Kasus Kredit Macet PT Tirta Amarta Bottling, Negara Rugi Rp 1,83 T PT Tirta Amarta Bottling, produsen air kemasan merek Viro, telah mengurangi jumlah produksi harian seiring tersangkutnya perusahaan tersebut atas kasus kredit macet PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah menghitung nilai kerugian negara dalam perkara tindak pidana korupsi pembobolan kredit Bank Mandiri Commercial Banking Centre Cabang Bandung 1 oleh Tirta Amarta Bottling (TAB). Kasus ini berawal pada 15 Juni 2015. Berdasarkan surat Nomor: 08/TABco/VI/205 Direktur PT TAB mengajukan perpanjangan dan tambahan fasilitas kredit kepada Bank Mandiri Commercial Banking Center Bandung. Perpanjangan seluruh fasilitas mencakup Kredit Modal Kerja (KMK) sebesar Rp880.600.000.000, perpanjangan dan tambahan plafon Letter of Credit (LC) sebesar Rp40 miliar sehingga total plafon LC menjadi Rp50 miliar, serta fasilitas Kredit Investasi (KI) sebesar Rp250 miliar selama 72 bulan. Dalam dokumen pendukung permohonan perpanjangan dan tambahan fasilitas kredit terdapat data aset PT TAB yang tidak benar dengan cara dibesarkan dari aset yang nyata. Sehingga berdasarkan Nota Analisa pemutus kredit Nomor CMG.BD1/0110/2015 tanggal 30 Juni 2015 seolah-olah kondisi keuangan debitur menunjukkan perkembangan. Dari sana, perusahaan tersebut dapat memperoleh perpanjangan dan tambahan fasilitas kredit pada 2015 sebesar Rp1,17 triliun. Selain itu, debitur PT TAB juga telah menggunakan uang fasilitas kredit yang tidak sesuai kesepakatan. Antara lain, dana sebesar Rp73 miliar yang semestinya hanya diperkenankan untuk kepentingan KI dan KMK ternyata digunakan untuk keperluan yang dilarang untuk perjanjian kredit. Akibatnya, keuangan negara sebesar Rp1,5 triliun yang terdiri dari pokok, bunga, dan denda raib. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyatakan telah menyerahkan hasil audit internal kepada Kejaksaan Agung. Hasil audit ini digunakan dalam penyelesaian kasus debitur bermasalah PT Tirta Amarta Bottling Company (TAB) yang terjadi pada tahun 2015 lalu. Kami sudah melakukan audit internal dan sudah identifikasi hal-hal yang menjadi kelemahan dan kami sampaikan itu kepada kejaksaan, ujar Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo di Plaza Mandiri. Kartika mengatakan dalam hasil audit yang dilakukan perusahaannya menemukan ada kerugian negara hingga mencapai Rp 1,4 triliun. Kerugian ini dihitung dari pokok utang, bunga, dan denda PT TAB. Dia mengatakan terjadi penggelembungan aset, terutama di piutangnya oleh PT TAB. Nasabah tersebut memberikan informasi palsu pada saat penambahan-penambahan kredit. Selain itu, tiga orang pihak internal Bank Mandiri juga ikut terlibat dalan kasus ini. Kejaksaan Agung kembali menetapkan dua pejabat Bank Mandiri sebagai tersangka korupsi kredit macet PT Tirta Amarta Bottling Rp 1,4 triliun. "Keduanya berasal dari lingkup Bank Mandiri Cabang Bandung," kata Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Kejagung, Adi Toegarisman. Dua tersangka baru itu Totok Sugiharto (Head of Commercial Banking) dan Purwito Wahyono (Head of Wholesale Credit). Adi menjelaskan, kedua tersangka berperan sebagai pihak yang menganalisis kelayakan pemberian kredit kepada PT Tirta Amarta Bottling (TAB). Masa penahanan dimulai pada 29 Maret 2018 hingga 20 hari ke depan, kata bekas Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta itu. Totok dan Purwito ditahan di Rutan Klas I Jakarta Timur Cabang KPK di Pomdam Jaya Guntur. Menurut Adi, kedua tersangka dititipakn di Rutan KPK lantaran rutan di Kejagung penuh. Pertimbangan lainnya, untuk memisahkan dengan lima ter sangka yang lebih dulu ditahan. menjalani pemeriksaan Sebelum ditahan, Totok dan di gedung bundar Kejagung. Purwito Dari hasil pemeriksaan, kita berkeyakinan sudah memiliki alat bukti cukup, sehingga dilakukan penahanan," ujar Adi”. Sebelumnya, tiga pejabat Bank Mandiri Cabang Bandung lebih dulu masuk sel. Mereka Surya Baruna Semenguk (Manager Commercial Banking), Frans Eduard Zandra (Relationship Manager) dan Teguh Kartika Wibowo (Senior Credit Risk Manager). Ketiganya juga menjalani pemeriksaan terlebih dulu sebelum ditahan pada 5 Februari 2018. Sementara Rony Tedy, Direktur PT Tirta Amarta Bottling ditahan sejak 24 Januari 2018. Pada 20 Maret 2018, tim Kejagung mencocok Juventius, Head Accountung PT TAB di apartemen T he Suites Metro, Bandung, Jawa Barat. Juventius ikut dijadikan tersangka karena diduga berperan memanipulasi laporan keuangan agar mendapat tambahan fasili tas kredit Bank Mandiri. Atas dasar laporan keuan gan yang tidak sesuai dengan kebenarannya tersebut PT Tirta Amarta Bottling kemudian mengajukan perpanjangan fasilitas kredit sebesar kurang lebih Rp 1,17 triliun, kata JAM Intel Jan Samuel Maringka dalam keterangan pers mengenai penangkapan ini. Setelah ditangkap, Juventis diserahkan ke penyidik ge dung bundar. "Untuk proses penahanandan penuntasan perkaranya. Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), pelapor kasus ini heran dengan sikap Kejagung yang belum menyeret petinggi Bank Mandiri. "Apa mungkin, pengucuran kredit sebesar itu hanya dibebank an kepada unsur swasta dan tiga pejabat rendahan di Bank Mandiri sebagai pengusul tanpa ada pertanggungjawaban dari direksi sebagai pemutus. Apalagi jaminan hanya Rp73 miliar bisa dapat kredit Rp 1,4 triliun," kata Koordinator MAKI Boyamin Saiman. MAKI juga mempersoalkan kasus pembobolan Bank Mandiri Rp 500 miliar yang dilakukan PT Central Steel Indonesia (PT CSI). "MAKI perlu melaporkan perkara ini kepada Presiden karena pihak Kejagung nampak sengaja tidak menggubris per mintaan MAKI, baik via surat maupun media massa untuk menetapkan tersangka baru terhadap oknum pejabat Bank Mandiri dan aktor intelektual serta penikmat uangnya. Menurut dia, Presiden Joko Widodo selaku atasan Jaksa Agung bisa menegur dan memerintahkan agar penanganan korupsi ini dituntaskan, dalam bentuk segera menetapkan tersangka baru terhadap pihak-pihak yang terlibat, Boyamin menilai, aktor intelektual kasus ini belum diusut. Surat kepada Presiden ditem buskan kepada Jaksa Agung untuk mendapatkan respons cepat dengan segera menetapkan tersangka yang merupakan aktor intelektual dan pihak yang palingbanyak menikmati uang. Pada tanggal 21 Mei 2018, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyerahkan laporan kerugian negara terkait dengan kasus pembobolan Bank Mandiri oleh Direktur PT Tirta Amarta Bottling Company, Rony Tedy, kepada Kejaksaan Agung, Senin, 21 Mei 2018. Jumlah kerugian negara adalah sekitar Rp 1,83 triliun. Jumlah tersebut lebih besar sekitar Rp 400 miliar jika dibandingkan dengan temuan kerugian negara hasil dari audit Mandiri, yaitu Rp 1,4 triliun. Menurut Nyoman, perbedaan ini muncul lantaran audit yang dilakukan BPK mengikutsertakan bunga pokok dan tambahan dari kredit yang diberikan ke Tirta Amarta selama 2008-2015. Selain itu, kata Nyoman, melalui audit investigasi ini, BPK menemukan penyimpangan dalam pemberian kredit oleh Bank Mandiri Commercial Banking Center (CBC) Bandung 1 itu. Adapun penyimpangannya terlihat pada proses permohonan, analisis, persetujuan, penggunaan, serta pembayaran kembali kredit. Pengamat Perbankan dan Mantan Assistant Vice President BNI Paul Sutaryono menilai, kasus pembobolan program kredit bank seperti yang terjadi kepada PT Bank Mandiri Tbk (Persero), bisa terjadi akibat pengawasan kurang tajam dan tidak memenuhi asas kepatuhan (compliance). Seperti diketahui, baru-baru ini, Bank Mandiri mengalami pembobolan program kredit mereka oleh PT Tirta Amarta Bottling senilai Rp 1,83 triliun. Secara umum, kasus visual basic atau VB perbankan bisa terjadi ketika pengawasan kurang tajam dan tidak memenuhi asas kepatuhan (compliance). Apalagi ketika ada main mata antara orang luar dan orang dalam bank, ditambah kesempatan yang ada,” ujar Paul saat dihubungi Tempo pada Selasa, 22 Mei 2018. Referensi http://industri.bisnis.com/read/20180521/257/797606/tersandung-kasus-kreditmacet-bank-mandiri-tirta-amarta-kurangi-produksi https://www.msn.com/id-id/ekonomi/banking/pengamat-sebut-ini-penyebabbank-mandiri-bisa-dibobol-rp-18-t/ar-AAxFd9T https://katadata.co.id/berita/2018/02/07/bank-mandiri-serahkan-hasil-auditkasus-tirta-amarta-ke-kejaksaan https://www.rmol.co/read/2018/03/31/333292/Pejabat-Bank-MandiriDijebloskan-Ke-Tahananhttp://kabar24.bisnis.com/read/20180521/16/797735/terjerat-kasus-kredit-fiktifbank-mandiri-begini-kondisi-pabrik-tirta-amarta