perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa kedewasaan yang berhubungan dengan pubertas. Menurut WHO (2011), yang disebut remaja adalah orang yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan remaja berdasarkan kematangan psikososial dan seksual yaitu pra remaja pada usia <11 tahun, masa remaja awal (early adolescence) usia 11–13 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolescence) usia 14-16 tahun, dan masa remaja lanjut (late adolescence) umur 17–20 tahun. Pubertas ditandai dengan perkembangan dan pematangan tanda-tanda seksual secara penuh, meliputi perkembangan organ seksual sekunder dan pematangan organ seksual primer (Partsch dan Sippell, 2001). Proses ini dibagi dalam tiga tahap, yaitu prapubertas yang terjadi sekitar 2 tahun sebelum anak pertama kali mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual, kemudian pubertas yang merupakan titik puncak kematangan seksual, biasanya dimulai saat berusia 8-10 tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15-16 tahun, dan pasca pubertas merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksi terbentuk dengan cukup baik (Brzyski dan Knudtson, 2013). Salah satu tanda pubertas pada remaja perempuan adalah datangnya menstruasi pertama (Busari, 2012). commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id 2 digilib.uns.ac.id Menstruasi pertama atau yang dikenal dengan istilah menarche merupakan salah satu peristiwa paling penting dalam pubertas perempuan. Faktor lingkungan dan genetik memengaruhi usia menarche. Sehingga setiap perempuan memiliki usia menarche yang bervariasi (Dvornyk dan Waqar-ulHaq, 2012). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, diketahui 37,5% perempuan mengawali menarche pada usia 13-14 tahun; 0,1% pada usia 6-8 tahun; 19,8% pada usia 15-16 tahun; dan 4,5% pada usia 17 tahun ke atas. Rata-rata usia menarche adalah 12,4 tahun. Menarche dapat terjadi lebih awal pada usia 9-10 tahun atau lebih lambat pada usia 17 tahun. Namun usia menarche dapat dikatakan normal apabila terjadi pada usia 12-14 tahun (Susanti, 2012). Organ reproduksi merupakan alat dalam tubuh yang berfungsi untuk suatu proses kehidupan dalam menghasilkan keturunan. Untuk mendapatkan keturunan yang sehat perlu pula menjaga kesehatan organ reproduksi. Langkah awal dalam menjaga kesehatan reproduksi adalah membiasakan diri dengan perilaku personal hygiene, yaitu dengan menjaga kebersihan organorgan genitalia, salah satu cara adalah membasuh secara teratur bagian vulva (bibir vagina) dengan air bersih (Mardani et al., 2010). Perlu pengetahuan dan pemahaman dasar tentang proses menstruasi serta bagaimana melakukan hygiene pada organ genitalia. Hal ini menandai kesiapan seorang anak perempuan menghadapi menarche. Namun, tidak semua ibu memberi penjelasan yang tepat dan secara terbuka mengenai proses tersebut sampai remaja mengalami menarche (Fajri dan Khairani, 2011). Masih banyak yang commit to user 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id beranggapan bahwa pembahasan tentang menstruasi adalah hal yang memalukan (Busari, 2012) dan sebagian lagi tidak ingin membicarakannya secara terbuka (Jones, 2005). Pentingnya menjaga kebersihan organ genitalia sebaiknya sudah disadari sejak dini. Karena kurangnya kesadaran tersebut akan menimbulkan beberapa penyakit kelamin antara lain keputihan, iritasi kulit genital, serta infeksi saluran kemih (Nadesul, 2008). Di Indonesia diperkirakan 8% pada anak wanita dan 2% pada anak laki-laki pernah mengalami infeksi saluran kemih (ISK) (Proverawati, 2009). Dalam ICPD (International Conference on Population and Development) 1994 di Kairo telah disepakati hak-hak reproduksi untuk semua individu baik laki-laki maupun perempuan. Dalam hak tersebut, disebutkan bahwa para remaja berhak memperoleh informasi yang tepat dan benar mengenai reproduksi remaja, sehingga dapat berperilaku sehat dan menjalani kehidupan sosial yang bertanggungjawab (Pinem, 2009). Persentase remaja usia 10-24 tahun yang mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi menurut kelompok umur 10-14 tahun sebesar 13,7%; umur 15-19 tahun sebesar 34,2%; dan umur 20-24 sebesar 30,4%. Total persentase remaja usia 10-24 tahun yang mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi di Provinsi Jawa Tengah sebesar 31,4%. (Riskesdas, 2010). Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku commit to user perpustakaan.uns.ac.id 4 digilib.uns.ac.id menjaga kebersihan organ genitalia pada usia pra menarche pada siswi Sekolah Dasar di Kelurahan Ngoresan, Surakarta karena belum pernah dilakukan penelitian mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang menjaga kebersihan organ genitalia eksterna yang dilakukan di kelurahan tersebut. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna di SDN Ngoresan pada siswi kelas 4, 5 dan 6. B. Rumusan Masalah Adakah hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna pada siswi pra menarche di Kelurahan Ngoresan Surakarta? C. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna pada siswi pra menarche di Kelurahan Ngoresan Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi. 2. Manfaat praktis a. Memberi informasi atau referensi kepada petugas kesehatan dalam upaya pelaksanaan program kesehatan. commit to user 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Sebagai bahan informasi dan edukasi bagi masyarakat khususnya perempuan di usia pra menarche mengenai pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan hubungannya dengan menjaga kebersihan organ genitalia eksterna. commit to user