ALGORITMA DAN NILAI RUJUKAN Pada berbagai penelitian, pemeriksaan BNP dan NT-proBNP memiliki nilai diagnostik dan prognostik yang cukup baik dalam penatalaksanaan penderita gagal jantung. Sensitivitas pemeriksaan BNP sekitar 90% dengan spesifisitas 72%. Spesifisitas pemeriksaannya lebih rendah karena terdapat beberapa penyakit selain gagal jantung yang dapat meningkatkan kadarnya, seperti emboli paru. NT-proBNP dianggap lebih efisien dibandingkan BNP sebagai biomarker, karena lebih stabil, bisa disimpan lebih lama, waktu paruh lebih panjang, dan sampel darah bisa menggunakan sampel serum dan plasma. Cut off pemeriksaan BNP >100 ng/ml dan NT-proBNP >300 ng/ml. Algoritma BNP dan NT-proBNP pada Diagnosis Gagal Jantung (Spanaus and Eckardstein, 2007) Pada algoritma di atas bisa dilihat bahwa penderita dengan gejala dan tanda yang mengarah pada diagnosis gagal jantung, dilakukan pemeriksaan BNP/NT-proBNP. Jika hasil meningkat (BNP >100 ng/ml atau NT-proBNP >300 ng/ml), kemungkinannya adalah gagal jantung sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk mengkonfirmasi, yaitu echocardiography atau MRI. Jika hasil normal (BNP <100 ng/ml atau NT-proBNP <300 ng/ml), perlu dipikirkan penyebab sesak selain gagal jantung (Gambar 2A dan 2B). NT-proBNP terutama diekskresi oleh ginjal, sehingga pada penderita gagal ginjal dengan kecurigaan gagal jantung perlu dilakukan penyesuaian kadar cut off. Semakin rendah laju filtrasi glomerulus (GFR) penderita, cut off yang digunakan makin tinggi (Gambar 2c). Perlu diketahui bahwa pemeriksaan BNP dan NT-proBNP ini sebaiknya tidak dilakukan setiap hari. Salah satu literatur menyarankan dilakukan tiga kali pemeriksaan, saat pertama kali opname, 24 jam setelah pengobatan, dan saat keluar rumah sakit. Sumber : Spanaus KS and Eckardstein A. 2007. Natriuretic peptides in cardiac and renal failure. Pipette Swiss Laboratory Medicine 6; 6-1