BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Suprijono (2012:45) “model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Menurut Arends (dalam Suprijono, 2012:45) “model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuantujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang disusun secara sistematik sebagai pola yang digunakan sebagai acuan melakukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:12) “Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dlam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Isjoni (2009:16) menjelaskan Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunkan untuk mewujudkan 10 11 kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif, dan tidak peduli pada yang lain. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model kooperatif suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, kelompok ini setiap anggotanya dituntut untuk saling bekerjasama antar anggota kelompok yang satu dengan yang lain. c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model (Cooperative Learning) dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim,dkk (dalam Isjoni, 2009:27-28), yaitu: 1) Hasil belajar akademik, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikkan tugas-tugas akademik.2) Penerimaan terhadap perbedaan individu, tujuan lain model Cooperative Learning adalah penerimaan secara luas dari orangorang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belaajar saling menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan keterampilan sosial, tujuan penting ketiga Cooperative Learning adalah mengajarkan pada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. 12 d. Unsur-Unsur dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Bennet (dalam Isjoni, 2009:41-43), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, seperti berikut ini: 1) Positive Interdependence, hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantar anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Sehingga siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok. 2) Interaction Face to Face, belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya hubungan timbal balik yang bersifat positif. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara ilmiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. 3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok,tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (1) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (2) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman sekelompoknya. 4) Membutuhkan Keluesan, dalam belajar kooperatif saling menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif. 5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jikamanggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik. Lima unsur dasar diatas harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif untuk mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya kelima unsur tersebut harus dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu, kelima unsur di atas sekaligus menjadi pembeda pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran kelompok tradisional/konvensional. 13 e. Ciri-ciriPembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Rusman (2012:207) ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pembelajaran Secara Tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim, tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif Manajemen mempunyai tiga fungsi yaitu : (a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai,, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes. 3) Kemauan untuk Bekerja sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal. 14 4) Keterampilan Bekerja Sama Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggoa lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan f. Prosedur Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2012:212) prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut: 1)Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. 2) Belajar Kelompok, tahapan dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.3) Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya. 4) Pengakuan tim, pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi. 1) Kelebihan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula dengan pembelajaran kooperatif. Adapun kelebihan cooperative learning menurut Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2009:24) adalah : 1) saling ketergantungan yang positif, 2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, 4) suasana kelas yang rileks 15 dan menyenangkan, 5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, 6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Selain memiliki kelebihan, tentu masih terdapat kekurangan di dalamnya. Kelemahan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam meliputi: 1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu, 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai, 3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4) saat diskusi kelas, teerkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif (Isjoni,2009:25). Mengacu pada pendapat tersebut maka dengan cooperative learning siswa dapat berbagi pengetahuan antar sesama teman yang diperoleh melalui diskusi kelompok. Jadi, perolehan ilmu dan pengetahuan tidak hanya berasal dari guru saja, melainkan diperoleh dari diskusi dan sharing dalam kelompok. Antar siswa yang satu dengan yang lain, haruslah memberikan kesempatan untuk saling mengemukakan pendapat dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi kesalahan yang ada, dan mengambil keputusan secara bersama untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. 16 2) Sintak Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Adapun sintak model pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2012:65) terdiri dari 6 fase adalah sebagai berikut: Fase Tabel 2.1. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Kegiatan Perilaku Guru 1 Present goals and set 2 Menyampaikan tujuan mempersiapkan peserta didik Present information 3 dan Menyajikan informasi Orginize students into learning teams 4 Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar Assist team work and study 5 Membantu kerja tim dan belajar Test on the materals Mengevaluasi 6 Provide recognition Memberkkan penghargaan 2. pengakuan atau Menjelasan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar Mempresentasikan informasi peserta didik secara verbal kepada Memberikan penjelasan kkepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok Pengertian Belajar Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, secara entimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar merupakan kegiatan dalam mencapai kepandaian (pengetahuan) dan ilmu yang belum dimiliki sebelumnya sehingga yang tidak tahu menjadi tahu. Menurut Thobroni (2015:15) belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup, manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lainnya. Dari penjelasan tersebut dapat 17 disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang selalu dialami oleh setiap individu sehingga menjadikan pengetahuan baru dari yang tidak tahu menjadi tahu dan yang tidak bisa menjadi bisa. 3. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar menurut Gunawan, 2013:153 (dalam Selvia, 2015:173-174) adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh suatu mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Menurut pendapat Sudjana (2013:34) “hasil belajar sebagai objek penilaian dapat dibedakan ke dalam kategori, antara lain keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita, kategori yang banyak digunakan dibagi menjadi tiga ranah yakni (a) kognitif (b) afektif (c) psikomotoris”. Menurut Bloom (dalam Suprijono 2012:7-8) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthensis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian prestasi belajar yang didapat siswa setelah melakukkan kegiatan belajar mencakup ranah 3 ranah kemampuan yaitu penilaian kognitif, afektif serta psikomotorik. 18 4. Pembelajaran Tematik a. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013 berbasis saintifik. Menurut Trianto (2011:147) pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, dimana dalam suatu tema terdapat beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan satu sama lain. Menurut pendapat Sujati dkk, (2015:3) “pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman masuk dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan dan diikat dengan suatu tema tertentu. Setiap mata pelajaran dalam pembelajaran tematik masih mempunyai hubungan yang saling berkaitan terhadap materi yang disampaikan sehingga pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik siswa mendapatkan pengalaman secara langsung dan menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajari. b. Karakteristik Pembelajaran Tematik Terdapat beberapa karakteristik dari pembelajaran tematik Hernawan, 2011 (dalam Yuniasih dkk, 2014:149) yaitu: menurut 19 1) Berpusat pada siswa (student centered), peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences), siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4) Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. 5) Bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya. 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. c. Tahapan Pembelajaran Tematik Menurut pendapat Indriani (2015:45) adapun pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. Tahap-tahap ini secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Perencanaan Adapun langkah-langkah dala tahap perencanaan antara lain: 1) Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran, 2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi untuk setiap kelas dan semester, 3) Buatlah ”matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema”, 4) Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jareingan topik, 5) Susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan matriks/jaringan topik Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013. 20 2) Penerapan Pembelajaran Tematik Pada tahap ini guru melaksanakan perencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 ini akan dilaksanakan di ruang kelas dan peserta didik dituntut lebih aktif. Sedangkan guru disini hanya sebagai fasilitator, sehinggga pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 akan lebih menyenangkan. 3) Evaluasi Pembelajaran Tematik Evaluasi Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 difokuskan pada evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat dan semangat peserta didik dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat pemahaman dan penyikapan peserta didik terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan peserta didik sehari-hari. Disamping itu evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya peserta didik selama kegiatan pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu paparan/pameran karya peserta didik. 5. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Shoimin (2014) beberapa tipe model pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Talking Stick Pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari materi pokoknya, pembelajaran talking stick sangat 21 cocok diterapkan bagi peserta didik SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat pesrta didik aktif. b. Teams Games Tournament (TGT) Pembelajaran model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. c. Think Pairs Share (TPS) Think pairs share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Model ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalm meningkatkan kemampuan siswa dalam merespons pertanyaan. Pembelajaran kooperatif model Think Pairs Share ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman. d. Inside Outside Circle (IOC) Inside outside circle adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar yang diawali dengan pembentukan kelompok besar dalam kelas yang terdiri dari kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar. Anggota kelompok lingkaran luar berdiri menghadap kedalam. Antara anggota lingkaran dalam dan luar saling berpasangan dan berhadap-hadapan, di 22 mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Kemudian, siswa berada di lingkaran kecil diam ditempat, sementara siswa yang berada dilingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam sehingga masing-masing siswa mendapat pasangan baru. Adapun informasi yang saling dibagikan merupakan isi materi yang mengarah pada tujuan pembelajaran. e. Make A Match (Mencari Pasangan) Karakteristik model pembelajaran Make A Match adalah memiliki hubungan yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain, pelaksanaan model make a match harus didukung dengan keaktifan siswa untuk bergerak mencari pasangan dengan kartu yang sesuai dengan jawaban atau pertanyaan dalam kartu tersebut. f. Picture and Picture Picture and picture adalah suatu model belajar menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar yang menjadi faktor utama dalam proses pembalajaran. Maka dari itu, sebelumnya guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan, baik dalam bentuk artu atau carta dlam ukuran besar. Berdasarkan pendapat tersebut terdapat beberapa macam tipe model pembelajaran kooperatif namun masih banyak tipe model pembelajaran kooperatif lainnya yang dapat diterapkan untuk proses pembelajaraan. Penerapan tipe model pembelajaran tergantung karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang akan diberikan kepada siswa semua tergantung situasi serta kondisinya. 23 6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle (IOC) a. Pengertian Inside Outside Circle (IOC) Menurut Uno (2013:128) Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara singkat dan teratur. Menurut Shoimin (2014:87) inside outside circle adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar yang diawali dengan pembentukan kelompok besar dalam kelas yang terdiri dari kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar. Anggota kelompok lingkaran luar berdiri menghadap kedalam. Antara anggota lingkaran dalam dan luar saling berpasangan dan berhadap-hadapan, di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Kemudian, siswa berada di lingkaran kecil diam ditempat, sementara siswa yang berada dilingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam sehingga masing-masing siswa mendapat pasangan baru. Adapun informasi yang saling dibagikan merupakan isi materi yang mengarah pada tujuan pembelajaran. b. Langkah-langkah Inside Outside Circle (IOC) Menurut Uno (2013:128) adalah sebagai berikut : 1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar. 2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap kedalam 24 3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan 4. Kemudian, siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam. 5. Siliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya. c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tipe Inside Outside Circle (IOC) Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle yang dituliskan oleh Shoimin (2014:90) diantaranya: Kelebihan, 1) Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam pelajaran, 2) Kegiatan ini dapat membangun sifat kerja sama antarsiswa, 3) Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan dan Kekurangan, 1) Membutuhkan ruang kelas yang besar. 2) Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau. 3) Rumit untuk dilakukan. B. Kompetensi Dasar dan Indiktor Tema 7 Cita-citaku Subtema 1 Aku dan Cita-citaku Pembelajaran Semester 2 Kompetensi Dasar dan Indikator yang sudah tersusun dalam standar isi merupakan batas minimal yang harus dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Pada penelitian ini menggunakan Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran Tematik kelas IV tema 7 cita-citaku subtema 1 aku dan cita-citaku semester 2. Kompetensi Dasar dan Indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat sebagian tabel 2.2 sebagai berikut. 25 Tabel 2.2 KD-Indikator Tema 7 Cita-citaku subtema 1 Aku dan cita-citaku, Pembelajaran 1 Kelas IV Semester 2 Indikator Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia 3.3 Menggali informasi dari teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 4.3 Mengolah dan menyajikan teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. SBDP 3.1 Mengenal karya dua dan tiga dimensi berdasarkan pengamatan. 4.1 Menggambar alam berdasarkan pengamatan keindahan alam. PPKn 3.1 Memahami makna dan keterkaiatan simbolsimbol sila Pancasila dalam memahami Pancasila secara utuh. 4.1 Mengamati dan menceritakan perilaku di sekitar rumah dan sekolah dari sudut pandang kelima simbol Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh. IPA 3.7 Mendeskripsikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4.7 Menyajikan laporan tentang sumber daya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat. C. Membuat daftar pertanyaan sesuai dengan data yang diberikan. Menceritakan hasil wawancara. Menggambar sebuah pekerjaan sesuai dengan penjelasan yang ada. Mendeskripsikan gambar yang dibuatnya. Menjelaskan arti dan makna simbol-simbol sila dalam Pancasila. Mengidentifikasi pengamalan salah satu sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Menjelaskan berbagai jenis sumber daya alam yang digunakan dalam melakukan kerja/usaha. Mengelompokkan sumber daya alam hayati dan nonhayati. Kajian Penelitan Yang Relevan Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitan ini adalah penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle (IOC) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Tahun Pelajaran 20132014 di Gugus VII Kecamatan Sawahan yang disusun oleh Kd Megawati, I Nym Murda , Pt Nanci Riastini. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan 26 metode tes dan instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar berupa pilihan ganda, yang berjumlah 30. disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar kognitif IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model konvensional pada siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di gugus VII Kecamatan Sawan. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil belajar kognitif IPA siswa kelompok ekserimen adalah 19,44 lebih tinggi daripada rata-rata skor siswa kelompok kontrol adalah 15,40. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model Inside Outside Circle (IOC) terhadap hasil belajar kognitif berpengaruh IPA siswa dibandingkan dengan model konvensional. Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Inside Outside Circle untuk Meningkatkan Hasil Belajar Apresiasi Dongeng Siswa Kelas VIIC MTSN Juwet Ngronggot Nganjuk pada tahun 2013 yang disusun oleh M. A. Yusuf Ali Azhary, Heri Suwignyo, Muakibatul Hasanah. Berdasarkan hasil penelitian intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangan, dan rubrik penilaian yang digunakan untuk menilai hasil belajar apresiasi siswa. Berdasarkan hasil penelitian mengapresiasikan dongeng dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Inside Outside Circle pada siswa kelas VII-C MTsN Juwet Ngronggot Nganjuk, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Inside Outside Circle dapat meningkatkan proses dan hasil belajar apresiasi dongeng. Peningkatan kualitas proses pembelajaran apresiasi dongeng dengan penerapan 27 model pembelajaran IOC dapat dilihat dari peningkatan persentase pada tiap-tiap indikator penilaian aktivitas siswa. peningkatan keaktifan bertanya siswa dari siklus I ke siklus II adalah 50,33% pengamat satu dan dua yaitu dari 20,83% dari siklus I menjadi 70,83% pada siklus II. Peningkatan persentase keaktifan menjawab siswa dari siklus I ke siklus II adalah 41,67 pengamat satu dan 45,84% pengamat dua dari 33,33%siklus I menjadi 75% pada siklus II. Peningkatan persentase keseriusan siswa dalam pembelajaran dari siklus I ke siklus II adalah 37,5% pengamat satu dan 21.17 pengamat dua dari 62,5% siklus I menjadi 100% pada siklus II. Partisipasi siswa dalam kegiatan belajar 100% siklusI dan siklusII. Keantusiasan dalam belajar 100% siklus I dan siklus II. Kedua penelitian di atas memang relevan dengan penelitian ini, karena dalam penelitian tersebut sama-sama menerapkan model kooperatif tipe inside outside circle. Terdapat perbedaan dalam penelitian ini dengan dua penelitian tersebut, perbedaannya adalah dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle dilakukan pada siswa sekolah dasar kelas IV SD. Selain itu letak perbedaan yang lain yaitu pada penelitian I dan II sama-sama melakukan penelitian untuk muatan mata pelajaran dan materi pelajaran tertentu. Sedangkan pada penelitian ini mencakup pembelajaran tematik kurikulum 2013. Penelitianpenelitian tersebut dijadikan refrensi dalam penelitian kali ini untuk memperluas wawasan peneliti. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside ouside circle (IOC) dalam penelitian ini diharapkan nantinya dapat melatih siswa untuk bekerjasama dan tentunya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 28 D. Kerangka Pikir Adapun kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya pemikiran tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka tindakan pemecahan untuk melihat hasil belajar tematik pada siswa kelas IV SDN Kasembon 01 Kabupaten Malang adalah melihat seberapa keberhasilan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle. Kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut. 29 Akibat Kondisi Awal Guru belum pernah menerapakan model kooperatif tipe inside ouside circle. Pembelajaran belum efektif, karena kurangnya partisipasi dari siswa Kerjasama antar anggota kelompok kecil masih pasif Dari hasil KKM siswa, hanya V terdapat 9 siswa yang mencapai KKM. Keadaan kelas dapat berjalan kondusif hanya di awal pembelajaran Kegiatan kelompok siswa pandai yang cenderung aktif, sedangkan beberapa masih pasif dan hanya menerima hasilnya saja. Solusi Penerapan Model kooperatif tipe inside outside circle untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Keunggulan Hasil Membuat semangat dalam mengikuti pembelajarankarena ada penghargaan bagi siswa aktif Kegiatan ini dapat membangun sifat kerja sama antarsiswa. Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan. Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan Siswa bekerja sama, berusaha, dan berlomba untuk mendapatkan penghargaan Hasil belajar siswa dapat meningkat dan mencapai KKM