TINJAUAN PUSTAKA DAN METODOLOGI 2.1 Pengertian CSR CSR merupakan suatu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang disertai dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat secara luas. 2.2 Landasan Teori CSR 2.2.1 Teori Kontrak Sosial Prinsip utama dari kontrak social menyatakan bahwa masyarakat terdiri dari serangkaian kontrak implisit dan eksplisit antar individu, organisasi dan lembaga. Kontrak ini berkembang sehingga pertukaran dapat dibuat antar pihak dalam lingkungan yang harmonis dan saling mempercayai. Menurut teori social ini, perusahaan dan organisasi masuk ke dalam kontrak dengan anggota masyarakat lainnya dan mendapat bahan baku, barang dan persetujuan social untuk beroperasi yang ditukar dengan perilaku yang baik dari perusahaan. Menurut Davis (1960) yang menghasilkan kekuatan social perusahaan tidak hanya internal perusahaan, tapi juga dari eksternal perusahaan. 2.2.2 Teori Stakeholder Teori Stakeholder merupakan interkoneksi dengan teori legitimasi yang mengisyaratkan bahwa, perusahaan hendaknya mengurangi expectation gap dengan masyarakat sekitar untuk meningkatkan pengakuan masyarakat. Beberapa ahli mengartikan teori stakeholder ke berbagai pengertian, antara lain: Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggungjawab terhadap para pemilik saham (shareholder), tetapi perusahaan juga bertanggungjawab pada masyarakat luas, yang selanjutnya disebut sebagai tanggungjawab social (social responsibility). Fenomena ini terjadi, karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat sentiment negative yang timbul akibat terjadinya ketimpangan social. Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. 5 Berdasar pada asumsi dasar stakeholder theory tersebut, perusahaan tidak dapat melepaskan diri dengan lingkungan social di sekitar perusahaan. Perusahaan juga perlu menjaga legitimasi stakeholder serta mendudukkannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung dalam pencapaian tujuan perusahaan, yang stabilitas usaha dan jaminan going concern. 2.2.3 Teori Legitimasi Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitar baik fisik maupun nonfisik. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicapai perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup. 2.3 Prinsip CSR CSR teridir dari prinsip utama menurut Crowther & Aras yaitu: 1. Sustainability Berkaitan pada efek pengambilan tindakan yang diambil masa sekarang telah mempunyai pilihan yang tersedia di masa depan. Apabila sumber daya dimanfaatkan di masa sekarang maka tidak akan ada cukup sumber daya di masa depan, dan ini adalah perhatian khusus jika sumber daya mempunyai jumlah yang terbatas. 2. Accountability Accountability berkaitan dengan pengakuan perusahaan dalam melakukan tindakan yang mempengaruhi lingkungan eksternal dan karena itu perusahaan berasumsi untuk bertanggungjawab pada tindakan yang dilakukan. Prinsip ini berdampak pada hitungan akibat efek dari tindakan yang diambil perusahaan baik internal organisasi maupun eksternal. 3. Transparency Transparency sebagai prinsip berarti akibat internal dari tindakan dari organisasi dapat dipastikan dari laporan yang dibuat organisasi dan fakta yang ada tidak disembunyikan dalam laporan tersebut. Dengan demikian semua akibat dari tindakan yang dilakukan oleh organisasi, termasuk 6 dampak internal, seharusnya muncul secara nyata kepada semua melalui penggunaan informasi yang disediakan mekanisme pelaporan organisasi. 2.4 Tujuan Corporate Sosial Responsibility (CSR) Di dalam penerapan CSR pada suatu perusahaan, terlebih dahulu harus diketahui apa yang menjadi tujuan dari CSR itu sendiri. Pada dasarnya tujuan CSR adalah menyediakan informasi yang mungkin dilakukan evaluasi pengaruh kegiatan perusahaan pada masyarakat. Pengaruh kegiatan perusahaan ini bisa negative, yang berarti menimbulkan biaya social pada masyarakat atau positif yang berarti menimbulkan manfaat social pada masyarakat. Untuk lebih jelas tujuan CSR adalah untuk mengukur biaya dan manfaat social dan kemudian melaporkan sehingga dapat diadakan pengaturan seperlunya agar keuntungan social dapat menjadi maksimal. Tujuan CSR adalah membebani pusat pertanggungjawaban dengan biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan tujuan-tujuan yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari CSR adalah mengadakan evaluasi hasil kerja suatu pusat pertanggungjawaban untuk meningkatkan operasi-operasi perusahaan di waktu yang akan datang. 2.5 Manfaat Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Lako (2011:95) komitmen perusahaan melaksanakan CSR secara berkelanjutan mendatangkan banyak manfaat, antara lain: 1. Sebagai investasi social yang menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi perusahaan. 2. Memperkokoh kinerja keuangan perusahaan 3. Meningkatnya akuntabilitas dan apresiasi positif dari komunitas dan investas, kreditor, pemasok, konsumen, pemerintah dan masyarakat. 4. Meningkatnya komitmen etos kerja, efisiensi dan produktivitas karyawan 5. Menurunnya kerentanan gejolak social dan resistensi dari komunitas sekitarnya karena diperhatikan dan dihargai perusahaan 6. Meningkatnya reputasi, goodwill dan nilai perusahaan dalam jangka panjang 2.6 Panduan Standar Laporan CSR 2.6.1 ISO 26000:2010 7 Standar internasioanl ISO 26000:2010, merupakan salah satu pedoman tanggung jawab social, panduan global yang relevan untuk organisasi yang bersifat pribadi dan public berdasar consensus antara para ahli dari kelompok stakeholder utama dan mendorong pelaksanaan praktek terbaik dalam tanggungjawab social di seluruh dunia. ISO 26000:2010 menambah nilai kerja yang ada baik, pada tanggungjawab social dan memperluas pemahaman dan implementasi tanggungjawab social pada: 1. Mengembangkan consensus internasional pada pengertian tanggungjawab social dan isu tanggungjawab social yang dibutuhkan organisasi untuk mengatasi masalah yang dapat terjadi. 2. Memberikan bimbingan terhadap penerjemah prinsip ke dalam tindakan yang efektif. 2.6.2 Pedoman (Global Reporting Initiative) GRI 3.1 Pedoman Global Reporting Initiative (GRI) 3.1 merupakan perluasan terhadap GRI 3 yang menetapkan kerangka kerja global berlaku untuk melaporkan dimensi ekonomi, lingkungan dan social dari kegiatan organisasi, produk dan jasa. Pada GR 3.1 dimensi social di bagi menjadi 4 sub, antara lain: tenaga kerja, hak asasi, tanggungjawab produk dan masyarakat. Standar ini paling banyak digunakan dan diakui secara internasional untuk mengukur laporan keberlanjutan dan pedoman dalam pembuatan laporan keberlanjutan. 84 indikator pengungkapan CSR berdasar GRI, sebagai berikut: Tabel 2. 1 Tabel 84 Indikator GRI Indikator Kinerja Ekonomi Aspek: Kinerja Ekonomi EC 1 EC 2 EC 3 EC 4 Aspek: Kehadiran pasar Perolehan dan distribusi nilai ekonomu langsung, meliputi: pendapatan, biaya operasi, imbal jasa karyawan, donasi dan investasi komunitas lainnya, laba ditahan dan pembayaran kepada penyandang dana serta pemerintah Implikasi finansial dan resiko lainnya akibat perubahan iklim serta peluang bagi aktivitas organisasi Jaminan kewajiban organisasi terhadap program imbalan pasti Bantuan finansial yang signifikan dari pemerintah Rentang rasio standar upah terendah berdasarkan gender dibandingkan dengan upah minimum setempat pada lokasi operasi yang signifikan Kebijakan, praktek dan proporsi pengeluaran untuk pemasok EC 6 local pada lokasi operasi yang signifikan Prosedur penerimaan pegawai local dan proporsi manajemen EC 7 senior local yang dipekerjakan pada lokasi operasi signifikan Aspek : dampak Ekonomi Tidak Langsung EC 5 8 EC 8 EC 9 Indikator Kinerja Lingkungan Aspek: Material EN 1 EN 2 Apek Energi EN 3 EN 4 EN 5 EN 6 EN 7 Aspek Air EN 8 EN 9 EN 10 Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur serta jasa yang diberikan untuk kepentingan public secara komersial, natura atau pro bono Pemahaman dan penjelasan dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, termasuk seberapa luas dampaknya. Penggunaan Bahan: diperinci berdasarkan berat atau volume Persentase penggunaan bahan daur ulang Penggunaan energy langsung dari sumberdaya energy primer Pemakaian energy tidak langsung berdasarkan sumber primer Penghematan energy melalui konservasi dan peningkatan efisien Inisiatif untuk mendapatkan produk dan jasa berbasis energy efisien atau energy yang dapat diperbaharui, serta pengurangan persyaratan kebutuhan energy sebagai akibat dari inisiatif tersebut Inisiatif untuk mengurangi konsumsi energy tidak langsung dan pengurangan yang dicapai Total pengambilan air per sumber Sumber air yang terpengaruh secara signifikan akibat pengambilan air Persentase dan total volume air yang digunakan kembali dan didaur ulang Aspek: Keanekaragaman Hayati Lokasi dan ukuran tanah yang dimilki, disewa, dikelola oleh organisasi pelapor yang berlokasi di dalam, atau yang EN 11 berdekatan dengan daerah yang dilindungi atau daerah yang memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi di luar daerah yang diproteksi Uraian atas berbagai dampak signifikan yang diakibatkan oleh aktivitas, produk, dan jasa organisasi pelapor terhadap EN 12 keanekaragaman hayati di daerah yang diproteksi (dilindungi) dan di daerah yang memiliki keanekaragaman hayati bernilai tinggi diluar daerah yang di proteksi (dilindungi) EN 13 Perlindungan dan Pemulihan Habitat Strategi, tindakan dan rencana mendatang untuk mengelola EN 14 dampak terhadap keanekaragaman hayati Jumlah Spesies berdasarkan tingkat resiko kepunahan yang masuk dalam Daftar Merah IUCN (IUCN Red List Species) dan EN 15 yang masuk dalam daftar konservasi nasional dengan habitat di daerah-daerah yang terkena dampak operasi Aspek: Emisi, Sampah dan Limbah Jumlah emisi gas rumah kaca yang sifatnya langsung maupun EN 16 tidak langsung dirinci berdasarkan berat Emisi gas rumah kaca tidak langsung lainnya diperinci EN 17 berdasarkan berat Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan EN 18 pencapaiannya Emisi bahan kimia yang merusak lapisan Ozon (ozone depleting EN 19 substances/ODS) diperinci berdasarkan berat. NOx, SOx dan emisi udara signifikan lainnya yang diperinci EN 20 berdasarkan jenis dan berat. EN 21 Jumlah buangan air menurut kualitas dan tujuan EN 22 Jumlah berat limbah menurut jenis dan metode pembuangan EN 23 Jumlah dan volume tumpahan yang signifikan 9 EN 24 EN 25 Berat limbah yang diangkut, diimpor, diekspor atau diolah yang dianggap berbahaya menurut Lampiran Konvensi Basel I,II, III dan VIII dan persentase limbah yang diangkut secara internasional Identitas, ukuran, status proteksi dan nilai keanekaragaman hayati badan air serta habitat terkait yang secara signifikan dipengaruhi oleh pembuangan dan limpasan air organisasi pelapor. Aspek: Produk dan Jasa EN 26 EN 27 Inisiatif untuk mengurangi dampak lingkungan produk dan jasa dan sejauh mana dampak pengurangan tersebut. Persentase produk terjual dan bahan kemasannya yang ditarik menurut kategori Aspek: Kepatuhan Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah sanksi nommoneter atas pelanggaran terhadap hukum dan regulasi lingkungan Aspek: Pengangkuta/Transportasi Dampak lingkungan yang signifikan akibat pemindahan produk EN 29 dan barang lain serta material yang digunakan untuk operasi perusahaan, dan tenaga kerja yang memindahkan Aspek: Menyeluruh Jumlah pengeluaran untuk proteksi dan investasi lingkungan EN 30 menurut jenis Praktek Tenaga Kerja dan Pekerjaan yang Layak Aspek: Pekerjaan Jumlah angkutan kerja menurut jenis pekerjaan, kontrak kerja LA 1 dan wilayah Jumlah dan tingkat perekrutan tenaga kerja dan perputaran LA 2 karyawan menurut kelompok usia, jenis kelamin dan wilayah Manfaat yang disediakan bagi karyawan tetap (purna waktu) LA 3 yang tidak disediakan bagi karyawan tidak tetap (paruh waktu) berdasar lokasi kegiatan operasional. Kembali bekerja dan tingkat retensi setelah meninggalkan LA 15 orang tua, berdasar jenis kelamin Aspek: Tenaga Kerja/Hubungan Manajemen Persentase karyawan yang dilindungi perjanjian tawarLA 4 menawar kolektif tersebut Masa pemberitahuan minimal tentang perubahan kegiatan LA 5 penting, termasuk apakah hal itu dijelaskan dalam perjanjian kolektif tersebut. Aspek: Kesehatan dan Keselamatan Jabatan Persentase jumlah angkatan kerja yang resmi diwakili dalam panitia kesehatan dan keselamatan antara manajemen dan LA 6 pekerja yang membantu memantau dan memberi nasihat untuk program keselamatan dan kesehatan jabatan. Tingkat kecelakaan fisik, penyakit karena jabatan, hari-hari LA 7 yang hilang, dan ketidakhadiran dan jumlah kematian karena pekerjaan menurut wilayah dan berdasarkan jenis kelamin. Program pendidikan, pelatihan, penyuluhan/bimbingan, pencegahan, pengendalian risiko setempat untuk membantu LA 8 para karyawan, anggota keluarga dan anggota masyarakat, mengenai penyakit berat/berbahaya. Masalah kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam LA 9 perjanjian resmi dengan serikat karyawan. Aspek: Pelatihan dan Pendidikan EN 28 10 Rata-Rata jam pelatihan tiap tahun tiap karyawan menurut jenis kelamin dan kategori/kelompok karyawan. Program untuk pengaturan keterampilan dan pembelajaran LA 11 sepanjang hayat yang menunjang kelangsungan pekerjaan karyawan dan membantu mereka dalam mengatur akhir karir Persentase karyawan yang menerima peninjauan kinerja dan LA 12 pengembangan karir secara teratur berdasar jenis kelamin Aspek: Keberagamab dan Kesempatan Setara Komposisi badan pengeloa/penguasa dan perincian karyawan tiap kategori/kelompok karyawan menurut jenis kelamin, LA 13 kelompok usia, keanggotaan kelompok minoritas, dan keanekaragaman indicator lain. Aspek: Kompensasi Tunjangan yang sama untuk pria dan wanita Rasio dasar gaji dan tunjangan dari perempuan ke laki-laki LA 14 berdasar kategori karyawan, berdasar lokasi operasi yang signifikan Hak Asasi Manusia Aspek: Praktek Investasi dan Pengadaan Persentase dan jumlah perjanjian dan kontrak investasi HA 1 signifikan yang memuat klausul HAM atau telah menjalani proses skrining/filtrasi terkait dengan aspek hak asasi manusia Persentase pemasok, kontraktor dan rekan bisnis lainnya HA 2 signifikan yang telah menjalani proses skrining/filtrasi atas aspek HAM dan tindakan yang diambil Jumlah waktu pelatihan bagi karyawan dalam hal mengenai kebijakan dan serta prosedur terkait dengan aspek HAM yang HA 3 relevan dengan kegiatan organisasi, termasuk persentase karyawan yang telah menjalani pelatihan Aspek: Nondiskriminasi Jumlah kasus diskriminasi yang terjadi dan tindakan perbaikan HA 4 yang diambil/dilakukan. Aspek: Kebebasan Berserikat dan Berunding Bersama Berkumpul Segala kegiatan berserikat dan berkumpul yang teridentifikasi HA 5 dapat menimbulkan risiko yang signifikan serta tindakan yang diambil untuk mendukung hak-hak tersebut. Aspek: Pekerja Anak Kegiatan dan pemasok signifikan yang identifikasi mengandung risiko yang signifikan dapat menimbulkan terjadinya kasus HA 6 pekerja anak, dan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung upaya penghapusan secara efektif tentang pekerja anak. Aspek: Kerja Paksa dan Wajib Kerja Kegiatan dna pemasok signifikan yang teridentifikasi mengandung risiko yang signifikan dapat menimbulkan kasus HA 7 kerja paksa atau kerja wajib, dan langkah-langkah yang telah diambil untuk mendukung upaya penghapusan segala bentuk kerja paksa atau kerja wajib. Aspek: Praktek/Tindakan Pengamanan Persentase personel penjaga keamanan yang terlatih dalam hal HA 8 kebijakan dan prosedur organisasi terkait dengan aspek HAM yang relevan dengan kegiatan organisasi Aspek: Hak Penduduk Asli Jumlah kasus pelanggaran yang terkait dengan hak penduduk HA 9 asli dan langkah yang diambil Aspek: Penilaian Persentase dan jumlah operasi yang telah tunduk pada HAM HA 10 dan/atau penilaian dampak LA 10 11 Aspek: Perbaikan HA 11 Jumlah keluhan yang diajukan berkaitan dengan HAM, ditangani dan diselesaikan melalui mekanisme resmi Sosial Aspek: Komunitas Lokal SO 1 SO 9 SO 10 Aspek: Korupsi SO 2 SO 3 SO 4 Aspek: Kebijakan Publik Persentasi dari operasi dengan melibatkan mesyarakat local, penilaian dampak dan program pembangunan Operasi yang mempunya dampak potensial yang signifikan atau negative pada komunitas local Langkah pencegahan dan mitigasi yang dilaksanakan dalam operasi dengan potensi signifikan atau dampak negative sebenarnya pada komunitas local Persentase dan jumlah unit usaha yang memiliki resiko korupsi Persentase pegawai yang dilatih dalam kebijakan dan prosedur antikorupsi Tindakan yang diambil dalam menanggapi kejadian korupsi Kedudukan kebijakan public dan partisipasi dalam proses melobi dan pembuatan kebijakan public Nilai kontribusi finansial dan natura kepada partai politik, SO 6 politisi dan institusi terkait berdasarkan negara dimana perusahaan beroperasi Aspek: Kelakuan Tidak Bersaing SO 7 Jumlah tindakan hukum terhadap pelanggaran ketentuan antipersaingan, antitrust, dan praktek monopoli serta sanksinya Aspek: Kepatuhan Nilai uang dari denda signifikan dan jumlah sanksi nonmoneter SO 8 untuk pelanggaran hukum dan peraturan yang dilakukan Tanggung Jawab Produk Aspek: Kesehatan dan Keamanan Pelanggan Tahapan daur hidup dimana dampak produk dan jasa yang menyangkut kesehatan dan keamanan dinilai untuk PR 1 penyempurnaan, dan persentase dari kategori produk dan jasa yang penting yang harus mengikuti prosedur tersebut. Jumlah pelanggaran terhadap peraturan dan etika mengenai PR 2 dampak kesehatan dan keselamatan suatu prosuk dan jasa selama daur hidup per produk Aspek: Pemasangan Label Bagi Produk dan Jasa Jenis informasi produk dan jasa yang dipersyaratkan oleh PR 3 prosedur dan persentase produk dan jasa yang signifikan yang terkait dengan informasi yang dipersyaratkan tersebut Jumlah pelanggaran peraturan dan voluntary codes mengenai PR 4 penyediaan informasi produk dan jasa serta pemberian label, per produk Praktek yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan termasuk PR 5 hasil survey yang mengukur kepuasan pelanggan Aspek: Komunikasi Pemasaran Program-program untuk ketaatan pada hukum, standard an PR 6 voluntary codes yang terkait dengan komunikasi pemasaran, termasuk periklanan, promosi dan sponsorship Jumlah pelanggaran peraturan dan voluntary codes sukarela PR 7 mengenai komunikasi pemasaran termasuk periklanan, promosi dan sponsorship, menurut produknya Aspek: Keleluasaan Oribadu (privacy) pelanggan SO 5 12 Jumlah keseluruhan dari pengaduan yang berdasar mengenai pelanggaran keleluasaan pribadi (privacy) pelanggan dan hilangnya data pelanggan PR 8 Aspek: kepatuhan Nilai moneter dari denda pelanggaran hukum dan peraturan mengenai pengadaan dan penggunaan produk dan jasa. PR 9 2.7 Program CSR Perencanaan merupakan awal kegiatan penetapan dari berbagai hasil akhir atau tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan yang meliputi strategi, kebijakan, prosedur, program dan anggaran yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut, meskipun sampai pada saat ini masih terdapat kesulitan metodologis untuk menghubungkan pelaksanaan CSR dengan kinerja keuangan perusahaan, namun tujuan perusahaan dapat dirumuskan dengan jelas, seperti yang telah disebutkan, program merupakan salah satu kegiatan penetapan sebuah rencana, dalam konteks CSR pemilihan program alternative CSR yang akan dilaksanakan oleh perusahaan sangat bergantung kepada tujuan pelaksanaannya yang ingin dicapai perusahaan. Berikut enam kategori program CSR, yaitu: 1. Cause Promotion Perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lain yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu masalah social atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat, atau perekrutan tenaga sukarela untuk kegiatan tertentu. Focus utama program ini adalah komunikasi persuasive dengan tujuan menciptakan kesadaran (awareness) serta perhatian terhadap suatu masalah social, sebagai contoh Bank Indonesia melaksanakan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap uang palsu di Indonesia. Kampanye yang dilakukan oleh Bank Indonesia dikenal dengan 3 D (dilihat, diraba, diterawang). 2. Cause Related Marking Perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan presentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan social berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada penjualan produk tertentu, untuk jangka waktu tertentu, serta untuk 13 aktivitas tertentu. Contoh es krim vienneta dari Wall’s telah meluncurkan program “berbagi 1.000 kebaikan” dengan cara menyumbangkan Rp 1.000 untuk setiap penjualan es krim vienneta. Dana terkumpul mencapai Rp 1,15 Miliar dan digunakan untuk membantu korban di Sumatera. 3. Corporate Social Marketing Perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah public, menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kampanye corporate social marketing lebih terfokus untuk mendorong perubahan perilaku yang berkaitan dengan beberapa isu, yakni isu-isu kesehatan, perlindungan terhadap kecelakaan/kerugian, lingkungan, serta keterlibatan masyarakat. 4. Corporate philanthropy Perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang tunai, paket bantuan, atau pelayanan secara cuma-Cuma. Contoh dari tahun 2003-2006, PT. Telkom telah menyalurkan bantuan hibah kepada 2.731 penerima bantuan yang secara garis besar dikelompokkan dalam bantuan bencana alam, bantuan sarana umum, bantuan pendidikan dan pelatihan, bantuan sarana ibadah, serta bantuan kesehatan masyarakat. 5. Community Volunteering Perusahaan mendukung serta mendorong para karyawan, pada pemegang franchise atau rekan pedagang eceran untuk menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasi-organisasi masyarakat local maupun masyarakay yang menjadi sasaran program. Beberapa bentuk dukungan yang diberikan perusahaan kepada karyawannya untuk melaksanakan program community volunteering adalah dengan memasyarakatkan etika perusahaan melalui komunikasi korporat yang akan mendorong karyawan menjadi sukarelawan bagi komunitas, menyarankan kegiatan social atau aktivitas amal tertentu yang bisa diikuti tujuan program dari para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan CSR. 14 2.8 Pendekatan dan Metodologi 2.8.1 Pendekatan Kajian pelaksanaan CSR di Kabupaten Buleleng ini merupakan kajian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan beberapa pendekatan, antara lain : A. Pendekatan Teknis Dalam pelaksanaan pekerjaan ini akan digunakan beberapa metode pendekatan. Perlunya keterpaduan dalam pekerjaan ini merupakan hal yang krusial, sebab potensi dan permasalahan di kawasan ini pun bersifat kompleks. Dalam kegiatan ini titik tumpunya adalah pada pendekatan kesejahteraan yang manusiawi dan berkeadilan sosial serta berwawasan lingkungan. Penekanannya pada human oriented dimana manusia yang kehidupan dan penghidupannya berhubungan dengan lahan dan perekonomian dimana mereka tinggal, serta pengaruh dan akibatnya dengan daerah sekitarnya. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, dikaji 3 model yaitu : 1. Pemenuhan kebutuhan dasar. 2. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. 3. Konservasi lingkungan. Pendekatan dasar pemanfaatan ruang dalam mencapai kesejahteraan tersebut kemudian diterjemahkan kedalam 4 (empat) buah azas perencanaan yaitu azas demokratisasi ruang, azas kesesuaian pemanfaatan ruang, azas kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta azas sinergi wilayah. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pemanfaatan ekosistem alamiah sedemikian rupa sehingga kapasitas fungsionalnya dapat memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia. Secara garis besar konsep pembangunan berkelanjutan memiliki empat dimensi yaitu : (1). Ekologis, (2). Sosial Ekonomi Budaya, (3). Sosial Politik, dan (4). Hukum. a. Dimensi Ekologis Persyaratan pembangunan berdasarkan dimensi ekologis adalah keharmonisan sosial, kapasitas asimilasi dan pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan sosial, bahwa dalam suatu wilayah pembangunan hendaknya tidak seluruhnya diperuntukan bagi zona pemanfaatan tetapi harus pula dialokasikan untuk zona preservasi dan konservasi. 15 Kapasitas asimilasi dimana setiap limbah yang masuk dalam wilayah ini harus sesuai dengan daya asimilasinya yaitu kemampuan kawasan untuk menerima suatu jumlah limbah tertentu sebelum ada indikasi terjadinya kerusakan lingkungan dan atau kesehatan yang tidak dapat ditoleransi. Pemanfaatan berkelanjutan dengan kriteria pemanfaatan yang disesuaikan dengan jenis sumberdaya. Untuk sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) adalah bahwa laju pemanfaatannya (ekstraksi) tidak boleh melebihi kemampuannya untuk memulihkan pada suatu periode tertentu. Sedangkan untuk sumberdaya tidak dapat pulih (non renewable resources) harus dilakukan dengan cermat, sehingga efeknya tidak merusak lingkungan sekitarnya. b. Dimensi Sosial Ekonomi Budaya Persyaratan secara sosial ekonomi adalah bahwa manfaat/keuntungan yang diperoleh dari penggunaan ruang suatu kawasan serta sumberdaya alamnya harus diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar kegiatan (proyek) tersebut, terutama mereka yang termasuk ekonomi lemah, guna menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi kawasan itu sendiri. c. Dimensi Sosial Politik Pembangunan berkelanjutan hanya dapat dilaksanakan dalam sistem dan suasana politik yang demokratis dan transparan. d. Dimensi Hukum Persyaratan yang diajukan secara hukum lebih bersifat personal yaitu mensyaratkan pengendalian diri dari setiap masyarakat untuk tidak merusak lingkungan. Selain itu Pendekatan Inovatif : Peran-Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang dinilai sangat penting, karena hasil-hasil Penataan Ruang pada akhirnya ditujukan untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat, serta demi tercapainya tujuan-tujuan Penataan Ruang seperti diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007, yaitu : a. Terselenggaranya Penataan Ruang yang berwawasan lingkungan; b. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya; 16 c. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan melibatkan masyarakat secara aktif dan menyeluruh dalam Penataan Ruang adalah : a. Adanya perbaikan mutu hasil-hasil perencanaan (Aspek Perencanaan). b. Mempermudah terwujudnya pemanfaatan ruang yang sesuai dengan Rencana yang telah ditetapkan (Aspek Pemanfataan). Ditaatinya keputusan-keputusan dalam rangka menertibkan pemanfaatan ruang (Aspek Pengendalian). Sedangkan pendekatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan perencanaan adalah : pendekatan politis, pendekatan strategis, pendekatan teknis serta pendekatan pengelolaan yang menyangkut aspek administrasi, keuangan, hukum, dan perundang-undangan secara koordinatif agar rencana tata ruang yang disusun dapat dimanfaatkan secara konsisten, serta mempunyai kekuatan hukum. B. Pendekatan Lingkungan Di dalam pendekatan ini, diarahkan untuk mampu meningkatkan mutu lingkungan serta melestarikan lingkungan atau berkelanjutan. Dengan demikian dalam pelaksanaan pekerjaan ini diharapkan dapat mencakup seluruh permasalahan penurunan kualitas lingkungan yang banyak terjadi saat ini akibat degradasi/kerusakan lingkungan maupun akibat ketidakberlanjutannya suatu pembangunan. C. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Di dalam pendekatan pengelolaan lingkungan terdapat beberapa indikator sebagai pengukur kualitas lingkungan yang tinggi dan lestari. Indikator kualitas lingkungan yang tinggi dan lestari tersebut dapat digambarkan pada gambar berikut. Gambar 2. 1 Diagram Indikator Kualitas Lingkungan Yang Tinggi dan Lestari 17 D. Pendekatan Strategis Pendekatan ini dilakukan dengan menentukan skala prioritas sebuah permasalahan. Strategic Approach ini akan membantu sehingga dalam penyusunan kriteria maupun tolok ukur guna pelaksanaan pekerjaan tersebut. E. Pendekatan Keterpaduan Perencanaan dari Atas dan Bawah Pendekatan keterpaduan perencanaan dari Atas dan Bawah (Bottom – Up Approach), Pendekatan perencanaan dengan merangkum 2 (dua) arah pendekatan, yaitu : perencanaan dari atas ke bawah sebagai penurunan kebijaksanaan pembangunan pada tingkat nasional, maupun kebijaksanaan pada tingkat regional. F. Pendekatan Intersektoral Holistik (Komprehensif) Pendekatan perencanaan yang bertumpu pada perencanaan yang menyeluruh dan selalu terkait dengan sektor-sektor lain serta wilayah dengan skala lebih luas secara regional atau nasional, sehingga pada tahap selanjutnya didapatkan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi dengan sektor terkait. G. Pendekatan Masyarakat (Community Approach) Pendekatan perencanaan dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan sehingga masyarakat dapat memberikan masukan dalam program pembangunan perumahan dan kawasan permukiman. Salah satu metode dalam pendekatan masyarakat ini adalah Metode PRA. PRA dimaksudkan untuk mengembangkan “partisipasi masyarakat”. Partisipasi masyarakat diterjemahkan sebagai keikutsertaan masyarakat. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemikiran bahwa kegiatan pembangunan 18 pada akhirnya dikembangkan dan dimiliki sendiri oleh masyarakat, hal ini berarti yang ikut serta adalah “orang luar”, yakni para petugas lembaga-lembaga pembangunan masyarakat pada kegiatan masyarakat. Bukan sebaliknya, masyarakatlah yang ikut serta pada kegiatan “orang luar”. Artinya, program bukan dirancang oleh orang luar kemudian masyarakat diminta ikut melaksanakan, tetapi program dirancang oleh masyarakat dengan fasilitasi oleh orang luar. Dengan pemikiran ini, aktivis pembangunan selalu menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Pendampingan masyarakat merupakan hal yang berhubungan erat dengan pendekatan partisipatif. Hal ini dikarenakan keikutsertaan masyarakat dalam penentuan kebijaksanaan pembangunan merupakan hal yang paling krusial dalam pendekatan partisipatif. H. Pendekatan Normatif Pendekatan Normatif , adalah pendekatan yang dipakai untuk merumuskan kebijakan-kebijakan nasional dan daerah, maupun kriteria-kriteria yang sifatnya internasional, disamping hukum tertulis maupun tak tertulis. 2.8.2 Metodologi Berdasarkan pendekatan seperti diuraikan diatas, maka metodologi yang digunakan untuk menjawab tujuan pengadaan jasa konsultansi ini adalah : 1. Pengumpulan data dan informasi (primer dan sekunder) Metode survei primer merupakan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan langsung. Pengumpulan data tersebut diperoleh berdasarkan opini subjek secara individual atau kelompok dari hasil observasi dan hasil pengujian di lapangan. Berikut merupakan beberapa teknik survei primer yang digunakan. a. Teknik wawancara Teknik wawancara dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada narasumber untuk memperoleh informasiinformasi lebih dalam tentang permasalahan yang terjadi di wilayah. Wawancara dapat dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu: 1) Wawancara berstruktur Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengarahkan jawaban dalam pola pertanyaan yang terstruktur. 19 2) Wawancara tak berstruktur Hal-hal yang akan ditanyakan belum ditetapkan secara rinci. Rincian dari topik pertanyaan pada wawancara yang tak terstruktur disesuaikan dengan pelaksanaan wawancara di lapangan.Pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab secara bebas oleh responden tanpa terikat pada pola tertentu, namun terikat pada jawaban tertentu. 3) Wawancara campuran Merupakan wawancara campuran dari wawancara berstruktur dengan tak berstruktur b. Observasi Lapangan Teknik yang dilakukan adalah dengan mengamati secara langsung kondisi yang ada di lapangan, mendokumentasikan gejala fisik maupun non fisik dan realitas yang ada di wilayah studi untuk memperoleh gambaran umum mengenai kondisi wilayah tersebut. Observasi yang dilakukan berupa observasi kondisi fisik wilayah, sosial budaya masyarakat, kegiatan perekonomian masyarakat, sarana dan prasarana serta potensi dan masalah. c. Teknik Kuisioner Teknik ini dilakukan dengan penyebaran daftar pertanyaanpertanyaan atau kuisioner yang telah disusun terlebih dahulu kepada responden yang berkaitan dengan permasalahan yang tengah dibahas. Macam-macam teknik kuisioner:. 1) Kuisioner Terbuka Kuisioner terbuka adalah kuisioner dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga responden harus memaparkan jawabannya sendiri. 2) Kuisioner semi terbuka Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi, tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawabannya Survei sekunder merupakan metode memperoleh data secara tidak langsung. Terdapat dua metode, yaitu melalui data instasi dan studi literatur. 20 a. Survei Instasi terkait Peneliti mengumpulkan sumber dilakukan dengan mengambil datadata tertulis yang ada di intansi-intansi pemerintahan terkait yang berhubungan dengan objek penelitian. Berikut adalah instasi-instasi beserta data yang diperlukan sebagai berikut: 1) Studi Literatur Studi literatur merupakan studi kepustakaan dari buku-buku, makalah, jurnal, dan studi terdahulu yang memiliki hubungan dengan studi ini agar diperoleh dasar yang teoritis dalam proses analisis untuk menyusun rencana yang diharapkan. Studi kepustakaan juga bisa didapat dari media elektronik dan cetak, seperti internet dan koran, serta peraturan perundang- undangan yang berlaku. 2) Buku literatur berupa buku-buku, makalah, jurnal, dan studi terdahulu yang terkait, untuk mencari tinjauan mengenai konsep pengembangan CSR terutama yang ada di Kabupaten Buleleng. 3) Peraturan perundang-undangan berupa peraturan yang mengatur tentang CSR. 2. Analisis data Setelah data-data terkumpul melalui survey primer dan sekunder dilakukan analisis statistic deskriptif mengenai CSR di Kabupaten Buleleng beserta potensi, masalah serta implementasi CSR yang telah dilaksanakan terhadap kesejahteraan masyarakat serta keberlanjutan lingkungan. 21