Uploaded by User5740

jiptummpp-gdl-tikalistyo-48068-3-babii

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1.
Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
a.
Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2012:45) “model pembelajaran ialah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial”. Menurut Arends (dalam Suprijono, 2012:45) “model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuantujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas”.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan suatu perencanaan yang disusun secara sistematik sebagai pola yang
digunakan sebagai acuan melakukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan belajar. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
b.
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:12) “Cooperative learning adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dlam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur
kelompok heterogen”. Isjoni (2009:16) menjelaskan Cooperative Learning adalah
suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunkan untuk mewujudkan
10
11
kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama
untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa,
yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif, dan tidak
peduli pada yang lain.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model kooperatif
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, kelompok ini setiap anggotanya
dituntut untuk saling bekerjasama antar anggota kelompok yang satu dengan yang
lain.
c.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model (Cooperative Learning) dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan
pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim,dkk (dalam Isjoni, 2009:27-28),
yaitu:
1) Hasil belajar akademik, model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikkan tugas-tugas akademik.2)
Penerimaan terhadap perbedaan individu, tujuan lain model
Cooperative Learning adalah penerimaan secara luas dari orangorang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif
memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan
kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan
belaajar saling menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan
keterampilan sosial, tujuan penting ketiga Cooperative Learning
adalah mengajarkan pada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat
ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
12
d.
Unsur-Unsur dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif
Learning)
Menurut Bennet (dalam Isjoni, 2009:41-43), terdapat lima unsur penting
dalam belajar kooperatif, seperti berikut ini:
1) Positive Interdependence, hubungan timbal balik yang
didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantar
anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan
keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Sehingga siswa akan
merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga
mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok. 2) Interaction
Face to Face, belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi
antara siswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan
kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan
yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya
hubungan timbal balik yang bersifat positif. Hal ini terjadi dalam
hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai
anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan
berlangsung secara ilmiah karena kegagalan seseorang dalam
kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. 3) Adanya
tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota
kelompok,tanggung jawab individual dalam belajar kelompok
dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (1) membantu siswa
yang membutuhkan bantuan dan (2) siswa tidak dapat hanya
sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman sekelompoknya. 4)
Membutuhkan Keluesan, dalam belajar kooperatif saling
menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan
kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif. 5)
Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan
masalah (proses kelompok), belajar kooperatif tidak akan
berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi
jikamanggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan
mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang
baik.
Lima unsur dasar diatas harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif
untuk mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya
kelima unsur tersebut harus dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu, kelima
unsur di atas sekaligus menjadi pembeda pembelajaran kooperatif dengan
pembelajaran kelompok tradisional/konvensional.
13
e.
Ciri-ciriPembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Menurut Rusman (2012:207) ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1)
Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim, tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2)
Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Manajemen mempunyai tiga fungsi yaitu : (a) Fungsi manajemen sebagai
perencanaan
pelaksanaan
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
kooperatif
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang
sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai,, bagaimana cara
mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain
sebagainya. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses
pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol,
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
3)
Kemauan untuk Bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan
dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran
kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
14
4)
Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu
didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggoa
lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
f.
Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusman (2012:212) prosedur atau langkah-langkah pembelajaran
kooperatif terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut:
1)Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahapan
penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar
dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman
siswa terhadap pokok materi pelajaran. 2) Belajar Kelompok,
tahapan dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi,
siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.3)
Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan
melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu secara
individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian
kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan
penilaian pada kemampuan kelompoknya. 4) Pengakuan tim,
pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling
menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan
penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim
untuk terus berprestasi lebih baik lagi.
1)
Kelebihan
Kekurangan
Pembelajaran
Kooperatif
(Cooperative
Learning)
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian
pula dengan pembelajaran kooperatif. Adapun kelebihan cooperative learning
menurut Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2009:24) adalah :
1) saling ketergantungan yang positif, 2) adanya pengakuan dalam
merespon perbedaan individu, 3) siswa dilibatkan dalam
perencanaan dan pengelolaan kelas, 4) suasana kelas yang rileks
15
dan menyenangkan, 5) terjalinnya hubungan yang hangat dan
bersahabat antara siswa dengan guru, 6) memiliki banyak
kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang
menyenangkan.
Selain memiliki kelebihan, tentu masih terdapat kekurangan di dalamnya.
Kelemahan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua faktor,
yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam
meliputi: 1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping
itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu, 2) agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat,
dan biaya yang cukup memadai, 3) selama kegiatan diskusi kelompok
berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4)
saat diskusi kelas, teerkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa
yang lain menjadi pasif (Isjoni,2009:25).
Mengacu pada pendapat tersebut maka dengan cooperative learning siswa
dapat berbagi pengetahuan antar sesama teman yang diperoleh melalui diskusi
kelompok. Jadi, perolehan ilmu dan pengetahuan tidak hanya berasal dari guru
saja, melainkan diperoleh dari diskusi dan sharing dalam kelompok. Antar siswa
yang satu dengan yang lain, haruslah memberikan kesempatan untuk saling
mengemukakan pendapat dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling
mengoreksi kesalahan yang ada, dan mengambil keputusan secara bersama untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada.
16
2)
Sintak Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Adapun sintak model pembelajaran kooperatif menurut
Suprijono
(2012:65) terdiri dari 6 fase adalah sebagai berikut:
Fase
Tabel 2.1. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
Kegiatan
Perilaku Guru
1
Present goals and set
2
Menyampaikan
tujuan
mempersiapkan peserta didik
Present information
3
dan
Menyajikan informasi
Orginize students into learning
teams
4
Mengorganisir peserta didik ke
dalam tim-tim belajar
Assist team work and study
5
Membantu kerja tim dan belajar
Test on the materals
Mengevaluasi
6
Provide recognition
Memberkkan
penghargaan
2.
pengakuan
atau
Menjelasan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik siap
belajar
Mempresentasikan informasi
peserta didik secara verbal
kepada
Memberikan penjelasan kkepada peserta
didik tentang tata cara pembentukan tim
belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien
Membantu tim-tim belajar selama
peserta didik mengerjakan tugasnya
Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai materi pembelajaran
atau
kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun
kelompok
Pengertian Belajar
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, secara entimologis belajar
memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki
pengertian bahwa belajar merupakan kegiatan dalam mencapai kepandaian
(pengetahuan) dan ilmu yang belum dimiliki sebelumnya sehingga yang tidak
tahu menjadi tahu. Menurut Thobroni (2015:15) belajar merupakan aktivitas
manusia yang sangat vital dan secara terus-menerus akan dilakukan selama
manusia tersebut masih hidup, manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika
ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lainnya. Dari penjelasan tersebut dapat
17
disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang selalu dialami oleh setiap
individu sehingga menjadikan pengetahuan baru dari yang tidak tahu menjadi tahu
dan yang tidak bisa menjadi bisa.
3.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Gunawan, 2013:153 (dalam Selvia, 2015:173-174)
adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
suatu mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai
yang diberikan oleh guru”. Menurut pendapat Sudjana (2013:34) “hasil belajar
sebagai objek penilaian dapat dibedakan ke dalam kategori, antara lain
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita,
kategori yang banyak digunakan dibagi menjadi tiga ranah yakni (a) kognitif (b)
afektif (c) psikomotoris”. Menurut Bloom (dalam Suprijono 2012:7-8)
hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,
ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,
menentukan
hubungan),
synthensis
(mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation
(menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization
(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor
meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga
mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial,
dan intelektual.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
pencapaian prestasi belajar yang didapat siswa setelah melakukkan kegiatan
belajar mencakup ranah 3 ranah kemampuan yaitu penilaian kognitif, afektif serta
psikomotorik.
18
4.
Pembelajaran Tematik
a.
Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang diterapkan pada
kurikulum 2013 berbasis saintifik. Menurut Trianto (2011:147) pembelajaran
tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu,
dimana dalam suatu tema terdapat beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan
satu sama lain. Menurut pendapat Sujati dkk, (2015:3) “pembelajaran tematik
lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam
proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman masuk dan
terlatih
untuk
dapat
menemukan
sendiri
berbagai
pengetahuan
yang
dipelajarinya”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang
menggabungkan beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan dan diikat dengan
suatu tema tertentu. Setiap mata pelajaran dalam pembelajaran tematik masih
mempunyai hubungan yang saling berkaitan terhadap materi yang disampaikan
sehingga pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman bermakna pada
siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik siswa
mendapatkan pengalaman secara langsung dan menemukan sendiri pengetahuan
yang dipelajari.
b.
Karakteristik Pembelajaran Tematik
Terdapat beberapa karakteristik dari pembelajaran tematik
Hernawan, 2011 (dalam Yuniasih dkk, 2014:149) yaitu:
menurut
19
1) Berpusat pada siswa (student centered), peran guru lebih
banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2)
Dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct
experiences), siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit)
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3)
Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas, fokus
pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4) Menyajikan
konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut
secara utuh. 5) Bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya. 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, siswa diberi kesempatan
untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
c.
Tahapan Pembelajaran Tematik
Menurut pendapat Indriani (2015:45) adapun pembelajaran Tematik
Kurikulum 2013 dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan
perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. Tahap-tahap ini secara singkat
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Perencanaan
Adapun langkah-langkah dala tahap perencanaan antara lain: 1)
Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari
setiap mata pelajaran, 2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan
kompetensi-kompetensi untuk setiap
kelas dan semester, 3) Buatlah ”matriks hubungan kompetensi dasar
dengan tema”, 4) Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan
ini dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jareingan topik, 5)
Susunlah
silabus
dan
rencana
pembelajaran
berdasarkan
matriks/jaringan topik Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013.
20
2) Penerapan Pembelajaran Tematik
Pada tahap ini guru melaksanakan perencana pembelajaran yang
telah disusun sebelumnya. Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 ini
akan dilaksanakan di ruang kelas dan peserta didik dituntut lebih aktif.
Sedangkan
guru
disini
hanya
sebagai
fasilitator,
sehinggga
pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Tematik Kurikulum
2013 akan lebih menyenangkan.
3) Evaluasi Pembelajaran Tematik
Evaluasi Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 difokuskan pada
evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat
keterlibatan, minat dan semangat peserta didik dalam proses
pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat
pemahaman dan penyikapan peserta didik terhadap substansi materi
dan manfaatnya bagi kehidupan peserta didik sehari-hari. Disamping
itu evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya peserta didik selama
kegiatan
pembelajaran
yang
bisa
ditampilkan
dalam
suatu
paparan/pameran karya peserta didik.
5.
Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Shoimin (2014) beberapa tipe model pembelajaran kooperatif
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Talking Stick
Pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta
didik mempelajari materi pokoknya, pembelajaran talking stick sangat
21
cocok diterapkan bagi peserta didik SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk
melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang
menyenangkan dan membuat pesrta didik aktif.
b. Teams Games Tournament (TGT)
Pembelajaran model TGT adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
c.
Think Pairs Share (TPS)
Think pairs share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang
memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu
sama lain. Model ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu
tunggu” yang menjadi faktor kuat dalm meningkatkan kemampuan siswa
dalam merespons pertanyaan. Pembelajaran kooperatif model Think Pairs
Share ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama
untuk
mengatur
tempat
duduk
ataupun
mengelompokkan
siswa.
Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai
pendapat teman.
d.
Inside Outside Circle (IOC)
Inside outside circle adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran
kecil dan lingkaran besar yang diawali dengan pembentukan kelompok besar
dalam kelas yang terdiri dari kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran
luar. Anggota kelompok lingkaran luar berdiri menghadap kedalam. Antara
anggota lingkaran dalam dan luar saling berpasangan dan berhadap-hadapan, di
22
mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan
pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Kemudian, siswa berada di
lingkaran kecil diam ditempat, sementara siswa yang berada dilingkaran besar
bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam sehingga masing-masing siswa
mendapat pasangan baru. Adapun informasi yang saling dibagikan merupakan isi
materi yang mengarah pada tujuan pembelajaran.
e.
Make A Match (Mencari Pasangan)
Karakteristik model pembelajaran Make A Match adalah memiliki
hubungan yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain, pelaksanaan
model make a match harus didukung dengan keaktifan siswa untuk bergerak
mencari pasangan dengan kartu yang sesuai dengan jawaban atau pertanyaan
dalam kartu tersebut.
f.
Picture and Picture
Picture and picture adalah suatu model belajar menggunakan gambar dan
dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini
mengandalkan gambar yang menjadi faktor utama dalam proses pembalajaran.
Maka dari itu, sebelumnya guru sudah menyiapkan gambar yang akan
ditampilkan, baik dalam bentuk artu atau carta dlam ukuran besar.
Berdasarkan pendapat tersebut terdapat beberapa macam tipe model
pembelajaran kooperatif namun masih banyak tipe model pembelajaran kooperatif
lainnya yang dapat diterapkan untuk proses pembelajaraan. Penerapan tipe model
pembelajaran tergantung karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang akan
diberikan kepada siswa semua tergantung situasi serta kondisinya.
23
6.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle (IOC)
a.
Pengertian Inside Outside Circle (IOC)
Menurut Uno (2013:128) Siswa saling membagi informasi pada saat yang
bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara singkat dan teratur. Menurut
Shoimin (2014:87) inside outside circle adalah model pembelajaran dengan
sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar yang diawali dengan pembentukan
kelompok besar dalam kelas yang terdiri dari kelompok lingkaran dalam dan
kelompok lingkaran luar. Anggota kelompok lingkaran luar berdiri menghadap
kedalam. Antara anggota lingkaran dalam dan luar saling berpasangan dan
berhadap-hadapan, di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang
bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Kemudian,
siswa berada di lingkaran kecil diam ditempat, sementara siswa yang berada
dilingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam sehingga
masing-masing siswa mendapat pasangan baru. Adapun informasi yang saling
dibagikan merupakan isi materi yang mengarah pada tujuan pembelajaran.
b.
Langkah-langkah Inside Outside Circle (IOC)
Menurut Uno (2013:128) adalah sebagai berikut :
1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap
keluar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama,
menghadap kedalam
24
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi
informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua
pasangan dalam waktu yang bersamaan
4. Kemudian, siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara
siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah
searah jarum jam.
5. Siliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi.
Demikian seterusnya.
c.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tipe Inside Outside Circle
(IOC)
Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe inside
outside circle yang dituliskan oleh Shoimin (2014:90) diantaranya:
Kelebihan, 1) Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan
untuk strategi sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam
pelajaran, 2) Kegiatan ini dapat membangun sifat kerja sama
antarsiswa, 3) Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat
bersamaan dan Kekurangan, 1) Membutuhkan ruang kelas yang
besar. 2) Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan
disalahgunakan untuk bergurau. 3) Rumit untuk dilakukan.
B.
Kompetensi Dasar dan Indiktor Tema 7 Cita-citaku Subtema 1 Aku
dan Cita-citaku Pembelajaran Semester 2
Kompetensi Dasar dan Indikator yang sudah tersusun dalam standar isi
merupakan batas minimal yang harus dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Pada penelitian ini menggunakan Kompetensi Dasar dan Indikator
Pembelajaran Tematik kelas IV tema 7 cita-citaku subtema 1 aku dan cita-citaku
semester 2. Kompetensi Dasar dan Indikator yang akan digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat sebagian tabel 2.2 sebagai berikut.
25
Tabel 2.2 KD-Indikator Tema 7 Cita-citaku subtema 1 Aku dan cita-citaku,
Pembelajaran 1 Kelas IV Semester 2
Indikator
Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia
3.3 Menggali informasi dari teks wawancara
tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta
kegiatan ekonomi dan koperasi dengan bantuan
guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan
tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
4.3 Mengolah dan menyajikan teks
wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan
serta kegiatan ekonomi dan koperasi secara mandiri
dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan
memilah kosakata baku.
SBDP
3.1 Mengenal karya dua dan tiga dimensi
berdasarkan pengamatan.
4.1 Menggambar alam berdasarkan
pengamatan keindahan alam.
PPKn
3.1 Memahami makna dan keterkaiatan simbolsimbol sila Pancasila dalam memahami Pancasila
secara utuh.
4.1 Mengamati dan menceritakan perilaku di
sekitar rumah dan sekolah dari sudut pandang
kelima simbol Pancasila sebagai satu kesatuan yang
utuh.
IPA
3.7
Mendeskripsikan hubungan antara sumber
daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
4.7 Menyajikan laporan tentang sumber daya alam
dan pemanfaatannya oleh masyarakat.
C.
Membuat daftar pertanyaan
sesuai dengan data yang
diberikan.
 Menceritakan
hasil
wawancara.

 Menggambar
sebuah
pekerjaan
sesuai
dengan
penjelasan yang ada.
 Mendeskripsikan gambar yang
dibuatnya.
 Menjelaskan arti dan makna
simbol-simbol sila dalam
Pancasila.
 Mengidentifikasi pengamalan
salah satu sila Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.
 Menjelaskan berbagai jenis
sumber daya alam yang
digunakan dalam melakukan
kerja/usaha.
 Mengelompokkan sumber daya
alam hayati dan nonhayati.
Kajian Penelitan Yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitan ini adalah penelitian
yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside
Circle (IOC) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Tahun Pelajaran 20132014 di Gugus VII Kecamatan Sawahan yang disusun oleh Kd Megawati, I Nym
Murda , Pt Nanci Riastini. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
26
metode tes dan instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar berupa pilihan
ganda, yang berjumlah 30. disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
pada
hasil belajar kognitif IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran
Inside Outside Circle
(IOC) dengan
kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model konvensional pada siswa
kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di gugus VII Kecamatan Sawan. Hasil
menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil belajar kognitif IPA siswa kelompok
ekserimen adalah 19,44 lebih tinggi daripada rata-rata skor siswa kelompok
kontrol adalah 15,40. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa
pembelajaran menggunakan model Inside Outside Circle (IOC)
terhadap
hasil belajar kognitif
berpengaruh
IPA siswa dibandingkan dengan model
konvensional.
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Model Inside Outside Circle untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Apresiasi Dongeng Siswa Kelas VIIC MTSN Juwet Ngronggot Nganjuk
pada tahun 2013 yang disusun oleh M. A. Yusuf Ali Azhary, Heri Suwignyo,
Muakibatul Hasanah. Berdasarkan hasil penelitian intrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangan, dan rubrik
penilaian yang digunakan untuk menilai hasil belajar apresiasi siswa. Berdasarkan
hasil penelitian mengapresiasikan dongeng dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif Inside Outside Circle pada siswa kelas VII-C MTsN Juwet Ngronggot
Nganjuk, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Inside Outside
Circle dapat meningkatkan proses dan hasil belajar apresiasi dongeng.
Peningkatan kualitas proses pembelajaran apresiasi dongeng dengan penerapan
27
model pembelajaran IOC dapat dilihat dari peningkatan persentase pada tiap-tiap
indikator penilaian aktivitas siswa. peningkatan keaktifan bertanya siswa dari
siklus I ke siklus II adalah 50,33% pengamat satu dan dua yaitu dari 20,83% dari
siklus I menjadi 70,83% pada siklus II. Peningkatan persentase keaktifan
menjawab siswa dari siklus I ke siklus II adalah 41,67 pengamat satu dan 45,84%
pengamat dua dari 33,33%siklus I menjadi 75% pada siklus II. Peningkatan
persentase keseriusan siswa dalam pembelajaran dari siklus I ke siklus II adalah
37,5% pengamat satu dan 21.17 pengamat dua dari 62,5% siklus I menjadi 100%
pada siklus II. Partisipasi siswa dalam kegiatan belajar 100% siklusI dan siklusII.
Keantusiasan dalam belajar 100% siklus I dan siklus II.
Kedua penelitian di atas memang relevan dengan penelitian ini, karena
dalam penelitian tersebut sama-sama menerapkan model kooperatif tipe inside
outside circle. Terdapat perbedaan dalam penelitian ini dengan dua penelitian
tersebut, perbedaannya adalah dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif
tipe inside outside circle dilakukan pada siswa sekolah dasar kelas IV SD. Selain
itu letak perbedaan yang lain yaitu pada penelitian I dan II sama-sama melakukan
penelitian untuk muatan mata pelajaran dan materi pelajaran tertentu. Sedangkan
pada penelitian ini mencakup pembelajaran tematik kurikulum 2013. Penelitianpenelitian tersebut dijadikan refrensi dalam penelitian kali ini untuk memperluas
wawasan peneliti. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside ouside
circle (IOC) dalam penelitian ini diharapkan nantinya dapat melatih siswa untuk
bekerjasama dan tentunya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
28
D.
Kerangka Pikir
Adapun kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya
pemikiran tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka tindakan
pemecahan untuk melihat hasil belajar tematik pada siswa kelas IV SDN
Kasembon 01 Kabupaten Malang adalah melihat seberapa keberhasilan proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Inside
Outside Circle. Kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut.
29
Akibat
Kondisi Awal




Guru belum pernah menerapakan
model kooperatif tipe inside
ouside circle.
Pembelajaran belum efektif,
karena kurangnya partisipasi dari
siswa
Kerjasama
antar
anggota
kelompok kecil masih pasif
Dari hasil KKM siswa, hanya V
terdapat 9 siswa yang mencapai
KKM.


Keadaan kelas
dapat berjalan
kondusif hanya di
awal pembelajaran
Kegiatan kelompok
siswa pandai yang
cenderung
aktif,
sedangkan beberapa
masih pasif dan
hanya
menerima
hasilnya saja.
Solusi
Penerapan Model
kooperatif tipe inside
outside circle untuk
meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV
Keunggulan



Hasil
Membuat
semangat
dalam
mengikuti pembelajarankarena
ada penghargaan bagi siswa
aktif
Kegiatan ini dapat membangun
sifat kerja sama antarsiswa.
Mendapatkan informasi yang
berbeda pada saat bersamaan.



Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Pembelajaran
menjadi bermakna
dan menyenangkan
Siswa bekerja sama,
berusaha,
dan
berlomba
untuk
mendapatkan
penghargaan
Hasil belajar siswa
dapat
meningkat
dan mencapai KKM
Download