LAPORAN KAJIAN ANDAL & RKL DOKUMEN AMDAL PROYEK PLTS (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA) DI OELPUAH, KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR Disusun oleh : Lucia Mira Arthanita 14/367399/TK/42498 Fajril Mardiansah 14/367400/TK/42499 Habibi Bahari Al Fattah 14/367533/TK/42538 Tita Cholifah Rahayu 14/367539/TK/42540 Siti Musyafaah 14/367499/TK/42531 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2017 A. LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN PLTS DI OELPUAH Energi Listrik telah menjadi salah satu kebutuhan penting bagi masyarakat, sejalan dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan kegiatan pembangunan di segala bidang. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi, bahwa peranan energi sangat penting artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi dan ketahanan nasional, sehingga pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal dan terpadu. Untuk memenuhi kebutuhan listrik yang semakin meningkat tersebut, maka pemerintah terus meningkatkan program pembangunan prasarana dan sarana tenaga listrik untuk menjangkau wilayah yang lebih luas. Akan tetapi, dengan kondisi geografis wilayah yang penyebaran penduduknya tidak merata merupakan kendala utama untuk menambah jaringan distribusi listrik PLN ke setiap pelosok daerah. Selain faktor geografis, kendala lainnya adalah investasi jaringan listrik yang mahal, daya beli masyarakat yang rendah dan kapasitas sistem kelistrikan yang terbatas. Oleh karena itu, masih banyak dijumpai masyarakat di pedesaan, khususnya yang tinggal di daerah terpencil belum dapat terlayani listrik. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan energi listrik yang dapat menjangkau wilayah yang luas dan terpencil. Mengingat potensi energi terbarukan yang begitu besar di Indonesia, berikut adalah potensi listrik yang dapat dihasilkan dari energi terbarukan di Indonesia dalam MegaWatt (MW) dan Giga Watt (GW): Tabel 1 Potensi Listrik dan Energi Terbarukan di Indonesia Sumber : Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Kapasitas terpasang pembangkit listrik nasional, baik yang berbahan bakar fosil maupun yang sudah menggunakan energi terbarukan, sampai dengan pertengahan tahun 2015 adalah 51.620 MW. Angka ini baru mencapai 33,52% dari total potensi listrik yang dapat dihasilkan oleh energi terbarukan dari tenaga air, panas bumi, dan biomassa (sebesar 153.974 MW). Adapun untuk tenaga surya sendiri, berpotensi dapat menghasilkan listrik hingga sebesar 112.000 GWp atau setara 89.600.000 MW. Dengan potensi sebesar itu, jika 10% saja dari potensi tenaga surya di Indonesia dapat dimanfaatkan menjadi kapasitas terpasang PLTS, maka potensi pendapatan yang mungkin diperoleh per jam operasi PLTS dapat mencapai USD1.164.800.000 hingga USD2.240.000.000. Berdasarkan letak wilayah Indonesia yang dilewati oleh garis khatulistiwa, maka Indonesia memiliki sebaran potensi energi surya yang luas, sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Gambar 1 Persebaran Potensi Energi Surya di Indonesia Pada Gambar 1 terlihat bahwa sebagian besar wilayah Indonesia memiliki rata-rata jangka panjang intensitas cahaya matahari yang potensial untuk menghasilkan listrik setara lebih dari 1.600 kWh per meter persegi. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pengembangan energi surya di Indonesia memang sedemikian besar, terutama di daerah Nusa Tenggara dan Jawa Timur. Khusus untuk daerah Nusa Tenggara, pembangunan PLTS dapat menjadi alternatif prioritas untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik di daerah tersebut. Oleh karena itu, dibangunlah PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di Oelpuah, Kupang, Nusa Tenggara Timur yang merupakan PLTS terbesar di Indonesia. Dengan kapasitas sebesar 5 MW, pembangkit milik PT Lembaga Elektronik Nasional (LEN) tersebut membantu PLN mengatasi defisit di sistem Timor, di mana pemadaman bergilir selama siang hari bisa diatasi sejak akhir Desember 2016 lalu, awal beroperasinya PLTS ini. Tampak ribuan modul surya membentang di atas lahan seluas 7,5 ha, dengan satu modul menghasilkan listrik sekitar 230 watt. Energi ini kemudian dijual ke PLN dengan harga US$ 25 sen per kWh dengan masa kontrak 20 tahun, yang akan didistribusikan ke konsumen sesuai kebutuhan. B. SKOPING DESKRIPSI PROYEK PLTS DI OELPUAH Sesuai dengan hasil telaahan kaitan komponen kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak dan jenis-jenis dampak potensial yang ditimbulkannya, maka berikut ini adalah komponen lingkungan yang relevan untuk ditelaah dalam studi AMDAL. a. Komponen geo-fisik-kimia yang meliputi rata-rata temperatur, kelembaban, lama peninaran matahari. b. Komponen sosial meliputi kependudukan, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya. 1. GEOFISIKA KIMIA 1.1. Rata-Rata Temperatur, Kelembaban, dan Lama Penyinaran Matahari Wilayah studi merupakan daerah pesisir sehingga kelembaban udara cenderung tinggi. Kelembaban rata-rata sepanjang tahun 2013 adalah 75%. Pada bulan Oktober yang bertepatan dengan musim kemarau, kelembaban udara berkisar antara 67%. Pada bulan Juni dan Juli yang bertepatan dengan masim hujan, kelembaban udara berkisar antara 75%. Suhu udara rata-rata sepanjang tahun adalah 27,5°C. Suhu tertinggi adalah pada bulan November, sebesar 29,2°C. Suhu terendah pada bulan Juli, sebesar 26,2°C. Lama penyinaran matahari pada wilayah studi sepanjang tahun rata-rata sebesar 66%. Lama penyinaran maksimum berada pada bulan Agustus yaitu sebesar 84%. Lama penyinaran minimum berada pada bulan Januari yaitu sebesar 34%. Rata-rata Bulan Temperatur (Deg. C) Januari/January 27,3 Lama Kelembaban Penyinaran Matahari (%) 87 (%) 34 Februari/February 27,5 86 52 Maret/March 27,1 87 54 April/April 27,8 75 77 Mei/May 27,6 75 65 Juni/June 27,0 75 62 Juli/July 26,2 68 73 Agustus/August 26,3 62 84 September/September 27,2 66 82 Oktober/October 29,0 67 83 November/November 29,2 71 73 Desember/December 28,2 80 50 Rata-rata Setahun 27,5 75 66 Tabel 1. Rata-rata Temperatur, Kelembaban dan Penyinaran Matahari Menurut Bulan di Kabupaten Kupang, 2013 Sumber : Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang 1.2. Rata-Rata Curah Hujan, Kecepatan Angin, Tekanan Udara dan Arah Angin Terbanyak Rata-rata curah hujan tahunan di Kabupaten Kupang adalah sebesar 9,3 mm. Curah hujan pada bulan Oktober-Maret rata-rata 15,2 mm dan tertinggi ada bulan Januari yaitu sebesar 25 mm dan terendah pada bulan Desember yaitu 9,2mm. Curah hujan pada bulan April-September rata-rata 3,3 mm dan tertinggi pada bulan April sebesar 9mm dan terendah pada bulan Juli-September dimana tidak tercatat curah hujan sama sekali. Kecepatan angin rata-rata sepanjang tahun adalah sebesar 7,2 knot dengan kecepatan tertinggi pada bulan Juli yaitu sebesar 12 knot dan terendah pada bulan Desember yaitu sebesar 4 knot. Kecepatan angin besar berkisar pada bulan April-September saat curah hujan rendah. Tekanan udara rata-rata sepanjang tahun adalah sebesar 1009,3 mBar dengan rata-rata tekanan udara tinggi berkisar pada bulan April-September yaitu sebesar 1010,5 mBar dengan tekanan udara tertinggi pada bulan Agustus dan terendah ada bulan Maret dan Juni. Rata-rata tekanan udara rendah ada pada kisaran bulan Oktober-Maret yaitu sebesar 8,2 mBar dengan tekanan udara tertinggi pada bulan Oktober sebesar 1010,6 mBar dan terendah pada bulan Januari yaitu sebesar 1007,1 mBar. Tabel 2. Rata-rata Curah Hujan, Kecepatan Angin, Tekanan Udara dan Arah Angin Terbanyak Menurut Bulan di Kabupaten Kupang, 2013 Sumber : Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang Arah angin terbanyak adalah menuju timur pada bulan April hingga Oktober menuju daerah-daerah bagian timur Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Barat. Wilayah Studi Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Kupang 2. SOSIAL 2.1. Kependudukan Wilayah studi merupakan Desa Oelpuah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Pada data yang didapatkan dari Badan Statistik Kabupaten Kupang, jumlah penduduk kecamatan Kupang Tengah adalah 41607 jiwa dengan luas wilayah 88,64 km2, sehingga kepadatan penduduk adalah 469 jiwa/km2. Desa Oelpuah memiliki penduduk sebanyak 143 jiwa dan berasal dari 314 KK. Kecamatan Penduduk Luas Wilayah (km2) Kepadatan Penduduk per km2 01. Semau 6 933 143,42 48 02. Semau Selatan 4 989 153,00 33 03. Kupang Barat 16 870 149,72 113 04. Nekemese 9 265 128,40 72 05. Kupang Tengah 41 607 88,64 469 06. Taebenu 16 571 106,42 156 07. Amarasi 15 857 154,90 102 08. Amarasi Barat 14 676 246,47 60 09. Amarasi Selatan 10 609 172,71 61 10. Amarasi Timur 7 441 162,92 46 11. Kupang Timur 49 985 338,60 148 12. Amabi Oefeto Timur 13 370 236,72 56 13. Amabi Oefeto 8 323 123,90 67 14. Sulamu 14 985 141,18 106 15. Fatuleu 24 749 351,52 70 16. Fatuleu Barat 8 887 496,47 18 17. Fatuleu Tengah 5 254 107,85 49 18. Takari 20 912 508,13 41 19. Amfoang Selatan 8 866 305,09 29 20. Amfoang Barat Daya 4 440 167,61 26 21. Amfoang Utara 7 149 278,42 26 22. Amfoang Barat Laut 8 934 428,59 21 23. Amfoang Timur 7 891 133,24 59 24. Amfoang Tengah 5 626 174,21 32 334 189 5 298,13 63 Kabupaten Kupang Tabel 3. Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kupang, 2014 Sumber : Proyeksi Penduduk 2014 2.2. Sosial-Ekonomi Sektor ekonomi terbesar dari wilayah provinsi NTT adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan. Pada derah Desa Oelpuah masyarakat mengolah pertanian dan kain tenun. Masyarakat desa Oelpuah memiliki aktivitas sebagai petani sebanyak 87% pada data hasil penelitian tahun 2010. Tabel 4. PDRB Provinsi NTT Berdasar Sektor Ekonomi Triwulan IV pada 2015 Tabel 5. Persebaran Mata Pencarian Masyarakat Oelpuah 2.3. Sosial-Budaya Tingkat pendidikan masyarakat Oelpuah tergolong rendah, sesuai penelitian yang dlakukan pada 2010, sebanyak 50% masyarakat Oelpuah belum sekolah atau tidak sekolah, tingkat sekolah dasar sebanyak 33%, dan tingkat sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 10%, tingkat sekolah menengah atas sebanyak 5%, dan perguruan tinggi sebanyak 2%. Tabel 6. Persebaran Tingkat Pendidikan Masyarakat Oelpuah C. PENDUGAAN DAMPAK Pendugaan dampak merupakan suatu proses untuk memperkirakan respon atau perubahan suatu parameter lingkungan tertentu akibat adanya kegiatan tertentu, pada perspektif ruang dan waktu tertentu. Prakiraan juga didasarkan pada seberapa besar dampak yang terjadi memengaruhi lingkungan tersebut. Dalam hal ini, pendugaan dampak PLTS berarti ditujukan untuk memperoleh potensi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pembangunan PLTS berdasarkan data dan informasi tentang rencana pembangunan PLTS, serta kondisi awal sebelum PLTS dibangun. Proses pendugaan dampak dilakukan dengan metode flowchart, checklist, dan scoring matriks untuk mengidentifikasi kemungkinan perubahan komponen lingkungan di sekitar PLTS selama masa pra-konstruksi, konstruksi, dan operasi PLTS. Sedangkan aspek yang diidentifikasi dalam proses pendugaan dampak antara lain adalah aspek sumber geohidrologi, aspek iklim dan greenhouse, aspek tata ruang dan transportasi, aspek hayati, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek fisik-kimia. Adapun rencana kegiatan pembangunan PLTS yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pra-Konstruksi a. Sosialisasi rencana pembangunan PLTS di Oelpuah kepada masyarakat, dimaksudkan agar masyarakat mengetahui tentang pembangunan PLTS di daerah mereka, serta dampak yang mungkin ditimbulkan dari pembangunan PLTS tersebut. b. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dari tahap persiapan masyarakat, pengorganisasian, pelatihan, pendampingan, serta monitoring dan evaluasi, tujuannya agar masyarakat di sekitar PLTS berdaya dalam aspek sosialekonominya. Program pemberdayaan masyarakat diwujudkan dengan kerjasama dengan pemerintah dan LSM. Pemberdayaan masyarakat meliputi perekrutan tenaga kerja untuk PLTS dan pelatihan SDM lainnya untuk keberlangsungan dan kemajuan ekonomi di sekitar PLTS. Khusus untuk tenaga kerja yang akan direkrut PLTS, diharapkan dapat mengelola sendiri PLTS di daerahnya, atau minimal mengerti cara mengontrol dan memelihara sistem PLTS yang ada. 2. Konstruksi a. Persiapan dan pesanan material. Jadwal untuk mobilisasi peralatan dan tenaga kerja, serta administrasi lapangan sudah harus dipersiapkan secara terperinci. Penempatan bahan/material dan lalu lintas juga harus sudah dipersiapkan sebelumnya. b. Pengepakan dan angkutan material ke lokasi. Hal-hal seperti penanganan material, suhu, cuaca, dan jarak pengangkutan material harus benar-benar diperhatikan. Selain itu dokumen identitas material juga harus dipersiapkan. c. Persiapan pemasangan material. Sebelumnya harus dilakukan pembersihan lapangan/lokasi pembangunan dari hal-hal yang menghalangi pelaksanaan pembangunan. d. Pemasangan tiang dan panel surya. Pemasangan tiang dilakukan di halaman rumah dengan tiang kayu/bambu sesuai dengan ukuran yang diharapkan, pemasangan juga dapat dilakukan menempel pada konstruksi rumah dengan melubangi seng atau atap nirah sehingga tiang menembus atap bagian luar rumah. Sedangkan untuk panel surya, pemasangan di luar rumah dengan arah yang langsung menghadap matahari dengan menyesuakan keadaan/tempat/situasi yang ada. e. Pemasangan instalasi, lampu, Battery Charge Regulator, dan Acc. Dilakukan dengan persiapan material seperti paku, palu, kabel, voltmeter, dan lain-lain. Kemudian dilakukan pemasangan instalasi kabel dengan rapi dan aman dari jangkauan anak-anak. f. Pemeriksaan dan pengujian material sesuai dengan spesifikasi yang ada. g. Pengerjaan konstruksi sipil antara lain pembangunan main power building, sarana dan prasarana pendukung, serta gedung kontrol dan perlengkapannya. 3. Operasional a. Demobilisasi peralatan yang telah dipakai dalam pembangunan PLTS. Demobilisasi ini memungkinkan terjadinya kemacetan dikarenakan padatnya arus kendaraan. b. Identifikasi dan Pemeriksaan Komponen PLTS. Komponen ini berupa solar module, AC Module, dan Controller. Pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaan instalasi listrik. c. Pembangkitan tenaga listrik oleh komponen dan fasilitas pembangkit yang telah tersedia. Operator harus terus memantau dan mengontrol setiap saat peralatan operasi, seperti Start Up, Stopping, dan Emergency. Adapun aspek lingkungan sekitar yang mungkin menerima perubahan dampak lingkungan dengan adanya PLTS, antara lain: 1. Aspek Sumber Geohidrologi Erosi tanah, peningkatan beban sedimen , penurunan filtrasi polutan dari udara dan air hujan, berkurangnya resapan air tanah, meningkatnya kemungkinan banjir. Berubahnya tingkat tingkat infiltrasi tanah, bertambahnya run off ratio, dan perubahan evapotranspirasi 2. Aspek Iklim dan Greenhouse Kebutuhan lahan yang besar mengakibatkan berkurangnya lahan hijau. Berkurangnya lahan hijau mengakibatkan berkurangnya penyerapan CO2 oleh pohon-pohon dan tanaman. Perubahan cuaca/iklim dikarenakan selama operasi PLT meningkatkan suhu di sekitar. 3. Aspek Tata Ruang dan Transportasi Menggunakan lahan yang sangat luas untuk menghasilkan energy per kWh (Membutukan sekitar 7 Ha untuk menghasilkan energy 5 MW). Gangguan lalu lintas saat pengangkutan material. 4. Aspek Hayati Habitat asli hewan dan tumbuhan yang diubah menjadi PLTS akan mengurangi lahan yang biasa mereka huni. Hal tersebut menyebabkan gerakan hewan terbatas, kemudian terjadi perubahan perilaku konsumsi oleh hewan. Sedangkan pada tumbuhan akan mengubah vegetasi yang telah ada. Pembangunan dianjurkan di daerah kering yang tidak banyak vegetasi dan hewan, dengan demikian manfaat yang diberikan oleh PLTS menjadi lebih optimal. Selain itu tidak diperlukan pemulihan lahan seperti bila dilakukan pembangunan di daerah produktif tanah. 5. Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya Meningkatnya kriminalitas di sekitar lingkungan PLTS. Masyarakat mendapat pencahayaan domestik di daerahnya dan kebutuhan listrik dasar sehingga dapat mengakses computer, radio, telepon, dan lain-lain. Adanya pemisahan kelas di masyarakat serta perubahan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat sekitar PLTS. Meningkatnya produktivitas masyrakat di malam hari karena sudah mengalirnya listrik di desa tersebut. Terciptanya rasa aman dan nyaman saat malam hari. Mengurangi angka migrasi. 6. Aspek Fisik-Kimia Akan ada sedikit kebisingan selama operasi peralatan listrik dan selama masa konstruksi PLT. Akan ada polusi udara, air, dan tanah selama masa konstruksi PLT. Berikut adalah metode yang dipakai dalam pendugaan dampak: - Metode Flowchart - Metode Checklist TAHAPAN KEGIATAN Pra-Konstruksi Sosialisas KOMPONEN i Pem- Konstruksi Operasi Persiapa Angkuta Pembersiha Pemasanga Pengerjaa Demobilisas n n n n n i LINGKUNGAN Identifikasi Operasi Pemeriksaa Rencana Berdayaan Pesanan Material Lokasi Masyaraka Kegiatan t Panel Surya Konstruksi Peralatan n dan Material Instalasi PemBangki Sipil Komponen t Aspek Sumber Geohidrologi Erosi Tanah X X X X V X V X X X X X X X V X V X X X X X X X X X X X X V X X X X V X V X X V X X X X V X V X X X X V X X V Peningkatan Sedimen Penurunan Filtrasi Polutan Berkurangnya Resapan Air Bertambahnya Run Off Ratio Aspek Iklim dan Greenhouse Berkurangnya X X X X V Resapan CO2 Perubahan Cuaca/Iklim X X X X X X X X X V Aspek Tata Ruang dan Transportasi Penggunaan Lahan yang Luas X X X X V V V X X X X X X V X X X V X X Gangguan Lalu Lintas Aspek Hayati Terganggunya Habitat Biotik X X X X V X V X X V X X X X V X V X X V Berkurangnya Produktivitas Tanah Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya Meningkatnya Kriminalitas V V X X X X X X X X Listrik X X X X X X X X X V Pemisahan Kelas X V X X X X X X X X Masyarakat dapat Akses di Masyarakat Rasa Aman di Malam Hari X X X X X X X X X V X V X X X X X X X V Mengurangi Angka Migrasi Aspek Fisik-Kimia Kebisingan X X X V V X V V X V Polusi X X X V V X V V X V X : Tidak Ada Potensi Dampak V : Ada Potensi Dampak Kecil - Metode Matriks Skoring TAHAPAN KEGIATAN Pra-Konstruksi Sosialisas KOMPONEN i Pem- Konstruksi Operasi Persiapa Angkuta Pembersiha Pemasanga Pengerjaa Demobilisas n n n n n i LINGKUNGAN Identifikasi Operasi Pemeriksaa Rencana Berdayaan Pesanan Material Lokasi Masyaraka Kegiatan t Panel Surya Konstruksi Peralatan n dan Material Instalasi PemBangki Sipil Komponen t Aspek Sumber Geohidrologi Erosi Tanah 0 0 0 0 (-)2s 0 (-)2s 0 0 0 0 0 0 0 (-)2s 0 (-)2s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 (-)2p 0 0 0 0 (-)2s 0 (-)2s 0 0 (-)2p 0 0 0 0 (-)3s 0 (-)3s 0 0 0 0 (-)2s 0 0 (-)2p Peningkatan Sedimen Penurunan Filtrasi Polutan Berkurangnya Resapan Air Bertambahnya Run Off Ratio Aspek Iklim dan Greenhouse Berkurangnya 0 0 0 0 (-)2s Pohon Resapan CO2 Perubahan Cuaca/Iklim 0 0 0 0 0 0 0 0 0 (-)3s Aspek Tata Ruang dan Transportasi Penggunaan Lahan yang Luas 0 0 0 0 (-)3p (-)1s (-)2s 0 0 0 0 0 0 (-)3s 0 0 0 (-)3s 0 0 Gangguan Lalu Lintas Aspek Hayati Terganggunya Habitat Biotik 0 0 0 0 (-)3s 0 (-)3s 0 0 (-)2p 0 0 0 0 (-)3s 0 (-)3s 0 0 (-)2p Berkurangnya Produktivitas Tanah Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya Meningkatnya Kriminalitas (-)2s (-)1s 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 (+)4p Masyarakat dapat Akses Listrik Pemisahan Kelas Sosial di Masyarakat 0 (-)2p 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 (+)4p 0 (+)3s 0 0 0 0 0 0 0 (+3)p Rasa Aman di Malam Hari Mengurangi Angka Migrasi Aspek Fisik-Kimia Kebisingan 0 0 0 (-)3s (-)3s 0 (-)3s (-)3s 0 (-)2p Polusi 0 0 0 (-)2s (-)2s 0 (-)2s (-)2s 0 (-)2p Keterangan: (+) = Dampak Positif s = Sementara Skala dampak: (-) = Dampak Negatif p = Permanen 1 = sangat kecil; 2 = kecil ; 3 = sedang; 4=besar; 5= sangat besar. D. DAMPAK PEMBANGUNAN PLTS DAN KUANTISASINYA Berikut adalah dampak-dampak pembangunan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya): 1. Kebutuhan lahan Kebutuhan lahan yang diperlukan untuk membangun PLTS Oelpuah, Kupang, NTT, adalah 7 ha, hal ini berarti diperlukannya pembebasan lahan untuk pembangunan PLTS Oelpuah berdaya 5 MW dengan total biaya USD 11,2 juta. Selama pengoperasiannya daya yang dihasilkan oleh PLTS hanya mampu mencapai puncak pada daya 4MW, disaat iklim tidak mendukung, seperti saat musim hujan, PLTS hanya mensuplai daya 27% dari kapasitas. Pembebasan lahan yang dilakukan sebelumnya merupakan lahan kosong, yang terdiri atas pepohonan, dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan PLTS ini jelas pada habitat hewan dan tumbuhan yang ada disekitar Pembangkit. Terganggunya habitat hewan dan tumbuhan bisa menyebabkan terputusnya rantai makanan yang ada pada kawasan tersebut, akibatnya, terjadi ketidakseimbangan komposisi tumbuhan dan hewan yang ada disana. Upaya yang dilakukan adalah dengan memindahkan habitat hewan ke tempat lain, agar terjadi kesetimbangan, dan berita yang beredar di Kupang, NTT juga tidak pernah memberitakan kesetimbangan habitat hewan dan tumbuhan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan PLTS tidak terlalu berdampak besar terhadap lingkungan. Alih fungsi lahan ini merupakan dampak lingkungan terbesar dari pemasangan PLTS. PLTS Oelpuah dipasang di atas tanah dengan lahan yang mencapai 7,5 hektare. Lahan yang digunakan merupakan lahan milik warga setempat dan kesepakatan antara pemrakarsa proyek yakni PT LEN dengan warga juga telah tersepakati. Tanah seluas 7,5 hektare yang dapat dimanfaatkan untuk menanam padi dan memenuhi kebutuhan warga setempat secara percuma dialihfungsikan sebagai lahan tidak produktif. Jika lahan tersebut digunakan untuk menanam padi, ilustrasi kerugian dapat ditunjukkan sebagai berikut. Asumsi padi yang digunakan berjenis IR64 yang memiliki hasil panen per hektare nya 5 ton gabah basah per musim (sekitar 4 bulan). Ketika dijualkan ke pasar, tiap kilogram gabah basah dihargai Rp 3900. Total produksi gabah basah: Harga pasaran gabah basah: Nominal kerugian yang diakibatkan sampai jutaan rupiah per 4 bulan. Penghasilan masyarakat sekitar yang bisa memanfaatkan lahan tersebut untuk menanam padi dan menjadikan masukan keluarga harus diganti dengan lapangan sel surya. 2. Polusi visual Di sisi lain, dampak yang ditimbulkan juga dari polusi visual. Polusi visual yang dimaksudkan adalah gangguan penglihatan terhadap lanskap. Gangguan yang ditimbulkan adalah silau atau glare. Kesilauan tergantung pada arah pandang manusia dengan sudut datang pancaran sinar matahari. Gambar 1 Pemantulan cahaya pada bidang reflektor datar. Sumber: http://www.areabaca.com/2014/12/pemantulan-cahaya-pada-cermin-datar.html Pantulan yang ditimbulkan akan mempengaruhi pandangan mata manusia yang berada di sekitar lokasi PLTS. Terlebih lagi, tidak hanya satu PLTS, tetapi juga ratusan modul array PV yang berada di atas lahan kurang dari 7,5 hektare. Namun, efek dari jenis PLTS ini tidak sebesar efek yang ditimbulkan oleh PLTS jenis Concentrated Solar Power (CSP) dan heliostat yang keduanya memanfaatkan panas matahari menggunakan 100% cermin. Hal ini bisa menyebabkan berukurangnya produktivitas warga yang berada di sekitar PLTS. Solusi yang ditawarkan adalah warga harus memakai kacamata antiradiasi agar warga bekerja seperti semula. 3. Pembangunan SUTET SUTET adalah singkatan dari Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dengan kekuatan 500 kV yang ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga energi listrik bisa disalurkan dengan efisien. Kehadiran medan listrik dan medan magnet di sekitar kehidupan manusia tidak dapat dirasakan oleh indera manusia, kecuali jika intensitasnya cukup besar dan terasa hanya bagi orang yang hipersensitif saja. Medan listrik dan medan magnet termasuk kelompok radiasi non-pengion. Radiasi ini relatif tidak berbahaya, berbeda sama sekali dengan radiasi jenis pengion seperti radiasi nuklir atau radiasi sinar rontgen. Namun, medan Listrik di bawah jaringan dapat menimbulkan beberapa hal, antara lain : menimbulkan suara/bunyi mendesis akibat ionisasi pada permukaan penghantar (konduktor) yang kadang disertai cahaya keunguan, bulu/rambut berdiri pada bagian badan yang terpajan akibat gaya tarik medan listrik yang kecil, lampu neon dan tes-pen dapat menyala tetapi redup, akibat mudahnya gas neon di dalam tabung lampu dan tes-pen terionisasi, kejutan lemah pada sentuhan pertama terhadap benda-benda yang mudah menghantar listrik (seperti atap seng, pagar besi, kawat jemuran dan badan mobil). Pemerintah telah mengeluarkan aturan tentang pendirian sutet yaitu SNI 04- 6918-2002 tentang ”Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada SUTET”. SNI mempunyai pendapat yang berbeda dengan kepmen ESDM di atas mengenai jarak runag aman, yang dapat kita lihat dibawah ini : 1. Jarak bebas umum Vertikal dari konduktor dengan bangunan, yaitu 9 meter untuk SUTET. 2. Jarak bebas minimum horizontal dari sumbu menara, yaitu : 22 meter untuk SUTET 500 KV sirkit tunggal. 17 meter untuk SUTET 500 KV sirkit ganda. E. KESIMPULAN DAN SARAN Proyek pembangunan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di Oelpuah, Kupang, Nusa Tenggara Timur bukanlah proyek yang sempurna. Terdapat sejumlah dampak penting yang ditimbulkan ke lingkungan yang perlu menjadi pertimbangan dan perhatian khusus sebelum dimulainya pelaksanaan proyek ini. Namun, dengan langkah analisis kuantitatif dan rencana mitigasi yang pemrakarsa tawarkan, seluruh dampak penting yang dikaji telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak lagi mengganggu lingkungan. Di antaranya ialah dampak alih fungsi lahan yang nyatanya tidak melebihi baku mutu, serta dampak polusi visual yang telah termitigasi. Dengan demikian, pemrakarsa yakin bahwa proyek ini layak mendapat izin dan dilaksanakan, mengingat tingginya desakan akan kebutuhan energi listrik, besarnya keuntungan yang ditawarkan, dan minimnya dampak negatif yang ditimbulkan. F. REFERENSI Bank Indonesia. 2015. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Nusa Tenggara Tengah. Faot, Nusin dkk. 2010. Kajian Faktor Predisposisi Mengkonsumsi Minuman Keras Pada Masyarakat Oelpuah Kabupaten Kupang Pada Tahun 2010. Undana. Badan Statistik Kabupaten Kupang, https://kupangkab.bps.go.id Khasanah.Imrotul., Sulistiyoati., dkk, “Makalah Prakiraan Dampak”, FMIPA, UNDIPSemarang, 2013 Gekas.V., Frantzeskaki., dkk,”Environmental Impact Assesment of Solar Energy Systems Result from a Life Cycle Analysis”, Technical University of Crete, Chania, 2002. Turney.Damon., dan Fthenakis.Vasilis., “Environmental impacts from the installation and operation of large-scale solar power plants”, Brookhaven National Laboratory, New York, 2011. eddiedandel.blogspot.co.id/2011/09/metode-pelaksanaan-pekerjaanpengadaan.html?m=1 diakses pada 4 April 2017 Sudharsana. Ratna., “Dampak Penggunaan Energi Listrik Tenaga Surya terhadap Gaya Hidup Masyarakat di Desa Pusu NTT”, Semiar Renewable Energy & Sustainable Development in Indonesia Past Experience, Jakarta, 2009 Sukendar.Tatang., dan Thamrin.Husni., Modul Pengoperasian PLTS, PPPPTK, Bandung, 2008. http://www.gerbangpertanian.com/2015/10/cara-menghitung-produksi-padi.html, diakses 20.35 4 April 2017 http://www.len.co.id/jokowi-resmikan-sistem-plts-terbesar-indonesia/, diakses 20.45 4 April 2017 http://id.beritasatu.com/energy/instalasi-plts-oelpuah-terbesar-di-indonesia/136197, diakses 21.00 4 April 2017 NN. 2010. Draft Solar PEIS: 5 Impacts of Solar Energy Development and Potential Mitigation Measures. http://m.detik.com/finance/read/2015/12/27/181336/3105036/1034/jokowi-resmikanpembangkit-listrik-tenaga-surya-terbesar-diindonesia?_ga=1.120324299.2145474980.1487056150 Suci Pertiwi, http://www.klikdokter.com/tanya-dokter/read/2754273/jarak-aman-rumahdan-sutet