Uploaded by primus20091998

MAKALAH MASALAH KESEHATAN DAN PENYAKIT PADA MANUSIA

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
mulai dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia
yang terakhir, pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental
dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya
sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang
perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai
kematangan ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang
akan mengalami kemunduran seiring dengan berjalannya waktu. Ada beberapa
pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada
yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun.
Santrock (2012:224) mengemukakan bahwa usia 65 tahun merupakan usia
penuaan bagi yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut
lansia. Menurut ilmu gerontologi orang yang berusia lebih dari 65 tahun dibagi
menjadi 3 kelompok: usia tua awal, yaitu mereka yang berusia antara 64
hingga 74 tahun; usia tua menengah yaitu mereka yang berusia antara 75
hingga 84 tahun; dan usia akhir yaitu mereka yang berusia ditas 85 tahun.
Kesehatan masing-masing berbeda dalam berbagai cara (Davison, Neale, dan
Kring, 2014:743).
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan lansia?
2. Bagaimana permasalahan psikologi lansia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam makalah ini sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari lansia.
2. Untuk mengetahui permasalahan psikologi lansia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian lansia
Masa lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.
Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu
sama lain. Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini
dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enam puluh sampai
tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun
hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65
hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau
lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut
yang lebih muda.
J.W. Santrock (Santrock, 2002:190) mengemukakan bahwa ada dua
pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut
pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang
tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65
tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau
sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang
berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di
Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri
ketuaan.
3
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia
merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam
proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh
sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai
meninggal. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran.
Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi
dan
sosial
sangat
tersebar
luas
dewasa
ini.
Pandangan
ini
tidak
memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang
homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.
B. Masalah Psikologi Lansia
1. Demensia
a. Pengertian dimensia
Davison, Neale, dan Kring (2014:742) mengemukakan bahwa dimensia
merupakan istilah
yang umum digunakan untuk menjelaskan kemunduran
intelektual hingga ketitik melemahkan fungsi sosial dan pekerjaan. Liftiah
(2009:218) mengemukakan bahwa demensia merupakan gangguan kognitif,
meliputi berkurangnya ingatan secara bertahap, ketidakmampuan mempelajari
informasi baru, kemampuan berkomunikasi, berpendapat, dan koordinasi
motorik. Sunberk, Winebarge, dan Taplin (2007:304) mengemukakan bahwa
demensia merupakan gangguan kompeks yang mencakup beberapa entitas
penyakit yang khas. Dimensia ditandai dengan berkurangnya fungsi kognitif
sehingga mempengaruhi kegiatan sehari hari.
4
b. Penyebab demensia
Sunberk, Winebarge, dan Taplin (2007:304) mengemukakan bahwa
dimensia disebabkan oleh perubahan pada otak yang tidak dapat dipulihkan
meliputi
penyakit dan kematian jaringan otak. Papalia dan Feldman
(2014:242) mengemukakan bahwa dimensia timbul disebabkan oleh penyebab
fisiologis. Penyebab fisiologis utama dimensia yaitu penyakit alzheimer dan
parkinson.
c. Gejala dimensia
Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukakan bahwa
simtom
utama penyakit demenisa yaitu kesulitan dalam mengingat banyak hal dan
peristiwa baru. Dimensia mengakibatkan penderitanya mengalami kesulitan
dalam memahami pemikiran abstrak, dan gangguan emosi menjadi hal umum,
termasuk simtom depresi, afek datar, dan ledakan emosional secara berkala.
Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukakan bahwa individu yang
menderita demensia memiliki kemungkinan gangguan pola bicara yang
membingungkan. Meskipun sistem motorik tetap berfungsi namun penderita
demensia mengalami kesulitan berbagai aktivitas motorik, seperti mengosok
gig`i, melambaikan
tangan, dan berpakaian.
Davison, Neale, dan Kring
(2014:743) mengemukakan bahwa lebih dari 50 persen penderita demensia
mengalami delusi dan halusinasi.
5
2. Alzheimer
a. Pengertian alzheimer
Davison, Neale, dan Kring (2014:743) mengemukan bahwa alzheimer
merupakan pengklasifikasian paling umum dari dimensia. Davison, Neale, dan
Kring (2014:743) mengemukakan bahwa alzheimer istilah untuk rusaknya
jaringan otak yang tidak dapat diperbaiki. Sunberk, Winebarge, dan Taplin
(2007:304) mengemukakan bahwa penyakit alzheimer disebabkan oleh
perubahan besar pada otak yaitu pembentukan daerah yang mengeras pada
bagian otak. Plak merupakan bagian yang mengeras pada otak. Letak dari plak
mempengaruhi gejala yang muncul. Davison, Neale, dan Kring (2014:743)
mengemukakan bahwa penyakit alzheimer lebih umum terjadi pada
perempuan. Papalia dan Feldman (2014:242) mengemukakan bahwa penyakit
alzheimer secara perlahan merampas kecerdasan, keawasan, dan bahkan
kemampuan penderitanya untuk mengontrol fungsi tubuh mereka dan pada
akhirnya menyebabkan kematian.
b. Gejala alzheimer
Papalia dan Feldman (2014:243) mengemukakan bahwa gejala klasik dari
alzheimer berupa kerusakan memori, kemunduran bahasa, kekurangan dalam
pemrosesan visual dan ruangan. Salah satu gejala yang paling jelas adalah
ketidakmampuan mengingat kejadian baru atau memproses informasi baru.
Gejala lain yang cenderung muncul diawal penyakit yaitu gangguan
kepribadian secara cepat menjadi kaku, apatis, egosentris, dan kontrol emosi
yang terganggu.
6
Papalia dan Feldman (2014:243) mengemukakan bahwa semakin banyak
gejala yang mengikuti seperti mudah tersinggung, cemas, depresi, delusi,
delirium, dan berkeliaran, mengakibatkan kerusakan pada ingatan jangka
panjang, penilaian, konsentrasi, dan orientasi serta gangguan bicara. Individu
yang mengalami alzheimer mengalami kesulitan melakukan aktivitas rutin
dikehidupan sehari-hari. Cummings (Papalia dan Feldman, 2014:244)
mengemukakan bahwa pada akhirnya individu tidak bisa memahami atau
menggunakan bahasa, tidak mengenali anggota keluarga, tidak bisa makan
tanpa bantuan, tidak bisa mengatur kapan buang air, dan kehikangan
kemampuan untuk berjalan, duduk dan menelan makanan padat. Kematian
biasanya datang sekitar 8 samapai 10 tahun setelah gejala muncul.
c. Penyebab alzheimer
Papalia dan Feldman (2014:244) mengemukakan bahwa penyebab utama
perkembangan penyakit alzheimer yaitu kekusustan neurofibriler (massa
neuron mati yang terpelintir) dan sejumlah lilin plak amiloid (jaringan yang
tidak berfungsi). Otak manusia tidak dapat membersihkan plak karena plak
tersebut tidak dapat larut. Lama kelamaan jaringan tersebut akan mengeras /
membaur dan menghancurkan neuron disekitarnya.
3. Gangguan anxitas
a. Pengertian anxietas
Liftiah (2009:63) mengemukakan bahwa anxietas merupakan perasaan
khawatir yang tidak nyata, tidak masuk akal, tidak sesuai, yang berlangsung
intens, atas dasar prinsip yang terjadi dan nyata. Davidson dan Neale (Liftiah,
2009:63) mengemukakan bahwa anxietas juga dapat diartikan sebagai kondisi
7
mood yang negatif yang ditandai dengan simtom simptom tubuh, ketegangan
fisik, dan keakutan terhadap kejadian yang akan datang.
b. Penyebab anxietas
Anxietas pada individu berusia lansia merupakan kecemasan yang
umumnya khawatir pada munculnya berbagai macam penyakit dan mengalami
kelemahan fisik dan khawatir tidak mampu berperan penting sehingga akan
tersingkir dari kehidupan sosial. Davison, Neale, dan Kring (2014:764)
mengemukakan bahwa masalah kecemasan lansia sering kali dihubungkan
dengan penyakit medis.orang orang yang mengidap demensia seperti alzheimer
mungkin mencerminkan kecemasan yang timbul akibat kebingungan dan
frustasi saat mereka tidak mampu melakukan hal yang tampak kecil seperti
memakai jaket.
4. Parkinson
Santrock (2012:197) mengemukakan bahwa parkinson merupakan penyakit
kronis dan progresif yang ditandai oleh gemetar pada otot, gerakan yang
melambat, kelumpuhan sebagian wajah. Papalia dan Feldman (2014:242)
mengemukakan parkinson merupakan penyakit yang melibatkan degenerasi
neurologis yang progresif, ditandai dengan tremor, kekakuan, pergerakan
lambat dan postur tubuh yang tidak stabil.
Penyakit parkinson ditangani dengan memberikan obat yang meningkatkan
dopamin kepada penderita yang berada ditahap awal penyakit, dan L-dopa,
yang dapat diubah menjadi dopamin oleh otak. Penanganan lainnya yaitu
dengan
menstimulasi otak secara mendalam yang mencakup implantasi
8
elektroda di dalam otak. Elektroda tersebut di stimulasi oleh alat yang mirip
alat pacu jantung (Santrock, 2012:198)
5. Delirium
Davison, Neale, dan Kring (2014:752) mengemukakan bahwa delirium
merupakan penggambaran untuk kondisi kaburnya kesadarana. Individu yang
menderita delirium kadang secara mendadak mengalami kesulitan untuk
berkonsentrasi dan memusatkan perhatian serta tidak mampu mempertahankan
alur pemikiran yang teratur dan terarah. Liftiah (2009:219) mengemukakan
bahwa delirium merupakan keadaan kebingungan mental yang mengakibatkan
penderitanya sulit berkonsentrasi dan berbicara secara jelas dan masuk akal.
Individu yang menderita deirium tidak mungkin dapat terlibat dalam
percakapan karena perhatian mereka yang tidak dapat terfokus pada satu hal
dan pikirannya terpecah-pecah. Pada kondisi parah, cara berbicara menjadi
parah dan tidak karuan. Delisah dan bingung, penderita delirium dapat
mengalami disorientasi waktu, tempat, dan kadang diri yaitu mereka tidak
dapat mengetahui dengan pasti hari apa sekarang dan dimana mereka sekarang
(Davison, Neale, dan Kring, 2014:753). Penderita delirium sering mengalami
gangguan perseptual dengan menganggap bedara dalam rumah bukan dalam
rumah sakit. Halusinasi umum terjadi, namun delusi tidak selalu terjadi dan
cenderung berubah ubah, tidak terlalu nyata, dan singkat.
9
6. Hipokonriasis
Siegler dan Costa (Davison, Neale, dan Kring, 2014:774) mengemukakan
bahwa secara luas hipokondriasis sangat umum terjadi dalam populasi lansia.
Lansia dapat mengalami berbagai macam masalah fisik, diantaranya sakit pada
kaki dan punggung, pencernaan yang buruk, sembelit, sesak napas dan
keinginan yang amat sangat.secara kelompok para lansia cenderung kurang
melaporkan simpom somatik yang ia derita, sekali lagi mungkin karena
permasalahan kekhawatiran.
Davison, Neale, dan Kring (2014:774) mengemukakan bahwa para ahli
klinis setuju bahwa secara umum tidak ada gunanya meyakinkan orang yang
bersangkutan bahwa ia sehat karena orang tersebut tidak peduli dengan hasil
tes laboratorium yang negatif atau pendapat otoritatif dari berbagai sumber
resmi. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengajaknya berjalanmjalan
dan membantunya mengalihkan pikirnnya dari rasa sakit. Pengalihan aktivitas
dapat membuat para individu bekerja lebih baik terlepas dari penyakitnya dan
lebih memperoleh kepuasan.
7. Gangguan tidur
Davison, Neale, dan Kring (2014:774) mengemukakan bahwa insomnia
merupakan gangguan yang umum terjadi pada lansia. Miles dan Dement
(Davison, Neale, dan Kring, 2014:774) mengemukakan bahwa masalah tidur
yang paling sering dialami oleh lansia adaah sering terjaga pada malam hari,
sering terbangun pada dini hari, sulit untuk tidur, dan rasa lelah yang amat
sangat di siang hari. Waktu tidur lansia agak singkat dan sering terputus secara
10
spontan. Selain itu lansia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat
tertidur setelah mereka terbangun.
Gangguan tidur pada lansia disebabkan oleh penyakit, obat-obatan, kafein,
stres, kecemasan, depresi, kurang beraktivitas, dan kebiasaan tidur yang buruk.
Prinz dan Raskin (Davison, Neale, dan Kring, 2014:775) mengemukakan
bahwa rasa sakit terutama arthritis merupakan penyebab utama gangguan tidur
pada lansia. Penanganan insomnia pada lansia dapat melalui pemberian obat
obatan,
namun
obat-obatan
juga
memiliki
efek
samping
berupa
ketergantungan. Davison, Neale, dan Kring (2014:776) mengemukakan bahwa
penggunaan
obat
tidur
secara
terus
menerus
dapat
mengakibatkan
berkurangnya kefektifitasan obat dan bahkan mengakibatkan tidur cenderung
terputus putus dan terganggunya tidur dalam kondisi REM.
11
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Lansia merupakan fase kemasakan fungsi sekaligus kemunduran pada manusia.
Berbagai macam permaslahan mulai berdatangan terutama dalam aspek
psikologis. Setiap lansia memiliki permasalahan yang berbeda sehingga
penanggulangannya juga berbeda. Perhatian yang lebih dibutuhkan oleh lansia
sebagai motivasi untuk tetap aktif dan memiliki gairah hidup.
B.SARAN
Masa lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.
Masa i
ni dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu
sama lain.
12
DAFTAR PUSTAKA
Davison, G. C., Neale, J. M., Kring A. M. (2014). Psikologi abnormal (9th ed.). Depok:
Kharisma Putra Utama.
Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan. (5th ed.). Erlanga: Jakarta.
Litfiah (2009). Psikologi abnormal. Semarang: Widya Karya.
Santrock, J. W. (2012). Perkembangan masa hidup. Indonesia: PT Gelora Aksara
Pratama
Sunberk, N. D., Winebarge, A. A., Taplin, J. R. (2007). Psikologi klinis (4th ed.).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
13
Download