BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi objek dalam penelitian ini menjelaskan mengenai hasil perolehan sampel dan data tentang Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), dan Return on Assets (ROA) pada perusahaan perbankan nasional devisa yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011-2015. Pengambilan sampel data menggunakan metode purposive sampling adalah dengan kriteria-kriteria tertentu yang sudah ditentukan yang akan dijadikan sampel. Berdasarkan data perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011-2015 terdapat sebanyak 43 perusahaan perbankan, sedangkan bank yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel sebanyak 19 bank. Jumlah sampel tersebut adalah sampel yang digunakan dalam penelitian selama satu tahun. Penelitian ini menggunakan periode selama lima tahun, sehingga jumlah sampel yang digunakan untuk melakukan analisis data sebanyak 95 bank (dalam 5 tahun). Berikut merupakan kriteriakriteria dalam menentukan sampel pada perusahaan perbankan devisa yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011-2015 : 56 57 Tabel 4.1 Kriteria Sampel Penelitian NO 1 2 3 4 KETERANGAN Perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 Perusahaan perbankan yang termasuk bank nasional devisa yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 Perusahaan perbankan yang tidak konsisten mengeluarkan laporan keuangan selama periode 2011-2015 Perusahaan perbankan yang tidak konsisten mengeluarkan laporan keuangan dalam satuan rupiah selama periode 2011-2015 Sampel yang memenuhi kriteria Total sampel penelitian dalam 5 tahun 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif JUMLAH 43 23 (4) (0) 19 95 Analisis deskriptif merupakan metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian sekelompok data sehingga memberikan informasi yang berguna bagi pembaca. Statistik deskriptif memberikan informasi hanya mengenai tentang data yang disajikan dan sama sekali tidak menarik kesimpulan. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi meliputi nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi. Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CAR 95 10,44 46,49 17,5307 5,34291 LDR 95 31,17 98,83 81,6045 12,03879 NPL 95 ,00 8,90 1,4624 1,40066 ROA 95 ,07 3,90 1,8578 ,94020 Valid N (listwise) 95 Sumber : Data Olahan 58 Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai nilai minimum sebesar 10,44, nilai maksimum sebesar 46,49, nilai rata-rata (mean) sebesar 17,5307 dan standar deviasi sebesar 5,34291. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai standar deviasi lebih kecil kecil dari pada nilai rata-rata (5,34291 < 17,5307), sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai data yang tidak variatif atau homogen. Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai nilai minimum sebesar 31,17, nilai maksimum sebesar 98,83, nilai rata-rata (mean) sebesar 81,6045, dan standar deviasi sebesar 12,03879. Variabel ini mempunyai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai rata-rata (12,03879 < 81,6045), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) pada penelitian ini mempunyai data yang tidak variatif atau homogen. Non Performing Loan (NPL) mempunyai nilai minimum sebesar 0,00, nilai maksimum sebesar 8,90, nilai rata-rata (mean) sebesar 1,4624, dan standar deviasi sebesar 1,40066. Variabel ini mempunyai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai rata-rata (1,4624 < 1,40066), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Non Performing Loan (NPL) pada penelitian ini mempunyai data yang tidak variatif atau homogen. Return on Assets (ROA) mempunyai nilai minimum sebesar 0,07, nilai maksimum sebesar 3,90, nilai rata-rata (mean) sebesar 1,8578, dan standar deviasi sebesar 0,94020. Variabel ini mempunyai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai rata-rata (0,94020 < 1,8578), sehingga dapat disimpulkan 59 bahwa variabel Return on Assets (ROA) pada penelitian ini mempunyai data yang tidak variatif atau homogen. 4.2.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan pengujian asumsi-asumsi statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Pengujian asumsi klasik untuk digunakan mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan bebas dari adanya gejala multikolonieritas, gejala autokorelasi dan gejala heteroskedastisitas. Jika asumsi klasik ini tidak terpenuhi maka akan menyebabkan biasnya standar kesalahan (error) pada penelitian ini. 4.2.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi variabel penggangu atau residual telah berdistribusi secara normal. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikan pada tabel KolmogrovSmirnov bernilai lebih dari 0,05. Berikut merupakan hasil pengujian normalitas. 60 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogrov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters 95 a,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation 0E-7 ,89672662 Absolute ,126 Positive ,126 Negative -,064 1,226 ,099 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data Olahan Berdasarkan hasil tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai signifikan uji Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,099 > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data yang diolah telah berdistribusi secara normal. Data yang dikatakan berdistribusi normal layak digunakan untuk model regresi dan dapat diolah ke tahap selanjutnya. 4.2.2.2 Uji Multikolonieritas Uji Multikolonieritas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresiyang bebas dari multikolonieritas harus memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Berikut merupakam hasil dari uji multikolonieritas : 61 Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error (Constant) 2,529 ,823 CAR -,027 ,018 LDR ,001 NPL -,176 a t Sig. Beta Collinearity Statistics Tolerance VIF 3,072 ,003 -,151 -1,449 ,151 ,921 1,086 ,008 ,008 ,079 ,937 ,919 1,088 ,067 -,263 -2,626 ,010 ,997 1,003 1 a. Dependent Variable: ROA Sumber : Data Olahan Berdasarkan hasil pengujian molotikolonieritas pada tabel 4.4, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1) mempunyai nilai tolerance sebesar 0,921 > 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,086 < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel capital adequacy ratio bebas dari gejala molotikolonieritas. b. Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) (X2) mempunyai nilai tolerance 0,919 > 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,088 < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel loan to deposit ratio bebas dari gejala molotikolonieritas. c. Variabel Non Performing Loan (NPL) (X3) mempunyai nilai tolerance 0,997 > 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,003 < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel non performing loan bebas dari gejala molotikolonieritas. 62 4.2.2.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi mempunyai tujuan dalam pengujian apakah dalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode berikutnya. Model regresi dikatakan bebas dari autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara batas (du) dan 4-du. Berikut merupakan hasil dari pengujian autokorelasi : Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson b Model Summary Model 1 R ,301 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate ,090 ,060 ,91139 Durbin-Watson 1,891 a. Predictors: (Constant), NPL, CAR, LDR b. Dependent Variable: ROA Sumber : Data Olahan Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi pada tabel 4.5, dapat diketahui nilai DW sebesar 1,891. Nilai batas bawah (dl) untuk data yang diolah 1,6015, nilai batas atas (du) sebesar 1,7316, nilai 4-dl sebesar 2,2684 dan nilai 4-du sebesar 2,3985. Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa nilai DW terletak di antara du dan 4-du (1,7316 < 1,760 < 2,3985), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi pada model regresi. 63 Daerah Autokorelasi Positif Daerah Keraguan Daerah Bebas Autokorelasi Daerah Keraguan Daerah Autokorelasi Negatif 0 4 dl 1,6015 du 1,7316 4-du 2,3985 4-dl 2,2684 1,760 Gambar 4.1 Daerah Autokorelasi 4.2.2.4 Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi dikatakan terbebas dari heterokedastisitas apabila nilai signifikan masing-masing variabel independen lebih dari 0,05. Berikut merupakan hasil dari pengujian heterokedastisitas dengan uji glejser (AbsUt) : 64 Tabel 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Uji Glejser (AbsUt) Coefficients Model Unstandardized Coefficients a Standardized T Sig. Coefficients B Std. Error (Constant) ,721 ,455 CAR 1 LDR -,002 ,010 ,002 NPL -,064 Beta 1,584 ,117 -,025 -,229 ,819 ,005 ,044 ,408 ,684 ,037 -,177 -1,712 ,090 a. Dependent Variable: AbsUt Sumber : Data Olahan Berdasarkan hasil pengujian glejer (AbsUt) pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa : a. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1) memiliki nilai signifikan sebesar 0,819 > 0,05, yang berarti variabel capital adequacy ratio terbebas dari gejala heterokedastisitas. b. Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) (X2) memiliki nilai signifikan sebesar 0,684 > 0,05, yang berarti variabel loan to deposit ratio terbebas dari gejala heterokedastisitas. c. Variabel Non Performing Loan (NPL) (X3) memiliki nilai signifikan sebesar 0,090 > 0,05, yang berarti variabel non performing loan terbebas dari gejala heterokedastisitas. 4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda memiliki tujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dan juga menunjukkan arah 65 hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Berikut merupakan hasil dari tabel coefficients yang akan dijadikan dasar dalam pembuatan persamaan regresi linier berganda : Tabel 4.7 Uji Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error (Constant) 2,529 ,823 CAR -,027 ,018 LDR ,001 NPL -,176 a t Sig. Beta 3,072 ,003 -,151 -1,449 ,151 ,008 ,008 ,079 ,937 ,067 -,263 -2,626 ,010 1 a. Dependent Variable: ROA Sumber : Data Olahan Hipotesis – hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Y (Return on Assets) = 2,529 - 0,027 Capital Adequacy Ratio + 0,001 Loan to Deposit Ratio - 0,176 Non Performing Loan + e Berdasarkan hasil persamaan regresi linier berganda diatas dapat diketahui informasi sebagai berikut : a. Nilai konstanta sebesar 2,529 menyatakan bahwa jika seluruh variabel independen yaitu Capital Adequency Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non Performing Loan (NPL) bernilai konstan atau tetap, maka nilai Return on Assets (ROA) akan bertambah 2,529. 66 b. Capital Adequency Ratio (CAR) memiliki nilai koefisien sebesar -0,027 yang berarti jika prosentase Capital Adequency Ratio (CAR) meningkat satu satuan maka Return on Assets (ROA) juga akan mengalami penurunan sebesar -0,027, begitu juga sebaliknya jika capital adequency ratio mengalami penurunan satu satuan, maka return on assets akan mengalami kenaikan sebesar 0,027. c. Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki nilai koefisien sebesar 0,001 yang berarti bahwa jika nilai prosentase loan to deposit ratio meningkat satu satuan, maka Return on Assets (ROA) akan mengalami peningkatkan sebesar 0,001, begitu juga sebaliknya jika loan to deposit ratio mengalami penurunan satu satuan maka return on assets akan mengalami penurunan sebesar 0,001. d. Non Performing Loan (NPL) memiliki nilai koefisien sebesar -0,176 yang berarti bahwa jika nilai prosentase non performing loan mengalami kenaikan satu satuan, maka Return on Assets (ROA) juga akan mengalami penurunan sebesar -0,176, dan juga sebaliknya non performing loan mengalami penurunan satu satuan, maka return on assets akan mengalami kenaikan sebesar 0,176. 4.2.4 Uji Hipotesis 4.2.4.1 Uji F (uji signifikan secara simultan) Uji F atau uji signifikansi secara simultan pada dasarnya akan menunjukkan apakah secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap varabel dependen (Ghozali, 2011). Pengujian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk penelitian atau tidak. Berikut merupakan hasil pengujian signifikansi secara simultan : 67 Tabel 4.8 Hasil Uji F a ANOVA Model Sum of Squares Regression 1 Df Mean Square 7,506 3 2,502 Residual 75,587 91 ,831 Total 83,093 94 F 3,012 Sig. ,034 b a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), NPL, CAR, LDR Sumber : Data Olahan Berdasarkan hasil pada uji F atau uji signifikansi secara simultan, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,034 < 0,05. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa secara bersamasama variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap Return on Assets (ROA). 4.2.4.2 Uji t (uji secara parsial) Uji t atau uji signifikansi secara parsial menunjukkan berapa jauh masingmasing variabel independen menerangkan variabel dependen. Suatu variabel independen dapat dikatakan berpengaruh terhadap variabel dependen apabila mempunyai tingkat signifikan kurang dari 0,05. Berikut merupakan hasil pengujian signifikansi secara parsial : 68 Tabel 4.9 Hasil Uji t Coefficients Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error (Constant) 2,529 ,823 CAR -,027 ,018 LDR ,001 NPL -,176 a t Sig. Beta 3,072 ,003 -,151 -1,449 ,151 ,008 ,008 ,079 ,937 ,067 -,263 -2,626 ,010 1 a. Dependent Variable: ROA Sumber : Data Olahan Berdasarkan hasil output pada tabel 4.9, dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio mempunyai tingkat signifikan sebesar 0,151 > 0,05, maka hipotesis nol (H1) diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa capital adequacy ratio tidak berpengaruh terhadap return on assets. b. Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio mempunyai tingkat signifikan sebesar 0,937 > 0,05, maka hipotesis nol (H2) diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa loan to deposit ratio tidak berpengaruh terhadap return on assets. c. Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan mempunyai tingkat signifikan sebesar 0,010 < 0,05, maka hipotesis nol (H3) ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa non performing loan berpengaruh terhadap return on assets. 69 4.2.5 Koefisien determinasi (R²) Pada intinya koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai adjusted R square pada tabel model summary. Berikut hasil dari nilai koefisien determinasi : Tabel 4.10 Koefisien Determinasi b Model Summary Model 1 R ,301 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate ,090 ,060 ,91139 Durbin-Watson 1,891 a. Predictors: (Constant), NPL, CAR, LDR b. Dependent Variable: ROA Sumber : Data Olahan Berdasarkan hasil dari tabel model summary diatas, dapat diketahui bahwa besarnya nilai adjusted R square sebesar 0,060 atau 6%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel–variabel independen dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel dependen yaitu return on asset sebesar 6% dan sisanya sebesar 94% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar variabel penelitian. 70 4.3 Pembahasan 4.3.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on Assets (ROA) Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio diperoleh dengan membandingkan nilai modal yang dimiliki dengan total asset yang mengandung risiko. Besarnya modal suatu bank akan berpengaruh pada mampu atau tidaknya suatu bank mempengaruhi tingkat kepercayaan dari masyarakat, khususnya dalam perihal untuk masyarakat peminjam terhadap kinerja bank (Prastiyaningtyas, 2010). Penggunaan modal bank juga dimaksudkan untuk melengkapi segala kebutuhan bank untuk menunjang kegiatan operasional bank, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Kepercayaan yang diciptakan dari masyarakat akan terlihat dari besarnya dana giro, deposito, dan tabungan yang melebihi jumlah setoran modal dari pemegang sahamnya. Semakin tinggi nilai capital adequacy ratio menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki modal yang cukup untuk melakukan kegiatan operasionalnya, sehingga dapat menambah keuntungan bagi bank tersebut dan dapat meningkatkan nilai return on asset. Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 101/15/PBI/2008, prosentase dalam perhitungan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) permodalan minimum yang harus dimiliki bank adalah sebesar 8%. Menunjukkan usaha bank yang semakin stabil, karena adanya rasa kepercayaan masyarakat yang besar. Hal ini disebabkan karena bank akan mampu menanggung risiko dari aset yang berisiko (Amelia, 2011). 71 Berdasarkan data yang ada dapat dilihat bahwa nilai CAR tidak berpengaruh terhadap ROA. Hal itu disebabkan karena modal yang diperoleh perusahaan tidak hanya dialokasikan untuk kegiatan yang dapat menghasilkan laba, tetapi juga untuk kegiatan investasi dan penambahan aset tetap pada perusahaan. Kegiatan investasi dan penambahan aset tetap mempunyai jangka waktu yang panjang, sehingga tidak akan mempengaruhi laba dari perusahaan kecuali pada saat dilakukan penjualan. Dapat dilihat pada tabel statistik deskriptif pada nilai rata-rata (mean) yang dihasilkan capital adequacy ratio sebesar 17,5307 dimana melebihi dari ketentuan Bank Indonesia yaitu sebesar 8% dikarenakan kecukupan modal yang diperoleh bank untuk melukakan kegiatan operasionalnya. Tingkat kecukupakan modal bila melebihi dari ketentuan Bank Indonesia dapat dikatakan baik. Tinggi rendahnya nilai CAR yang dihasilkan oleh bank tidak berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas yang diperoleh bank. Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa kecukupan modal yang dialami bank tersebut lebih dari ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia atau tergolong tinggi dan tidak mengalami kekurangan untuk melakukan kegiatan operasionalnya. Dinyatakan demikian bahwa kecukupan modal yang diperoleh oleh nasabah tidak berdampak dengan peningkatan ataupun penurunan profitabilitas bank. 4.3.2 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Assets (ROA) Dalam mendanai kembali penarikan yang dilakukan oleh nasabah dengan menilai kemampuan bank yang digambarkan oleh rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini diperoleh dengan membandingkan nilai total 72 kredit dengan total kewajiban yang dimiliki oleh bank. Semakin besar nilai LDR yang diperoleh suatu bank, maka laba yang dihasilakn akan meningkat. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, loan to deposit ratio tidak berpengaruh terhadap return on assets. Hal ini berarti bahwa nilai yang dihasilkan dari loan to deposit ratio tidak akan mempengaruhi nilai return on asset. Semakin tinggi nilai loan to deposit ratio maka semakin baik, karena dana yang menganggur pada bank sebagian terpakai untuk dipinjamkan kepada nasabah. Tingkat nilai LDR yang dianggap sehat oleh Bank Indonesia adalah berkisaran antara 78% - 100%. Dapat dilihat pada tabel statistik deskriptif pada nilai rata-rata (mean) yang dihasilkan loan to deposit ratio sebesar 81,6045 dimana nilainya diantara dari ketentuan Bank Indonesia yaitu sebesar 78% - 100% dikarenakan salah satu kegiatan operasionalnya yaitu dalam pemberian kredit terhadap nasabah tergolong baik. Tinggi rendahnya nilai LDR yang dihasilkan oleh bank tidak berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas yang diperoleh bank. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori sinyal yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan berusaha untuk menyajikan sinyal yang positif bagi para investor. Hal ini memberikan motivasi kepada manajemen perusahaan perbankan untuk mengurangi ketidaksamaan terhadap informasi yang diberikan, sehingga menimbulkan celah bagi manajemen bank dalam melakukan manajemen laba. Kegiatan manajemen laba tersebut dapat menyembunyikan nilai ekonomi yang sesungguhnya dari para pengguna laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa loan to 73 deposit ratio tidak berpengaruh terhadap return on assets. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya nilai LDR tidak berdampak bagi laba perusahaan, karena terdapat kemungkinan pihak manajemen laba bank melakukan manajemen laba dengan memanipulasi jumlah laba yang diperoleh. 4.3.3 Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return on Assets (ROA) Dalam mengukur kemampuan bank dalam menanggung risiko usaha bank, yang diakibatkan dari ketidakpastian dalam pengembaliannya atau yang diakibatkan tidak dilunasi kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur yang digambarkan oleh rasio Non Performing Loan (NPL). Rasio ini diperoleh dengan membandingkan besarnya kredit bermasalah dengan nilai total kredit yang disalurkan oleh bank. Semakin kecil nilai NPL yang diperoleh suatu bank, maka pengembalian kredit yang diberikan bank kepada nasabah dapat dikatakan baik. Dapat dilihat pada nilai rata-rata (mean) yang dihasilkan non performing loan sebesar 1,4624 dimana masih dibawah 5% dari ketentuan Bank Indonesia karena bank masih dapat mempunyai dana yang cukup sehingga bank yang bersangkutan dapat melakukan pengembalian kredit dengan baik. Semakin rendah nilai NPL yang dihasilkan maka keuntungan yang diperoleh bank tinggi. Dengan nilai rata-rata (mean) yang dihasilkan sebesar 1,4624 dapat dikatakan jika nilai non performing loan naik maka nilai return on assets turun. Begitu juga sebaliknya bila nilai non performing loan turun maka nilai return on assets naik. 74 Dimana dapat dilihat pada tabel statistik deskriptif, rata-rata (mean) non performing loan sebesar 1,4624 dan rata-rata (mean) return on assets sebesar 1,8578. Dapat dikatakan jika nilai non performing loan naik maka nilai return on assets turun dapat dilihat pada PT. OCBC NISP, Tbk menunjukkan nilai NPL sebesar 2,06 dan nilai ROA sebesar 1,33 periode tahun 2013, PT. Bank PAN Indonesia, Tbk menunjukkan nilai NPL sebesar 3,98 dan nilai ROA sebesar 0,99 periode tahun 2014, dan PT. Bank Capital Indonesia, Tbk menunjukkan nilai NPL sebesar 2,42 dan nilai ROA sebesar 1,01 periode tahun 2015. Dapat dikatakan sebaliknya, jika non performing loan turun maka nilai return on assets naik dapat dilihat pada PT. Bank Danamon, Tbk menunjukkan nilai NPL sebesar 0,15 dan nilai ROA sebesar 2,60 periode tahun 2011, PT. Bank Agroniaga, Tbk menunjukkan nilai NPL sebesar 0,22 dan nilai ROA sebesar 3,60 periode tahun 2012 dan PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk menunjukkan nilai NPL sebesar 0,64 dan nilai ROA sebesar 2,53 periode tahun 2013. Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa kredit bermasalah yang dialami bank tersebut adalah kecil dan tidak mengalami kesulitan dalam pelunasan. Dinyatakan demikian bahwa dalam pengembalian kredit atau pinjaman oleh nasabah sesaui dengan jatuh tempo yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, dana yang dikembalikan juga menghasilkan keuntungan bagi bank tersebut. Bank tersebut dinyatakan baik dalam perihal pengembalian dana tanpa adanya faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur.