Hambatan komunikasi yang paling dirasakan
petani adalah pada faktor perhatian dan keakraban, disusul dengan faktor
prasangka, perbedaan harapan dan perbedaan kebutuhan. Sedangkan karakteristik
pengalaman
petani,
kekosmopolitan
petani,
tingkat
pengetahuan
petani
berhubungan sangat nyata negatif dengan seluruh faktor hambatan‐hambatan
komunikasi yang dirasakan petani padi di Desa Oesao.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.
Perlu adanya kegiatan pelatihan motivasi untuk petani, agar petani memahami
usahatani yang mereka lakukan sehingga memiliki nilai ekonomi sehingga
semangat petani dapat lebih ditingkatkan dalam pencarian informasi budidaya
tanaman padi. Selain itu, juga perlu adanya peningkatan frekuensi pertemuan
antara penyuluh dan petani, tidak hanya pada kegiatan kelompok tani tetapi
sebaiknya diadakan kegiatan sosial yang ada dilingkungan petani, agar petani
merasa dekat dengan penyuluh sehingga hambatan komunikasi yang disebabkan
faktor keakraban dapat dikurangi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Mangkuprawira, Sjafri (2008, 21 Desember). Softskill dan strategi komunikasi
pertanian. Dikutip11 Mei 2019 dari https ://www.google.com/ / s / ronawajah.
wordpress.com/2008/12/21/soft-skill-dan-strategi-komunikasi-pertanian/amp/
Ayyub, Muhammad (2017, Maret).Permasalahan Penyuluhan Pertanian Di
Indonesia Paper Kelompok 5. Dikutip 10 Mei 2019 dari https://www.academia.
Edu/33786026/PERMASALAHAN_PENYULUHAN_PERTANIAN_DI_INDO
NESIA_PAPER_KELOMPOK_5
Matuzzahara, Pitria.2018.Analisis Gangguan (Noise) Dalam Proses Komunikasi
Terhadap Penerapan Teknologi Padi Sawah Di Desa Penapalan Kecamatan
Tengah Ilir Kabupaten Tebo. Program studi Agribisnis. Universitas Jambi.
Dikutip 10 Mei 2019 dari http://repository.unja.ac.id/3556/1/PITRIA % 20
MATUZZAHARA%20D1B012017%20-%20ARTIKEL.pdf
Bulkis.(2018, 1 Maret).Hambatan Komunikasi yang Dirasakan Petani Selama
Pembinaan Petani Padi (Oryza Sativa) Di Desa Oesao Kabupaten Kupang. Jurnal
Matematika, Saint, dan Teknologi, Volume 19, Nomor 1, Maret 2018, 25-36.
Dikutip 10 Mei 2019 dari http://jurnal.ut .ac .id/index.php / JMST / article /
download/611/522/
10
Download